kesejahteraan sosial

advertisement
KESEJAHTERAAN SOSIAL
BAB XIV
KESEJAHTERAAN SOSIAL
1. Pendahuluan.
Dalam rangka usaha untuk mewujutkan pembangunan kese jahteraan Sosial, sebagaimana te1ah digariskan dalam Ketetap an MPRS No. XXVIII/1966, dan Repelita I maka arah kegiatan
ditujukan terutama kepada dua sasaran pokok yakni: Pertama,
membantu merehabilitir anggota-anggota masyarakat yang terhambat kesanggupannya baik jasmaniah, kejiwaan maupun so sial dan memberikan latihan-latihan yang diperlukan, agar mereka dapat menjadi anggota masyarakat yang layak serta dapat
turut-berpartisipasi dalam usaha-usaha pembangunan. Kedua,
mendorong berkembangnya rasa dan kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat yang
bersangkutan, sehingga diharapkan makin meningkatnya kesadaran membangun oleh masyarakat sendri.
Dalam rangka pelaksanaan Repelita I, sejak tahun 1969 berbagai kegiatan telah dilakukan dibidang ini, dan perkembangan
hasil-hasil yang dicapai diuraikan dalam bagian-bagian selanjutnya.
2. Pembinaan Kesejahteraan, Sosial Desa.
Usaha-usaha dibidang kesejahteraan sosial desa dilakukan
melalui peningkatan mutu Lembaga-lembaga Sosial Desa. Untuk
itu telah diselenggarakan Penyuluhan dan Bimbingan Sosial,
Latihan kerja dan Kursus-kursus Kepemimpinan, cara-cara melaksanakan program-program sosial serta memberikan perangsang berupa peralatan pertukangan dan usaha-usaha lainnja.
Kursus tersebut selalu dikaitkan dengan pemecahan masalah masalah sosial yang mendesak untuk memperbaharui kreativitas
kehidupan dipedesaan. Pembinaan dan pengembangan Lembaga
Sosial Desa (L.S.D.) sejak tahun 1952 dimulai dengan 213 buah
577
310383-(37).
L.S.D. Hingga akhir tahun 1971 diseluruh Indonesia telah ter bentuk 39.205 L.S.D. dan telah membangun karya phisik secara
gotong-royong antara lain: Lumbung Desa, Pusat Kesejahteraan Keluarga, Dam, Jembatan, Sekolahan dan lain-lain.
Sejak tahun, 1971, sesuai dengan Keputusan Presiden R.I.
No. 81 Tahun 1971 tanggal 18 Nopember 1971, pembinaan
L.S.D. telah dialihkan dari Departemen Sosial R.I. kepada De partemen Dalam Negeri. Hal ini dimaksudkan sebagai salah
satu langkah untuk melaksanakan pengintegrasian berbagai
usaha pembangunan desa (Lembaga Sosial Desa, Pendidikan
Masyarakat dan Pembangunan Masyarakat Desa) sebagaimana
dimaksudkan oleh Ketetapan MPRS No. XXVIII tahun 1966.
Hasil-hasil fisik kegiatan Lembaga Sosial Desa dapat dilihat
pada tabel XIV - 1.
3. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga dan Masyarakat.
Tujuan utama pembinaan kesejahteraan keluarga adalah pe ngembangan kemampuan ekonomis golongan keluarga yang ber penghasilan amat rendah dengan cara mengerahkan kegiatan
untuk menggali potensi-potensi setempat. Sasaran aktivitas ini.
adalah keluarga-keluarga yang tinggal dibeberapa daerah pedesaan yang minus dan tandus, daerah yang terisolir, dan daerah
yang padat penduduknya.
Didaerah Segaraten (Sukabumi) keluarga-keluarga yang dalam tahun 1972/73 mendapat bantuan peralatan dan bahanbahan kerajinan tangan telah menunjukkan kemajuan dengan
mendapat tambahan penghasilan sampai dengan 2 liter beras se hari. Sedangkan didaerah Gunung Kidul (Yogyakarta) keluarga
yang mendapat peralatan untuk menggali batu alam mendapatkan tambahan penghasilan 25 rupiah sehari. Yang nampak me nonjol hasilnya adalah usaha produksi tahu/oncom dengan me libatkan 5 kepala keluarga pada setiap unit perusahaan telah
menghasilkan tambahan penghasilan 75-100 rupiah setiap keluarga. Lebih penting lagi adalah bahwa usaha tersebut telah me nimbulkan pengaruh positip terhadap masyarakat sekitarnya.
yakni beberapa perorangan telah tertarik untuk mengadakan
578
TABEL XIV 1
HASIL-HASIL FISIK KEGIATAN L.S.D.
1952 - 971
Pembangunan
(gedung)
1. Taman Kanak-kanak
2. Sekolah Dasar
3. Sekolah Menengah Pertama
4. Mesjid
5. Madrasah
6. Gereja
7. D a m
8. Jembatan
9. Rumah
10. BKIA/Balai Pengobatan
11. Lumbung LSD/Sosial
12. P K 3 A
13. Kantor LSD
14. Balai Desa
15. Pos Hansip
16. Kolam ikan/peternakan
17. Pasar
18. Irigasi
19. Jalan desa
20. Kebun/sawah bersama
Jumlah bangunan
Jumlah
Satuan
426
883
22
747
246
24
1.169
1.240
1.750
41
897
127
60
127
245
162
18
1.036
3.156
1.463
buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah
km
km
ha
Nilai bangunan
(Rp. )
178.500.000
495.890.000
15.500.000
1.014.000.000
25.139.000
31.500.000
3 .476.559.900
3.030.507.650
27.632.900
34.775.000
4.594.000
26.000.000
165.199.200
325.645.000
10.792.500
51.000.000
725.000
54.060.000
5.868.403.470
66.000.000
24.902.419.420
579
usaha yang serupa sehingga memungkinkan meluasnya kesempatan kerja lokal.
Dalam jangka panjang diharapkan bahwa dengan adanya
penambahan penghasilan dari golongan keluarga tersebut di atas akan dapat menciptakan dan mengembangkan prasarana
sosial setempat yang akan dipakai sebagai landasan pelayanan
kesejahteraan sosial. Diperkirakan dalam masa 1969 -1972
usaha tersebut telah menggerakkan kegiatan sejumlah 1.300
K.K. di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Disamping itu telah pula dibangun 6 buah gedung Serba Guna
yang diperuntukkan bagi tempat penyelenggaraan pembinaan
kesejahteraan keluarga dan anak di Jawa Tengah, Yogyakarta
dan Jakarta. Pembangunan gedung tersebut dimaksudkan untuk
dijadikan proyek percontohan guna peningkatan P.K3.A (Pusat
Kegunaan Kesejahteraan Keluarga dan Anak) yang ada diseki tarnya. Jumlah P.K3.A yang ada tersebar diseluruh Indonesia
sejak tahun 1969 sampai akhir tahun 1972 tercatat sebanyak
688 buah. Dalam rangka pemberian pelayanan sosial kepada
para warga masyarakat yang lanjut usia (jompo) yang memer lukan, maka telah selesai dibangun sebuah Panti Wredha, yaitu
P.W. Budi Dharma di Jakarta. Diseluruh Indonesia dalam tahun
1972 tercatat sebanyak 48 Panti Wredha.
4. Pembinaan Kesejahteraan Anak dan Taruna.
Kegiatan dibidang ini meliputi hal-hal yang bersangkutan dengan masalah anak-anak terlantar, anak-anak tuna sosial dan
anak-anak cacat. Tujuannya adalah meningkatkan kegiatan kegiatan yang bersifat edukatip dan kreatip diluar kegiatan
pendidikan sekolah. Ini dimaksudkan agar sekaligus merupakan
usaha yang bersifat preventip dalam penanggulangan masalah
kenakalan anak remaja.
Penanggulangan anak-anak terlantar dilakukan antara lain
melalui penampungan anak-anak di Panti-Panti Asuhan dengan
sistim pengasuhannya secara "cottage style system".
580
Selain itu diselenggarakan pula „program foster care” yakni
menampung anak terlantar dengan sistim asuhan keluarga, yang
disertai bantuan program pengembangan ekonomi keluarga.
Dalam tahun 1972 Panti Asuhan diseluruh Indonesia telah men capai jumlah 287 buah dengan 12.796 anak (Tabel XIV - 2).
Dalam rangka bantuan bagi anak terlantar beberapa organisasi
Luar Negeri, seperti: Foster Parents Plan Inc., SOS Kinderdorf
International dan UNICEF memberikan pula bantuannya.
Untuk memberikan pelayanan sosial kepada anak-anak sekolah
yang tidak mampu dan memerlukan istirahat ditempat terten tu, maka telah dibangun dua tempat Peristirahatan di Batu,
Malang dan di Tawangmangu, Surakarta. Dalam rangka peningkatan Usaha Panti-Panti Sosial agar mampu berdiri sendiri
dan produktip, telah diberikan perangsang berupa usaha ternak
ayam kepada 22 Panti Asuhan. Dalam usaha mengembangkan
bakat dan kreativitas anak-anak remaja disediakan Karang
Taruna untuk melayani kebutuhannya diwaktu luang. Adanya
suatu karang taruna dalam suatu lingkungan dapat membantu:
a. memberi kesempatan kepada anak/pemuda dari semua go longan masyarakat untuk bertemu dan bergaul tanpa terpengaruh oleh status sosial-ekonomi orang tuanya masingmasing.
b. mengembangkan mental dan bakatnya.
c. mencegah pemuda-pemuda berkeliaran tanpa tujuan yang
dapat menjurus kepelanggaran hukum dan norma-norma kehidupan masyarakat.
Oleh karena itu peningkatan dan penyebaran Karang Taruna
didaerah-daerah dengan fasilitas-fasilitasnya, sangat diperlukan.
Dalam tahun 1972 telah tercatat 333 buah Karang Taruna diseluruh Indonesia.
Dalam rangka usaha pembinaan generasi muda telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Konperensi Nasional tentang Anak dan Pemuda dalam Pe rencanaan Pembangunan Nasional (tahun 1969).
581
TABEL XIV - 2
JUMLAH PANTI WERDHA DAN PANTI ASUHAN
SELURUH INDONESIA
Keadaan pada tahun 1972
No.
Panti Werdha/Panti Asuhan
Panti
Werdha
Status
Jumlah
6
- Pemerintah Pusat
A s u ha n
20
1.025
- Swasta
22
742
48
1.940
17
558
81
2.365
189
9.875
- Pemerintah Pusat
- Pemerintah Daerah
- Swasta
Jumlah:
582
173
- Pemerintah Daerah
Jumlah:
Panti
Kapasitas
287
12.798
b. Loka-karya untuk menghimpun, meneliti, mempelajari dan
membahas peraturan-peraturan/perundang-undangan yang
menyangkut anak dan pemda (tahun 1970). Diusahakan
pula saran-saran perubahan dan penyempurnaan terhadap
perundang-undangan tersebut, sesuai dengan perkembangan
keadaan.
c. Penelitian didaerah pedesaan (tahun 1971) untuk mendapat kan bahan-bahan guna peneiptaan lapangan pekerjaan dan
lain-lain bagi para pemuda didesa sekaligus dalam rangka
penanggulangan masalah urbanisasi.
d. Seminar nasional pembinaan generasi muda Indonesia
(tahun 1972).
e. Team studi untuk mempelajari masalah kenakalan anak/
remaja dan usaha penanggulangannya, serta team studi
mengenai usaha rehabilitasi mental para remaja korban
narkotika.
5. Pembangunan Masyarakat Suku Terasing.
Tujuan dari pembangunan masyarakat suku-suku terasing
adalah meningkatkan taraf kehidupan sosial-ekomomi mereka
setahap demi setahap agar dapat turut menikmati taraf kesejahteraan sebagaimana warga Masyarakat Indonesia lainnya.
Disamping itu diharapkan pula agar mereka dapat ikut aktip
dalam proses pembangunan. Pembamgunan masyarakat suku suku terasing yang pada umumnja bertempat tinggal dan ber mata pencaharian secara berpindah-pindah, sampai mereka bersedia tinggal bertani menetap memerlukan proses akulturasi
yang panjang dan tidak cukup dalam jangka waktu 4-5 tahun.
Kegiatan pokok dilapangan ini adalah :
a. - penelitian data sosiologis, kulturil dan lain sebagainya ;
b. - penyediaan prasarana dasar perkampungan ; rumah,
tempat-tempat pendidikan dan pengobatan, kantor petugas sosial dlsb ;
c. - pembinaan tata perkampungan dan pembentukan kader ;
d. - penyediaan alat-alat pertanian dan pertukangan.
583
Hasil penggarapan dan pemberian pelayanan sosial kepada
suku-suku terasing ini secara terperinci dapat dilihat pada Ta bel XIV - 3.
6. Pembinaan/Bantuan Kesejahteraan Pejuang dan Pahlawan Nasional.
Kegiatan ini ditujukan untuk membina serta memelihara
sikap penghargaan kepada para Pahlawan Nasional, yang se kaligus juga merupakan pembinaan kesadaran kepahlawanan
bagi generasi muda. Dalam rangka kegiatan ini telah diada kan
usaha untuk memperbaiki makam-makam pahlawan (375
Taman Makam Pahlawan dan 47.118 Makam Pahlawan yang
tersebar diseluruh tanah air) serta penulisan riwayat hidup
60 orang Pahlawan Naaianal. Bantuan/penghargaan kepada
keluarga pahlawan telah diperluas pula dengan pemberian
bantuan, dan penghargaan kepada keluarga pahlawan revolusi
dan pahlawan Ampera. Secara terperinci hasil kegiatan -kegiatan antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. -
mengadakan registrasi dan
wan Nasional;
b. c. -
Up grading Taman Makam Pahlawan;
memberikan bantuan kepada 56 orang keluarga Pahla wan Nasional;
d. e. -
perbaikan dan pemeliharaan 130 Makam Pahlawan;
bantuan kesejahteraan/pendidikan terhadap 60 orang
keluarga Pahlawan Nasional ;
f. -
bantuan-kesejahteraan kepada 100 pejuang lainnya;
g. h. -
bantuan kepada 272 Sukwan/Sukwati ;
membangun sebuah gedung menampung anak -anak Pahlawan/Pejuang yang kurang mampu dan yang melan jutkan pelajarannya di Jakarta ;
menerbitkah buku seri Pahlawan Nasional.
i. 584
her-registrasi
para Pahla-
TABEL XIV-3
PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN SUKU TERASING
1968 - 1972
1. Data Suku Terasing di
Indonesia
2. Jumlah Pusat Operasi
3. Jumlah Suku2 yang
telah bermayarakat
menetap
1968
98.149 jiwa
(2.455 KK)
10
1969
373.920 jiwa
(93.980 KK)
15
1.400 KK
Tahap Orietasi
Dan Observasi 1. Suku Anak
Dalam Sumsel.
2. Suku Daya
Kenyah
Kaltim.
S,ku Toromonu
3. Suku
Toramanu
S,Isel.
Sulsel
1970
443.366 jiwa
(110.041 KK)
18
1971
457.978 jiwa
(774.496 KK)
22
3.020 KK
7.115 KK
1 Suku Anak
1. Suku Anak
Dalam Sumsel
Dalam
Sumsel
2. Suku Daya
kenyah
2. Suku Po ,agai,
Katim.
Mentawai,
Sumbar
S,ku Daya
3. Suku
Daya
3. Suku Tolare,
Ba,ja
3. S,ku
Tdare,
Banjar
Sulteng
Kalsel
1972
579.680 jiwa
(394.920 KK)
25
600 KK
S,ku Andc
1. Suku
Anak
Ddam
Sumel.
Dalam
Sumsel
2. S,ku Dqo .
2. Suku Dayak
Ponan,Kdba
Punan, Kalbar
3.
3. Suku
SukuNaolu,
Nasalu,
Maluku
4. Suku
Toramanu
Sulsel.
5. Suku
Talangmam
ak
Riau.
6. Suku
Annas,
NTT.
585
7. Rehabilitasi Penderita Cacat.
Penyelenggaraan bantuan rehabilitasi bagi para penderita cacat
meliputi cacat tubuh, cacat mental dan tunanetra. Pada
hakekatnya kegiatan-kegiatan yang menyangkut bidang bantuan terhadap penderita cacat meliputi dua masalah pokok:
Pertama, mengusahakan penyantunan dan pendidikan agar
seorang penderita cacat dapat mampu bekerja mengatasi kecederaannya serta membentuk kepribadiannya agar dapat
mempunyai kepercayaan pada diri sendiri. Kedua, mengusaha kan agar para penderita cacat yang telah mempunyai ketrampilan kerja dapat memperoleh lapangan kerja yang layak,
yang dapat menjamin kebutuhan hidup keluarganya.
Maka untuk meningkatkan pelayanan kepada para penderita
cacat, beberapa Lembaga Rehabilitasi telah diperluas dan di
sempurnakan perlengkapannya:
a. Memperbaiki dan melengkapu peralatan Lembaga Rehabilitasi Penderita Cacat di Solo serta cabangnya di Makassar
(Ujung Pandang), dan melanjutkan pembangunan cabang
Rehabilitasi Penca di Palembang berupa asrama, ruang
belajar, kantor serta alat perlengkapannya.
b. Memperbaiki dan memperluas serta melengkapi peralatan
Pusat penyantunan dan Pendidikan Keuangan Tunanetra di
Palembang dan cabangnya di Temanggung. Penyediaan per alatan untuk latihan kerja Perbengkelan serta membangun
satu unit keluarga yang dapat menampung 12 anak tunane tra di Jakarta. Begmtupun di Menado dan Kupang telah dapat
pula dibangun gedung pendidikan dan asrama tunanetra.
Dalam rangka meningkatkan usaha pengaturan tunanetra
di Wiyata Guna Bandung, telah dibangun 8 buah rumah
yang diperuntukkan bagi keluarga tunanetra yang dipandang telah cukup mampu mencari nafkah dengan usaha
sendiri.
c. Di Cibadak telah dapat diwujutkan bangunan perumahan
petugas dan asrama serta perlengkapannya yang dapat me nampung 60 penderita cacat mental.
586
Sedangkan di Proyek Percontohan Rehabilitasi Cacat Men tal Temanggung telah dapat dibangun ruangan kerja, asra ma dan ruangan therapy workshop.
8. Rehabilitasi Tuna Karya.
Tuna Karya yang lazim disebut kaum gelandangan merupakan salah satu masalah sosial yang harus ditanggulangi seba gai akibat tekanan arus penduduk ke kota-kota besar. Kelompok orang-orang gelandangan ini secara ber-pindah-pindah melakukan pekerjaan yang tidak layak, sehingga secara menyolok mengganggu ketertiban, keamanan dan keindahan kota.
Rehabilitasi Tuna Karya ini bermaksud merubah mereka dari
tenaga yang bersifat konsumitip/nonproduktip kearah tenaga
kerja yang produktip guna menunjang berbagai sektor pembangunan khususnya bidang pertanian. Usaha tersebut dalam
prakteknya menghadapi dua aspek yang sangat penting, yaitu
ketidak normalan mental psikhologis dan ekonomis lemah se bagai akibat kegagalan-kegagalan hidup yang mereka alami.
Setelah melalui rehabilitasi dan peningkatan keadaan ekono minya maka mereka disalurkan keproyek usaha pertanian di luar Jawa (Pola Nasional) disamping usaha penyaluran ke tempat lainnya (Pola Regional). Gambaran perkembangan
rehabilitasi tuna karya antara tahun 1968-1972 dapat dilihat
pada tabel XIV - 4 dan Grafik XIV - 1. Dengan direalisasikannya rehabilitasi Tuna Karya ini ke proyek produksi khu susnya pertanian maka baik secara regional maupun nasional
akan mempunyai arti yang sangat penting bagi pembangunan,
antara lain :
a. memperluas lapangan kerja dengan memanfaatkan tenaga
kerja secara potensiil dalam pembangunan masyarakat
desa.
b. peningkatan sosial ekonomi, khususnya hasil produksi di bidang pertanian, perkebunan dan peternakan.
c. mengurangi tekanan penduduk didaerah-daenah yang padat
khususnya kota-kota besar.
587
TABEL XIV - 4
USAHA PENYALURAN TUNA KARYA
1968 - 1972
1968
1. Jumlah yang ditampung.
2. Jumlah tempat penampungan
3. Jumlah yang disalurkan
a. Pola Nasional
b. Pola Regional
1970
1971
1972
13.932 jiwa
12.264 jiwa
17.221 jiwa
17.116 jiwa
10.184 jiwa
42
71
71
75
75
172 jiwa
7.153 jiwa
1.401 jiwa
5.401 jiwa
1.202 jiwa
7.528 jiwa
653 jiwa
2.883 jiwa
1.305 jiwa
2.953 jiwa
7.325 jiwa
6.802 jiwa
8.730 jiwa
3.536 jiwa
4.258 jiwa
Tambahan keterangan
Tempat penampungan/pendidikan.
Tuna Karya : Pemerintah Pusat
Pemerlntah Daerah
Swasta
: : 54
: 21
Jumlah
: 75
588
1969
GRAFIK XIV - 1.
PENYALURAN TUNA KARYA 1968-1972
589
9. Rehabilitasi Korban Bencana Alam.
Setiap bencana alam yang terjadi, akan menimbulkan banyak
kerugian, kerusakan serta penderitaan, baik yang menyangkut
masalah manusianya (segi sosial) maupun bidang prasarana
seperti rusaknya tanggul-tanggul, jembatan, jalan dan lain-lain.
Pemecahan masalah tersebut yang bersifat menyeluruh tidak
hanya membutuhkan pemberian bantuan pertama (first aid )
seperti pangan, pakaian, obat-obatan dan tempat penampungan
sementara, tetapi juga merehabiliter kehidupan sosialnya agar
mereka dapat berfungsi lagi dalam masyarakat. Hal itu sesuai
dengan tujuan pekerjaan sosial, yakni menumbuhkan dan
mengembangkan swadaya masyarakat. Dengan demikian ditempuhlah usaha untuk memindahkan para korban bencana alam
yang bersifat khronis ke daerah baru dimana diharapkan mereka
akan dapat memperbaiki serta meningkatkan penghidupannya.
Usaha tersebut secara tidak langsung menunjang kebijaksanaan
penyebaran penduduk dan tenaga kerja. Dalam penyantunan
korban bencana alam telah dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai
berikut :
Daerah pengirim :
a. pengerahan dan penampungan korban alam.
b. penyediaan perlengkapan/peralatan.
c. penyaluran ketempat obyek penempatan.
d. pemeliharaan kesehatan selama diperjalanan.
Daerah penempatan :
a. pembukaan tanah, penyediaan perumahan dan lain-lain.
b. penyediaan pangan selama delapan bulan.
c. pemeliharaan kesehatan.
d. pembinaan sosial-ekonomi dan pengembangan selanjutnya.
Penyelenggaraannya dilakukan dengan kerja sama antara
Direktorat Jenderal Transmigrasi dan Departemen Sosial dalam
bentuk persetujuan bersama tentang penyelenggaraan Transmi 590
grasi Sektoral Korban Bencana Alam yang mencakup bidang
teknis serta keuangan. Selain itu juga diadakan kerjasama
dengan Pemerintah Daerah setempat, khususnya dalam rangka
rehabilitasi Korban Bencana Alam. Sejak tahun 1969 sampai
dengan tahun 1972 telah disalurkan sejumlah 2.608 K.K. yang
terdiri dari 11.428 jiwa, termasuk pindahan lokal di Nusa Tenggara Timur. (Tabel XIV - 5). Sementara itu untuk meningkatkan
usaha-usaha rehabilitasi para korban bencana alam, telah diadakan reorganisasi Badan Pelaksana Penanggulangan Bencana
Alam dan Team Koordinasi Pelaksanaan Penanggulangan
Bencana Alam. Dalam tahun 1971 Indonesia telah menjadi tuan
rumah pertemuan para ahli dalam lapangan bencana alam se
Asia Tenggara sehingga diharapkan selanjutnya dapat dikembangkan sistem kerjasama antara para anggota ASEAN
dalam satu wadah Pusat Pengendalian Bencana-bencana Alam
(ASEAN Centre for Natural Disasters Control). Mengingat
bahwa sifat dari bencana yang tidak mengenal tempat dan
waktu, maka tersedianya dana sebagai dana cadangan sangat
diperlukan agar setiap terjadi bencana dapat segera ditanggu langi. Sehubungan dengan itu, didalam kegiatan pengumpulan
dana-dana sosial dari masyarakat serta penertiban pengguna annya, selama ini telah dihimpunkan dana dan disalurkan guna
kepentingan masyarakat dan rehabilitasi sosial.
10. Pendidikan dan Latihan Institutionil.
Usaha-usaha dalam program Pendidikan dan Latihan Institutionil terutama adalah kegiatan-kegiatan lanjutan yang
berupa rehabilitasi/menyelesaikan pembangunan ruang kuliah,
asrama, melengkapi perpustakaan dan praktek kerja bidang
pekerjaan sosial serta up-grading petugas untuk sesuatu kecakapan. Selama ini oleh Kursus Kejuruan Sosial tingkat Mene ngah di Medan dan di Kupang telah diselenggarakan praktek
kerja sosial pada Lembaga-lembaga Sosial setempat, dan
penambahan perlengkapan perpustakaan. Sedang untuk Kursus
Kejuruan Sosial tingkat Menengah di Jakarta dan Padang,
selain telah dilengkapi perpustakaan juga telah selesai dibangun
591
TABEL XIV - 5.
REHABILITASI KORBAN BENCANA ALAM
1969 - 1972
Daerah Penempatan
1971
1972
150 KK
200 KK
200 KK
300 KK
100 KK
100 KK
140 KK
150 KK
1969
1970
1. Sulawesi Tenggara
99 KK
2. Kalimantan Timur
-
Korban Bencana Alam
3. Sulawesi Selatan / Luwu
4. Bengkulu
254 KK
-
100 KK
5. Lampung
250 KK
140 KK
6. Nusa Tenggara Timur (Lokal)
200 KK
75 KK
803 KK
805 KK
592
-
50 KK
500 KK
100 KK
500 KK
2.608 KK
ruang belajar/kelas dan asrama untuk Balai Pendidikan Tenaga
Sosial di Yogyakarta. Demikian juga bagi Propinsi Irian Jaya
telah selesai dibangun sebuah asrama untuk siswa -siswa Keju-ruan Sosial Pertama dan Menengah. Dalam tahun 1971 oleh
Balai Pendidikan Tenaga Sosial telah diadakan upgrading
selama satu bulan bagi 40 orang tenaga dalam bidang adminis trasi kesejahteraan sosial. Selanjutnya bagi Sekolah Tinggi
Kesejahteraan Sosial di Bandung selain perbaikan ruang kuliah/asrama dan penambahan jperpustakaan juga telah di bangun 4 (empat) buah rumah dinas untuk dosen dan tenaga
staf lainnya. Semua kegiatan dah usaha-usaha tersebut adalah
tidak lepas dari usaha dalam rangka memenuhi kebutuhan
tenaga-tenaga Kesejahteraan Sosial yang mempunyai kemampuan dan kecakapan untuk melaksanakan tugas
Pekerjaan
Sosial, baik untuk pelaksana tingkat menengah dan tingkat
tinggi. Demikian pula telah dilaksanakan pendidikan tenaga tenaga teras dan tenaga pimpinan Departemen dalam dua ang katan dengan jumlah peserta 49 orang. Disamp-ing itu untuk
menambah pengetahuan para petugas dibidang kepegawaian
telah diadakan pula upgrading administrasi kepegawaian.
11. Peningkatan Penelitian dan Survey.
Penelitian/Survey kesejahteraan sosial diperlukan untuk
mendapatkan data yang relevant bagi penyusunan kebijaksanaan dan berusaha mendapatkan metode yang palin g sesuai
bagi pelaksanaan pelayanan pekerjaan sosial di Indonesia.
Kegiatan mengenai pengolahan data sebagian besar dipusatkan
di Balai Penelitian dan Peninjauan Sosial di Yogyakarta.
Pada dasarnya sasaran penelitian meliputi 2 (dua) persoalan
pokok :
a. Masalah Kesejahteraan Sosial yang bersifat pathologis,
dimaksudkan, untuk mempelajani masalah pokok yang
merupakan hambatan dalam sistem pelayanan kesejahteraan sosial, dan sejauh mungkin merumuskan suatu pola
593
3103383 (38)
rehabilitasi yang dapat merubah para tuna dari sifatnya
yang konsumtip menjadi produktip.
b. Masalah Kesejahteraan Sosial yang bersifat non-pathologis; titik berat penelitian adalah mengenai masalah-masalah hambatan daripada partisipasi masyarakat/organisasi
sosial swasta dalam melaksanakan pembangunan disektor
Kesejahteraan Sosial.
Dalam kerangka permasalahan tersebut telah pula dilaksana kan penelitian dalam usaha penyusunan Pola Dasar pemba ngunan Kesejahteraan Sosial untuk Repelita II.
12. Peningkatan Effisiensi dan Penyempurnaan Prasarana Fisik.
Program ini meliputi usaha-usaha perencanaan dan pengawasan/pengendalian proyek agar tugas-tugas sektoral dapat
dilaksanakan lebih efektip dan efisien dalam proporsi pem bangunan yang menyeluruh. Dalam rangka itu pula ditempuh
usaha penyempurnaan prasarana fisik yang berupa pemba ngunan gedung Kantor, Rumah Dinas, Kendaraan dan lain sebagainya.
Selama ini telah dibangun 19 Gedung Kantor, 24 Rumah
Dinas, 40 Kendaraan, baik untuk jawatan sosial/Perwakilan
Departemen Sosial di Propinsi-propinsi maupun untuk keperluan Departemen.
13. Penyelenggaraan Dana Kesejahteraan Pegawai Negeri.
Dalam rangka tugas menyelenggarakan kesejahteraan pega wai, maka melalui Lembaga Penyelenggara Dana Kesejahteraan
Pegawai Negeri telah diberikan bantuan kepada pegawai-pegawai yang mengalami kematian suami/isteri, kematian anak,
kelahiran, perkawinan, dan korban bencana alam, berasal dari
potongan wajib 0.66% gaji pegawai. Sejak tahun 1968 hingga
tahun 1972 jumlah dana yang telah disampaikan adalah sejumlah Rp. 971.306.928,594
14. Dalam kegiatan menyelenggarakan perencanaan dan
peraturan per-undang-undangan dibidang sosial, telah
disiapkan Rancangan Undang-undang :
a. Rancangan
b. Rancangan
c. Rancangan
ngemis.
d. Rancangan
curan dan
Undang-undang tentang Kesejahteraan Sosial.
Undang-undang tentang Kesejahteraan anak.
Undang-undang tentang Gelandangan dan PeUndang-undang tentang Pemberantasan PelaPerdagangan manusia.
595
Download