i ANALISIS EKSPRESI GEN CD14 DAN CD15 SEBAGAI PETANDA MYELOID DERIVED SUPPRESSOR CELLDAN EKSPRESI GEN CXCR4 SERTA S100A8 UNTUK PREDIKTOR PROGRESIVITAS KARSINOMA NASOFARING ANALYSIS OF THE CD 14 AND CD 15 FOR MYELOID DERIVED SUPPRESSOR CELL PROFILES AND THE EXPRESSION OF CXCR4 AND S100A8 GENES AS PREDICTOR FOR PROGRESSIVITY OF NASOPHARYNGEAL CARCINOMA Oleh: Yussy Afriani Dewi NPM: 130130130027 DISERTASI UntukmemenuhigelarDoktordalamIlmuKedokteran Pada Universitas Padjadjaran DenganwibawaRektor Universitas Padjadjaran Dipertahankanpadatanggal Di Universitas Padjadjaran PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2016 ii ANALISIS EKSPRESI GEN CD14 DAN CD15 SEBAGAI PETANDA MYELOID DERIVED SUPPRESSOR CELL DAN EKSPRESI GEN CXCR4 SERTA S100A8 UNTUK PREDIKTOR PROGRESIVITAS KARSINOMA NASOFARING ANALYSIS OF THE CD 14 AND CD 15 FOR MYELOID DERIVED SUPPRESSOR CELL PROFILES AND THE EXPRESSION OF CXCR4 AND S100A8 GENES AS PREDICTOR FOR PROGRESIVITY OF NASOPHARYNGEAL CARCINOMA Oleh: Yussy Afriani Dewi NPM: 130130130027 DISERTASI UntukmemenuhisalahsatusyaratujiangunamemperolehgelarDoktor dalamIlmuKedokteranDasar Telahdisetujuioleh Tim Promotorpadatanggalsepertitertera di bawahini Bandung, 18Januari 2016 Mengetahui Prof. Dr. M. NurhalimShahib, dr KETUA TIM PROMOTOR Prof. Dr. M.Thaufiq S. Boesoirie, dr., MS., SpTHT-KL(K) Dr. DimyatiAchmad, dr., SpBOnk(K) ANGGOTA TIM PROMOTOR ANGGOTA TIM PROMOTOR iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Karyatulis saya, disertasi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (doktor), baik di Universitas Padjadjaran maupun di perguruan tinggil ainnya. 2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan Tim Promotor dan masukan Tim Penelaah/Tim Penguji. 3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini. Bandung, Januari 2016 Yang membuat pernyataan (Yussy Afriani Dewi) NPM 130130130027 iv ABSTRAK Karsinoma nasofaring adalah keganasan epitel yang melapisi permukaan nasofaring. Insiden KNF di Indonesia sekitar 6,2/100.000 atau 12.000 kasus baru per tahun. KNF bersifat radiosensitif, tetapi penderita biasanya datang dengan stadium yang sudah lanjut yang menandakan bahwa pertumbuhan tumor tersebut bersifat progresif. Terdapat peranan MDSC dalam proses pertumbuhan tumor. MDSC berhubungan dengan efek supresi sistem imun yang menyebabkan progresivitas tumor. Migrasi dan aktivasi MDSC dipengaruhi oleh beberapa faktor kemotaksis seperti CXCL12 yang berikatan dengan reseptornya CXCR4 dan pro-inflamasi seperti S100A8. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ekspresi gen CD14 dan CD15 sebagai petanda MDSC, ekspresi gen CXCR4, serta S100A8 dalam sikulasi darah dan jaringan tumor KNF sebagai perbandingan untuk dijadikan prediktor progresivitas KNF. Sampel penelitian berasal dari darah dan jaringan tumor penderita KNF sebanyak 16 sampel yang dibagi menjadi kelompok stadium awal dan lanjut. Dilakukan pemeriksan qRT-PCR, data dianalisis dengan metode 2-ΔΔCt. Analisis statistik menggunakan Shapiro Wilk test dengan analisis korelasi Spearman. Terdapat perbedaan bermakna pada ekspresi gen CD14 dan CD14 sebagai petanda MDSC, serta gen S100A8 antara sampel darah stadium awal dan lanjut. Terdapat korelasi yang signifikan antara MDSC (p=0.000), ekspresi gen CXCR4 (p=0.032), dan S100A8 (p=0.000) dalam darah dengan stadium. Tidak ditemukan korelasi antara stadium awal dan lanjut yang bermakna pada seluruh gen untuk sampel jaringan tumor KNF. MDSC berkorelasi dengan usia (p=0.002), T (p=0.003) dan N (p=0.006) sedangkan CXCR4 berkorelasi dengan klasifikasi T (p=0.039) dan N (p=0.009) saja serta S100A8 berkorelasi dengan usia (p=0.041) dan klasifikasi T (p=0.022). Berdasarkan analisis multivariate didapatkan bahwa MDSC dapat dijadikan prediktor progresivitas KNF. Peningkatan MDSC yang disandi oleh ekspresi gen CD14 dan CD15, ekspresi gen CXCR4 serta S100A8 dalam darah sebanding dengan progresivitas karsinoma nasofaring. MDSC dapat dijadikan prediktor progresivitas karsinoma nasofaring. Kata kunci: CD14, CD15, Myeloid Derived Suppresor Cell, CXCR4, S100A8, Karsinoma Nasofaring v ABSTRACT Nasopharyngeal carcinoma is a malignancy of epithelial lining the nasopharynx. Incidence of NPC in Indonesia is 6.2/100.000 or 12.000 new cases per year. Nasopharyngeal carcinoma is radiosensitive, but the patients usually came for late stage that has been further indicating progression of the tumor. There is the role of MDSC in the process of tumors growth. Most significantly, MDSC are increased in cancer patients and contribute to the immunosuppression. Migration and activation of MDSC are influenced by several factors such as CXCL12 binding to CXCR4 receptor and pro-inflammatory such as S100A8. The aim of this study for analyzes of CD14 and CD15 for MDSC profile, and expression of gene CXCR4 and S100A8 as a predictor for progressivity of NPC. Peripheral blood specimen and biopsy from primary tumor were collected from 16 nasopharyngeal carcinoma patients. The samples were divided into groups of early and late stages. The samples collected undergone qRT-PCR and data analyzed by 2ΔΔCt methods. Statistical analyses were using Shapiro Wilk test and Spearman correlation analysis. There were significantly differences between early and late stage in CD14 and CD15 gene expression as a marker for MDSC and S100A8 gene in blood. There were significant correlations between the MDSC (p=0.000), CXCR4 gene expression (p=0.032), and S100A8 (p=0.000) in the blood to stage. No correlation was found between early and late stage in all of the genes for NPC tumor tissue samples. MDSC correlated with age (p=0.002), T (p=0.003) and N classification (p=0.006), while CXCR4 correlated with T (p=0.039) and N classification (p=0.009), and S100A8 correlated with age (p=0.041) and T classification (p=0.022). Based on multivariate analysis found that MDSC can be used as predictors of progression of NPC. Increased MDSC encoded by of CD14 and CD15 gene expression, CXCR4 and S100A8 gene expression in the blood comparable with nasopharyngeal carcinoma progression.We concluded that MDSC could be used as a predictor progression of NPC. Keywords: CD14, CD15, Myeloid derived suppresor cell, CXCR4, S100A8, Nasopharyngeal Carcinoma vi KATA PENGANTAR Segala puji hanya milik Allah SWT yang Maha Kuasa. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan, rahmat, dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan disertasi ini yang menjadi tugas akhir dan merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran Dasar pada Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung. Dalam penyusunan disertasi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan disertasi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari para promotor dan pihak lainnya sehingga kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis ekspresi gen CD14 dan CD15 sebagai petanda Myeloid derived suppresor cell dan ekspresi gen CXCR4 serta S100A8 dalam darah dan jaringan tumor untuk prediktor progresivitas karsinoma nasofaring. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan disertasi ini, akan tetapi berkat arahan, masukan, serta doa dari berbagai pihak akhirnya disertasi ini dapat diselesaikan. Dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: vii Prof. DR. Ir. Ganjar Kurnia, DEA sebagai Rektor Universitas Padjadjaran terdahulu dan Prof. Dr. Med. Tri Hanggono Achmad, dr sebagai Rektor Universitas Padjadjaran yang sekarang beserta para wakil rektor yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Program Pascasarjana ini. Prof. H.A. Djaja Saefullah, drs., MA., PhD dan Prof. Dr. Mahfud Arifin, Ir., M.Ssebagai Direktur Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran terdahulu dan Prof. Dr. Hendarmawan, Ir., M.Scsebagai Direktur Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran yang sekarang karena telah mengizinkan penulis untuk mengikuti pendidikan S-3 di Universitas Padjadjaran. Prof. Dr. Med. Tri Hanggono Achmad, dr sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran terdahulu dan Arief Syamsulaksan Kartasasmita, dr., Sp.M(K)., M.Kes., PhD sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran yang sekarang karena telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Pascasarjana ini. Prof. Dr. Danny Hilmanto, dr., Sp.A(K) sebagai Koordinator Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran yang telah memberikan masukan, arahan, dan pemikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini. Prof. Dr. Budi Setiabudiawan, dr., M.Kes., Sp.A(K) selaku Ketua Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran terdahulu dan Prof. Dr. Dedi Rachmadi, dr., Sp.A(K)., M.Kes selaku Ketua Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas viii Padjadjaran sekarang yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan yang sangat berharga demi penyempurnaan disertasi ini. Dr. Ratna Anggraeni Agustian, dr., M.Kes., Sp.THT-KL(K) yang telah memberikan pengertian, dorongan, dan semangat kepada penulis dalam penyelesaian disertasi ini. Prof. Dr. Nurhalim Shahib, dr sebagai Ketua tim promotor, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan, masukan, arahan, pikiran, petunjuk, dorongan, serta banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan disertasi ini. Beliau tetap memberikan perhatian dan bantuan, serta melakukan bimbingan kepada penulis di tengah-tengah kesibukan beliau sehingga disertasi ini dapat diselesaikan. Prof. Dr. M.Thaufiq S. Boesoirie, dr., MS., SpTHT-KL(K) sebagai anggota tim promotor yang telah membimbing dengan penuh perhatian, kesabaran, dan semangat dalam setiap waktu. Beliau selalu memberikan motivasi dan dorongan untuk menyelesaikan disertasi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan dan dorongan yang sangat membantu. Dr. Dimyati Achmad, dr., SpBOnk(K) sebagai anggota tim promotor, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas dorongan, bimbingan, dukungan, petunjuk, dan masukan dengan kesabaran serta motivasi yang diberikan kepada penulis yang sangat membantu dalam penyelesaian disertasi ini. Prof. Dr. Widodo Ario Kentjono, dr., Sp.THT-KL(K)., FICS, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala dukungan, ix motivasi, bimbingan, petunjuk, arahan, dan motivasi yang diberikan penulis sehingga disertasi ini dapat diselesaikan. Prof. Dr. Ristaniah D Soetikno, dr., Sp.Rad(K)., M.Kes yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang sangat membantu untuk penyelesaian disertasi ini. Dr. Ani Melani Maskoen, drg., M.Kes yang telah memberikan arahan, asupan, dan petunjuk sehingga disertasi ini dapat diselesaikan. Ibu Nurvita Trianasari, S.Si., M.Stat dan Dr. Hadyana Sukandar yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan petunjuk dalam analisis statistik sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini. Chippy Ahwil, dr., M.Kes., Sp.THT-KL dan Dr. Shanti Fitri Boesoirie, dr., M.Kes., Sp.M, Agung Dinasti Permana, dr., Sp.THT-KL., M.Kes., FICS yang telah memberikan arahan, petunjuk, dan asupan sehingga disertasi ini dapat diselesaikan. Bu Ida, Mbak Dian, Mba Devivi, Mba Afni, Pak Asep, Mba Nurul, Wahyu, dan semua pihak yang telah membantu sehingga disertasi ini dapat diselesaikan. Seluruh senior dan teman sejawat di Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RS Hasan Sadikin Bandung, penulis menyampaikan rasa terima kasih atas segala bantuan, dorongan, semangat, dan pengertian selama proses penyusunan disertasi ini. Rekan-rekan peserta Program Pascasarjana Ilmu Kedokteran Dasar Fakultas Kedokteran angkatan 2013, yang telah berjuang bersama sejak awal hingga akhir pendidikan. x Rasa terima kasih dan penghargaan yang tidak terhingga untuk kedua orang tua tercinta ibunda Aan Herliati dan Ayahanda Amir Sjarifuddin, BA yang telah melahirkan dan membesarkan penulis, dengan tulus dan kasih sayang mendidik dan memotivasi sehingga dapat menyelesaikan pendidikan ini. Ucapan terima kasih setulusnya dari hati atas doa yang tak pernah putus, semangat yang tak ternilai kepada penulis. Kepada Ayahanda Mochammad Sanusi Alm yang sangat menyanyangi dan memberikan semangat dalam kehidupan. Semoga amal ibadah beliau diterima di sisi Allah SWT. Kepada kakakku tersayang drs. Yusep Yuhana dan Dr. Yuli Andriani, S.Pi., MP yang tidak pernah lelah memberikan dukungan dan masukan untuk penulis. Kepada kakak sepupuku Ir. Ramdhan Soekarno dan drs. Mulyani Setiati yang telah memberi makna tentang arti hidup. Kepada adikku tercinta Ramadhani Wulandari, SH yang sangat membantu, memberikan dukungan kepada penulis. Kepada yang terkasih dan tersayang suamiku H. Berry Nugraha, SE, terima kasih untuk semua waktu yang kau berikan sepenuhnya, untuk kasih sayangmu yang kau tanamkan seutuhnya, yang selalu sabar, setia mendampingi, dan memberikan semangat dalam segala hal. Kepada anak-anakku tersayang Putri Ronaa Soraya Nugraha dan Nafisah Dwi Zhafira Nugraha atas semua pengertian, pengorbanan, serta waktu yang kalian berikan. Terima kasih atas semua keceriaan dan keindahan yang kalian berikan dalam kehidupan ini. xi Penulis juga berterima kasih atas bantuan dari sahabat, teman, keluarga, dan semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang diberikan kepada penulis. Harapan penulis semoga disertasi ini dapat membantu menambah pengetahuan, memberikan wawasan yang lebih luas, dan memberikan manfaat untuk kita semua. Bandung, Januari 2016 Penulis xii DAFTAR ISI ABSTRAK …………………………...………………...…………………. iv ABSTRACT ………………………………...…………………………,…... v KATA PENGANTAR ..............................................................................,... vi DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. xii DAFTAR TABEL ………………………….…………………………......... xvii DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. xviii DAFTAR SINGKATAN …………………………………………………... xix DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… xxv PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1 1.1 LatarBelakangPenelitian …………………………………….. 1 1.2 RumusanMasalah …………………………………………….. 8 1.3 TujuanPenelitian …………………………………………....... 9 1.4 KegunaanPenelitian …………………………………………... 9 1.4.1 AspekTeoritis... ……………………………………….. 9 1.4.2 AspekPraktis …………………………………………... 10 BAB I BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS…………………………………………………….. 11 2.1 KajianPustaka ………………………………………………… 11 2.1.1 KarsinomaNasofaring …………………………..……... 11 xiii 2.1.1.1 Definisi …………………...………………........ 11 2.1.1.2 Epidemologi …………………………...…........ 11 2.1.1.3Histopatologi………………………………...... 12 2.1.1.4Diagnosis ………………….………………….. 13 2.1.1.5 Stadium ………………………………………. 17 2.1.1.6 EtiologidanPatogenesis ……………………... 19 2.1.1.6.1FaktorGenetik ……………….……… 19 2.1.1.6.2 FaktorLingkungandan Diet ………... 20 2.1.1.6.3 InfeksiVirus Epstein Barr (VEB) …... 21 2.1.2ImunogenitasTumor ………………………………….. 2.1.3Myeloid Derived Suppressor Cells (MDSC) ………….. 24 31 2.1.3.1 AsaldanDistribusiMDSC ……………………. 32 2.1.3.2 MorfologiMDSC …………………………….. 35 2.1.3.3MigrasidanAktivasiMDSC ….….…………... 36 2.1.3.4Mekanisme MDSC untukSupresiFungsi Sel-T …………………………………………... 42 2.1.4Mekanisme CXCL12 (SDF-1)/CXCR4 pada Keganasan …………………………………………….. 43 2.1.5 Proinflamatorik S100 ……………………………...… 46 2.1.6 Ekspresi Gen …………………………………...…… 51 2.1.7Real Time-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) …. 57 2.1.8 Analisis Data RT-PCR MenggunakanMetode 2-ΔΔCt.. 61 2.2 KerangkaPemikiran ……………………………………….… 62 xiv 2.3 Hipotesis ………………………………………………………. 69 BAB III SUBJEK, BAHAN, DAN METODE PENELITIAN…………. 71 3.1 SubjekdanBahanPenelitian………………………………….. 71 3.1.1 SubjekPenelitian ………………………………………. 71 3.1.1.1 KriteriaInklusi ………………………………… 71 3.1.1.2 KriteriaEksklusi ………………………………. 72 3.1.1.3 KriteriaDrop Out …………………………...… 72 3.1.2 BahanPenelitian ……………………………………….. 72 3.1.3 AlatPenelitian …………………………………………. 74 3.4 PenentuanJumlahdanBesarSampel ………………………… 74 3.5 MetodePenelitian ……………………………………………. 77 3.5.1 RancanganPenelitian ………………………….……… 77 3.5.2 IdentifikasiVariabel ………………………..………… 78 3.5.3DefinisiOperasionalVariabel ………............................. 78 3.5.4ProsedurPenelitian …………………………………….. 81 3.5.4.1PemilihanSubjekPenelitian ………………….... 81 3.5.4.2IsolasiRNA …………………………………….. 83 3.5.4.3 Reverse Transcriptase PCR (RT-PCR) ……….. 85 3.5.5 TempatdanWaktuPenelitian ………………………… 3.6AnalisisStatistik……………………………………………… 86 86 3.7 AlurPenelitian ……………………………………………….. 89 3.8AspekEtikPenelitian 90 ………………………….…………… xv BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………… 92 4.1 HasilPenelitian ………………………………………………. 92 4.2 PengujianHipostesis …………………………………………. 107 4.3 Pembahasan ………………………………………………….. 114 4.3.1 KarakteristikSubjekPenelitian ……………………….. 114 4.3.2 Ekspresi Gen ………………………………………….. 118 4.3.2.1 PeningkatanEkspresi Gen CD14 dan CD15 SebagaiPetanda MDSC dalamDarah KNF … 4.3.2.2 118 PeningkatanEkspresi Gen CXCR4 dalam 123 Darah KNF ………………………………… 4.3.2.3 PeningkatanEkspresi Gen S100A8 dalam 128 DarahKNF …………………………………. 4.3.2.4 Ekspresi Gen CD14 dan CD15 sebagaiPetanda MDSC sertaEkspresi Gen CXCR4 dan S100A8 dalamJaringan Tumor KNF ………... 131 4.3.3KorelasiantaraMDSC, Gen CXCR4, danS100A8 …. 136 4.3.4PrediktorProgresivitasKarsinomaNasofaring...…… 139 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ……………………………………… 141 5.1 Simpulan …………………………………………………….. 141 5.1.1 SimpulanUmum ……………………………………… 141 5.1.2 SimpulanKhusus ……………………………………… 142 xvi 5.2 Saran …………………………………………………………. 143 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 144 LAMPIRAN ………………………………………………………………... 153 xvii DAFTAR TABEL TabelHalaman 2.1 KarakteristikMDSC ……...……………………………………...…….. 35 2.2 Petanda MDSC padaManusia …………………………………………. 36 4.1 KarakteristikSubjekPenelitian ………………………………………... 93 4.2KategoriEkspresi Gen pada Tingkat mRNA BerdasarkanNilai Ct ..…. 95 4.3Ekspresi Gen CD14, CD15, CXCR4, dan S100A8 padaSampelDarahdanJaringan Tumor BerdasarkanNilai Ct 97 ………..………………..… 4.4KenaikanNilaiEkspresi Gen AntarKelompok ……………………….. 99 4.5PerbandinganEkspresi Gen CD14 dan CD15 SebagaiPetandaMDSC, Gen CXCR4, dan S100A8 padaSampelDarahKarsinomaNasofaring 100 4.6PerbandinganEkspresiCD14 dan CD15 SebagaiPetandaMDSC, Gen CXCR4, dan S100A8 SampelJaringan Tumor KarsinomaNasofaring 102 4.7KorelasiantaraMDSC, EkspresiGen CXCR4, danS100A8 dalamDarahdengan Stadium 103 …………………………….………………. 4.8Korelasiantara MDSC, EkspresiGen CXCR4, danS100A8 dalamJaringan Tumordengan Stadium 104 …………………………………… 4.9 KorelasiantaraMDSC, CXCR4, danS100A8 denganUsia, JenisKelamin, Klasifikasi T dan N 105 xviii ……………………………………….. 4.10AnalisisMutivariatePersamaanRegresiLogistik Stadium AwaldanLanjutBerdasarkan MSC, CXCR4, dan S100A8 107 ………………….. DAFTAR GAMBAR GambarHalaman 2.1 InfeksiVirus Epstein Barr ……………………………………............. 2.2 23 BerbagaiFaktorLingkunganMikroyang BerpengaruhTerhadap PerkembanganTumor …………………………………………………. 26 2.3PeranInflamasiDalamInisiasidanPromosiTumor ………………….. 27 2.4ProsesImunostimulasidanImunosupresiDalamLingkunganMikro Tumor …………………………………………………………………. 30 2.5DiferensiasiSelMieloidPadaKeadaanFisiologis ……………………. 33 2.6AsalMDSC ……………………………………………..…………….. 34 2.7MigrasiMDSC ..………..……............................................................... 38 2.8JalurSinyaluntukTerjadinyaMigrasiMDSC……………….……..... 40 2.9 PerubahanSelMieloidpadaKeganasan ………………………...…… 42 2.10MekanismeMolekuler MDSC padaKeganasan ……………………... 43 2.11JalurSinyal CXCR4 ………………………………………………….. 45 2.12Mekanisme S100 dengan RAGE ……………………………………... 49 2.13InteraksiSel Tumor dengan MDSC dan S100A8/9 …………………. 50 xix 2.14StrukturKromosom, Gen, dan DNA …………………………………. 54 2.15Ekspresi Gen padaSelEukariot ……………………………………… 54 2.16 ModelReal Time Quantitave PCR …………………………………… 60 2.17SkemaKerangkaPemikiran …………………………………………. 67 3.1 AlurPemeriksaanPenelitian ……………..……………………………. 89 DAFTAR SINGKATAN A-T Adenin – Timin ADCC Antibody dependent cellular cytotoxicity AJCC American Joint Committee on Cancer ARG Arginase ATP Adenosine Triphosphate bcl2 B-Cell Lymphoma bFGF Basic fibroblast growth factor bp PasanganBasa CCR2 CC Chemokine ReceptorTipe 2 CD Cluster Differentiation CDP Common DC progenitors CLP Common lymphoid progenitor cells CMLP Common myeloid lymphoid progenitor cells CMP Common myeloid progenitor cells CNG Carboxylated N-glycans COX-2 Cyclooxygenase-2 xx Ct Threshold Cycle CT-Scan ComputedTomography Scanning CTL Cytotoxic T Lymphocyte CTLA-4 Cytotoxic T-Lymphocyte Antigen 4 CTP CytidineTriphosphat CXCL12 CXC Chemokin 12 CXCR4 CXC Chemokin Receptor 4 DAMPs Damage Associated Moleculer Patterns DC Dendritic Cell dNTP DeoksinukleotidaTrifosfat dsDNA Double-StrandedDeoxyribonucleic Acid EA EarlyAntigen EBNA Epstein-BarrNuclearAntigen EBNA-LP Epstein-Barr Virus Nuclear Antigen Leader Protein EDC Epidermal differentiation complex EDTA Ethylenediaminetetraacetic acid ERK Extracellular Signal-Regulated Kinase ERK Extracellular signal-regulated kinase FasL Fas Ligand FLT-3 FMS-related tyrosine kinase 3 FoxP3 Forkhead Box P3 G-C Guanin– Sitosin G-CSF Granulocyte colony stimulating factor GADPH Glyceraldehyde 3 phosphate dehydrogenase xxi GM-CSF Granulocyte/Macrophage Colony-Stimulating Factor GMP Granulocyte/macrophage progenitors gp Glikoprotein GPCR G-Protein-Coupled Receptor GRK G-Protein Receptor Kinase GTP Guanosine Triphosphate HIF Hypoxia-inducible factor HLA Human LeucocyteAntigen hnRNA HeterogenousNukleus RNA HSC Hematopoietic stem cells Hsp Heat Shock Protein ICAM Intercellular Adhesion Molecule IFN Interferon Ig Imunoglobulin IHK Imunohistokimia IL Interleukin IL-4R IL-4 Receptor -Chain IMC Immature Myeloid Cells INK4 Inhibitor of Cyclin-Dependent Kinase 4 iNOS Inducible Nitric Oxide Synthase ITAM Immunoreceptor Tyrosine-Based Activation Motifs JAK Janus Activated Kinase JNK c-Jun N-terminal kinases kB Kilobase xxii KGB KelenjarGetahBening KNF KarsinomaNasofaring LMP Latent Membrane Protein LOH Loss of Heterozygote LP Leader Protein LPS Lypopolysaccharide Ly6g Lymphocyte antigen 6 complex, locus G M-CSF Macrophage colony-stimulating factor M-CSF Macrophage Colony-Stimulating Factor M-CSF Macrophage colony-stimulating factor MAPK Mitogen-Activated Protein Kinase MCP Mast cell progenitors MDP MO dan DC progenitor MDSC Myeloid Derived Suppressor Cells MEP Megakaryocyte/erythroid progenitors MHC Major Histocompatibility Complex MMP Matrix Metalloproteinase MO-MDSC Monocytic- Myeloid Derived Suppressor Cells MRI MagneticResonanceImaging mRNA Messenger RNA MRP Myeloid-related Proteins MyD88 Myeloid Differentiation Factor 88 NCBI National Centre for Biotechnology Information NADPH Nicotinamide adenine dinucleotidephosphate xxiii NDMA N-nitrosodimetilamin NF-B Nuclear Factor Kappa-Beta NK Natural Killer NO Nitric Oxide NOS2 Nitric Oxidase Synthase 2 ONOO- Peroxynitrite OR Odds Ratio PAMPs Pathogen Associated Molecular Patterns PET Scan Positron Emission Tomography Scanning PGE2 Prostaglandin E2 PI3K Phosphoinositide 3-kinase PMN-MDSC Polymoprhonuclear- Myeloid Derived Suppressor Cells Poli A PoliAdenil PRRs Pattern Recognition Receptors RAGE Receptor for Advanced Glycation End Products RNA Ribonucleic Acid RNI Reactive Nitrogen Intermediates RNOS Reactive Nitrogen-Oxide Species ROS Reactive Oxygen Species rRNA Ribosomal RNA RSHS RumahSakitHasanSadikin RT-PCR Reverse transcription-Polymerase chain reaction S100A S100 Calcium Binding Protein A SCF Stem-Cell Factor xxiv SDF-1 Stromal Cell-Derived Factor SPO StandarProsedurOperasional SPSS Statistical Product and Service Solution STAT Signal Transducer and Activator of Transcription TAM Tumor Associated Macrophage TCR T-cell reseptor TDF Tumor-derived factors TDSF Tumor-Derived Soluble Factor TEM TIE2- ExpressingMonocytes TGF Transforming Growth Factor THT-KL TelingaHidungTenggorok-BedahKepalaLeher TIL Tumor Infiltrating Lymphocyte TLR Toll Like Receptor TNF Tumor Necrosis Factor tRNA Transfer RNA TSG Tumor Suppressor Gene UTP Uridine Triphosphate VCA Viral Capsid Antigen VEB Virus Epstein Barr VEGF Vascular Endothelial Growth Factor WHO World Health Organization xxv DAFTAR LAMPIRAN LampiranHalaman 1. Dalil ………………………………………………………………….. 153 2 SuratKeputusanKomiteEtikPenelitianKesehatan ……………….... 154 3 SuratPernyataanPersetujuanuntukIkut Serta DalamPenelitian …… 155 4 Formulir Data PenderitaKarsinomaNasofaring …………………….. 156 5. Data PasienPenelitian …………….…………………………………. 164 6. Hasil RT PCR ………………………...……………………………… 166 7. Out putSPSS ………………………………………………………….. 219 8. DaftarRiwayatHidupSingkat………………..……………………… 241 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan tersering pada traktus aerodigestivus bagian atas yang menduduki peringkat pertama di daerah kepala leher.1, 2 Karsinoma nasofaring adalah keganasan yang berasal dari epitel, mukosa, dan kripta yang melapisi permukaan nasofaring.3 Di Indonesia, sekitar 60% tumor ganas kepala leher adalah KNF; menduduki urutan kelima dari seluruh keganasan setelah tumor ganas mulut rahim, payudara, kelenjar getah bening (KGB), dan kulit.2Sekitar 80% KNF di Indonesia terjadi pada usia produktif yaitu 30-59 tahun dan insidensinya cenderungmeningkat dengan bertambahnya umur.1 Karsinoma nasofaringjarang ditemukan diAmerika dan Eropa yaituhanya 0,5 dan 1 kasus per 100.000 populasi per tahun, tetapidi Cina terutama Cina Selatan, Hongkong, dan Guangzhou terdapat 25 kasus per 100.000 populasi per tahun.1, 2 Insiden KNF di Indonesia diperkirakan sebanyak 6,2 kasus per 100.000 populasi per tahun dengan perbandingan antara pria dan wanitasebesar 2-3:1.1Di Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher (THT-KL) Rumah Sakit Umum PusatDr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, KNF menempati urutan pertama dari seluruh keganasan kepala leher dengan jumlah penderita 692 (43,7%) kasus baru pada tahun 2010-2014 dan sebagian besar datang dengan keluhan pembesaran 1 2 KGB regional yaitu sebanyak 239 orang (56,5%).Perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1.4 Penyebab KNF masih belum diketahui secara pasti, diduga terdapat peran faktor lingkungan seperti terpapar zat karsinogen, asap rokok, debu kayu, dan formaldehid; faktor genetik, faktor diet, dan infeksi Virus Epstein Barr (VEB).2, 5, 6 Faktor diet yang berperan adalahmengkonsumsi ikan asin dan makanan yang diawetkan mengandung nitrosamin.1 Faktor etiologi utama KNF adalah infeksi VEB.3 Penderita KNF sering datang pada stadium lanjut karena gejala awal penyakit tidak khas dan letak tumor yang tersembunyi; terdapatmetastasis ke KGBregional dan gejala paresis saraf kranialis.Keadaan ini menyebabkan kualitas hidup menurun serta dapat ditemukan residu atau residif tumor sehingga biaya pengobatan menjadi lebih mahal dan hasil terapi tidak memuaskan. Progresivitas KNF biasanya ditentukan secara klinis, terutama berdasarkan jenis histopatologi, Computed Tomography Scannning (CT-Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau Positron Emission Tomography Scanning (PETScan), serta serologi. Pemeriksaan serologi IgA anti early antigen (EA) dengan sensitivitas dan spesifisitasnya adalah 63% dan 97%; pemeriksaan anti viral capsid antigen (VCA) dengan sensitivitas dan spesifisitasnya 91% dan 92% telah menunjukkan kemajuan dalam mendeteksi KNF. Pemeriksaan ini digunakan untuk deteksi dini dan menentukan prognosis pengobatan.7 Pemeriksaan CT-Scan, MRI, dan PET-Scan walaupun sudah banyak membantu memecahkan permasalahan dalam bidang onkologi tetapi masih mempunyai nilai sensitivitas 76%, 78%, dan 95%; mempunyai keterbatasan terutama untuk mendeteksi KNF rekuren yang dini. Penangkapan radioaktivitas pada pemeriksaan ini akan meningkat karena reaksi 3 inflamasi.8Namun berbagai cara tersebut belum dapat secara akurat menentukan progresivitas KNF. Pemeriksaan radiologi dilakukan setelah terjadi sintesis protein, sedangkan penulis melakukan pemeriksaan RNA dengan menggunakan reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR). Perlu diketahui patogenesis molekuler yang terkini agar dapat menjelaskan progresivitas KNF.Diungkapkan kelainan ditingkat sel dan sub sel (genetik) dapat digunakan untuk prediktor progresivitas KNF.Karsinoma nasofaring dipengaruhi oleh banyak faktor, umumnya merupakan interaksi antara faktor genetik dan lingkungan, khususnya lingkungan mikro di sekitar tumor dan sistem imun.Bila terjadi kelainan genetik tetapi sistem imun bekerja dengan baik, maka kecil kemungkinan terjadi progresivitas. Progresivitas kegasanan dapat terjadi akibat: 1) penurunan sistem imun, 2) terekspresinya kemokin yang mengarahkan sel kanker ke tempat metastasis, 3) menjadikan lingkungan yang hipoksia di daerah sekitar tumor. Lingkungan mikro tumor, khususnya lingkungan imunologik akan menyisakan sel tumor dengan imunogenitas rendah sehingga tumor lebih tahan terhadap aktivitas supresi imun yang disebut immunoediting. Immunoediting memberi penekanan pada dua fungsi sistem imun yang berlawanan, yaitu fungsi proteksi dan aktivitas peningkatan pertumbuhan tumor yang dapat menyebabkan progresivitas suatu keganasan.9Diduga proses supresi imun ini dipengaruhi olehmyeloid derived suppressor cells (MDSC). Myeloid Derived Suppressor Cells adalah suatu populasi heterogen yang terdiri dari sel mieloid progenitoryaitu makrofag, granulosit, dan sel dendritik imatur.Pada keadaan normal, immature myeloid cells (IMC) berada dalam sumsum tulang dan 4 berdiferensiasi secara cepat menjadi granulosit, makrofag, dan sel dendritik yang matur.Pada keadaan patologis seperti keganasan, terjadi penghambatan diferensiasi sebagian IMC untuk menjadi sel mieloid yang matur.10, 11Pada keadaan patologis IMC menjadi aktif akibat faktor pada tumor itu sendiri dan sitokin pada sel inangyang menyebabkan timbulnya MDSC. Pada keadaan normal, MDSCterdapat dalam sumsum tulang, sedangkan pada keadaan patologis dapat ditemukan di daerah limpa, KGB, jaringan tumor, dan dalam sirkulasi darahsekitar 20-40%.10-17Pada individu yang sehat, IMC dapat terlihat sekitar 0,5% dalam sel mononuklear darah perifer.10, 12, 15-17 Myeloid derived suppressor cells dapat menghambat aktivasi dan proliferasi sel T;maturasi sel dendritikyangmenimbulkan regulasi negatif respons imun sehingga terjadiimmune escape.14 Peran MDSC adalah 1) menyekresikan faktor angiogenik yang menyebabkan neoangiogenesis, 2) menghasilkan faktor pertumbuhan, matrix metalloproteinases(MMPs) dan sitokin yang menimbulkan pertumbuhan tumor dan respons imun pada sel Th2 dan sel Treg, 3) berpengaruh pada arginase dan sistein yang dibutuhkan untuk fungsi sel T, 4) menghasilkan nitric oxide (NO) dan reactive oxygen species (ROS) yang menimbulkan nitrasi T cell receptor (TCR) atau apoptosis sel T, 5) mengekspresikan transforming growth factor-β1 (TGF-β1) sebagai sel efektor imun, 6) menurunkan regulasi rantai TCRζ sehingga sel T menjadi tidak aktif.18 Sehingga selain mempunyai sifat imunosupresi, MDSC juga berperan dalam progresivitas tumor dengan menyebabkan angiogenesis, proliferasi, invasi, dan metastasis.10 Secara morfologi MDSC dibedakan menjadi menjadi dua tipe, yaitu monocytic (MO)-MDSC dan granulocytic/polymoprhonuclear (PMN)-MDSC.Sebagai petanda 5 untuk MDSC pada manusia dapat dilihat dengan Lin-HLA-DR-CD33+ atau CD11b+CD14-CD15+ untuk PMN-MDSC dan CD14+HLA-DRneg/lo atau CD11+bCD14+HLA- DRneg/lo untuk MO-MDSC.19Petanda yang khas untuk PMNMDSC adalah Cluster Differentiation 15 (CD15)dan CD14 untuk MO-MDSC dalam sirkulasi darah. Pada binatang, MDSC dapat mengekspresikan petanda CD11b dan Gr1 yang terdiri dari granulositik Ly6G+Ly6Clo dan monositik Ly6G- Ly6Chi.Ekspansi PMN-MDSC lebih banyak dibandingkan MO-MDSC, keduanya mempunyai mekanisme yang berbeda untuk fungsi supresi sel T.10, 12, 15-18 Gabrilovich dkk melakukan penelitian pada keganasan kepala leher dan menemukan MDSC dalam sirkulasi darah.20 Zhi dkk melakukan penelitian secara in vivo pada binatang dan menemukan peningkatan kadar MDSC yang mengandung tumor.10 Migrasi, aktivasi, dan akumulasi MDSC dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang dihasilkan oleh sel tumor, sel stromal, ataudiaktivasi sel T. Mediator yang menyebabkan keadaan ini diantaranya adalah kemokin seperti CXC Chemokin 12 (CXCL12), serta beberapa pro-inflamatorik seperti S100A8.10 Kemokin CXCL12 ataustromal cell-derived factor-1(SDF-1)) akanberikatan dengan CXC chemokin receptor 4 (CXCR4/CD184). CXCR4 terekspresi dalam limfosit, sel punca hematopoetik, sel endotel dan epitel, serta sel tumor.Kemokin ini terlibat dalam progresivitas tumor, angiogenesis, metastasis, dan survival.Ekspresi CXCR4 pada sel epitel maligna dan beberapa keganasan sel hematopoetik menunjukkan bahwa CXCL12/CXCR4 tersebut memegang peranan dalam proses metastasis sel tumor terhadap organ yang mengekspresikan CXCL12 sepertiKGB, paru-paru, liver, atau tulang.17 6 Keterlibatan CXCL12 dan reseptornya CXCR4 dalam progresivitas keganasan dapat terjadi secara langsung dengan mengaktifkan sel kanker dan tidak langsung dengan merekrut sel T regulator dan sel imun dendritik plasmasitoidsehingga menginduksi terjadinya angiogenesis yang ditemukan juga pada MDSC.19, 21 Gen CXCR4 ditemukan juga pada KNF yang berperan dalam proses diferensiasi dan proliferasi yaitu menyebabkan metastasis ke KGB leher sebanyak 86,7% dan metastasis jauh sebanyak 38,6%.22, 23 Obermajer dkk melakukan penelitian pada keganasan ovarium, menunjukkan peningkatan CXCL12 yang berikatan dengan CXCR4 menyebabkan akumulasi MOMDSC pada lingkungan mikro tumor yang berhubungan dengan PGE2.21 Beberapa keluarga S100 yaitu S100A12, S100A8, dan S100A9 merupakan suatu mediator inflamatorik yang dikeluarkan oleh sel mieloid dan juga sel tumor.Molekul intraseluler ini dilepaskan ke daerah ekstraseluler karena kerusakan sel, infeksi, atau inflamasi dan berfungsi sebagai sinyal bahaya proinflamasi.Kadar S100A8 yang tinggi dapat dijadikan petanda suatu reaksi inflamasi dan infeksi yang berulang.Peningkatan ekspresi S100A8 ini dapat ditemukan pada sel yang terinfiltrasi tumor terutama tumor jaringan epitel.Proteininiakanberikatan dengan reseptor carboxylated N-glycans(CNG) membran plasma pada sel target. Pengikatan S100A8dengan reseptornyaakan menyebabkan recruitmentMDSC ke dalam lingkungan tumor. Selain menyekresikan, MDSC juga dapat menyintesis S100A8sehingga menyebabkan prognosis buruk pada keganasandan dapat digunakan sebagai suatu petanda imunologi.24 7 Kadar MDSC dalam sirkulasi berhubungan dengan peningkatan stadium klinis pada beberapa keganasan.11, 12 Montero dkk melakukan penelitian dengan subjek penelitian adalah beberapa keganasan yang termasuk dalam tumor solid dan mendapatkan bahwa peningkatan sirkulasi MDSC sebanding dengan stadium klinis dan metastasis.13Xu Y dkk menemukan ekspresi CXCR4 yang berhubungan dengan diferensiasi dan proliferasi KNF.23 Wang N dkk melakukan penelitian pada penderita KNF dengan menggunakan imunohistokimia dan menemukan bahwa tingkat ekspresi CXCR4 berhubungan dengan survival dan proses metastasis.22Weide dkk mendapat kesimpulan dalam penelitiannya bahwa MDSC dapat dijadikan sebagai petanda prognostik untuk pada penderita melanoma.25 Montero dkk menyatakan bahwa kadar sirkulasi MDSC memegang peranan penting dalam progresivitas tumor dan proses metastasis.26Diduga hal yang sama juga terjadi pada KNF. Proses imunogenesis KNF merupakan tantangan dalam ilmu kedokteran khususnya diSub Divisi Onkologi Bedah Kepala Leher Ilmu Kesehatan THT-KL. Sampai saat ini sudah banyak dilakukan penelitian mengenai patogenesis KNF tetapi yang berhubungan dengan imunogenitas KNF masih sedikit diteliti dan keduanya belum memberikan hasil yang memuaskan, sehingga belum ada indikator dan prediktor yang dapat digunakan untuk mengetahui progresivitas KNF. Perlu dilakukan suatu penelitian terhadap parameter molekuler dan imunologi yang dapat menunjukkan progresivitasKNF. Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan tema sentral penelitian ini sebagai berikut: 8 Karsinoma nasofaring sering tidak terdiagnosis secara dini dan sebagian besar penderita datang dengan stadium lanjut;menunjukkanprogresivitas yang tidak terdekteksi.Pada keadaan tersebut terdapat peran lingkungan mikro tumor, genetik, serta sistem imun.Diduga terdapat peran PMN-MDSC yang mengekspresikan CD15 dan MO-MSC yang mengekspresikan CD14 serta ekspresi gen CXCR4 dan S100A8 dalam progresivitas KNF. CXCL12/CXCR4 akan menyebabkan migrasi, akumulasi, dan aktivasi MDSC. Pada keadaan patologik, MDSC terakumulasi pada daerah tumor dan meningkat dalam darah serta sumsum tulang.MDSC akan menyekresi dan menyintesis S100A8 melalui jalur autokrin. Proinflamatorik S100A8 juga dihasilkan oleh sel tumor.Peningkatan ketiga hal tersebut akan menyebabkan progresivitas tumor, angiogenesis, metastasis, dan survivalsehingga diduga dapat dijadikan sebagai prediktor progresivitasKNF. Berdasarkan pandangan tersebut diatas, perludilakukan penelitian mengenaianalisis MDSC yang disandi oleh ekspresi gen CD14 dan CD15 sebagai petanda,dan ekspresi gen CXCR4, serta S100A8dalam sirkulasi darah dan jaringan tumor KNF stadium awal dan lanjutuntuk dijadikan suatu prediktor progresivitas. 1.2 Rumusan Masalah 1) Apakah MDSC yang disandi oleh ekspresi gen CD14 dan CD15 dalam darah karsinoma nasofaring stadium lanjut lebih tinggi dibandingkan dengan stadium awal? 2) Apakah MDSC yang disandi oleh ekspresi gen CD14 dan CD15 dalam jaringan tumorkarsinoma nasofaring dibandingkan dengan stadium awal? stadium lanjut lebih tinggi 9 3) Apakah ekspresi gen CXCR4 dalam darah karsinoma nasofaring stadium lanjut lebih tinggi dibandingkan dengan stadium awal? 4) Apakah ekspresi gen CXCR4 dalam jaringan tumorkarsinoma nasofaring stadium lanjut lebih tinggi dibandingkan dengan stadium awal? 5) Apakah ekspresi gen S100A8 dalam darah karsinoma nasofaring stadium lanjut lebih tinggi dibandingkan dengan stadium awal? 6) Apakah ekspresi gen S100A8 dalam jaringan tumorkarsinoma nasofaring stadium lanjut lebih tinggi dibandingkan dengan stadium awal? 1.3 Tujuan Penelitian 1) MengujipeningkatanMDSC yang disandi oleh ekspresi gen CD14 dan CD15dalam sirkulasi darah dan jaringantumor karsinoma nasofaring stadium lanjut dibandingkan dengan stadium awal. 2) Menguji peningkatanekspresi gen CXCR4 dalam sirkulasi darah dan jaringan tumor karsinoma nasofaring stadium lanjut dibandingkan dengan stadium awal. 3) Menguji peningkatanekspresi gen S100A8 dalam sirkulasi darah dan jaringan tumor karsinoma nasofaring stadium lanjut dibandingkan dengan stadium awal. 4) Menentukan prediktor progresivitas karsinoma nasofaring. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Aspek Teoritis 10 Sebagai informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan mengenai patogenesis molekulerdan imunologi sehubungan dengan peranan peningkatan MDSC yang disandi oleh ekspresi gen CD14 dan CD15, dan ekspresi gen CXCR4, serta S100A8sehingga dapat dijadikan prediktor progresivitas karsinoma nasofaring. 1.4.2 Aspek Praktis 1) PeningkatanMDSC yang disandi oleh ekspresi gen CD14 dan CD15, dan ekspresi genCXCR4, serta S100A8 dalam darah dan jaringan tumor dapat digunakan oleh klinisi sebagai dasar untuk memprediksi terjadinya progresivitas karsinoma nasofaring. 2) Dengan ditemukannya prediktor ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu faktor prognostik untukkarsinoma nasofaring dengan pemeriksaan biologi molekuler. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Karsinoma Nasofaring 2.1.1.1 Definisi Karsinoma nasofaring adalah keganasan yang berasal dari epitel atau mukosa dan kripta yang melapisi permukaan nasofaring.3Lesi awal keganasannya terletak pada fossa Rosenmuller yang merupakan epitel sel skuamosa di sekitar tuba Eustachius dinding lateral dan atap nasofaring, serta daerah tuba Eustachius sendiri.27, 28 2.1.1.2 Epidemiologi Karsinoma nasofaring mempunyai distribusi yang berbeda berdasarkan letak geografi dan kebiasaan hidup, jarang terjadi di beberapa negara tertentu seperti Amerika Serikat dan Eropa dengan insidens sebesar 0,5 dan 1 kasus per 100.000 populasi per tahun.1, 2 Prevalensi tinggi terdapat di Cina dan Hongkong yaitu 25 kasus per 100.000 populasi per tahun.1Di daerah Asia (Thailand, Filipina, Malaysia) sebanyak 8 kasus per 100.000 populasi per tahun.29Insiden KNF di Taiwan dan Singapura tergolong tinggi yaitu 18,1 dan 7,4 per 100.000 penduduk per tahun.Suatu penelitian di Taiwan menunjukkan bahwa KNF merupakan kegasanan didaerah kepala dan leher terbanyak sebesar 42%. Sedangkan di Selangor, Malaysia didapatkan insidens KNF pada orang Cina sebesar 17,3 per 100.000 penduduk lakilaki dan 7,3 per 100.000 penduduk perempuan per tahun. Insidens KNF yang relatif tinggi didapatkan pada orang Eskimo di Alaska yaitu 13,5 per 100.000 penduduk 11 12 laki-laki dan 3,7 per 100.000 penduduk perempuan per tahun.30, 31Keunikan insidens inilah yang melatarbelakangi pemikiran keterkaitan KNF dengan faktor risiko tertentu.32 Insidens KNF di Indonesia diperkirakan sebesar 6,2 kasus per 100.000 populasi per tahun.1 Sekitar 60% tumor ganas kepala leher adalah KNF yang menduduki urutan kelima dari seluruh keganasan setelah tumor ganas mulut rahim, payudara, KGB, dan kulit.2 Di Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL RSHS Bandung tahun 2010-2014 didapatkan 629 (43,7%) kasus baru KNF dan sebagian besar datang dengan keluhanpembesaran KGB leher sebesar 239 (56,5%) orang.4 Karsinoma nasofaring dapat ditemukan pada semua usia, namun jarang dibawah 20 tahun. Insiden KNF mulai meningkat pada usia 20-24 tahun dan sering dijumpai pada usia produktif yaitu usia 30-59 tahun (sekitar 80%) dengan puncak antara 4049 tahun.31Kejadian KNF lebih sering dijumpai pada laki-laki dibandingkan wanita dengan perbandingan 2-3:1.33 Di RSHS Bandung ditemukan KNF lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan yaitu 2:1.4 2.1.1.3 Histopatologi Mukosa nasofaring saat lahir dilapisi oleh pseudostratified kolumnar epitelium, pada usia sekitar 10 tahun berubah menjadi stratified skuamosa epitelium. Pada dinding lateral nasofaring terdapat daerah yang merupakan tempat transisi pertemuan kedua jenis epitel ini yang berpotensi menjadi ganas. Membran mukosa nasofaring berisi jaringan limfoid dan kelenjar air liur minor yang bisa menjadi asal keganasan di nasofaring.33 13 World Health Organization (WHO) membagi KNF atas tiga tipe.Tipe I adalah karsinoma sel skuamosa dengan keratinisasi berdiferensiasi baik sampai sedang dan menghasilkan banyak keratin di dalam maupun luar sel. Tipe II yaitu karsinoma sel skuamosa tanpa keratinisasi dengan diferensiasi baik dan sedang.Seringkali menyerupai gambaran karsinoma sel transisional.Tipe III adalah KNF yang tidak berdiferensiasi, dikenal juga dengan tipe anaplastik dan berdiferensiasi buruk.5, 34 Karsinoma jenis ini mempunyai kemampuan invasi dan metastasis dibanding dengan tipe yang lain, berhubungan erat dengan jaringan limfoid disebut sebagai limfoepitelioma.33 WHO tipe III merupakan tipe histopatologi yang paling sering dan endemik, terutama di Asia Tenggara.2Di RSHS Bandung tahun 2010-2014 ditemukan WHO tipe III sebanyak 57,3%.4 2.1.1.4 Diagnosis Diagnosis KNF dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan nasofaring, radiologi, serologi, dan histopatologi.35 1) Gejala Klinis Gejala yang timbul pada KNF biasanya berhubungan dengan letak tumor, penyebaran, dan stadiumnya.Keluhan pertama yang muncul adalah keluhan pada telinga berupa oklusi tuba Eustachius sampai otitis media serosa dan perforasi membran timpani atau hidung berupa sumbatan hidung dengan atau tanpa sekret yang bercampur darah atau berupa epistaksis. Gangguan penciuman dan obstruksi biasanya menetap dan bertambah berat akibat massa tumor yang menutupi koana. Gejala lanjut yang paling sering dijumpai dan mendorong 14 pasien untuk datang berobat adalah pembesaran KGB leher unilateral atau bilateral.33, 35 Gejala lain yang dapat terjadi adalah kelumpuhan saraf kranialis. Tumor dapat meluas ke arah superior menuju intra kranial dan menjalar sepanjang fossa kranii media (penjalaran petrosfenoid). Biasanya tumor masuk rongga tengkorak melalui foramen laserum, menimbulkan kerusakan atau lesi pada grup anterior saraf kranialis yaitu N. III, IV, V, dan N VI. Bila semua saraf grup anterior terkena gangguan maka timbul kumpulan gejala yang disebut sebagai sindroma petrosfenoid yaitu neuralgia trigeminal dan oftalmoplegia unilateral, amaurosis dan nyeri kepala hebat karena penekanan tumor pada duramater. Terkenanya N. III menimbulkan gejala ptosis dan klinis didapatkan oftalmoplegi kecuali untuk pergerakan ke lateral karena kelumpuhan muskulus rektus internus superior dan inferior serta muskulus palpebra inferior dan obliqus. Gangguan N.IV menimbulkan kelumpuhan muskulus obliqus inferior bola mata. Biasanya penekanan saraf ini terjadi di dalam atau pada dinding lateral sinus kavernosus. Gangguan N.VI mengakibatkan kelumpuhan m. rektus bulbi lateral sehingga timbul keluhan diplopia dan strabismus konvergen. Keluhan lain akibat perluasan tumor ke intra kranial berupa sakit kepala. Perluasan tumor kearah anterior menuju rongga hidung, sinus paranasal, fossa pterigopalatina sampai apeks orbita.Tumor besar dapat mendesak palatum mole, menimbulkan gejala obstruksi jalan nafas atas dan jalan makanan. Perluasan tumor kearah posterolateral menuju ke ruang parafaring dan fossa pterigopalatina kemudian masuk foramen jugulare (penjalaran retroparotidian), yang melibatkan grup posterior saraf otak yaitu N. VII sampai dengan N. XII, serta nervus simpatikus servikalis 15 yang berjalan menuju fasia orbitalis. Bila terdapat kelumpuhan N. IX akan terjadi kesulitan menelan karena hemiparesis otot konstriktor superior dan gangguan pengecapan pada sepertiga belakang lidah, N. X akan terjadi hiper/hipo/anestesi mukosa palatum mole, faring, dan laring disertai gangguan menelan dan respirasi, N. XI terjadi hemiparesis palatum mole dan sulit mengangkat bahu karena kelumpuhan atau atrofi otot trapesius dan sternokleidomastoid, dan N. XII terjadi gangguan menelan, hemiparalisis, dan atrofi lidah unilateral disebut sebagai sindroma retroparotidean atau sindroma Jackson.33, 35 Penekanan saraf kranialis ini dapat disertai gejala akibat kelumpuhan nervus simpatikus servikalis berupa penyempitan fisura palpebralis, enoftalmi, dan miosis yang dikenal sebagai sindroma Horner. Kelainan neurologik pada KNF ini berkisar antara 29-53%.33, 35 2) Pemeriksaan Nasofaring Pemeriksaan tumor primer di nasofaring dapat dilakukan dengan cara rinoskopi posterior dan nasofaringoskopi.Pemeriksaan dengan rinoskopi posterior sering ditemukan kesulitan karena yang dilihat hanya berupa gambaran atau bayangan pada kaca. Diperlukan pemeriksaan nasofaringoskopi dengan flexible fibrescope atau endoskop hopkins kaku 00 dan 300.33, 35 3) Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan radiologi diperlukan untuk mendapatkan informasi adanya tumor, perluasan, serta kekambuhan paska terapi. Pemeriksaan radiologi untuk karsinoma nasofaring terdiri dari foto polos tengkorak, CT scan, MRI, dan PET Scan.33, 35, 36 16 Foto polos tengkorak dilakukan untuk mengetahui adanya jaringan lunak di dinding posterior pada proyeksi lateral, melihat struktur tulang dan foramen pada proyeksi basis, serta mengetahui ekspansi tumor ke hidung dan sinus paranasal pada proyeksi antero-posterior dan Waters. Pemeriksaan CT scan mempunyai keuntungan dan nilai diagnosis tinggi yaitu membedakan berbagai densitas di nasofaring dan menilai perluasan tumor, penyebaran ke kelenjar limfa leher, destruksi tulang serta penyebaran ke intrakranial.Pemeriksaan MRI dapat membedakan jaringan lunak dan cairan misalnya retensi cairan akibat invasi ke sinus paranasal.33, 35, 36 Kelebihan penggunaan CT Scan adalah gambar yang dihasilkan memiliki resolusi yang baik dan akurat, dan tidak invasif; kekurangannya adalah terjadinya paparan radiasi, dapat terjadi artefak, dan reaksi alergi terhadap zat kontras yang digunakan. Ada beberapa kelebihan MRI dibandingkan dengan pemeriksaan CT Scan yaitu: 1) lebih baik dalam mendeteksi beberapa kelainan pada jaringan lunak, 2) mampu memberikan gambaran anatomi secara jelas, 3) 3) mampu membuat gambaran potongan melintang, tegak, dan miring tanpa merubah posisi pasien, 5) tidak menggunakan radiasi pengion.37 Kelebihan penggunaan PET-Scan adalah tidak hanya melihat anatomi tubuh saja tetapi metabolisme tubuh, dapat membedakan neoplasma jinak dan ganas tetapi harganya relatif sangat mahal.38 17 4) Pemeriksaan Serologi Pada KNF dapat dideteksi antibodi IgG yang ditemukan pada awal infeksi virus dan antibodi IgA yang ditemukan pada kapsid antigen virus.Ig A anti VCA adalah antibodi spesifik untuk diagnosis dini KNF dan dapat dipakai sebagai petanda tumor, dianggap positif bila titernya > 5.Titernya bisa meningkat sebelum gejala KNF timbul.Pembentukan IgA anti VEB-VCA terjadi setelah sintesis DNA virus, berkaitan dengan fase lanjut infeksi VEB. Imunoglobulin A anti VCA akan tetap ada seumur hidup, titernya meningkat sesuai dengan stadium penyakitnya. Imunoglobulin A anti EBV-VCA ini dapat merupakan pertanda tumor spesifik untuk deteksi KNF terutama pada stadium dini, memantau hasil pengobatan, dan rekurensi.8 IgG anti EBV-EA terbentuk sebelum sintesis DNA virus yaitu pada fase dini siklus replikasi virus. Adanya kenaikan titer IgG anti EBV-EA sudah ditemukan sebelum metastasis secara klinik terjadi.Titer IgG anti EBV-EA dianggap positif bila 1/80. Pemeriksaan IgG anti EBV-EA lebih berguna untuk menentukan perjalanan penyakit dan prognosis KNF.8 4) Pemeriksaan Histopatologi Diagnosis pasti KNF ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan jaringan tumor di nasofaring.Penderita yang menunjukkan hasil pemeriksaan serologi positif tetapi hasil biopsi negatif, tidak dapat dianggap menderita KNF.8 2.1.1.5 Stadium Karsinoma nasofaring sering tidak terdiagnosis pada stadium dini karena gejalanya tidak spesifik serta sulitnya pemeriksaan rongga nasofaring sehingga 18 angka kematian menjadi tinggi dan penderita pada umumnya datang dengan stadium lanjut.1 Walaupun tumor primer bersifat radiosensitif, morbiditas KNF masih tinggi dikarenakan terdapat tumor sekunder. Pada saat didiagnosis, sebanyak 60-85% penderita KNF telah mengalami metastasis KGB leher atau metastasis jauh.22 Klasifikasi T pada KNF menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC) tahun 2010 yaitu: T1 adalah tumor yang berada pada nasofaring atau tumor yang sudah ekstensi ke orofaring dan atau cavum nasi tanpa ekstensi ke parafaringeal; T2 adalah tumor yang sudah ekstensi ke parafaringeal; T3 adalah tumor yang melibatkan struktur tulang dari basis kranii dan atau sinus paranasal; T4 adalah tumor yang sudah ekstensi dan atau terdapatnya keterlibatan nervus kranialis, hipofaring, orbita, atau ekstensi ke fossa infratemporal/ruang mastikator. Untuk keterlibatan KGB leher, N1 adalah metastasis unilateral berukuran <6 cm, N2 merupakan metastasis bilateral dengan ukuran <6 cm, dan N3 adalah tumor dengan ukuran >6 cm (N3a) dan ekstensi ke fossa supraklavikular (N3b). Pembagian stadium untuk KNF adalah: stadium 0 (Tis N0 M0), stadium 1 (T1 N0 M0), stadium II (T1 N1 M0, T2 N0 M0, T2 N1 M0), stadium III (T1 N2 M0, T2 N2 M0, T3 N1 M0, T3 N2 M0), Stadium IVA (T4 N0 M0, T4 N1 M0, T4 N2 M0), stadium IVB (semua T, N3 M0), dan stadium IVC (semua T semua N M1).39 Prognosis penderita KNF sangat bergantung pada stadium klinis saat dilakukan diagnosis. Lebih dari 80% keberhasilan terapi terjadi pada stadium awal (I-II) dan angka keberhasilannya berkurang hingga 40% bila penderita ditemukan pada stadium lanjut (III-IV).1 19 2.1.1.6 Etiologi dan Patogenesis Faktor risiko KNF adalah multifaktorial, disebabkan interaksi antara infeksi kronis VEB, faktor lingkungan, diet, dan genetik.Meskipun penyebab yang pasti masih belum diketahui, banyak penelitian yang mendukung peran VEB sebagai faktor etiologi utama pada KNF.Insiden KNF yang tinggi pada ras dan lokalisasi geografik tertentu mengindikasikan faktor lingkungan bersifat karsinogenik dan kerentanan genetik sebagai penyebab terjadinya KNF.27, 32 2.1.1.6.1 Faktor Genetik Angka kejadian KNF pada ras Cina jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ras Kaukasian. Hal ini menunjukan kemungkinan pengaruh faktor genetik pada perkembangan KNF. Penelitian pertama tentang kelainan genetik pada ras Cina adalah human leucocyte antigen (HLA).29 Beberapa studi HLA menunjukkan adanya peningkatan frekuensi HLA-A2 (Sin.2) dan HLA-BW46 pada Singapore Chinese yang menderita KNF dibandingkan populasi normal.Penelitian pada populasi ras Cina di Singapura menemukan hubungan profil HLA tertentu dengan meningkatnya risiko terkena KNF yaitu HLA-A locusallele A2, HLA-B locusallele BW46, HLA-B17, HLA-A2 BW46 haplotype, dan HLA-AW19 B17.Beberapa tipe HLA tersebut diperkirakan sebagai penyebab kerentanan etnis Cina terhadap KNF. Dari beberapa penelitian berdasarkan epidemiologi molekuler telah dibuktikan keterkaitan genetik dengan KNF, namun gen/antigen HLA yang rentan terhadap KNF berbeda untuk tiap suku bangsa.29 Studi imunogenetik di Jakarta pada tahun 1997 terhadap 20 penderita KNF 20 (15 laki-laki, 5 wanita) mendapatkan kelainan pada HLpA-A24 dan HLA-B63, sedangkan penelitian di Malaysia yang termasuk satu rumpun dengan Indonesia ditemukan antigen HLA-B17 dan B18.8, 29, 40 2.1.1.6.2 Faktor Lingkungan dan Diet Hubungan kuat antara kejadian KNF dan konsumsi ikan asin sejak anak-anak dilaporkan sebanyak 90% di Hongkong. Penelitian lain di Guangzhou, Guangxi, dan kelompok Cina di Malaysia mendapatkan hubungan signifikan antara KNF dan konsumsi ikan asin lebih dari 10 tahun. Hasil penelitian mengenai bahan aktif dalam makanan yang diawetkan atau diasinkan sejauh ini mengungkapkan bahwa nitrosamin dan beberapa prekursornya, misalnya N-nitrosodimetilamin (NDMA) dan beberapa volatile nitrosamin lainnya adalah bahan yang diduga menjadi penyebab KNF.27 Dibuktikan dengan produksi NDMA yang meningkat pada ikan asin setelah bereaksi dengan asam lambung dan nitrit, substrat tersebut dapat diproduksi secara endogen dalam proses pencernaan ikan asin. Substrat pengaktif VEB dalam makanan tersebut dapat menginduksi EA. Saat ini terdapat hipotesis bahwa bahan-bahan dalam ikan asin merupakan karsinogen yang mengaktifkan VEB laten pada limfosit B dalam fase karier kronis.27Penelitian lain menunjukan bahwa konsumsi mentega tengik, lemak, dan daging domba tengik yang diawetkan di Afrika dikaitkan dengan peningkatan risiko KNF.41 Konsumsi alkohol, merokok, penggunaan tembakau, paparan zat kimia memiliki keterkaitan dengan risiko KNF. Tembakau, ganja, dan asap kayu bakar adalah faktor 21 risiko untuk KNF di Afrika Utara.6 Penelitian lainnya menyatakan keterkaitan antara merokok dan KNF, semakin lama kebiasaan merokok, semakin tinggi pula risiko untuk terjadinya KNF.28 2.1.1.6.3 Infeksi Virus Epstein Barr (VEB) Virus Epstein Barr merupakan virus herpes yang umum menginfeksi manusia, diperkirakan 90% populasi dunia terinfeksi virus ini. Infeksi primer terjadi pada masa anak-anak tanpa diikuti gejala klinis yang berarti.1 Infeksi primer VEB terjadi melalui pengikatannya antara glikoprotein 350/220 (gp350/220) dengan molekul CD21 pada limfosit B. Ketika keduanya berikatan akan menyebabkan partikel VEB masuk ke dalam sitoplasma sel inang.42 Virus ini akan berada pada nukleus dalam keadaan laten. Hal ini berhubungan dengan aktivasi, proliferasi, dan imortalitas sel B yang terinfeksi. Kemampuan VEB pada fase laten ini menyebabkan transformasi sel B menjadi limfoblastoid yang permanen. Proses ini terjadi secara bertahap, VEB menyebabkan sel B matur menjadi aktif sehingga memasuki siklus sel (dari fase G0 atau fase istirahat ke fase G1). Tahap ini terjadi karena VEB berikatan dengan molekul CD21 dan menyekresi Ig, terjadi proliferasi sel oleh VEB melalui jalur autokrin yang menyebabkan pertumbuhan sel B. Replikasi VEB terjadi pada sel epitel, sebagian kecil pada sel B laten yang terinfeksi secara spontan menyebabkan reaktivasi virus.Infeksi VEB yang ditemukan pada KNF tampaknya tidak cukup untuk menginduksi transformasi sel nasofaring normal menjadi ganas, terdapat faktor lain yang diperlukan untuk terjadinya transformasi tersebut.42 22 Kemampuan virus ini menyebabkan infeksi persisten aktif dan litik yangmenetap selama bertahun-tahun. Infeksi VEB terbanyak terjadi melalui kontak oral atau penyebaran melalui saliva. Setelah kontak pertama, VEB melakukan replikasi di saluran nafas bagian atas, sehingga virus yang infeksius dapat dilepaskan secara intermiten oleh individu terinfeksi. Setelah virus menetap dalam sel epitel kemudian menginfeksi sel limfosit B yang bersirkulasi dan ditemukan dalam jumlah besar di jaringan epitel saluran nafas atas. Beberapa fakta memperlihatkan bahwa limfosit B merupakan lokasi utama infeksi laten dan sumber penyebaran infeksi ke permukaan epitel bagian distal, termasuk nasofaring.13 Terdapat dua fase infeksi VEB yaitu infeksi litik dan laten. VEB menginfeksi sel epitel di orofaring dan rest sel limfosit B. Infeksi yang terjadi di sel epitel dalam fase litik menghasilkan replikasi virus dan pelepasan virion. Infeksi litik menginduksi siklus lengkap replikasi virus termasuk produksi partikel virus yang infeksius dan dilepaskan setelah sel mengalami lisis, bentuk ini dapat menginfeksi sel dan orang lain. Sebaliknya infeksi primer sel B biasanya menghasilkan infeksi laten dengan ekspresi protein tanpa produksi virion. Sel B terinfeksi ini dinamakan sel limfoblastoid yang bertansformasi atau menjadi immortal. Virus Epstein Barr bentuk laten ini dapat menghindari respons imun sel pejamu sehingga infeksi dapat menetap. Pada keadaan ini, limfosit B mengekspresikan protein Epstein-Barr nuclear antigen-1 (EBNA-1), EBNA-2, EBNA-3, Epstein-Barr nuclear antigen leader protein (EBNA-LP), latent membrane protein (LMP1), dan LMP2. Protein yang terekspresi pada fase litik adalah EBNA-1 dan LMP1.42 23 Gambar 2.1 Infeksi Virus Epstein Barr Dikutip dari: Vetsika dkk43 Gambar 2.1 menjelaskan bahwa: a) dalam orofaring, VEB menginfeksi naïve sel B dan akan mengekspresikan seluruh protein pada fase laten III (EBNA1, LMP 1 dan 2A, EBNA 3, dan LP). Virus Epstein Barr menyebabkan aktivasi dan proliferasi sel B kemudian bermigrasi pada folikel limfoid dan membentuk senter germinal.Terjadi penurunan regulasi EBNA3 dan LP, dimana EBNA 1 dan LMP masih ada (fase laten II).Ekspresi LMP menyebabkan sel B dapat bertahan di senter germinal dan membentuk sel memori B dalam keadaan istirahat. b) keadaan ini menyebabkan sel memori B keluar kedaerah perifer. Pada saat ini, ekspresi protein VEB lainnya akan menurun yang menyebabkan virus tersebut tetap ada pada sel B tetapi terjadi mekanisme penghindaran terhadap respons imun sel inang. Ekspresi EBNA1 yang 24 intermiten menyebabkan genom virus berdistribusi pada sel B lainnya (fase laten I). c) Ketika sel B bersirkulasi kembali dalam orofaring terjadi fase litik karena maturasi sel B dalam plasma sehingga virus akan mengadakan replikasi terutama pada saliva yang diturunkan pada sel inang baru dan sel B yang belum terinfeksi sebelumnya pada sel inang yang sama.43 2.1.2 Imunogenitas Tumor Fungsi sistem imun adalah protektif, pertama melindungi individu dari perkembangan tumor yang diinduksi virus dengan mengeliminasi atau menekan virus.Kedua, mengeliminasi patogen dan meredakan inflamasi secepatnya sehingga dapat mencegah terbentuknya lingkungan inflamasi yang kondusif untuk perkembangan tumor.Ketiga, mengidentifikasi secara spesifik dan mengeliminasi sel tumor berdasarkan ekspresi antigen atau molekul spesifik tumor yang terbentuk akibat perubahan sel menjadi ganas.Peran sistem imun ini disebut sebagai immune surveillance. Beberapa bukti yang mendukung bahwa ada peran sistem imun diantaranya: 1) tumor mengandung infiltrasi sel mononuklear yang terdiri atas sel T, sel natural killer (NK), dan makrofag, 2) tumor dapat mengalami regresi spontan, 3) tumor sering berkembang pada individu dengan imunodefisiensi atau fungsi sistem imun tidak efektif bahkan imunosupresi seringkali mendahului perkembangan tumor, 4) tumor menyebabkan imunosupresi pada penderita. Ditemukan pula limfosit yang berproliferasi pada KGB disertai dengan peningkatan ekspresi MHC dan intercellular adhesion molecule (ICAM) yang mengindikasikan aktifnya sistem imun.9 25 Sistem imun dapat menseleksi varian sel tumor dengan imunogenitas rendah sehingga tidak dikenal yang mengakibatkan berkembangnya tumor melalui mekanisme escape atau menghindari pengenalan dan eliminasi. Lingkungan mikro tumor khususnya imunologiakan menyisakan sel tumor dengan imunogenitas rendah sehingga lebih tahan terhadap aktivitas supresi imun yang disebut immunoediting. Immunoediting memberi penekanan pada dua fungsi sistem imun yang berlawanan, yaitu fungsi protektif dan aktivitas mempromosikan terjadinya tumor.9 Proliferasi dan maturasi atau diferensiasi sel normal diatur oleh sejumlah protoonkogen yang merangsang pertumbuhan dan berbagai anti-onkogen atau TSG yang menghambat pertumbuhan.Aktivasi proto-onkogen secara berlebihan dapat terjadi melalui perubahan struktur dalam gen, translokasi kromosom, peningkatan ekspresi gen atau mutasi pada elemen yang mengontrol ekspresi gen yang bersangkutan.Mutasi ini terlihat pada sel yang berproliferasi secara aktif.Proliferasi berlebihan dapat dicegah oleh TSG, namun inaktivasi dan atau mutasi TSG menyebabkan hilangnya fungsi supresi pertumbuhan.Amplifikasi onkogen dan atau inaktivasi TSG yang terlibat dalam regulasi pertumbuhan sel mengakibatkan hilangnya kontrol pertumbuhan sehingga terjadi transformasi ganas.Perubahan genetik ini menghasilkan populasi sel dengan sifat pertumbuhan tidak terkendali yang merupakan ciri sel kanker dan memiliki kemampuan menginvasi jaringan normal disekitarnya serta bermetastasis. Sel kanker dapat menunjukkan disregulasi gen yang produknya tidak secara langsung berhubungan dengan sifat pertumbuhan dan sifat invasi sel. Disregulasi genetik itu menyebabkan perubahan ekspresi berbagai molekul permukaan, gangguan transkripsi, dan translasi berbagai jenis 26 molekul protein intraseluler maupun berbagai substansi yang disekresikan, sehingga sel atau jaringan tumor menjadi imunogenik.9 Inflamasi kronik dapat menyebabkan berbagai keadaan patologik yang berperan pada lingkungan mikro tumor. Berbagai produk gen pro-inflamatorik mempunyai peranan penting dalam menyupresi apoptosis, meningkatkan proliferasi, angiogenesis, invasi, dan metastasis, diantaranya adalah tumor necrosis factor (TNF), interleukin-1 (IL-1), IL-1, IL-6, IL-8, IL-18, kemokin, matrix metalloproteinase-9 (MMP-9), vascular endothelial growth factor (VEGF), dan cyclooxygenase-2(COX-2).9 Gambar 2.2 Berbagai Faktor Lingkungan Mikro yangBerpengaruh Terhadap Perkembangan Tumor Dikutip dari: Grivenikov dkk44 27 Pada gambar 2.2 tampak bahwa inflamasi kronik yang dihubungkan dengan infeksi dan autoimun dapat mendahului perkembangan tumor melalui induksi mutasi, instabilitas genomik, promosi awal tumorigenesis, dan angiogenesis. Paparan jangka panjang terhadap iritan lingkungan berakibat hal yang sama. Respons inflamasi itu dapat meningkatkan angiogenesis, promosi perkembangan, dan penyebaran tumor mulai dari inisiasi, promosi, konversi malignansi, invasi, dan metastasis.Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) dalam sel kanker dapat mengakibatkan inflamasi yang makin berlanjut dan mempromosikan tumorigenesis.9, 44 Gambar 2.3 Peran Inflamasi Dalam Inisiasi dan Promosi Tumor Dikutip dari: Grivenikov dkk44 Gambar 2.3 memperlihatkan peran inflamasi dalam inisiasi dan promosi tumorigenesis. Tampak bahwa reactive oxygen species (ROS) dan reactive nitrogen intermediates (RNI) yang dihasilkan oleh sel inflamasi menyebabkan mutasi sel yang berdekatan. Sitokin yang diproduksi sel inflamasi dapat meningkatkan kadarROS dan RNI sel premaligna. Disamping itu, inflamasi dapat menyebabkan 28 perubahan epigenetik untuk meningkatkan terjadinya tumorigenesis. Sitokin yang diproduksi oleh tumor infiltrating lymphocyte (TIL) mengaktifkan faktor transkripsi yaitu nuclear factor kappa-beta (NF-B) dan signal transducer and activator of transcription 3 (STAT3) dalam sel premaligna untuk mengendalikan proses protumorigenetik termasuk survival, proliferasi, pertumbuhan, angiogenesis, dan invasi. Kedua faktor tersebut menginduksi produksi kemokin yang menarik sel imun/sel inflamasi tambahan untuk mempertahankan inflamasi terkait tumor.9, 44 Adanya keganasan di dalam tubuh manusia akan memicu respons imun. Respons imun yang muncul dapat berupa respons imun alami (inat) dan respons imun adaptif yang.Kedua respon imun tersebut dapat berupa selular dan humoral. Pada respons imun inat, respons yang muncul adalah datangnya sel-sel inflamasi ke tempat terjadinya keganasan, seperti sel NK, makrofag, granulosit, sel T non-MHC, dan sel T gamma/delta. Semua sel tersebut bersifat efektor dan berfungsi dalam membunuh sel-sel ganas.44 Pada respons imun adaptif, diperantarai oleh sel T. Sel T akan mengenali antigen yang dipresentasikan oleh sel APC. Antigen tersebut telah berikatan dengan molekul MHC-self.Sel tumor dapat bertindak sebagai APC tetapi molekul MHC yang dipresentasikannya lemah. Sel T yang berperan pada imunitas terhadap keganasan terutama adalah sel T-CD8 sebagai efektor dengan mengenali antigen yang berikatan dengan molekul MHC kelas I dan sel T-CD4 yang berfungsi sebagai perantara respons imun melalui molekul MHC kelas II.44 Respons imun terhadap keganasan terjadi secara lokal-regional pada tempat tumor tersebut berada dan juga secara sistemik. Pada respons imun lokal-regional terutama 29 dilakukan oleh TIL (tumor infiltating limphocytes) sedangkan respons imun sistemik biasanya ditentukan melalui pemeriksaan sel-sel di sirkulasi atau dengan cara delayed-type hypersensitivity.44 Berbagai sel sistem imun termasuk sel mieloid seperti makrofag, neutrofil, dan mastosit menunjukkan sifat pro-tumor.Dalam kondisi normal, sel ini memberikan proteksi pertama terhadap patogen, selama perkembangan tumor sel mieloid ini terlibat dalam meningkatkan angiogenesis dan menyebabkan resistensi terhadap terapi dan menyupresi respons imun. Populasi sel mieloid yang utama dalam tumor adalah makrofag yang disebut tumor associated macrophage (TAM), memiliki kemampuan mempromosikan tumor in vitro maupun in vivo. Makrofag yang teraktivasi digolongkan dalam dua fenotip yaitu M1 dan M2.Aktivitas makrofag M1 terjadi sebagai respons terhadap komponen bakteri misalnya lipopolysaccharide (LPS) dan interferon- (IFN-).Makrofag ini memediasi resistensi terhadap tumor dan menyebabkan reaksi kerusakan jaringan dengan cara menyekresi substansi perusak jaringan seperti TNF-, IL-12, Inducible Nitric Oxide Synthase (iNOS), dan ROS. Sebaliknya makrofag M2 teraktivasi merupakan fenotip imunosupresif dan menyekresikan sitokin antara lain IL-10. M1 biasanya terdapat dalam jumlah banyak pada daerah inflamasi kronik dimana tumor mulai berkembang.Kemudian terjadi perubahan makrofag ke arah M2 jika tumor mulai invasif yang menunjukkan vaskularisasi dan progresi. Fenotip M2 juga disebut fenotip pro-angiogenik karena sel ini melepaskan sitokin pro-angiogenik poten misalnya VEGF-A.9 30 Gambar 2.4 Proses Imunostimulasi dan Imunosupresi Dalam Lingkungan MikroTumor Dikutip dari: Finn45 Pada gambar 2.4 tampak dua kekuatan dalam lingkungan mikro yaitu stimulasi dan supresi yang mempengaruhi perkembangan tumor.Antigen tumor dan produk tumor menarik sel dendritik ke lokasi tumor.Sel dendritik menangkap antigen tumor berubah menjadi sel dendritik matur yang menghasilkan IL-12 dan merangsang sel CD4+/Th1 untuk memproduksi IFN-.Sel ini membantu ekspansi CD8+ yang dapat menghancurkan sel tumor melalui granzyme B dan perforin yang diproduksinya. Di lain pihak antigen dan produk tumor mempromosikan maturasi sel dendritik lain, menghasilkan sitokin proinflamatorik IL-6 dan TNF-α. Sel DC ini membantu pembentukan sel CD4+/Th2 yang memproduksi IL-4 dan IL-3 mengakibatkan penyingkiran tumor tidak efektif.Lingkungan imunosupresi ini mempromosikan pembentukan sel Treg, akumulasi makrofag, dan MDSC.9, 45 juga 31 2.1.3 Myeloid Derived Suppresor Cells (MDSC) Myeloid derived suppressor cells berasal dari sel mieloid, mempunyai sel imatur dan kemampuan supresi respons sel T, efek supresi tersebut berdasarkan respons imun adaptif. Sel ini mempunyai efek regulasi respons imun inat dengan menghasilkan produksi sitokin makrofag.Fungsi non-imunologis MDSC menyebabkan tumor angiogenesis, invasi, dan metastasis.11 Myeloid Derived Suppresor Cells adalah suatu populasi heterogen sel mieloid, yang terdiri dari sel mieloid progenitor berupa makrofag, granulosit, dan sel dendritik imatur.Pada keadaan normal, IMC berada pada sumsum tulang yang berdiferensiasi secara cepat menjadi granulosit, makrofag, dan sel dendritik matur. Pada keadaan patologi seperti keganasan, beberapa penyakit infeksi, sepsis, trauma, setelah transplantasi sumsum tulang atau beberapa penyakit autoimun, terjadi penghambatan sebagian dari diferensiasi IMCs untuk menjadi sel mieloid matur yang menyebabkan ekspansi populasi ini.10, 11Immature myeloid cells diaktivasi oleh tumor itu sendiri dan sitokin pada sel inang yang menyebabkan terjadinya proses imunosupresi oleh MDSC.10 Peran MDSC adalah 1) menyekresikan faktor angiogenik yang menyebabkan neoangiogenesis, 2) menghasilkan faktor pertumbuhan, MMPs dan sitokin yang menimbulkan pertumbuhan tumor dan respons imun pada sel Th2 dan sel Treg, 3) berpengaruh pada arginase dan sistein yang dibutuhkan untuk fungsi sel T, 4) menghasilkan NO dan ROS yang menimbulkan nitrasi TCR atau apoptosis sel T, 5) mengekspresikan TGF-β1 sebagai sel efektor imun, 6) menurunkan regulasi rantai TCRζ sehingga sel T menjadi tidak aktif.18 Sehingga selain mempunyai sifat 32 imunosupresi, MDSC juga berperan dalam progresivitas tumor dengan menyebabkan angiogenesis, proliferasi, invasi, dan metastasis.10 Aktivasi sel ini menyebabkan terjadinya peningkatan regulasi faktor supresi sistem imun seperti arginase (ARG1) dan menginduksi iNOS, dikenal juga dengan NOS2 serta meningkatkan produksi NO (nitric oxide) dan ROS.Keadaan ini menyebabkan ekspansi populasi IMC yang mempunyai aktivitas supresi sistem imun, sel-sel ini dikenal dengan MDSC.Terjadi akumulasi MDSC yang bermigrasi ke organ limfoid sekunder dan jaringan (seperti daerah tumor).10-12, 16 2.1.3.1 Asal dan Distribusi Myeloid Derived Suppresor Cells Sel mieloid merupakan subpopulasi dari sel hematopoetik dan berasal dari kelompok hematopoietic stem cells (HSC) dan multi-potent progenitor cells (MPP). Kelompok sel progenitor ini terdiri dari beberapa sel hematopoetik termasuk common myeloid progenitor cells (CMP), mast cell progenitors (MCP), common lymphoid progenitor cells (CLP), MO dan DC progenitor (MDP); common DC progenitors (CDP), granulocyte/macrophage progenitors (GMP), megakaryocyte/erythroid progenitors (MEP), granulocyte macrophage progenitors (GMP), dan common myeloid lymphoid progenitor (CMLP).20 33 Gambar 2.5 Diferensiasi Sel Mieloid Pada Keadaan Fisiologis Dikutip dari: Gabrilovich, dkk20 Gambar 2.6 menjelaskan bahwa IMC merupakan proses mielopoesis normal yang berada dalam sumsum tulang dan diatur oleh kelompok kompleks beberapa faktor termasuk sitokin seperti granulocyte/macrophage colony-stimulating factor (GMCSF), stem cell factor (SCF), IL-3, FMS-related tyrosine kinase 3 (FLT-3), macrophage colony-stimulating factor (M-SCF). Hematopoetic stem cells berdiferensiasi menjadi sel CMP kemudian berubah menjadi IMC. Pada keadaan normal, IMC akan bermigrasi ke organ perifer menjadi sel dendritik, makrofag, dan atau granulosit. Faktor yang disebabkan karena infeksi akut atau kronis, trauma atau sepsis, menyebabkan terjadinya akumulasi IMC di daerah lingkungan mikro tumor, sehingga tidak terjadi diferensiasi dan aktivasi. Sel ini menyebabkan terjadinya proses imunosupresi yang kemudian dikenal dengan sebutan MDSC.20 34 Gambar 2.6 Asal MDSC Dikutip dari: Gabrilovich, dkk11 Sekitar 1-5% MDSC dapat berubah menjadi koloni sel mieloid dan sepertiga populasi ini dapat berdiferensiasi menjadi makrofag dan sel dendritik yang matur.Pada penelitian secara in vitro, dapat ditemukan MDSC dalam subjek penelitian yang mengandung tumor.Pada subjek ini dapat dilihat adanya peningkatan populasi MDSC dalam peredaran darah penderita dengan berbagai macam tipe kanker sebanyak 20-40%.Sel ini juga dapat ditemukan dalam jaringan tumor dan kelenjar getah bening.11 35 2.1.3.2 Morfologi Myeloid Derived Suppressor Cells Secara morfologi MDSC dibedakan menjadi menjadi dua tipe, yaitu MO-MDSC dan PMN-MDSC.10, 12Pada manusia, MDSC dapat diidentifikasi dengan populasi CD15+ pada peredaran darah perifer.Pada individu yang sehat, IMC dapat terlihat sekitar 0,5% pada sel mononuklear darah perifer.Sebagai petanda untuk MDSC dapat dilihat dengan Lin-HLA-DR-CD33+ atau CD11b+CD14-CD15+ untuk PMN-MDSC dan CD14+HLA-DRneg/lo atau CD11+bCD14+HLA- DRneg/lo untuk MO-MDSC.19 Peyandi lain untuk PMN-MDSC adalah CD15 dalam sirkulasi darah, CD66b, dan CD33, sedangkan untuk MO-MDSC adalah CD14. Ekspansi PMN-MDSC lebih banyak dibandingkan MO-MDSC, keduanya mempunyai mekanisme yang berbeda untuk fungsi supresi sel T.16 Tabel 2.1 Karakteristik MDSC PMN-MDSC CD11b+CD14-CD15+ Cell contact-dependent Antigen-spesifik Imunosupresi MO-MDSC CD14+HLA-DRneg/lo Cell contact-independent Antigen-spesifik dan antigenindependent Imunosupresi Supresi imun melalui mekanisme ROSSupresi imun melalui mekanisme mediated ARG1 dan NOS-mediated Diferensiasi akhir Dapat berdiferensiasi menjadi makrofag Dikutip dari: Zhi, dkk10 36 Tabel 2.2 Petanda MDSC pada Manusia CD11b CD14 CD15 CD16 CD33 CD66b CD124 HLADR + - + Low + + + - + + + - + + + Low PMNMDSC MOMDSC Dikutip dari: Bronte dkk46 Granulocytic/polymoprhonuclear-MDSC menyupresi antigen spesifik CD8+ sel T dengan memproduksi ROS tetapi efek imunosupresinya lebih rendah dibandingkan MO-MDSC. Kadar MO-MDSC berhubungan secara langsung dengan aktivasi limfosit T. Monocytic-MDSC akan menyupresi CD8+ sel T melalui ekspresi iNOS dan ARG1 serta produksi RNS. Monocytic-MDSC bersirkulasi dalam darah pada penderita melanoma, multipel mieloma, keganasan prostat, keganasan hepatoseluler, dan tumor kepala leher.20 2.1.3.3 Migrasi dan Aktivasi Myeloid Derived Suppressor Cells Populasi MDSC akan terakumulasi dan menjadi aktif karena respons beberapa faktor yang dihasilkan oleh sel tumor dan atau sel inang dalam lingkungan mikro yang disupresi oleh imunitas anti tumor inat dan adaptif melalui mekanisme yang berbeda. Myeloid derived suppressor cells merupakan salah satu faktor untuk terjadinya penghindaran terhadap sistem imun. Aksi pro-tumor MDSC tidak terbatas sebagai imunosupresi saja tetapi juga berhubungan dengan progresivitas 37 keganasanyaitu menyebabkan angiogenesis, proliferasi sel kanker, invasi, dan metastasis. Induksi MDSC oleh mediator pro-inflamasi dan tumor itu sendiri dapat berasal dari inflamasi kronis dan lingkungan mikro tumor sehingga terjadi progresivitas kanker.10 Populasi MDSC dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berbeda, dapat dibagi menjadi dua kelompok.Kelompok pertama adalah faktor yang dihasilkan oleh sel tumor sehingga menyebabkan migrasi MDSC melalui stimulasi mielopoeisis dan menghambat diferensiasi sel mieloid matur. Kelompok kedua adalah faktor yang dihasilkan karena aktivasi sel T dan sel stromal tumor yang terlibat secara langsung untuk aktivasi MDSC sehingga terjadi peningkatan kadar ROS, arginase, dan atau NO.16 Paparan sel progenitor pada hematopoetik terhadap sel tumor akan mengaktifkan Janus kinase 2 (JAK2) dan signal tranduser and activator of transcription 3 (STAT3) yang berhubungan dengan migrasi MDSC. Aktivasi STAT3 berhubungan dengan peningkatan survival dan proliferasi sel progenitor mieloid. Aktivasi persisten dan abnormal STAT3 dalam progenitor mieloid akan mencegah diferensiasi sel mieloid matur dan menyebabkan migrasi MDSC.16 38 Gambar 2.7 Migrasi MDSC Dikutip dari: Katoh dkk47 Pada gambar diatas menunjukkan bahwa Tumor-derived factors (TDF) contohnya GM-CSF, IL-6, S100A8/9, dan prostaglandin E2 (PGE2) akan menyebabkan proliferasi, migrasi, dan mobilisasi MDSC dari sel progenitor hematopoetik sumsum tulang serta tumor-derived chemokine (CXCL1/2, CXCL12) akan menarik MDSC kedalam tumor primer dan menyebabkan metastasis. Sumsum tulang yang mengandung prekursor MDSC akan berada dalam limpa serta bermigrasi (bulatan 39 merah) dan proliferasi. MDSC akan menyebabkan progresivitas tumor dengan menimbulkan aktivitas imunosupresif terhadap sitotoksik CD8 sel T dan sel NK. Myeloid derived suppressor cell dapat berdiferensiasi menjadi DC yang matur atau makrofag tipe 1. MDSC juga menyebabkan angiogenesis dan transisi epitel mesenkimal menjadi sel keganasan sehingga terjadi invasi dan ekstravasasi.47 Faktor transkripsi STAT3 menimbulkan regulasi dan migrasi MDSC dengan menginduksi ekspresi gen S100A8 dan S100A9.Myeloid derived suppressor cellsmempunyai reseptor ProteinS100A8menimbulkan untuk migrasi gen ini MDSC pada ke permukaan daerah tumor selnya. melalui pengikatannya dengan reseptor CNG.Proinflamatorik S100A8 dan S100A9 memegang peranan penting dalam regulasi MDSC, inflamasi serta supresi imun dalam keganasan.16 Gambar 2.8 menunjukkan migrasi, aktivasi, dan akumulasi MDSC pada jaringan perifer dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang dihasilkan oleh sel tumor, sel stromal tumor, atau oleh aktivasi sel T. Mediatornya adalah prostaglandin, MMPs, faktor pertumbuhan seperti GM-CSF, G-CSF, M-CSF, VEGF, SCF; sitokin seperti TGF-β, TNF-α, IFN-γ, IL-1β, IL-4, IL-6,IL-10, IL-12, IL-13; kemokin CCL2, CXCL5, CXCL12 dan beberapa molekul pro-inflamasi seperti S100A8/9, TLR agonists, tumor-derived exosomeassociatedheat shock protein 72 (Hsp72), NLRP3, dan complement componenta (C5a). Keadaan ini menyebabkan MDSC berekspansi melalui jalur sinyal JAK2/STAT3 atau aktivasinya disebabkan oleh STAT1, STAT6, atau melalui mekanisme NF-κB-dependent.Myeloid derived suppressor cells melewati berbagai mekanisme untuk menyupresi imunitas anti-tumor.10 40 Gambar 2.8 Jalur Sinyal Untuk Terjadinya Migrasi MDSC Dikutip dari: Dikutip dari: Gabrilovich, dkk11 Signal transducer and activator of transcription-3 akan meregulasi ekspansi MDSC dengan menstimulasi mielopoesis dan menghambat diferensiasi sel mieloid. Hal ini menyebabkan peningkatan produksi ROS oleh MDSC. Aktivasi STAT6 dan STAT1 bersamaan dengan TLR NF-κB, menyebabkan aktivasi MDSC dengan peningkatan regulasi iNOS dan arginase serta produksi sitokin seperti TGF-β.Peningkatan ini beserta kombinasi STAT3 meningkatkan regulasi ROS.Gen S100A8 dan S100A9 secara langsung berikatan dengan p67phox dan p47phox yang merupakan komponen penting dalam komples NADPH. Pengikatan ini menyebabkan aktivasi 41 NADPH dalam MDSC sehingga terjadi peningkatan produksi ROS yang menimbulkan efek supresi.11 Aktivitas supresi MDSC bukan hanya terjadi karena faktor yang mempromosikan migrasinya tetapi juga membutuhkan faktor yang menginduksi aktivasinya. Ekspresi faktor ini dihasilkan oleh sel T yang teraktivasi dan sel stromal tumor akan terinduksi oleh produk dari bakteri dan virus yang berbeda atau sebagai hasil dari kematian sel tumor. Faktor-faktor ini adalah IFN-γ, ligand untuk TLRs, IL-13, IL-4, dan TGF-β yang akan mengaktifkan jalur sinyal berbeda dalam MDSC yaitu STAT6, STAT1, NF-κB.16 Jalur STAT1 merupakan faktor transkripsi utama untuk aktivasi sinyal IFN-γ, peningkatan regulasi ARG1 dan iNOS dalam lingkungan mikro tumor dalam MDSC. Produksi IFN-γ oleh aktivasi sel T dan MDSC akan menyebabkan ekpresi iNOS dan bekerja secara sinergis dalam jalur IL-4R dan ARG1 yang mempunyai efek supresi.11 Jalur sinyal yang melibatkan IL-4 receptor -chain (IL-4R) dan STAT 6 (yang diaktivasi oleh pengikatan IL-4 atau IL-13 dengan IL-4R) dalam aktivasi MDSC telah dikemukakan oleh beberapa peneliti. Interleukin-4 dan IL-13 akan meningkatkan regulasi aktivitas arginase, meningkatkan fungsi supresi dari MDSC. Jalur sinyal IL-4R-STAT6 juga terlibat dalam IL-13 yang diinduksi oleh produksi TGF1 pada penelitian keganasan sarkoma secara in vitro sehingga menimbulkan penurunan immune surveillance.11 42 2.1.3.4 Mekanisme MDSC untuk Supresi Fungsi Sel-T Pada gambar 2.9 diperlihatkan bahwa faktor dalam lingkungan mikro tumor yang dihasilkan oleh sel tumor dan sel stromal (termasuk sel mieloid) menghasilkan fenotip dan fungsi sel mieloid.Garis tipis putus-putus adalah jalur regular diferensiasi sel mieloid dari IMC menjadi DC, MO, dan granulosit. Garis tebal tegas adalah jalur diferensiasi sel mieloid menjadi kanker sedangkan garis tebal terputus adalah diferensiasi sel mieloid secara langsung.20 Gambar 2.9Perubahan Sel Mieloid Pada Keganasan Dikutip dari: Gabrilovich, dkk20 43 Gambar 2.10 dibawah menunjukkan bahwa pada lingkungan mikro tumor dapat menyekresikan beberapa sitokin yang berbeda (lingkaran hijau), memberikan pengaruh pada sel mieloid progenitor seperti halnya sel mieloid matur dengan meregulasi aktivitas beberapa faktor transkripsi (biru). Faktor transkripsi ini mengatur regulasi protein (kuning) yang memberikan efek pada fungsi sel mieloid (coklat).20 Gambar 2.10 Mekanisme Molekuler MDSC Pada Keganasan Dikutip dari: Gabrilovich, dkk20 2.1.4 Mekanisme CXCL12 (SDF-1)/CXCR4 pada Keganasan Kemokin adalah suatu sitokin kemoatraktan yang terlibat dalam aktivasi sel, diferensiasi, dan pengikatan. Kemokin berikatan dengan tujuh macam reseptor 44 transmembran G-protein coupled receptor (GPCR), berikatan dengan beberapa reseptor dan reseptor yang sama akan mengikat lebih dari satu kemokin.17, 22 Salah satu contoh kemokin ini adalah SDF-1, sekarang lebih dikenal sebagai CXCL12 yang diproduksi oleh sel stromal dan tumor pada lingkungan mikro tumor.21 Kemokin CXCL12 berikatan dengan reseptornya CXCR4 (CD184).17, 22 Fungsi utama CXCL12 adalah regulasi peredaran sel dan sekunder untuk jaringan limfoid.Kolonisasi sumsum tulang pada trimester ketiga kehamilan diatur oleh CXCL12/CXCR4, sedangkan pada dewasa untuk retensi hematopetik sel punca dalam lingkungan mikro sumsum tulang dan peredaran limfosit. CXCL12 terekspresi dalam beberapa organ, contohnya paru-paru, hati, otot rangka, otak, ginjal, jantung, kulit, dan sumsum tulang, tersekresi karena kerusakan jaringan seperti infark, iskemia, kerusakan hati, perdarahan yang berlebihan, iradiasi pada seluruh tubuh, dan kerusakan jaringan karena kemoterapi. Reseptor CXCR4 terekspresi pada sel endotelial dan perisit karena hipoksia, kerusakan atau jaringan patologi, termasuk kerusakan arteri karotis serta arteriosklerotik yang menyebabkan sel prekursor endotelial dapat mengekspresikan dan menyekresikan CXCL12.17 Ekspresi CXCR4 pada sel epitel maligna dan beberapa sel keganasan hematopoetik menunjukkan bahwa CXCL12/CXCR4 berpengaruh pada biologi keganasan dan memegang peranan secara langsung pada proses metastasis (contohnya KGB, paruparu, hati, atau tulang). Reseptor CXCR4 juga dapat memberikan vaskularisasi untuk tumor dan bertindak sebagai survival atau faktor pertumbuhan.17 Pengikatan CXCL12 dengan CXCR4 menyebabkan terjadinya variasi respons seperti kemotaksis, sel survival dan atau proliferasi, meningkatkan kalsium intraseluler, serta transkripsi gen.17Gen ini banyak ditemukan pada beberapa 45 keganasan epitel, mesenkim, dan hematopoetik, contohnya keganasan mammae, paru, prostat, tiroid, nasofaring serta memegang peranan penting dalam proses metastasis.22Reseptor CXCR4 menginvasi matriks ekstraseluler serta bersikulasi dalam darah dan sistem limfatik.17 Gambar 2.11 Jalur Sinyal CXCR4 Dikutip dari: Duda dkk48 CXCL12 akan berikatan dengan CXCR4 dan CXCR7, terdapat GPCR dalam bentuk homodimer atau heterodimer. CXCR7 akan merubah formasi CXCR4/kompleks protein G. Aktivasi CXCR4 oleh CXCL12 menyebabkan protein G berpasangan melalui sinyal PI3K/Akt, IP3, dan MAPK sehingga terjadi survival, proliferasi, peningkatan kalsium, dan kemotaksis. Jalur -arrestin menjadi aktif melalui GRK. Ketika CXCR7 berikatan dengan CXCL12, mobilisasi Ca tidak terjadi.48 46 2.1.5 Proinflamatorik S100 Protein S100 merupakan sebuah bagian dari protein yang berikatan dengan kalsium, sampai saat ini terdapat 25 bagian gen ini yang telah teridentifikasi.Sebanyak 22 gen dimasukan dalam lokus kromosom 1q21.Kurang lebih 14 diantaranya berada dalam epidermal differentiation complex (EDC).Protein S100 berada dalam bentuk homodimer ataupun kompleks heterodimer.Protein ini dapat berinteraksi dengan beberapa target sehingga menyebabkan fungsi intra dan ekstraseluler yang berbeda.Fungsi intraseluler adalah sebagai regulasi kalsium, siklus sel, migrasi, pertumbuhan sel, fosforilasi, dan regulasi faktor transkripsi. Pada ekstraseluler, S100 bertindak sebagai sitokin dengan mengadakan pengikatan terhadap reseptor pada permukaan sel seperti Receptor for Advanced Glycation End Products (RAGE) dan TLR.49 Beberapa S100 akan disekresikan ke dalam ekstraseluler dan berefek secara endokrin, parakrin, dan autokrin. Salah satu reseptor untuk S100 adalah RAGE, merupakan reseptor yang menyebabkan proses inflamasi dan keganasan. Beberapa keluarga S100 termasuk S100A8 akan berikatan dengan RAGE sehingga meningkatkan jalur sinyal yang melibatkan MPAK, NFkB, PI3K/AKT.49 Tiga anggota keluarga S100 yang mengikat kalsium adalah S100A12, S100A8 (calgranulin A/ myeloid-related proteins 8(MRP8)), dan S100A9 (calgranulin B/MRP9) merupakan suatu mediator inflamatori yang dilepaskan oleh sel mieloid. Calgranulin A dan B terekspresi dalam neutrofil, monosit, dan DC, serta dapat terinduksi selama proses aktivasi sel lain seperti makrofag matur, sel vaskular endotelial, fibroblast, dan keratinosit. Kadar S100A8 dan S100A9 dalam neutrofil adalah 45% sedangkan dalam monosit hanya 1%.Dalam intraseluler 47 terdapatS100A8yang menyebabkan terjadinya migrasi fagosit melalui polimerasi tubulin dan stabilisasi mikrofilamen tubulin yang bergantung kepada kalsium. Molekul intraseluler ini dilepaskan ke kompartemen ekstraseluler karena adanya respons kerusakan, infeksi, atau inflamasi, dan berfungsi sebagai sinyal bahaya proinflamatorik karena aktivasi atau nekrotik dari neutrofil serta monosit/makrofag sehingga berfungsi sebagai mediator imun inat dalam patogenesis beberapa keadaan inflamasi. Peningkatan kadar serum S100A8 merupakan petanda adanya inflamasi dan infeksi yang berulang, serta peningkatan ekspresi S100A8 terlihat pada sel yang terinfiltrasi oleh tumor pada beberapa tumor epitelial. Fungsi protein yang bersifat heterodimer ini adalah sebagai kemotaksis untuk leukosit, memperkuat proinflamatorik lokal lingkungan mikro.Recruitment neutrofil dan monosit oleh S100A8 disebabkan oleh aktivasi endotel mikrovaskuler serta mempunyai kemampuan untuk berikatan dengan ICAM-1, fibronektin, dan fibrinogen.24, 50, 51 Respons inflamasi S100A8 dapat melalui mekanisme intra dan ekstraseluler. Dalam intraseluler, S100A8 menyebabkan perjalanan leukosit pada membran transendotelial melalui reorganisasi mikrotubulus, meningkatan ekspresi CD11b, serta meningkatkan pengikatan CD11b pada sel endotel yang mengekspresikan integrin ICAM-1. S100A8akan meningkatkan respons inflamasi dengan menimbulkan aktivitas NADPH oksidase dan produksi ROS dalam fagosit serta sel epitel. Setelah disekresi pada sel epitel dan imun, S100A8 secara langsung bertindak sebagai kemoatraktan leukosit.Peningkatan konsentrasi ekstraseluler S100A8 ditemukan dalam serum dan daerah inflamasi serta beberapa tumor epitel seperti paru-paru, mammae, gaster, kolorektal, dan prostat.51-53 48 Proteinini akan meningkatkan efeknya pada sel target dengan mengadakan pengikatan pada reseptor membran plasma. Reseptor ini adalah heparin sulfat, TLR4, RAGE, dan CNG.Carboxylated N-glycans dieskpresikan pada sel endotelial, makrofag, dan sel dendritik. Regulasi S100A8akan meningkat pada kolon dan organ limfoid sekunder.51-53 ProteinS100A terdapat pada lingkungan mikro tumor dan ekspresi yang berlebihan berhubungan dengan prognosis buruk serta berkontribusi untuk pertumbuhan tumor dengan menginduksi MDSC yang menghambat imunitas dan menyebabkan progresivitas tumor.24 Peningkatan S100A8 dalam sel mieloid menyebabkan terhambatnya diferensiasi DC dan terjadi akumulasi MDSC.Efek S100A8 ini terhadap diferensiasi DC melalui pengikatannya dengan kalsium atau penghambatan aktivitas casein kinase I dan II yang berhubungan dengan maturasi dan fungsi sel mieloid. Faktor transkripsi STAT3 akan meningkatkan ekspresi S100A8 oleh NADPH oxidase melalui pengikatannya p67phox danp47phox.52 S100A8 menimbulkan sekresi beberapa sitokin proinflamatorik seperti IL-6, TNFα, dan IL-1β oleh stimulasi produksi ROS. Peningkatan ROS akan mengaktifkan faktor transkripsi NF-B.16, 24, 53, 54 Proinflamatorik S100A8 berhubungan dengan pertumbuhan tumor, migrasi, invasi, induksi sel mieloid, dan metastasis.Calprotectin tidak hanya sebagai petanda sel imun pada lingkungan mikro tumor tetapi dapat dijadikan sebagai prediktor progresivitas keganasan.55 49 Gambar 2.12 Mekanisme S100 dengan RAGE Dikutip dari: Chen dkk49 Gambar 2.12 diatas menjelaskan bahwa S100 disekresi ke daerah ekstraseluler dan berhubungan dengan reseptor RAGE pada permukaannya kemudian akan mengirimkan sinyal dalam sel yang menyebabkan sel survival, proliferasi, atau apoptosis. Beberapa keluraga S100 (S100P, S100A8/9, S100A12, S100A14, S100B) berikatan dengan RAGE sehingga meningkatkan regulasi beberapa gene yang terlibat dalam sel survival dan proliferasi, apoptosis diaktivasi oleh c-Jun N-terminal kinases (JNK) dan kaspase.49 50 Gambar 2.13 Interaksi Sel Tumor dengan MDSC dan S100A8 Dikutip dari: Zheng dkk56 Gambar diatas menerangkan bahwa interaksi antara MDSC dan S100A8akan menyebabkan perkembangan tumor.S100A8berinteraksi dengan sel tumor dan menyebabkan proliferasi.S100A8berikatan dengan CNG pada RAGE dan menyebabkan aktivasi intraseluler NFkB dan MAPK sehingga terjadi proliferasi dan menyebabkan pertumbuhan tumor.S100A8 dalam darah berinteraksi dengan TLR4 yang terdapat dalam sel tumor karena aktivasi NFkB yang menyebabkan migrasi sel tumor.Dalam lingkungan mikro tumor, beberapa faktor yang terdapat dalam tumor seperti IL-6, IL-10 berinteraksi dengan reseptor pada permukaan MDSC sehingga 51 mengaktifkan JAK melalui fosforilasi tirosin. STAT3 yang telah terfosforilasi akan masuk ke dalam nukleus dan berikatan dengan daerah promoter sehingga mennginduksi ekspresi S100A8.56 2.1.6 Ekspresi Gen Gen adalah suatu segmen DNA yang mengkode polipeptida, RNA ribosomal (rRNA), atau RNA transfer (tRNA).57 Gen merupakan unit hereditas suatu organisme hidup yang dikode dalam materi genetis organisme, dikenal sebagai molekul DNA atau RNA pada beberapa virus.58 DNA terbentuk dari empat tipe nukleotida yang berikatan secara kovalen membentuk rantai polinukleotida (rantai DNA) dengan rangka gula fosfat tempat melekatnya basa.Dua rantai polinukleotida saling berikatan melalui ikatan hidrogen antara basa nitrogen dari rantai yang berbeda.Semua basa berada dalam bentuk heliks ganda dan rangka gula fosfat berada di bagian luar.Purin selalu berpasangan dengan pirimidin (A-T, G-C). Hal ini bisa terjadi bila kedua rantai polinukleotida tersusun secara antiparalel.58 Kedua rangka gula fosfat berpilin membentuks heliks ganda, dengan satu putaran komplementer setiap 10 pasang basa.Polaritas rantai DNA ditunjukkan dengan sebutan ujung 5’ menuju ujung 3’ sesuai dengan arah pembacaan basa nukleotida.Ujung 3’ membawa gugus OH bebas pada posisi 3’ dari cincin gula, dan ujung 5’ membawa gugus fosfat bebas pada posisi 5’ dari cincin gula. Sintesis protein terjadi pada ribosom dengan menerjemahkan urutan nukleotida yang dinamakan kode genetik. Kode genetik adalah sistem urutan DNA yang menyandi 52 asam amino tertentu pada proses translasi. Kode genetik dibaca dalam bentuk triplet yang merupakan perwakilan dari 20 jenis asam amino.Satu unit triplet terdiri dari tiga nukleotida disebut kodon.Berdasarkan empat basa pada mRNA (A, U, C, G), dapat terbentuk 64 triplet.Setiap triplet mewakili satu asam amino atau satu sinyal untuk terminasi atau memulai sintesis protein.Setiap triplet atau kodon dibaca dari arah 5’ ke 3’.Kodon tersebut berkomplemen dengan antikodon yang terletak pada tRNA. Dari 64 kodon, 51 menyandi 20 asam amino dan tiga kodon lainnya UUA, UAG, dan UGA disebut stop kodon atau kodon terminal. Kodon yang menyandi asam amino yang sama disebut synonymous codon.Arah pengkodean ikatan DNA dari 5’ ke 3’, sedangkan arah ikatan DNA templat dari 3’ ke 5’ sehingga urutan mRNA ditulis sebagai komplemen urutan DNA templat.57 Ekspresi gen adalah suatu rangkaian proses dalam pembuatan protein yang terdiri dari proses transkripsi DNA menjadi RNA dan proses translasi RNA menjadi polipeptida. Pada proses transkripsi, informasi DNA akan disalin menjadi molekul RNA. Enzim yang mengkatalisis sintesis RNA dari template DNA disebut RNA polymerase.Substrat RNA polymerase adalah ribonukleotida trifosfat Adenosine Triphosphate (ATP), Guanosine Triphosphate (GTP), Cytidine Triphosphat (CTP), dan Uridine Triphosphate (UTP). Proses pembentukkan molekul RNA dimulai oleh satu nukleotida yang berkomplemen dengan nukleotida DNA. Nukleotida kedua ditambahkan melalui ikatan fosfodiester. Proses elongasi rantai RNA dilanjutkan dengan alurnya dan polimerasi diteruskan pada arah 5’ ke 3’ dalam templat DNA.57 Proses ekspresi gen dalam genetika adalah tingkat dasar dimana genotipe dapat menimbulkan fenotipe. Kode genetik yang tersimpan dalam DNA berada pada urutan nukleotida yang ditafsirkan oleh ekspresi gen. Regulasi ekspresi gen 53 mengacu pada pengendalian jumlah dan waktu penampilan produk fungsional gen. Pengendalian ekspresi sangat penting untuk menghasilkan produk gen yang diperlukan sehingga memberikan fleksibilitas untuk beradaptasi dengan lingkungan, sinyal eksternal, kerusakan sel, dan lain-lain.57 Ekspresi gen dipengaruhi oleh lingkungan eksternal dan internal seperti perkembangan fisik atau perilaku organisme tersebut. Gen tersusun atas urutan basa nukleotida yang terdiri dari daerah yang mengkode suatu transformasi genetik (ekson), daerah yang mengkode informasi genetis (intron), serta bagian yang mengatur ekspresi gen yaitu sekuens pengontrol ekspresi gen.58 Gambar 2.14 Struktur Kromosom, Gen, dan DNA Dikutip dari: Fatchiyah58 Gambar diatas menunjukkan kromosom eukariot, gen tersusun atas ekson dan intron. Gen ini terdapat dalam pita DNA yang diuntai dan dimapatkan oleh protein histon dalam bentuk kromosom. Selama reproduksi, jumlah kromosom yang haploid dan materi genetis DNA hanya separuh dari parental yang disebut sebagai genom.58 54 Langkah pertama dalam ekspresi gen adalah transkripsi DNA menjadi RNA. Molekul RNA sama dengan DNA kecuali pada: (1) gugusan gula adalah ribosa. Basa Urasil (U) menggantikan Timin (T) dan U berpasangan dengan A, (2) RNA biasanya tidak berantai ganda walaupun dapat melipat dirinya sendiri jika terjadi komplementaritas dan beberapa virus RNA berantai ganda. Tiga kelas RNA utama merupakan RNA messenger (mRNA), tRNA, rRNA. RNA messenger diterjemahkan menjadi protein, tRNA terlibat dalam transfer asam amino ke dalam protein, rRNA terdapat dalam ribosom yang terlibat dalam sintesis protein.59 Analisis ekspresi gen adalah penentuan pola ekspresi gen pada tingkat transkripsi genetik dalam keadaan atau sel tertentu.Informasi genetika (urutan basa) pada DNA pertama kali disalin ke molekul mRNA (transkripsi) ketika gen diekspresikan. Molekul mRNA kemudian keluar dari inti sel dan masuk dalam sitoplasma yang ikut serta dalam sintesis protein dengan menentukan amino tertentu yang membentuk protein (translasi).60 Gambar 2.15 Ekspresi Gen Sel Eukariot Dikutip dari: Camp61 55 Gambar diatas merupakan contoh regulasi gen pada masing-masing tahapan, tetapi yang paling penting adalah pada tahap pertama yaitu transkripsi DNA menjadi RNA.61 Eksresi gen pada sel eukariot berlangsung dalam sejumlah tahapan yang berbeda yaitu traksripsi, pascatranskripsi, translasi, dan pascatranslasi. Kontrol utama ekspresi gen terjadi pada tingkat awal transkripsi yang diawali unsur promotor proksimal yang membentuk sekitar 30 nukleotida di hulu dari tempat awal transkripsi.59 Pada sel eukariot, transkripsi terjadi dalam nukleus dan translasi di luar nukleus.RNA polimerase I terletak pada nukleolus dan mentranskrip gen RNA ribosom menghasilkan rRNA. RNA polimerase II mentranskrip gen mRNA, dan RNA polimerase III mentranskrip gen tRNA. Ketiga RNA polimerase berinteraksi dengan promoternya melalui faktor transkripsi yang mengikat urutan nukleotida RNA regulator.57 RNA messengerpada sel eukariot disintesis oleh RNA polimerase II sebagai primary transcript, disebut juga heterogenous nukleus RNA (hnRNA).Caping RNA ini terjadi pada ujung 5’ saat transkripsi berlangsung. Proses selanjutnya adalah penambahan poli A dan pemotongan atau pemrosesan mRNA yang dikenal sebagai splicing yang menghasilkan mRNA matang, semua proses ini terjadi pada saat post transkripsi.57 Protein spesifik disebut sebagai faktor transkripsi diperlukan untuk efisiensi transkripsi pada gen eukariotik, terutama oleh RNA polimerase II yang disebut TF II (A, B, D, E, F, dan H). TF IID mengandung TATA pengikat protein (TBP) yang 56 akan berikatan dengan TATA box pada lekuk minor DNA. Eukariot juga mempunyai urutan basa yang disebut penguat untuk menstimulasi transkripsi gen.57 Transkrip RNA pada eukariot (hnRNA) mengandung bagian yang dikenal dengan ekson dan intron.Ekson terdapat dalam mRNA yang matur sedangkan intron tidak. Proses ketika intron dibuang sehingga hnRNA menjadi bentuk mRNA fungsional disebut splicing. Pada posttranskripsi akan menghasilkan mRNA matur yang berbeda sehingga menghasilkan protein yang berbeda pula.57 Pada proses translasi dalam ribosom terdapat tiga tahapan pokok, yaitu inisiasi yang mengawali sintesis polipeptida dari kodon AUG yang ditranslasi sebagai asam amino metionin. Proses ini berlangsung dengan bantuan faktor inisiasi (IF-1, IF-2, dan IF-3) dan enzim tRNA metionin sintetase sehingga tRNA dan asam amino ini membentuk ikatan kuat dan bergerak ke ribosom tempat sintesis protein berlangsung. Langkah selanjutnya adalah elongasi atau pemanjangan polipeptida sesuai urutan kodon yang dibawah mRNA.58 Pada proses elongasi ini diperlukan kompleks faktor elongasi. Enzim tRNA-asam amino sintetase berperan dalam pembentukan ikatan yang kuat antara tRNA dengan asam amino lainnya dari sitoplasma yang sesuai dengan urutan kodon mRNA tersebut. Proses elongasi akan terhenti sampai kodon terminasi dan poli-adenil (poli A), diakhiri dengan proses terminasi yang dilakukan oleh protein-rho. Polipetida akan diproses sebagai molekul protein fungsional setelah melalui post translasi di retikulum endoplasma hingga tingkat jaringan.58 57 2.1.7 Real Time-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) Polymerase Chain Reaction (PCR) atau reaksi rantai polymerase adalah suatu teknik untuk menyintesis asam nukleat atau gen tertentu in vitro secara enzimatis.Teknik ini sangat sensitif dan spesifik serta waktu yang diperlukan sangat singkat. Pada teknik tersebut digunakan dua oligonukelotida sintetis sebagai primer yang merupakan komplemen ujung setiap utas templat sehingga sintesis akan berjalan diantara dua primer tersebut.57 Untuk melaksanakan teknik PCR diperlukan beberapa material, yaitu: sequen DNA sebagai templat, sepasang primer, Taq DNA polymerase, dan empat macam deoksinukleotida trifosfat (dNTP) serta larutan buffer.58 (1) Templat DNA Ukuran target amplifikasi biasanya kurang dari 1.000 pasangan basa (bp) atau 1 kB. Hasil amplifikasi yang efisien adalah antara 100-400 bp. (2) Primer Primer disusun dari urutan nukelotida yang dapat diunduh dari pusat GeneBankdan disintesis berdasarkan susunan nukelotida.Ketentuan penyusunan primer disusun dari urutan oligonukleotida sepanjang 15-32 bp pada ujung 5’ pita DNA cetakan maupun komplemennya. (3) Taq DNA polimerase Enzim ini bersifat termostabil dan diisolasi dari thermus aquaticus.Aktivitas polimerisasi DNA dari ujung 5’ ke ujung 3’, dan aktivitas enzimatik ini mempunyai waktu paruh sekitar 40 menit pada suhu 95°C. Untuk setiap 100 μL volume reaksi ditambahkan 2,0-2,5 unit Taq polimerasi. (4) Nukleotida (dNTP) 58 Konsentrasi yang biasanya digunakan untuk setiap dNTP adalah 200 μM.Pada konsentrasi ini penting untuk mengatur konsentrasi keempat dNTP dengan pH 7,0. (5) Bufer PCR Bufer standar untuk PCR tersusun atas 50 mM KCl, 10 mM TrisCl (pH 8,3), dan 1,5 mM MgCl. Bufer standar ini akan bekerja dengan baik untuk cetakan DNA dan primer dengan kondisi tertentu. Konsentrasi ion Magnesium dalam bufer PCR dapat mempengaruhi proses annealing primer, suhu disosiasi untai cetakan DNA, dan produk PCR. Langkah pertama adalah denaturasi untai ganda DNA dengan cara pemanasan.Suhu pada tahap denaturasi adalah berkisar 92-95°C. Kemudian didinginkan agar kedua primer melekat berjajar dengan masing-masing templatnya.Amplifikasi akan lebih efisien apabila suhu annealing tidak kurang dari 37°C. Primer ini akan menempel pada urutan nukleotida yang sesuai dengan urutan primer itu sendiri, dan menempel pada ujung 5’ dari untai DNA target yang telah terurai pada proses sebelumnya. Dengan menaikkan temperature suspense, kedua primer akan bertambah panjang oleh bantuan Taq DNA polymerase. Terjadi proses pemanjangan untai baru DNA, dimulai dari posisi primer yang telah menempel di urutan basa nukleotida DNA target yang bergerak dari ujung 5’ menuju ujung 3’ dari untai tunggal DNA. Proses pemanjangan atau pembacaan informasi DNA yang diinginkan sesuai dengan panjang urutan basa nukleotida yang ditargetkan. Pada setiap satu kB (1.000 bp) yang akan diamplifikasi, memerlukan waktu satu menit dengan suhu ekstensi berkisar 70-72°C. Hasil sintesis DNA yang baru ini merupakan komplemen 59 templatnya. Melalui denaturasi, annealing dan ekstensi yang berulang akan tercapai sejumlah target DNA yang diinginkan.57, 58 Teknik PCR dapat digunakan untuk menganalisis mRNA, tetapi RNA tidak dapat digunakan sebagai template maka terlebih dahulu dilakukan transkripsi terbalik reverse transcription RNA menjadi cDNA kemudian dilakukan amplifikasi PCR. Gabungan kedua teknik ini disebut RT-PCR.Hasil akhir amplifikasi kemudian diidentifikasi dengan melakukan elektroforesis gel, sedangkan identifikasi gen berdasarkan perbedaan besar molekul.Pemeriksaan ini merupakan metode identifikasi ekspresi gen secara kualitatif atau semikuantitatif.Untuk mengukur ekspresi DNA, cDNA, atau mRNA secara kualitatif digunakan real time PCR (qRTPCR).Pemeriksaan ini dapat mendeteksi amplifikon DNA pada saat reaksi sedang berlangsung. Selain dapat menentukan kadar gen yang diekspresikan, metode ini juga dapat mengukur reaksi yang terjadi selama fase tertentu khususnya pada fase awal dimana reaksi itu masih linear. Yang diukur adalah peningkatan fluoresensi saat zat warna berikatan dengan DNA yang jumlahnya sedang meningkat akibat amplifikasi.62 60 Gambar 2.16 Model Real Time Quantitative PCR Dikutip dari: NCBI60 Gambar diatas memperlihatkan jumlah pita DNA yang meningkat seiring pertambahan siklus PCR.ΔRn adalah kenaikan sinyal fluosesensi pada setiap titik waktu yang berhubungan dengan jumlah siklus.Threshold (ambang) adalah tingkat fluoresensi yang dipilih berdasarkan variabilitas dasar.Sinyal yang terdekteksi diatas ambang batas dianggap sebagai sinyal sesungguhnya yang muncul untuk menentukan Ct (threshold cycle).Ct didefinisikan sebagai fraksi dari jumlah siklus PCR dimana fluoresensi lebih besar dari ambang batas. Ct merupakan prinsip dasar RT-PCR dan komponen penting dalam menghasilkan data yang akurat.60 Keuntungan menggunakan RT-PCRmerupakan metode yang sangat sensitif, mempercepat terbacanya ekspresi gen, dan data dapat diambil selama proses amplifikasi berlangsung. Kegagalan selama proses pemeriksaan kuantitatif transkripsi mRNA terjadi karena variasi jumlah sampel terutama dari individu yang 61 berbeda. Maka digunakan GADPH karena ekspresinya sangat konstan. Gen ini berfungsi sebagai kontrol terutama perhitungan menggunakan metode 2-ΔΔCt.63 2.1.8 Analisis Data RT-PCR Menggunakan Metode 2-ΔΔCt Pengukuran perubahan relatif dalam ekspresi gen menggunakan RT-PCR membutuhkan persamaan tertentu untuk menganalisis data yang dihasilkan. Metode 2-ΔΔCt merupakan perhitungan perubahan relatif dalam analisis ekspresi gen.64 Normalisasi metode ini untuk mengoreksi jumlah hasil input RNA yang berbeda. Salah satu ciri khas metode 2-ΔΔCt adalah menggunakan data yang dihasilkan sebagai bagian dari hasil RT-PCR untuk melakukan fungsi normalisasi. Metode ini digunakan bila pengukuran jumlah input RNA dengan metode lain tidak praktis. Situasi tersebut terjadi ketika jumlah RNA terbatas atau hasil pengolahan yang tinggi ketika banyak sampel yang diinginkan. Metode yang paling umum untuk normalisasi adalah dengan menentukan jumlah RNA yang ditambahkan dalam reaksi DNA kemudian PCR dilakukan dengan menggunakan DNA yang berasal dari jumlah yang sama dengan input RNA. Penggunaan metode 2-ΔΔCt untuk menentukan efek penelitian terhadap ekspresi dari gen kontrol.64 Bila hasil RT-PCR mutlak diperlukan, maka metode ini harus digunakan, bila tidak maka presentase ekspresi gen relatif harus cukup. Kuantifikasi relatif dengan metode ini lebih mudah dibandingkan statistik biasa karena penggunaan kurva standar tidak diperlukan.64 Hasil yang didapatkan pada pemeriksaan qRT-PCR adalah nilai ekspresi gendalam Ct yang merupakan jumlah nilai kuantifikasi ekspresi gen yang melewati garis threshold.Interprestasi nilai Ct yaitu bila nilainya semakin kecil maka gen tersebut 62 lebih besar ekspresinya.Nilai Ct kemudian dihitung terhadap dua gen, yaitu target gen dan kontrol (GADPH). Hasil perhitungan ΔCt sama dengan perbedaan Ct antara target gen dan GADPH (Ct target – Ct GADPH). Metode 2-ΔΔCt digunakan untuk menghitung perubahan relatif ekspresi gen pada pemeriksaan qRT-PCR. Data dianalisis dengan menggunakan ΔΔCt = (Ct.target-CtGADPH) waktu x – (Ct.target-CtGADPH) 64, 65 waktu 0. Nilai ekspresi gen berdasarkan Ct dikategorikan menjadi: (a) < 15 over ekspresi, (b) > 15-20 terekspresi sangat tinggi, (c) > 20-25 terekspresi tinggi, (d) > 25-30 terekspresi sedang, (e) > 30-35 terekspresi lemah, (f) > 35-40 terekspresi sangat lemah.65 2.2 Kerangka Pemikiran Progresivitas karsinoma nasofaring dipengaruhi oleh banyak faktor, umumnya merupakan interaksi antara faktor genetik dan lingkungan, khususnya lingkungan mikro di sekitar tumor dan sistem imun.Sistem imun juga dapat menyeleksi tumor dengan imunogenitas rendah melalui mekanisme escape, selain itu terdapat sisa sel tumor dengan imunogenitas rendah sehingga tahan terhadap aktivitas supresi imun yang disebut immunoediting.9 Berbagai sel sistem imun termasuk sel mieloid seperti makrofag, neutrofil, dan mastosit menunjukkan sifat pro-tumor. Dalam kondisi normal, sel ini memberikan proteksi pertama terhadap patogen, tetapi selama perkembangan tumor sel mieloid terlibat dalam meningkatkan progresivitas dan menyebabkan resistensi terhadap terapi serta menurunkan respons imun.9 63 Keadaan stress imunologi termasuk keganasan dapat menyebabkan terjadinya mekanisme imunosupresif, salah satunya adalah perubahan fungsi MDSC.Myeloid derived suppressor cells merupakan populasi yang berasal dari sel progenitor sumsum tulang dengan tahapan diferensiasi dari sel mieloid awal sampai granulosit atau monosit, dapat direkrut dalam lingkungan mikro tumor yang berpengaruh terhadap sistem imun.26 Dalam keadaan normal, MDSC dapat ditemukan dalam sumsum tulang tetapi bila terjadi keadaan patologis dapat ditemukan di limpa, sirkulasi darah, jaringan tumor, dan KGB.Pada keadaan patologis seperti keganasan, terjadi penghambatan sebagian IMC untuk menjadi sel mieloid yang matur menyebabkan migrasi populasi ini ke organ limfoid sekunder dan jaringan seperti daerah tumor.10, 12, 16, 17, 19 Terdapat dua subtipe MDSC yaitu PMN-MDSC dan MO-MDSC yang mempunyai mekanisme berbeda untuk supresi sistem imun.Perbedaan diferensiasi antara PMNMDSC dan MO-MDSC berdasarkan pada ekspresi CD14 dan CD15. Perbedaan fungsi keduanya yaitu bahwa PMN-MDSC akan mengekspresikan arginase dengan kadar yang tinggi, tetapi tidak untuk iNOS, selain itu dapat ditemukan ROS dalam kadar yang tinggi pula. MO-MDSC akan mengekpresikan arginase dan iNOS, tetapi ROS berada dalam kadar yang rendah. Produksi ROS merupakan salah satu mekanisme PMN-MDSC untuk menekan fungsi sel T.20, 26 Peningkatan produksi ROS disebabkan oleh teraktifasinya kompleks NADPH dan NOX2 melalui faktor transkripsi STAT3 sehingga dapat terjadi supresi sistem imun.Inducible nitric oxide synthetaseakan menurunkan aktivasi, proliferasi, dan migrasi sel T dengan menghambat JAK1, JAK3, dan STAT6. L arginine dapat 64 menyebabkan disfungsi sel T melalui dua mekanisme, pertama adalah dengan menghilangkan rantai CD3. Kedua, menghambat proliferasi dengan menurunkan sinyal TCR yang menyebabkan supresi sel T melewati JAK3 dan STAT5.10, 11 Pengikatan MDSC dengan beberapa ligand (contohnya sitokin, faktor pertumbuhan, dan pro-inflamasi) terhadap reseptornya merupakan aktivitas awal terjadinya transkripsi yang bertanggung jawab untuk diferensiasi abnormal, migrasi, dan perubahan fungsi sel mieloid dalam lingkungan mikro tumor.26 Migrasi, aktivasi, dan akumulasi MDSC pada jaringan perifer dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang dihasilkan oleh sel tumor, sel stromal tumor, atau diaktivasi oleh sel T. Mediator yang menyebabkan terjadi proses ini adalah faktor pertumbuhan, sitokin, kemokin (contohnya CXCL12), COX-2, PGE2, serta proinflamatorik S100A8. Semua faktor tersebut saling terkait satu sama lain dalam meningkatkan MDSC pada lingkungan mikro tumor serta menyalurkan ke sistem hematopoiesis. 10, 16,18 Semua mediator ini menyebabkan MDSC bermigrasi melalui jalur JAK2/STAT3, STAT1, STAT6, atau mekanisme NF-B-dependent.10, 16, 18,Signal transducers and activators of transcription yang diaktivasi oleh beberapa tumor-derived factors (TDF) berfungsi untuk migrasi dan supresi MDSC.Proliferasi MDSC melalui peningkatan beberapa protein berada pada jalur sinyal STAT3. Fungsi lain dari STAT3 dalam aktivasi MDSC adalah meningkatkan regulasi NOX2 untuk produksi ROS yang berperan terhadap supresi sistem imun. Beberapa faktor transkripsi lain yaitu STAT1 yang berperan terhadap NO untuk menyebabkan supresi sistem imun, 65 aktivasi IL-4/IL-13 melalui STAT6 dapat meningkatkan regulasi ARG1 dan produksi TGF-β dalam MDSC yang menyebabkan aktivitas supresi.26 Fungsi dan diferensiasi MDSC dipengaruhi juga oleh HIF-1. Di daerah tumor, HIF-1 akan menyebabkan MDSC berdiferensiasi menjadi TAM yang menimbulkan aktivitas imunosupresi yang sama dengan MDSC melalui peningkatan regulasi iNOS dan arginase serta menurunkan kompleks NADPH oksidase.66 Lingkungan mikro dalam sel maligna dan sel stromal akanmenyekresikan kemoatraktan seperti kemokin CXCL12. Keadaan ini menyebabkan sel mieloid bermigrasi pada sirkulasi untuk masuk ke dalam daerah tumor.67 CXCL12 yang berikatan dengan CXCR4 menyebabkan akumulasi MDSC pada lingkungan mikro tumor karena peningkatan PGE2. Ekspresi CXCL12 dapat terjadi secara langsung menyebabkan peningkatan pertumbuhan tumor serta rekruitmen sel progenitor endotel yang dibutuhkan untuk terjadinya angiogenesis.Peningkatan COX2 yang merupakan enzim untuk regulasi sintesis PGE2 terlibat dalam pertumbuhan tumor.21 Aktivasi STAT3 pada sel mieloid juga akan meningkatkan protein S100A8 yang mengikat kalsium. Protein ini berikatan dengan reseptor glikoprotein pada permukaan sel MDSC yang menyebabkan MDSC bermigrasi.26 Protein S100A8 merupakan suatu mediator inflamatori yang dilepaskan oleh sel mieloid. Molekul intraseluler ini dilepaskan ke kompartemen ekstraseluler karena adanya respons kerusakan, infeksi, atau inflamasi, dan berfungsi sebagai sinyal bahaya proinflamatorik. Peningkatan kadar S100A8 merupakan petanda adanya inflamasi 66 dan infeksi yang berulang, serta terlihat pada sel yang terinfiltrasi oleh tumor pada beberapa tumor epitel.24, 50, 51 S100A8 berada di daerah intraseluler dan ekstraseluler; fungsi intraseluler adalah sebagai regulasi hemostasis kalsium, siklus sel, pertumbuhan dan migrasi sel, fosforilase, dan regulasi faktor transkripsi.Ekstraseluler S100A8 bertindak sebagai sitokin dengan mengikat reseptor sel permukaan seperti RAGE.49, 51-53 S100A8 berikatan dengan CNG pada reseptor RAGE yang merupakan sel permukaan glikoprotein MDSC; menyebabkan migrasi MDSC ke daerah tumor dan menekan respons imun.MDSC dapat menyintesis dan menyekresi S100A8.49, 68 S100A8 mempunyai respons autokrin untuk akumulasi MDSC di daerah lingkungan tumor.Cara autokrin ini berfungsi untuk menarik MDSC dan memelihara imunsupresi di daerah lingkungan mikro tumor.S100A8 menyebabkan tumorigenesis dengan menginduksi respons inflamasi dan membuat lingkungan proinflamasi.Sebagai kemoatraktan inflamasi, S100A8 menyebabkan penarikan sel inflamasi ke daerah jaringan yang rusak sehingga terjadi tumorigenesis dan metastasis.49, 68 Bentuk homodimer dan heterodimer S100A8 juga mempunyai fungsi parakrin melalui pengikatannya dengan RAGE pada sel tumor.Di daerah intraseluler, dalam fagosit, S100A8 berikatan dengan p67phox danp47phox dalam kompleks NADPH dan meningkatkan produksi ROS yang mempunyai efek imunosupresi.16, 53, 55, 68 67 TAM Tumor Sumsum tulang COX2 CNG-RAGE MDSC PGE2 CXCL12 CXCR4 CD15 PMNMDSC ROS Proliferasi S100A8 P67phox CD14 P47phox MO-MDSC ROS ARG1 Metastasis iNOS Sistem Imun Stadium Progresivitas Karsinoma Nasofaring Gambar2.16 Skema Kerangka Pemikiran 68 Dari kerangka pemikiran diatas, maka dapat dibuat premis sebagai berikut: Premis 1: Myeloid derived suppressor cells adalah populasi sel progenitor;terdiri darimakrofag, granulosit, dan sel dendritik imatur.10, 16 Premis 2: Secara morfologi MDSC dibedakan menjadi menjadi dua tipe, yaitu MO-MDSC yang disandi oleh CD14 dan PMN-MDSC yang disandi oleh CD15.9, 10, 12 Premis 3: PMN-MDSC mengekspresikan arginase dan ROS dengan kadar yang tinggi sedangkan MO-MDSC mengekpresikan arginase dan iNOS dan keduanya berperan untuk menekan fungsi sel T.10, 11,20, 26 Premis 4: Peningkatan produksi ROS disebabkan oleh teraktifasinya kompleks NADPH dan NOX2 untuk supresi fungsi sel T.10, 11 Premis 5: Pada lingkungan mikro tumor terjadi peningkatan HIF-1 sehingga MDSC berdiferensiasi menjadi TAM.69 Premis 6: Supresi sistem imun terjadi akibat aktivasi dan migrasi MDSC yang disebabkan oleh beberapa mediator seperti faktor pertumbuhan, sitokin, kemokin (CXCL12), proinflamatorik (S100A8).10, 11, 16, 18, 20 Premis 7: CXCL12 berikatan dengan reseptor CXCR4 yang terdapat pada permukaan MDSC dan sel tumor.17, 22 Premis 8: PGE2 menimbulkan peningkatan CXCL12 dan ekspresi CXCR4 melalui aktivasi NF-B, terjadi akumulasi MDSC pada lingkungan mikro tumor dan darah.21 69 Premis 9: Peningkatan CXCL12 terjadi karena regulasi PGE2 oleh COX2 yang dikeluarkan oleh sel tumor.21 Premis 10: Pada daerah tumor, CXCR4 meningkatkan regulasi HIF dan bersirkulasi dalam darah serta jaringan limfoid terjadi proliferasi dan menginduksi angiogenesis serta metastasis. 17, 70 Premis 11: Peningkatan protein S100A8 terjadi karena aktivasi faktor transkripsi STAT3 pada sel mieloid.24, 50, 51 Premis 12: S100A8 berikatan dengan CNG pada reseptor RAGE, sel permukaan glikoprotein MDSC; terjadi migrasi MDSC ke daerah tumor.49, 68 Premis 13: Pengikatan S100A8 dengan reseptor pada permukaan sel menyebabkan peningkatan anti apoptosis Bcl-2.49 Premis 14: S100A8 mempunyai respons autokrin untuk akumulasi MDSC di daerah lingkungan tumor dan parakrin melalui pengikatannya dengan RAGE pada sel tumor.16, 53, 55, 68 Premis 15: Myeloid derived suppressor cells dapat menyintesis dan menyekresi S100A8.24 Premis 16: S100A8 berikatan dengan p67phox danp47phox dalam kompleks NADPH dan meningkatkan ROS.16, 53, 55, 68 2.3 Hipotesis Berdasarkan premis diatas, maka dapat dibuatlah beberapa hipotesis yaitu: 1. MDSC yang disandi oleh ekspresi gen CD14 dan CD15 dalam darah karsinoma nasofaring stadium lanjut lebih tinggi dibandingkan dengan stadium awal (premis 1-4). 70 2. MDSC yang disandi oleh ekspresi gen CD14 dan CD15 dalam jaringan tumorkarsinoma nasofaring stadium lanjut lebih tinggi dibandingkan dengan stadium awal(premis 1-6). 3. Ekspresi gen CXCR4 dalam darah karsinoma nasofaring stadium lanjut lebih tinggi dibandingkan dengan stadium awal (premis 6-10). 4. Ekspresi gen CXCR4 dalam jaringan tumorkarsinoma nasofaring stadium lanjut lebih tinggi dibandingkan dengan stadium awal (premis 6-10). 5. Ekspresi gen S100A8 dalam darah karsinoma nasofaring stadium lanjut lebih tinggi dibandingkan dengan stadium awal(premis6, 11-16). 6. Ekspresi gen S100A8 dalam jaringan tumorkarsinoma nasofaring stadium lanjut lebih tinggi dibandingkan dengan stadium awal(premis 6, 11-16). BAB III SUBJEK, BAHAN, DAN METODE PENELITIAN 3.1 Subjek, Bahan, dan Alat Penelitian 3.1.1 Subjek Penelitian Populasi terjangkau penelitian adalah penderita karsinoma nasofaring yang datang ke poli onkologi THT-KL. Sampel penelitian adalah sebagian populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusiserta bersedia untuk turut serta dalam penelitian dengan menandatangani informed consent.Perlakuan yang diberikan terhadap subjek penelitian berdasarkan standar prosedur operasional (SPO) yang berlaku di Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Subjek penelitian akan dibagi menjadi empat kelompok, dua kelompok pertama adalah kelompok stadium awal dan dua kelompok berikutnya adalah kelompok stadium lanjut. Sampel penelitian diambil dari darah dan jaringan tumor penderita KNF yang menjadi subjek penelitian. 3.1.1.1 Kriteria Inklusi 1) Penderita yang di diagnosis secara histopatologi menunjukkan KNF. 2) Tidak mempunyai keganasan di tempat lain. 3) Tidak mempunyai kelainan genetik. 4) Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informed consent. 71 72 3.1.1.2 Kriteria Eksklusi 1) Pernah mendapatkan terapi berupa radioterapi, kemoterapi, atau kemoiradiasi sebelumnya. 2) Karsinoma nasofaring residif atau rekuren 3.1.1.3 Kriteria Drop Out 1) Penderita yang tidak datang kembali untuk penentuan stadium klinis. 2) Sampel darah atau jaringan tumor untuk pemeriksaan rusak. 3.1.2 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel darah dan jaringan tumor yang diambil dari penderita karsinoma nasofaring.Jaringan tumor diambil dari biopsi nasofaring yang dibagi menjadi dua sampel, sampel pertama untuk pemeriksaan histopatologi dan sampel kedua untuk bahan penelitian.Bila hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan suatu karsinoma nasofaring, maka dimasukkan ke dalam sampel penelitian. Sampel darah dimasukkan ke dalam tabung Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA)sebanyak 3 ml, sedangkan sampel jaringan tumor dimasukkan dalam jaringan pengawet RNA.Kedua sampel tersebut kemudian disimpan dalam lemari pendingin. Sampel penelitian dikirim ke laboratorium genetika molekuler Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran untuk dilakukan pemeriksaan menggunakan RT-PCR dengan menganalisis ekspresi gen CD14 dan CD15 sebagai petanda MDSC serta gen CXCR4 dan S100A8 terhadap semua kelompok sampel penelitian. 73 Bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah primer nukelotida dengan design berdasarkan national centre for biotechnology information (NCBI): 1) Primer untuk CD15 CD15(H) F: 5’-CTTTGTGCCTTATGGCTACC-3’ 160 bp ’ ’ CD15 (H) R: 5 -TTGGCTCAGTTGGTGGTAGT-3 2) Primer untuk CD14 CD14(H) F: 5’-AGAATCCTTCCTGTTACGGT-3’ 160 bp ’ ’ CD14 (H) R: 5 -CTCTGACAGTTTATGTAATCCT-3 3) Primer untuk CXCR4 CXCR4 (H) F: 5’-CAATGGATTGGTCATCCTGG-3’ 160 bp CXCR4 (H) R: 5’-GACTGATGAAGGCCAGGATG-3’ 4) Primer untuk S100A8 S100A8 (H) F: 5’-TCTTGTCAGCTGTCTTTCAGA-3’ 140 bp ’ ’ S100A8 (H) R: 5 -GTAGACGGCATGGAAATTCC-3 5) RNA Later 6) Xylocain spray 10% 7) Jelly 8) Kapas alkohol 9) Cairan xylocain 10) Plastic bandages 2 mm 11) Tabung penyimpanan darah dan jaringan tumor untuk isolasi RNA 12) Kit isolasi RNA dan RT-PCR 74 3.1.3 Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Forsep biopsi 2) Spekulum hidung 3) Pinset hidung 4) Suction hidung 5) Endoskopi 6) Sistem kamera dan monitor 7) Spuit 3 cc 8) Tabung EDTA 3 ml 9) Mesin PCR 10) Cooler box 11) Elution tube 12) Spin basket 13) Spin colum 14) Collection tube 15) Pipet mikro 16) Tabung mikro 17) Mikro sentrifus 18) Water bath 3.4 Penentuan Jumlah dan Besar Sampel Penentuan besar sampel disesuaikan dengan tujuan dan tipe data penelitian. Sesuai dengan tujuan pertama bahwa penelitian ini merupakan penelitian analisis 75 kategorik numerik tidak berpasangan. Dengan menggunakan rumus penentuan besar sampel untuk penelitian analisis kategorik numerik tidak berpasangan untuk menguji perbedaan rata-rata maka penentuan besar sampelpada tiap kelompok dihitung secara statistik yang disesuaikan dengan panduan penelitian. Digunakan rumus besar sampel untuk analisis kategorik numerik tidak berpasangan sebagai berikut:71, 72 Z Z S n1 n2 2 X1 X 2 2 Dimana : s12 (n1 1) s22 (n2 1) S g2 n1 n2 2 n merupakan ukuran sampel (sampel minimal perkelompok) Zα = nilai Z dari distribusi normal baku yang sesuai dengan α yang dipakai. Kesalahan tipe 1 ditetapkan sebesar 5%, hipotesisnya satu arah sehinggajika α = 0.05; dengan uji satu arah Zα = 1,645. Zβ = nilai Z dari distribusi normal baku yang sesuai dengan power yang digunakan. Kesalahan tipe 2 ditetapkan sebesar 20%, dimana jika β = 0,2; maka power of the test (1 – β) = 0,80, maka didapat nilai Z 0,84 . S 2= 1/18h2 σ 2 = 1/18 x 9 = 0,5. Maka diperoleh nilai S sebesar 0,707. 76 δ = Selisih minimal yang dianggap bermakna (nilai mean atau rata-rata) yaitu X1X2. Maka perbedaan terkecil yang harus dinyatakan bermakna secara statistik. Dalam penelitian ini ditentukan δ = 1, sehingga didapatkan nilai sebagai berikut: 1, 645 0,84 0,5 n1 n2 2 1 2 2(3, 087) 6,175 7 Jumlah sampel minimal untuk masing-masing kelompok adalah 7 sampel.Kemudian ditambah dengan 10% kemungkinan pengeluaran sampel sehingga jumlah sampel tiap kelompoknya adalah 7 0, 7 7, 7 8 sampel dan jumlah seluruh sampel adalah 32 sampel. Penentuan besar sampel dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian dan tipe data yaitu tujuan penelitian kedua adalah analisis korelasi antara MDSC, ekspresi gen CXCR4 dan S100A8 dengan progresivitas berdasarkan stadium klinis karsinoma nasofaring. Maka menggunakan rumus penentuan besar sampel untuk penelitian analisis korelatif dengan kesalahan tipe 1 ditetapkan sebesar 5% hipotesis satu arah, sehingga Z 1,64 Kesalahan tipe 2 ditetapkan sebesar 20%, maka didapat nilai Z 0,84 . 77 Maka digunakan rumus besar sampel sebagai berikut:71, 72 Z Z n 3 0.5ln(1 r ) /(1 r ) 2 Z = deviat baku alfa (1.64) Z = deviat baku beta (0.84) r = korelasi minimal yang dianggap bermakna (0.6) Maka: 2 1.64 0.84 n 3 0.5ln(1 0.6) /(1 0.6) 2 2.8 n 3 0.5ln1.6 / 0.4 n 12,8 3 15,8 16 Jumlah total sampel minimal yang dibutuhkan paling sedikit adalah sebesar 16 orang.Maka pada penelitian ini diambil ukuran sampel minimal yang terbesar yaitu 32sampel. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah sampel total pada penelitian ini sudah mencukupi untuk perhitungan analisis kategorik numerik dan analisis korelasi. 3.5 Metode Penelitian 3.5.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan studi silang, yaitu menganalisisekspresi gen CD14 dan CD15 sebagai petanda MDSC dan ekspresi gen CXCR4 serta S100A8 pada sampel darah dan jaringan tumor penderita 78 KNF yang datang ke poli onkologi THT-KL RSHS dari semua subjek penelitian yang memenuhi kriteria penelitian. Subjek penelitian dibagi menjadi kelompok KNF stadium awal (stadium I dan II) serta kelompok KNF stadium lanjut (stadium III dan IV). Kelompok I :sampel darah penderita KNF stadium awal Kelompok II :sampel jaringan tumor penderita KNF stadium awal Kelompok III :sampel darah penderita KNF stadium lanjut Kelompok IV :sampel jaringan tumor penderita KNF stadium lanjut Penilaian ekspresi gen berdasarkan hasil elektroforesis cDNA (RT-PCR) dalam skala semikuantitatif dan real time PCR mRNA. 3.5.2 Identifikasi Variabel Variabel bebas pada penelitian ini adalah MDSC yang disandi oleh ekspresi gen CD14dan CD15, ekspresi gen CXCR4, serta S100A8.Variabel terikat adalah karsinoma nasofaring stadium awal (I dan II) serta stadium lanjut (III dan IV). Variabel perancu adalah usia dan jenis kelamin. 3.5.3 1) Definisi Operasional Variabel Myeloid derived suppressor cells(MDSC) adalah suatu populasi sel mieloid yang heterogen dari sel progenitor berupa makrofag, granulosit, dansel dendritik imatur. Secara morfologi MDSC dibedakan menjadi menjadi dua tipe, yaitu monocytic (MO)-MDSC dan granulocytic/polymoprhonuclear (PMN)-MDSC.10, 11 79 2) Ekspresi gen CD15 adalah ekspresi jumlah mRNA CD15 dengan menggunakanpemeriksaan RT-PCR, dipakai sebagai petanda permukaan untuk PMN-MDSC.10, 11, 16, 73 Satuan yang diukur pada penelitian ini adalah ΔCt (kategorik). 3) Ekspresi gen CD14 adalah ekspresi jumlah mRNA CD14 dengan menggunakan pemeriksaan RT-PCR, dipakai sebagai petanda permukaan untuk MO-MDSC. 10, 11, 16, 73 Satuan yang diukur pada penelitian ini adalah ΔCt (kategorik). 4) Ekspresi gen CXCR4 adalah ekspresi jumlah mRNA CXCR4 dengan menggunakan pemeriksaan RT-PCR. CXCR4 merupakan reseptor yang berikatan dengan CXCL12 (SDF-1), terdapat pada permukaan MDSC dan sel tumor; menyebabkan respons seperti kemotaksis, survival, dan proliferasi, dan meningkatkan kalsium intraseluler.17, 22, 23, 46, 74 Satuan yang diukur pada penelitian ini adalah ΔCt (kategorik). 5) Ekspresi gen S100A8 adalah ekspresi jumlah mRNA S100A8 dengan menggunakan pemeriksaan RT-PCR. S100A8 merupakan mediator inflamatori, berada pada intra dan ekstraseluler yang dilepaskan oleh sel mieloid karena respons kerusakan, infeksi, atau inflamasi dan berfungsi sebagai sinyal bahaya proinflamastorik.24, 51-53 Satuan yang diukur pada penelitian ini adalah ΔCt (kategorik). 6) Metode Livak adalah metode kuantifikasi relatif analisis data RT-PCR dengan menggunakan metode 2-ΔΔCt.Hasil yang didapatkan pada pemeriksaan qRTPCR adalah nilai ekspresi gen dalam Ct yang merupakan jumlah nilai kuantifikasi ekspresi gen yang melewati garis threshold. Interprestasi nilai Ct 80 yaitu bila nilainya semakin kecil maka semakin tinggi ekspresinya. Nilai Ct kemudian dihitung terhadap dua gen, yaitu target gen dan kontrol (GADPH). Hasil perhitungan ΔCt sama dengan perbedaan Ct antara target gen dan GADPH (Ct target – Ct GADPH). Metode 2-ΔΔCt digunakan untuk menghitung perubahan relatif ekspresi gen pada pemeriksaan qRT-PCR. Data dianalisis dengan menggunakan ΔΔCt = (Ct.target-CtGADPH) waktu x – (Ct.target-CtGADPH) 64, 65 waktu0. Nilai ekspresi gen berdasarkan Ct dikategorikan menjadi: (a) < 15 over ekspresi, (b) > 15-20 terekspresi sangat tinggi, (c) > 20-25 terekspresi tinggi, (d) > 25-30 terekspresi sedang, (e) > 30-35 terekspresi lemah, (f) > 35-40 terekspresi sangat lemah.65 7) Karsinoma nasofaring Karsinoma nasofaring adalah keganasan yang berasal dari epitel atau mukosa dan kripta yang melapisi permukaan nasofaring.3 Lesi awal keganasannya terletak pada fossa Rosenmuller, umumnya merupakan karsinoma sel skuamosa yang tumbuh di sekitar tuba eustakius dinding lateral nasofaring, atap nasofaring, dan daerah tuba eustakius sendiri.27, 34 8) Progresivitas Karsinoma Nasofaring Progresivitas KNF pada penelitian ini dinilai dengan peningkatan stadium.Stadium KNF menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC) tahun 2010 adalah:35 Klasifikasi T pada KNF yaitu: T1 adalah tumor yang berada pada nasofaring atau tumor yang sudah ekstensi ke orofaring dan atau cavum nasi tanpa ekstensi ke parafaringeal; T2 adalah tumor yang sudah ekstensi ke 81 parafaringeal; T3 adalah tumor yang melibatkan struktur tulang dari basis kranii dan atau sinus paranasal; T4 adalah tumor yang sudah ekstensi dan atau terdapatnya keterlibatan nervus kranialis, hipofaring, orbita, atau ekstensi ke fossa infratemporal/ruang mastikator. Untuk keterlibatan KGB leher, N1 adalah metastasis unilateral berukuran <6 cm, N2 merupakan metastasis bilateral dengan ukuran <6 cm, dan N3 adalah tumor dengan ukuran >6 cm (N3a) dan ekstensi ke fossa supraklavikular (N3b). Sedangkan pembagian stadium untuk KNF adalah: stadium 0 (Tis N0 M0), stadium 1 (T1 N0 M0), stadium II (T1 N1 M0, T2 N0 M0, T2 N1 M0), stadium III (T1 N2 M0, T2 N2 M0, T3 N1 M0, T3 N2 M0), Stadium IVA (T4 N0 M0, T4 N1 M0, T4 N2 M0), stadium IVB (semua T, N3 M0), dan stadium IVC (semua T semua N M1).Stadium awal pada penelitian ini adalah stadium I dan II, sedangkan stadium lanjut adalah III dan IV. 3.5.4 Prosedur Penelitian 3.5.4.1 Pemilihan Subjek Penelitian Pada semua penderita yang dicurigai KNF diberikan penjelasan mengenai prosedur penelitian yang akan dilakukan sesuai dengan lembar informasi. Apabila penderita telah menyetujuinya, maka dicatat identitas yaitu nama, usia, jenis kelamin, alamat, nomor telepon, pendidikan, pekerjaan, serta diminta untuk menandatangani lembar persetujuan kesediaan ikut dalam penelitian. Penjelasan kepada penderita mengenai langkah yang akan dilakukan yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik termasuk status lokalis THT, pemeriksaan penunjang berupa nasofaringkoskopi, laboratorium, dan 82 biopsi nasofaring. Semua prosedur tersebut sesuai dengan SPO yang berlaku di Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL RS Dr. Hasan Sadikin Bandung. Dilakukan anamnesis terhadap penderita yaitu mengenai keluhan utama yang menyebabkan penderita datang berobat, lamanya keluhan, faktor risiko terjadinya KNF seperti konsumsi alkohol, pemakaian obat nyamuk bakar, terpapar debu kayu, terpapar insektisida (rutin) lebih dari satu tahun, riwayat keluarga yang menderita kanker, riwayat merokok (kurang atau lebih dari 10 tahun), dan konsumsi ikan asin lebih dari 10 tahun (rutin) sejak kecil. Selain itu ditanyakan pula gejala penyerta lain, riwayat penyakit terdahulu, dan riwayat pengobatan sebelumnya. Dilakukan pemeriksaan fisik, yaitu pemeriksaan keadaan umum, pengukuran tekanan darah, nadi, dan respirasi. Dilanjutkan dengan pemeriksaan lokalis THT-KL berupa pemeriksaan telinga, hidung, tenggorok, serta maksilofasial dan leher. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu nasofaringoskopi.Biopsi dilakukan dengan menggunakan forsep Takahashi pada massa di daerah nasofaring. Jaringan biopsi nasofaring dimasukkan ke dalam dua tabung, tabung I yang mengandung formalin untuk pemeriksaan histopatologi dan tabung kedua yang mengandung RNA later untuk bahan penelitian yang akan disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu -400 C. Sebelum dilakukan biopsi, penderita menandatangani dahulu surat persetujuan tindakan setelah dijelaskan mengenai prosedur tindakan biopsi. Untuk penelitian ini digunakan sisa jaringan tumor setelah pemeriksaan rutin, jika setelah digunakan untuk penelitian ini masih ada jaringan tumor tersisa maka akan disimpan untuk kemungkinan digunakan pada penelitian lain atau akan dimusnahkan. 83 Dilanjutkan dengan pengambilan sampel darah sebanyak 3cc yang dimasukkan ke dalam tabung EDTA dan lemari pendingin dengan suhu 4-60 C.Masing-masing tabung sampel diberikan label yang bertuliskan kode sampel, kemudian dicatat pada data penelitian. Bila didapatkan hasil positif KNF dari pemeriksaan histopatologi, maka dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya berupa CT Scan, rontgen thoraks, dan USG abdomen untuk penentuan stadium. Sampel penelitian berupa darah dan jaringan tumor dikirim ke laboratorium genetik molekuler Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dengan menggunakan termos es untuk mempertahankan kualitas sampel. 3.5.4.2 Isolasi RNA Isolasi RNA menggunakan Promega SV total RNA isolation kit.Proses pengolahan sampel jaringan tumor dan darah dilakukan dengan cara manual, yaitu isolasi RNA dengan tahapan: Masukkan 1 ml darah total (campur dengan EDTA) ke dalam tabung steril. Sentrifuga pada 3.000 rpm (400xg) selama 5 menit yang akan menghasilkan supernatan berwarna jernih dan menghasilkan 60-70% sel. Buang supernatan dengan hati-hati tanpa menyentuh pellet dengan menggunakan mikro pipet. Tambahkan 1 ml red blood cell lysis solution, campurkan dengan menggunakan mikropipet. Jika tidak berhasil dapat ditambah 3 kali volume pellet (dengan mengulang langkah ke-3). Sentrifuga pada 300 rpm selama 5 menit kemudian buang supernatan dengan menggunakan mikropipet hingga menyisakan bagian darah. 84 Ulangi langkah 3 dan 4 hingga 3 kali pengulangan. Tambahkan 175 μl SV RNA dilution buffer, campur dengan membolak-balikkan tabung. Tambahkan 350 μl SV RNA dilution buffer (warna biru), campur dengan membolak-balikkan tabung sebanyak 3-4 kali. Kemudian letakkan diatas water bath700 C selama 3 menit. Sentrifuga selama 10 menit pada mikrosentrifuga 12.000-14.000 xg dengan suhu 200 C-250 C. Pindahkan cairan jernih kedalam mikrosentrifuga yang baru dengan pipet. Tidak menyentuh endapan. Tambahkan 200 μl 95% etanol ke dalam lisat jernih tersebut. Campur dengan memipet 3-4 kali. Pindahkan campuran ini ke dalam tabung khusus (spin column assembly). Lalu sentrifuga 1 menit pada mikrosentrifuga. Angkat spin basket dari spin column assembly, lalu buang cairan yang ada pada tabung collection tube, letakkan kembali spinbasket ke dalam collection tube, tambahkan 600 μl SV RNA wash solution ke dalam spin column assembly basket. Lalu sentrifuga selama 1 menit. Keringkan collection tube dan simpan diatas rak, sementara itu sediakan tabung lain yang mengandung 40 μl yellow core buffer, 5 μl 0,09 MnCl2, 5 μl DNAse/enzim. Campur dengan pipet. Ambil 50 μl campuran tersebut dengan pipet, lalu semprotkan ke membran tabung spin basket sampai volume membran tertutup oleh campuran tersebut. Inkubasi selama 15 menit pada suhu 200 C-250 C (suhu 85 kamar) kemudian tambahkan 200 μl SV DNAse stop solution lalu sentrifuga pada 12.000g selama 1 menit. Tambahkan 600 μl SV RNA wash solution dan sentrifugasi selama 1 menit. Kosongkan collection tube lalu tambahkan 200 μl SV RNA wash solution. Sentrifugasi selama 2 menit. Sementara itu sediakan elution tube. Kemudian pindahkan spin basket dan simpan kedalam elution tube, lalu tambahkan 100 μl air bebas nuclease ke atas membran. Kemudian sentrifuga pada 12.000 g selama 1 menit. Lalu buang spin basket. Elution tube yang sudah mengandung RNA ditutup. Simpan pada suhu 700 C. 3.5.4.3 Reverse Transcriptase PCR (RT-PCR) Tahapan selanjutnya adalah amplifikasi RT-PCR, dengan menggunakan enzim reverse transcriptase. Tahap awalnya adalah RNA diinkubasi bersama dengan enzim tersebut yang didalamnya terdapat dNTP dan primer yang khusus dibuat untuk melakukan sintesis cDNA dari RNA.Kemudian hasil dari reaksi tersebut secara langsung dilanjutkan dengan reaksi PCR. Sintesis cDNA strand pertama 1 siklus 480 C selama 45 menit untuk reverse transcriptase. Kemudian 1 siklus 940 C selama 2 menit untuk AMV RT inaktivasi dan RNA/cDNA/denaturasi primer. Sintesis cDNA strand kedua dan amplifikasi PCR sebanyak 40 siklus 940 C selama 30 menit untuk denaturasi, 600 C selama 1 menit untuk annealing, 680 C selama 2 menit untuk ekstensi. Kemudian 1 siklus 680 C selama 7 menit untuk ekstensi. Pemeriksaan real time PCR menggunakan Kapa SYBR fast one step qRT PCR kits universal dengan mesin Rotor-gene Q dari Qiagen. 86 3.5.5 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Poli Onkologi Bedah Kepala Leher Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, Laboratorium Biokimia di Gedung A.2 Fakultas Kedokteran di Jatinangor, dan Laboratorium Genetika Molekuler Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Waktu penelitian dimulai dari September 2014 sampai September 2015. 3.6 Analisis Statistik Data yang telah dikumpulkan selanjutnya melalui proses pengolahan untuk mengubah data menjadi informasi sebagai berikut :75 1) Mengedit data (editing) Tahap ini untuk memastikan bahwa data yang dimasukkan sudah lengkap, sesuai, jelas, dan terjaga validitasnya. 2) Mengkode data (coding) Tahap ini untuk memudahkan pengolahan data, yaitu dengan memberikan kode pada setiap variabel yang diperoleh dari hasil penelitian. 3) Memasukkan data (entry data) Data yang telah diberi kode kemudian melalui proses entry secara manual dan komputer untuk diolah lebih lanjut. 4) Membersihkan data (cleaning data) Merupakan kegiatan pengecekan ulang data yang telah dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak yaitu dengan memastikan data yang hilang, variasi, atau konsistensi 87 Analisis data meliputi analisis deskriptif dan uji hipotesis. Data yang berskala numerik seperti umur pasien, ekspresi gen dan lain-lain dipresentasikan dengan rerata, standar deviasi, median, dan rentang. Data karakteristik sampel berupa data kategorik maka diberikan koding dan dipresentasikan sebagai distribusi frekuensi dan persentase. Analisis statistik sesuai tujuan penelitian dan hipotesis, sebelum dilakukan uji statistik pada data numerik, dinilai uji normalitas dengan menggunakan SaphiroWilk test karena jumlah data kurang dari 50.Uji ini digunakan untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal.Uji kemaknaan untuk membandingkan karakteristik dua kelompok penelitian digunakan uji T tidak berpasangan jika data berdistribusi normal dan uji Mann Whitneysebagai alternatifnya jika data tidak berdistribusi normal.Analisis variabel numerik dengan numerik menggunakan analisis korelasi Pearson apabila data bersitribusi normal sedangkan alternatifnya adalah analisis korelasi Spearman apabila data tidak berdistribusi normal. Adapun kemaknaan yang digunakan adalah nilai p apabila p≤0.05 signifikan atau bermakna secara statistika, dan p>0.05 tidak signifikan atau tidak bermakna secara statistik. Analisis statistika untuk mencari korelasi antara variabel numerik dengan variabel ordinal menggunakan uji Korelasi Spearman. Sedangkan untuk mencari korelasi antara variabel numerik dengan variabel kategorik nominal maka menggunakan analisis korelasi Eta. Interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, arah korelasi, dan nilai p:Kekuatan korelasi (r) berdasarkan kriteri Guillford (1956) yaitu : 0,0 -<0,2= sangat lemah; 0,2 - <0,4= lemah; 0,4 -<0,7= sedang; 0,7 - <0,9= kuat; 0,9 -1,0= sangat kuat. Arah korelasi positif searah berarti semakin besar nilai satu variabel, semakin besar pula nilai 88 variabel lainnya. Arah korelasi negatif: berlawanan arah berarti semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya.Kemaknaan hasil uji statistik ditentukan berdasarkan nilai p<0.05.72 Data yang diperoleh dicatat dalam formulir khusus kemudian diolah dengan program SPSS versi 21.0forWindows. Setelah analisis bivariate maka dilanjutkan dengan analisis untuk mencari faktor risiko (analisis multivariate) yang paling berpengaruh. Analisis data multivariate untuk menentukan hubungan antara variabel independen yaituanalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan stadium lanjut (variabel dependent) dengan menggunakan analisis regresi logistik Biner karena variabel terikatnya nominal biner. Variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi logistik adalah variabel bebas yang pada analisis bivariate memiliki nilai p value kurang dari 0,25.76 89 3.7 Alur Penelitian Gambar 3.1Alur Pemeriksaan Penelitian 90 3.8 Aspek Etik Penelitian Penelitian ini melibatkan penderita karsinoma nasofaring yang datang ke Poli Onkologi Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSHS Bandung.Pemilihan subjek penelitian ini dilakukan dengan prinsip sukarela tanpa paksaan. Pada subjek penelitian akan dilakukan penjelasan prosedur, selanjutnya dilakukan penandatanganan surat persetujuan keikutsertaan dalam penelitian. Dengan mengikuti penelitian ini, subjek akan menjalani prosedur diagnostik sesuai dengan SPO.Manfaat yang didapat oleh subjek penelitian bersifat tidak langsung tetapi terdapat manfaat secara ilmiah dan praktis yaitu ditemukannya suatu prediktor progresivitas KNF yang dapat digunakan untuk deteksi dini penyakit serta mempunyai risiko yang minimal.Subjek berhak memperoleh penjelasan tentang keuntungan dan kerugiannya. Kemudian dilakukan anamnesis, pemeriksaan keadaan umum, dan pemeriksaan THT, termasuk pemeriksaan endoskopi. Bila didapatkan adanya massa di daerah nasofaring, maka dilakukan biopsi dengan menandatangani surat persetujuan tindakan terlebih dahulu. Hasil biopsi dibagi menjadi dua sediaan yaitu untuk pemeriksaan histopatologi dan penelitian.Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel darah sebanyak 3 ml untuk diperiksa kandungan RNA nya. Masalah etik yang dihadapi adalah mengenai pengambilan biopsi, yaitu untuk pemeriksaan histopatologi dan penelitian.Masalah etik lainnya yaitu pengambilan sampel darah.Prosedur yang dilakukan ini sudah sesuai dengan SPO yang berlaku, tidak dilakukan penambahan prosedur lainnya diluar SPO tersebut.Akan timbul ketidaknyamanan ataupun rasa sakit pada penderita. Sebelum dilakukan 91 pengambilan jaringan melalui biopsi, disemprotkan terlebih dahulu anestesi topikal dengan menggunakan xylocain 10% dan pengambilan sampel darah akan dilakukan dengan cara yang sebaik-baiknya. Apabila terjadi ketidaknyamanan ataupun kelainan yang timbul akibat proses penelitian, peneliti akan menangani semua kelainan yang terjadi. Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Didapatkan 16 orang penderita KNFsehinggasampel penelitian berjumlah 32 sampel.Tidak ditemukan adanya kerusakan sampel darah ataupun jaringan tumor pada saat penelitian. Semua penderita datang kembali untuk penentuan stadium klinis setelah dilakukan pemeriksaan histopatologi sehingga tidak ada sampel yang drop out. Dilakukan pemeriksaan qRT-PCR untuk menyintesis cDNA dari m-RNA pada semua kelompok penelitian.Didapatkan ekspresi gen CD14 dan CD15 sebagai petanda MDSC, serta gen CXCR4 dan S100A8 pada semua sampel penelitian. 92 93 4.1 Hasil penelitian Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian Variabel Usia Pasien Mean±SD Median Range (min-max) Kelompok Stadium Awal Stadium Lanjut n=8 n=8 Nilai p 0,083 54,000±16,301 60,000 18,00-69,000 44,250±13,307 49,500 20,000-60,000 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total 5 (62,5%) 3 (37,5%) 8 (100%) 6 (75,0%) 2 (25,0%) 8 (100%) Histopatologi WHO tipe 3 8 (100%) 8 (100%) 1,000 1,000 Keterangan: Untuk data numerik nilai p dihitung berdasarkan uji t tidak berpasangan apabila data berdistribusi normal, alternatif uji Mann Whitney apabila data tidak berdistribusi normal. Sedangkan untuk data kategorik nilai p dihitung dengan uji Chi Square dengan alternatif uji Exact Fisher dan Kolmogorov Smirnov. Nilai kemaknaan berdasarkan nilai p<0,05. Tanda ** menunjukkan signifikan atau bermakna secara statistika Sampel penelitian dengan stadium awal berjumlah 8 orang yang terdiri dari stadium I sebanyak 1 orang (6,25%) dan stadium II berjumlah 7 orang (43,75%).Sampel penelitian dengan stadium lanjut berjumlah 8 orang dengan stadium III sebanyak 2 orang (12,5%) dan stadium IV berjumlah 6 orang (37,5%). Data numerik untuk usia pasien diuji dengan menggunakan uji statistik Mann Whitney karena data tidak berdistribusi normal. sedangkan untuk jenis kelamin dengan uji Exact Fisher, untuk variabeljenis histopatologi karena kedua kelompok sama dan tidak ada pembandingnya maka tidak dapat dianalisis. 94 Hasil uji statistik diatas diperoleh informasi nilai p pada semua variabellebih besar dari 0,05 (nilai p>0,05) yang berarti tidak signifikan atau tidak bermakna secara statistik.Berdasarkan hasil analisis diatas maka dapat disimpulkan bahwa pada kedua kelompok tidak ada perbedaan atau homogen sehingga dapat dibandingkan dan diuji statistika lebih lanjut. 95 Tabel 4.2 Kategori Ekspresi Gen pada Tingkat mRNA Berdasarkan Nilai Ct Target gen Kelompok I GADPH CD14 CD15 CXCR4 S100A8 Ct Ekspresi Skor Ekspresi 24,26 + 4,39 22,25 + 4,76 23,33 + 2,46 4,43 + 1,02 16,55 + 4,48 Tinggi Tinggi Tinggi Over ekspresi Sangat tinggi 4 4 4 6 5 Kelompok II GADPH CD14 CD15 CXCR4 S100A8 24,44 + 2,64 22,68 + 4,58 20,73 + 1,54 3,95 + 0,23 21,50 + 4,13 Tinggi Tinggi Tinggi Over ekspresi Tinggi 4 4 4 6 4 Kelompok III GADPH CD14 CD15 CXCR4 S100A8 29,09 + 2,07 21,33 + 1,47 22,87 + 1,34 4,16 + 0,47 14,41 + 2,12 Sedang Tinggi Tinggi Over ekspresi Over ekspresi 3 4 4 6 6 Kelompok IV GADPH CD14 CD15 CXCR4 S100A8 25,13 + 1,69 20,38 + 2,50 21,07 + 1,67 3,68 + 0,09 20,02 + 2,80 Sedang Tinggi Tinggi Over ekspresi Tinggi 3 4 4 6 4 Keterangan: Kelompok I = sampel darah stadium awal; kelompok II = sampel jaringan tumor stadium awal; kelompok III = sampel darah stadium lanjut; kelompok IV = sampel jaringan tumor stadium lanjut Tabel 4.2 menunjukkan ekspresi gen yang tinggi terhadapCD15 dan CD14 serta sangat tinggi terhadap S100A8 kelompok I. Pada kelompok II didapatkan ekspresi gen yang tinggi untuk CD14, S100A8, dan CD15. Pada kelompok III didapatkan ekspresi yang tinggi pada gen CD15 dan CD14, serta over ekspresi pada gen S100A8. Ekspresi tinggi pada gen CD15, CD14, dan S100A8 didapatkan juga 96 kelompok IV,sedangkan untuk gen CXCR4 didapatkan over ekspresi pada semua kelompok penelitian. 97 Tabel 4.3 Ekspresi Gen CD14, CD15, CXCR4, dan S100A8 pada Sampel Darah dan Jaringan Tumor Berdasarkan Nilai Ct Target Gen (n=8) GADPH Ct Ct ΔCt (rerata. target gen Ct rerata. GADPH Ct) +ΔCt Kelompok I GADPH CD15 CD14 S100A8 CXCR4 Kelompok II GADPH CD14 S100A8 CD15 CXCR4 Kelompok III GADPH CD15 CD14 S100A8 CXCR4 Kelompok IV GADPH CD15 CD14 S100A8 CXCR4 24,26+4,39 ΔΔCt Normalisasi relatif terhadaptarget gen GADPH 2^-ΔΔCt -0,93+4,58 -2,01+3,39 -7,71+3,20 -19,83+5,18 -0,93 -2,01 -7,71 -19,83 1,91 4,03 209,38 932019,10 -1,76+2,90 -2,94+2,49 -3,71+2,35 -20,43+2,67 -1,76 -2,94 -3,71 -20,43 3,39 7,67 13,09 1412676,80 -6,22+1,21 -7,75+1,06 -14,66+1,71 -24,93+2,31 -6,22 -7,75 -14,66 -24,93 74,54 215,27 26068,14 31965226,93 -4,06+1,35 -4,75+2,04 -5,11+2,78 -21,45+1,64 -4,06 -4,75 -5,11 -21,45 16,68 26,91 34,54 2864794,06 -Δ Ct 0,00 23,33+2,46 22,25+4,76 16,55+4,48 4,43+1,02 24,44+2,64 0,00 22,68+4,58 21,50+4,13 20,73+1,54 3,95+0,23 29,09+2,07 0,00 22,87+1,34 21,33+1,47 14,41+2,12 4,16+0,47 25,13+1,69 0,00 21,07+1,67 20,38+2,50 20,02+2,80 3,68+0,09 Keterangan: Keempat target gen dibandingkan dengan GADPH. Nilai ΔCt yang lebih rendah dari GADPH ditempatkan pada grup –ΔCt.Nilai pada –ΔCt tersebut lebih tinggi ekspresinya dibandingkan GADPH.Perhitungan data berdasarkan Livaak dan Schimttgen (2001) serta Shahib (2015). ΔΔCt = ΔCt (target gen) – ΔCt (GADPH) 98 Pada tabel 4.3 dilakukan perbandingan ekspresi gen CD14, CD15, CXCR4, dan S100A8 terhadap semua kelompok penelitian yang membandingkan kelompok I (sampel darah penderita KNF stadium awal) dengan kelompok II (sampel darah penderita KNF stadium lanjut); kelompok III (sampel jaringan tumor penderita KNF stadium awal) dengan kelompok IV (sampel jaringan tumor penderita KNF stadium lanjut); kelompok I dengan kelompok III, serta kelompok II dengan kelompok IV. Perhitungan tersebut membandingkan ekspresi gen dalam nilai Ct dengan gen kontrol GADPH.Hasilnya dihitung menggunakan metode Livaak dan Schimttgen (2001) dan Shahib (2015) dengan rumus 2^-ΔΔCT.Didapatkan normalisasi relatif target gen terhadap GADPH untuk kelompok I adalah 1,91 kali pada CD15, CD14 sebesar 4,03 kali, S100A8 209,38 kali, dan CXCR4 sebesar 932019,10 kali. Pada kelompok II didapatkan nilai sebesar 3,39 kaliekspresi GADPH untuk CD14, 7,67 kali untuk S100A8, CD15 sebesar 13,09 kali, dan CXCR4 sebesar 1412676,80 kali. Kelompok III mempunyai nilai 74,54 kali ekspresi GADPH untuk CD15, 215,27 kali untuk CD14, 26068,14 kali untuk S100A8, dan 31965226,93 kali untuk CXCR4.Kelompok IV didapatkan normalisasi relatif target gen terhadap GADPH mempunyai nilai sebesar 16,68 kali untuk CD15, 26,91 kali untuk CD14, 34,54 kali untuk S100A8, dan 2864794,06 kali untuk CXCR4. 99 Kenaikan nilai MDSC yang disandi oleh ekspresi gen CD14, CD15, dan ekspresi gen CXCR4 serta S100A8 dijabarkan pada tabel dibawah ini. Tabel 4.4 Kenaikan Nilai Ekspresi Gen Antar Kelompok Variabel Kelompok Stadium Awal Stadium Lanjut Nilai Kenaikan Darah CD14 CD15 CXCR4 S100A8 Jaringan Tumor CD14 CD15 CXCR4 S100A8 4,03 1,91 932019,10 209,38 215,27 74,54 31965226,93 26068,14 52,42 () 38,03 () 33,30 () 123,50 () 3,39 13,09 1472667,19 7,67 26,91 16,80 2864794,06 34,54 6,94 () 0,28 () 0,94 () 3,50 () Tabel 4.4 memperlihatkan kenaikan nilai ekspresi gen stadium lanjut dibandingkan stadium awal pada semua sampel penelitian. Kenaikan ekspresi gen CD14 pada sampel darah adalah sebesar 52,42 kali, gen CD15 sebesar 38,03 kali, gen CXCR4 adalah 33,30 kali, dan gen S100A8 sebesar 123,50 kali. Kenaikan nilai ekspresi gen pada sampel jaringan tumor adalah 6,94 kali untuk gen CD14, 0,28 kali untuk CD15, 0,94 kali untuk gen CXCR4, dan 3,50 kali untuk gen S100A8. 100 Tabel 4.5 Perbandingan Ekspresi Gen CD14 dan CD15 sebagai Petanda MDSC, Gen CXCR4, dan S100A8 pada Sampel Darah Karsinoma Nasofaring Kelompok Variabel CD14 Mean±SD Median Range (min-max) I n=8 Nilai P III n=8 0,011** -2,012±3,390 -2,815 -5,35-3,100 -7,752±1,062 -7,510 -9,10-(-5,90) CD15 Mean±SD Median Range (min-max) 0,012** -0,928±4,581 -2,145 -6,66-7,58 -6,220±1,212 -6,080 -8,13(-4,70) CXCR4 Mean±SD Median Range (min-max) -19,82±5,18 -19,89 -25,77-(-8,92) -24,92±2,31 -24,47 -28,19-(-22,65) S100A8 Mean±SD Median Range (min-max) -7,70±4,48 -9,72 -10,24-(-2,43) -14,66±1,70 -14,54 -18,36-(-12,57) 0,292 0,000** Keterangan: Untuk data numerik nilai p dihitung berdasarkan uji t tidak berpasangan apabila data berdistribusi normal, alternatif uji Mann Whitney apabila data tidak berdistribusi normal. Nilai kemaknaan berdasarkan nilai p<0.05. Tanda ** menunjukkan signifikan atau bermakna secara statistika Tabel 4.5 merupakan tabel perbandingan ekspresi gen CD 14 dan CD15 sebagai petanda MDSC, ekspresi gen CXCR4, dan S100A8 antara kelompok I dan III. Data numerik ini diuji dengan menggunakan uji statistik T tidak berpasangan apabila data berdistribusi normal yaitu untuk analisis perbandingan CD14, CD15, dan gen CXCR4. Analisis selanjutnya menggunakan uji statistik non 101 parametrikMann Whitney apabila data tidak berdistribusi normal yaitu untuk analisis perbandingan gen S100A8. Hasil uji statistik diatas diperoleh informasi nilai p pada variabel gen CXCR4 lebih besar dari 0,05 (nilai p>0,05) yang berarti tidak signifikan atau tidak bermakna secara statistik, dengan demikian dapat dijelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan secara statistik antara variabel CXCR4 (p=0,292) pada kedua kelompok penelitian. Berbeda dengan variabel CD14, CD15, dan gen S100A8, diperoleh nilai p lebih kecil dari 0,05 (nilai p<0,05) yang berarti signifikan atau bermakna secara statistik. Terdapat perbedaan rerata yang signifikan secara statistik pada variabel CD14 (p=0,011), CD15 (p=0,012) dan S100A8 (p=0,000) dalam sampel darah kelompok stadium awal dan lanjut. 102 Tabel 4.6 Perbandingan Ekspresi Gen CD14 dan CD15 sebagai Petanda MDSC, Gen CXCR4, dan S100A8 pada Sampel Jaringan Tumor Karsinoma Nasofaring Kelompok Variabel II n=8 IV n=8 CD14 Mean±SD Median Range (min-max) -1,763±2,900 -2,095 -4,76-3,67 -4,750±2,040 -5,285 -6,73-(-0,49) CD15 Mean±SD Median Range (min-max) -3,713±2,353 -4,480 -6,39-0,20 -4,062±1,354 -4,220 -5,72-(-1,29) Nilai p 0,333 0,154 0,163 CXCR4 Mean±SD Median Rentang (min-maks) -20,43±2,67 -21,47 -24,37-(-16,62) -21,45±1,64 -21,67 -23,19-(-19,27) S100A8 Mean±SD Median Rentang (min-maks) -2,94±2,49 -3,13 -5,92-0,81 -5,11±2,78 -4,97 -8,47-(-0,40) 0,747 Keterangan: Untuk data numerik nilai p dihitung berdasarkan uji t tidak berpasangan apabila data berditribusi normal, alternatif uji Mann Whitney apabila data tidak berdistribusi normal. Nilai kemaknaan berdasarkan nilai p<0.05. Tanda ** menunjukkan signifikan atau bermakna secara statistika. Tabel 4.6 yang merupakan tabel perbandingan ekspresi gen CD14 dan CD15 sebagai petanda MDSC, ekspresi gen CXCR4, dan S100A8 antara kelompok II dan IV. Data numerik ini diuji dengan menggunakan uji statistik T tidak berpasangan apabila data berdistribusi normal yaitu untuk analisis perbandingan CD14 dan CD15. Analisis selanjutnya menggunakan uji statistik non parametrik Mann 103 Whitneyapabila data tidak berdistribusi normal yaitu untuk analisis perbandingan CXCR4 dan S100A8. Hasil uji statistik pada kedua kelompok penelitian diatas diperoleh informasi nilai p dari seluruh variabel lebih besar dari 0,05 (nilai p>0,05) yang berarti tidak signifikan atau tidak bermakna secara statistik. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan secara statistik antara seluruh variabel CD14 (p=0,333), CD15 (p=0,154), gen CXCR4 (p=0,163), dan ekspresi gen S100A8 (p=0,747) pada kelompok II (sampel jaringan tumor stadium awal) dan IV (sampel jaringan tumor stadium lanjut) penderita KNF. Tabel 4.7 Korelasi antara MDSC, Ekspresi Gen CXCR4, dan S100A8 dalam Darah dengan Stadium Variabel r Nilai p Korelasi antara MDSC dengan Stadium -0,879 0,000** Korelasi antara CXCR4 dengan Stadium -0,536 0,032** Korelasi antara S100A8 dengan Stadium -0,791 0,000** Keterangan: Korelasi antara variabel numerik dengan ordinal maka digunakan korelasi Spearman; nilai kemaknaan p < 0,05. Tanda ** menunjukkan signifikan atau bermakna secara statistika.r: koefisien korelasi Sesuai dengan tabel 4.7 diatas dari hasil analisis statistik dengan menggunakan analisis statistik Rank Spearman untuk uji korelasi setiap variabel ekspresi diperoleh nilai p untuk masing-masing, pada korelasi antara MDSC (p=0,000), CXCR4 (p=0,032), dan S100A8 (p=0,000) dalam darah dengan stadium mempunyai nilai kemaknaan atau nilai p seluruhnya lebih kecil dari 0,05 (nilai p 104 <0,05). Hal ini menunjukkan signifikan atau bermakna secara statistik, terdapat korelasi antara MDSC, gen CXCR4, dan S100A8 dalam darah dengan stadium. Terdapat korelasi antaragen CXCR4 dalam darah dengan stadium (r=-0,536) dengan kekuatan korelasi yang cukup kuat, sedangkan korelasi antara MDSC (r=-0,879) dan S100A8 (r=-0,791) dalam darah dengan stadium memiliki kekuatan korelasi yang kuat menurut kriteria Guilford. Tabel 4.8 Korelasi antaraMDSC, Gen CXCR4, dan S100A8 dalam Jaringan Tumor dengan Stadium Variabel r Nilai p Korelasi antara MDSC dengan Stadium -0,388 0,138 Korelasi antara CXCR4 dengan Stadium -0,165 0,541 Korelasi antara S100A8 dengan Stadium -0,276 0,302 Keterangan:Korelasi antara variabel numerik dengan ordinal maka digunakan korelasi Spearman; nilai kemaknaan p <0,05.Tanda ** menunjukkan signifikan atau bermakna secara statistika.r : koefisien korelasi Sesuai dengan tabel 4.8 diatas dari hasil analisis statistik dengan menggunakan analisis statistik Rank Spearman untuk uji korelasi setiap variabel diperoleh nilai p untuk masing-masing, pada korelasi antara MDSC (p=0,138), CXCR4 (p=0,541), dan S100A8 (p=0,302) dalam jaringan tumor dengan stadium mempunyai nilai kemaknaan atau nilai p seluruhnya lebih besar dari 0,05 (nilai p>0,05). Hal ini menunjukkan tidak signifikan atau tidak bermakna secara statistik, maka dapat 105 disimpulkan tidak terdapat korelasi antara MDSC, CXCR4, dan S100A8 dalam jaringan tumor dengan stadium. Tabel 4.9 Korelasi antara MDSC, CXCR4, dan S100A8 dengan Usia, Jenis Kelamin, Klasifikasi T dan N Parameter MDSC r Usia > 53 vs < 53 years 0,517 Jenis Kelamin Laki-laki vs Perempuan 0,032 Klasifikasi T T1-T2 vs T3-T4 -0,515 Klasifikasi N No vs N1-N2 -0,472 p S100A8 r p CXCR4 r p 0,002** -0,364 0,041** 0,108 0,558 1,000 0,008 1,000 0,015 1,000 0,003** -0,402 0,022** 0,367 0,039** 0,006** -0,206 0,258 0,454 0,009** Keterangan: Korelasi Pearson apabila data berdistribusi normal, alternatif Spearman apabila data tidak berdistribusi normal; nilai kemaknaan p < 0,05 Korelasi antara ordinal dan numerik dengan korelasi Spearman dan korelasi antara nominal dan numerik dengan korelasi Eta. Tanda ** menunjukkan signifikan atau bermakna secara statistika.r : koefisien korelasi Tabel 4.9 diatas merupakan hasil analisis statistik pada karakteristik subjek penelitian yang terdiri dari usia, jenis kelamin, klasifikasi T, dan klasifikasi N. Uji korelasi dengan analisis Spearman pada setiap variabel karakteristik dengan MDSC diperoleh nilai p lebih kecil dari 0,05 (nilai p<0,05). Hal ini menunjukkan signifikan atau bermakna secara statistik, maka dapat disimpulkan terdapat korelasi antara variabel MDSC dengan usia (p=0,002), klasifikasi T (p=0,003), dan klasifikasi N (p=0,006). Maka dapat diuraikan bahwa nilai koefisien korelasi (r) kearah korelasi negatif untuk MDSC dengan klasifikasi T (r=-0,515) dan N (p=0,472) dengan kekuatan 106 korelasi yang cukup kuat. Selanjutnya dapat diuraikan bahwa nilai koefisien korelasi (r) ke arah korelasi positif untuk korelasi antara usia (r=0,517). Uji korelasi dengan analisis Spearman pada setiap variabel karakteristik dengan S100A8 diperoleh nilai p lebih kecil dari 0,05 (nilai p<0,05) pada variabel usia dan klasifikasi T. Hal ini menunjukkan signifikan atau bermakna secara statistik, maka dapat disimpulkan terdapat korelasi antara variabel S100A8 dengan usia (p=0,041) dan klasifikasi T (0,022). Maka dapat diuraikan bahwa nilai koefisien korelasi (r) kearah korelasi negatif untuk S100A8 dengan usia (r=-0,364) dengan kekuatan korelasi yang kecil atau tidak erat. Korelasi antara S100A8 dengan klasifikasi T sebesar -0,402 kearah korelasi negatifyang menunjukkan adanya hubungan yang cukup kuat. Korelasi antara gen CXCR4 dengan klasifikasi T dan klasifikasi N pempunyai nilai kemaknaan lebih kecil dari 0,05 (nilai p < 0,05). Hal ini menunjukkan signifikan atau bermakna secara statistika, maka dapat disimpulkan terdapat korelasi antara variabel CXCR4 dengan klasifikasi T dan N. Dengan menggunakan analisis statistik Rank Spearman, maka didapatkan nilai r masing masing untuk nilai korelasi CXCR4 dengan klasifikasi T sebesar 0,367 dengan nilai p= 0,039, serta nilai korelasi antara CXCR4 dengan klasifikasi N diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,454 dengan nilai p= 0,009.Keeratan hubungan atau korelasi pada variabel CXCR4 memiliki hubungan atau korelasi yang kecil atau tidak erat hingga cukup kuat menurut kriteria Guillford. 107 Tabel 4.10 Analisis MultivariatePersamaan Regresi Logistik Stadium Awal dan Lanjut Berdasarkan MDSC, CXCR4, dan S100A8 Langkah I II III B CXCR4 -.213 .381 .808 .502 1,302 S100A8 .208 .276 1,231 .847 1,790 MDSC -1,297 .019 .273 .093 .806 Konstan -8,731 .117 .000 S100A8 .142 .410 1,152 .822 1,615 MDSC -1,244 .016 .288 .105 .795 Konstan -4,312 .011 .013 .964 .005 .381 .194 .748 -4,111 .010 .061 MDSC Konstan Sig. Exp(B) 95% CI untuk Exp(B) Variabel Atas Bawah Pada analisis diatas dapat disimpulkan bahwa secara multivariate hanya variabel MDSC saja yang mempengaruhi variabel Y (stadium awal dan lanjut), maka dapat simpulkan secara multivariate yang paling dominan mempengaruhi Y adalah variabel MDSC. 4.2 Pengujian Hipotesis Hipotesis 1:MDSC yang disandi oleh ekspresi gen CD14 dan CD15 dalam darah karsinoma nasofaring stadium lanjut lebih tinggi dibandingkan dengan stadium awal. Hal yang menunjang: Hasil analisis statistik untuk uji korelasi menggunakan analisis statistik Rank Spearmandiperoleh nilai p untuk analisis korelasi antara 108 MDSC dalam darah dengan stadium mempunyai nilai kemaknaan atau nilai p sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan signifikan atau bermakna secara statistik, maka dapat disimpulkan terdapat korelasi antaraMDSC dalam darah dengan stadium. Nilai koefisien korelasi (r) diperoleh informasi bahwa arah korelasi negatif untuk analisis korelasi MDSC dalam darah dengan kekuatan korelasi yang sangat kuat.(tabel 4.7). Dari hasil statistik dengan menggunakan uji analisis statistik t tidak berpasangan diperoleh informasi nilai p pada variabel CD14 dan CD15 lebih kecil dari 0,05 yang berarti signifikan atau bermakna secara statistik pada variabel CD14 dengan nilai p=0,011 dan CD15 dengan nilai p=0,012pada sampel darah bila dibandingkan antara kelompok stadium awal dan lanjut (tabel 4.5). Dari data berdasarkan nilai 2^-ΔΔCT didapatkan peningkatan nilai CD14 dan CD15 sebagai petanda MDSC pada sampel darah stadium lanjut bila dibandingkan dengan stadium awal.Nilai kenaikan tersebut sebesar 52,42kali untuk CD14 dan38,03kali untuk CD15 (tabel 4.4). Perhitungan data berdasarkan 2^-ΔΔCT didapatkan normalisasi relatif target gen terhadap GADPH pada kelompok I untuk CD14 adalah 4,03 kali dan CD15 adalah 1,91 kali, sedangkan untuk kelompok III adalah 215,27 kali pada CD14 dan 74,54 kali pada CD15 (tabel 4.3) Hal yang tidak menunjang: tidak ada Kesimpulan: Hipotesis 1 teruji dan diterima 109 Hipotesis 2:MDSC yang disandi oleh ekspresi gen CD14 dan CD15 dalam jaringan tumor karsinoma nasofaring stadium lanjut lebih tinggi dibandingkan dengan stadium awal. Hal yang menunjang: Dari data berdasarkan nilai 2^-ΔΔCT didapatkan peningkatan nilai CD14 dan CD15 sebagai petanda MDSC pada sampel jaringan tumor stadium lanjut bila dibandingkan dengan stadium awal. Nilai kenaikan tersebut sebesar 6,94 kali untuk CD14 dan 0,28kali untuk CD15 (tabel 4.4). Perhitungan data berdasarkan 2^-ΔΔCT didapatkan normalisasi relatif target gen terhadap GADPH pada kelompok II untuk CD14 adalah 3,39 kali dan CD15 adalah 12,09 kali, sedangkan untuk kelompok IV adalah 26,91 kali pada CD14 dan 16,68 kali pada CD15 (tabel 4.3) Hal yang tidak menunjang: Hasil analisis statistik untuk uji korelasi menggunakan analisis statistik Rank Spearman diperoleh nilai p untuk analisis korelasi antara MDSC dalam jaringan tumor dengan stadium mempunyai nilai kemaknaan atau nilai p sebesar 0,138 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan tidak signifikan atau tidak bermakna secara statistik, maka dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi antara MDSC dalam jaringan tumor dengan stadium. Nilai koefisien korelasi (r) diperoleh informasi bahwa arah korelasi negatif untuk MDSC dalam jaringan tumor dengan stadium, kekuatan korelasi yang lemah.(tabel 4.8). Dari hasil statistik dengan menggunakan uji analisis statistik t tidak berpasangan diperoleh informasi nilai p pada variabel CD14 dan CD15 lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak signifikan atau tidak bermakna secara statistik pada variabel MDSC. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan secara statstik antara variabel CD14 110 (p=0,333) dan CD15 (p=0,154) sebagai petanda MDSC pada jaringan tumor stadium awal dan lanjut (tabel 4.6). Kesimpulan: Hipotesis 2 teruji dan ditolak Hipotesis 3: Ekspresi gen CXCR4 dalam darah karsinoma nasofaring stadium lanjut lebih tinggi dibandingkan dengan stadium awal. Hal yang menunjang: Hasil analisis statistik untuk uji korelasi menggunakan analisis statistik Rank Spearman diperoleh nilai p untuk analisis korelasi antara CXCR4 dalam darah dengan stadium mempunyai nilai kemaknaan atau nilai p sebesar 0,032 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan signifikan atau bermakna secara statistik, maka dapat disimpulkan terdapat korelasi antaraCXCR4 dalam darah dengan stadium. Nilai koefisien korelasi (r) diperoleh informasi bahwa arah korelasi negatif untuk analisis korelasi CXCR4 dalam darah dengan kekuatan korelasi yang sangat kuat.(tabel 4.7). Dari data berdasarkan nilai 2^-ΔΔCT didapatkan peningkatan nilai CXCR4 pada sampel darah stadium lanjut bila dibandingkan dengan stadium awal. Nilai kenaikan tersebut sebesar 33,30 kali (tabel 4.4). Perhitungan data berdasarkan 2^-ΔΔCT didapatkan normalisasi relatif target gen terhadap GADPH pada kelompok I untuk CXCR4 adalah 932019,10 kali, sedangkan untuk kelompok III adalah 31965226,93kali (tabel 4.3) Hal yang tidak menunjang: Dari hasil statistik dengan menggunakan uji analisis statistik t tidak berpasangan diperoleh informasi nilai p pada variabel CXCR4 lebih besar dari 0.05 yang berarti tidak signifikan atau tidak bermakna secara statistik 111 pada variabel CXCR4 dengan nilai p=0,292 antara sampel darah kelompok stadium awal dan lanjut (tabel 4.5). Kesimpulan: Hipotesis 3 teruji dan diterima Hipotesis 4:Ekspresi gen CXCR4 dalam jaringan tumor karsinoma nasofaring stadium lanjut lebih tinggi dibandingkan dengan stadium awal. Hal yang menunjang: Dari data berdasarkan nilai 2^-ΔΔCT didapatkan peningkatan nilai CXCR4 pada sampel jaringan tumor stadium lanjut bila dibandingkan dengan stadium awal. Nilai kenaikan tersebut sebesar 0,94kali (tabel 4.4). Perhitungan data berdasarkan 2^-ΔΔCT didapatkan normalisasi relatif target gen terhadap GADPH pada kelompok II untuk CXCR4 adalah 1412676,80 kali, sedangkan untuk kelompok IV adalah 2864794,06 kali (tabel 4.3) Hal yang tidak menunjang: Hasil analisis statistik untuk uji korelasi menggunakan analisis statistik Rank Spearman diperoleh nilai p untuk analisis korelasi antara CXCR4 dalam jaringan tumor dengan stadium mempunyai nilai kemaknaan atau nilai p sebesar 0,541 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan tidak signifikan atau tidak bermakna secara statistik, maka dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi antaraCXCR4 dalam jaringan tumor dengan stadium. Nilai koefisien korelasi (r) diperoleh informasi bahwa arah korelasi negatif untuk CXCR4 dalam jaringan tumor dengan stadium, kekuatan korelasi yang sangat lemah atau dapat diabaikan.(tabel 4.8). Dari hasil statistik dengan menggunakan uji analisis statistik non parametrik Mann Whitney diperoleh informasi nilai p pada variabel CXCR4 lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak signifikan atau tidak bermakna secara statistik pada variabel 112 CXCR4. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan secara statstik antara variabel CXCR4 (p=0,163) pada jaringan tumor stadium awal dan lanjut (tabel 4.6). Kesimpulan: Hipotesis 4 teruji dan ditolak Hipotesis 5:Ekspresi gen S100A8 dalam darah karsinoma nasofaring stadium lanjut lebih tinggi dibandingkan dengan stadium awal. Hal yang menunjang: Hasil analisis statistik untuk uji korelasi menggunakan analisis statistik Rank Spearman diperoleh nilai p untuk analisis korelasi antara S100A8 dalam darah dengan stadium mempunyai nilai kemaknaan atau nilai p sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan signifikan atau bermakna secara statistik, maka dapat disimpulkan terdapat korelasi antara S100A8 dalam darah dengan stadium. Nilai koefisien korelasi (r) diperoleh informasi bahwa arah korelasi negatif untuk analisis korelasi S100A8 dalam darah dengan kekuatan korelasi yang kuat.(tabel 4.7). Dari hasil statistik dengan menggunakan uji analisis statistik non parametrik Mann Whitney diperoleh informasi nilai p pada variabel S100A8 lebih kecil dari 0,05 yang berarti signifikan atau bermakna secara statistik pada variabel S100A8 dengan nilai p=0,000 antara sampel darah kelompok stadium awal dan lanjut (tabel 4.5). Dari data berdasarkan nilai 2^-ΔΔCT didapatkan peningkatan nilai S100A8 sebagai pada sampel darah stadium lanjut bila dibandingkan dengan stadium awal. Nilai kenaikan tersebut sebesar 123,50kali (tabel 4.4). Perhitungan data berdasarkan 2^-ΔΔCT didapatkan normalisasi relatif target gen terhadap GADPH pada kelompok I untuk S100A8 adalah 209,38 kali, sedangkan untuk kelompok III adalah 26068,14kali (tabel 4.3) 113 Hal yang tidak menunjang: tidak ada Kesimpulan: Hipotesis 5 teruji dan diterima Hipotesis 6:Ekspresi gen S100A8 dalam jaringan tumor karsinoma nasofaring stadium lanjut lebih tinggi dibandingkan dengan stadium awal. Hal yang menunjang: Dari data berdasarkan nilai 2^-ΔΔCT didapatkan peningkatan nilai S100A8 pada sampel jaringan tumor stadium lanjut bila dibandingkan dengan stadium awal. Nilai kenaikan tersebut sebesar 3,50kali (tabel 4.4). Perhitungan data berdasarkan 2^-ΔΔCT didapatkan normalisasi relatif target gen terhadap GADPH pada kelompok II untuk S100A8 adalah 7,67 kali, sedangkan untuk kelompok IV adalah 34,54kali (tabel 4.3) Hal yang tidak menunjang: Hasil analisis statistik untuk uji korelasi menggunakan analisis statistik Rank Spearman diperoleh nilai p untuk analisis korelasi antara S100A8 dalam jaringan tumor dengan stadium mempunyai nilai kemaknaan atau nilai p sebesar 0,302 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan tidak signifikan atau tidak bermakna secara statistik, maka dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi antaraS100A9 dalam jaringan tumor dengan stadium. Nilai koefisien korelasi (r) diperoleh informasi bahwa arah korelasi negatif untuk S100A8 dalam jaringan tumor dengan stadium, kekuatan korelasi yang lemah (tabel 4.8). Dari hasil statistik dengan menggunakan uji analisis statistik non parametrik Mann Whitney diperoleh informasi nilai p pada variabel S100A8 lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak signifikan atau tidak bermakna secara statistik pada variabel S100A8. Tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan secara statistik antara 114 variabel S100A8 (p=0,747) pada jaringan tumor stadium awal dan lanjut (tabel 4.6). Kesimpulan: Hipotesis 6 teruji dan ditolak 4.3 Pembahasan 4.3.1 Karakteristik Subjek Penelitian Karsinoma nasofaring adalah tumor epitel dengan predileksi tersering di daerah fossa Rossenmuler, merupakan keganasan yang paling sering di daerah kepala dan leher.Etiologi KNF adalah multifaktorial, penderita biasanya datang dengan stadium lanjut serta keluhan utama tersering adalah pembesaran KGB regional.Hal ini menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas KNF masih sangat tinggi. Rerata usia yang didapatkan pada subjek penelitian adalah 34-64 tahun (tabel 4.1). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Thompson LDR yang menemukan kejadian KNF mencapai puncaknya pada usia 40-60 tahun, terkadang dapat ditemukan juga pada anak-anak.5 Chang TE dkk pada tahun 2006 mengatakan bahwa kejadian KNF akan meningkat dengan bertambahnya usia, mencapai puncaknya sekitar 50-59 tahun.40 Savitri dkk mengemukakan bahwa penderita KNF di Indonesia hampir 80% terdiagnosis pada usia produktif 30-59 tahun, kecenderungan peningkatan insiden dengan bertambahnya umur.1 Madani DZ dkk melakukan penelitian di Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL RSHS Bandung pada tahun 2015 dan menemukan usia terbanyak penderita KNF antara 40-50 tahun.4 Bervariasinya rentang usia ini didasarkan karena sifat KNF sangat unik, berbedabeda menurut geografinya, serta paparan zat karsinogen terjadi pada awal kehidupan sehingga insidensinya akan semakin meningkat dengan bertambahnya usia.5, 40 Usia paling sering terkena KNF adalah dekade 4-5 dalam kehidupan, diduga bahwa pada dekade tersebut terjadi penurunan respons imun tubuh.2 Perbandingan antara laki-laki dan perempuan pada penelitian ini adalah 2-3:1 (tabel 4.1), sesuai dengan Shao HX, J Ma, Savitri, Madani dkk yang menemukan perbandingan laki-laki dan perempuan pada KNF adalah 2-3:1.1, 4, 77, 78 Insiden tertinggi KNF terjadi pada populasi laki-laki berhubungan dengan faktor risiko lingkungan seperti merokok dan terpapar zat karsinogen dalam lingkungan pekerjaan. Perbedaan ini juga dapat terjadi karena faktor paparan intrinsik seperti hormon yang memberikan efek protektif estrogen pada perempuan.77 Jenis histopatologi KNF pada penelitian ini adalah tipe tidak berdiferensiasi sebanyak 100% (tabel 4.1).Zheng MS dkk menemukan bahwa KNF WHO tipe III di daerah endemik seperti China terjadi sekitar 97% kasus.Tabuchi K dkk pada tahun 2011 mengemukakan bahwa jenis histopatologis sel skuamosa berkeratin lebih banyak ditemukan di daerah nonendemik. Beberapa penelitian melaporkan bahwa jumlah karsinoma sel skuamosa sekitar 25% dari seluruh KNF di Amerika Utara tetapi hanya 1% didaerah endemik. Tipe tidak berdiferensiasi berjumlah 95% di seluruh daerah endemik, tetapi hanya sekitar 60% ditemukan di Amerika Utara.8Tipe tidak berdiferensiasi atau WHO tipe III merupakan tipe yang paling sering ditemukan dan endemik terutama di Asia Tenggara.2, 4, 31, 33Madani dkk pada tahun 2010-2014 melakukan penelitian di THT-KL RSHS Bandung dan menemukan jenis histopatologis terbanyak untuk KNF adalah tipe tidak berdiferensiasi sebanyak 57,3%.4Karsinoma nasofaring dengan WHO tipe III lebih cenderung untuk 92 116 bermetastasis dan mempunyai kemampuan invasi dibandingkan dengan tipe lain.33 Di daerah endemik, WHO tipe III terdapat pada kurang lebih 97% kasus sedangkan WHO tipe I lebih sering terdapat di negara barat (lebih dari 75%).27 Terdapat korelasi yang signifikan antara usia dengan MDSC dan ekspresi gen S100A8 (tabel 4.9). Hal ini berbeda dengan ekspresi gen CXCR4 yaitu tidak terdapat korelasi yang signifikan dengan usia. Bowdish dkk yang melakukan penelitian pada subjek berusia lanjut dibandingkan usia muda mendapatkan hasil bahwa dengan bertambahnya usia, kadar MDSC akan semakin meningkat. Terdapat peningkatan IL-1, IFN, dan IL-6 pada usia lanjut.79Verschoor dkk melakukan penelitian mengenai hubungan MDSC dengan bertambahnya usia dan riwayat keganasan dan mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara MDSC dengan usia.80 Usia dapat dilihat sebagai kondisi inflamasi kronis, yang berhubungan dengan peningkatan sirkulasi sitokin, peningkatan jumlah leukosit, perubahan fenotip, dan fungsi. Peningkatan mediator inflamasi dan perubahan fenotip leukosit akan berdampak pada perubahan fungsi leukosit seperti metabolisme glukosa, sinyal pathogen-associated molecular pattern (PAMP), kapasitas fagosit, dan sekresi sitokin.79 Hubungan antara usia dan lingkungan mikro tumor ditandai dengan peningkatan kadar pro-inflamasi sitokin sehingga menyebabkan lingkungan imunosupresi. Terdapatnya pro-inflamasi sitokin seperti IL-1, IFN, GM-CSF, dan beberapa 117 sinyal pada lingkungan mikro tumor akan meningkatkan produksi MDSC dari sumsum tulang serta berakumulasi di KGB dan lesi neoplasma.79, 80 Pada keganasan terdapat peningkatan kadar MDSC yang menyebabkan proliferasi supresi sel T dan aktivasi serta peningkatan kadar mediator pro-inflamasi seperti IL1, IFN, dan ROS. Pada binatang percobaan ditemukan peningkatan kadar MDSC dalam darah, sumsum tulang, dan jaringan limfoid yang berhubungan dengan peningkatan kadar sirkulasi sitokin.79Bertambahnya usia akan menjadikan faktor risiko untuk terjadinya inflamasi kronis seperti keganasan sehingga menyebabkan progresivitas. Mekanisme yang hampir sama terjadi pada ekspresi gen S100A8 yang mempunyai korelasi dengan usia (tabel 4.9). Semakin bertambahnya usia, akan menyebabkan meningkatnya ekspresi gen S100A8 terutama pada keganasan. Cotoi dkk melakukan penelitian dengan subjek individu berusia pertengahan dan menghubungkannya dengan neutrophil darah serta faktor risiko terjadinya kelainan jantung. Penelitian ini memberikan hasil bahwa terdapat hubungan antara peningkatan S100A8 dengan IFN, IL-10, IL-1, TNF pada usia lanjut.81 Zhang dkk mendapatkan hasil pada penelitiannya bahwa tidak ditemukan hubungan antara usia dengan CXCR4 pada keganasan colon.82 Hasil yang sama juga ditemukan oleh Du dkk yang mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan CXCR4 pada keganasan kolon.83 118 4.3.2 Ekspresi Gen Ekspresi gen adalah suatu rangkaian proses dalam sintesis protein yang terdiri dari proses transkripsi DNA menjadi RNA serta translasi RNA menjadi polipeptida.57 Analisis ekspresi gen adalah penentuan pola ekspresi gen pada tingkat transkripsi genetik dalam suatu keadaan atau sel tertentu yang memperlihatkan jumlah mRNA yang diamplifikasi melalui pemeriksaan RT-PCR dengan menggunakan primer spesifik.60 Hasil yang didapatkan pada pemeriksaan qRT-PCR adalah nilai ekspresi gen dalam Ct. Cycle of thresholds merupakan jumlah nilai kuantifikasi ekspresi gen yang melewati garis treshold.Interprestasi nilai Ct yaitu bila nilainya semakin kecil maka gen tersebut lebih cepat terekspresi dan semakin banyak pula ekspresinya.Rerata nilai Ct kemudian dihitung terhadap dua gen, yaitu target gen dan kontrol (GADPH).Hasil perhitungan ΔCt sama dengan perbedaan Ct antara target gen dan GADPH (Ct target – Ct GADPH).64, 65 Metode 2-ΔΔCt digunakan untuk menghitung perubahan relatif ekspresi gen pada pemeriksaan qRT-PCR. Data dianalisis dengan menggunakan ΔΔCt = (Ct.targetCtGADPH) waktu x – (Ct.target-CtGADPH) waktu 0.64 4.3.2.1 Peningkatan Ekspresi Gen CD14 dan CD15 Sebagai Petanda MDSCdalam Darah Karsinoma Nasofaring Gen CD14 dan CD15 sebagai petanda MDSC terekspresi dalam darah penderita KNF (tabel 4.2). Terjadi peningkatan ekspresi gen CD14 dan CD15 sebagai petanda 119 MDSC pada sampel darah stadium lanjut bila dibandingkan dengan stadium awal (tabel 4.3 dan 4.4).Pada tabel 4.5 didapatkan perbedaan peningkatan yang signifikan atau bermakna secara statistik untuk MDSC pada sampel darah stadium lanjut dibandingkan stadium awal.Terdapat korelasi yang sangat kuat antara peningkatan MDSC dalam darah dengan stadium (tabel 4.7).Didapatkan pula korelasi yang cukup kuat antara MDSC dengan klasifikasi T dan N (tabel 4.9).Hal ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara MDSC dengan progresivitas karsinoma nasofaring. Secara morfologi MDSC dibagi menjadi dua tipe yaitu MO-MDSC yang disandi oleh CD14 dan PMN-MDSC yang disandi oleh CD15. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gabrilovich DI dkk yang mengemukakan bahwa MDSC pada manusia dapat di identifikasi sebagai CD14CD11b+ atau populasi CD15+ dalam peredaran darah.11 Wesolowski dkk mengatakan bahwa MO-MDSC pada manusia dapat mengekspresikan petanda CD14+ dan PMN-MDSC mempunyai karakteristik HLA-DR-, CD11b+, CD33+, CD15+.84 Greten dkk menyatakan bahwa subtipe MDSC dapat dibagi menjadi sel MO dan PMN.15 Myeloid derived suppressor cells mengekspresikan petanda CD14+ untuk MO-MDSC dan CD15+ untuk PMN-MDSC.15, 85 Efek supresi dilakukan oleh MO-MDSC dan PMN-MDSC melalui mekanisme yang berbeda. MO-MDSC akan meningkatkan kadar yang tinggi dari NO dan kadar yang rendah dari ROS, sehingga menyupresi fungsi sel T. Sedangkan PMN-MDSC akan menyebabkan peningkatan kadar yang tinggi dari ROS tetapi sedikit berpengaruh terhadap NO, ROS merupakan mediator utama terhadap fungsi supresinya.10 120 Keduanya akan menyebabkan terjadinya ekspresi ARG1 dan menyupresi proliferasi antigen-spesifik sel T secara bersamaan walaupun dengan mekanisme yang berbeda. Aktivitas supresi PMN-MDSC adalah ARG1 melalui STAT1 dan MO-MDSC melalui mekanisme iNOS.11 Gabrilovich dkk melakukan penelitian secara in vitro dengan hasil ditemukan peningkatan populasi MDSC dalam peredaran darah binatang percobaan sebanyak 20-40%.11 Gabrilovich dkk melakukan penelitian kembali dan menemukan bahwa MDSC bersirkulasi dalam darah pada keganasan kepala leher.20 Montero dkk melakukan penelitian dengan subjek adalah beberapa keganasan yang termasuk dalam tumor solid dan mendapatkan hasil terdapat sirkulasi MDSC pada beberapa keganasan, peningkatannya sebanding dengan stadium klinis dan metastasis.13 OuYang dkk melakukan penelitian pada keganasan kolotrektal. Hasil penelitiannya menemukan bahwa peningkatan populasi MDSC dalam sirkulasi berkorelasi dengan stadium lanjut dan metastasis KGB.86 Zang dkk melakukan penelitian pada keganasan kolorektal, dan mendapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan yang sangat tinggi dari MDSC dalam sirkulasi yang berhubungan dengan stadium klinis dan metastasis. Peningkatan sirkulasi sel mieloid pada darah akan mempengaruhi progresivitas melalui supresi imun dan stimulasi neovaskulogenesis.16 Penelitian ini sesuai dengan Wesolowski dkk yang mengatakan bahwa kadar MDSC dalam darah berhubungan dengan batas tumor yang besar dan menyebabkan 121 prognosis buruk.84 Gabrilovich dkk menyatakan bahwa MDSC dapat ditemukan pada keganasan dan peningkatan MDSC dapat ditemukan dalam darah pada berbagai jenis keganasan.11 Montero dkk menemukan peningkatan kadar MDSC dalam darah pada berbagai jenis tumor solid.13 Pada keadaan normal, IMC berada dalam sumsung tulang, tetapi pada keadaan patologis (seperti keganasan) MDSC dapat ditemukan dalam limpa, peredaran darah, jaringan tumor, dan KGB. 10, 11, 16 Pada keadaan patologi seperti keganasan terjadi penghambatan sebagian dari diferensiasi IMC untuk menjadi sel mieloid yang matur menyebabkan migrasi populasi dalam darah.Immature myeloid cells diaktivasi oleh tumor itu sendiri dan sitokin pada sel inang yang menyebabkan terjadinya peningkatan regulasi faktor supresi imun dan menginduksi iNOS serta meningkatkan produksi NO dan ROS sehingga terjadi akumulasi MDSC dan bermigrasi ke jaringan tumor.10-13, 16 Populasi MDSC dipengaruhi oleh berbagai faktor: (1) faktor yang berasal dari sel tumor dan menyebabkan migrasi MDSC melalui stimulasi mielopoesis serta menghambat diferensiasi sel mieloid matur, (2) faktor yang dihasilkan oleh aktivasi sel T dan sel stromal tumor yang terlibat langsung untuk aktivasi MDSC.11 Migrasi, aktivasi, dan akumulasi MDSC disebabkan oleh banyak faktor yang dihasilkan oleh sel tumor, sel stromal tumor, atau aktivasi sel T. Mediator ini adalah prostaglandin, MMPs, faktor pertumbuhan, sitokin, kemokin, serta beberapa molekul pro-inflamasi. Mediator ini menyebabkan MDSC bermigrasi melalui jalur JAK2/STAT3 untuk mencegah diferensiasi sel mieloid matur dengan meningkatkan survival atau menginduksi aktivasinya melalui STAT1, STAT6, dan mekanisme NFκB untuk menyupresi imunitas anti tumor.10, 11, 16 122 Mekanisme migrasi MDSC disebabkan oleh COX2, prostaglandin, SCF, M-CSF, IL-6, GM-CSF, dan VEGF.Jalur sinyal MDSC ini terjadi pada JAK dan STAT3, merupakan molekul yang terlibat dalam sel survival, proliferasi, diferensiasi, dan apoptosis.STAT3 merupakan faktor transkripsi utama untuk regulasi migrasi MDSC. Paparan sel progenitor hematopoetik terhadap sel tumor akan menyebabkan aktivasi JAK2 dan STAT3.11 Mekanisme aktivasi MDSC dipengaruhi oleh IFN-, TLRs, IL-13, IL-14, TGF melewati jalur STAT6, STAT1, dan NFκB.STAT1 merupakan faktor transkripsi utama yang diaktivasi oleh IFN-.Pada lingkungan mikro tumor, peningkatan ARG1 dan iNOS melibatkan mekanisme STAT1.IFN- yang dihasilkan karena aktivasi sel T dan MDSC menyebabkan terjadinya ekspresi iNOS yang bekerja secara sinergi dengan IL-4 atau IL-13 terhadap IL-4R untuk memberikan efek supresi.11 Aksi pro tumor MDSC tidak terbatas sebagai imunosupresi saja tetapi berhubungan dengan progresivitas keganasan yaitu menyebabkan angiogenesis, proliferasi sel kanker, invasi, dan metastasis. Induksi MDSC oleh mediator pro-inflamasi dan tumor itu sendiri dapat berasal dari inflamasi kronis dan lingkungan mikro tumor sehingga terjadi progresivitasKNF.10 MDSC menghasilkan VEGF, basic fibroblast growth factor (bFGF), HIF-1, TGF-, dan MMP9 sehingga terjadi neoangiogenesis dan menciptakan lingkungan premetastasis. Selain itu, MDSC dapat menyebabkan progresivitas tumor dengan menghambat respons imun anti tumor.18 Pertumbuhan sel tumor yang disebabkan 123 oleh peningkatan MDSC terjadi melalui interaksi langsung antara sel tumor dan supresi imunitas anti-tumor pada sel T.86 4.3.2.2 Peningkatan Ekspresi Gen CXCR4dalam Darah Karsinoma Nasofaring Gen CXCR4 lebih cepat terekspresi dan ditemukan over ekspresi pada semua sampel penelitian. Kenaikan ekspresi gen tersebut paling tinggi pada sampel darah stadium lanjut penderita KNF bila dibandingkan dengan stadium awal (tabel 4.24.4).Pada tabel 4.5 tidak didapatkan perbedaan yang signifikan atau tidak bermakna secara statistik untuk peningkatan ekspresi gen CXCR4 pada sampel darah kelompok stadium lanjutbila dibandingkan dengan stadium awal (tabel 4.3 dan 4.4).Terdapat korelasi yang kuat antara peningkatan CXCR4 dalam darah (tabel 4.7) dengan stadium.Didapatkan pula korelasi antara CXCR4 dengan klasifikasi T dan N (tabel 4.9).CXCR4 lebih terekspresi didalam darah karsinoma nasofaring stadium lanjut dan berhubungan dengan progresivitas KNF. Xu Y dkk menemukan ekspresi CXCR4 yang berhubungan dengan diferensiasi dan proliferasi KNF.23 Wang N dkk melakukan penelitian pada penderita KNF dengan menggunakan imunohistokimia dan menemukan bahwa tingkat ekspresi CXCR4 berhubungan dengan survival dan proses metastasis.22 Pada keganasan ovarium terjadi peningkatan COX2 yang merupakan enzim untuk regulasi sintesis PGE2. COX2 dan PGE2 juga terlibat dalam pertumbuhan tumor stromal dengan 124 menyebabkan rekruitment fibroblast stromal melalui pengikatan CXCL12 dan CXCR4.21 Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Luo DH dkk yang mengatakan bahwa over ekspresi CXCR4 berhubungan dengan metastasis jauh pada KNF.Ditemukan ekspresi CXCR4 hanya sebanyak 31.4% dengan menggunakan imunohistokimia.87 Hue dkk menyatakan bahwa CXCL12/CXCR4 memegang peranan penting dalam proses penyebaran dan metastasis KNF.23 Xu Y dkk menemukan ekspresi gen CXCR4 yang berhubungan dengan diferensiasi dan proliferasi KNF.23 Lou dkk menemukan hubungan antara CXCR4 dengan klasifikasi T pada KNF.87 Hu dkk mengatakan bahwa peningkatan ekspresi CXCR4 berhubungan dengan metastasis pada KNF.23 Zhang dkk menemukan bahwa CXCR4 yang terdapat dalam sel KNF berhubungan dengan metastasis terutama pada KGB dan paru-paru.88 Wang N dkk tahun 2005 melakukan penelitian di Laboratorium Onkologi Universitas Guangzhou Cina mengenai hubungan antara ekspresi CXCR4 dengan prognosis dan diferensiasi KNF menggunakan imunohistokimia (IHK). Sampel penelitian adalah 194 KNF WHO tipe III, 10 karsinoma tidak berdiferensiasi, 10 karsinoma berdiferensiasi, dan 6 karsinoma sel skuamosa. Hasil penelitian ini menemukan bahwa peningkatan CXCR4 berhubungan dengan kejadian metastasis dan prognosis buruk tetapi tidak signifikan untuk umur, jenis kelamin, dan stadium tumor, serta diferensiasi KNF.Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa CXCR4 terlibat dalam progresivitas tumor serta dapat digunakan sebagai prediktor untuk prognosis KNF.22 125 Pada tahun 2008, Segawa dkk melakukan penelitian di Jepang untuk mengetahui hubungan antara ekspresi CXCR4 dan VEGF serta faktor prognostik pada KNF.Penelitian dilakukan pada 76 biopsi jaringan KNF dengan menggunakan RTPCR dan IHK.Didapatkan ekspresi CXCR4 sebanyak 53,9% dan VEGF sebanyak 39,5% tetapi tidak berhubungan dengan jenis histopatologi.Terdapat hubungan antara ekspresi CXCR4 dengan VEGF.Penderita dengan VEGF positif secara signifikan mempunyai prognosis yang buruk dan angka kelangsungan hidup yang pendek.Ekspresi CXCR4 juga berhubungan dengan prognosis yang buruk tetapi tidak signifikan secara statistik. Terdapat peningkatan CXCR4 dan VEGF pada penderita dengan klasifikasi T3 dan T4 dibandingkan T1 dan T2, penderita dengan adanya metastasis dibandingkan tanpa metastasis, serta penderita dengan stadium 3 dan 4 dibandingkan stadium 1 dan 2. Kesimpulan hasil penelitian inimengatakan bahwa CXCL12/CXCR4 memegang peranan penting terhadap penyebaran, progresivitas, dan metastasis pada berbagai macam tumor termasuk KNF. Peningkatan ekspresi VEGF akan menimbulkan angiogenesis, metastasis KGB, rekurensi, dan metastasis jauh yang berhubungan dengan peningkatan LMP-1 pada KNF.74 CXCL12 merupakan kemokin, berfungsi sebagai sitokin kemoatraktan; terlibat dalam aktivasi sel dan diferensiasi.Kemokin memegang peranan penting dalam reaksi inflamasi dan respons imun, selain itu berperan dalam terjadinya transformasi, survival, pertumbuhan, metastasis, dan angiogenesis tumor.21Kemokin CXCL12 berikatan dengan reseptor CXCR4; memegang peranan penting terhadap mobilisasi dan penarikan sel pada neoangiogenik yang menyebabkan revaskularisasi jaringan iskemi dan pertumbuhan tumor CXCR4 ini akan berikatan dengan reseptor 126 transmembran spesifik GPCR. Kebanyakan kemokin berikatan dengan beberapa reseptor, dan reseptor yang sama dapat berikatan dengan lebih dari satu kemokin.17 Fungsi CXCL12 yaitu mempromosikan tumor secara langsung berikatan dengan CXCR4 untuk pertumbuhan, migrasi, dan invasi tumor atau secara tidak langsung dengan menarik progenitor endotelial yang dibutuhkan untuk angiogenesis tumor. CXCL12 mengaktifkan sel Treg dan DCyang memegang peranan penting pada sistem imun untuk masuk ke dalam lingkungan tumor.Keberadaaan sel yang bersifat imunosupresi ini menyebabkan tidak efektifnya imun respons.21 Ekspresi CXCR4 pada keganasan sel epitel menandakan bahwa CXCL12/CXCR4 berpengaruh terhadap biologi kanker dan memegang peranan penting secara langsung pada metastasis sel tumor kepada organ yang mengekspresikan CXCL12 (kelenjar limf, paru-paru, liver, atau tulang). CXCR4 juga dapat bertindak untuk survival dan pertumbuhan tumor.17Pengikatan CXCL12 dengan reseptornya CXCR4 menyebabkan terjadinya variasi respons seperti kemotaksis, sel survival, dan atau proliferasi, meningkatkan kalsium intraseluler, serta transkripsi gen yang memegang peranan penting dalam proses metastasis. Reseptor CXCR4 akan bersirkulasi dalam darah dan sistem limfatik.17, 22 Prostaglandin E2 menyebabkan peningkatan produksi kemokin CXCL12 pada lingkungan mikro tumor serta ekspresi CXCR4 pada MDSC sehingga MDSC berakumulasi pada lingkungan mikro tumor.Daerah hipoksia yang disebabkan oleh keganasan menyebabkan peningkatan HIF sehingga terjadi regulasi dan peningkatan CXCR4.21, 22 Reseptor CXCR4 bertindak sebagai survival serta faktor pertumbuhan yang bersirkulasi dalam darah dan sistem limfatik.17 127 Berbagai keganasan yang mengekspresikan kemokin reseptor CXCR4 akan menginvasi maktrks ekstraseluler dan bersirkulasi dalam darah serta jaringan limfoid. CXCR4 disekresikan dalam jumlah sedikit oleh sitokin dan dapat ditemukan dalam beberapa jaringan termasuk sumsum tulang dan paru-paru. CXCL12 terdapat pada serum dengan konsentrasi rendah dalam bentuk yang tidak aktif, dalam proses keganasan, CXCR4 terekspresi pada sel maligna. CXCL12 juga dapat menginduksi degradasi CXCR4 sehingga terjadi proses metastasis. Invasinya melewati membran basalis dan adheren terhadap sel endothelial, merupakan fase penting dalam proses ekstravasasi pada sel tumor untuk masuk dalam sirkulasi dan bermigrasi dalam organ normal.70 Regulasi CXCR4 dalam proses metastasis KNF melalui darah dan pembuluh limfe.CXCR4 menyebabkan metastasis tumor ke organ lain melalui pembuluh darah pada beberapa keganasan mammae, prostat, neuroblastoma, rabdomiosarkoma, melanoma, dan paru. Pada keganasan daerah kepala leher, CXCR4 bertindak sebagai regulator dalam proses metastasis dengan meningkatkan adhesi sel tumor dan sekresi MMP9. Pada karsinoma sel skuamosa oral, CXCR4 tidak berhubungan dengan metastasis paru tetapi berhubungan dengan metastasis KGB.CXCR4 juga terekspresikan pada karsinoma sel skuamosa lidah dan sel tumor yang bermetastasis ke KGB, ekspresi ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan sel tumor primer.23 Beberapa keganasan yang megekspresikan CXCR4 akan menginvasi matriks ekstraseluler dan bersirkulasi dalam darah dan jaringan limfoid. Interaksi antara CXCL12 dan CXCR4 akan menyebabkan gen ini meninggalkan sirkulasi dan 128 bermigrasi ke dalam organ dalam jumlah yang tinggi sehingga terjadi proliferasi yang menginduksi angiogenesis dan berubah menjadi metastasis.70 4.3.2.3 Peningkatan Ekspresi Gen S100A8 dalam Darah Karsinoma Nasofaring Didapatkan ekspresi yang sangat tinggi dari gen S100A8sampel darah stadium awal, dan over ekspresi pada stadium lanjut(tabel 4.2).Kenaikan ekspresi gen S100A8 tersebut paling tinggi pada sampel darah penderita KNF bila dibandingkan dengan stadium lanjut (tabel 4.3 dan 4.4).Tabel 4.5 memperlihatkan perbedaan yang signifikan atau bermakna secara statistik untuk peningkatan ekspresi gen S100A8 pada sampel darah stadium lanjut bila dibandingkan dengan stadium awal.Terdapat korelasi yang sangat kuat antara peningkatan S100A8 dalam darah (tabel 4.7) dengan stadium.Didapatkan pula korelasi antara S100A8 dengan klasifikasi T (tabel 4.9).Peningkatan ekspresi gen S100A8 terekspresi di dalam darah dan akan meningkat pada stadium lanjut KNF. Ichikawa dkk yang membuktikan bahwa S100A8 berhubungan dengan pertumbuhan tumor, migrasi, invasi, induksi sel mieloid, dan metastasis. Gen ini tidak hanya sebagai petanda sel imun pada lingkungan mikro tumor tetapi dapat dijadikan prediktor progresivitas keganasan.55 Anghel dkk melakukan penelitian di Romania pada tahun 2012 yang menganalis faktor risiko dan petanda imunologi untuk KNF.Mereka mengatakan bahwa pada 129 penderita KNF ditemukan MNF116, CK19, S100, CD34βE12, Ki67, dan VEB yang positif sebagai petanda imunologi.89 Morris dkk pada tahun 2008 melakukan penelitian di Birmingham mengenai LMP1 yang dihasilkan oleh VEB akan menyebabkan terjadi ekspresi gen yang hiperproliferasi dan inflamasi pada kultur keratinosit. Mereka mengatakan bahwa LMP1 secara signifikan akan menimbulkan peningkatan keluarga S100 (S100A2, S100A7, S100A8, dan S100A9) yang mengontrol progresi siklus sel, motilitas, dan diferensiasi. Pemeriksaan imunofluoresensi tidak langsung dengan menggunakan antibodi spesifik untuk S100A8 memperlihatkan tidak hanya terjadi peningkatan LMP1 tetapi juga terjadi perubahan distribusi intraseluler.90 Peningkatan ekspresi S100A8 terdapat pada sel terinfiltrasi tumor yang menyebabkan peningkatan dan pengikatan CD11b pada sel endotel sehingga terjadi aktivitas NADPH oksidase dan produksi ROS dalam sel epitel.Setelah disekresi, S100A8 bertindak sebagai kemoatraktan leukosit. Gen ini ditemukan dalam darah dan beberapa tumor epitel yang berhubungan dengan pertumbuhan tumor, migrasi, invasi, induksi sel mieloid, dan metastasis.24, 51-53, 55 Peningkatan S100A8 merupakan petanda adanya inflamasi dan infeksi yang berulang dapat terlihat pada sel yang terinfiltrasi oleh tumor dengan menginduksi MDSC yang menghambat imunitas dan menyebabkan progresivitas tumor.Peningkatan S100A8 dalam sel mieloid menyebabkan terhambatnya DC melalui pengikatannya dengan kalsium atau penghambatan aktivitas casein kinase I dan II. Faktor transkripsi STAT3 akan meningkatkan ekspresi S100A8 oleh NADPH oksidase melalui pengikatannya dengan p67phox dan p47phox sehingga terjadi sekresi 130 sitokin proinflamatorik oleh stimulasi produksi ROS. Peningkatan ROS akan mengaktifkan NF-κB.16, 17, 24, 50, 51, 54 S100A8 dikenal juga dengan calgranulins A atau MRP8, terekspresi dalam neutrophil, monosit, DC serta dapat terinduksi karena aktivasi beberapa sel seperti makrofag matur, sel endotel vaskular, fibroblast, dan keratinosit.50Peningkatan S100A8 dapat terjadi pada keganasan yang berasal dari jaringan, merupakan respons terhadap tumorigenesis, perkembangan, dan progresivitas tumor.51 Pada intraseluler, S100A8 menyebabkan migrasi fagosit dengan mempromosikan polimerasi tubulin dan stabilisasi mikrofilamen tubulin dalam kalsium.Pada ekstraseluler, S100A8 dilepaskan karena aktivasi atau netrofil nekrosis dan monosit/makrofag yang berperan dalam imunitas inat berbagai penyakit.50 Ditemukan konsentrasi yang tinggi dari S100A8 dalam serum pada keadaan inflamasi. S100A8 akan menginduksi sekresi beberapa sitokin pro-inflamasi seperti IL-6, TNF, dan IL-1 sehingga menstimulasi produksi ROS. Keadaan ini akan mengaktivasi faktor transkripsi NFkB yang menyebabkan progresivitas keganasan.52 S100A8 disekresikan ke daerah ekstraseluler dan memberikan fungsi secara parakrin dan autokrin.Salah satu reseptor S100A8 adalah RAGE, merupakan reseptor sel permukaan yang memberikan efek patologi termasuk inflamasi dan keganasan.S100A8 berikatan dengan RAGE dan menyebabkan teraktifasinya jalur sinyal RAGE yang melibatkan MAPK, NF-κB, dan jalur sinyal phosphatidylinositol 3-kinase (PI-3K)/AKT. Sehingga terlibat dalam regulasi proses seluler termasuk 131 inflamasi dan keganasan sehingga terjadi pertumbuhan tumor, invasi, dan metastasis.49,56 4.3.2.4 Ekspresi Gen CD14 dan CD15 sebagai Petanda MDSC serta Eskpresi Gen CXCR4 dan S100A8 dalam Jaringan Tumor Karsinoma Nasofaring Gen CD14 dan CD15 sebagai petanda MDSC terekspresi dalam jaringan tumor penderita KNF (tabel 4.2). Terjadi peningkatan ekspresi gen CD14 dan CD15 sebagai petanda MDSC pada sampel jaringan tumor stadium lanjut bila dibandingkan dengan stadium awal (tabel 4.3 dan 4.4).Didapatkan hasil yang tidak signifikan atau tidak bermakna secara statistik pada peningkatan ekspresi gen CD14 dan CD15 dalam sampel jaringan tumor KNF bila dibandingkan antara stadium lanjut dan awal (tabel 4.6).Tabel 4.8 menunjukkan tidak terdapat korelasi antara peningkatan MDSC dalam jaringan tumor dengan stadium. Gabrilovich dkk melakukan penelitian secara in vitro dengan hasil ditemukan MDSC pada jaringan tumor beberapa keganasan.11Montero dkk menemukan peningkatan kadar MDSC dalam dalam jaringan tumor pada berbagai jenis tumor solid.13Akumulasi MDSC dalam jaringan tumor terjadi karena tingginya kadar CXCR4 dalam darah sehingga masuk ke dalam tumor.86 Gen CXCR4 lebih cepat terekspresi dan ditemukan over ekspresi pada semua sampel penelitian. Kenaikan ekspresi gen tersebut paling tinggi pada sampel 132 jaringan tumor penderita KNF stadium lanjut bila dibandingkan dengan stadium awal (tabel 4.2-4.4). Obermajer dkk melakukan penelitian pada keganasan ovarium, menunjukkan peningkatan CXCL12 yang berikatan dengan CXCR4 menyebabkan akumulasi MOMDSC pada lingkungan mikro tumor yang berhubungan dengan PGE2.21 Pada tabel 4.6 tidak didapatkan perbedaan yang signifikan atau tidak bermakna secara statistik untuk peningkatan ekspresi gen CXCR4 pada sampel jaringan tumor penderita KNF bila dibandingkan antara kelompok stadium lanjut dan awal.Tidak didapatkan hubungan yang bermakna secara statistik pada peningkatan gen CXCR4 terhadap stadium (tabel 4.8). Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Wang N dkk bahwa peningkatan CXCR4 tidak berhubungan dengan stadium KNF.22 Qu DL dkk melakukan penelitian pada sel KNF dan menemukan bahwa CXCR4 tidak ditemukan pada jaringan tumor primer tetapi terdapat pada metastasis regional.91 Prostaglandin E2 menyebabkan peningkatan produksi kemokin CXCL12 pada lingkungan mikro tumor serta ekspresi CXCR4 pada MDSC sehingga MDSC berakumulasi pada lingkungan mikro tumor.Daerah hipoksia yang disebabkan oleh keganasan menyebabkan peningkatan HIF sehingga terjadi regulasi dan peningkatan CXCR4.21, 22Pada jaringan tumor, CXCR4 akan meningkatkan regulasi HIF yang merupakan faktor transkripsi heterodimer terdiri dari subunit dan , memegang peranan penting dalam lingkungan mikro tumor.88 133 Pada sampel jaringan tumor KNF stadium awal dan lanjut, didapatkan ekspresi yang tinggi dari gen S100A8 (tabel 4.2). Kenaikan ekspresi gen S100A8 tersebut paling tinggi pada stadium lanjut bila dibandingkan dengan stadium awal (tabel 4.3 dan 4.4).Tidak ditemukan peningkatan yang signifikan pada sampel jaringan tumor penderita KNF bila dibandingkan antara stadium lanjut dan awal (tabel 4.6).Tidak terdapat korelasi antara peningkatan S100A8 dalam jaringan tumor (tabel 4.8) dengan stadium. Tsuji dkk menemukan adanya S100 sebanyak 60 pada jaringan tumor primer dan 100% pada metastasis KNF melalui pemeriksaan imunohistokimia. LMP1 yang dihasilkan oleh VEB merupakan faktor yang dapat meningkatkan invasi dan angiogenesis tumor, serta berpotensi untuk meningkatkan metastasis pada keganasan termasuk KNF. LMP1 akan menginduksi RAGE pada sel epitel nasofaring, LMP1 akan meningkatkan MMP9 melalui aktivasi NFkB. RAGE dapat meningkatkan proses angiogenesis dan proliferasi sel endotel. Hal ini membuktikan bahwa LMP-1 akan menginduksi RAGE untuk meningkatkan metastasis KGB melalui proses angiogenesis pada KNF. Disamping itu, LMP-1 secara langsung menginduksi VEGF melalui aktivasi COX2. RAGE yang sudah teraktivasi akan menginduksi ekspresi VEGF melalui NFkB, activator protein-1, dan HIF-1. S100A8 merupakan ligand untuk RAGE.92 Myeloid derived suppressor cells gagal untuk berdiferensiasi dalam keadaan inflamasi kronis yang terdapat dalam lingkungan mikro sekitar tumor. Produksi NO oleh MDSC yang berakumulasi dalam lingkungan mikro tumor menyebabkan kemoresisten dalam sel tumor melalui inaktivasi caspase cascade.66 134 Akumulasi mediator inflamasi kronis menyebabkan progresivitas sehingga terjadi migrasi MDSC ke dalam lesi tumor untuk menimbulkan efek supresi imun. Mediator inflamasi kronis ini contohnya adalah IL-1, IL-4, IL-5,, IL-6, IL-10, IL-3, TNF, dan IFN; faktor pertumbuhan seperti VEGF, TGF-, GM-CSF, G-CSF, MCSF; kemokin seperti CCL2, CCL4, CCL5, CXCL1, CXCL8, dan CXCL12; COX-2 dan PGE2. Faktor tersebut akan berdampak pada MDSC secara langsung dalam lesi tumor dan sistem hematopoiesis.Kemokin yang terlibat dalam migrasi MDSC ke dalam lingkungan mikro tumor tergantung kepada besarnya tumor dan jumlah populasi MDSC.66 Fungsi dan diferensiasi MDSC dipengaruhi juga oleh HIF-1. Di daerah tumor, HIF-1akan menyebabkan MDSC berdiferensiasi menjadi TAM yang menimbulkan aktivitas imunosupresi dari MDSC melalui peningkatan regulasi iNOS dan arginase serta menurunkan kompleks NADPH oksidase. Hal ini membuktikan bahwa fungsi MDSC dalam lingkungan mikro tumor digantikan oleh TAM.66 Peningkatan kemokin CXCL12/CXCR4 terjadi terutama di daerah metastasis seperti otak, sumsum tulang, paru-paru, dan hati.93 Hipoksia yang terjadi di daerah tumor akan menyebabkan aktivasi HIF-1 sehingga terjadi peningkatan CXCR4. Progresivitas tumor khususnya metastasis merupakan daerah yang banyak mengandung CXCL12, ketika CXCR4 masuk ke dalam darah dan kelenjar limfe, gen ini akan mencari tempat yang banyak mengandung CXCL12 yaitu daerah metastasis.94 135 Kemokin CXCL12 akan berikatan dengan reseptornya CXCR4; S100A8 berikatan dengan CNG yang terdapat pada RAGE; keduanya akan berikatan dengan MDSC pada permukaannya. Bila terjadi diferensiasi MDSC menjadi TAM pada daerah tumor akan menyebabkan penurunan ekspresi CD14 dan CD15 sebagai petanda MDSC walaupun memiliki efek yang sama yaitu sebagai imunosupresi. Bila terjadi penurunan jumlah MDSC, menyebabkan penurunan ekspresi CXCR4 maupun S100A8 pada daerah tumor. Masa hidup sel darah merah pada manusia adalah 120 hari, kemudian akan terjadi penuaan dari sel tersebut sehingga mengaktivasi apoptosis dan fagositosis.95 Diduga hal ini terjadi pada karsinoma nasofaring pada stadium lanjut. Pada stadium lanjut sudah terjadi banyak nekrosis di dalam jaringan tumor yang diambil untuk biopsisedangkan di daerah tepi terjadi neovaskularisasi.Diduga MDSC dari sel tumor tersebut, kembali masuk ke dalam sirkulasi untuk membantu penyebaran tumor ke organ metastasis. Teori ini menjelaskan bahwa peningkatan ekspresi gen CD14 dan CD15 sebagai petanda MDSC serta ekspresi gen CXCR4 dan S100A8 dalam jaringan tumor tidak berhubungan dengan progresivitas karsinoma nasofaring. Pada perhitungan statistik untuk analisis perbandingan dan korelasi antara ekspresi gen CD14 dan CD15 sebagai petanda MDSC dan ekspresi gen CXCR4 serta S100A8 dalam jaringan tumor tidak signifikan atau tidak ditemukan hubungan yang bermakna. Secara deskriptif dengan menggunakan metode Livak didapatkan 136 peningkatan ekspresi gen tersebut dalan jaringan tumor pada stadium lanjut dibandingkan stadium awal. 4.3.3Korelasi antara MDSC, Gen CXCR4, dan S100A8 Migrasi, aktivasi, dan akumulasi MDSC pada jaringan perifer dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang dihasilkan oleh sel tumor, sel stromal tumor, atau aktivasi sel T. Mediatornya antara lain adalah faktor pertumbuhan CXCR4 dan beberapa molekul proinflamasi seperti S100A8. Keadaan ini menyebabkan MDSC bermigrasi melalui jalur sinyal STAT3/JAK2 atau aktivasinya disebabkan oleh STAT1, STAT6, atau melalui mekanisme NFκB dependent.10, 18 Obermajer dkk yang menyatakan bahwa ekspresi CXCR4 berhubungan sangat kuat dengan MDSC dalam lingkungan mikro tumor.21Peningkatan kadar CXCR4 berhubungan dengan MDSC terutama dalam darah. Lingkungan tumor akan meningkatkan kadar CXCR4 pada MDSC.96 Terdapat keterlibatan PGE2 dalam regulasi CXCL12 dan kemampuannya dalam sel tumor yang terinfiltrasi MDSC untuk menarik CXCR4.CXCR4-CXCL12 dapat menarik MO-MDSC kedalam lingkungan mikro tumor.21, 47, 97 Sel tumor akan mengekspresikan CXCL12 yang berikatan dengan CXCR4, MO-MDSC, dan fibroblas. CXCR4 juga terekspresi pada sel T dan dapat menghambat akumulasi sel T.97 S100A8 (calgranulin A, MRP8) terekspresi dalam sel mieloid termasuk monosit dan neutrofil serta diferensiasi awal makrofag.Peningkatan ekspresi S100A8 ditemukan 137 dalam tumor yang terinfiltrasi sel mieloid pada beberapa tumor epitel.Sebagai mediator dan efektor seluler inflamasi, S100A8 berperan sangat penting dalam lingkungan mikro tumor untuk perkembangan tumor.S100A8 memegang peranan penting dalam interaksi tumor dengan stromal.Fungsi MDSC menyupresi respons imun adaptif dengan menghambat fungsi sel TcCD4+ dan CD8+.MDSC menyintesis dan menyekresi S100A8. S100A8 berikatan dengan CNG yang terekspresi diatas reseptor RAGE dan beberapa sel permukaan glikoprotein pada MDSC, dan mempromosikan migrasi MDSC ke daerah tumor melalui aktivasi NFκB dan menekan imun respons sehingga terjadi karsinogenesis dan progresivitas tumor. S100A8 mempunyai respons autokrin untuk akumulasi MDSC di daerah lingkungan tumor.Autokrin ini berfungsi untuk menarik MDSC dan memelihara imunsupresi di daerah lingkungan mikro tumor.S100A8 menyebabkan tumorigenesis dengan menginduksi respons inflamasi dan membuat lingkungan pro-inflamasi.Sebagai kemoatraktan inflamasi, S100A8 menyebabkan penarikan sel inflamasi ke daerah jaringan yang rusak sehingga terjadi tumorigenesis dan metastasis.49, 68 Pada sel mieloid, sinyal STAT3 akan menimbulkan ekspresi Bcl, c-myc, siklin D1 untuk mencegah apoptosis, mempromosikan proliferasi sel, dan mencegah diferensiasi menjadi sel matur. Regulasi MDSC dipengaruhi oleh STAT3 yang melibatkan protein pro-inflamasi S100A8. Aktivasi STAT3 pada sel progenitor akan meningkatkan regulasi S100A8, menghambat diferensiasi DC, dan meningkatkan akumulasi MDSC. S100A8 berhubungan dengan formasi kompleks NADPH oksidase (NOX2) yang bertanggung jawab untuk menghasilkan ROS dalam sel mieloid. Peningkatan ROS akan menyebabkan terhambatnya diferensiasi sel 138 mieloid. S100A8 juga memegang peranan penting dalam migrasi MDSC ke daerah tumor, efek ini diperantarai oleh CNG yang terekspresi pada reseptor RAGE dan permukaan glikoprotein MDSC yang lain. Reseptor ini akan menyebabkan teraktivasinya jalur NFkB.11, 98 S100A8 secara langsung berikatan dengan p67phox dan p47phox sehingga NADPH aktif yang menimbulkan peningkatan produksi ROS dengan efek imunosupresi.S100A8 memberikan kontribusi terhadap perekrutan dan retensi MDSC.Myeloid derived suppressor cell bukan hanya mempunyai reseptor untuk S100A8 tetapi juga menyintesis dan menyekresi gen ini melalui jalur autokrin.11, 16, 24 Mekanisme S100A8 dengan MDSC terjadi melalui 2 cara, yaitu: 1) menghambat diferensiasi prekursor mieloid menjadi DC dan makrofag melalui jalur STAT3dependent, 2) menarik MDSC ke dalam tumor melalui jalur NFkB-dependent.99 Feng dkk memperlihatkan bahwa terdapat peningkatan ekspresi S100A8 dan S100A9 dalam CD11b+ dan CD14+ MO-MDSC pada keganasan paru-paru dibandingkan dengan individu yang sehat.100 Zhao dkk menunjukkan akumulasi MO-MDSC pada keganasan kolon dan terdapat peningkatan ekspresi S100A8 dan S100A9.101 Wang dkk menemukan peningkatan PMN-MDSC dan S1008/9 pada keganasan gaster.102 Sinha P dkk, melakukan penelitian pada tahun 2008 di Baltimore untuk mengetahui peran regulasi proinflamatorik gen S100A terhadap akumulasi MDSC.Penelitian ini menemukan bahwa terdapat akumulasi MDSC pada jaringan tumor serta peningkatan ekspresinya di darah dan sumsum tulang.Myeloid derived suppressor 139 cells yang berasal dari lokasi anatomi yang berbeda mempunyai aktivitas supresi yang sama, tetapi MDSC yang berasal dari darah paling representatif dari semua lokasi yang diteliti. Peningkatan proinflamatorik S100A8/9 yang berikatan dengan CNG-MDSC terdapat pada keganasan mammae berhubungan dengan prognosis buruk.24 Turovskaya dkk menemukan adanya S100A8/9 yang terekspresi oleh sel mieloid pada keganasan colon.103 Hiratsuka S dkk juga menemukan adanya S100A8 dan S100A9 pada sel mieloid pada keganasan paru-paru.104 4.3.4 Prediktor Progresivitas Karsinoma Nasofaring Berdasarkan analisis multivariate persamaan regresi logistik antara stadium awal dan lanjut pada variabel MDSC, CXCR4, dan S100A8, kedua variabel yaitu S100A8 dan CXCR4 tidak signifikan. Interpretasi hanya dilakukan variabel MDSC saja yang mempengaruhi stadium awal dan lanjut.Didapatkan hasil yang mempengaruhi stadium secara multivariate dominan adalah MDSC, sehingga dapat dijadikan prediktor progresivitas karsinoma nasofaring (tabel 4.10).Populasi MDSC dalam sirkulasi dapat dijadikan prediktor progresivitas berdasarkan pengaruh MDSC pada sistem imun dan progresivitas tumor. Weide dkk mendapat kesimpulan dalam penelitiannya bahwa MDSC dapat dijadikan sebagai petanda prognostik pada penderita melanoma.25 Montero dkk menyatakan bahwa kadar sirkulasi MDSC memegang peranan penting dalam progresivitas tumor dan proses metastasis.26Cole dkk menemukan hasil 140 penelitiannya bahwa MDSC dalam darah dapat dijadikan biomarker prognostik imunologi dalam metastasis keganasan mammae.105 Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan dalam pelaksanaannya, antara lain: 1) Jumlah dan besar sampel yang digunakan untuk penelitian ini sedikit, sehingga menimbulkan standar deviasi yang besar, 2) Tidak dilakukan pemeriksaan biologi molekuler setelah pemberian terapi berupa kemoterapi, radioterapi, ataupun kemoiradiasi pada penderita KNF yang masuk dalam penelitian. Pengambilan sampel hanya dilakukan satu kali sebelum dilakukan terapi sehingga tidak diketahui ekspresi gen setelah terapi, 3) pengambilan sampel untuk pemeriksaan RT-PCR dengan menggunakan seluruh sampel darah tanpa diisolasi sel-sel darah tersebut, 4) skala pengukuran variabel bebas dan terikat sehingga menjadi kendala dalam beberapa uji statistik terutama untuk menguji hipotesis kedua, keempat, dan keenam yang berhubungan dengan peningkatan MDSC yang disandi oleh ekspresi gen CD14 dan CD15 dan ekspresi gen CXCR4 serta S100A8 dalam jaringan tumor untuk prediktor progresivitas karsinoma nasofaring. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian analisis ekspresi gen CD14 dan CD15 sebagai petanda MDSC, ekspresi gen CXCR4 serta S100A8 untuk prediktor progresivitas karsinoma nasofaring, maka dapat diambil simpulan umum dan khusus serta saran sebagai berikut: 5.1.1 Simpulan Umum 1. Peningkatan MDSC yang disandi oleh ekspresi gen CD14 dan CD15 dalam darah sebanding dengan progresivitas karsinoma nasofaring. 2. Peningkatan MDSC yang disandi oleh ekspresi gen CD14 dan CD15 dalam jaringan tumor tidak sebanding dengan progresivitas karsinoma nasofaring. 3. Peningkatan ekspresi gen CXCR4 dalam darah sebanding dengan progresivitas karsinoma nasofaring. 4. Peningkatan ekspresi gen CXCR4 dalam jaringan tumor tidak sebanding dengan progresivitas karsinoma nasofaring. 5. Peningkatan ekspresi gen S100A8 dalam darah sebanding dengan progresivitas karsinoma nasofaring. 6. Peningkatan ekspresi gen S100A8 dalam jaringan tumor tidak sebanding dengan progresivitas karsinoma nasofaring. 141 142 5.1.2 Simpulan Khusus 1. Terdapatpeningkatanekspresi gen CD14 dan CD15 sebagai petanda MDSCdan CXCR4 serta S100A8 dalam darahmaupun jaringan tumor penderita karsinoma nasofaring stadium awal dan lanjut. 2. Terdapat perbedaan peningkatan ekspresi gen CD14 dan CD15 sebagai petanda MDSC serta ekspresi gen S100A8 dalam darah penderita karsinoma nasofaring stadium lanjut dibandingkan stadium awal. 3. Tidak terdapat perbedaan peningkatan ekspresi gen CXCR4 dalam darah penderita karsinoma nasofaring stadium lanjut dibandingkan stadium awal. 4. Tidak terdapat perbedaan peningkatan ekspresi gen CD14 dan CD15 sebagai petanda MDSC dan ekspresi gen CXCR4 serta S100A8 dalam jaringan tumor penderita karsinoma nasofaring stadium lanjut dibandingkan stadium awal. 5. Terdapat korelasi antara ekspresi gen CD14 dan CD15 sebagai petanda MDSC dan ekspresi gen CXCR4 serta S100A8 dalam darah dengan stadium karsinoma nasofaring. 6. Tidak terdapat korelasi antara ekspresi gen CD14 dan CD15 sebagai petanda MDSC dan ekspresi gen CXCR4 serta S100A8 dalam jaringan tumor dengan stadium karsinoma nasofaring. 7. Terdapat korelasi antara MDSC dengan usia, klasifikasi T, dan klasifikasi N karsinoma nasofaring. 8. Tidak terdapat korelasi antara MDSC dengan jenis kelamin. 9. Terdapat korelasi antara ekspresi gen CXCR4 dengan klasifikasi T dan N karsinoma nasofaring. 143 10. Tidak terdapat korelasi antara ekspresi gen CXCR4 dengan usia dan jenis kelamin. 11. Terdapat korelasi antara S100A8 dengan usia dan klasifikasi T karsinoma nasofaring. 12. Tidak terdapat korelasi antara ekspresi gen S100A8 dengan jenis kelamin dan klasifikasi N karsinoma nasofaring. 13. MDSC dapat dijadikan prediktor progresivitas karsinoma nasofaring. 5.2 Saran 1. Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak untuk karsinoma nasofaring stadium awal. 2. Dilakukan pemeriksaan biologi molekuler setelah pemberian terapi berupa kemoterapi, radioterapi, maupun kombinasi untuk mengetahui lebih lanjut mengenai mekanisme MDSC dalam progresivitas keganasan. 3. Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengisolasi sel-sel darah untuk analisis ekspresi gen. 4. Dilakukan penelitian untuk menilai ekspresi TAM dalam jaringan tumor. 5. Perlu dilakukan penelitian tentang terapi sasaran pada tingkat gen untuk menghambat migrasi, akumulasi, dan aktivasi MDSC sehingga dapat mencegah progresivitas karsinoma nasofaring. 6. Pemeriksaan peningkatan MDSC perlu dipertimbangkan sebagai prosedur diagnostik untuk mengetahui progresivitas karsinoma nasofaring. DAFTAR PUSTAKA 1. Savitri E, Mubarika SH. Profil Viral Load Epstein-Barr Virus dan Titer Antibodi IgA (VCA-P18+EBNA-1) pada Karsinoma Nasofaring di Makassar dan Yogyakarta. J Indon Med Assoc 2012;62(5):174-7. 2. Munir D, Lutan S, Hasibun M, Henny F. Ekspresi Protein p53 Mutan pada Karsinoma Nasofaring. Majalah Kedokteran Nusantara. 2007;40(3):167-72. 3. Brennan B. Nasopharyngeal carcinoma. Orphanet journal of rare diseases. 2006;1(23):1-5. 4. Deasy Zackiah Madani, Nur Akbar Aroeman, Permana AD. Prevalenve of Nasopharyngeal Carcinoma Patients in Department of Otohinolaryngology-Head and Neck Surgery Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung Indonesia in 2010-2014. 7th Biannual International Symposium of Nasopharyngeal Carcinoma; 2015; Yogyakarta. 2015. 5. Thompson LD. Update on nasopharyngeal carcinoma. Head and neck pathology. 2007;1(1):81-6. 6. Feng BJ, Khyatti M, Ben-Ayoub W, Dahmoul S, Ayad M, Maachi F, et al. Cannabis, tobacco and domestic fumes intake are associated with nasopharyngeal carcinoma in North Africa. British journal of cancer. 2009;101(7):1207-12. 7. Li S, Deng Y, Li X, Chen QP, Liao XC, Qin X. Diagnostic value of Epstein-Barr virus capsid antigen-IgA in nasopharyngeal carcinoma: a meta-analysis. Chinese medical journal. 2010;123(9):1201-5. 8. Tabuchi K, Nakayama M, Nishimura B, Hayashi K, Hara A. Early Detection of Nasopharyngeal Carcinoma. International Journal of Otolaryngology. 2011:1-6. 9. Kresno SB. Ilmu Dasar Onkologi.Edisi ke 3. Badan Penerbit FKUI; 2012. 10. Zhi L, Toh B, Abasto JP. Myeloid Derived Suppressor Cells: Subsets, Expansion, and Role in Cancer Progression. Journal [serial on the Internet]. 2013 Date: Available from: http://www.intechopen.com. 11. Gabrilovich DI, Nagaraj S. Myeloid-derived suppressor cells as regulators of the immune system. Nature reviews Immunology. 2009;9(3):162-74. 12. Sawanobori Y, Ueha S, Kurachi M, Shimaoka T, Talmadge JE, Abe J, et al. Chemokinemediated rapid turnover of myeloid-derived suppressor cells in tumor-bearing mice. Blood. 2008;111(12):5457-66. 144 145 13. Diaz-Montero CM, Salem ML, Nishimura MI, Garrett-Mayer E, Cole DJ, Montero AJ. Increased circulating myeloid-derived suppressor cells correlate with clinical cancer stage, metastatic tumor burden, and doxorubicin-cyclophosphamide chemotherapy. Cancer immunology, immunotherapy : CII. 2009;58(1):49-59. 14. Li H, Han Y, Guo Q, Zhang M, Cao X. Cancer-expanded myeloid-derived suppressor cells induce anergy of NK cells through membrane-bound TGF-beta 1. Journal of immunology (Baltimore, Md : 1950). 2009;182(1):240-9. 15. Greten TF, Manns MP, Korangy F. Myeloid derived suppressor cells in human diseases. International immunopharmacology. 2011;11(7):802-7. 16. Zhang B, Wang Z, Wu L, Zhang M, Li W, Ding J, et al. Circulating and tumorinfiltrating myeloid-derived suppressor cells in patients with colorectal carcinoma. Journal [serial on the Internet]. 2013 Date Pmc3577767]; 8(2). 17. Teicher BA, Fricker SP. CXCL12 (SDF-1)/CXCR4 pathway in cancer. Clinical cancer research : an official journal of the American Association for Cancer Research. 2010;16(11):2927-31. 18. Sevko A, Umansky V. Myeloid-derived suppressor cells interact with tumors in terms of myelopoiesis, tumorigenesis and immunosuppression: thick as thieves. Journal of Cancer. 2013;4(1):3-11. 19. Murdoch C, Muthana M, Coffelt SB, Lewis CE. The role of myeloid cells in the promotion of tumour angiogenesis. Nature reviews Cancer. 2008;8(8):618-31. 20. Gabrilovich DI, Ostrand-Rosenberg S, Bronte V. Coordinated regulation of myeloid cells by tumours. Nature reviews Immunology. 2012;12(4):253-68. 21. Obermajer N, Muthuswamy R, Odunsi K, Edwards RP, Kalinski P. PGE(2)-induced CXCL12 production and CXCR4 expression controls the accumulation of human MDSCs in ovarian cancer environment. Cancer research. 2011;71(24):7463-70. 22. Wang N, Wu QL, Fang Y, Mai HQ, Zeng MS, Shen GP, et al. Expression of chemokine receptor CXCR4 in nasopharyngeal carcinoma: pattern of expression and correlation with clinical outcome. Journal of translational medicine. 2005;3(26):1-8. 23. Hu J, Deng X, Bian X, Li G, Tong Y, Li Y, et al. The expression of functional chemokine receptor CXCR4 is associated with the metastatic potential of human nasopharyngeal carcinoma. Clinical cancer research : an official journal of the American Association for Cancer Research. 2005;11(13):4658-65. 24. Sinha P, Okoro C, Foell D, Freeze HH, Ostrand-Rosenberg S, Srikrishna G. Proinflammatory S100 proteins regulate the accumulation of myeloid-derived suppressor cells. Journal of immunology (Baltimore, Md : 1950). 2008;181(7):466675. 146 25. Weide B, Martens A, Zelba H, Stutz C, Derhovanessian E, Giacomo AMD, et al. Myeloid-Derived Suppressor Cells Predict Survival of Patients with Advanced Melanoma: Comparison with Regulatory T Cells and NY-ESO-1- or Melan-A–Specific T Cells. Clinical cancer research : an official journal of the American Association for Cancer Research. 2013;20(6):1601-9. 26. Diaz-Montero CM, Finke J, Montero AJ. Myeloid-derived suppressor cells in cancer: therapeutic, predictive, and prognostic implications. Seminars in oncology. 2014;41(2):174-84. 27. Zeng MS, Zeng YX. Pathogenesis and Etiology of Nasopharyngeal Cancer. Dalam: Lu JJ, Cooper JS, Lee AWM, penyunting. Nasopharyngeal Cancer: Multidisciplinary Management.Edisi ke 1: Springer Berlin Heidelberg; 2010. h. 5-25. 28. Hsu WL, Chen JY, Chien YC, Liu MY, You SL, Hsu MM, et al. Independent effect of EBV and cigarette smoking on nasopharyngeal carcinoma: a 20-year follow-up study on 9,622 males without family history in Taiwan. Cancer epidemiology, biomarkers & prevention : a publication of the American Association for Cancer Research, cosponsored by the American Society of Preventive Oncology. 2009;18(4):1218-26. 29. Chunfang Hu. Genetic and Gene Expression Analysis of Nasopharyngeal Carcinoma (NPC) [Thesis]: University of Birmingham; 2010. 30. Tulalamba W, Janvilisri T. Nasopharyngeal carcinoma signaling pathway: an update on molecular biomarkers. International journal of cell biology. 2012:1-10. 31. Wei WI, Kwong DL. Current management strategy of nasopharyngeal carcinoma. Clinical and experimental otorhinolaryngology. 2010;3(1):1-12. 32. Stevens SJ, Verkuijlen SA, Hariwiyanto B, Harijadi, Fachiroh J, Paramita DK, et al. Diagnostic value of measuring Epstein-Barr virus (EBV) DNA load and carcinomaspecific viral mRNA in relation to anti-EBV immunoglobulin A (IgA) and IgG antibody levels in blood of nasopharyngeal carcinoma patients from Indonesia. Journal of clinical microbiology. 2005;43(7):3066-73. 33. Peters LJ, Rischin D, Corry J, PM. H. Cancer of the Nasopharynx. Dalam: Harrison LB, Sessions RB, Hong WK, penyunting. Head and Neck Cancer: A Multidisciplinary Approach.Edisi: Lipppincott Williams & Wilkins; 2009. 34. Hsu WL, Yu KJ, Chien YC, Chiang CJ, Cheng YJ, Chen JY, et al. Familial tendency and risk of nasopharyngeal carcinoma in taiwan: effects of covariates on risk. American journal of epidemiology. 2011;173(3):292-9. 35. Wolden SL. Cancer of the Nasopharynx. Dalam: Shah JP, Patel SG, American Cancer S, penyunting. Cancer of the Head and Neck.Edisi ke 1: BC Decker; 2001. 36. King AD, Bhatia KS. Magnetic resonance imaging staging of nasopharyngeal carcinoma in the head and neck. World journal of radiology. 2010;2(5):159-65. 147 37. Goldman LW. Principles of CT and CT Technology. Journal of Nuclear Medicine Technology. 2007;35(3):115-28. 38. Griffeth LK. Use of PET/CT scanning in cancer patients: technical and practical considerations. Proceedings (Baylor University Medical Center). 2005;18(4):321-30. 39. Network NCC. Head and Neck Cancer. In: Oncology NCPGi, editor. Head and Nec; 2015. 40. Chang ET, Adami HO. The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma. Cancer epidemiology, biomarkers & prevention : a publication of the American Association for Cancer Research, cosponsored by the American Society of Preventive Oncology. 2006;15(10):1765-77. 41. Feng BJ, Jalbout M, Ayoub WB, Khyatti M, Dahmoul S, Ayad M, et al. Dietary risk factors for nasopharyngeal carcinoma in Maghrebian countries. International journal of cancer Journal international du cancer. 2007;121(7):1550-5. 42. Young LS, Rickinson AB. Epstein-Barr virus: 40 years on. Nature reviews Cancer. 2004;4(10):757-68. 43. Vetsika E-K, Callan M. Infectious Mononucleosis and Epstein Barr Virus. Molecular Medicine. 2004;6(23):1-16. 44. Grivennikov SI, Greten FR, Karin M. Immunity, inflammation, and cancer. Cell. 2010;140(6):883-99. 45. Finn OJ. Cancer immunology. The New 2008;358(25):2704-15. 46. Bronte V, Gabrilovich D. Myeloid-derived suppressor cells. Florida: Macmillan Publisher Ltd; 2010. 47. Katoh H, Watanabe M. Myeloid-Derived Suppressor Cells and Therapeutic Strategies in Cancer. Mediators of inflammation. 2015:1-12. 48. Duda DG, Kozin SV, Kirkpatrick ND, Xu L, Fukumura D, Jain RK. CXCL12 (SDF1)CXCR4/CXCR7 Pathway Inhibition: An Emerging Sensitizer for Anticancer Therapies? Clinical cancer research : an official journal of the American Association for Cancer Research. 2011;17(8):2074-80. 49. Chen H, Xu C, Jin Q, Liu Z. S100 protein family in human cancer. American journal of cancer research. 2014;4(2):89-115. 50. Schiopu A, Cotoi OS. S100A8 and S100A9: DAMPs at the crossroads between innate immunity, traditional risk factors, and cardiovascular disease. Mediators of inflammation. 2013:1-10. England journal of medicine. 148 51. Khammanivong A, Wang C, Sorenson BS, Ross KF, Herzberg MC. S100A8/A9 (calprotectin) negatively regulates G2/M cell cycle progression and growth of squamous cell carcinoma. Journal [serial on the Internet]. 2013 Date Pmc3706396]; 8(7). 52. Simard JC, Cesaro A, Chapeton-Montes J, Tardif M, Antoine F, Girard D, et al. S100A8 and S100A9 induce cytokine expression and regulate the NLRP3 inflammasome via ROS-dependent activation of NF-kappaB(1.). Journal [serial on the Internet]. 2013 Date Pmc3747084]; 8(8). 53. Wiechert L, Nemeth J, Pusterla T, Bauer C, De Ponti A, Manthey S, et al. Hepatocytespecific S100a8 and S100a9 transgene expression in mice causes Cxcl1 induction and systemic neutrophil enrichment. Cell communication and signaling : CCS. 2012;10(1):40. 54. Cheng P, Corzo CA, Luetteke N, Yu B, Nagaraj S, Bui MM, et al. Inhibition of dendritic cell differentiation and accumulation of myeloid-derived suppressor cells in cancer is regulated by S100A9 protein. The Journal of experimental medicine. 2008;205(10):2235-49. 55. Ichikawa M, Williams R, Wang L, Vogl T, Srikrishna G. S100A8/A9 activate key genes and pathways in colon tumor progression. Molecular cancer research : MCR. 2011;9(2):133-48. 56. Zheng R, Chen S, Chen S. Correlation between myeloid-derived suppressor cells and S100A8/A9 in tumor and autoimmune diseases. International immunopharmacology. 2015;29(2):919-25. 57. Shahib N. Biologi Molekuler Medik.Edisi ke 1. Bandung: PT. Alumni; 2012. 58. Fatchiyah, Arumingtyas EL. Kromosom, Gen, dan DNA. Dalam: Astikawati R, penyunting. Biologi Molekuler: Prinsip Dasar Analisis.Edisi ke 1. Jakarta: Erlangga; 2011. h. 7-20. 59. Sari MI. Pengaturan Ekspresi Gen. In press 2007. 60. Maglott D, Barrett T, Murphy T, Feolo M, Wagner L, Agarwala R. The NCBI Handbook. In: NCBI, editor. Gene & Expression. 2 ed. USA: National Center for Biotechnology Information; 2013. 61. Camp PD, Piedmont, Rappahanncok. Control of Gene Expression. Dalam: College NVC, penyunting. An Overview of Gene Expression/How Transcriptional Switches Work.Edisi. Virginia: Biol 206; 2015. h. 269-96. 62. Kresno SB. Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium.Edisi ke 5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2010. 149 63. Jensen EC. Real-time reverse transcription polymerase chain reaction to measure mRNA: use, limitations, and presentation of results. Anatomical record (Hoboken, NJ : 2007). 2012;295(1):1-3. 64. Livak KJ, Schmittgen TD. Analysis of relative gene expression data using real-time quantitative PCR and the 2(-Delta Delta C(T)) Method. Methods (San Diego, Calif). 2001;25(4):402-8. 65. Shahib MN, Budiman, Feranty ZA. Studies on Gene Expressions at the RNA Level Associated with the Senile Lens Changes in Human Lens Cataract. Donnish Journal. 2015;2(3):011-8. 66. Umansky V, Sevko A. Tumor Microenvironment and Myeloid-Derived Suppressor Cells. Cancer Microenvironment. 2013;6(2):169-77. 67. Shojaei F, Zhong C, Wu X, Yu L, Ferrara N. Role of myeloid cells in tumor angiogenesis and growth. Trends in cell biology. 2008;18(8):372-8. 68. Bresnick AR, Weber DJ, Zimmer DB. S100 proteins in cancer. Nature reviews Cancer. [Review]. 2015;15(2):96-109. 69. Marvel D, Gabrilovich DI. Myeloid-derived suppressor cells in the tumor microenvironment: expect the unexpected. The Journal of clinical investigation. 2015;125(9):3356-64. 70. Li YM, Pan Y, Wei Y, Cheng X, Zhou BP, Tan M, et al. Upregulation of CXCR4 is essential for HER2-mediated tumor metastasis. Cancer Cell.6(5):459-69. 71. Dahlan MS. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.Edisi ke 3. Jakarta: Salemba Medika; 2011. 72. Dahlan MS. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan.Edisi ke 6. Jakarta: Salemba Medika; 2014. 73. Ogino T, Moriai S, Ishida Y, Ishii H, Katayama A, Miyokawa N, et al. Association of immunoescape mechanisms with Epstein-Barr virus infection in nasopharyngeal carcinoma. International journal of cancer Journal international du cancer. 2007;120(11):2401-10. 74. Segawa Y, Oda Y, Yamamoto H, Shiratsuchi H, Hirakawa N, Komune S, et al. Close correlation between CXCR4 and VEGF expression and their prognostic implications in nasopharyngeal carcinoma. Oncology reports. 2009;21(5):1197-202. 75. Field A. Everything You Never Wanted to Know about Statistics. Discovering Statistics using IBM SPSS Statistics.Edisi ke 4. Los Angeles: Sage; 2013. h. 40-88. 76. Agresti A. Multicategory Logit Models. An Introduction to Categorical Data Analysis.Edisi: John Wiley & Sons, Inc.; 2006. h. 173-203. 150 77. Xie S-H, Yu IT-S, Tse L-A, Mang OW-k, Yue L. Sex difference in the incidence of nasopharyngeal carcinoma in Hong Kong 1983–2008: Suggestion of a potential protective role of oestrogen. European Journal of Cancer.49(1):150-5. 78. Ma J, Cao S. The Epidemiology of Nasopharyngeal Carcinoma. Dalam: Lu JJ, Cooper JS, Lee AWM, penyunting. Nasopharyngeal Cancer.Edisi: Springer Berlin Heidelberg; 2010. h. 1-7. 79. Bowdish DM. Myeloid-derived suppressor cells, age and cancer. OncoImmunology. 2013;2(7):e247541-2. 80. Verschoor CP, Johnstone J, Millar J, Dorrington MG, Habibagahi M, Lelic A, et al. Blood CD33(+)HLA-DR(-) myeloid-derived suppressor cells are increased with age and a history of cancer. Journal of Leukocyte Biology. 2013;93:633-7. 81. Cotoi OS, Dunér P, Ko N, Hedblad B, Nilsson J, Björkbacka H, et al. Plasma S100A8/A9 Correlates With Blood Neutrophil Counts, Traditional Risk Factors, and Cardiovascular Disease in Middle-Aged Healthy Individuals. Arterioscler Thromb Vasc Biol. 2014;34:202-10. 82. Zhang N-H, Li J, Li Y, Zhang X-T, Liao W-T, Zhang J-Y, et al. Co-expression of CXCR4 and CD133 proteins is associated with poor prognosis in stage II-III colon cancer patients. Experimental and Therapeutic Medicine. 2012;3:973-82. 83. Du C, Yao Y, Xue W, Zhu W-G, Peng Y, Gu J. The expression of chemokine receptors CXCR3 and CXCR4 in predicting postoperative tumour progression in stages I-II colon cancer: a retrospective study. Journal [serial on the Internet]. 2014 Date [cited 2015 November 8]; 4. 84. Wesolowski R, Markowitz J, Ill WEC. Myeloid Derived Suppressor Cells - a New Theurapetic Target in the Treatment of Cancer. Journal for ImmunoTherapy of Cancer. [Review]. 2013;1(1):1-10. 85. Sherger M, Kisseberth W, London C, Olivo-Marston S, Papenfuss T. Identification of myeloid derived suppressor cells in the peripheral blood of tumor bearing dogs. BMC Vet Res. 2012;8(1):1-12. 86. OuYang L-Y, Wu X-J, Ye S-B, Zhang R-x, Li Z-L, Liao W, et al. Tumor-induced myeloidderived suppressor cells promote tumor progression through oxidative metabolism in human colorectal cancer. Journal of translational medicine. 2015;13(47):1-12. 87. Luo DH, Chen QY, Liu H, Xu LH, Zhang HZ, Zhang L, et al. The independent, unfavorable prognostic factors endothelin A receptor and chemokine receptor 4 have a close relationship in promoting the motility of nasopharyngeal carcinoma cells via the activation of AKT and MAPK pathways. Journal of translational medicine. 2013;11(203):1-14. 151 88. Zhang Y, Sun R, Liu B, Deng M, Zhang W, Li Y, et al. TLR3 activation inhibits nasopharyngeal carcinoma metastasis via downregulation of chemokine receptor CXCR4. Cancer Biology & Therapy. 2009;9(19):1826-30. 89. Anghel I, Anghel AG, Dumitru M, Soreanu CC. Nasopharyngeal carcinoma -- analysis of risk factors and immunological markers. Chirurgia (Bucharest, Romania : 1990). 2012;107(5):640-5. 90. Morris MA, Dawson CW, Wei W, O'Neil JD, Stewart SE, Jia J, et al. Epstein-Barr virusencoded LMP1 induces a hyperproliferative and inflammatory gene expression programme in cultured keratinocytes. The Journal of general virology. 2008;89(Pt 11):2806-20. 91. Ou DL, Chen CL, Lin SB, Hsu CH, Lin LI. Chemokine receptor expression profiles in nasopharyngeal carcinoma and their association with metastasis and radiotherapy. The Journal of Pathology. 2006;210(3):363-73. 92. Tsuji A, Wakisaka N, Kondo S, Murono S, Furukawa M, Yoshizaki T. Induction of receptor for advanced glycation end products by EBV latent membrane protein 1 and its correlation with angiogenesis and cervical lymph node metastasis in nasopharyngeal carcinoma. Clinical cancer research : an official journal of the American Association for Cancer Research. 2008;14(17):5368-75. 93. Chatterjee S, Behnam Azad B, Nimmagadda S. The intricate role of CXCR4 in cancer. Advances in cancer research. 2014;124:31-82. 94. Furusato B, Rhim JS. CXCR4 and Cancer. Chemokine Receptors in Cancer, Cancer Drug Discovery and Development.Edisi. North America: Springer; 2009. h. 31-45. 95. Gottlieb Y, Topaz O, Cohen LA, Yakov LD, Haber T, Morgenstern A, et al. Physiologically aged red blood cells undergo erythrophagocytosis in vivo but not in vitro. Haematologica. 2012;97(7):994-1002. 96. Obermajer N, Kalinski P. Key Role of the Positive Feedback between PGE2 and COX2 in the biology of Myeloid-derived Suppressor Cells. Oncolmmunology. 2012;1(5):762-4. 97. Stromnes IM, Greenberg PD, Hingorani SR. Molecular Pathway: Myeloid Complicity in Cancer. Clinical cancer research : an official journal of the American Association for Cancer Research. [Molecular Pathways]. 2014;20(20):5157-70. 98. Vasquez-Dunddel D, Pan F, Zeng Q, Gorbounov M, Albesiano E, Fu J, et al. STAT3 regulates arginase-I in myeloid-derived suppressor cells from cancer patients. The Journal of clinical investigation. 2013;123(4):1580-9. 99. Ostrand-Rosenberg S, Sinha P. Myeloid-derived suppressor cells: linking inflammation and cancer. Journal of immunology (Baltimore, Md : 1950). 2009;182(8):4499-506. 152 100. Feng PH, Lee KY, Chang YL, Chan YF, Kuo LW, Lin TY, et al. CD14(+)S100A9(+) monocytic myeloid-derived suppressor cells and their clinical relevance in non-small cell lung cancer. American journal of respiratory and critical care medicine. 2012;186(10):1025-36. 101. Zhao F, Hoechst B, Duffy A, Gamrekelashvili J, Fioravanti S, Manns MP, et al. S100A9 a new marker for monocytic human myeloid-derived suppressor cells. Immunology. 2012;136(2):176-83. 102. Wang L, Chang EW, Wong SC, Ong SM, Chong DQ, Ling KL. Increased myeloidderived suppressor cells in gastric cancer correlate with cancer stage and plasma S100A8/A9 proinflammatory proteins. Journal of immunology (Baltimore, Md : 1950). 2013;190(2):794-804. 103. Turovskaya O, Foell D, Sinha P, Vogl T, Newlin R, Nayak J, et al. RAGE, carboxylated glycans and S100A8/A9 play essential roles in colitis-associated carcinogenesis. Carcinogenesis. 2008;29(10):2035-43. 104. Hiratsuka S, Watanabe A, Aburatani H, Maru Y. Tumour-mediated upregulation of chemoattractants and recruitment of myeloid cells predetermines lung metastasis. Nature cell biology. 2006;8(12):1369-75. 105. Cole S, Montero A, Garret-Mayer E, Onicescu G, Vandenberg T, Hutchens S, et al. Elevated Circulating Myeloid Derived Suppressor Cells (MDSC) Are Associated with Inferior Overall Survival (OS) and Correlate with Circulating Tumor Cells (CTC) in Patients with Metastatic Breast Cancer. Thirty-Second Annual CTRC-AACR San Antonio Breast Cancer Symposium; 2010; San Antonio. San Antonio: Cancer Res; 2010. p. 4135. Lampiran 1 DALIL-DALIL 1. Terdapat peranan MDSC dalam proses pertumbuhan tumor yangekspresinya dalam darah akan meningkat pada karsinoma nasofaring yang berhubungan dengan efek supresi sistem imun sehingga terjadi progresivitas. 2. Peningkatan MDSC, ekspresi gen CXCR4, dan S100A8 dalam darah penderita karsinoma nasofaring dapat digunakan untuk menentukan progresivitas penyakit. 3. Kanker dapat terjadi pada siapa saja, seringkali mampu mengubah karakter dan pandangannya terhadap kehidupan. 4. Progresivitas keganasan dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup penderita. 5. Pendidikan didapatkan dengan perjuangan dan usaha yang keras serta prestasi tak dapat diraih tanpa semangat. 6. Pendidikan tidak hanya mengajarkan hal baru, tetapi juga mengajarkan bagaimana membuat kehidupan menjadi lebih baik. 7. Penyakit adalah sebuah ujian terhadap kesabaran seseorang yang harus dihadapi dengan tawakal dan kesabaran sehingga dapat meningkatkan keimanan kepada sang Maha Pencipta. 153 Lampiran 2 154 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN KOMITE ETIK PENELITIAN KESEHATAN HEALTH RESEARCH ETHICS COMMITTEE Jl. Prof. Eijkman No. 38 Bandung 40161 022-2038114 Ext. 1315Fax. 2037824 email: [email protected] Afiliasi: KomisiNasionalEtikPenelitianKesehatan NIH-USA: IORG-IRB Number: 00008626, FWA for the Protection of Human Subject: 00018324 __________________________________________________________________________________ Lampiran 3 PSP untukorangdewasa SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN (PSP) UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Saya telah membaca atau memperoleh penjelasan, sepenuhnya menyadari, mengerti, dan memahami tentang tujuan, manfaat, dan risiko yang mungkin timbul dalam penelitian, serta telah diberi kesempatan untuk bertanya dan telah dijawab dengan memuaskan, juga sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri dari keikut sertaannya, maka saya setuju/tidak setuju*) ikut dalam penelitian ini, yang berjudul: Analisis Ekspresi Gen CD14 dan CD15 sebagai Petanda Myeloid Derived Suppressor Cell dan Ekspresi Gen CXCR4 serta S100A8 Untuk Prediktor Progresivitas Karsinoma Nasofaring. Saya dengan sukarela memilih untuk ikut serta dalam penelitian ini tanpa tekanan/paksaan siapapun. Saya akan diberikan salinan lembar penjelasan dan formulir persetujuan yang telah saya tandatangani untuk arsip saya. Saya setuju: Ya/Tidak*) Tgl.: NamaPeserta: Usia: Alamat: NamaPeneliti: NamaSaksi: *) coret yang tidak perlu 155 Tanda tangan (bila tidak bisa dapat digunakan cap jempol) Lampiran 4 DATA KARSINOMA NASOFARING No.Penelitian DATA UMUM Namapemeriksa TanggalRegistrasi ………………………………………………. NomorMedrekPasien NamaPasien Umur JenisKelamin : : (hari/bulan/tahun) 1.Laki-laki 2.Perempuan ………………………………………………. TanggalLahir Dirujuk Oleh : : Pendidikan (hari/bulan/tahun) 1. S2/S3 2. D3/S1 3. SMA 4. SMP 5. SD 6. Tidaksekolah 7. Lainnya………… 1. Sendiri 4. DirujukDokterSpesialis THT-KL 2. DokterUmum 5. Lainnya……………………….. 3. DokterSpesialis Lain Alamat Rumah Pekerjaan Sedang Hamil Status Perkawinan 1. PNS 2. Swasta 3. Wiraswasta 1. 2. 4. TNI/Polri 5. Pensiunan 6. Lainnya : ……………………………. Ya Tidak Sedang Menyusui 1. Kawin 2. TidakKawin 3. Lainnya……………………… Jumlah Anak 1. 2. Ya Tidak 1. 1-2 Orang 2. 3-4 Orang 3. > 5 Orang Telp lain yang dapat dihubungi Telepon 1 = Papua Melanesoid 2 = Negroid 3 = Wedoid Ras 4 = Melayu Mongoloid 5 = Sunda 6 = Jawa 7 = tionghoa 8 = Sumatera 9 = Sulawesi FAKTOR RISIKO Konsumsi Alkohol Pemakaian obat nyamuk bakar Riwayat keluarga menderita kanker 1. Terpapar debu kayu 2. Ya Tidak 1. 2. Ya Tidak 1. 2. Karsinoma nasofaring Lainnya, sebutkan Terpapar insektisida (rutin) lebih dari 1 tahun 156 Riwayat merokok 1. 2. Ya Tidak 1. 2. Ya Tidak 1. < 10 tahun 2. > 10 tahun 3. Pasif 157 3. Konsumsi ikan asin (rutin) sejak kecil 1. 2. ……………………………….. Tidak ada 4. Tidak ada 1. Mie kemasan 2. Makanankaleng 3. Minumankemasan 4. Makanan panggang/bakar Konsumsi makanan kemasan Ya Tidak RIWAYAT PENYAKIT Keluhan Utama o o o o o o Epistaksis Hidung tersumbat Pilek Tinitus Gangguan dengar unilateral Telinga terasa tersumbat 1. < 1 tahun 2. > 1 tahun - < 3 tahun 3. > 3 tahun Waktu timbul gejala (keluhan utama) Gejala Penyerta (bisa lebih dari satu) Riwayat penyakit terdahulu Riwayat pengobatan sebelumnya o o o o o o o o o o o o Epistaksis Hidung tersumbat Pilek Tinitus Gangguan dengar unilateral Telinga terasa tersumbat o Penyakit ginjal o Penyakit jantung o Gangguan kejiwaan 1. 2. 3. Gangguan dengar bilateral Nyeri kepala Diplopia Nyeri wajah Sesak nafas Keadaan umum lemah o o o o o Benjolan di leher Anoreksia Penurunan berat badan Benjolan di tempat lain: …………………… Lainnya : ………………. 1. < 1 tahun 2. > 1 tahun - < 3 tahun 3. > 3 tahun Waktu timbul gejala penyerta o o o o o o Gangguan dengar bilateral Nyeri kepala Diplopia Nyeri wajah Sesak nafas Keadaan umum lemah o o o o Benjolan leher Anoreksia Penurunan berat badan Lainnya : …………………………………….. o Diabetes o Keganasan lain, sebutkan …………… o Lainnya, sebutkan ………… Alternatif Herbal, sebutkan jenisnya Lainnya, sebutkan …………………………… STATUS FISIK PADA SAAT PEMERIKSAAN Kesadaran 1. 2. 3. 4. 5. Tinggi Badan Skala Karnofsky Compos mentis Delirium Compos mentis Sopor Koma Frekuensi nadi ……. kali per menit Frekuensi pernafasan ……. kali per menit cm Berat Badan kg 100 :Aktifitas normal, tidakadakeluhan, tidakdidapatkanadanyapenyakit. 90: Mampumelakukanaktifitassehari-hari. Didapatkantanda minimal darigejaladanpenyakit. 80: Mampumelakukanaktifitasdenganusaha (effort). Didapatkanbeberapatandagejaladaripenyakit. 70: Tidakdapatmelakukanaktifitassehari-hari. Mampumenjagakeadaandirisendiri (care for self). 60: Tidakdapatmelakukanaktifitassehari-hari. Membutuhkanbantuan orang lainpadakeadaan yang sangatsulit, sebagianbesarkeperluandiridapatdipenuhiolehdirisendiri. 50: Tidakdapatmelakukanaktifitassehari-hari. Sangatmembutuhkanbantuan orang laindanpengobatanmedis. 40: Membutuhkanperhatianmedissecarakhususdanpendampingan. 30:Sangat tidakberdaya. Membutuhkanperawatanmediskhusus di RumahSakitwalaupuntidakdalamkeadaan yang mengancamjiwa. 20:Sangat terlihatsakit. Harusmendapatkanperawatankhusus di RumahSakitdanperawatanpenunjang yang memadai. 10: Penderitasampaipadakeadaan terminal (moribund), proses kematiansedangberlangsung. 0: Meninggal 158 Endoskopi No.Penelitian TanggalLahirPasien (hari/bulan/tahun) : : Centangbilabelumdilakukan Tanggalpemeriksaannasofaringoskopi : (hari/bulan/tahun) : Namapemeriksa Kesan 1 = Normal 2 = Curiga 3 = Tumor Jika 2 Jelaskantempatnya 1 = Kiri 2 = Kanan 3 = Bilateral Jika 3 Jelaskantempatnya 1 = Kiri 2 = Kanan 3 = Bilateral 159 PEMERIKSAAN PENDENGARAN No.Penelitian TanggalLahirPasien (hari/bulan/tahun) : : Centangbilabelumdilakukan AUDIOMETRI Tanggalpemeriksaan : : (hari/bulan/tahun) Namapemeriksa Telinga kiri Telinga kanan 1 = Pendengaran dalam batas normal 2 = Gangguan dengar sensorineural 3 = Gangguan dengar konduktif 4 = Gangguan dengar tipe campuran Jenisgangguandengar 1 = Pendengaran dalam batas normal 2 = Gangguan dengar sensorineural 3 = Gangguan dengar konduktif 4 = Gangguan dengar tipe campuran Telinga kiri Telinga kanan 1 = Normal 2 = Ringan 3 = Sedang 4 = Berat 5 = Sangat berat 1 = Normal 2 = Ringan 3 = Sedang 4 = Berat 5 = Sangat berat Derajatgangguandengar TIMPANOMETRI Telinga kanan Tipe Telinga kiri 1=A 2=B 3=C 1=A 2=B 3=C 160 Laboratorium No.Penelitian TanggalLahirPasien (hari/bulan/tahun) : : Centangbilabelumdilakukan Tanggalpemeriksaanlaboratorium : (hari/bulan/tahun) : ………………………..…………… Hb Alkali Fosfatase gr/dL ………………………..……………………………… Albumin ………………………………… LDH ………………………………… Pemeriksaan Radiologi No.Penelitian TanggalLahirPasien CT Scan (hari/bulan/tahun) : Tanggalpemeriksaan : (hari/bulan/tahun) : Centang bila belum dilakukan : Namapemeriksa Klasifikasi T T T0 Tidak didapatkan tumor primer T3 Tumor menginvasi struktur tulangdanatau sinus T1 Tumor terbatas di nasofaring, paranasal. Orofaringataucavumnasitanpaekstensikeparafaring. T4 Tumor telah berekstensi ke intrakranial atau melibatkan T2 Tumor berekstensikeparafaring saraf kranial, fossa infratemporalatauruangmastikator, hipofaring, atau orbita. Tempat Klasifikasi N N 1 = Kiri 2 = Kanan 3 = Bilateral N0 Tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening regional. N1 Metastasis unilateral, ukuran kurang atau sama dengan 6cm pada diameter terbesar, di atas fossa klavikular. N2 Metastasis terhadap kelenjar getah bening bilateral, ukuran lebih atau sama dengan 6 cm dari diameter terbesar, diatas fossa klavikular. N3a Metastasis kelenjar getah bening dengan diameter lebih dari 6 cm. N3b Extensi pada fossa supraklavikular. 161 BiopsiAspirasiJarumHalusCentang bila belum dilakukan Bone Scan Tanggal pemeriksaan : Tanggal pemeriksaan : : : Rontgen Thoraks : : Nama pemeriksa 1 = Kiri 2 = Kanan 3 = Bilateral 1 = Mencurigakan 2 = Negatif 3 = Positif Tempat Centang bila belum dilakukan 1 = Mencurigakan 2 = Negatif 3 = Positif Tanggalpemeriksaan :Centangbilabelumdilakukan : : Nama pemeriksa 0 = normal 1 = pneumonia 2 = single metastasis 3 = multiple metastases USG abdomen Jika ada metastasis, jelaskan Jika ada metastasis, jelaskan 1 = pneumonia 2 = single metastasis 3 = multiple metastases Diameter terbesardari metastasis X mm : Tanggalpemeriksaan :Centangbilabelumdilakukan : Nama pemeriksa Jika ada metastasis, jelaskan 0 = normal 1 = single metastasis 2 = multiple metastases Jika ada metastasis ke ginjal, jelaskan Metastasis ginjal Metastasis limpa Metastasis para aorta Metastasis hati Metastasis pankreas Lokasi lain, jelaskan 0 = ginjal kiri 1 = ginjal kanan 2 = kedua ginjal 162 Histopatologi/Stadium No.Penelitian TanggalLahirPasien(hr/bln/thn)Centang :bila belum dilakukan : Histopatologi Namapemeriksa (hr/bln/thn) TanggalPemeriksaan : : BiopsiNasofaring 1 = Negatif 2 = Positif Biopsi Leher 1 = Negatif 2 = Positif WHO Patologi 1 = WHO 1 2 = WHO 2 3 = WHO 3 Hasil Histopatologi Leher ……………………………………………… STADIUM (AJCC 2011) Tanggalditetapkan stadium (hr/bln/thn) T T0 Tidak didapatkan tumor primer : Centangbilabelumdilakukan : T1 Tumor terbatas di nasofaring, Orofaringataucavumnasitanpaekstensikeparafaring. T T2 Tumor berekstensikeparafaring T3 Tumor menginvasi struktur tulangdanatau sinus paranasal. T4 Tumor telah berekstensi ke intrakranial atau melibatkan saraf kranial, fossa infratemporalatauruangmastikator, hipofaring, atau orbita. N0 Tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening regional. N N1 Metastasis unilateral, ukuran kurang atau sama dengan 6cm pada diameter terbesar, di atas fossa klavikular. N N2 Metastasis terhadap kelenjar getah bening bilateral, ukuran lebih atau sama dengan 6 cm dari diameter terbesar, diatas fossa klavikular. N3a Metastasis kelenjar getah bening dengan diameter lebih dari 6 cm. N3b Extensi pada fossa supraklavikular. M M Stadium M0:Tidakada metastasis jauh M+: Ada metastasis jauh Stadium I Stadium II Stadium III Stadium IVA Stadium IVB Stadium IVC 163 Keterangan : 1. Golongan Papua Melanesoid - Pulau Papua, Kai dan Aru 2. Golongan Negroid - Semenanjung Malaya dan Kepulauan Andaman 3. Golongan Wedoid - Orang Sakai di Siak, Orang Kubu di Jambi, Orang Enggaro, Mentawai, ToalaTokea, Tamuna di KepulauanMuna 4. GolonganMelayu Mongoloid a. Gol. Melayu Tua (Proto Melayu): Suku Batak, Toraja,dan Dayak b. Gol. Melayu Muda (Deutro Melayu) :Suku Jawa, Bali, Madura, dan Banjar Lampiran 5 DATA PASIEN PENELITIAN STADIUM AWAL NO SEX UMUR TIPE WHO T N M STADIUM 1 8 15 16 17 20 22 26 L P L L L L P P 69 61 18 43 63 60 60 58 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 II II II I II II II II STADIUM LANJUT NO SEX UMUR TIPE WHO T N M STADIUM 2 3 5 6 7 9 10 11 L P L L L L P L 52 49 36 50 20 53 60 33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 2 4 4 4 3 2 3 0 2 3 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 IVB III IVB IVA III IVB IVB IVA 166 165 Perbandingan Ekspresi Gen CD 14 dan CD 15 sebagai Petanda MDSC dan Ekspresi Gen CXCR4 Serta S100A8 Antara Kelompok Normal, Stadium Awal, dan Lanjut Variabel Kelompok Lanjut n=8 Normal n=8 Awal n=8 CD14 Mean±SD Median Range (minmax) -4,200± 1,372 -4,685 -5,89-(-2,13) -2,012±3,390 -2,815 -5,35-3,100 -7,752±1,062 07,510 -9,10-(-5,90) CD15 Mean±SD Median Range (minmax) -5.458± 1.493 -5.965 -7,030-(-2,310) -0,928±4,581 -2,145 -6,66-7,58 -6,220±1,212 -6,080 -8,13(-4,70) Nilai P 0,000** CXCR4 Mean±SD Median Range (minmax) -22,666± 1,897 -22,935 -25,34-(-19,97) -19,82±5,18 -19,89 -25,77-(-8,92) -24,92±2,31 -24,47 -28,19-(-22,65) S100A8 Mean±SD Median Range (minmax) -9.296 ± 1.429 -9,55 -11,72-(-7,12) -7,70±4.48 -9,72 -10,24-(-2,43) -14,66±1,70 -14,54 -18,36-(-12,57) 0,003** 0,026** 0,000** Keterangan: Untuk data numerik, nilai p dihitung berdasarkan uji ANOVA apabila data berditribusi normal, dengan alternatif uji Kruskall Wallis apabila data tidak berdistribusi normal. Nilai kemaknaan berdasarkan nilai p<0,05. Tanda ** menunjukkan signifikan atau bermakna secara statistika Lampiran 6 www.qiagen.com Quantitation Report Experiment Information Run Name CXCR4 (110614) Run Start 6/11/2014 8:52:09 AM Run Finish 6/11/2014 9:55:39 AM Operator Nurul Notes Run On Software Version Rotor-Gene 1.7.94 Run Signature The Run Signature is valid. Gain Green 5. Quantitation Information Threshold 0.00132 Left Threshold 1.000 Standard Curve Imported No Standard Curve (1) N/A Standard Curve (2) N/A Start normalising from cycle 1 Noise Slope Correction No No Template Control Threshold 0% Reaction Efficiency Threshold Disabled 166 167 Normalisation Method Standard Digital Filter Light Sample Page Page 1 Imported Analysis Settings Quantitation data for Cycling A.Green Standard Curve No. Colour Name Type Ct 1 CXCR4 1A Unknown 3.15 2 CXCR4 5A Unknown 3.19 3 CXCR4 6A Unknown 3.19 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) % Var 168 No. Colour Name Type Ct 4 CXCR4 7A Unknown 3.20 5 CXCR4 9A Unknown 3.20 6 CXCR4 10A Unknown 3.21 7 CXCR4 11A Unknown 3.20 8 CXCR4 12A Unknown 3.20 9 CXCR4 15A Unknown 3.20 10 CXCR4 22A Unknown 3.21 11 CXCR4 26A Unknown 3.20 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) % Var Legend: NEG (NTC) - Sample cancelled due to NTC Threshold. NEG (R. Eff) - Sample cancelled as efficiency less than reaction efficiency threshold. This report generated by Rotor-Gene Q Series Software 1.7 (Build 94) Copyright 2008 Corbett Life Science, a QIAGEN Company. All rights reserved. ISO 9001:2000 (Reg. No. QEC21313) 169 www.qiagen.com Quantitation Report Experiment Information Run Name GAPDH B (010714) Run Start 7/1/2014 9:52:44 AM Run Finish 7/1/2014 10:58:44 AM Operator Nurul Notes Run On Software Version Rotor-Gene 1.7.94 Run Signature The Run Signature is valid. Gain Green 5. Quantitation Information Threshold 0.01323 Left Threshold 1.000 Standard Curve Imported No Standard Curve (1) N/A Standard Curve (2) N/A Start normalising from cycle 1 Noise Slope Correction No No Template Control Threshold 0% Reaction Efficiency Threshold Disabled Normalisation Method Standard Digital Filter Light Sample Page Page 1 Imported Analysis Settings Quantitation data for Cycling A.Green 170 Standard Curve No Colou Name . r Type Ct 1 GAPDH 1B Positive Control 28.0 5 2 GAPDH 2B Positive Control 27.0 8 3 GAPDH 3B Positive Control 23.9 0 4 GAPDH 5B Positive Control 24.2 7 5 GAPDH 6B Positive Control 21.2 9 6 GAPDH 7B Positive Control 21.1 7 7 GAPDH 8B Positive Control 21.6 0 8 GAPDH 9B Positive Control 23.2 3 9 GAPDH 25.9 Positive Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) % Var 171 No Colou Name . r Type Ct 10B Control 6 10 GAPDH 11B Positive Control 25.5 0 11 GAPDH 12B Positive Control 26.2 3 12 GAPDH 13B Positive Control 20.6 6 13 GAPDH 14B Positive Control 24.7 0 14 GAPDH 15B Positive Control 26.0 0 15 GAPDH 16B Positive Control 25.4 2 16 GAPDH 22B Positive Control 25.2 2 17 GAPDH 26B Positive Control 27.6 7 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) Legend: NEG (NTC) - Sample cancelled due to NTC Threshold. NEG (R. Eff) - Sample cancelled as efficiency less than reaction efficiency threshold. This report generated by Rotor-Gene Q Series Software 1.7 (Build 94) Copyright 2008 Corbett Life Science, a QIAGEN Company. All rights reserved. ISO 9001:2000 (Reg. No. QEC21313) % Var 172 www.qiagen.com Quantitation Report Experiment Information Run Name ulangan H7 dan H9 (201014) Run Start 10/20/2014 10:13:12 AM Run Finish 10/20/2014 11:27:47 AM Operator Nurul Notes Run On Software Version Rotor-Gene 1.7.94 Run Signature The Run Signature is valid. Gain Green 5. Quantitation Information Threshold 0.04588 Left Threshold 1.000 Standard Curve Imported No Standard Curve (1) N/A Standard Curve (2) N/A Start normalising from cycle 1 Noise Slope Correction No No Template Control Threshold 0% Reaction Efficiency Threshold Disabled Normalisation Method Standard Digital Filter Light Sample Page Page 1 Imported Analysis Settings Quantitation data for Cycling A.Green 173 Standard Curve No Colou Name . r Type Ct 6 GAPDH 17B Positive Control 21.2 2 7 GAPDH 20B Positive Control 20.8 8 8 Cd14 17B Unknown 19.5 9 9 Cd14 20B Unknown 20.0 3 10 Cd15 17B Unknown 20.7 9 11 Cd15 20B Unknown 21.0 8 12 CXCR4 17B Unknown 39.2 3 13 CXCR4 20B Unknown 37.2 6 14 S100A8 18.1 Unknown Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) % Var 174 No Colou Name . r Type 17B Ct Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) 9 15 S100A8 20B Unknown 19.3 2 16 ASCL2 17B Unknown 23.3 1 17 ASCL2 20B Unknown 23.6 1 18 P53 17B Unknown 21.7 9 19 P53 20B Unknown 23.0 4 20 MDM2 17B Unknown 21.0 8 21 MDM2 20B Unknown 22.8 6 Legend: NEG (NTC) - Sample cancelled due to NTC Threshold. NEG (R. Eff) - Sample cancelled as efficiency less than reaction efficiency threshold. This report generated by Rotor-Gene Q Series Software 1.7 (Build 94) Copyright 2008 Corbett Life Science, a QIAGEN Company. All rights reserved. ISO 9001:2000 (Reg. No. QEC21313) % Var 175 www.qiagen.com Quantitation Report Experiment Information Run Name RT PCR (4A dan 31A) 220714 Run Start 7/22/2014 10:17:54 AM Run Finish 7/22/2014 12:03:08 PM Operator Nurul Notes Run On Software Version Rotor-Gene 1.7.94 Run Signature The Run Signature is valid. Gain Green 5. Quantitation Information Threshold 0.0392 Left Threshold 1.000 Standard Curve Imported No Standard Curve (1) N/A Standard Curve (2) N/A Start normalising from cycle 1 Noise Slope Correction No No Template Control Threshold 0% Reaction Efficiency Threshold Disabled Normalisation Method Standard Digital Filter Light Sample Page Page 1 Imported Analysis Settings Quantitation data for Cycling A.Green 176 Standard Curve No Colou Name . r Type Ct 1 GAPDH 4A Positive Control 28.72 2 GAPDH 31A Positive Control 21.70 3 ASCL2 4A Unknown 23.32 4 ASCL2 31A Unknown 17.03 5 S100A8 4A Unknown 26.90 6 S100A8 31A Unknown 18.62 7 CXCR4 4A Unknown NEG (Multi Ct) 8 CXCR4 31A Unknown 4.38 9 Cd14 4A Unknown 21.32 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) % Var 177 No Colou Name . r Type Ct 10 Cd14 31A Unknown 21.26 11 Cd15 4A Unknown 24.46 12 Cd15 31A Unknown 20.82 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) Legend: NEG (NTC) - Sample cancelled due to NTC Threshold. NEG (R. Eff) - Sample cancelled as efficiency less than reaction efficiency threshold. This report generated by Rotor-Gene Q Series Software 1.7 (Build 94) Copyright 2008 Corbett Life Science, a QIAGEN Company. All rights reserved. ISO 9001:2000 (Reg. No. QEC21313) % Var 178 www.qiagen.com Quantitation Report Experiment Information Run Name RT PCR (28A dan 29A) 080714 Run Start 7/8/2014 10:21:53 AM Run Finish 7/8/2014 11:27:46 AM Operator Nurul Notes Run On Software Version Rotor-Gene 1.7.94 Run Signature The Run Signature is valid. Gain Green 5. Quantitation Information Threshold 0.02888 Left Threshold 1.000 Standard Curve Imported No Standard Curve (1) N/A Standard Curve (2) N/A Start normalising from cycle 1 Noise Slope Correction No No Template Control Threshold 0% Reaction Efficiency Threshold Disabled Normalisation Method Standard Digital Filter Light Sample Page Page 1 Imported Analysis Settings Quantitation data for Cycling A.Green 179 Standard Curve No Colou Name . r Type Ct 1 GAPDH 28A Positive Control 22.5 1 2 GAPDH 29A Positive Control 24.5 5 3 ASCL2 28A Unknown 27.7 3 4 ASCL2 29A Unknown 24.1 8 5 CXCR4 28A Unknown 3.77 6 CXCR4 29A Unknown 3.80 7 S100A8 28A Unknown 24.3 7 8 S100A8 29A Unknown 22.9 1 9 Cd14 28A Unknown 19.4 6 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) % Var 180 No Colou Name . r Type Ct 10 Cd14 29A Unknown 17.3 8 11 Cd15 28A Unknown 18.7 8 12 Cd15 29A Unknown 19.1 3 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) Legend: NEG (NTC) - Sample cancelled due to NTC Threshold. NEG (R. Eff) - Sample cancelled as efficiency less than reaction efficiency threshold. This report generated by Rotor-Gene Q Series Software 1.7 (Build 94) Copyright 2008 Corbett Life Science, a QIAGEN Company. All rights reserved. ISO 9001:2000 (Reg. No. QEC21313) % Var 181 www.qiagen.com Quantitation Report Experiment Information Run Name RT PCR (010714) A Run Start 7/1/2014 11:04:15 AM Run Finish 7/1/2014 12:11:30 PM Operator Nurul Notes Run On Software Version Rotor-Gene 1.7.94 Run Signature The Run Signature is valid. Gain Green 5. Quantitation Information Threshold 0.07753 Left Threshold 1.000 Standard Curve Imported No Standard Curve (1) N/A Standard Curve (2) N/A Start normalising from cycle 1 Noise Slope Correction No No Template Control Threshold 0% Reaction Efficiency Threshold Disabled Normalisation Method Standard Digital Filter Light Sample Page Page 1 Imported Analysis Settings Quantitation data for Cycling A.Green 182 Standard Curve No Colou Name . r Type Ct 1 GAPDH 1A Positive Control 20.3 2 2 GAPDH 2A Positive Control 29.4 8 3 GAPDH 3A Positive Control 31.7 6 4 GAPDH 5A Positive Control 29.5 1 5 GAPDH 6A Positive Control 26.9 5 6 GAPDH 7A Positive Control 26.9 3 7 GAPDH 8A Positive Control 32.3 4 8 GAPDH 9A Positive Control 32.3 0 9 GAPDH 28.1 Positive Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) % Var 183 No Colou Name . r Type Ct 10A Control 1 10 GAPDH 11A Positive Control 27.6 5 11 GAPDH 12A Positive Control 30.6 1 12 GAPDH 13A Positive Control 33.6 8 13 Cd14 1A Unknown 18.3 6 14 Cd14 2A Unknown 22.0 8 15 Cd14 3A Unknown 22.6 6 16 Cd14 5A Unknown 20.7 5 17 Cd14 6A Unknown 19.4 1 18 Cd14 7A Unknown 19.4 5 19 Cd14 8A Unknown 28.7 8 20 Cd14 9A Unknown 23.5 6 21 Cd14 10A Unknown 21.0 1 22 Cd14 11A Unknown 21.7 5 23 Cd14 12A Unknown 22.1 7 24 Cd14 13A Unknown 29.1 8 25 Cd15 1A Unknown 18.8 3 26 Cd15 2A Unknown 24.4 1 27 Cd15 3A Unknown 24.1 2 28 Cd15 5A Unknown 22.9 3 29 Cd15 6A Unknown 22.2 5 30 Cd15 7A Unknown 20.4 8 31 Cd15 8A Unknown 23.7 3 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) % Var 184 No Colou Name . r Type Ct 32 Cd15 9A Unknown 24.1 7 33 Cd15 10A Unknown 22.6 3 34 Cd15 11A Unknown 21.9 4 35 Cd15 12A Unknown 23.1 3 36 Cd15 13A Unknown 24.5 3 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) Legend: NEG (NTC) - Sample cancelled due to NTC Threshold. NEG (R. Eff) - Sample cancelled as efficiency less than reaction efficiency threshold. This report generated by Rotor-Gene Q Series Software 1.7 (Build 94) Copyright 2008 Corbett Life Science, a QIAGEN Company. All rights reserved. ISO 9001:2000 (Reg. No. QEC21313) % Var 185 www.qiagen.com Quantitation Report Experiment Information Run Name RT PCR (020714) 1 Run Start 7/2/2014 9:51:26 AM Run Finish 7/2/2014 11:02:04 AM Operator Nurul Notes Run On Software Version Rotor-Gene 1.7.94 Run Signature The Run Signature is valid. Gain Green 5. Quantitation Information Threshold 0.02803 Left Threshold 1.000 Standard Curve Imported No Standard Curve (1) N/A Standard Curve (2) N/A Start normalising from cycle 1 Noise Slope Correction No No Template Control Threshold 0% Reaction Efficiency Threshold Disabled Normalisation Method Standard Digital Filter Light Sample Page Page 1 Imported Analysis Settings Quantitation data for Cycling A.Green 186 Standard Curve No Colou Name . r Type Ct 1 GAPDH 14A Positive Control 32.3 5 2 GAPDH 15A Positive Control 26.1 5 3 GAPDH 16A Positive Control 24.5 3 4 GAPDH 17A Positive Control 30.3 2 5 GAPDH 19A Positive Control 25.2 6 6 GAPDH 20A Positive Control 31.7 6 7 GAPDH 21A Positive Control 26.4 2 8 GAPDH 22A Positive Control 25.4 8 9 GAPDH Positive 24.6 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) % Var 187 No Colou Name . r Type Ct 23A Control 4 10 GAPDH 24A Positive Control 30.5 2 11 GAPDH 26A Positive Control 25.5 5 12 GAPDH 48A Positive Control 33.7 5 13 Cd14 14A Unknown 28.8 1 14 Cd14 15A Unknown 20.2 1 15 Cd14 16A Unknown 18.4 4 16 Cd14 17A Unknown 28.4 2 17 Cd14 19A Unknown 22.4 5 18 Cd14 20A Unknown 26.4 4 19 Cd14 21A Unknown 21.0 8 20 Cd14 22A Unknown 18.0 3 21 Cd14 23A Unknown 18.9 1 22 Cd14 24A Unknown 29.2 2 23 Cd14 26A Unknown 19.2 9 24 Cd14 48A Unknown 25 Cd15 14A Unknown 22.5 0 26 Cd15 15A Unknown 22.4 5 27 Cd15 16A Unknown 24.9 8 28 Cd15 17A Unknown 22.6 8 29 Cd15 19A Unknown 21.2 9 30 Cd15 20A Unknown 23.6 2 31 Cd15 21A Unknown 24.5 3 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) % Var 188 No Colou Name . r Type Ct 32 Cd15 22A Unknown 21.3 1 33 Cd15 23A Unknown 24.3 1 34 Cd15 24A Unknown 22.3 7 35 Cd15 26A Unknown 20.3 9 36 Cd15 48A Unknown 23.3 5 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) Legend: NEG (NTC) - Sample cancelled due to NTC Threshold. NEG (R. Eff) - Sample cancelled as efficiency less than reaction efficiency threshold. This report generated by Rotor-Gene Q Series Software 1.7 (Build 94) Copyright 2008 Corbett Life Science, a QIAGEN Company. All rights reserved. ISO 9001:2000 (Reg. No. QEC21313) % Var 189 www.qiagen.com Quantitation Report Experiment Information Run Name RT PCR (020714) 2 Run Start 7/2/2014 11:41:51 AM Run Finish 7/2/2014 12:49:14 PM Operator Nurul Notes Run On Software Version Rotor-Gene 1.7.94 Run Signature The Run Signature is valid. Gain Green 5. Quantitation Information Threshold 0.02306 Left Threshold 1.000 Standard Curve Imported No Standard Curve (1) N/A Standard Curve (2) N/A Start normalising from cycle 1 Noise Slope Correction No No Template Control Threshold 0% Reaction Efficiency Threshold Disabled Normalisation Method Standard Digital Filter Light Sample Page Page 1 Imported Analysis Settings Quantitation data for Cycling A.Green 190 Standard Curve No Colou Name . r Type Ct 1 GAPDH I Positive Control 25.8 6 2 GAPDH II Positive Control 29.1 1 3 GAPDH III Positive Control 26.8 1 4 GAPDH IV Positive Control 27.9 1 5 GAPDH V Positive Control 29.4 4 6 GAPDH VI Positive Control 29.2 0 7 GAPDH VII Positive Control 27.2 3 8 GAPDH VIII Positive Control 32.0 4 9 GAPDH IX Positive 28.9 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) % Var 191 No Colou Name . r Type Ct Control 3 10 GAPDH X Positive Control 28.3 3 11 Cd14 I Positive Control 17.8 0 12 Cd14 II Positive Control 22.8 5 13 Cd14 III Unknown 21.2 9 14 Cd14 IV Unknown 19.9 8 15 Cd14 V Unknown 21.4 8 16 Cd14 VI Unknown 20.6 1 17 Cd14 VII Unknown 22.3 1 18 Cd14 VIII Unknown 25.5 4 19 Cd14 IX Unknown 23.6 4 20 Cd14 X Unknown 23.1 9 21 Cd15 I Unknown 22.2 2 22 Cd15 II Unknown 20.3 3 23 Cd15 III Unknown 21.2 1 24 Cd15 IV Unknown 22.9 3 25 Cd15 V Unknown 21.9 8 26 Cd15 VI Unknown 20.4 4 27 Cd15 VII Unknown 20.6 6 28 Cd15 VIII Unknown 21.7 1 29 Cd15 IX Unknown 22.8 2 30 Cd15 X Unknown 21.6 9 Given Conc (ng/ul) Legend: NEG (NTC) - Sample cancelled due to NTC Threshold. Calc Conc (ng/ul) % Var 192 NEG (R. Eff) - Sample cancelled as efficiency less than reaction efficiency threshold. This report generated by Rotor-Gene Q Series Software 1.7 (Build 94) Copyright 2008 Corbett Life Science, a QIAGEN Company. All rights reserved. ISO 9001:2000 (Reg. No. QEC21313) 193 www.qiagen.com Quantitation Report Experiment Information Run Name RT PCR (050614) Run Start 6/5/2014 1:03:01 PM Run Finish 6/5/2014 2:10:18 PM Operator Nurul Notes Run On Software Version Rotor-Gene 1.7.94 Run Signature The Run Signature is valid. Gain Green 5. Quantitation Information Threshold 0.04059 Left Threshold 1.000 Standard Curve Imported No Standard Curve (1) N/A Standard Curve (2) N/A Start normalising from cycle 1 Noise Slope Correction No No Template Control Threshold 0% Reaction Efficiency Threshold Disabled Normalisation Method Standard Digital Filter Light Sample Page Page 1 Imported Analysis Settings Quantitation data for Cycling A.Green 194 Standard Curve No Colou Name . r Type Ct 1 GAPDH 1A Positive Control 15.2 6 2 GAPDH 5A Positive Control 23.7 0 3 GAPDH 6A Positive Control 23.0 2 4 GAPDH 7A Positive Control 22.9 5 5 GAPDH 9A Positive Control 23.5 8 6 GAPDH 10A Positive Control 23.8 3 7 GAPDH 11A Positive Control 24.5 5 8 ASCL2 1A Unknown 15.7 4 9 ASCL2 5A Unknown 28.3 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) % Var 195 No Colou Name . r Type Ct Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) 7 10 ASCL2 6A Unknown 28.5 9 11 ASCL2 7A Unknown 33.7 4 12 ASCL2 9A Unknown 32.3 0 13 ASCL2 10A Unknown 29.4 2 14 ASCL2 11A Unknown 29.3 1 15 S100A8 1A Unknown 12.8 3 16 S100A8 5A Unknown 15.9 9 17 S100A8 6A Unknown 14.3 8 18 S100A8 7A Unknown 13.0 9 19 S100A8 9A Unknown 17.1 9 20 S100A8 10A Unknown 13.2 2 21 S100A8 11A Unknown 13.4 1 22 CXCR4 1A Unknown 6.34 23 CXCR4 5A Unknown 4.20 24 CXCR4 6A Unknown 4.18 25 CXCR4 7A Unknown 4.08 26 CXCR4 9A Unknown 4.23 27 CXCR4 10A Unknown 4.47 28 CXCR4 11A Unknown 5.00 Legend: NEG (NTC) - Sample cancelled due to NTC Threshold. NEG (R. Eff) - Sample cancelled as efficiency less than reaction efficiency threshold. This report generated by Rotor-Gene Q Series Software 1.7 (Build 94) Copyright 2008 Corbett Life Science, a QIAGEN Company. All rights reserved. ISO 9001:2000 (Reg. No. QEC21313) % Var 196 www.qiagen.com Quantitation Report Experiment Information Run Name RT PCR (060614) Run Start 6/6/2014 2:11:57 PM Run Finish 6/6/2014 3:34:42 PM Operator Nurul Notes Run On Software Version Rotor-Gene 1.7.94 Run Signature The Run Signature is valid. Gain Green 5. Quantitation Information Left Threshold 1.000 Standard Curve Imported No Standard Curve (1) N/A Standard Curve (2) N/A Start normalising from cycle 1 Noise Slope Correction No No Template Control Threshold 0% Reaction Efficiency Threshold Disabled Normalisation Method Standard Digital Filter Light Sample Page Page 1 Imported Analysis Settings Quantitation data for Cycling A.Green 197 Standard Curve No. Colour Name Type 1 ASCL2 12A Unknown 2 ASCL2 15A Unknown 3 ASCL2 22A Unknown 4 ASCL2 26A Unknown 5 S100A8 12A Unknown 6 S100A8 15A Unknown 7 S100A8 22A Unknown 8 S100A8 26A Unknown 9 CXCR4 12A Unknown 10 CXCR4 15A Unknown 11 CXCR4 22A Unknown 12 CXCR4 26A Unknown Ct Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) % Var Legend: NEG (NTC) - Sample cancelled due to NTC Threshold. 198 NEG (R. Eff) - Sample cancelled as efficiency less than reaction efficiency threshold. This report generated by Rotor-Gene Q Series Software 1.7 (Build 94) Copyright 2008 Corbett Life Science, a QIAGEN Company. All rights reserved. ISO 9001:2000 (Reg. No. QEC21313) 199 www.qiagen.com Quantitation Report Experiment Information Run Name RT PCR (060614) Run Start 6/6/2014 2:11:57 PM Run Finish 6/6/2014 3:34:42 PM Operator Nurul Notes Run On Software Version Rotor-Gene 1.7.94 Run Signature The Run Signature is valid. Gain Green 5. Quantitation Information Threshold 0.0471 Left Threshold 1.000 Standard Curve Imported No Standard Curve (1) N/A Standard Curve (2) N/A Start normalising from cycle 1 Noise Slope Correction No No Template Control Threshold 0% Reaction Efficiency Threshold Disabled Normalisation Method Standard Digital Filter Light Sample Page Page 1 Imported Analysis Settings Quantitation data for Cycling A.Green 200 Standard Curve No. Colour Name Type Ct 1 ASCL2 12A Unknown 24.70 2 ASCL2 15A Unknown 26.06 3 ASCL2 22A Unknown 25.78 4 ASCL2 26A Unknown 26.18 5 S100A8 12A Unknown 15.89 6 S100A8 15A Unknown 17.31 7 S100A8 22A Unknown 14.65 8 S100A8 26A Unknown 14.80 9 CXCR4 12A Unknown 36.12 10 CXCR4 15A Unknown 36.80 11 CXCR4 22A Unknown 35.88 12 CXCR4 26A Unknown 34.17 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) % Var Legend: NEG (NTC) - Sample cancelled due to NTC Threshold. 201 NEG (R. Eff) - Sample cancelled as efficiency less than reaction efficiency threshold. This report generated by Rotor-Gene Q Series Software 1.7 (Build 94) Copyright 2008 Corbett Life Science, a QIAGEN Company. All rights reserved. ISO 9001:2000 (Reg. No. QEC21313) 202 www.qiagen.com Quantitation Report Experiment Information Run Name RT PCR (060614) Run Start 6/6/2014 2:11:57 PM Run Finish 6/6/2014 3:34:42 PM Operator Nurul Notes Run On Software Version Rotor-Gene 1.7.94 Run Signature The Run Signature is valid. Gain Green 5. Quantitation Information Threshold 0.01969 Left Threshold 1.000 Standard Curve Imported No Standard Curve (1) N/A Standard Curve (2) N/A Start normalising from cycle 1 Noise Slope Correction No No Template Control Threshold 0% Reaction Efficiency Threshold Disabled Normalisation Method Standard Digital Filter Light Sample Page Page 1 Imported Analysis Settings Quantitation data for Cycling A.Green 203 Standard Curve No. Colour Name Type Ct 1 ASCL2 12A Unknown 22.94 2 ASCL2 15A Unknown 23.54 3 ASCL2 22A Unknown 23.87 4 ASCL2 26A Unknown 24.89 5 S100A8 12A Unknown 13.96 6 S100A8 15A Unknown 15.73 7 S100A8 22A Unknown 12.99 8 S100A8 26A Unknown 12.89 9 CXCR4 12A Unknown 4.88 10 CXCR4 15A Unknown 5.46 11 CXCR4 22A Unknown 4.72 12 CXCR4 26A Unknown 4.27 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) % Var Legend: NEG (NTC) - Sample cancelled due to NTC Threshold. 204 NEG (R. Eff) - Sample cancelled as efficiency less than reaction efficiency threshold. This report generated by Rotor-Gene Q Series Software 1.7 (Build 94) Copyright 2008 Corbett Life Science, a QIAGEN Company. All rights reserved. ISO 9001:2000 (Reg. No. QEC21313) 205 www.qiagen.com Quantitation Report Experiment Information Run Name RT PCR (160614) 1 Run Start 6/16/2014 9:11:25 AM Run Finish 6/16/2014 10:42:27 AM Operator Nurul Notes Run On Software Version Rotor-Gene 1.7.94 Run Signature The Run Signature is valid. Gain Green 5. Quantitation Information Threshold 0.03206 Left Threshold 1.000 Standard Curve Imported No Standard Curve (1) N/A Standard Curve (2) N/A Start normalising from cycle 1 Noise Slope Correction No No Template Control Threshold 0% Reaction Efficiency Threshold Disabled Normalisation Method Standard Digital Filter Light Sample Page Page 1 Imported Analysis Settings Quantitation data for Cycling A.Green 206 Standard Curve No Colou Name . r Type Ct 1 GAPDH 12A Positive Control 23.49 2 GAPDH 15A Positive Control 25.56 3 GAPDH 22A Positive Control 23.23 4 GAPDH 26A Positive Control 22.76 5 GAPDH I Positive Control 21.81 6 GAPDH II Positive Control 27.36 7 GAPDH III Positive Control 27.18 8 GAPDH IV Positive Control 22.90 9 GAPDH V Positive 24.29 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) % Var 207 No Colou Name . r Type Ct Given Conc (ng/ul) Control 10 GAPDH VI Positive Control 25.47 11 GAPDH VII Positive Control 25.28 12 GAPDH VIII Positive Control 27.67 13 ASCL2 I Unknown 27.75 14 ASCL2 II Unknown 27.58 15 ASCL2 III Unknown 26.82 16 ASCL2 IV Unknown 27.85 17 ASCL2 V Unknown 28.86 18 ASCL2 VI Unknown 26.77 19 ASCL2 VII Unknown 23.65 20 ASCL2 VIII Unknown 31.21 21 S100A8 I Unknown 12.08 22 S100A8 II Unknown 17.88 23 S100A8 III Unknown 15.46 24 S100A8 IV Unknown 12.69 25 S100A8 V Unknown 16.66 26 S100A8 VI Unknown 15.43 27 S100A8 VII Unknown 15.66 28 S100A8 VIII Unknown 20.55 29 CXCR4 I Unknown 4.25 30 CXCR4 II Unknown NEG (Multi Ct) 31 CXCR4 III Unknown 4.32 32 CXCR4 IV Unknown 4.35 33 CXCR4 V NEG (Multi Ct) 34 CXCR4 VI Unknown 4.34 35 CXCR4 VII Unknown 4.43 36 CXCR4 VIII 4.27 Unknown Unknown Legend: NEG (NTC) - Sample cancelled due to NTC Threshold. Calc Conc (ng/ul) % Var 208 NEG (R. Eff) - Sample cancelled as efficiency less than reaction efficiency threshold. This report generated by Rotor-Gene Q Series Software 1.7 (Build 94) Copyright 2008 Corbett Life Science, a QIAGEN Company. All rights reserved. ISO 9001:2000 (Reg. No. QEC21313) 209 www.qiagen.com Quantitation Report Experiment Information Run Name RT PCR (160614) 2 Run Start 6/16/2014 2:10:02 PM Run Finish 6/16/2014 3:18:09 PM Operator Nurul Notes Run On Software Version Rotor-Gene 1.7.94 Run Signature The Run Signature is valid. Gain Green 5. Quantitation Information Threshold 0.01659 Left Threshold 1.000 Standard Curve Imported No Standard Curve (1) N/A Standard Curve (2) N/A Start normalising from cycle 1 Noise Slope Correction No No Template Control Threshold 0% Reaction Efficiency Threshold Disabled Normalisation Method Standard Digital Filter Light Sample Page Page 1 Imported Analysis Settings Quantitation data for Cycling A.Green 210 Standard Curve No Colou Name . r Type Ct 1 GAPDH IX Positive Control 29.2 5 2 GAPDH X Positive Control 30.4 7 3 GAPDH 2A Positive Control 25.3 3 4 GAPDH 3A Positive Control 24.1 1 5 GAPDH 8A Positive Control 26.1 0 6 GAPDH 13A Positive Control 21.8 3 7 GAPDH 14A Positive Control 21.8 2 8 GAPDH 16A Positive Control 23.2 2 9 GAPDH Positive 29.3 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) % Var 211 No Colou Name . r Type Ct 17A Control 4 10 ASCL2 IX Unknown 27.6 0 11 ASCL2 X Unknown 28.5 1 12 ASCL2 2A Unknown 29.2 1 13 ASCL2 3A Unknown 29.5 2 14 ASCL2 8A Unknown 28.5 7 15 ASCL2 13A Unknown 29.0 9 16 ASCL2 14A Unknown 29.8 0 17 ASCL2 16A Unknown 30.4 8 18 ASCL2 17A Unknown 33.2 5 19 S100A8 IX Unknown 19.2 3 20 S100A8 X Unknown 19.2 7 21 S100A8 2A Unknown 11.1 2 22 S100A8 3A Unknown 16.9 1 23 S100A8 8A Unknown 22.2 4 24 S100A8 13A Unknown 20.4 1 25 S100A8 14A Unknown 21.9 5 26 S100A8 16A Unknown 13.1 3 27 S100A8 17A Unknown 23.6 1 28 CXCR4 IX Unknown 3.59 29 CXCR4 X Unknown 3.56 30 CXCR4 2A Unknown 3.55 31 CXCR4 3A Unknown 3.57 32 CXCR4 8A Unknown 3.60 33 CXCR4 13A Unknown 3.59 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) % Var 212 No Colou Name . r Type Ct 34 CXCR4 14A Unknown 3.56 35 CXCR4 16A Unknown 3.53 36 CXCR4 17A Unknown 3.57 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) Legend: NEG (NTC) - Sample cancelled due to NTC Threshold. NEG (R. Eff) - Sample cancelled as efficiency less than reaction efficiency threshold. This report generated by Rotor-Gene Q Series Software 1.7 (Build 94) Copyright 2008 Corbett Life Science, a QIAGEN Company. All rights reserved. ISO 9001:2000 (Reg. No. QEC21313) % Var 213 www.qiagen.com Quantitation Report Experiment Information Run Name RT PCR (170614) Run Start 6/17/2014 9:55:46 AM Run Finish 6/17/2014 11:03:15 AM Operator Nurul Notes Run On Software Version Rotor-Gene 1.7.94 Run Signature The Run Signature is valid. Gain Green 5. Quantitation Information Threshold 0.02094 Left Threshold 1.000 Standard Curve Imported No Standard Curve (1) N/A Standard Curve (2) N/A Start normalising from cycle 1 Noise Slope Correction No No Template Control Threshold 0% Reaction Efficiency Threshold Disabled Normalisation Method Standard Digital Filter Light Sample Page Page 1 Imported Analysis Settings Quantitation data for Cycling A.Green 214 Standard Curve No Colou Name . r Type Ct 1 GAPDH 19A Positive Control 27.0 5 2 GAPDH 20A Positive Control 28.6 0 3 GAPDH 21A Positive Control 24.0 1 4 GAPDH 23A Positive Control 24.6 3 5 GAPDH 24A Positive Control 32.3 4 6 GAPDH 48A Positive Control 25.7 8 7 ASCL2 19A Unknown 26.2 8 8 ASCL2 20A Unknown 30.3 3 9 ASCL2 21A Unknown 28.4 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) % Var 215 No Colou Name . r Type Ct Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) 0 10 ASCL2 23A Unknown 29.8 5 11 ASCL2 24A Unknown 26.4 6 12 ASCL2 48A Unknown 38.9 1 13 S100A8 19A Unknown 14.9 9 14 S100A8 20A Unknown 18.9 9 15 S100A8 21A Unknown 14.2 4 16 S100A8 23A Unknown 11.5 1 17 S100A8 24A Unknown 23.1 5 18 S100A8 48A Unknown 19.8 3 19 CXCR4 19A Unknown 4.13 20 CXCR4 20A Unknown 3.98 21 CXCR4 21A Unknown 3.92 22 CXCR4 23A Unknown 3.88 23 CXCR4 24A Unknown 4.09 24 CXCR4 48A Unknown 3.91 Legend: NEG (NTC) - Sample cancelled due to NTC Threshold. NEG (R. Eff) - Sample cancelled as efficiency less than reaction efficiency threshold. This report generated by Rotor-Gene Q Series Software 1.7 (Build 94) Copyright 2008 Corbett Life Science, a QIAGEN Company. All rights reserved. ISO 9001:2000 (Reg. No. QEC21313) % Var 216 www.qiagen.com Quantitation Report Experiment Information Run Name RT PCR (300614) B Run Start 6/30/2014 9:47:49 AM Run Finish 12:00:00 AM Operator Nurul Notes Run On Software Version Rotor-Gene 1.7.94 Run Signature No Run Signature found. Run file contents not guaranteed. Gain Green 5. Quantitation Information Threshold 0.0252 Left Threshold 1.000 Standard Curve Imported No Standard Curve (1) N/A Standard Curve (2) N/A Start normalising from cycle 1 Noise Slope Correction No No Template Control Threshold 0% Reaction Efficiency Threshold Disabled Normalisation Method Standard Digital Filter Light Sample Page Page 1 Imported Analysis Settings Quantitation data for Cycling A.Green 217 Standard Curve No. Colour Name Type Ct 1 Cd14 1B Unknown 32.22 2 Cd14 2B Unknown 26.33 3 Cd14 3B Unknown 18.57 4 Cd14 5B Unknown 20.34 5 Cd14 6B Unknown 19.48 6 Cd14 7B Unknown 18.99 7 Cd14 8B Unknown 18.46 8 Cd14 9B Unknown 18.87 9 Cd14 10B Unknown 20.13 10 Cd14 11B Unknown 20.35 11 Cd14 12B Unknown 19.24 12 Cd14 13B Unknown 17.92 13 Cd14 14B Unknown 23.65 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) % Var 218 No. Colour Name Type Ct 14 Cd14 15B Unknown 23.44 15 Cd14 16B Unknown 20.66 16 Cd14 22B Unknown 20.71 17 Cd14 26B Unknown 26.31 18 Cd15 1B Unknown 23.55 19 Cd15 2B Unknown 22.33 20 Cd15 3B Unknown 20.20 21 Cd15 5B Unknown 20.41 22 Cd15 6B Unknown 21.64 23 Cd15 7B Unknown 18.03 24 Cd15 8B Unknown 18.75 25 Cd15 9B Unknown 20.20 26 Cd15 10B Unknown 23.11 27 Cd15 11B Unknown 22.62 28 Cd15 12B Unknown 21.84 29 Cd15 13B Unknown 19.14 30 Cd15 14B Unknown 21.53 31 Cd15 15B Unknown 21.78 32 Cd15 16B Unknown 19.03 33 Cd15 22B Unknown 19.91 34 Cd15 26B Unknown 20.92 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) % Var Legend: NEG (NTC) - Sample cancelled due to NTC Threshold. NEG (R. Eff) - Sample cancelled as efficiency less than reaction efficiency threshold. This report generated by Rotor-Gene Q Series Software 1.7 (Build 94) Copyright 2008 Corbett Life Science, a QIAGEN Company. All rights reserved. ISO 9001:2000 (Reg. No. QEC21313) 219 www.qiagen.com Quantitation Report Experiment Information Run Name RT PCR B (230614) Run Start 6/23/2014 11:06:14 AM Run Finish 6/23/2014 12:13:31 PM Operator Nurul Notes Run On Software Version Rotor-Gene 1.7.94 Run Signature The Run Signature is valid. Gain Green 5. Quantitation Information Threshold 0.02401 Left Threshold 1.000 Standard Curve Imported No Standard Curve (1) N/A Standard Curve (2) N/A Start normalising from cycle 1 Noise Slope Correction No No Template Control Threshold 0% Reaction Efficiency Threshold Disabled Normalisation Method Standard Digital Filter Light Sample Page Page 1 Imported Analysis Settings Quantitation data for Cycling A.Green 220 Standard Curve No Colou Name . r Type Ct 1 GAPDH 1B Positive Control 28.5 4 2 GAPDH 2B Positive Control 26.8 2 3 GAPDH 3B Positive Control 24.5 2 4 GAPDH 5B Positive Control 26.1 3 5 GAPDH 6B Positive Control 22.9 3 6 GAPDH 7B Positive Control 23.3 9 7 GAPDH 8B Positive Control 22.5 8 8 GAPDH 9B Positive Control 23.6 5 9 GAPDH 26.8 Positive Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) % Var 221 No Colou Name . r Type Ct 10B Control 6 10 ASCL2 1B Unknown 28.8 2 11 ASCL2 2B Unknown 27.5 9 12 ASCL2 3B Unknown 24.8 7 13 ASCL2 5B Unknown 27.0 0 14 ASCL2 6B Unknown 27.4 5 15 ASCL2 7B Unknown 27.1 3 16 ASCL2 8B Unknown 25.4 8 17 ASCL2 9B Unknown 26.3 1 18 ASCL2 10B Unknown 26.3 5 19 S100A8 1B Unknown 29.3 5 20 S100A8 2B Unknown 26.4 2 21 S100A8 3B Unknown 20.2 2 22 S100A8 5B Unknown 19.2 2 23 S100A8 6B Unknown 17.2 9 24 S100A8 7B Unknown 20.7 3 25 S100A8 8B Unknown 16.8 2 26 S100A8 9B Unknown 19.3 7 27 S100A8 10B Unknown 18.6 1 28 CXCR4 1B Unknown 3.68 29 CXCR4 2B Unknown 3.65 30 CXCR4 3B Unknown 3.61 31 CXCR4 5B Unknown 3.69 32 CXCR4 6B Unknown 3.66 33 CXCR4 7B Unknown 3.62 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) % Var 222 No Colou Name . r Type Ct 34 CXCR4 8B Unknown 3.64 35 CXCR4 9B Unknown 3.63 36 CXCR4 10B Unknown 3.67 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) Legend: NEG (NTC) - Sample cancelled due to NTC Threshold. NEG (R. Eff) - Sample cancelled as efficiency less than reaction efficiency threshold. This report generated by Rotor-Gene Q Series Software 1.7 (Build 94) Copyright 2008 Corbett Life Science, a QIAGEN Company. All rights reserved. ISO 9001:2000 (Reg. No. QEC21313) % Var 223 www.qiagen.com Quantitation Report Experiment Information Run Name RT PCR (230614) 2 Run Start 6/23/2014 12:20:04 PM Run Finish 6/23/2014 1:28:14 PM Operator Nurul Notes Run On Software Version Rotor-Gene 1.7.94 Run Signature The Run Signature is valid. Gain Green 5. Quantitation Information Threshold 0.03342 Left Threshold 1.000 Standard Curve Imported No Standard Curve (1) N/A Standard Curve (2) N/A Start normalising from cycle 1 Noise Slope Correction No No Template Control Threshold 0% Reaction Efficiency Threshold Disabled Normalisation Method Standard Digital Filter Light Sample Page Page 1 Imported Analysis Settings Quantitation data for Cycling A.Green 224 Standard Curve No Colou Name . r Type Ct 1 GAPDH 11B Positive Control 26.7 6 2 GAPDH 12B Positive Control 25.0 4 3 GAPDH 13B Positive Control 21.7 0 4 GAPDH 14B Positive Control 27.5 3 5 GAPDH 15B Positive Control 27.4 0 6 GAPDH 16B Positive Control 26.2 4 7 GAPDH 22B Positive Control 25.1 8 8 GAPDH 26B Positive Control 27.8 4 9 ASCL2 11B Unknown 27.0 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) % Var 225 No Colou Name . r Type Ct Given Conc (ng/ul) 6 10 ASCL2 12B Unknown 26.2 0 11 ASCL2 13B Unknown 24.9 7 12 ASCL2 14B Unknown 26.7 4 13 ASCL2 15B Unknown 26.3 3 14 ASCL2 16B Unknown 26.9 2 15 ASCL2 22B Unknown 26.6 2 16 ASCL2 26B Unknown 26.9 2 17 S100A8 11B Unknown 18.2 9 18 S100A8 12B Unknown 21.3 3 19 S100A8 13B Unknown 17.8 9 20 S100A8 14B Unknown 18.7 3 21 S100A8 15B Unknown 21.3 5 22 S100A8 16B Unknown 19.5 0 23 S100A8 22B Unknown 21.9 9 24 S100A8 26B Unknown 25.4 8 25 CXCR4 11B Unknown 3.90 26 CXCR4 12B Unknown 3.84 27 CXCR4 13B Unknown 3.80 28 CXCR4 14B Unknown 3.92 29 CXCR4 15B Unknown 4.03 30 CXCR4 16B Unknown 3.87 31 CXCR4 22B Unknown 3.83 32 CXCR4 26B Unknown 4.03 Legend: NEG (NTC) - Sample cancelled due to NTC Threshold. Calc Conc (ng/ul) % Var 226 NEG (R. Eff) - Sample cancelled as efficiency less than reaction efficiency threshold. This report generated by Rotor-Gene Q Series Software 1.7 (Build 94) Copyright 2008 Corbett Life Science, a QIAGEN Company. All rights reserved. ISO 9001:2000 (Reg. No. QEC21313) 227 www.qiagen.com Quantitation Report Experiment Information Run Name ulangan blood A (260814) Run Start 8/26/2014 10:30:55 AM Run Finish 8/26/2014 11:37:26 AM Operator Nurul Notes Run On Software Version Rotor-Gene 1.7.94 Run Signature The Run Signature is valid. Gain Green 5. Quantitation Information Threshold 0.13074 Left Threshold 1.000 Standard Curve Imported No Standard Curve (1) N/A Standard Curve (2) N/A Start normalising from cycle 1 Noise Slope Correction No No Template Control Threshold 0% Reaction Efficiency Threshold Disabled Normalisation Method Standard Digital Filter Light Sample Page Page 1 Imported Analysis Settings Quantitation data for Cycling A.Green 228 Standard Curve No Colou Name . r Type Ct 1 GAPDH 1A Positive Control 24.2 6 2 GAPDH 2A Positive Control 31.2 8 3 GAPDH 3A Positive Control 34.2 1 4 GAPDH 5A Positive Control 32.6 6 5 GAPDH 6A Positive Control 29.7 2 6 GAPDH 7A Positive Control 30.6 3 7 GAPDH 8A Positive Control 34.8 1 8 GAPDH 9A Positive Control 33.9 4 9 GAPDH 30.0 Positive Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) % Var 229 No Colou Name . r Type Ct 10A Control 6 10 GAPDH 11A Positive Control 30.2 2 11 GAPDH 12A Positive Control 33.8 7 12 GAPDH 13A Positive Control 35.5 6 13 GAPDH 14A Positive Control 37.2 3 14 Cd14 8A Unknown 32.1 0 15 CXCR4 2A Unknown 39.0 7 16 CXCR4 5A Unknown 39.4 0 17 Cd15 1A Unknown 22.8 4 18 Cd15 2A Unknown 28.5 4 19 Cd15 3A Unknown 29.5 6 20 Cd15 5A Unknown 26.4 4 21 Cd15 6A Unknown 24.6 3 22 Cd15 7A Unknown 23.3 7 23 Cd15 8A Unknown 28.3 7 24 Cd15 9A Unknown 27.5 2 25 Cd15 10A Unknown 26.0 4 26 Cd15 11A Unknown 25.1 5 27 Cd15 12A Unknown 26.7 8 28 Cd15 13A Unknown 28.2 8 29 Cd15 14A Unknown 27.1 7 Given Conc (ng/ul) Calc Conc (ng/ul) Legend: NEG (NTC) - Sample cancelled due to NTC Threshold. NEG (R. Eff) - Sample cancelled as efficiency less than reaction efficiency threshold. This report generated by Rotor-Gene Q Series Software 1.7 (Build 94) % Var 230 Copyright 2008 Corbett Life Science, a QIAGEN Company. All rights reserved. ISO 9001:2000 (Reg. No. QEC21313) Lampiran 7 OUTPUT SPSS Case Processing Summary Kelompok USIA PASIEN Stadium Awal Stadium Lanjut Valid N Percent 8 100.0% 8 100.0% Cases Missing N Percent 0 0.0% 0 0.0% N Total Percent 8 100.0% 8 100.0% Descriptives Kelompok Mean 95% Confidence Interval for Mean Stadium Awal USIA PASIEN 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean Stadium Lanjut Kelompok Stadium Awal USIA PASIEN Stadium Lanjut a. Lilliefors Significance Correction Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig. .347 8 .005 .264 8 .105 231 Statistic 54.0000 40.3722 67.6278 55.1667 60.0000 265.714 16.30074 18.00 69.00 51.00 15.75 -1.893 3.631 44.2500 33.1252 55.3748 44.7222 49.5000 177.071 13.30682 20.00 60.00 40.00 19.25 -.865 -.074 Statistic .765 .909 Std. Error 5.76318 .752 1.481 4.70467 .752 1.481 Shapiro-Wilk df 8 8 Sig. . . 232 USIA PASIEN Normal Q-Q Plots Detrended Normal Q-Q Plots Nonparametric Tests Crosstabs Case Processing Summary 233 JENIS KELAMIN * Kelompok JENIS KELAMIN Total Cases Missing N Percent 0 0.0% Valid N Percent 16 100.0% N Total Percent 16 100.0% JENIS KELAMIN * Kelompok Crosstabulation Kelompok Stadium Awal Stadium Lanjut Count 5 6 LAKI-LAKI Expected Count 5.5 5.5 % within Kelompok 62.5% 75.0% Count 3 2 PEREMPUAN Expected Count 2.5 2.5 % within Kelompok 37.5% 25.0% Count 8 8 Expected Count 8.0 8.0 % within Kelompok 100.0% 100.0% Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2sided) .291a 1 .590 .000 1 1.000 .292 1 .589 Exact Sig. (2-sided) Total 11 11.0 68.8% 5 5.0 31.2% 16 16.0 100.0% Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test 1.000 Linear-by-Linear Association .273 1 .602 N of Valid Cases 16 a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.50. b. Computed only for a 2x2 table .500 HITOPATOLOGIS * Kelompok Crosstab HITOPATOLOGIS Count Expected Count % within Kelompok Count Expected Count % within Kelompok TIPE 3 Total Kelompok Stadium Awal Stadium Lanjut 8 8 8.0 8.0 100.0% 100.0% 8 8 8.0 8.0 100.0% 100.0% Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square .a N of Valid Cases 16 a. No statistics are computed because HITOPATOLOGIS is a constant. Tabel 4.5 Perbandingan MDSC, Ekspresi Gen CXCR4, dan S100A8 Antara Kelompok I dan III Kelompok N Case Processing Summary Cases Valid Missing Percent N Percent Total N Percent Total 16 16.0 100.0% 16 16.0 100.0% 234 CXCR4 S100A8 MDSC Kelompok 1 Kelompok 3 Kelompok 1 Kelompok 3 Kelompok 1 Kelompok 3 8 8 8 8 8 8 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 0 0 0 0 0 0 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 8 8 8 8 8 8 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% Descriptives Kelompok Kelompok 1 CXCR4 Kelompok 3 Kelompok 1 S100A8 Kelompok 3 Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Statistic -19.825000 -24.157757 -15.492243 -20.100556 -19.895000 26.859 5.1825945 -25.7700 -8.9200 16.8500 5.5950 1.316 2.693 -24.926250 -26.860901 -22.991599 -24.871389 -24.475000 5.355 2.3141178 -28.1900 -22.6500 5.5400 4.7450 -.523 -1.529 -7.707500 -10.378594 -5.036406 -7.860000 -9.720000 10.208 3.1950084 -10.2400 -2.4300 7.8100 5.7075 .907 -1.153 -14.660000 -16.087824 -13.232176 -14.570556 -14.545000 2.917 1.7078809 -18.3600 Std. Error 1.8323239 .752 1.481 .8181642 .752 1.481 1.1296060 .752 1.481 .6038271 235 Kelompok 1 MDSC Kelompok 3 Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis -12.5700 5.7900 1.3800 -1.509 3.510 -1.4725 -4.9926 2.0476 -1.8236 -2.8500 17.729 4.21059 -4.73 8.11 12.84 4.00 2.091 4.519 -6.9888 -7.8640 -6.1135 -6.9736 -6.6300 1.096 1.04687 -8.44 -5.81 2.63 2.05 -.490 -1.662 Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig. Kelompok 1 .273 8 .080 CXCR4 Kelompok 3 .211 8 .200* Kelompok 1 .349 8 .005 S100A8 Kelompok 3 .294 8 .041 Kelompok 1 .338 8 .008 MDSC Kelompok 3 .248 8 .160 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction Kelompok Statistic .879 .855 .773 .861 .735 .876 Shapiro-Wilk df 8 8 8 8 8 8 .752 1.481 1.48867 .752 1.481 .37012 .752 1.481 Sig. .185 .108 .015 .123 .006 .171 T-Test CXCR4 Kelompok Kelompok 1 Kelompok 3 N Levene's Test for Equality of Variances Group Statistics Mean 8 -19.825000 8 -24.926250 Std. Deviation 5.1825945 2.3141178 Std. Error Mean 1.8323239 .8181642 Independent Samples Test t-test for Equality of Means 236 F CXCR4 Equal variances assumed Equal variances not assumed Sig. 1.199 .292 t df Sig. (2tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper 2.542 14 .023 5.1012500 2.0066896 .7973288 9.4051712 2.542 9.685 .030 5.1012500 2.0066896 .6102484 9.5922516 Nonparametric Tests Tabel 4.6 Perbandingan MDSC, Ekspresi Gen CXCR4, dan S100A8 Antara Kelompok II dan IV Case Processing Summary Kelompok Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Kelompok 2 8 100.0% 0 0.0% 8 100.0% CXCR4 Kelompok 4 8 100.0% 0 0.0% 8 100.0% Kelompok 2 8 100.0% 0 0.0% 8 100.0% S100A8 Kelompok 4 8 100.0% 0 0.0% 8 100.0% Kelompok 2 8 100.0% 0 0.0% 8 100.0% MDSC Kelompok 4 8 100.0% 0 0.0% 8 100.0% Descriptives Kelompok Kelompok 2 CXCR4 Kelompok 4 Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Statistic -20.432500 -22.668668 -18.196332 -20.425556 -21.470000 7.154 2.6747750 -24.3700 -16.6200 7.7500 4.4075 .307 -.834 -21.453750 -22.826214 -20.081286 -21.478611 -21.675000 2.695 1.6416624 -23.1900 Std. Error .9456758 .752 1.481 .5804153 237 Kelompok 2 S100A8 Kelompok 4 Kelompok 2 MDSC Kelompok 4 Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound -19.2700 3.9200 3.2600 .184 -2.176 -2.940000 -5.022481 -.857519 -2.982778 -3.130000 6.205 2.4909436 -5.9200 .8100 6.7300 4.9575 .277 -1.248 -5.113750 -7.440095 -2.787405 -5.189167 -4.970000 7.743 2.7826397 -8.4700 -.4000 8.0700 4.8500 .407 -.525 -2.7394 -4.4185 -1.0602 -2.7160 -2.7175 4.034 2.00851 -5.58 -.33 5.25 3.92 -.161 -1.727 -4.4087 -5.5006 -3.3169 -4.4469 -5.0050 1.706 1.30601 -5.76 -2.37 3.39 2.37 .973 -.711 .752 1.481 .8806816 .752 1.481 .9838117 .752 1.481 .71012 .752 1.481 .46175 .752 1.481 238 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig. Kelompok 2 .265 8 .104 CXCR4 Kelompok 4 .226 8 .200* Kelompok 2 .139 8 .200* S100A8 Kelompok 4 .132 8 .200* Kelompok 2 .178 8 .200* MDSC Kelompok 4 .266 8 .101 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction Kelompok Shapiro-Wilk df 8 8 8 8 8 8 Statistic .908 .861 .940 .953 .925 .828 Sig. .342 .124 .610 .742 .472 .056 T-Test CXCR4 S100A8 MDSC Kelompok Kelompok 2 Kelompok 4 Kelompok 2 Kelompok 4 Kelompok 2 Kelompok 4 N Group Statistics Mean 8 -20.432500 8 -21.453750 8 -2.940000 8 -5.113750 8 -2.7394 8 -4.4087 Std. Deviation 2.6747750 1.6416624 2.4909436 2.7826397 2.00851 1.30601 Std. Error Mean .9456758 .5804153 .8806816 .9838117 .71012 .46175 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F Sig. CXCR4 S100A8 MDSC Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Tabel 4.7 CXCR4 S100A8 MDSC 2.167 .163 .108 .747 3.308 .090 t-test for Equality of Means t .920 .920 1.646 1.646 1.971 1.971 df 14 11.618 14 13.832 14 12.022 S i g. Mean Difference Std. Error Difference Low .373 .376 .122 .122 .069 .072 1.0212500 1.0212500 2.1737500 2.1737500 1.66937 1.66937 1.1095876 1.1095876 1.3204111 1.3204111 .84704 .84704 -1.3585787 -1.4051695 -.6582502 -.6614853 -.14734 -.17579 3.4010787 3.4476695 5.0057502 5.0089853 3.48609 3.51454 Perbandingan MDSC, Ekspresi Gen CXCR4, dan S100A8Antara Kelompok Stadium Awal dan Lanjut Case Processing Summary KAT_STADIUM Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent STADIUM AWAL 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0% STADIUM LANJUT 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0% STADIUM AWAL 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0% STADIUM LANJUT 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0% STADIUM AWAL 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0% STADIUM LANJUT 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0% Descriptives KAT_STADIUM CXCR4 STADIUM AWAL 95% Confidenc the Diffe Mean 95% Confidence Interval for Lower Bound Statistic -20.128750 -22.258299 Std. Error .9991083 239 STADIUM LANJUT STADIUM AWAL S100A8 STADIUM LANJUT MDSC STADIUM AWAL Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound -17.999201 -20.438056 -20.745000 15.971 3.9964332 -25.7700 -8.9200 16.8500 3.8725 1.335 3.262 -23.190000 -24.597028 -21.782972 -23.130000 -22.855000 6.972 2.6405101 -28.1900 -19.2700 8.9200 3.6000 -.524 -.081 -5.323750 -7.297530 -3.349970 -5.391389 -5.190000 13.720 3.7041092 -10.2400 .8100 11.0500 7.1950 -.034 -1.213 -9.886875 -12.770060 -7.003690 -9.943194 -10.520000 29.276 5.4107494 -18.3600 -.4000 17.9600 10.0625 .236 -1.255 -2.1059 -3.8395 -.3724 -2.4805 -2.8500 10.584 3.25333 .564 1.091 .6601275 .564 1.091 .9260273 .564 1.091 1.3526874 .564 1.091 .81333 240 STADIUM LANJUT Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis -5.58 8.11 13.68 3.33 2.201 6.296 -5.6987 -6.6343 -4.7632 -5.7314 -5.7850 3.082 1.75569 -8.44 -2.37 6.07 1.86 .351 .076 Lower Bound Upper Bound Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig. STADIUM AWAL .153 16 .200* CXCR4 STADIUM LANJUT .188 16 .136 STADIUM AWAL .189 16 .130 S100A8 STADIUM LANJUT .190 16 .126 STADIUM AWAL .180 16 .175 MDSC STADIUM LANJUT .133 16 .200* *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction KAT_STADIUM Statistic .901 .925 .916 .929 .793 .949 Shapiro-Wilk df 16 16 16 16 16 16 .564 1.091 .43892 .564 1.091 Sig. .085 .203 .148 .236 .002 .471 T-Test CXCR4 S100A8 KAT_STADIUM STADIUM AWAL STADIUM LANJUT STADIUM AWAL STADIUM LANJUT N Group Statistics Mean 16 -20.128750 16 -23.190000 16 -5.323750 16 -9.886875 Std. Deviation 3.9964332 2.6405101 3.7041092 5.4107494 Std. Error Mean .9991083 .6601275 .9260273 1.3526874 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F Sig. Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed S100A8 Equal variances not assumed CXCR4 Nonparametric Tests 1.374 .250 5.398 .027 t-test for Equality of Means t 2.556 2.556 2.784 2.784 df Sig. (2tailed) 30 26.000 30 26.528 .016 .017 .009 .010 Mean Difference 3.0612500 3.0612500 4.5631250 4.5631250 Std. Error Difference 1.1974914 1.1974914 1.6392955 1.6392955 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper .6156462 5.5068538 .5997715 5.5227285 1.2152370 7.9110130 1.1967643 7.9294857 241 Tabel 4.7 Korelasi antara MDSC, Ekspresi Gen CXCR4, dan S100A8 dalam Darah dengan Stadium Nonparametric Correlations Correlations MDSC .744** .001 16 .900** .000 16 1.000 . 16 -.879** .000 16 STADIU -.5 CXCR4 S100A8 MDSC Correlation Coefficient 1.000 .456 .418 CXCR4 Sig. (2-tailed) . .076 .107 N 16 16 16 Correlation Coefficient .456 1.000 .871** S100A8 Sig. (2-tailed) .076 . .000 N 16 16 16 Spearman's rho Correlation Coefficient .418 .871** 1.000 MDSC Sig. (2-tailed) .107 .000 . N 16 16 16 Correlation Coefficient -.165 -.276 -.388 STADIUM Sig. (2-tailed) .541 .302 .138 N 16 16 16 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Tabel 4.10 Analisis MultivariatePersamaan Regresi Logistik Darah dan Tumor berdasarkan MDSC, CXCR4, dan S100A8 STADIU - Correlation Coefficient CXCR4 Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient S100A8 Sig. (2-tailed) N Spearman's rho Correlation Coefficient MDSC Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient STADIUM Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Tabel 4.8 CXCR4 1.000 . 16 .915** .000 16 .744** .001 16 -.536* .032 16 S100A8 .915** .000 16 1.000 . 16 .900** .000 16 -.791** .000 16 -.7 -.8 1 Korelasi antara MDSC, Ekspresi Gen CXCR4, S100A8 dalam Tumor dengan Stadium Nonparametric Correlations Correlations Logistic Regression Case Processing Summary - - 1 242 Unweighted Casesa N Percent 32 100.0 Selected Cases 0 .0 32 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 32 100.0 a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Included in Analysis Missing Cases Total Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value STADIUM AWAL 0 STADIUM LANJUT 1 Block 0: Beginning Block Iteration Historya,b,c -2 Log likelihood Iteration Coefficients Constant .000 Step 0 1 44.361 a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 44.361 c. Estimation terminated at iteration number 1 because parameter estimates changed by less than .001. Classification Tablea,b Observed Step 0 KAT_STADIUM STADIUM AWAL STADIUM LANJUT Predicted KAT_STADIUM STADIUM AWAL STADIUM LANJUT 0 16 0 16 Percentage Correct .0 100.0 50.0 Overall Percentage a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500 B Step 0 Step 0 Constant .000 Variables in the Equation S.E. Wald .354 .000 Variables not in the Equation Score CXCR4 5.724 Variables S100A8 6.568 MDSC 10.720 Overall Statistics 11.136 df df 1 Sig. 1.000 Sig. 1 1 1 3 .017 .010 .001 .011 Block 1: Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio) Iteration Step 1 1 2 Iteration Historya,b,c,d,e -2 Log likelihood Coefficients Constant CXCR4 S100A8 31.295 -2.489 -.048 -.034 26.707 -4.371 -.078 .076 MDSC -.303 -.777 Exp(B) 1.000 243 3 25.423 -7.158 -.164 .165 -1.120 4 25.282 -8.527 -.207 .202 -1.273 5 25.279 -8.727 -.213 .208 -1.297 6 25.279 -8.731 -.213 .208 -1.297 7 25.279 -8.731 -.213 .208 -1.297 1 31.444 -1.627 -.050 -.319 2 27.050 -2.916 .055 -.798 3 26.112 -3.923 .118 -1.123 Step 2 4 26.049 -4.278 .140 -1.233 5 26.049 -4.311 .142 -1.243 6 26.049 -4.312 .142 -1.244 1 31.376 -1.455 -.373 2 27.467 -2.942 -.705 3 26.816 -3.851 -.907 Step 3 4 26.787 -4.097 -.961 5 26.787 -4.111 -.964 6 26.787 -4.111 -.964 a. Method: Backward Stepwise (Likelihood Ratio) b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 44.361 d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001. e. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001. Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig. Step 19.082 3 .000 Step 1 Block 19.082 3 .000 Model 19.082 3 .000 Step -.770 1 .380 Step 2a Block 18.312 2 .000 Model 18.312 2 .000 Step -.738 1 .390 Step 3a Block 17.575 1 .000 Model 17.575 1 .000 a. A negative Chi-squares value indicates that the Chi-squares value has decreased from the previous step. Model Summary -2 Log likelihood Cox & Snell R Nagelkerke R Square Square 1 25.279a .449 .599 2 26.049b .436 .581 3 26.787b .423 .563 a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001. b. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001. Step Step 1 2 3 Hosmer and Lemeshow Test Chi-square df 7.150 8 7.562 8 11.609 8 Sig. .521 .477 .170 Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test KAT_STADIUM = STADIUM AWAL KAT_STADIUM = STADIUM LANJUT Total 244 Observed Step 1 Step 2 Step 3 Expected 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 3 3 2 2 3 2 1 0 0 0 3 3 2 2 3 2 0 0 1 0 3 3 1 3 3 2 0 1 0 0 Observed 2.990 2.895 2.718 2.250 1.708 1.232 .786 .637 .573 .211 2.981 2.881 2.644 2.275 1.767 1.172 .773 .717 .498 .292 2.970 2.822 2.565 2.291 2.269 1.094 .856 .595 .397 .141 Expected 0 0 1 1 0 1 2 3 3 5 0 0 1 1 0 1 3 3 2 5 0 0 2 0 1 1 3 2 3 4 .010 .105 .282 .750 1.292 1.768 2.214 2.363 2.427 4.789 .019 .119 .356 .725 1.233 1.828 2.227 2.283 2.502 4.708 .030 .178 .435 .709 1.731 1.906 2.144 2.405 2.603 3.859 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 Classification Tablea Observed Step 1 KAT_STADIUM STADIUM AWAL STADIUM LANJUT Predicted KAT_STADIUM STADIUM AWAL STADIUM LANJUT 13 3 2 14 Overall Percentage Step 2 KAT_STADIUM STADIUM AWAL STADIUM LANJUT 13 2 3 14 STADIUM AWAL STADIUM LANJUT 13 3 3 13 Overall Percentage Step 3 KAT_STADIUM Overall Percentage a. The cut value is .500 B Step 1a CXCR4 S100A8 MDSC -.213 .208 -1.297 S.E. .243 .191 .552 Variables in the Equation Wald df Sig. .767 1.185 5.523 1 1 1 .381 .276 .019 Exp(B) .808 1.231 .273 Percentage Correct 81.3 87.5 84.4 81.3 87.5 84.4 81.3 81.3 81.3 95% C.I.for EXP(B) Lower Upper .502 1.302 .847 1.790 .093 .806 245 Constant -8.731 5.569 2.458 S100A8 .142 .172 .678 Step 2a MDSC -1.244 .517 5.775 Constant -4.312 1.686 6.537 MDSC -.964 .344 7.863 a Step 3 Constant -4.111 1.589 6.693 a. Variable(s) entered on step 1: CXCR4, S100A8, MDSC. Step 1 Step 2 Step 3 Constant CXCR4 S100A8 MDSC Constant S100A8 MDSC Constant MDSC Correlation Matrix Constant CXCR4 1.000 .948 .948 1.000 -.499 -.432 .473 .225 1.000 -.277 .815 1.000 .953 CXCR4 S100A8 MDSC S100A8 MDSC MDSC Model if Term Removed Model Log Change in -2 Log Likelihood Likelihood -13.025 .770 -13.300 1.321 -17.932 10.584 -13.393 .738 -18.629 11.209 -22.181 17.575 Variable Step 1 Step 2 Step 3 1 1 1 1 1 1 Variables not in the Equation Score Variables CXCR4 .791 Step 2a Overall Statistics .791 CXCR4 .188 Variables Step 3b S100A8 .702 Overall Statistics 1.475 a. Variable(s) removed on step 2: CXCR4. b. Variable(s) removed on step 3: S100A8. .117 .410 .016 .011 .005 .010 S100A8 -.499 -.432 1.000 -.751 -.277 1.000 -.749 .000 1.152 .288 .013 .381 .016 1.615 .795 .194 .748 MDSC .473 .225 -.751 1.000 .815 -.749 1.000 .953 1.000 df Sig. of the Change 1 1 1 1 1 1 df .822 .105 .380 .250 .001 .390 .001 .000 Sig. 1 1 1 1 2 .374 .374 .665 .402 .478 Kelompok Kelompok N CD14 CD15 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Case Processing Summary Cases Valid Missing Percent N Percent 8 100.0% 0 0.0% 8 100.0% 0 0.0% 8 100.0% 0 0.0% 8 100.0% 0 0.0% 8 100.0% 0 0.0% 8 100.0% 0 0.0% 8 100.0% 0 0.0% 8 100.0% 0 0.0% Total N 8 8 8 8 8 8 8 8 Percent 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 246 Descriptives Kelompok Mean 95% Confidence Interval for Mean Kelompok 1 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean Kelompok 2 CD14 Lower Bound Upper Bound 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean Kelompok 4 Lower Bound Upper Bound 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean Kelompok 3 Lower Bound Upper Bound 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Lower Bound Upper Bound Statistic -2.012500 -4.846791 .821791 -2.111111 -2.815000 11.494 3.3902160 -5.3500 3.1000 8.4500 6.8750 .706 -1.111 -1.763750 -4.189034 .661534 -1.899167 -2.095000 8.416 2.9009847 -4.7600 3.6700 8.4300 4.6875 .890 .305 -7.752500 -8.641042 -6.863958 -7.780556 -7.510000 1.130 1.0628231 -9.1000 -5.9000 3.2000 1.5800 .361 -.262 -4.750000 -6.456285 -3.043715 -4.876667 -5.285000 4.166 2.0409592 -6.7300 -.4900 6.2400 Std. Error 1.1986223 .752 1.481 1.0256530 .752 1.481 .3757647 .752 1.481 .7215880 247 Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean Kelompok 1 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean Kelompok 2 CD15 Lower Bound Upper Bound 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean Kelompok 4 Lower Bound Upper Bound 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean Kelompok 3 Lower Bound Upper Bound 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Lower Bound Upper Bound 2.6075 1.442 2.182 -.928750 -4.759067 2.901567 -1.083056 -2.145000 20.991 4.5816043 -6.6600 7.5800 14.2400 6.6550 .790 .372 -3.713750 -5.681068 -1.746432 -3.782500 -4.480000 5.538 2.3531920 -6.3900 .2000 6.5900 3.9500 1.006 -.288 -6.220000 -7.233503 -5.206497 -6.198333 -6.080000 1.470 1.2122942 -8.1300 -4.7000 3.4300 2.2025 -.462 -.956 -4.062500 -5.194575 -2.930425 -4.124444 -4.220000 1.834 1.3541233 -5.7200 -1.2900 4.4300 .752 1.481 1.6198417 .752 1.481 .8319790 .752 1.481 .4286107 .752 1.481 .4787549 248 Interquartile Range Skewness Kurtosis Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig. Kelompok 1 .168 8 .200* Kelompok 2 .167 8 .200* CD14 Kelompok 3 .204 8 .200* Kelompok 4 .195 8 .200* Kelompok 1 .211 8 .200* Kelompok 2 .270 8 .090 CD15 Kelompok 3 .163 8 .200* Kelompok 4 .201 8 .200* *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction 1.6175 1.131 2.203 Kelompok CD14 Normal Q-Q Plots Detrended Normal Q-Q Plots CD15 Statistic .868 .919 .921 .871 .946 .857 .948 .913 Shapiro-Wilk df 8 8 8 8 8 8 8 8 .752 1.481 Sig. .143 .422 .442 .155 .667 .112 .690 .375 249 Normal Q-Q Plots Detrended Normal Q-Q Plots Oneway CD14 CD15 Sum of Squares 188.602 176.431 365.033 113.263 208.823 322.087 Between Groups Within Groups Total Between Groups Within Groups Total Kelompok N ANOVA df Group Statistics Mean 3 28 31 3 28 31 Mean Square 62.867 6.301 Std. Deviation F 37.754 7.458 Std. Error Mean Sig. 9.977 .000 5.062 .006 250 CD14 CD15 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 1 Kelompok 2 8 8 8 8 -2.012500 -1.763750 -.928750 -3.713750 3.3902160 2.9009847 4.5816043 2.3531920 1.1986223 1.0256530 1.6198417 .8319790 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F Sig. Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed CD14 CD15 .347 .565 3.229 .094 t-test for Equality of Means t df -.158 -.158 1.529 1.529 Sig. (2tailed) 14 13.673 14 10.453 Mean Difference .877 .877 .148 .156 Std. Error Difference -.2487500 -.2487500 2.7850000 2.7850000 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -3.6322552 -3.6398573 -1.1206774 -1.2487566 1.5775486 1.5775486 1.8210097 1.8210097 3.134 3.142 6.690 6.818 T-Test CD14 CD15 Kelompok Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 3 Kelompok 4 Group Statistics Mean 8 -7.752500 8 -4.750000 8 -6.220000 8 -4.062500 N Std. Deviation 1.0628231 2.0409592 1.2122942 1.3541233 Std. Error Mean .3757647 .7215880 .4286107 .4787549 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F Sig. CD14 CD15 Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed 1.646 .220 .020 .889 t-test for Equality of Means t df -3.691 -3.691 -3.358 -3.358 Sig. (2-tailed) 14 10.536 14 13.832 Mean Difference .002 .004 .005 .005 Std. Error Difference -3.0025000 -3.0025000 -2.1575000 -2.1575000 .8135652 .8135652 .6425834 .6425834 95% Confidence Interval of the D Lower Up -4.7474239 -4.8028042 -3.5357043 -3.5372759 T-Test CD14 CD15 Kelompok Kelompok 1 Kelompok 3 Kelompok 1 Kelompok 3 N Group Statistics Mean 8 -2.012500 8 -7.752500 8 -.928750 8 -6.220000 Std. Deviation 3.3902160 1.0628231 4.5816043 1.2122942 Std. Error Mean 1.1986223 .3757647 1.6198417 .4286107 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F Sig. CD14 CD15 Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed 8.538 .011 8.366 .012 t-test for Equality of Means t 4.570 4.570 3.158 3.158 df 14 8.363 14 7.975 Sig. (2-tailed) .000 .002 .007 .013 Mean Difference 5.7400000 5.7400000 5.2912500 5.2912500 Std. Error Difference 1.2561428 1.2561428 1.6755878 1.6755878 95% Confidence Interval of Difference Lower Uppe 3.0458417 8.434 2.8650561 8.614 1.6974716 8.885 1.4252626 9.157 251 T-Test CD14 CD15 Kelompok Kelompok 2 Kelompok 4 Kelompok 2 Kelompok 4 N Group Statistics Mean 8 -1.763750 8 -4.750000 8 -3.713750 8 -4.062500 Std. Deviation 2.9009847 2.0409592 2.3531920 1.3541233 Std. Error Mean 1.0256530 .7215880 .8319790 .4787549 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F Sig. CD14 CD15 Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed 1.005 .333 2.273 .154 t-test for Equality of Means t df 2.381 2.381 .363 .363 Sig. (2-tailed) 14 12.566 14 11.178 Mean Difference .032 .034 .722 .723 Std. Error Difference 2.9862500 2.9862500 .3487500 .3487500 1.2540548 1.2540548 .9598934 .9598934 95% Confidence Interval of Difference Lower Upp .2965700 5.6 .2674855 5.7 -1.7100166 2.4 -1.7598689 2.4 KAT_STADIUM Case Processing Summary KAT_STADIUM Cases Missing Valid N CD14 CD15 STADIUM AWAL STADIUM LANJUT STADIUM AWAL STADIUM LANJUT 16 16 16 16 Percent 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% N 0 0 0 0 Total Percent 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% N 16 16 16 16 Percent 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% Descriptives KAT_STADIUM Mean 95% Confidence Interval for Mean STADIUM AWAL CD14 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean STADIUM LANJUT Lower Bound Upper Bound 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound Statistic -1.888125 -3.513792 -.262458 -2.004583 -2.360000 9.307 3.0508189 -5.3500 3.6700 9.0200 4.9725 .672 -.796 -6.251250 -7.427785 -5.074715 -6.413056 -6.570000 4.875 2.2079519 -9.1000 -.4900 Std. Error .7627047 .564 1.091 .5519880 252 Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean STADIUM AWAL CD15 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean STADIUM LANJUT Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig. STADIUM AWAL .143 16 .200* CD14 STADIUM LANJUT .167 16 .200* STADIUM AWAL .154 16 .200* CD15 STADIUM LANJUT .114 16 .200* *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction KAT_STADIUM CD14 Normal Q-Q Plots Statistic .897 .919 .892 .975 8.6100 2.4925 1.149 1.871 -2.321250 -4.346712 -.295788 -2.630278 -3.470000 14.448 3.8010979 -6.6600 7.5800 14.2400 5.0300 1.276 1.659 -5.141250 -6.030160 -4.252340 -5.189167 -5.215000 2.783 1.6681801 -8.1300 -1.2900 6.8400 2.0875 .306 .921 Shapiro-Wilk df 16 16 16 16 .564 1.091 .9502745 .564 1.091 .4170450 .564 1.091 Sig. .071 .165 .060 .908 253 Detrended Normal Q-Q Plots CD15 Normal Q-Q Plots Detrended Normal Q-Q Plots T-Test CD14 CD15 KAT_STADIUM STADIUM AWAL STADIUM LANJUT STADIUM AWAL STADIUM LANJUT N Group Statistics Mean 16 -1.888125 16 -6.251250 16 -2.321250 16 -5.141250 Std. Deviation 3.0508189 2.2079519 3.8010979 1.6681801 Std. Error Mean .7627047 .5519880 .9502745 .4170450 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F Sig. CD14 CD15 Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed 2.516 .123 6.989 .013 t-test for Equality of Means t 4.634 4.634 2.717 2.717 df 30 27.331 30 20.571 Sig. (2tailed) .000 .000 .011 .013 Mean Difference 4.3631250 4.3631250 2.8200000 2.8200000 Std. Error Difference .9414931 .9414931 1.0377611 1.0377611 95% Confidence Interval of the Diffe Lower Upper 2.4403396 6 2.4324333 6 .7006091 4 .6591169 4 254 DARAH_TUMOR Case Processing Summary DARAH_TUMOR Cases Missing Valid N CD14 CD15 DARAH (A) TUMOR (B) DARAH (A) TUMOR (B) 16 16 16 16 Percent 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% N 0 0 0 0 Total Percent 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% N 16 16 16 16 Percent 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% Descriptives DARAH_TUMOR Mean 95% Confidence Interval for Mean DARAH (A) CD14 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean TUMOR (B) DARAH (A) Lower Bound Upper Bound 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean CD15 Lower Bound Upper Bound 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Lower Bound Upper Bound Statistic -4.882500 -6.923915 -2.841085 -5.091667 -5.625000 14.677 3.8310355 -9.1000 3.1000 12.2000 5.0375 1.045 .251 -3.256875 -4.787340 -1.726410 -3.448750 -4.260000 8.249 2.8721577 -6.7300 3.6700 10.4000 4.4925 1.002 .666 -3.574375 -5.831828 -1.316922 -3.940972 -5.025000 17.948 4.2364655 -8.1300 7.5800 15.7100 4.5150 1.482 Std. Error .9577589 .564 1.091 .7180394 .564 1.091 1.0591164 .564 255 Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean TUMOR (B) 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis DARAH_TUMOR DARAH (A) CD14 TUMOR (B) DARAH (A) CD15 TUMOR (B) a. Lilliefors Significance Correction CD14 Normal Q-Q Plots Detrended Normal Q-Q Plots CD15 Normal Q-Q Plots Lower Bound Upper Bound Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig. .177 16 .195 .181 16 .171 .230 16 .024 .220 16 .036 2.000 -3.888125 -4.881068 -2.895182 -3.976250 -4.260000 3.472 1.8634134 -6.3900 .2000 6.5900 1.7050 1.144 .665 Statistic .879 .918 .850 .875 Shapiro-Wilk df 16 16 16 16 1.091 .4658534 .564 1.091 Sig. .038 .160 .014 .033 256 Detrended Normal Q-Q Plots Nonparametric Tests Lampiran 8 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Yussy Afriani Dewi, dr., M.Kes., Sp.THT-KL(K)., FICS NIP : 197504132001122002 Tempat tanggal lahir : Bandung, 13 April 1975 Pangkat/golongan :Penata TK. I/III D Jabatan : Staf Pengajar Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Sub Divisi Onkologi Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Alamat Kantor : Jl. Pasirkaliki No. 90 Bandung 40141 Telp/fax : 022-2034472/022-2040984 Alamat Rumah : Jl. Kamper Kencana No. 9-12 Kamper Cluster Bumi Panyawangan Cileunyi Bandung 40393 Email :[email protected] Suami : H. Berry Nugraha, SE Anak : Putri Ronaa Soraya Nugraha Nafisah Dwi Zhafira Nugraha Riwayat Pendidikan a. SD : SDN VII Bandung Lulus 6 Juni 1987 b. SMP : SMPN 1 Bandung Lulus 5 Juni 1990 231 258 c. SMA : SMAN 5 Bandung Lulus 29 Mei 1993 d. S1 : FK UNPAD Lulus 23 Januari 1998 e. Profesi : FK UNPAD Lulus 7 Juni 2000 f. Sp-1 : Ilmu Kesehatan THT-KL FK UNPAD Lulus 3 Juni 2006 g. S2 : FK UNPAD Lulus 3 Juni 2006 h. Konsultan : Kolegium THT-KL 15 Desember 2011 i. Kandidat S3 : FK UNPAD Sejak 2013 Kursus/Pelatihan/Training/Workshop: Kegiatan/Seminar yang telah diikuti (Nasional) 1 Pertemuan Ilmiah Tahunan FK Unpad-RSHS 2 Rapat Kerja Propinsi ke-1 Lembaga Lanjut Usia Indonesia Propinsi Jabar 3 Simposium Otitis Media, Kursus Trauma dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan FK UnpadRS Dr. Hasan Sadikin 4 Launching Symposium “The Most Potent Antihistamine” 5 The Multidesciplinary Aspect and Management of Allergoimmunology, Facing The Challenge of Future 6 Recent Management of ENT Problems 7 Continuing Professional Development Program “Metodologi Diagnostik di Bidang Audiologi: Penatalaksanaan dan Interprestasi” 8 Pertemuan Ilmiah Tahunan Otologi-I (PITOI) 9 Perkembangan Terkini Penatalaksanaan Beberapa Penyakit Penyerta Rinitis Alergi dan Demo Rinotomi Lateral-Maksilektomi dan Septorinoplasti 10 Penanganan Gangguan Bicara Pada Anak Secara Terpadu 11 Penatalaksanaan Tinnitus Terkini 12 1st ENT Head and Neck Conference 13 Kongres Nasional Perhati-KL XIV 14 Pekan Ilmiah Tahunan Emas FK Unpad 15 International Symposium on Deafness in Childhood 16 Simposium Telinga Sehat Menjamin Bandung Bandung 17-19 Oktober 2001 15 Juni 2002 Bandung 2002 Bandung 22 Februari 2003 Bandung 28-30 Maret 2003 Jakarta Jakarta 19 Maret 2005 19-20 Mei 2006 Jakarta 6-7 Juli 2006 Malang 19-20 Agustus 2006 Bandung 26 Agustus 2006 Bandung Jakarta Surabaya Bandung Jakarta 2 Desember 2006 13-15 Desember 2006 11-13 Juli 2007 9-10 November 2007 14 Desember 2007 Jakarta 1 Maret 2008 259 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Pendengaran yang Sempurna Continuing Professional Development Program “Metodologi Diagnostik di Bidang Audiologi (III): Audiologi Pediatri & Elektrofisiologi” Bioetika dan Humaniora Pertemuan Ilmiah Tahunan VII Perhati-KL 2nd ENT Head and Neck Surgery Conference 3rd Annual Otology Meeting (PITO 3) Septorhinoplasty: How I Do It Simposium Ilmiah Rinitis Alergi & Komorbiditasnya Continuing Professional Development Program: Tinitus & Vertigo, Diagnosis dan Penanganan Update Allergic Rhinitis Update Comprehensive Management in Maxillofacial Trauma Mini Simposium laryngopharyngeal Reflux Update Imaging of Infection in Otolaryngology Head and Neck Surgery Pertemuan Ilmiah Tahunan Otologi (PITO 4) 1st AFPSS (Asian Facial Plastic Surgery Society Congress) Update in Management of Sinonasal and Laryngeal Cancer Recent Advances in Cancer Diagnosis & Therapy Kongres Nasional Perhati-KL XV Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Kelainan THT-KL 3rd ORL Head and Neck Oncology Conference Pertemuan Ilmiah Nasional VIII Perhati-KL Bandung Biomolekuler Medicine Conference Allergic Rhinitis Update Lung and Ear Infections Seminar Radiofrequency in Turbinate Problems Rhinoplasty Live Surgery Penatalaksanaan Karsinoma Nasofaring di Indonesia 16th national Congress of Perhati-KL Bandung Hematology Oncology Meeting 4th ORL Head & Neck Oncology Conference 9th Annual Scientific Otology Meeting Pekan Ilmiah Nasional Indonesian Head and Neck Oncologist Society (PERDOKLI) 10th Annual Scientific Otology Meeting Current Concept in Head and Neck Cancer Jakarta 25-26 April 2008 Bandung Bandung Jakarta Jakarta Jakarta Bandung 15 Agustus 2008 30 Juli-1 Agustus 2008 13-15 November 2008 13-15 November 2008 Desember 2008 24 Januari 2009 Jakarta 17-18 April 2009 Bandung Jakarta 19 April 2009 13-15 Mei 2009 Bandung 24 Mei 2009 Bandung 7 Juni 2009 Palembang Jakarta 29-30 Oktober 2009 4-7 Maret 2010 Surabaya 2010 Jakarta 1 Mei 2010 Makassar Bandung 7-9 Juli 2010 24 Juli 2010 Surabaya 4-5 Juni 2011 Manado Bandung Bandung Bandung Bandung Bandung Malang 27-29 Juni 2012 5-6 Oktober 2012 13 Oktober 2012 3 November 2012 3 November 2012 22 November 2012 19 Januari 2013 Medan Bandung Jogjakarta Bandung Malang Jakarta 12-14 Juni 2013 26 Oktober 2013 16-17 November 2013 11-13 September 2014 20-22 Agustus 2015 4-5 September 2015 Surabaya Jakarta 26-28 November 2015 4-5 September 2015 Kegiatan/Seminar yang telah diikuti (Internasional) 1 The 11th Asean ORL Head & Neck Surgery Bali Congress 23-25 Agustus 2005 260 2 3 4 5 6 7 8 9 10 IFHNOS Global Continuing Education Program: Current Concepts in Head and Neck Surgery and Oncology Current Concepts in Head & Neck Surgery and Oncology 54th PSO-HNS Annual Convention: Fallacies and Controversies, Update and Debates 5th International Symposium on Nasopharyngeal Carcinoma 6th JIFESS (Jakarta International FESS Course & Workshop) IFHNOS: Current Concept in Head and Neck Surgery and Oncology 6th International Symposium on Nasopharyngeal Carcinoma The 39th Biennial World Congress of The International College of Surgeon UAE Cancer Congress 7th International Biannual Symposium on Nasopharyngeal Carcinoma Kursus/Workshop/Hands-on yang diikuti: 1 Dokter Triase Dalam Penanganan Penderita Gawat Darurat Terpadu 2 7th Temporal Bone Dissection Course 3 The 2nd Head and Neck Surgery Course 4 Pre-congress Course & Workshop Vertigo 5 Continuing Professional Development Program “Metodologi Diagnostik di Bidang Audiologi: Penatalaksanaan dan Interpretasi” 6 Early Hearing Detection Seminar & Workshop 7 Bandung Head and Neck Course 8 1st ENT Head and Neck Surgery and Oncology Training 9 Symposium and Hands On Management Dysphagia 10 Symposium and Hands On Difficult Airway Problems 11 2nd ENT Head and Neck Surgery and Oncology Training 12 Continuing Professional Development Program “Metodologi Diagnostik di Bidang Audiologi (III): Audiologi Pediatri &Elektrofisiologi” 13 3rd ENT Head and Neck Surgery Oncology Training 14 Kursus Snoring & Obstructive Sleep Apnea (OSA) 15 4th ENT Head and Neck Surgery Oncology Training 16 Continuing Professional Development Programe: Tinitus & Vertigo, Diagnosis dan Penanganan Update 17 Comprehensive Management in maxillofacial 11 Bangkok 23-25 Oktober 2008 Manila 2010 Manila 2010 Malaysia 22-24 Juni 2011 Jakarta 4-7 Maret 2010 Jakarta 20-22 October 2012 Turki Juni 2013 Bali 20-25 Oktober 2014 Dubai UAE Jogjakarta 30 Oktober – 1 November 2014 Bandung 8-15 Desember 2001 Jakarta Makassar Bali Jakarta 11-13 April 2004 30 Juli-1 Agustus 2004 22 Agustus 2005 19-20 Mei 2006 Jakarta 8 Juli 2006 Bandung Jakarta 17-19 November 2006 20-30 November 2006 Bandung 24 Maret 2007 Bandung 25 Maret 2007 Jakarta 26 November-7 Desember 2007 Jakarta 25-26 April 2008 Surabaya 14-26 Juli 2008 Bandung 28-29 Juli 2008 JakartaBandung Jakarta 10-20 Maret 2009 Jakarta 13-15 Mei 2009 4-6 Juni 2015 17-18 April 2009 261 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Trauma Simposium dan Workshop Tumor Kepala dan Leher Functional Endoscopic Sinus Surgery 2nd Head and Neck Oncology Workshop 6th JIFESS (Jakarta International FESS Course & Workshop) Update in Management of Sinonasal and Laryngeal Cancer Workshop Penanganan Gangguan Dengar Workshop: Data Management of Nasopharyngeal Carcinoma Cadaver Dissection Endoscopic Nasopharyngectomy & Endoscopic Approach to Pterygomaxilla Fossa 10th Jakarta International FESS CourseWorkshop Workshop “Pra Kongres Nasional VII” Pelatihan Profesional Pendidikan 1 Seminar dan Lokakarya Metode Penelitian Dalam Bidang Kesehatan 2 Tutor of Trainner (TOT) 3 Pelatihan Perceptor 4 Workshop Bioetika dan Humaniora 5 Tutor Training (TT) 6 Workshop Tutor 7 Lokakarya P3D Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL 8 Workshop Penguji OSCE Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) 9 Lokakarya Pengembangan Proses Belajar Mengajar PPSK dalam Optimasi Kinerja Staf Pendidik 10 Refereshing Tutor 11 Applied Approach Training Yogyakarta 4 Juli 2009 Bandung Bandung Jakarta 30 November- 1 Desember 2009 2-3 Desember 2009 4-7 Maret 2010 Surabaya 10-11 April 2010 Bandung Jogjakarta 25 Juli 2010 5-6 Februari 2011 Jakarta 28 Februari 2013 Jakarta 7-9 Maret 2014 Medan 20 November 2014 Unpad 2004 FK Unpad FK Unpad FK Unpad FK Unpad FK Unpad FK Unpad 2005 2006 15 Agustus 2008 2008 2010 2010 FK Unpad 29-30Maret 2011 FK Unpad 15-26 Agustus 2011 FK Unpad Unpad 31 Juli-10 Agustus 2012 2012 Pembicara/Instruktur/Narasumber/Moderator/Ko-moderator: 1 4 Hearing test screening at textile factory workers in Majalaya West Java Characteristic of congenital bilateral sensorineural hearing loss in children diagnosed The correlation between lenght of exposure and bilirubin concentration to sensorineural hearing loss in full term neonates Ko-Moderator 5 Presbiakusis 2 3 Pertemuan Ilmiah Tahunan FK Unpad 30 September 2004 The 11th Asean ORL Head & Neck Surgery Congress Pertemuan Ilmiah Tahunan Otologi (PITO) Bali 23-25 Agustus 2005 1st ENT Head and Neck Conference Kongres Nasional ke-4 Jakarta 13 Desember 2006 Bandung Jakarta 6 Juli 2006 262 6 Parapharyngeal Tumor 7 Surgical Anatomy and Physiology of Paranasal Sinuses 8 Thyroid Tumor 9 Laryngopharyngeal Reflux in Laryngeal Cancer 10 Ko-Moderator 11 Ko-Moderator 12 Moderator 13 Permasalahan THT pada Lansia 14 Permasalahan THT pada Lansia 15 Ko-Moderator 16 17 Thyroidectomy in Karitas Hospital West Sumba Gangguan Dengar Pada Anak 18 Penerimaan PPDS-I THT-KL 19 Ko-Moderator 20 Instruktur 21 Ko-Moderator 22 Thyroidectomy in Karitas Hospital West Sumba Deteksi Dini Tumor Nasofaring 23 24 25 Mekanisme Mendengar dan Gangguan Dengar Moderator 26 Modul THT-KL 27 28 Standardized Patient’s Tahap II Management of Thyroid Nodule 29 Moderator PERGEMI dan Pertemuan Ilmiah Nasional ke-3 2nd ENT Head and Neck Surgery and Oncology Trainning 2nd ENT Head and Neck Surgery and Oncology Trainning 3rd ENT Head and Neck Surgery and Oncology Trainning Pertemuan Ilmiah Tahunan VII Perhati-KL Pertemuan Ilmiah Tahunan VII Perhati-KL Pertemuan Ilmiah Tahunan VII Perhati-KL Pertemuan Ilmiah Tahunan VII Perhati-KL Pelatihan Keperawatan Geriatri Pelatihan Geriatri Untuk Dokter 2nd ENT Head & Neck Surgery Conference 2nd ENT Head & Neck Surgery Conference Talk Show di Radio Klite Bulan Kegiatan Senat FK Unpad 2nd Head and Neck Oncology Workshop 2nd Head and Neck Oncology Workshop Kongres Nasional Perhati-XV Kongres Nasional Perhati-XV Diagnosis & Penatalaksanaan Terkini Kelainan THTKL Workshop Penanganan Gangguan Dengar Workshop Penanganan Gangguan Dengar Lokakarya P3D Bagian I.K THT-KL Workshop Tutor 3rd ORL Head & Neck Oncology Conference 3rd ORL Head & Neck 13 Juli 2007 Jakarta 30 November 2007 Jakarta 27 November 2007 Surabaya 16 Juli 2008 Bandung 30 Juli – 1 Agustus 2008 Bandung 30 Juli 2008 Bandung 31 Juli 2008 Bandung 1 Agustus 2008 Bandung 7 Agustus 2008 Bandung 28 Agustus 2008 Jakarta 14 November 2008 Jakarta 15 November 2008 2008 Bandung 11 November 2009 Bandung 2 Desember 2009 Bandung 2 Desember 2009 Makassar 8 Juli 2010 Makassar 9 Juli 2010 Bandung 24 Juli 2010 Bandung 25 Juli 2010 Bandung 25 Juli 2010 2010 24 Maret 2011 4 Juni 2011 5 juni 2011 263 30 Presbiakusis 31 32 33 Parotidectomy Reconstruction Maxilla Post Maxilectomy Moderator 34 Instruktur 35 36 37 Penelitian Karsinoma Nasofaring di Indonesia Angiofibroma Nasofaring Instruktur 38 Maxillectomy 39 Moderator 40 Instruktur 41 Maxilla Reconstruction 42 43 44 45 Management of Sinonasal Tumor Instruktur Moderator Moderator 46 Instruktur 47 Instruktur 48 Pembicara 49 Pembicara 50 Instruktur 51 Instruktur 52 Instruktur 53 Pembicara dan instruktur 54 Pembicara 55 56 57 Panelis dan Moderator Panelis dan Moderator Pembicara dan Instruktur Penghargaan: Oncology Conference Simposium Penatalaksanaan Gangguan Dengar Terkini Forum Peserta PPDS I Pertemuan Ilmiah Nasional VIII Perhati-KL Pertemuan Ilmiah Nasional VIII Perhati-KL ENT Head and Neck Oncology Training Pertemua Ilmiah Forum Peserta PPDS I Basic Surgical Skill Course 16th National Congress of Perhati-KL 16th National Congress of Perhati-KL Basic Surgical Skill Course 4th ORL Head and Neck Oncology Conference Bandung ENT Week Bandung ENT Week Bandung ENT Week The 3rd stage ORL-HNS & Oncology Trainning The 3rd stage ORL-HNS & Oncology Trainning Pelatihan Basic Surgical Skill Bandung Clinico Pathology Meeting 9th Annual Scientific Otology Meeting Basic Surgical Skill Course 4th Stage ORL-HNS and Oncology Training Basic Surgical Skill Course Head and Neck Oncology trainning 7th International Biannual Symposium on Nasopharyngeal Carcinoma Pekan Ilmiah Nasional PERDOKLI Head and Neck oncology Training 2011 26 Juni 2012 27 Juni 2012 27 Juni 2012 2012 3 November 2013 11 Juni 2013 10-11 Juni 2013 12 juni 2013 13 juni 2013 14-15 November 2013 16 November 2013 2013 2013 2013 13-24 Januari 2014 13-24 Januari 2014 14-15 Maret 2014 14 Juni 2014 11-13 September 2014 14-15 November 2014 8-19 Desember 2014 14-15 Maret 2015 2015 4-5 Juni 2015 20-22 Agustus 2015 4-5 September 2015 Oktober 2015 264 1 Juara I Lomba Penulisan Makalah Ilmiah Terbaik 2 Juara I Presentan Terbaik 3 Satya Lencana Pertemuan Ilmiah Tahunan Otologi (PITO) Pertemuan Ilmiah Tahunan Otologi (PITO) Kementrian Pendidikan Jakarta 6 Juli 2006 Jakarta 6 Juli 2006 Mei 2014 Pengabdian Kepada Masyarakat: Tahun 2003 2004 2004 2005 2005 2007 2008 2009 2009 2011 2011 2011 2012 2012 2013 2013 2014 2015 2015 2015 Jenis/Nama Kegiatan Bakti sosial sunatan massal di Cileunyi Bakti sosial sunatan massal Penyuluhan mengenai keluar cairan pada telinga Bakti sosial pengobatan gratis di Cileunyi Penyuluhan mengenai keluar cairan pada telinga Talk show mengenai gangguan dengar pada anak Bakti sosial tiroidektomi di RS Karitas Bakti sosial tes pendengaran, tes alergi, dan timpanoplasti Bakti sosial tiroidektomi di RS Karitas Visitasi ke ENT Department of University Kebangsaan Malaysia (UKM) Bakti Sosial Skrining Gangguan Dengar Otitis Media Pada Anak Sekolah Dasar Bakti Sosial THT; Skrining pendengaran anak SD dan lansia Penyuluhan tentang anamnesa dan pemeriksaan THT-KL kepada paramedis Pemeriksaan Pendengaran di SD Sejahtera Talk Show mengenai Karsinoma Nasofaring Talk show mengenai karsinoma nasofaring Pemeriksaan pendengaran di SMP dan SMA Penyuluhan mengenai gangguan dengar kepada dokter umum dan perawat Bakti Sosial THT-KL Tempat Bumi Panyawangan Cileunyi Bandung Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL RSHS Bandung Cileunyi Bandung RS Dustira Radio K-light FM Bandung Sumba Nusa Tenggara Tasikmalaya Sumba Nusa Tenggara UKM Malaysia Cirebon SD Sejahtera Bandung Sukabumi Bandung Bandung Bandung Bandung Padalarang Bandung Bogor Pangandaran, Ciamis 265 2015 Bakti Sosial Tiroidektomi Langgur, Maluku Karya Ilmiah/Buku/Jurnal: Tahun 2006 2009 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2013 2014 2014 Judul Pengaruh hiperbilirubinemia terhadap gangguan dengar pada neonatus Buku Panduan Diseksi Kadaver THT-KL Buku Panduan Program Pendidikan Profesi (P3D) Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL FK Unpad Characteristic of Congenital Bilateral Sensorineural Hearing Loss in Children Diagnosed by Brain Evoked Response Audiometry in Department Otorhinolaryngology-Head and Neck Surgery Hasan Sadikin Hospital Bandung Buku Ajar THT-KL untuk FKG Hearing Test Screening At Textile Factory Workers In Majalaya Bandung West Java Buku Panduan Teknik Operasi Onkologi-Bedah Kepala Leher Alur Penderita Onkologi-Bedah Kepala Leher Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL Analisis gen CXCR4 dan S100A8sebagai prediktor progresivitas karsinoma nasofaring Epithelial papillary angioepithelioma pada rrongga sns maksilla wanita dewasa muda Penerbit/Jurnal Majalah Kedokteran Bandung (MKB) Bag. THT-KL FK Unpad FK Unpad Majalah Kedokteran Bandung (MKB), Volume 42 Nomor 2 Ilmu Kesehatan THT-KL FK Unpad Majalah Kedokteran Bandung (MKB), Volume 44 Nomor 2 Ilmu Kesehatan THT-KL FK Unpad Ilmu Kesehatan THT-KL FK Unpad FK Unpad Hibah penelitian FK UNPAD ORLI Vol 44 No. 2 2015 The role of myeloid derived suppressor cells and CXCR4 genes expression for nasopharyngeal carcinoma progression Journal of Scientific Research and Studies Vol. 2(8), pp. 195-201, October, 2015 2015 Increased Circulating Myeloid-Derived Suppressor Cells and S100A8 Correlate with Clinical Stage in Nasopharyngeal Carcinoma Inter J Otorhinolaryngology. Vol. 2(2). November 2015 Riwayat Jabatan 266 NO 1 POSISI/JABATAN Wakil koordinator Pendidikan S1 THT-KL Dosen Penanggung Jawab FKG Staf pengajar di Sub-Bagian Onkologi THT-KL Staf pengajar di Sub-Bagian Audiologi THT-KL Staf pengajar di Sub-Bagian Bronchoesofagologi Anggota Tim Kanker RS Dr. Hasan Sadikin Anggota Pembantu Umum TAHUN 2002-2006 2007-2010 9 Seksi Ilmiah dan Pengembangan Profesi Perhati-KL Jabar Anggota Bidang Litbang THT-KL 10 Koordinator Rekam Medik THT-KL 2009-2011 11 Sekretaris Koordinator P3D THT-KL 2009-2013 12 Penanggung Jawab Kamar Operasi 2010-2011 13 Sekretaris Komite Standarisasi Pelayanan Medik Anggota Komite Ujian Nasional Kolegium THT-KL Anggota Ilmiah dan Pengembangan Profesi Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) Anggota PGPKT Sekretaris Komite Penapisan Teknologi Kedokteran Koordinator Pelayanan Medis THTKL Anggota Tim Paliatif Wakil Ketua III Perhati-KL Jawa Barat Sekretaris KODI Onkologi Bedah Kepala Leher Perhati-KL Koordinator PSPD 2010-2014 2 3 4 5 6 7 8 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 2006-2010 2006sekarang 2006sekarang 2007-2009 2007sekarang 2007-2010 2007-2010 2010-2013 2010-2013 INSTITUSI I.K THT-KL FK UNPAD FKG UNPAD FK UNPAD/RSHS FK UNPAD/RSHS I.K THT-KL FK UNPAD RSHS Kolegium THTKL Perhati-Kl Jabar I.K THT-KL FK UNPAD I.K THT-KL FK UNPAD I.K THT-KL FK UNPAD I.K THT-KL FK UNPAD RSHS Kolegium THTKL Perhati-KL Jabar 2010sekarang 2011-2013 2011-2014 RSHS 2012-2014 RSHS 2012-2014 2013-2017 RSHS Perhati-KL Jabar 2014-2018 Perhati-KL Indonesia I.K THT-KL 2014-2017 PGPKT Jabar RSHS 267 Organisasi 1. Ikatan Dokter Indonesia 2. PERHATI-KL Indonesia 3. The International Collegue of Surgeon (FICS) Pembimbing Skripsi/Tesis: 1. Profil Penderita Karsinoma Nasofaring periode tahun 2006-2010 di Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL FK UNPAD/RSHS Bandung (2011) 2. Gambaran Candida SPP. Di Nasofaring pada Penderita Karsinoma Nasofaring Sebelum dan Setelah Radioterapi di RS. Dr. Hasan Sadikin Bandung (2011) 3. Efektifitas Terapi Dini Trauma Akustik Dengan Ekstrak Gingko Biloba Oral (Egb 761) Setelah Latihan Menembak (2012) 4. Status Pendengaran pada Penderita Tuberkulosis Resisten Obat di RS. Dr. Hasan Sadikin Bandung (2012) 5. Pengaruh terapi ginko biloba terhadap efek ototoksik kemoterapi sisplatin pada penderita tumor ganas (2012) 6. Profil Penderita Tumor Ganas Kepala Leher di Bagian Ilmu Kesehatan THTKL FK UNPAD/RSHS periode 2008-2012 (2013) 7. Perbandingan Akurasi Berbagai Formula untuk Mengestimasi Laju Filtrasi Glomerulus pada Penderita Karsinoma Nasofaring Stadium Lanjut (2013) 8. Pengaruh Radioterapi Terhadap Penurunan Kualitas Hidup Penderita Karsinoma nasofaring (2013) 9. Hubungan antara Latent Membrane Protein-1 dan p53 dengan stadium klinis karsinoma nasofaring (2014) 10. Perbandingan akurasi antara formula CG, MDRD, CKD-EPI, HADI, HARUS 15-30-60 dengan baku emas radiofarmaka pada penderita karsinoma nasofaring stadium lanjut (2014) 11. Analisis kesintasan penderita karsinoma nasofaring dan faktor yang mempengaruhinya (2015) 12. Pengaruh Epidermal growth factor receptor terhadap progresivitas karsinoma sel skuamosa kepala leher (2015) 268 13. Pengaruh peningkatan S100 terhadap progresivitas karsinoma nasofaring tipe tidak berdiferensiasi (2015) 14. Pengaruh peningkatan leukemia inhibitory factor terhadap penderita karsinoma nasofaring tipe tidak berdiferensiasi (2015) 15. Korelasi antara faktor risiko dan gangguan dengar sensorineural pada bayi yang dirawat di NICU dan ruang perinatology RSHS (2015) 16. Hubungan antara merokok dengan kejadian karsinoma nasofaring (2015) 17. Association between mosquito coils use with nasopharyngeal carcinoma (2015).