daftar isi

advertisement
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................................................
1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
3
A. Definisi
...........................................................................................
3
B. Sejarah
…………………………………………………………...
3
C. Epidemiologi
............................................................................................
3
………………………………………………………………...
4
E. Gejala klinis………………………………………………………………..
5
F. Pemeriksaan CT pada Meduloblastoma anak...... .........................................
5
G. Pathologi Anatomi………………………………………………………....
7
H. Penatalaksanaan ...........................................................................................
7
I. Diagnosa Banding .........................................................................................
7
J. Astrositoma Pilositik.....................................................................................
8
BAB III. LAPORAN KASUS…………………………………………………… ... ..
9
BAB IV.PEMBAHASAN…….. ................................................ .................................
12
BAB V KESIMPULAN…………………………………………………………. ...
17
BAB VI DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….... ..
18
BAB VII LAMPIRAN.................................................................................................
21
D. Anatomi
BAB I
PENDAHULUAN
Osteochondroma adalah tumor jinak tulang dengan adanya penonjolan tulang yang
berbatas tegas sebagai eksostosis yang muncul dari metafisis, penonjolan tulang ini
ditutupi(diliputi) oleh cartilago hialin. Tumor ini berasal dari komponen tulang (osteosit) dan
komponen tulang rawan (chondrosit).
Osteokondroma berasal dari kata osteo yang berarti tulang dan chondroma yang berarti tumor
jinak atau pertumbuhan menyerupai tumor yang terdiri dari tulang rawan hialin matur.. Hal ini
kadang-kadang disebut sebagai exostosis osteocartilaginous Pertumbuhan abnormal ini
awalnya hanya akan menimbulkan gambaran pembesaran tulang dengan korteks dan
spongiosa yang masih utuh. Jika tumor semakin membesar maka akan tampak sebagai
penonjolan tulang yang berbatas tegas sebagai eksostosis yang muncul dari metafisis tulang
panjang. Pada perkembangannya pertumbuhan abnormal tersebut ada yang membentuk
tangkai ada yang tidak.Bila terbentuk tangkai disebut pedunculated, jika tidak terdapat tangkai
disebut sessile.Tipe pedunculated menyerupai bunga kol (cauliflower) dengan komponen
osteosit sebagai batangnya dan komponen kondrosit sebagai bunganya. Tumor akan tumbuh
dari metafisis, tetapi adanya pertumbuhan tulang yang semakin memanjang maka makin lama
tumor akan mengarah ke diafisis tulang. Kebanyakan tumor tumbuh keluar dari tulang
panjang kaki atau lengan.Namun, pada sedikit kasus telah dilaporkan ada yang
pertumbuhannya ke dalam tulang.Predileksi lokasi tumor ini paling sering pada femur bagian
distal (tulang paha), tibia proksimal dan humerus bagian proksimal (lengan atas). Lokasi lain
yang umum adalah tulang panjang lengan bawah (yaitu radius dan ulna) dan ilium (tulang
pinggul). Lesi dapat terjadi sebagai tumor soliter atau kurang umum sebagai lesi
multiple.Bentuk yang terakhir ini dikenal sebagai sindrom herediter multiple exostoses
(HME).Tumor ini dapat timbul secara spontan atau sebagai akibat dari trauma tulang
sebelumnya.Komplikasi yang sering terjadi terkait dengan tumor ini meliputi kosmetik dan
deformitas tulang, fiaktur, gangguan vaskular, neurologi, dan perubahan menjadi
ganas.Osteochondroma tidak memiliki kecenderungan untuk metastasis. Transformasi ganas
terlihat pada 1% dari osteochondroma soliter dan pada 3% -5% dari pasien dengan
HME..1-2-3-4-5-6
Tumor ini merupakan salah satu tumor tulang jinak yang sering ditemukan, dilaporkan
sekitar 35% dari tumor tulang jinak dan 9% dari semua tumor tulang. Dapat ditemukan pada
umur 20-60 tahun, tetapi paling sering ditemukan pada dekade kedua, remaja yang
pertumbuhannya aktif dan pada dewasa muda.Tumor ini sering didiagnosis sebagai temuan
insidentil. Kebanyakan tanpa gejala, tetapi dapat juga menyebabkan gejala tergantung pada
lokasi dan ukurannya.2,4,5
Meskipun sering terdiagnosa pada foto polos, modalitas imaging tambahan meliputi bone
scintigraphy, ultrasonografi (US), computed tomography (CT), dan magnetic resonance
imaging(MRI) sering digunakan untuk evaluasi lesi ini, terutama ketika gejala atau lokasinya
tidak biasa. Diagnosa dini osteochondroma dan kemungkinan komplikasinya dari pemeriksaan
radiologis, membantu sebagai acuan dalam memberikan terapi dan manajemen
pasien.1,3,5Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk memahami gambaran
radiologis dan klinis osteochondroma serta mengetahui diagnosis bandingnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Osteochondroma adalah tumor jinak tulang dengan penampakan adanya penonjolan
tulang yang berbatas tegas sebagai eksostosis yang muncul dari metafisis tulang panjang,
penonjolan tulang ini ditutupi(diliputi) oleh kartilago hialin. Tumor ini berasal dari komponen
tulang (osteosit) dan komponen tulang rawan (chondrosit).1,4,6
B. Epidemiologi
Osteochondroma adalah tumor tulang paling sering pada anak remaja, angka
kejadiannya sekitar 1:200 anak.Tetapi prevalensi pasti dari osteochondroma tidak diketahui,
karena seringkali asimptomatik dan tidak terdiagnosa. Osteochondroma diperkirakan terjadi
pada 1-2% saat pemeriksaan radiologi untuk kasus yang lain. Lesi ini merupakan 20-50% dari
tumor tulang jinak dan 15-20% dari tumor tulang. Lebih sering ditemukan pada laki-laki,
dengan perbandingan sekitar 1,6-3,4 : 1. Lesi simptomatik biasanya terjadi pada usia muda,
dengan 75-80% dari kebanyakan kasus ditemukan sebelum usia 20 tahun.4,5-6
C. Etiologi
Penyebab pasti osteochondroma tidak diketahui, diperkirakan bisa idiopatik atau
mungkin akibat dari trauma atau terapi radiasi.Multiple hereditary exostoses paling sering
diturunkan secara genetik, menunjukkan bahwa ada suatu bentuk gangguan yang diwariskan.
Pertumbuhan osteochondroma dipengaruhi faktor pertumbuhan dan hormon dengan cara
yang sama seperti epiphyseal growth plates, dengan demikian, pertumbuhan osteochondroma
akan berhenti pada saat tulang telah matur.2,5,7,8
D.Lokasi
Osteokondroma biasanya mengenai pada daerah metafisis tulang panjang, dan tulang
yang sering terkena adalah ujung distal femur (30%), ujung proksimal tibia(20%), dan
humerus(2%). Osteokondroma juga dapat mengenai tulang tangan dan kaki (10%) serta tulang
pipih seperti pelvis(5%) dan scapula(4%) walaupun jarang. Osteokondroma terdiri dari 2 tipe
yaitu tipe bertangkai (pedunculated) dan tipe tidak bertangkai(sesile). Tulang panjang yang
terkena biasanya tipe bertangkai sedangkan di pelvis adalah tipe sesile. Tumor bersifat soliter
dengan dasar lebar atau kecil seperti tankai dan bila multiple dikenal sebagai diafisial aklasia
(eksostosis herediter multiple) yang bersifat herediter dan diturunkan secara dominan gen
mutan.
E.Patofislologi
Ditemukan adanya tulang rawan hialin didaerah sekitar tumor dan terdapat eksostosis yang
berbentuk didalamnya. Lesi yang besar dapat berbentuk gambaran bunga kol dengan
degenerasi dan kalsifkasi ditengahnya.
Tumor terjadi karena pertumbuhan abnormal dari sel-sel tulang (osteosit) dan sel-sel tulang
rawan (kondrosit) di metafisis. Pertumbuhan abnormal ini awalnya hanya akan menimbulkan
gambaran pembesaran tulang dengan korteks dan spongiosa yang masih utuh. Jika tumor
semakin membesar makan akan tampak sebagai benjolan menyerupai bunga kol dengan
komponen osteosit sebagai batangnya dan komponen kondrosit sebagai bunganya.
Tumor
akan tumbuh dari metafisis,tetapi adanya pertumbuhan tulang yang semakin
memanjang maka makin lama tumor akan mengarah ke diafisis tulang. Pertumbuhan ini
membawa ke bentuk klasik “coat hanger” variasi dari osteokondroma yang mengarah
menjauhi sendi terdekat.
F. Gambaran Klinis
Beberapa gejala bisa timbul pada pasien dengan osteochondroma.Tiap individu
mungkin mempunyai gejala yang berbeda. Gejala yang mungkin meliputi: 1. Tinggi
badannya biasanya lebih pendek dari tinggi normal untuk usianya 2. Satu tangan atau kaki
mungkin lebih pendek dibanding yang lain 3. Pada palpasi akan teraba massa palpable, keras,
immobile, nyeri tekan (-) 4. Pertumbuhan lesi lambat 5. Nyeri pada otot sekitar massa 6.
Dapat menimbulkan tekanan atau iritasi saat melakukan gerakan, tergantung dari lokasi
osteochondroma 7.Gejala yang signifikan mungkin terjadi akibat dari komplikasi, seperti
fraktur, deformitas tulang, kompresi pada vasculer atau neurologik, gangguan mekanik pada
sendi 8.Nyeri, swelling, dan soft-tissue mass yang bertambah besar merupakan tanda
transformasi maligna.Perkiraan resiko menjadi ganas (biasanya chondrosarcoma) bervariasi,
dengan range 1-25%.Seringkali seseorang dengan osteochondroma tidak mempunyai satupun
gejala diatas. Gejala osteochondroma mungkin mirip kondisi medis yang lain. 5-7-8-9
Osteochondroma dapat digolongkan (staging) berdasar Musculoskeletal Tumor Society
(MSTS) staging untuk lesi jinak, sebagai berik;ut:
•
Stage I - Inaktif atau lesi statis
•
Stage II - Lesi tumbuh secara aktif
•
Stage III - Lesi tumbuh secara aktif dengan destruksi secara lokal/agresif
Osteochondroma paling sering adalah stage I atau II. Namun, deformitas sekunder karena
mass effect dapat terjadi di daerah seperti radioulnar joint dan tibiofibular joint. Seringkali
lesi tersebut dianggap stage III. Kasus-kasus ini agaknya menunjukkan adanya proses erosi,
bukan sebuah proses invasif yang sebenarnya. 6
G. Gambaran Radiologis
Foto Polos
Tampilan radiografi dari osteochondroma soliter, khususnya di tulang panjang, sering
pathognomonic. Lesi terdiri dari komponen kortikal dan meduler protusi dan terus menerus
berkembang dari tulang yang mendasari (Gambar la, 2a). Area yang menghubungkan antara
tulang induk dan osteochondroma mungkin luas, melibatkan sebagian besar dari lingkar
tulang dengan dimensi panjangnya melebihi dari dasar lesi (osteochondroma sessile/ broad
base), atau sempit dengan ujung bulat (osteochondroma pedunculated/ narrow
base).Mengidentifikasi karateristik kortikal dan meduler yang menghubungkan antara lesi
dan tulang induk pada radiografi tergantung pada jenis lesi (sessile atau pedunculated), lokasi,
dan proyeksi gambar.Hubungan ini biasanya digambarkan secara baik pada lesi tulang
panjang, khususnya pedunculated osteochondromas, dengan proyeksi radiografi standar
(meskipun sering hanya pada satu posisi) (Gambar 3). Namun, pada osteochondromas tulang
pipih dengan anatomi yang koinpleks (misalnya, panggul, tulang belakang, tulang belikat)
dan lesi sessile, kontinuitas dan diagnosis mungkin tidak terlihat pada radiografi saja (Gambar
4a).410
Pada tipe pedunculated, tumor itu sangat mudah untuk diidentifikasi darimana asalnya,
bagian korteks tulang yang mendasari, dan penggabungan pola trabecular ke dalam cavum
meduler melalui defek kortikal (Gambar. 5).Pada foto polos tampak penonjolan tulang yang
menjauhi sendi.Penonjolan ini berbentuk seperti bunga kol (cauliflower) dengan komponen
osteosit sebagai tangkai dan komponen kondrosit sebagai bunganya.Densitas penonjolan
tulang inhomogen (opaq pada tangkai dan lusen pada bunga).Pada orang dewasa muda,
cartilage cap sulit dievaluasi pada radiografi konvensional, meskipun terlihat jelas pada CT
dan MRI.Dengan bertambahnya umur kalsifikasi menjadi jelas di dalam elemen kartilago dari
tumor, berupa bercak opaq (punctate atau curvilinear) akibat komponen kondral yang
mengalami kalsifikasi. Dengan demikian, perkembangan lesi pada dewasa kemungkinan
akan menunjukkan kalsifikasi tidak teratur. Pertumbuhan osteochondromas biasanya
terjadisampai maturitas skeletal komplit (Gambar 6), berhenti setelahnya.Tumor
Pedunculated bervariasi uknrannya, tetapi biasanya antara 8 dan 10 cm panjangnya.
Ketebalan cartilage cap biasanya 1-3 cm pada pasien muda, sedangkan pada orang dewasa
sering hanva beberapa milimeter tebalnya atau cama sekali tidak ada. Tipe sesil lebih umum
yang berkaitan dengan tulang pipih, terutama pelvis, dan dapat tumbuh sampai ukuran besar,
sangat irreguler dan menjadi sangat padat.1,4
H. Histologis
Kanal medular dari tulang yang terkena dan kanal dari tumor berhubungan.Tangkai
tumor terdiri dari tulang yang telah matur. Cartilage cap, merupakan puncak lesi dan dapat
cukup tebal pada anak-anak, digantikan oleh pembentukan tulang enchondral pada pasien
dewasa.Pada pemeriksaan mikroskopis, cartilage cap dapat menunjukkan berbagai jenis
selularitas. Cartilage cap ditutupi oleh lapisan tipis kapsul fibrous yang berfungsi sebagai
perichondrium dan berisi sel mesenchymal, yang dianggap bertanggung jawab atas
pertumbuhan lesi (Gambar 7). Sel-sel kartilago dalam hyaline cartilage cap merupakan
kondrosit yang tersusun vertikal dan tcrdistribusi merata, seperti yang ditemukan pada
growth plate (Gambar 7). Kondrosit ini dapat sedikit meningkat jumlahnya dengan bentuk
binukleat (disebabkan oleh proses mekanik atau trauma). Pemeriksaan dengan mikroskop
elektron mcngungkapkan proliferasi dan degenerasi kondrosit yang dapat dibedakan dari
kondrosit normal.Pada pasien yang tulangnya belum matur, sel-sel mengalami pembentukan
tulang enchondral. Meskipun tidak spesifik ketebalan cartilage cap merupakan indikator
absolute risiko keganasan, kurang dari 4 cm umumnya diduga berada di kisaran normal.
Selanjutnya, cartilage cap tidak boleh menebal pada orang tua lebih dari 30 tahun.4,6
I. Penatalaksanaan
Secara umum osteochondroma dapat dibiarkan tanpa pengobatan kecuali jika
mcnimbulkan rasa sakit dan mengganggu aktivitas. Terapi spesifik untuk osteochondroma
ditentukan berdasar: Umur, keadaan umum, riwayat penyakit, luas lesi, gejala klinis, toleransi
terhadap prosedur terapi, dan prognosis. Pengobatan osteochondroma meliputi: Operasi
(untuk mengangkat tumor) dan medikamentosa (untuk mengatasi nyeri). Lesi kecil yang
asimptomatik atau simptomatik ringan cukup dilakukan observasi dan follow up secara
teratur dan hanya diberikan perawatan suportif. Follow up dilakukan untuk monitor
pertumbuhan tulang karena ada kemungkinan berkembang menjadi ganas. Lesi simptomatik
yang lebih besar perlu direseksi pada pangkalnya di mana ada kontinuitas ke tulang yang
mendasari.Lesi pedunculated lebih mudah diangkat.Ada kemungkinan 5% tumor tumbuh lagi
setelah dilakukan operasi pengambilan, sehingga penting untuk sepenuhnya direseksi sampai
perichondrium atasnya karena eksisi yang tidak memadai dari jaringan ini secara signifikan
meningkatkan risiko kekambuhan.Jika operasi direkomendasikan sebaiknya menunggu
sampai pertumbuhan lengkap (evaluasi maturitas tulang dengan foto rongten) sebelum
mcngangkat osteochondroma.Operasi reseksi osteochondroma jinak bukan tanpa komplikasi,
seperti yang dilaporkan oleh Wirganowicz dan rekan, dapat terjadi pada 13%
pasien.Komplikasi ini termasuk neuropraksia, laserasi arteri, sindrom kompartemen, dan
fraktur.4'7'8
J.Diagnosis Banding
Chondrosarkoma
Merupakan tumor ganas tulang dan tulang rawan. Paling banyak ditemukan pada
tulang pelvis, femur, iga, humerus, dan scapula. Tetapi selain itu juga dapat ditemukan
disemua tulang termasuk tulang-tulang kecil di tangan dan kaki
Gambaran radiologis : lesi luas tampak tidak teratur dengan tepi tulang yang
menghilang. Tumor berisi daerah kalsifikasi dengan gambaran seperti popcorn.
Osteosarkoma
Merupakan tumor ganas primer pada tulang.Lokasi tumor terbanyak adalah di distal,
femur, proksimal tibia, dan proksimal humerus.Tumor juga dapat menyerang tulang
pipih seperti pelvis, tengkorak, dan mandibula.
Gambaran radiologi :Gambaran detruksi tulang, sunburst appearance, codman triangle
K.Pengobatan
Apabila terdapat gejala penekanan pada jaringan lunak misalnya pembuluh darah atau saraf
sekitarnya atau tumor tiba-tiba membesar disertai rasa nyeri maka diperlukan tindakan operasi
secepatnya, terutama bila hal ini terjadi pada orang dewasa.
Terapi Medis
Tidak ada terapi medis saat ini ada untuk osteochondromas.Andalan pengobatan nonoperative
adalah observasi karena lesi kebanyakan tanpa gejala.Lesi yang ditemukan secara kebetulan
dapat diamati, dan pasien dapat diyakinkan.
Terapi Bedah
Perawatan untuk gejala osteochondromas adalah reseksi.Perawatan harus diambil
untuk memastikan bahwa tidak ada tutup tulang rawan atau perichondrium yang tersisa, jika
tidak, mungkin ada kekambuhan. Idealnya, garis reseksi harus melalui dasar tangkai, dengan
demikian, seluruh lesi dihapus secara en blok. Lesi atipikal atau sangat besar harus diselidiki
sepenuhnya untuk mengecualikan kemungkinan terpencil keganasan. MRI berguna dalam
menilai ketebalan dari cartilage cap.
L. Prognosis
Untuk osteochondromas soliter, hasil dan prognosis setelah operasi sangat baik, dengan
kontrol lokal yang sangat baik dan tingkat kekambuhan lokal kurang dari 2%. Demikian,
prognosis biasanya salah satu dari pemulihan lengkap .Hasil yang lebih buruk biasanya
berkaitan dengan morbiditas yang terkait dengan eksposur yang dibutuhkan untuk menghapus
lesi atau berhubungan dengan deformitas tulang sekunder, tetapi yang terakhir biasanya
diamati dalam bentuk turun-temurun beberapa penyakit
BAB III
PEMBAHASAN
A. Evaluasi radiografik foto polos pada tumor tulang
Pada pasien dengan tumor tulang seharusnya dilakukan foto polos dengan dua
posisi yang saling tegak lurus pada tulang yang terkena dengan kualitas gambar yang
optimal sebagai pemeriksaan awal.Foto polos masih merupakan landasan tercapainya
diagnosis yang akurat pada tumor tulang, dan memberikan informasi bermanfaat
tentang beberapa tumor jaringan lunak.26
Foto polos dapat diminta karena adanya gejala klinis, seperti nyeri maupun
adanya benjolan pada tulang. Tumor bisa juga ditemukan secara kebetulan pada foto
polos yang dilakukan karena alasan lain. Pada foto polos, analisis harus mengikuti
pendekatan sistematik sebagai berikut:27
1. Tipe tulang yang terkena
Harus dapat ditentukan apakah tipe tulang yang terkena adalah tulang
panjang, tulang pipih maupun tulang belakang.27
2. Letak lesi didalam sumbu tulang panjang
Apakah lesi tersebut terdapat pada epifisis, metafisis, diafisis.Juga apakah
terdapat keterlibatan sendi. Secara aksial ditentukan apakah lesi berada di medulla
(sentral), korteks (eksentris), junksta kortikal.27
3. Ukuran
Ukuran tumor diperhatikan, jika ukuran tumor lebih dari 6 cm biasanya
sugestif lesimalignansi.27
4. Tampilan dari reaksi tulang
Perlu dinilai apakah lesi tersebut litik, padat maupun campuran.Reaksi
pemadatan bisa dihasilkan dari stimulasi osteoblastik, nekrosis tulang, tumor
matriks osteogenik, maupun reaksi perifer dari osteolisis. Osteolisis dapat
digambarkan sebagai: (a). Geografik, dimana terdapat lubang yang relatif luas
berbatas tegas atau beberapa lubang yang menyatu dengan tepi yang berbatas tegas
(Lodwick tipe Ia), lubang berbatas tegas tapi tidak sklerosis (tipe Ib) maupun
lubang berbatas tidak tegas (tipe Ic), (b).Mouth eaten (tipe II), didefinisikan sebagai
lubang multipel dengan ukuran moderat yang cenderung untuk menyatu, (c).
Permeatif (tipe III), lubang kecil multipel, terutama pada tulang kortikal. Tipe
osteolisis memberikan pendekatan petunjuk etiologi.27
5. Zona transisional
Untuk mengklasifikasi lesi osteolitik berbatas tegas ataupun berbatas tidak
tegas, kita harus melihat zona transisi antara lesi dengan tulang normal yang
berdekatan. Zona transisional merupakan indikator yang paling terpercaya dalam
menentukan apakah lesi osteolitik tersebut bersifat benigna maupun maligna.28
Zona transisi yang kecil menghasilkan batas yang tajam dan tegas dan
merupakan tanda pertumbuhan lambat, batas sklerotik terutama mengindikasikan
aktivitas biologi yang jelek. Zona transisi yang lebar ditandai dengan batas lesi
yang tidak tegas, merupakan tanda pertumbuhan agresif dan merupakan gambaran
tumor maligna.28
6. Matriks
Kalsifikasi maupun mineralisasi dalam lesi tulang bisa menjadi petunjuk
penting dalam diagnosis banding. Terdapat dua jenis mineralisasi: matriks kondroid
pada tumor kartilago dan matriks osteoid pada tumor osseus.28
Pada matriks kondroid terdapat kalsifikasi dengan berbagai deskripsi:
popcorn, anular , pungtata, cincin-busur maupun bentuk koma. Sedangkan pada
matriks osteoid digambarkan sebagai pola ossifikasi trabekuler pada lesi jinak dan
sebagai pola amorf berbatas tak tegas maupun cloud-like pada lesi ganas.28
7. Gambaran lapisan kortikal
Jika tumor bersifat agresif, bisa terjadi ruptur maupun pecahnya lapisan
kortikal. Pada tumor yang bertumbuh lambat lapisan kortikal menjadi tebal.27
Balloning merupakan tipe spesial destruksi kortikal. Pada ballooning
destruksi tulang kortikal endosteal dan penambahan tulang pada bagian luar terjadi
pada kecepatan yang sama, menghasilkan ekspansi. Neokorteks ini bisa rata dan
tidak terputus-putus, dan bisa juga terjadi diskontinuitas fokal pada lesi yang lebih
agresif.28
8. Reaksi periosteal
Terjadi karena osteogenesis reaktif ketika tumor mencapai periosteum.
Penampilannya tergantung kecepatan proses abnormal tersebut. Reaksi periosteal
bisa berspikula dan tegak lurus terhadap korteks pada lesi agresif yaitu tumor yang
bertumbuh cepat; dan berbentuk lamelar, paralel terhadap korteks, dan menebal
pada tumor yang bertumbuh lambat.27
9. Massa jaringan lunak
Terjadi karena perkembangan ekstra osseus pada beberapa tumor, seperti
osteokondroma maupun sarkoma paraosteal, atau berhubungan dengan tumor
tulang.27
10. Remodeling tulang atau komplikasi seperti fraktur.
Pendekatan sistematis ini membuat perbedaan jelas antara lesi agresif dan
non-agresif. Pada sebagian besar kasus, diagnosis didasarkan menurut usia, lokasi
tumor, dan gambaran radiologis dari tumor.27
B. Gambaran foto polos Osteokondroma
Tampilan radiografi dari osteochondroma soliter, khususnya di tulang panjang, sering
pathognomonic.Lesi terdiri dari komponen kortikal dan meduler protusi dan terus menerus
berkembang dari tulang yang mendasari.Area yang menghubungkan antara tulang induk dan
osteochondroma mungkin luas, melibatkan sebagian besar dari lingkar tulang dengan dimensi
panjangnya melebihi dari dasar lesi (osteochondroma sessile/ broad base), atau sempit dengan
ujung bulat (osteochondroma pedunculated/ narrow base).Mengidentifikasi karateristik
kortikal dan meduler yang menghubungkan antara lesi dan tulang induk pada radiografi
tergantung pada jenis lesi (sessile atau pedunculated), lokasi, dan proyeksi gambar.Hubungan
ini biasanya digambarkan secara baik pada lesi tulang panjang, khususnya pedunculated
osteochondromas.). Namun, pada osteochondromas tulang pipih dengan anatomi yang
koinpleks (misalnya, panggul, tulang belakang, tulang belikat) dan lesi sessile, kontinuitas dan
diagnosis mungkin tidak terlihat pada radiografi saja.Pada tipe pedunculated, tumor itu sangat
mudah untuk diidentifikasi darimana asalnya, bagian korteks tulang yang mendasari, dan
penggabungan pola trabecular ke dalam cavum meduler melalui defek kortikal.
Pada foto polos tampak penonjolan tulang yang menjauhi sendi.Penonjolan ini
berbentuk seperti bunga kol (cauliflower) dengan komponen osteosit sebagai tangkai dan
komponen kondrosit sebagai bunganya.Densitas penonjolan tulang inhomogen (opaq pada
tangkai dan lusen pada bunga).
Pertumbuhan osteochondromas biasanya terjadi sampai maturitas skeletal komplit
,berhenti setelahnya.Tumor Pedunculated bervariasi uknrannya, tetapi biasanya antara 8 dan
10 cm panjangnya. Ketebalan cartilage cap biasanya 1-3 cm pada pasien muda, sedangkan
pada orang dewasa sering hanva beberapa milimeter tebalnya atau cama sekali tidak ada. Tipe
sesil lebih umum yang berkaitan dengan tulang pipih, terutama pelvis, dan dapat tumbuh
sampai ukuran besar, sangat irreguler dan menjadi sangat padat.1,4
BAB IV
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa gambaran Osteochondroma
adalah tumor jinak tulang dengan penampakan adanya penonjolan tulang yang berbatas tegas
sebagai eksostosis yang muncul dari metafisis, penonjolan tulang ini ditutupi(diliputi) oleh
cartilago hialin. Tumor ini berasal dari komponen tulang (osteosit) dan komponen tulang
rawan (chondrosit).Usia lebih sering pada anak remaja atau usia muda.Osteokondroma
biasanya mengenai pada daerah metafisis tulang panjang, dan tulang yang sering terkena
adalah ujung distal femur (30%), ujung proksimal tibia(20%), dan humerus(2%).
Osteokondroma juga dapat mengenai tulang tangan dan kaki (10%) serta tulang pipih seperti
pelvis(5%) dan scapula(4%) walaupun jarang.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. David Sutton. Textbook Radiology and Imaging, 7th Ed. Vol II. Churchill Livingstone;
2007
2. Ronald G. Grainger. Diagnostic Radiology, 5th Ed. Vol II. Churchill Livingstone; 2008
3. Adam Greenspan. Orthopedic Radiology. JB Lippincott, Philadelphia, 1988, Page: 14.16-9
4. Mark D. Murphey , James J. Choi, Mark J. Kransdorf, Donald J. Flemming, Frances H.
Gannon,. Imaging of Osteochondroma: Variants and Complications with RadiologicPathologic Correlation. September 2000. RadioGraphics, 20: 1407-1434.
5. Ali Nawaz Khan. Osteochondroma and Osteochondromatosis. Cite On : Oct 2009.
Available at: http://www.emedicine.com
6. Ian D Dickey. Solitary Osteochondroma. Cite On : Sep 2009. Available at:
http://www.emedicine.com
7. Anonim.
Osteochondroma
(Exostosis).
Cite
On
:
Sep
2009.
Available
at:
www.childrenshospital.org
8.
Anonim.
Osteochondroma.
Cite
On:
Nop
2008.
Available
at:
http://newyorkpresbvterian.org
9. Karasick D, Schweitzer ME, Eschelman DJ. Symptomatic osteochondromas: imaging
features. 2007. AJR Am J Roentgenol, 168:1507-1512
10.
Resnick D, Kyriakos M Greenway GD. Diagnosis of bone and joint disorders. 3th Ed.
Vol V. Philadelphia, 1995; 3725-3746.
Download