partai politik dan lembaga swadaya masyarakat eksistensi dan

advertisement
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
ISSN : 2085 – 0328
PARTAI POLITIK DAN LEMBAGA SWADAYA
MASYARAKAT EKSISTENSI DAN PENGARUHNYA
DALAM PEMBUATAN HUKUM
Sri Istiawati
Staf Pengajar Kopertis Wilayah I Dpk Universitas Amir Hamzah, Medan
Abstract
The concept of law as the rule of law does not appear suddenly but rather the
result of the development of the reciprocal relationship between law and society
itself. The law is not pure and clean from the various influences and interests that
exist in the community either that of the political, social, cultural, economic,
information and technology. Political influence is a very important factor, because
the political intervention of the law is very dominant. This happens because of the
political problems can not be divorced from the separate legal policy (Legal
Police).
Keywords : Political influence, making law
Abstrak
Konsep hukum sebagai rule of law tidak akan muncul secara tiba-tiba melainkan
hasil dari hubungan timbal balik antara hukum dan masyarakat itu sendiri. Hukum
bukanlah murni dan bersih dari berbagai pengaruh dan kepentingan yang ada
ditengah masyarakat baik hal itu dari aspek politik, sosial, budaya ekonomi,
informasi dan teknologi. Pengaruh politik adalah merupakan faktor yang sangat
penting karena intervensi politik terhadap hukum sangat dominan. Hal ini terjadi
karena persoalan politik tidak dapat dicerai pisahkan dari kebijakan hukum (Legal
Police).
Kata Kunci : Pengaruh politik, pembuatan hukum
57
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perubahan hukum adalah suatu
pembaharuan hukum, artinya mengganti
yang lama dengan yang lebih baik yang
dapat berupa penggantian teks hukum.
tertulis, perubahan penafsiran itupun
berubahnya pola perikelakuan para
pejabat hukum. (Soekanto Soejono,
1980 : 245).
Muckhtar Kusuma Atmadja
(1990 : 5) mengemukakan : “Hukum
tanpa kekuasaan adalah angan-angan,
kekuasaan tanpa hukum
adalah
kezaliman"
Ungkapan tersebut di atas
menggambarkan adanya kekuatan yang
saling mempengaruhi antara hukum
dengan
kekuasaan,
yang dalam
realitanya dapat dilihat pada penciptaan
hukum, pelaksanaan hukum dan
perkembangan hukurn itu sendiri. Kita
lihat bahwa hukum itu berubah dari
waktu kewaktu. Konsep hukum sebagai
rule of law tidak akan muncul secara
tiba-tiba
melainkan
hasil
dari
perkembangan hubungan timbal balik
antara hukum dan masyarakat itu
sendiri.
Kenyataan yang sering terlihat
dalam masyarakat kita adalah bahwa
hukum tidak lagi menjadi panutan dan
pedoman bertingkah laku sebagaimana
yang dikemukakan oleh Mahfud MD
bahwa, “Hukum tidak selalu dapat
dilihat sebagai penjamin kepastian
hukum, penegak hak-hak masyarakat
dan penjamin keadilan. Sangat banyak
peraturan hukum yang tumpul, tidak
mampu
memotong
kesewenangwenangan, tidak mampu menegakkan
keadilan dan tidak bisa menampilkan
dirinya sebagai pedoman yang harus
diikuti dalam menyelesaikan berbagai
masalah
dan
kasus-kasus
yang
seharusnya bisa dijawab oleh hukum,
bahkan banyak produk hukum yang
lebih
banyak
diwamai
oleh
kepentingan-kepentingan politik." (1998
: 1).
ISSN : 2085 – 0328
Hal-hal yang dikemukakan di
atas juga menggambarkan bahwa ajaran
Hans Kalsen yang terkenal dengan
istilah "Reine Redchtlere" yang
mengajarkan bahwa hokum harus
dibersihkan dari unsure-unsur non
yuridis seperti unsur sosiologis, politis,
bahkan etis, tidak terlaksana bahkan
bertolak belakang dan bertentangan
dengan apa yang terjadi di tengah
masyarakat. Dengan demikian hukum
bukanlah murni dan bersih dari berbagai
pengaruh dan kepentingan yang ada
ditengah masyarakat baik hal itu dari
aspek polifik, sosial budaya ekonomi,
informasi dan teknologi.
Dari sekian banyak yang
mempengaruhi perkembangan dan
perubahan hukum, faktor politik adalah
merupakan faktor yang sangat penting
karena intervensi politik terhadap
hukum sangat dominan. Hal ini terjadi
karena persoalan politik tidak dapat
dicerai pisahkan dari kebijaksanaan
hukum (Legal Police), hal ini menurut
Mahfud MD mencakup pula pengertian
tentang bagaimana politik hukum
dengan cara melihat konvigurasi
kekuatan yang ada di belakang
perbuatan dan penegakan hukum
tersebut" (1998 : 2).
Mengingat luasnya aspek politik
yang perubahan hukum, maka dalam
kesempatan ini penulis hanya menitik
beratkan pembahasan yang mencakup
beberapa bagian yaitu kekuatan politik
penguasa, pengaruh partai politik dan
pengaruh lembaga swadaya masyarakat,
tekanan internasional dalam masalahmasalah tertentu, sehingga penulis akan
mendapatkan gambaran bagaimana
pengaruh masing- masing kekuatan
tersebut
dalam
mempengaruhi
perkembangan dan perubahan hukum.
Rumusan Masalah
Yang menjadi permasalahan
dalam penulisan artikel ilmiah ini
penulisannya menitik beratkan pada
PERSPEKTIF/ VOLUME 5/ NOMOR 1/ APRIL 2012
58
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
bagaimana kekuatan pengaruh partai
politik dan pengaruh lembaga swadaya
masyarakat dalam perkernbangan dan
pembuatan hukum.
Tuiuan Penulisan
Untuk mengetahui partai politik
dan pengaruh lembaga swadaya
masyarakat dalam rangka pembangunan
dan pembuatan hukum.
Metode Penulisan
Penulisan
artikel
ini
menggunakan Library research yaitu
penulisan berdasarkan literatur-literatur
yang permasalahan
TINJAUAN PUSTAKA
Sebelum membahas lebih lanjut
bagaimana peran kekuatan penguasa
dalam melakukan perubahan hukum,
maka perlu lebih dahulu dikemukakan
apa yang dimaksud dengan kekuasaan
yang
menggambarkan
politik
pemerintahan yang berkuasa.
Mukchtar Kusuma Atmadja
mengemukakan
bahwa
“hakikat
kekuasaan
adalah
kemampuan
seseorang
untuk
memaksakan
kehendaknya atas pihak lain” (1998 : 1).
Berdasarkan uraian singkat tersebut
dapat memberikan gambaran bahwa
kekuasaan
memberikan
kepada
pemiliknya yaitu pemegang kekuasaan
untuk
memaksa
seseorang
atau
sekelompok orang untuk melakukan
atau tidak melakukan suatu perbuatan
sesuai dengan yang dikehendaki atau
yang diinginkannya.
Sesuai dengan sifatnya yang bisa
memaksa, maka hukum yang dirubah
akan
sangat
tergantung
kepada
orangnya (Top Manager) sesuai dengan
teori-teori
kepemimpinan.
"Baik
buruknya suatu kekuasaaan tergantung
dari bagaimana kekuasaan tersebut
dipergunakan. Artinya baik buruknya
suatu kekuasaan senantiasa harus diukur
dengan kegunaanya untuk mencapai
suatu tujuan yang sudah ditentukan atau
ISSN : 2085 – 0328
disadari oleh masyarakat terlebih
dahulu. Hal ini merupakan suatu uraian
yang mutlak bagi kehidupan masyarakat
yang tertib dan bahkan bagi setiap
organisasi yang teratur." (Soerjono
Soekanto, 1977 : 19)
Kekuatan kekuasaan dalam
suatu negara akan tergantung pula pada
sistem pemerintahan yang dianut dan
juga sistem pengangkatan terhadap
pemegang kekuasaan itu sendiri. Seperti
pertukaran sistem pemilihan presiden
bagi masyarakat Indonesia dengan
sistem pemilihan langsung akan sangat
berpengaruh terhadap pilihan/pemenang
sebagai pemegang kekuasaan dan
perubahan sistem politik.
Sistem politik dapat diartikan
sebagai seperangkat integrasi yang
diabstraksikan dari totalitas perilaku
sosial
melalui
mana
nilai-nilai
disebarkan untuk masyarakat.
Suatu sistem politik harus
mempunyai untuk mempertahankan
kehidupan (Viability), langsung dan
berkelanjutan
serta
mempunyai
dorongan
alamiah
(Propensity),
bertahan (Persistring) dalam segala
kondisi lingkungan yang menekannya
sebagai batas-batas tertentu.
Pemerintah
sebagai
personipikasi Negara dalam konteks ini
hanya sebagai "Mekanisme Formal"
disamping pranata (Asosiasi) sosial
politik lainnya yang kurang atau tidak
resmi.
Bahwa dari setiap sistem politik
paling tidak mencakup :
1. Fungsi Integrasi dan adaptasi
terhadap masyarakat baik ke dalam
maupun ke luar
2. Penerapan
nilai-nilai
dalam
masyarakat
berdasarkan
kewenangan
3. Penggunaan kewenangan atau
kekuasaan baik secara sah maupun
tidak.
Kalau kita cermati dari ketiga
unsur di atas maka dalam setiap negara
PERSPEKTIF/ VOLUME 5/ NOMOR 1/ APRIL 2012
59
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
akan ada dua masalah yang berkaitan
dengan nilai-nilai, yaitu masyarakat
yang dikuasai oleh nilai-nilai disatu
pihak dan pemegang kekuasaan sebagai
pihak yang memberlakukan nilai
dipihak lain.
Dengan demikian berbicara
sistem politik
sama halnya kita
membicarakan
kehidupan
politik
masyarakat (Social Politik Life, Supra
Structure) dan kehidupan politik
pemerintah (Gavermental Political Life
Supra Structure). Dimana pertentangan
hubungan diantara keduanya sangat erat
dengan insentitas pengaruh yang
berbeda. Soekanto mengatakan adanya
beberapa faktor tentang pengaruh mana
yang lebih kuat apakah inpra struktur
terhadap supra struktur politik atau
sebaliknya tergantung pada kondisi
sosial budaya masyarakat, ajaran yang
dianut masyarakat dan negara dan
karakteristik
pemerintah
sebagai
pemegang dan pelaksana kedaulatan.
Pemerintah
pada
dasarnya
merupakan pelaksana kehendak negara
yang tidak lain merupakan menifestasi
dari sistem politik. Pemerintah terdiri
dari orang-orang yang hanya sebagian
kecil
dari
keseluruhan
anggota
masyarakat bangsa. Pemerintah diberi
tugas untuk menyuarakan, melibatkan
kehendak
dan
menyelenggarakan
kekuasaan negara.
Mengenai peran kekuasaan
dalam hukum Prof. Dr. Abdul Gani
Abdullah
menyatakan
bahwa
"Kekuasaan adalah faktor dominan
dalam
pengubahan
hukum
dan
menciptakan
hukum."
(Ridwan
Syahrani, 1999 : 234).
Kalau dihubungkan dengan
perubahan hukum dan peraturan
perundang-undangan yang sebenarnya
tidak mencerminkan cita-cita bangsa
dan
kurang
responsip
terhadap
kebutuhan masa kini. Oleh karena itu
diperlukan perubahan hukum untuk
produk dan budaya hukum yang tidak
sesuai lagi dengan tuntutan zaman
ISSN : 2085 – 0328
supaya cita-cita kemerdekaan dapat
terwujud seperti KUH Pidana dll.
Meskipun untuk merubah peraturan
lama menjadi peraturan yang baru
membutuhkan tenaga pikiran dan
financial yang tidak sedikil Namun
sesuai dengan amanat UUD dan
kebutuhan
serta
perkembangan
masyarakat mau tidak mau hukum juga
harus berubah dan berkembang walau
pun sangat tergantung pada political wil
penguasa itu sendiri. Dan yang paling
segar dalam benak kita tentang
amandemen
UUD
1945
yang
memberikan
perubahan
yang
fundamental
dalam
system
ketatanegaraan Indonesia pemisahan
antara
legislatif,
Eksekutif
dan
Yudikatif dan segala sistem yang terkait
dengan ketiga lembaga tersebut, yang
telah berubah dan dapat dilihat peranan
penguasa sangat menentukan adalah
lahirnya undang-undang Nomor : 4
Tahun
2004
tentang
kekuasaan
kehakiman yang sangat mendasar
tentang sistem satu atap lembaga
peradilan baik organisasi dan finansial
semuanya sudah di bawah Mahkamah
Agung.
Kedekatan hubungan hukum
dengan kekuasaan mencakup berbagai
aspek dari hukum itu sendiri, mulai dari
pembuatan hukum sampai penerapan
dan penegakan hukum itu sendiri di
tengah masyarakat. Oleh karena itu
pemilik kekuasaan sangat berperan
dalam melakukan perubahan hukum.
Dalam hubungan ini, baik politik
maupu hukum harus dilihat dan
diartikan sebagai dan merupakan sub
sistem dari suatu sistem yang lebih luas
(nasional), yang mencakup berbaai
sistem seperti sosial budaya, ekonomi,
pedidikan, hankam dan lain-lain.
Hukum
mempengaruhi
kehidupan
politik (mengatur kehidupan politik)
yang diproyeksi pada ketentuan yang
dimuat dalam undang-undang pemilu,
tentang keanggotaan DPR dan MPR dan
lain-lain. Sedangkan politik, disamping
PERSPEKTIF/ VOLUME 5/ NOMOR 1/ APRIL 2012
60
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
dapat merubah segala sesuatu sesuai
kehendak penguasa secara cepat dan
drastis,
dimungkinkan
juga
mempengaruhi
perubahan,
pembaharuan
dan
perkembangan
hukum, antara lain lewat kebijaksanaan
tertentu (Hartono Hadi Suprapto, 1981 :
12). Dapat pula merubah model
pemerintahan yang aktual sesuai dengan
kepentingan dan keinginan mereka
melalui mekanisme dan prosedur resmi
seperti sidang MPR, DPR, Kabinet dan
Lain-lain.
PEMBAHASAN
Pengaruh Partai Politik
Dalam perkembangan demokrasi
modern partai politik sering dianggap
sebagai salah satu atribut negara dan
tidak seorang ahlipun yang dapat
menyangkalnya, karena hal itu sudah
menjadi kenyataan yang sangat
diperlukan dalam sebuah negara yang
berdaulat Partai politik sebagai institusi
formal mempunyai hubungan yang
sangat erat dengan konstituenya dalam
mengendalikan kekuasaan. Hubungan
ini sangat dipengaruhi oleh kebudayaan
masyarakat yang melahirkannya. Kalau
kelahiran
partai
politik
sebagai
pengejawantahan dari kedaulatan rakyat
dalam politik formal, maka semangat
kebebasan akan selalu dikaitkan dengan
kekuatan
partai
politik
sebagai
pengendali kekuasaan (Hak Kontrol
terhadap kekuasaan).
Dalam sebuah negara yang
berdaulat
peran
partai
politik,
disamping sebagai penyalur aspirasi
rakyat peserta atau konstituennya juga
akan terlibat langsung dalam proses
penyelenggaraan negara melalui wakilwakilnya yang duduk dalam lembagalembaga negara, seperti kalau kita amati
dalam Kabinet Indonesia Bersatu yang
dipimpin Susilo Bambang Yudoyono
dan Muhammad Yusuf Kalla ada
beberapa tokoh partai politik yang
tergabung dalam Kabinet tersebut,
seperti Partai Demokrat, Partai Bulan
ISSN : 2085 – 0328
Bintang Partai Golkar, Partai Amanat
Nasional,
Partai
Persatuan
Pembangunan, Partai Kebangkitan
Bangsa dari kalangan profesional dll.
Partai
politik
sering
diasosiasikan orang sebagai organisasi
perjuangan, tempat seseorang/kelompok
untuk memperjuangkan hak-hak politik
dalam sebuah negara. Partai politik
adalah
sekelompok
orang
yang
terorganisasi serta berusaha untuk
mengendalikan pemerintahan agar dapat
melaksanakan program-programnya dan
menempatkan /mendudukkan anggotaanggotanya
dalam
jabatan
pemerintahan. Partai politik berusaha
untuk memperoleh kekuasaan dengan
dua cara yaitu ikut serta dalam
pelaksanaan pemerintahan secara sah
dengan tujuan bahwa dalam pemilu
memperoleh suara mayoritas, atau
mungkin bekerja secara tidak sah
/subversive untuk memperoleh kekuatan
tertinggi dalam negara itu melalui
revolusi. Persaingan antar partai
merupakan bagian integral dalam proses
politik guna memperoleh kewenangan
dalam proses pemilu. Dengan suara
mayoritas dalam pemilu, partai yang
bersangkutan akan dapat berbuat
banyak dalam mengendalikan Negara
dan pemerintahan, memperkuat dan
memperjuangkan posisi elite dalam
kekuasaan serta merealisir tujuan lebih
lanjut yaitu untuk mengawasi kebijakan
umum pemerintah.
Dari tugas dan wewenang
Dewan Perwakilan Rakyat yang begrtu
kuat dan boleh dikatakan seimbang
antara Presiden dan DPR. Dengan
demikian dapatlah dinyatakan partai
politik mempunyai peran yang sangat
penting dalam melakukan perubahan
hukum, baik yang berkaitan urusan
dalam negeri maupun luar negeri dan di
luar DPR partai politik akan dan
melakukan perannya dalam mengubah
hukum memberikan masukan/tekanan
kepada DPR yang berasal dari
partainya.
PERSPEKTIF/ VOLUME 5/ NOMOR 1/ APRIL 2012
61
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
Pengaruh
Lembaga
Swadaya
Masyarakat (LSM)
Lembaga Swadaya Masyarakat
adalah organisasi non pemerintah yang
didirikan oleh masyarakat untuk tujuan
tertentu
terutama
untuk
ikut
memberikan
andil
dalam
pembangunan." (Saiful Hakim, 2003 :
31).
Akhir-akhir ini kita dapat
melihat
perkembangan
Lembaga
Swadaya Masyarakat dengan perhatian
dan fokus di bidang garapan yang
berbeda
pula
dari
kepentingan
masyarakat seperti : LSM yang
memperjuangkan kepentingan hak-hak
dan perlindungan anak, kelestarian
lingkungan hidup dan ekosistem,
kepentingan dan hak-hak buruh dan
yang berkaitan dengan penegakan
hukum dan keadilan dan tentang
memperhatikan kekayaan pejabat dan
mantan pejabat yang berkaitan dengan
dugaan korupsi dan pemberantasan
KKN seperti ICW YLKI, LBH,
WALHI dan lain-lain. ICW dengan
kegiatan pokoknya memantau korupsi
di Indonesia sering menyoroti aparat
serta perkembangan hukum dan dunia
peradilan Dalam kaitan ini misalnya
Teten Masduki sebagai koordinator
ICW dalam suatu wawancara dengan
majalah Forum Keadilan menyatakan
bahwa kinerja peradilan di Indonesia
tidak beres. Ketidak beresan tersebut
lebih disebabkan oleh aparat penegak
hukum atau imigrasi aparat peradilan
dan bukan karena sistemnya yang tidak
baik". (Saiful Raharjo, 2001 : 26).
Dengan berbagai masukan tentu
termasuk ICW tersebut di atas maka
terjadilah perubahan atas UndangUndang Nomor 14 Tahun 1985 menjadi
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004
tentang Mahkamah Agung. Salah satu
diantara yang berubah bab sebelumnya
adalah adanya ketua Muda dibidang
Pengawasan pada Mahkamah Agung RI
dan lain-lain. Perubahan struktur
ISSN : 2085 – 0328
Mahkamah Agung yang tujuannya tidak
terlapis dari usaha untuk kinerja dan
pengawasan terhadap lembaga maupun
aparat penegak hukum dalam hal ini
dunia peradilan.
WALHI, LSM yang bergerak
dalam pemantauan dan pelestarian
lingkungan hidup dan ekosistem lebih
mengarahkan kegiatannya pada upaya
bagaimana agar kelestarian lingkungan
dijaga dengan mengurangi penebangan
pohon di hutan secara illegal (Illegal
loging) agar bangsa ini terhindar dari
ancaman bencana alam banjir dan
longsor yang tidak diinginkan oleh
masyarakat Demikian juga halnya
dalam beberapa kali pelaksanaan pemilu
dari perkembangan ataupun kejadian
dalam pelaksanaan pemilu selalu terjadi
penyimpangan baik karena UndangUndangnya maka terjadilah perubahan
Undang-Undang pemilu yang sangat
mendasar perubahan sistem pemilu dan
sebagainya.
Dalam
melaksanakan
kegiatan dan program kerjanya sesuai
dengan bidang yang disoroti masingmasing LSM tersebut, terlebih dahulu
mengumpulkan data yang diperlukan
dengan mengadakan penelitian di
lapangan untuk mengetahui kondisi
obyektif yang akan menjadi bidang
garapannya dan selanjutnya menyusun
strategi untuk mengupayakan perbaikan
kondisi yang akan diinginkan LSM
tersebut. Dari hasil penelitian, kajian
baik melalui seminar/diskusi dan
mendapatkan jalan pemecahan terhadap
permasalahan dilapangan. Hasil dari
penelitian
dan
kajian
tersebut
diserahkan
kepada
pembuat
kebijakan/pembuat
Undang-Undang
baik melalui pemerintah maupun DPR
yang pada gilirannya akan membentuk
aturan atau pun hukum.
Prospek Hukum Masa Depan
Berbicara masalah prospek
hukum masa depan tidak terlepas dari
bagaimana bentuk hukum yang dicitacitakan, baik dari segi kepentingan
politik maupun dari aspek budaya yang
PERSPEKTIF/ VOLUME 5/ NOMOR 1/ APRIL 2012
62
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
sangat berperan dalam perubahan
hukum.
Program legislasi dari DPR
adalah bagian dari pembangunan
hukum, itulah sebabnya bagi negara
modern, program legislasi harus
mencerminkan pengontrolan yang ketat
terhadap arus energi sosial masyarakat
agar hukum tidak diselewengkan oleh
pemegang kekuasaan politik negara
sebagaimana yang dikemukakan oleh
dinas yang paling dominan untuk
merubah hukum dalam masyarakat
adalah pihak legislatif dan eksekutif.
Teori ini saya kira sangat sejalan
dengan Teori Fridmen yang menyatakan
hukum baru bisa dirubah kalau struktur,
subtansi dan kultur dari suatu
pasyarakat dapat dirubah pula. Dan
yang perlu terlebih dahulu dirubah
adalah strukturnya. Syarat berlakunya
suatu hukum apabila memenuhi atau
melalui pendekatan Yuridis, Filosofis
dan sosiologis. Penulis akan mencoba
menulis sekelumit tentang hal-hal
tersebut sebagai berikut :
Yuridis
Dalam program legislasi baik
Presiden
maupun
DPR
harus
berpedoman pada Undang-Undang
PROPENAS Nomor 35 Tahun 2000
apabila membuat Undang-Undang harus
mempertimbangkan keadaan Hukum
Barat, Hukum Islam dan Hukum Adat
yang hidup ditengah-tengah masyarakat.
Dari seluruh urutan perundangundangan apabila DPR/MPR/DPRD
bermaksud merubah atau membuat
peraturan perundang-undangan harus
merujuk kepada dasar pembuatannya
menyesuaikan dengan hukum yang ada
yaitu Hukum Barat, Hukum Islam Dan
Hukum Adat.
Filosopi
Apabila
Negara
Indonesia
konsekuen mengikuti pola aliran
Positipisme, nilai-nilai yang menjadi
cita-cita hukum harus dituangkan ke
dalam status nilai norma oleh
ISSN : 2085 – 0328
pembentuk negara ataupun badan
pembuat peraturan perundang-undangan
sesuai dengan tingkatnya.
Untuk dapat mengakomodasikan
pendekatan filosofi para legislatour
harus mampu menggali nilai-nilai dari
tujuan dibuatnya suatu aturan yang akan
membuat kedamaian dan ketertiban di
tengah-tengah
masyarakat
untuk
suksesnya program legislasi kedepan
mutlak diperlukan kerja sama dengan
peneliti-peneliti
hukum
yang
independen. Kelemahan besar orde baru
selama ini adalah kurangnya dukungan
penelitian sebelum sesuatu produk
hukum dimunculkan, walaupun analisa
akademik dilakukan tetapi sangat minim
dari segi filosofi dan antropologis.
Sosiologi
Untuk
dapat
menerapkan
program legislasi nasional yang sesuai
dengan cita-cita hukum Indonesia jelas
tidak mudah. Untuk itu tatanan yang
paling makro harus ditetapkan terlebih
dahulu. Tampaknya pemikiran Kusuma
Atmadja lebih cenderung kearah
pendekatan sosial Yurisprudensi dapat
diatur kembali sebagai pilihan yang
paling tepat untuk Indonesia untuk saat
ini.
Sebelum memutuskan apa yang
hendak dikembangkan sebagai hukum
nasional agar dilakukan penelitianpenilitian terlebih dahulu untuk
menentukan bidang hukum apa yang
perlu dirubah.
Dalam perubahan hukum ke
depan harus diperhatikan dua hal yaitu ;
pertama Bidang Netral yaitu dapat
dipergunakan sebagai sarana untuk
mengubah masyarakat, seperti kontrak,
badan usaha dan tata niaga, komunikasi,
pos dan telekomunikasi dapat diatur
melalui hokum. Perundang-undangan
nasional. Kedua kehidupan pribadi,
yang tidak netral pembangunannya
diupayakan
sedekat
mungkin
berhubungan dengan budaya dan
spiritual bangsa. Hukum ini memang
PERSPEKTIF/ VOLUME 5/ NOMOR 1/ APRIL 2012
63
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
harus selalu dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan (Kebutuhan Individu,
Sosial atau Publik-Rescoe pound) yang
selalu berubah. Kalau hukum tidak
tunduk pada hukum perubahan (beng is
becoming), maka hukum akan berubah
fungsi sebagai instrument sosial,
menjadi
beban
sosial,
menjadi
penghambat perkembangan masyarakat
Dalam keadaan seperti ini masyarakat
akan hukum sendiri yang terlepas dari
ikatan komunitas bernegara atau
pemerintahan.
KESIMPULAN
Apabila dilihat dari perjalanan
lahirnya suatu hukum, hukum adalah
produk politik, baik itu dalam proses
datangnya dari penguasa maupun
inisiatif dari lembaga pembentuk
undang-undang (Legislator).
Kalau dilihat dari arus informasi
(Material), maka hukum adalah produk
budaya. Oleh karena hukum sebagai
produk
politik,
tentu
dalam
pembuatannya pengaruh politik sangat
dominan terhadap hukum yang dibuat.
Perubahan
hukum
yang
disebabkan
tekanan
politik
menyebabkan terjadinya perubahan
terhadap struktur pemerintahan dan
perangkat institusi lainnya.
Prospek hukum masa depan
harus memperhatikan dan mengacu
kepada nilai-nilai yang hidup ditengah
masyarakat baik hal itu bermuatan
filosofi dan sosiologis dan tidak
mengabaikan aspek hukum yang sudah
ada (aspek yuridis), sebagaimana yang
tertuang dalam Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2000 tentang PROPENAS.
ISSN : 2085 – 0328
Hakim, Syaiful, Mencari Penegak
Hukum ldnman, Majalah Forum
No. 5 Tgl. 8 Januari 2003.
Kusumaatmaja, Muchtar, Fungsi dan
Kelembagaan Hukum dalam
Pembangunan Nasional, Bina
Cipta, Bandung,1990.
Mahfund, MD, Politik Hukum di
Indonesia,
Pustaka
LP3ES
Indonesia, Iakarta, 1998.
Soekanto, Soerjono, Mustafa, Abdullah,
Hukum
Dalam
Hukum
Masyarakat,
CV.
Rajawali,
Jakarta,1980.
----------, Pengantar Sosiologi Hukum,
Bhatara
Karya
Aksara
Jakarta,1977.
Syahrani, Ridwan, Rangkaian Intisari
Hukum, Citraa Aditya Bhakti, Bandung
CeL Ke.II.1999.
DAFTAR PUSTAKA
Anwarsyahnur, Drs. MA, English for
Specifikic: Law. Jabal Rahmat
Medan, 2003.
Ensiklopedi Nasional Indonesia, 6, PT.
Delta Pamungkas, Jakarta, 1997,
hal. 302.
PERSPEKTIF/ VOLUME 5/ NOMOR 1/ APRIL 2012
64
Download