HUBUNGAN JARAK KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KEDAWUNG 1 KECAMATAN KARANG MALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2015 ARTIKEL Oleh: LISA YUNITA NIM: 030215A045 PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016 i HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL Artikel skripsi dengan judul “Hubungan Jarak Kehamilan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kedawung 1 Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen Tahun 2015” yang disusun oleh: Nama : Lisa Yunita NIM : 030215A045 Program Studi : D IV Kebidanan Pendidik (Transfer) Telah disetujui oleh pembimbing utama Skripsi Program Studi : D IV Kebidanan Pendidik (Transfer) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi WaluyoUngaran. Ungaran, September 2016 Pembimbing Utama (Masruroh, S.SiT.,M.Kes) NIDN. 0612038001 ii Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Di Puskesmas Kedawung 1 Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen Tahun 2015 Lisa Yunita*), Masruroh S.SiT., M.Kes **), Faridah Aini, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp. KMB**) *) Mahasiswa D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo **) Staf pengajar STIKES Ngudi Waluyo Email : [email protected] ABSTRAK Latar Belakang : Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Jarak kehamilan sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia pada saat kehamilan yang berulang dalam waktu singkat akan menguras cadangan zat besi ibu. Tujuan :Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan jarak kehamilan dengan kejadian Anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kedawung 1 Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen. Metode :Penelitian ini dilakukan dengan korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyakn 78 ibu hamil. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik porposive sampling sejumlah 62 responden, menggunakan alat ukur buku register ibu hamil di puskesmas kedawung 1, jenis analisis yang digunakan analisis univariat dan analisis bivariat. Hasil :Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis univariat sebagian besar beresiko (kurang dari 2 tahun) yaitu sebanyak 35 responden (56,5%). Ibu hamil sebagian besar mengalami anemia yaitu sebanyak 38 responden (61,3%). Kesimpulan :Analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia dengan nilai p = 0,003(< 0,05). Saran :Disarankan tenaga kesehatan Peningkatan pelayanan bisa dalam bentuk pemberian informasi diantaranya melalui penyuluhan atau pendidika kesehatan pada ibu dengan umur beresiko dan tidak beresiko demi meningkatkan pemahaman ibu hamil bahwa ada berbagai faktor yang berhubungan dengan kejadian Anemia, diantaranya ada riwayat penyakit ibu, umur, sehingga ibu dengan faktor resiko dapat lebih mengantisipasi kemungkinan mengalami Anemia saat hamil. Kata kunci : jarak kehamilan, anemia Kepustakaan : 35 (2006-2015) Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Di Puskesmas 1 Kedawung 1 Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen Tahun 2015 The Correlation between Inter-pregnancy Interval and the Incidence of Anemia during Pregnancy in Pregnant Women at Puskesmas Kedawung 1 Karang Malang Sub-district Sragen Regency in 2015" ABSTRACT Background: Anemia is a condition in which red blood cells or hemoglobin decreased, so the capacity of oxygen transport to vital organs in the mother and fetus to be reduced. Inter-pregnancy interval has great influence to the incidence of anemia during pregnancy which repeated in a short period and will deplete the mother's iron stores. Purpose: The purpose of this study is to find the correlation between the interpregnancy interval and the incidence of anemia during pregnancy in pregnant women at Puskesmas Kedawung 1 Karang Malang Sub-district Sragen Regency. Method: This was a correlative studywith cross sectional approach. The population in this study was 78 pregnant women. Data sampling in this study used purposive sampling technique as many as 62 respondents. Result: The results of this study indicate that for the univariate analysis, most respondent s have a risk (less than 2 years) as many as 35 respondents (56.5%). Most pregnant women are suffered from anemia as many as 38 respondents (61.3%). Conclusion: The result of bivariate analysis by using Chi-square test indicate that there is a correlation between inter-pregnancy interval and the incidence of anemia during pregnancy with p-value of 0.003. Recommendation: The health workers are expected to improve their services by providing more information for pregnant women in order that pregnant women more understanding about the various factors related to the incidence of anemia. Keywords Bibliographies : inter-pregnancy interval, anemia : 35 (2006-2015) Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Di Puskesmas 2 Kedawung 1 Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen Tahun 2015 PENDAHULUAN Latar Belakang Angka kematian ibu di Indonesia tahun 2010 sebesar 214 per 100.000 kelahiran hidup, menurut SDKI (2010). Akan tetapi pemerintah masih dituntut bekerja keras untuk menurunkannya hingga tercapainya target Millennium Development Goals (MDG’S). Angka kematian ibu pada Tahun 2015 menjadi 102/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Angka kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 angka kematian ibu pada tahun 2011 AKI 116,01 per 100.000 kelahiran hidup, dan mengalami peningkatan lagi pada tahun 2012 AKI menjadi 116,34 per 100.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2012). Di Provinsi Jawa Tengah adalah 104,97 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu tersebut tahun 2012 di Provinsi Jawa Tengah adalah perdarahan 16,44%, hipertensi/Pre-Eklamsi 35,26%, infeksi 4,74%, abortus 0,30%, partus lama 0,30%, dan lain-lain 42,96%, kejadian kematian ibu paling banyak terjadi pada masa nifas 11 kasus, kehamilan 10 kasus dan kemudian pada persalinan 6 kasus 6 kasus dimana kasus persalinan diantaranya adalah persalinan dengan gangguan atau penyulit dalam persalinan (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2012). Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau masa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan (Tarwoto dan Wasdinar, 2007). Menurut WHO (1992), anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari batas normal. Penyebab anemia biasanya karena kekurangan zat gisi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat dan vitamin B12, yang sering terjadi adalah anemia karena kurangnya zat besi. Konsumsi zat besi yang tidak cukup dan absorbs zat besi yang rendah dari pola makan yang sebagian besar terdiri dari nasi dan menu yang kurang beraneka ragam. Fase ini sangat diperlukan zat gizi cukup seperti zat besi, vitamin A dan kebutuhan. Dengan semakin tingginya angka kejadian anemia maka dapat disosialisasikan anemia dengan masyarakat khususnya ibu hamil guna menurunkan angka kejadian anemia (Nurhaeni, 2010). Pengaturan jarak kehamilan merupakan salah satu usaha agar pasangan dapat lebih menerima dan siap untuk memiliki anak. Perencanaan pasangan untuk kapan memiliki anak kembali, menjadi hal penting untuk dikomunokasikan (Masyuri, 2007). Aspek ekonomi juga faktor yang tak kalah penting, jika tidak direncanakan terutama soal penyiapan dananya, bisa juga berakibat fatal. Salah satu keuntungan dalam mengatur penentuan jarak kehamilan adalah dari segi ekonomi sosial yaitu meningkatkan derajat kualitas hidup perempuan secara menyeluruh (Diana,2007). Jarak kehamilan sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia pada saat kehamilan yang berulang dalam waktu singkat akan menguras cadangan zat besi ibu(Ammarudin,2008). Selain itu, ibu yang hamil dalam jarak kurang dari 2 tahun setelah melahirkan sebelumnya mempunyai resiko melahirkan prematur dan bagi bayi akan mengalami berat lahir yang rendah. Wanita hamil menjadi salah satu kelompok yang rentan terhadap masalah gizi terutama anemia defesiensi besi dan penanggulangan masalah anemia defesiensi besi saat ini terfokus pada pemberian tablet zat besi (Fe) pada ibu Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Di Puskesmas 3 Kedawung 1 Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen Tahun 2015 hamil. Sedangkan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun mempunyai resiko lebih besar terhadap kejadian anemia defesiensi besi. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di puskesmas Kedawung I dari 10 ibu hamil multigravida 7 dianataranya mengalami anemia, 3 tidak mengalami anemia. Dari 7 ibu hamil yang mengalami anemia 4 diantaranya dengan jarak kurang dari 2 tahun, 3 ibu hamil dengan jarak kehamilan lebih dari 2 tahun. Dari 4 ibu hamil yang mengalami anemia dengan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun 3 diantaranya umur beresiko, 1 umur tidak beresiko. Dari 3 ibu hamil yang mengalami anemia dengan jarak lebih dari 2 tahun 2 diantaranya umur beresiko dan 1 umur tidak beresiko. Sedangkan dari 3 ibu hamil yang tidak anemia 2 diantaranya dengan jarak kurang dari 2 tahun, 1 diantaranya umur beresiko dan 1 umur tidak beresiko, sedangkan 1 ibu hamil dengan jarak lebih dari 2 tahun yaitu 1 umur tidak beresiko. Berdasarkan wawancara bidan koordinator di Puskesmas Kedawung masalah yang mempengaruhi jarak kehamilan diantaranya pengetahuan masyarakat tentang KB yang kurang, adanya keyakinan keagamaan yang menggunakan KB itu haram, masyarakat berpendapat sekalia repotnya, ada yang gagal dalam KB. Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas maka penulis tertarik untuk mengambil kasus hubungan jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kedawung I. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kedawung I 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran jarak kehamilan pada ibu hamil di Puskesmas Kedawung I b. Untuk mengetahui gambaran kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kedawung I c. Mengetahui hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kedawung I METODOLOGI Variabel dalam penelitian ini menggunakan jenis variabel bebas dan terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jarak kehamilan, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian Anemia pada ibu hamil. Hipotesisnya yaitu ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian Anemia pada ibu hamil. Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian korelasional dan menggunakan pendekatan case control. Penelitian dilakukan di Puskesmas Kedawung 1 Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen pada tanggal 29 Juli 2016 sampai 01 Agustus 2016. populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang periksa di Puskesmas Kedawung I Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen pada bulan Januari – Desember 2015 pada multigravida trimester 1 sebanyak 78 ibu hamil. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel didasarkan pada suatu Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Di Puskesmas 4 Kedawung 1 Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen Tahun 2015 pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketaui sebelumnya sejumlah 62 responden. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Univariat Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jarak Kehamilan di Puskesmas Kedawung I Kabupaten Sragen Tahun 2015. Total Jarak Kehamilan f % Tidak beresiko 27 43,5 Beresiko Total 35 62 56,5 100 Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 62 responden yang beresiko dalam jarak kehamilan yaitu sejumlah 35 orang (56,5%) dan yang tidak beresiko dalam jarak kehamilan yaitu sejumlah 27 ibu hamil (43,5%). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Anemia Ibu hamil di Puskesmas Kedawung I Kabupaten Sragen Tahun 2015. Total Anemia f % Tidak Anemia 24 38,7 Anemia 38 61,3 62 100 Total Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 62 responden ibu hamil yang anemia 38 ibu hamil (61,3), dan ibu hamil yang tidak anemia sejumlah 24 ibu hamil (38,7%). Analisis Bivariat Tabel 3 Hubungan antara Jarak Kehamilan dengan kejadian Anemia di Puskesmas Kedawung I Kabupaten Sragen Tahun 2015. Tidak Anemia Anemia F % f % f % Tidak beresiko 15 62,5 12 31,6 27 43,5 Beresiko 9 37,5 26 68,4 35 56,5 Total 24 100 38 100 62 100 Jarak Kehamilan Total p-value 0,033 Berdasarkan hasil penelitian hubungan jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kedawung 1 Kabupaten Sragen diperoleh hasil, responden dengan jarak kehamilan kategori tidak beresiko sebanyak 27 responden dimana sebagian besar tidak mengalami anemia yaitu sebanyak 15 responden (62,5%) dari pada yang mengalami anemia yaitu sebanyak 12 responden (31,6%). Responden dengan jarak kehamilan kategori beresiko sebanyak 35 responden dimana sebagian besar mengalami anemia yaitu sebanyak Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Di Puskesmas 5 Kedawung 1 Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen Tahun 2015 35 responden dimana sebagian besar tidak beresiko 12 responden (31,6%), sedangkan yang beresiko sebanyak 26 responden (68,4%). Hasil analisis bivariat dengan mengguankan uji chi square didapat p-value 0,033. Oleh karena p-value = 0,033 < α (0,05), maka Ho ditolak, dan disimpulkan bahwa ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia di Puskesmas Kedawung 1 Kabupaten Sragen tahun 2015. Pembahasan 1. Jarak Kehamilan pada Ibu Hamil di Puskesmas Kedawung 1 Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak kehamilan pada ibu hamil di Puskesmas Kedawung 1 Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen sebagian besar beresiko (kurang dari 2 tahun) yaitu sebanyak 35 orang (56,5%), dan ibu hamil yang tidak beresiko sebanyak 27 orang (43,5%). Jarak antara persalinan terakhir dengan kehamilan berikutnya sebaiknya antara dua sampai lima tahun, jarak yang terlalu dekat (kurang dari 2 tahun) berhubungan dengan meningkatnya resiko kejadian keguguran, bayi dengan berat badan lahir rendah (kurang dari 2.500 gram), kematian janin dan kematian bayi. Kehamilan yang terlalu dekat untuk seorang ibu dapat meningkatkan kejadian anemia karena status gizi ibu yang belum pulih, selain itu seorang ibu bisa mengalami infeksi, ketuban pecah dini dan perdarahan (Krisnadi,2015). Jarak kehamilan atau kelahiran yang berdekatan juga dapat memicu pengabaian pada anak pertama secara fisik maupun psikis, yang dapat menimbulkan rasa cemburu akibat ketidaksiapan berbagi kasih sayang dari orang tuanya (Yolan, 2007). Banyak kakak- beradik dengan jarak kehamilan atau kelahiran terlalu pendek menimbulkan sikap iri atau cemburu, seperti kakak tidak gembira atas kehadiran si kecil, justru sering menganggapnya musuh karena merampas jatah kasih sayang orang tuanya (Diana, 2007). Kemungkinan faktor yang mempengaruhi jarak kehamilan pada ibu hamil di Puskesmas Kedawung 1 kategori beresiko (kurang dari 2 tahun) diantaranya faktor dukungan keluarga yang rendah. Menentukan jarak kehamilan tidak semua pasangan mengetahui secara jelasmanfaatnya buat kehidupan jangka panjang yang lebih baik. Peran dan dukungan suami yang kurang terutama dalam memahami dengan baik manfaat menentukan jarak kehamilan menyebabkan kesadaran mereka untuk mengatur jarak kehamilan sangat rendah. Mereka cenderung berfikir , dengan mempunyai anak di usia muda sekalian mereka dalam mencari nafkah sehingga kerepotan yang dialami dalam membesarkan anak dapat diselesaikan di usia muda. Hasil wawancara yang diperoleh dari bidan koordinator, mengapa alasan suami responden mempunyai ekspektasi bahwa dengan mempunyai anak dengan jarak pendek, maka kelak mereka dapat menikmati masa tua dengan lebih santai tanpa harus terbebani oleh kebutuhan anak. Sebagian dari suami responden juga kurang mendukung pelaksanaan program KB, dimana keyakinan mereka yang mengajarkan bahwa program KB itu haram, sehingga mereka tidak membatasi atau mengatur jarak kehamilan dari anak mereka. Jarak kehamilan yang diinginkan sebagian besar wanita tidak selalu terpenuhi. Hal itu diakibatkan beberapa faktor yang mungkin sangat komplek Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Di Puskesmas 6 Kedawung 1 Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen Tahun 2015 sifatnya seperti pengambilan keputusan yang tidak boleh dilakukan oleh istri, akan tetapi oleh anggota keluarga lainnya seperti suami atau ibu mertua. Kejadian ini masih terjadi di Indonesia terutama dibeberapa daerah pedalaman yang masih kuat nila-nilai tradisionalnya. Setiap orang berhak untuk menentukan jumlah anak yang dimiliki serta jarak kehamilan yang diinginkan (Diana, 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak kehamilan pada ibu hamil di Puskesmas Kedawung 1 Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen kategori tidak beresiko (lebih dari 2 tahun) sebanyak 27 orang (43,5%). Penentuan jarak kehamilan merupakan upaya untuk menetapkan atau memberi batasan antara kehamilan yang lalu dengan kehamilan yang akan datang (Alwi, 2006). Pengaturan jarak kehamilan merupakan salah satu usaha agar pasangan dapat lebih menerima dan siap untuk memiliki anak. Perencanaan pasangan kapan untuk memiliki anak kembali menjadi hal penting untuk dikomunikasikan (Masyuri, 2007). Faktor kemungkinan yang mempengaruhi jarak kehamilan pada ibu hamil di Puskesmas Kedawung 1 kategiri tidak beresiko (lebih dari 2 tahun) diantaranya faktor pendidikan mereka yang baik. Responden yang mempunyai pendidikan yang baik lebih mudah dalam menerima informasi termasuk yang berkaitan dengan kontrasepsi dan kehamilan sehingga pengetahuan mereka tentang jarak kehamilan menjadi baik. Responden mempunyai pengetahuan yang baik tentang kehamilan dimana mereka mempunyai pandangan bahwa perencanaan yang matang terhadap kehamilan dan memiliki anak sangat penting bagi sebuah keluarga. Perencanaan yang mereka lakukan memberikan dorongan serta kepuasan tersendiri dalam bertanggung jawab dan memberikan kasih sayang secara optimal bagi anak-anaknya. Pendidikan merupakan proses menumbuhkembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran. Tingkat pendidikan yang tinggi menjadi dasar keberhasilan dalam kehidupan atau bidang lainnya, sehingga membukaa jalan bagi individu bersangkutan untuk menjalin hubungan dengan orang yang statusnya lebih tinggi. Implikasinya, semakin tinggi pendidikan hidup manusia akan semakin berkualitas pengetahuannya (Hurlock, 2009). Beberapa negara maju yang wanitanya berpendidikan lebih tinggi cenderung menggunakan kontrasepsi untuk mengatur jarak kehamilan, karena umumnya mereka menyadari perlunya mengatur jarak kehamilan (Diana, 2007). Peningkatan partisipasi pasangan di bidang pendidikan akan berdampak pada pembatasan jumlah dan jarak anak yang dilahirkan, terutama disebabkan meningkatnya kesadaran dan tanggung jawab dalam hidup berumah tangga (Bappenas, 2007). 2. Kejadian Anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kedawung 1 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil di Puskesmas Kedawung Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen sebagian besar mengalami anemia yaitu sebanyak 38 orang (61,3%). Responden yang mengalami anemia mempunyai HB antara 9 g/dl sampai dengan 10,5 g/dl. Anemia merupakan kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ – organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang (Varney, Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Di Puskesmas 7 Kedawung 1 Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen Tahun 2015 2006). Anemia ditunjukkan dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr% pada trimester 2 (Prawirohardjo, 2006). Gejala ibu hamil dengan anemia diantaranya dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, sementara tensi masih dalam batas normal (perlu dicurigai anemia defesiensi), mengalami malnutrisi, cepat lelah, sering pusing, mata berkunang – kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda (Proverawati, 2009). Salah satu kemungkin faktor pemyebabnya ibu mengalami anemia dalam kehamilan diantaranya faktor sosial ekonomi yang lemah. Mata pencaharian masyarakat di wilayah kerja puskesas kedawung 1 adalah nelayan kecil, dimana mereka bekerja menangkap ikan dengan menggunakan perahu kecil, sehingga sosial ekonomi mereka menengah kebawah akibatnya untuk memenuhi kebutuhan terutama asupan makanan menjadi terbatas termasuk bagi ibu hamil. Banyak dari keluarga ibu hamil yang tidak dapat memberikan asupan makanan yang dibutuhkan dengan baik misalnya untuk konsumsi daging, susu, buah dan sayuran, sehingga banyak diantara mereka yang mengalami anemia. Menurut Istiartin (2008) menyatakan bahwa perilaku seseorang dibidang kesehatan dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi. Sosial ekonomi terbatas mempengaruhi kemampuan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan termasuk kebutuhan nutrisi. Nitrisi yang baik merupakan cara terbaik untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil. Ibu hamil harus memenuhi kebutuhan zat besinya untuk memenuhi kekurangan nutrisi yaitu sekitar 45 – 50 mg/hari. Kebutuhan itu dapat dipenuhi dari makanan yang tinggi kandungan zat besi seperti sayuran berdaun hijau, daging merah, hati, ikan, kuning telur, kacang tanah, tempe, roti dan sereal. Besi non hemoglobin harus dikonsumsi bersama buah- buahan yang mengandung vitamin C untuk meningkatkan penyerapan (Arisman, 2008). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Kapantow & Molanda (2012) tentang hubungan antara status sosial ekonomi dengan anemia pada ibu hamil di Desa Sapa Kecamatan Tengah Kabupaten Minahasa Selatan. Hasil analisis data dengan menggunakan uji chi square diperoleh hasil ada hubungan antara status sosial ekonomi dengan anemia apad ibu hamil di Desa Sapa Kecamatan Tengah Kabupaten Minahasa Selatan, dengan nilai p sebesar 0,012 (α= 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil di Puskesmas Kedawung 1 Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen yang tidak mengalami anemia sebanyak 24 orang (38,7%). Responden yang tidak mengalami anemia mempunyai HB antara 11 g/dl sampai dengan 12 g/dl. Zat besi masuk kedalam tubuh melalui makanan. Pada jaringan tubuh, zat besi berupa senyawa fungsional seperti hemoglobin, moglobin dan enzim – enzim senyawa besi transportasi yaitu dalam bentuk trasferin, dan senyawa besi cadangan seperti feritin dan hemosiderin. Besi ferri dari makanan akan menjadi ferro jika dalam keadaan asam dan bersifat mereduksi sehingga mudah diabsorsi oleh mukosa usus. Dalam tubuh besi tidak terdapat bebas tetapi berkaitan dengan molekul protein membentuk feritin yaitu apferitin, sedangkan dalam bentuk transport zat besi dalam bentuk ferro berkaitan Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Di Puskesmas 8 Kedawung 1 Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen Tahun 2015 dengan protein membentuk transferin disebut apotrans ferin dalam plasma darah disebut setotransferin. Terpenuhinya kebutuhan zat besi pada tubuh dapat mencukupi kebutuhan sel darah merah di dalam tubuh (Tarwoto, 2007). Salah satu faktor kemungkinan yang mendukung ibu hamil tidak mengalami anemia dalam kehamilan diantaranya faktor dukungan suami yang baik. Responden yang memiliki keluarga dan suami yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik seputar ibu hamil, akan mendukung ibbu hamil untuk memenuhi kebutuhan gizi termasuk kebutuhan zat besi sehingga dapat meningkatkan hemoglobin pada ibu hamil yang terhindar dari anemia. Dukungan dari suami yang baik akan memberikan motivasi dan perubahan perilaku ibu hamil untuk menjaga kesehatannya misalnya rutin untuk mengkonsumsi tablet Fe serta mengatur pola makan sehingga kebutuhan gizi dapat terpenuhi yang pada akhirnya dapat menghindarkan mereka dari kejadian anemia selama menjalani kehamilan. Dukungan suami adalah bentuk nyata dari kepedulian dan tanggung jawab suami dalam kehamilan istri. Semakin tinggi dukungan yang diberikan oleh suami pada ibu untuk mengkonsumsi tablet besi semakin tinggi pula keinginan ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet besi (Arisman, 2007). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Goro (2013) faktorfaktor resiko yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pandanaran Seamarang Tahun 2013. Hasil penelitian dengan menggunakan uji fisher exact test diiperoleh hasil ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pandanaran Seamarang Tahun 2013 (p value sebesar 0,008 < α 0,05). 3. Hubungan Antara Jarak Kehamilan Dengan Kejadian Anemia pad Ibu Hamil di Puskesmas Kedawung 1 Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan jarak kehamilan kategori tidak beresiko 27 orang dimana yang tidak mengalami anemia yaitu sebanyak 15 orang (62,5%). Responden dengan jarak kehamilan tidak beresiko dan tidak mengalami anemia dimungkinkan salah satu faktor yang mempengaruhi adalah pengetahuan yang baik. Sebagian responden mempunyai pengetahuan yang baik tentang kontrasepsi dan kehamilan. Mereka mengetahui kontrasepsi yang digunakan dan bagaimana mengatur jarak kehamilan serta nutrisi bagi ibu hamil. Pengetahuan tersebut diperoleh dari tenaga kesehatan yaitu bidan desa yang aktif melakukan penyuluhan baik melalui kegiatan posyandu maupun kelas ibu hamil. Peningkatan pengetahuan mereka tentang makanan bagi ibu hamil juga mendukung kondisi kesehatan mereka selama menjalani kehamilan sehingga tidak mengalami anemia. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi selama orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai sumber misalnya media masa, media elektronik, buku petunjuk kesehatan, media poster, kerabat dekat (Wawan, 2010). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari purbadewi (2013), tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Induk Moyudan, Sleman, Yogyakarta. Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Di Puskesmas 9 Kedawung 1 Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen Tahun 2015 Hasil analisis dengan menggunakan chi square diperoleh hasil ada hubungan tingkat pengetahuan tentang anemiadengan kejadian pada ibu hamil di Puskesmas Induk Moyudan, Sleman, Yogyakarta, dengan p value sebesar 0,000 (α = 0,05). Berdasarkan hasil analisis hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kedawung 1 Kabupaten Sragen diperoleh hasil, responden dengan jarak kehamilan kategori tidak beresiko sebanyak 27 orang dimana yang mengalami anemia yaitu sebanyak 12 orang (31,6%). Responden dengan jarak kehamilan tidak beresiko akan tetapi mengalami anemia salah satu kemungkinan faktor penyebabnya adalah pola makan ibu yang kurang tepat. Pola makan ibu hamil dengan jarak kehamilan yang tidak beresiko akan tetapi mengalami anemia kurang baik dimana mereka hanya mengkonsumsi nasi dan ikan asin. Mereka jarang mengkonsumsi sayuran, buah dan daging serta susu bagi ibu hamil. Hal tersebut yang menyebabkan mereka mengalami anemia saat hamil. Status gizi dipengaruhi oleh zat gizi yang di konsumsi sehingga dapat memperlihatkan keadaan gizi seseorang. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan akan masalah gizi sehingga penggunaan zat gizi seperti mikroelemen esensial zat besi yang tidak optimal selama masa kehamilan dapat mengakibatkan anemia. Dalam penilaian status gizi dengan pengukuran antropometrik pada ibu hamil ada beberapa pilihhan salah satunya yaitu pengukuran lingkar lengan atas (LILA) (Suriasa, 2011). Berdasarkan hasil analisis hubungan anatara jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kedawung 1 Kecamatan Karang MalangKabupaten Sragen didapatkan nilai p value sebesar = 0,033 < α (0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kedawung 1 Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen. Menentukan jarak kehamilan tidak semua pasangan usia subur mengetahui secara jelas manfaatnya buat kehidupan jangka panjang yang lebih baik. Maka yang paling penting dalam hal ini adalah meningkatkan peran suami istri dalam memahami betul menentukan jarak kehamilan. Dimana, terdapat keadaan bahwa jarak kehamilan yang diinginkan sebagian besar wanita di negara berkembang tersebut tidak selalu terpenuhi. Hal itu diakibatkan beberapa faktor yang mungkin sangat kompleks sifatnya seperti faktor sosial budaya serta pengambilan keputusan yang dilakukan tidak oleh istri, akan tetapi oleh anggota keluarga lainnya seperti suami atau ibu mertua. Kejadian ini masih terjadi di Indonesia, terutama di beberapa daerah pedalaman yang masih kuat nilai- nilai tradisionalnya. Padahal tertulis dalam hak – hak reproduksi yang mengatakan bahwa setiap orang berhak untuk menentukan jumlah anak yang dimiliki serta jarak kehamilan yang diinginkan (Diana, 2007). Jarak kehamilan sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia pada saat kehamilan yang berulang dalam waktu singkat akan menguras cadangan zat besi ibu. Pengetahuan jarak kehamilan yang baik minimal 2 tahun menjadi penting untuk diperhatian sehingga badan ibu siap untuk menerima janin kembali tanpa harus menghasilkan cadangan zat besi. Jarak kehamilan yang Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Di Puskesmas 10 Kedawung 1 Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen Tahun 2015 berdekatan juga dapat memicu pengabaian pada anak pertama secara fisik maupun psikis, yang dapat menimbulkan rasa cemburu akibat ketidaksiapan berbagi kasih sayang dan orang tuanya (Amarudin, 2006). PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kedawung 1 Kabupaten Sragen tahun 2015, dimana dalam penelitian ini mengambil 62 sampel sebagai berikut: 1. Jarak kehamilan pada ibu hamil di Puskesmas Kedawung 1 Kabupaten Sragen sebagian besar beresiko (kurang dari 2 tahun) yaitu sebanyak 35 responden (56,5%). 2. Ibu hamil di Puskesmas Kedawung 1 Kabupaten Sragen sebagian besar mengalami anemia yaitu seebanyak 38 responden (61,3%). 3. Ada hubungan anatara jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kedawung 1 Kabupaten Sragen, dengan nilai p-value =0,033 < α (0,05). Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut: 1. Bagi ibu hamil Sebaiknya ibu hamil menambah pemahaman tentang jarak kehamilan serta pencegahan anemia pada ibu hamil dengan aktif menggali informasi melalui membaca koran, majalah dan acara berita ditelevisi, baik melalui tenaga kesehatan atau literatur yang lain. 2. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti lain diharapkan agar melakukan penelitian selanjutnya dengan mengambil data- data lain terkait Anemia sehingga memudahkan dalam membuat pembahsan dan dapat memperhatikan faktor lain yang berpengaruh terhadap anemia. 3. Bagi Tenaga Kesehatan Dapat digunakan sebagai bahan untuk mengevaluasi pelayanan kepada Ibu hamil yang mengalami anemia. Peningkatan pelayanan bisa dalam bentuk pemberian informasi diantaranya melalui penyuluhan atau pendidika kesehatan pada ibu dengan umur beresiko dan tidak beresiko demi meningkatkan pemahaman ibu hamil bahwa ada berbagai faktor yang berhubungan dengan kejadian Anemia, diantaranya ada riwayat penyakit ibu, umur, sehingga ibu dengan faktor resiko dapat lebih mengantisipasi kemungkinan mengalami Anemia saat hamil. Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Di Puskesmas 11 Kedawung 1 Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen Tahun 2015 DAFTAR PUSTAKA Ammarudin. 2008. Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia Dalam Kehamilan Di Puskesmas Pacarkeling Kota Surabaya Arisman. 2008. Gizi Dalam Daur Kehidupan: buku ajar ilmu gizi. JakartaKedokteran EGC. Arisman. 2014. Gizi Dalam Daur Kehidupan: JakartaKedokteran EG Buku ajar ilmu gizi. Bapenas. Kependudukan dan Keluarga Berencana. 2007.Jakarta. Diana. Hamillah tiga tahun lagi. http://www.mitrainti.org/?g=node/118. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.2012. Goro. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil diwilayah kerja Puskesmas Pandanaran Semarang Hartiyanti Y,et al. 2011. “ Penilaian Status Gizi”. Gizi dan Kesehatan Masyarakat (Edisi Revisi). Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers Istiarti. 2008. Menanti Buah Hati. Yogyakarta: Media Persido Kapantow & Molanda. 2012. Hubungan antara status sosial ekonomi dengan anemia pada ibu hamil di Desa Sapa Kecamatan Tengah Kabupaten Minahasa Selatan Kristiyanasari.2010. Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta.Nuha Medika Krisnadi. 2015. Prematuritas.Bandung: Refika Aditama. Manuaba. IBG. 2008. Ilmu Kebidananpenyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 1. Jakarta; EGC Manuaba. IBG. 2010. Ilmu Kebidananpenyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta; EGC Masyuri. 2007. Persiapan MenghadapiPersalinan. Yogyakarta: Mitra Pustaka Mitayani. 2010. Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta. Nuha Medika Mochtar.2006.Sinopsis Obstetri Fisilogis: Obstetri Patologis.Jakarta: EGC Notoadmodjo.2010. Metode Penelitian Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta Nurhaeni .2008. Panduan Lengkap Kehamilan Dan Kelahiran Sehat.Jogjakarta: AR Group Padila. 2014. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Di Puskesmas 12 Kedawung 1 Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen Tahun 2015 Prawirihardjo. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatanmaternal Dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Prawirihardjo. 2009.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatanmaternal Dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Di Puskesmas 13 Kedawung 1 Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen Tahun 2015