Vol. 01 No. 02 JURNAL MANAJEMEN Juli 2014 Halaman 39-57 ISSN 2339-1510 PENGARUH NILAI TUKAR MATA UANG DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERKEMBANGAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2013 Muh. Halim Palatte¹ Akbar² No. HP 085398014496¹ ABSTRAK IHSG Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan indeks yang paling banyak digunakan dan dipakai sebagai acuan tentang perkembangan kegiatan di pasar modal. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh variabel Nilai Tukar Mata Uang dan Tingkat Suku Bunga terhadap IHSG. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda dengan bantuan program SPSS (Statistic Program for Social Scienci) versi 21. Penelitian ini menggunakan data bulanan dari tahun 2009-2013 untuk tiap variabel penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Nilai Tukar Mata Uang dan Tingkat Suku Bunga berpengaruh terhadap IHSG. Selain itu diperoleh bahwa nilai adjusted R square adalah 42%. Keywords : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Nilai Tukar Mata Uang, Tingkat Suku Bunga PENDAHULUAN Stock Price Indeks (IHSG) mencerminkan bursa efek, apakah pasar sedang dalam keadaan bullish (harga saham cenderung bergerak naik) atau dalam keadaan cenderung bearish bergerak (harga turun). saham Jika ISHG meningkat, berarti harga saham keseluruhan cenderung meningkat, demikian pula sebaliknya. Apabila IHSG menurun, harga saham keseluruhan menurun. Bahkan saat ini Indeks Harga Saham dapat dijadikan barometer yang menunjukkan kesehatan ekonomi suatu negara dan dapat dijadikan sebagai dasar dalam menganalisis kondisi pasar (BEI,2008). Apabila terjadi peningkatan Indeks Harga Saham Gabungan maka kondisi pasar bisa dikatakan dalam kondisi Indeks Harga Saham Gabungan atau Composite dapat baik. Contohnya jatuhnya perekonomian Amerika serikat yang ditandai dengan krisis ekonomi global pada merupakan suatu nilai yang digunakan untuk pertengahan tahun 2008 telah meruntuhkan mengukur kinerja kerja saham yang tercatat di perekonomian di benua Eropa dan Asia, suatu khususnya bursa efek. Menurut Sunariyah negara berkembang. Dimana (2006:142) Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia sebagai negara berkembang yang menggambarkan suatu rangkaian informasi secara pelan tapi pasti terkena imbas dari historis mengenai pergerakan harga saham krisis finansial global (Pananda Pasaribu dkk, gabungan 2009:1). seluruh saham, sampai pada tanggal tertentu. 39 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i 2 0 1 4 Vol. 01 No. 02 Juli 2014 Halaman 39-57 ISSN 2339-1510 JURNAL MANAJEMEN Hal ini mengakibatkan pemerintah mengambil tindakan cepat melalui otoritas BEI dan BAPEPAM dengan pelemahan sebesar 20% dari sebelum- sebelumnya yang berada di level Rp 10.000. melakukan Disamping itu variabel suku bunga penghentian perdagangan sementara dengan juga tujuan melindungi investor hingga pada saat saham dan nilai tukar. Suku bunga menjadi kondisi normal, tetapi hal ini tidak banyak salah satu tolak ukur masyarakat dalam membantu menanamkan modalnya. Pemilik modal akan karena banyaknya faktor / ikut mempengaruhi fluktuasi variabel-variabel makro seperti nilai tukar mengalokasikan mata uang (kurs) dan tingkat suku bunga berdasarkan tingkat return dan resiko yang yang mempengaruhi Indeks harga Saham. ada pada suatu aset. Suku bunga menjadi hal Indeks Harga Saham Gabungan kini yang penting kekayaannya dalam pada harga pertumbuhan dan digunakan oleh investor dalam melihat kondisi perkembangan bursa yang akan digunakan untuk mengambil sektor riil serta aliran modal di suatu negara. suatu keputusan saat melakukan transaksi Apabila suku bunga cenderung naik, maka saham. IHSG di BEI ini mengambil hari dasar pemilik modal akan mengalokasikan dananya pada ke dalam instrumen investasi yang lain seperti tanggal 10 Agustus 1982 dan mengikutsertakan semua saham yang tercatat perekonomian aset khususnya deposito (Novita dan Nachrowi, 2006). di BEI. Indeks ini mencakup semua saham Namun seiring dengan membaiknya biasa maupun saham preferen di BEI. Metode perekonomian indonesia, dan juga tingkat dalam penghitungan indeks harga saham suku bunga yang cenderung stabil di level gabungan yaitu dengan metode rata-rata 6,5% dalam kurun waktu 17 bulan semenjak tertimbang Agustus (Weight Average Method) (Sunariyah, 2006:144). Krisis 2009 hingga Desember 2010. Kestabilan Nilai tukar mata uang yang dijaga ekonomi yang terjadi di oleh Bank Indonesia dan suku bunga yang Indonesia pada November 2008 memaksa cenderung sektor perbankan menaikkan suku bunga ke penguatan IHSG. level lebih dari 10%. Krisis ini memicu stabil Fenomena ikut menyumbang kenaikan maupun jatuhnya Indeks Harga Saham Gabungan penurunan IHSG tentunya disebabkan oleh (IHSG) hingga melemah sebesar 30% dalam banyak faktor atau variabel yang dapat jangka waktu yang hanya sebulan. Pada mempengaruhi perubahan IHSG tersebut, Oktober-November 2008 merupakan namun di dalam tulisan ini akan berfokus sinyalemen bagi perekonomian kepada dua variabel independen yang lebih Indonesia. Pelemahan IHSG terjadi seiring spesifik yaitu nilai tukar mata uang dan tingkat dengan melemahnya nilai tukar rupiah ke suku bunga. buruk level lebih dari Rp 12.000 atau mengalami Penelitian ini menggunakan nilai tukar mata uang (Kurs) Rupiah terhadap Dollar AS 40 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i 2014 Vol. 01 No. 02 Juli 2014 Halaman 39-57 ISSN 2339-1510 JURNAL MANAJEMEN dengan alasan bahwa selama ini Dollar AS suku bunga SBI mempunyai pengaruh positif merupakan mata uang internasional paling terhadap IHSG. stabil di dunia. Selain itu, Dollar AS Berdasarkan research gap pada merupakan mata uang internasional yang beberapa penelitian terdahulu, maka penulis terkuat, sehingga banyak negara ataupun tertarik untuk melakukan penelitian dengan perusahaan cakupan yang melakukan transaksi masalah Indeks Harga Saham dengan menggunakan mata uang ini (Dollar Gabungan (IHSG) sebagai variabel dependen AS). yang sedangkan nilai tukar mata uang (Kurs) dalam digunakan adalah Tingkat suku bunga SBI/BI hal ini kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Rate yang merupakan salah satu variabel dan tingkat suku bunga SBI sebagai variabel makro independen. Untuk tingkat ekonomi berpotensi suku yang bunga keberadaannya mempengaruhi kegiatan METODE PENELITIAN perdagangan di lantai bursa yang tercermin Tempat penelitian ini dilakukan di dari besaran IHSG. IHSG sendiri merupakan salah satu indikator pasar modal yang sering sekali dijadikan acuan bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kegiatan di bursa Bursa Efek Indonesia (BEI). Data diperoleh dengan mengakses www.idx.co.id dan dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) serta menggunakan data pada Indonesian Capital efek. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Market Directory (ICMD). Adapun variabel yang diteliti dalam oleh beberapa penelitian terdahulu, terdapat perbedaan hasil yang ditemukan. Penelitian yang dilakukan oleh whardane (2004) dan Rumiris L. Tobing (2009) membuktikan penelitian ini adalah nilai tukar mata uang dan tingkat suku bunga tehadap perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan di BEI. Dalam penelitian ini metode yang bahwa nilai tukar mata uang dan tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap IHSG. Penelitian yang dilakukan oleh Mudji Utami (2003) dan Wiyani (2005) membuktikan bahwa Nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Untuk penelitian yang dilakukan oleh Nachrowi dan usman (2007) menemukan bahwa Nilai tukar Mata uang berpengaruh negatif terhadap IHSG. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Aditya Novianto (2008) membuktikan bahwa Kurs rupiah dan tingkat digunakan dalam pengumpulan data adalah metode dokumentasi, yaitu dengan mencatat dan mengcopy data-data tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian baik dari sumber Dokumen/Buku-buku, Majalah, Internet dan lain-lain. Untuk data nilai tukar mata uang dan tingkat suku bunga diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia dan Indeks Harga Saham Gabungan yang bersumber dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan metode studi pustaka dilakukan sebagai pedoman dasar dalam menggunakan literatur, 41 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i 2014 Vol. 01 No. 02 Juli 2014 Halaman 39-57 ISSN 2339-1510 JURNAL MANAJEMEN jurnal dan sumber pustaka lainnya untuk bulanan diharapkan dapat memperoleh hasil penelitian. Jenis data yang digunakan dalam yang lebih akurat. penelitian ini adalah data kuantitatif berupa Metode dan Teknik Analisis Data data runtut waktu (time series) yaitu data yang Model analisis yang digunakan dalam disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu. Sedangakan sumber data yang digunakan yaitu data sekunder yang diperoleh dari hasil publikasi Bank Indonesia, Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI), hasil publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) dan hasil dari Jakarta Stock Exchange (JSX) meliputi data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), suku bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI), Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika dengan menggunakan Kurs tengah yang dihitung atas dasar Kurs jual dan Kurs beli penelitian ini adalah regresi linier berganda. Untuk ketepatan perhitungan dan mengurangi human error penelitian ini tidak melakukan perhitungan seluruh data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Nilai Tukar Mata Uang (Kurs) serta Tingkat Suku Bunga (SBI). Berdasarkan data yang tersedia di internet untuk semua variabel yang di gunakan dalam penelitian ini, tersedia tahun 1997 sampai 2013. Harga Saham Gabungan (IHSG), Nilai Tukar Mata Uang (Kurs Rupiah terhadap Dollar AS) serta Tingkat Suku Bunga (SBI)/ BI Rate yang dibatasi pada data penutupan tiap akhir bulan selama periode pengamatan antara tahun 2009-2013 sehingga didapat 60 bulan data. Alasan pemilihan data bulanan adalah untuk kepanikan bias pasar yang dalam tetapi untuk pengolahan data statistik, yaitu dengan menggunakan Dengan program menggunakan SPSS versi program 21. SPSS disamping untuk memperoleh hasil yang akurat dan tepat, juga pengolahan data dapat dilakukan dengan cepat. regresi yang dilakukan terbebas dari adanya gejala multikolinearitas, gejala autokorelasi, dan gejala mengetahui tersebut terjadi akibat mereaksi suatu informasi, sehingga dengan penggunaan data heterokedatisitas. ada tidaknya Untuk gejala-gejala perlu dilakukan uji terlebih dahulu dengan uji asumsi klasik. 1. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik digunakan untuk Sedangkan sampel penelitian ini yaitu Indeks menghindari akan Untuk mengetahui apakah estimasi Populasi dari penelitian ini adalah dari manual dengan menggunakan program komputer yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. data secara mengetahui kondisi data yang digunakan dalam penelitian. Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat. Uji asumsi terhadap data meliputi : a. Uji Normalitas Uji normalitas mengetahui adalah apakah untuk dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas berdistribusi normal atau tidak normal (Imam Ghozali, 2002). Untuk mengetahui 42 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i 2014 apakah berdistribusi Vol. 01 No. 02 Juli 2014 Halaman 39-57 ISSN 2339-1510 JURNAL MANAJEMEN normal atau tidak adalah dengan Uji Multikolinearitas dilakukan dengan dilakukan uji Kolmogorov Smirnov, menggunakan korelasi distribusi data dikatakan normal jika variabel-variabel independen signifikansi > 0,05 dan dikatakan tidak akan digunakan dalam persamaan normal 0,05. regresi atau dengan menghitung nilai Disamping menggunakan dengan uji tolerance dan VIF (Variance Inflation Kolmogorov pula Factors). Dalam model regresi yang menggunakan baik seharusnya tidak terjadi korelasi gambar histogram dan grafik normal p- di antara variabel independen. Jika plot yang pada prinsipnya jika data variabel-variabel menyebar di sekitar garis diagonal dan maka variabel ini tidak ortogonal. mengikuti arah garis diagonal atau Variabel ortogonal adalah variabel grafik bebas jika dilakukan signifikansi Smirnov, dengan < dapat histogramnya menunjukkan berarti pola yang saling nilai antara yang berkorelasi, korelasi antar berdistribusi sesama variabel adalah nol (Imam normal, sedangkan jika data menyebar Ghozali, 2002). untuk mendeteksi ada jauh dari garis diagonal dan tidak atau tidak multikolinearitas di dalam mengikuti arah garis diagonal atau model regresi, dapat dilakukan analisis grafik histogramnya berarti data tidak sebagai berikut : berdistribusi normal (Imam Ghozali, 1) Menganalisis 2005). matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar b. Uji Multikolinearitas variabel bebas ada korelasi yang Uji multikolinearitas adalah hubungan cukup tinggi (diatas 0,90) maka hal antar peubah prediktor yang signifikan ini merupakan indikasi adanya dalam multikolinearitas. model regresi. Penentuan peubah prediktor yang kurang teliti atau mungkin hubungan mencoba telah tersebut tetapi memaksakan 2) Multikolinearitas dapat juga dilihat diketahui dari nilai tolerance dan Variance peneliti Inflation Factor ( VIF ). Batas peubah toleransi value adalah 0,10 dan tersebut tetap digunakan dalam model VIF maka setelah tolerance value kurang dari 0,10 dilakukan uji t akan menghasilkan atau VIF lebih besar dari 10 maka respon yang terjadi multikolinearitas. rendah. Uji konsekuensinya tingkat ketelitiannya multikolinearitas ini adalah 3) Nilai R2 10. sangat Apabila tinggi, nilai tetapi bertujuan untuk menguji apakah dalam secara individual variabel-variabel model bebas banyak yang tidak signifikan regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. 43 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i mempengaruhi variabel terikat. 2014 Vol. 01 No. 02 Juli 2014 Halaman 39-57 ISSN 2339-1510 JURNAL MANAJEMEN c. Uji Autokorelasi 4. Bila nilai DW terletak diantara du Autokorelasi (korelasi) adalah yang hubungan terjadi anggota-anggota di dari dan dl atau DW terletak (4-du) dan antara (4-dl), maka hasilnya tidak dapat serangkaian pengamatan yang tersusun dalam disimpulkan. d. Uji Heteroskedastisitas rangkaian waktu (time series data) Heteroskedastisitas adalah hubungan atau yang tersusun dalam rangkaian dimana varians variabel dalam model ruang. Uji autokorelasi bertujuan untuk tidak menguji apakah dalam suatu model heteroskedastisitas regresi linear ada korelasi antara menguji apakah dalam model regresi kesalahan pengganggu pada periode t terjadi ketidaksamaan variance dari dengan residual kesalahan periode t-1 sama satu (Konstan). Uji bertujuan untuk pengamatan ke (sebelumnya). Jika terjadi korelasi pengamatan lain. Model regresi yang maka baik dinamakan ada problem adalah yang terjadi autokorelasi. Model regresi yang baik homokedastisitas atau tidak terjadi adalah autokorelasi. heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi Untuk mendeteksi autokorelasi, dapat adanya heteroskedastisitas dilakukan dilakukan dengan yang uji bebas statistik Durbin-Watson (DW melalui test) uji (Imam Dasar menggunakan pengambilan uji Glejser. keputusan uji Ghozali, 2002). Dasar pengambilan heteroskedastisitas melalui uji Glejser keputusan ada tidaknya autokorelasi dilakukan sebagai berikut : adalah sebagai berikut : 1. Jika ada pola tertentu seperti titik- 1. Bila nilai DW terletak diantara titik (point-point) yang ada batas alas atau upper bound (du) membentuk suatu pola tertentu dan yang (4-du) maka koefisien teratur autokorelasi = 0, berarti tidak ada melebar autokorelasi. maka 2. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau lower bound (dl) autokorelasi maka (bergelombang, kemudian menyempit), telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas serta koefisien titik-titik menyebar di atas dan di > 0, berarti ada bawah angka nol pada sumbu Y autokorelasi positif. 3. Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka tidak terjadi heteroskedastisitas. maka koefisien autokorelasi < 0, Bila berarti ada autokorelasi negatif. akan terjadi heteroskedastisitas menimbulkan varians koefisien regresi menjadi minimal 44 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i 2014 Vol. 01 No. 02 Juli 2014 Halaman 39-57 ISSN 2339-1510 JURNAL MANAJEMEN dan confidence interval melebar, sehingga hasil uji signifikansi e = error Ketepatan regresi sampel statistik tidak valid lagi. Salah satu dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari cara Goodness yang digunakan mendeteksi untuk adanya of Fit-nya. Secara heteroskedastisitas adalah dengan berikut : melihat grafik P-Plot antara nilai a. Koefisien Determinasi (R2) dengan nilai residualnya (SRESID). Kd (R2) digunakan untuk mengukur adalah antara 0 dan 1. Nilai R yang kecil Secara umum analisis regresi pada adalah ketergantungan seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai Kd Analisis Regresi Berganda dasarnya studi satu mengenai variabel terikat (Dependent) dengan satu atau lebih variabelvariabel bebas (Independent), dengan tujuan untuk mengestimasi dan memprediksi ratarata populasi atau nilai rata-rata variabel terikat (Dependent) berdasarkan nilai variabel berarti perhatian adalah pada upaya menjelaskan dan mengevaluasi hubungan antara suatu variabel dengan satu atau lebih variabel Seberapa independen besar mempengaruhi variabel variabel Y =a + b1 X1 + b2 X2 + e mendekati 1 berarti variabel independen memberikan yang = IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) a = Konstanta b1-b2 = Koefisien Garis Regresi X1 = Nilai Tukar Mata Uang X2 = Tingkat Suku Bunga hampir dibutuhkan semua untuk informasi memprediksi variasi variabel independen. b. Uji t (pengujian secara parsial) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. c. Uji F (pengujian secara simultan) Uji F dilakukan untuk melihat apakah semua independent model Keterangan: variabel-variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang dependen dihitung dengan menggunakan persamaan garis regresi berganda berikut : kemampuan independen dalam menerangkan variabel bebas (Independent) yang diketahui. Pusat Independen. statistik, setidaknya ini dapat diukur dengan metode prediksi variabel terikat (ZPRED) Y fungsi yang mempunyai variabel-variabel dimasukkan dalam pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriftif Statistik Deskriftif dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum 45 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i 2014 Vol. 01 No. 02 Juli 2014 Halaman 39-57 ISSN 2339-1510 JURNAL MANAJEMEN tentang data yang telah di olah yang terdiri dari frekuensi, mean dan standar deviasi. Berikut ini tabel data deskriftif : Tabel 1 Statistika Deskriptif IHSG Residuals Statisticsa Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Model 1285,4757 5.068,6280 3516,0688 637,32080 60 -1470,04858 1700,64661 ,00000 719,17480 60 Predicted Value Residual -3,219 1,305 ,000 1,000 60 Std. Predicted Value Std. Residual -2,009 2,324 ,000 ,983 60 a. Dependent Variable: IHSG Dari hasil perhitungan di atas dengan jumlah pengamatan selama 60 bulan dimulai Gambar 1 Hasil Uji Normalitas dengan Histogram Grafik Normal dari bulan Januari tahun 2009 hingga bulan Desember tahun 2013, dapat dilihat bahwa nilai terendah IHSG adalah 1285,4757 yang terjadi pada bulan Februari tahun 2009, sementara nilai tertinggi IHSG adalah 5068,6280 yang terjadi pada bulan Mei tahun 2013.Nilai rata-rata IHSG adalah sebesar 3516,0688 dengan standar deviasi sebesar Pengujian Asumsi Klasik 637,32080. Dengan nilai standar deviasi yang Model sangat besar ini menandakan bahwa nilai yang digunakan untuk menganalis data dalam penelitian ini adalah IHSG berfluktuasi tajam. Hal ini dapat dilihat menggunakan regresi linier berganda dan uji pada grafik berikut ini : hipotesis dengan menggunakan uji t dan uji F. Sebelum membahas tentang analisis data, 46 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i 2014 Vol. 01 No. 02 Juli 2014 Halaman 39-57 ISSN 2339-1510 JURNAL MANAJEMEN terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang digunakan untuk mengetahui gangguan- Gambar 2 dan 3 Hasil Uji Normalitas dengan Histogram Grafik Normal P-Plot gangguan atau persoalan-persoalan pada regresi linier berganda. a. Uji Normalitas Data Pengujian distribusi data bertujuan untuk menguji suatu data penelitian apakah dalam model statistik, variabel terikat dan variabel bebas berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Untuk mengetahui distribusi data suatu penelitian, salah satu alat yang digunakan adalah menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Menurut Imam Ghozali (2005), bahwa distribusi data dapat dilihat dengan membandingkan Z hitung dengan Z tabel dengan kriteria sebagai berikut : - Jika Z hitung (Kolmogorov Smirnov) < Z tabel (1,96), maka distribusi data dikatakan normal. - Jika Z hitung (Kolmogorov Smirnov) > Z tabel (1,96), maka distribusi data dikatakan tidak normal. Berdasarkan hasil data penelitian pada nilai residual memiliki angka Z hitung (Kolmogorov Smirnov) sebesar 1, 305 < 1,96 sehingga termasuk distribusi data yang normal. Selain dengan menggunakan angka statistik dengan uji Kolmogorov Smirnov, dapat pula dilihat dengan grafik normal p-plot dan histogram sebagai berikut : 47 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i 2014 Vol. 01 No. 02 Juli 2014 Halaman 39-57 ISSN 2339-1510 JURNAL MANAJEMEN a. Uji Multikolinearitas Uji untuk Uji autokorelasi bertujuan untuk multikolinearitas menguji apakah bertujuan dalam model menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antar anggota regresi ditemukan adanya korelasi antar sampel yang variabel bebas. Model regresi yang baik waktu. Penyimpangan seharusnya tidak terjadi korelasi diantara biasanya muncul pada observasi yang variabel bebas. Jika variabel bebas saling menggunakan data time series. berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. berdasarkan asumsi autokorelasi ini dideteksi orthogonal dengan menggunakan Uji Durbin-Watson adalah variabel bebas yang nilai korelasi (DW). Untuk mendeteksi ada tidaknya antar sama autokorelasi harus dilakukan pengujian dengan nol. Multikolinearitas dapat dilihat Durbin-Watson (DW) dengan nilai d hasil dari nilai tolerance dan Variance Inflation penelitian dibandingkan dengan nilai dtabel Factor dari dengan tingkat signifikasi 5% dengan df = gangguan multikolinearitas apabila nilai n-k-1. Dari hasil pengujian terlihat bahwa VIF kurang dari 10 (Ghozali, 2005). Hasil nilai DW sebesar 0,214. Hal ini berarti uji multikolinearitas dapat dilihat pada data tidak terkena autokorelasi, oleh tabel berikut ini : karena itu model regresi ini dinyatakan sesama (VIF). Variabel Gejala diurutkan variabel Regresi bebas bebas Tabel 2 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model Collinearity Statistics Tolerance VIF (Constant) ,775 1,290 KURS 1 SBI ,775 layak untuk dipakai. 1,290 Hasil yang diperoleh dalam angka VIF ini nilainya < 10 yaitu VIF untuk variabel nilai tukar mata uang (X1) sebesar 1,290. VIF variabel suku bunga SBI (X2) sebesar 1.290. Melihat hasil VIF pada semua variabel penelitian yaitu < 10, maka data-data penelitian digolongkan tidak terdapat gangguan multikolinearitas dalam model regresi. b. Uji Autokorelasi 48 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i 2014 Vol. 01 No. 02 Juli 2014 Halaman 39-57 ISSN 2339-1510 JURNAL MANAJEMEN Tabel 3 Hasil Uji Autokorelasi (Nilai Durbin-Watson) Model Summaryb Model R R Square ,663a Adjusted R Square ,440 Std. Error of the Estimate ,420 Durbin-Watson 731,68313 ,214 1 a. Predictors: (Constant), SBI, KURS b. Dependent Variable: IHSG a. Uji Heteroskedastisitas Salah satu cara untuk mendeteksi ada Uji Heteroskedastisitas bertujuan atau tidaknya heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dari model regresi dengan melihat grafik plot antara nilai terjadi prediksi residual ketidaksamaan satu varians dari pengamatan ke variabel residualnya. Jika terikat ada pola dengan tertentu, pengamatan yang lain. Model regresi seperti titik-titik menyebar di atas dan di yang baik adalah yang homoskedastisitas bawah angka 0 pada sumbu Y, maka atau tidak terjadinya heteroskedastisitas. tidak terjadi heteroskedastisitas. Gambar 4 Berdasarkan gambar di atas tidak Hasil Uji Heteroskedastisitas 49 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i 2014 Vol. 01 No. 02 Juli 2014 Halaman 39-57 ISSN 2339-1510 JURNAL MANAJEMEN terlihat ada pola tertentu, serta titik-titik Selain itu untuk melihat apakah menyebar di atas dan di bawah angka 0 dari model regresi terjadi ketidaksamaan pada varians dari residual satu pengamatan ke sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. pengamatan yang lain dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4 Uji Koefisien Spearrman’s rho Correlations Correlations Unstandardized Residual Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N -,157 ,230 60 SBI Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N -,027 ,840 60 Unstandardized Residual Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N 1,000 . 60 KURS Berdasarkan hasil pengujian autokorelasi, dan heteroskedastisitas di atas terlihat bahwa heterokedastisitas. semua regresi variabel bebas tidak signifikan dilakukan tidak Selanjutnya untuk terjadi analisis mengetahui terhadap nilai absolut residual regresi yang pengaruh antar variabel independen dan terbentuk variabel dependen. Dalam penelitian ini bebas dari gejala heteroskedastisitas. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan cara memasukkan seluruh variabel sehingga dapat diketahui a. Analisis Regresi Hasil pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini layak seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun hasil analisis persamaan regresi dapat dilihat pada tabel berikut : digunakan karena model regresi telah terbebas dari masalah normalitas data, tidak terjadi multikolinearitas, tidak terjadi 50 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i 2014 Vol. 01 No. 02 Juli 2014 Halaman 39-57 ISSN 2339-1510 JURNAL MANAJEMEN Tabel 5 Hasil Analisis Regresi Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. Coefficients B (Constant) Std. Error 9240,770 1164,776 ,128 ,120 16239,794 1 KURS SBI Beta -102666,400 Berdasarkan hasil regresi linear di 7,934 ,000 ,120 1,068 ,029 -,712 -6,322 ,000 3. Tingkat suku bunga (SBI) atas, model analisis regresi berganda menunjukkan yang digunakan dalam penelitian ini dapat mempunyai arti bahwa jika Nilai tukar dirumuskan sebagai berikut : mata uang dalam keadaan konstan Y = 9240,770 + 0,128 +(-102666,4) + e maka setiap peningkatan Tingkat suku Dari persamaan regresi tersebut dapat bunga diungkapkan : menurunkan 1. Konstanta menunjukkan angka sebesar 9240,770 yang berarti tanpa variabel independen Indeks Harga Saham Gabungan mencapai (IHSG) 9240,770. -102666,4 sebesar nilai 1% Indeks akan Harga Saham gabungan (IHSG) sebesar 102666,4. b. Uji Koefisien Determinasi (R2) sudah Pada penelitian ini, analisis ini koefisien determinasi dimaksudkan untuk pengaruh mengetahui seberapa besar keterkaitan variabel lain selain Nilai tukar mata antara variabel bebas yaitu nilai tukar uang dan Tingkat suku bunga SBI. mata uang dan tingkat suku bunga menandakan 2. Nilai tukar Hal SBI angka adanya mata uang (Kurs) dengan hasil uji sebagai berikut : menunjukkan angka 0,128 mempunyai arti bahwa jika Tingkat suku bunga SBI dalam keadaan konstan maka setiap peningkatan Nilai tukar mata uang sebesar meningkatkan nilai 1 poin akan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 0,128. 51 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i 2014 Vol. 01 No. 02 Juli 2014 Halaman 39-57 ISSN 2339-1510 JURNAL MANAJEMEN Tabel 6 Koefisien Determinasi (R2) Model Summaryb Model R R Square ,663a 1 Adjusted R Square ,440 Std. Error of the Estimate ,420 731,68313 a. Predictors: (Constant), SBI, KURS b. Dependent Variable: IHSG Pada penelitian ini nilai koefisien Secara parsial berpengaruh nyata atau determinasi (Adjusted R2) adalah sebesar tidak terhadap variabel dependen. Derajat 0,420. Hal ini berarti bahwa variabel nilai signifikansi yang digunakan adalah 0,05. tukar mata uang (Kurs) dan tingkat suku Apabila nilai signifikan lebih kecil dari bunga (SBI) sebesar 42%. Sedangkan derajat kepercayaan maka kita menerima sisanya yaitu sebesar 100%-42% = 58% hipotesis dijelaskan oleh faktor-faktor lain selain bahwa suatu variabel independen secara variabel yang diteliti di atas. parsial mempengaruhi variabel dependen. c. Uji t (Pengujian secara parsial) Berikut Uji t digunakan untuk mengetahui alternatif, ini adalah yang tabel menyatakan dari hasil pengujian : apakah variabel-variabel independen Tabel 7 Hasil Analisis Uji t Coefficientsa Model 1 Unstandardized Coefficients Standardized T Sig. Coefficients B (Constant) 9240,770 1164,776 ,128 ,120 -102666,400 16239,794 KURS SBI Std. Error Beta a. Dependent Variable: IHSG 52 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i 2014 7,934 ,000 ,120 1,068 ,029 -,712 -6,322 ,000 Vol. 01 No. 02 Juli 2014 Halaman 39-57 ISSN 2339-1510 JURNAL MANAJEMEN Hasil uji statistik tersebut menunjukkan langsung terhadap IHSG meningkat bahwa : 0,128. 1. Nilai Tukar Mata Uang (Kurs) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berorientasi impor, depresiasi kurs Misalkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai tukar mata uang (kurs) menghasilkan nilai t hitung sebesar 1,068. mempunyai sebesar Variabel tingkat 0,029 dibandingkan ini signifikansi yang apabila dengan derajat kesalahan yang telah ditentukan yaitu sebesar 5% atau 0,05, variabel ini termasuk signifikan. Nilai signifikansi variabel nilai tukar mata uang lebih kecil dari derajat kesalahan yang artinya bahwa H0 ditolak dan H1 dapat diterima. Dari hasil uji t disimpulkan bahwa nilai tukar mata uang (Kurs) berpengaruh signifikan terhadap perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Jadi secara parsial variabel nilai tukar mata uang (Kurs) memberikan signifikan pengaruh terhadap Indeks secara Harga Saham Gabungan (IHSG). Koefisien regresi variabel Kurs sebesar 0,128 bermakna jika variabel kurs meningkat 1 poin, maka akan berpengaruh terhadap satu satuan IHSG sebesar 0,128 poin. yang rupiah terhadap dollar Amerika yang tajam Berdasarkan perusahaan akan berdampak negatif terhadap harga saham perusahaan. Sementara itu, perusahaan yang berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari depresiasi kurs rupiah terhadap dollar Amerika. Ini berarti harga saham yang terkena dampak negatif akan mengalami penurunan di Bursa Efek Indonesia (BEI), sementara perusahaan yang terkena dampak positif akan mengalami kenaikan harga sahamnya. Selanjutnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga akan terkena dampak negatif tergantung pada atau kelompok positif yang dominan dampaknya. Keadaan ini memudahkan investor menggunakan informasi nilai tukar mata uang dalam membuat keputusan investasi karena adanya pola yang kuat antara kedua variabel tersebut saling mempengaruhi yang juga sejalan dengan literatur yang dikembangkan oleh Flood & Garber (1984). 2. Tingkat Suku Bunga (SBI) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Dengan kata lain bila ada Dari hasil regresi diketahui penguatan nilai tukar rupiah sebesar 1 bahwa (ditandai dengan mengecilnya nominal menghasilkan nilai t hitung sebesar - angka) 6,322. Variabel ini mempunyai tingkat maka berpengaruh secara 53 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i tingkat 2014 suku bunga (SBI) Vol. 01 No. 02 Juli 2014 Halaman 39-57 ISSN 2339-1510 JURNAL MANAJEMEN signifikansi sebesar 0,000 yang Hasil penelitian ini sesuai apabila dibandingkan dengan derajat dengan penelitian yang dilakukan oleh kesalahan yang telah ditentukan yaitu Wahyu Wiyani (2005), Mudji Utami sebesar 5% atau 0,05, dimana Nilai dan Mudjilah Rahayu (2003) dimana signifikansi variabel suku hasil penelitiannya diperoleh bahwa bunga SBI lebih kecil dari derajat ada pengaruh yang signifikan antara kesalahan yang artinya bahwa H0 nilai tukar mata uang dan tingkat suku ditolak dan H1 dapat diterima. Dari bunga SBI terhadap perkembangan hasil uji t disimpulkan bahwa tingkat Indeks suku bunga (SBI) berpengaruh negatif (IHSG) secara parsial. dan tingkat signifikan terhadap (IHSG) secara Uji parsial. F semua akan menyebabkan penurunan Indeks dimasukkan Harga berpengaruh sebesar Gabungan -102666,400. (IHSG) Hal Gabungan dilakukan untuk menunjukkan apakah secara simultan Kenaikan tingkat suku bunga (SBI) 1% Saham Saham d. Uji f (Pengujian Secara Simultan) perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan Harga ini variabel independen dalam model terhadap yang regresi variabel dependen. Secara simultan signifikansi dikarenakan, kenaikan tingkat suku model bunga perbandingan antara F-tabel dan F- (SBI) mengalihkan modal ke mendorong dananya pasar investor dari uang pasar hitung. regresi Selain diuji itu dengan akan melihat dilihat nilai sehingga signifikansi, dimana jika nilai sig < 0,05 mengakibatkan Indeks Harga Saham maka variabel independen dinyatakan Gabungan berpengaruh (IHSG) mengalami penurunan. terhadap variabel dependen. Adapun hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 8 Hasil Analisis Uji f Model Sum of Squares ANOVAa df Mean Square Regression 23964490,662 2 11982245,331 1Residual 30515531,586 57 535360,203 Total 54480022,249 59 a. Dependent Variable: IHSG 54 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i 2014 F 22,382 Sig. ,000b Vol. 01 No. 02 Juli 2014 Halaman 39-57 ISSN 2339-1510 JURNAL MANAJEMEN Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai Fhitung adalah signifikansi 22,382 0,000. dengan sedangkan SIMPULAN tingkat nilai Ftabel terlebih dahulu dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu mencari nilai df1 dan df2. Dengan jumlah sampel (n) = 60 dan jumlah variabel (k) = 2 serta α = 0,05 diperoleh df1 (k-1 = 2-1) = 1 dan df2 (n-k-1 = 60-2-1) = 57. Berdasarkan hasil dari df1 dan df2 maka diperoleh nilai Ftabel sebesar 5,35 (dibulatkan). Uji F dilakukan dengan membandingkan Berdasarkan pembahasan hasil maka penelitian diperoleh dan kesimpulan sebagai berikut : 1. Nilai Tukar Mata Uang berpengaruh signifikan terhadap perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan, Keadaan ini memudahkan investor menggunakan informasi nilai tukar mata uang dalam membuat keputusan investasi karena adanya pola yang kuat antara kedua antara Fhitung dengan Ftabel. Jika Fhitung < Ftabel variabel tersebut saling mempengaruhi. pada taraf signifikansi (α 0,05), maka H1 2. Tingkat Suku Bunga berpengaruh negatif ditolak dan sebaliknya bila Fhitung > Ftabel pada dan signifikan terhadap perkembangan taraf signifikansi (α 0,05), maka H1 diterima. Indeks Harga Saham Gabungan, Hal ini Oleh karena Ftabel pada tingkat kepercayaan dikarenakan kenaikan tingkat suku bunga 95% (α 0,05) adalah 5,35 maka dilakukan mendorong investor mengalihkan perbandingkan antara Fhitung dengan Ftabel dananya dari pasar modal ke pasar uang dimana nilai Fhitung > Ftabel (22,382 > 5,35) dan sehingga mengakibatkan Indeks Harga signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel independen nilai tukar mata uang (Kurs) dan tingkat suku bunga (SBI) berpengaruh secara perkembangan signifikan Indeks terhadap Harga Saham Gabungan (IHSG). Saham Gabungan mengalami penurunan. 3. Pada penelitian ini nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) adalah sebesar 0,420. Hal ini berarti bahwa variabel nilai tukar mata uang (Kurs) dan tingkat suku bunga (SBI) sebesar 42%. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 100%-42% = 58% Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa diketahui nilai dijelaskan oleh faktor-faktor lain selain variabel yang diteliti. tukar mata uang dan tingkat suku bunga secara Simultan (bersama-sama) dapat KETERBATASAN PENELITIAN Penelitian mempengaruhi perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan. Jika dihitung secara keterbatasan ini memiliki sehingga banyak membutuhkan parsial (individu) variabel Nilai Tukar Mata perbaikan untuk peneliti selanjutnya. Adapun Uang berpengaruh signifikan dan Tingkat keterbatasan yang dialami dalam penelitian ini Suku Bunga berpengaruh negatif signifikan yaitu : terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. 55 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i 2014 Vol. 01 No. 02 Juli 2014 Halaman 39-57 ISSN 2339-1510 JURNAL MANAJEMEN 1. Penentuan sampel yang hanya pada periode 2009-2013 yang sebagian besar rentang data berada pada kondisi nilai hubungan antara setiap variabel terutama variabel nilai tukar mata uang. 2. Untuk penelitian selanjutnya dapat tukar mata uang dan tingkat suku bunga dilakukan dengan menambahkan faktor yang normal dan stabil. makro ekonomi baik dari dalam maupun 2. Penelitian hanya memiliki Indeks Harga Saham Gabungan padahal perlu juga dikaji indeks saham sektor lain. 3. Penelitian ini hanya luar negeri. 3. Penelitian lebih lanjut dapat membandingkan periode penelitian yaitu menggunakan antara periode sebelum krisis ekonomi, variabel nilai tukar mata uang dan tingkat setelah krisis ekonomi dan pada saat suku bunga saja sebagai indikator indeks krisis finansial global harga saham gabungan, padahal masih diketahui konsistensi variabel tersebut banyak lagi faktor-faktor lain yang bisa dalam melihat pengaruh faktor‐faktor yang mempengaruhi penelitian. mempengaruhi 4. Penelitian ini hanya menggunakan dua variabel makro ekonomi dan Indeks sehingga akan Harga Saham Gabungan (IHSG). tidak memperhatikan faktor kondisi sosial politik dan keamanan yang terjadi di Indonesia yang juga mempengaruhi kinerja pasar saham. DAFTAR PUSTAKA Ang, Robbert.1997, “ Pasar Modal Indonesia”. Mediasoft Jakarta. Bank 5. Penelitian ini hanya menggunakan satu metode sehingga diperlukan studi lanjutan yang lebih mendalam dengan data dan Indonesia. Statistik Keuangan Indonesia. Ekonomi dan Bursa Efek Indonesia., 2014, Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa efek Indonesia. metode yang lebih lengkap sehingga dapat melengkapi hasil penelitian yang telah ada. SARAN Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi peneliti selanjutnya perlu menambahkan jumlah tahun sampel mulai tahun 1997 awal mula krisis ekonomi di Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Undip. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Undip. Maryanti, Sri. 2009. “Analisis Pengaruh Tingkat Bunga SBI dan Nilai Kurs Dolar AS Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Studi Pada Bursa Efek Jakarta).” Pekbis Jurnal, Vol. 1 Fakultas Ekonomi, Universitas Lancang Kuning. Pekanbaru. Indonesia sehingga akan lebih jelas pola 56 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i 2014 Vol. 01 No. 02 Juli 2014 Halaman 39-57 ISSN 2339-1510 JURNAL MANAJEMEN Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makro Ekonomi. Edisi 5. Jakarta: Erlangga. Mauliano, Deddy Azhar. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Universitas Gunadarma, Depok. Mudji Utami dan Mudjilah Rahayu, 2003, Peranan Profitabiliatas, Suku Bunga, Inflasi Dan Nilai Tukar Dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol.5 no.2 September 2003 : 123 ‐131. Mulyono, Sugeng, 2000. Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Tingkat Bunga Terhadap Harga Saham. Jurnal Ekonomi dan Manajemen Vol. 1 No. 2 Desember. Oktavilia, Shanty. 2003. Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Perkembangan Harga Saham di BEJ Periode 1990-2000. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Diponegoro, Semarang. Tobing dan Manurung, 2008, “Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap IHSG”. Utami. M.dan Rahayu, M., 2003, “Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar Dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi”, Jurnal Ekonomi Manajemen, Vol.5, No.2. Wiyani, Wahyu dan Wijayanto, Andi, 2005. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Tingkat Suku Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham terhadap Harga Saham, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Tahun IX, No. 3 September. Situs Website Resmi Bank Indonesia : http://www.bi.go.id Situs Website Resmi BEI : http://www.idx.co.id Situs Website Resmi Bapepem : http://www.bapepam.go.id Situs Website www.yahoo.finance.com Situs Website www.jsx.co.id Pratikno, Dedy. 2006. Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, SBI, dan Indeks Dow Jones Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen. Situs Website www.id.wikipedia.org Rahayu, Puji Theresia. 2002. Analisis Pengaruh Nilai Tukar dan Suku Bunga Terhadap IHSG di BEJ. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Diponegoro, Semarang. Sunariyah, 2006, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Kelima, UPP STIM YKPN, Yogyakarta. Tandelin, Eduardus, 2000, “ Pasar modal Indonesia: Problem dan Prospek”. Wahana, volume 3, No.2. 57 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i 2014