pengaruh nilai tukar mata uang dan tingkat suku bunga terhadap

advertisement
Vol. 01 No. 02
JURNAL MANAJEMEN
Juli 2014
Halaman 39-57
ISSN 2339-1510
PENGARUH NILAI TUKAR MATA UANG DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP
PERKEMBANGAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2009-2013
Muh. Halim Palatte¹
Akbar²
No. HP 085398014496¹
ABSTRAK
IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
merupakan indeks yang paling banyak digunakan
dan dipakai sebagai acuan tentang perkembangan
kegiatan di pasar modal. Ada banyak faktor yang
dapat mempengaruhi Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). Tujuan dari penelitian ini
adalah menganalisis pengaruh variabel Nilai Tukar
Mata Uang dan Tingkat Suku Bunga terhadap
IHSG.
Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode analisis regresi
berganda dengan bantuan program SPSS
(Statistic Program for Social Scienci) versi 21.
Penelitian ini menggunakan data bulanan dari
tahun 2009-2013 untuk tiap variabel penelitian.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel Nilai Tukar Mata Uang dan Tingkat Suku
Bunga berpengaruh terhadap IHSG. Selain itu
diperoleh bahwa nilai adjusted R square adalah
42%.
Keywords : Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), Nilai Tukar Mata Uang,
Tingkat Suku Bunga
PENDAHULUAN
Stock
Price
Indeks
(IHSG)
mencerminkan
bursa
efek,
apakah pasar sedang dalam keadaan bullish
(harga saham cenderung bergerak naik) atau
dalam
keadaan
cenderung
bearish
bergerak
(harga
turun).
saham
Jika
ISHG
meningkat, berarti harga saham keseluruhan
cenderung
meningkat,
demikian
pula
sebaliknya. Apabila IHSG menurun, harga
saham keseluruhan menurun.
Bahkan saat ini Indeks Harga Saham
dapat dijadikan barometer yang menunjukkan
kesehatan ekonomi suatu negara dan dapat
dijadikan sebagai dasar dalam menganalisis
kondisi pasar (BEI,2008). Apabila terjadi
peningkatan Indeks Harga Saham Gabungan
maka kondisi pasar bisa dikatakan dalam
kondisi
Indeks Harga Saham Gabungan atau
Composite
dapat
baik.
Contohnya
jatuhnya
perekonomian Amerika serikat yang ditandai
dengan
krisis
ekonomi
global
pada
merupakan suatu nilai yang digunakan untuk
pertengahan tahun 2008 telah meruntuhkan
mengukur kinerja kerja saham yang tercatat di
perekonomian di benua Eropa dan Asia,
suatu
khususnya
bursa
efek.
Menurut
Sunariyah
negara
berkembang.
Dimana
(2006:142) Indeks Harga Saham Gabungan
Indonesia sebagai negara berkembang yang
menggambarkan suatu rangkaian informasi
secara pelan tapi pasti terkena imbas dari
historis mengenai pergerakan harga saham
krisis finansial global (Pananda Pasaribu dkk,
gabungan
2009:1).
seluruh saham,
sampai
pada
tanggal tertentu.
39 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i 2 0 1 4
Vol. 01 No. 02
Juli 2014
Halaman 39-57
ISSN 2339-1510
JURNAL MANAJEMEN
Hal ini mengakibatkan pemerintah
mengambil tindakan cepat melalui otoritas
BEI
dan
BAPEPAM
dengan
pelemahan
sebesar
20%
dari
sebelum-
sebelumnya yang berada di level Rp 10.000.
melakukan
Disamping itu variabel suku bunga
penghentian perdagangan sementara dengan
juga
tujuan melindungi investor hingga pada saat
saham dan nilai tukar. Suku bunga menjadi
kondisi normal, tetapi hal ini tidak banyak
salah satu tolak ukur masyarakat dalam
membantu
menanamkan modalnya. Pemilik modal akan
karena
banyaknya
faktor
/
ikut
mempengaruhi
fluktuasi
variabel-variabel makro seperti nilai tukar
mengalokasikan
mata uang (kurs) dan tingkat suku bunga
berdasarkan tingkat return dan resiko yang
yang mempengaruhi Indeks harga Saham.
ada pada suatu aset. Suku bunga menjadi hal
Indeks Harga Saham Gabungan kini
yang
penting
kekayaannya
dalam
pada
harga
pertumbuhan
dan
digunakan oleh investor dalam melihat kondisi
perkembangan
bursa yang akan digunakan untuk mengambil
sektor riil serta aliran modal di suatu negara.
suatu keputusan saat melakukan transaksi
Apabila suku bunga cenderung naik, maka
saham. IHSG di BEI ini mengambil hari dasar
pemilik modal akan mengalokasikan dananya
pada
ke dalam instrumen investasi yang lain seperti
tanggal
10
Agustus
1982
dan
mengikutsertakan semua saham yang tercatat
perekonomian
aset
khususnya
deposito (Novita dan Nachrowi, 2006).
di BEI. Indeks ini mencakup semua saham
Namun seiring dengan membaiknya
biasa maupun saham preferen di BEI. Metode
perekonomian indonesia, dan juga tingkat
dalam penghitungan indeks harga saham
suku bunga yang cenderung stabil di level
gabungan yaitu dengan metode rata-rata
6,5% dalam kurun waktu 17 bulan semenjak
tertimbang
Agustus
(Weight
Average
Method)
(Sunariyah, 2006:144).
Krisis
2009
hingga
Desember
2010.
Kestabilan Nilai tukar mata uang yang dijaga
ekonomi
yang
terjadi
di
oleh Bank Indonesia dan suku bunga yang
Indonesia pada November 2008 memaksa
cenderung
sektor perbankan menaikkan suku bunga ke
penguatan IHSG.
level lebih dari 10%. Krisis ini memicu
stabil
Fenomena
ikut
menyumbang
kenaikan
maupun
jatuhnya Indeks Harga Saham Gabungan
penurunan IHSG tentunya disebabkan oleh
(IHSG) hingga melemah sebesar 30% dalam
banyak faktor atau variabel yang dapat
jangka waktu yang hanya sebulan. Pada
mempengaruhi perubahan IHSG tersebut,
Oktober-November
2008
merupakan
namun di dalam tulisan ini akan berfokus
sinyalemen
bagi
perekonomian
kepada dua variabel independen yang lebih
Indonesia. Pelemahan IHSG terjadi seiring
spesifik yaitu nilai tukar mata uang dan tingkat
dengan melemahnya nilai tukar rupiah ke
suku bunga.
buruk
level lebih dari Rp 12.000 atau mengalami
Penelitian ini menggunakan nilai tukar
mata uang (Kurs) Rupiah terhadap Dollar AS
40 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i
2014
Vol. 01 No. 02
Juli 2014
Halaman 39-57
ISSN 2339-1510
JURNAL MANAJEMEN
dengan alasan bahwa selama ini Dollar AS
suku bunga SBI mempunyai pengaruh positif
merupakan mata uang internasional paling
terhadap IHSG.
stabil
di
dunia.
Selain
itu,
Dollar
AS
Berdasarkan
research
gap
pada
merupakan mata uang internasional yang
beberapa penelitian terdahulu, maka penulis
terkuat, sehingga banyak negara ataupun
tertarik untuk melakukan penelitian dengan
perusahaan
cakupan
yang
melakukan
transaksi
masalah
Indeks
Harga
Saham
dengan menggunakan mata uang ini (Dollar
Gabungan (IHSG) sebagai variabel dependen
AS).
yang
sedangkan nilai tukar mata uang (Kurs) dalam
digunakan adalah Tingkat suku bunga SBI/BI
hal ini kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika
Rate yang merupakan salah satu variabel
dan tingkat suku bunga SBI sebagai variabel
makro
independen.
Untuk
tingkat
ekonomi
berpotensi
suku
yang
bunga
keberadaannya
mempengaruhi
kegiatan
METODE PENELITIAN
perdagangan di lantai bursa yang tercermin
Tempat penelitian ini dilakukan di
dari besaran IHSG. IHSG sendiri merupakan
salah satu indikator pasar modal yang sering
sekali dijadikan acuan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap kegiatan di bursa
Bursa Efek Indonesia (BEI). Data diperoleh
dengan mengakses www.idx.co.id dan dari
Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) serta
menggunakan data pada Indonesian Capital
efek.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Market Directory (ICMD).
Adapun variabel yang diteliti dalam
oleh beberapa penelitian terdahulu, terdapat
perbedaan hasil yang ditemukan. Penelitian
yang dilakukan oleh whardane (2004) dan
Rumiris L. Tobing (2009)
membuktikan
penelitian ini adalah nilai tukar mata uang dan
tingkat suku bunga tehadap perkembangan
Indeks Harga Saham Gabungan di BEI.
Dalam penelitian ini metode yang
bahwa nilai tukar mata uang dan tingkat suku
bunga tidak
berpengaruh terhadap IHSG.
Penelitian yang dilakukan oleh Mudji Utami
(2003)
dan Wiyani
(2005)
membuktikan
bahwa Nilai tukar rupiah dan tingkat suku
bunga
berpengaruh signifikan terhadap
harga saham. Untuk penelitian yang dilakukan
oleh Nachrowi dan usman (2007) menemukan
bahwa Nilai tukar Mata uang berpengaruh
negatif terhadap IHSG. Kemudian penelitian
yang dilakukan oleh Aditya Novianto (2008)
membuktikan bahwa Kurs rupiah dan tingkat
digunakan dalam pengumpulan data adalah
metode dokumentasi, yaitu dengan mencatat
dan
mengcopy
data-data
tertulis
yang
berhubungan dengan masalah penelitian baik
dari sumber Dokumen/Buku-buku, Majalah,
Internet dan lain-lain. Untuk data nilai tukar
mata uang dan tingkat suku bunga diperoleh
dari situs resmi Bank Indonesia dan Indeks
Harga Saham Gabungan yang bersumber
dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan
metode studi pustaka dilakukan sebagai
pedoman dasar dalam menggunakan literatur,
41 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i
2014
Vol. 01 No. 02
Juli 2014
Halaman 39-57
ISSN 2339-1510
JURNAL MANAJEMEN
jurnal dan sumber pustaka lainnya untuk
bulanan diharapkan dapat memperoleh hasil
penelitian. Jenis data yang digunakan dalam
yang lebih akurat.
penelitian ini adalah data kuantitatif berupa
Metode dan Teknik Analisis Data
data runtut waktu (time series) yaitu data yang
Model analisis yang digunakan dalam
disusun menurut waktu pada suatu variabel
tertentu. Sedangakan sumber data yang
digunakan yaitu data sekunder yang diperoleh
dari hasil publikasi Bank Indonesia, Statistik
Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI),
hasil publikasi Badan Pusat Statistik (BPS)
dan hasil dari Jakarta Stock Exchange (JSX)
meliputi data Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), suku bunga sertifikat Bank Indonesia
(SBI), Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika
dengan menggunakan Kurs tengah yang
dihitung atas dasar Kurs jual dan Kurs beli
penelitian ini adalah regresi linier berganda.
Untuk ketepatan perhitungan dan mengurangi
human error penelitian ini tidak melakukan
perhitungan
seluruh data Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), Nilai Tukar Mata Uang (Kurs) serta
Tingkat Suku Bunga (SBI). Berdasarkan data
yang tersedia di internet untuk semua variabel
yang di gunakan dalam penelitian ini, tersedia
tahun
1997
sampai
2013.
Harga Saham Gabungan (IHSG), Nilai Tukar
Mata Uang (Kurs Rupiah terhadap Dollar AS)
serta Tingkat Suku Bunga (SBI)/ BI Rate yang
dibatasi pada data penutupan tiap akhir bulan
selama periode pengamatan antara tahun
2009-2013 sehingga didapat 60 bulan data.
Alasan pemilihan data bulanan adalah untuk
kepanikan
bias
pasar
yang
dalam
tetapi
untuk pengolahan data statistik, yaitu dengan
menggunakan
Dengan
program
menggunakan
SPSS
versi
program
21.
SPSS
disamping untuk memperoleh hasil yang
akurat dan tepat, juga pengolahan data dapat
dilakukan dengan cepat.
regresi yang dilakukan terbebas dari adanya
gejala multikolinearitas, gejala autokorelasi,
dan
gejala
mengetahui
tersebut
terjadi
akibat
mereaksi
suatu
informasi, sehingga dengan penggunaan data
heterokedatisitas.
ada
tidaknya
Untuk
gejala-gejala
perlu dilakukan uji terlebih dahulu
dengan uji asumsi klasik.
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk
Sedangkan sampel penelitian ini yaitu Indeks
menghindari
akan
Untuk mengetahui apakah estimasi
Populasi dari penelitian ini adalah
dari
manual
dengan menggunakan program komputer
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
data
secara
mengetahui kondisi data yang digunakan
dalam penelitian. Hal ini dilakukan agar
diperoleh model analisis yang tepat. Uji
asumsi terhadap data meliputi :
a. Uji Normalitas
Uji
normalitas
mengetahui
adalah
apakah
untuk
dalam
model
regresi, variabel terikat dan variabel
bebas berdistribusi normal atau tidak
normal (Imam Ghozali, 2002). Untuk
mengetahui
42 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i
2014
apakah
berdistribusi
Vol. 01 No. 02
Juli 2014
Halaman 39-57
ISSN 2339-1510
JURNAL MANAJEMEN
normal atau tidak adalah dengan
Uji Multikolinearitas dilakukan dengan
dilakukan uji Kolmogorov Smirnov,
menggunakan
korelasi
distribusi data dikatakan normal jika
variabel-variabel
independen
signifikansi > 0,05 dan dikatakan tidak
akan digunakan dalam persamaan
normal
0,05.
regresi atau dengan menghitung nilai
Disamping menggunakan dengan uji
tolerance dan VIF (Variance Inflation
Kolmogorov
pula
Factors). Dalam model regresi yang
menggunakan
baik seharusnya tidak terjadi korelasi
gambar histogram dan grafik normal p-
di antara variabel independen. Jika
plot yang pada prinsipnya jika data
variabel-variabel
menyebar di sekitar garis diagonal dan
maka variabel ini tidak ortogonal.
mengikuti arah garis diagonal atau
Variabel ortogonal adalah variabel
grafik
bebas
jika
dilakukan
signifikansi
Smirnov,
dengan
<
dapat
histogramnya
menunjukkan
berarti
pola
yang
saling
nilai
antara
yang
berkorelasi,
korelasi
antar
berdistribusi
sesama variabel adalah nol (Imam
normal, sedangkan jika data menyebar
Ghozali, 2002). untuk mendeteksi ada
jauh dari garis diagonal dan tidak
atau tidak multikolinearitas di dalam
mengikuti arah garis diagonal atau
model regresi, dapat dilakukan analisis
grafik histogramnya berarti data tidak
sebagai berikut :
berdistribusi normal (Imam Ghozali,
1) Menganalisis
2005).
matrik
korelasi
variabel-variabel bebas. Jika antar
b. Uji Multikolinearitas
variabel bebas ada korelasi yang
Uji multikolinearitas adalah hubungan
cukup tinggi (diatas 0,90) maka hal
antar peubah prediktor yang signifikan
ini merupakan indikasi adanya
dalam
multikolinearitas.
model
regresi.
Penentuan
peubah prediktor yang kurang teliti
atau
mungkin
hubungan
mencoba
telah
tersebut
tetapi
memaksakan
2) Multikolinearitas dapat juga dilihat
diketahui
dari nilai tolerance dan Variance
peneliti
Inflation Factor ( VIF ). Batas
peubah
toleransi value adalah 0,10 dan
tersebut tetap digunakan dalam model
VIF
maka
setelah
tolerance value kurang dari 0,10
dilakukan uji t akan menghasilkan
atau VIF lebih besar dari 10 maka
respon
yang
terjadi multikolinearitas.
rendah.
Uji
konsekuensinya
tingkat
ketelitiannya
multikolinearitas
ini
adalah
3) Nilai
R2
10.
sangat
Apabila
tinggi,
nilai
tetapi
bertujuan untuk menguji apakah dalam
secara individual variabel-variabel
model
bebas banyak yang tidak signifikan
regresi
ditemukan
adanya
korelasi antara variabel independen.
43 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i
mempengaruhi variabel terikat.
2014
Vol. 01 No. 02
Juli 2014
Halaman 39-57
ISSN 2339-1510
JURNAL MANAJEMEN
c. Uji Autokorelasi
4. Bila nilai DW terletak diantara du
Autokorelasi
(korelasi)
adalah
yang
hubungan
terjadi
anggota-anggota
di
dari
dan dl atau DW terletak (4-du) dan
antara
(4-dl), maka hasilnya tidak dapat
serangkaian
pengamatan yang tersusun dalam
disimpulkan.
d. Uji Heteroskedastisitas
rangkaian waktu (time series data)
Heteroskedastisitas adalah hubungan
atau yang tersusun dalam rangkaian
dimana varians variabel dalam model
ruang. Uji autokorelasi bertujuan untuk
tidak
menguji apakah dalam suatu model
heteroskedastisitas
regresi linear ada korelasi antara
menguji apakah dalam model regresi
kesalahan pengganggu pada periode t
terjadi ketidaksamaan variance dari
dengan
residual
kesalahan
periode
t-1
sama
satu
(Konstan).
Uji
bertujuan
untuk
pengamatan
ke
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi
pengamatan lain. Model regresi yang
maka
baik
dinamakan
ada
problem
adalah
yang
terjadi
autokorelasi. Model regresi yang baik
homokedastisitas atau tidak terjadi
adalah
autokorelasi.
heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi
Untuk mendeteksi autokorelasi, dapat
adanya heteroskedastisitas dilakukan
dilakukan
dengan
yang
uji
bebas
statistik
Durbin-Watson
(DW
melalui
test)
uji
(Imam
Dasar
menggunakan
pengambilan
uji
Glejser.
keputusan
uji
Ghozali, 2002). Dasar pengambilan
heteroskedastisitas melalui uji Glejser
keputusan ada tidaknya autokorelasi
dilakukan sebagai berikut :
adalah sebagai berikut :
1. Jika ada pola tertentu seperti titik-
1. Bila nilai DW terletak diantara
titik
(point-point)
yang
ada
batas alas atau upper bound (du)
membentuk suatu pola tertentu
dan
yang
(4-du)
maka
koefisien
teratur
autokorelasi = 0, berarti tidak ada
melebar
autokorelasi.
maka
2. Bila nilai DW lebih rendah dari
pada batas bawah atau lower
bound
(dl)
autokorelasi
maka
(bergelombang,
kemudian
menyempit),
telah
terjadi
heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas serta
koefisien
titik-titik menyebar di atas dan di
> 0, berarti ada
bawah angka nol pada sumbu Y
autokorelasi positif.
3. Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl)
maka
tidak
terjadi
heteroskedastisitas.
maka koefisien autokorelasi < 0,
Bila
berarti ada autokorelasi negatif.
akan
terjadi
heteroskedastisitas
menimbulkan
varians
koefisien regresi menjadi minimal
44 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i
2014
Vol. 01 No. 02
Juli 2014
Halaman 39-57
ISSN 2339-1510
JURNAL MANAJEMEN
dan confidence interval melebar,
sehingga
hasil
uji
signifikansi
e
= error
Ketepatan
regresi
sampel
statistik tidak valid lagi. Salah satu
dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari
cara
Goodness
yang
digunakan
mendeteksi
untuk
adanya
of
Fit-nya.
Secara
heteroskedastisitas adalah dengan
berikut :
melihat grafik P-Plot antara nilai
a. Koefisien Determinasi (R2)
dengan
nilai
residualnya
(SRESID).
Kd (R2) digunakan untuk mengukur
adalah antara 0 dan 1. Nilai R yang kecil
Secara umum analisis regresi pada
adalah
ketergantungan
seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variabel dependen. Nilai Kd
Analisis Regresi Berganda
dasarnya
studi
satu
mengenai
variabel
terikat
(Dependent) dengan satu atau lebih variabelvariabel bebas (Independent), dengan tujuan
untuk mengestimasi dan memprediksi ratarata populasi atau nilai rata-rata variabel
terikat (Dependent) berdasarkan nilai variabel
berarti
perhatian adalah pada upaya menjelaskan
dan mengevaluasi hubungan antara suatu
variabel dengan satu atau lebih variabel
Seberapa
independen
besar
mempengaruhi
variabel
variabel
Y =a + b1 X1 + b2 X2 + e
mendekati 1 berarti variabel independen
memberikan
yang
= IHSG (Indeks Harga Saham
Gabungan)
a
= Konstanta
b1-b2
= Koefisien Garis Regresi
X1
= Nilai Tukar Mata Uang
X2
= Tingkat Suku Bunga
hampir
dibutuhkan
semua
untuk
informasi
memprediksi
variasi variabel independen.
b. Uji t (pengujian secara parsial)
Uji
statistik
t
pada
dasarnya
menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas/independen secara
individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen.
c. Uji F (pengujian secara simultan)
Uji F dilakukan untuk melihat
apakah
semua
independent
model
Keterangan:
variabel-variabel
dependen sangat terbatas. Nilai yang
dependen dihitung dengan menggunakan
persamaan garis regresi berganda berikut :
kemampuan
independen dalam menerangkan variabel
bebas (Independent) yang diketahui. Pusat
Independen.
statistik,
setidaknya ini dapat diukur dengan metode
prediksi variabel terikat (ZPRED)
Y
fungsi
yang
mempunyai
variabel-variabel
dimasukkan
dalam
pengaruh
secara
simultan terhadap variabel dependen.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriftif
Statistik Deskriftif dalam penelitian ini
bertujuan untuk memberikan gambaran umum
45 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i
2014
Vol. 01 No. 02
Juli 2014
Halaman 39-57
ISSN 2339-1510
JURNAL MANAJEMEN
tentang data yang telah di olah yang terdiri
dari frekuensi, mean dan standar deviasi.
Berikut ini tabel data deskriftif :
Tabel 1
Statistika Deskriptif IHSG
Residuals Statisticsa
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
Model
1285,4757
5.068,6280
3516,0688
637,32080
60
-1470,04858
1700,64661
,00000
719,17480
60
Predicted Value
Residual
-3,219
1,305
,000
1,000
60
Std. Predicted Value
Std. Residual
-2,009
2,324
,000
,983
60
a. Dependent Variable: IHSG
Dari hasil perhitungan di atas dengan
jumlah pengamatan selama 60 bulan dimulai
Gambar 1
Hasil Uji Normalitas dengan Histogram
Grafik Normal
dari bulan Januari tahun 2009 hingga bulan
Desember tahun 2013, dapat dilihat bahwa
nilai terendah IHSG adalah 1285,4757 yang
terjadi pada bulan Februari tahun 2009,
sementara
nilai
tertinggi
IHSG
adalah
5068,6280 yang terjadi pada bulan Mei tahun
2013.Nilai rata-rata IHSG adalah sebesar
3516,0688 dengan standar deviasi sebesar
Pengujian Asumsi Klasik
637,32080. Dengan nilai standar deviasi yang
Model
sangat besar ini menandakan bahwa nilai
yang
digunakan
untuk
menganalis data dalam penelitian ini adalah
IHSG berfluktuasi tajam. Hal ini dapat dilihat
menggunakan regresi linier berganda dan uji
pada grafik berikut ini :
hipotesis dengan menggunakan uji t dan uji F.
Sebelum membahas tentang analisis data,
46 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i
2014
Vol. 01 No. 02
Juli 2014
Halaman 39-57
ISSN 2339-1510
JURNAL MANAJEMEN
terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik
yang digunakan untuk mengetahui gangguan-
Gambar 2 dan 3
Hasil Uji Normalitas dengan Histogram
Grafik Normal P-Plot
gangguan atau persoalan-persoalan pada
regresi linier berganda.
a. Uji Normalitas Data
Pengujian distribusi data bertujuan
untuk
menguji
suatu
data
penelitian
apakah dalam model statistik, variabel
terikat dan variabel bebas berdistribusi
normal atau berdistribusi tidak normal.
Untuk mengetahui distribusi data suatu
penelitian, salah satu alat yang digunakan
adalah
menggunakan
uji
Kolmogorov
Smirnov. Menurut Imam Ghozali (2005),
bahwa distribusi data dapat dilihat dengan
membandingkan Z hitung dengan Z tabel
dengan kriteria sebagai berikut :
-
Jika Z hitung
(Kolmogorov Smirnov)
< Z tabel
(1,96), maka distribusi data dikatakan
normal.
-
Jika Z hitung
(Kolmogorov Smirnov)
> Z tabel
(1,96), maka distribusi data dikatakan
tidak normal.
Berdasarkan hasil data penelitian
pada nilai residual memiliki angka Z hitung
(Kolmogorov Smirnov) sebesar 1, 305 <
1,96 sehingga termasuk distribusi data
yang
normal.
Selain
dengan
menggunakan angka statistik dengan uji
Kolmogorov Smirnov, dapat pula dilihat
dengan grafik normal p-plot dan histogram
sebagai berikut :
47 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i
2014
Vol. 01 No. 02
Juli 2014
Halaman 39-57
ISSN 2339-1510
JURNAL MANAJEMEN
a. Uji Multikolinearitas
Uji
untuk
Uji autokorelasi bertujuan untuk
multikolinearitas
menguji
apakah
bertujuan
dalam
model
menguji apakah dalam suatu model
regresi linier ada korelasi antar anggota
regresi ditemukan adanya korelasi antar
sampel
yang
variabel bebas. Model regresi yang baik
waktu.
Penyimpangan
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
biasanya muncul pada observasi yang
variabel bebas. Jika variabel bebas saling
menggunakan data time series.
berkorelasi, maka variabel-variabel ini
tidak
orthogonal.
berdasarkan
asumsi
autokorelasi
ini
dideteksi
orthogonal
dengan menggunakan Uji Durbin-Watson
adalah variabel bebas yang nilai korelasi
(DW). Untuk mendeteksi ada tidaknya
antar
sama
autokorelasi harus dilakukan pengujian
dengan nol. Multikolinearitas dapat dilihat
Durbin-Watson (DW) dengan nilai d hasil
dari nilai tolerance dan Variance Inflation
penelitian dibandingkan dengan nilai dtabel
Factor
dari
dengan tingkat signifikasi 5% dengan df =
gangguan multikolinearitas apabila nilai
n-k-1. Dari hasil pengujian terlihat bahwa
VIF kurang dari 10 (Ghozali, 2005). Hasil
nilai DW sebesar 0,214. Hal ini berarti
uji multikolinearitas dapat dilihat pada
data tidak terkena autokorelasi, oleh
tabel berikut ini :
karena itu model regresi ini dinyatakan
sesama
(VIF).
Variabel
Gejala
diurutkan
variabel
Regresi
bebas
bebas
Tabel 2
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
(Constant)
,775
1,290
KURS
1
SBI
,775
layak untuk dipakai.
1,290
Hasil yang diperoleh dalam angka
VIF ini nilainya < 10 yaitu VIF untuk
variabel nilai tukar mata uang (X1) sebesar
1,290. VIF variabel suku bunga SBI (X2)
sebesar 1.290. Melihat hasil VIF pada
semua variabel penelitian yaitu < 10,
maka data-data penelitian digolongkan
tidak terdapat gangguan multikolinearitas
dalam model regresi.
b. Uji Autokorelasi
48 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i
2014
Vol. 01 No. 02
Juli 2014
Halaman 39-57
ISSN 2339-1510
JURNAL MANAJEMEN
Tabel 3
Hasil Uji Autokorelasi (Nilai Durbin-Watson)
Model Summaryb
Model
R
R Square
,663a
Adjusted R
Square
,440
Std. Error of the
Estimate
,420
Durbin-Watson
731,68313
,214
1
a. Predictors: (Constant), SBI, KURS
b. Dependent Variable: IHSG
a. Uji Heteroskedastisitas
Salah satu cara untuk mendeteksi ada
Uji Heteroskedastisitas bertujuan
atau tidaknya heteroskedastisitas adalah
untuk menguji apakah dari model regresi
dengan melihat grafik plot antara nilai
terjadi
prediksi
residual
ketidaksamaan
satu
varians
dari
pengamatan
ke
variabel
residualnya.
Jika
terikat
ada
pola
dengan
tertentu,
pengamatan yang lain. Model regresi
seperti titik-titik menyebar di atas dan di
yang baik adalah yang homoskedastisitas
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka
atau tidak terjadinya heteroskedastisitas.
tidak terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 4
Berdasarkan gambar di atas tidak
Hasil Uji Heteroskedastisitas
49 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i
2014
Vol. 01 No. 02
Juli 2014
Halaman 39-57
ISSN 2339-1510
JURNAL MANAJEMEN
terlihat ada pola tertentu, serta titik-titik
Selain itu untuk melihat apakah
menyebar di atas dan di bawah angka 0
dari model regresi terjadi ketidaksamaan
pada
varians dari residual satu pengamatan ke
sumbu
Y,
maka
tidak
terjadi
heteroskedastisitas.
pengamatan yang lain dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4
Uji Koefisien Spearrman’s rho Correlations
Correlations
Unstandardized Residual
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
-,157
,230
60
SBI
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
-,027
,840
60
Unstandardized
Residual
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
1,000
.
60
KURS
Berdasarkan
hasil
pengujian
autokorelasi,
dan
heteroskedastisitas di atas terlihat bahwa
heterokedastisitas.
semua
regresi
variabel
bebas
tidak
signifikan
dilakukan
tidak
Selanjutnya
untuk
terjadi
analisis
mengetahui
terhadap nilai absolut residual regresi yang
pengaruh antar variabel independen dan
terbentuk
variabel dependen. Dalam penelitian ini
bebas
dari
gejala
heteroskedastisitas.
Analisis Regresi dan Uji Hipotesis
analisis yang digunakan adalah regresi
berganda
dengan
cara
memasukkan
seluruh variabel sehingga dapat diketahui
a. Analisis Regresi
Hasil pengujian asumsi klasik yang
telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
model regresi dalam penelitian ini layak
seberapa
besar
pengaruh
variabel
independen terhadap variabel dependen.
Adapun hasil analisis persamaan regresi
dapat dilihat pada tabel berikut :
digunakan karena model regresi telah
terbebas dari masalah normalitas data,
tidak terjadi multikolinearitas, tidak terjadi
50 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i
2014
Vol. 01 No. 02
Juli 2014
Halaman 39-57
ISSN 2339-1510
JURNAL MANAJEMEN
Tabel 5
Hasil Analisis Regresi
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
9240,770
1164,776
,128
,120
16239,794
1 KURS
SBI
Beta
-102666,400
Berdasarkan hasil regresi linear di
7,934
,000
,120
1,068
,029
-,712
-6,322
,000
3. Tingkat
suku
bunga
(SBI)
atas, model analisis regresi berganda
menunjukkan
yang digunakan dalam penelitian ini dapat
mempunyai arti bahwa jika Nilai tukar
dirumuskan sebagai berikut :
mata uang dalam keadaan konstan
Y = 9240,770 + 0,128 +(-102666,4) + e
maka setiap peningkatan Tingkat suku
Dari persamaan regresi tersebut dapat
bunga
diungkapkan :
menurunkan
1. Konstanta
menunjukkan
angka
sebesar 9240,770 yang berarti tanpa
variabel independen Indeks Harga
Saham
Gabungan
mencapai
(IHSG)
9240,770.
-102666,4
sebesar
nilai
1%
Indeks
akan
Harga
Saham gabungan (IHSG) sebesar
102666,4.
b. Uji Koefisien Determinasi (R2)
sudah
Pada
penelitian
ini,
analisis
ini
koefisien determinasi dimaksudkan untuk
pengaruh
mengetahui seberapa besar keterkaitan
variabel lain selain Nilai tukar mata
antara variabel bebas yaitu nilai tukar
uang dan Tingkat suku bunga SBI.
mata uang dan tingkat suku bunga
menandakan
2. Nilai
tukar
Hal
SBI
angka
adanya
mata
uang
(Kurs)
dengan hasil uji sebagai berikut :
menunjukkan angka 0,128 mempunyai
arti bahwa jika Tingkat suku bunga
SBI dalam keadaan konstan maka
setiap peningkatan Nilai tukar mata
uang
sebesar
meningkatkan
nilai
1
poin
akan
Indeks
Harga
Saham Gabungan (IHSG) sebesar
0,128.
51 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i
2014
Vol. 01 No. 02
Juli 2014
Halaman 39-57
ISSN 2339-1510
JURNAL MANAJEMEN
Tabel 6
Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model
R
R Square
,663a
1
Adjusted R Square
,440
Std. Error of the Estimate
,420
731,68313
a. Predictors: (Constant), SBI, KURS
b. Dependent Variable: IHSG
Pada penelitian ini nilai koefisien
Secara parsial berpengaruh nyata atau
determinasi (Adjusted R2) adalah sebesar
tidak terhadap variabel dependen. Derajat
0,420. Hal ini berarti bahwa variabel nilai
signifikansi yang digunakan adalah 0,05.
tukar mata uang (Kurs) dan tingkat suku
Apabila nilai signifikan lebih kecil dari
bunga (SBI) sebesar 42%. Sedangkan
derajat kepercayaan maka kita menerima
sisanya yaitu sebesar 100%-42% = 58%
hipotesis
dijelaskan oleh faktor-faktor lain selain
bahwa suatu variabel independen secara
variabel yang diteliti di atas.
parsial mempengaruhi variabel dependen.
c. Uji t (Pengujian secara parsial)
Berikut
Uji t digunakan untuk mengetahui
alternatif,
ini
adalah
yang
tabel
menyatakan
dari
hasil
pengujian :
apakah variabel-variabel independen
Tabel 7
Hasil Analisis Uji t
Coefficientsa
Model 1
Unstandardized Coefficients
Standardized
T
Sig.
Coefficients
B
(Constant)
9240,770
1164,776
,128
,120
-102666,400
16239,794
KURS
SBI
Std. Error
Beta
a. Dependent Variable: IHSG
52 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i
2014
7,934
,000
,120
1,068
,029
-,712
-6,322
,000
Vol. 01 No. 02
Juli 2014
Halaman 39-57
ISSN 2339-1510
JURNAL MANAJEMEN
Hasil uji statistik tersebut menunjukkan
langsung terhadap IHSG meningkat
bahwa :
0,128.
1. Nilai Tukar Mata Uang (Kurs)
Terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG)
berorientasi impor, depresiasi kurs
Misalkan
tabel
di
atas,
dapat diketahui bahwa nilai tukar mata
uang (kurs) menghasilkan nilai t hitung
sebesar
1,068.
mempunyai
sebesar
Variabel
tingkat
0,029
dibandingkan
ini
signifikansi
yang
apabila
dengan
derajat
kesalahan yang telah ditentukan yaitu
sebesar 5% atau 0,05, variabel ini
termasuk signifikan. Nilai signifikansi
variabel nilai tukar mata uang lebih
kecil dari derajat kesalahan yang
artinya bahwa H0 ditolak dan H1 dapat
diterima. Dari hasil uji t disimpulkan
bahwa nilai tukar mata uang (Kurs)
berpengaruh
signifikan
terhadap
perkembangan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). Jadi secara parsial
variabel nilai tukar mata uang (Kurs)
memberikan
signifikan
pengaruh
terhadap
Indeks
secara
Harga
Saham Gabungan (IHSG). Koefisien
regresi variabel Kurs sebesar 0,128
bermakna jika variabel kurs meningkat
1
poin,
maka
akan
berpengaruh
terhadap satu satuan IHSG sebesar
0,128 poin.
yang
rupiah terhadap dollar Amerika yang
tajam
Berdasarkan
perusahaan
akan
berdampak
negatif
terhadap harga saham perusahaan.
Sementara
itu,
perusahaan
yang
berorientasi ekspor akan menerima
dampak positif dari depresiasi kurs
rupiah terhadap dollar Amerika. Ini
berarti harga saham yang terkena
dampak
negatif
akan
mengalami
penurunan di Bursa Efek Indonesia
(BEI), sementara perusahaan yang
terkena
dampak
positif
akan
mengalami kenaikan harga sahamnya.
Selanjutnya, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) juga akan terkena
dampak
negatif
tergantung
pada
atau
kelompok
positif
yang
dominan dampaknya. Keadaan ini
memudahkan investor menggunakan
informasi nilai tukar mata uang dalam
membuat keputusan investasi karena
adanya pola yang kuat antara kedua
variabel tersebut saling mempengaruhi
yang juga sejalan dengan literatur
yang dikembangkan oleh Flood &
Garber (1984).
2. Tingkat Suku Bunga (SBI) Terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG)
Dengan kata lain bila ada
Dari hasil regresi diketahui
penguatan nilai tukar rupiah sebesar 1
bahwa
(ditandai dengan mengecilnya nominal
menghasilkan nilai t hitung sebesar -
angka)
6,322. Variabel ini mempunyai tingkat
maka
berpengaruh
secara
53 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i
tingkat
2014
suku
bunga
(SBI)
Vol. 01 No. 02
Juli 2014
Halaman 39-57
ISSN 2339-1510
JURNAL MANAJEMEN
signifikansi
sebesar
0,000
yang
Hasil
penelitian
ini
sesuai
apabila dibandingkan dengan derajat
dengan penelitian yang dilakukan oleh
kesalahan yang telah ditentukan yaitu
Wahyu Wiyani (2005), Mudji Utami
sebesar 5% atau 0,05, dimana Nilai
dan Mudjilah Rahayu (2003) dimana
signifikansi
variabel
suku
hasil penelitiannya diperoleh bahwa
bunga SBI
lebih kecil dari derajat
ada pengaruh yang signifikan antara
kesalahan yang artinya bahwa H0
nilai tukar mata uang dan tingkat suku
ditolak dan H1 dapat diterima. Dari
bunga SBI terhadap perkembangan
hasil uji t disimpulkan bahwa tingkat
Indeks
suku bunga (SBI) berpengaruh negatif
(IHSG) secara parsial.
dan
tingkat
signifikan
terhadap
(IHSG)
secara
Uji
parsial.
F
semua
akan menyebabkan penurunan Indeks
dimasukkan
Harga
berpengaruh
sebesar
Gabungan
-102666,400.
(IHSG)
Hal
Gabungan
dilakukan
untuk
menunjukkan apakah secara simultan
Kenaikan tingkat suku bunga (SBI) 1%
Saham
Saham
d. Uji f (Pengujian Secara Simultan)
perkembangan Indeks Harga Saham
Gabungan
Harga
ini
variabel
independen
dalam
model
terhadap
yang
regresi
variabel
dependen. Secara simultan signifikansi
dikarenakan, kenaikan tingkat suku
model
bunga
perbandingan antara F-tabel dan F-
(SBI)
mengalihkan
modal
ke
mendorong
dananya
pasar
investor
dari
uang
pasar
hitung.
regresi
Selain
diuji
itu
dengan
akan
melihat
dilihat
nilai
sehingga
signifikansi, dimana jika nilai sig < 0,05
mengakibatkan Indeks Harga Saham
maka variabel independen dinyatakan
Gabungan
berpengaruh
(IHSG)
mengalami
penurunan.
terhadap
variabel
dependen. Adapun hasil pengujiannya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 8
Hasil Analisis Uji f
Model
Sum of Squares
ANOVAa
df
Mean Square
Regression
23964490,662
2
11982245,331
1Residual
30515531,586
57
535360,203
Total
54480022,249
59
a. Dependent Variable: IHSG
54 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i
2014
F
22,382
Sig.
,000b
Vol. 01 No. 02
Juli 2014
Halaman 39-57
ISSN 2339-1510
JURNAL MANAJEMEN
Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai
Fhitung
adalah
signifikansi
22,382
0,000.
dengan
sedangkan
SIMPULAN
tingkat
nilai
Ftabel
terlebih dahulu dilakukan dengan beberapa
tahapan yaitu mencari nilai df1 dan df2.
Dengan jumlah sampel (n) = 60 dan jumlah
variabel (k) = 2 serta α = 0,05 diperoleh df1
(k-1 = 2-1) = 1 dan df2 (n-k-1 = 60-2-1) = 57.
Berdasarkan hasil dari df1 dan df2 maka
diperoleh nilai Ftabel sebesar 5,35 (dibulatkan).
Uji F dilakukan dengan membandingkan
Berdasarkan
pembahasan
hasil
maka
penelitian
diperoleh
dan
kesimpulan
sebagai berikut :
1. Nilai
Tukar
Mata
Uang
berpengaruh
signifikan terhadap perkembangan Indeks
Harga Saham Gabungan, Keadaan ini
memudahkan
investor
menggunakan
informasi nilai tukar mata uang dalam
membuat
keputusan
investasi
karena
adanya pola yang kuat antara kedua
antara Fhitung dengan Ftabel. Jika Fhitung < Ftabel
variabel tersebut saling mempengaruhi.
pada taraf signifikansi (α 0,05), maka H1
2. Tingkat Suku Bunga berpengaruh negatif
ditolak dan sebaliknya bila Fhitung > Ftabel pada
dan signifikan terhadap perkembangan
taraf signifikansi (α 0,05), maka H1 diterima.
Indeks Harga Saham Gabungan, Hal ini
Oleh karena Ftabel pada tingkat kepercayaan
dikarenakan kenaikan tingkat suku bunga
95% (α 0,05) adalah 5,35 maka dilakukan
mendorong
investor
mengalihkan
perbandingkan antara Fhitung dengan Ftabel
dananya dari pasar modal ke pasar uang
dimana nilai Fhitung > Ftabel (22,382 > 5,35) dan
sehingga mengakibatkan Indeks Harga
signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000 <
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa secara
simultan variabel independen nilai tukar mata
uang (Kurs) dan tingkat suku bunga (SBI)
berpengaruh
secara
perkembangan
signifikan
Indeks
terhadap
Harga
Saham
Gabungan (IHSG).
Saham Gabungan mengalami penurunan.
3. Pada
penelitian
ini
nilai
koefisien
determinasi (Adjusted R2) adalah sebesar
0,420. Hal ini berarti bahwa variabel nilai
tukar mata uang (Kurs) dan tingkat suku
bunga (SBI) sebesar 42%. Sedangkan
sisanya yaitu sebesar 100%-42% = 58%
Berdasarkan hasil analisis data di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa diketahui nilai
dijelaskan oleh faktor-faktor lain selain
variabel yang diteliti.
tukar mata uang dan tingkat suku bunga
secara
Simultan
(bersama-sama)
dapat
KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian
mempengaruhi perkembangan Indeks Harga
Saham
Gabungan.
Jika
dihitung
secara
keterbatasan
ini
memiliki
sehingga
banyak
membutuhkan
parsial (individu) variabel Nilai Tukar Mata
perbaikan untuk peneliti selanjutnya. Adapun
Uang berpengaruh signifikan dan Tingkat
keterbatasan yang dialami dalam penelitian ini
Suku Bunga berpengaruh negatif signifikan
yaitu :
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.
55 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i
2014
Vol. 01 No. 02
Juli 2014
Halaman 39-57
ISSN 2339-1510
JURNAL MANAJEMEN
1. Penentuan sampel yang hanya pada
periode 2009-2013 yang sebagian besar
rentang data berada pada kondisi nilai
hubungan antara setiap variabel terutama
variabel nilai tukar mata uang.
2. Untuk
penelitian
selanjutnya
dapat
tukar mata uang dan tingkat suku bunga
dilakukan dengan menambahkan faktor
yang normal dan stabil.
makro ekonomi baik dari dalam maupun
2. Penelitian hanya memiliki Indeks Harga
Saham Gabungan padahal perlu juga
dikaji indeks saham sektor lain.
3. Penelitian
ini
hanya
luar negeri.
3. Penelitian
lebih
lanjut
dapat
membandingkan periode penelitian yaitu
menggunakan
antara periode sebelum krisis ekonomi,
variabel nilai tukar mata uang dan tingkat
setelah krisis ekonomi dan pada saat
suku bunga saja sebagai indikator indeks
krisis finansial global
harga saham gabungan, padahal masih
diketahui konsistensi variabel tersebut
banyak lagi faktor-faktor lain yang bisa
dalam melihat pengaruh faktor‐faktor yang
mempengaruhi penelitian.
mempengaruhi
4. Penelitian ini hanya menggunakan dua
variabel
makro
ekonomi
dan
Indeks
sehingga akan
Harga
Saham
Gabungan (IHSG).
tidak
memperhatikan faktor kondisi sosial politik
dan keamanan yang terjadi di Indonesia
yang juga mempengaruhi kinerja pasar
saham.
DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robbert.1997, “ Pasar Modal Indonesia”.
Mediasoft Jakarta.
Bank
5. Penelitian ini hanya menggunakan satu
metode sehingga diperlukan studi lanjutan
yang lebih mendalam dengan data dan
Indonesia. Statistik
Keuangan Indonesia.
Ekonomi
dan
Bursa Efek Indonesia., 2014, Buku Panduan
Indeks Harga Saham Bursa efek
Indonesia.
metode yang lebih lengkap sehingga
dapat melengkapi hasil penelitian yang
telah ada.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan penelitian ini,
penulis memberikan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Bagi
peneliti
selanjutnya
perlu
menambahkan jumlah tahun sampel mulai
tahun 1997 awal mula krisis ekonomi di
Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang : Badan Penerbit Undip.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang : Badan Penerbit Undip.
Maryanti, Sri. 2009. “Analisis Pengaruh
Tingkat Bunga SBI dan Nilai Kurs
Dolar AS Terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) (Studi Pada
Bursa Efek Jakarta).” Pekbis Jurnal,
Vol. 1 Fakultas Ekonomi, Universitas
Lancang Kuning. Pekanbaru.
Indonesia sehingga akan lebih jelas pola
56 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i
2014
Vol. 01 No. 02
Juli 2014
Halaman 39-57
ISSN 2339-1510
JURNAL MANAJEMEN
Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makro
Ekonomi. Edisi 5. Jakarta: Erlangga.
Mauliano, Deddy Azhar. 2009. Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek
Indonesia. Universitas Gunadarma,
Depok.
Mudji Utami dan Mudjilah Rahayu, 2003,
Peranan Profitabiliatas, Suku Bunga,
Inflasi Dan Nilai Tukar Dalam
Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia
Selama
Krisis Ekonomi.
Jurnal
Manajemen & Kewirausahaan Vol.5
no.2 September 2003 : 123 ‐131.
Mulyono, Sugeng, 2000. Pengaruh Earning
Per Share (EPS) dan Tingkat Bunga
Terhadap Harga Saham. Jurnal
Ekonomi dan Manajemen Vol. 1 No. 2
Desember.
Oktavilia, Shanty. 2003. Analisis Pengaruh
Variabel Ekonomi Makro Terhadap
Perkembangan Harga Saham di BEJ
Periode 1990-2000. Skripsi Tidak
Dipublikasikan.
Universitas
Diponegoro, Semarang.
Tobing dan Manurung, 2008, “Pengaruh
Variabel
Makroekonomi
terhadap
IHSG”.
Utami. M.dan Rahayu, M., 2003, “Peranan
Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi dan
Nilai Tukar Dalam Mempengaruhi
Pasar Modal Indonesia Selama Krisis
Ekonomi”,
Jurnal
Ekonomi
Manajemen, Vol.5, No.2.
Wiyani, Wahyu dan Wijayanto, Andi, 2005.
Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Tingkat
Suku Bunga Deposito dan Volume
Perdagangan Saham
terhadap
Harga Saham, Jurnal Keuangan dan
Perbankan, Tahun IX, No. 3
September.
Situs Website Resmi Bank Indonesia :
http://www.bi.go.id
Situs Website Resmi BEI :
http://www.idx.co.id
Situs Website Resmi Bapepem :
http://www.bapepam.go.id
Situs Website www.yahoo.finance.com
Situs Website www.jsx.co.id
Pratikno, Dedy. 2006. Analisis Pengaruh Nilai
Tukar Rupiah, Inflasi, SBI,
dan
Indeks
Dow
Jones
Terhadap
Pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Jurnal Riset Ekonomi
dan Manajemen.
Situs Website www.id.wikipedia.org
Rahayu, Puji Theresia. 2002. Analisis
Pengaruh Nilai Tukar dan Suku Bunga
Terhadap IHSG di BEJ. Skripsi Tidak
Dipublikasikan.
Universitas
Diponegoro, Semarang.
Sunariyah, 2006, Pengantar Pengetahuan
Pasar Modal, Edisi Kelima, UPP STIM
YKPN, Yogyakarta.
Tandelin, Eduardus, 2000, “ Pasar modal
Indonesia: Problem dan Prospek”.
Wahana, volume 3, No.2.
57 | J u r n a l M a n a j e m e n , V o l . 0 1 N o . 0 2 J u l i
2014
Download