Perlakuan Akuntansi dan Perpajakan tahun 1996

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
AKUTANSI
PERPAJAKAN
Transaksi Mata Uang Asing
Fakultas
Program Studi
Ekonomi
Magister Akuntansi
Tatap Muka
12
Kode MK
Disusun Oleh
Kode MK
Dr. Suhirman Madjid, SE,MSi,Ak, CA
Abstract
Kompetensi
Transaksi mata uang asing
a. Transaksi perdagangan luar negeri.
b. Pembelian aktiva tetap.
c. Utang-piutang dengan mata uang asing.
d. Penggeseran resiko rugi beda kurs.
e. Devaluasi.
f. Transaksi valuta berjangka.
g. Penghasilan Luar Negeri dan Potongan
Pajak.
h. Pembukuan dengan Bahasa Asing dan
Mata Uang selain rupiah.
i. Ilustrasi penyelenggaraan pembukuan
dengan Bahasa Asing dan Mata Uang
selain rupiah.
Mampu memahami dan menjelaskan
Transaksi mata uang asing
Pembahasan
I.
PENDAHULUAN
Di era globalisasi, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta kondisi perekonomian yang dinamis memberikan peluang kepada masyarakat maupun
para pelaku ekonomi untuk memilih berbagai alternatif investasi agar dapat memperoleh
keuntungan ekonomis. Investasi tersebut tidak hanya terbatas pada pasar modal saja,
misalnya melalui saham, obligasi, dan sebagainya. Tetapi juga melalui pasar uang antara lain
dengan memperdagangkan valas. Perdagangan dunia akan memasuki era perdagangan bebas
yang dapat menimbulkan ketergantungan antara negara yang satu dengan negara yang lain.
Akan tetapi dalam perdagangan valas menunjukkan bahwa ada batasan perdagangan yang
dikenakan oleh beberapa negara. Sehingga dalam penerapannya tidak setiap mata uang dapat
dengan mudah ditukarkan di pasar dunia. Berdasarkan
konvertabilitasnya, valas dapat
dikelompokkan dalam 2 kategori, yaitu Hard Currency dan Soft Currency.
Hard Currency mempunyai ciri-ciri yaitu
(1) Mata uang yang diterima secara luas sebagai alat pembayaran dalam transaksi
internasional yang nilainya relatif stabil. Mata uang hard currency pada umumnya adalah
mata uang negara industri maju, seperti dollar AS (USD), poundsterling Inggris (£), yang
Jepang (¥), dan dutche mark (DM).
(2) Suatu pasar yang bebas dan aktif bagi mata uang tersebut, dengan kata lain apabila
diperlukan mata uang ini dapat dengan mudah diperoleh dan dijual secara internasional dalam
jumlah banyak.
(3) relatif minimnya retriksi dalam mentransfer mata uang ini ke dalam dan ke luar negara
asalnya (Kuncoro, 1996:18).
Soft currency adalah mata uang yang kurang konvertible, artinya kurang diterima
secara luas dalam transaksi perdagangan internasional karena nilainya yang kurang stabil dan
sering mengalami depresiasi atau penurunan nilai dibanding mata uang lainnya. Dengan
demikian, mata uang ini tidak mudah diperoleh apabila dijual. Soft currency pada umumnya
merupakan mata uang negara berkembang seperti rupiah-Indonesia, bath- Thailand, rupeeIndia, peso-Philipina dan lain-lain.
Dalam praktek, apabila terjadi penghambatan terhadap konvertabilitas dari suatu mata
uang maka pasar gelap (black market) sering muncul dan beroperasi diluar kontrol
2016
7
Akuntansi Perpajakan
Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pemerintah. Pada dasarnya pasar gelap merupakan suatu pasar bebas yang berdampingan
dengan pasar resmi dan menawarkan konversi penuh dalam mata uang lokal kendati
ditambah premi yang substansial di atas tarif resmi. Pasar gelap cenderung sangat populer di
negara yang valuta lokalnya tidak bisa dengan mudah dipertukarkan dengan dollar atau
valuta-valuta penting lainnya. Pada umumnya alat tukar yang digunakan dalam perdagangan
internasional adalah hard currencies. Oleh karena itu, maka mata uang yang termasuk hard
currency banyak dibutuhkan oleh para pelaku ekonomi untuk mempermudah pembayaran
internasional maupun memperlancar perdagangan antarnegara. Menurut Madura (1997:89)
terjadinya perubahan nilai tukar valuta asing tergantung pada beberapa faktor yang
mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing adalah tingkat bunga, pendapatan,
inflasi, transaksi impor dan ekspor, pengawasan pemerintah serta ekspektasi dan spekulasi.
Faktor-faktor tersebut tidak dikendalikan oleh manajer keuangan karena bersifat eksternal.
Semakin banyak pihak yang membutuhkan mata uang hard currencies atau yang biasanya
disebut valuta asing (valas), akan memberikan peluang kepada pihak-pihak yang memiliki
valuta asing untuk diperjualbelikan guna mendapatkan keuntungan. Di samping itu dengan
semakin besarnya hutang negara maupun swasta di Indonesia yang harus dibayar dengan
menggunakan valas akan memperbesar peluang pedagang valas untuk mempermainkan nilai
tukar valas di pasar valuta asing. Sikap para pedagang valas banyak yang cenderung
spekulatif atau berperan sebagai spekulator. Hal ini menyebabkan pasar yang cenderung
dinamis. Jenis perdagangan valas yang memberikan peluang untuk spekulasi dapat dilakukan
melalui pasar spot, options, forward, dan future. Salah satu pertimbangan dalam melakukan
perdagangan valas yang dapat berpengaruh terhadap para spekulan valas adalah adanya
ekspektasi dan spekulasi yang timbul di masyarakat yang dapat mempengaruhi permintaan
dan penawaran valas sehingga akan mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia (Hady,
1999:53). Spekulasi yang dapat dilakukan adalah memperoleh keuntungan melalui
perdagangan dengan harapan di masa mendatang (Kuncoro, 1996:144). Dengan perkiraan,
apabila terjadi apresiasi dollar AS terhadap rupiah di masa yang akan datang, perdagangan
valas akan banyak diwarnai oleh aksi beli akan valas tersebut. Dengan mempertimbangkan
hal tersebut maka para spekulan dapat memperkirakan peluang untuk mendapatkan
keuntungan dari perdagangan yang mereka lakukan di pasar valuta asing. Oleh karena itu,
kajian terhadap fluktuasi rupiah dan implikasinya terhadap aktivitas perdagangan serta
kaitannya dengan tindakan spekulasi perlu dilakukan. Hal ini dimaksudkan sebagai salah satu
alternatif untuk mencermati kondisi maupun peluang fluktuasi rupiah ke arah yang lebih baik
di masa sekarang dan yang akan datang.
2016
7
Akuntansi Perpajakan
Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
II.
TRANSAKSI PERDAGANGAN LUAR NEGERI
A. Pengertian Pasar Valuta Asing
Bursa atau pasar valuta asing diartikan sebagai suatu tempat atau wadah atau sistem di
mana perorangan, perusahaan, dan bank dapat melakukan transaksi keuangan internasional
dengan jalan melakukan pembelian atau permintaan (demand) dan penjualan atau penawaran
(supply) atas valas atau forex (Hady, 1999:16). Menurut Salvatore (1997:2), Pasar valuta
asing (foregin exchange market) adalah sebuah pasar atau tempat pertemuan di mana
individu, perusahaan, dan kalangan perbankan mengadakan jual beli mata uang dari berbagai
negara atau valuta-valuta asing lain. Menurut Siamat (2001:228), pasar valuta asing adalah
suatu mekanisme di mana orang dapat mentransfer daya beli antar negara, memperoleh atau
menyediakan kredit untuk transaksi perdagangan internasional, dan meminimalkan
kemungkinan risiko kerugian akibat terjadinya fluktuasi kurs suatu mata uang.
Beberapa pengertian di atas menunjukkan bahwa pasar valas disediakan sebagai suatu
media atau sarana untuk mempermudah perdagangan dan investasi internasional. Pasar valuta
asing tersebut mencakup berbagai tempat yang tersebar di berbagai penjuru dunia mulai dari
London, Paris, Zurich, Franfurt, Singapura, Jakarta, Hongkong, Tokyo, dan New York.
Pusat-pusat moneter tersebar di berbagai penjuru dunia itu disatukan oleh jaringan telepon
dan komputer sehingga dapat menjalin hubungan yang baik antara pasar yang satu dengan
pasar yang lain.
B. Sistem Penetapan Kurs Valuta Asing
Berdasarkan perkembangan Sistem Moneter Internasional, sejak berlakunya
BrettonWoods System pada tahun 1944, pada umumnya dikenal beberapa macam sistem
penetapan kurs valuta asing (Goeltom, MS dan D. Zulverdi. 1998.), yakni sebagai berikut:
Sistem Kurs Tetap (Fixed Exchang Rate System). Fixed exchange rate system atau sistem
penetapan kurs tetap/stabil diciptaka berdasarkan perjanjian Bretton Wood pada tahun 1944
yang telah melahirkan suatu lembaga moneter internasional yang sekarang ini dikenal sebagai
International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional.
Berdasarkan persetujuan tersebut yang berlaku efektif sejak 1947 s.d 15 Agustus 1971
(Dekrit Nixon) adalah suatu sistem moneter internasional (SMI) dengan beberapa ketentuan
pokok sebagai berikut:
2016
7
Akuntansi Perpajakan
Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Sistem moneter internasional didasarkan kepada standar emas (gold exchange standart)
dengan pengertian bahwa setiap mata uang negara anggota IMF dikaitkan dan dapat
ditukarkan dengan emas.
2. Sistem nilai tukar atau foreign exchange rate antara negara anggota IMF harus tetap atau
stabil.
3. Kurs nilai tukar hanya boleh berfluktuasi atau bervariasi sebesar 1% s/d 2,5% di atas atau
di bawah kurs resmi.
4. Setiap negara anggota IMF pada prinsipnya dilarang menggunakan kebijaksanaan
devaluasi, yaitu penurunan nilai mata uangnya terhadap valuta asing untuk memperbaiki
posisi atau mengatasi defisit balance of payment-nya atau BOP-nya.
5. Negara anggota IMF yang menghadapi kesulitan BOP dapat meminta bantuan IMF dalam
bentuk special drawing right (SDR).
C. Sistem Kurs Mengambang (Floating Exchange Rate System)
Pada bulan Desember 1971, di bawah persetujuan Smithsonian, dollar didevaluasi
menjadi 1/38 per ons emas, dan negara lain direvaluasi berdasarkan jumlah yang disetujui
terhadap dollar. Dunia akhirnya beralih menganut kurs mengambang pada tahun 1973.
Transisi menuju sistem kurs mengambang tidak melalui persetujuan formal seperti saat
sistem kurs tetap ala Bretton Woods dicanangkan. Akibatnya, saat ini dikenal berbagai sistem
kurs yang dianut oleh kelompok negara yang berbeda. Dalam sistem ini nilai tukar uang atau
valuta asing ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran pada bursa valuta asing
dengan atau tanpa upaya stabilitasi oleh otoritas moneter. Dalam sistem kurs mengambang
dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu pertama, mengambang bebas (murni) di mana
kurs suatu mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan
pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating atau pure/freely floating rates karena
otoritas moneter tidak berupaya menetapkan ataupun memanipulasi kurs. Bisa dipahami
apabila dalam sistem ini tidak diperlukan cadangan devisa. Kedua, mengambang terkendali
(managed or dirty floating rates) di mana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan
kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena
otoritas moneter perlu membeli atau menjual valuta asing di pasar untuk mempengaruhi
pergerakan kurs.
2016
7
Akuntansi Perpajakan
Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
D. Sistem Kurs Terkait atau Tertambat (Pegged Exchange Rate System)
Sistem nilai tukar ini dilakukan dengan mengaitkan nilai mata uang suatu negara
dengan nilai mata uang negara lain atau sejumlah tertentu. “Menambatkan” ke suatu mata
uang berarti nilai mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang tambatannya. Jadi,
sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi
terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Sistem ini antara
lain dilakukan oleh beberapa negara Afrika yang mengaitkan nilai mata uangnya dengan
USD dan SDR. Di samping itu, beberapa negara Eropa yang tergabung dalam EEC sejak
April 1972, menjalankan juga sistem ini yang dikenal sebagai snake system yang kemudian
diubah menjadi European Monetary System (EMS). Dalam snake system dan EMS ini setiap
mata uang anggota EEC dikaitkan nilainya dengan ECU (European Currency Unit) dan dapat
berfluktuasi dalam batas 2,25% di atas atau di bawah kurs tengah.
ANALISIS PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS TRANSAKSI VALUTA ASING –
III.
PEMBELIAN ASET TETAP
Tujuan pelaku-pelaku pasar mengadakan transaksi valuta asing bermacam-macam,
ada yang untuk tujuan bisnis murni seperti penjualan, pembelian maupun hutang piutang,
untuk spekulasi mendapatkan keuntungan besar, maupun dalam rangka hedging dan
keperlua-keperluan lainnya seperti pembelian aset tetap. Masing-masing motif tujuan
transaksi valuta asing mempunyai implikasi perlakuan perpajakan yang berbeda-beda.
Contoh transaksi tahun 1996 dan 1997, terdapat perlakuan khusus untuk selisih kurs valuta
asing.
Contoh Kasus :
PT. ABC melakukan transaksi pada tahun 1996 dan 1997 sebagai berikut :
Tanggal 4 Januari 1996, PT. ABC melakukan pembelian barang dari luar negeri dengan
harga USD 100.000 dan baru dibayar secara bertahap pada tanggal 15 September 1996
sebesar USD 50.000 dan tanggal 15 April 1997 sebesar USD 50.000 tetapi PPN yang
terutang langsung dan dibayar karena merupakan PPN impor.
Tanggal 31 Maret 1996, PT. ABC memperoleh pinjaman kredit dari bank asing sebesar USD
1.000.000 dengan waktu dengan waktu 10 tahun dengan tingkat bunga 8% dibayar setiap
akhir tahun. Pinjaman ini akan dimulai dibayar pada tanggal 31 Desember 1996 berikut
dengan bunganya. Pinjaman ini didapat untuk dipergunakan dalam pembelian mesin.
Tanggal 1 Mei 1996, PT. ABC membeli mesin seharga USD 1.000.000 dengan
menggunakan uang yang berasal dari pinjaman kredit dari bank asing tanggal 31 Maret 1996.
2016
7
Akuntansi Perpajakan
Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Penyusutan
Akuntansi taksiran umur aktiva adalah 8 tahun dengan metode garis lurus dan tanpa nilai sisa.
Pajak aktiva termasuk dalam harta kelompok II dan menggunakan metode garis lurus.
Perhitungan laba rugi selisih kurs
Atas hutang piutang yang masih outstanding menggunakan kurs tengah BI
Atas pelunasan penerimaan hutang piutang menggunakan kurs realisasi
Pada tahun 1997, harga pasar mesin Rp. 3.433.333.333,Laba rugi komersial sebelum biaya bunga, penyusutan mesin dan laba rugi selisih kurs
adalah sebagai berikut :
Tahun 1996 laba Rp. 900.000.000,Tahun 1997 laba Rp. 250.000.000,Diasumsikan tidak ada koreksi fiskal untuk laba diatas.
Perlakuan Akuntansi dan Perpajakan tahun 1996
Akuntansi
Berdasarkan transaksi-transaksi tersebt, PT. ABC akan membuat jurnal sebagai berikut :
4-1-1996
Mencatat pembelian
secara kredit
Pembelian
226.000.000
PPN masukan
23.060.000
Hutang dagang
226.000.000
Kas
23.060.000
(Pencatatan pembelian menggunakan kurs realisasi 2.260 x USD
100.000 dan untuk PPN masukan menggunakan kurs menteri
keuangan 2.360 x USD 10.000 dengan asumsi faktur pajak langsung
dibuat pada tanggal terjadinya transaksi)
31-3-1996
Mencatat
hutang
bank
Kas
2.230.000.000
Hutang bank
2.230.000.000
(2.230 x USD 1.000.000)
1-5-1996
Mencatat pembelian
bersih
2016
7
Akuntansi Perpajakan
Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Mesin
2.240.000.000
Kas
2.240.000.000
(2.240.000 x USD 1.000.000)
31-12-1996
Pencatatan
penyusutan mesin
Beban
penyusutan 186.666.667
mesin
186.666.667
Akum.
Penyusutan mesin
(2.240.0
8 x 8/12)
A. Perpajakan
Menurut perpajakan mesin termasuk dalam kelompok II dengan umur manfaat selama 8
tahun dan langsung disetahunkan sehingga beban penyusutan mesin tahun 1996 adalah
sebesar Rp. 2.240.000.000,- : 8 tahun = Rp. 280.000.000,-. Berdasarkan SE-46/PJ.4/1995
tentang prlakuan biaya bunga yang harus dibayar atau terutang dalam hal wajib pajak
menerima atau memperoleh penghasilan berupa bunga atau deposito menegaskan bahwa:
Apabila jumlah rata2 pinjaman sama besarnya dengan atau jumlah lebih kecil dari jumlah
rata2 dana yang ditempatkan sebagai deposito berjangka atau tabungan lainnya maka bunga
yang di bayarkan atau terutang atsa pembayaran maka bunga di bayarkan ats pinjaman
tersebut seluruhnya tidak bisa dibebankan sebagai biaya. Apabia jumlah rata2 pinjaman lebih
bear dari jumlah rata2 dana yang di tempatkan dalam bentuk deposito atau tabungan lainnya,
maka bunga pinjaman nya yang boleh di bebankan sebagai biaya adalah bunga ynag
dibayarkan atas terutang rata2 pinajamn yang melabihi jumlah rata rat dana yang di
tempatkan sebagai deposito berjangka atau tabungan lainnya.
Penyusutan mesin Thn 1996 adalah sebesar 280.000.000.- Beban bunga dapat diakui untuk
tahun 1996 adalh sebagai berikut :
Rata Hutang Thn 1996 USD 1.000.000
Rata Rata Deposito Thn 1996 Adalah USD 400.000
Penbayaran bunga yang dapat di bebankan dan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
adalah : ( 8%x(USD 900.000-USD 400.000) x Rp 2.335) =Rp 112.080.000.- Atas
penghasilan dari bunga deposito merupakan penghasilan buga yang dipotong oleh PPh Final.
2016
7
Akuntansi Perpajakan
Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Berikut Perbandingan Laba Rugi Akuntansi dan Laba Rugi Fiskal Thn 1996 yang akan
disajikan dalam Tabel :
Tabel 1
Perbandingan Laba Rugi Akuntansi Dan LabaRugi Fiskal Tahun 1996 Pembukauan
Berdasarkan Kurs Tengah BI
Akuntansi
Fiskal
Pendapatan Bunga
900.000.000
900.000.000
Pendapatan Bunga
27.241.667
Koreksi Fiskal
-27.241.667
Beban Bunga
-140.100.000
-112.080.000
28.020.000
Penyusutan Mesin
-186.666.667
-280.000.000
-93.333.333
Laba Selisih Kurs
74.000.000
74.000.000
Rugi Selisih Kurs
-117.000.000
-117.000.000
Laba Berih Sebelum Pajak
557.475.000
464.920.000
Pajak Penghasilan Terutang
-92.555.000
128.972.000
B. Jurnal
5-3-97
Mencatat Penerimaan sisa Piutang Dagang
Kas
843.850.000
Piutang Dagang
819.000.000
Laba selisih Kurs
24.850.000
Laba Selisih Kurs karena terjadi perbedaan kurs tanggal 31 des 96 dengan
kurs pada saat transaksi yaitu (USD 350.000x2.411-2.340)
15-4-1997
Mencatat Pembayaran Sisa Hutang
Hutang Dagang
117.000.000
Rugi Selisih Kurs
4.100.000
Kas
121.100.000
Rugi Selisih Kurs Terjadi karena perbedaan kurs 31-12-96 sebesar
(USD50.000x(2340-2.422))
1-6-1997
Mencatat Penerimaan pendapat Bunga deposito
Kas
39.200.000
Piutang Bunga
27.241.667
Pendapatan Bunga
11.958.333
5%xUSD 400.000x2.450
13-8-1997
Pengakuan Rugi Selisih Kurs Hutang Bank
Rugi Selisih Kurs
281.700.000
Hutang Bank
USD 900.000 x(2.340 – 2.653)
2016
7
Akuntansi Perpajakan
Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
281.700.000
31-12-1997
Pencatatan Pembayaran pokok Pinjaman ke 2
Hutang Bank
265.300.000
Rugi Selisih Kurs
234.700.000
Kas
500.000.000
Rugi Selisih Kurs Terjadi karna ada perbedaan kurs saldo hutang tgl 12-81997 dan tgl 31-12-1997 sebesar USD 100.000x (2.653 – 5.000)
31-12-1997
Pencatatan Penerimaan Bunga Deposito
Beban Bunga
360.000.000
Kas
360.000.000
(USD 900.000 x 8% x Rp.5000)
31-12-1997
Pencatatan Penerimann Bunga Deposito
Piutang Bunga
58.333.333
Pedapatan Bunga
58.333.333
(USD 400.000 x 5% x 5.000)
31-12-1997
Pencatatan penyusutan mesin
Beban Penyusutan Mesin
280.000.000
Akum
Penyusutan
280.000.000
mesin
( Rap 2.240.000 : 8 thn)
31-12-1997
Pengakuan rugi selisih kurs hutang pajak
Rugi Selisih Kurs
1.597.600.000
Hutang Bank
1.597.600.000
(USD 800.000 x ( Rp 2.653 – Rp 4.650)
31-12-1997
Pengakuan Laba Slisih Kurs deposito USD
Deposito USD
924.000.000
Laba Selisih Kurs
924.000.000
USD 400.000 x (4.650 – 2.340 )
Dalam ISAK 4 Telah Di tetapkan bahwa selisih kurs yang terjadi sejak awal tahun
buku sampai dengan awal periode tertentu tgl 14 agust 1997 harus dibebankan langsug ke
perhtungan laba rugi, Pada tahun 1997 PT XYZ harus membebankan laba bersih selisih kurs
24.850.000 yang merupakan laba brsih selisih kurs atas outstanding deposito sehingga total
laba berih selisih kurs atas outstanding deposito sehingga total laba berih tahun berjalan
sebesar 948.840.000 sedang rugi selisih kurs harus dibebankan dalam laporan laba rugi thn
1997 sebesar 281.700.000. Rugi selisih kurs tgl 14 agustus 1997 sampai dengan 31-12-1997
sesuai dengan ISAK 4 dapat di akpitalisasi sepanjang memenuhi syarat syarat tertentu
sebagaimana telah di kemukanakn dalam bab sebelumnya selisih kur yang dapat di
2016
7
Akuntansi Perpajakan
Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kapitalisasi merupakan selisih kurs yang timbul dari realisasi atas kewajiban valas yang
kemudian juga di tegaskan selisih kurs ini dapat di akpitalisasi dalam aktiva yang
bersangkutan tidak melampui nilaii terendah antara biaya pengganti dengan jumlah yang
mungkin di peroleh kembali, dan Kasuu PT XYZ selisih kurs yang dapat di kapitalisasi
adalah :
Rugi Selisih Kurs Pembayaran Pokok Pinjaman Ke 2
234.700.000
Rugi Selisih Kurs Saldo Utang
1.597.600.000
Jumlah selisih kurs
1.832.300.000
Craying Amount 31-12-1997
1.773.333.333
Nilai Wajar Mesin 31-12-1997
3.433.333.333
Berdasarkan perhitungan di atas maka rugi selisih Kurs 3.433.333.333 - 1.597.600.000 =
1.660.000.000 sedangkan sisa sebesar 172.300.000 harus di bebankan ke laporan laba rugi
periode berjalan.
IV.
AKUNTANSI UNTUK TRANSAKSI MATA UANG ASING
A. Transaksi mata uang asing
Transaksi mata uang asing adalah dimana nilai tukarnya dinyatakan dalam mata uang
fungsional dari suatu entitas. Di Indonesia, akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing
diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan tahun 2007 yaitu PSAK No.10 tentang transaksi
dalam mata uang asing dan PSAK No.11 tentang penjabaran laporan keuangan dalam mata
uang asing yang meliputi penentuan kurs.
Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang. Beberapa kurs yang digunakan :
1. Kurs Spot: Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi.
2. Kurs Sekarang: Kurs dimana 1 unit mata uang dapat dipertukarkan dengan mata uang lain
pada tanggal neraca atau tanggal transaksi.
3. Kurs Historis: Kurs yang berlaku pada tanggal tertentu terjadinya transaksi.
4. Forward Rate: Kurs tertentu yang disepakati dan digunakan dalam transaksi kontrak
berjangka.
B. Ketentuan PSAK No.10 tentang Transaksi Mata Uang Asing
Transaksi dalam mata uang asing adalah transaksi yang didenominasi atau
membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul
ketika suatu perusahaan:
2016
7
Akuntansi Perpajakan
Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata
uang asing;
2. Meminjam (utang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi dalam suatu
mata uang asing;
3. Menjadi pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana; atau
4. Memperoleh atau melepaskan asset, dan menimbulkan atau melunasi kewajiban yang
didenominasi dalam suatu mata uang asing.
Perlakuan akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing selain kontrak berjangka adalah:
1. Pengakuan awal
Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat
terjadinya transaksi. Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi sering disebut kurs spot
(spot rate). Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati kurs tanggal transaksi sering
digunakan, contohnya, suatu kurs rata-rata selama seminggu atau sebulan mungkin digunakan
untuk seluruh transaksi dalam setiap mata uang asing yang terjadi selama periode itu. Namun,
jika kurs berfluktuasi secara signifikan, penggunakan kurs rata-rata
untuk satu periode tidak dapat diandalkan
2.
3. Pelaporan pada Tanggal Neraca Berikutnya
Pada setiap tanggal neraca:
a. Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang
rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat kesulitan dalam
menentukan kurs tanggal neraca, maka dapat digunakan kurs tengah Bank Indonesia
sebagai indikator yang obyektif;
b. Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca tetapi
tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi; dan
c. Pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus dilaporkan
dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan.
Nilai terbawa dari suatu pos ditentukan sesuai dengan standar akuntansi yang relevan.
Misalnya, instrumen keuangan dan properti tertentu (investasi yang dilakukan Dana Pensiun),
mungkin dinilai pada nilai wajar atau pada biaya historis. Apakah nilai tercatat ditentukan
berdasarkan biaya historis atau nilai wajar, nilai yang ditentukan untuk pos valuta asing
dilaporkan pada mata uang pelaporan sesuai dengan Pernyataan ini.
2016
7
Akuntansi Perpajakan
Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Pengakuan Selisih Kurs
Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal
penyelesaian (settlement date) pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang
asing. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode akuntansi
yang sama, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun jika timbulnya
dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih
kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs
untuk masing-masing periode.
C. Perlakuan Alternatif yang Diizinkan
Selisih kurs dapat disebabkan karena suatu devaluasi atau depresiasi luar biasa suatu
mata uang dalam keadaan tidak tersedia fasilitas hedging dan menimbulkan kewajiban yang
tak terselesaikan akibat perolehan aktiva yang baru saja dilakukan dan harus dilunasi dalam
mata uang asing. Selisih kurs tidak termasuk dalam nilai tercatat suatu aktiva jika tersedia
fasilitas hedging hutang valuta asing yang timbul dari perolehan aktiva. Tetapi, kerugian
akibat perubahan kurs adalah bagian yang secara langsung dapat diatribusikan pada biaya
perolehan aktiva jika kewajiban tidak dapat diselesaikan dan tidak terdapat alat praktis untuk
hedging, contohnya, jika sebagai hasil dari pengendalian valuta asing, terdapat penundaan
dalam memperoleh mata uang asing. Maka dalam keadaan demikian biaya perolehan aktiva
termasuk selisih kurs.
V. RESIKO PERUBAHAN NILAI TUKAR/KURS
A. Resiko Nilai Tukar
Resiko nilai tukar adalah resiko yang diakibatkan karena adanya perubahan nilai tukar
mata uang asing. Pada umumnya, transaksi-transaksi bisnis yang berhubungan dengan mata
uang asing (valuta asing) biasanya akan menghadapi masalah perubahan nilai kurs mata uang
tersebut. Kurs adalah nilai suatu mata uang relatif terhadap mata uang lainnya. Mata uang
suatu negara merupakan cerminan kondisi ekonomi suatu negara. Apabila perekonomian
suatu negara membaik, maka mata uang negara tersebut akan menguat terhadap mata uang
negara lain. Jika suatu negara menetapkan kurs mata uangnya terhadap mata uang lain, maka
perubahan kurs tidak lagi terjadi melalui mekanisme pasar.
Pada sistem kurs bebas, apabila mata uang menguat disebut dengan apresiasi dan jika
mata uang melemah disebut depresiasi. Sedangkan pada sistem kurs tetap, apabila mata uang
menguat disebut revaluasi dan jika mata uang melemah disebut devaluasi.
2016
7
Akuntansi Perpajakan
Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Berikut akan disajikan contoh perhitungan apresiasi dan depresiasi mata uang rupiah (Rp)
terhadap Dolar ($).
Rupiah menguat terhadap
Keterangan
Rupiah melemah terhadap $
Kurs awal tahun
Rp. 9000
Rp. 9000
Kurs akhir tahun
Rp. 11000
Rp. 7000
Persentase
(11000-9000)/(9000) x 100%
(7000-9000)/(9000) x 100
= 22.22%
%
pelemahan/penguatan
$
terhadap Rp
$
= -22.22%
Persentase
(9000-11000)/(11000) x 100%
(9000-7000)/(7000) x 100
pelemahan/penguatan Rp
= -18.18%
%
terhadap $
= 28.57%
Penjelasan :
Pada kolom kedua, disajikan situasi Rupiah melemah dari Rp. 9000/$ pada awal tahun
menjadi Rp 11000/$ pada akhir tahun. Berarti dolar mengalami apresiasi terhadap rupiah
sebesar 22,22%. Apabila dipandang dari sudut rupiah, berarti Rupiah mengalami depresiasi
terhadap dolar sebesar 18,18%. Sedangkan pada kolom ketiga, disajikan bahwa pada awal
tahun rupiah menguat dari Rp. 9000/$ menjadi Rp. 7000/$ pada akhir tahun. Berarti dolar
mengalami depresiasi terhadap rupiah sebesar 22.22% dan dari sudut pandang rupiah, berarti
rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar sebesar 28.57%
1. Eksposur Akuntansi
Eksposur akuntansi terjadi karena laporan keuangan dengan mata uang tertentu
kemudian dikonversikan kelaporan keuangan dengan mata uang lain, rentan terhadap
perubahan kurs. Dengan adanya perubahan kurs, maka proses konversi tersebut bisa
menghasilkan keuntungan ataupun kerugian. Misalnya suatu perusahaan multinasional
Jepang memiliki anak perusahaan di Indonesia, berikut neraca anak perusahaan pada awal
tahun :
Dalam Rp.
Awal tahun (¥)
Akhir tahun (¥)
Kurs = Rp. 80/¥
Kurs = Rp.100/¥
Kas
1.000.000
12.500
10.000
Piutang Dagang
2.000.000
25.000
20.000
Persediaan
2.000.000
25.000
20.000
Aktiva tetap
5.000.000
62.500
50.000
Total Aset
10.000.000
125.000
100.000
2016
7
Akuntansi Perpajakan
Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Hutang dagang
2.000.000
25.000
20.000
Hutang jangka panjang
2.000.000
25.000
20.000
Modal saham
6.000.000
75.000
60.000
Total pasiva
10.000.000
125.000
100.000
Total aset adalah Rp.10.000.000. Karena perusahaan ini adalah perusahaan Jepang,
maka harus dikonversikan ke dalam ¥ jepang. Misalkan pada awal tahun kurs adalah Rp
80/¥. Maka akan terlihat bahwa total aset ¥125.000 dan modal saham ¥ 75.000. Sedangkan
kurs pada akhir tahun adalah Rp.100/¥, maka akan terlihat bahwa total aset turun menjadi ¥
10.000 dan modal saham juga turun menjadi ¥ 60.000. penurunan modal saham menunjukan
perusahaan mengalami kerugian sehingga modal sahamnya berkurang nilainya. Namun nilai
ekonomis perusahaan tetap sama antara awal tahun dan akhir tahun karena kerugian ini
semata-mata disebabkan oleh perubahan kurs bukan karena perubahan nilai ekonomis.
2. Eksposur Operasi
yaitu operasi perusahaan yang rentan terhadap perubahan kurs. Misalnya, Jepang menjual
sepeda motor Honda ke Indonesia. Jika nilai Yen menguat terhadap Rupiah, maka harga
sepeda motor Honda di Indonesia menjadi lebih mahal dibanding sebelumnya. Sehingga
terjadi penurunan daya saing sepeda motor Honda di Indonesia .
Harga
(dalam ¥)
100.000
Honda Harga Honda (dalam Harga Honda (dalam
Rp)
Rp)
Kurs = ¥ 0.0125/Rp
Kurs = ¥ 0.01/Rp
Rp. 8.000.000
Rp. 10.000.000
Misalkan harga sepeda motor tersebut adalah ¥ 100.000. jika kurs yen/Rp adalah ¥0.0125/Rp
maka sepeda motor tersebut akan berharga Rp. 8.000.000 di Indonesia. Apabila nilai yen
menguat terhadap rupiah menjadi ¥0.01/Rp maka harga sepeda motor Honda akan naik
menjadi Rp.10.000.000. Karena harga sepeda motor Honda di Indonesia semakin mahal,
mengakibatkan penjualannya menjadi berkurang dan menurunnya arus kas masuk Honda dari
penjualan di pasar Indonesia, sedangkan Honda tetap melakukan pengeluaran input dan
tenaga kerja. Maka operasi Honda akan terganggu karena pemasukan menjadi lebih sedikit
dengan pengeluaran yang tetap sama.
2016
7
Akuntansi Perpajakan
Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
V.
PENGHASILAN LUAR NEGERI DAN POTONGAN PAJAK
A. Pajak Penghasilan Pasal 24
Adalah Pajak yang dipungut di luar negeri atas penghasilan wajib pajak di luar
negeri. Pajak yang dibayar di luar negeri atas penghasilan luar negeri yang diperoleh wajib
pajak dalam negeri (WPDN) boleh dikreditkan dengan pajak yang terutang dalam tahun pajak
yang sama, sebesar pajak yang dibayarkan diluar negeri tersebut tetapi tidak boleh melebihi
penghitungan pajak yang terutang berdasarkan UU No. 10 Tahun 1994. Untuk itu harus
dicari batas maksimum kredit pajak luar negeri (KPLN).
Pada dasarnya PPh Pasal 24 mengatur tentang besarnya kredit pajak yang dapat
diperhitungkan atas pemotongan pajak/ pajak yang dibayar/ pajak yang terutang di luar
negeri. Hal ini sesuai dengan ayat 1 dan 2 Pasal 24 UU PPh : Pajak yang dibayar atau
terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak dalam negeri boleh dikreditkan terhadap pajak yang terutang berdasarkan Undangundang ini dalam tahun pajak yang sama.
Besarnya kredit pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar pajak
penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi
penghitungan pajak yang terutang berdasarkan Undang-undang ini. Penggabungan
penghasilan yang berasal dari luar negeri dilakukan sebagai berikut : Untuk penghasilan dari
usaha dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya penghasilan tersebut (accrual basis).
Untuk penghasilan berupa dividen, dilakukan dalam tahun pajak pada saat perolehan
dividen tersebut ( 650/KMK.04/1994 Jo SE - 22/PJ.4/1995 Jo SE - 35/PJ.4/1995 Untuk
penghasilan lainnya, dilakukan dalam tahun pajak diterimanya penghasilan tersebut (cash
basis). Penghasilan yang boleh diperhitungkan/ dikreditkan tersebut antara lain penghasilan
dari luar negeri berupa :
1. Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan saham
dan sekuritas lainnya;
2. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta
gerak;
3. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak;
4. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
5. Penghasilan BUT luar negeri;
6. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda
turutserta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan;
2016
7
Akuntansi Perpajakan
Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
B. Batas maksimum kredit pajak luar negeri (KPLN)
Batas maksimum kredit pajak luar negeri (KPLN)diambil yang terendah dari ketiga
unsur berikut:
1. Jumlah Pajak yang dibayar / terutang di luar negeri. (Penghasilan Luar Negeri
Seluruh Penghasilan Kena Pajak) x PPh atas seluruh yang dikenakan tariff pasal 17.
2. Jumlah PPh terutang untuk seluruh penghasilan kena pajak, dalam hal penghasilan kena
pajaknya lebih kecil dari penghasilan luar negerinya.
Catatan:
1. Jika Pajak Penghasilan Luar Negeri yang diminta untuk dikreditkan itu ternyata
dikembalikan maka jumlah pajak yang terutang menurut undang-undang ini harus
ditambah dengan jumlah tersebut pada tahun pengembalian tersebut dilakukan.
2. Jika Penghasilan Luar Negeri berasal dari beberapa negara maka jumlah maksimum
KPLN dihitung untuk masing-masing negara.
3. Untuk kerugian yang diderita di luar negeri tidak diperhitungkan dalam menghitung
penghasilan kena pajak. Penghasilan dari Luar Negeri untuk tahun-tahun berikutnya dapat
dikompensasikan dengan kerugiaan tersebut.
4. Dalam hal pajak dibayarkan di luar negeri lebih besar dari kredit pajak yang
diperkenankan (PPh Pasal 24), maka kelebihan tersebut tidak dapat: Diminta Kembali, Di
Kompensasikan, Sebagai Pengurang Penghasilan.
VI.
TRANSAKSI DAN PENJABARAN LAPORAN KEUANGAN DALAM MATA
UANG ASING
Manajemen menetapkan mata uang dari lingkungan ekonomi utama dimana Grup
beroperasi (mata uang fungsional) dalam mata uang Dollar Amerika Serikat (USD), kecuali
GA, AWS dan entitas anak. Transaksi-transaksi selama periode berjalan dalam mata uang
non-fungsional dicatat dengan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Pada tanggal
pelaporan, aset dan liabilitas moneter dalam mata uang non fungsional disesuaikan untuk
mencerminkan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut. Pos non-moneter yang diukur
menggunakan nilai wajar dalam mata uang non fungsional disesuaikan untuk mencerminkan
kurs yang berlaku pada tanggal pengukuran nilai wajar tersebut dilakukan. Keuntungan atau
kerugian yang timbul dikreditkan atau dibebankan dalam laporan laba rugi. Pos nonmoneter
2016
7
Akuntansi Perpajakan
Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
diukur dalam biaya historis dalam valuta asing yang tidak dijabarkan kembali. Selisih kurs
pada pos moneter diakui dalam laporan laba rugi pada periode saat terjadinya, kecuali:
1. Selisih kurs pada pinjaman dalam mata uang asing yang berkaitan dengan aset dalam
penyelesaian untuk penggunaan produktif di masa depan, yang termasuk dalam biaya
aset tersebut ketika mereka dianggap sebagai penyesuaian terhadap biaya bunga atas
pinjaman dalam mata uang asing tersebut.
2. Selisih kurs transaksi yang timbul dalam rangka lindung nilai risiko mata uang asing
tertentu.
3. Selisih kurs pada pos moneter piutang atau hutang untuk operasi dalam mata uang
asing yang penyelesaiannya tidak direncanakan atau mungkin terjadi. Untuk
membentuk bagian dari investasi bersih dalam operasi luar negeri, yang pada awalnya
diakui pada penghasilan komprehensif lain dan direklasifikasi dari ekuitas ke
keuntungan atau kerugian pada pembayaran kembali pos moneter.
Untuk tujuan penyajian laporan keuangan konsolidasian, aset dan liabilitas entitas
anak tertentu pada tanggal pelaporan dijabarkan masing-masing ke dalam mata uang USD
dengan menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal tertentu, sedangkan pendapatan dan
beban dijabarkan dengan menggunakan kurs rata-rata apabila kurs mendekati kurs pada
tanggal transaksi dan tidak berfluktuasi secara signifikan. Selisih kurs yang terjadi, jika ada,
yang diakui dalam penghasilan komprehensif lain dan diakumulasi dalam komponen ekuitas
yang terpisah (diatribusikan pada kepentingan nonpengendali secara memadai).
2016
7
Akuntansi Perpajakan
Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. UU No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, berikut
peraturan pelaksanaannya
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
3. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah
4. Waluyo, Akuntansi Perpajakan, 2014, Perpajakan Indonesia, Penerbit Salemba Empat
5. Mardiasmo, Perpajakan, Edisi revisi 2011, Yogjakarta, Penerbit ANDI
6. IAI. 2013. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat
2016
7
Akuntansi Perpajakan
Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download