akt. menengah

advertisement
Intermediate Accounting
BAB I
KONSEP DASAR AKUNTANSI KEUANGAN
A. PENGERTIAN
Ada berbagai macam pendefinisian akuntansi oleh para profesional,
akademis dan asosiasi – asosiasi yang dilakukan berdasarkan sudut pandang dan
pemahaman mereka masing – masing, yaitu :
1. A statemen of basic accounting theory (ASOBAT)
mendefinisikan akuntansi sebagai proses mendefinisikan, mengukur, dan
menyampaikan informasi ekomomi sebagai bahan dalam hal mempertimbangakan
berbagai alternatif dalam pengambilan keputusan
2. American institute of certified public accounting (AICPA)
Mendefinisikan akuntansu sebagai suatu seni pencatatan, penggolongan,
dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter transaksi dan
kejadian – kejadian yang umumnya bersifat keuangan dna termasuk menafsirkan
hasil – hasilnya.
3. Accounting priciple board (APB)
Mendefinisikan akuntansi sebagai suatu kegiatan jasa yang fungsinya
adalah memberikan informasi kuantitatif umumnya dalam ukuran uang mengenai
suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam oengambilan
keputusan ekonomi sebagai dasar memilih beberapa alternatif.
1
Intermediate Accounting
B. FINANCIAL ACCOUNTING CYCLE
Sebagai suatu aktivitas jasa yang terkait dengan pengolahan data keuangan
suatu organisasi, akuntansi mempunyai tahapan – tahapan proses data dengan
siklus sebagai berikut :
transaksi
Proses
pencatatan
Dokumen
transaksi
Identitas
transaksi
Jurnal
Proses
pengelompokan
Neraca saldo setelah penutupan
dan pembalikan
Jurnal penutup dan
pembalikan
Buku besar
Proses
pengikhtisaran
Proses
pelaporan
Laporan
keuangan
Neraca lajur
Neraca saldo
Satu periode akuntansi berumur 12 bulan yang dapat mengikuti tahun
kalender ( tahun takwim ) yang diawali pada tanggal 1 januari dan diakhiri pada
tanggal 31 desember, atau berdasarkan periode yang ditentukan sendiri asalkan
berisikan 12 bulan.
2
Intermediate Accounting
C. KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI KEUANGAN
Tujuan laporan keuangan
Karakteristik laporan
keuangan



Elemen laporan
keuangan



Karakteristik khusus
Karakteristik umum
Karakteristik kualifikasi


Neraca
Laporan laba – rugi
Laporan perubahan
ekuitas
Laporan arus kas
Catatan atas laporan
keuangan
kriteria pengakuan dan pengukuran
asumsi - asumsi
prinsip - prinsip
hambatan – hambatan
1. historical cost
1. cost – benefit
2. revenue recognition 2. materiality
3. matching
3. industry peculiarities
4. disclosure
4. consistency
5. objectivity
6. consistency
7. coservatism
8. materiality
Kerangka konseptual akuntansi keuangan diperlukan agar :
1. economic
2. going concern
3. monetary unit
4. periodicity
1. Praktik akuntansi diimplementasikan berdasarkan prinsip akuntansi yang
diterima secara umum
2. Membantu praktik akutansi di masa yang akan datang untuk dapat
menyerap berbagai perkembangan terbaru.
3. Bermanfaat bagi praktisi dalam memberika dasar pemikiran pemilihan
alternatif – alternatif dari berbagai metode.
3
Intermediate Accounting
D. KARAKTERISTIK LAPORAN KEUANGAN
Terdapat 3 karakteristik atau tujuan penyusunan laporan keuangan, yaitu :
1. Karakteristik khusus
Karakteristik khusus dari laporan keuangan adalah untuk menyajikan
laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keungan
lainnya secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima
secara umum
2. Karakteristik umum
a. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber ekonomi dan
kewajiban perusahaan
b. Memberikan informasi tentang sumber kekayaan bersih yang berasal
dari kegiatan usaha dalam mencari laba
c. Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir
potensi perusahaan dalam mengambil laba
d. Memberikan informasi keuangan yang diperlukan lainnya tentang
perubahan harta dan kewajiban
e. Mengungkapkan informasi relevan yang dibutuhkan para pemakai
laporan keuangan
3. Karakteristik kualifikasi laporan keuangan
a. Karakteristik kualifikasi level utama
 Relevan : menyediakan informasi keuangan yang dapat digunakan
untuk pengambilan keputusan yang berbeda – beda.
 Reliability : bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan disajikan secara jujur. Dikatakan reliability apabila :
-
Presentation faithfulness
-
Verifable
-
Neutrality
b. Karakteristik kualifikasi level kedua
 Comparability ( daya banding )
 Consistency ( taat azas )
4
Intermediate Accounting
Elemen – elemen laporan keuangan
bagian
laporan
Neraca
aktiva
pasiva
Laporan
laba-rugi
pendapatan
beban
Laporan
perubahan ekuitas
tidak ada
bagian-bagiannya
Laporan
arus kas
aktivitas operasi
aktivitas investasi
Catatan atas
laporan keuangan
tidak ada
bagian-bagiannya
aktivitas pendanaan
E. ASUMSI – ASUMSI DASAR AKUNTANSI
1. Asumsi keastuan ekonomi
Suatu asumsi yang menyatakan bahwa aktivitas perusahaan harus dapat
diidentifikasi sebagai kesatuan unit akuntansi
2. Asumsi kelangsungan usaha
Suatu asumsi yang menyatakan bahwa suatu perusahaan akan tetap eksis
untuk waktu yang lama dan tidak dibatasi oleh batasan umur tertentu.
3. Asumsi kesatuan mata uang
Asumsi ini berlandaskan pada kesatuan mata uang yang stabil, dimana
uang merupakan kesatuan ukuran yang umum dalam aktivitas ekonomi.
4. Asumsi pembagian waktu
Asumsi ini diimplementasikan secara simple, bahwa aktivitas ekonomi
suatu perusahaan dapat dibagi – bagi dalam periode – periode waktu yang
ditentukan sendiri.
F. PRINSIP – PRINSIP DASAR AKUNTANSI KEUANGAN
Prinsip dasar akuntansi adalah prinsip atau sifat – sifat yang mendasari
keseluruhan praktik akuntansi serta pengembangan standar dan prosedur
akuntansi dimasa yang akan datang sebagai respon terhadap perkembangan
ekonomi dan bisnis yang lebih komplek.
5
Intermediate Accounting
1. Prinsip harga perolehan
Pencatatan setiap aktiva/asset yang dimiliki oleh perusahaan harus dicatat
dan dilaporkan menurut harga perolehannya.
2. Prinsip pengakuan pendapatan
Waktu terjadinya transaksi penyerahan barang dan jasa bukan saat
terjadinya penerimaan kas. Dalam hal – hal tertentu dilakukan penyimpangan dari
ketentuan :
-
Pendapatan diakui pada saat selesainya proses produksi
-
Pendapatan diakui secara proporsional selama tahap produksi
-
Pendapatan diakui pada saat pembayaran diterima
-
Pendapatan dari penjualan konsinyasi
3. Prinsip mempertemukan beban dengan pendapatan
Prinsip ini merupakan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan pengakuan
beban. Terdapat 2 karakteristik pembebanan baiaya :
-
Pembebanan langsung : pembebanan biaya – biaya yang dapat
dihubungkan secara langsung dengan pendapatannya
-
Pembebanan tidak langsung : pembebanan biaya yang tidak dapat secara
langsung dihubungkan pada pendapatan dikarenakan kejadiaanya tidak
simultan dengan kejadian pendapatan. Biaya ini dapat dibedakan menjadi
2 berdasarkan kejadiannya:
a. Biaya tunai ( biaya gaji, biaya iklan dll )
b. Biaya tenggelam ( biaya depresiasi, pembebanan bagian )
4. Prinsip pengungkapan penuh
Prinsip ini mengharuskan lapotan keuangan untuk dapat memberikan
keseluruhan informasi yang dibutuhkan oleh laporan keuangan yang dapat
digunakan secara relevan dan reliabel bagi pengambilan kebijakan ekonomis
terkait dengan kepentingannya pada perusahaan.
Beberapa kelemahan laporan keuangan :
-
Tidak dapat memberika informasi yang bersifat non moneter
-
Hanya mampu memberikan informasi yang berdimendi
kuantitatif
6
Intermediate Accounting
-
Tidak semua kejadian yang punya bukti legal dilaporkan
-
Tidak bisa memberikan informasi tentang teknis penyusunan
laporan keuangan.
5. Prinsip obyektivitas
Beberapa kriteria objektifitas :
-
Objektifitas sangat terkait dengan motivasi
-
Sangat terkait dengan bagaimana cara yang digunakan apabila sesuatu
itu dihasilkan
-
Objektivitas sangat terkait dengan pembuktian
-
Objektifitas sangat terkai dengan nilai atau ukuran.
6. Prinsip konsistensi
Implikasi dari prinsip ini terhadap laporan keuangan adalah agar :
-
Laporan
keuangan
memenuhui
syarat
kualifikasi
dapat
membandingkan
-
Terhindar dari praktek manipulasi dengan cara menggunakan prinsip
7. Pinsip konservasi
Prinsip in memberikan acuan dalam hal menentukan pilihan dari beberapa
alternatif prinsip atau teknik perlakuan akuntansi berdasarkan kaidah kehati –
hatian.
8. Prinsip matrealitas
Informasi dipandang material apabila jika kelalaian untuk mencantumkan
artau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan.
G. HAMBATAN – HAMBATAN AKUNTANSI
Implementasi prinsip – prinsip akuntansi secara konsisten dan seragam di
dalam praktek akuntansi dalam semua kasus mungkin tidak dapat diwujudkan.
Terdapat 4 pengecualian implementasi hambatan – hambatan akuntansi dalam
situasi tertentu, yaitu :
7
Intermediate Accounting
1. Cost – benefit constraint
Pengukuran biaya – manfaat penyajian informasi bukanlah hal yang
mudah untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan tidak adanya suatu ukuran yang pasti
tentang manfaat dari suatu informasi, ini hanya bersifat normatif saja.
2. Materiality constraint
Materialitas merupakan suatu prinsip akuntansi yang digunakan sebagai
pertimbangan kuantitatif dalam siklus akuntansi, suatu kejadian yang dinyatakan
material harus dilakukan pencatatan dalam siklus akuntansi.
3. Industry peculiarities constraint
Setiap industri atau perusahaan mempuntai kekhasan sendiri – sendiri,
kekhasan ini yang memungkinkan bagi industri untuk mengadopsi teori kauntansi
serta metode dan teknik perlakuan akuntansi yang berbeda satu sama lainnya.
H. AKUNTANSI SEBAGAI SISTEM INFORMASI
Sangat banyak yang berkepentingan dengan informasi akuntansi, yaitu :
- Management
- Kreditor
- Investor
- Suplier dan distributor
- Pejabat pemerintah
- Pencari kerja
- Serikat pekerja
Data transasksi
Proses pengolahan data
transaksi
Informasi keuangan
Pihak internal
pihak eksternal yang berkepntingan
secara langsung
-
Manajemen
Serikat pekerja
secara
tidak langsung
1. kreditor
1. pencari kerja
2. investor
2. biro statistik
3. suplier
masyarakat
4. distributor
5. kantor pajak
8
Intermediate Accounting
BAB II
LAPORAN KEUANGAN
A. FINANCIAL STATMENT DAN FINANCIAL REPORTING
Financial statment merupakan suatu daftar yang disusun berdasarkan
kaidah – kaidah tertentu dengan tujuan memberikan informasi keuangan ynag
berguna untuk pengambilan keputusan ekonomis.
Financial reporting lebih luas daripada financial statment, mencakup
seluruh bentuk laporan yang dapat digunakan untuk melakukan penhitunga,
pengukuran, evaluasi, penaksiran, dan memproyeksikan keseluruhan aspek –
aspek ekonomi perusahaan secra komprehensif.
B. UNSUR – UNSUR LAPORANM KEUANGAN
Neraca
Suatu form yang disusun berdasarkan prinsip – prinsip yang diterima
secara umum untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan pada saat
tertentu.
Aktiva ( harta )
Pasiva ( kewajiban )
-
Current asset
-
Current liability
-
Long term investment
-
Long term liability
-
Tangible fixed asset
-
Ekuitas pemilik
-
Ingtangible fixed asset
-
Other asset
9
Intermediate Accounting
Struktur ekuitas dalam perusahaan tergantung pada jenis perusahaan itu sendiri,
seperti :
bentuk perusahaan
struktir ekuitas pemilik
perusahaan perseorangan
modal perseorangan
modal sekutu
laba tidak dibagikan
simpanan pokok
simpanan wajib
SHU
modal sahan
premium/diskon saham
laba tidak dibagikan
perusahaan persekutuan
Koperasi
persekutuan terbatas
Contoh bentuk neraca dalam bentuk skontro dan stafel :
Laporan Laba – Rugi
Laba – rugi merupakan suatu ukuran penting dalam analisis keuangan
perusahaa untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan aktiva dan pengukuran
penghasilan per lembar. Ada 2 konsep penyusunan laporan laba –rugi, yaitu :
a. Current operating performance
Perhitungan laba rugi hanya melaporkan pos – pos pendapatan dan beban
yang bersifat ordinary/reguler saja.
10
Intermediate Accounting
b. All – inclisive
Semua pos – pos pendapatan dan keuntungan, pos beban dan pos kerugian
baik yang bersifat ordinary dan reguler maupun yang bersifat extra
ordinary dan irreguler diperhitungkan dalam laporan laba rugi.
Bentuk laporan laba – rugi
1. Bentuk single step
Menurut bentuk ini pos – pos perhitungan laba – rugi hanya
diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu kelompok pendapatan dan
kelompok beban. Laba bersih merupakan selisih antara jumlah pos – pos
pendapatan dengan jumlah pos – pos beban.
2. Bentuk multiple step
11
Intermediate Accounting
Laporan perubahan ekuitas
Macam laporan perubahan ekuitas tergantung dari bentuk perusahaan, seperti :
-
Perusahaan perseorangan ( laporan perubahan modal )
-
perusahaan persekutuan ( laporan perubahan modal sekutu )
-
koperasi ( laporan perubahan sisa hasil usaha )
12
Intermediate Accounting
-
perseroan terbatas ( laporan perubahan laba di tahan )
Laporan arus kas
1. pelaporan arus kas dari aktivitas operas :
-
merode langsung
menurut metode dilakukan dengan cara melaporkan penerimaan kas
bruto dan pengeluaran kas bruto kegiatan operasi.
13
Intermediate Accounting
-
Metode tidak langsung
Laba rugi bersih setelah dilakukan penyesuaian dengan cara mengoreksi
pengaruh transaksi bukan kas, penangguhan atau akrual dari
penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi dimasa lalu dan masa
depan yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan.
14
Intermediate Accounting
BAB III
KAS DAN INVESTASI JANGKA PENDEK
A. MANAJEMEN KAS
Kas merupakan aktivitas perusahaan yang tidak produktif dan sangat
rentan terhadap perubahan nilai atau perubahan daya beli dan penyalahgunaan.
1. Pengendalian interen terhadap kas
Ini dilakukan sebagai tindakan preventif atas keselamatan kas perusahaan
dari kejahatan karyawan.
2. Perencanaan kas
Maksud dilakukannya perencanaan dan pengendalian kas adalah agar tidak
terjadi kelebihan atau kekurangan penyediaan kas dalam jumlah yang
besar.
B. MODEL BOUMOL
Menurut boumul, pada prinsipnya manajemen kas tidak beda dengan
manajemen persediaan. Untuk menentukan berapa jumlah kas optimum pada
setiap pengubahan deposito dan aktiva ekuivalen kas menjadi kas adalah dapat
dilakukan dengan rumus :
C=
√𝟐𝐎𝐃
i
Keterangan :
C
= jumlah kas optimum
O
= biaya transaksi
D
= kebutuhan kas setahun
i
= tingkat bunga
15
Intermediate Accounting
C. MODEL MILLER DAN ORR
Mekanisme perencanaan dan pengendalian kas model ini adalah pada saat
saldo kas tersedia mendekati sebsar ( h ), maka kas yang ada harus segera dirubah
ke instrumen lainnya.
Z=
h=3xZ
3ba2
4i
1/3
Keterangan :
b = biaya transaksi
a = variasi pengeluaran kas
i = tingkat bungan/hasil investasi
D. DANA KAS KECIL
Kas kecil merupakan sejumlah kecil kas yang dibentuk untuk tersedia di
perusahaan yang diperlukan untuk pengeluaran kecil yang bersifat rutin.
Pembentukan dana kas kecil dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu :
1. Metode dana tetap
Menurut metode ini besarnya kas kecil dinyatakan tetap untuk jangka
waktu tertentu.
2. Metode dana tidak tetap
Dalam metode ini besarnya kas tidak ditentukan dan pengisian kembali
kas kecil dapat dilakukan sewaktu – waktu bila dianggap perlu.
E. REKONSILIASI BANK
Rekonsiliasi bank merupakan skedul untuk menunjukkan beberapa
penyebab perbedaan saldo kas antara pencatatan kas menurut perusahaan dengan
saldo kas menurut rekening koran bank. Dalam melakukan rekonsiliasi bank
sebaiknya perusahaan menunjuk karyawan yang independen terhadap kas.
16
Intermediate Accounting
Transaksi Kas
Pencatatan oleh
perusahaan
Pencatatan oleh bank
≠
Saldo perkiraan kas
Saldo rekening koran
Rekonsiliasi bank
Langkah – langkah investasi
1. Perbandingan catatan di sebelah debit perkiraan kas dengan catatan mutasi
kas baik pada perkiraan kas maupun pada kopi rekeninh koran.
2. Perbandingan catatan disebelah kredit perkiraan kas dengan catatan
sebelah debit rekening koran bank.
3. Perbandingan catatan disebelah kredit rekening koran bank dengan catatan
sebelah debit perkiraan kas.
4. Perbandingan catatan disebelah debit rekening koran bank dengan catatan
sebelah kredit perkiraan kas.
Teknik penyusunan laporan rekonsiliasi bank
1. Rekonsiliasi bank terhadap saldo akhir
2. Rekonsiliasi bank terhadap saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo
akhir.
17
Intermediate Accounting
F. CASH OVERDRAFT
Cash overdraft adlah penarikan cek yang melebihi jumlah deposito dalam
surat rekening koran bank. Cash overdraft ini dapat terjadi karena perusahaan
tidak dapat mengetahui secara pasti jumlah saldo rekening bank. Berdasarkan
pemberitahuan bank tersebut, peusahaan melakukan pencatatan dalam jurnal
sebagai berikut :
Kas ditangan
Rp. XXX
Overdraft
Rp. XXX
Dan ketika perusahaan melakukan penyetoren ke bank bersangkutan, yang
diantaranya adalah tentunya untuk menutup overdraft dibuatkan jurnal berikut :
Kas di bank
Rp. XXX
Overdraft
Rp. XXX
Kas ditangan
Rp. XXX
Saldo perkiraan overdradt yang belum ditutupi sampai dengan saat penyusunan
neraca dilaporkan dalam neraca pada kelompok kewajiban jangka pendek.
G. SELISIH KAS
Selisih kas timbul karena ada ketidaksesuaian antara saldo perkiraan kas
dengan jumlah uang yang ada. Timbul selisih kurang manakala jumlah uang yang
ada lebih kecil daripada saldo perkiraan kas. Den sebaliknya timbul selisih lebih
manakala jumlah uang yang ada lebih besar dari pada saldo perkiraan kas. Bila
terjadi selisih kas, maka bagian audit internal harus segera melakukan investigasi
untuk dapat memastikan penyebab dari selisih kas tersebut.
Jika penyebab selisih kas tersebut adalah karena kesalahan pencatatan,
maka pada saat diketahui adanya kesalahan pencatatan tersebut segera dibuatkan
jurnal koreksinya. Sedangkan bila disebabkan karena kecurangan pegawai, maka
selisih kas tersebut dapat dicatat sebagai piutang kepada pegawai. Cara demikian
digunakan manakala ada anggapan bahwa pegawai atau perusahaan yang
menjamin pegawai yang bersangkutan akan mengembalikan uang perusahaan,
tapi manakala dianggap tidak mungkin untuk ditagih, maka selisih kas tersebut
dilaporkan dalam perhitungan laba – rugi sebagai extra ordinary loosses.
18
Intermediate Accounting
BAB IV
PIUTANG USAHA
A. PIUTANG DAGANG
Piutang dagang merupakan jumlah yang terutang oleh pembeli yang
timbul karena penjualan kepadanya barang dagangan atau jasa/aktiva lainnya yang
dilakukan secra kredit. Dalam melakukan penjualan secara kredit perusahaan
harus memperhatikan beberapa hal yang terkait dengan pelanggan, karena
kesalahan dalam memutuskan dilakukannya penjualan kredit dapat menimbulkan
resiko kegagalan dalam pengumpulan piutang dikemudian hari.
Manajemen piutang dagang
Manajemen piutang yang efektif sangat diperlukan agar tidak banyak terjadi
kerugian akibat piutang yang tidak dapat ditagih dan kerugian yang timbul akibat
penyalahgunaan piutang oleh karyawan, dan juga bagaimana pemanfaatan piutang
sebagai sumber pendanaan.
Pengendalian intern terhadap piutang
Pengendalian ini meliputi prosedur penjualan kredit dan penerimaan piutang,
pencatatan piutang yang akurat dan sistem audit yang baik terhadap piutang.
Langkah – langkah penting yang diperlukan dalam pengendalian ini adalah :
1. Pelanggan harus diklasifikasikan
2. Transaksi penjualan kredit harus mendapat persetujuan bagian kredit
3. Dalam faktur harus dicantumkan syarat pembayaran
4. Bagian piutang harus menjalankan fungsinya dengan baik
5. Kegiatan penagijhan harus dikendalika dengan baik
6. Bagian penerimaan kas menerima hasil penagihan berdasarkan prosedur
yang telah ditetapkan
7. Bagia akuntansi harus melakukan pencatatan piutang berdasarkan
prosedur baku yang telah ditetapkan.
19
Intermediate Accounting
Syarat pembayaran
Syarat pembayaran adakalanya mempunyai satu bagian saja, yaitu yang
menyatakan batas akhir atau jatuh tempo faktur, dan ada yang terdiri dari dua
bagian, yaiu bagian pertama tentang syarat mendapatkan potongan tunai dan bagia
kedua tentang batas akhir atau jatuh tempo faktur. Beberapa jenis syarat yang
dapat digunakan antara lain :
1. n/60 >> debitu sudah harus membayar piutang paling lambat 60 hari
2. 2/10.n/60 >> debitur akan mendapatkan potongan 2% bila pembayaran
dilakukan dalam waktu 10 hari dan debitur sudah harus membayar dalam
waktu paling lambat 60 hari
3. n/EOM atau n/AB >> debitur sudah harus membayar paling lambat pada
akir bulan dibuatnya faktur tersebut
4. 2/EOM.n/60 >> debitur akna mendapatkan potongan 2% jika pembayaran
dilakukan dalam waktu 1 bulan dan debiur sudah harus membayar dalam
waktu 60 hari
5. n/10 prox >> batas akhir pembayaran adalah 10 hari setelah berakhirnya
bulan dibuatnya faktur tersebut
6. 2/10/prox.n/60 >> debitur akan mendapatkan potongan 2% bila dibayar
dalam waktu 10 hari, dan debitur sudah harus membayar dalam jangka
waktu 60 hari.
Piutang tidak dapat ditagih
Piutang kepada debitur bermasalah demikian ini yang kemudian dinyatakan
sebagai piutang tak tertagih. Terhadap piutang tak tertagih ini harus dihapuskan
dari saldo piutang sehingga piutang dapat dilaporkan menurut nilai wajarnya,
yaitu sebesar nilai piutang yang dapat ditagih, terdapat 2 metode yang dapat
dilakukan :
1. Metode penghapusan langsung
Metode penghapusan ini umumnya digunakan oleh perusahaan yang relatif baru
berdiri. Jurnal yang terkait dengan penghapusan piutang ini :
20
Intermediate Accounting
 Jurnal saat dinyatakan suatu piutang harus dihapuskan :
Kerugian penghapusan piutang
Rp. XXX
Piutang dagang
Rp. XXX
 Apabila suatu piutang yang telah dihapuskan dinyatakan kembali
sebagai piutang yang akan dibayar oleh debiturnya :
-
Bila dinyatakan dapat ditagih kembali pada periode yang sama
dengan saat dihapuskannya :
Piutang dagang
Rp. XXX
Kerugian penghapusn piutang
-
Rp. XXX
Bila dinyatakan dapat ditagih kembali setelah tutup buku :
Piutang dagang
Rp. XXX
Laba piutang ditemukan kembali
Rp. XXX
2. Metode penghapusan tidak langsung
Metode ini lebih sesuai digunakan perusahaan – perusahaan besaratau yang
sebgian besar penjualannya dilakukan secara kredit, yang mempunyai data – data
historis tentang piutangnya. Jurnal – jurnal yang terkait dengan penghapusan
piutang menurut metode ini :
 Jurnal saat dilakukan estimasi adanya piutang yang mungkin tidak
dapat ditagih
Kerugian penghapusan piutang
Rp. XXX
Cadangan penghapusan piutang
Rp.XXX
 Saat dinyatakan suatu piutang harus dihapuskan karena suatu hal :
Cadangan pengahpusan piutang
Rp. XXX
Piutang dagang
Rp. XXX
 Bils suatu piutang yang telah dihapuskan dinyatakan kembali
sebagai piutang yang akan dibayar oleh debiturnya :
Piutang dagang
Rp. XXX
Cadangan penghapusan piutang
21
Rp. XXX
Intermediate Accounting
Cadangan penghapusan piutang
Pengunaan perkiraan cadangan piutang ini mengharuskan dilakukannya estimasi
untuk menentukan besarnya nilai piutang yang kemungkinan tidak dapat ditagih.
1. Pendekatan neraca
-
Cadangan penghapusan piutang dilakukan dengan/hingga
sebesar peresen tertentu dari saldo piutang.
-
Cadangan penghapusan piutang dilakukan dengan sebesar
persen tertentu dari saldo piutang.
-
Cadangan
penghapusan
piutang
dinaikkan
sampai
dengan/hingga sebesar tertentu berdasarkan analisis umur
piutang.
2. Pendekatan laba – rugi
Cadangan penghapusan piutang dinaikkan hingga sebesar persen tertentu
dri penjualan.
Penjualan piutang/anjak piutang
Factoring merupakan cara yang dapat digunakan untuk meminimalkan resiko
yang timbul dari penghasilan piutang dagang. Factoring dapat dilakukan atas
piutang – piutang perusahaan dari penjualan kredit sebelumnya atau factoring
dilakukan saat terjadinya penjualan kredit berdasarkan suatu akta perjanjian yang
berekelanjutan.
(6) angsuran
Factor
(3) persetujuan
kredit
Pembelian
(1) order pembelian
(2) pengiriman barang
22
(4) pembayaran
(2) aplikasi
kredit
Perusahaan
Intermediate Accounting
Jenis factoring
1. Factoring tanpa tanggung renteng
Ini merupakan penjualan piutang atas dasar notifikasi ( tanpa
pemberitahuan ). Klien menjual piutangnya kepada factor dan factor
menanggung secara penuh resiko penagihan tanpa hak menerima
pembayaran dari klien apabila terjadi kerugian atas piutang alihan
yang tidak tertagih.
2. Factoring dengan tanggung renteng
Dalam penjualan piutang dagang dengan tanggung renteng, klien
mempunyai kewajiban membayar seluruh atau sebagian dana yang
diperoleh dari piutang peralihan, atau membeli kembali piutang alihan
dalam hal nasabah tidak membayar piutang alihan tersebut kepada
factor pada saat jatuh tempo.
B. PIUTANG WESEL/WESEL TAGIH
Piutang wesel atau wesel tagih merupakan tagihan atau piutang yang
dinyatakan secara tertulis dalam bentuk surat perintah membayar atau surat
kesanggupan membayar. Wesel merupakan surat perintah tidak bersyarat yang
dibuat oleh kreditur untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu
dimasa yang akan datang kepada pihak pembuat wesel
Promes merupakan surat janji untuk membayar kepada kreditur yang
disebutkan namanya dalam promes atau kepada endosi promes sejumlah uang
tertentu pada tanggal yang telah ditetapkan.
klasifikasi
berdasarkan
masa jatuh tempo
tidak adanya bunga
bisa tidaknya
didiskonkan
jenis
1. wesel tagih jangka pendek
2. wesel tagih jangka panjang
1. wesel tagih tanpa bunga
2. wesel tagih berbunga
1. wesel tagih yang tidak dapat didiskon
2. wesel tagih yang dapat didiskon
23
Intermediate Accounting
Jatuh tempo wesel
Pada tanggal jatuh tempo wesel perusahaan melakukan penagihan wesel tersebut
kepada debitur, terdapat 2 kemungkinan hasil [enagihan wesel tersebut, yaitu
debitur dapat membayar nilai tunai wesel yang ditagih kepadanya atau debitur
tidak dapat membayarnya. Apabila debitur tidak dapat membayar nilai tunai wesel
telah jatuh tempo tersebut maka pada saat itu dapat dibuatkan wesel baru sebesar
nilai tunai wese. Jurnalnya :
Kas
Rp. XXX
Wesel tagih
Rp. XXX
Pendiskontoan wesel tagih
Pendiskontoan wesel merupakan transaksi penjualan wesel tagih dengan tanggung
renteng secara penuh, penagihan wesel memang telah berpihak kepada pihak
pembeli wesel tagih tetapi tanggung jawab atas wesel tagih yang tidak dapat
ditagih sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak penjual wesel tagih.
Bagi pihak yang mendiskontokan wesel tagih, karena adanya yanggung renteng
secara penuh, maka sebesar nilai nominal wesel tagih yang yang didiskontokan
tersebut harus diperlakukan sebagai kewajiban yang diestimasikan dengan nama
perkiraan wesel tagih yang didiskontokan.
Diskonto = % diskonto X periode diskonto X nilai tunai wesel
Menentukan tanggal jatuh tempo dan periode diskonto
Misal suatu wesel tertanggal 2 Mei 2008 yang mempunyai jangka waktu 60 hari
telah didiskontokan pada tanggal 25 Mei 2008, perhitungan untuk menentukan
tanggal jatuh tempo wesel tersebut dan periode diskontonya adalah :
Umur wesel
Mei
Juni
Juli
= 31 – 2
= 60 hari
= 29 hari = 31 hari
= 30 hari = 1 hari
jadi jatuh tempo wesel tersebut adalah tanggal 1 Juli 2008
24
Intermediate Accounting
Penyelesaian wesel tagih yang didiskontokan
Pada tanggal jatuh tempo wesel tagih yang telah didiskontokan pihak pemegang
wesel yang terakhir akan memberikan kabar kepada endosannya tentang pencarian
wesel tagih tersebut. Ada 2 kemungkinan atas pencairan wesel tagih :
1. Bila debitur dinyatakan berprestasi
Pada saat diterima kabar dari endosi bahwa debitur wesel berprestasi,
maka harus dibuatkan jurnal untuk mengeliminasi perkiraan wesel tagih
dan wesel tagih yang didiskontokan sebesar nilai nominalnya melalui
jurnal :
Wesel tagih yang didiskontokan
Wesel tagih
Rp. XXX
Rp. XXX
2. Bila debitur dinyatakan wanprestasi
Bila pada tanggal jatuh tempo wesel tagih yang telah didiskontokan
diterima kabar bahwa debitur wan prestasi, maka pada saat itu timbul
utang kepada endosi dan timbul piutang kepada debitur. Utang – piutang
diakui sebesar nilai tunai wesel ditambah dengan biaya protes yang
diperhitungkan oleh endosi. Perkiraan wesel tagih dan perkiraan wesel
tagih yang didiskontokan belum boleh dieliminasi sampai endosan telah
menjalankan kewajibannya untuk membayar sebesar nilai tunai wesel
tersebut kepada endosi.
25
Intermediate Accounting
BAB V
PERSEDIAAN
A. MASALAH KEPEMILIKAN
Persediaan meliputi segala macam barang yang menjadi obyek pokok
aktivitas perusahaan yang tersedia untuk diolah dalam proses produksi atau dijual.
Ketepatan pengakuan kepemilikan persediaan barang sangat berpengaruh dalam
realibilitas hasil dari proses akuntansi. Pengakuan kepemilikan yang kurang tepat
dalam jumlah yang material mengakibatkan laporan keuangan yang disusun
terdapat data yang menyesatkan bagi pengambilan kebijakan bisnis pihak – pihak
yang berkepentingan.
1. Barang – barang dalam perjalanan
Dalam praktek akuntansi yang umum dilakukan, pengakuan bertambanya
persediaan yang dibeli atau pengakuan berkurangnya persediaan yang
dijual dilakukan bertepatan dengan telah diterimanya barang oleh pembeli.
Syarat pengiriman barang yang umum digunakan adalah :
-
Free on board shipping point
-
Free on board destination
2. Barang – barang yang dipisahkan
Yang dimaksud dengan barang – barang yang dipisahkan adalah barang –
barang yang dipisahkan dengan maksud untuk memenuhi pesanan atau
kontrak penjualan dalam jumlah besar yang tidak dapat dilakukan
pengirimannya sekaligus.
3. Barang – barang konsinyasi
Barang – barang konsinyasi merupakan barang dagang atau produk jadi
yang dititipkan kepada pihak tertentu untuk dijualkan dengan harga
tertentu.
26
Intermediate Accounting
4. Penjualan angsuran
Penjualan angsuran dapat dibedakan menjadi penjualan angsuran
berjangka pendek dan penjualan angsuran berjangka panjang.
Harga perolehan persediaan
Dalam prinsip akuntansi telah dinyatakan bahwa terhadap setiap aktiva peusahaan
harus dicatat sebesar harga perolehan, yaitu sebesar pengorbanan ekonomis yang
telah terjadi terkait dengan perolehan suatu aktiva tertentu hingga aktiva tersebut
siap digunakan atau dijual kembali dalam kegiatan usaha sehari - hari.
Return pembelian
Return pembelian merupakan pengembalian barang yang telah dibeli kepada
pihak penjual dikarenakan sesuatu hal yang diperkenakan ( umumnya karena tidak
sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya ).
Potongan pembelian
Potongan pembelian merupakan potongan pembayaran harga faktur yang
diberikan oleh pihak penjual dikarenakan pembayarn harga faktur tersebut
dilakukan dalam masa tunai/masa mendapat potongan.
B. METODE PENCATATAN PERSEDIAAN BARANG DAGANG
Persediaan barang dagang merupakan persediaan barang yang terdapat
pada perusahaan dagang yang dibeli untuk dijual kembali. Terdapat dua metode
pencatatan transaksi yang terkait persediaan barang dagangan.
Metode Physical
Metode Perpetual
Terdapat perkiraan pembelian, re. Tidak terdapat perkiraan
Pembelian, pot. Pembelian dan bi.
Angkut pembelian.
Transaksi pembelian, re. Pembelian, Transaksi dicatat dalam perkiraan
pot.
Pembelian
dicatat
dalam persediaan barang dagang
perkiraan masing – masing
Setiap terjadi penjualan tidak pelu Detiap terjadi penjualan harus diikuti
dilakukan
pencatatan
HPP
dan HPP
27
Intermediate Accounting
dihitung pada akhir periode secara
agregat
Lebih
sesuai
digunakan
pada Lebih sesuai digunakan pada grosir,
perusahaan eceran yang mempunyai agen, agen khusus atau distributor
berbagai macam persediaan barang dengan sedikit macam barang yang
dagang dan sulit ditentukan HPP
diperdagangkan.
C. METODE PENENTUAN HARGA PEROLEHAN PERSEDIAAN
Penentuan ini dialkukan berdasarkan sumsi arus biaya bukan berdasarkan
arus fisik persediaan. Terdapat beberapa metode penentuan harga perolehan
persediaan dan harga pokok penjualan yang dapat diaplikasikan.
1. Metode identifikasi khusus
Penggunaan metode ini mengharuskan dilakukannya penandaan terhadao
setiap barang yang masuk. Penentuan harga pokok persediaan yang tersisa
dan HPP dapat dilakukan berdasarkan catatan – catatan dalam kartu
persediaan dan berdasarkan perhitungan fisik.
2. Metode masuk pertama keluar pertama
Metode ini sering disebut sebagai FIFO methode, yang dikembangkan
berdasarkan asumsi bahwa barang dagang yang pertama dibeli adalah
barang pertama yang dijual.
3. Metode masuk terakhir keluar pertama
Metode ini sering disebut LIFO methode, yang dikembangkan berdasarkan
asumsi bahwa barang dagang yang terakhir dibeli adalah barang dagang
yang terakhir dijual.
4. Metode rata – rata
Metode ini dikembangkan untuk memberikan solusi tengah ekstrimitas
metode MPKP dengan metode MTKP. Pada metode ini, harga perolehan
persediaan tidak didasarkan pada harga perolehan persediaan yang
pertama masuk atau yang terakhir masuk melainkan diantara keduanya.
28
Intermediate Accounting
Metode rata – rata tertimbang
Metode harga perolehan persediaan ini merupakan metode rata – rata yang
diselenggarakan secara physical. Harga perolehan persediaan akhir dan harga
pokok penjualan dihitung berdsarkan harga rata – rata persediaan siap dijual.
Metode rata – rata bergerak
Metode penentuan harga perolehan persediaan ini merupakan metode rata – rata
yang diselenggarakan secara perpetual. Harga pokok penjualan merupakan hasil
perkalian antara banyaknya persediaan yang dijual dengan harga perolehan rata –
rata pada saat itu.
5. Metode harga beli terakhir
Metode harga perolehan persediaan ini merupakan metode penentuan
harga perolehan yang apriori terhadap mutasi persediaan dan perubahan
harga.
6. Metode nilai penjualan relatif
Metode ini digunakan untuk mengalokasikan harga perolehan bersama
kepada harga perolehan masing – masing persediaan atau produk yang
diperoleh dalam satu harga perolehan.
7. Metode laba kotor
Metode laba kotor merupakan metode yang banyak digunakan oleh para
akuntan intern untuk mengestimasi harga perolehan persediaan yang
tersisa pada saat dilakukannya penyusunan laporan keuangan sementara.
8. Metode harga jual eceran
Perusahaan dagang eceran pada umumnya mempunyai persediaan barang
dagang yang sangat heterogen baik dari segi macam barang yang
diperdagangkan maupun harga barang yang bersangkutan.
29
Intermediate Accounting
D. METODE PENETAPAN PERSEDIAAN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR
Pada perusahaan manufaktur terdapat tiga jenis persediaan yang harus
ditentukan harga perolehannya, yaitu :
1. Persediaan bahan baku
2. Persediaan produk dalam proses
3. Persediaan produk jadi
Penentuan harga perolehan persediaan dalam proses dan persediaan barang jadi
dilakukan dengan memperhatikan jenis proses produksinya, apakah proses
produksi berlangsung berdasarkan pesanan ataukah untuk memenuhi persediaan
gudang. Terdapat 2 metode penentuan harga perolehan persediaan berdasarkan
proses produksinya :
1. Metode harga pokok pesanan
2. Metode harga pokok proses, yang terdiri dari :
-
Metode biaya variable
-
Metode biaya penuh
-
Metode biaya standar.
E. PENEPATAN PERSEDIAAN PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI
Perusahaan konstruksi adalah perusahaan yang bergerak dibidang
pembangunan fisik. Terdapat dua metode penentuan persediaan pada perusahaan
ini, yaitu :
1. Metode kontrak selesai
Dalam metode ini pengakuan laba kotor baru dilakukan pada saat
pembangunan telah diselesaikan. dengan jurnal :
Pembangunan dalam penyelesaiaan
Rp. XXX
Kas
Rp. XXX
Sedangkan penerimaan pembayaran dari owner dikreditkan dengan jurnal :
Kas
Rp. XXX
Uang muka dari owner
Rp. XXX
30
Intermediate Accounting
Jurnal penutup dan pengakuan laba – rugi adalah sebagai berikut :
Uang muka dari owner
Rp. XXX
Laba kontrak jangka panjag
Rp. XXX
Pembangunan dalam penyelesaian
Rp. XXX
Atau :
Uang muka dari owner
Rp. XXX
Rugi kontrak jangka panjang
Rp. XXX
Pembangunan dalam penyelesaian
Rp. XXX
2. Metode persen penyelesaian
Pada metode ini, pengakuan adanya laba rugi penyelesaian suatu
pembangunan dilakukan pada setiap akhir periode akuntansi berdasarkan taksiran
tingkat/persentase penyelesaiaanya dari taksiran laba rugi yang akan diperoleh
dari penyelesaian pembangunan kontrak jangka panjang tersebut, dengan jurnal :
Pembangunan dalam penyelesaian
Rp. XXX
Laba kontrak jangka panjang
Rp. XXX
Atau :
Rugi kontrak jangka panjang
Rp. XXX
Pembangunan dalam penyelesaian
Rp. XXX
F. METODE PENILAIAN PERSEDIAAN
Penilaian
persediaan
merupakan
suatu
aktivitas
akuntansi
yang
dimaksudkan untuk menentukan nilai persediaan akhir yang akan dilaporkan
dalam laporan keuangan. Terdapat dua metode yang secara umum digunakan
dalam penilaian pesediaan, yaitu :
1. Metode harga perolehan
Bila digunakan metode ini dalam penilaian persediaan kahir, maka nilai
persediaan akhir yang dilaporkan dalam lapora keuangan adalah sebesar harga
perolehannya yang dihitung dengan menggunakan salah satu metode penentuan
harga perolehan persediaan.
31
Intermediate Accounting
2. Metode harga terendah antara harga perolehan dengan harga pasar
Penggunaan metode ini merupakan salah satu bentuk penyimpangan
prinsip akuntansi yang diperkenankan, dengan alasan pembenaran yang dapat
diterima, bahwa barang – barang tersebut segera dapat dijual dan diganti dengan
barang dagangan yang baru.
Harga perolehan
Batas atas harga
pasar
Harga pasar
Harga pokok
pengganti
Nilai persediaan akhir menurut metode harga pokok
atau harga pasar mana yang terendah
Batas bawah harga
pasar
Bagan teknik penilaian persediaan metode LCOM
G. PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PENURUNAN NILAI
PERSEDIAAN
Perlakuan akuntanis terhadap penurunan nilai persediaan yang timbul dari
penilaian persediaan adalah :
1. Dilakukannya pencatatan dengan menggunakan metode yang sesuai
dengan metode pencatatan transaksi persediaan yang telah digunakan
oleh perusahaan.
2. Kerugian yang timbul akibat penurunan nilai persediaan dapat dicatat
secara terpisah dari harga pokok penjualan atau dicatat secara tidak
terpisah dari hargo pokok penjualan.
32
Intermediate Accounting
BAB VI
INVESATSI JANGKA PANJANG
A. INVESTASI DALAM SAHAM
Invesatsi jangka panjang dalam saham dilakukan dengan cara pembelian
saham perusahaan lain. Tujuan yang memotivasi dilakukannya investasi jangka
panjang adalah :
-
Untuk dapat mempengaruhi atau menguasai mekanisme pengambilan
keputusan suatu perusahaan.
-
Untuk menjalankan strategi integrasi horisontal, integrasi vertikal,
ataupun konglomerasi yang telah ditetapkan.
Jenis – jenis saham
Terdapat dua jenis saham yang bisa diterbitkan oleh suatu perusahaan, yang dapat
dibeli sebagai instrumen investasi jangka panjang, yaitu :
1. Common stock
: saham yang tidak memberikan suatu keistimewaan
kepada pemegangnya
2. Preffered stock
: saham yang memberikan keistimewaan kepada
pemegangnya.
Metode pencatatan invesatsi dalam saham
Terdapat tiga metode pencatatan yang dapat digunakan untuk mencatat setiap
transaksi investasi jangka panjang dalam saham, yaitu :
1. Metode cost, metode pencatatan inidigunakan apabila penguasaan saham
suatu perusahaan < 20% dari keseluruhan saham beredar.
33
Intermediate Accounting
2. Metode ekuitas tanpa leporan keuangan konsolidasi, metode pencatatan
ini digunakan apabila penguasaan saham > 20% - 50% dari saham beredar
3. Metode ekuitas dengan laporan keuangan konsolidasi, metode pencatatan
ini digunakan apabila penguasaan saham > 50% dari saham beredar.
Transaksi saham
Pencatatan transaksi terkait investasi jangka panjang dalam saham, meliputi :
1. Transaksi pembelian saham
2. Transaksi yang mungkin terjadi selama kepemilikan saham :
-
Penerimaan deviden
-
Pemecahan saham
-
Penerimaan hak beli saham
-
Penerimaan deviden likuidasi
3. Transaksi penjualan atau pelunasan kembali saham
4. Pertukaran saham
Pembelian saham secara individual
1.
Pembelian sahan prioritas
-
Saham prioritas kumulatif
Bila suatu saham prioritas dibeli pada tanggal pembayaran hak
devidenberjalan dengan jurnal :
Investasi dalam saham prioritas
Rp. XXX
Kas
-
Rp. XXX
Saham prioritas tidak kumulatif
Bila suatu saham kumulatif tidak bertepatan dengan tanggal pembayaran
hak deviden dengan jurnal :
Investasi dalam saham prioritas
Rp. XXX
Pendapatan deviden
Rp. XXX
Kas
-
Rp. XXX
Pembelian saham biasa
34
Intermediate Accounting
Jurnal :
investasi dalam saham biasa
Rp. XXX
Kas
2.
Rp. XXX
Pembelian saham secara lumpsum ( bersamaan )
-
Bila harga masing – masing saham diketahui
Investasi dalam saham prioritas
Rp. XXX
Invesatsi dalam saham biasa
Rp. XXX
Kas
-
Rp. XXX
Bila salah satu harga pasar saham diketahui
Invesatsi dalam saham prioritas
Rp. XXX
Invesatsi dalam saham baiasa
Rp. XXX
Kas
-
Rp. XXX
Bila harga pasar masing – masing jenis saham tidak diketahui
Investasi dalam saham prioritas dan saham biasa
Rp. XXX
Kas
Rp. XXX
Pendapatan deviden
Deviden merupakan bagian dari laba diahan perusahaan investee yang dibagikan
kepada investor sebagai keuntungan dari investasinya. Pembagian deviden oleh
perusahaan investee biasanya dilakukan melalui 2 tahap, yaitu tahap
diumumkannya pembagian deviden dan tahap pembayaran deviden. Jurnal yang
harus dibuat untuk mencatat adanya pendapatan deviden adalah :
Piutang deviden
Rp. XXX
Pendapatan deviden
Rp. XXX
Sedangkan jurnal yang dibuat pada saat penerimaan pembayaran hak deviden :
Kas
Rp. XXX
Piutang deviden
Rp. XXX
Devien tunai
35
Intermediate Accounting
Jurnal :
piutang deviden
Rp. XXX
Pendapatan deviden
Rp. XXX
Dan :
kas
Rp. XXX
piutang deviden
Rp. XXX
Deviden aktiva selain kas
Perusahaan investee dapat pula membayar deviden dengan aktiva selain kas,
misalnya dengan saham perusahaan lain atau aktiva lainnya. Apabila diterima
dalam bentuk saham perusahaan lain, maka oleh investor saham – saham
perusahaan lain yang diterimanya sebagai deviden tersebut dapat dicatat sebgai
investasi jangka pendek atau investasi jangka panjang. Aktiva selain kas yang
diperoleh sebagai deviden tersebut harus dinilai berdasarkan nilai wajarnya, yaitu
berdasarkan pada harga pasar pada saat diterima sebagai devide.
Piutang deviden
Rp. XXX
Pendapatan deviden
Rp. XXX
Dan :
Surat – surat berharga
Rp. XXX
Piutang deviden
Rp. XXX
Deviden saham
1.
Deviden saham sejenis
Adalah deviden saham yang diterima dalam bentuk saham yang sejenis
dengan saham – saham yang menghasilkan deviden tersebut.
2.
Deviden saham tidak sejenis
Adalah deviden saham yang diterima dalam bentuk saham yang tidak sejenis
dengan saham – saham yang menghasilkan deviden tersbut.
Investasi dalam saham prioritas
Investasi dalam saham biasa
36
Rp. XXX
Rp. XXX
Intermediate Accounting
B. HAK BELI SAHAM
Hak beli saham merupakan hak yang diberikan oleh perusahaan investee
kepada investornya untuk membeli saham baru yang diterbitkan oleh perusahaan
investee dengan harga dibawah harga pasar dalam batas waktu tertentu. Penentuan
harga perolehan hak beli saham dapat dilakukan melalui perhitungan :
Harga perolehan
=
hak beli saham
Harga pasar saham tanpa hak beli saham + harga pasar hak beli saham
harga pasar beli saham X harga perolehan saham
investasi dalam hak beli saham
Rp. XXX
investasi dalam saham biasa
Rp. XXX
membeli saham baru dengan menggunakan hak beli saham
bila saham baru dibeli dengan menggunakan hak beli saham, maka harga
perolehan saham baru tersebut adalah sebesar kas yang dibayarkan ditambah
dengan harga perolehan hak beli saham yang digunakan untuk membeli saham –
saham tersebut.
Investasi dalam saham biasa
Rp. XXX
Invesatasi dalam hak beli saham
Rp. XXX
Kas
Rp. XXX
Menjual hak beli saham
Apabila hak beli saham itu dijual, maka mungkin akan timbul adanya keuntungan
atau kerugian akibat penjualan tersebut. Keuntungan dan keruian tersebut
merupakan selisih antara harga perolehan hak beli saham dengan hasil
penjualannay.
Kas
Rp. XXX
Investasi dalam hak beli saham
Rp. XXX
Laba/rugi penjualan hak beli saham
Rp. XXX
37
Intermediate Accounting
C. HAK BELI SAHAM YANG TIDAK DIMANFAATKAN
Apabila hak beli saham tidak dimanfaatkan, maka perkiraan investasi
dalam hak beli saham harus dihapuskan nilainya dan sebesar harga perolehannya
harus diperlakukan sebagai kerugian atas hak beli saham yang tidak terpakai.
Rugi atas hak beli saham yang tidak digunakan
Rp. XXX
Investasi dalam hak beli saham
Rp. XXX
Penjualan atau pelunasan saham
Berdasarkan pertimbangan tertentu adakalanya investor menjual saham – saham
yang dikuasainya kepada pihak lain atau kepada perusahaan investee. Atas
penjualan kembali saham – saham ini mungkin investor akan memperoleh
laba/rugi sebesar selisih antara harga perolehan dengan hasil bersih penjualan
saham – saham yang bersangkutan.
Kas
Rp. XXX
Investasi dalam saham biasa
Rp. XXX
Laba penjualan surat – surat berharga
Rp. XXX
Pertukaran saham
Bila terjadi pertukaran saham dengan surat – surat berharga lainnya, maka bagi
investor surat – surat berharga baru yang diterima dalam pertukaran tersebut
dinilai menurut harga pasarnya pada saat dilakukan pertukaran. Selisih antara
harga pasar surat – surat berharga yang diterima dengan harga perolehan saham –
saham yang diserahkan dalam pertukaran tersebut harus diakui sebagai laba atau
rugi pertukaran surat – surat berharga.
Investasi dalam saham biasa
Rp. XXX
Investasi dalam saham prioritas
Rp. XXX
Laba pertukaran surat – surat berharga
Rp. XXX
D. INVESTASI DALAM OBLIGASI
Obligasi disebut juga surat utang, merupakan bukti pernyataan utang pihak
yang menerbitkan obligasi kepada pihak yang membeli obligasi. Surat obligasi
dapat diterbitkan oleh lembaga – lembaga pemerintah atau lembaga – lembaga
bisnis swasta yang telah mendapatkan persetujuan dari lembaga yang berwenang.
38
Intermediate Accounting
Macam – macam obligasi
1. Ditinjau dari waktu jatuh temponya :
-
Obligasi biasa adalah obligasi yang tanggal jatuh temponya sama
-
Obligasi berseri adalah obligasi yang tanggal jatuh temponya
berurutan dalam periode – periode tertentu
2. Ditinjau dari ada atau tidak adanya jaminan :
-
Obligasi yang dijamin dengan aktiva
a. First mortgage bond adalah obligasi yang dijamin dengan aktiva
tetap tidak bergerak yang belum digunakan untuk menanggung
utang yang lain.
b. Second mortgage bond adalah obligasi yang dijamin dengan aktiva
tetap tidak bergerak, tetapi aktiva ini sudah digunakan untuk
menanggung utang yang lain
c. Collateral trust bond adalah obligasi yang ditanggung dengan suratsurat saham.
-
Obligasi yang tidak dijamin dengan aktiva
a. Guaranteed bond adalah obligasi yang ditanggung perorangan atau
peusahaan
b. Income bond adalah obligasi yang memperoleh bunga apabila
perusahaan yang menerbitkan obligasi mendapatkan laba
c. Convertible bond adalah obligasi yang dapat ditukar dengan surat
berharga lainnya
d. Callable bond adalah obligasi yang sewaktu – waktu dapat ditarik
kembali oleh pihak yang menerbitkan apabila dianggap perlu tanpa
harus menunggu tanggal jatuh temponya.
Pembelian obligasi
Investasi dalam obligasi pada awalnya dicatat dan dilaporkan berdasarkan harga
perolehannya, tetapi pada periode – periode berikutnya invetasi dlaam obligasi
dicatat dan dilaporkan berdasarkan nilai buku.
1. Pembelian obligasi dilakukan melalui pasar aktif surat – surat berharga
39
Intermediate Accounting
2. Pembelian secara langsung kepada pihak yang menjual obligasi.
Bunga berjalan
Dalam hal obligasi dibeli tidak bertepatan dengan tanggal kupon bunga obligasi
dibayarkan, maka perhitungan adanya bunga berjalan yang menjadi hak penjual
obligasi.
1. Umur bulan ditetapkan 30 hari
2. Banyaknya hari bunga berjalan dihitung mulai tanggal kupon bunga
terakhir dibayarkan sampai dengan tanggal transaksi jual – beli obligasi
3. Besarnya bunga obligasi dihitung berdasarkan persen tertentu dari nilai
nominalnya.
Harga perolehan obligasi berdasarkan kurs
Jika harga perolehan obligasi – obligasi tersebut lebih tinggi daripada nilai
nominalnya, maka dalam pembelian obligasi tersebut terdapat premium obligasi,
dengan jurnal obligasi :
Investasi dalam obligasi
Rp. XXX
Pendapatan bunga obligasi
Rp. XXX
Kas
Rp. XXX
Harga perolehan obligasi berdasarkan bunga efektif
Dalam perolehan obligasi ditentukan berdsarkan bunga efektif, maka besarnya
harga perolehan obligasi adalah sebesar nilai tunai obligasi ditambah dengan nilai
tunai bunga obligasi selama pemikiran.
a. Nilai tunai obligasi = faktor nilai tunai obligasi X nominal obligasi
Faktor nominal obligas =
1
( 1+i )n
b. Nilai tunai
Bunga obligasi = faktor nilai tunai bunga obligasi X bunga obligasi
40
Intermediate Accounting
Faktor nilai tunai bunga obligasi = 1 – faktor nilai tunia obligasi
i
jurnal :
investasi dalam obligasi
Rp. XXX
pendapatan bunga obligasi
Rp. XXX
kas
Rp. XXX
Pendapatan bunga obligasi
Bunga obligasi umumnya dibayarkan secara semi annual, yaitu setiap 6 bulan
secara post numerando, artinya bunga obligasi dibayarkan setiap akhir masa
pembangunan, dengan jurnal :
Kas
Rp. XXX
Pendapatan bunga obligasi
Rp. XXX
Amortisasi premium dan akumulasi diskon obligasi
Premium obligasi atau diskon obligasi pada prinsipnya merupakan koreksi
terhadap pendapatan bunga obligasi yang akan diterima selama masa kepemilikan
obligasi yang bersangkutan. Amortisasi premium maupun akumulasi diskon
abligasi dapat dilakukan dengan metode garis lurus, dan metode bunga efektif.
Penyesuaian dan pembalikan
Penyesuaian yang perlu dilakukan pada setiap akhir periode akuntansi terkait
dengan pemilikan obligasi antara lain :
1. Penyesuaian untuk mengakui adanya pendapatan bunga obligasi yang
masih harus diterima
Bunga obligasi yang masih harus diterima
Pendapatan bunga obligasi
Rp. XXX
Rp. XXX
Jurnal pembalikannya :
Pendapatan bunga obligasi
Rp. XXX
Bunga obligasi yang masih harus diterima
Rp. XXX
2. Penyesuaian untuk melakukan amortisasi premium obligasi atau
melakukan akumulasi diskon obligasi
Pendapatan bunga obligasi
Rp. XXX
Investasi dalam obligasi
Rp. XXX
41
Intermediate Accounting
Jurnal penyesuaian untuk mengakumulasi diskon obligasi adalah :
Investasi dalam obligasi
Rp. XXX
Pendapatan bunga obligasi
Rp. XXX
E. PENJUALAN OBLIGASI
Nilai buku obligasi yang dijual adalah sebesar nilai nominal obligasi yang
dijual ditambah dengan sisa premium obligasi yang belum diamortisasikan atau
dikurangi dengan sisa diskon obligasi yang belum diakumulasikan sampai dengan
tanggal dilakukannya penjualan obligasi.
1. Jurnal untuk mencatat amortisasi premium
Investasi dalam obligasi
Rp. XXX
Pendapatan bungan obligasi
Rp. XXX
2. Jurnal untuk mencatat penerimaan bunga obligasi
Kas
Rp. XXX
Pendapatan bunga obligasi
Rp. XXX
3. Jurnal untuk mencatat hasil penjualan obligasi
Kas
Rp. XXX
Laba/rugi penjualan surat-surat berharga
Rp. XXX
Investasi dalam obligasi
Rp. XXX
F. PERTUKARAN OBLIGASI
Bagi investor terjadinya pertukaran obligasi mengakibatkan berkurangnya
nilai harta investasi dalam obligasi dan bertambahnya nilai harta dalam bentuk
investasi yang lain.
1. Jurnal untuk mencatat amortisasi premium
Pendapatan bunga obligasi
Rp. XXX
Investasi dalam obligasi
Rp. XXX
2. Mencatat penerimaan bunga obligasi
Kas
Rp. XXX
Pendapatan bunga obligasi
3. Mencatat pertukaran obligasi dengan saham
42
Rp. XXX
Intermediate Accounting
Investasi saham biasa
Rp. XXX
Investasi dalam obligasi
Rp. XXX
Laba pertukaran surat – surat
Rp. XXX
G. INVESTASI DALAM DANA
Dana merupakan kekayaan perusahaan dalam bentuk tunai yang disisihkan
untuk tujuan yang telah ditentukan. Pembentukan dana ini dapat dilakukan dalam
sekali pembentukan atau berkali – kali.
Re – Investasi dana
Penyisihan dana jangka panjang disayangkan kalau dibiarkan menganggur
tanpa memberikan manfaat ekonomis bagi dana itu sendiri, oleh karen itu
umumnya perusahaan melakukan reinvestasi terhadap dana – dana tersebut.
Pendapatan dari reinvestasi dana tersebut harus diakumulasikan kedalam dana
yang bersangkutan. Terdapat beberapa alternatif investasi dana, yaitu :
1. Deposito berjangka dengan bunga tunggal
2. Deposito berjangka dengan bunga majemuk
3. Investasi dalam bentuk surat – surat berharga
4. Investasi dalam penyertaan bisnis
BAB VII
AKTIVA TETAP BERWUJUD
A. PENGERTIAN
Suatau aktiva dapat dikatakan sebagai aktiva tetap jika memiliki kriteriakriteria sebagai berikut :
1. Mempunyai masa guna lebih dari satu periode akuntansi
2. Mempunyai nilai relative besar
43
Intermediate Accounting
3. Dimiliki bukan untuk di jual kembali
4. Digunakan dalam kegiatan usaha sehari-hari
Aktiva tetap berwujud merupakan aktiva yang mempunyai bentuk fisik,
yang dapat di kenal melalui panca indra. Aktiva tetap dapat di golongkan menjadi
:
1. Ditinjau dari umurnya, dapat di bedakan menjadi dua
a. Aktiva tetap yang mempunyai umur tidak terbatas, seperti tanah untuk
bangunan. Biasanya aktiva ini tidak perlu di lakukan depresiasi.
b. Aktiva tetap yang mempunyai umur terbatas.

Aktiva tetapa berwujut yang dapat di perbahrui, seperti gedung,
kendaraan, mesin, peralatan, dan lain-lain

Aktiva teteap berwujut yang tidak dapat di perbahrui, seperti
konsesi tanah tambang.
2. Ditinjau dari mobilitasnya, dapat di bedakan menjadi dua yaitu :
a. Aktiva tetap berwujud bergerak, yaitu aktiva yang dapat pindah ayau
di pindahkan.
b. Aktiva teteap berwujud tidak bererak.
3. Ditinjau dari kemampuan mengembangkan diri, dan di kelompokkan
menjadi dua yaitu :
a. Aktiva tetap berwujud tidak dapat mengembangkan diri, misalnya
tanah, gedung, kendaraan, all.
b. Aktiva tetap berwujud yang dapat mengembangkan diri, seperti sapi
perah, sapi indukan, ayam petelor, dll.
4. Ditinjau dari undang-undang perpajakan, dapat di bedakan menjadi empat,
yaitu :
44
Intermediate Accounting
a. Golongan 1, yaitu aktiva tetap berwujud selain bangunan yang
memiliki umur ekonomis sampai 4 tahun, misalnya peralatan mabel,
kendaraan, truk ringan, dll.
b. Golongan 2, yaitu aktiva tetap berwujut selain bangunan yang
memiliki umur ekonomis lebih dari 4 tahun sampai dengan 8 tahun,
misalnya : mabel dan peralatan yang terbuat dari logam, truk berat,
mobil tangki, dll.
c. Golongan 3, yaitu aktiva tetap berwujud selain bangunan yang
memiliki umur ekonomis labih dari 8 tahun sampai dengan 20 tahun,
misalnya : mesin-mesin yang menghasilkan peralatan, mesin-mesin
produksi, dll.
d. Golongan 4, yaitu aktiva tetap berwujud berupa tanah dan bangunan.
Metode Pencatatan Aktiva Tetap Berwujud
Perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap berwujud dilakukan berdasarkan
konsep harga perolehan. Harga perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari harga
belinya termasuk bea impor dan PPn Tak Boleh Retitusi ( non-refundable ), dan
setiapan biaya diatribusi secara langsung dalam membawa aktiva tersebut ke
kondisi yang membuat aktiva tersebut dapat bekerja untuk pengunaan yang di
maksud. Setiap potongan harga dapat di potongkan pada harga prmbeliannya.
Comtoh biaya yang diatribusikan secara langsung adalah :
a. Biaya persiapan tempat
b. Biaya pengiriman awal ( initial deliveri )
dan biaya simpan dan
bongkar muat ( handling cost ).
c. Biaya pemasaran ( installation cost ).
d. Biaya professional seperti arsitak dan insinyur.
Dapan pula didefinisikan bahwa harga perolehan aktiva adalah seluruh
pengorbanan sumber ekonomis baik yang telah terjadi maupun yang belum terjadi
terkait dengan perolehan suatu aktiva tertentu hingga aktiva yang bersamngkitan
dapat dinyatakan siap untuk digunakan dalam kegiatan usaha sehari-hari.
45
Intermediate Accounting
Penentuan Unsur Harga Pokok perolahan Aktiva Tetap Berwujud
1. Pembelian Tunai
Untuk aktiva tetap berwujud yang di peroleh dengancara pembelian secara
tunai, unsur pokok pembentuka harga perolehan adalah sebesar harga
bersih fatur pembelian.
Contoh :
Pada tanggal 1 pebuari 2008, PT Kharis Jaya Abadi Tbk. Membeli tanah
dan bangunan yang akan digunakan sebagai kantor seharga Rp.
120.000.000,00 tunai. Berdasarkan bukti pembayaran pajak bumi dan
bangunan diketahui NJOP bangunan Rp. 30.000.000,00 dan NJOP tanah
Rp. 60.000.000,00
Makan jurnal; dan perhitungan harga perolehan masing-masing
aktiva adalah :
Jurnal tanggal 1 pebuari 2008 :
Bangunan kantor
Rp. 40.000.000,00
Tanah
Rp. 80.000.000,00
Kas
Rp. 120.000.000,00
Perhitungan :
NJOP bangunan
Rp. 30.000.000,00
NJOP tanah
Rp. 60.000.000,00
NJOP total
Rp. 120.00.000,00
Alokasi harga perolehan untuk :
Bangunan kantor = 3/9 x Rp. 120.000.000,00 = Rp. 40.000.000,00
Tanah
= 6/9 x Rp. 120.000.000,00 = Rp. 80.000.000,00
46
Intermediate Accounting
2. Pembelian Angsuran
Pembelian aktiva secara angsuran merupakan pembelian aktiva yang di
lakukan dengan cara membayar harga pembelian-keseluruhan atau
sebagaian dari harga – dalam beberapa trem pembayaran yang umumnya
di perhitumhkan tambahan resiko dan bunga, yang tidak masuk dalam
unsure harga perolehan. Dalam hal ini yang boleh dikapitalisasikan
sebagai unsure pokok haraga perolehan yaitu niali tinai yang di sepakati
saat terjadinya transaksi pembelian.
Contoh :
Pada tanggal 1 pebuari 2008 PT Kharis Jaya Abadi Tbk. Membeli mesin
seharga Rp. 25.000.000,00 untuk ini telah di bayar Rp. 5.000.000,00
sebagai uang muka, sisanya Rp. 20.000.000,00 di angsur dalam 5 laki
angsuran bulanan dengan diperhitungkan bungan 12% pertahun dari sisa
terutang. Maka table pembayaran mesin tersebut tampak sebagai berikut :
Angsr.
Bunga
Ke
Pokok
Pembayar
Sisa
Angsuran
an
Terutang
20.000.000
,00
1
12x1/12x.20.000.000,00=20 4.000.000, 4.200.000, 16.000.000
0.000,00
2
00
4
5
,00
12x1/12x.16.000.000,00=16 4.000.000, 4.260.000, 12.000.000
0.000,00
3
00
00
00
,00
12x1/12x.12.000.00,00=120 4.000.000, 4.120.000, 8.000.000,
.000.,00
00
12x1/12x.8.000.000,00=80.
4.000.000, 4.080.000, 4.000.000,
000,00
00
12x1/12x.4.000.000,00=40.
4.000.000, 4.040.000, 0,00
000,00
00
47
00
00
00
00
00
Intermediate Accounting
Jurnal yang dibuat untuk pembelian dan setiap pembayaran
angsurana adalah :
Tgl 1 pebuari 2008
Mesin
Rp. 25.000.000,00
Kas
Rp. 5.000.000,00
Utang dagang
Rp.
20.000.000,00
Tgl 1 maret 2008
Utang dagang
Rp. 4.000.000,00
Beban bunga
Rp. 200.000,00
Kas
Rp. 4.200.000,00
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tgl 1 april2008
Utang dagang
Rp. 4.000.000,00
Beban bunga
Rp. 160.000,00
Kas
Rp. 4,160.000,00
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tgl 1 mei 2008
Utang dagang
Rp. 4.000.000,00
Beban bunga
Rp. 120.000,00
Kas
Rp. 4.120.000,00
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tgl 1 juni 2008
Utang dagang
Rp. 4.000.000,00
Beban bunga
Rp.
80.000,00
Kas
Rp. 4.080.000,00
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tgl 1 juli 2008
Utang dagang
Rp. 4.000.000,00
Beban bunga
Rp.
40.000,00
Kas
Rp.4.040.000,00
3. Capital Lease
Menurut ketentuan dalam pasal 3 ayat (3) keputusan menteri keuangan no.
1251/KMK.03/1988 tanggal 20 desember 1988 dinyatakan bahwa
48
Intermediate Accounting
sepanjang perjanjian sewa guna usaha masih berlaku, hak milik atas
barang objek transaksi sewa guna usaha, hak milik ( legal little) atas aktiva
yang di sewa guna tetap pada perusahaan sewa guna usaha meskipun
dalam perjanjian sewa guna usaha tanggungjawab atas pengunaan aktiva
tersebut di serahkan pasa penyewa guna usaha.
Ditinjau dari aspek akuntansi paragraph 35 kerangka penyusunan dan
penyajian laporan keuangan dinyatakan bahwa laporan keuangan lebih
menekankan pada makna ekonomis ( economic substance )dari satu
peristiwa/teransaksi dari pasa bentuk hukumnya ( legal form ).
Teransaksi capital lease di perlukan dan di catat sebagai aktiva tetap dan
kewajipan pada awas sewa aguna usaha sebesar nilai tunai dari seluruh
pembayaran sewa guna usaha di tambah nilai sisa ( hargo obsi) yang harus
di bayar oleh penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha.
Sedangkan selisih antara total pembayaran angsuran dengan nilai tunainya
di perlukan sebagai
beban bungan yang ditanggungkan yang akan
diamortisasi sebagian demi sebagian selama periode pembayaran sewa
guna usaha.
Rumus :
Nilai Tunai = Faktor nilai tunai angsuran X Angsuran
Dimana :
1- [1/(1+i)n]
Factor tunai angsuran = -----------------I
49
Intermediate Accounting
Contoh : Pada tanggal 1 pebuari 2003 PT. Kharis Jaya Abadi Tbk.
Membeli mesin secara sewa guna usaha malalui PT. Surya Fund
Investment Tbk. Dalam perjanjian di sepakati bahwa PT. Kharis Jaya
Abadi Tbk harus melakukan pembayaran 3 kali angsuran tahun masingmasing sebesar Rp. 9.876.500,00 sudah terhitung bunga dan resiko sebesar
9% per tahun.untuk dapat memiliki mesin tersebut pada akhir sewaguna
usaha PT Kharis Jaya Abadi Tbk harus membayar harga obsi sebesar Rp.
2.500.000,00 berdasarkan data-data tersebut penentuan harga perolehan
mesin tersebut adalah :
1 – [ 1/(1+0,09)3]
Factor nilai tunai angsuran = -------------------------------- = 2,53133
0,09
Nilai tunai = 2,53133 x 9.876.500 = 25000713,66 = Rp. 25.000.000,00
Harga perolehan mesin = Rp. 25.000.000,00 + Rp. 2.500.000,00
= Rp. 27.500.000,00
Untuk mengetahui berapa besarnya bunga yang di perhitungkan
selama masa sewa guna usaha adalah :
Total pembayaran angsuran = 3 x Rp. 9.876.500,00 = Rp. 29.629.500,00
Nilai tunai angsuran
= Rp. 25.000.000,00
Total bunga angsuran
= Rp. 4.629.500,00
Table pembayaran angsuran pembelian mesintersebut seperti
berikut :
Th.
Pembayaran
Ke
Angsuran
Bunga
Pokok utang
Sisa terutang
25.000.000,00
1
9.876.500,00
9%
x 7.626.500,00
50
17.373.500,00
Intermediate Accounting
25.000.000,00=
2.250.000,00
2
9.876.500,00
9%
x 8.312.885,00
9.060.615,00
17.373.500,00=
1.563.615,00
3
9.876.500,00
9% x 9.060.615,00 9.060.616,00
0,00
= 815.885,00*)
29.629.500.00 4.629.500,00
25.000.000,00
*) ada pembulatan Rp. 430,00
Jurnal – jurnal yang harus di buat untuk teransaksi pembelian dan
pembayaran angsuran adalah :
Tgl 1 pebuari 2003
Mesin
Rp. 27.500.000,00
Beban bunga di tanggungkan
Rp.
4.629.500,00
Utang sewa guna usaha
Rp.
32.129.500,00
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tgl 1 maret 2003
Utang sewa guna usaha
Rp. 9.876.500,00
Kas
Rp.
9.876.500,00
Beban bunga
Rp. 2.250.000,00
Beban bunga di tanggungkan
2.250.000,00
51
Rp.
Intermediate Accounting
Tgl 1 april 2003
Utang sewa guna usaha
Rp. 9.876.500,00
Kas
Rp.
9.876.500,00
Baban bunga
Rp. 1.563.615,00
Beban bunga ditanggungkan
Rp.
1.563.615,00
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tgl 1 mei 2003
Utang sewa guna usaha
Rp. 9.876.500,00
Kas
Rp.
9.876.500,00
Beban bunga
Rp 815.885,00
Beban bunga ditanggungkan
Rp.
815.885,00
4. Diterima sebagai Hibah
Harga perolehan aktiva tetap yang di peroleh dari hibah atau pemberian
di tetapkan berdasarkan taksiran harga pasar aktiva sejenis pada saat di terimanya
aktiva hibah tersebut. Besar nilai yang di tetapkan sebagai harga perolehan aktiva
tersebut di kereditkan pada perkiraan modal sumbangan.
Contoh : Pada tanggal 1 maret 2008 PT. Uyent Garmen Tbk. Menerima
hibah sebuah kendaraan dari pemegang saham. Taksiran harga pasar kendaraan
tersebut pada saat itu diperkirakan sebesar Rp. 85.750.00,00. Maka jurnal untuk
mencatat penerimaan hibah tersebut adalah :
52
Intermediate Accounting
Kendaraan
Rp. 85.750.000,00
Modal sumbangan
Rp. 85.750.000,00
5. Ditukar dengan Surat-surat Berharga
Aktiva tetap berwijud yang di peroleh dengan cara penukaran dengan
surat-surat berharaga perusahaan ( saham, obligasi ), harga perolehanya di
tetapkan sebesar harga pasar surat-surat berharga tersebut pada tanggal di
lakukanya penukaran. Selisih harga pasar aktiva tetap dengan nilai nominal surat
– surat berharga harus di perlukan premium ataupun diskon saham.
Contoh :
Pada tanggal 1 maret 2008 PT Unyet Garmen Tbk membeli mesin. Untuk
itu PT Uyet Garmen Tbk menyerahkan 1000 lenbar saham biasa perusahaan,
nominal saham Rp. 10.000,00 per saham. Harga pasar saham PT Unyet Garmen
Tbk pada saat itu adalah Rp. 12.500,00 per lembar, makan jurnal untuk mencatat
pertukaran tersebut adalah :
Mesin
Rp. 12.500.000,00
Modal saham
Rp. 10.000.000,00
Premium saham
Rp.
2.500,000,00
6. Membuat Sendiri
Untuk memperoleh suatu aktiva berwujud, mungkin saja perusahaahn
membuat sendiri. Perlakuan akuntansi untuk aktiva berwujud yang di buat sendiri,
perlu memperhatikan apakah aktiva berwujud yang di buat sendiri tersebut
tersedia di pasaran atau tidak.
53
Intermediate Accounting
Pertama jika aktiva berwujud yang dibuat sendiri tersebut ada di pasaran
makan penentuah harga perolehan aktiva tersebut adalah sebesar nilai terekecil
antara total biaya yang terserap untuk pembuatan aktiva berwujud tersebut
terhadap harga pasaran atau harga yang di berikan oleh pihak lain. Jika harga
pembuatan sendiri lebijh besar dari harga pasaran, maka selisih harga tersebut di
catat sebagai kerugian.
Kedua, bila aktiva berwujud tersebut tidak ada di pasaran, maka harga
perolehan aktiva berwujud tersebut adalah sebesar harga keseluruhan yang di
keluarkan untuk membuat aktiva tersebut.
7. Ditukar dengan Aktkiva Berwujud lain
Harga perolehan aktiva tetapa brwujud yang di peroleh melalui pertukaran
aktiva harga perolehanya di tentukan berdasarkan taksiran harga pasar yang di
sepakati dalam pertukaran tersebut.
B. DEPRESIASI
Depresiasi atau penyusutan merupakan suatu system akuntansi yang
berbentuk untuk mengalokasikan bagian dari harga perolehan dari suatu aktiva
tetap berwujud sebagai beban dalam perhitungan laba/rugiselama masa manfaat
yang di tetapkan secara sistemmatis dan rasional.
Tidak semua aktiva tetap berwujud dapat disusutkan, kecuali jika aktiva
tersebut memiliki karakteristik seperti berikut:
a. Diharapkan dapat digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi
b. Memiliki masa manfaat yang terbatas.
c. Dihtahna oleh perusahaan untuk di gunakan dalam peroduksi, memasok
barang atau jasa, untuk di sewakan atau tujuan adminiterasi.
Terdapat 3 unsur penting dalam menentukan nilai depresiasi aktiva tetap
berwujud :
54
Intermediate Accounting
a. Masa manfaat
b. Nilai sisa
c. Jumlah yang dapat di susut
Jurnal yang dapat dibuat untuk mencatat beban depresiasi suatu aktiva tetap
adalah :
Beban depresiasi ( aktiva tetap berwujud )
Akumulsi depresiasi ( aktiva tetap berwujud )
Rp. XXX
Rp. XXX
Masa Manfaat
Depresiasi di tetepaka tidak berdasarkan umur/masa teknis suatu aktiva
tetap umur ekonomis suatu aktiva tetap berwujud tidak dapat di pastikan
melainkan berdasarkan masa yang di tetapkan berdasarakan estiminasi yang di
sebut dengan masa manfaat. Masa manfaat siatu aktiva tetap berwujud dapat di
ukur berdasarkan salah satu dari :
a. Periode suatu aktiva diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomis,
atau
b. Jumlah peroduksi atau unit serupa yang di harapkan dapt di peroleh dari
akriva yang bersangkitan.
Nilai Sisa ( residu value )
Nila sisa merupakan suatu nilai taksiran harga jual atau harga pasar seatua
aktiva tetap berwujud yang telah habis masa manfaatnya atau telah habis di susut.
Jumlah Yang Dapat Disusut ( deprasiable amount )
Jumlah yang dapt disusut ( daprasiable amount ) adalah harga perolehan
suatu aktiva tetap berwujud di kurangi dengan nilai sisanya. Selisih antara harga
perolehan dengan nilai sisanya ini dapt mjug di sebut nilai peroduksi aktiva tetap
berwujud.
55
Intermediate Accounting
Rasionalisasi Depresiasi
Harga perolehan active tetap berwujud yang relative besar tidak mungkin
di bebankan seluruhnya dalam periode perolehannya, sebab itu dapat
menyebabkan under & over estimate pada perhitungan laba/rugi. Aktiva tatep
berwujud tidak hanya memberikan manfaat ekoonimis saat pembelianya saja,
melainkan dapat memberikan manfaat ekonimis untuk periode salanjutnya.
Metode Depresiasi
Terdapat beberapa metode depresiasi yang secara umum di gunakan untuk
menentukan beban depresiasi suatu aktiva tetap berwujud.
1. Berdasarakan waktu :
a. Metode garis lurus ( setright line method )
b. Metode pembebanan menurun (redicing cost method )

Metode saldo menurun ( declining belence method)

Metode saldo menurun dobel ( doble dancing balance method )

Metode jumlah angka tahunan ( sum of year digit method )

Metode tariff menurun ( declining rate on cost method)
2. Berdasarkan pemanfaatan/hasil :
a. Metode jam jasa ( service hours method)
b. Metode jumlah unut ( productive output method )
c. Metode satu jarak ( travelled distance method )
3. Berdasarkan keriterian lain :
a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok ( group and composite
method )
b. Metode anuitas ( annuity method )
c. System persediaan ( inventory system )
Metode Garis Lurus ( straight line method )
56
Intermediate Accounting
Metode ini lebih sesuai di gunakan untuk aktiva tetap yang bersifat :
a. Nilai ekonomis dari aktiva akan meurun secara peroposinal karena
berlalunya waktu.
b. Biaya reperasi dan pemeliharaan tiap periode jumlahnya relative konstan.
c. Pemanfaat tiap periode relative sama.
Dengan rumus perhitungan :
Tarif depresiasi = 100% : n, dimna n adalah masa manfaat aktiva.
Depresiasi mesin = terip depresiasi x ( harga perolehan – nilai residu )
Contoh : suatu gedung di peroleh dengan harga Rp. 80.000.000,00,
taksiran masa manfaatnya 5 tahun dengan taksiran nilai residu sepesar Rp.
10.000.000,00, maka depresiasi gedung tiap periode akuntansi di hitung
sebagai berikut :
Tariff depresiasi = 100% : 5 = 20%
Depresiasi gedung = 20 % x ( Rp. 80.000.000,00 – Rp. 10.000.000,00 )
= Rp. 14.000.000,00
Jadi bentuk teble depresiasi adalah sebagai berikut :
Th.
Beban depresiasi
Ke
Akumulasi
Nilai buku
Depresiasi
Rp.
80.000.000,00
1
Rp. 14.000.000,00
Rp. 14.000.000,00
Rp.
66.000.000,00
2
Rp. 14.000.000,00
Rp. 28.000.000,00
Rp.
52.000.000,00
3
Rp. 14.000.000,00
Rp. 42.000.000,00
57
Rp.
Intermediate Accounting
38.000.000,00
4
Rp. 14.000.000,00
Rp. 56.000.000,00
Rp.
24.000.000,00
5
Rp. 14.000.000,00
Rp. 70.000.000,00
Rp.
10.000.000,00
Metode Pembebanan Menurun ( reducing cost mthod )
Terdapat 4 tahap metode perhitungan depresiasi yang termasuk dalam metode
depresisi ini :
a. Metode saldo menurun (declining balance method )
Karena tiap periode akuntansi nilai buku selalu menurun maka beban
depresiasi juga secara otomatis akan menurun.
Tariff depresiasi = 1 - n√ ( nilai residu / harga perolehan )
Beban depresiasi = tarip depresiasi x nilai buku
Contoh : pada awal periode dibeili mesin denganharga perolehan sebesar
Rp. 25.000.000,00 mesin tersebut diperkirakan mempunyai masa manfaat
selama 5 tahun dengan taksiran nilai residu Rp. 5.000.000,00 , maka
besarnya nilai depresiasi tiap periodenya adalah :
Tarip depresiasi = 1 - 5√ ( 5.000.000,00 / 25.000.000,00)
= 0,2752 = 27,52 %
Beban depresiais gedung setip periode akan tampak seperti ini :
Th.
Beban depresiasi
Akumulasi
Ke
Depresiasi
58
Nilai buku
Intermediate Accounting
Rp.
25.000.000,00
1
2
3
4
5
27,52% x. Rp. 25.000.000,00 Rp.
Rp.
= RP 6.880.000,00
18.120.000,00
6.880.000,00
27,52% x. Rp. 18.120.000,00 Rp.
Rp.
= RP 4.986.624,00
13.133.376,00
11.866.624,00
27,52% x. Rp. 13.133.376,00 Rp.
Rp.
= RP 3.614.305,00
9.519.423,00
15.480.929,00
27,52% x. Rp. 9.519.071,00 Rp.
Rp.
= RP 2.619.648,00
6.899.423,00
18.100.577,00
27,52% x. Rp. 6.899.423,00 Rp.
Rp.
= RP 1.889.423,00
5.000.000,00
20.000.000,00
Metode saldo menurun dobel ( double declining balance method )
Depresiasi di hitung berdasarkan tariff yang tetap dari nilai bukunya.
Tariff depresiasi = ( 2 x 100%) : n
Beban depresiasi = tariff depresiasi x nilai buku
Contoh : lihat pada metode saldo menurun, jika didepresiasikan dengan
metode saldo menurun dobel, makan besar depresiasinya adalah (2 x
100% ) : 5 = 40%, dana akan tampak seperti berikut.
Th.
Beban depresiasi
Akumulasi
Ke
Nilai biku
Depresiasi
Rp.
25.000.000,00
1
40% x Rp 25.000.000,00 = Rp.
Rp.
Rp. 10.000.000,00
15.000.000,00
10.000.000,00
59
Intermediate Accounting
2
3
40% x Rp 15.000.000,00 = Rp.
Rp.
Rp. 6.000.000,00
9.000.000,00
40% x Rp
16.000.000,00
9.000.000,00 = Rp.
Rp. 3.200.000,00
4
40% x Rp
Rp.
5
5.800.000,00 = Rp.
2.320.000,00
40% x Rp
Rp.
19.200.000,00
21.520.000,00
3.480.000,00 = Rp.
556.800,00
22.076.000,00
Rp.
5.800.000,00
Rp.
3.480.000,00
Rp.
2.924.000,00
Metode jumlah angka tahun ( sum of year digit method )
Jumlah angka tahun adalah jumlah angka manfaatnya :
n- ( n-1)
Jumlah angka tahun ( JAT ) = ----------------------------2
Contoh 1 :
Pada awal tahun 2008 dibeli mesin dengan harga perolehan sebesar Rp.
14.500.000,00 dengan taksiran masa manfaat 4 tahun dan taksiran nilai residu Rp.
2.500.000,00 maka tabelnya akan Nampak seprti berikut :
Th.
Beban depresiasi
Akumulasi
Ke
Nilai buku
Depresiasi
Rp.
14.500.000,00
I
II
III
IV
4/10 x. Rp. 12.000.000,00 = Rp.
Rp.
Rp. 4.800.000,00
9.500.000,00
4.800.000,00
3/10 x. Rp. 12.000.000,00 = Rp.
Rp.
Rp. 3.600.000,00
6.100.000,00
8.400.000,00
2/10 x. Rp. 12.000.000,00 = Rp.
Rp.
Rp. 2.400.000,00
3.700.000,00
10.800.000,00
1/10 x. Rp. 12.000.000,00 = Rp.
60
Rp.
Intermediate Accounting
Rp. 1.200.000,00
12.000.000,00
2.500.000,00
Contoh 2 :
Jika mesin yang di peroleh dalam contoh 1 pada awal april makan bentuk
tabelnya akan seperti ini :
Th.
Beban depresiasi
Akumulasi
Ke
Nilai buku
Depresiasi
Rp.
14.500.000,00
I
9/12
x
4/10
12.000.000,00
x.
=
Rp. Rp.
Rp.
Rp. 3.600.000,00
10.900.000,00
3.600.000,00
II
3/12 x 4/10 x Rp. 12.000.000,00
= Rp. 12.000.000,00
9/12 x 2/10 x Rp. 12.000.000,00 Rp.
Rp.
= Rp. 2.700.000,00
7.000.000,00
7.500.000,00
Rp. 3.900.000,00
III
3/12 x 3/10 x Rp. 12.000.000,00
= Rp. 9.000.000,00
9/12 x 2/10 x Rp. 12.000.000,00 Rp.
Rp.
= Rp. 1.800.000,00
4.300.000,00
10.200.000,00
Rp. 2.700.000,00
IV
3/12 x 2/10 x Rp. 12.000.000,00
= Rp. 600.000,00
9/12 x 2/10 x Rp. 12.000.000,00 Rp.
Rp.
= Rp. 900.000,00
2.800.000,00
11.700.000,00
61
Intermediate Accounting
Rp. 1.500.000,00
V
3/12 x 1/10 x Rp. 12.000.000,00 Rp.
Rp.
= Rp. 300.000,00
2.500.000,00
12.000.000,00
Metode tarip Menurun ( declining rate on cost method )
Depresiasi ini di tentukan berdasarkan kebijaka pemimpin. Dalam
penentuan tarip tersebut tidak di butuhkan perhitungan karena berdasarkan
kebijakan pemimpin perusahaan.
1. Depresiasi berdasarkan pemanfaatan atau hasil ( benwfit method)
Biaya depresiasi ini di peroleh dengan cara membagi dengan nilai yang akan
di susut dengan total taksiran manfaat yang akan di peroleh selama masa
manfaat.
Harga perolehan- nilai residu
Tarip depresiasi per satuan hasil = ---------------------------------------------------Total satuan manfaat
Beban depresiasi = terip depresiasi x satuan manfaat yang di hasilkan dalam
periode yang
bersangkutan
a. Metode jam jasa ( service hours method )
Mengukur intensilitas alat-alat peroduksi berdasarkan jam kerja.
Misal suatu mesin yang harga perolehanya Rp. 14.500.000,00 yang
selama masa manfaatnya di kira dapat dikerjakan selama 12.000 jam
kerja, taksiran nilai residu Rp. 2.500.000,00 maka tarip depresiasi perjam
kerja adalah :
Rp. 14.500.000,00 – Rp. 2.500.000,00
Tarip depresiasi mesin = -------------------------------------------------62
Intermediate Accounting
`
12.000 jam
= Rp. 1.000,00 per jam kerja.
Missal selama periode 2008 memberikan konstribusi selama 3.000 jam
kerja, maka besarnya beban depresiasi adalah sebesar ( Rp. 1.000,00 x
3.000 jam ) = Rp. 3.000.000,00
Metode jumlah unit peroduksi ( productive – output method )
Cara lain dalam mengukur kostribusi mesin dalam peroduksi adalah
berdasarkan jumlah peroduksi yang di hasilkan.
Missal sutu mesin yang harga perolehanya Rp. 24.500.000,00 yang selama
masa manfaatnya di perkirakan dapat berperoduksi sebanyak 15.000 unit
peroduksi, taksiran nilai residu Rp. 4.500.000,00 maka tarip depresiasi perunit
adalah :
Rp. 24.500.000,00 – Rp. 4.500.000,00
Tarip depresiasi mesin = -------------------------------------------------15.000
= Rp. 1.666,67 per unit peroduksi.
Missal dalam satu periode 2008 mesin mempu memperoduksi
sebanyak 3.000 unit, maka besarnya beban depresiasi adalah Rp.1.666,67
x 3.000 = Rp. 5.000.000,00
Metode satuan jarak ( travelled disrance method )
Metode ini sangat tepat untuk menghitung aktiva yang berupa trasportasi.
Contoh :
Sebuah bus yang harga perolehanya sebesar Rp. 114.500.000,00 yang di
perkirakan masa manfaatnya mampu menempuh jarak 500.000 km dengan
taksiran nilai residu Rp. 14.500.000,00 maka depresiasi yang di bebankan tiap km
adalah :
63
Intermediate Accounting
Rp. 114.500.000,00 – Rp. 14.500.000,00
Tarip depresiasi = ---------------------------------------------------------500.000
= Rp. 200,00 per km jarak
Missal selama massa periode 2008 bus tersebut menempuh jarak 30.000
km maka besarnya beban depresiasi adalah Rp. 200,00 x 30.000 = Rp.
6.000.000,00
2. Depresiasi berdasarkan keriteria lain
a. Metode tarip kelompok dan gabungan
Rimus :
Tarip depresiasi
Total depresiasi kelompok dan gabungan
kelompok dan gabungan= ----------------------------------------------------Haraga perolehan kelompok atau gabungan
Metode anuitas dan sinking foud
Metode ini menggunakan konsep pengambilan investasi sebagai pola dasar
pemikiran. Unsur penting yang di perlukan dalam perhitungan ini adalah :

Harga perolehan aktiva tetap

Taksiran nilai residu

Taksiran masa manfaat
64
Intermediate Accounting

Persentasi tingkat pengembalian investasi yang di harapkan.
Rumus :
1
----------------------------HP – { NR x ( 1+ r )n }
Depresiasi per tahun = -----------------------------1
----------------------------1 – ( 1+ r )n
---------------------------R
Dimana r adalah persentasi tingkat pengembakian investasi ( rate of return )
Depresiasi system persediaan
Depresiasi ini sering di gunakan di dalam perusahaan yang bergerak dalam
bidang jasa umum, karena perusahaan semacam ini banyak memiliki alat-alat
kerja yang mempunyai herga perolehan persatuan relatip kecil tetapi jalam jumlah
yang banyak.
Contoh jurnal :
Beban depresiasi peralatan makan
Rp. 7.500.000,00
Peralatan makan
Rp. 7.500.000,00
C. DEPLESI
Merupakan istilah yang digunakan untuk penyusutan yang memiliki
krkateristik sebagai berikut :
65
Intermediate Accounting
a. Aktiva tersebut tidak dapat di perbahrui atau tidak dapat di gantikan
dengan aktiva yang sama.
b. Secara kuantitatif dapat berkurang karena pengunaan / aksploitasi.
c. Secara kuantitatif nilai pengunaan / eksploitasi meru[pakan unsur
pokok dalam penentuah harga pokok peroduksi.
Rumus :
B. yang di keluarkan – b. dieksploitasi
Deplesi = ---------------------------------------------------------Total perolehan
Jurnalnya :
Deplesi aktiva
Rp. Xx
Akumulasi deplesi aktiva
Rp. Xx
Revisi Terhadap depresiasi
a. Perubahan metode akuntansi terkait aktiva tetap berwujut
b. Perubahan masa manfaat
c. Perubahan nilai tercatat ( carrying amount )
Pengeluaran setelah perolehen aktiva tetap ( subsequent expenditure )
Terbagi dalam 2 macam yaitu :
1. Pengeluran yang di maksud hanya untk menjaga manfaat keekonimoan
masa
yang
akan
datang
yang
di
harapkan
perusahaan,
untuk
mempertahankan standar kinerja semula atas suatu aktiva. Contohnya biaya
pemeliharaan dan reparasi ( servicing ) dan turun mesin pabrik dan
peralatan.
66
Intermediate Accounting
2. Pengeluaran yang di maksud untuk memperpanjang massa manfaat atau
yang kemungkinan besar member manfaat ekonomian di masa yang akan
datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu peroduksi, atau
peningkatan standar kerja.
Reparasi dan pemeliharaan
Reparasi merupakan tindakan yang di lakukan terhadap aktiva tetap
dengan maksud untuk mengeliminir hambatan kerja di masa yang akan datang.
Pemeliharaan merupakan tindakan yang bertujuan untuk memelihara atau
menjaga agar aktiva yang bersangkutan tetap dalam kualitas yang baik.
Beban depresiasi dan pemeliharaan
Rp. XXX
Kas
Rp. XXX
Upgrading/improvement
Merupakan sejenis reparasi yang di lakukan terhadap suatu aktiva dengan
tujuan untuk meningkatkan ekemampuan agar di peroleh peningkatan manfaat
yang bersangkutan di masa yang akan datang. Pengeluaran untuk biaya reparasi
ini harus di bebankan pada biaya harga perolehan aktiva tetap.
( aktiva tetapnya )
Rp. XXX
Kas
Rp. XXX
Betterment
Merupakan sejenis reparasi yang di lakukan terhadap suatu aktiva agar di
peroleh masa manfaat yang bersangkutan. Pengeluaran biaya ini harus di
tambahkan pada nilai tercatat dengan cara di kurangkan pada akumulasi depresiasi
aktiva tetap yang bersangkutan.
67
Intermediate Accounting
Akumulasi depresiasi
Rp. XXX
Kas
Rp. XXX
Penyusunan kembali aktiva tetap ( rearrangement )
Jika beban yang dirasakan untuk ini cukup besar dan dapat di rasakan
dalam jangka waktu yang cukup lama dalam beberapa periode makan akan di
bebankan secara berangsur untuk periode yang menimatinya.
Beban rey-out yang di bebankan
Rp. XXX
Kas
Rp. XXX
Sedangkkan untuk amortisasi pengeluaran intuk ini
Beban amortisasi mesin
Rp. XXX
Kas
Rp. XXX
Penyingkiran/penghapusan/penghentian permanen
Merupakan kebijakan dari menajemen dalam rangka untuk meningkatkan
laba. Misalnya dengan cara menjual, ditukar dengan aktiva lainya di karenakan
sudah habisnya masa manfaat.
Dijual
Adanya manajemen memutuskan untuk menjual aktiva sebelum habis
masa manfaatnya atas penjualan tersebut akan menimbulkan laba-rugi. Jika hasil
penjualan lebih tinggi dari nilai bukunya makan akan laba, namun jika lebih
rendah maka akan rugi.
1. Jurnal saat depresiasi
Beban depresiasi
Rp. Xxx
Akumulaso penyusutan
Rp. Xxx
2. Jurnal untuk mencatat saat penjualan
Kas
Rp. Xxx
Akumulasi depresiasi
Rp. Xxx
68
Intermediate Accounting
Rugi penjualan
Rp. Xxx
Kendaraan
Rp. Xxx
Pertukaran aktiva tetap tak berwujud
1. Pertukaran aktiva tetap tak berwujud sejenis
( rugi )
Aktiva baru
Rp. Xxx
Akumulasi depresiasi
Rp. Xxx
Rugi atas pertukaran aktiva
Rp. Xxx
Aktiva lama
Rp. Xxx
Kas
Rp. Xxx
( laba )
2.
Aktiva baru
Rp. Xxx
Akumulasi depresiasi
Rp. Xxx
Aktiva lama
Rp. Xxx
Kas
Rp. Xxx
Pertukaran aktiva tetap berwujud tidak sejenis
( rugi )
Aktiva baru
Rp. Xxx
Akumulasi depresiasi
Rp. Xxx
Rugi pertukaran aktiva
Rp. Xxx
Kas
Rp. Xxx
Aktiva baru
Rp. Xxx
(laba)
Aktiva baru
Rp. Xxx
Akumulasi depresiasi
Rp. Xxx
Aktiva lama
Rp. Xxx
Laba atas pertikaran
Rp. Xxx
Kas
Rp. Xxx
69
Intermediate Accounting
Disingkirkan karena rusak
suatu aktiva yang terpaksa harus di singkirkan karena rusak, yang di
sebabkan oleh hal-hal yang sifatnay extra ordinary, dapat menimbulkan kerugian
bagi perusahaan sebesar niai buku yang tersisa.
Akumulasi depresiasi
Rp. Xxx
Rugi penyingkiran aktiva
Rp. Xxx
Aktiva
Rp. Xxx
Penilaian kembali aktiva tetap
Menurut SAK dalam dunia perakuntasian menganut penilaian
berdasrkan harga perolehan dan harga tukar. Namun dapat melakukan
penyimpanan dengan alsan yang kuat seperti :
1. Adanya inflansi yang ekstrim
2. Adanya deflasi yang ekxtrim
3. Adanya deficit yang besar yang di alami perusahaan
4. Adanya pereturan pemerintah mengenai penilaian kembaki terhadap aktiva
perusahaan.
D. AKUNTANSI ASURANSI KEBAKARAN
Bila terjadi kebakaran perusahaan maka hal yng perlu di lakukan adalah :
1. Himpun data-data yng terkait dengan transaksi perolehan aktiva tetap yang
dapat berpengaruh terhadap harga perolehan, masa manfaat, dan nilai
residu yang bersangkutan.
70
Intermediate Accounting
2. Menentukan nilai kerugia akibat musiba kebaran yang menjadi beban
perusahaan.
3. Menentukan jumlah kerugian yang akan di terima dari pihak insurer.
4. Selisih antara nilai kerugian akibat ke bakaran yang menjadi beban
perusahaan dengan nilai ganti rugi tetap kan menjadi beban bagi
perusahaan, dan akan di laporkan dalam perhitungan laba-rugi dalam
periode terjadinya kebakaran.
5. Bagian dari aktiva yang terbakar dan tidak dapat di fungsikan harus
dihapuskan dari pembukuan perusahaan.
BAB VIII
AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD
A. PENGERTIAN
Aktiva ini di miliki untuk di gunakan dalam menghasilkan atau
menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lain atau untuk tujuan
adminitratif. Aktiva tetap tidak berwujud diakui jika dan hanya jika :
71
Intermediate Accounting
1. Kemungkinan
besar
perusahaan
akan
memperoleh
manfaat
ekonomis masa depan dari aktiva tersebut, dan
2. Biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal. Aktiva ini
umumnya dalam bentuk berbagai hak yang menyertai berbagai
peroduk intelektual dan pemanfaatan fasilitas pihak lain, baik yang
di peroleh dari peruses internal maupun yang di peroleh dengan cara
membeli atau peruses tukaran.
Harga perolehan aktiva tetap tidak berwujud
Aktiava tetap tidak berwujud pada awal perolehanya harus diakui
sebesar harga perolehanya, untuk periode berikutnya aktiva ini dilaporkan sebesar
nilai tercatatnya.
Masa manfaat
Pada umumnya masa manfaat aktiva ini tidak akan lebih 20 tahun dari
tanggal siap di gunakan, terkecuali ada bukti yang menyakinkan bahwa masa
manfaat suatu aktiva akan lebih dari 20 tahun. Factor yang perlu di pertimbangkan
untuk aktiva ini adalah :
a. Perkiraaan
pemakaian
aktiva
oleh
perusahaan
dan
efisiensi
pengelolaanya oleh tim manajeman yang lain;
b. Siklus hidup peroduk ( product life cycles ) yang lazim bagi aktiva
tersebut dan informasi yang beredar mengenai astimasi massa manfaat
aktiva sejenis yang di gunakan dengan cara yang sama;
c. Keusangan teknis, teknilogi, atau jenis-jenis keusangan lainya;
d. Setabilitas industri tempat aktiva itu beroperasi dan perubahanperubahan dalam permintaan pasar atas peroduk dan jasa yang di
hasilkan oleh aktiva tersebut.
e. Perkiraan tindakan oleh pasaing atau calon pesaing;
72
Intermediate Accounting
f. Tingkat / jumlah pengeluaran untuk pemeliharaan yang dibutuhkan
untuk mendapatkan manfaat ekonimis masa depan dari aktiva
kemampuan serta maksud perusahaan untuk mencapai tingkat tersebut;
g. Periode pengendaliaan aktiva dan pembatasan hukum atau pembatasan
lainya yang dikenakan atas pengunaam aktiva tetap tersebut, seperti
tanggal berakhirnya sewa guna usaha terkait; dan
h. Ketergantungan masa manfaat aktiva tersebut atas masa manfaat aktiva
lainya dari perusahaan.
B. NILAI SISA
nilai sisa suatu aktiva seharusnya diamsusikan sama dengan nol,
kecuali;
1. Ada komitmrn dari pihak ketiga untuk membeli aktiva pada akhir
masa manfaat, atau
2. Ada pasar aktiva bagi aktiva tersebut dan
a. Nilai sisa aktiva dapat ditentukan dengan mengacu pada harga
yang berlaku d pasar tersebut, dan
b. Terdapat kemungkinan yang cukup besar bahwa pasar yang aktif
tersebut akan tetap ada pada akhir masa manfaat aktiva.
C. AMORTISASI
seperti halnya dengan aktiva tetap berwujut, harga perolehan aktiva ini
juga harus dibebankan secara periodic ke dalam perhitungan laba-rugi perusahaan.
Jumlah yang dapat di amortisasikan secara sistematis berdsarkan perkiraan terbaik
dari masa manfaatnya. Jurnal yang harus dibuat untuk melakukan amortisasi
adalah :
amortisasi ( aktiva tetap tidak berwujud )
( aktiva tetap tidak berwujud )
73
Rp. Xxx
Rp. Xxx
Intermediate Accounting
Macam-macam aktiva tetap tidak berwujud
1. Hak cipta ( copyrights )
2. Hak paten
3. Hak merek dagang
4. Hak fraichis
5. Hak sewa ( leasehold )
6. Hak eksklusif atau hak konsesi
7. Formula dan peruses rahasia
8. Goodwill
9. Biaya-biaya ditanguhkan
74
Intermediate Accounting
BAB IX
UTANG JANGKA PENDEK
A. PENGERTIAN
Utang jangka pendek merupakan sumber pendanaan bagi kepentingan
jangka pendek perusahaan yang mempunyai jangka waktu penyelesaian relative
pendek. Secara umum kewajiban-kewajiban jangka pendek dikelasifikasikan
dalam 2 kelompok, yaitu ;
1. Kewajiban jangka pendek yang jumlahya sudah pasti
2. Kewajiban-kewajiban jangka pendek yang sudah diestimasi
B. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK YANG JUMLAHNYA SUDAH
PASTI
1. Utang dagang (account payable )
Yaitu utang yang timbul karena pembelian barang dagang, jasa atau aktiva
lainya yang dilakukan secara keredit atau angsuran yang harus di bayar dalam
jangka waktu 12 bula dari tanggal yang tercantum dalam neraca perputaran
periode.
a. Free on board shipping point
Beban dan tangung jawab atas barang sudah beralih kepada pembeli sejak
barang tersebut keluar dari gudang penjual.
b. free on board destinasion
penjual menangung barang sampai tiba di tempat pembeli
jika harus di jurnal maka penjurnalanya adalah :
pembelian ( nama aktiva yng di beli )
utang dagang
Rp. Xxx
Rp. Xxx
75
Intermediate Accounting
2. wesel bayar ( notes payable )
merupakan kewajiban yang diyatakan dalam surat kesangupan membayar atau
dalam bentuk surat sperintah membayar yang telah diakseptasi olemh debitur.
-
Pembelian , jurnalnya ;
Pembelian
Rp. Xxx
Utang dagang
-
Rp. Xxx
Diaksep, kurnalnya ;
Utang dagang
Rp. Xxx
Wesel bayar
Rp. Xxx
3. Bagian utang jangka panjang yang segera jatuh tempo dalam 12 bulan setelah
tanggal neraca. Jurnalnya ;
Utang ( . . . )
Rp. Xxx
Utang ( . . . ) segera jatuh tempo
Rp. Xxx
4. Utang deviden ( divedend payable )
jurnalnya ;
deviden
Rp. Xxx
utang deviden
Rp. Xxx
5. Utang pajak ( tax payable )
Jurnalnya ;
Beban gaji
Rp. Xxx
Pajak penghasilan pasal 21 terutang
Rp. Xxx
Kas
Rp. Xxx
6. Utang biaya ( expenses payable )
Beban ( …)
Rp. Xxx
Beban (..) yang belum di bayar
Rp. Xxx
7. Utang jaminan ( wages payable )
Jurnalnya ;
Kas
Rp. Xxx
Penjualan
Rp. Xxx
Utang jaminan
Rp. Xxx
8. Penghasilan yang di terima dimuka ( deferred revenue )
76
Intermediate Accounting
a. Pendekatan neraca
Sewa di terima dimuka
Rp. Xxx
Pendapatan sewa
Rp. Xxx
b. Pendekatan laba-rugi
Pendapatan sewa
Rp. Xxx
Sewa di terima di muka
Rp. Xxx
C. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK DIESTIMASI
Kewajiban diestimasi harus diakui sebagai kewajiban apa bila terpenuhi
ketiga kondisi berikut ;
1. Merupakan kewajiban masa kini sebagai akibat kejadian masa lalu,
2. Ada kemungkinan penyelesaiannya mengakibatkan arus keluar sumber
daya
3. Jumlah kewajiban dapat diestimasi secara andal.
Pengakuan kewajiban diestimasi adalah dengan pertimbangan hal-hal berikut ;
1. Jumlah yang diakui sebagai kewajiban diestimasi adalah hasil estimasi
terbaik pengeluaran yang di perlukan untuk menyelesaikan kewajiban
kini pada tangal neraca, yaitu jumlah yang secara rasional akan
mengalihkan kewajibanya kepasa pihak ketiga pada saat itu.
2. Dalam penentuan estimasi terbaik suatu kewajiban diestimasi,
perusahaan harus mempengaruhi berbagai peristiwa dan keadaan.
3. Jika dampak nilai waktu uang cukup material, jumlah kewajiban
diestimasi adalah nilai kini dari perkiraan pengeluaran yang diperlukan
untuk menyelesaikan kewajiban.
4. Peristiwa masa datang yang dpat mempengaruhi jumlah yang di
perlukan untuk menyelesaikan suatu kewajiban harus tercermin dalam
77
Intermediate Accounting
jumlah kewajiban diestimasi apabila ada bukti obyektif bahwa
peristiwa itu akan terjadi
5. Keuntungan yang mungkin didapat dari rencana pelepasan aktiva
purna operasi tidak boleh di pertimbangkan dalam menghitung suatu
kewajiban diestimasi
6. Kewajiban diestimasi harus diteelah setiap tanggal neraca dan
disesuaikan untuk mencerminkan estimasi terbaik yang paling kini.
Yang terrmasuk kewajiban jangka pendek diestimasi adalah ;
1. Kewajiban pemberian hadiah
2. Kewajiban garansi service
3. Kewajiban pemulihan pencemaran lingkungan
4. Kewajiban operasi dalam pengehntian
5. Kewajiban perkara pengadilan
6. Kewajiban penjamin
a. Utang pemberian hadiah
Beban hadiah
Rp. Xxx
Utang diestimasi klaim hadiah
Rp. Xxx
b. Utang garansi service
Beban garansi reparasi
Rp. Xxx
Utang beban garansi reparasi
Rp. Xxx
c. Utang pemulihan pencemaran lingkungan
Beban pemulihan pencemaran
Rp. Xxx
Utang dimensi beban pemulihan pencemaran
Rp. Xxx
d. Utang operasi dalam penghentian
e. Utang perkara pengadilan
Kerugian perkara pengadilan
Rp. Xxx
Utang diestimasi perkara pengadilan
78
Rp. Xxx
Intermediate Accounting
f. Utang sebagai penjamin
Piutang diestimasi
Rp. Xxx
Utang diestimasi
Rp. Xxx
D. KEWAJIBAN KONTINJENSI
Kewajiban kontinjensi merupakan kewajiban potensial yang terjadinya
serta nilai kewajiban belum dapat diperkirakan, sehingga ;
1. Belum terdapat kemungkinan besar adanya arus keluar sumber daya
untuk menyelesaikanya ,
2. Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat secara andal.
79
Intermediate Accounting
BAB X
UTANG .JANGKA PANJANG
A. PENGERTIAN
Utang jangka panjang merupakan kewajiban – kewajiban sekarang yang
timbul dari transaksi – transaksi masa lampau yang tidak harus segera dilunasi
dalam jangka waktu 1 periode akuntansi.
B. METODE PENCATATAN OBLIGASI
Cara penentuan harga penetapan obligasi bergantung pada cara
penempatannya, penempatan obligasi perusahaan dapat dilakukan dengan cara :
1. Tunai, maka harga penempatan obligasi dapat ditentukan berdasarkan kurs
yang berlaku atau berdasarkan tingkat bunga efektif rata – rata yang
diinginkan oleh investor.
2. Ditukarkan dengan aktiva tetap/surat berharga lainnya, maka penentuan
harga penempatan obligasi dan harga perolehan aktiva tetap/surat berharga
lainnya dilakukan berdasarkan harga pasar obligasi perusahaan.
3. Penempatan obligasi melalui pemesanan
2 metode pencatatan obligasi yang umum digunakan :
1. Utang obligasi dicatat sebesar nilai nominal obligasi yang terjual
2. Utang obligasi dicatat sebesar nilai nominal obligasi yang
diotorisasikan/diterbitkan.
Prosedur amortisasi premium dan diskon obligasi
Premium obligasi merupakan selisih lebih antara hasil bersih penempatan
obligasi dengan nilai nominalnya, sedangkan diskon obligasi merupakan selisih
kurang antara hasil bersih penempatan obligasi dengan nilai nominalnya. Pada
80
Intermediate Accounting
prinsipnya premium atau diskon obligasi merupakan penyesuaian terhadap tarif
bunga obligasi dengan tingkat bunga dipasar. Apabila penempatan obligasi
menimbulkan adanya diskon obligasi, maka secara berkala diskon obligasi ini
harus ditambahkan pada perkiraan beban bunga obligasi melalui jurnal
penyesuaian :
beban bunga obligasi
Rp. XXX
diskon bunga obligasi
Rp. XXX
Dan sebaliknya apabila dalam penjualan obligasi itu menimbulkan premium
obligasi, maka secara berkala premium obligasi ini harus dikurangkan pada
perkiraan beban bunga obligasi melalui jurnal penyesuaian :
premium obligasi
Rp. XXX
beban bunga obligasi
Rp. XXX
Terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk melakukan amortisasi premium
atau diskon obligasi :
1. Metode garis lurus
2. Metode bunga efektif rata – rata
C. PENCATATAN UTANG OBLIGASI
Pencatatan yang harus dibuat selama masa obligasi :
1. Jurnal transaksi penerbitan obligasi
2. Jurnal transaksi pembayaran bunga obligasi
3. Jurnal penyesuaian setiap akhir periode akuntansi yang terdiri dari :
 Jurnal penyesuaian terkait dengan beban bunga obligasi yang
belum dibayar
 Jurnal penyesuaian yang terkait dengan amortisasi premium atau
diskon obligasi
4. Jurnal pembalikan setiap awal periode berikutnya terkait dengan jurnal
penyesuaian (point a)
5. Jurnal transaksi pelunasan obligasi
81
Intermediate Accounting
Penarikan obligasi sebelum tanggal jatuh tempo
Perusahaan dapat menarik kembali obligasi – obligasi beredar untuk
dibayar sebelum tanggal jatuh temponya. Penarikan kembali obligasi – obligasi
ini memungkinkan perusahaan memperoleh laba atau mungkin rugi. Laba – rugi
ini timbul dari selisih antara harga yang harus dibayar oleh perusahaan atas
obligasi – obligasi yang ditarik dengan nilai buku obligasi – obligasi tersebut.
Penarikan obligasi sebelum jatuh tanggal temponya dapat dilakukan
berdasarkan 2 tujuan :
1. Penarikan obligasi dimaksudkan sebagai pelunasan obligasi.
2. Penarikan obligasi dimaksudkan untuk mempengaruhi harga pasar obligasi
dan atau untuk mengurangi beban utang jangka panjang untuk sementara
waktu.
D. OBLIGASI BERSERI ( SERIAL BONDS )
Obligasi berseri merupakan sejumlah obligasi yang dikeluarjan oleh suatu
instansi dalam suatu emisi obligasi yang mempunyai tanggal jatuh tempo yang
tidak bersamaan, melainkan berurutan sesuai dengan seri obligasi.
Prosedur amortisasi premium dan diskon obligasi
Amortisasi premium ataupun diskon obligasi berseri untuk suatu periode
akuntansi dihitung berdasarkan rasio antara total nominal obligasi yang beredar
dalam periode akuntansi yang bersangkutan dengan total nominal obligasi yang
beredar selama masa obligasi berseri yang bersangkutan dikalikan dengan
premium ataupun diskon yang terbentuk.
Total nominal obligasi beredar dalam periode itu
Rasio Amortisasi =
Total nominal obligasi beredar selama masa obligasi
Penarikan obligasi berseri sebelum tanggal jatuh tempo
Apablia perusahaan menarik kembali obligasi berseri sebelum tanggal
jatuh temponya, maka sisa premium ataupun diskon yang masih melekat pada
82
Intermediate Accounting
obligasi yang ditarik tersebut harus dihapus dan dikapitalisasikan ke dalam buku
obligasi yang ditarik.
a. Amortisasi premium ( periode tertentu )
Premium obligasi
Rp. XXX
Beban bunga obligasi
Rp. XXX
b. Pembayaran bunga berjalan ( periode tertentu )
Beban bunga obligasi
Rp. XXX
Kas
Rp. XXX
c. Penarikan obligasi
Utang obligasi
Rp. XXX
Premium obligasi
Rp. XXX
Kas
Rp. XXX
Laba penarikan surat – surat berharga
Rp. XXX
Prosedur amortisasi premium dan diskon obligasi berseri bila tanggal jatuh
tempo obligasi tidak sama dengan tahun buku
Jika obligasi berseri mempunyai tanggal jatuh tempo yang tidak sama
dengan tahun buku, maka dalam perhitungan amortisasi premium atau diskon
obligasi berseri tersebut harus didasarkan pada perbandingan nilai normatif dari
nilai nominal obligasi beredar. Karena pelunasan obligasi tidak dilakukan tepat
pada tahun buku, maka dalam satu tahun buku terdapat masa peredaran obligasi :
Masa ke 1
Masa ke 2
E. OBLIGASI KONVERSI
Obligai konversi merupakan obligasi yang sejak awal dinyatakan sebagai
obligasi yang pada suatu saat dapat ditukar dengan saham biasa perusahaan.
83
Intermediate Accounting
BAB XI
MODAL SAHAM
A. PENGERTIAN
Modal saham merupakan jenis modal yang hanya terdapat dalam
perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas ( PT ) yang diperoleh dengan cara
menerbitkan dan menempatkan saham – saham tersebut kepada pihak tertentu
atau kepada masyarakat umum. Tingkat kepemilikan pemegang saham terhadap
perusahaan tergantung seberapa besar bagian saham yang dikuasainya.
Jenis – jenis saham
PT dapat menerbitkan satu jenis saham atau lebih, bila perseroan ahnya
menerbitkan satu jenis saham saja, maka saham – saham yang diterbitkan itu
adalah saham biasa. Jenis – jenis saham yang dapat diterbitkan oleh PT :
1. Dilihat dari ada tidaknya nominal saham
a. Saham dengan nilai nominal : saham yang padanya tercantum adanya
nilai nominal
b. Saham tanpa nilai nominal : saham yang padanya tidak tercantum
adanya nilai nominal
2. Dilihat dari hak yang melekat pada saham
a. Saham biasa : saham yang tidak mempunyai hak istimewa dalam
pembagian deviden dan pembagian kekayaan perusahaan bila
perusahan dilikuidasi
b. Saham prioritas : saham yang mempunyai hak istimewa untuk
didahulukan dalam hak pembagian deviden atau pembagian kekayaan
perusahaan bila likuidasi.
84
Intermediate Accounting
B. PENCATATAN MODAL SAHAM
Pencatatan transaksi modal saham dapat dilakukan dengan menggunakan 2
metode, yaitu :
a. Modal saham dicatat sebesar nominal saham yang diotoritaskan
Pada saat diputuskan untuk menerbitkan saham baru, maka sebesar nilai
nominal saham – saham yang diterbitkan pada perkiraan “modal saham
diotoritaskan” dan dikreditkan pada perkiraan “modal saham”.
b. Modal saham dicatat sebesar nominal saham terjual
Pada saat modal saham dicetak tidak perlu ada jurnal cukup dibuatkan
catatan dalam bentuk memorial dan pencatatan modal baru dilakukan
apabila saham telah terjual.
Pembatalan pemesanan saham
Hal ini terjadi apabila pemesan saham tidak dapat memenuhi kewajiban
untuk membayar kekurangannya pada saat yang telah ditentukan. Terdapat 4
klausul yang dapat digunakan sebagai perlakuan pembatalan pemesanan saham :
1. Uang muka dikembalikan seluruhya kepada pemesan
2. Uang muka dikembalikan kepada pemesan setelah dikurangi kerugian atas
penjualan kembali saham – saham tersebut
3. Diserahkan saham yang nilainya sama dengan uang muka pemesan saham
4. Uang muka dianggap hialang/tidak dikembalikan
C. PENJUALAN SAHAM SECARA LUMPSUM
Disamping dijual secara individual atau per jenis saham, penjualan saham
juga dapat dilakukan secara bersamaan dalam satuan paket/ slot ( lumpsum ),
yang mana dalam setiap paket saham yang dijual terdapat lebih dari satu jenis
saham. Bila saham dijual secara lumpsum, maka sahan – saham yang berbeda –
beda tersebut dijual dalam satu harga jual, oleh sebab itu perlu ada suatu
perlakuan akuntansi untuk mendistribusikan hasil penjualan saham – saham
tersebut ke masing – masing jenis saham.
85
Intermediate Accounting
Pendistribusian hasil penjualan saham dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
1. Bila harga pasar masing – masing saham diketahui, maka pendistribusian
hasil penjualan dilakukan berdasarkan perbansingan harga pasar masing –
masing jenis saham
2. Bila salah satu jenis saham yang diketahui harga pasarnya, maka sebesar
harga pasar saham yang diketahui harga pasarnya didistribusikan sebagai
hasil penjualan sahma yang bersangkutan, sedangkan sisanya
didistribusikan untuk hasil penjualan saham yang tidak diketahui harga
pasarnya
3. Bila masing – masing saham tidak diketahui harga pasarnya, maka
pendistribusian hasil penjualan saham belum bisa dilakukan hingga
diketahuimya harga pasar masing – masing saham atau salah satu jenis
saham, mana yang dahulu
D. MODAL SAHAM BONUS
Saham juga dapat diberikan sebagai bonus kepada investor atau kreditor,
misalnya untuk pembelian saham prioritas atau obligasi perusahaan dalam jumlah
tertentu akan diberikan saham biasa sebagai bonus.
Perlakuan akuntansi terhadap premium dan diskon saham
Premium atau diskon saham timbul bila saham – saham ditempatkan/dijual
tidak sebesar harga nominalnya, sedangkan modal saham di neraca harus
dilaporkan sebesar nilai nominalnya yang mungkin tidak sama dengan nilai riil
kekayaan bersih yang diterima dari para pemegang saham. Premium dan diskon
saham akan tetap dilaporkan di neraca selama saham saham – saham yang
menimbulkan premium atau diskon tersebut masih tetap beredar. Pembatalan
/penghapusan premium ataupun diskon saham dilakukan apablia ada penarikan
saham untuk tujuan pengurangan modal saham.
86
Intermediate Accounting
Pengeluaran saham untuk membeli perusahaan
Suatu PT dapat membeli perusahaan laind dengan menggunakan saham
perusahaan sebagai alat pembayaran. Bila dalam pembelian perusahaan tersebut
nilai kekayaan bersih perusahaan yang dibeli lebih besar daripada harga nominal
saham perusahaan yang digunakan sebagai alat pembayaran, maka dalam
pembelian perusahaan tersebut timbul adanya premium saham dan apabila
sebaliknya maka timbul diskon saham.
Bila perusahaan yang dibeli tersebut bukan dalam bentuk PT, setelah
permasalahan teknis ekonomis dan legalitas formal yang terkait dengan pembelian
perusahaan tersebut telah terselesaikan, maka biasanya perusahaan yang baru
dibeli tersebut dirubah menjadi perseroan. Teknik penyelenggaraan akuntansi
dalam perusahaan baru dapat menggunakan 2 cara permasalahan akuntansi, yaitu :
1. Apakah akuntansi perusahaan yang bary dibeli tersebut akan
diselenggarakan oleh perusahaan induk. Dalam hal ini dilakukan
peleburan posisi keuangan perusahaan yang dibeli kedalam posisi
keuangan perusahaan yang membeli
2. Apakah masing – masing perusahaan akan tetap menyelenggarakan
akuntansinya yang kemudian dilakukan penyusuan laporan keuangan
gabungan atau laporan keuangan konsolidasi. Bila cara ini digunakan
maka terdapat 2 opsi :
a. Akunbtansi perusahaan yang baru dibeli tersebut melanjutkan
akuntansi sebelumnya
b. Akuntansi diselenggarakan pada buku baru
E. ASSESSMENT
Merupakan pungutan tambahan pada pemegang saham. Pungutan ini pada
umumnya dimaksudkan untuk menaikkan nilai ekuitas perusahaan tanpa harus
melakukan emisi saham baru ataupun rekapitalisasi modal saham. Pencatatan
assessment ini tergantung pada harga penjualan saham semula, yaitu :
87
Intermediate Accounting
a. Bila saham semula dijual dengan harga dibawah nilai nominalnya, maka
assessment diperlakukan sebagai pengurangan dari diskon saham.
Berkurangnya diskon saham ini secara otomatis akan menaikkan nilai
ekuitas perusahaan dengan jurnal :
Kas
Rp. XXX
Diskon saham
Rp. XXX
Kredit pada perkiraan diskon saham ini maksimal sebesar nilai diskon
yang terbentuk pada saat penjualan saham. Apabila kas yang diperoleh
dari assessment melebihi dari nilai diskon saham maka sebesar
kelebihannya tersebut dikreditkan pada perkiraan “modal pungutan
tambahan” sehingga jurnal yang dibuat :
Kas
Rp. XXX
Diskon saham
Rp. XXX
Modal pungutan tambahan
Rp. XXX
b. Bila saham semula dijual dengan harga tidak dibawah nilai nominalnya,
maka assessment langsung dikreditkan pada perkiraan “modal pungutan
tambahan” sehingga jurnal yang dibuat :
Kas
Rp. XXX
Modal pungutan tambahan
Rp. XXX
F. PERLAKUAN – PERLAKUAN SETELAH SAHAM BEREDAR
Adakalanya perusahaan menetapkan suatu kebijakan terkait dengan saham
– saham perusahaan yang telah beredar, yaitu :
a. Rekapitalitas saham
Meruapakn perubahan struktur modal saham dengan jalan merubah niali
tercatat saham yang telah beredar. Rekapitalitas dilakukan atas persetujuan
pemegang saham baru dengan nilai nominal yang baru. Apabila dalam
rekapitalitas saham tersebut nilai nominal saham yang baru lebih besar
daripada nilai wajar modal saham yang ditarik maka sebesar selisihnya
diperlakukan sebagai kerugian dan dicatat sebelah debit pada perkiraan
laba ditahan.
88
Intermediate Accounting
b. Pemecahan dan pengumpulan nominal saham ( stock split down – up )
Stock split down merupakan nilai nominal saham beredar tanpa merubah
total nilai nominal saham beredar. Stock split down dilakukan dengan cara
menarik kembali saham beredar untuk ditukar dengan beberapa saham
baru yang mempunyai nilai nominal per lembar saham lebih kecil daripada
nilai nominal saham yang ditarik tetapi mempunyai total nominal yang
sama. Sedangakn stock up merupakan pengumpulan nilai nominal saham
beredar tanpa merubah total nominal saham beredar. Stock up dilakukan
dengan cara menarik kembali beberapa saham beredar untuk ditukar
dengan saham baru yang mempunyai nilai nominal per lembar saham lebih
besar daripada nilai nominal per lembar saham yang ditarik tetapi
mempunyai total nominal yang sama.
c. Konversi saham ( stock convertion )
Yang dimaksud dengan stock convertion/pertukaran saham adalah
menkonversi/menukar surat – surat berharga yang dapat dikonversikan
dengan saham biasa. Surat – surat berharga yang dapat dikonversikan
dengan saham biasa adalah saham prioritas yang dapat dikonversi dan
obligasi yang dapat dikonversi.
d. Penarikan kembali saham beredar
Adakalanya perusahaan melakukan penarikan kembali sebagian dari
saham – sahamnya yang beredar dimasyarakat. Penarikan kembali saham
– saham ini mungkin dilakukan dengan maksud untuk mengurangi ekuitas
perusahaan atau hanya sekedar penarikan sementara untuk mebentuk
saham perbendaharaan yang nantinya akan dijual kembali atau
dihapuskan. Beberapa alasan perusahaan untuk membeli kembali saham –
sahamnya adalah :
 Untuk digunakan sebagai alat pembayaran kompensasi kepada
karyawan
 Untuk mengingatkan keuntungan per lembar saham
89
Intermediate Accounting
 Untuk megurangi jumlah pemegang saham
 Untuk menghalangi upaya pengambil alihan perusahaan oleh pihak
lain
 Untuk mengangkat harga pasar saham
 Untuk digunakan sebagai alat pembayaran deviden
G. CAPITAL STOCK REACQUITION
Ini merupakan penarikan kembali saham – saham beredar secara
permanen. Perlakuan akuntansi terhadap penarikan kembali modal saham secara
permanen lebih sesuai dengan menggunakan metode nilai nominal. Menurut
metode ini sebesar nilai nominal saham – saham yang ditarik kembali dikurangi
pada perkiraan modal saham yang sejenis.
Saham perbedaharaan
Ini merupakan bagian dari saham beredar yang ditarik kembali untuk
sementara waktu. Saham – saham perbendaharaan ini nantinya dapat dijual
kembali bila dianggap perlu atau dihapuskan dari ekuitas perusahaan. Terdapat 2
pendekatan pencatatan saham perbendaharaan, yaitu :
a. Saham perbendaharaan dianggap sebagai oenarikan saham beredar,
sehingga sebesar nilai nominal saham yang dibeli kembali beserta dengan
premium atau diskonnya dikeluarkan dari ekuitas perusahaan
b. Saham perbendaharaan tidak dianggap sebagai penarikan saham beredar,
sehingga baik nilai nominal atau premium atau diskonnya tidak perlu
dikeluarkan dari ekuitas perusahaan
Saham perbendaharaan dari donasi
Yang dimaksud dengan saham perbendaharaan dari donasi adalah saham
perbendaharaan yang diperoleh sebagai sumbangan dari para pemegang saham
kepada perusahaan. Terdapat 3 pendekatan perlakuan akuntansi terhadap saham –
saham ini, yaitu :
90
Intermediate Accounting
a. Pendekatan tanpa jurnal
Menurut pendekatan ini terhadap penerimaan saham donasi tidak perlu
dibuat jurnal, cukup dalam bentuk memorial saja. Hal ini dikarenakan
pada dasarnya saham donasi tidak mengakibatkan perubahan pada posisi
keuangan perusahaan, sehingga tidak memerlukan jurnal, jurnal baru
dibuat pada saat saham – saham donasi tersebut dijual dengan jurnal :
Kas
Rp. XXX
Modal donasi
Rp. XXX
Atau pada saat dinyatakan untuk dikeluarkan dari struktur modal
perusahaan dengan jurnal :
Modal saham
Rp. XXX
Modal donasi
Rp. XXX
b. Pendekatan nilai nominal
Menurut pendekatan ini sebesar niali nominal saham donasi didebitkan
pada perkiraan saham perbendaharaan, premium ataupun diskon yang
melekat pada saham – saham tersebut harus dikeluarkan, dan sebesar nilai
wajar dari saham – saham tersebut dikreditkan pada perkiraan modal
donasi.
c. Pendekatan harha pasar
Menurut pendekatan ini sebesar harga pasar dari saham – saham donasi
didebitkan pada perkiraan saham perbendaharaan dan dikreditkan pada
perkiraan modal donasi.
91
Intermediate Accounting
H. PEMBERIAN HAK BELI SAHAM KEPADA PEMBELI SURAT
BERHARGA JENIS LAIN
Pemberian hak beli saham kepada pembeli surat berharga jenis lain
dimaksudkan untuk memberikan rangsangan kepada pembeli surat berharga
tersebut untuk membeli saham perusahaan. Hak beli saham tidak mempunyai nilai
nominal tetapi pada hak beli saham tersebut tercantum nilai hak pembelian saham.
Hak beli saham yang diberikan kepada karyawan
Sebagai bentuk apresiasi positif perusahaan kepada karyawan, perusahaan
adakalanya memberikan stock option, yaitu hak yang diberikan kepada karyawan
untuk membeli saham perusahaan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan hak
khusus kepada karyawan untuk membeli saham perusahaan dengan harga khusus
selama jangka waktu tertentu.
Niali hak beli saham yang diberikan kepada karyawan adalah sebesar
selisih antara harga pasar saham – saham pada saat hak beli saham diberikan
dengan harga jual saham menggunakan hak beli saham. Sebesar nilai beli saham
tersebut dikapitalisasikan pada laba ditahan. Dengan begitu maka jurnal yang
harus dibuat untuk mencatat pengeluaran hak beli saham yang diberikan kepada
karyawan adalah :
Laba ditahan
Rp. XXX
Hak beli saham beredar
Rp. XXX
92
Intermediate Accounting
BAB XII
LABA DITAHAN
A. PENGERTIAN
Helfert mendefinisikan laba ditahan sebagai jumlah kumulatif dari laba
masa lalu dan saat ini yang ditahan dan diinvestasikan kembali dalam perusahaan,
yang dapat didistribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden.
Terdapat 2 golongan laba ditahan, yaitu :
a. Laba ditahan yang masih bebas
b. Laba ditahan yang telah dibatasi tujuan penggunaannya
Teknik pembatasan laba ditahan
1. Melalui jurnal yaitu dengan mendebit perkiraan laba ditahan dan
mengkredit perkiraan cadangan yang terkait dengan tujuan pembatasan
laba ditahan tersebut.
2. Tanpa jurnal yaitu dengan memberikan disclousre dalam laporan
tambahan atau catatan kaki atas lapora keuangan untuk menunjukkan
jumlah dari laba ditahan yang dibatasi penggunaanya.
Pembagian deviden
Deviden merupakan bagian dari laba ditahan yang dibagikan kepada setiap
lembar saham. Pembagian deviden ada yang dilakukan secara tetap berkala dalam
jumlah yang tetap, dan adapula yang dibagikan secara tidak tetap tergantung
ketersediaan laba ditahan dan ketercukupan dana. Pembagian deviden biasa
dilakukan dalam 3 fase, yaitu :
93
Intermediate Accounting
1. Fase waktu pengumuman adalah waktu diumumkannya adanya pembagian
deviden dalam suatu jumlah tertentu untuk setiap lembar saham yang
beredar dengan pencatatan jurnal :
Laba ditahan
Rp. XXX
Utang devidenI
Rp. XXX
2. Fase waktu pendaftaran adalah gase yang tidak ada kejadian yang
dianggap berpengaruh pada posisi keuangan perusahaan. Aktifitas terkait
dalam pembagian deviden hanya sebatas melakukan pendaftaran terhadap
nama – nama pemegang saham yang mmpunyai hak atas pembagian
deviden.
3. Fase waktu pembayaran adalah fase dimana perusahaan membayar
deviden yang telah diumumkan sebelumnya kepada pemegang saham yang
tercatat sebagai pihak yang berhak menerima deviden.
B. MACAM – MACAM DEVIDEN
a. Deviden tunai
Deviden jenis ini adalah jenis deviden yang paling umum dibagikan
oleh PT. Yang perlu diperhatikan menejemen perusahaan sebelum
mengumumkan pembagian deviden tunai adalah ketersediaan uang
tunai yang cukup untuk membayar deviden tanpa mengganggu
stabilitas operasi perusahaan.
b. Deviden aktiva selain kas
Adalah deviden yang dibayarkan dalam bentuk aktiva selain kas.
Aktiva yang digunakan sebagai alat pembayaran deviden harus dicatat
sebesar nilai buku atau nilai tercatatnya.
c. Deviden scrip
Adalah surat janji melakukan pembayarn sejumlah uang diwaktu
kemudian yang diberikan oleh perusahaan sebagai deviden. Deviden
jenis ini timbul karena pada saat diputuskan untuk membagian deviden
tunai tanpa memperhatikan ketercukupan kas sebagai alat
pembayarannya.
94
Intermediate Accounting
d. Deviden likuidasi
Adalah deviden yang di dalamnya termasuk pengembalian modal
kepada pemegang saham. Pada umumnya perusahaan yang
membagikan deviden likuidasi ini adalah perusahaan yang sebagian
kekayaannya dalam bentuk aktiva tetap yang tidak bisa diperbaharui,
yang mempunyai biaya pemakaian aktiva tetap merupakan unsur
utama pembentukan harga pokok atau perusahaan yang telah
diputuskan oleh pemegang sahamnya untuk dilikuidasi pada waktu
yang telah ditetapkan.
e. Deviden saham
Adalah deviden yang dibayarkan dalam bentuk saham perusahaan itu
sendiri, baik dalam bentuk saham sejenis maupun yang tidak sejenis.
Pencatatan pembagian deviden saham dapat dilakukan dengan
mengunakan 3 cara pencatatan, yaitu :
 Saham yang dikeluarkan sebgai deviden dicatat sebesar nilai
nominalnya
 Saham yang dikeluarkan sebagai deviden dicatat menurut harga
pasarnya pada saat diumumkan adanya pembagian deviden saham.
 Saham yang dikeluarkan sebagai deviden dicatat sesuai nilai
penjualan saham yang menghasilkan deviden tersebut.
Pengukuran terhadap ekuitas perusahaan
Hal ini sangat penting untuk dilakukan agar manajemen tidak hanya
mendapatkan informasi nilai absolut ekuitas belaka melainkan juga kualitas, trade
off serta nilai penghargaan investor atas pengelolaan investasi yang telah
diserahkan sepenuhnya pada manajemen perusahaan, sekarang dan dimasa yang
akan datang. Beberapa macam pengukuran ekuitas perusahaan antara lain :
1. Nilai buku per lembar saham
2. Laba per saham
3. Rentabilitas modal sendiri
95
Intermediate Accounting
4. Rasio harga pasar saham terhadap nilai buku saham
5. Rasio harga pasar saham terhadap laba per lembar saham
6. Rasio pertumbuhan
a. Pertumbuhan laba per lembar saham
b. Pertumbuhan harga pasar per lembar saham
c. Pertumbuhan deviden
d. Pertumbuhan nilai buku saham
Nilai buku per lembar saham
Nilai buku per lembar saham menunjukkan hak/klaim setiap lembar saham
atas kekayaan bersih perusahaan. Nilai buku ini menunnjukkan beberapa yang
semestinya harus dibayar kepada setiap kepemilikan saham bila saja perusahaan
dinyatakan dilikuidasi, dengan asumsi bahwa seluruh aktiva dapat dijual sesuai
dengan nilai bukunya. Penentuan nilai buku per lembar saham dilakukan menurut
ketentuan berikut :
a. Bila perusahaan hanya mempunyai saju jenis modal saham, yaitu saham
biasa maka penentuan nilai buku per lembar saham dilakukan dengan
membagi total ekuitas dengan banyaknya saham beredar.
b. Bila perusahaan mempunyai lebih dari satu jenis saham, maka terlebih
dahulu ditentukan besarnya hak untuk masing – masing jenis saham.
Bila perusahaan mempunyai lebih dari satu jenis saham dan mempunyai
saham perbendaharaan
Apabila perusahaan mempunyai saham beredar terdiri dari saham prioritas
dan saham biasa, maka terlebih dahulu dihitung bagian modal saham prioritas,
sisa ekuitas yang ada menjadi hak saham biasa. Untuk menghitung bagian modal
saham prioritas perlu dipertimbangkan hal – hal berikut :
96
Intermediate Accounting
a. Nilai likuidasi, yaitu sejumlah yang akan dibayarkan kepada pemegang
saham prioritas seandainya perusahaan dilikuidasi
b. Hak deviden. Saham prioritas mungkin mempunyai hak – hak tertentu,
misalnya hak atas laba ditahan sesuai dengan perjanjian tentang deviden.
C. LABA PER LEMBAR SAHAM
Merupakan hak setiap lembar saham biasa terhadap laba bersih setelah
pajak yang diperoleh dalam satu periode akuntansi tertentu. EPS adakalanya
dilaporkan di dalam laporan laba – rugi atau dalam laporan tambahan tersendiri.
EPS secara luas digunakan oleh pemegang saham atau investor potensial untuk
mengukur profitabilitas perusahaan.
Perhitungan EPS pada perusahaan yang struktur modalnya sederhana
Laba per lembar saham =
Laba bersih setelah pajak – deviden saham prioritas
rata – rata tertimbang saham biasa beredar
 Rata – rata tertimbang saham biasa beredar diperoleh dengan cara
mengalikan periode peredaran saham dalam satu periode akuntansi dengan
banyaknya saham yang berdar dalam periode akuntansi yang sama.
Perhitungan EPS bagi perusahaan yang struktur modalnya komplex
Bagi perusahaan yang mempunyai struktur modaln komplex diminta untuk
menyajikan dua data laba per lembar saham, yaitu :
97
Intermediate Accounting
1. Primary earning per share
Menunjukkan jumlah pendapatan yang diperoleh setiap lembar saham
biasa yang beredar ( termasuk saham biasa ekuivalen ).
1– 1
(1 + i)n
HPO =
1
x nominal obligasi +
n
(1 + i)
x bunga obligasi
Ket :
HPO
: hasil penjualan obligasi
i
: tarif pendapatan efektif
2. Fully dilluted earning per share
Pada perhitungan ini konversi surat – surat berharga konvertibel, opsi dan
warrant dilakukan dengan menggunakan metode if-converted-methode,
yaitu suatu metode konversi berdasarkan asumsi :
a. Konversi surat – surat berharga konvertibel, opsi dan warrant
dilakukan pada awal periode akuntansi, atau pada tanggal
penerbitannya bila penerbitannya lebih akhir
b. Tidak ada bunga yang dibayarkan atas surat – surat berharga yang
dapat dikonversikan pada awal periode, maka beban bunga yang telah
dibayarkan dan diperhitungkan dalam perhitungan laba – rugi
perusahaan harus ditambahkan kembali pada saat perhitungan EPS
yaitu sebesar beban bunga setelah dikurangi pajak.
D. RENTABILITAS MODAL SENDIRI
Pengukuran rasio modal sendiri dimaksudkan untuk mengukur seberapa
efektif perusahaan mengelola investasi pemilik atau seberapa efektif perusahaan
memnafaatkan sumber – sumber ekonomis yang dikuasainya untuk kepentingan
pemilik atau pemegang saham.
98
Intermediate Accounting
Rasio rntabilitas modal sendiri dihitung dengan rumus :
RRMS = laba bersih setelah pajak
Modal sendiri
Rasio harga pasar saham terhadap nilai buku saham ( market to book ratio )
Rasio ini dihitung dengan maksud untuk mengukur seberapa besar pasar
menghargai saham perusahaan. Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan
rumus :
Market to book ratio = harga pasar saham rata – rata
Nilai buku saham
Rasio harga pasar saham terhadap laba per lembar saham ( market to
earning ratio )
Laba per lembar saham merupakan informasi penilaian terhadap potensi
saham perusahaan yang paling awal diperoleh oleh pengguna laporan keuangan
dikarenakan EPS umumnya dilaporkan secara include dengan laporan keuangan
laba – rugi yang diterbitkan/dipublikasikan oleh perusahaan. Rasio ini dihitung
dengan menggunakan rumus :
Market to earning ration = harga pasar saham rata – rata
Laba perlembar saham
Rasio pertumbuhan ( growth ratio )
Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar pertumbuhan
perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Perusahaan yang mempunyai tingkat
pertumbuhan yang konstan lebih disukai investor daripada perusahaan yang
mempunyai tingkat pertumbuhan yang fluktuatif. Elemen penting yang perlu
diukur pertumbuhannya terkait dengan ekuitas perusahaan adalah :
99
Intermediate Accounting
a. Laba ditahan
b. Laba per lembar saham
c. Harga pasar per lembar saham
d. Deviden
e. Nilai buku saham
Rasio pertumbuhan
= ( Xn / Xo )1/n – 1
Ket :
Xn
: data yang tahun ke-n
Xo
: data tahun dasar
E. DEFISIT LABA DITAHAN
Defisit laba ditambah menunjukkan akumulasi kerugian selama operasi
perusahaan. Defisit laba ditahan nampak pada saldo debit pada perkiraan laba
ditahan. Bila jumlah defisit laba ditahan dalam jumlah yang relatif besar, maka
defisit ini tentunya menjadi beban bagi perusahaan dalam menjalankan
aktivitasnya. Alternatif kebijakan yang dapat diambil terkai dengan adanya defisit
laba ditahan yang relatif besar, yaitu :
1. Kuasi reorganisasi
Merupakan prosedur akuntansi yang mengatur perusahaan
merekstrukturisasi ekuitasnya dengan menghitungkan defisit dan menilai
kembali aktiva dan kewajibannya tanpa melalui reorganisasi secara
hukum. Syarat – syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan kuasi
reorganisasi adalah :
a. Perusahaan mengalami defisit dalam jumlah besar
b. Perusahaan harus memiliki status kelancaran uaha dan memiliki
prospek yang baik pada saat kuasi reorganisasi dilakukan
c. Perusahaan tidak sedang menghadapi permohonan kepilitan
d. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang – undangan yang
berlaku, dan
100
Intermediate Accounting
e. Saldo ekuitas setelah kuasi reorganisasi harus positif
2. Penghentian operasi
Hal ini dapat dilakukan terhadap link atau segmen tertentu atau terhadap
cabang atau anak perusahaan tertentu atau terhadap operasi perusahaan
secara keseluruhan. Penghentian operasi dapat dilakukan dengan maksud
untuk menghentikan sumber defisit laba ditahan perusahaan dan likuidasi.
Syarat – syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan kegiatan
penghentian operasi, yaitu :
a. Penrusahaan mengalami defisit dalam jumlah yang besar
b. Terdapat bukti yang kuat bahwa perusahaan tidak memiliki status
kelangsungan usaha dan tidak memiliki prospek yang baik dimasa
yang akan datang
c. Perusahaan dalam proses kepailitan
d. Organ perusahaan yang berwenang ( RUPS ) telah menyetujui rencana
formal yang rinci untuk menghentikan operasi perusahaan dan
melakukan pengumuman atas rencana tersebut sesuai dengan peraturan
perundang – undangan yang berlaku
e. Perusahaan telah menandatangani perjanjian yang bersifat mengikat
untuk menjual secara substansi seluruh aktiva yang berkaitan langsung
dengan operasi dalam penghentian
XIII
PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI DAN KOREKSI KESALAHAN
101
Intermediate Accounting
A. PERUBAHAN KEBIJIKAN AKUNTANSI
Produk utama dari proses akuntansi adalah laporan keuangan yang disusun
dengan maksud untuk memberikan informasi kepada pengguna laporan keuangan
tentang posisi keuangan dan potensi keuangan perusahaan. Agar laporan
keuangan dapat memberikan informasi secara optimal kepada penggunanya, maka
laporan keuangan yang disusun perusahaan harus memenuhi beberapa
karakteristik kualitatif, salah satu diantaranya adalah laporan keuangan harus
mempunyai kemampuan untuk diperbandingkan dengan laporan keuangan
lainnya.
Perubahan prinsip akuntansi
Perubahan dalam prinsip akuntansi meliputi perubahan dari satu prinsip
akuntansi yang diterima secara umum ke prinsip akuntansi yang diterima secara
umum lainnya. Suatu perubahan dalam prinsip akuntansi dapat diterapkan secara
retrosfektif atau prospektif.
a. Penerapan perubahan prinsip akuntansi secara retrospektif
Bahwa kebijakan akuntansi yang baru tersebut seolah – olah diterapkan
pada suatu kejadian atau transaksi sejak tanggal terjadinya kejadian atau
transaksi tersebut.
b. Penerapan akuntansi perubahan prinsip akuntansi secara prospektif
Bahwa kebijakan akuntansi yang baru diterapkan pada kejadian atau
transaksi yang terjadi setelah tanggal perubahan.
B. PERUBAHAN DALAM ESTIMASI AKUNTANSI
Astimasi merupakan salah satu hakekat akuntansi. Dalam prakteknya,
akuntansi tidak mungkin dapat dihindari dari estimasi – estimasinya, justru
102
Intermediate Accounting
estimasi ini telah memberikan nuansa seni dalam praktek akuntansi. Revisi
terhadap perubahan estimasi bukan merupakan koreksi kesalahan maka dalam
perlakuan akuntansinya revisi atas estimasi harus diperlakukan sebagai perubahan
kebijakan akuntansi yang diterapkan secara prospektif, dengan begitu tidak
memerlukan adanya jurnal penyesuaian yang berhubungan dengan periode
sebelumnya, baik terhadap saldo awal laba ditahan atau dalam penyusunan
laporan laba – rugi periode sekarang, karena saldo yang tidak perlu dihitung
kembali.
C. KOREKSI KESALAHAN MENDASAR
Kesalahan dalam pencatatan transaksi bisa saja terjadi baik itu karena
sengaja atau tidak, baik itu pada perusahaan kecil atau pada perusahaan besar.
Namun begitu kesalahan pencatatan transaksi lebih sering terjadi pada perusahaan
kecil – menengah, hal ini lebih dikarenakan kepada perusahaan kecil – menengah
tidak cukup tersedia personal yang cukup kapabel dibidang akuntansi, tidak
adanya sistem dan prosedur akuntansi yang memadai yang dapat mengontrol
secara sistematik terhadap proses pengelolaan transaksi.
Kesalahan pencatatan yang memerlukan koreksi
Kesalahn ini adalah kesalahan pencatatan yang dianggap tidak
berpengaruh secara cukup material terhadap laporan keuangan atau kesalahan
yang dapat saling mengkoreksi secara otomatis dengan berlalunya waktu.
Kesalahan pencatatan yang memerlukan koreksi
Kesalahan ini adalah kesalahan yang dianggap berpengaruh cukup
material terhadap laporan keuangan atau kesalahan itu tidak dapat saling
mengkoreksi secara otomatis dengan berlalunya waktu. Dalam pmbetulan
kesalahan ada 4 hal yang perlu dipahami, yaitu :
1. Bagaimana kesalahan tersebut telah diperbuat
2. Bagaimana jenis kesalahan tersebut
3. Bagaimana pengaruhnya terhadap laporan keuangan
103
Intermediate Accounting
4. Bagaimana cara koreksinya
Terdapat 4 jenis kesalahan pencatatan berdasarkan bagaimana kesalahan itu :
1. Kesalahan dalam pembuatan jurnal dan kesalahan tersebut belum dijurnal
2. Kesalahan dalam memposting ke buku besar sedangkan jurnalnya sudah
benar
3. Kesalahan dalam pembuatan jurnal dan telah diposting ke perkiraan buku
besarnya, kesalahan tersebut diketahui sebelum penutupan periode
akuntansi
4. Kesalahan dalam pembuatan jurnal dan telah diposting ke perkiraan buku
besarnya, kesalahan tersebut diketahui setelah penutupan periode
akuntansi
104
Download