Intermediate Accounting BAB I KONSEP DASAR AKUNTANSI KEUANGAN A. PENGERTIAN Ada berbagai macam pendefinisian akuntansi oleh para profesional, akademis dan asosiasi – asosiasi yang dilakukan berdasarkan sudut pandang dan pemahaman mereka masing – masing, yaitu : 1. A statemen of basic accounting theory (ASOBAT) mendefinisikan akuntansi sebagai proses mendefinisikan, mengukur, dan menyampaikan informasi ekomomi sebagai bahan dalam hal mempertimbangakan berbagai alternatif dalam pengambilan keputusan 2. American institute of certified public accounting (AICPA) Mendefinisikan akuntansu sebagai suatu seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter transaksi dan kejadian – kejadian yang umumnya bersifat keuangan dna termasuk menafsirkan hasil – hasilnya. 3. Accounting priciple board (APB) Mendefinisikan akuntansi sebagai suatu kegiatan jasa yang fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif umumnya dalam ukuran uang mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam oengambilan keputusan ekonomi sebagai dasar memilih beberapa alternatif. 1 Intermediate Accounting B. FINANCIAL ACCOUNTING CYCLE Sebagai suatu aktivitas jasa yang terkait dengan pengolahan data keuangan suatu organisasi, akuntansi mempunyai tahapan – tahapan proses data dengan siklus sebagai berikut : transaksi Proses pencatatan Dokumen transaksi Identitas transaksi Jurnal Proses pengelompokan Neraca saldo setelah penutupan dan pembalikan Jurnal penutup dan pembalikan Buku besar Proses pengikhtisaran Proses pelaporan Laporan keuangan Neraca lajur Neraca saldo Satu periode akuntansi berumur 12 bulan yang dapat mengikuti tahun kalender ( tahun takwim ) yang diawali pada tanggal 1 januari dan diakhiri pada tanggal 31 desember, atau berdasarkan periode yang ditentukan sendiri asalkan berisikan 12 bulan. 2 Intermediate Accounting C. KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI KEUANGAN Tujuan laporan keuangan Karakteristik laporan keuangan Elemen laporan keuangan Karakteristik khusus Karakteristik umum Karakteristik kualifikasi Neraca Laporan laba – rugi Laporan perubahan ekuitas Laporan arus kas Catatan atas laporan keuangan kriteria pengakuan dan pengukuran asumsi - asumsi prinsip - prinsip hambatan – hambatan 1. historical cost 1. cost – benefit 2. revenue recognition 2. materiality 3. matching 3. industry peculiarities 4. disclosure 4. consistency 5. objectivity 6. consistency 7. coservatism 8. materiality Kerangka konseptual akuntansi keuangan diperlukan agar : 1. economic 2. going concern 3. monetary unit 4. periodicity 1. Praktik akuntansi diimplementasikan berdasarkan prinsip akuntansi yang diterima secara umum 2. Membantu praktik akutansi di masa yang akan datang untuk dapat menyerap berbagai perkembangan terbaru. 3. Bermanfaat bagi praktisi dalam memberika dasar pemikiran pemilihan alternatif – alternatif dari berbagai metode. 3 Intermediate Accounting D. KARAKTERISTIK LAPORAN KEUANGAN Terdapat 3 karakteristik atau tujuan penyusunan laporan keuangan, yaitu : 1. Karakteristik khusus Karakteristik khusus dari laporan keuangan adalah untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keungan lainnya secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima secara umum 2. Karakteristik umum a. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber ekonomi dan kewajiban perusahaan b. Memberikan informasi tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba c. Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam mengambil laba d. Memberikan informasi keuangan yang diperlukan lainnya tentang perubahan harta dan kewajiban e. Mengungkapkan informasi relevan yang dibutuhkan para pemakai laporan keuangan 3. Karakteristik kualifikasi laporan keuangan a. Karakteristik kualifikasi level utama Relevan : menyediakan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan yang berbeda – beda. Reliability : bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan disajikan secara jujur. Dikatakan reliability apabila : - Presentation faithfulness - Verifable - Neutrality b. Karakteristik kualifikasi level kedua Comparability ( daya banding ) Consistency ( taat azas ) 4 Intermediate Accounting Elemen – elemen laporan keuangan bagian laporan Neraca aktiva pasiva Laporan laba-rugi pendapatan beban Laporan perubahan ekuitas tidak ada bagian-bagiannya Laporan arus kas aktivitas operasi aktivitas investasi Catatan atas laporan keuangan tidak ada bagian-bagiannya aktivitas pendanaan E. ASUMSI – ASUMSI DASAR AKUNTANSI 1. Asumsi keastuan ekonomi Suatu asumsi yang menyatakan bahwa aktivitas perusahaan harus dapat diidentifikasi sebagai kesatuan unit akuntansi 2. Asumsi kelangsungan usaha Suatu asumsi yang menyatakan bahwa suatu perusahaan akan tetap eksis untuk waktu yang lama dan tidak dibatasi oleh batasan umur tertentu. 3. Asumsi kesatuan mata uang Asumsi ini berlandaskan pada kesatuan mata uang yang stabil, dimana uang merupakan kesatuan ukuran yang umum dalam aktivitas ekonomi. 4. Asumsi pembagian waktu Asumsi ini diimplementasikan secara simple, bahwa aktivitas ekonomi suatu perusahaan dapat dibagi – bagi dalam periode – periode waktu yang ditentukan sendiri. F. PRINSIP – PRINSIP DASAR AKUNTANSI KEUANGAN Prinsip dasar akuntansi adalah prinsip atau sifat – sifat yang mendasari keseluruhan praktik akuntansi serta pengembangan standar dan prosedur akuntansi dimasa yang akan datang sebagai respon terhadap perkembangan ekonomi dan bisnis yang lebih komplek. 5 Intermediate Accounting 1. Prinsip harga perolehan Pencatatan setiap aktiva/asset yang dimiliki oleh perusahaan harus dicatat dan dilaporkan menurut harga perolehannya. 2. Prinsip pengakuan pendapatan Waktu terjadinya transaksi penyerahan barang dan jasa bukan saat terjadinya penerimaan kas. Dalam hal – hal tertentu dilakukan penyimpangan dari ketentuan : - Pendapatan diakui pada saat selesainya proses produksi - Pendapatan diakui secara proporsional selama tahap produksi - Pendapatan diakui pada saat pembayaran diterima - Pendapatan dari penjualan konsinyasi 3. Prinsip mempertemukan beban dengan pendapatan Prinsip ini merupakan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan pengakuan beban. Terdapat 2 karakteristik pembebanan baiaya : - Pembebanan langsung : pembebanan biaya – biaya yang dapat dihubungkan secara langsung dengan pendapatannya - Pembebanan tidak langsung : pembebanan biaya yang tidak dapat secara langsung dihubungkan pada pendapatan dikarenakan kejadiaanya tidak simultan dengan kejadian pendapatan. Biaya ini dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan kejadiannya: a. Biaya tunai ( biaya gaji, biaya iklan dll ) b. Biaya tenggelam ( biaya depresiasi, pembebanan bagian ) 4. Prinsip pengungkapan penuh Prinsip ini mengharuskan lapotan keuangan untuk dapat memberikan keseluruhan informasi yang dibutuhkan oleh laporan keuangan yang dapat digunakan secara relevan dan reliabel bagi pengambilan kebijakan ekonomis terkait dengan kepentingannya pada perusahaan. Beberapa kelemahan laporan keuangan : - Tidak dapat memberika informasi yang bersifat non moneter - Hanya mampu memberikan informasi yang berdimendi kuantitatif 6 Intermediate Accounting - Tidak semua kejadian yang punya bukti legal dilaporkan - Tidak bisa memberikan informasi tentang teknis penyusunan laporan keuangan. 5. Prinsip obyektivitas Beberapa kriteria objektifitas : - Objektifitas sangat terkait dengan motivasi - Sangat terkait dengan bagaimana cara yang digunakan apabila sesuatu itu dihasilkan - Objektivitas sangat terkait dengan pembuktian - Objektifitas sangat terkai dengan nilai atau ukuran. 6. Prinsip konsistensi Implikasi dari prinsip ini terhadap laporan keuangan adalah agar : - Laporan keuangan memenuhui syarat kualifikasi dapat membandingkan - Terhindar dari praktek manipulasi dengan cara menggunakan prinsip 7. Pinsip konservasi Prinsip in memberikan acuan dalam hal menentukan pilihan dari beberapa alternatif prinsip atau teknik perlakuan akuntansi berdasarkan kaidah kehati – hatian. 8. Prinsip matrealitas Informasi dipandang material apabila jika kelalaian untuk mencantumkan artau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan. G. HAMBATAN – HAMBATAN AKUNTANSI Implementasi prinsip – prinsip akuntansi secara konsisten dan seragam di dalam praktek akuntansi dalam semua kasus mungkin tidak dapat diwujudkan. Terdapat 4 pengecualian implementasi hambatan – hambatan akuntansi dalam situasi tertentu, yaitu : 7 Intermediate Accounting 1. Cost – benefit constraint Pengukuran biaya – manfaat penyajian informasi bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan tidak adanya suatu ukuran yang pasti tentang manfaat dari suatu informasi, ini hanya bersifat normatif saja. 2. Materiality constraint Materialitas merupakan suatu prinsip akuntansi yang digunakan sebagai pertimbangan kuantitatif dalam siklus akuntansi, suatu kejadian yang dinyatakan material harus dilakukan pencatatan dalam siklus akuntansi. 3. Industry peculiarities constraint Setiap industri atau perusahaan mempuntai kekhasan sendiri – sendiri, kekhasan ini yang memungkinkan bagi industri untuk mengadopsi teori kauntansi serta metode dan teknik perlakuan akuntansi yang berbeda satu sama lainnya. H. AKUNTANSI SEBAGAI SISTEM INFORMASI Sangat banyak yang berkepentingan dengan informasi akuntansi, yaitu : - Management - Kreditor - Investor - Suplier dan distributor - Pejabat pemerintah - Pencari kerja - Serikat pekerja Data transasksi Proses pengolahan data transaksi Informasi keuangan Pihak internal pihak eksternal yang berkepntingan secara langsung - Manajemen Serikat pekerja secara tidak langsung 1. kreditor 1. pencari kerja 2. investor 2. biro statistik 3. suplier masyarakat 4. distributor 5. kantor pajak 8 Intermediate Accounting BAB II LAPORAN KEUANGAN A. FINANCIAL STATMENT DAN FINANCIAL REPORTING Financial statment merupakan suatu daftar yang disusun berdasarkan kaidah – kaidah tertentu dengan tujuan memberikan informasi keuangan ynag berguna untuk pengambilan keputusan ekonomis. Financial reporting lebih luas daripada financial statment, mencakup seluruh bentuk laporan yang dapat digunakan untuk melakukan penhitunga, pengukuran, evaluasi, penaksiran, dan memproyeksikan keseluruhan aspek – aspek ekonomi perusahaan secra komprehensif. B. UNSUR – UNSUR LAPORANM KEUANGAN Neraca Suatu form yang disusun berdasarkan prinsip – prinsip yang diterima secara umum untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan pada saat tertentu. Aktiva ( harta ) Pasiva ( kewajiban ) - Current asset - Current liability - Long term investment - Long term liability - Tangible fixed asset - Ekuitas pemilik - Ingtangible fixed asset - Other asset 9 Intermediate Accounting Struktur ekuitas dalam perusahaan tergantung pada jenis perusahaan itu sendiri, seperti : bentuk perusahaan struktir ekuitas pemilik perusahaan perseorangan modal perseorangan modal sekutu laba tidak dibagikan simpanan pokok simpanan wajib SHU modal sahan premium/diskon saham laba tidak dibagikan perusahaan persekutuan Koperasi persekutuan terbatas Contoh bentuk neraca dalam bentuk skontro dan stafel : Laporan Laba – Rugi Laba – rugi merupakan suatu ukuran penting dalam analisis keuangan perusahaa untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan aktiva dan pengukuran penghasilan per lembar. Ada 2 konsep penyusunan laporan laba –rugi, yaitu : a. Current operating performance Perhitungan laba rugi hanya melaporkan pos – pos pendapatan dan beban yang bersifat ordinary/reguler saja. 10 Intermediate Accounting b. All – inclisive Semua pos – pos pendapatan dan keuntungan, pos beban dan pos kerugian baik yang bersifat ordinary dan reguler maupun yang bersifat extra ordinary dan irreguler diperhitungkan dalam laporan laba rugi. Bentuk laporan laba – rugi 1. Bentuk single step Menurut bentuk ini pos – pos perhitungan laba – rugi hanya diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu kelompok pendapatan dan kelompok beban. Laba bersih merupakan selisih antara jumlah pos – pos pendapatan dengan jumlah pos – pos beban. 2. Bentuk multiple step 11 Intermediate Accounting Laporan perubahan ekuitas Macam laporan perubahan ekuitas tergantung dari bentuk perusahaan, seperti : - Perusahaan perseorangan ( laporan perubahan modal ) - perusahaan persekutuan ( laporan perubahan modal sekutu ) - koperasi ( laporan perubahan sisa hasil usaha ) 12 Intermediate Accounting - perseroan terbatas ( laporan perubahan laba di tahan ) Laporan arus kas 1. pelaporan arus kas dari aktivitas operas : - merode langsung menurut metode dilakukan dengan cara melaporkan penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto kegiatan operasi. 13 Intermediate Accounting - Metode tidak langsung Laba rugi bersih setelah dilakukan penyesuaian dengan cara mengoreksi pengaruh transaksi bukan kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi dimasa lalu dan masa depan yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. 14 Intermediate Accounting BAB III KAS DAN INVESTASI JANGKA PENDEK A. MANAJEMEN KAS Kas merupakan aktivitas perusahaan yang tidak produktif dan sangat rentan terhadap perubahan nilai atau perubahan daya beli dan penyalahgunaan. 1. Pengendalian interen terhadap kas Ini dilakukan sebagai tindakan preventif atas keselamatan kas perusahaan dari kejahatan karyawan. 2. Perencanaan kas Maksud dilakukannya perencanaan dan pengendalian kas adalah agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan penyediaan kas dalam jumlah yang besar. B. MODEL BOUMOL Menurut boumul, pada prinsipnya manajemen kas tidak beda dengan manajemen persediaan. Untuk menentukan berapa jumlah kas optimum pada setiap pengubahan deposito dan aktiva ekuivalen kas menjadi kas adalah dapat dilakukan dengan rumus : C= √𝟐𝐎𝐃 i Keterangan : C = jumlah kas optimum O = biaya transaksi D = kebutuhan kas setahun i = tingkat bunga 15 Intermediate Accounting C. MODEL MILLER DAN ORR Mekanisme perencanaan dan pengendalian kas model ini adalah pada saat saldo kas tersedia mendekati sebsar ( h ), maka kas yang ada harus segera dirubah ke instrumen lainnya. Z= h=3xZ 3ba2 4i 1/3 Keterangan : b = biaya transaksi a = variasi pengeluaran kas i = tingkat bungan/hasil investasi D. DANA KAS KECIL Kas kecil merupakan sejumlah kecil kas yang dibentuk untuk tersedia di perusahaan yang diperlukan untuk pengeluaran kecil yang bersifat rutin. Pembentukan dana kas kecil dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu : 1. Metode dana tetap Menurut metode ini besarnya kas kecil dinyatakan tetap untuk jangka waktu tertentu. 2. Metode dana tidak tetap Dalam metode ini besarnya kas tidak ditentukan dan pengisian kembali kas kecil dapat dilakukan sewaktu – waktu bila dianggap perlu. E. REKONSILIASI BANK Rekonsiliasi bank merupakan skedul untuk menunjukkan beberapa penyebab perbedaan saldo kas antara pencatatan kas menurut perusahaan dengan saldo kas menurut rekening koran bank. Dalam melakukan rekonsiliasi bank sebaiknya perusahaan menunjuk karyawan yang independen terhadap kas. 16 Intermediate Accounting Transaksi Kas Pencatatan oleh perusahaan Pencatatan oleh bank ≠ Saldo perkiraan kas Saldo rekening koran Rekonsiliasi bank Langkah – langkah investasi 1. Perbandingan catatan di sebelah debit perkiraan kas dengan catatan mutasi kas baik pada perkiraan kas maupun pada kopi rekeninh koran. 2. Perbandingan catatan disebelah kredit perkiraan kas dengan catatan sebelah debit rekening koran bank. 3. Perbandingan catatan disebelah kredit rekening koran bank dengan catatan sebelah debit perkiraan kas. 4. Perbandingan catatan disebelah debit rekening koran bank dengan catatan sebelah kredit perkiraan kas. Teknik penyusunan laporan rekonsiliasi bank 1. Rekonsiliasi bank terhadap saldo akhir 2. Rekonsiliasi bank terhadap saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir. 17 Intermediate Accounting F. CASH OVERDRAFT Cash overdraft adlah penarikan cek yang melebihi jumlah deposito dalam surat rekening koran bank. Cash overdraft ini dapat terjadi karena perusahaan tidak dapat mengetahui secara pasti jumlah saldo rekening bank. Berdasarkan pemberitahuan bank tersebut, peusahaan melakukan pencatatan dalam jurnal sebagai berikut : Kas ditangan Rp. XXX Overdraft Rp. XXX Dan ketika perusahaan melakukan penyetoren ke bank bersangkutan, yang diantaranya adalah tentunya untuk menutup overdraft dibuatkan jurnal berikut : Kas di bank Rp. XXX Overdraft Rp. XXX Kas ditangan Rp. XXX Saldo perkiraan overdradt yang belum ditutupi sampai dengan saat penyusunan neraca dilaporkan dalam neraca pada kelompok kewajiban jangka pendek. G. SELISIH KAS Selisih kas timbul karena ada ketidaksesuaian antara saldo perkiraan kas dengan jumlah uang yang ada. Timbul selisih kurang manakala jumlah uang yang ada lebih kecil daripada saldo perkiraan kas. Den sebaliknya timbul selisih lebih manakala jumlah uang yang ada lebih besar dari pada saldo perkiraan kas. Bila terjadi selisih kas, maka bagian audit internal harus segera melakukan investigasi untuk dapat memastikan penyebab dari selisih kas tersebut. Jika penyebab selisih kas tersebut adalah karena kesalahan pencatatan, maka pada saat diketahui adanya kesalahan pencatatan tersebut segera dibuatkan jurnal koreksinya. Sedangkan bila disebabkan karena kecurangan pegawai, maka selisih kas tersebut dapat dicatat sebagai piutang kepada pegawai. Cara demikian digunakan manakala ada anggapan bahwa pegawai atau perusahaan yang menjamin pegawai yang bersangkutan akan mengembalikan uang perusahaan, tapi manakala dianggap tidak mungkin untuk ditagih, maka selisih kas tersebut dilaporkan dalam perhitungan laba – rugi sebagai extra ordinary loosses. 18 Intermediate Accounting BAB IV PIUTANG USAHA A. PIUTANG DAGANG Piutang dagang merupakan jumlah yang terutang oleh pembeli yang timbul karena penjualan kepadanya barang dagangan atau jasa/aktiva lainnya yang dilakukan secra kredit. Dalam melakukan penjualan secara kredit perusahaan harus memperhatikan beberapa hal yang terkait dengan pelanggan, karena kesalahan dalam memutuskan dilakukannya penjualan kredit dapat menimbulkan resiko kegagalan dalam pengumpulan piutang dikemudian hari. Manajemen piutang dagang Manajemen piutang yang efektif sangat diperlukan agar tidak banyak terjadi kerugian akibat piutang yang tidak dapat ditagih dan kerugian yang timbul akibat penyalahgunaan piutang oleh karyawan, dan juga bagaimana pemanfaatan piutang sebagai sumber pendanaan. Pengendalian intern terhadap piutang Pengendalian ini meliputi prosedur penjualan kredit dan penerimaan piutang, pencatatan piutang yang akurat dan sistem audit yang baik terhadap piutang. Langkah – langkah penting yang diperlukan dalam pengendalian ini adalah : 1. Pelanggan harus diklasifikasikan 2. Transaksi penjualan kredit harus mendapat persetujuan bagian kredit 3. Dalam faktur harus dicantumkan syarat pembayaran 4. Bagian piutang harus menjalankan fungsinya dengan baik 5. Kegiatan penagijhan harus dikendalika dengan baik 6. Bagian penerimaan kas menerima hasil penagihan berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan 7. Bagia akuntansi harus melakukan pencatatan piutang berdasarkan prosedur baku yang telah ditetapkan. 19 Intermediate Accounting Syarat pembayaran Syarat pembayaran adakalanya mempunyai satu bagian saja, yaitu yang menyatakan batas akhir atau jatuh tempo faktur, dan ada yang terdiri dari dua bagian, yaiu bagian pertama tentang syarat mendapatkan potongan tunai dan bagia kedua tentang batas akhir atau jatuh tempo faktur. Beberapa jenis syarat yang dapat digunakan antara lain : 1. n/60 >> debitu sudah harus membayar piutang paling lambat 60 hari 2. 2/10.n/60 >> debitur akan mendapatkan potongan 2% bila pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari dan debitur sudah harus membayar dalam waktu paling lambat 60 hari 3. n/EOM atau n/AB >> debitur sudah harus membayar paling lambat pada akir bulan dibuatnya faktur tersebut 4. 2/EOM.n/60 >> debitur akna mendapatkan potongan 2% jika pembayaran dilakukan dalam waktu 1 bulan dan debiur sudah harus membayar dalam waktu 60 hari 5. n/10 prox >> batas akhir pembayaran adalah 10 hari setelah berakhirnya bulan dibuatnya faktur tersebut 6. 2/10/prox.n/60 >> debitur akan mendapatkan potongan 2% bila dibayar dalam waktu 10 hari, dan debitur sudah harus membayar dalam jangka waktu 60 hari. Piutang tidak dapat ditagih Piutang kepada debitur bermasalah demikian ini yang kemudian dinyatakan sebagai piutang tak tertagih. Terhadap piutang tak tertagih ini harus dihapuskan dari saldo piutang sehingga piutang dapat dilaporkan menurut nilai wajarnya, yaitu sebesar nilai piutang yang dapat ditagih, terdapat 2 metode yang dapat dilakukan : 1. Metode penghapusan langsung Metode penghapusan ini umumnya digunakan oleh perusahaan yang relatif baru berdiri. Jurnal yang terkait dengan penghapusan piutang ini : 20 Intermediate Accounting Jurnal saat dinyatakan suatu piutang harus dihapuskan : Kerugian penghapusan piutang Rp. XXX Piutang dagang Rp. XXX Apabila suatu piutang yang telah dihapuskan dinyatakan kembali sebagai piutang yang akan dibayar oleh debiturnya : - Bila dinyatakan dapat ditagih kembali pada periode yang sama dengan saat dihapuskannya : Piutang dagang Rp. XXX Kerugian penghapusn piutang - Rp. XXX Bila dinyatakan dapat ditagih kembali setelah tutup buku : Piutang dagang Rp. XXX Laba piutang ditemukan kembali Rp. XXX 2. Metode penghapusan tidak langsung Metode ini lebih sesuai digunakan perusahaan – perusahaan besaratau yang sebgian besar penjualannya dilakukan secara kredit, yang mempunyai data – data historis tentang piutangnya. Jurnal – jurnal yang terkait dengan penghapusan piutang menurut metode ini : Jurnal saat dilakukan estimasi adanya piutang yang mungkin tidak dapat ditagih Kerugian penghapusan piutang Rp. XXX Cadangan penghapusan piutang Rp.XXX Saat dinyatakan suatu piutang harus dihapuskan karena suatu hal : Cadangan pengahpusan piutang Rp. XXX Piutang dagang Rp. XXX Bils suatu piutang yang telah dihapuskan dinyatakan kembali sebagai piutang yang akan dibayar oleh debiturnya : Piutang dagang Rp. XXX Cadangan penghapusan piutang 21 Rp. XXX Intermediate Accounting Cadangan penghapusan piutang Pengunaan perkiraan cadangan piutang ini mengharuskan dilakukannya estimasi untuk menentukan besarnya nilai piutang yang kemungkinan tidak dapat ditagih. 1. Pendekatan neraca - Cadangan penghapusan piutang dilakukan dengan/hingga sebesar peresen tertentu dari saldo piutang. - Cadangan penghapusan piutang dilakukan dengan sebesar persen tertentu dari saldo piutang. - Cadangan penghapusan piutang dinaikkan sampai dengan/hingga sebesar tertentu berdasarkan analisis umur piutang. 2. Pendekatan laba – rugi Cadangan penghapusan piutang dinaikkan hingga sebesar persen tertentu dri penjualan. Penjualan piutang/anjak piutang Factoring merupakan cara yang dapat digunakan untuk meminimalkan resiko yang timbul dari penghasilan piutang dagang. Factoring dapat dilakukan atas piutang – piutang perusahaan dari penjualan kredit sebelumnya atau factoring dilakukan saat terjadinya penjualan kredit berdasarkan suatu akta perjanjian yang berekelanjutan. (6) angsuran Factor (3) persetujuan kredit Pembelian (1) order pembelian (2) pengiriman barang 22 (4) pembayaran (2) aplikasi kredit Perusahaan Intermediate Accounting Jenis factoring 1. Factoring tanpa tanggung renteng Ini merupakan penjualan piutang atas dasar notifikasi ( tanpa pemberitahuan ). Klien menjual piutangnya kepada factor dan factor menanggung secara penuh resiko penagihan tanpa hak menerima pembayaran dari klien apabila terjadi kerugian atas piutang alihan yang tidak tertagih. 2. Factoring dengan tanggung renteng Dalam penjualan piutang dagang dengan tanggung renteng, klien mempunyai kewajiban membayar seluruh atau sebagian dana yang diperoleh dari piutang peralihan, atau membeli kembali piutang alihan dalam hal nasabah tidak membayar piutang alihan tersebut kepada factor pada saat jatuh tempo. B. PIUTANG WESEL/WESEL TAGIH Piutang wesel atau wesel tagih merupakan tagihan atau piutang yang dinyatakan secara tertulis dalam bentuk surat perintah membayar atau surat kesanggupan membayar. Wesel merupakan surat perintah tidak bersyarat yang dibuat oleh kreditur untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu dimasa yang akan datang kepada pihak pembuat wesel Promes merupakan surat janji untuk membayar kepada kreditur yang disebutkan namanya dalam promes atau kepada endosi promes sejumlah uang tertentu pada tanggal yang telah ditetapkan. klasifikasi berdasarkan masa jatuh tempo tidak adanya bunga bisa tidaknya didiskonkan jenis 1. wesel tagih jangka pendek 2. wesel tagih jangka panjang 1. wesel tagih tanpa bunga 2. wesel tagih berbunga 1. wesel tagih yang tidak dapat didiskon 2. wesel tagih yang dapat didiskon 23 Intermediate Accounting Jatuh tempo wesel Pada tanggal jatuh tempo wesel perusahaan melakukan penagihan wesel tersebut kepada debitur, terdapat 2 kemungkinan hasil [enagihan wesel tersebut, yaitu debitur dapat membayar nilai tunai wesel yang ditagih kepadanya atau debitur tidak dapat membayarnya. Apabila debitur tidak dapat membayar nilai tunai wesel telah jatuh tempo tersebut maka pada saat itu dapat dibuatkan wesel baru sebesar nilai tunai wese. Jurnalnya : Kas Rp. XXX Wesel tagih Rp. XXX Pendiskontoan wesel tagih Pendiskontoan wesel merupakan transaksi penjualan wesel tagih dengan tanggung renteng secara penuh, penagihan wesel memang telah berpihak kepada pihak pembeli wesel tagih tetapi tanggung jawab atas wesel tagih yang tidak dapat ditagih sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak penjual wesel tagih. Bagi pihak yang mendiskontokan wesel tagih, karena adanya yanggung renteng secara penuh, maka sebesar nilai nominal wesel tagih yang yang didiskontokan tersebut harus diperlakukan sebagai kewajiban yang diestimasikan dengan nama perkiraan wesel tagih yang didiskontokan. Diskonto = % diskonto X periode diskonto X nilai tunai wesel Menentukan tanggal jatuh tempo dan periode diskonto Misal suatu wesel tertanggal 2 Mei 2008 yang mempunyai jangka waktu 60 hari telah didiskontokan pada tanggal 25 Mei 2008, perhitungan untuk menentukan tanggal jatuh tempo wesel tersebut dan periode diskontonya adalah : Umur wesel Mei Juni Juli = 31 – 2 = 60 hari = 29 hari = 31 hari = 30 hari = 1 hari jadi jatuh tempo wesel tersebut adalah tanggal 1 Juli 2008 24 Intermediate Accounting Penyelesaian wesel tagih yang didiskontokan Pada tanggal jatuh tempo wesel tagih yang telah didiskontokan pihak pemegang wesel yang terakhir akan memberikan kabar kepada endosannya tentang pencarian wesel tagih tersebut. Ada 2 kemungkinan atas pencairan wesel tagih : 1. Bila debitur dinyatakan berprestasi Pada saat diterima kabar dari endosi bahwa debitur wesel berprestasi, maka harus dibuatkan jurnal untuk mengeliminasi perkiraan wesel tagih dan wesel tagih yang didiskontokan sebesar nilai nominalnya melalui jurnal : Wesel tagih yang didiskontokan Wesel tagih Rp. XXX Rp. XXX 2. Bila debitur dinyatakan wanprestasi Bila pada tanggal jatuh tempo wesel tagih yang telah didiskontokan diterima kabar bahwa debitur wan prestasi, maka pada saat itu timbul utang kepada endosi dan timbul piutang kepada debitur. Utang – piutang diakui sebesar nilai tunai wesel ditambah dengan biaya protes yang diperhitungkan oleh endosi. Perkiraan wesel tagih dan perkiraan wesel tagih yang didiskontokan belum boleh dieliminasi sampai endosan telah menjalankan kewajibannya untuk membayar sebesar nilai tunai wesel tersebut kepada endosi. 25 Intermediate Accounting BAB V PERSEDIAAN A. MASALAH KEPEMILIKAN Persediaan meliputi segala macam barang yang menjadi obyek pokok aktivitas perusahaan yang tersedia untuk diolah dalam proses produksi atau dijual. Ketepatan pengakuan kepemilikan persediaan barang sangat berpengaruh dalam realibilitas hasil dari proses akuntansi. Pengakuan kepemilikan yang kurang tepat dalam jumlah yang material mengakibatkan laporan keuangan yang disusun terdapat data yang menyesatkan bagi pengambilan kebijakan bisnis pihak – pihak yang berkepentingan. 1. Barang – barang dalam perjalanan Dalam praktek akuntansi yang umum dilakukan, pengakuan bertambanya persediaan yang dibeli atau pengakuan berkurangnya persediaan yang dijual dilakukan bertepatan dengan telah diterimanya barang oleh pembeli. Syarat pengiriman barang yang umum digunakan adalah : - Free on board shipping point - Free on board destination 2. Barang – barang yang dipisahkan Yang dimaksud dengan barang – barang yang dipisahkan adalah barang – barang yang dipisahkan dengan maksud untuk memenuhi pesanan atau kontrak penjualan dalam jumlah besar yang tidak dapat dilakukan pengirimannya sekaligus. 3. Barang – barang konsinyasi Barang – barang konsinyasi merupakan barang dagang atau produk jadi yang dititipkan kepada pihak tertentu untuk dijualkan dengan harga tertentu. 26 Intermediate Accounting 4. Penjualan angsuran Penjualan angsuran dapat dibedakan menjadi penjualan angsuran berjangka pendek dan penjualan angsuran berjangka panjang. Harga perolehan persediaan Dalam prinsip akuntansi telah dinyatakan bahwa terhadap setiap aktiva peusahaan harus dicatat sebesar harga perolehan, yaitu sebesar pengorbanan ekonomis yang telah terjadi terkait dengan perolehan suatu aktiva tertentu hingga aktiva tersebut siap digunakan atau dijual kembali dalam kegiatan usaha sehari - hari. Return pembelian Return pembelian merupakan pengembalian barang yang telah dibeli kepada pihak penjual dikarenakan sesuatu hal yang diperkenakan ( umumnya karena tidak sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya ). Potongan pembelian Potongan pembelian merupakan potongan pembayaran harga faktur yang diberikan oleh pihak penjual dikarenakan pembayarn harga faktur tersebut dilakukan dalam masa tunai/masa mendapat potongan. B. METODE PENCATATAN PERSEDIAAN BARANG DAGANG Persediaan barang dagang merupakan persediaan barang yang terdapat pada perusahaan dagang yang dibeli untuk dijual kembali. Terdapat dua metode pencatatan transaksi yang terkait persediaan barang dagangan. Metode Physical Metode Perpetual Terdapat perkiraan pembelian, re. Tidak terdapat perkiraan Pembelian, pot. Pembelian dan bi. Angkut pembelian. Transaksi pembelian, re. Pembelian, Transaksi dicatat dalam perkiraan pot. Pembelian dicatat dalam persediaan barang dagang perkiraan masing – masing Setiap terjadi penjualan tidak pelu Detiap terjadi penjualan harus diikuti dilakukan pencatatan HPP dan HPP 27 Intermediate Accounting dihitung pada akhir periode secara agregat Lebih sesuai digunakan pada Lebih sesuai digunakan pada grosir, perusahaan eceran yang mempunyai agen, agen khusus atau distributor berbagai macam persediaan barang dengan sedikit macam barang yang dagang dan sulit ditentukan HPP diperdagangkan. C. METODE PENENTUAN HARGA PEROLEHAN PERSEDIAAN Penentuan ini dialkukan berdasarkan sumsi arus biaya bukan berdasarkan arus fisik persediaan. Terdapat beberapa metode penentuan harga perolehan persediaan dan harga pokok penjualan yang dapat diaplikasikan. 1. Metode identifikasi khusus Penggunaan metode ini mengharuskan dilakukannya penandaan terhadao setiap barang yang masuk. Penentuan harga pokok persediaan yang tersisa dan HPP dapat dilakukan berdasarkan catatan – catatan dalam kartu persediaan dan berdasarkan perhitungan fisik. 2. Metode masuk pertama keluar pertama Metode ini sering disebut sebagai FIFO methode, yang dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa barang dagang yang pertama dibeli adalah barang pertama yang dijual. 3. Metode masuk terakhir keluar pertama Metode ini sering disebut LIFO methode, yang dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa barang dagang yang terakhir dibeli adalah barang dagang yang terakhir dijual. 4. Metode rata – rata Metode ini dikembangkan untuk memberikan solusi tengah ekstrimitas metode MPKP dengan metode MTKP. Pada metode ini, harga perolehan persediaan tidak didasarkan pada harga perolehan persediaan yang pertama masuk atau yang terakhir masuk melainkan diantara keduanya. 28 Intermediate Accounting Metode rata – rata tertimbang Metode harga perolehan persediaan ini merupakan metode rata – rata yang diselenggarakan secara physical. Harga perolehan persediaan akhir dan harga pokok penjualan dihitung berdsarkan harga rata – rata persediaan siap dijual. Metode rata – rata bergerak Metode penentuan harga perolehan persediaan ini merupakan metode rata – rata yang diselenggarakan secara perpetual. Harga pokok penjualan merupakan hasil perkalian antara banyaknya persediaan yang dijual dengan harga perolehan rata – rata pada saat itu. 5. Metode harga beli terakhir Metode harga perolehan persediaan ini merupakan metode penentuan harga perolehan yang apriori terhadap mutasi persediaan dan perubahan harga. 6. Metode nilai penjualan relatif Metode ini digunakan untuk mengalokasikan harga perolehan bersama kepada harga perolehan masing – masing persediaan atau produk yang diperoleh dalam satu harga perolehan. 7. Metode laba kotor Metode laba kotor merupakan metode yang banyak digunakan oleh para akuntan intern untuk mengestimasi harga perolehan persediaan yang tersisa pada saat dilakukannya penyusunan laporan keuangan sementara. 8. Metode harga jual eceran Perusahaan dagang eceran pada umumnya mempunyai persediaan barang dagang yang sangat heterogen baik dari segi macam barang yang diperdagangkan maupun harga barang yang bersangkutan. 29 Intermediate Accounting D. METODE PENETAPAN PERSEDIAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Pada perusahaan manufaktur terdapat tiga jenis persediaan yang harus ditentukan harga perolehannya, yaitu : 1. Persediaan bahan baku 2. Persediaan produk dalam proses 3. Persediaan produk jadi Penentuan harga perolehan persediaan dalam proses dan persediaan barang jadi dilakukan dengan memperhatikan jenis proses produksinya, apakah proses produksi berlangsung berdasarkan pesanan ataukah untuk memenuhi persediaan gudang. Terdapat 2 metode penentuan harga perolehan persediaan berdasarkan proses produksinya : 1. Metode harga pokok pesanan 2. Metode harga pokok proses, yang terdiri dari : - Metode biaya variable - Metode biaya penuh - Metode biaya standar. E. PENEPATAN PERSEDIAAN PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI Perusahaan konstruksi adalah perusahaan yang bergerak dibidang pembangunan fisik. Terdapat dua metode penentuan persediaan pada perusahaan ini, yaitu : 1. Metode kontrak selesai Dalam metode ini pengakuan laba kotor baru dilakukan pada saat pembangunan telah diselesaikan. dengan jurnal : Pembangunan dalam penyelesaiaan Rp. XXX Kas Rp. XXX Sedangkan penerimaan pembayaran dari owner dikreditkan dengan jurnal : Kas Rp. XXX Uang muka dari owner Rp. XXX 30 Intermediate Accounting Jurnal penutup dan pengakuan laba – rugi adalah sebagai berikut : Uang muka dari owner Rp. XXX Laba kontrak jangka panjag Rp. XXX Pembangunan dalam penyelesaian Rp. XXX Atau : Uang muka dari owner Rp. XXX Rugi kontrak jangka panjang Rp. XXX Pembangunan dalam penyelesaian Rp. XXX 2. Metode persen penyelesaian Pada metode ini, pengakuan adanya laba rugi penyelesaian suatu pembangunan dilakukan pada setiap akhir periode akuntansi berdasarkan taksiran tingkat/persentase penyelesaiaanya dari taksiran laba rugi yang akan diperoleh dari penyelesaian pembangunan kontrak jangka panjang tersebut, dengan jurnal : Pembangunan dalam penyelesaian Rp. XXX Laba kontrak jangka panjang Rp. XXX Atau : Rugi kontrak jangka panjang Rp. XXX Pembangunan dalam penyelesaian Rp. XXX F. METODE PENILAIAN PERSEDIAAN Penilaian persediaan merupakan suatu aktivitas akuntansi yang dimaksudkan untuk menentukan nilai persediaan akhir yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan. Terdapat dua metode yang secara umum digunakan dalam penilaian pesediaan, yaitu : 1. Metode harga perolehan Bila digunakan metode ini dalam penilaian persediaan kahir, maka nilai persediaan akhir yang dilaporkan dalam lapora keuangan adalah sebesar harga perolehannya yang dihitung dengan menggunakan salah satu metode penentuan harga perolehan persediaan. 31 Intermediate Accounting 2. Metode harga terendah antara harga perolehan dengan harga pasar Penggunaan metode ini merupakan salah satu bentuk penyimpangan prinsip akuntansi yang diperkenankan, dengan alasan pembenaran yang dapat diterima, bahwa barang – barang tersebut segera dapat dijual dan diganti dengan barang dagangan yang baru. Harga perolehan Batas atas harga pasar Harga pasar Harga pokok pengganti Nilai persediaan akhir menurut metode harga pokok atau harga pasar mana yang terendah Batas bawah harga pasar Bagan teknik penilaian persediaan metode LCOM G. PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PENURUNAN NILAI PERSEDIAAN Perlakuan akuntanis terhadap penurunan nilai persediaan yang timbul dari penilaian persediaan adalah : 1. Dilakukannya pencatatan dengan menggunakan metode yang sesuai dengan metode pencatatan transaksi persediaan yang telah digunakan oleh perusahaan. 2. Kerugian yang timbul akibat penurunan nilai persediaan dapat dicatat secara terpisah dari harga pokok penjualan atau dicatat secara tidak terpisah dari hargo pokok penjualan. 32 Intermediate Accounting BAB VI INVESATSI JANGKA PANJANG A. INVESTASI DALAM SAHAM Invesatsi jangka panjang dalam saham dilakukan dengan cara pembelian saham perusahaan lain. Tujuan yang memotivasi dilakukannya investasi jangka panjang adalah : - Untuk dapat mempengaruhi atau menguasai mekanisme pengambilan keputusan suatu perusahaan. - Untuk menjalankan strategi integrasi horisontal, integrasi vertikal, ataupun konglomerasi yang telah ditetapkan. Jenis – jenis saham Terdapat dua jenis saham yang bisa diterbitkan oleh suatu perusahaan, yang dapat dibeli sebagai instrumen investasi jangka panjang, yaitu : 1. Common stock : saham yang tidak memberikan suatu keistimewaan kepada pemegangnya 2. Preffered stock : saham yang memberikan keistimewaan kepada pemegangnya. Metode pencatatan invesatsi dalam saham Terdapat tiga metode pencatatan yang dapat digunakan untuk mencatat setiap transaksi investasi jangka panjang dalam saham, yaitu : 1. Metode cost, metode pencatatan inidigunakan apabila penguasaan saham suatu perusahaan < 20% dari keseluruhan saham beredar. 33 Intermediate Accounting 2. Metode ekuitas tanpa leporan keuangan konsolidasi, metode pencatatan ini digunakan apabila penguasaan saham > 20% - 50% dari saham beredar 3. Metode ekuitas dengan laporan keuangan konsolidasi, metode pencatatan ini digunakan apabila penguasaan saham > 50% dari saham beredar. Transaksi saham Pencatatan transaksi terkait investasi jangka panjang dalam saham, meliputi : 1. Transaksi pembelian saham 2. Transaksi yang mungkin terjadi selama kepemilikan saham : - Penerimaan deviden - Pemecahan saham - Penerimaan hak beli saham - Penerimaan deviden likuidasi 3. Transaksi penjualan atau pelunasan kembali saham 4. Pertukaran saham Pembelian saham secara individual 1. Pembelian sahan prioritas - Saham prioritas kumulatif Bila suatu saham prioritas dibeli pada tanggal pembayaran hak devidenberjalan dengan jurnal : Investasi dalam saham prioritas Rp. XXX Kas - Rp. XXX Saham prioritas tidak kumulatif Bila suatu saham kumulatif tidak bertepatan dengan tanggal pembayaran hak deviden dengan jurnal : Investasi dalam saham prioritas Rp. XXX Pendapatan deviden Rp. XXX Kas - Rp. XXX Pembelian saham biasa 34 Intermediate Accounting Jurnal : investasi dalam saham biasa Rp. XXX Kas 2. Rp. XXX Pembelian saham secara lumpsum ( bersamaan ) - Bila harga masing – masing saham diketahui Investasi dalam saham prioritas Rp. XXX Invesatsi dalam saham biasa Rp. XXX Kas - Rp. XXX Bila salah satu harga pasar saham diketahui Invesatsi dalam saham prioritas Rp. XXX Invesatsi dalam saham baiasa Rp. XXX Kas - Rp. XXX Bila harga pasar masing – masing jenis saham tidak diketahui Investasi dalam saham prioritas dan saham biasa Rp. XXX Kas Rp. XXX Pendapatan deviden Deviden merupakan bagian dari laba diahan perusahaan investee yang dibagikan kepada investor sebagai keuntungan dari investasinya. Pembagian deviden oleh perusahaan investee biasanya dilakukan melalui 2 tahap, yaitu tahap diumumkannya pembagian deviden dan tahap pembayaran deviden. Jurnal yang harus dibuat untuk mencatat adanya pendapatan deviden adalah : Piutang deviden Rp. XXX Pendapatan deviden Rp. XXX Sedangkan jurnal yang dibuat pada saat penerimaan pembayaran hak deviden : Kas Rp. XXX Piutang deviden Rp. XXX Devien tunai 35 Intermediate Accounting Jurnal : piutang deviden Rp. XXX Pendapatan deviden Rp. XXX Dan : kas Rp. XXX piutang deviden Rp. XXX Deviden aktiva selain kas Perusahaan investee dapat pula membayar deviden dengan aktiva selain kas, misalnya dengan saham perusahaan lain atau aktiva lainnya. Apabila diterima dalam bentuk saham perusahaan lain, maka oleh investor saham – saham perusahaan lain yang diterimanya sebagai deviden tersebut dapat dicatat sebgai investasi jangka pendek atau investasi jangka panjang. Aktiva selain kas yang diperoleh sebagai deviden tersebut harus dinilai berdasarkan nilai wajarnya, yaitu berdasarkan pada harga pasar pada saat diterima sebagai devide. Piutang deviden Rp. XXX Pendapatan deviden Rp. XXX Dan : Surat – surat berharga Rp. XXX Piutang deviden Rp. XXX Deviden saham 1. Deviden saham sejenis Adalah deviden saham yang diterima dalam bentuk saham yang sejenis dengan saham – saham yang menghasilkan deviden tersebut. 2. Deviden saham tidak sejenis Adalah deviden saham yang diterima dalam bentuk saham yang tidak sejenis dengan saham – saham yang menghasilkan deviden tersbut. Investasi dalam saham prioritas Investasi dalam saham biasa 36 Rp. XXX Rp. XXX Intermediate Accounting B. HAK BELI SAHAM Hak beli saham merupakan hak yang diberikan oleh perusahaan investee kepada investornya untuk membeli saham baru yang diterbitkan oleh perusahaan investee dengan harga dibawah harga pasar dalam batas waktu tertentu. Penentuan harga perolehan hak beli saham dapat dilakukan melalui perhitungan : Harga perolehan = hak beli saham Harga pasar saham tanpa hak beli saham + harga pasar hak beli saham harga pasar beli saham X harga perolehan saham investasi dalam hak beli saham Rp. XXX investasi dalam saham biasa Rp. XXX membeli saham baru dengan menggunakan hak beli saham bila saham baru dibeli dengan menggunakan hak beli saham, maka harga perolehan saham baru tersebut adalah sebesar kas yang dibayarkan ditambah dengan harga perolehan hak beli saham yang digunakan untuk membeli saham – saham tersebut. Investasi dalam saham biasa Rp. XXX Invesatasi dalam hak beli saham Rp. XXX Kas Rp. XXX Menjual hak beli saham Apabila hak beli saham itu dijual, maka mungkin akan timbul adanya keuntungan atau kerugian akibat penjualan tersebut. Keuntungan dan keruian tersebut merupakan selisih antara harga perolehan hak beli saham dengan hasil penjualannay. Kas Rp. XXX Investasi dalam hak beli saham Rp. XXX Laba/rugi penjualan hak beli saham Rp. XXX 37 Intermediate Accounting C. HAK BELI SAHAM YANG TIDAK DIMANFAATKAN Apabila hak beli saham tidak dimanfaatkan, maka perkiraan investasi dalam hak beli saham harus dihapuskan nilainya dan sebesar harga perolehannya harus diperlakukan sebagai kerugian atas hak beli saham yang tidak terpakai. Rugi atas hak beli saham yang tidak digunakan Rp. XXX Investasi dalam hak beli saham Rp. XXX Penjualan atau pelunasan saham Berdasarkan pertimbangan tertentu adakalanya investor menjual saham – saham yang dikuasainya kepada pihak lain atau kepada perusahaan investee. Atas penjualan kembali saham – saham ini mungkin investor akan memperoleh laba/rugi sebesar selisih antara harga perolehan dengan hasil bersih penjualan saham – saham yang bersangkutan. Kas Rp. XXX Investasi dalam saham biasa Rp. XXX Laba penjualan surat – surat berharga Rp. XXX Pertukaran saham Bila terjadi pertukaran saham dengan surat – surat berharga lainnya, maka bagi investor surat – surat berharga baru yang diterima dalam pertukaran tersebut dinilai menurut harga pasarnya pada saat dilakukan pertukaran. Selisih antara harga pasar surat – surat berharga yang diterima dengan harga perolehan saham – saham yang diserahkan dalam pertukaran tersebut harus diakui sebagai laba atau rugi pertukaran surat – surat berharga. Investasi dalam saham biasa Rp. XXX Investasi dalam saham prioritas Rp. XXX Laba pertukaran surat – surat berharga Rp. XXX D. INVESTASI DALAM OBLIGASI Obligasi disebut juga surat utang, merupakan bukti pernyataan utang pihak yang menerbitkan obligasi kepada pihak yang membeli obligasi. Surat obligasi dapat diterbitkan oleh lembaga – lembaga pemerintah atau lembaga – lembaga bisnis swasta yang telah mendapatkan persetujuan dari lembaga yang berwenang. 38 Intermediate Accounting Macam – macam obligasi 1. Ditinjau dari waktu jatuh temponya : - Obligasi biasa adalah obligasi yang tanggal jatuh temponya sama - Obligasi berseri adalah obligasi yang tanggal jatuh temponya berurutan dalam periode – periode tertentu 2. Ditinjau dari ada atau tidak adanya jaminan : - Obligasi yang dijamin dengan aktiva a. First mortgage bond adalah obligasi yang dijamin dengan aktiva tetap tidak bergerak yang belum digunakan untuk menanggung utang yang lain. b. Second mortgage bond adalah obligasi yang dijamin dengan aktiva tetap tidak bergerak, tetapi aktiva ini sudah digunakan untuk menanggung utang yang lain c. Collateral trust bond adalah obligasi yang ditanggung dengan suratsurat saham. - Obligasi yang tidak dijamin dengan aktiva a. Guaranteed bond adalah obligasi yang ditanggung perorangan atau peusahaan b. Income bond adalah obligasi yang memperoleh bunga apabila perusahaan yang menerbitkan obligasi mendapatkan laba c. Convertible bond adalah obligasi yang dapat ditukar dengan surat berharga lainnya d. Callable bond adalah obligasi yang sewaktu – waktu dapat ditarik kembali oleh pihak yang menerbitkan apabila dianggap perlu tanpa harus menunggu tanggal jatuh temponya. Pembelian obligasi Investasi dalam obligasi pada awalnya dicatat dan dilaporkan berdasarkan harga perolehannya, tetapi pada periode – periode berikutnya invetasi dlaam obligasi dicatat dan dilaporkan berdasarkan nilai buku. 1. Pembelian obligasi dilakukan melalui pasar aktif surat – surat berharga 39 Intermediate Accounting 2. Pembelian secara langsung kepada pihak yang menjual obligasi. Bunga berjalan Dalam hal obligasi dibeli tidak bertepatan dengan tanggal kupon bunga obligasi dibayarkan, maka perhitungan adanya bunga berjalan yang menjadi hak penjual obligasi. 1. Umur bulan ditetapkan 30 hari 2. Banyaknya hari bunga berjalan dihitung mulai tanggal kupon bunga terakhir dibayarkan sampai dengan tanggal transaksi jual – beli obligasi 3. Besarnya bunga obligasi dihitung berdasarkan persen tertentu dari nilai nominalnya. Harga perolehan obligasi berdasarkan kurs Jika harga perolehan obligasi – obligasi tersebut lebih tinggi daripada nilai nominalnya, maka dalam pembelian obligasi tersebut terdapat premium obligasi, dengan jurnal obligasi : Investasi dalam obligasi Rp. XXX Pendapatan bunga obligasi Rp. XXX Kas Rp. XXX Harga perolehan obligasi berdasarkan bunga efektif Dalam perolehan obligasi ditentukan berdsarkan bunga efektif, maka besarnya harga perolehan obligasi adalah sebesar nilai tunai obligasi ditambah dengan nilai tunai bunga obligasi selama pemikiran. a. Nilai tunai obligasi = faktor nilai tunai obligasi X nominal obligasi Faktor nominal obligas = 1 ( 1+i )n b. Nilai tunai Bunga obligasi = faktor nilai tunai bunga obligasi X bunga obligasi 40 Intermediate Accounting Faktor nilai tunai bunga obligasi = 1 – faktor nilai tunia obligasi i jurnal : investasi dalam obligasi Rp. XXX pendapatan bunga obligasi Rp. XXX kas Rp. XXX Pendapatan bunga obligasi Bunga obligasi umumnya dibayarkan secara semi annual, yaitu setiap 6 bulan secara post numerando, artinya bunga obligasi dibayarkan setiap akhir masa pembangunan, dengan jurnal : Kas Rp. XXX Pendapatan bunga obligasi Rp. XXX Amortisasi premium dan akumulasi diskon obligasi Premium obligasi atau diskon obligasi pada prinsipnya merupakan koreksi terhadap pendapatan bunga obligasi yang akan diterima selama masa kepemilikan obligasi yang bersangkutan. Amortisasi premium maupun akumulasi diskon abligasi dapat dilakukan dengan metode garis lurus, dan metode bunga efektif. Penyesuaian dan pembalikan Penyesuaian yang perlu dilakukan pada setiap akhir periode akuntansi terkait dengan pemilikan obligasi antara lain : 1. Penyesuaian untuk mengakui adanya pendapatan bunga obligasi yang masih harus diterima Bunga obligasi yang masih harus diterima Pendapatan bunga obligasi Rp. XXX Rp. XXX Jurnal pembalikannya : Pendapatan bunga obligasi Rp. XXX Bunga obligasi yang masih harus diterima Rp. XXX 2. Penyesuaian untuk melakukan amortisasi premium obligasi atau melakukan akumulasi diskon obligasi Pendapatan bunga obligasi Rp. XXX Investasi dalam obligasi Rp. XXX 41 Intermediate Accounting Jurnal penyesuaian untuk mengakumulasi diskon obligasi adalah : Investasi dalam obligasi Rp. XXX Pendapatan bunga obligasi Rp. XXX E. PENJUALAN OBLIGASI Nilai buku obligasi yang dijual adalah sebesar nilai nominal obligasi yang dijual ditambah dengan sisa premium obligasi yang belum diamortisasikan atau dikurangi dengan sisa diskon obligasi yang belum diakumulasikan sampai dengan tanggal dilakukannya penjualan obligasi. 1. Jurnal untuk mencatat amortisasi premium Investasi dalam obligasi Rp. XXX Pendapatan bungan obligasi Rp. XXX 2. Jurnal untuk mencatat penerimaan bunga obligasi Kas Rp. XXX Pendapatan bunga obligasi Rp. XXX 3. Jurnal untuk mencatat hasil penjualan obligasi Kas Rp. XXX Laba/rugi penjualan surat-surat berharga Rp. XXX Investasi dalam obligasi Rp. XXX F. PERTUKARAN OBLIGASI Bagi investor terjadinya pertukaran obligasi mengakibatkan berkurangnya nilai harta investasi dalam obligasi dan bertambahnya nilai harta dalam bentuk investasi yang lain. 1. Jurnal untuk mencatat amortisasi premium Pendapatan bunga obligasi Rp. XXX Investasi dalam obligasi Rp. XXX 2. Mencatat penerimaan bunga obligasi Kas Rp. XXX Pendapatan bunga obligasi 3. Mencatat pertukaran obligasi dengan saham 42 Rp. XXX Intermediate Accounting Investasi saham biasa Rp. XXX Investasi dalam obligasi Rp. XXX Laba pertukaran surat – surat Rp. XXX G. INVESTASI DALAM DANA Dana merupakan kekayaan perusahaan dalam bentuk tunai yang disisihkan untuk tujuan yang telah ditentukan. Pembentukan dana ini dapat dilakukan dalam sekali pembentukan atau berkali – kali. Re – Investasi dana Penyisihan dana jangka panjang disayangkan kalau dibiarkan menganggur tanpa memberikan manfaat ekonomis bagi dana itu sendiri, oleh karen itu umumnya perusahaan melakukan reinvestasi terhadap dana – dana tersebut. Pendapatan dari reinvestasi dana tersebut harus diakumulasikan kedalam dana yang bersangkutan. Terdapat beberapa alternatif investasi dana, yaitu : 1. Deposito berjangka dengan bunga tunggal 2. Deposito berjangka dengan bunga majemuk 3. Investasi dalam bentuk surat – surat berharga 4. Investasi dalam penyertaan bisnis BAB VII AKTIVA TETAP BERWUJUD A. PENGERTIAN Suatau aktiva dapat dikatakan sebagai aktiva tetap jika memiliki kriteriakriteria sebagai berikut : 1. Mempunyai masa guna lebih dari satu periode akuntansi 2. Mempunyai nilai relative besar 43 Intermediate Accounting 3. Dimiliki bukan untuk di jual kembali 4. Digunakan dalam kegiatan usaha sehari-hari Aktiva tetap berwujud merupakan aktiva yang mempunyai bentuk fisik, yang dapat di kenal melalui panca indra. Aktiva tetap dapat di golongkan menjadi : 1. Ditinjau dari umurnya, dapat di bedakan menjadi dua a. Aktiva tetap yang mempunyai umur tidak terbatas, seperti tanah untuk bangunan. Biasanya aktiva ini tidak perlu di lakukan depresiasi. b. Aktiva tetap yang mempunyai umur terbatas. Aktiva tetapa berwujut yang dapat di perbahrui, seperti gedung, kendaraan, mesin, peralatan, dan lain-lain Aktiva teteap berwujut yang tidak dapat di perbahrui, seperti konsesi tanah tambang. 2. Ditinjau dari mobilitasnya, dapat di bedakan menjadi dua yaitu : a. Aktiva tetap berwujud bergerak, yaitu aktiva yang dapat pindah ayau di pindahkan. b. Aktiva teteap berwujud tidak bererak. 3. Ditinjau dari kemampuan mengembangkan diri, dan di kelompokkan menjadi dua yaitu : a. Aktiva tetap berwujud tidak dapat mengembangkan diri, misalnya tanah, gedung, kendaraan, all. b. Aktiva tetap berwujud yang dapat mengembangkan diri, seperti sapi perah, sapi indukan, ayam petelor, dll. 4. Ditinjau dari undang-undang perpajakan, dapat di bedakan menjadi empat, yaitu : 44 Intermediate Accounting a. Golongan 1, yaitu aktiva tetap berwujud selain bangunan yang memiliki umur ekonomis sampai 4 tahun, misalnya peralatan mabel, kendaraan, truk ringan, dll. b. Golongan 2, yaitu aktiva tetap berwujut selain bangunan yang memiliki umur ekonomis lebih dari 4 tahun sampai dengan 8 tahun, misalnya : mabel dan peralatan yang terbuat dari logam, truk berat, mobil tangki, dll. c. Golongan 3, yaitu aktiva tetap berwujud selain bangunan yang memiliki umur ekonomis labih dari 8 tahun sampai dengan 20 tahun, misalnya : mesin-mesin yang menghasilkan peralatan, mesin-mesin produksi, dll. d. Golongan 4, yaitu aktiva tetap berwujud berupa tanah dan bangunan. Metode Pencatatan Aktiva Tetap Berwujud Perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap berwujud dilakukan berdasarkan konsep harga perolehan. Harga perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari harga belinya termasuk bea impor dan PPn Tak Boleh Retitusi ( non-refundable ), dan setiapan biaya diatribusi secara langsung dalam membawa aktiva tersebut ke kondisi yang membuat aktiva tersebut dapat bekerja untuk pengunaan yang di maksud. Setiap potongan harga dapat di potongkan pada harga prmbeliannya. Comtoh biaya yang diatribusikan secara langsung adalah : a. Biaya persiapan tempat b. Biaya pengiriman awal ( initial deliveri ) dan biaya simpan dan bongkar muat ( handling cost ). c. Biaya pemasaran ( installation cost ). d. Biaya professional seperti arsitak dan insinyur. Dapan pula didefinisikan bahwa harga perolehan aktiva adalah seluruh pengorbanan sumber ekonomis baik yang telah terjadi maupun yang belum terjadi terkait dengan perolehan suatu aktiva tertentu hingga aktiva yang bersamngkitan dapat dinyatakan siap untuk digunakan dalam kegiatan usaha sehari-hari. 45 Intermediate Accounting Penentuan Unsur Harga Pokok perolahan Aktiva Tetap Berwujud 1. Pembelian Tunai Untuk aktiva tetap berwujud yang di peroleh dengancara pembelian secara tunai, unsur pokok pembentuka harga perolehan adalah sebesar harga bersih fatur pembelian. Contoh : Pada tanggal 1 pebuari 2008, PT Kharis Jaya Abadi Tbk. Membeli tanah dan bangunan yang akan digunakan sebagai kantor seharga Rp. 120.000.000,00 tunai. Berdasarkan bukti pembayaran pajak bumi dan bangunan diketahui NJOP bangunan Rp. 30.000.000,00 dan NJOP tanah Rp. 60.000.000,00 Makan jurnal; dan perhitungan harga perolehan masing-masing aktiva adalah : Jurnal tanggal 1 pebuari 2008 : Bangunan kantor Rp. 40.000.000,00 Tanah Rp. 80.000.000,00 Kas Rp. 120.000.000,00 Perhitungan : NJOP bangunan Rp. 30.000.000,00 NJOP tanah Rp. 60.000.000,00 NJOP total Rp. 120.00.000,00 Alokasi harga perolehan untuk : Bangunan kantor = 3/9 x Rp. 120.000.000,00 = Rp. 40.000.000,00 Tanah = 6/9 x Rp. 120.000.000,00 = Rp. 80.000.000,00 46 Intermediate Accounting 2. Pembelian Angsuran Pembelian aktiva secara angsuran merupakan pembelian aktiva yang di lakukan dengan cara membayar harga pembelian-keseluruhan atau sebagaian dari harga – dalam beberapa trem pembayaran yang umumnya di perhitumhkan tambahan resiko dan bunga, yang tidak masuk dalam unsure harga perolehan. Dalam hal ini yang boleh dikapitalisasikan sebagai unsure pokok haraga perolehan yaitu niali tinai yang di sepakati saat terjadinya transaksi pembelian. Contoh : Pada tanggal 1 pebuari 2008 PT Kharis Jaya Abadi Tbk. Membeli mesin seharga Rp. 25.000.000,00 untuk ini telah di bayar Rp. 5.000.000,00 sebagai uang muka, sisanya Rp. 20.000.000,00 di angsur dalam 5 laki angsuran bulanan dengan diperhitungkan bungan 12% pertahun dari sisa terutang. Maka table pembayaran mesin tersebut tampak sebagai berikut : Angsr. Bunga Ke Pokok Pembayar Sisa Angsuran an Terutang 20.000.000 ,00 1 12x1/12x.20.000.000,00=20 4.000.000, 4.200.000, 16.000.000 0.000,00 2 00 4 5 ,00 12x1/12x.16.000.000,00=16 4.000.000, 4.260.000, 12.000.000 0.000,00 3 00 00 00 ,00 12x1/12x.12.000.00,00=120 4.000.000, 4.120.000, 8.000.000, .000.,00 00 12x1/12x.8.000.000,00=80. 4.000.000, 4.080.000, 4.000.000, 000,00 00 12x1/12x.4.000.000,00=40. 4.000.000, 4.040.000, 0,00 000,00 00 47 00 00 00 00 00 Intermediate Accounting Jurnal yang dibuat untuk pembelian dan setiap pembayaran angsurana adalah : Tgl 1 pebuari 2008 Mesin Rp. 25.000.000,00 Kas Rp. 5.000.000,00 Utang dagang Rp. 20.000.000,00 Tgl 1 maret 2008 Utang dagang Rp. 4.000.000,00 Beban bunga Rp. 200.000,00 Kas Rp. 4.200.000,00 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tgl 1 april2008 Utang dagang Rp. 4.000.000,00 Beban bunga Rp. 160.000,00 Kas Rp. 4,160.000,00 -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tgl 1 mei 2008 Utang dagang Rp. 4.000.000,00 Beban bunga Rp. 120.000,00 Kas Rp. 4.120.000,00 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tgl 1 juni 2008 Utang dagang Rp. 4.000.000,00 Beban bunga Rp. 80.000,00 Kas Rp. 4.080.000,00 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tgl 1 juli 2008 Utang dagang Rp. 4.000.000,00 Beban bunga Rp. 40.000,00 Kas Rp.4.040.000,00 3. Capital Lease Menurut ketentuan dalam pasal 3 ayat (3) keputusan menteri keuangan no. 1251/KMK.03/1988 tanggal 20 desember 1988 dinyatakan bahwa 48 Intermediate Accounting sepanjang perjanjian sewa guna usaha masih berlaku, hak milik atas barang objek transaksi sewa guna usaha, hak milik ( legal little) atas aktiva yang di sewa guna tetap pada perusahaan sewa guna usaha meskipun dalam perjanjian sewa guna usaha tanggungjawab atas pengunaan aktiva tersebut di serahkan pasa penyewa guna usaha. Ditinjau dari aspek akuntansi paragraph 35 kerangka penyusunan dan penyajian laporan keuangan dinyatakan bahwa laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis ( economic substance )dari satu peristiwa/teransaksi dari pasa bentuk hukumnya ( legal form ). Teransaksi capital lease di perlukan dan di catat sebagai aktiva tetap dan kewajipan pada awas sewa aguna usaha sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha di tambah nilai sisa ( hargo obsi) yang harus di bayar oleh penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha. Sedangkan selisih antara total pembayaran angsuran dengan nilai tunainya di perlukan sebagai beban bungan yang ditanggungkan yang akan diamortisasi sebagian demi sebagian selama periode pembayaran sewa guna usaha. Rumus : Nilai Tunai = Faktor nilai tunai angsuran X Angsuran Dimana : 1- [1/(1+i)n] Factor tunai angsuran = -----------------I 49 Intermediate Accounting Contoh : Pada tanggal 1 pebuari 2003 PT. Kharis Jaya Abadi Tbk. Membeli mesin secara sewa guna usaha malalui PT. Surya Fund Investment Tbk. Dalam perjanjian di sepakati bahwa PT. Kharis Jaya Abadi Tbk harus melakukan pembayaran 3 kali angsuran tahun masingmasing sebesar Rp. 9.876.500,00 sudah terhitung bunga dan resiko sebesar 9% per tahun.untuk dapat memiliki mesin tersebut pada akhir sewaguna usaha PT Kharis Jaya Abadi Tbk harus membayar harga obsi sebesar Rp. 2.500.000,00 berdasarkan data-data tersebut penentuan harga perolehan mesin tersebut adalah : 1 – [ 1/(1+0,09)3] Factor nilai tunai angsuran = -------------------------------- = 2,53133 0,09 Nilai tunai = 2,53133 x 9.876.500 = 25000713,66 = Rp. 25.000.000,00 Harga perolehan mesin = Rp. 25.000.000,00 + Rp. 2.500.000,00 = Rp. 27.500.000,00 Untuk mengetahui berapa besarnya bunga yang di perhitungkan selama masa sewa guna usaha adalah : Total pembayaran angsuran = 3 x Rp. 9.876.500,00 = Rp. 29.629.500,00 Nilai tunai angsuran = Rp. 25.000.000,00 Total bunga angsuran = Rp. 4.629.500,00 Table pembayaran angsuran pembelian mesintersebut seperti berikut : Th. Pembayaran Ke Angsuran Bunga Pokok utang Sisa terutang 25.000.000,00 1 9.876.500,00 9% x 7.626.500,00 50 17.373.500,00 Intermediate Accounting 25.000.000,00= 2.250.000,00 2 9.876.500,00 9% x 8.312.885,00 9.060.615,00 17.373.500,00= 1.563.615,00 3 9.876.500,00 9% x 9.060.615,00 9.060.616,00 0,00 = 815.885,00*) 29.629.500.00 4.629.500,00 25.000.000,00 *) ada pembulatan Rp. 430,00 Jurnal – jurnal yang harus di buat untuk teransaksi pembelian dan pembayaran angsuran adalah : Tgl 1 pebuari 2003 Mesin Rp. 27.500.000,00 Beban bunga di tanggungkan Rp. 4.629.500,00 Utang sewa guna usaha Rp. 32.129.500,00 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Tgl 1 maret 2003 Utang sewa guna usaha Rp. 9.876.500,00 Kas Rp. 9.876.500,00 Beban bunga Rp. 2.250.000,00 Beban bunga di tanggungkan 2.250.000,00 51 Rp. Intermediate Accounting Tgl 1 april 2003 Utang sewa guna usaha Rp. 9.876.500,00 Kas Rp. 9.876.500,00 Baban bunga Rp. 1.563.615,00 Beban bunga ditanggungkan Rp. 1.563.615,00 -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tgl 1 mei 2003 Utang sewa guna usaha Rp. 9.876.500,00 Kas Rp. 9.876.500,00 Beban bunga Rp 815.885,00 Beban bunga ditanggungkan Rp. 815.885,00 4. Diterima sebagai Hibah Harga perolehan aktiva tetap yang di peroleh dari hibah atau pemberian di tetapkan berdasarkan taksiran harga pasar aktiva sejenis pada saat di terimanya aktiva hibah tersebut. Besar nilai yang di tetapkan sebagai harga perolehan aktiva tersebut di kereditkan pada perkiraan modal sumbangan. Contoh : Pada tanggal 1 maret 2008 PT. Uyent Garmen Tbk. Menerima hibah sebuah kendaraan dari pemegang saham. Taksiran harga pasar kendaraan tersebut pada saat itu diperkirakan sebesar Rp. 85.750.00,00. Maka jurnal untuk mencatat penerimaan hibah tersebut adalah : 52 Intermediate Accounting Kendaraan Rp. 85.750.000,00 Modal sumbangan Rp. 85.750.000,00 5. Ditukar dengan Surat-surat Berharga Aktiva tetap berwijud yang di peroleh dengan cara penukaran dengan surat-surat berharaga perusahaan ( saham, obligasi ), harga perolehanya di tetapkan sebesar harga pasar surat-surat berharga tersebut pada tanggal di lakukanya penukaran. Selisih harga pasar aktiva tetap dengan nilai nominal surat – surat berharga harus di perlukan premium ataupun diskon saham. Contoh : Pada tanggal 1 maret 2008 PT Unyet Garmen Tbk membeli mesin. Untuk itu PT Uyet Garmen Tbk menyerahkan 1000 lenbar saham biasa perusahaan, nominal saham Rp. 10.000,00 per saham. Harga pasar saham PT Unyet Garmen Tbk pada saat itu adalah Rp. 12.500,00 per lembar, makan jurnal untuk mencatat pertukaran tersebut adalah : Mesin Rp. 12.500.000,00 Modal saham Rp. 10.000.000,00 Premium saham Rp. 2.500,000,00 6. Membuat Sendiri Untuk memperoleh suatu aktiva berwujud, mungkin saja perusahaahn membuat sendiri. Perlakuan akuntansi untuk aktiva berwujud yang di buat sendiri, perlu memperhatikan apakah aktiva berwujud yang di buat sendiri tersebut tersedia di pasaran atau tidak. 53 Intermediate Accounting Pertama jika aktiva berwujud yang dibuat sendiri tersebut ada di pasaran makan penentuah harga perolehan aktiva tersebut adalah sebesar nilai terekecil antara total biaya yang terserap untuk pembuatan aktiva berwujud tersebut terhadap harga pasaran atau harga yang di berikan oleh pihak lain. Jika harga pembuatan sendiri lebijh besar dari harga pasaran, maka selisih harga tersebut di catat sebagai kerugian. Kedua, bila aktiva berwujud tersebut tidak ada di pasaran, maka harga perolehan aktiva berwujud tersebut adalah sebesar harga keseluruhan yang di keluarkan untuk membuat aktiva tersebut. 7. Ditukar dengan Aktkiva Berwujud lain Harga perolehan aktiva tetapa brwujud yang di peroleh melalui pertukaran aktiva harga perolehanya di tentukan berdasarkan taksiran harga pasar yang di sepakati dalam pertukaran tersebut. B. DEPRESIASI Depresiasi atau penyusutan merupakan suatu system akuntansi yang berbentuk untuk mengalokasikan bagian dari harga perolehan dari suatu aktiva tetap berwujud sebagai beban dalam perhitungan laba/rugiselama masa manfaat yang di tetapkan secara sistemmatis dan rasional. Tidak semua aktiva tetap berwujud dapat disusutkan, kecuali jika aktiva tersebut memiliki karakteristik seperti berikut: a. Diharapkan dapat digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi b. Memiliki masa manfaat yang terbatas. c. Dihtahna oleh perusahaan untuk di gunakan dalam peroduksi, memasok barang atau jasa, untuk di sewakan atau tujuan adminiterasi. Terdapat 3 unsur penting dalam menentukan nilai depresiasi aktiva tetap berwujud : 54 Intermediate Accounting a. Masa manfaat b. Nilai sisa c. Jumlah yang dapat di susut Jurnal yang dapat dibuat untuk mencatat beban depresiasi suatu aktiva tetap adalah : Beban depresiasi ( aktiva tetap berwujud ) Akumulsi depresiasi ( aktiva tetap berwujud ) Rp. XXX Rp. XXX Masa Manfaat Depresiasi di tetepaka tidak berdasarkan umur/masa teknis suatu aktiva tetap umur ekonomis suatu aktiva tetap berwujud tidak dapat di pastikan melainkan berdasarkan masa yang di tetapkan berdasarakan estiminasi yang di sebut dengan masa manfaat. Masa manfaat siatu aktiva tetap berwujud dapat di ukur berdasarkan salah satu dari : a. Periode suatu aktiva diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomis, atau b. Jumlah peroduksi atau unit serupa yang di harapkan dapt di peroleh dari akriva yang bersangkitan. Nilai Sisa ( residu value ) Nila sisa merupakan suatu nilai taksiran harga jual atau harga pasar seatua aktiva tetap berwujud yang telah habis masa manfaatnya atau telah habis di susut. Jumlah Yang Dapat Disusut ( deprasiable amount ) Jumlah yang dapt disusut ( daprasiable amount ) adalah harga perolehan suatu aktiva tetap berwujud di kurangi dengan nilai sisanya. Selisih antara harga perolehan dengan nilai sisanya ini dapt mjug di sebut nilai peroduksi aktiva tetap berwujud. 55 Intermediate Accounting Rasionalisasi Depresiasi Harga perolehan active tetap berwujud yang relative besar tidak mungkin di bebankan seluruhnya dalam periode perolehannya, sebab itu dapat menyebabkan under & over estimate pada perhitungan laba/rugi. Aktiva tatep berwujud tidak hanya memberikan manfaat ekoonimis saat pembelianya saja, melainkan dapat memberikan manfaat ekonimis untuk periode salanjutnya. Metode Depresiasi Terdapat beberapa metode depresiasi yang secara umum di gunakan untuk menentukan beban depresiasi suatu aktiva tetap berwujud. 1. Berdasarakan waktu : a. Metode garis lurus ( setright line method ) b. Metode pembebanan menurun (redicing cost method ) Metode saldo menurun ( declining belence method) Metode saldo menurun dobel ( doble dancing balance method ) Metode jumlah angka tahunan ( sum of year digit method ) Metode tariff menurun ( declining rate on cost method) 2. Berdasarkan pemanfaatan/hasil : a. Metode jam jasa ( service hours method) b. Metode jumlah unut ( productive output method ) c. Metode satu jarak ( travelled distance method ) 3. Berdasarkan keriterian lain : a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok ( group and composite method ) b. Metode anuitas ( annuity method ) c. System persediaan ( inventory system ) Metode Garis Lurus ( straight line method ) 56 Intermediate Accounting Metode ini lebih sesuai di gunakan untuk aktiva tetap yang bersifat : a. Nilai ekonomis dari aktiva akan meurun secara peroposinal karena berlalunya waktu. b. Biaya reperasi dan pemeliharaan tiap periode jumlahnya relative konstan. c. Pemanfaat tiap periode relative sama. Dengan rumus perhitungan : Tarif depresiasi = 100% : n, dimna n adalah masa manfaat aktiva. Depresiasi mesin = terip depresiasi x ( harga perolehan – nilai residu ) Contoh : suatu gedung di peroleh dengan harga Rp. 80.000.000,00, taksiran masa manfaatnya 5 tahun dengan taksiran nilai residu sepesar Rp. 10.000.000,00, maka depresiasi gedung tiap periode akuntansi di hitung sebagai berikut : Tariff depresiasi = 100% : 5 = 20% Depresiasi gedung = 20 % x ( Rp. 80.000.000,00 – Rp. 10.000.000,00 ) = Rp. 14.000.000,00 Jadi bentuk teble depresiasi adalah sebagai berikut : Th. Beban depresiasi Ke Akumulasi Nilai buku Depresiasi Rp. 80.000.000,00 1 Rp. 14.000.000,00 Rp. 14.000.000,00 Rp. 66.000.000,00 2 Rp. 14.000.000,00 Rp. 28.000.000,00 Rp. 52.000.000,00 3 Rp. 14.000.000,00 Rp. 42.000.000,00 57 Rp. Intermediate Accounting 38.000.000,00 4 Rp. 14.000.000,00 Rp. 56.000.000,00 Rp. 24.000.000,00 5 Rp. 14.000.000,00 Rp. 70.000.000,00 Rp. 10.000.000,00 Metode Pembebanan Menurun ( reducing cost mthod ) Terdapat 4 tahap metode perhitungan depresiasi yang termasuk dalam metode depresisi ini : a. Metode saldo menurun (declining balance method ) Karena tiap periode akuntansi nilai buku selalu menurun maka beban depresiasi juga secara otomatis akan menurun. Tariff depresiasi = 1 - n√ ( nilai residu / harga perolehan ) Beban depresiasi = tarip depresiasi x nilai buku Contoh : pada awal periode dibeili mesin denganharga perolehan sebesar Rp. 25.000.000,00 mesin tersebut diperkirakan mempunyai masa manfaat selama 5 tahun dengan taksiran nilai residu Rp. 5.000.000,00 , maka besarnya nilai depresiasi tiap periodenya adalah : Tarip depresiasi = 1 - 5√ ( 5.000.000,00 / 25.000.000,00) = 0,2752 = 27,52 % Beban depresiais gedung setip periode akan tampak seperti ini : Th. Beban depresiasi Akumulasi Ke Depresiasi 58 Nilai buku Intermediate Accounting Rp. 25.000.000,00 1 2 3 4 5 27,52% x. Rp. 25.000.000,00 Rp. Rp. = RP 6.880.000,00 18.120.000,00 6.880.000,00 27,52% x. Rp. 18.120.000,00 Rp. Rp. = RP 4.986.624,00 13.133.376,00 11.866.624,00 27,52% x. Rp. 13.133.376,00 Rp. Rp. = RP 3.614.305,00 9.519.423,00 15.480.929,00 27,52% x. Rp. 9.519.071,00 Rp. Rp. = RP 2.619.648,00 6.899.423,00 18.100.577,00 27,52% x. Rp. 6.899.423,00 Rp. Rp. = RP 1.889.423,00 5.000.000,00 20.000.000,00 Metode saldo menurun dobel ( double declining balance method ) Depresiasi di hitung berdasarkan tariff yang tetap dari nilai bukunya. Tariff depresiasi = ( 2 x 100%) : n Beban depresiasi = tariff depresiasi x nilai buku Contoh : lihat pada metode saldo menurun, jika didepresiasikan dengan metode saldo menurun dobel, makan besar depresiasinya adalah (2 x 100% ) : 5 = 40%, dana akan tampak seperti berikut. Th. Beban depresiasi Akumulasi Ke Nilai biku Depresiasi Rp. 25.000.000,00 1 40% x Rp 25.000.000,00 = Rp. Rp. Rp. 10.000.000,00 15.000.000,00 10.000.000,00 59 Intermediate Accounting 2 3 40% x Rp 15.000.000,00 = Rp. Rp. Rp. 6.000.000,00 9.000.000,00 40% x Rp 16.000.000,00 9.000.000,00 = Rp. Rp. 3.200.000,00 4 40% x Rp Rp. 5 5.800.000,00 = Rp. 2.320.000,00 40% x Rp Rp. 19.200.000,00 21.520.000,00 3.480.000,00 = Rp. 556.800,00 22.076.000,00 Rp. 5.800.000,00 Rp. 3.480.000,00 Rp. 2.924.000,00 Metode jumlah angka tahun ( sum of year digit method ) Jumlah angka tahun adalah jumlah angka manfaatnya : n- ( n-1) Jumlah angka tahun ( JAT ) = ----------------------------2 Contoh 1 : Pada awal tahun 2008 dibeli mesin dengan harga perolehan sebesar Rp. 14.500.000,00 dengan taksiran masa manfaat 4 tahun dan taksiran nilai residu Rp. 2.500.000,00 maka tabelnya akan Nampak seprti berikut : Th. Beban depresiasi Akumulasi Ke Nilai buku Depresiasi Rp. 14.500.000,00 I II III IV 4/10 x. Rp. 12.000.000,00 = Rp. Rp. Rp. 4.800.000,00 9.500.000,00 4.800.000,00 3/10 x. Rp. 12.000.000,00 = Rp. Rp. Rp. 3.600.000,00 6.100.000,00 8.400.000,00 2/10 x. Rp. 12.000.000,00 = Rp. Rp. Rp. 2.400.000,00 3.700.000,00 10.800.000,00 1/10 x. Rp. 12.000.000,00 = Rp. 60 Rp. Intermediate Accounting Rp. 1.200.000,00 12.000.000,00 2.500.000,00 Contoh 2 : Jika mesin yang di peroleh dalam contoh 1 pada awal april makan bentuk tabelnya akan seperti ini : Th. Beban depresiasi Akumulasi Ke Nilai buku Depresiasi Rp. 14.500.000,00 I 9/12 x 4/10 12.000.000,00 x. = Rp. Rp. Rp. Rp. 3.600.000,00 10.900.000,00 3.600.000,00 II 3/12 x 4/10 x Rp. 12.000.000,00 = Rp. 12.000.000,00 9/12 x 2/10 x Rp. 12.000.000,00 Rp. Rp. = Rp. 2.700.000,00 7.000.000,00 7.500.000,00 Rp. 3.900.000,00 III 3/12 x 3/10 x Rp. 12.000.000,00 = Rp. 9.000.000,00 9/12 x 2/10 x Rp. 12.000.000,00 Rp. Rp. = Rp. 1.800.000,00 4.300.000,00 10.200.000,00 Rp. 2.700.000,00 IV 3/12 x 2/10 x Rp. 12.000.000,00 = Rp. 600.000,00 9/12 x 2/10 x Rp. 12.000.000,00 Rp. Rp. = Rp. 900.000,00 2.800.000,00 11.700.000,00 61 Intermediate Accounting Rp. 1.500.000,00 V 3/12 x 1/10 x Rp. 12.000.000,00 Rp. Rp. = Rp. 300.000,00 2.500.000,00 12.000.000,00 Metode tarip Menurun ( declining rate on cost method ) Depresiasi ini di tentukan berdasarkan kebijaka pemimpin. Dalam penentuan tarip tersebut tidak di butuhkan perhitungan karena berdasarkan kebijakan pemimpin perusahaan. 1. Depresiasi berdasarkan pemanfaatan atau hasil ( benwfit method) Biaya depresiasi ini di peroleh dengan cara membagi dengan nilai yang akan di susut dengan total taksiran manfaat yang akan di peroleh selama masa manfaat. Harga perolehan- nilai residu Tarip depresiasi per satuan hasil = ---------------------------------------------------Total satuan manfaat Beban depresiasi = terip depresiasi x satuan manfaat yang di hasilkan dalam periode yang bersangkutan a. Metode jam jasa ( service hours method ) Mengukur intensilitas alat-alat peroduksi berdasarkan jam kerja. Misal suatu mesin yang harga perolehanya Rp. 14.500.000,00 yang selama masa manfaatnya di kira dapat dikerjakan selama 12.000 jam kerja, taksiran nilai residu Rp. 2.500.000,00 maka tarip depresiasi perjam kerja adalah : Rp. 14.500.000,00 – Rp. 2.500.000,00 Tarip depresiasi mesin = -------------------------------------------------62 Intermediate Accounting ` 12.000 jam = Rp. 1.000,00 per jam kerja. Missal selama periode 2008 memberikan konstribusi selama 3.000 jam kerja, maka besarnya beban depresiasi adalah sebesar ( Rp. 1.000,00 x 3.000 jam ) = Rp. 3.000.000,00 Metode jumlah unit peroduksi ( productive – output method ) Cara lain dalam mengukur kostribusi mesin dalam peroduksi adalah berdasarkan jumlah peroduksi yang di hasilkan. Missal sutu mesin yang harga perolehanya Rp. 24.500.000,00 yang selama masa manfaatnya di perkirakan dapat berperoduksi sebanyak 15.000 unit peroduksi, taksiran nilai residu Rp. 4.500.000,00 maka tarip depresiasi perunit adalah : Rp. 24.500.000,00 – Rp. 4.500.000,00 Tarip depresiasi mesin = -------------------------------------------------15.000 = Rp. 1.666,67 per unit peroduksi. Missal dalam satu periode 2008 mesin mempu memperoduksi sebanyak 3.000 unit, maka besarnya beban depresiasi adalah Rp.1.666,67 x 3.000 = Rp. 5.000.000,00 Metode satuan jarak ( travelled disrance method ) Metode ini sangat tepat untuk menghitung aktiva yang berupa trasportasi. Contoh : Sebuah bus yang harga perolehanya sebesar Rp. 114.500.000,00 yang di perkirakan masa manfaatnya mampu menempuh jarak 500.000 km dengan taksiran nilai residu Rp. 14.500.000,00 maka depresiasi yang di bebankan tiap km adalah : 63 Intermediate Accounting Rp. 114.500.000,00 – Rp. 14.500.000,00 Tarip depresiasi = ---------------------------------------------------------500.000 = Rp. 200,00 per km jarak Missal selama massa periode 2008 bus tersebut menempuh jarak 30.000 km maka besarnya beban depresiasi adalah Rp. 200,00 x 30.000 = Rp. 6.000.000,00 2. Depresiasi berdasarkan keriteria lain a. Metode tarip kelompok dan gabungan Rimus : Tarip depresiasi Total depresiasi kelompok dan gabungan kelompok dan gabungan= ----------------------------------------------------Haraga perolehan kelompok atau gabungan Metode anuitas dan sinking foud Metode ini menggunakan konsep pengambilan investasi sebagai pola dasar pemikiran. Unsur penting yang di perlukan dalam perhitungan ini adalah : Harga perolehan aktiva tetap Taksiran nilai residu Taksiran masa manfaat 64 Intermediate Accounting Persentasi tingkat pengembalian investasi yang di harapkan. Rumus : 1 ----------------------------HP – { NR x ( 1+ r )n } Depresiasi per tahun = -----------------------------1 ----------------------------1 – ( 1+ r )n ---------------------------R Dimana r adalah persentasi tingkat pengembakian investasi ( rate of return ) Depresiasi system persediaan Depresiasi ini sering di gunakan di dalam perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa umum, karena perusahaan semacam ini banyak memiliki alat-alat kerja yang mempunyai herga perolehan persatuan relatip kecil tetapi jalam jumlah yang banyak. Contoh jurnal : Beban depresiasi peralatan makan Rp. 7.500.000,00 Peralatan makan Rp. 7.500.000,00 C. DEPLESI Merupakan istilah yang digunakan untuk penyusutan yang memiliki krkateristik sebagai berikut : 65 Intermediate Accounting a. Aktiva tersebut tidak dapat di perbahrui atau tidak dapat di gantikan dengan aktiva yang sama. b. Secara kuantitatif dapat berkurang karena pengunaan / aksploitasi. c. Secara kuantitatif nilai pengunaan / eksploitasi meru[pakan unsur pokok dalam penentuah harga pokok peroduksi. Rumus : B. yang di keluarkan – b. dieksploitasi Deplesi = ---------------------------------------------------------Total perolehan Jurnalnya : Deplesi aktiva Rp. Xx Akumulasi deplesi aktiva Rp. Xx Revisi Terhadap depresiasi a. Perubahan metode akuntansi terkait aktiva tetap berwujut b. Perubahan masa manfaat c. Perubahan nilai tercatat ( carrying amount ) Pengeluaran setelah perolehen aktiva tetap ( subsequent expenditure ) Terbagi dalam 2 macam yaitu : 1. Pengeluran yang di maksud hanya untk menjaga manfaat keekonimoan masa yang akan datang yang di harapkan perusahaan, untuk mempertahankan standar kinerja semula atas suatu aktiva. Contohnya biaya pemeliharaan dan reparasi ( servicing ) dan turun mesin pabrik dan peralatan. 66 Intermediate Accounting 2. Pengeluaran yang di maksud untuk memperpanjang massa manfaat atau yang kemungkinan besar member manfaat ekonomian di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu peroduksi, atau peningkatan standar kerja. Reparasi dan pemeliharaan Reparasi merupakan tindakan yang di lakukan terhadap aktiva tetap dengan maksud untuk mengeliminir hambatan kerja di masa yang akan datang. Pemeliharaan merupakan tindakan yang bertujuan untuk memelihara atau menjaga agar aktiva yang bersangkutan tetap dalam kualitas yang baik. Beban depresiasi dan pemeliharaan Rp. XXX Kas Rp. XXX Upgrading/improvement Merupakan sejenis reparasi yang di lakukan terhadap suatu aktiva dengan tujuan untuk meningkatkan ekemampuan agar di peroleh peningkatan manfaat yang bersangkutan di masa yang akan datang. Pengeluaran untuk biaya reparasi ini harus di bebankan pada biaya harga perolehan aktiva tetap. ( aktiva tetapnya ) Rp. XXX Kas Rp. XXX Betterment Merupakan sejenis reparasi yang di lakukan terhadap suatu aktiva agar di peroleh masa manfaat yang bersangkutan. Pengeluaran biaya ini harus di tambahkan pada nilai tercatat dengan cara di kurangkan pada akumulasi depresiasi aktiva tetap yang bersangkutan. 67 Intermediate Accounting Akumulasi depresiasi Rp. XXX Kas Rp. XXX Penyusunan kembali aktiva tetap ( rearrangement ) Jika beban yang dirasakan untuk ini cukup besar dan dapat di rasakan dalam jangka waktu yang cukup lama dalam beberapa periode makan akan di bebankan secara berangsur untuk periode yang menimatinya. Beban rey-out yang di bebankan Rp. XXX Kas Rp. XXX Sedangkkan untuk amortisasi pengeluaran intuk ini Beban amortisasi mesin Rp. XXX Kas Rp. XXX Penyingkiran/penghapusan/penghentian permanen Merupakan kebijakan dari menajemen dalam rangka untuk meningkatkan laba. Misalnya dengan cara menjual, ditukar dengan aktiva lainya di karenakan sudah habisnya masa manfaat. Dijual Adanya manajemen memutuskan untuk menjual aktiva sebelum habis masa manfaatnya atas penjualan tersebut akan menimbulkan laba-rugi. Jika hasil penjualan lebih tinggi dari nilai bukunya makan akan laba, namun jika lebih rendah maka akan rugi. 1. Jurnal saat depresiasi Beban depresiasi Rp. Xxx Akumulaso penyusutan Rp. Xxx 2. Jurnal untuk mencatat saat penjualan Kas Rp. Xxx Akumulasi depresiasi Rp. Xxx 68 Intermediate Accounting Rugi penjualan Rp. Xxx Kendaraan Rp. Xxx Pertukaran aktiva tetap tak berwujud 1. Pertukaran aktiva tetap tak berwujud sejenis ( rugi ) Aktiva baru Rp. Xxx Akumulasi depresiasi Rp. Xxx Rugi atas pertukaran aktiva Rp. Xxx Aktiva lama Rp. Xxx Kas Rp. Xxx ( laba ) 2. Aktiva baru Rp. Xxx Akumulasi depresiasi Rp. Xxx Aktiva lama Rp. Xxx Kas Rp. Xxx Pertukaran aktiva tetap berwujud tidak sejenis ( rugi ) Aktiva baru Rp. Xxx Akumulasi depresiasi Rp. Xxx Rugi pertukaran aktiva Rp. Xxx Kas Rp. Xxx Aktiva baru Rp. Xxx (laba) Aktiva baru Rp. Xxx Akumulasi depresiasi Rp. Xxx Aktiva lama Rp. Xxx Laba atas pertikaran Rp. Xxx Kas Rp. Xxx 69 Intermediate Accounting Disingkirkan karena rusak suatu aktiva yang terpaksa harus di singkirkan karena rusak, yang di sebabkan oleh hal-hal yang sifatnay extra ordinary, dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan sebesar niai buku yang tersisa. Akumulasi depresiasi Rp. Xxx Rugi penyingkiran aktiva Rp. Xxx Aktiva Rp. Xxx Penilaian kembali aktiva tetap Menurut SAK dalam dunia perakuntasian menganut penilaian berdasrkan harga perolehan dan harga tukar. Namun dapat melakukan penyimpanan dengan alsan yang kuat seperti : 1. Adanya inflansi yang ekstrim 2. Adanya deflasi yang ekxtrim 3. Adanya deficit yang besar yang di alami perusahaan 4. Adanya pereturan pemerintah mengenai penilaian kembaki terhadap aktiva perusahaan. D. AKUNTANSI ASURANSI KEBAKARAN Bila terjadi kebakaran perusahaan maka hal yng perlu di lakukan adalah : 1. Himpun data-data yng terkait dengan transaksi perolehan aktiva tetap yang dapat berpengaruh terhadap harga perolehan, masa manfaat, dan nilai residu yang bersangkutan. 70 Intermediate Accounting 2. Menentukan nilai kerugia akibat musiba kebaran yang menjadi beban perusahaan. 3. Menentukan jumlah kerugian yang akan di terima dari pihak insurer. 4. Selisih antara nilai kerugian akibat ke bakaran yang menjadi beban perusahaan dengan nilai ganti rugi tetap kan menjadi beban bagi perusahaan, dan akan di laporkan dalam perhitungan laba-rugi dalam periode terjadinya kebakaran. 5. Bagian dari aktiva yang terbakar dan tidak dapat di fungsikan harus dihapuskan dari pembukuan perusahaan. BAB VIII AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD A. PENGERTIAN Aktiva ini di miliki untuk di gunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lain atau untuk tujuan adminitratif. Aktiva tetap tidak berwujud diakui jika dan hanya jika : 71 Intermediate Accounting 1. Kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aktiva tersebut, dan 2. Biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal. Aktiva ini umumnya dalam bentuk berbagai hak yang menyertai berbagai peroduk intelektual dan pemanfaatan fasilitas pihak lain, baik yang di peroleh dari peruses internal maupun yang di peroleh dengan cara membeli atau peruses tukaran. Harga perolehan aktiva tetap tidak berwujud Aktiava tetap tidak berwujud pada awal perolehanya harus diakui sebesar harga perolehanya, untuk periode berikutnya aktiva ini dilaporkan sebesar nilai tercatatnya. Masa manfaat Pada umumnya masa manfaat aktiva ini tidak akan lebih 20 tahun dari tanggal siap di gunakan, terkecuali ada bukti yang menyakinkan bahwa masa manfaat suatu aktiva akan lebih dari 20 tahun. Factor yang perlu di pertimbangkan untuk aktiva ini adalah : a. Perkiraaan pemakaian aktiva oleh perusahaan dan efisiensi pengelolaanya oleh tim manajeman yang lain; b. Siklus hidup peroduk ( product life cycles ) yang lazim bagi aktiva tersebut dan informasi yang beredar mengenai astimasi massa manfaat aktiva sejenis yang di gunakan dengan cara yang sama; c. Keusangan teknis, teknilogi, atau jenis-jenis keusangan lainya; d. Setabilitas industri tempat aktiva itu beroperasi dan perubahanperubahan dalam permintaan pasar atas peroduk dan jasa yang di hasilkan oleh aktiva tersebut. e. Perkiraan tindakan oleh pasaing atau calon pesaing; 72 Intermediate Accounting f. Tingkat / jumlah pengeluaran untuk pemeliharaan yang dibutuhkan untuk mendapatkan manfaat ekonimis masa depan dari aktiva kemampuan serta maksud perusahaan untuk mencapai tingkat tersebut; g. Periode pengendaliaan aktiva dan pembatasan hukum atau pembatasan lainya yang dikenakan atas pengunaam aktiva tetap tersebut, seperti tanggal berakhirnya sewa guna usaha terkait; dan h. Ketergantungan masa manfaat aktiva tersebut atas masa manfaat aktiva lainya dari perusahaan. B. NILAI SISA nilai sisa suatu aktiva seharusnya diamsusikan sama dengan nol, kecuali; 1. Ada komitmrn dari pihak ketiga untuk membeli aktiva pada akhir masa manfaat, atau 2. Ada pasar aktiva bagi aktiva tersebut dan a. Nilai sisa aktiva dapat ditentukan dengan mengacu pada harga yang berlaku d pasar tersebut, dan b. Terdapat kemungkinan yang cukup besar bahwa pasar yang aktif tersebut akan tetap ada pada akhir masa manfaat aktiva. C. AMORTISASI seperti halnya dengan aktiva tetap berwujut, harga perolehan aktiva ini juga harus dibebankan secara periodic ke dalam perhitungan laba-rugi perusahaan. Jumlah yang dapat di amortisasikan secara sistematis berdsarkan perkiraan terbaik dari masa manfaatnya. Jurnal yang harus dibuat untuk melakukan amortisasi adalah : amortisasi ( aktiva tetap tidak berwujud ) ( aktiva tetap tidak berwujud ) 73 Rp. Xxx Rp. Xxx Intermediate Accounting Macam-macam aktiva tetap tidak berwujud 1. Hak cipta ( copyrights ) 2. Hak paten 3. Hak merek dagang 4. Hak fraichis 5. Hak sewa ( leasehold ) 6. Hak eksklusif atau hak konsesi 7. Formula dan peruses rahasia 8. Goodwill 9. Biaya-biaya ditanguhkan 74 Intermediate Accounting BAB IX UTANG JANGKA PENDEK A. PENGERTIAN Utang jangka pendek merupakan sumber pendanaan bagi kepentingan jangka pendek perusahaan yang mempunyai jangka waktu penyelesaian relative pendek. Secara umum kewajiban-kewajiban jangka pendek dikelasifikasikan dalam 2 kelompok, yaitu ; 1. Kewajiban jangka pendek yang jumlahya sudah pasti 2. Kewajiban-kewajiban jangka pendek yang sudah diestimasi B. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK YANG JUMLAHNYA SUDAH PASTI 1. Utang dagang (account payable ) Yaitu utang yang timbul karena pembelian barang dagang, jasa atau aktiva lainya yang dilakukan secara keredit atau angsuran yang harus di bayar dalam jangka waktu 12 bula dari tanggal yang tercantum dalam neraca perputaran periode. a. Free on board shipping point Beban dan tangung jawab atas barang sudah beralih kepada pembeli sejak barang tersebut keluar dari gudang penjual. b. free on board destinasion penjual menangung barang sampai tiba di tempat pembeli jika harus di jurnal maka penjurnalanya adalah : pembelian ( nama aktiva yng di beli ) utang dagang Rp. Xxx Rp. Xxx 75 Intermediate Accounting 2. wesel bayar ( notes payable ) merupakan kewajiban yang diyatakan dalam surat kesangupan membayar atau dalam bentuk surat sperintah membayar yang telah diakseptasi olemh debitur. - Pembelian , jurnalnya ; Pembelian Rp. Xxx Utang dagang - Rp. Xxx Diaksep, kurnalnya ; Utang dagang Rp. Xxx Wesel bayar Rp. Xxx 3. Bagian utang jangka panjang yang segera jatuh tempo dalam 12 bulan setelah tanggal neraca. Jurnalnya ; Utang ( . . . ) Rp. Xxx Utang ( . . . ) segera jatuh tempo Rp. Xxx 4. Utang deviden ( divedend payable ) jurnalnya ; deviden Rp. Xxx utang deviden Rp. Xxx 5. Utang pajak ( tax payable ) Jurnalnya ; Beban gaji Rp. Xxx Pajak penghasilan pasal 21 terutang Rp. Xxx Kas Rp. Xxx 6. Utang biaya ( expenses payable ) Beban ( …) Rp. Xxx Beban (..) yang belum di bayar Rp. Xxx 7. Utang jaminan ( wages payable ) Jurnalnya ; Kas Rp. Xxx Penjualan Rp. Xxx Utang jaminan Rp. Xxx 8. Penghasilan yang di terima dimuka ( deferred revenue ) 76 Intermediate Accounting a. Pendekatan neraca Sewa di terima dimuka Rp. Xxx Pendapatan sewa Rp. Xxx b. Pendekatan laba-rugi Pendapatan sewa Rp. Xxx Sewa di terima di muka Rp. Xxx C. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK DIESTIMASI Kewajiban diestimasi harus diakui sebagai kewajiban apa bila terpenuhi ketiga kondisi berikut ; 1. Merupakan kewajiban masa kini sebagai akibat kejadian masa lalu, 2. Ada kemungkinan penyelesaiannya mengakibatkan arus keluar sumber daya 3. Jumlah kewajiban dapat diestimasi secara andal. Pengakuan kewajiban diestimasi adalah dengan pertimbangan hal-hal berikut ; 1. Jumlah yang diakui sebagai kewajiban diestimasi adalah hasil estimasi terbaik pengeluaran yang di perlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada tangal neraca, yaitu jumlah yang secara rasional akan mengalihkan kewajibanya kepasa pihak ketiga pada saat itu. 2. Dalam penentuan estimasi terbaik suatu kewajiban diestimasi, perusahaan harus mempengaruhi berbagai peristiwa dan keadaan. 3. Jika dampak nilai waktu uang cukup material, jumlah kewajiban diestimasi adalah nilai kini dari perkiraan pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban. 4. Peristiwa masa datang yang dpat mempengaruhi jumlah yang di perlukan untuk menyelesaikan suatu kewajiban harus tercermin dalam 77 Intermediate Accounting jumlah kewajiban diestimasi apabila ada bukti obyektif bahwa peristiwa itu akan terjadi 5. Keuntungan yang mungkin didapat dari rencana pelepasan aktiva purna operasi tidak boleh di pertimbangkan dalam menghitung suatu kewajiban diestimasi 6. Kewajiban diestimasi harus diteelah setiap tanggal neraca dan disesuaikan untuk mencerminkan estimasi terbaik yang paling kini. Yang terrmasuk kewajiban jangka pendek diestimasi adalah ; 1. Kewajiban pemberian hadiah 2. Kewajiban garansi service 3. Kewajiban pemulihan pencemaran lingkungan 4. Kewajiban operasi dalam pengehntian 5. Kewajiban perkara pengadilan 6. Kewajiban penjamin a. Utang pemberian hadiah Beban hadiah Rp. Xxx Utang diestimasi klaim hadiah Rp. Xxx b. Utang garansi service Beban garansi reparasi Rp. Xxx Utang beban garansi reparasi Rp. Xxx c. Utang pemulihan pencemaran lingkungan Beban pemulihan pencemaran Rp. Xxx Utang dimensi beban pemulihan pencemaran Rp. Xxx d. Utang operasi dalam penghentian e. Utang perkara pengadilan Kerugian perkara pengadilan Rp. Xxx Utang diestimasi perkara pengadilan 78 Rp. Xxx Intermediate Accounting f. Utang sebagai penjamin Piutang diestimasi Rp. Xxx Utang diestimasi Rp. Xxx D. KEWAJIBAN KONTINJENSI Kewajiban kontinjensi merupakan kewajiban potensial yang terjadinya serta nilai kewajiban belum dapat diperkirakan, sehingga ; 1. Belum terdapat kemungkinan besar adanya arus keluar sumber daya untuk menyelesaikanya , 2. Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat secara andal. 79 Intermediate Accounting BAB X UTANG .JANGKA PANJANG A. PENGERTIAN Utang jangka panjang merupakan kewajiban – kewajiban sekarang yang timbul dari transaksi – transaksi masa lampau yang tidak harus segera dilunasi dalam jangka waktu 1 periode akuntansi. B. METODE PENCATATAN OBLIGASI Cara penentuan harga penetapan obligasi bergantung pada cara penempatannya, penempatan obligasi perusahaan dapat dilakukan dengan cara : 1. Tunai, maka harga penempatan obligasi dapat ditentukan berdasarkan kurs yang berlaku atau berdasarkan tingkat bunga efektif rata – rata yang diinginkan oleh investor. 2. Ditukarkan dengan aktiva tetap/surat berharga lainnya, maka penentuan harga penempatan obligasi dan harga perolehan aktiva tetap/surat berharga lainnya dilakukan berdasarkan harga pasar obligasi perusahaan. 3. Penempatan obligasi melalui pemesanan 2 metode pencatatan obligasi yang umum digunakan : 1. Utang obligasi dicatat sebesar nilai nominal obligasi yang terjual 2. Utang obligasi dicatat sebesar nilai nominal obligasi yang diotorisasikan/diterbitkan. Prosedur amortisasi premium dan diskon obligasi Premium obligasi merupakan selisih lebih antara hasil bersih penempatan obligasi dengan nilai nominalnya, sedangkan diskon obligasi merupakan selisih kurang antara hasil bersih penempatan obligasi dengan nilai nominalnya. Pada 80 Intermediate Accounting prinsipnya premium atau diskon obligasi merupakan penyesuaian terhadap tarif bunga obligasi dengan tingkat bunga dipasar. Apabila penempatan obligasi menimbulkan adanya diskon obligasi, maka secara berkala diskon obligasi ini harus ditambahkan pada perkiraan beban bunga obligasi melalui jurnal penyesuaian : beban bunga obligasi Rp. XXX diskon bunga obligasi Rp. XXX Dan sebaliknya apabila dalam penjualan obligasi itu menimbulkan premium obligasi, maka secara berkala premium obligasi ini harus dikurangkan pada perkiraan beban bunga obligasi melalui jurnal penyesuaian : premium obligasi Rp. XXX beban bunga obligasi Rp. XXX Terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk melakukan amortisasi premium atau diskon obligasi : 1. Metode garis lurus 2. Metode bunga efektif rata – rata C. PENCATATAN UTANG OBLIGASI Pencatatan yang harus dibuat selama masa obligasi : 1. Jurnal transaksi penerbitan obligasi 2. Jurnal transaksi pembayaran bunga obligasi 3. Jurnal penyesuaian setiap akhir periode akuntansi yang terdiri dari : Jurnal penyesuaian terkait dengan beban bunga obligasi yang belum dibayar Jurnal penyesuaian yang terkait dengan amortisasi premium atau diskon obligasi 4. Jurnal pembalikan setiap awal periode berikutnya terkait dengan jurnal penyesuaian (point a) 5. Jurnal transaksi pelunasan obligasi 81 Intermediate Accounting Penarikan obligasi sebelum tanggal jatuh tempo Perusahaan dapat menarik kembali obligasi – obligasi beredar untuk dibayar sebelum tanggal jatuh temponya. Penarikan kembali obligasi – obligasi ini memungkinkan perusahaan memperoleh laba atau mungkin rugi. Laba – rugi ini timbul dari selisih antara harga yang harus dibayar oleh perusahaan atas obligasi – obligasi yang ditarik dengan nilai buku obligasi – obligasi tersebut. Penarikan obligasi sebelum jatuh tanggal temponya dapat dilakukan berdasarkan 2 tujuan : 1. Penarikan obligasi dimaksudkan sebagai pelunasan obligasi. 2. Penarikan obligasi dimaksudkan untuk mempengaruhi harga pasar obligasi dan atau untuk mengurangi beban utang jangka panjang untuk sementara waktu. D. OBLIGASI BERSERI ( SERIAL BONDS ) Obligasi berseri merupakan sejumlah obligasi yang dikeluarjan oleh suatu instansi dalam suatu emisi obligasi yang mempunyai tanggal jatuh tempo yang tidak bersamaan, melainkan berurutan sesuai dengan seri obligasi. Prosedur amortisasi premium dan diskon obligasi Amortisasi premium ataupun diskon obligasi berseri untuk suatu periode akuntansi dihitung berdasarkan rasio antara total nominal obligasi yang beredar dalam periode akuntansi yang bersangkutan dengan total nominal obligasi yang beredar selama masa obligasi berseri yang bersangkutan dikalikan dengan premium ataupun diskon yang terbentuk. Total nominal obligasi beredar dalam periode itu Rasio Amortisasi = Total nominal obligasi beredar selama masa obligasi Penarikan obligasi berseri sebelum tanggal jatuh tempo Apablia perusahaan menarik kembali obligasi berseri sebelum tanggal jatuh temponya, maka sisa premium ataupun diskon yang masih melekat pada 82 Intermediate Accounting obligasi yang ditarik tersebut harus dihapus dan dikapitalisasikan ke dalam buku obligasi yang ditarik. a. Amortisasi premium ( periode tertentu ) Premium obligasi Rp. XXX Beban bunga obligasi Rp. XXX b. Pembayaran bunga berjalan ( periode tertentu ) Beban bunga obligasi Rp. XXX Kas Rp. XXX c. Penarikan obligasi Utang obligasi Rp. XXX Premium obligasi Rp. XXX Kas Rp. XXX Laba penarikan surat – surat berharga Rp. XXX Prosedur amortisasi premium dan diskon obligasi berseri bila tanggal jatuh tempo obligasi tidak sama dengan tahun buku Jika obligasi berseri mempunyai tanggal jatuh tempo yang tidak sama dengan tahun buku, maka dalam perhitungan amortisasi premium atau diskon obligasi berseri tersebut harus didasarkan pada perbandingan nilai normatif dari nilai nominal obligasi beredar. Karena pelunasan obligasi tidak dilakukan tepat pada tahun buku, maka dalam satu tahun buku terdapat masa peredaran obligasi : Masa ke 1 Masa ke 2 E. OBLIGASI KONVERSI Obligai konversi merupakan obligasi yang sejak awal dinyatakan sebagai obligasi yang pada suatu saat dapat ditukar dengan saham biasa perusahaan. 83 Intermediate Accounting BAB XI MODAL SAHAM A. PENGERTIAN Modal saham merupakan jenis modal yang hanya terdapat dalam perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas ( PT ) yang diperoleh dengan cara menerbitkan dan menempatkan saham – saham tersebut kepada pihak tertentu atau kepada masyarakat umum. Tingkat kepemilikan pemegang saham terhadap perusahaan tergantung seberapa besar bagian saham yang dikuasainya. Jenis – jenis saham PT dapat menerbitkan satu jenis saham atau lebih, bila perseroan ahnya menerbitkan satu jenis saham saja, maka saham – saham yang diterbitkan itu adalah saham biasa. Jenis – jenis saham yang dapat diterbitkan oleh PT : 1. Dilihat dari ada tidaknya nominal saham a. Saham dengan nilai nominal : saham yang padanya tercantum adanya nilai nominal b. Saham tanpa nilai nominal : saham yang padanya tidak tercantum adanya nilai nominal 2. Dilihat dari hak yang melekat pada saham a. Saham biasa : saham yang tidak mempunyai hak istimewa dalam pembagian deviden dan pembagian kekayaan perusahaan bila perusahan dilikuidasi b. Saham prioritas : saham yang mempunyai hak istimewa untuk didahulukan dalam hak pembagian deviden atau pembagian kekayaan perusahaan bila likuidasi. 84 Intermediate Accounting B. PENCATATAN MODAL SAHAM Pencatatan transaksi modal saham dapat dilakukan dengan menggunakan 2 metode, yaitu : a. Modal saham dicatat sebesar nominal saham yang diotoritaskan Pada saat diputuskan untuk menerbitkan saham baru, maka sebesar nilai nominal saham – saham yang diterbitkan pada perkiraan “modal saham diotoritaskan” dan dikreditkan pada perkiraan “modal saham”. b. Modal saham dicatat sebesar nominal saham terjual Pada saat modal saham dicetak tidak perlu ada jurnal cukup dibuatkan catatan dalam bentuk memorial dan pencatatan modal baru dilakukan apabila saham telah terjual. Pembatalan pemesanan saham Hal ini terjadi apabila pemesan saham tidak dapat memenuhi kewajiban untuk membayar kekurangannya pada saat yang telah ditentukan. Terdapat 4 klausul yang dapat digunakan sebagai perlakuan pembatalan pemesanan saham : 1. Uang muka dikembalikan seluruhya kepada pemesan 2. Uang muka dikembalikan kepada pemesan setelah dikurangi kerugian atas penjualan kembali saham – saham tersebut 3. Diserahkan saham yang nilainya sama dengan uang muka pemesan saham 4. Uang muka dianggap hialang/tidak dikembalikan C. PENJUALAN SAHAM SECARA LUMPSUM Disamping dijual secara individual atau per jenis saham, penjualan saham juga dapat dilakukan secara bersamaan dalam satuan paket/ slot ( lumpsum ), yang mana dalam setiap paket saham yang dijual terdapat lebih dari satu jenis saham. Bila saham dijual secara lumpsum, maka sahan – saham yang berbeda – beda tersebut dijual dalam satu harga jual, oleh sebab itu perlu ada suatu perlakuan akuntansi untuk mendistribusikan hasil penjualan saham – saham tersebut ke masing – masing jenis saham. 85 Intermediate Accounting Pendistribusian hasil penjualan saham dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu : 1. Bila harga pasar masing – masing saham diketahui, maka pendistribusian hasil penjualan dilakukan berdasarkan perbansingan harga pasar masing – masing jenis saham 2. Bila salah satu jenis saham yang diketahui harga pasarnya, maka sebesar harga pasar saham yang diketahui harga pasarnya didistribusikan sebagai hasil penjualan sahma yang bersangkutan, sedangkan sisanya didistribusikan untuk hasil penjualan saham yang tidak diketahui harga pasarnya 3. Bila masing – masing saham tidak diketahui harga pasarnya, maka pendistribusian hasil penjualan saham belum bisa dilakukan hingga diketahuimya harga pasar masing – masing saham atau salah satu jenis saham, mana yang dahulu D. MODAL SAHAM BONUS Saham juga dapat diberikan sebagai bonus kepada investor atau kreditor, misalnya untuk pembelian saham prioritas atau obligasi perusahaan dalam jumlah tertentu akan diberikan saham biasa sebagai bonus. Perlakuan akuntansi terhadap premium dan diskon saham Premium atau diskon saham timbul bila saham – saham ditempatkan/dijual tidak sebesar harga nominalnya, sedangkan modal saham di neraca harus dilaporkan sebesar nilai nominalnya yang mungkin tidak sama dengan nilai riil kekayaan bersih yang diterima dari para pemegang saham. Premium dan diskon saham akan tetap dilaporkan di neraca selama saham saham – saham yang menimbulkan premium atau diskon tersebut masih tetap beredar. Pembatalan /penghapusan premium ataupun diskon saham dilakukan apablia ada penarikan saham untuk tujuan pengurangan modal saham. 86 Intermediate Accounting Pengeluaran saham untuk membeli perusahaan Suatu PT dapat membeli perusahaan laind dengan menggunakan saham perusahaan sebagai alat pembayaran. Bila dalam pembelian perusahaan tersebut nilai kekayaan bersih perusahaan yang dibeli lebih besar daripada harga nominal saham perusahaan yang digunakan sebagai alat pembayaran, maka dalam pembelian perusahaan tersebut timbul adanya premium saham dan apabila sebaliknya maka timbul diskon saham. Bila perusahaan yang dibeli tersebut bukan dalam bentuk PT, setelah permasalahan teknis ekonomis dan legalitas formal yang terkait dengan pembelian perusahaan tersebut telah terselesaikan, maka biasanya perusahaan yang baru dibeli tersebut dirubah menjadi perseroan. Teknik penyelenggaraan akuntansi dalam perusahaan baru dapat menggunakan 2 cara permasalahan akuntansi, yaitu : 1. Apakah akuntansi perusahaan yang bary dibeli tersebut akan diselenggarakan oleh perusahaan induk. Dalam hal ini dilakukan peleburan posisi keuangan perusahaan yang dibeli kedalam posisi keuangan perusahaan yang membeli 2. Apakah masing – masing perusahaan akan tetap menyelenggarakan akuntansinya yang kemudian dilakukan penyusuan laporan keuangan gabungan atau laporan keuangan konsolidasi. Bila cara ini digunakan maka terdapat 2 opsi : a. Akunbtansi perusahaan yang baru dibeli tersebut melanjutkan akuntansi sebelumnya b. Akuntansi diselenggarakan pada buku baru E. ASSESSMENT Merupakan pungutan tambahan pada pemegang saham. Pungutan ini pada umumnya dimaksudkan untuk menaikkan nilai ekuitas perusahaan tanpa harus melakukan emisi saham baru ataupun rekapitalisasi modal saham. Pencatatan assessment ini tergantung pada harga penjualan saham semula, yaitu : 87 Intermediate Accounting a. Bila saham semula dijual dengan harga dibawah nilai nominalnya, maka assessment diperlakukan sebagai pengurangan dari diskon saham. Berkurangnya diskon saham ini secara otomatis akan menaikkan nilai ekuitas perusahaan dengan jurnal : Kas Rp. XXX Diskon saham Rp. XXX Kredit pada perkiraan diskon saham ini maksimal sebesar nilai diskon yang terbentuk pada saat penjualan saham. Apabila kas yang diperoleh dari assessment melebihi dari nilai diskon saham maka sebesar kelebihannya tersebut dikreditkan pada perkiraan “modal pungutan tambahan” sehingga jurnal yang dibuat : Kas Rp. XXX Diskon saham Rp. XXX Modal pungutan tambahan Rp. XXX b. Bila saham semula dijual dengan harga tidak dibawah nilai nominalnya, maka assessment langsung dikreditkan pada perkiraan “modal pungutan tambahan” sehingga jurnal yang dibuat : Kas Rp. XXX Modal pungutan tambahan Rp. XXX F. PERLAKUAN – PERLAKUAN SETELAH SAHAM BEREDAR Adakalanya perusahaan menetapkan suatu kebijakan terkait dengan saham – saham perusahaan yang telah beredar, yaitu : a. Rekapitalitas saham Meruapakn perubahan struktur modal saham dengan jalan merubah niali tercatat saham yang telah beredar. Rekapitalitas dilakukan atas persetujuan pemegang saham baru dengan nilai nominal yang baru. Apabila dalam rekapitalitas saham tersebut nilai nominal saham yang baru lebih besar daripada nilai wajar modal saham yang ditarik maka sebesar selisihnya diperlakukan sebagai kerugian dan dicatat sebelah debit pada perkiraan laba ditahan. 88 Intermediate Accounting b. Pemecahan dan pengumpulan nominal saham ( stock split down – up ) Stock split down merupakan nilai nominal saham beredar tanpa merubah total nilai nominal saham beredar. Stock split down dilakukan dengan cara menarik kembali saham beredar untuk ditukar dengan beberapa saham baru yang mempunyai nilai nominal per lembar saham lebih kecil daripada nilai nominal saham yang ditarik tetapi mempunyai total nominal yang sama. Sedangakn stock up merupakan pengumpulan nilai nominal saham beredar tanpa merubah total nominal saham beredar. Stock up dilakukan dengan cara menarik kembali beberapa saham beredar untuk ditukar dengan saham baru yang mempunyai nilai nominal per lembar saham lebih besar daripada nilai nominal per lembar saham yang ditarik tetapi mempunyai total nominal yang sama. c. Konversi saham ( stock convertion ) Yang dimaksud dengan stock convertion/pertukaran saham adalah menkonversi/menukar surat – surat berharga yang dapat dikonversikan dengan saham biasa. Surat – surat berharga yang dapat dikonversikan dengan saham biasa adalah saham prioritas yang dapat dikonversi dan obligasi yang dapat dikonversi. d. Penarikan kembali saham beredar Adakalanya perusahaan melakukan penarikan kembali sebagian dari saham – sahamnya yang beredar dimasyarakat. Penarikan kembali saham – saham ini mungkin dilakukan dengan maksud untuk mengurangi ekuitas perusahaan atau hanya sekedar penarikan sementara untuk mebentuk saham perbendaharaan yang nantinya akan dijual kembali atau dihapuskan. Beberapa alasan perusahaan untuk membeli kembali saham – sahamnya adalah : Untuk digunakan sebagai alat pembayaran kompensasi kepada karyawan Untuk mengingatkan keuntungan per lembar saham 89 Intermediate Accounting Untuk megurangi jumlah pemegang saham Untuk menghalangi upaya pengambil alihan perusahaan oleh pihak lain Untuk mengangkat harga pasar saham Untuk digunakan sebagai alat pembayaran deviden G. CAPITAL STOCK REACQUITION Ini merupakan penarikan kembali saham – saham beredar secara permanen. Perlakuan akuntansi terhadap penarikan kembali modal saham secara permanen lebih sesuai dengan menggunakan metode nilai nominal. Menurut metode ini sebesar nilai nominal saham – saham yang ditarik kembali dikurangi pada perkiraan modal saham yang sejenis. Saham perbedaharaan Ini merupakan bagian dari saham beredar yang ditarik kembali untuk sementara waktu. Saham – saham perbendaharaan ini nantinya dapat dijual kembali bila dianggap perlu atau dihapuskan dari ekuitas perusahaan. Terdapat 2 pendekatan pencatatan saham perbendaharaan, yaitu : a. Saham perbendaharaan dianggap sebagai oenarikan saham beredar, sehingga sebesar nilai nominal saham yang dibeli kembali beserta dengan premium atau diskonnya dikeluarkan dari ekuitas perusahaan b. Saham perbendaharaan tidak dianggap sebagai penarikan saham beredar, sehingga baik nilai nominal atau premium atau diskonnya tidak perlu dikeluarkan dari ekuitas perusahaan Saham perbendaharaan dari donasi Yang dimaksud dengan saham perbendaharaan dari donasi adalah saham perbendaharaan yang diperoleh sebagai sumbangan dari para pemegang saham kepada perusahaan. Terdapat 3 pendekatan perlakuan akuntansi terhadap saham – saham ini, yaitu : 90 Intermediate Accounting a. Pendekatan tanpa jurnal Menurut pendekatan ini terhadap penerimaan saham donasi tidak perlu dibuat jurnal, cukup dalam bentuk memorial saja. Hal ini dikarenakan pada dasarnya saham donasi tidak mengakibatkan perubahan pada posisi keuangan perusahaan, sehingga tidak memerlukan jurnal, jurnal baru dibuat pada saat saham – saham donasi tersebut dijual dengan jurnal : Kas Rp. XXX Modal donasi Rp. XXX Atau pada saat dinyatakan untuk dikeluarkan dari struktur modal perusahaan dengan jurnal : Modal saham Rp. XXX Modal donasi Rp. XXX b. Pendekatan nilai nominal Menurut pendekatan ini sebesar niali nominal saham donasi didebitkan pada perkiraan saham perbendaharaan, premium ataupun diskon yang melekat pada saham – saham tersebut harus dikeluarkan, dan sebesar nilai wajar dari saham – saham tersebut dikreditkan pada perkiraan modal donasi. c. Pendekatan harha pasar Menurut pendekatan ini sebesar harga pasar dari saham – saham donasi didebitkan pada perkiraan saham perbendaharaan dan dikreditkan pada perkiraan modal donasi. 91 Intermediate Accounting H. PEMBERIAN HAK BELI SAHAM KEPADA PEMBELI SURAT BERHARGA JENIS LAIN Pemberian hak beli saham kepada pembeli surat berharga jenis lain dimaksudkan untuk memberikan rangsangan kepada pembeli surat berharga tersebut untuk membeli saham perusahaan. Hak beli saham tidak mempunyai nilai nominal tetapi pada hak beli saham tersebut tercantum nilai hak pembelian saham. Hak beli saham yang diberikan kepada karyawan Sebagai bentuk apresiasi positif perusahaan kepada karyawan, perusahaan adakalanya memberikan stock option, yaitu hak yang diberikan kepada karyawan untuk membeli saham perusahaan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan hak khusus kepada karyawan untuk membeli saham perusahaan dengan harga khusus selama jangka waktu tertentu. Niali hak beli saham yang diberikan kepada karyawan adalah sebesar selisih antara harga pasar saham – saham pada saat hak beli saham diberikan dengan harga jual saham menggunakan hak beli saham. Sebesar nilai beli saham tersebut dikapitalisasikan pada laba ditahan. Dengan begitu maka jurnal yang harus dibuat untuk mencatat pengeluaran hak beli saham yang diberikan kepada karyawan adalah : Laba ditahan Rp. XXX Hak beli saham beredar Rp. XXX 92 Intermediate Accounting BAB XII LABA DITAHAN A. PENGERTIAN Helfert mendefinisikan laba ditahan sebagai jumlah kumulatif dari laba masa lalu dan saat ini yang ditahan dan diinvestasikan kembali dalam perusahaan, yang dapat didistribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden. Terdapat 2 golongan laba ditahan, yaitu : a. Laba ditahan yang masih bebas b. Laba ditahan yang telah dibatasi tujuan penggunaannya Teknik pembatasan laba ditahan 1. Melalui jurnal yaitu dengan mendebit perkiraan laba ditahan dan mengkredit perkiraan cadangan yang terkait dengan tujuan pembatasan laba ditahan tersebut. 2. Tanpa jurnal yaitu dengan memberikan disclousre dalam laporan tambahan atau catatan kaki atas lapora keuangan untuk menunjukkan jumlah dari laba ditahan yang dibatasi penggunaanya. Pembagian deviden Deviden merupakan bagian dari laba ditahan yang dibagikan kepada setiap lembar saham. Pembagian deviden ada yang dilakukan secara tetap berkala dalam jumlah yang tetap, dan adapula yang dibagikan secara tidak tetap tergantung ketersediaan laba ditahan dan ketercukupan dana. Pembagian deviden biasa dilakukan dalam 3 fase, yaitu : 93 Intermediate Accounting 1. Fase waktu pengumuman adalah waktu diumumkannya adanya pembagian deviden dalam suatu jumlah tertentu untuk setiap lembar saham yang beredar dengan pencatatan jurnal : Laba ditahan Rp. XXX Utang devidenI Rp. XXX 2. Fase waktu pendaftaran adalah gase yang tidak ada kejadian yang dianggap berpengaruh pada posisi keuangan perusahaan. Aktifitas terkait dalam pembagian deviden hanya sebatas melakukan pendaftaran terhadap nama – nama pemegang saham yang mmpunyai hak atas pembagian deviden. 3. Fase waktu pembayaran adalah fase dimana perusahaan membayar deviden yang telah diumumkan sebelumnya kepada pemegang saham yang tercatat sebagai pihak yang berhak menerima deviden. B. MACAM – MACAM DEVIDEN a. Deviden tunai Deviden jenis ini adalah jenis deviden yang paling umum dibagikan oleh PT. Yang perlu diperhatikan menejemen perusahaan sebelum mengumumkan pembagian deviden tunai adalah ketersediaan uang tunai yang cukup untuk membayar deviden tanpa mengganggu stabilitas operasi perusahaan. b. Deviden aktiva selain kas Adalah deviden yang dibayarkan dalam bentuk aktiva selain kas. Aktiva yang digunakan sebagai alat pembayaran deviden harus dicatat sebesar nilai buku atau nilai tercatatnya. c. Deviden scrip Adalah surat janji melakukan pembayarn sejumlah uang diwaktu kemudian yang diberikan oleh perusahaan sebagai deviden. Deviden jenis ini timbul karena pada saat diputuskan untuk membagian deviden tunai tanpa memperhatikan ketercukupan kas sebagai alat pembayarannya. 94 Intermediate Accounting d. Deviden likuidasi Adalah deviden yang di dalamnya termasuk pengembalian modal kepada pemegang saham. Pada umumnya perusahaan yang membagikan deviden likuidasi ini adalah perusahaan yang sebagian kekayaannya dalam bentuk aktiva tetap yang tidak bisa diperbaharui, yang mempunyai biaya pemakaian aktiva tetap merupakan unsur utama pembentukan harga pokok atau perusahaan yang telah diputuskan oleh pemegang sahamnya untuk dilikuidasi pada waktu yang telah ditetapkan. e. Deviden saham Adalah deviden yang dibayarkan dalam bentuk saham perusahaan itu sendiri, baik dalam bentuk saham sejenis maupun yang tidak sejenis. Pencatatan pembagian deviden saham dapat dilakukan dengan mengunakan 3 cara pencatatan, yaitu : Saham yang dikeluarkan sebgai deviden dicatat sebesar nilai nominalnya Saham yang dikeluarkan sebagai deviden dicatat menurut harga pasarnya pada saat diumumkan adanya pembagian deviden saham. Saham yang dikeluarkan sebagai deviden dicatat sesuai nilai penjualan saham yang menghasilkan deviden tersebut. Pengukuran terhadap ekuitas perusahaan Hal ini sangat penting untuk dilakukan agar manajemen tidak hanya mendapatkan informasi nilai absolut ekuitas belaka melainkan juga kualitas, trade off serta nilai penghargaan investor atas pengelolaan investasi yang telah diserahkan sepenuhnya pada manajemen perusahaan, sekarang dan dimasa yang akan datang. Beberapa macam pengukuran ekuitas perusahaan antara lain : 1. Nilai buku per lembar saham 2. Laba per saham 3. Rentabilitas modal sendiri 95 Intermediate Accounting 4. Rasio harga pasar saham terhadap nilai buku saham 5. Rasio harga pasar saham terhadap laba per lembar saham 6. Rasio pertumbuhan a. Pertumbuhan laba per lembar saham b. Pertumbuhan harga pasar per lembar saham c. Pertumbuhan deviden d. Pertumbuhan nilai buku saham Nilai buku per lembar saham Nilai buku per lembar saham menunjukkan hak/klaim setiap lembar saham atas kekayaan bersih perusahaan. Nilai buku ini menunnjukkan beberapa yang semestinya harus dibayar kepada setiap kepemilikan saham bila saja perusahaan dinyatakan dilikuidasi, dengan asumsi bahwa seluruh aktiva dapat dijual sesuai dengan nilai bukunya. Penentuan nilai buku per lembar saham dilakukan menurut ketentuan berikut : a. Bila perusahaan hanya mempunyai saju jenis modal saham, yaitu saham biasa maka penentuan nilai buku per lembar saham dilakukan dengan membagi total ekuitas dengan banyaknya saham beredar. b. Bila perusahaan mempunyai lebih dari satu jenis saham, maka terlebih dahulu ditentukan besarnya hak untuk masing – masing jenis saham. Bila perusahaan mempunyai lebih dari satu jenis saham dan mempunyai saham perbendaharaan Apabila perusahaan mempunyai saham beredar terdiri dari saham prioritas dan saham biasa, maka terlebih dahulu dihitung bagian modal saham prioritas, sisa ekuitas yang ada menjadi hak saham biasa. Untuk menghitung bagian modal saham prioritas perlu dipertimbangkan hal – hal berikut : 96 Intermediate Accounting a. Nilai likuidasi, yaitu sejumlah yang akan dibayarkan kepada pemegang saham prioritas seandainya perusahaan dilikuidasi b. Hak deviden. Saham prioritas mungkin mempunyai hak – hak tertentu, misalnya hak atas laba ditahan sesuai dengan perjanjian tentang deviden. C. LABA PER LEMBAR SAHAM Merupakan hak setiap lembar saham biasa terhadap laba bersih setelah pajak yang diperoleh dalam satu periode akuntansi tertentu. EPS adakalanya dilaporkan di dalam laporan laba – rugi atau dalam laporan tambahan tersendiri. EPS secara luas digunakan oleh pemegang saham atau investor potensial untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Perhitungan EPS pada perusahaan yang struktur modalnya sederhana Laba per lembar saham = Laba bersih setelah pajak – deviden saham prioritas rata – rata tertimbang saham biasa beredar Rata – rata tertimbang saham biasa beredar diperoleh dengan cara mengalikan periode peredaran saham dalam satu periode akuntansi dengan banyaknya saham yang berdar dalam periode akuntansi yang sama. Perhitungan EPS bagi perusahaan yang struktur modalnya komplex Bagi perusahaan yang mempunyai struktur modaln komplex diminta untuk menyajikan dua data laba per lembar saham, yaitu : 97 Intermediate Accounting 1. Primary earning per share Menunjukkan jumlah pendapatan yang diperoleh setiap lembar saham biasa yang beredar ( termasuk saham biasa ekuivalen ). 1– 1 (1 + i)n HPO = 1 x nominal obligasi + n (1 + i) x bunga obligasi Ket : HPO : hasil penjualan obligasi i : tarif pendapatan efektif 2. Fully dilluted earning per share Pada perhitungan ini konversi surat – surat berharga konvertibel, opsi dan warrant dilakukan dengan menggunakan metode if-converted-methode, yaitu suatu metode konversi berdasarkan asumsi : a. Konversi surat – surat berharga konvertibel, opsi dan warrant dilakukan pada awal periode akuntansi, atau pada tanggal penerbitannya bila penerbitannya lebih akhir b. Tidak ada bunga yang dibayarkan atas surat – surat berharga yang dapat dikonversikan pada awal periode, maka beban bunga yang telah dibayarkan dan diperhitungkan dalam perhitungan laba – rugi perusahaan harus ditambahkan kembali pada saat perhitungan EPS yaitu sebesar beban bunga setelah dikurangi pajak. D. RENTABILITAS MODAL SENDIRI Pengukuran rasio modal sendiri dimaksudkan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola investasi pemilik atau seberapa efektif perusahaan memnafaatkan sumber – sumber ekonomis yang dikuasainya untuk kepentingan pemilik atau pemegang saham. 98 Intermediate Accounting Rasio rntabilitas modal sendiri dihitung dengan rumus : RRMS = laba bersih setelah pajak Modal sendiri Rasio harga pasar saham terhadap nilai buku saham ( market to book ratio ) Rasio ini dihitung dengan maksud untuk mengukur seberapa besar pasar menghargai saham perusahaan. Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan rumus : Market to book ratio = harga pasar saham rata – rata Nilai buku saham Rasio harga pasar saham terhadap laba per lembar saham ( market to earning ratio ) Laba per lembar saham merupakan informasi penilaian terhadap potensi saham perusahaan yang paling awal diperoleh oleh pengguna laporan keuangan dikarenakan EPS umumnya dilaporkan secara include dengan laporan keuangan laba – rugi yang diterbitkan/dipublikasikan oleh perusahaan. Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus : Market to earning ration = harga pasar saham rata – rata Laba perlembar saham Rasio pertumbuhan ( growth ratio ) Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar pertumbuhan perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang konstan lebih disukai investor daripada perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang fluktuatif. Elemen penting yang perlu diukur pertumbuhannya terkait dengan ekuitas perusahaan adalah : 99 Intermediate Accounting a. Laba ditahan b. Laba per lembar saham c. Harga pasar per lembar saham d. Deviden e. Nilai buku saham Rasio pertumbuhan = ( Xn / Xo )1/n – 1 Ket : Xn : data yang tahun ke-n Xo : data tahun dasar E. DEFISIT LABA DITAHAN Defisit laba ditambah menunjukkan akumulasi kerugian selama operasi perusahaan. Defisit laba ditahan nampak pada saldo debit pada perkiraan laba ditahan. Bila jumlah defisit laba ditahan dalam jumlah yang relatif besar, maka defisit ini tentunya menjadi beban bagi perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Alternatif kebijakan yang dapat diambil terkai dengan adanya defisit laba ditahan yang relatif besar, yaitu : 1. Kuasi reorganisasi Merupakan prosedur akuntansi yang mengatur perusahaan merekstrukturisasi ekuitasnya dengan menghitungkan defisit dan menilai kembali aktiva dan kewajibannya tanpa melalui reorganisasi secara hukum. Syarat – syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan kuasi reorganisasi adalah : a. Perusahaan mengalami defisit dalam jumlah besar b. Perusahaan harus memiliki status kelancaran uaha dan memiliki prospek yang baik pada saat kuasi reorganisasi dilakukan c. Perusahaan tidak sedang menghadapi permohonan kepilitan d. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku, dan 100 Intermediate Accounting e. Saldo ekuitas setelah kuasi reorganisasi harus positif 2. Penghentian operasi Hal ini dapat dilakukan terhadap link atau segmen tertentu atau terhadap cabang atau anak perusahaan tertentu atau terhadap operasi perusahaan secara keseluruhan. Penghentian operasi dapat dilakukan dengan maksud untuk menghentikan sumber defisit laba ditahan perusahaan dan likuidasi. Syarat – syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan kegiatan penghentian operasi, yaitu : a. Penrusahaan mengalami defisit dalam jumlah yang besar b. Terdapat bukti yang kuat bahwa perusahaan tidak memiliki status kelangsungan usaha dan tidak memiliki prospek yang baik dimasa yang akan datang c. Perusahaan dalam proses kepailitan d. Organ perusahaan yang berwenang ( RUPS ) telah menyetujui rencana formal yang rinci untuk menghentikan operasi perusahaan dan melakukan pengumuman atas rencana tersebut sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku e. Perusahaan telah menandatangani perjanjian yang bersifat mengikat untuk menjual secara substansi seluruh aktiva yang berkaitan langsung dengan operasi dalam penghentian XIII PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI DAN KOREKSI KESALAHAN 101 Intermediate Accounting A. PERUBAHAN KEBIJIKAN AKUNTANSI Produk utama dari proses akuntansi adalah laporan keuangan yang disusun dengan maksud untuk memberikan informasi kepada pengguna laporan keuangan tentang posisi keuangan dan potensi keuangan perusahaan. Agar laporan keuangan dapat memberikan informasi secara optimal kepada penggunanya, maka laporan keuangan yang disusun perusahaan harus memenuhi beberapa karakteristik kualitatif, salah satu diantaranya adalah laporan keuangan harus mempunyai kemampuan untuk diperbandingkan dengan laporan keuangan lainnya. Perubahan prinsip akuntansi Perubahan dalam prinsip akuntansi meliputi perubahan dari satu prinsip akuntansi yang diterima secara umum ke prinsip akuntansi yang diterima secara umum lainnya. Suatu perubahan dalam prinsip akuntansi dapat diterapkan secara retrosfektif atau prospektif. a. Penerapan perubahan prinsip akuntansi secara retrospektif Bahwa kebijakan akuntansi yang baru tersebut seolah – olah diterapkan pada suatu kejadian atau transaksi sejak tanggal terjadinya kejadian atau transaksi tersebut. b. Penerapan akuntansi perubahan prinsip akuntansi secara prospektif Bahwa kebijakan akuntansi yang baru diterapkan pada kejadian atau transaksi yang terjadi setelah tanggal perubahan. B. PERUBAHAN DALAM ESTIMASI AKUNTANSI Astimasi merupakan salah satu hakekat akuntansi. Dalam prakteknya, akuntansi tidak mungkin dapat dihindari dari estimasi – estimasinya, justru 102 Intermediate Accounting estimasi ini telah memberikan nuansa seni dalam praktek akuntansi. Revisi terhadap perubahan estimasi bukan merupakan koreksi kesalahan maka dalam perlakuan akuntansinya revisi atas estimasi harus diperlakukan sebagai perubahan kebijakan akuntansi yang diterapkan secara prospektif, dengan begitu tidak memerlukan adanya jurnal penyesuaian yang berhubungan dengan periode sebelumnya, baik terhadap saldo awal laba ditahan atau dalam penyusunan laporan laba – rugi periode sekarang, karena saldo yang tidak perlu dihitung kembali. C. KOREKSI KESALAHAN MENDASAR Kesalahan dalam pencatatan transaksi bisa saja terjadi baik itu karena sengaja atau tidak, baik itu pada perusahaan kecil atau pada perusahaan besar. Namun begitu kesalahan pencatatan transaksi lebih sering terjadi pada perusahaan kecil – menengah, hal ini lebih dikarenakan kepada perusahaan kecil – menengah tidak cukup tersedia personal yang cukup kapabel dibidang akuntansi, tidak adanya sistem dan prosedur akuntansi yang memadai yang dapat mengontrol secara sistematik terhadap proses pengelolaan transaksi. Kesalahan pencatatan yang memerlukan koreksi Kesalahn ini adalah kesalahan pencatatan yang dianggap tidak berpengaruh secara cukup material terhadap laporan keuangan atau kesalahan yang dapat saling mengkoreksi secara otomatis dengan berlalunya waktu. Kesalahan pencatatan yang memerlukan koreksi Kesalahan ini adalah kesalahan yang dianggap berpengaruh cukup material terhadap laporan keuangan atau kesalahan itu tidak dapat saling mengkoreksi secara otomatis dengan berlalunya waktu. Dalam pmbetulan kesalahan ada 4 hal yang perlu dipahami, yaitu : 1. Bagaimana kesalahan tersebut telah diperbuat 2. Bagaimana jenis kesalahan tersebut 3. Bagaimana pengaruhnya terhadap laporan keuangan 103 Intermediate Accounting 4. Bagaimana cara koreksinya Terdapat 4 jenis kesalahan pencatatan berdasarkan bagaimana kesalahan itu : 1. Kesalahan dalam pembuatan jurnal dan kesalahan tersebut belum dijurnal 2. Kesalahan dalam memposting ke buku besar sedangkan jurnalnya sudah benar 3. Kesalahan dalam pembuatan jurnal dan telah diposting ke perkiraan buku besarnya, kesalahan tersebut diketahui sebelum penutupan periode akuntansi 4. Kesalahan dalam pembuatan jurnal dan telah diposting ke perkiraan buku besarnya, kesalahan tersebut diketahui setelah penutupan periode akuntansi 104