Buddhism Ajaran Buddhism Tidak ada perbedaan antara pikiran dan tubuh, aksi dan fenomena, objek dan subjek, dan orang biasa dan Buddha Dunia ini adalah maya dan tidak kekal (ephemeral & Illusory) Dengan mengabaikan dunia dan mengosongkan pikiran bisa sampai ke nirvana Buddhism berusaha mengembalikan keaslian pikiran yang memandang bahwa fenomena (rupa) adalah kosong (sunyata) dan kekosongan adalah fenomena (Lew, 1975). Buddha ada di dalam setiap orang Dunia dan Nirvana adalah sama ketika seseorang mengosongkan pikirannya dan mencapai ketiadaan Tujuan hidup setiap individu adalah untuk menghilangkan keunikan dengan memasuki nirvana (Oliver, 1962). Paramitas Dana (memberi & kemurahan hati) Sila (moralitas dan kebenaran) Ksanti (kesabaran) Tiga hal ini mengantarkan manusia pada kebahagiaan, kemakmuran, dan kedamaian Tiga unsur Paramitas Yang Lain Virya (energy/keuletan dalam mengabdi) Dhyana (melatih ketenangan pikiran) Prajna (kebijaksanaan) Tiga hal ini menjauhkan manusia pada keduniaan dan kesalahan dan kembali kepada kebersihan pikiran (original mind) Sumber pengetahuan Sensasi atau persepsi Inference (kesimpulan) Tiga tahap persepsi atau sensasi Pure sensation (data diterima 5 indera) Pure intelligible intuition (data dimasukkan ke dalam pikiran) Reproductive imagination (data dibentuk oleh konsep yang ada dalam pikiran) Ilusi dalam pikiran kita muncul di tahap ketiga Ilusi dalam pikiran inilah yang menciptakan fenomena yang terjadi di dunia Konsep pikiran kita mewarnai data asli (pure sensation) inference Sumber pengetahuan yang tidak langsung Buddhism dan Komunikasi Buddhism tidak mempercayai komunikasi baik lisan maupun tulisan selama itu tidak utuh, terbatas, dan tidak digunakan untuk menyampaikan kebenaran Kata-kata digunakan untuk menyampaikan keduniaan yang hanya perkiraan dan tidak mampu menyampaikan arti sebenarnya Perintah tentang 10 kebajikan (Paramita), 4 diantaranya adalah tentang komunikasi (tidak boleh berbohong, tidak boleh mengikuti pembicaraan setan, tidak boleh berbicara tidak konsisten, tidak boleh menyanjung) Pengetahuan absolut didapat dari “saat pertama” Komunikasi yang sebenarnya terjadi secara “instan” dan pemahaman didapat dalam momen yang sangat singkat di awal Tidak bisa dibedakan antara sumber dan penerima pesan Komunikasi yang sesungguhnya dipercaya terjadi apabila seseorang berbicara tanpa mulut dan mendengar tanpa telinga Pikiran adalah indera keenam atau pembentuk persepsi I-sim jun-sim adalah bentuk tahap tertinggi komunikasi yang mampu menhadirkan pemahaman bersama (telepathy/bab 8) Komunikasi yang implisit dan kemampuan melihat makna tersembunyi merupakan suatu kemampuan berharga pada ajaran Buddhism Keheningan merupakan hal penting, demikian halnya pada komunikasi Meditasoi adalah cara mencapai “true mind”, dan berkomunikasi dengan “original mind” Komunikasi Implisit dan ambigu mampu menyatukan dan saling melengkapi dua orang yang sedang berkomunikasi (Konfusianisme: untuk menjaga hubungan antar orang yang berkomunikasi) Buddhism menganggap semua makhluk sama derajatnya dan menganjurkan hubungan dengan setiap makhluk tanpa terbatas golongan Referensi Lew, S.K. 1975. The peculiat and universal character of Eastern and Western thoyght. Korea Journal.5. 22-8. Oliver, R.T. 1962. Culture and Communication. Springfield, IL: Thomas.