kemampuan komunikasi matematis siswa kelas

advertisement
KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS
UNGGULAN DAN SISWA KELAS REGULER KELAS X SMA PANJURA
MALANG PADA MATERI LOGIKA MATEMATIKA
N.A. Zavy Sulthani
Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang
Email : [email protected]
Advisor : Drs. Erry Hidayanto, M.Si ; Aning Wida Yanti, S.Si, M.Pd
ABSTRAK
Komunikasi matematika merupakan cara untuk menyampaikan ide yang
dimiliki siswa. Oleh sebab itu maka kemampuan berkomunikasi matematis
antar siswa tidaklah sama. Pada penelitian ini akan dibandingkan sekaligus
digambarkan bagaimana komunikasi matematis kelas unggulan dan kelas
reguler kelas X di SMA Panjura Malang. Kelas unggulan dan kelas reguler
ditentukan melalui mekanisme tes tulis dan wawancara yang dilakukan oleh
seluruh guru.
Pengklasifikasian kemampuan komunikasi dibagi menjadi 5 level, yaitu
level 4, 3, 2, 1 dan 0. Pengklasifikasian tiap level didasarkan pada rubrik yang
dibuat peneliti berdasarkan Maine Holistic Rubric for Mathematics yang dibuat
oleh Maine Department of Education, Maryland Math Communication Rubric
yang dibuat oleh Maryland State Department of Education, dan QUASAR
General Rubric yang dibuat oleh Suzanne Lane
Berdasarkan hasil penelitian diketahui beberapa hal berkenaan dengan
komunikasi siswa yaitu komunikasi lisan siswa kelas X kelas unggulan di SMA
Panjura Malang berada pada level 4 dan level 3, kemudian untuk komunikasi
lisan siswa kelas X kelas reguler di SMA Panjura Malang berada pada level 0,
level 1 dan level 2. Komunikasi tulisan siswa kelas X kelas unggulan di SMA
Panjura Malang berada pada level 4 dan komunikasi tulisan siswa kelas X
kelas reguler di SMA Panjura Malang berada pada level 0 dan level 1.
Kata kunci : komunikasi matematis, kemampuan komunikasi matematis, logika
matematika.
Kegiatan utama dalam proses pendidikan
di sekolah adalah kegiatan belajar mengajar.
Proses belajar mengajar yang ada merupakan
penentu keberhasilan dalam mencapai tujuan
pendidikan. Siswa yang belajar diharapkan
mengalami perubahan
baik dalam bidang
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan
sikap (Dimyati dan Mudjiono, 1994).
Akan tetapi tidak dapat dipungkiri setiap
siswa memiliki karakter yang berbeda sehingga
menghasilkan peningkatan hasil belajar yang
berbeda. Oleh sebab itu sering muncul
pembelajaran-pembelajaran yang menfasilitasi
siswa sesuai dengan kadar kemampuan
pemahaman dan hasil belajarnya. Salah satu dari
cara tersebut adalah dengan memunculkan kelas
unggulan dan kelas regular (Sawali, 2007).
Direktorat Pendidikan Dasar mengartikan kelas
unggulan sebagai sebuah kelas dengan sejumlah
anak didik yang karena prestasinya menonjol
dikelompokkan di dalam satu kelas tertentu,
kemudian diberi program pengajaran yang sesuai
dengan kurikulum yang dikembangkan dan
adanya tambahan materi pada mata pelajaran
tertentu (Supriyono, 2009: 13)
Dalam perjalanannya pembentukan kelas
unggulan menuai pro-kontra. Kelas heterogen
justru akan mempersubur mediokritas, di mana
anak-anak cemerlang sulit mengembangkan
talenta dan kecerdasannya, mengalami stagnasi
dan pemandulan intelektual, hal serupa juga
akan dialami anak dengan kecerdasan menengah
ke bawah (Sawali, 2007).
Model pembelajaran yang berbeda,
sedikit banyak akan mengakibatkan kemampuan
komunikasi yang berbeda, karena memang
lingkungan akan sangat mampu mempengaruhi
kemampuan seseorang (Desmita, 2010). Disisi
lain komunikasi merupakan proses dalam
mencari, memilah-milah, merumuskan, serta
menerapkan, mengatur, menghubungkan, dan
menjadikan campuran antara gagasan-gagasan
dengan kata-kata yang sudah mempunyai arti itu
dapat dipahami (DePorter Bobby, 1992: 150)
Matematika sendiri merupakan salah satu
jenis bahasa. Bahkan menurut Jujun S.
Suriasumantri (2007: 190) matematika adalah
merupakan bahasa yang berupa/melambangkan
serangkaian makna dari pernyataan yang ingin
kita sampaikan. Lambang-lambang matematika
bersifat artifisial yang akan mempunyai arti
setelah sebuah makna diberikan padanya, tanpa
itu matematika hanya merupakan kumpulan
rumus-rumus yang mati. Hal senada juga
disampaikan oleh Evawati Alisah (2007: 23)
matematika adalah sebuah bahasa, ini artinya
matematika
merupakan
sebuah
cara
mengungkapkan atau menerangkan dengan cara
tertentu.
Bahkan matematika merupakan alat
komunikasi yang teliti, kuat dan tidak
membingungkan (Fajar: 2004). Lindquist (1996)
berpendapat jika kita sepakat bahwa matematika
itu merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut
sebagai bahasan terbaik dalam komunitasnya,
maka mudah dipahami bahwa komunikasi
merupakan esensi dari mengajar, belajar, dan
mengakses matematika.
Selain itu dalam hal proses pembelajaran,
Pugalee (2001) mengatakan bahwa siswa perlu
dibiasakan
dalam
pembelajaran
untuk
memberikan argumen atas setiap jawabannya
serta memberikan tanggapan atas jawaban yang
diberikan oleh orang lain, sehingga apa yang
sedang dipelajari menjadi lebih bermakna
baginya.
Melihat hal di atas maka tentulah
komunikasi merupakan bagian yang sangat
penting pada matematika dan pendidikan
matematika. Melalui proses mengkomunikasikan
akan didapat sebuah solusi baik berkenaan
dengan problem yang disampaikan atau pun
berkenaan dengan tata cara penyampaian ide itu
sendiri (Kalman, 2008: 44). Lebih dari itu, posisi
komunikasi dalam matematika yang begitu
penting ternyata juga mengakibatkan timbulnya
sebuah pemahaman tentang kualitas guru. Guru
yang berkualitas diartikan sebagai guru yang
mampu memahami tingkat kemampuan berbagi
ide atau berkomunikasi dari tiap siswa yang
berbeda (Steale, 2009: 92).
Seperti halnya pada definisi komunikasi
secara umum bahwa penyampaian komunikasi
matematika dilakukan dalam 2 tipe yaitu lisan
dan tulis. Inti dari menulis adalah komunikasi,
karena
dengan
menulis
kita
sedang
menyampaikan pesan untuk orang lain atau
untuk diri kita sendiri (Kevin, 2009: 26).
Kemampuan komunikasi tulis bisa berupa
kemampuan
penulisan
bentuk
simbol,
sistematika cara menulis hingga menemukan
hasil akhir, dan menggunakan simbol sesuai
fungsi (Kevin, 2009: 34).
Materi dalam matematika yang sangat
erat kaitannya dengan bahasa adalah logika.
Secara etimologis, logika berasal dari bahasa
Yunani yaitu logos yang berarti kata, ucapan
atau pikiran secara utuh. Logika adalah cabang
ilmu yang mengkaji penurunan kesimpulankesimpulan yang shahih dan tidak shahih
(Markaban, 2004: 2). Logika memiliki kaitan
erat dengan proses pembuktian pernyataan (Tan,
2006: 116). Oleh sebab itu logika marupakan
salah satu materi yang sesuai untuk dijadikan
bahan penelitian berkenaan dengan komunikasi
matematika.
Melihat paparan di atas tentu dapat
dipahami bahwa mengetahui kemampuan
komunikasi siswa merupakan hal yang penting
dalam hubungannya dengan penentuan strategi
pembelajaran, metode pembelajaran dan model
pembelajaran yang tepat dalam artian sesuai
dengan kemampuan komunikasi siswa.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menggambarkan
kemampuan
komunikasi
matematis siswa kelas unggulan dan siswa kelas
reguler kelas X di SMA Panjura Malang pada
materi logika matematika, dan untuk mengetahui
apa perbedaan dari kemampuan komunikasi
matematis siswa kelas unggulan dengan siswa
kelas reguler kelas X di SMA Panjura Malang
pada materi logika matematika
Manfaat dari penelitian yang dilakukan
di SMA Panjura Malang ini adalah memberikan
informasi bagi pendidik khususnya pendidik
dalam mata pelajaran matematika tentang
gambaran tingkat komunikasi di kelas regular
dan kelas unggulan di SMA Panjura Malang.
Serta bisa dijadikan sumber informasi yang
dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian
yang lebih lanjut mengenai gaya komunikasi
matematis.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan menyelidiki
kemampuan komunikasi matematis kelas
unggulan dan kelas reguler dan kemudian
membandingkan dari keduanya. Sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini,
yaitu untuk memberikan gambaran kemampuan
komunikasi matematis siswa kelas unggulan
dengan kemampuan komunikasi siswa reguler.
Maka jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kualitatif diskriptif-komparatif.
Penelitian dilaksanakan di SMA Panjura
Malang kelas X yang terdiri dari X1 , X2 , X3 dan
X4. Pelaksanaan penelitian ini membutuhkan
waktu 1 bulan (dari awal materi logika hingga
berakhir) yang dimulai bulan Februari sampai
Maret 2012.
Instrumen pada penelitian ini berupa
angket, rekaman wawancara, lembar observasi
dan tes baik tulis maupun nontulis. Salah satu
instrumen yang penting dalam penelitian ini
adalah rubrik. Ada dua jenis rubrik yang akan
digunakan yaitu rubrik untuk mengetahui
kemampuan komunikasi lisan dan rubrik untuk
mengetahui kemampuan komunikasi tulis.
Rubrik yang sering digunakan untuk
mengukur kamampuan komunikasi adalah
Maine Holistic Rubric for Mathematics yang dibuat
oleh Maine Department of Education, Maryland
Math Communication Rubric yang dibuat oleh
Maryland State Department of Education dan
QUASAR General Rubric yang dibuat oleh
Suzanne Lane (Johnson, 2004).
Pada proses pengembangan instrumen,
peneliti memodifikasi rubrik untuk disesuaikan
dengan kebutuhan penelitian. Rubrik modifikasi
ini merupakan rubrik yang dibuat berdasarkan
Maine Holistic Rubric for Mathematics, Maryland
Math Communication dan QUASAR General
Rubric. Rubrik hasil modifikasi tersebut adalah
sebagai berikut
Rubrik komunikasi lisan
Level
Kriteria
4
 Memberikan respon lengkap dengan penjelasan.
 Memberikan penjelasan yang tidak ambigu
dan/atau keterangan.
 Penjelasan terstruktur dari mulai apa yang
diketahui, ditanya, jawaban dan dasar teori.
 Berkomunikasi secara efektif kepada khalayak
yang teridentifikasi.
 Menyajikan argumen yang kuat secara logis dan
lengkap disertai dasar teori sekaligus
menyertakan contoh-contoh dan kontra-contoh.
3
 Memberikan respon yang cukup lengkap
dengan penjelasan atau deskripsi cukup jelas.
 Penjelasan terstruktur dari mulai apa yang
diketahui, ditanya, jawaban dan dasar teori.
 Menyajikan mendukung argumen yang logis
tapi mungkin mengandung beberapa celah kecil
seperti kesalahan dalam menyampaiakn teori.
2
 Belum mampu memberikan respon
 Penjelasan kurang terstruktur dari mulai apa
yang diketahui, ditanya, jawaban dan dasar
teori.
 Melakukan lompatan-lompatan dalam
menjelaskan jawaban akan tetapi masih
mengetahui hubungannya.
 Memberikan penjelasan atau deskripsi yang
ambigu atau tidak jelas.
 Komunikasi sulit untuk ditafsirkan.
 Argumen tidak lengkap atau didasarkan pada
premis yang tidak logis
1
 Belum mampu memberikan respon atau
feedback.
 Memiliki beberapa unsur yang memuaskan pada
saat menjelaskan tetapi mungkin gagal untuk
menyelesaikan atau mungkin menghilangkan
bagian-bagian penting dari masalah.
 Penjelasan atau deskripsi mungkin hilang atau
sulit untuk diikuti akan tetapi masih mampu
menjelaskan.
 Penjelasan kurang terstruktur dari mulai apa
yang diketahui, ditanya, jawaban dan dasar
teori. Melakukan lompatan-lompatan dalam
menjelaskan jawaban tidak mengetahui
mengetahui hubungannya.
 Tidak dapat menyampaiakan dasar teori
0
 Berkomunikasi tidak efektif, kata-kata tidak
mencerminkan masalah.
 Penjelasan atau deskripsi tidak sesuai dengan
masalah.
 Penjelasan tidak terstruktur.
 Tidak dapat memberikan penjelasan dan
feedback.
 Tidak dapat menyampaiakan dasar teori.
Rubrik komunikasi tulisan
Level
Kriteria
4
 Menggunakan bahasa matematika (istilah,
simbol dan tanda) yang sangat efektif, akurat
dan menyeluruh untuk menggambarkan operasi,
konsep dan proses.
 Solusi benar dan strategi yang sesuai
ditunjukkan, dan solusi ditunjukkan dengan
label yang benar, ada deskripsi.
3
 Menggunakan matematika bahasa (istilah,
simbol, tanda) yang sebagian efektif, akurat,
dan menyeluruh untuk menjelaskan operasi,
konsep dan proses.
 Sesuatu yang lengkap, strategi yang sesuai
ditunjukkan atau dijelasakan tapi solusi yang
tidak benar diberikan karena perhitungan atau
pemahaman yang salah.
 Solusi yang benar dan strategi yang sesuai
ditunjukkan tapi tidak dilabelkan secara benar
ketika diperlukan.
2
 Menggunakan matematika bahasa (istilah,
simbol, tanda, dan atau representasi) yang
minimal efektif dan akurat,untuk menjelaskan
operasi, konsep dan proses.
 Solusi yang benar dengan strategi yang tidak
sesuai atau penjelasan yang tidak ditunjukkan.
 Beberapa bagian strategi yang sesuai
ditunjukkan tapi tidak lengkap.
 Beberapa bagian strategi yang sesuai
ditunjukkan dengan beberapa bagian yang tidak
sesuai.
1
 Menggunakan matematika bahasa (istilah,
simbol, tanda, dan atau representasi) yang tidak
akurat, dan menyeluruh untuk menjelaskan
operasi, konsep dan proses.
 Respon salah, ditunjukkan dengan adanya
penjelasan tertulis tentang cara mengerjakan
meskipun tidak terselesaikan.
 Ada beberapa pekerjaan atau penjelasan di luar
menyalin data kembali, tetapi pekerjaan tidak
akan mengarah pada solusi yang tepat.
 Tidak terdapat strategi penyelesaian
 Satu atau lebih pendekatan tidak dijelaskan.
0
 Menggunakan matematika bahasa (istilah,
simbol, tanda, dan / atau representasi) yang
tidak akurat.
 Tidak ada solusi diberikan.
 Tidak terbaca, kosong atau tidak mencukupi
untuk skor.
 Tidak dikerjakan atau tidak ada solusi yang
ditunjukkan.
 Solusi tidak benar dan tidak ada pekerjaan yang
ditunjukkan. Beberapa data dari masalah
disalin, tetapi tidak ada bukti dari strategi
apapun ditampilkan atau dijelaskan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembelajaran matematika di SMA
Panjura Malang tergolong unik. Dalam proses
penyampaian materi menggunakan team
teaching. Sehingga dalam satu minggu siswa
mendapatkan semua materi yang ada dalam satu
semester, secara sederhana dalam satu minggu
siswa mendapatkan materi trigonometri,
persamaan kuadrat dan logika. Tiap materi akan
disampaikan oleh guru yang berbeda. Secara
otomatis RPP yang disusun pun merupakan hasil
rapat dari semua guru matematika. Pembelajaran
di SMA Panjura menggunkan metode
konvensional yaitu dengan ceramah
Waktu yang diberikan untuk materi
logika hanya 1 kali pertemuan dalam satu
minggu, tiap pertemuan berdurasi 90 menit atau
2 jam pelajaran. Sehingga tiap kelas mulai dari
X1 sampai X4 hanya mempelajari logika satu
kali dalam satu minggu. Materi logika yang
diberika meliputi pernyataan, ingkaran, disjungsi
dan ingkarannya, konjungsi dan ingkarannya,
implikasi dan ingkarannya, biimplikasi dan
ingkarannya, konvers, invers dan kontraposisi.
Kelas X di SMA Panjura terdiri dari 4
kelas yaitu X1, X2, X3 dan X4. Rata-rata tiap
kelas berisi 30 siswa, dimana kelas X1 terdapat
28 siswa, X2 terdapat 30 siswa, X3 terdapat 30
siswa dan X4 terdapat 29 siswa. Kelas ini
merupakan hasil klasifikasi sesuai kemampuan
akademik. Kelas X1 dan X2 merupakan kelas
unggulan dan kelas X3 dan X4 adalah kelas
reguler.
Pengelompokan
kelas
ini
tidak
menggunakan nilai ujian nasional akan tetapi
dengan menggunakan tes tulis dan wawancara
yang diadakan SMA Panjura. Tes tulis dilakukan
dengan cara mengerjakan soal uraian dan pilihan
ganda. Soal ini dibuat oleh guru-guru pada tiap
mata pelajaran. Sedangkan untuk wawancara,
seluruh guru ikut membantu. Tiap guru rata-rata
mewawancarai 3 siswa. Wawancara ini bersifat
terstruktur, karena sekolah ingin mendapatkan
data berkenaan dengan minat, keahlian dan
masalah-masalah pribadi yang sering dialami
siswa.
Hasil dan pembahasan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut
Komunikasi lisan kelas unggulan
Secara umum tingkat komunikasi lisan
dari siswa kelas unggulan di SMA Panjura
Malang berada pada level 3 dan level 4, adapun
pemaran secara terperinci adalah sebagi berikut
Komunikasi lisan kelas X1
Melihat dari hasil penemuan di lapangan,
siswa kelas X1 dalam berkomunikasi lisan
mampu memberikan respon yang baik seperti
yang ditunjukkan pada pertemuan hari Selasa
tanggal 14 Februari pada materi pernyataan dan
ingkaran, hari Sabtu tanggal 25 Februari pada
materi disjungsi dan pada pertemuan lain di
kelas X1. Ketika diberikan pertanyaan oleh guru,
siswa mampu memberikan respon dengan
tanggap. Penyajian argumen siswa bisa
dikatakan
jelas
karena
siswa
mampu
memberikan contoh bahkan contoh dalam
kehidupan sehari-hari sehingga siswa lain
mampu menangkap penjelasan tersebut seperti
pada pertemuan hari Selasa tanggal 28 Februari
saat materi disjungsi dan Selasa 6 Maret pada
materi konjungsi. Selain itu dalam menjelaskan
jawabannya, siswa sudah mampu memberikan
pemaparan dasar teori yang digunakan, hal ini
seperti yang terjadi di pertemuan hari Selasa
tanggal 28 Februari pada materi disjungsi dan
hari Selasa tanggal 13 Maret pada materi
implikasi.
Gaya menjelaskan terlihat sangat
terstruktur seperti yang ditemui pada pertemuan
hari Selasa tanggal 28 Februari, hari Selasa 6
Maret, hari Selasa 13 Maret. Pada pertemuan
tersebut ketika siswa menjelaskan, terlihat siswa
memulai dengan apa yang diketahui di soal dan
apa yang ditanyakan. Beberapa siswa bahkan
menjelaskan apa yang diketahui dengan
terperinci, siswa juga mampu mengupas
informasi yang ada pada soal. Selain itu juga
terlihat siswa mampu memberikan dasar teori
yang digunakan untuk menjawab pertanyaan,
seperti pengunggkapan dasar teori saat
menjawab soal logaritma.
Fenomena
ini
menurut
rubrik
komunikasi, menunjukkan bahwa komunikasi
siswa kelas X1 di SMA Panjura masuk pada
level 4.
Komunikasi lisan kelas X2
Hal yang mirip dengan X1 juga ditemui
di kelas X2. Dalam memberikan respon, siswa
sudah cukup lancar dan tanggap dan
memberikan dasar teori seperti yang terjadi di
hari Sabtu 10 Maret pada materi konjungsi, akan
tetapi ada pula tanggapan yang tidak didasarkan
teori seperti pada pertemuan hari Sabtu 24 Maret
pada materi biimplikasi. Siswa juga mampu
memberikan jawaban dan penjelasan yang unik
seperti yang terjadi pada pertemuan hari Sabtu
10 Maret berkenaan dengan negasi dari bilangan
prima.
Siswa mampu memaparkan apa yang
diketahui di soal dengan lengkap, bahkan
beberapa siswa mampu mengupas apa yang
diketahui di soal seperti yang terjadi di
pertemuan Sabtu tanggal 24 Maret pada materi
biimplikasi. Semua siswa menggunakan metode
yang sama dalam menjelaskan yaitu dengan
memaparkan apa yang diketahui, apa yang
ditanyakan dan bagaimana jawabannya. Pada
tahan
bagaimana
jawabannya,
siswa
menjelaskan
dengan
sistematis
dengan
memaparkan proses-prosesnya, seperti pada
pertemuan 10 Maret pada materi konjungsi. Hal
ini ditemui di setiap pertemuan di kelas X2.
Hal itu menunjukkan dalam proses
menjelaskan, siswa kelas X2 di SMA Panjura
masuk pada level 4. Sedangkan untuk proses
memberikan respon atau argumen berada pada
level 4 dan level 3.
Komunikasi tulisan kelas unggulan
Jika dirata-rata maka tingkat komunikasi
tulisan dari siswa kelas unggulan di SMA
Panjura Malang yaitu kelas X1 dan kelas X2
berada pada level 3 dan level 4.
Komunikasi tulisan kelas X1
Komunikasi tulisan matematika tidak
terlepas dari penggunaan simbol matematika.
Pada tiap pertemuan di kelas X1 tidak ditemui
kesalahan dalam penggunaan notasi matematika
baik seperti notasi logika, himpunan, logaritma
dan
lain
sebagainya.
Siswa
mampu
menggunakan notasi yang berkenaan dengan
operasi dan proses, seperti irisan, gabungan,
disjungsi, implikasi, biimplikasi dan konjungsi.
Penulisan lambang yang bersifat konsep pun
siswa mampu menuliskan dengan benar seperti
pada jawaban soal materi konjungsi, disjungsi,
implikasi dan biimplikasi,yaitu penggunanan
notasi nilai kebenaran, himpunan, hal ini seperti
yang ditemui pada pertemuan hari Selasa 14
Februari pada materi pernyataan, hari Selasa 6
Maret pada materi konjungsi dan Selasa 13
Maret pada materi implikasi. Maka dalam
penggunaan bahasa matematika, semua siswa
kelas X1 di SMA Panjura masuk pada level 4.
Sedangkan dalam menuliskan solusi ada
kesalahan dalam memberikan penjelasan secara
tulis meskipun jawaban benar, seperti pada
pertemuan hari Selasa 14 Februari pada
pengerjaan nomor 1, sebanyak 2 siswa
mengalami kesalahan dan 26 siswa lainnya
memberikan solusi dengan jelas. Akan tetapi
pada materi selanjutnya, sebagian besar siswa
mampu memberikan penjelasan tertulis dengan
terstruktur.
Hal ini bisa dilihat pada saat pertemuan
materi disjungsi hari Selasa 28 Februari.
Sebanyak 5 siswa berada pada level 3, akan
tetapi selebihnya masih berada di level 4.
Bahkan 5 siswa tersebut berada pada level 3 di
soal nomor 3 saja, sedangakan mereka berada
pada level 4 di soal nomor 1, 2 dan 4.
Menginjakn materi konjungsi hari Selasa
tanggal 6 Maret dan Selasa 13 Maret pada materi
implikasi. Semua siswa mampu mengerjakan
secara terstruktur sehingga
paad materi
konjungsi 28 siswa berada pada level 4.
Semua siswa memberikan penjelasan
tertulis dengan penambahan kalimat yang
menghubungkan tahap yang satu ke tahap yang
lain dan kemudian diakhiri dengan kalimat
kesimpulan. Oleh sebab itu dalam penyajian
solusi dan strategi penyelesaian, siswa kelas
unggulan di SMA Panjura mayoritas berada
pada level 4 yaitu sebanyak 22 siswa dan hanya
6 siswa yang berada pada level 3. Artinya
komunikasi tulisan siswa di kelas X1 berada
pada level 4 dan level 3.
Komunikasi tulisan kelas X2
Siswa kelas X2 mampu menggunakan
notasi atau lambang dengan benar. Tidak
ditemui kesalahan dalam menuliskan notasi di
setiap pertemuan di kelas X2. Semua notasi baik
itu notasi logika, himpunan, logaritma mampu
ditulis dengan tepat. Selain itu siswa juga
mampu menggunakan notasi yang berkenaan
dengan operasi dan proses, seperti irisan,
gabungan, disjungsi, implikasi, biimplikasi dan
konjungsi. Lambang yang memiliki sifat konsep
pun siswa mampu menuliskan dengan benar
seperti pada jawaban soal materi konjungsi,
disjungsi, implikasi dan biimplikasi. Hal ini
seperti
penggunanan
notasi
himpunan
penyelesaian, perubahan dari tanda mutlak
menjadi kuraung kurawa dan notasi nilai
kebenaran. Secara umum penggunaan bahasa
matematika siswa kelas X2 di SMA Panjura
masuk pada level 4.
Pada saat penulisan solusi, beberapa
siswa mengalami kesalahan pada materi
disjungsi hari Sabtu 25 Februari. Bahkan pada
soal nomor 4, semua siswa berada pada level 3.
Selain itu ada 6 siswa yang berada pada level 3
di soal nomor 2. Akan tetapi sebagian besar
mampu memberikan solusi dengan benar. Siswa
sudah mampu memberikan jawaban lengkap
dengan gambar seperti pada pertemuan hari
Sabtu 28 Februari. Selain itu ada beberapa orang
yang tidak menyertakan cara untuk mendapatkan
solusi seperti pada pertemuan hari Sabtu 24
Maret pada materi biimplikasi. Hanya 1 orang
yang berada di level 3 dan itupun hanya pada
soal nomor 3. Selebihnya sebanyak 29 siswa
yang lain berada pada level 4.
Oleh sebab itu komunikasi tulisan siswa
kelas X2 di SMA Panjura berada pada level 3
dan 4.
Komunikasi lisan kelas reguler
Berbeda jauh dengan kelas unggulan,
secara rata-rata tingkat komunikasi lisan dari
siswa kelas reguler di SMA Panjura Malang
yaitu kelas X3 dan X4 berada pada level 0, level
1 dan level 2. Adapun pemaran secara terperinci
adalah sebagi berikut
Komunikasi lisan kelas X3
Secara umum, kelas X3 kurang mampu
dalam menyampaikan ide lewat lisan. Hal ini
terlihat pada pertemuan-pertemuan di kelas X3.
Siswa masih belum mampu memberikan respon,
hal ini bisa dilihat dari siswa yang tidak
memberikan
jawaban
ketika
diberikan
pertanyaan oleh guru berkenaan dengan apa
yang dijelaskan. Ketika siswa diminta
menjelaskan jawabannya ke pada teman-teman,
siswa cenderung membaca apa yang ditulisnya
seperti pada pertemuan hari Jum’at 17 Februari
pada materi pernyataan, bahkan ada siswa yang
tidak mampu menjelaskan sama sekali seperti
pada pertemuan Jum’at 17 Februari materi
pernyataan, Jum’at 16 Maret pada materi
implikasi. Siswa juga kurang dalam memberikan
dasar teori, selain itu sering terjadi kesalahan
konsep seperti yang ditemui pada pertemuan hari
Jum’at 2 Maret saat materi disjungsi dan Jum’at
16 Maret pada materi implikasi.
Proses penjelasan dari siswa kurang
terstruktur, siswa bahkan sering tidak
mengetahui apa yang diketahui di soal seperti
pada pertemuan Jum’at 16 Maret pada materi
implikasi. Tidak sediki pula siswa yang
memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan
apa yang ditanyakan seperti pada jawaban soal
materi pernyataan pada pertemuan hari Jum’at
17 Februari. Selain hanya membaca apa yang
ditulisnya, siswa juga sering melakukan
lompatan dalam menjelaskan, siswa sering
menjelaskan langsung ke hasil akhir, hal ini
ditemui pada pertemuan materi disjungsi dan
implikasi. Siswa juga memberikan dasar teori
atau bahkan menggunankan argumen yang tidak
logis. Lebih dari itu, tidak sedikit siswa yang
tidak dapat menjelaskan apa yang ditulisnya. Hal
itu menunjukkan bahwa komunikasi lisan kelas
X3 di SMA Panjura berada pada level 0, level 1
dan juga level 2.
Komunikasi lisan kelas X4
Pada kelas X4, hal yang tidak jauh
berbeda dapat kita temui. Seperti hanya siswa
yang tidak dapat memberikan respon, tidak dapat
menjelaskan jawabannya dan memaparkan dasar
teori yang salah. Hal-hal seperti itu ditemui pada
hampir semua pertemuan. Siswa yang masih
belum bisa memberikan respon ditemui saat
materi pernyataan hari Sabtu 18 Februari, materi
disjungsi hari Sabtu 25 Februari, materi
konjungsi hari Sabtu 10 Maret dan pada materi
biimplikasi hari Sabtu 24 Maret. Hampir semua
siswa tidak mampu menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru atau temannya.
Ketika menjelaskan, siswa masih
melakukan lompatan, bahkan sering tidak
mengetahui informasi yang ada di soal seperti
pada pertemuan Sabtu 24 Maret pada materi
biimplikasi, kesalahan dalam menjelaskan
konsep juga terjadi pada pertemuan ini. Selain
itu pada pertemuan hari Sabtu 18 Februari dan
Sabtu 25 Februari, siswa memberikan penjelasan
dengan menggunakan konsep yang salah. Sama
halnya dengan kelas X3, di kelas X4 tidak
sedikit pula siswa yang memberikan jawaban
yang tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan
seperti pada jawaban soal materi pernyataan
pada pertemuan hari Sabtu 18 Februari. Siswa
juga memberikan dasar teori atau bahkan
menggunankan argumen yang tidak logis seperti
yang ditemui pada pertemuan hari Sabtu 25
Februari materi disjungsi. Beberapa siswa juga
tidak mampu memberikan penjelasan sama
sekali. Melihat hal tersebut, maka menunjukkan
bahwa komunikasi lisan kelas X4 di SMA
Panjura berada pada level 0, level 1 dan level 2.
Komunikasi tulisan kelas reguler
Tidak berbeda jauh dengan tingkat
komunikasi lisan, tingkat komunikasi tulisan
siswa kelas reguler di SMA Panjura Malang
yaitu kelas X3 dan X4 berada pada level 0 dan
level 1. Sedangkan untuk pemaran secara
terperinci adalah sebagi berikut
Komunikasi tulisan kelas X3
Pada pertemuan di kelas X3, banyak
ditemui kesalahan dalam menuliskan notasi
matematika. Pada materi pernyataan hari Jum’at
17 Februari banyak kesalahan penulisan notasi
irisan dan himpunan kosong. Ada 7 siswa yang
berada pada level 0, artinya siswa tidak mengerti
apa yang ditanyakan pada soal. Untuk soal
nomor 2, semua siswa berada pada level 1.
Pada hari Jum’at 2 Maret materi
disjungsi, ada bebera hal yang timpang, dimana
pada soal nomor 1, sebanyak 11 siswa berada
pada level 0 karena tidak memahami soal
sehingga memberikan jawaban yang tidak
sesuai. Akan tetapi selbihnya, sebanyak 19 siswa
berada pada level 2. Sebagian besar siswa
mengalami kesalahan dalam menuliskan notasi
negasi, notasi nilai kebenaran dan nitasi disjingsi
itu sendiri. Pada tiap pertemuan di kelas X3
selalu ditemui kesalahan dalam menggunakan
notasi dari mulai logaritma, himpunan dan notasi
metematika yang lain. Kebanyakan siswa juga
masih belum memahami penggunaan notasi
terbukti dengan penulisan notasi elemen,
himpunan bagian, himpunan kosong. Ada pula
kesalah dalam menuliskan notasi persamaan
logaritma dan fungsi. Melihat hal tersebut, siswa
kelas X3 di SMA Panjura dalam menggunakan
notasi masuk pada level 0 dan 1.
Pada proses pemaparan solusi, banyak
siswa yang hanya menuliskan hasil akhir, seperti
pada pengerjaan soal materi pernyataan pada
pengerjaan materi disjungsi, materi kongjungsi
dan biimplikasi. Hanya beberapa siswa yang
memberikan tatacara yang terstruktur seperti
pada pertemuan pada materi implikasi, akan
tetapi pada pertemuan ini juga banyak ditemui
kesalahan konsep. Ada 21 siswa yang tidak
memahami soal nomor 1 sehingga jawaban yang
disajikan tidak sesuai.
Selain itu banyak pula terjadi kesalan
dalam menuliskan solusi dan mencari solusi
seperti pada hari Jum’at 17 Februari pada materi
pernyataan dan ingkaran. Sehingga pada materi
pernyataan siswa masih berada pada level 0, 1
dan 2. Lebih dari itu banyak siswa yang tidak
memberikan jawaban sama sekali.
Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa
komunikasi tulisan kelas X3 di SMA Panjura
masih berada di level 0 dan level 1.
Komunikasi tulisan kelas X4
Pada pertemuan di kelas X4, banyak
terjadi kesalahan dalam menuliskan notasi
matematika. Pada pertemuan hari Sabtu tanggal
18 Februari materi pernyataan, disitu banyak
terjadi kesalahan penulisan yaitu notasi
himpunan yang ditulis dengan lambang “( )”,
menuliskan lambang irisan dengan lambang
konjungsi. Ada 21 siswa yang salah notasi dan 7
siswa yang tidak memahami soal.
Pada pertemuan yang lain, penulisan
notasi negasi yang ditulis dengan tanda strip,
penulisan notasi disjungsi dengan huruf U,
penulisan notasi konjungsi dengannotasi irisan.
Penulisan lambang
elemen terlihat kurang
akurat dengan menuliskan dengan huruf E dan
lambang nilai kebenaran ditulis dengan huruf t.
Dalam menuliskan notasi yang bersifat operasi
seperti logaritma siswa mengalami kesalahan di
setiap pertemuan. Melihat hal tersebut, siswa
kelas X4 di SMA Panjura dalam berkomunikasi
tulisan masuk pada lever 0 dan 1.
Sedangkan dalam pemaparan solusi dan
tata cara menjawab, siswa melakukan lompatanlompatan dalam pengerjaan seperti pada
pengerjaan soal materi pernyataan pada
pengerjaan nomor 3, terdapat 27 siswa yang
tidak memberikan penjelasan. Akak tetapi level
semua siswa pada nomor 2 masih berada di level
2, sedangkan untuk soal nomor 1 dan 3 berada di
level 1 dan 0.
Pada materi disjungsi kelas X4 pada
pengerjaan nomor 3, terdapat 24 siswa yang
salah konsep dalam menjelaskan. Sedangkan
pada soal materi konjungsi pada pengerjaan
nomor 2 dan 3. Hampir semua siswa menuliskan
urutan pengerjaan yang tidak terstruktur, banyak
ditemui lompatan, bahkan ada yang hanya
menuliskan soal dan kemudian langsung
menuliskan jawabannya. Lebih dari itu tidak
sedikit yang tidak memberikan solusi sama
sekali atau tidak memberikan cara sama sekali.
Ini menunjukkan bahwa komunikasi tulisan
kelas X4 di SMA Panjura berada di level 0, 1
dan 2.
KESIMPULAN
Tingkat komunikasi lisan dari siswa
kelas unggulan di SMA Panjura Malang berada
pada level 3 dan level 4 yang berarti mampu
memberikan respon lengkap dengan penjelasan
yang jelas dan terstruktur, menyajikan argumen
yang kuat secara logis dan lengkap disertai dasar
meskipun
dalam penyajiannya mungkin
mengandung beberapa celah kecil seperti
kesalahan
dalam
menyampaiakn
teori.
Selanjutnya tingkat komunikasi tulisan dari
siswa kelas unggulan di SMA Panjura Malang
yaitu kelas X1 dan kelas X2 berada pada level 3
dan level 4 artinya sudah mampu menggunakan
bahasa matematika yang sangat efektif dan
akurat serta memberikan pemaparan solusi benar
dan menunjukkan strategi yang sesuai meskipun
ada kesalahan kecil dalam komputasional.
Berbeda jauh dengan kelas unggulan,
secara rata-rata tingkat komunikasi lisan dari
siswa kelas reguler di SMA Panjura Malang
yaitu kelas X3 dan X4 berada pada level 0, level
1 dan level 2. Hal ini berarti siswa belum
mampu memberikan respon, siswa memberikan
penjelasan yang tidak terstruktur, komunikasi
sulit untuk ditafsirkan, argumen tidak lengkap
atau mungkin tidak mampu menyampaikan ide
sama sekali. Tidak berbeda jauh dengan tingkat
komunikasi lisan, tingkat komunikasi tulisan
siswa kelas reguler di SMA Panjura Malang
yaitu kelas X3 dan X4 berada pada level 0 dan
level 1 yang berarti siswa menggunakan
matematika bahasa dengan tidak akurat,
beberapa pekerjaan atau penjelasan di luar
menyalin data kembali, tetapi pekerjaan tidak
akan mengarah pada solusi yang tepat atau
bahkan tidak memberikan solusi dan pengerjaan
sama sekali.
Adapun gambaran dari perbandingan
kemampuan komunikasi lisan dan tulisan siswa
kelas unggulan dengan siswa kelas reguler dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut
No
1
2
3
4
Kemampuan
Komunikasi
Kelas Unggulan
Kelas Reguler
Memberikan
respon dan
argumen
 Siswa mampu
memberikan
respon dengan
cepat disertai
argumen yang
sesuai dengan
apa yang
ditanyakan
 Siswa juga
memberikan
penjelasan
dengan
menganalogika
n dalam
kehidupan
sehari-hari
 Siswa tidak
memberikan
respon
 Sebagian
siswa
memberikan
respon
meskipun
lambat akan
tetapi dengan
argumen yang
tidak sesuai
dengan apa
yang
ditanyakan
Menjelaskan
dasar teori yang
digunakan
Menjelaskan
strategi dalam
mencari solusi
Struktur
penjelasan
 Memberikan
 Tidak
dasar teori pada
memberikan
tiap penjelasan
dasar teori
pada tiap
 Mampu
penjelasan
menjelaskan
 Memberikan
dasar teori
sesuai dengan
dasar teori
yang
yang tidak
ditanyakan dan
sesuai dengan
mendukung
apa yang
jawaban
ditanyakan
 Memberikan
penjelasan
dasar teori
yang tidak
tepat atau
salah
 Memberikan
penjelasan
tentang cara
yang
digunakan
dengan jelas
 Cara yang
digunakan
tepat
 Memberikan
penjelasan
tentang cara
yang
digunakan
akan tetapi
masih kabur
 Terjadi
kesalahan
dalam
penggunaan
cara
 Dimulai dari
apa yang
diketahui , apa
yang ditanya
dan bagaimana
 Terjadi
lompatan saat
menjelaskan
bahakan ada
yang
menjawabnya.
 Siswa mampu
memaparkan
apa yang
diketahui
dengan rinci
langsung
pada
jawabannya.
 Siswa tidak
mampu
menggali
informasi
yang ada di
soal.
 Siswa masih
belum
mampu
menangkap
apa yang
ditanyakan
soal
Untuk gambaran perbedaan komunikasi
tulisan siswa kelas unggulan dengan siswa kelas
reguler dapat dilihat pada tabel di bawah ini
No
1
2
Kemampuan
Komunikasi
Menggunakan
notasi matematika
Menuliskan
strategi
penyelesaian
Kelas Unggulan
Kelas Reguler
 Menggunakan
notasi dengan
tepat
 Mengetahui
makna notasi
yang
digunakan
 Tidak
menggunakan
notasi dengan
tepat
 Belum
mengetahui
makna notasi
yang
digunakan
 Menuliskan
notasi dengan
tidak tepat
 Memberikan
pemaparan
tentang apa
yang diketahui
apa yang dicari
dan apa yang
ditanyakan
 Penulisan
penyelesaian
terstruktur dan
tidak terjadi
lompatan
 Menuliskan
dasar teori
sesuai dengan
yang
ditanyakan dan
mendukung
jawaban
 Jawaban
langsung
pada hasil
akhir dan
sebagian
kecil yang
menggunakan
cara
 Penulisan
penyelesaian
tidak
terstruktur
dan terjadi
banyak
lompatan
 Tidak
menuliskan
dasar teori
 Memberikan
dasar teori
yang tidak
sesuai dengan
yang
ditanyakan
dan atau tidak
mendukung
jawaban
DAFTAR RUJUKAN
Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan
Pembelajaran. Malang: Dirjen Dikti.
De Porter, Bobbi. 1992. Quantum Learning.
Bandung: Kaifa.
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan
Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Evawati Alisah & Eko P. Dharmawan. 200.
Filsasafat Dunia Matematika, Pengantar
untuk
Memahami
Konsep-Konsep
Matematika. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Fajar Shadiq. 2004. Pemecahan Masalah,
Penalaran dan Komunikasi. Makalah
disajikan
pada
Diklat
Instruktur/Pengembang
Matematika
SMA
Jenjang
Dasar,
Pusat
Pengembangan
Penataran
Guru
Matematika, Yogyakarta, 6-19 Agustus
2004.
Johnson. 2004. Johnson Community College :
Rubric
Example.
(Online),
(http://www.jccc.net/home/depts/6111/sit
e/assmnt/cogout/comwrite),
diakses
tanggal 8 Januari 2012.
Jujun S. Suriasumantri. 2007. Filsafat Ilmu
Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pusataka Sinar Harapan.
Kalman, Calvin S. 2008. Successful Science and
Engineering Teaching Theoretical and
Learning Perspectives. Canada: Springer.
Kevin Houston. 2009. How to Think Like a
Mathematician:A
Companion
to
Undergraduate Mathematics. New York:
Cambridge University Press.
Lindquist, M dan Elliott, P.C. 1996.
Communication -an Imperative for
Change: A Conversation with Mary
Lindquist. Reston VA: NCTM.
Markaban. 2004. Logika Matematika. Makalah
disajikan
pada
Diklat
Instruktur/
Pengembang Matematika SMA Jenjang
Dasar, Pusat Pengembangan Penataran
Guru Matematika, Yogyakarta, 6-19
Agustus 2004.
Pugalee, D.A. 2001. Using Communication to
Develop
Students’
Mathematical
Literacy.
Journal
Research
of
Mathematics Education, 6, 296-299.
(Online),
(http://www.
my.nctm.org/ercsources/article- summary
.asp?URI=MTMS2001-01296a&from=B), diakses pada tanggal 8
Januari 2012.
Sawali. 2007. Kelas Unggulan dan Akselerasi,
Sebuah Tragedi. (Online), (http://sawali.
info
/2007/12/06/kelas-unggulan-danakselerasi-sebuah-tragedi/), diakses pada
tanggal 3 Januari 2012.
Steele, Carol Frederick. 2009. The Inspired
Teacher : How To Know One, Grow One,
Or Be One. Virginia: the Association for
Supervision
and
Curriculum
Development (ASCD).
Supriyono, Agus. 2009. Penyelenggaraan Kelas
Unggulan di SMA Negeri 2 Ngawi. Tesis
Magister, tidak diterbitkan, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
Tan Malaka. 2006. Madilog. Jakarta: Widjaya.
Download