SDGs Sustainable Development Goals Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru saja meluncurkan program pembangunan berkelanjutan yang diberi nama Sustainable Development Goals (SDGs), menggantikan program sebelumnya Millennium Development Goals (MDGs) yang akan selesai pada akhir tahun 2015. SDGs tersebut akan otomatis berlaku bagi negara-negara maju dan berkembang untuk 15 tahun ke depan (Nirmala, 2015). Menurut Stevance (2015) kerangka SDG, yaitu: 1. Tujuan pembangunan berkelanjutan akan memperbaiki Millenium Development Goals (MDGs). 2. SDG akan memberikan hasil yang lebih luas bagi masyarakat dan dunia ini dengan 17 tujuan pembangunan berkelanjutan. 3. SDG akan dicapai di bawah pimpinan pemerintah, bukan lagi kelompok sosial. Di mana dulunya MDGs di implementasikan oleh Bappenas. Menurut laporan Nirmala (2015) Presiden perlu mengeluarkan Keputusan Presiden (Kepres) mengawal SDGs 4. Perlengkapan dalam tujuan dan sasaran dalam tujuan SDGs harus ditentukan dalam dokumen tindak lanjut. Menurut Rakorkop Kemenkes RI (2015) bahwa penekanan SDGs 2015-2030 ada 5P yaitu People, Planet, Peace, Prosperity, and Partnership. SDGs ini terdiri dari 17 tujuan, 169 target, kurang lebih 220300 indikator (sedang dalam proses perumusan, akan ditetapkan Maret 2016). Seluruh tujuan SDGs adalah sebuah kesatuan sistem pembangunan, tidak mementingkan satu isu tertentu. Menurut Stevance (2015) dari 169 target, 49 (29 %) yang dianggap berkembang dengan baik, 91 target (54 %) bisa diperkuat dengan menjadi lebih spesifik, dan 29 (17 %) memerlukan kerja yang signifikan (gambar 1). 1 Sumber: www.icsu.org Gambar 1. Persentase Target SDGs Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), dampak yang diharapkan SDGs yaitu: 1. Pengurangan kemiskinan, pembangunan berkelanjutan yang merata, mata pencaharian dan pekerjaan layak (dilihat pada tujuan SDGs 1, 2, 7, 8, 9, 10, 12) 2. Akses merata kepada pelayanan dan jaminan sosial (dilihat pada tujuan SDGs 3, 4, dan 6) 3. Keberlanjutan lingkungan dan mempertinggi ketahanan terhadap bencana (dilihat pada tujuan SDGs ke 11, 13, 14, dan 15) 4. Pemerintahan yang ditingkatkan kualitasnya dan akses merata kepada keadilan bagi semua orang (dilihat pada tujuan SDGs ke 16 dan 17). Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015) prinsip pelaksanaan SDGs, yaitu: 1. Pembangunan terintegrasi di seluruh aspek kehidupan manusia (people centered development) 2. Fokus pada capaian 3 dimensi pembangunan: sosial, ekonomi, lingkungan 3. Kerjasama multisektoral, melibatkan seluruh aktor pembangunan 4. Tanggung jawab yang sama bagi setiap negara, melalui kegiatan yang terdiferensiasi 5. Memperhatikan kondisi, kapasitas dan prioritas nasional 6. Penguatan fungsi perangkat implementasi 7. Tidak boleh ada yang tertinggal dalam mencapai seluruh tujuan SDGs 8. Menghindari kesenjangan antar kelompok masyarakat dan antar wilayah 2 9. Mempertajam akuntabilitas pelaporan melalui kelembagaan yang kuat, pengelolaan data berkualitas, diikuiti inovasi strategi berbasis bukti. Stevance, dkk (2015) ada 17 poin tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu: 1. Tanpa Kemiskinan Tidak ada kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh penjuru dunia. 2. Tanpa Kelaparan Tidak ada lagi kelaparan, mencapai ketahanan pangan, perbaikan nutrisi, serta mendorong budidaya pertanian yang berkelanjutan. 3. Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan Menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan hidup untuk seluruh masyarakat di segala umur. 4. Pendidikan Berkualitas Menjamin pemerataan pendidikan yang berkualitas dan meningkatkan kesempatan belajar untuk semua orang, menjamin pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang. 5. Kesetaraan Gender Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum ibu dan perempuan. 6. Air Bersih dan Sanitasi Menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua orang. 7. Energi Bersih dan Terjangkau Menjamin akses terhadap sumber energi yang terjangkau, terpercaya, berkelanjutan dan modern untuk semua orang. 8. Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak Mendukung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, lapangan kerja yang penuh dan produktif, serta pekerjaan yang layak untuk semua orang. 9. Industri, Inovasi dan Infrastruktur Membangun infrastruktur yang berkualitas, mendorong peningkatan industri yang inklusif dan berkelanjutan serta mendorong inovasi. 10. Mengurangi Kesenjangan 3 Mengurangi ketidaksetaraan baik di dalam sebuah negara maupun di antara negara-negara di dunia. 11. Keberlanjutan Kota dan Komunitas Membangun kota-kota serta pemukiman yang inklusif, berkualitas, aman, berketahanan dan bekelanjutan. 12. Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab Menjamin keberlangsungan konsumsi dan pola produksi. 13. Aksi Terhadap Iklim Bertindak cepat untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya. 14. Kehidupan Bawah Laut Melestarikan dan menjaga keberlangsungan laut dan kehidupan sumber daya laut untuk perkembangan pembangunan yang berkelanjutan. 15. Kehidupan di Darat Melindungi, mengembalikan, dan meningkatkan keberlangsungan pemakaian ekosistem darat, mengelola hutan secara berkelanjutan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan kerugian keanekaragaman hayati. 16. Institusi Peradilan yang Kuat dan Kedamaian Meningkatkan perdamaian termasuk masyarakat untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses untuk keadilan bagi semua orang termasuk lembaga dan bertanggung jawab untuk seluruh kalangan, serta membangun institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif di seluruh tingkatan. 17. Kemitraan untuk Mencapai Tujuan Memperkuat implementasi dan menghidupkan kembali kemitraan global untuk pembangunan yang berkelanjutan. The Guardian dalam Nirmala (2015) menulis 7 alasan mengapa SDGs akan jauh lebih baik dari MDGs, yakni: 1. SDGs lebih global dalam mengkolaborasikan program-programnya. MDGs sebelumnya dibuat oleh anggota negara OECD dan beberapa lembaga internasional. Sementara SDGs dibuat secara detail dengan negosiasi internasional yang juga terdiri dari negara berpendapatan menengah dan rendah. 4 2. Sekarang, sektor swasta juga akan memiliki peran yang sama, bahkan lebih besar. 3. MDGs tidak memiliki standar dasar hak asasi manusia (HAM). MDGs dianggap gagal untuk memberikan prioritas keadilan yang merata dalam bentuk-bentuk diskriminasi dan pelanggaran HAM, yang akhirnya berujung kepada masih banyaknya orang yang terjebak dalam kemiskinan. Sementara SDGs dinilai sudah didukung dengan dasar-dasar dan prinsip-prinsip HAM yang lebih baik. 4. SDGs adalah program inklusif. Tujuh target SDG sangat eksplisit tertuju kepada orang dengan kecacatan, dan tambahan enam target untuk situasi darurat, ada juga tujuh target bersifat universal dan dua target ditujukan untuk antidiskriminasi. 5. Indikator-indikator yang digunakan memberikan kesempatan untuk keterlibatan masyarakat sipil. 6. PBB dinilai bisa menginspirasi negara-negara di dunia dengan SDGs. 7. COP21 di Paris adalah salah satu kesempatan untuk maju. Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015) bahwa perhatian khusus sektor kesehatan di tujuan SDGs, yaitu: 1. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan (Gizi masyarakat) 2. Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia (sistem ketahanan nasional) 3. Menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh wanita dan perempuan (akses kespro, KB) 4. Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang berkelanjutan bagi semua orang (sanitasi dan air bersih) GOAL 1. TANPA KEMISKINAN Menurut Jokowi dalam laporan Fajriah (2015) bahwa ketimpangan dan kemiskinan di Indonesia telah menjadi perhatian dunia. Bahkan Bank Dunia (World Bank) telah memperingatkan tingkat gini rasio (indeks rasio ketimpangan pendapatan kelompok masyarakat) Indonesia yang terus meningkat. Pemerintah harus memfokuskan penanggulangan kemiskinan dengan memperkuat daya beli masyarakat miskin. Sedangkan, Perwakilan 5 Bank Dunia berkomitmen membantu menekan angka kemiskinan di Indonesia. Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), ada beberapa target dalam tujuan SDGs tanpa kemiskinan, yaitu: 1.1. Pada 2030, mengentaskan kemiskinan pada semua orang, di mana pun, saat ini ukurannya adalah orang-orang yang penguhidupannya kurang dari USD 1,25/ hari 1.2. Pada 2030, mengurangi setidaknya setengah jumlah laki-laki, perempuan, dan anak-anak di segala usia yang hidup dalam kemiskinan di segala dimensi menurut definisi nasional 1.3. Implementasi nasional sistem dan ukuran jaminan sosial yang layak untuk semua orang, termasuk yang terbawah, dan pada 2030 mencapai cakupan luas atas penduduk miskin dan rentan 1.4. Pada 2030 menjamin bahwa seluruh laki-laki dan perempuan, terutama yang miskin dan rentan, memiliki hak yang setara atas sumber daya ekonomi, sebagaimana pula akses pada pelayanan dasar, kepemilikan dan kendali atas tanah dan bentuk properti lainnya, harta warisan, sumber daya alam, teknologi baru dan layanan keuangan yang layak, termasuk microfinance 1.5. Pada 2030, membangun ketahanan penduduk miskin dan yang berada dalam situasi rentan, serta mengurangi keterpaparan dan kerentanan mereka terhadap kejadian ekstrem terkait iklim serta bencana dan goncangan ekonomi, sosial dan lingkungan lainnya Menurut Stevance (2015) perangkat impelementasi tujuan SDGs tanpa kemiskinan, yaitu: 1.a. Memastikan mobilisasi berarti atas sumber daya dari berbagai sumber, termasuk melalui kerja sama pembangunan yang telah ditingkatkan, untuk menyediakan alat yang mencukupi serta terprediksi untuk negara-negara berkembang, terutama negara tertinggal, untuk mengimplementasikan program dan kebijakan untuk mengakhiri kemiskinan di seluruh dimensinya 1.b. Menyusun kerangka kebijakan yang kuat di tingkat nasional, regional, dan internasional, berdasaran strategi pembangunan yang pro-rakyat miskin serta sensitif gender, untuk mendukung investasi yang telah dipercepat dalam tindakan pengentasan kemiskinan 6 GOAL 2. TANPA KELAPARAN Pada SDGs diarahkan pada solusi berkelanjutan, yaitu peningkatan akses pangan dan produksi pertanian. Melalui inovasi strategi, termasuk implementasi Perpres 42 Tahun 2013 dan kesepakatan ICN2 menuju target WHA 2025. Unfinished business yaitu melanjutkan pembangunan gizi (Rakorpop Kemenkes RI, 2015). Pada Perpres 42 Tahun 2013 diupayakan percepatan perbaikan gizi masyarakat pada 1000 hari pertama kehidupan, yaitu sejak janin dalam kandungan ibu hingga anak berusia dua tahun. Untuk mengatasi masalah kekurangan gizi, memerlukan intervensi langsung yang bersifat spesifik di sektor kesehatan dan gizi, melalui intervensi di sektor terkait lainnya, seperti penyediaan pangan yang cukup, penyediaan air bersih dan sanitasi, penanggulangan kemiskinan, serta penyediaan pelayanan keluarga berencana dan pendidikan, khususnya pendidikan kaum perempuan. Dalam penanganan masalah gizi, juga diperlukan komitmen kuat, baik dari pemerintah dan pemerintah daerah, lembaga sosial kemasyarakatan dan keagamaan, akademisi, organisasi profesi, media massa, maupun dunia usaha dan mitra pembangunan. Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), target gizi masyarakat, yaitu: 2.1. Pada tahun 2030, mengakhiri kelaparan dan menjamin akses pangan yang aman, bergizi, dan mencukupi bagi semua orang, khususnya masyarakat miskin dan rentan termasuk bayi, di sepanjang tahun. 2.2. Pada tahun 2030, mengakhiri segala bentuk malnutrisi, termasuk mencapai target internasional 2025 untuk penurunan stunting dan wasting pada balita dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan, wanita hamil dan menyusui, serta lansia. 2.3. Pada tahun 2030, menduakalilipatkan produktivitas dan pendapatan pertanian pada produsen berskala kecil, terutama wanita, bangsa pribumi, petani keluarga, peternak dan nelayan, termasuk melalui akses yang aman dan merata kepada tanah, input dan sumber daya produktif lainnya, pengetahuan, layanan keuangan, pasar dan peluang untuk pekerjaan pertambahan nilai maupun non-pertanian 7 2.4. Pada tahun 2030, memastikan sistem produksi pangan yang berkelanjutan dan mengimplementasikan praktik pertanian yang berketahanan yang meningkatkan produktivitas dan produksi, yang membantu mempertahankan ekosistem, yang memperkuat kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim, cuaca ekstrem, kekeringan, banjir dan bencana lainnya serta yang secara progresif meningkatkan kualitas daratan dan tanah 2.5. Pada tahun 2020, mempertahankan keanekaragaman genetik pada bibit, tanaman budidaya serta hewan ternak dan jinak beserta spesies liar terkaitnya, termasuk secara bijaksana mengelola dan melakukan diversifikasi bank bibit dan tanamandi tingkat nasional, regional, dan internasional, serta memastikan akses kepada bagi hasil, dan bagi hasil yang adil dan merata melalui penggunaan sumber daya genetik dan asosiasi pengetahuan tradisional, sebagaimana disetujui secara internasional Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target gizi masyarakat, yaitu: 2.a. Meningkatkan investasi, termasuk melalui peningkatan kerja sama internasional, pada infrastruktur pedesaan, penelitiandan ekstensifikasi layanan pertanian, pengembangan teknologidan bank genetik tanaman dan ternak untuk peningkatan kapasitas produksi pertaniandi negara berkembang, khususnya negara tertinggal 2.b. Mengoreksi dan mencegah restriksi perdagangan serta distorsi pada pasar pertanian dunia, termasuk melalui eliminasi paralel segala bentuk subsidi ekspor pertanian dan segala jenis ekspor yang berdampak serupa, sesuai mandat Doha Development Round 2.c. Mengadopsi cara-cara untuk memastikan fungsi pasar komoditas pangan yang semestinya berikut turunannya serta memfasilitasi akses tepat waktu kepada informasi pasar, termasuk mengenai cadangan pangan untuk membantu membatasi perubahan ekstrem harga pangan 8 GOAL 3. KESEHATAN YANG BAIK DAN KESEJAHTERAAN Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan (Renstra Kemenkes, 2015). Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional: 1) pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat; 2) penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan; 3) sementara itu jaminan kesehatan nasional dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya (Renstra Kemenkes, 2015). Upaya Kesehatan dalam Restra Kemenkes 2015 khususnya di bagian Kesehatan Ibu dan Anak. Angka Kematian Ibu sudah mengalami penurunan, namun masih jauh dari target MDGs tahun 2015, meskipun jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan. Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh antara lain kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor determinan lainnya. Penyebab utama kematian ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan post partum. Penyebab ini dapat diminimalisir apabila kualitas Antenatal Care dilaksanakan 9 dengan baik. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat antara lain adalah penanganan komplikasi, anemia, ibu hamil yang menderita diabetes, hipertensi, malaria, dan empat terlalu (terlalu muda 35 tahun, terlalu dekat jaraknya 2 tahun dan terlalu banyak anaknya > 3 tahun). Sebanyak 54,2 per 1000 perempuan dibawah usia 20 tahun telah melahirkan, sementara perempuan yang melahirkan usia di atas 40 tahun sebanyak 207 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini diperkuat oleh data yang menunjukkan masih adanya umur perkawinan pertama pada usia yang amat muda (<20 tahun) sebanyak 46,7% dari semua perempuan yang telah kawin. Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015) target sistem ketahanan nasional, yaitu: 3.1. Pada 2030, mengurangi angka kematian ibu hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup 3.2. Pada 2030, mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 KH dan Angka Kematian Balita 25 per 1.000 KH 3.3. Pada 2030, mengakhiri epidemi AIDS, tuberkulosis, malaria dan penyakit tropis yang terabaikan, serta memerangi hepatitis, penyakit bersumber air dan penyakit menular lainnya. 3.4. Pada 2030, mengurangisepertiga kematian prematurakibat penyakit tidak menular melalui pencegahan dan perawatan, serta mendorong kesehatan dan kesejahteraan mental. 3.5. Memperkuat pencegahan dan perawatan penyalahgunaan zat, termasuk penyalahgunaan narkotika dan alkohol yang membahayakan 3.6. Pada 2020, mengurangi setengah jumlah global kematian dan cedera akibat kecelakaan lalu lintas 3.7. Pada 2030, menjamin akses semesta kepada pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi , termasuk keluargaberencana(KB), informasi dan edukasi, serta integrasi kesehatan reproduksi ke dalam strategi dan program nasional. 10 3.8. Mencapai universal health coverage, termasuk perlindungan risiko keuangan, akses kepada pelayanan kesehatan dasar berkualitas dan akses kepada obat-obatan dan vaksin dasar yang aman, efektif, dan berkualitas bagi semua orang. 3.9 Pada 2030, mengurangi secara substansial kematian dan kesakitan akibat senyawa berbahaya serta kontaminasi dan polusi udara, air, dan tanah. Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target kesehatan yang baik dan kesejahteraan, yaitu: 3.a. Memperkuat implementasi FCTC WHO di seluruh negara, sesuai keperluan 3.b. Mendukung penelitian dan pengembangan vaksin dan obat penyakit menular maupun tidak menularyang mempengaruhi terutama negara-negara berkembang, menyediakan akses kepada obat dan vaksin dasar yang terjangkau, sesuai Doha Declaration tentang TRIPS Agreement and Public Health, yang menegaskan hak negara berkembang untuk menggunakan secara penuh ketentuan-ketentuan dalam Kesepakatan atas Aspek-Aspek terkait Perdagangan pada Hak Properti Intelektual terkait keleluasaan untuk melindungi kesehatan masyarakat, dan, pada khususnya, menyediakan akses obat bagi semua orang. 3.c. Secara substansial meningkatkanpembiayaan kesehatan sertarekrutmen, pengembangan, pelatihan, dan retensi tenaga kesehatan di negara-negara berkembang, terutama negara-negara tertinggal dan negara bagian pulau kecil yang sedang berkembang. 3.d. Memperkuat kapasitas seluruh negara, khususnya negara-negara berkembang dalam hal peringatan dini, penurunan risiko serta pengelolaan risiko kesehatan nasional dan global. Menurut Pallutturi (2015) bahwa aktivitas kesehatan masyarakat dalam menghadapi SDGs, yaitu: Mencegah epidemik Melindungi lingkungan, tempat kerja, perumahan, makanan dan air Memantau status kesehatan penduduk Menggerakkan aksi masyarakat Respons terhadap disaster 11 Menurut Pallutturi (2015) tantangan bagi seluruh tenaga kesehatan, yaitu: a. Pola penyakit yang semakin kompleks, b. Tingginya ketimpangan regional dan sosial ekonomi dalam system kesehatan. c. Kecenderungan penyedia utama fasilitas kesehatan beralih ke pihak swasta. d. Pembiayaan kesehatan yang rendah dan timpang. e. Angka penularan HIV/AIDS emakin meningkat Menurut Pallutturi (2015) bahwa tantangan kesehatan di era SDGs yaitu: a. Pergeseran dalam struktur demografi penduduk b. Beban kesehatan ganda c. Urbanisasi d. Kecelakaan lalu lintas e. Munculnya penyakit baru dengan potensi epidemik global GOAL 4. PENDIDIKAN BERKUALITAS Dunia pendidikan di Indonesia tetap mempunyai sekian banyak rintangan yang mengenai dengan kualitas pendidikan diantaranya merupakan keterbatasan akses kepada pendidikan, jumlah guru yang belum merata, juga mutu guru itu sendiri dinilai masihlah kurang. Terbatasnya akses pendidikan di Indonesia, apalagi lagi di daerah berujung pada meningkatnya arus urbanisasi buat mendapati akses ilmu yg lebih baik di perkotaan (Pendidikan Indonesia, 2015). Semua guru lebih baik diberikan beasiswa untuk mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Serta para guru harus selalu diberikan pelatihan mengenai update pendidikan yang ada. Kini hadirnya SM3T bagi para pendidik yang mengajar di pelosok negeri. Menurut Humas UPI (2015) bahwa SM3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) pertama kali diluncurkan pada tahun 2011, merupakan program pengabdian Sarjana Pendidikan untuk berpartisipasi dalam percepatan pembangunan pendidikan di daerah 3T 12 selama satu tahun sebagai penyiapan pendidik profesional yang akan dilanjutkan dengan program Pendidikan Profesi Guru (PPG). Selain mempersiapkan calon pendidik profesional sebelum mengikuti PPG, program ini juga bertujuan untuk membantu daerah 3T dalam mengatasi permasalahan pendidikan terutama kekurangan tenaga pendidik. Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015) target pendidikan berkualitas, yaitu: 4.1. Pada 2030 memastikan bahwa seluruh anak perempuan dan laki-laki menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah yang gratis, merata dan berkualitas yang mengarah pada dampak pembelajaran yang relevan dan efektif 4.2. Pada 2030 memastikan bahwa seluruh anak perempuan dan laki-laki memiliki akses kepada pengembangan, perawatan, dan pendidikan pra-dasar usia dini yang berkualitas sehingga siap untuk mengikuti pendidikan dasar 4.3. Pada 2030 memastikan akses pendidikan teknis, kejuruan, dan tersier yang merata untuk seluruh perempuan dan laki-laki, termasuk untuk universitas 4.4. Pada 2030, meningkatkan secara substansial jumlah anak muda dan orang dewasa yang memiliki keterampilan relevan, termasuk keterampilan teknis dan kejuruan untuk lapangan pekerjaan, pekerjaan serta kewirausahaan yang layak 4.5. Pada 2030, menghilangkan kesenjangan gender dalam pendidikan dan memastikan akses yang merata kepada seluruh jenjang pendidikan dan pelatihan kejuruan bagi masyarakat rentan, termasuk penyandang disabilitas, penduduk pribumi dan anak-anak yang dalam kondisi rentan 4.6. Pada 2030, memastikan bahwa seluruh anak muda dan proporsi substansial orang dewasa baik laki-laki maupun perempuan, mencapai kemampuan mmebaca dan berhitung 4.7. Pada 2030, memastikan bahwa seluruh peserta pembelajaran memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mendorong pembangunan berkelanjutan, termasuk, di antaranya, melalui pendidikan berkelanjutan , serta gaya hidup, hak asasi, kesetaraan gender, promosi budaya damai dan anti-kekerasan, 13 kependudukan global serta penghargaan terhadap keberagaman budaya yang (juga) berkelanjutan dan daripada kontribusi budaya kepada pembangunan berkelanjutan Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target pendidikan berkualitas, yaitu: 4.a. Membangun dan mengupgrade fasilitas pendidikan yang sensitif anak-anak, penyandang disabilitas, dan gender, serta menyediakan lingkungan pembelajaran yang aman, anti-kekerasan, inklusif dan efektif bagi semua orang 4.b. Pada 2020, memperluas ketersediaan beasiswa secara substansialdi tingkat global untuk negara-negara berkembang, terutama negara tertinggal, negara bagian berkembang berupa pulau kecil serta negara Afrika, untuk pendaftaran pendidikan tinggi, termasuk pelatihan kejuruan dan teknologi informasi dan edukasi, program teknis, permesinan dan ilmiah pada negara maju maupun negara berkembang lainnya 4.c. Pada 2030, meningkatkan secara substansial suplai guru berkualifikasi, termasuk melalui kerja sama internasional untuk pelatihan guru di negara berkembang, terutama negara tertinggal dan negara bagian berkembang berupa pulau kecil GOAL 5. KESETARAAN GENDER Kesetaraan gender dapat terlihat bahwa banyaknya jumlah wanita yang memenangkan pilkada di tahun 2015 ini. Selain itu, Menurut UNIC (2015) menunjukkan laporan dari berbagai artikel bahwa di sub-Sahara Afrika, gadis-gadis termiskin hampir sembilan kali lipat memiliki kesempatan untuk menginjakkan kaki di kelas, bila dibandingkan dengan anak laki-laki terkaya. Di Negara-negara Arab, seperlima dari gadis-gadis miskin belum pernah ke sekolah, bila dibandingkan dengan sepersepuluh dari anak lakilaki termiskin. Namun, di Amerika Latin dan Karibia, 55 persen dari anak laki-laki, bila dibandingkan dengan 62 persen dari anak-anak perempuan di daerah pedesaan telah menyelesaikan pendidikan menengah. Dalam laporan artikel juga merekomendasikan bahwa untuk mencapai pendidikan kesetaraan gender harus ‘benar-benar bebas.’ Laporan juga mendesak bahwa kebijakan dirancang untuk menangani berbagai 14 masalah yang dihadapi oleh anak laki-laki dan perempuan dalam mengakses dan menyelesaikan pendidikan. Mereka juga merekomendasikan untuk disediakan pilihan pendidikan menengah untuk remaja yang putus sekolah. Laporan juga mendesak untuk mengintegrasikan isu gender ke dalam semua aspek kebijakan dan perencanaan untuk mencapai kesetaraan gender. Untuk itu, campuran perubahan legislatif, advokasi dan mobilisasi masyarakat harus dimulai. Laporan ini juga menyerukan pemerintah, organisasi internasional dan penyedia pendidikan untuk bekerja sama guna mengatasi kekerasan terkait berbasis gender di sekolah. Selanjutnya, pemerintah harus merekrut, melatih dan mendukung secara efektif untuk mengatasi ketidaksetaraan gender. Menurut Rakorpop Kemenkes (2015), target kesetaraan gender, yaitu: 5.1. Mengakhiri segala bentuk diskriminasi terhadap wanita dan perempuan di mana pun 5.2. Menghilangkan segala bentuk kekerasan terhadap seluruh wanita dan perempuan pada ruang publik maupun pribadi, termasuk perdagangan manusia, seks dan jenis eksploitasi lainnya 5.3. Menghilangkan segala bentuk praktik berbahaya, seperti pernikahan anak-anak, usia dini dan terpaksa, serta sunat perempuan. 5.4. Mengakui dan memberi nilai pada pelayanan tak berbayar dan pekerja rumah tangga dengan penyediaan kebijakan-kebijakan layanan umum, infrastruktur dan jaminan sosial, serta promosi pembagian tanggung jawab dalam rumah tangga dan keluarga sesuai dengan kondisi nasional 5.5. Memastikan partsipasi penuh dan efektif serta peluang yang sama untuk kepemimpinan pada seluruh tingkat pengambilan keputusan dalam kehidupan politik, ekonomi, dan masyarakat 5.6. Menjamin akses semesta kepada kesehatan seksual dan reproduksi serta hak-hak reproduksi sebagaimana yang disetujui, sesuai Programme of Action of the International Conference on Population and Development serta Beijing Platform for Action berikut dokumen hasil konferensi kajiannya 15 Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target kesetaraan gender, yaitu: 5.a. Melakukan reformasi untuk memberikan kesetaraan hak sumber daya ekonomi kepada wanita, sebagaimana pula akses kepada kepemilikan dan kendali atas tanah dan properti lainnya, layanan keuangan, harta warisan, dan sumber daya alam, sesuai hukum nasional 5.b. Meningkatkan penggunaan teknologi yang mendukung, khususnya teknologi informasi dan komunikasi, untuk mendorong pemberdayaan perempuan 5.c. Mengadopsi dan memperkuat kebijakan yang logis serta legislasi yang dapat ditegakkanuntuk mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan seluruh wanita dan perempuan di segala tingkatan GOAL 6. AIR BERSIH DAN SANITASI Perilaku hidup bersih dan sehat terkait akses kepada air bersih dan akses sanitasi dasar layak. Menurut Rakorpop Kemenkes (2015) target sanitasi dan air bersih, yaitu: 6.1. Mencapai akses air minum aman yang universal dan merata 6.2 Mencapai akses sanitasi dan higiene yang cukup dan merata bagi semua orang serta mengakhiri defekasi terbuka, memberi perhatian khusus pada kebutuhan perempuan dan wanita serta orang-orang yang berada pada situasi rentan 6.3. Meningkatkan kualitas air dengan mengurangi polusi, menghilangkan penumpukan sampah, dan meminimalisir pembuangan kimia dan materi berbahaya, mengurangi setengah proporsi air limbah yang tidak dimurnikan serta meningkatkan daur ulang dan penggunaan kembali yang aman secara global 6.4. Meningkatkan efisiensi penggunaan air di seluruh sektor dan memastikan pengambilan dan suplai air tawar yang berkelanjutan untuk mengatasi kelangkaan dan secara substansial mengurangi jumlah orang yang mengalami kelangkaan air 16 6.5. Mengimplementasikan pengelolaan sumber daya air terintegrasi di seluruh tingkatan, termasuk melalui kerja sama transperbatasan, sebagaimana mestinya 6.6. Melindungi dan memulihkan ekosistem terkait air, termasuk pegunungan, hutan, lahan basah, sungai, mata air dan danau Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target kesejahteraan gender, yaitu: 6.a. Memperluas kerja sama internasional dan dukungan peningkatan kapasitasuntuk negara-negara berkembang dalam aktivitas dan program terkait air dan sanitasi, termasuk teknologi pemanenan air, pemurnian dari garam, efisiensi air, penanganan limbah, serta daur ulang dan penggunaan kembali 6.b. Mendukung dan memperkuat partisipasi masyarakat lokal dalam perbaikan pengelolaan air dan sanitasi GOAL 7. ENERGI BERSIH DAN TERJANGKAU Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), target energi bersih dan terjangkau, yaitu: 7.1 Pada 2030, menjamin akses universal kepada layanan energi yang terjangkau, terpercaya, dan modern. 7.2 Pada 2030, meningkatkan secara substansial pembagian energi terbarukan dalam paduan energi global (global energy mix). 7.3 Pada 2030, menduakalilipatkan angka perbaikan global untuk efisiensi energi. Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target energi bersih dan terjangkau, yaitu: 7.a. Pada 2030, meningkatnya kerjasama international untuk memfasilitasi akses teknologi dan penelitian energi bersih, termasuk energi terbarukan, efisiensi energi serta teknologi energi fosil yang lebih canggih dan bersih, juga mempromosikan investasi infrastruktur energi dan teknologi energi bersih. 7.b. Pada 2030, memperluas infrastruktur dan meningkatkan teknologi untuk pasokan energi modern dan berkelanjutan bagi semua di negara-negara berkembang, khususnya negara tertinggal dan 17 negara kecil kepulauan, dan negara berkembang terkurung daratan (landlocked), sesuai dengan program pendukung masing-masing. GOAL 8. PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PEKERJAAN YANG LAYAK Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), target pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan yang layak, yaitu: 8.1 Mempertahankan pertumbuhan ekonomi per kapita sesuai dengan kondisi nasional, khususnya, pertumbuhan produk domestik bruto minimal 7 persen per tahun di negara-negara berkembang. 8.2 Mencapai tingkat yang lebih tinggi dari produktivitas ekonomi melalui diversifikasi , peningkatan teknologi dan inovasi, termasuk melalui fokus pada sektor nilai tinggi dan padat tenaga kerja. 8.3 Mendorong kebijakan berorientasi pembangunan yang mendukung kegiatan produktif, penciptaan lapangan kerja yang layak , kewirausahaan , kreativitas dan inovasi dan memotivasi formalisasi bentuk usaha mikro, kecil dan menengah, termasuk melalui ketersediaan akses layanan keuangan. 8.4 Meningkatkan secara progresif sampai tahun 2030 , efisiensi sumber daya global dalam konsumsi dan produksi dan berusaha untuk memisahkan pertumbuhan ekonomi dari degradasi lingkungan, sesuai dengan kerangka 10 tahun program konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, dengan negara-negara berkembang yang maju memimpin 8.5 Pada tahun 2030 , mencapai kondisi pekerja tetap dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua wanita dan laki-laki , termasuk untuk orang-orang muda dan penyandang cacat, dan upah yang sama untuk pekerjaan yang sama nilainya. 8.6 Pada tahun 2020 , secara substansial mengurangi proporsi pemuda tidak dalam pekerjaan , pendidikan atau pelatihan . 8.7 Mengambil tindakan efektif dan segera untuk menjamin pelarangan dan penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak, memberantas kerja paksa dan pada tahun 2025 , akhir pekerja anak 18 dalam segala bentuknya, termasuk perekrutan dan penggunaan tentara anak 8.8 Melindungi hak-hak buruh dan mempromosikan aman dan aman lingkungan kerja untuk semua pekerja, termasuk pekerja migran, migran perempuan khususnya , dan orang-orang dalam pekerjaan berbahaya 8.9 Pada tahun 2030, menyusun dan melaksanakan kebijakan untuk mempromosikan pariwisata berkelanjutan yang menciptakan pekerjaan dan mempromosikan budaya lokal dan produk 8.10 Memperkuat kapasitas lembaga keuangan domestik untuk mendorong dan memperluas akses layanan perbankan , asuransi dan keuangan untuk semua Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan yang layak, yaitu: 8.a Meningkatkan dukungan bantuan dan perdagangan untuk negaranegara berkembang, terutama negara-negara tertinggal, termasuk melalui Enhanced Integrated Framework for Trade-Related Technical Assistance to Least Developed Countries (Kerangka Kerja Terintegrasi yang Baik untuk Asistensi Teknis terkait Perdagangan untuk Negara-Negara Teringgal) 8.b Pada 2020, mengambangkan dan mengoperasionalisasikan strategi global untuk pekerjaan bagi anak muda dan mengimplementasikan Global Jobs Pact of the International LabourOrganization (Pakta Pekerjaan Global yang dikeluarkan oleh ILO GOAL 9. INDUSTRI, INOVASI DAN INFRASTRUKTUR Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), target industri, inovasi dan infrastruktur, yaitu: 9.1 Mengembangkan kualitas, infrastruktur yang handal, berkelanjutan dan tangguh, termasuk daerah dan infrastruktur lintas batas, untuk mendukung pembangunan ekonomi dan kesejahteraan manusia, dengan fokus pada akses yang dapat diterima semua orang dan merata untuk semua 19 9.2 Mempromosikan industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan, pada tahun 2030, secara signifikan meningkatan peran dunia kerja dan GDP, sejalan dengan kondisi nasional, dan menggandakan pangsa di negara berkembang. 9.3 Meningkatkan akses industri skala kecil dan industri lainnya, khususnya di negara-negara berkembang, ke layanan keuangan, termasuk kredit yang mudah diterima, dan integrasi mereka ke dalam rantai nilai dan pasar 9.4 Pada tahun 2030, upgrade infrastruktur industri agar berkelanjutan, dengan peningkatan sumber daya yang efisiensi dan penggunaan teknologi yang lebih bersih dan ramah lingkungan, dengan semua negara mengambil tindakan sesuai dengan mereka kemampuan masing-masing 9.5 Meningkatkan penelitian ilmiah, meningkatkan kemampuan teknologi sektor industri di semua negara, khususnya negara-negara berkembang, termasuk, pada tahun 2030, mendorong inovasi dan meningkatkan jumlah peneliti dan pekerja pengembang per 1 juta orang serta belanja penelitian dan pengembangan publik maupun swasta. Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target industri, inovasi dan infrastruktur, yaitu: 9.a Memfasilitasi pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dan tangguh di negara-negara berkembang melalui peningkatan keuangan , dukungan teknologi dan teknis untuk negara-negara Afrika , negara berkembang yang paling kecil, negara berkembang daratan dan negara berkembang kepulauan kecil. 9.b Mendukung pengembangan teknologi domestik, penelitian dan inovasi dalam di negara berkembang, termasuk dengan memastikan kebijakan lingkungan yang kondusif untuk semua, antara lain diversifikasi industri dan komoditas nilai tambah. 9.c Peningkatan yang signifikan dalam akses teknologi informasi dan komunikasi dan berusaha untuk memberikan akses universal dan dapat diterima semua ke Internet di negara-negara kurang berkembang pada tahun 2020 20 GOAL 10. MENGURANGI KESENJANGAN Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), target mengurangi kesenjangan, yaitu: 10.1 Pada tahun 2030, secara progresif mencapai dan mempertahankan pertumbuhan pendapatan dari 40 persen populasi terbawah pada tingkatan yang lebih tinggi dari rata-rata nasional 10.2 Pada tahun 2030, memberdayakan dan mempromosikan inklusi sosial, ekonomi dan politik dari semua, tanpa memandang usia, jenis kelamin, disabilitas, ras, etnis, asal, agama atau status ekonomi atau lainnya 10.3 Memastikan kesempatan yang sama dan mengurangi kesenjangan hasil, termasuk dengan menghilangkan hukum, kebijakan dan praktik yang diskriminatif, serta mempromosikan undang-undang, kebijakan dan tindakan yang sesuai dalam hal ini 10.4 Mengadopsi kebijakan, terutama fiskal, kebijakan upah dan perlindungan sosial, dan secara progresif mencapai kesetaraan yang lebih nyata 10.5 Memperbaiki regulasi dan pengawasan pasar keuangan global dan lembaga-lembaga serta memperkuat pelaksanaan peraturan semacamnya 10.6 Memastikan peningkatan representasi dan suara untuk negaranegara berkembang dalam pengambilan keputusan di lembaga keuangan dan ekonomi internasional global dalam rangka menjadikan lembaga yang efektif, kredibel, akuntabel dan sah 10.7 Memfasilitas migrasi dan mobilitas yangi tertib, aman, teratur dan bertanggung, termasuk melalui penerapan kebijakan migrasi yang direncanakan dan dikelola dengan baik Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target mengurangi kesenjangan, yaitu: 10.a Menerapkan prinsip perlakuan khusus dan berbeda untuk negaranegara berkembang, khususnya negara tertinggal khususnya sesuai dengan perjanjian World Trade Organization. 21 10.b Mendorong bantuan keuangan pembangunan yang resmi, termasuk investasi asing langsung, di mana kebutuhan paling besar seperti di negara-negara berkembang khususnya, Afrika negara, negara pulau kecil dan negara-negara berkembang yang terkurung daratan, berkembang sesuai dengan rencana dan program nasional mereka 10.c Pada tahun 2030 , mengurangi kurang dari 3 persen biaya transaksi pengiriman uang migran dan menghilangkan koridor remittancedengan biaya yang lebih tinggi dari 5 persen GOAL 11. KEBERLANJUTAN KOTA DAN KOMUNITAS Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), target keberlanjutan kota dan komunitas, yaitu: 11.1. Pada 2030, memastikan akses semua orang terhadap tempat tinggal dan pelayanan dasar yang layak, aman dan terjangkau serta memajukan daerah kumuh 11.2. Pada 2030, membuka akses semua orang terhadap sistem transportasi yang aman, murah, terjangkau dan berkelanjutan, meningkatkan keamanan jalan, terutama dengan memperluas transportasi publik, dengan perhatian khusus kepada mereka yang memerlukan seperti perempuan, anak-anak, orang-orang dengan kebutuhan khusus dan lanjut usia. 11.3. Pada 2030, mendorong urbanisasi yang inklusif dan berkelanjutan serta kapasitas berpartisipasi, perencanaan dan manajemen pemukiman bagi manusia yang terintegrasi dan berkelanjutan di semua negara 11.4.Penguatan upaya perlindungan dan penjagaan terhadap warisan budaya dan alam dunia 11.5. Pada 2030, mengurangi secara signifikan angka kematian dan jumlah orang yang terpapar serta menurunkan secara substansial kerugian ekonomi terhadap produk domestik bruto yang disebabkan oleh bencana alam, termasuk bencana yang berhubungan dengan air, dengan foKus kepada orang miskin dan orang dalam situasi lemah. 22 11.6. Pada 2030, mengurangi dampak yang merugikan dari lingkungan perkotaan per kapita, termasuk dengan memberikan perhatian khusus kepada kualitas udara serta pengelolaan sampah kota lainnya 11.7. Pada 2030, menyediakan akses yang aman, inklusif dan terjangkau, ruang yang hijau dan terbuka, bagi semua orang terutama untuk perempuan dan anak-anak, lanjut usia dan orang-orang berkebutuhan khusus Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target keberlanjutan kota dan komunitas, yaitu: 11.a. Mendukung hubungan ekonomi, sosial dan lingkungan yang positif antarakota, pinggiran kota dan desa melalui penguatan perencanaan pembangunan nasional dan daerah 11.b. Pada 2020, meningkatkan secara substansial jumlah kota dan pemukiman yang mengadopsi dan menerapkan kebijakan dan perencanaan yang terintegrasi menuju inklusivitas, pemanfaatan sumber daya yang efisien, mencegah dan adaptasi terhadap perubahan iklim, ketahanan terhadap bencana, mengembangkan dan menerapkan, sejalan dengan Hyogo Framework, manajemen risiko bencana secara keseluruhan di semua tingkatan. 11.c. Mendukung negara-negara miskin, termasuk melalui bantuan keuangan dan teknis, dalam membangun bangunan yang berkelanjutan dan tangguh dengan memanfaatkan bahan lokal GOAL 12. KONSUMSI DAN PRODUKSI BERTANGGUNG JAWAB Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), target konsumsi dan produksi bertanggung jawab, yaitu: 12.1.Menerapkan program agenda kerja 10 tahunan dalam konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, semua negara turut ambil bagian, dimana negara-negara maju memimpin, dengan mempertimbangkan pembangunan dan kemampuan negara-negara berkembang 12.2. Pada 2030, mencapai pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan secara manajemen dan efisien 23 12.3 Pada 2030, mengurangi hingga setengahnya limbah pangang lobal per kapita di tingkat retail dan konsumen serta mengurangi kehilangan pangan selama masa rantai produksi dan pasokan, termasuk pascapanen 12.4. Pada 2020, mencapai pengelolaan lingkungan dari bahan kimia dan semua jenis limbah sepanjang siklus kehidupannya,sesuai dengan kerangka kerja internasional yang disepakati, dan secara signifikan mengurangi paparannya/polusi ke udara, air dan tanah untuk meminimalisir dampak buruk terhadap kesehatan manusia dan lingkungan 12.5. Pada 2030, mengurangi produksi limbah secara substansi melalui pencegahan, pengurangan, daur ulang dan penggunaan kembali 12.6. Mendorong perusahaan, terutama perusahaan besar dan transnasional, untuk menerapkan praktik-praktik yang berkelanjutan dan untuk mengintegrasikan informasi yang berkelanjutan di dalam siklus pelaporannya 12.7. Mendorong praktik lelang publik yang berkelanjutan, sejalan dengan kebijakan nasional dan prioritas 12.8. Pada 2030, memastikan semua orang dimanapun berada memiliki informasi dan kepedulian yang sejalan untuk pembangunan dan gaya hidup yang berkelanjutan dalam berinteraksi dengan alam Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, yaitu: 12.a Mendukung negara-negara berkembang dalam penguatan sains dan teknologi untuk dapat lebih maju dalam pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan 12.b Mengembangkan dan menerapkan alat-alat dalam memantau dampak dari pembangunan yang berkelanjutan untuk pariwisata yang berkelanjutan yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan serta mempromosikan budaya dan produk lokal 12.c Rasionalisasi subsidi bahan bakar fosil yang tidak efisien yang mendorong pemborosan pemakaian dengan menghapus distorsi pasar, sesuai dengan kondisi nasional, termasuk dengan restrukturi pajak dan menghentikan semua subsidi menghambat pembangunan, dimana kondisi itu ada, untuk menggambarkan dampak 24 lingkungannya, dengan mempertimbangkan secara penuh kebutuhan khusus dan kondisi negara-negara berkembang dan meminimalkan dampak buruk yang mungkin terjadi dalam pembangunan dengan cara melindungi orang miskin dan masyarakat yang terkena dampak GOAL 13. AKSI TERHADAP IKLIM Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), target aksi terhadap iklim, yaitu: 13.1 Memperkuat daya lenting dan kapasitas adaptif terhadap bahaya terkait iklim dan bencana alam di semua negara 13.2 Mengintegrasikan pengukuran perubahan iklim kepada kebijakan nasional, strategi dan perencanaan 13.3 Meningkatkan pendidikan, meningkatkan kesadaran dan kapasitas perorangan dan institusi tentang mitigasi perubahan iklim, adaptasi, pengurangan dampak dan peringatan dini Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target aksi terhadap lingkungan, yaitu: 13.a Mengimplementasikan komitmen yang disetujui/ditandatangani oleh kelompok negara-negara maju pada the United Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja PBB untuk Perubahan Iklim) untuk tujuan mobilisasi bersama $100 milyar setiap tahun pada tahun 2020 dari semua sumber untuk mengatasi kebutuhan negara-negara berkembang pada konteks aksi mitigasi yang bermakna dan transparan dalam implementasi dan operasional penuh the Green Climate Fund (Dana Iklim Hijau) melalui kapitalisasinya dengan segera. 13.b Mendorong mekanisme untuk meningkatkan kapasitas untuk rencana dan tata kelola yang efektif terkait perubahan iklim di negara-negara berkembang, termasuk fokus pada wanita, generasi muda, lokal dan komunitas yang marjinal/terpinggirkan. GOAL 14. KEHIDUPAN BAWAH LAUT 25 Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), target kehidupan bawah laut, yaitu: 14.1 Pada 2025, mencegah dan menurunkan secara signifikan/nyata segala macam polusi laut, khususnya dari aktivitas daratan, termasuk puing-puing/serpihan dari laut, dan polusi nutrien 14.2 Pada 2025, secara bekelanjutan mengelola dan melindungi ekosistem laut dan pantai untuk menghindari dampak yang merugikan, termasuk dengan memperkuat daya tahan dan mengambil tindakan restorasi untuk mencapai samudera yang sehat dan produktif 14.3 Meminimalisir dan mengatasi dampak pengasaman laut, termasuk melalui meningkatan kerjasama ilmiah pada semua tingkat 14.4 Pada 2020, secara efektif mengatur pemanenan dan mengakhiri penangkapan ikan yang berlebihan, illegal, tidak terlaporkan, dan penangkapan ikan yang tidak diatur/tidak ada aturannya dan praktik penangkapan ikan yang merusak/destruktif, serta melaksankan manajemen rencana yang berbasis ilmiah, dalam rangka mengembalikan stok ikan dalam waktu yang paling singkat, setidaknya sampai pada tahap mampu memproduksi hasil maksimal yang berkelanjutan, ditentukan dari karakteristik biologisnya 14.5 Pada 2020, melestarikan sedikitnya10% area pantai dan laut, sesuai dengan hukum nasional dan internasional dan berdasar pada informasi ilmiah terbaik yang tersedia 14.6 Pada 2020, mencegah beberapa bentuk tertentu dari subsidi perikanan yang berkontribusi terhadap kapasitas berlebih (overcapacity) dan penangkapan ikan yang berlebihan, menghapus subsidi yang berkontribusi terhadap penangkapan ikan yang illegal, tidak terlapor dan tidak diatur dan menahan diri untuk tidak memperkenalkan subsidi baru sejenis, dengan mengetahui bahwa perlakukan special dan berbeda yang tepat dan efektif untuk negara maju dan negara berkembang harus menjadi bagian yang terintegrasi dari negosiasi subsidi perikanan WTO 14.7 Pada 2030, meningkatkan keuntungan ekonomi bagi kepulauan kecil dan negara berkembang dari penggunaan sumber daya laut yang 26 berkelanjutan, termasuk manajemen yang berkelanjutan dari perikanan, aquaculture/perairan dan pariwisata. Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target kehidupan bawah laut, yaitu: 14.a Meningkatkan pengetahuan ilmiah, mengembangkan kapasitas penelitian dan alih teknologi kelautan, mempertimbangkan the Intergovernmental Oceanographic Comission Criteria (Komisi Kriteria antar Pemerintah untuk Kelautan) danGuidelines on the Transfer of Marine Technology (Pedoman Alih Teknologi Kelautan), dalam rangka meningkatkan kesehatan laut dan untuk meningkatkan kontribusi keragaman hayati kelautan untuk pembangunan negaranegara berkembang, khususnya kepulan kecil dan negara-negara yang belum maju. 14.b Menyediakan akses sumber daya laut dan pasar untuk nelayan kecil 14.c Meningkatkan konservasi dan penggunaan lautan serta sumber dayanya secara berkelanjutan dengan menerapkan hukum internasional sebagaimana tercermin dalam Konvensi Hukum Kelautan PBB yang menyediakan kerangka hukum untuk konservasi dan penggunaan laut dan sumber daya laut yang berkelanjutan. Sebagaimana disebutkan pada paragraf 158 mengenai“The Future We Want/ Masa Depan yang kita Inginkan” (pada naskah deklarasi) GOAL 15. KEHIDUPAN DI DARAT Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), target kehidupan di darat, yaitu: 15.1. Pada 2020, memastikan konservasi, restorasi, dan penggunaan berkelanjutan dari ekosistem daratan dan perairan darat beserta penggunaannya, pada khususnya hutan, rawa, gunung, dan lahan kering, sejalan dengan kewajiban-kewajiban untuk kesepakatan internasional. 15.2. Pada 2020, mendorong penerapan pengelolaan berkelanjutan seluruh jenis merestorasi hutan, hutan memperlambat terdegradasi dan penggundulan secara hutan, substansial meningkatkan peghutanan dan reboisasi secara global. 27 15.3. Pada 2030, memerangi penggurunan, restorasi daratan tanah yang terdegradasi, termasuk daratan yang terkena dampak penggurunan, kekeringan dan banjir, serta berusaha mencapai dunia yang bebas dari degradasi daratan. 15.4. ada 2030, memastikan konservasi ekosistem gunung, termasuk keanekaragamanhayatinya, dalam rangka meningkatkan kapasitasnya untuk menyediakan keuntungan yang penting bagi pembangunan berkelanjutan. 15.5. Mengambil tindakan segera dan signifikan untuk mengurangi degradasi habitat alami, menghentikan kerugian keanekaragaman hayati, dan pada 2020, melindungi dan mencegah kepunahan species-spesies yang terancam kepunahan. 15.6. Mendorong pembagian keuntungan yang adil dan merata bersumber penggunaan sumber daya genetik dan mempromosikan akses semestinya kepada sumber daya tersebut sebagaimana kesepakatan internasional. 15.7. Mengambil tindakan segera untuk mengakhiri perburuan dan jualbeli spesies flora dan fauna yang dilindungi serta menangani permintaan dan suplai ilegal untuk produk alam liar. 15.8. Pada 2020, memperkenalkan cara-cara mencegah pengenalan dan secara signifikan mengurangi dampak invasi spesies asing pada ekosistem darat dan laut atau penghilangan spesies prioritas. 15.9. Pada 2020, mengintegrasikan nilai-nilai ekosistem dan keanekaragaman hayati ke dalam perencanaan, pembangunan, strategi dan perhitungan pengentasan kemiskinan di tingkat nasional dan lokal. Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target kehidupan di darat, yaitu: 15.a. Mobilisasi dan secara signifikan meningkatkan sumber daya finansial dari berbagai sumber untuk konservasi dan penggunaan keanekaragaman hayati dan ekosistem secara berkelanjutan. 15.b. Mobilisasi sumber daya berharga dari berbagai sumber dan seluruh tingkatan untuk membiayai pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan menyediakan insentif yang cukup kepada negara berkembang 28 untuk memperbaiki pengelolaan tersebut, termasuk konservasi dan penghijauan kembali. 15.c. Meningkatkan dukungan global untuk upaya-upaya memerangi perburuan dan jual-beli spesies-spesies dilindungi, termasuk dengan meningkatkan kapasitas komunitas lokal untuk meraih peluang kehidupan berkelanjutan. GOAL 16. INSTITUSI PERADILAN YANG KUAT DAN KEDAMAIAN Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), target institusi peradilan yang kuat dan kedamaian, yaitu: 16.1. Secara signifikan mengurangi segala bentuk kekerasan dan kematian terkait di mana pun 16.2. Mengakhiri penyiksaan, eksploitasi, jual-beli, dan segala bentuk kekerasan dan penyiksaan terhadap anak 16.3. Mempromosikan aturan hukum pada tingkat nasional dan internasional serta memastikan akses setara kepada keadilan bagi semua orang 16.4. Pada 2030, secara signifikan mengurangi aliran keuangan dan persenjataan ilegal, memperkuat pemulihan dan pengembalian senjata hasil curian dan memerangi segala bentuk kriminalitas terencana 16.5. Secara substansial mengurangi korupsi dan penyuapan dalam segala bentuk 16.6. Mengembangkan institusi yang efektif, akuntabel, serta transparan di seluruh tingkatan 16.7. Memastikan pengambilan keputusan yang responsif, inklusif, partisipatif, dan representatif di segala tingkatan 16.8. Memperluas dan memperkuat partisipasi negara-negara berkembang dalam institusi-institusi pemerintahan global 16.9. Pada 2030, menyediakan identitas legal bagi semua, termasuk registrasi kelahiran 16.10. Memastikan akses publik kepada informasi dan melindungi kebebasan asasi, sesuai legislasi nasional dan kesepakatan internasional 29 Menurut Stevance (2015) Perangkat implementasi target industri peradilan yang kuat dan kedamaian, yaitu: 16.a. Memperkuat institusi nasional yang relevan, termasuk melalui kerja sama internasional, untuk membangun kapasitas di segala tingkatan, terutama negara-negara berkembang, untuk mencegah kekerasan serta memerangi terorisme dan kriminalitas 16.b. Mendorong dan menegakkan hukum dan kebijakan non-diskriminatif untuk pembangunan berkelanjutan GOAL 17. KEMITRAAN UNTUK MENCAPAI TUJUAN Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), target kemitraan untuk mencapai tujuan, yaitu: 17.1. Memperkuat mobilisasi sumber daya dalam negeri, termasuk melalui dukungan internasional ke negara-negara berkembang, untuk meningkatkan kapasitas dalam negeri terhadap pajak dan pengumpulan pendapatan lainnya. 17.2. Negara-negara maju untuk melaksanakan sepenuhnya komitmen mereka terhadap bantuan pembangunan, termasuk untuk memberikan 0,7 persen dari pendapatan bruto nasional dalam bantuan pembangunan resmi untuk negara-negara berkembang, yang mana 0,15-0,20 persen harus disediakan untuk setidaknya negara-negara kurang berkembang. 17.3. Memobilisasi sumber daya keuangan tambahan untuk negaranegara berkembang dari berbagai sumber 17.4. Membantu negara-negara berkembang dalam mengatasi hutang jangka panjang melalui kebijakan terkoordinasi yang bertujuan untuk membina pembiayaan hutang, penghapusan hutang dan restrukturisasi hutang, dan membantu negara-negara miskin yang terjerat hutang untuk mengurangi tekanan hutang 17.5. Mengadopsi dan menerapkan pola promosi investasi bagi negaranegara tertinggal Teknologi 17.6. Meningkatkan kerjasama Utara-Selatan, Selatan-Selatan dan kerja sama triangular regional dan internasional dan meningkatkan akses ke ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi dan berbagi 30 pengetahuan dengan persyaratan yang disepakati bersama, termasuk melalui peningkatan koordinasi antar mekanisme yang ada, khususnya di tingkat PBB, dan melalui mekanisme fasilitasi teknologi global 17.7. Mempromosikan pembangunan, transfer, diseminasi dan penyebaran teknologi yang ramah lingkungan ke negara-negara berkembang, termasuk persyaratan pemberian dan preferensi, berdasarkan kesepakatan bersama 17.8. Mengoperasionalkan secara penuh bank teknologi dan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi mekanisme pembangunan kapasitas bagi negara-negara yang kurang berkembang pada tahun 2017 dan meningkatkan penggunaan teknologi yang mendukung untuk, informasi tertentu dan teknologi komunikasi Peningkatan Kapasitas 17.9. Meningkatkan dukungan internasional untuk menerapkan peningkatan kapasitas yang efektif dan tepat sasaran di negaranegara berkembang guna mendukung rencana nasional untuk menerapkan semua tujuan pembangunan yang berkelanjutan, termasuk melalui kerjasama Utara-Selatan, Selatan-Selatan dan triangular Perdagangan 17.10. Mempromosikan sistem perdagangan universal, berbasis aturan, terbuka, non-diskriminatif dan keadilan multilateral di bawah Organisasi Perdagangan Dunia, termasuk melalui kesimpulan dari negosiasi di bawah Agenda Pembangunan Doha 17.11. Meningkatkan ekspor negara-negara berkembang secara signifikan, khususnya dengan maksud untuk menggandakan saham negara-negara kurang dari ekspor global pada tahun 2020 17.12. Merealisasikan penerapan akses pasar bebas bea dan kuota bebas dengan tepat waktu bagi semua negara-negara maju, sesuai dengan keputusan Organisasi Perdagangan Dunia, termasuk dengan menjamin bahwa aturan awal berlaku untuk impor dari negara-negara tertinggal yang transparan dan sederhana , dan berkontribusi untuk memfasilitasi akses pasar 31 Masalah sistemik Koherensi Kebijakan dan Kelembagaan 17.13. Meningkatkan stabilitas makroekonomi global, termasuk melalui koordinasi kebijakan dan koherensi kebijakan 17.14. Meningkatkan koherensi kebijakan untuk pembangunan berkelanjutan 17.15. Menghormati kebijakan dan kepemimpinan masing-masing negara untuk membangun dan menerapkan kebijakan guna pengentasan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan Kemitraan Multi-stakeholder 17.16. Meningkatkan kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan yang dilengkapi dengan kemitraan multi-stakeholder yang memobilisasi dan membagi pengetahuan, keahlian, sumber dara teknologi dan keuangan guna mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan di semua negara, khususnya di negara-negara berkembang 17.17. Mendorong dan mempromosikan kemitraan publik yang efektif, publik-swasta dan sipil, membangun pengalaman dan strategi kemitraan Data, Pemantauan dan Akuntabilitas 17.18. Pada tahun 2020, meningkatkan dukungan pembangunan kapasitas untuk negara-negara berkembang, termasuk negaranegara kurang berkembang dan pulau kecil negara berkembang, meningkat secara signifikan ketersediaan data yang berkualitas tinggi, tepat waktu dan dapat dipercaya dipilah berdasarkan pendapatan, jenis kelamin, usia, ras, etnis, status migrasi, kecacatan, lokasi geografis dan karakteristik lain yang ada untuk berhubungan dalam konteks nasional 17.19. Pada tahun 2030, mengembangkan membangun pengukuran inisiatif kemajuan yang pembangunan berkelanjutan yang melengkapi produk domestik, dan mendukung pembangunan kapasitas statistik di negara-negara berkembang 32 DAFTAR PUSTAKA Fajriah, R, L. 2015. Kemiskinan RI Disorot Dunia, Jokowi Peringatkan Jajaran Menteri(online), http://ekbis.sindonews.com/read/1071845/34/kemiskinan-ri-disorotdunia-jokowi-peringatkan-jajaran-menteri-1450868015, Diakses 4 Desember 2015. HUMAS UPI. 2015. SM3T Memberikan Dampak Positif Bagi Pendidikan Di Indonesia (online, http://berita.upi.edu/?p=7132, diakses 5 desember 2015 Nirmala. 2015. Tujuh alasan SDGs lebih baik dari MDGs(online), http://beritagar.id/artikel/berita/tujuh-alasan-sdgs-lebih-baik-darimdgs, diakses 3 Desember 2015. Pallutturi, S. 2015. Peran Tenaga Kesehatan Dalam Program Mdgs Menuju SDGs. Disampaikan pada seminar nasional kesehatan 2015, Sabtu 19 desember 2015 Pendidikan indonesia. 2015. Potret Dunia Pendidikan Indonesia(online). http://www.pedidikanindonesia.com/2015/01/potret-duniapendidikan-di-indonesia.html. Diakses 4 Desember 2015 di Rakorpop Kemenkes RI. 2015. RAKORPOP KEMENTERIAN KESEHATAN RI Kesehatan Dalam Kerangka Sustainable Development Goals (SDGs). http://www.pusat2.litbang.depkes.go.id/pusat2_v1/wpcontent/uploads/2015/12/SDGs-Ditjen-BGKIA.pdf, diakses 5 Desember 2015 Renstra Kemenkes. 2015. Rencana Strategis Tahun 2015-2019. Keputusan menteri kesehatan RI nomor HK. 02.02/menkes52/2015 (online). www.depkes.go.id/resources/download/info-publik/Renstra2015.pdf, Diakses 4 Desember 2015. Stevance, S.,A.,dkk (2015). Review of Targets for the Sustainable Development Goals:The Science Perspective(online), International Council for Science (ICSU) & International Social Science Council (ISSC), (http://www.icsu.org/publications/reports-andreviews/review-of-targets-for-the-sustainable-development-goalsthe-science-perspective-2015/SDG-Report.pdf, diakses 3 Desember 2015) 33