Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113 ANALISIS PERMINTAAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2009-2013 Afriliyanti Ismei Andri Wijanarko Henny Oktavianti Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo Madura Abstract Economic development on a nation is possibly conducted by increasing the growth on industrial sectors. Job opportunities in medium and big industry is considered less than it is compared with the small and the medium industries. It is happened because the big and medium industries applies capital intensive. Labor average Reduction per small and medium industries on Lamongan region is significantly decreasing in the last two years. If the next year shows the reduction on the number of labor, so the employment is not conducted optimally since the small and medium industries play and important role in employment. The purpose of the study is to determine the influence of industrial total number, investment and production value on employment in small and medium industrial of Lamongan Region in 2009 – 2013. Analysis method applied is panel data method which is used to determine the number of industries, investment and production value hypothesis on small and medium industry’s labor demand in 2009–2013. The result of study shows that the number of industries, investment and production value variable have positive influence and significance on small and medium industry’s labor demand at Lamongan Region in 2009 – 2013. The conclusion of study shows that the overall independent variables (number of industries, investment and production value) all together and simultaneously influence the dependent (labor demand on small and medium industries) variable at Lamongan Region in 2009 – 2013. Keywords: Labors, small and medium industries, Invesment and production value. 95 Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113 PENDAHULUAN menyerap tenaga kerja lebih banyak Berdasarkan rancangan awal dibandingkan Industri besar/sedang. rencana pembangunan jangka panjang nasional tahun pembangunan ekonomi Selama lima tahun dari tahun 2005-2025, 2009-2013 pada industri kecil dan merupakan menengah selalu memiliki tenaga kemampuan ekonomi untuk tumbuh kerja terbanyak, hanya saja pada lebih tinggi, berkelanjutan dan mampu tahun meningkatkan terbanyak pemerataan 2010 jumlah terdapat pada kerja industri kesejahteraan masyarakat secara luas, besar/sedang. serta berdaya saing tinggi. Dalam hal industri ini pembangunan ekonomi didukung menggunkan teknologi padat karya, oleh penguasaan dan penerapan ilmu- sedangkan industri besar/sedang lebih ilmu didalam menggunakan teknologi canggih/mesin sumber-sumber modern dalam proses produksinya. teknologi mengembangkan daya pembangunan. ini dikarenakan dan menengah dalam Tambunan (2002) bahwa penurunan Todaro dan Smith (2006) bahwa dalam jumlah industri besar dan adanya pertumbuhan keterbatasan dan Lewis kecil Hal tenaga perkembangan lapangan pekerjaan ekonomi suatu negara dapat dilakukan dapat merubah struktur ekonomi yang dengan meningkatkan pertumbuhan berorientasi pada industri kecil dan pada sektor industri. menengah. Ketidakmampuan industri Pengembangan industri kecil dinilai besar pekerjaan yang besar, karena usaha pengembangan tersebut menggunakan padat modal, industri. Pengembangan industri kecil sedangkan pada Industri Kecil dan akan membantu mengatasi masalah Menengah lebih menggunakan padat pengangguran, mengingat teknologi karya. yang digunakan teknologi padat karya. adalah cara peranannya yang dalam memperbesar kesempatan adalah Sehingga lapangan usaha menciptakan lapangan bisa kerja yang besar dan dapat mendorong pembangunan daerah dan kawasan pedesaan (Kuncoro, 2007). Industri kecil Kabupaten dan menengah Lamongan di mampu 96 Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113 Tabel 1.1 Jumlah Tenaga Kerja, Jumlah Industri, Nilai Investasi, Dan Nilai Produksi Kabupaten Lamongan Tahun 20092013 Tahun Tenaga Kerja Jumlah Industri Nilai Investasi Nilai Produksi beberapa faktor, salah satunya yaitu faktor jumlah unit usaha dan nilai produksi yang dihasilkan industri tersebut. Dan Matz (2003) bahwa meningkatnya investasi pada suatu industri, juga akan meningkatkan (Orang) (Unit) (Rp) (Rp) 2009 5.831 314 33.696.733.199 565.328.983.000 2010 5.459 311 31.781.587.199 523.780.452.000 2011 5.884 315 34.741.877.499 563.001.383.000 dengan meningkatnya investasi akan 2012 5.406 382 61.208.826.000 714.379.557.500 meningkatkan 2013 7.699 576 163.322.431.000 757.923.697.000 penyerapan tenaga kerja. jumlah Karena perusahaan yang ada pada industri tersebut dan akhirnya akan meningkatkan jumlah Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kab. Lamongan, Diolah Dengan melihat Tabel 1.1 jumlah tenaga kerja pada industri kecil dan menengah di Kabupaten Lamongan mengalami kondisi yang fluktuatif. Pada tahun 2010 dan 2012 jumlah tenaga kerja di Kabupaten Lamongan mengalami penurunan yang cukup drastis. Pada tahun 2010 hal tersebut juga diikuti penurunan dari variabel jumlah industri, nilai investasi dan nilai produksi. Dan pada tahun 2013 jumlah tenaga kerja, jumlah industri, nilai investasi, dan nilai produksi mengalami peningkatan yang sangat drastis sekali. Seperti yang di kemukakan bahwa industri kecil dan menengah berperan banyak dalam penyerapan kerja. jumlah tenaga yang dihasilkan, sehingga kesempatan kerja meningkat. Dan berdasarkan Tabel 1.1 dapat di ketahui juga bahwa rata-rata tenaga kerja per industri mengalami kondisi yang fluktuatif juga, dan pada tahun 2012 dan tahun 2013 mengalami penurunan yang sangat drastis sekali. Kondisi ini berbeda dengan jumlah tenaga kerja, jumlah industri, nilai investasi, dan nilai produksi pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang sangat drastis sekali. Hal ini menandakan permintaan tenaga kerja kurang optimal, karena melihat industri kecil dan menengah memegang peranan penting dalam Squire dalam Rejekiningsih (2004) tenaga output Dalam penyerapan kerja dipengaruhi penyerapan tenaga kerja. Rumusan Masalah Secara lebih terperinci dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut: 97 Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113 1. Bagaimana industri pengaruh kecil dan jumlah menengah terhadap permintaan tenaga kerja tenaga kerja pada industri kecil dan pada industri kecil dan menengah TINJAUAN PUSTAKA di Kabupaten Lamongan tahun Permintaan Tenaga Kerja Permintaan Bagaimana pengaruh Kabupaten tenaga kerja nilai merupakan daftar berbagai altenatif terhadap permintaan kombinasi tenaga kerja dengan input tenaga kerja pada industri kecil lain yang tersedia, dan berhubungan dan dengan investasi menengah di Kabupaten Lamongan tahun 2009-2013? 3. di Lamongan tahun 2009-2013 2009-2013? 2. menengah Bagaimana produksi pengaruh terhadap tingkat gaji. Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berbeda nilai permintaan dengan permintaan konsumen akan barang atau jasa. hal ini tenaga kerja pada industri kecil konsumen dan karena memberi kepuasan kepada pembeli tersebut menengah di Kabupaten Lamongan tahun 2009-2013? membeli Dalam barang yaitu (utility) (Ananta, 1993). Tujuan Berdasarkan permasalahan di Gambar 2.1 Kurva Permintaan Tenaga Kerja atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui industri pengaruh kecil dan jumlah menengah terhadap permintaan tenaga kerja pada industri kecil dan menengah di Kabupaten Lamongan tahun 2009-2013 2. Mengetahui investasi pengaruh terhadap nilai permintaan Sumber : Ehrenberg dan Smith (1994) D= kurva permintaan tenaga kerja pada tingkat harga barang modal yang relatif tinggi D1=kurva permintaan tenaga kerja karena adanya pengaruh skala produksi tenaga kerja pada industri kecil dan menengah di Kabupaten Lamongan tahun 2009-2013 3. Mengetahui produksi pengaruh terhadap nilai permintaan Apabila harga barang–barang modal turun, maka biaya produksi juga akan ikut turun. Hal ini juga mengakibatkan harga jual per unit 98 Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113 barang akan turun. Pada keadaan ini Garis DD melukiskan bahwa besarnya produsen untuk nilai hasil marjinal karyawan (value barangnya, marginal physical product of labor, akan meningkatkan cenderung produksi karena permintaan bertambah besar. VMPPL) untuk Disamping itu permintaan tenaga kerja Misalnya jumlah dapat karena dipekerjakan adalah sebanyak 0A=100 perusahaan. orang dinamakan VMPPL-nya dan bertambah peningkatan besar, kegiatan setiap tingkatan. karyawan Sehingga keadaan ini menyebabkan besarnya sama bergesernya kurva permintaan tenaga P=W1. Nilai ini lebih besar dari pada kerja ke kanan karena pengaruh efek tingkat upah yang sedang berlaku (W). skala atau subsitusi efek. Oleh sebab itu laba pengusaha akan Fungsi Permintaan Perusahaan Akan Tenaga Kerja Boediono dengan: yang MPPL x bertambah dengan menambah tenaga kerja baru. Pengusaha dapat terus (1982) mengatakan menambah laba perusahan dengan bahwa perusahaan dalam melakukan memperkejakan orang hingga 0N. Di proses produksi disebabkan oleh satu titik N pengusaha mencapai laba alasan, adanya maksimum dan nilai MPPL x P sama yang dengan upah yang dibayarkan kepada yaitu permintaan karena akan output dihasilkanya. Jadi permintaan akan karyawan. input pengusaha mencapai laba maksimum akan timbul karena adanya permintaan akan output. Dari sinilah Dengan kata lain bila MPPLxP =W. sebabnya mengapa permintaan input Penambahan tenaga kerja yang tersebut oleh ahli ekonomi Alfred lebih besar dari pada 0N misalkan 0B Marshall dikatakan sebagai derived akan demand pengusaha. atau Permintaan permintaan akan output turunan. sendiri mengurangi keuntungan Pengusaha membayar upah dalam tingkat yang berlaku (W), dianggap sebagai "permintaan asli" padahal nilai hasil karena timbul langsung dari adanya diperolah hanya sebesar W2 yang kebutuhan manusia. lebih Gambar 2.2 Fungsi Permintaan Tenaga Kerja Upah VMPTK pengusaha dari pada W. cenderung menghindari jumlah karyawan Jadi untuk lebih besar dari pada 0N. Penambahan D W1 kecil marginal yang Maksimum Laba W karyawan yang lebih besar dari pada 0N dapat dilaksanakan hanya bila W2 D = MPTKX P 0 A N B Kuantitas Tenaga Kerja Sumber : Simanjutak, 1985 99 Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113 pengusaha yang bersangkutan dapat kerja atau meningkatkan permintaan membayar upah dibawah W atau bila tenaga kerja. pengusaha mampu menaikan harga Sektor Industri jual barang. Berdasarkan Surat Keterangan Hubungan Nilai Investasi Dengan Menteri Permintaan Tenaga Kerja Perdagangan Nomer 590 / MPP / KEP Matz (2003) bahwa dengan Perindustrian / 10 / 1999, dan mendefinisikan industri adanya peningkatan investasi pada kecil dan menengah berdasarkan nilai suatu akan asetnya yaitu Industri Kecil adalah tenaga industri yang mempunyai nilai investasi kerja. Hal ini karena dengan adanya perusahaan sampai dengan 200 juta peningkatan akan rupiah (tidak termasuk tanah dan perusahaan bangunan), dan Industri Menengah perusahaan, meningkatkan penyerapan investasi meningkatkan yang ada juga maka jumlah pada industri tersebut. adalah industri dengan nilai investasi Peningkatan jumlah perusahaan akan perusahaan seluruhnya antara 200 meningkatkan juta-5 milyar rupiah (tidak termasuk jumlah output yang akan dihasilkan. Sehingga lapangan tanah pekerjaan meningkat dan bangunan). Sementara dan akan penggolongan industri menurut BPS pengangguran atau (Badan Pusat Statistik) berdasarkan dengan kata lain akan meningkatkan jumlah tenaga kerja dibagi dalam penyerapan tenaga kerja. empat golongan yaitu : mengurangi HUBUNGAN DENGAN NILAI PRODUKSI PERMINTAAN TENAGA KERJA jumlah tenaga kerja 1-4 orang. 2. Industri kecil jumlah tenaga kerja Ehrenberg dan Smith (1994) dalam Setiyadi (2008) naik turunnya permintaan produksi 1. Industri kerajinan rumah tangga pasar suatu berpengaruh terhadap hasil perusahaan akan terhadap penyerapan 5-19 orang. 3. Industri menengah jumlah tenaga kerja 20-99 orang. 4. Industri besar jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih. tenaga kerja. Jika permintaan hasil produksi meningkat, maka akan ada peningkatan hasil produksi. Sehingga dapat menambah penyerapan tenaga 100 Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113 KERANGKA PENELITIAN a. Permintaan Gambar 3.1 Tenaga Kerja (TK) merupakan jumlah tenaga kerja yang diminta oleh perusahaan pada industri kecil dan menengah di Jumlah Industri (IND) Kabupaten Lamongan tahun 2009– 2013, dan dihitung dalam satuan Tenaga Kerja (TK) Nilai investasi (INV) orang. b. Jumlah Industri Kecil Menengah (IND) banyaknya industri dan merupakan Nilai Produksi (PROD) kecil menengah di wilayah Lamongan yang dan Kabupaten memiliki nilai investasi untuk industri kecil sampai METODE PENELITIAN dengan Rp. 200 juta, dan untuk Pendekatan Penelitian Dan Definisi industri menengah Rp. 200 juta Operasional sampai dengan Rp. 5 milyar, dan Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan kuantitatif. metode Saebani penelitian (2008) bahwa dihitung dengan satuan unit (Berdasarkan Disperindag). c. Nilai Investasi (INV) merupakan jumlah modal yang ditanamkan metode penelitian kuantitatif adalah pada industri kecil dan menengah penelitian yang menggunakan angka untuk memproduksi barang dan dalam penyajian data dan analisis menjalankan usaha industri yang yang menggunakan uji statistika. Nasir dikelola (1999) definisi operasional merupakan Kabupaten Lamongan, di hitung definisi yang diberikan kepada variabel dengan penelitian (Berdasarkan Disperindag). dengan memberikan selama satuan satu tahun jutaan di rupiah arti/menspesifikasikan kegiatan atau d. Nilai Produksi (PROD) merupakan dengan memberikan operasional yang hasil akhir dari proses produksi diperlukan untuk mengukur variabel pada industri kecil dan menengah di tersebut. Definisi operasional masing- Kabupaten masing variabel adalah sebagai berikut produksi dilihat dari jumlah produksi : dikalikan dengan harga masing- Lamongan. Nilai masing produk, di hitung dengan 101 Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113 satuan jutaan rupiah (Berdasarkan paling Disperindag). melakukan kombinasi terhadap data Metode Data Panel time series dan cross section tanpa Dalam estimasi penelitian model ini analisis memperhatikan dan dimensi hanya individu yang maupun waktu. Model data panel digunakan adalah metode analisis data dengan pendekatan Pooled Least panel dengan menggunakan program Square eviews berikut: 6. penelitian sederhana, Gujarati (1991) bahwa (PLS) adalah sebagai Yit = β1 + β2 + β3X3it + … + βnXnit + analisis dengan menggunakan data panel adalah kombinasi antara deret Uit waktu (time-series data) dan kerat 2. Fixed Effect Model (FEM) lintang (cross-section data). Model Gujarati (2003) bahwa model Fixed yang digunakan dalam analsis regresi Effect Model (FEM) adalah teknik panel di penelitian ini adalah sebagai estimasi berikut: menggunakan LYit = β0+β1LINDit+β2LINVit+β3LPRODit untuk +eit data panel dengan variabel dummy mengetahui adanya perbedaan intercept antar cross Dimana: section. Model data panel dengan L: Log e: error term pendekatan Fixed Effect Model β: Konstanta i: (FEM) adalah sebagai berikut : Yit = a1+ a2D2 +…+ anDn + βnXnit + Uit Kecamatan t: Waktu 3. Random Effect Model (REM) Y: Permintaan Tenaga Kerja Metode analisis data panel yang di IND: Jumlah Industri (IND) dalamnya melibatkan korelasi antar INV: Nilai Investasi (INV) error PROD: Nilai Produksi (PROD) waktu, Dalam teknik estimasi model regresi data panel, terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan dan karena berubahnya model data panel dengan pendekatan Random Effect Model (REM) sebagai berikut: Yit = β1 + β2X2it + εit + Uit Uji Statistik F (Uji Chow) yaitu: 1. Model Pooled Least Square (PLS) Gujarati term (2003) bahwa model Pooled Least Square (PLS) adalah Kegunaan uji statistik F atau uji chow yaitu pendekatan untuk memilih antara Pooled Least Square metode estimasi data panel yang 102 Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113 (PLS) tanpa variabel dummy atau 1. Apabila nilai R² mendekati 0 (nol) pendekatan Fixed Effect Model (FEM). menunjukkan bahwa kemampuan Ketentuan: variabel independen/bebas dalam 1. Apabila Fhitung>Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti Fixed Effect Model (FEM) yang Fhitung<Ftabel variabel dependen terbatas atau lemah 2. Apabila nilai R² mendekati 1(satu) menunjukkan bahwa kemampuan tepat untuk digunakan. 2. Apabila menjelaskan maka H0 variabel independen/bebas dapat diterima dan H1 ditolak yang berarti menjelaskan Pooled Least Square (PLS) yang dengan sempurna atau baik. Fungsi Uji Hausman (2005) dependen Uji t (Parsial) tepat untuk digunakan. Widarjono variabel bahwa Uji menunjukkan uji t (parsial) signifikan atau untuk tidak hausman adalah uji statistik untuk signifikan suatu variabel independen memilih antara menggunakan Fixed secara Effect Model (FEM) atau Random mempengaruhi variabel dependen. Effect Model (REM). Ketentuan: Ketentuan: 1. Apabila t0 (t 1. Apabila Hausman tabel hitung>chi square maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti Fixed Effect Model (FEM) tabel variabel hitung<chi square maka H0 diterima dan H1 ditolak, berarti Random Effect Model (REM) dalam observasi)<(t tabel) independen maka tidak menerangkan variabel dependen dengan baik atau tidak signifikan. 2. Apabila t0 (t yang digunakan. 2. Apabila Hausman individual/sendiri variabel observasi)>(t tabel) independen menjelaskan variabel maka dapat dependen dengan baik atau signifikan. yang digunakan. Uji Koefisien Determinasi (Uji R²) Koefisien Determinasi (Uji R²) digunakan untuk menunjukkan Uji F (Simultan) Uji F (Simultan) menentukan digunakan untuk signifikan atau tidak seberapa besar presentase variabel signifikan suatu variabel independen independen secara bersama-sama mempengaruhi dapat menjelaskan variabel dependendengan baik. Nilai veriabel dependen. R² berkisar antara 0-1 (0<R²<1). Ketentuan: 103 Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113 Ketentuan: Fixed Effect Model (FEM) adalah 1. Apabila F0 (Fobservasi)<(Ftabel), maka model terbaik untuk digunakan dari variabel independen/bebas berpengaruh variabel signifikan tidak terhadap dependen/terikat secara pada model Pooled Least Square (PLS) dan Random Model (REM). Fixed Effect Model (FEM) bersama-sama. TABEL 5.1 2. Apabila F0 (Fobservasi)>(Ftabel), maka variabel independen berpengaruh signifikan Effect terhadap HASIL ESTIMASI FIXED EFFECT MODEL (FEM) variabel dependen secara bersama–sama. Dependent Variable: LTK Method: Panel Least Squares HASIL DAN PEMBAHASAN Date: 11/25/14 Time: 20:35 HASIL: Sample: 2009 2013 Periods included: 5 Uji chow Cross-sections included: 27 Berdasarkan hasil redundant Total panel (balanced) observations: 135 fixed effect test Fhitung=14,249778 sedangkan nilai Ttabel (numerator=3 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LIND 0.735023 0.076914 9.556430 0.0000 LINV 0.077293 0.033975 2.274995 0.0249 LPROD 0.073384 0.034572 2.122614 0.0361 C -0.261514 0.873095 -0.299526 0.7651 dan denominator=131) α=5% adalah 2,65. Maka Fhitung>Ftabel menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga Fixed Effect Model (FEM) yang diterima. Jadi teknik Effects Specification regresi yang digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM) lebih baik dari Cross-section fixed (dummy variables) pada Pooled Least Square (PLS). Uji Hausman Berdasarkan dari hasil uji Hausman Test nilai Chi Squarehitung adalah 10,189310, dan Chi R-squared 0.976724 Mean dependent var 4.446948 Adjusted R-squared 0.970295 S.D. dependent var 1.469000 S.E. of regression 0.253184 Akaike info criterion 0.283728 Sum squared resid 6.730715 Schwarz criterion 0.929345 Log likelihood 10.84835 Hannan-Quinn criter. 0.546089 F-statistic 151.9323 Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) 0.000000 1.865854 Squaretabel adalah 7,81473, df = 3 dan α = 5 % atau pada tingkat signifikan 5 %. Squarehitung>Chi menunjukkan bahwa Maka Chi Squaretabel hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga Sumber: Hasil Pengolahan data panel menggunakan program Eviews 6 Dari hasil diatas diperoleh persamaan regresi dengan Fixed Effect Model (FEM) sebagai berikut: 104 Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113 Yit=0,261514+0,735023X₁+0,077293X₂ produksi +0,073384X₃+eit Persamaan tersebut memiliki arti bahwa variabel jumlah industri, nilai investasi dan nilai jumlah industri mempunyai hubungan yang positif pada menengah industri tidak kecil ada, dan maka menyebabkan permintaan tenaga kerja menurun sebesar 0,261514% terhadap permintaan tenaga kerja. Dengan koefisien korelasi sebesar Analisisi Efek Individu Efek individu yang dihasilkan 0,735023 yang menunjukkan bahwa setiap sebesar jumlah kenaikan 1%, industri fixed effect model (FEM) merupakan menyebabkan gambaran dari heterogenitas setiap jumlah maka permintaan tenaga kerja hasilkan meningkat sebesar 0,735023%. Pada variabel nilai kecamatan. investasi Heterogenitas kecamatan yang di mencerminkan adanya faktor-faktor/variabel lain yang positif dimiliki oleh satu kecamatan tetapi terhadap permintaan tenaga kerja. tidak dimiliki oleh kecamatan lain. Dengan koefisien korelasi sebesar Dengan kata lain kecamatan tersebut 0,077293 yang menunjukkan bahwa memiliki keunggulan dalam variabel setiap kenaikan nilai investasi sebesar lain 1%, maka menyebabkan permintaan model). mempunyai hubungan yang tenaga kerja bertambah (diluar variabel Hasil sebesar bebas intersep dalam berdasarkan koefisien dalam tabel FEM (Fixed 0,077293 %. produksi Effect Model) adalah dalam bentuk log mempunyai hubungan yang posistif A sehingga untuk mendapatkan A terhadap permintaan tenaga kerja. harus Dengan koefisien korelasi sebesar Intersep 0,073384 yang menunjukkan bahwa setiap setiap kenaikan nilai produksi sebesar Lamongan 1%, maka menyebabkan permintaan tenaga kerja yang berbeda sebesar Ai, tenaga kerja akan meningkat sebesar apabila tidak ada perkembangan dari 0,073384%. variabel-variabel dalam model. Untuk variabel nilai di antilog (A) terlebih menunjukkan kecamatan dahulu. bahwa di Kabupaten mempunyai permintaan Dan dari persamaan diatas untuk nilai kofisien korelasi dari konstanta sebesar -0,261514, yang menunjukkan bahwa ketika semua variabel yaitu 105 Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113 5.2 Nilai Intersep Setiap Individu (Kecamatan) kecamatan ini paling tinggi diantara No. Kecamatan A 1 α Maduran 26,17 2 α Lamongan 11,03 α 3 4,73 Kembangbahu 4 α Paciran 3,33 5 α Brondong 3,08 6 α Sukodadi 2,99 7 α Babat 2,14 8 α Kalitengah 1,95 9 α Sarirejo 1,56 10 α Kedungpring 1,20 11 α Sukorame 1,13 12 α Sambeng 1,00 α 13 0,76 Karanggeneng α 14 0,73 Karangbinangun 15 α Glagah 0,71 16 α Ngimbang 0,65 17 α Solokuro 0,53 18 α Turi 0,53 19 α Bluluk 0,52 20 α Modo 0,44 21 α Tikung 0,44 22 α Deket 0,43 23 α Sugio 0,41 24 α Mantup 0,36 25 α Pucuk 0,33 26 α Sekaran 0,22 27 α Laren 0,00 Sumber: Hasil Estimasi Fixed Effect ada di Kabupaten Lamongan. Selama tiga tahun (2009-2011) Kecamatan Maduran merupakan penyumbang jumlah tenaga kerja terbanyak dalam permintaan tenaga kerja pada industri kecil dan menengah di Kabupaten Lamongan, dengan jenis usaha sebanyak 5 jenis usaha yang di kembangkan. Dan selama lima tahun (2009-2013) untuk nilai produksi di Kecamatan Maduran selalu masuk dalam peringkat tiga besar. Hal ini karena di Kecamatan Maduran terdapat usaha sarung tenun ikat yang mampu menyerap tenaga kerja terbanyak, dan usaha ini merupakan produk unggulan yang terus di kembangkan usahanya di Kabupaten Lamongan. Sedangkan kecamatan intersepnya paling rendah Kecamatan Laren Sebesar menunjukkan bahwa yang adalah 0,00, permintaan tenaga kerja pada industri kecil dan menengah di kecamatan ini paling rendah. Selama 5 tahun (2009-2013) Model Dari Tabel 4.2 bahwa yang memiliki intercep terbesar adalah di Kecamatan Maduran sebesar 26,17, yang kecamatan-kecamatan lainnya yang menunjukkan permintaan tenaga bahwa tingkat kerja untuk permintaan tenaga kerja, nilai investasi dan nilai produksi menduduki posisi terendah. kecamatan Hal ini yang karena dekat letak dengan bengawan solo, sehingga kecamatan ini rawan banjir. Dan ini membuat 106 Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113 investor enggan untuk berinvestasi, permintaan sebab memikirkan resiko yang diambil industri kecil dan menengah dari ketika banjir datang. tahun 2009-2013. Koefisien Determinasi (Uji R²) 3. Variabel Koefisien determinasi nilai R sebesar 0,976724, 2 menunjukkan tenaga nilai berpengaruh permintaan kerja Produksi (PROD) signifikan tenaga pada terhadap kerja pada jumlah perusahaan, nilai investasi, dan industri kecil dan menengah dari nilai tahun 2009-2013. produksi berpengaruh tinggi sebesar 0,98% terhadap permintaan Uji Simultan tenaga kerja pada industri kecil dan Berdasarkan hasil Fixed Effect menengah di Kabupaten Lamongan Model (FEM), menunjukkan bahwa dari tahun 2009-2013, sisanya sebesar nilai Fhitung sebesar 14,249778 dan nilai 0,02 % dipengaruhi variabel-variabel Ttebel lain yang tidak di analisis dalam model denominator=131) α = 5% adalah 2,65 ini. dapat dilihat bahwa nilai Fhitung lebih Uji t (Parsial) Nilai investas i dan diterima. Hal ini menujukkan bahwa A variabel independen industri, nilai yaitu investasi, jumlah dan nilai 9,556 1,9 0,00 0,0 produksi secara simultan berpengaruh 430 60 00 5 signifikan terhadap variabel dependen 2,274 1,9 0,02 0,0 995 60 49 5 yaitu permintaan tenaga kerja pada industri kecil Kabupaten Nilai 2,122 1,9 0,03 0,0 Produks 614 60 61 5 i 1. Variabel jumlah Industri (IND) berpengaruh permintaan signifikan tenaga terhadap kerja pada industri kecil dan menengah di Kabupaten Lamongan dari tahun dan menengah Lamongan dari di tahun 2009-2013. PEMBAHASAN: Pengaruh Jumlah Industri Terhadap Permintaan Tenaga Kerja Pada Industi Kecil Dan Menengah Di Kabupaten Lamongan Tahun 20092013 2009-2013. 2. Variabel (numerator=3 besar dari Ftebel H0 ditolak dan H1 Tabel 5.3 Hasil Uji t t Pro thitung Variabel tabel b. Jumlah Industri dengan Berdasarkan hasil analisis Fixed Nilai berpengaruh Investasi signifikan (INV) terhadap Effect Model (FEM) dan uji t menunjukkan bahwa variabel jumlah 107 Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113 industri (IND) berpengaruh positif dan 2009-2013. signifikan terhadap permintaan tenaga konsisten dengan hasil penelitian yang kerja pada industri kecil dan menengah dilakukan di Kabupaten Lamongan pada tahun dengan judul Analisis Peranan Sektor 2009-2013. Penelitian ini konsisten Industri dengan Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi penelitian yang dilakukan Hasil oleh Penelitian Wardhana (2012) Manufaktur terhadap Tsauri (2014) dengan judul Analisis Sulawesi Permintaan pada mengatakan bahwa nilai investasi Di berpengaruh positif dan signifikan Industri Tenaga Besar Indonesia Dan Tahun secara Kerja Sedang 2000-2012 parsial jumlah perusahaan/industri pengaruh positif yang memberikan dan jumlah meningkatkan Provinsi Sulawesi Selatan (2001- 2012). Nilai investasi adalah salah satu faktor yang dapat menentukan laju Matz (2003) mengatakan bahwa peningkatan (2001-2010), terhadap permintaan tenaga kerja di signifikan terhadap permintaan tenaga kerja. Selatan ini pada pertumbuhan ekonomi, selain industri akan mendorong kenaikan output secara output yang signifikan, jumlah investasi juga akan akan dihasilkan sehingga lapangan meningkatkan permintaan input yaitu pekerjaan meningkat mengurangi dan akan tenaga kerja. pengangguran atau mempengaruhi Sehingga pada akan penyediaan dengan kata lain akan meningkatkan kesempatan kerja dan penyerapan permintaan tenaga kerja. tenaga kerja yang tinggi, dan akibat Pengaruh Nilai Investasi Terhadap dengan Permintaan masyarakat Tenaga Kerja Pada meningkatnya akhirnya pendapatan kesejahteraan Industi Kecil Dan Menengah Di masyarakatpun Kabupaten Lamongan Tahun 2009- 1995). 2013 Pengaruh Nilai Produksi Terhadap Berdasarkan hasil analisis Fixed Permintaan tercapai Tenaga (Muljana, Kerja Pada Effect Model (FEM) dan hasil uji t Industi Kecil Dan Menengah Di menunjukkan Kabupaten Lamongan Tahun 2009- bahwa variabel nilai investasi (INV) berpengaruh positif dan 2013 signifikan terhadap permintaan tenaga Berdasarkan hasil analisis Fixed kerja pada industri kecil dan menengah Effect Model (FEM) dan hasil uji t di Kabupaten Lamongan pada tahun menunjukkan bahwa variabel nilai 108 Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113 produksi (PROD) berpengaruh positif akan dan signifikan terhadap permintaan sebaliknya. tenaga kerja pada industri kecil dan semakin 2. Variabel nilai meningkat, investasi pengaruh pada tahun 2009-2013. Penelitian ini terhadap permintaan tenaga kerja konsisten pada industri kecil dan menengah di hasil penelitian dan memiliki menengah di Kabupaten Lamongan dengan positif dan signifikan Suerna (2013) yang berjudul Analisis Kabupaten Penyerapan Pada menunjukkan semakin meningkat Industri Kecil Di Kecamatan Socah nilai investasi, maka permintaan Kabupaten Bangkalan (Studi kasus tenaga kerja juga akan semakin Industri Pengolahan Kapur), dimana meningkat, dan sebaliknya. Tenaga Kerja nilai produksi berpengaruh positif dan 3. Variabel Lamongan. nilai Hal produksi pengaruh kerja. terhadap permintaan tenaga kerja ini sesuai signifikan teori pada industri Kecil dan menengah Simanjuntak (2001) bahwa semakin di Kabupaten Lamongan. Hal ini tinggi jumlah barang yang di minta oleh menunjukkan semakin meningkat konsumen, maka produsen cenderung nilai produksi, maka permintaan menambah tenaga kerja juga akan semakin kapasitas dengan dan memiliki signifikan terhadap permintaan tenaga Hal positif ini produksinya. Dimana semakin tinggi jumlah barang yang di produksi, menambah maka penggunaan akan tenaga meningkat, dan sebaliknya. Saran Dari hasil penelitian yang kerjanya. diperoleh ada beberapa saran yang KESIMPULAN DAN SARAN akan diberikan oleh peneliti adalah Kesimpulan sebagai berikut: 1. Variabel Jumlah industri kecil dan 1. Pemerintah Daerah menengah memiliki pengaruh positif Untuk dan signifikan terhadap permintaan permintaan tenaga kerja pada tenaga kerja pada industri Kecil dan industri kecil dan menengah di menengah Kabupaten Kabupaten Lamongan. Hal ini menunjukkan Pemerintah /semakin meningkat jumlah industri, dinas koperasi, perindustrian dan maka permintaan tenaga kerja juga perdagangan di dapat Lamongan meningkatkan Lamongan. daerah khususnya Kabupaten seharusnya 109 Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113 meningkatkan jumlah industri, nilai booklet/leaflet/brosur/katalog. Dan investasi produksi pihak swasta juga harus lebih dengan menyelenggarakan PTSP memperhatikan Kecamatan Laren (Pelayanan Terpadu Satu Pintu), yang memiliki permintaan tenaga mendirikan pusat kerja paling rendah. Hal ini dapat pelatihan skil/kewirausahaan, dan nilai pelatihan- dilakukan dengan cara memberikan akses pasar yang memberikan Coorporate Social mudah, serta pengenalan alat-alat Responsbility (CSR) melalui produksi dan teknologi melalui perbaikan infrastruktur desa dan PNPM pemberian alat-alat teknologi yang mandiri yang diadakan pemerintah. Selain itu pemerintah dapat daerah produksi. juga harus lebih memperhatikan Kecamatan Laren meningkatkan hasil 3. Masyarakat yang memiliki permintaan tenaga Untuk meningkatkan permintaan kerja tenaga kerja pada industri kecil paling rendah. Dengan memberikan akses pasar yang dan mudah, Lamongan. serta dukungan menengah di Kabupaten Seharusnya kelancaran usaha dengan cara masyarakat meningkatkan jumlah perbaikan industri, nilai investasi dan nilai infrastruktur desa seperti tanggul dan jalan raya. 2. Pihak Swasta produksi dengan mengikuti pelatihan-pelatihan Untuk meningkatkan permintaan kewirausahaan. tenaga kerja pada industri kecil masyarakat dan khususnya, dalam hal ini untuk menengah Lamongan. swasta di Kabupaten Seharusnya meningkatkan Pihak jumlah Dan untuk Kecamatan Laren meningkatkan permintaan tenaga kerja pada industri kecil dan industri, nilai investasi dan nilai menengah. produksi dengan meningkatkan jumlah industri, nilai program kemitraan, cara dan melalui CSR investasi Seharusnya dan nilai produksi membuat produk (Coorporate Social Responsbility) dengan melalui pemberian modal, dan unggulan dan jenis usaha yang pelatihan-pelatihan lebih menarik, berkualitas serta serta dengan mendesain mempromosikan pameran, produk berdaya saing tinggi. penerbitan 110 Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113 DAFTAR PUSTAKA Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Ananta, Aris, 1993. Ciri Demografis Kualitas Penduduk Pembangunan Perdagangan Kabupaten dan Lamongan, 2009. Data Jumlah Ekonomi. Tenaga Kerja, Jumlah Industri, Jakarta: Lembaga Demografi Nilai FE UI. Produksi Industri Kecil Dan Badan Pusat 2009. Menengah Lamongan Dalam Angka Tahun Lamongan 2009. Lamongan Lamongan. Badan Statistik, Investasi, Pusat Statistik, 2010. dan Nilai Kabupaten Tahun 2009. Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Lamongan Dalam Angka Tahun Perdagangan 2010. Lamongan Lamongan, 2010. Data Jumlah Badan Pusat Statistik, 2011. Kabupaten Tenaga Kerja, Jumlah Industri, Lamongan Dalam Angka Tahun Nilai 2011. Lamongan Produksi Industri Kecil Dan Badan Pusat 2012. Menengah Lamongan Dalam Angka Tahun Lamongan 2012. Lamongan Lamongan. Badan Statistik, Investasi, Pusat Statistik, 2013. dan Nilai Kabupaten Tahun 2010. Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Lamongan Dalam Angka Tahun Perdagangan 2013. Lamongan Lamongan, 2011. Data Jumlah Boediono, 1982. Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE. Damodar, Gujarati, ekonometrick, McGraw Basic Hill, New York. Damodar, Investasi, Gujarati, 1991. Erlangga Menengah Republik Indonesia Nilai Kabupaten Tahun 2011. Lamongan. Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Departemen Perindustrian. Undang – dan Produksi Industri Kecil Dan Lamongan Ekonometrika Dasar. Jakarta: Undang Tenaga Kerja, Jumlah Industri, Nilai 2003. Kabupaten Kabupaten Lamongan, 2012. Data Jumlah Tenaga Kerja, Jumlah Industri, Nomor 3 Tahun 2014, tentang Nilai Investasi, Perindustrian. Produksi Industri Kecil Dan Menengah dan Nilai Kabupaten 111 Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113 Lamongan Tahun 2012. Lamongan. Jakarta : LPFE UI. Payaman, Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Investasi, dan Menengah Saebeni, Ahmad, 2008. Metodelogi Penelitian. Bandung. Setiyadi, Kabupaten Lamongan Tahun 2013. 2008. Kera Desa Labor and Pada Sendang Kalinyamatan Economics, public Penyerapan Industri Kecil Konveksi (Studi Kasus Enrenberg, Rcdan RS Smith, 1994. Theory Heru, Tenaga Lamongan. Modern Sumber Jakarta : LPFE UI. Nilai Produksi Industri Kecil Dan Ekonomi 1985. Daya Manusia, Lamongan, 2013. Data Jumlah Nilai Simanjuntak, Pengantar Kabupaten Tenaga Kerja, Jumlah Industri, J, Kec. Kab. Jepara). Semarang: UNDIP. Policy Suerna, 2013. Analisis Penyerapan IIIiunis. Fresment and Company Tenaga Kerja Pada Industri Kuncoro, Mudrajad, 2007. Industri Kecil Di Kecamatan Socah Kecil dan UMKM. Jakarta: FE Kabupaten Bangkalan (Studi UI kasus Matz dan Usry, 2003. Cost accounting, Kapur. Planning and Control. Jakarta: Erlangga Menteri Industri Pengolahan Bangkalan: FE Universitas Trunojoyo Madura Todaro, M. P. dan Smith, S. C, 2006. Perindustrian dan Pembangunan Ekonomi. Haris Perdagangan. Surat Keputusan Munandar [penerjemah]. 2006. Nomer 590/MPP/KEP/10/1999 Edisi tentang Definisi Industri Kecil Erlangga. dan Menengah. Muljana, B.S., 1995. Perencanaan Jakarta: Ghalia Indonesia. Simanjuntak, Ekonomi Daya Manusia, Jakarta: Salemba Empat Patria Tsauri, Nasir, M, 1999. Metode Penelitian. Pengantar dan Menengah di Indonesia. Nasional. Jakarta: UI Pres J, Jakarta: Tambunan, Tulus, 2002. Usaha Kecil Pembangunan Payaman, Kesembilan. Sofyan, 2014. Analisis Permintaan Tenaga Kerja pada Industri Besar Dan sedang Di 2001. Sumber Indonesia Bangkalan: Tahun 2000-201. FE Universitas Trunojoyo Madura 112 Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 95-113 Wardhana, Wisnu, Andhika, 2012. Analisis Pranan Sektor Industri Manufaktur terhadap penyerapan Tenaga Kerja Di provinsi Sulawesi (2001-2012). Selatan Makassar: Universitas Hasanuddin. Widarjono, Agus, 2005. Ekonometrika: Teori dan Aplikasinya. Yogjakarta: Ekonisia 113