GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA

advertisement
GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA
DI POLIKLINIK RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2015
Agustiani Syam1, Suarni1, Sri Syatriani1
1
School of Health Science (STIK) Makassar, Indonesia
AGUSTIANI SYAM
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar
Program Studi Ilmu Keperawatan
ABSTRAK
Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan
menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang
aneh. Berdasarkan data Rekam Medik RSKD Provinsi Sulawesi Selatan tahun
2014 jumlah pasien skizofrenia di poliklinik RSKD Provinsi Sulawesi Selatan
tahun 2014 sebanyak 479 orang.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran jenis pola asuh keluarga
pada pasien skizofrenia. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 April 2015
sampai tanggal 30 April 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien
yang berkunjung di Poliklinik, sedangkan yang menjadi sampel adalah semua
pasien yang berkunjung di Poliklinik dengan diagnosa skizofrenia. Jenis
penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan metode sampel yang
digunakan adalah Accidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 35 orang.
Hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa terdapat jenis pola asuh
otoriter sebanyak 25 orang, pola asuh permisif sebanyak 7 orang, dan pola asuh
demokratis sebanyak 3 orang pada kejadian skizofrenia. Hasil penelitian
didapatkan gambaran keluarga yang menerapkan pola asuh otoriter menunjukkan
angka yang paling dominan terhadap kejadian skizofrenia.
Kesimpulan penelitian adalah pola asuh keluarga pada pasien skizofrenia
terbanyak menerapkan pola asuh otoriter. Sebagai saran, sebaiknya keluarga
khususnya orangtua menerapkan pola asuh yang baik dan benar dengan penuh
kasih sayang, memberi nasehat dan memantau anak-anaknya setiap saat agar
dapat berkembang dengan optimal sehingga dapat mengurangi atau dapat
mencegah terjadinya gangguan jiwa skizofrenia.
Kata Kunci
: Pola asuh keluarga, Skizofrenia
Daftar Pustaka
: 17 (2007-2015)
PENDAHULUAN
Skizofrenia merupakan salah satu
diagnosa medis dari gangguan jiwa yang
paling banyak ditemukan dan merupakan
gangguan jiwa berat. Skizofrenia adalah
sekelompok reaksi psikotik yang
mempengaruhi berbagai area fungsi
individu, termasuk fungsi berpikir dan
berkomunikasi,
menerima
dan
menginterpretasikan realitas, merasakan
dan menunjukkan emosi dan perilaku
yang dapat diterima secara rasional.
American
Association
Psychiatric
menyebutkan
beberapa
penelitian
melaporkan bahwa kelompok individu
yang di diagnosa mengalami skizofrenia
mempunyai insiden lebih tinggi untuk
mengalami perilaku kekerasan (Putri,
2010).
Menurut data World Health
Organization (WHO) tahun 2004
prevalensi skizofrenia yang ada di dunia
sebesar 26,3 juta orang, laporan terbaru
yaitu tahun 2009 WHO menyebutkan
bahwa 50 juta orang di dunia menderita
skizofrenia, dan di Asia Tenggara
mencapai 6,5 juta orang. WHO (2013)
mengungkapkan lebih dari 27 juta
penduduk
Indonesia
mengalami
gangguan jiwa (Sira, 2011).
Riset
kesehatan
dasar
(RISKESDAS) 2010 jumlah penderita
gangguan jiwa sebanyak 43,78% (394
jiwa). Prevalensi penderita skizofrenia di
Indonesia adalah 0,3% sampai 1%, dan
terbanyak pada usia sekitar 18-45 tahun,
terdapat juga beberapa penderita yang
mengalami pada usia 11-12 tahun.
Menurut RISKESDAS 2013 prevalensi
gangguan jiwa berat pada penduduk
Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa
berat terbanyak di Yogyakarta, Aceh,
Sulawesi Selatan, Bali dan Jawa Tengah
(Liana Gracia, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh
Pebrianti (2009) pada 42 sampel sebagian
besar orangtua penderita skizofrenia
menerapkan tipe pola asuh otoriter 29
orang (69%) dan yang paling sedikit
menerapkan tipe pola asuh demokratis 6
orang (14,3%), sisanya terdapat pada pola
asuh permisif. Terdapat hubungan yang
signifikan antara tipe pola asuh keluarga
dengan kejadian skizofrenia di Ruang
Sakura Rumah Sakit Umum Daerah
Banyumas.
Berdasarkan data Rekam Medik
RSKD Provinsi Sulawesi Selatan tahun
2014 jumlah pasien jiwa di RSKD
Provinsi Sulawesi Selatan sebanyak
15.615
orang.
Sedangkan
pasien
skizofrenia di poliklinik RSKD Provinsi
Sulawesi Selatan tahun 2014 sebanyak
479 orang (RSKD Provinsi Sulawesi
Selatan, 2014).
Pola asuh keluarga mempunyai
peran yang sangat penting dalam
melakukan perawatan klien dengan
gangguan jiwa termasuk Skizofrenia.
Dari penelitian yang sudah diteliti
menunjukkan pola asuh Permisif (anak
bebas dalam berbuat dan bertingkah laku)
sebagai faktor predisposisi terjadinya
skizofrenia. Tapi apakah hanya pola asuh
Permisif itu saja yang menjadi pencetus
terjadinya skizofrenia, ini yang harus
teliti lebih lanjut karena kita tahu sendiri
pola asuh dibagi beberapa macam. Dalam
kenyataannya, orang awam tidak
mengetahui bahwa pola asuh yang
ditanamkan oleh keluarga itu ternyata
dapat
menyebabkan
terjadinya
skizofrenia, sehingga sering suatu
keluarga itu memberikan pola asuh
keluarga yang salah hingga akhirnya
berdampak terjadinya skizofrenia ini.
Disini peneliti ingin mengetahui pola
asuh yang seperti apa yang ditanamkan
oleh keluarga (Pebrianti Sandra, dkk,
2009).
Metode Penelitian
Penelitian
ini
merupakan
penelitian kualitatif dengan desain
penelitian yang digunakan adalah
deskriktif. Desain deskriptif adalah suatu
metode penelitian yang dilakukan dengan
tujuan utama untuk membuat gambaran
atau deskripsi tentang suatu keadaan
secara obyektif. Penelitian ini di
laksanakan di Poliklinik RSKD Provinsi
Sulawesi Selatan. Penelitian dilaksanakan
pada tanggal 14 April 2015 sampai
tanggal 30 April 2015.Yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah
semua pasien yang berkunjung dengan
diagnosa skizofrenia di Poliklinik RSKD
Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan
jumlah populasi sebanyak 479 orang.
teknik sampling yang digunakan adalah
Accidental sampling yaitu pasien yang
berkunjung pada saat penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
a. Karakteristik
Responden
Berdasarkan Umur
Umur (Tahun)
n
%
21-30
9
25,7
31-40
10 28,6
41-50
16 45,7
Jumlah
35 100
Sumber : Data Primer
Tabel 1 menunjukkan
bahwa
umur
penderita
skizofrenia yang paling banyak
pada umur 41-50 tahun sebanyak
16 orang (45,7%), dan paling
sedikit pada umur 21-30
sebanyak 9 orang (25,7%).
b. Karakteristik
Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
n
%
Laki-laki
19
54,3
Perempuan
16
45,7
Jumlah
35
100
Sumber : Data Primer
Tabel 2 menunjukkan
bahwa paling banyak penderita
skizofrenia
yaitu
laki-laki
sebanyak 19 orang (54,3%), dan
paling sedikit yaitu perempuan
sebanyak 16 orang (45,7%).
c. Karakteristik
Responden
Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan
n
%
SD
19
54,2
SMP
8
22,9
SMA
8
22,9
Jumlah
35
100
Sumber : Data Primer
Tabel 3 menunjukkan
bahwa penderita skizofrenia
yang paling banyak yaitu tingkat
pendidikan SD sebanyak 19
orang (54,3%), dan yang sedikit
yaitu tingkat pendidikan SMP
sebanyak 8 orang (22,9%) , dan
tingkat
pendidikan
SMA
sebanyak 8 orang (22,9%).
d.
2.
Karakteristik
Responden
Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan
n
%
Tidak Bekerja
33 94,2
Pekerja Bengkel
1
2,9
Karyawan Londri
1
2,9
Jumlah
35 100
Sumber : Data Primer
Tabel 4 menunjukkan
bahwa penderita skizofrenia
yang tidak bekerja sebanyak 33
orang (94,2%), pekerja bengkel
sebanyak 1 orang (2,9%), dan
karyawan londri sebanyak 1
orang (2,9%).
Analisa Univariat
Distribusi Responden
Berdasarkan Pola Asuh Keluarga
Pola Asuh Keluarga
n
%
Otoriter
25
71,4
Permisif
7
20,0
Demokratis
3
8,6
Jumlah
35
100
Sumber : Data Primer
Tabel 5 menunjukkan
bahwa pola asuh terbanyak yang
diterapkan
pada
penderita
skizofrenia yaitu pola asuh
otoriter sebanyak 25 orang
(71,4%), dan yang paling sedikit
yaitu pola asuh demokratis
sebanyak 3 orang (8,6%).
B. Pembahasan
Pola asuh merupakan pola
interaksi antara orang tua dan anak, yaitu
bagaimana sikap atau perilaku keluarga
khususnya orangtua saat berinteraksi
dengan
anak.
Termasuk
caranya
menerapkan aturan, mengajarkan nilai
atau norma, memberikan perhatian dan
kasih sayang serta menunjukkan sikap
dan perilaku yang baik sehingga
dijadikan contoh atau panutan bagi anakanaknya.
Beberapa faktor pendukung pola
asuh diantaranya fisik, psikososial,
ekonomi, budaya dan lingkungan. Faktor
fisik juga merupakan faktor pendukung
pola asuh keluarga, semakin tumbuh dan
matangnya fisik seseorang maka semakin
sempurna juga pembentukan dan susunan
saraf otak sehingga dengan kematangan
saraf otak tersebut mempengaruhi pula
dalam pemikiran seseorang tentang pola
asuh. Faktor pendukung pola asuh yang
lain yaitu psikososial, dimana psikososial
tersebut sangat berperan dalam kondisi
jiwa seseorang, semakin labil psikososial
seseorang semakin mempengaruhi baik
buruknya pola asuh yang diberikan oleh
keluarga. Faktor sosial, ekonomi, dan
budaya
juga
berpengaruh
dalam
pembentukan pola asuh, baik buruknya
sosio ekonomi budaya keluarga maka
akan sangat mempengaruhi pola asuh.
Selain ketiga faktor pendukung
tersebut lingkungan juga merupakan
faktor terpenting dalam pembentukan
pola asuh. Lingkungan yang buruk akan
meghasilkan pola asuh yang buruk,
sedangkan lingkungan yang baik akan
membentuk suatu pola asuh yang baik
pula. Oleh karena itu sumber penyebab
gangguan jiwa salah satunya dari faktor
sosial budaya, yaitu diantaranya pola
mengasuh anak (pola asuh keluarga).
Keluarga khususnya orang tua
mempunyai peran yang sangat penting
dalam menjaga, mengajar, mendidik,
serta memberi contoh bimbingan kepada
anak-anak untuk mengetahui, mengenal,
mengerti, dan akhirnya dapat menerapkan
tingkah laku yang sesuai dengan nilainilai dan norma-norma yang ada dalam
masyarakat.
Berbagai
pernyataan
yang
berbeda dari responden mengenai pola
asuh keluarga yang diterapkan disetiap
keluarga, dimana dalam satu keluarga itu
menerapakan pola asuh yang bervariasi
diantaranya adalah pola asuh otoriter,
pola asuh demokratis, dan pola asuh
permisif. Pola asuh keluarga ini nantinya
sangat membentuk kepribadian seorang
anak, dimana dampak dari pola asuh ini
sendiri yaitu pada pola asuh otoriter anak
seolah-olah menjadi kaku sehingga
kurang inisiatif, anak merasa takut, anak
tidak percaya diri, anak jadi pencemas,
anak jadi rendah diri, anak minder dalam
kehidupan, anak juga bisa memberontak,
nakal, patuh yang berlebih, bersifat selalu
mengalah, tidak punya tanggung jawab,
anak mudah gugup, tidak disiplin dan
tidak ada komunikasi. Kemudian dampak
yang diakibatkan dari pola asuh
demokratis sendiri diantaranya anak jadi
kreatif, anak punya kepercayaan diri yang
tinggi, interaksi sesama teman baik dan
saling menghargai serta kontrol yang
tidak berlebihan, berpengaruh terhadap
tingkat perkembangan kecerdasan anak.
Pola asuh yang terakhir yakni pola asuh
permisif juga mempunyai dampak seperti
nantinya anak-anak tumbuh tanpa
kontrol, anak berbuat sesuka hatinya,
anak kurang menghargai satu sama lain,
proteksi yang berlebihan, anak kurang
bertanggungjawab,
anak
sulit
dikendalikan, anak cenderung liar dan
anak mudah melanggar norma-norma
yang ada dan punya kepercayaan diri
yang rendah.
Pola asuh yang diterapkan orang
tua tidak selamanya efektif terkadang
dampaknya bagi anak bukannya baik tapi
buruk. Pola asuh yang terlalu protektif
atau
memanjakan
anak
tentu
menyebabkan anak menjadi tidak kreatif
atau jadi selalu tergantung pada orang
lain. Sehingga perlu berhati-hati dalam
menerapkan pola asuh. Perlu diingat
bahwa pola asuh sangat menentukan
pertumbuhan anak, baik dalam potensi
sosial, psikomotorik, dan kemampuan
afektifnya.
Berdasarkan hasil wawancara
mendalam dan pengisian kuesioner
terhadap responden diketahui bahwa pola
asuh otoriter adalah pola asuh terbanyak
yang diterapkan oleh keluarga penderita
skizofrenia di Poliklinik RSKD Provinsi
Sulawesi Selatan. Meskipun pola asuh
terbanyak adalah pola asuh otoriter tetapi
perlu ditekankan bahwa orang tua dalam
menerapkan pola asuh harus sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi anak. Pada
beberapa pola asuh orangtua tidak
selamanya melarang seperti halnya orang
tua yang menerapkan pola asuh otoriter,
tidak secara terus menerus membiarkan
anak seperti pada penerapan pola asuh
permisif, dan juga tidak selamanya
memberikan alternatif seperti halnya pola
asuh demokratis, orang tua akan
memberikan larangan jika tindakan anak
menurut
orangtua
membahayakan,
membiarkan saja jika tindakan anak
masih dalam batas wajar dan memberikan
alternatif jika anak paham tentang
alternatif yang ditawarkan.
Hasil penelitian yang didapatkan
di Poliklink RSKD Provinsi Sulawesi
Selatan, pola asuh terbanyak adalah pola
asuh otoriter sebanyak 25 orang (71,4%)
dari 35 orang sampel, sehingga diketahui
bahwa pola asuh otoriter memiliki
pengaruh negatif yang cukup signifikan
terhadap terjadinya skizofrenia.
Penelitian yang dilakukan oleh
Pebrianti (2009) pada 42 sampel sebagian
besar orangtua penderita skizofrenia
menerapkan tipe pola asuh otoriter 29
orang (69%) dan yang paling sedikit
menerapkan tipe pola asuh demokratis 6
orang (14,3%), sisanya terdapat pada pola
asuh permisif.
Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa pola asuh yang
buruk itu mempengaruhi terjadinya
skizofenia, yang perlu kita ketahui adalah
selain pola asuh permisif, ada juga faktor
lain diantaranya faktor lingkungan dan
faktor keturunan dapat menyebabkan
terjadinya seseorang terkena skizofrenia.
Lingkungan merupakan suatu
tempat dimana seseorang itu beriteraksi
dengan orang lain dan di lingkunganlah
seseorang dapat terpengaruh dengan
stresor-stresor yang dapat menimbulkan
terjadinya
stres,
sehingga
faktor
lingkungan yang tidak mendukung dapat
pula mempengaruhi terjadinya seseorang
mengalami gangguan jiwa dengan tipe
skizofreni. Faktor lingkungan tersebut
juga dapat mempengaruhi terjadinya
stres, dimana stres merupakan faktor
pencetus terjadinya gangguan jiwa.
Sistem mekanisme koping yang tidak
baik dan tidak mendukung merupakan
penyebab yang dominan terhadap
terjadinya gangguan jiwa, mekanisme
koping tersebut ada yang adaptif dan ada
yang mal adaptif. Hal tersebut juga dapat
menyebabkan terjadinya skizofrenia.
Selain
faktor
lingkungan,
faktor
keturunan juga sangat berpengaruh besar
terhadap terjadinya skizofrenia, jika
dilihat dari susunan genetiknya. Jadi pada
intinya meskipun pola asuh otoriter itu
bisa menyebabkan terjadinya skizofrenia,
faktor-faktor lain juga mendukung
terjadinya skizofrenia selain faktor pola
asuh. Disamping pola asuh yang dapat
menyebabkan terjadinya skizofrenia ada
faktor-faktor lain diantaranya faktor
predisposisi dan presipitasi yang menjadi
penyebab utama.
Dengan
demikian,
dapat
disimpulkan bahwa pola asuh yang
diterapkan oleh orang tua sangat dominan
dalam membentuk kepribadian anak sejak
dari kecil sampai anak menjadi dewasa.
Orang tua dapat memilih pola asuh yang
tepat dan ideal bagi anaknya. Penerapan
pola asuh keluarga yang salah akan
membawa
akibat
buruk
bagi
perkembangan jiwa anak. Tentu saja
orang tua seharusnya menyadari situasi
dan kondisi anak dan keluarga, sehingga
penerapan orang tua diharapkan dapat
menerapkan pola asuh yang bijaksana
atau sesuai, menerapkan pola asuh yang
tidak berdampak buruk pada jiwa anak
dan perkembangan kepribadian anak.
Simpulan
Pola asuh terbanyak pada kejadian
skizofrenia di Poliklinik RSKD Provinsi
Sulawesi Selatan adalah pola asuh
otoriter sebanyak 25 orang (71,4%) dari
35 orang jumlah sampel.
Saran
1. Diharapkan pada keluarga khususnya
orangtua agar mendidik anakanaknya dengan penuh kasih sayang
dan mengontrol perkembangan anakanaknya setiap saat, sehingga anak
dapat berkembang dengan optimal.
2. Diharapkan orangtua dapat menjadi
panutan yang baik dan selalu
menciptakan suasana yang harmonis
dalam keluarga, sehingga dapat di
contoh bagi anak-anaknya.
3. Diharapkan
keluarga
maupun
orangtua menciptakan suasana yang
tenang dan damai dalam lingkungan
sekitar khususnya dalam lingkungan
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Dinda Sofyan. 2013. Pengasuhan Dan Tipe
Pola Asuh Orang Tua (online).
https://dindaasofyan.wordpress.com/2
013/07/21/pengasuhan-dan-tipe-polaasuh-orang-tua, Diakses 14 Mei 2015
Hawari
Dadang.
2011.
Skizofrenia
Pendekatan Holistik (BPSS) BioPsiko-Sosial-Spritual, Jakarta: Edisi
Ketiga FKUI
Farida K dan Hartono Yudi. 2010. Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Salemba Medika:
Jakarta
Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi
Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi
Pelaksanaan
Tindakan
Keperawatan (LP dan SP), Jakarta:
Salemba Medika
file://C:/UCER/Documents/Pengertian
Pola Asuh anak Dalam Keluarga,
Diakses 22 Februari 2014
Pawenrusi Esse P, dkk. 2015. Pedoman
Penulisan Skripsi edisi 11. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar:
Makassar
Pebrianti Sandra, dkk. 2009. Hubungan Tipe
Pola Asuh Keluarga Dengan Kejadian
Skizofrenia Di Ruang Sakura RSUD
Banyumas
(online),
Jurnal
Keperawatan
Soedirman
(The
Soedirman journal of Nursing).
Diakses 1 Maret 2009
Putri D.W. 2010. Pengaruh Rational Emotive
Behavior Therapy Terhadap Klien
Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit
Marzoeki Mahdi Bogor (online).
http://lib.ui.ac.id./file?file=digital/137
262.pdf, Di akses 27 Januari 2015
Rekam Medik. 2014. Data RSKD Provinsi
Sulawesi Selatan.
Sira. 2011. Karakteristik Skizofrenia Di
Rumah Sakit Khusus Alianyang
Pontianak
(online).
http://Jurnal
Mahasiswa PSPD FK Universitas
Tanjungpura,
2013
jurnal.untan.ac.id. Diakses 2 April
2015
Stuart. 2007. Buku Saku Keperawatan. Jiwa
Edisi 3.EGC: Jakarta
Suyanto. 2011. Metodologi dan Aplikasi
Penelitian Keperawatan, Yogyakarta:
Nuha Medika
Hidayat. 2007. Riset Keperawatan dan
Tehknik Penulisan Ilmiah, Jakarta:
Salemba Medika
Tridhonanto
Beranda
Agency.
Mengembangkan
Pola
Demokratis, Jakarta: Elex
Komputindo
Liana Garcia. 2014. Data Rikerdas Kesehatan
Jiwa (online), http://inilah.com/datakejadian-penyakit-jiwa.html, Diakses
7 Februari 2015
Videbeck S.L. 2008. Buku Ajar Keperawatan
Jiwa, Jakata: EGC
Muslim. 2014. Pengertian Pola Asuh Anak
(online),
2014.
Asuh
Media
Yosep Iyus dan Titin Sutini. 2014. Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama
Download