Al-Afaatul Lisan (Bahasa Lidah) - tarbiyah

advertisement
Seri: Akhlaq
Bahaya Lidah
Tujuan umum
1. Melakukun proses pensucian jiwa peningkatan akhlak dan prilaku dan memiliki
kebiasaan yang islami pada individu dan masyarakatnya.
2. Mampu mengontrol diri dengan kebebasan yang dimiliki dan menjauhi diri dari
sikap berlebihan, serta tidak mengumbar hawa nafsu hanya karena dirinya.
3. Meningkatkan kemampuan menerapkan hukum islam dan arahannya pada diri
seorang muslim
4. Mendidik pribadi muslim memilki rasa tangggungjawab yang besar serta kasih
sayang kepada manusia, memperhatikan secara adil konsep berinteraksi dengan
manusia, menghormati harta secara umum dan khusus pola hidup ekonomis dan
mengembangkan harta serta menjaganya.
5. Mendidik pribadi muslim dalam melawan tradisi asing yang kering dari semangat
islam pada dirinya keluarga dan masyarakat.
َ َ‫آفَاتََاللَسَان‬
َ
َ َ‫َوَسَيَلَ َةٌَلَِتَوَصَيَلََالَمَقَصَوَد‬
ََ
َ َ‫الَكَلَمََفَيَمَاَلََيَعَنَيَه‬
َ ََ‫فَضَوَلََالَكَلَم‬
َ ََ‫الَخَوَضََفَيَالَبَاطَل‬
َ ََ‫الَمَرَاءََوَالَجَدَال‬
َ ََ‫الَخَصَوَمَة‬
َ ََ‫الَمَزَاح‬
َ ََ‫بَذَاعَةََاللَسَانََوَالَقَوَلََالَفَاحَشََوَالسَب‬
َ ََ‫اللَعَن‬
َ ََ‫الَغَنىَوَالشَعَر‬
َ َ‫التَقَعَرََفَيَالكَلَم‬
َ َ‫إَفَشَاءََالسَرَيَة‬
َ َ‫الَكَذَب‬
َ َ‫الَغَيَبَة‬
َ َ‫الَمَدَح‬
َ َ‫السَخَرَيَةََوَالَسَتَهَزَاء‬
َ َ‫النَمَيَمَة‬
َ َ‫الَخَطَأََفَيَدَقَائَقََالَكَلَم‬
www.tarbiyah-online.com
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
ََ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ َ‫َحَقَيَقَةََاللَسَان‬
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ ََ‫َمَظَاهَرََآفَاتََاللَسَان‬
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ‫آفَاتََاللَسَان‬
1
َ َ‫َنعمةٌَمَنََنعمََللا‬
َ
Page
َ ََ‫َمَعَنىَآفَاتََاللَسَان‬
Seri: Akhlaq
ََ
َ َ‫الَحَفَظََمَنََأَكَلََالَحَرَام‬
ََ
َ َ‫الَحَفَظََمَنََالَكَلَمََاللََيَعَنَيَه‬
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ َ‫َالَبَتَعَادََمَنََآفَاتََاللَس‬
‫ان‬
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
ََ
َ
َ
َ
AFATUL LISAN
(BAHAYA LIDAH)
1. MAKNA AFATUL LISAN
Afatul lisan adalah dua ungkapan kata yang memiliki arti bahaya lidah, hal ini bukan berarti
lidah selalu membawa mudhorat bagi manusia, karena lidah juga bermanfaat bagi manusia.
Dengan lidah seseorang dapat berbicara dan menyampaikan maksud yang diinginkan.
Namun harus disadari pula bahwa betapa banyak orang yang tergelincir karena lidahnya,
akibat ketidak mampuan pemilik lidah menjaga dari ucapan dan kata-kata yang keluar dari
lidah tersebut. Karena itu sangatlah urgen dalam kehidupan seorang muslim memahami
bahaya dari lisan sebagaimana juga memahami akan manfaat lisan tersebut.
Dua hal penting yang sering diingatkan Islam kepada kita-manusia- adalah menjaga dan
memelihara dengan baik lidah dan tingkah laku. Rasulullah saw. berpesan kepada kita
semua yaitu :
َ َ‫منَكانَيؤمنَباهللَواليَومَاآلخرَفاليقلَخي ًراَأوَليصمت‬
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Qiyamat hendaklah berkata yang baik atau
diam."
Pesan ini menekankan tentang pentingnya menjaga tutur kata, tidak mengucapkan hal yang
buruk dan menyakiti hati, karena bertutur sembarang tanpa pikir akan membawa kepada
krisis lain yaitu permusuhan, kekacauan bahkan pertumpahan darah.
Maka dengan menjaga lidah dan tutur kata, dapat dipastikan akan terjalinnya
kehidupan yang tenteram, damai dan sejahtera di tengah masyarakat sepanjang masa. Dalam
konteks inilah Rasulullah saw berpesan supaya menjaga lidah dan tingkah laku agar tidak
mengganggu dan melampaui batas atau menyentuh hak dan muruah (wibawa) orang lain.
www.tarbiyah-online.com
Page
2. HAKIKAT LIDAH
Lidah adalah salah satu dari nikmat Allah. Manusia wajib memeliharanya dari dosa dan
kemaksiatan, menjaganya dari ucapan-ucapan yang bisa menimbulkan penyesalan dan
kerugian. Lidah akan menjadi saksi pada hari kiamat.
2
Lidah memang tak bertulang, pepatah itu menggambarkan betapa sulit mengatur lidah ini.
Terkadang dalam tempat-tempat perkumpulan, keadaan menjadi semakin seru bahkan akan
menjadi segar, bila seseorang menyodorkan gosip 'baru'. Terlebih bila sang pencetus ‘gosip'
pernah merasa dirugikan oleh 'sang calon' pesakitan. Yang ini bisa jadi akan tambah seru.
Dia pernah disakiti, disinggung, dipermalukan, dijahili, ataupun yang serupa dengan itu.
Maka rem lidah benar-benar sering blong.
Seri: Akhlaq
Allah SWT berfirman :
ََ
َ

ََ

ََ َ 
َ ََ
"Pada hari ketika lidah, tangan dan kaki menjadi saksi atas mereka terhadap apa-apa yang
dahulu mereka kerjakan." (QS. 24:24)
Lidah juga termasuk nikmat Allah SWT yang sangat besar bagi manusia. Kebaikan yang
diucapkannya akan melahirkan manfaat yang luas dan kejelekan yang dikatakannya
membuahkan ekor keburukan yang panjang. Karena dia tidak bertulang, dia tidak sulit
untuk digerakkan dan dipergunakan. Dia adalah alat paling penting yang bisa dimanfaatkan
oleh syaithan dalam menjerumuskan manusia.
Dalam hadits disebutkan :
"Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengucapkan kata-kata tanpa
dipikirkan yang menyebabkan dia tergelincir ke dalam neraka yang jaraknya lebih jauh
antara timur dan barat". (Muttafaq ‘alaih, dari Abu Hurairah)
Dan lidah juga merupakan sarana mempermudah manusia menyampaikan maksud yang
diinginkan kepada orang yang diajak bicara sehingga dengan itu orang yang diajak bicara
akan memahami maksud dari orang tersebut. Jika lisan tidak ada maka seseorang akan sulit
berbicara dan menyampaikan sesuatu yang diinginkan kecuali dengan bahasa isyarat.
3. FENOMENA BAHAYA LISAN
1. Alkalaamu fimaa laa ya'nihi (Ungkapan yang tidak berguna)
Nabi Saw. telah bersabda: "Barang siapa mampu menjaga apa yang terdapat antara dua
janggut dan apa yang ada di antara dua kaki, maka aku jamin dia masuk surga. ( Muttafaq
‘alaih, dari Sahl bin Sa'ad)
Kita hendaknya hanya mengucapkan sesuatu yang bermanfaat, karena ucapan yang mubah
dapat mengarah kapada hal yang makruh atau haram. Rasulullah saw bersabda :
َ َ‫منَكانَيؤمنَباهللَواليومَاآلخرَفاليقلَخي ًراَأوَليصمت‬
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berbicara
yang baik atau diam". (Muttafaq ‘alaih, dari Abu Hurairah)
Bila seseorang telah mengerti bahwa ia akan dihisab dan dibalas atas segala ucapan
lidahnya, maka dia akan tahu bahaya kata-kata yang diucapkan lidah, dan dia pun akan
mempertimbangkan dengan matang sebelum lidahnya dipergunakan. Allah berfirman :
ََ
َ َ َ 
َََ
www.tarbiyah-online.com
Page
2. Fudhulul Kalaam (Berbicara yang berlebihan)
Lidah memiliki kesempatan yang sangat luas untuk taat kepada Allah dan berdzikir
kepadanya, tetapi juga memungkinkan untuk digunakan dalam kemaksiatan dan berbicara
berlebihan. Semestinya kita mampu mengendalikan lidah untuk berdzikir dan taat kepada
3
َ"Tidak ada satu ucapan pun yang diucapkan, kecuali di dekatnya ada malaikat Raqib dan
‘Atid." (QS.Qoof: 18)
Seri: Akhlaq
Allah, sehingga bisa meninggikan derajat kita. Sedangkan banyak berbicara tanpa dzikir
kepada Allah akan mengeraskan hati, dan menjauhkan diri dari Allah ‘Azza wa Jalla.
Menuju surga cepat dengan lisan, menuju nerakapun cepat dengan lisan. Lisan bagai ‘jaring'
kalau menjaringnya baik akan mendapatkan hasil yang baik, sebaliknya jika tidak hasilnya
akan sedikit dan melelahkan. Kata orang lidah tidak bertulang, maka lebih senang
mengatakan apa-apa tanpa berfikir. Bahaya lidah ini sebenarnya besar sekali. Nabi
Muhammad SAW juga pernah bersabda, "Tiada akan lurus keimanan seorang hamba,
sehingga lurus pula hatinya, dan tiada akan lurus hatinya, sehingga lurus pula lidahnya.
dan seorang hamba tidak akan memasuki syurga, selagi tetangganya belum aman dari
kejahatannya."
Allah telah memberikan batasan tentang pembicaraan agar arahan pembicaran kita
bermanfaat dan berdampak terhadap sesama, sebagaimana firman-Nya:
ََ َ َ َ َ 
ََ
َ
َ

ََ َ َ 
ََ َ َ 
ََ
َ

ََ َ 
ََ
َ

َ ََ
"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikanbisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi shodaqoh atau berbuat ma'ruf atau
mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian
karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang
besar." (Annisaَ:114)
3. Al-khoudh fil baathil (Ungkapan yang mendekati kebatilan dan maksiat)
Orang-orang sufi lebih tekun menggunakan mulutnya untuk berdzikir dari pada berbincangbincang, memperingatkan dengan prihatin; Manusia paling sering tertimpa bahaya dan
paling banyak mendapatkan kesusahan adalah lidahnya terlepas dan hatinya tertutup. Ia
tidak dapat berdiam diri, dan kalau berkata tidak bisa mengungkapkan yang baik-baik.
Hasan Al Bashri semasa mudanya pernah merayu seorang wanita cantik di tempat sepi,
perempuan itu menegur, "Apakah engkau tidak malu? "Hasan Al Bashri menoleh ke kanan
dan ke kiri, lalu mengawasi pula sekelilingnya, setelah ia yakin di tempat itu hanya ada
mereka berdua, dan tidak terlihat siapapun, Hasan Al Bashri bertanya, "Malu kepada siapa?
Di sini tidak ada orang lain yang menyaksikan perbuatan kita. "Wanita itu menjawab, "Malu
kepada Dzat yang mengetahui khianatnya mata dan apa yang disembunyikan di dalam hati "
www.tarbiyah-online.com
Page
4. Al-Miraa' wal-jidaal (Berbantahan, bertengkar dan debat kusir).
Jidaal adalah menentang ucapan orang lain guna menyalahkan secara lafadz dan makna.
Perdebatan dalam isu-isu agama dan ibadah tidak banyak faedah yang didapat kecuali jika
4
Lemas sekujur tubuh Hasan Al Bashri. Ia menggigil ketakutan hanya karena jawaban
sederhana itu, sehingga ia bertobat tidak ingin mengulangi perbuatan jeleknya lagi. Karena
itulah Rasulullah saw. mengingatkan, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari
kiamat, ucapkanlah yang bermanfaat, atau lebih baik diam saja".
Seri: Akhlaq
dilangsungkan dengan etika debat yang benar, saling menghormati antar peserta dan dengan
kekuatan ilmiah yang meyakinkan. Biasanya debat yang tidak dikawal oleh akhlak lebih
banyak mengundang kepada pertengkaran dan permusuhan yang merugikan.
Tidak dinafikan debat merupakan salah satu uslub (cara) yang sangat efektif dan berkesan
dalam menyebarkan Islam, dakwah dan kebenaran, tetapi ia adalah langkah ketiga dan
terakhir, yaitu setelah terjadi kebuntuan dimana pendekatan dengan hikmah dan
nasihat/pengajaran yang baik tidak berhasil. Itupun dilangsungkan dengan akhlak dan adab
yang tinggi.
Allah berfirman :
ََ
َ

ََ

ََ 
ََ َ َ 
ََ َ َ َ 
ََ
َ
َ

ََ َ َ 
َ ََ
"Serulah ke jalan Tuhanmu wahai Muhammad dengan hikmat kebijaksanaan dan
nasihat pengajaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang lebih
baik" (Al-Nahl: 125).
Ayat diatas meletakkan debat pada tempat terakhir, yaitu selepas pendekatan hikmah dan
nasihat yang baik. Debat menjadi langkah terakhir, bukan karena kurang berkesan atau tidak
ada faedahnya, tetapi karena kesukaran mematuhi aturan, akhlak, adab-adabnya.
Debat selalu dirusak oleh tidak adanya ikhlas antara dua kubu yang terkait. Pendebat selalu
menginginkan kemenangan sekalipun ia tidak mempunyai hujjah. Pendebat tidak bersedia
mengalah, sekalipun ternyata ia berada pada pihak yang salah. Pendebat akan memilih
untuk berkata ‘ya' apabila lawan berkata ‘tidak' dan berkata ‘tidak' apabila lawan berkata
‘ya'.
Page
Etika debat yang perlu dipatuhi untuk menghasilkan natijah yang baik bahkan sekaligus
debat disifatkan sebagai terbaik ialah:
1. Hindari penggunaan bahasa yang rendah, tindakan yang kasar dan tidak menghormati
pemikiran lawan. Jika perlu, adakan penengah untuk menengahi perjalanan debat.
Penengah perlu diberi hak memberi kartu kuning atau merah, bahkan ‘menskor'
pendebat yang melanggar disiplin debat dan aturan.
2. Hendaklah lebih banyak mencari titik persamaan antara kedua belah pihak. Kurangi
usaha mencari titik perbedaan. Lebih banyak persamaan yang ditemui, lebih banyak
hasil yang diperoleh. Arahkan sepenuhnya kepada titik-titik persamaan.
5
Debat selalu dikuasai oleh pihak yang handal bercakap, sekalipun tidak berisi. Keadaannya
bagaikan dua pasukan pemain sepak bola yang masing-masing mempunyai ‘suporter' yang
tidak pernah mengaku kalah sekalipun tidak pernah bermain. Kalaupun ada yang mengaku,
tetapi hanya dalam gelanggang, di luar belum tentu. Begitulah debat yang tidak berakhlak
dan biasa kita saksikan.
www.tarbiyah-online.com
Seri: Akhlaq
Debat al-Quran yang berlangsung antara Nabi s.a.w. dengan Yahudi dan Nashara bahkan
dengan kaum musyrikin menjadi contoh untuk dipelajari, disiplin, akhlak dan etikanya.
Dikemukakan di sini debat antara Nabi dengan musyrikin dalam ayat 24-26 surah Saba'
yang bermaksud; Allah berfirman :
ََ َ َ َ 
ََ
َ

ََ َ َ َ 
ََ َ َ َ 
ََ
َ
َ
َ

ََ َ 
ََ َ َ 
ََ َ َ 
ََ َ َ 
ََ

َ َََ
"Bertanyalah wahai Muhammad, siapa yang memberi rezeki kepada kamu dari
langit dan bumi ? Terangkanlah jawabnya ialah Allah. Sesungguhnya tiap-tiap satu
golongan, sama ada kami atau kamu tetap di atas hidayat atau tenggelam dalam kesesatan.
Katakanlah : Tuhan akan menghimpunkan kita semua pada hari kiamat, kemudian akan
menyelesaikan krisis di antara kita dengan penyelesaian yang benar."
Debat nabi-nabi jelas beretika dan halus budi bahasanya. Setiap patah kata dalam
ungkapannya dapat menjadi contoh bagi para da'i yang mencintai kebenaran. Tetapi
sayang, sebagian pendebat sekarang banyak menyimpang jauh dari panduan nabi-nabi,
mereka berdebat seolah-olah berperang. Segala isu yang muncul dalam dakwah, besar
kemungkinan ada persamaannya dalam politik.
5. Al-Khushumah istifa-ulhaq (Banyak omong yang berlebih-lebihan ingin mendapatkan
haknya).
Mulutmu harimaumu. Pepatah ini mengingatkan kita agar lebih hati-hati dalam
berucap dan mengeluarkan pernyataan. Bahwa sumber dari segala bencana di dunia ini
bukan pada bencana alam, letusan gunung berapi, banjir, ataupun gempa bumi, melainkan
bersumber pada mulut kita sendiri.
Rasulullah saw bersabda : "Orang yang amat dibenci di sisi Allah adalah orang
yang banyak omong." (al hadits)
Menurut ilmu kedokteran, dalam tubuh manusia terdapat banyak lubang, tetapi di
antara lubang-lubang itu, hanya lubang mulut yang paling banyak mengandung virus. Ada
lubang telinga, lubang hidung, bahkan lubang saluran pembuangan kotoran, tetapi semua itu
tidak ada artinya jika dibandingkan dengan lubang mulut. Mulut manusia memang berbisa.
Secara lahiriyah mulut manusia itu mengandung banyak virus, terlebih secara
batiniah. Itulah sebabnya, ketika Rasulullah didatangi seseorang yang hendak menanyakan
tentang Islam dengan satu pertanyaan yang tidak perlu dan disusul dengan pertanyaan
lainnya, maka Rasulullah memberi jawaban singkat :
www.tarbiyah-online.com
Page
6
َ َ‫قلَآمنتَباهللَثمَاستقم‬
Katakanlah aku beriman kepada Allah, kemudian beristiqamalah. Sahabat tersebut
bertanya, dengan cara apa kami memeliharanya? Rasulullah memberi isyarat kepada
lisannya.
6. Al Mizaah (Bercanda dan senda gurau)
Seri: Akhlaq
Rasullullah acapkali bercanda. Rasullullah saw. Bersabda :
َ ‫إنيَأحبَالمزاحَولَأقولَإلَحقًّا‬
www.tarbiyah-online.com
Page
7. Bidza'atul lisan wal qoulul faahisy was-sab (Ungkapan yang menyakitkan /nyelekit)
Secara sadar atau tidak banyak kita jumpai perkataan yang menjurus kepada
mencaci, menghina, merendahkan, mengejek dan mempermainkan nama Allah, sifat-sifatNya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, ayat-ayat-Nya dan hukum-hukum-Nya serta hukumhukum yang diterangkan oleh rasul-Nya. Dan juga perkataan yang menolak, menafikan dan
mengingkari segala perkara dari ‘alim ulama' dimana semua orang tahu bahwa perkara itu
dari agama.
Mislanya seperti katanya mengenai mana-mana hukum Islam:
 "Hukum apa ini?"
 "Hukum ini sudah usang."
 "Zaman sekarang tidak pantas diharamkan riba karena menghalangi kemajuan."
 "Dalam zaman yang serba maju ini kaum wanita tak perlu dibungkus-bungkus."
 "Berzina jikalau suka sama suka apalah haramnya?"
 "Minum arak kalau dengan tujuan hendak menyehatkan badan untuk beribadat
apalah salahnya?"
 "Berjudi kalau masing-masing sudah rela menerima untung ruginya apa salahnya?"
 "Kalau diberlakukan hukum-hukum Islam sampai kiamat kita tak maju-maju."
 "Ini perbuatan tidak beradab' - diceritakan bahwa Nabi Muhammad saw. setelah
makan: menjilat sisa makanan di jarinya.
Untuk itu Imam Al Bashri mengemukakan bahwa lidah orang berakal itu terletak
dibelakang akalnya. Jika ia hendak berkata, dipikirkannya lebih dahulu. Kalau perkataan itu
kira-kira bakal bermanfaat baginya, ia akan mengucapkannya,. Kalau dirasakannya akan
membahayakan dirinya, ia memilih diam. Sedangkan hati orang dungu terletak dibelakang
lidahnya. Jika ia mau berkata, langsung saja diucapkannya. "Apalagi mengatakan yang tidak
pernah dikerjakan, dan membungkus keburukan hati dan keculasan perangai dengan ucapan
7
"Sesungguhnya saya (Nabi Muhammad saw) suka bersendagurau dan saya tidak
akan mengatakan kecuali yang benar-benar."
Seperti kisah Rasullullah bersama seorang nenek yang menanyakan apakah si dia
(nenek) akan masuk surga. Dan dijawab Rasul saw, bahwa hanya orang muda saja penghuni
syurga. Si nenek pun terkejut, dan akhirnya Rasullullah menerangkan bahwa biarpun orang
tua akan menjadi muda kembali bila masuk surga.
Rasullullah saw. Bersabda : "Sesungguhnya engkau (hai ibu tua) tidak lagi berupa
seorang tua-bangka pada waktu itu (yakni setelah masuk syurga). Karena Allah Ta'ala
berfirman: "Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung
". Maksudnya : tanpa melalui kelahiran dan langsung menjadi gadis. "Dan Kami jadikan
mereka gadis-gadis perawan"
Pada hadits tersebut dan hadits-hadits yang lain, banyak menceritakan bagaimana
Rasullullah saw. bercanda, dan sesungguhnya bercanda yang benar saja yang
diperbolehkan. Beberapa dai banyak yang menggunakan banyolan-banyolan dalam
penyampaian dakwahnya, terkadang sudah keterlaluan. Padahal Islam adalah agama yang
serius, bukan dijadikan bahan tertawaan. Masyarakat yang mendengar dai-dai ini berbanyol,
hanya mendapatkan ketawanya saja, sedangkan ilmunya hilang terbawa gelak tawanya. Dan
sesungguhnya Allah sangat murka pada sesuatu yang berlebihan, termasuk tertawa. Padahal
dalam suatu hadits yang menyebutkan bahwa sesungguhnya bercanda itu menyempitkan
hati. Di hadist tsb, menerangkan bahwa Rasullulllah tak pernah terlihat palate (langit-langit
tenggorokan)-nya bila beliau sedang ketawa, hanya senyuman-lah yang selalu menghiasi
pribadi beliau saw.
Seri: Akhlaq
indah yang berbunga-bunga. Barangkali manusia dapat dikelabui, tetapi apakah Allah swt.
dapat ditipu?
8. Al La'nu (Melaknat, walaupun binatang atau benda, apatah lagi manusia)
Akhir-akhir ini kebiasaan melaknat (mengutuk) banyak merebak di tengah-tengah
masyarakat, baik yang tua maupun yang muda, laki-laki maupun wanita, dewasa maupun
anak-anak, sehingga didapati seseorang melaknat anaknya, saudaranya, tetangganya,
bahkan melaknat kedua orang tuanya dengan mengatakan, "Terlaknatlah kedua orang tuaku
atau terlaknatlah ibuku, aku akan melakukan ini dan ini (seperti terkutuk bapakku jika aku
tidak melakukan ini dan ini)." Biasanya dipakai untuk mengancam atau menantang.
Tidak diragukan lagi ucapan seperti itu adalah ucapan keji dan mungkar yang tidak
mendatangkan ridha Allah , seperti dalam firman-Nya :
ََ

ََ
"Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi." (al-Fajr : 14)
Dan firman Allah :
www.tarbiyah-online.com
Page
"Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: Hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang lebih baik, sesungguhnya syaithan itu menimbulkan perselisihan di antara
mereka." (Al-Isra : 53)
Dan beberapa hadits Nabi yang melarang hal tersebut di antaranya: Hadits Abu
Dawud Tsabit bin ad-Dhahak berbunyi : ”Melaknat seorang mukmin adalah seperti
membunuhnya." (Mutafaqun ‘alaihi)
Hadits dari Abu Hurairah berbunyi : "Tidak pantas bagi seorang shiddiq (orang yang
mengikuti kebenaran) menjadi tukang laknat." (HR Muslim)
Dan Hadits dari Abu Darda' berbunyi : "Tukang-tukang laknat tidak akan menjadi
pemberi syafaat dan pemberi kesaksian pada hari kiamat." (HR Muslim)
Hadits Abdullah bin Mas'ud berbunyi : "Seorang mukmin bukanlah tukang cela dan
tukang laknat dan bukanlah orang yang suka berkata keji lagi kotor." (HR Tirmidzi) ;
Hadits ini dicantumkan oleh Syaikh al-Albani di dalam kitab beliau Shahih Jami' Tirmidzi
no 610 dan Silsilah Hadits Shahih no 320
Di dalam Silsilah Hadits Shahih tercantum sebuah hadits yang berbunyi : "Apabila
sebuah laknat terucap dari mulut seseorang, maka ia (laknat itu) akan mencari sasarannya.
Jika ia tidak menemukan jalan menuju sasarannya, maka ia akan kembali kepada orang
yang mengucapkannya."
Hakekat laknat adalah menjauhkan sesuatu dari rahmat Allah. Seseorang yang
melaknat berarti telah menyatakan bahwa sesuatu telah dijauhkan dari rahmat Allah,
padahal itu termasuk perkara gaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah Maka
perbuatan seperti ini termasuk berdusta dan mengada-ada atas nama Allah Dalam sebuah
hadits dari Abu Hurairah ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah bersabda,
"Dahulu kala ada dua orang Bani Israil yang bersaudara. Salah seorang di antara keduanya
sering berbuat dosa, sedangkan yang lain tekun beribadah. Yang tekun beribadah selalu
mendapati saudaranya berbuat dosa, ia berkata, ‘Tahanlah dirimu dari perbuatan dosa!' Pada
suatu hari, ia melihat hal serupa, ia berkata, ‘Tahanlah dirimu.' Saudaranya berkata,
8
ََ َ 
ََ َ َ َ 
ََ َ 
ََ
َ
َ

ََ
َ

َ َ
Seri: Akhlaq
‘Biarkan aku bersama Rabbku! Apakah engkau diutus sebagai pengawasku?' Maka ia pun
berkata kepada saudaranya tersebut, ‘Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu atau
demi Allah, Allah tidak akan memasukkanmu ke dalam surga.' Kemudian ruh keduanya
dicabut, lalu bertemu kembali di hadapan Allah Rabbul ‘Alamin. Allah berkata kepada yang
tekun beribadah, ‘Apakah engkau mengetahui tentang Aku? Atau apakah engkau berkuasa
atas apa yang ada ditangan-Ku?' Kemudian Allah berkata kepada saudaranya, ‘Masuklah ke
dalam surga dengan rahmat-Ku.' Dan Allah berkata kepadanya, ‘Seret ia ke neraka!'"
Abu Hurairah berkata, "Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, orang tersebut
telah mengatakan sebuah kalimat yang menghancurkan dunia dan akhiratnya." (HR Abu
Dawud dengan sanad hasan) Cobalah perhatikan kalimat yang diucapkan oleh seorang ahli
ibadah tadi ternyata lebih besar daripada dosa yang dilakukan saudaranya, karena ia berani
bersumpah atas nama Allah. Hanya Allah sajalah yang dimintai pertolongan-Nya.
Merupakan musibah besar jika seseorang berani melaknat ibunya. Para sahabat sempat
menganggap mustahil perbuatan seperti itu, lalu Rasulullah menjelaskan maksudnya kepada
mereka, yaitu dengan mencela ayah ibu orang lain hingga orang tersebut mencaci ayah
ibunya.(Muttafaqun ‘alaihi)
9. Al Ghina' wasy-syi'r (Bernyanyi dan bersyair)
Allah berfirman :
ََ َ َ 
ََ َ َ 
ََ َ َ 
ََ
َ

ََ
َ

َ ََ
"Dan di antara manusia (ada) yang mempergunakan lahwul hadits untuk menyesatkan
(manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu bahan olokolokan." (Luqman: 6)
Mengenai ayat ini Ibnu Abbas ra berkata bahwa Lahwal hadist dalam ayat ini berarti
"Nyanyian". Ibnu Mas'ud r.a menerangkan bahwa Lahwal hadist itu adalah al-Ghina
(nyanyian).
Allah berfirman :
"Maka apakah kamu merasa heran dengan pemberitaan ini dan kamu mentertawakan
dan tidak menangis sedang kamu bernyanyi-nyanyi." (An-Najm : 59-60)
Kata Ikrimah r.a dari Ibnu Abbas r.a bahwa kata "As-Sumud" dalam akhir ayat ini
berarti Al-Ghina menurut dialek Himyar. Dia menambahkan bahwa jika mendengar AlQur'an dibacakan, mereka bernyanyi-nyanyi, maka turunlah ayat ini.
Dalam hadits sahih yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari sahabat Abi Amir dan Abi
Malik Al Asy'ari Rasulullah saw bersabda : "Akan muncul dari kalangan ummatku
sekelompok orang yang menghalalkan farj (perzinahan), sutera, khamar dan alat-alat
musik." (lihat Fatul Bari, 10/51).
Nyanyian dan musik merupakan dua pintu yang dilalui setan untuk merusak hati dan
jiwa. Kaitannya dengan hal itu, Imam Al-Hafiz Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata:
"Diantara tipu daya setan - musuh Allah - dan diantara jerat yang dipasangnya untuk orang
yang sedikit ilmu, akal dan agamanya, sehingga orang yang bersangkutan tersebut terjebak
kedalamnya untuk mendengarkan kidung dan nyanyian yang diiringi musik yang
www.tarbiyah-online.com
9
َ 
َ 
َ َََ
Page
ََ
ََ
Seri: Akhlaq
diharamkan. Satu hal yang mengherankan adalah sebagian manusia yang mengaku memiliki
konsentrasi untuk ibadah justru telah menjadikan nyanyian, tarian dan lagu-lagu lain
sebagai wahana untuk beribadah sehingga mereka meninggalkan Al-Qur'an.
Ibnu Qayyim dalam kitabnya "Ighatsatul-Lahfan min Mashayidisy-Syaithan"
menamai nyanyian seperti itu dengan sepuluh nama, yaitu: lahwun (main-main), laghwun
(pekerjaan sia-sia), zuur (kebathilan), muka (siulan), tasydiah (tepuk tangan), ruqyatuz-zina
(jimat dalam perzinahan), pedomannya setan, penumbuh nifak didalam hati, suara
kedunguan, suara yang penuh dosa, suara setan atau seruling setan.
Ada beberapa nyanyian yang diperbolehkan yaitu : Menyanyi pada hari raya. Hal itu
berdasarkan hadits A'isyah: "Suatu ketika Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam masuk ke
bilik 'Aisyah, sedang di sisinya ada dua orang hamba sahaya wanita yang masing-masing
memukul rebana (dalam riwayat lain ia berkata: "... dan di sisi saya terdapat dua orang
hamba sahaya yang sedang menyanyi."), lalu Abu Bakar mencegah keduanya. Tetapi
Rasulullah malah bersabda: "Biarkanlah mereka karena sesungguhnya masing-masing kaum
memiliki hari raya, sedangkan hari raya kita adalah pada hari ini." (HR. Bukhari)
Menyanyi dengan rebana ketika berlangsung pesta pernikahan, untuk menyemarakkan
suasana sekaligus memperluas kabar pernikahannya. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
bersabda : "Pembeda antara yang halal dengan yang haram adalah memukul rebana dan
suara (lagu) pada saat pernikahan." (Hadits shahih riwayat Ahmad). Yang dimaksud di sini
adalah khusus untuk kaum wanita. Nasyid Islami (nyanyian Islami tanpa diiringi dengan
musik) yang disenandungkan saat bekerja sehingga bisa lebih membangkitkan semangat,
terutama jika di dalamnya terdapat do'a.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyenandungkan sya'ir Ibnu Rawahah dan
menyemangati para sahabat saat menggali parit. Beliau bersenandung: "Ya Allah tiada
kehidupan kecuali kehidupan akherat maka ampunilah kaum Anshar dan Muhajirin."
Seketika kaum Muhajirin dan Anshar menyambutnya dengan senandung lain: "Kita telah
membai'at Muhammad, kita selamanya selalu dalam jihad." Ketika menggali tanah bersama
para sahabatnya, Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga bersenandung dengan sya'ir Ibnu
Rawahah yang lain: "Demi Allah, jika bukan karena Allah, tentu kita tidak mendapat
petunjuk, tidak pula kita bersedekah, tidak pula mengerjakan shalat. Maka turunkanlah
ketenangan kepada kami, mantapkan langkah dan pendirian kami jika bertemu (musuh)
Orang-orang musyrik telah mendurhakai kami, jika mereka mengingin-kan fitnah maka
kami menolaknya." Dengan suara koor dan tinggi mereka balas bersenandung "Kami
menolaknya, ... kami menolaknya." (Muttafaq 'Alaih)
www.tarbiyah-online.com
Page
11.Ifsyaa'ussirri (Membocorkan rahasia)
Mudrik bin 'Aun Al-Ahmas berkata : "Ketika aku berada di sisi Umar radhiyallahu
'anhu, datanglah utusan An-Nu'man. Umar radhiyallahu 'anhu pun menanyakannya tentang
keadaan pasukan. Utusan itu menyebutkan orang-orang yang terluka dan terbunuh di
10
10. Attaqo'ur fil kalaam (Berfasih-fasih dalam berbicara untuk menarik perhatian)
Salah satu modal untuk dapat diterima dalam menjalin hubungan dengan orang lain
adalah menarik perhatian. Untuk itu kerap kali orang berakting untuk mendapatkan
perhatian orang lain. Namun kadang orang sering kebablasan dalam akting yang dimainkan,
sehingga sering dijuluki over acting, sok gagah, sok fasih. Misalnya saja ada orang yang
sering menggunakan action Inggris untuk menunjukkan bahwa dia dapat berbahasa Inggris.
Atau dengan action Arab untuk menunjukkan dia dapat berbahasa Arab, walaupun pada
kenyataannya tidak. Pernah dalam kampanye Pemilu seorang jurkam sebuah parpol besar
(dengan penuh semangat berpidato di hadapan massanya) berkata," Saudara-saudara parpol
kami sangat berempati dan antonius dengan nasib rakyat jelata..." (Maksudnya mungkin
antusias).
Seri: Akhlaq
Nahawand, ia berkata: "Si Fulan bin Fulan, Fulan bin Fulan dan lain-lain yang tidak engkau
kenal. Umar radhiyallahu 'anhu berkata : "Akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta'ala
mengetahui mereka." Dalam riwayat lain disebutkan: "Akan tetapi Dzat Yang telah
mengkaruniakan mereka syahadah (mati syahid) mengetahui wajah dan nasab mereka."
Hubungan istri adalah hubungan yang khas, dimana keduanya bisa saling meleburkan
diri menjadi satu kesatuan. Di sana ada cinta, juga kasih dan sayang. Karenanya, dalam
kehidupan suami istri pasti terjadi hubungan intim yang tidak ada orang lain yang
mengetahuinya, kecuali mereka berdua. Saat-saat itu suami mencurahkan segala kasih
sayangnya kepada istri, demikian juga sebaliknya.
Hubungan yang demikian, sekalipun berbaur antara cinta dan nafsu tapi Allah telah
mensakralkannya. Hubungan itu suci dan berpahala. Hunbungan itu baru ternoda jika ada
salah seorang di antaranya, baik suami atau istri yang membuka rahasia mereka berdua
kepada orang lain. Baik karena ingin mengungkapkan rasa bahagianya maupun karena rasa
kecewa.
Membuka rahasia rumah tangga kepada pihak lain sama sekali tidak mendatangkan
keuntungan, justru bencana dan malapetaka. Rumah tangga bisa berantakan karena salah
satu pihak merasa tersinggung dan terhina karenanya. Kehidupan rumah tangga terganggu,
bahkan tidak tertutup kemungkinan jika kemudian masalahnya berkembang sampai
akhirnya terjadi perceraian.
Jika anggota badan yang terluka bisa dijahit dan diperban. Akan tetapi jika hati yang
terluka bisa dibawa sampai mati. Hari ini bisa ditekan, tapi besok bisa muncul kembali.
Itulah sebabnya kenapa kita harus menjaga rahasia istri atau suami.
Dari Abu Said Al-Khudri ra beliau berkata: Rasulullah saw bersabda : "Sesungguhnya
sejelek-jelek orang di sisi Allah pada hari qiamat kelak adalah suami yang sudah
mencurahkan segala kasih sayangnya kepada istrinya dan istrinya pun sudah menyerahkan
segala kasih sayangnya kepadanya, kemudian dia (suami) menyebarkan rahasia istrinya
(dan istrinya membuka rahasia suaminya).” (HR. Muslim)
12. Alkadzibu (Dusta atau berbohong dalam perkataan, janji dan sumpah)
Allah SWT berfirman
"Hendaklah kita menjauhi perkataan-perkataan dusta." (Al-Hajj : 30)
Dalam peribahasa mengatakan, "kerana lidah (mulut) badan binasa" ini mengingatkan
kita untuk hidup dalam suasana yang tenteram, aman dan damai, hendaklah diawasi lidah
kerana melalui tutur kata akan menjadi lebih benar, beradab dan bahasanya lebih santun.
Suka berbohong bukan saja menimbulkan kemarahan orang yang mendengarnya,
malah menimbulkan implikasi buruk kepada si pembohong itu sendiri. Dari Abu Hurairah
r.a. katanya Rasulullah s.a.w. bersabda : "Tidak beriman seseorang dengan sempurna
sehingga ditinggalkan pembohongan walaupun senda gurau, bersengketa atau
perbalahan."
Tabiat suka berbohong termasuk dalam kategori dosa besar setelah syirik
(menyekutukan Allah) dan durhaka terhadap kedua orang tua. Ini ditegaskan dalam sabda
Rasulullah saw : "Maukah aku tunjukkan perihal dosa-dosa besar? Kami menjawab: Ya,
tentu mau wahai Rasulullah. Rasulullah menjelaskan: Menyektukan Allah, durhaka kepada
kedua orang tua. Oh ya, (ada lagi) yaitu perkataan dusta." (Riwayat Muttafaq Alaih)
Berkata Imam Nawawi di kitabnya Al-Adzkar (halaman 326): "Ketahuilah!
Sesungguhnya menurut madzhab Ahlus Sunnah bahwa dusta itu ialah : Mengkabarkan
tentang sesuatu yang berlainan (berbeda/menyalahi) keadaannya. Baik dilakukan dengan
sengaja atau karena kebodohan (tidak sengaja), akan tetapi tidak berdosa kalau karena
kebodohan (tidak sengaja) dan berdosa kalau dilakukan dengan sengaja".
www.tarbiyah-online.com
11

َ ََ
Page
ََ
Seri: Akhlaq
13. Al Ghiibah (Menceritakan keburukan orang lain)
Dalam sebuah perjalanan ke suatu daerah, para sahabat diatur agar setiap dua orang
yang mampu, membantu seorang yang tak mampu (tentang makan-minum). Kebetulan
Salman Al Farisi diikutkan pada dua orang, tetapi ketika itu ia lupa tidak melayani
keperluan keduanya. Ia disuruh minta lauk pauk kepada Rasulullah saw. Dan setelah ia
berangkat, keduanya berkata, "Seandainya ia pergi ke sumur, pasti surutlah sumurnya."
Sewaktu Salman menghadap, beliau bersabda, "Sampaikan kepada kedua temanmu
bahwa kalian sudah makan lauk pauknya." Setelah ia menyampaikan kepada mereka
berdua, lalu keduanya menghadap kepada Nabi saw dan katanya, "Kami tidak makan lauk
pauk dan seharian kami tidak makan daging." Kemudian Rasulullah bersabda, "Kalian telah
mengatakan saudaramu (Salman) begini-begitu. Maukah kalian memakan daging orang
mati?" Mereka menjawab, "Tidak!" "Jika kalian tidak mau makan daging orang mati, maka
janganlah kalian ghibah mengatakan kejelekan orang lain, sebab yang demikian itu berarti
memakan daging saudaranya sendiri."
Menurut Ibnu Abbas, kisah tersebut yang melatarbelakangi diturunkannya surat AlHujarat : 12
14. Al-madhu (Sanjungan yang menjerumuskan)
www.tarbiyah-online.com
Page
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (buruk), karena
setengahnya itu dosa, dan janganlah menyelidiki kesalahan orang lain, dan jangan pula
setengah kamu menggunjing (ghibah) atas sebagian yang lainnya. Maukah seseorang di
antara kamu makan daging saudaranya yang mati? Pasti kamu jijik (tidak mau).
Bertaqwalah kepada Allah, bahwasannya Allah menerima taubat lagi Penyayang."
Dari Ali bin Ibrahim, dari ayahnya, dari An-Naufal, dari Al-Sakkuni, dari Abu
Abdillah ra berkata: Rasulullah SAW bersabda : ”Kerusakan yang dilakukan oleh ghibah
(mengumpat/memfitnah) pada iman seorang mukmin lebih cepat daripada kerusakan yang
disebabkan oleh penyakit aklah (penyakit yang memakan daging di tubuh manusia) pada
tubuhnya.”
Diriwayatkan dari Abu Dzar berkata: Ya Rasulullah, apakah ghibah itu? Rasul
menjawab : ”Menyebutkan tentang saudaramu akan sesuatu yang membuat dia merasa
jijik.” Aku berkata: Ya Rasulullah, bagaimana jika hal tersebut memang ada pada dirinya?
Rasul menjawab: Ketahuilah, bahwa menyebut tentang sesuatu yang memang ada pada
dirinya, berarti kamu telah mengumpatnya. Abu Dzar berkata : Nabi SAW bersabda :
Ghibah merupakan suatu dosa yang lebih besar daripada berzina. Kataku : Bagaimana itu,
ya Rasulullah? Rasul menjawab : ”Itu karena orang yang berzina, jika dia bertobat kepada
Allah, Allah menerima tobatnya. Namun ghibah tidak diampuni oleh Allah, hingga korban
daripada ghibah mengampuninya.”
12
ََ

ََ

ََ َ َ 
ََ َ َ َ 
ََ
َ

ََ َ َ 
ََ
َ
َ

ََ َ َ 
ََ َ َ َ 
َ َََ
Seri: Akhlaq
Imam Ats-Tsauri menuturkan: "Apabila engkau bukan termasuk orang yang takjub
terhadap diri sendiri, hal lain yang perlu diingat ialah; hindarilah sifat senang disanjung
orang." Maksudnya bukan orang lain tidak boleh memuji perbuatanmu itu, tetapi janganlah
kamu meminta pujian dari orang lain. Hendaknya engkau selalu berhubungan dengan Allah
Subhanahu wa Ta'ala (dengan selalu mengingatnya).
Dalam sebuah hadits disebutkan : "Barangsiapa yang mencari ridha Allah
Subhanahu wa Ta'ala, meskipun menimbulkan kemarahan manusia, niscaya Allah
Subhanahu wa Ta'ala akan meridhainya dan akan membuat manusia ridha terhadapnya.
Dan barangsiapa yang mencari kesenangan manusia, hingga membuat Allah murka maka
Allah murka kepadanya dan membuat manusia murka terhadapnya." (HR. At-Tirmidzi).
Jenis pujian lain adalah memuji diri sendiri atas kekurangan yang ada padanya. Ini
termasuk rekomendasi terhadap diri sendiri. Sebagian orang sengaja memuji diri sendiri di
hadapan orang banyak. Padahal Allah SWT telah berfirman :
ََ َ َ 
ََ َ َ 
َ َ
www.tarbiyah-online.com
Page
15. Assukhriyah wal istihza' (Menyebutkan hal yang bikin malu - kejelekan diceritakan
untuk ditertawakan)
Menjelang perpisahannya dengan Nabi Musa as, Nabi Khidir as, memberi nasihat,
"Hai Musa, janganlah terlalu banyak bicara, dan jangan pergi tanpa perlu, dan jangan
banyak tertawa, juga jangan mentertawakan orang yang berbuat salah, dan tangisilah dosadosa yang telah kamu perbuat, hai putra Ali 'Imran." (Tanbighul Ghafilin: 192-193).
Tertawa, tentu saja, bukanlah sesuatu yang dilarang. Siapa saja boleh tertawa selagi
ingin. Dengan tertawa menunjukkan, bahwa seseorang sedang dalam keadaan senang.
13
"Janganlah kamu menganggap diri kamu suci" (An-Najm: 32).
Dan perbuatan tadi termasuk menganggap suci diri sendiri. Rabbah Al-Qaisi pernah
ditanya: "Apakah yang dapat merusak amalan seseorang?" Beliau menjawab: "Sanjungan
orang dan lupa terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberi nikmat"
Seorang penyair berkata:
Sungguh aneh orang yang memuji dirinya sendiri
Namun tidak menyadari bahwa pujiannya itu sendiri adalah kekurangan dirinya
Seorang pemuda memuji diri atas kekurangan yang ada padanya,
Menyebut-nyebut aibnya sendiri hingga diketahui kejelekannya
Pujian sesekali perlu diberikan. Hal ini membuat orang lain berusaha untuk bekerja
lebih baik lagi. Karena, pada dasarnya semua orang mendambakan penghargaan walaupun
hanya berupa kata-kata pujian.
Rasulullah saw. memberikan reward kepada para sahabatnya selalu disertai doa.
Misalnya Saad Bin Abi Waqash pernah didoakan Rasulullah tentang dua hal yaitu kalau
berdoa pasti dikabulkan Allah dan kalau memanah pasti kena sasaran. Inilah sanjungan
yang dilandasi persahabatan yang dibangun atas dasar cinta kepada Allah.
Biasanya kita dapati pada masyarakat yang budaya paternalistiknya sangat kuat;
budaya ‘Asal Bapat Senang'; budaya Yes Man dan sebagainya. Berbagai gelar, acap kali
disematkan sebagai tanda loyalnya bawahan terhadap atasan, misalnya Bapak Revolusi,
Wali ul Amri, Bapak Pembangunan dan banyak bentuk-bentuk sanjungan yang pada
akhirnya justru akan menghancurkan orang tersebut. Seperti Firaun yang selalu disanjung,
dipuja oleh rakyatnya dan pada gilirannya Firaun mendeklarasikan dirinya sebagai tuhan.
Dan kita tahu bagaimana akhir dari kehidupan Firaun itu sangat tragis dan mengenaskan.
Dan hanya Allah yang pantas mendapat segala jenis sanjungan dan pujian.
Seri: Akhlaq
Bahkan tertawa bisa menjadi ilham bagi seorang penulis untuk membuat sebuah
buku. Akan tetapi, tertawa dalam pengertian mengeluarkan suara meledak-ledak oleh sebab
rasa suka, geli apalagi mengandung unsur menghina seseorang, ini akan lain ceritanya.
Tidak didapati dalam ajaran di luar Islam yang mengatur tata hidup sedemikian rupa,
hingga masalah tertawa.
Allah swt berfirman :
ََ
ََ
ََ


َ

َ ََ
"Maka hendaklah mereka sedikit tertawa dan banyak menangis sebagai pembalasan
dari apa yang selalu mereka kerjakan." (QS. At-Taubah:82).
Dalam salah satu haditsnya Rasulullah saw bersabda : "Seandainya kamu
mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan sedikit tertawa, ...." (HR.Abu Dzar
ra) . Rasulullah saw tidak pernah tertawa, kecuali hanya tersenyum, tidak menoleh kecuali
dengan wajah penuh (maksudnya: tidak melirik). (Ja'far Auf, Mas'ud dari Auf Abdillah)
Berdasarkan hadits di atas, sebagian ulama berpendapat bahwa tersenyum itu
hukumnya sunah, sedang tertawa terbahak-bahak makruh. Maka bagi mereka yang tetap
ingin sehat akalnya, seyogyanya menjauhi tertawa dengan cara demikian (terbahak-bahak
atau meledak-ledak), kata Al-Faqih Abu Laits Samarqandi. Dengan kata lain, orang yang
tidak bisa mengendalikan diri dan gemar tertawa, akan membuat fungsi akalnya terganggu,
lengah dan lupa diri, yang berarti membuka pintu bagi syetan untuk masuknya godaan.
Dalam surat An-Najm (53): 59-61 Allah memperingatkan,
ََ َ 
ََ َ 
ََ
َ
َ

َ ََ
www.tarbiyah-online.com
Page
16. An-namiimah (Adu domba atau menghasut)
Adu domba merupakan perangai tercela yang menanamkan dendam diantara
manusia, ini merupakan sifat yang dibenci setiap muslim dan muslimah. Sifat yang buruk
ini tidak boleh diremehkan, karena diantara ciri-ciri adu domba dan yang telah ditetapkan
baginya, bahwa ia bisa memisahkan seseorang dengan kerabatnya, seseorang dengan temantemannya, bahkan dirinya dengan anggota saudaranya sendiri.
Adu domba bisa menimbulkan tindak pembunuhan, bahkan peperangan antara dua
kabilah. Di dalam masyarakat kita banyak terdapat peristiwa yang menunjukkan betapa
besar akibat yang ditimbulkan adu domba. Sedangkan istri yang ideal mempunyai sikap
14
"Apakah dengan ajaran ini, kalian ta'ajub (heran)? Kamu tertawa dan tidak
menangis. Sedangkan kalian lengah." (An-Najm : 59-61)
Ibnu Abbas ra berkata, "Barangsiapa tertawa di saat berbuat maksiat, maka akan
bercucuran tangis di neraka." Tertawa yang berlebihan, termasuk di antara 3 perkara yang
menyebabkan hati seorang menjadi bebal dan membatu. Sedang dua penyebab yang lainnya
yaitu : belum lapar sudah makan lagi dan gemar omong kosong (bicara ke sana kemari yang
tak berguna). Terkadang kita mendapati seseorang yang kesibukannya membuat orang
tertawa-tawa, sehingga bukan semata menjadi hiburan hati, tapi sudah mengarah pada
membuat
orang
menjadi
lengah
dan
lupa.
Kepada yang berbuat seperti ini Rasulullah saw memberi peringatan : "Celakalah orang
yang berdusta supaya ditertawakan orang lain. Celakalah dia, celakalah dia!" (HR.
Tirmidzi)
Seri: Akhlaq
yang pasti dalam menghadapi adu domba sesuai dengan hukum syari'at tentang adu domba,
bahwa nabi perbah bersabda :
َ ‫لَيدخلَالجنةَنما ٌَم‬
"Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba." (muttafaq alaihi).
17. Al khotho' fi daqo-iqul kalaam (Bertanya yang bukan-bukan, hingga memberatkan
orang yang menjawab)
Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, menceritakan bahwasanya di mendengar Rasulullah
Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda :
َ‫ماَنهيتكم َفاجتنبوه َوماَأمرتكمَبه َفائتواَمنه َماَاستطعتمَإنماَأهلكَمن َكان‬
َ َ‫قبلكمَكثرةَسؤالهمَواختلفهمَعلىَأَنبياءهم‬
www.tarbiyah-online.com
Page
4. MENJAUHI BAHAYA LIDAH
1. Menjaga mulutnya agar tidak kemasukan barang haram.
2. Menjaga mulutnya agar tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak seharusnya
dikatakan.
Masuk keluarnya sesuatu dari mulut itu harus benar-benar dijaga, sebab letak
keselamatan manusia, dunia dan akhiratnya itu terletak pada kemampuannya untuk
menjaga hal tersebut di atas.
Abu Bakar ash-Shiddiq, khalifah pertama pengganti Rasulullah pernah meletakkan
tongkat di mulutnya untuk menjaga ucapannya. Lalu ia menunjuk lisannya seraya
berkata: "Inilah yang dapat mengeluarkanku dari tempat tempat keluar (maksudnya:
keluar dari batas-batas kebenaran)."
Sebagai khalifah, Abu Bakar dikenal orang yang paling hemat dalam berbicara.
Ketika ditunjuk menjadi khalifah, ia hanya berpidato sebentar.
Meskipun pidatonya sebentar, tapi kata-katanya dihafal oleh para sahabat, juga
kaum muslimin hingga sekarang. Singkat tapi padat. Penuh arti dan konsisten. Apa yang
dikatakan, itulah yang ada di dalam pikiran dan perasaannya. Antara ucapan dan
tindakannya tidak terdapat perbedaan. Antara ucapannya hari ini dan besok tidak saling
bertentangan.
15
"Apa yang aku larang kalian dari (mengerjakan)-nya maka jauhilah ia, dan apa
yang aku perintahkan kalian untuk (melakukan)-nya maka lakukanlah sesuai dengan
kemampuan kalian, karena sesungguhnya yang menghancurkan orang-orang yang sebelum
kalian adalah karena banyaknya pertanyaan-pertanyaan mereka (yang mereka ajukan) dan
perselisihan mereka dengan para Nabi-Nabi (yang diutus kepada) mereka". (H.R.Bukhari
dan Muslim).
Dalam hadits tersebut kita diperintahkan untuk melakukan apa yang diperintahkan
oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam dan menjauhi apa saja yang dilarang oleh
beliau. Larangan tersebut dimaksudkan agar kita tidak terjebak dengan apa yang telah
menimpa umat-umat terdahulu yang hancur dan binasa gara-gara terlalu banyak bertanya
kepada Nabi-Nabi mereka tentang sesuatu yang tidak ada faedahnya begitu juga seringnya
mereka berselisih dan membantah Nabi-Nabi mereka tersebut.
Secara global, barangsiapa yang melakukan apa yang diperintahkan oleh Nabi saw
dan menjauhi apa yang dilarang oleh beliau dan memfokuskan diri pada apa yang
diperintahkan kepadanya, terlepas dari yang lainnya maka dia akan mendapakan
keselamatan di dunia dan akhirat sedangkan orang yang berbuat sebaliknya dengan
menyibukkan dirinya berdasarkan pertimbangan logika dan perasaan semata, maka dia telah
terjerumus kedalam apa yang dilarang oleh Nabi saw sama seperti halnya Ahlul Kitab yang
binasa lantaran terlalu banyak bertanya dan berselisih dengan para Nabi mereka dan
ketidaktundukan serta ketidakta'atan mereka kepada para Rasul yang diutus kepada mereka.
Seri: Akhlaq
Page
16
Meskipun Abu Bakar memerintah kaum muslimin dalam tempo yang amat singkat,
tapi banyak hal yang bisa diselesaikan. Ancaman disintegrasi (pemurtadan), kerusuhan
rasial antar suku dan golongan, dan berbagai gejolak dalam negeri segera dapat diatasi,
bukan dengan kata-kata, tapi tindakan. Bukan dengan lelucon, humor, apalagi gaya
ketoprakan.
Pemimpin model Abu Bakar inilah yang kita nantikan saat ini untuk memimpin
bangsa Indonesia menuju gerbang masa depan.
Semua pemimpin seharusnya dapat menahan diri dari perkataan yang tidak benar,
mengandung fitnah, dan adu domba. Mereka harus menahan diri dari ucapan yang dapat
menyakiti atau melukai perasaan orang lain, walaupun mengandung substansi yang
benar. Pemimpin adalah orang yang hemat berbicara, sedikit berkata-kata, dan berbicara
seperlunya saja.
www.tarbiyah-online.com
Download