2015 MARKET BRIEF PELUANG USAHA PRODUK BUAH PALA (HS 090811) DI ITALIA ITPC MILAN Via Vittor Pisani, 8 – 6° Piano 20124 Milan (MI), ITALY Tel. +39 02 3659 8182 Fax. +39 02 3659 8191 [email protected] Daftar Isi KATA PENGANTAR .................................................................................. 2 ABSTRAKSI ............................................................................................... 3 I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 4 I.1. Pemilihan Produk.............................................................................. 4 I.2. Profil Geografi Italia .......................................................................... 5 II. POTENSI PASAR PRODUK BUAH PALA DI ITALIA ............................ 7 II.1 Ekspor Produk Buah Pala Italia ke Dunia ......................................... 7 II.2 Potensi Pasar Produk Buah pala di Italia.......................................... 9 II.3 Regulasi Produk Buah pala di Italia ................................................ 13 II.4 Saluran Distribusi Produk Buah pala di Italia .................................. 14 II.5 Hambatan dan Tantangan .............................................................. 16 III PELUANG DAN STRATEGI ................................................................ 17 III.1 Peluang ......................................................................................... 17 III.2 Strategi .......................................................................................... 17 IV INFORMASI PENTING ........................................................................ 18 REFERENSI ............................................................................................ 20 Page 1 KATA PENGANTAR Dalam upaya penyediaan informasi pasar produk 10 – 10 – 3 dan sesuai dengan keputusan Menteri Perdagangan RI No. 706/M-DAG/KEP/9/2011 tentang Pedoman Penyusunan dan Mekanisme Pelaporan Perwakilan Perdagangan di Luar Negeri, ITPC Milan, Italia telah melakukan penyusunan Market Brief yang didasarkan pada studi literatur (desk study). Informasi pasar ini diharapkan dapat berguna sebagai dasar pengambilan kebijakan oleh pimpinan dan atau sebagai bahan referensi pelaku usaha dibidangnya. Penulisan Market Brief merupakan rangkaian kajian yang terus dilakukan selama 1 tahun untuk memenuhi target yaitu menyiapkan 10 Market Brief. Pada topik ini dipilih produk pala/nutmeg (HS 090811) sesuai data yang mengindikasikan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar serta adanya peluang pasar untuk produk buah pala di Italia. Di dalam Market Brief ini akan diinformasikan mengenai latar belakang pemilihan produk, profil Italia, potensi pasar di Italia, serta peluang dan strategi memasuki pasar di Italia. Untuk itu penyusunan laporan ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang berguna bagi pihak Pemerintah maupun Swasta di Indonesia, khususnya bagi kalangan eksportir dan pengusaha produk terkait dalam menyikapi peluang ekspor di italia. Disadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan penulisan ini sangat kami harapkan. Semoga Laporan Market Brief ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membutuhkan informasi tentang produk buah pala. Milan, Juni 2015 Kepala ITPC Milan Agung Pramudya FR. Page 2 ABSTRAKSI Pala adalah rempah serba guna yang merupakan turunan dari genus Myristica yang berasal dari Kepulauan Banda, Indonesia. Buah pala adalah bagian dari pohon pala. Buah dan biji pala telah menjadi komoditas perdagangan penting sejak jaman Romawi. Pala adalah pohon yang bisa mencapai tinggi hingga 20 meter dan usia ratusan tahun. Tanaman pala dapat dimanfaatkan kulit kayu, biji, bunga, dan daging buahnya. Panen pertama dilakukan 7 sampai 9 tahun setelah pohonnya ditanam dan mencapai kemampuan produksi maksimum setelah 25 tahun1. Market brief ini akan membahas perdagangan pala yang masuk dalam kode HS 090811, yaitu pala mentah (nutmeg: neither crushed nor ground). Pada tahun 2013, 86% impor pala Italia berasal dari Indonesia2 yang menjadikan Indonesia berada di peringkat pertama. Negara asal impor kedua adalah Belanda, yang merupakan Negara re-eksportir dan bukan penghasil buah pala. Pala banyak digunakan dalam masakan Italia, seperti ravioli dan lasagna. Permintaan pala yang tinggi di Italia merupakan pasar potensial bagi produsen dan eksportir Indonesia. Untuk itulah, market brief kali ini akan membahas lebih dalam mengenai potensi ekspor buah pala ke pasar Italia. Ekspor pala Indonesia ke Italia pada 2013 adalah sebesar 8% dari total ekspor pala Indonesia ke dunia, yang membuat Italia berada pada peringkat ketiga Negara tujuan ekspor setelah Jerman dan Belanda yang masingmasing memiliki share sebesar 16%. Untuk dapat mengambil peluang tersebut, Indonesia harus memiliki strategi produksi, strategi produk, dan strategi promosi yang sejalan. Strategi Produksi. Sosialisasi, workshop, dan pendampingan kepada pengekspor pala Indonesia mengenai aturan-aturan dan prosedur ekspor ke Italia. Selain itu, strategi produksi juga dapat dilakukan dengan meningkatkan sistem jaminan mutu pasca-panen dan penyimpanan. 1 “Pala,” Wikipedia, diakses 30 Juli 2015, https://id.wikipedia.org/wiki/Pala “Where did Italy import Nutmeg from in 2013,” The Atlas of Economic Complexity, diakses 30 Juli 2015, http://atlas.cid.harvard.edu/explore/tree_map/import/ita/show/0908/2013/ 2 Page 3 Strategi Produk. Penggunaan bibit pala unggul klonal (vegetative). Strategi Promosi. Memperpendek rantai pasar dengan sistem “satu pintu” yaitu dengan mendirikan koperasi atau mitra usaha yang mampu membeli produksi pala masyarakat. Selain itu, strategi promosi juga dapat dilakukan dengan mengikuti pameran. I. PENDAHULUAN I.1. Pemilihan Produk Pohon pala merupakan tumbuhan asli dari Pulau Banda, Indonesia. Hingga abad ke-19, pulau Banda merupakan sumber produksi buah dan biji pala satu-satunya bagi dunia. Buah pala diperdagangkan pada abad pertengahan oleh pedagang Arab dan dijual dengan harga tinggi ke Venezia. Pada abad ke-17, perdagangan buah pala didominasi oleh Belanda dibawah Selanjutnya, VOC sebagai (Vereenidge hasil konsesi Oostindische perang Compagnie). Napoleon, Belanda menyerahkan kekuasaan atas pulau Banda kepada Inggris. Inggris kemudian mengirim pohon pala beserta tanahnya ke Sri Lanka, Penang, Bencoolen, dan Singapura, untuk selanjutnya dikirim ke Zanzibar dan Granada. Saat ini, pesaing produksi buah pala terbesar adalah buah pala dari Granada. Indonesia dan Granada mendominasi produksi dan ekspor buah pala (nutmeg) dan salut biji pala (mace) dunia3. Sedangkan impor terbesar berasal dari Eropa Barat, Amerika Serikat, Jepang, dan India. Melihat sejarah dan penyerapan produksi nutmeg dan mace dunia, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Namun dengan meningkatnya persaingan di perdagangan internasional, terutama dari Granada untuk produksi pala, Indonesia harus mempertahankan posisinya sebagai penghasil utama dan pengekspor utama ke Negara Italia. Indonesia menguasai 75% produksi buah pala dunia, sedangkan Granada 3 “Nutmeg,” Wikipedia, 6 Agustus 2015, diakses 6 Agustus 2015, https://en.wikipedia.org/wiki/Nutmeg#Nutmeg_butter Page 4 menguasai sebesar 20%4. Dengan pangsa pasar yang cukup dominan dan permintaan yang tinggi dari Italia, maka buah pala menjadi produk yang menjanjikan untuk meningkatkan ekspor Indonesia sebesar 300% dalam waktu lima tahun mendatang. Ekspor buah pala ke Uni Eropa beberapa kali ditolak karena dinilai mengandung aflatoksin yang melebihi batas ketentuan. Petani Indonesia belum terbiasa mengolah pala agar kadar airnya rendah, sehingga mudah ditumbuhi jamur aflatoxin5. Untuk itu, menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan jaminan mutu terhadap komoditas pala. Menurut Badan Karantina Pertanian, eksportir pala Indonesia menguasai 80% pasar impor Uni Eropa atau setara dengan nilai tahunan sekitar 30 juta euro6. I.2. Profil Geografi Italia Italia sebelah langsung utara dengan berbatasan empat negara Eropa yaitu Perancis, Swiss, Austria dan Slovenia. Memiliki posisi yang strategis yaitu berada di tengahtengah antara Eropa dan Afrika, Italia meiliki keuntungan sebagai negara yang memberikan akses ke negaranegara Eropa Utara, negara-negara Mediterania dan negara-negara Eropa Timur. Wilayah Italia meliputi luas kedaulatan 301.340 km2 termasuk dua pulau utama yaitu pulau Sisilia dan pulau Sardinia, yang merupakan 4 “Nutmeg,” New World Ecyclopedia, 2 Februari 2015, diakses pada 6 Agustus 2015, http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Nutmeg 5 Subagyo, “Uni Eropa tolak pala Indonesia,” Antaranews, 6 Maret 2015, diakses pada 6 Agustus 2015, http://www.antaranews.com/berita/483770/uni-eropa-tolak-pala-indonesia 6 “Uni Eropa tolak pala Indonesia,” Republika Online, 6 Maret 2015, diakses pada 7 Agustus 2015, http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/15/03/06/nksjrl-uni-eropa-tolak-palaindonesia Page 5 dua pulau utama di samping 38 pulau lainnya. Italia memiliki dua teritorial yang independen yaitu Kota Vatican dan Republik San Marino. Kota perdagangan di Italia adalah Milan dengan GDP per kapita pada awal tahun 2014 mencapai € 35.137. Milan disebut-sebut sebagai salah satu kota utama untuk keuangan dan bisnis dimana GDP-nya merupakan ke-4 tertinggi di Eropa dan ke-26 tertinggi di dunia. Milan juga menduduki 20 besar sebagai kota dengan finansial terbaik. Berdasarkan estimasi sensus yang dilakukan oleh ISTAT pada Desember 2013, populasi di Italia mencapai 60.782.668 jiwa dengan dua wilayah berpenduduk terbesar di wilayah Italia-Utara sebanyak 27 % dari jumlah populasi dan wilayah ItaliaSelatan sebanyak 23 % dari jumlah populasi Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Italia. Mayoritas penduduk Italia beragama Katolik dengan persentase sebesar 83%. Italia dikenal sebagai negara yang penuh dengan peninggalan sejarah dan jenius dalam kebudayaan. Saat ini Italia memiliki 400 buah museum, galeri dan situs arkeologi. Italia memiliki fasilitas transportasi yang sangat baik, dimana jaringan kereta api dikontrol oleh Trenitalia, Ferrovie dello Stato (Perusahaan Kereta Api Italia) yang rata-rata mengangkut setidaknya 23,3 juta ton komoditas sejak tahun 2005 dan kecenderungan jumlah penumpang yang selalu meningkat. Jaringan jalan raya untuk pengangkutan kargo dan truk serta transportasi penumpang juga terus bertambah. Sementara komoditas minyak menggunakan pelayaran sebagai moda transportasi utama dengan jaringan pelabuhan antara lain di Genova, La Spezia, Napoli, Trieste, Livorno dan Venezia. Untuk moda penerbangan, Italia telah mengalami pertumbuhan yang signifikan sejak tahun 2005 dimana tercatat setidaknya terdapat 48,9 juta penumpang domestik dan 63,2 juta penumpang internasional. Italia telah membangun dua bandara udara yang modern di Roma yaitu Fiumicino dan Ciampino serta dua di Milan yaitu Linate dan Malpensa yang mencatat 50% kedatangan dan penerbangan internasional dilakukan di Milan. Beberapa sektor yang turut mendukung kondisi ekonomi Italia diantaranya adalah sektor pos dan telekomunikasi. Italia telah mengalami Page 6 reorganisasi yang dilakukan pada tahun 2004 dimana Italia berhasil menggabungkan 3.440 perusahaan skala kecil menjadi beberapa perusahaan skala besar. Beberapa perusahaan komunikasi yang berskala multinasonal antara lain: Vodavone, Telecom, Tele2, Wind, H3g serta memiliki pasar yang terus berkembang, dimana 70% populasi memiliki setidaknya satu telepon selular. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Italia juga mulai memberikan insentif kepada perusahaan swasta. Italia juga memiliki sistem IT yang sangat baik pada kantor-kantor administrasi lokalnya. Otoritas sektor perbankan Italia berada di bawah Bank of Italy yang berdasarkan hukum perbankan Eropa bertanggung jawab sebagai peninjau, pemeriksa serta menganalisa sistem perbankan di seluruh negeri. II. POTENSI PASAR PRODUK BUAH PALA DI ITALIA II.1 Ekspor Produk Buah Pala Italia ke Dunia Nilai impor buah pala Italia lebih besar bila dibandingkan dengan nilai ekspornya. United Nation Comtrade menyediakan data performance ekspor dan impor Italia selama lima tahun terakhir. Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa selama lima tahun terakhir (2010 hingga 2014), tren keduanya memiliki kecenderungan yang hampir sama, seperti dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1. Tabel Perbandingan Ekspor-Impor Pala Italia 16,757,353 16,075,625 14,774,015 13,811,490 9,484,440 12,046,321 12,644,664 10,027,708 8,821,608 6,791,269 2010 2011 2012 2013 Export Import 2014 Sumber: UN Comtrade Pasar ekspor buah pala di Italia mengalami peak di tahun 2012. Setelah tahun 2012, nilai ekspor pala mengalami penurunan hingga tahun 2014. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa grafik penurunan ekspor buah Page 7 pala lebih stabil bila dibandingkan dengan penurunan nilai impor yang cukup tajam di tahun 2013. Nilai ekspor turun dari USD 13 juta di tahun 2012 menjadi hanya sebesar USD 10 juta di tahun 2013. Sedangkan nilai impor menurun dari USD 16 juta di tahun 2012 menjadi USD 14 juta di tahun berikutnya. Penurunan nilai ekspor dan impor terus terjadi di tahun 2014. Secara year on year pada tahun 2014, ekspor menurun sebesar 12%, sedangkan impor menurun sebesar 14%. Sepuluh besar Negara tujuan ekspor pala Italia pada tahun 2014 adalah Jerman, Spanyol, Belgia, Yunani, Perancis, Inggris, Amerika Serikat, Slovakia, Belanda, dan Brasil. Penurunan ekspor terbesar dalam satu tahun terakhir (2013-2014) adalah ke Amerika Serikat sebesar 68,25%, dan peningkatan ekspor terbesar adalah ke Belgia sebesar 227,36%. Nilai ekspor pada tahun 2013 menurun tajam, namun tahun 2014, ekspor Italia mulai meningkat meski masih jauh dari nilai ekspor tahun 2012. Tabel 2. Kinerja Ekspor Produk Pala Italia ke Dunia Italy's Export Partners of HS 090811 (Nutmeg) 2010 - 2014 Value: Million USD Rank Country 2012 World 1 Germany 2 Spain 3 Belgium 4 5 6 United Kingdom 7 United States 8 Slovakia 9 Netherlands 10 - 2014 Trend (% ) 12-14 Change (% ) 14/13 4.62 2.03 2.10 -32.62 3.34 3.31 0.58 1.14 -41.21 95.46 0.40 0.64 0.29 -15.56 -54.71 - 0.29 0.06 0.20 -16.68 227.36 Greece - 0.24 0.18 0.18 -15.19 -2.23 France - 0.07 0.13 0.12 29.64 -7.90 0.05 0.11 0.08 19.12 -28.56 0.04 0.06 0.02 -32.61 -69.25 0.00 0.02 0.02 226.57 -29.79 0.01 0.03 0.01 23.86 -56.60 0.01 0.01 0.01 10.91 -21.88 Brazil - 2013 - Sedangkan dengan Indonesia, Italia tidak memiliki nilai ekspor. Hal ini dikarenakan pasokan produk HS 090811 Italia mayoritas dikuasai oleh Indonesia. Tabel 3. Neraca Perdagangan Produk Pala Antara IndonesiaItalia Page 8 Italy-Indonesia Balance of Trade - HS 090811 (Nutmeg) 2010 - 2014 Value: Million USD 2010 Export Import Balance of Trade 2011 2012 2013 2014 Trend (%) Change (%) 12-14 14/13 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 - - 0.00 0.00 10.41 10.38 8.08 -11.88 -22.12 0.00 0.00 -10.41 -10.38 -8.08 Source: WTA/Istat II.2 Potensi Pasar Produk Buah pala di Italia Pala digunakan untuk rempah-rempah dalam roti, kue, pudding, saus, sayuran, dan minuman. Beberapa produk komersil lain yang juga dihasilkan oleh pala adalah minyak atsiri, oleoresin tersari, dan mentega 7. Selain itu, pala juga dapat digunakan untuk campuran membuat parfum. Pala digunakan pada banyak masakan Italia. Di Eropa, pala dipakai untuk membuat kue, biskuit dan manisan buah. Pala juga digunakan untuk campuran saus keju dan fondue. Selain itu, pala juga disajikan dengan sayur bayam, dan sebagai campuran tortellini dan lasagna. Cita rasa pala sendiri sudah terkenal sejak jaman Romawi kuno. Selain makanan, pala juga berkhasiat untuk kesehatan, terutama untuk pencernaan dan masalah pada perut. Kinerja impor pala Italia di tahun 2014 secara keseluruhan mengalami penurunan. Dalam kurun waktu dua tahun (2012-2014) kinerja impor pala menurun sebesar 11,49%, dan dalam satu tahun terakhir, yaitu dari 2013 ke 2014 menurun lebih tajam yaitu sebesar 20,85% dari USD 10,78 Juta menjadi USD 8,53 Juta. Penurunan terbesar impor pala Italia terjadi pada impor pala dari Vietnam (100%), Slovakia (53,23%), Indonesia (22,12%), dan Spanyol (20,21%). Turunnya impor pala Italia seiring dengan menurunnya permintaan pasar internasional atas pala. Data dari Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), menunjukkan bahwa volume permintaan pala dalam lima tahun 7 “Buah Pala,” Wikipedia, 12 Maret 2014, diakses pada 7 Agustus 2015, https://ms.wikipedia.org/wiki/Buah_pala Page 9 terakhir turun sekitar 5,86%8. Harga pala dunia juga mengalami penurunan. Menurut Kepala Bagian Ekonomi dan Perdagangan Uni Eropa Harvey Rousey, penurunan ini diakibatkan oleh perlambatan perekonomian global yang turut mengurangi daya konsumsi9. Tabel 4. Kinerja Impor Produk Pala Italia Berdasarkan Negara Asal Italy's Import Partners of HS 090811 (Nutmeg) 2010 - 2014 Value: Million USD Rank Country 2012 World 2013 2014 Trend (% ) 12-14 Change (% ) 14/13 -20.85 10.89 10.78 8.53 -11.49 10.41 10.38 8.08 -11.88 -22.12 0.31 0.09 0.26 -8.75 174.46 0.03 0.08 0.06 49.03 -20.21 0.02 0.02 0.04 44.03 91.61 - 0.08 0.02 0.04 -31.29 94.27 Sri Lanka - 0.02 0.02 0.02 8.25 6.90 7 Portugal - 0.00 0.00 0.01 #NUM! #DIV/0! 8 Austria - 0.00 0.00 0.01 14.52 27.04 9 Slovakia - 0.00 0.00 0.00 144.15 -53.23 0.00 0.00 0.00 -20.02 -8.45 0.01 0.00 0.00 #NUM! #DIV/0! 0.00 0.15 0.00 #NUM! 1 Indonesia 2 Netherlands 3 Spain 4 Germany 5 France 6 10 United Kingdom 11 India 12 Vietnam - - -100.00 Source: WTA/Istat Selain Indonesia, Negara Asia selain Indonesia yang mampu berada di sepuluh besar Negara partner impor produk pala Italia adalah Sri Lanka. Tabel 5. Sepuluh Besar Negara Partner Impor Produk Pala Italia 8 “Petani Sulut Keluhkan Lesunya Harga Pala,” Industri, 25 Juni 2015, diakses pada 7 Agustus 2015, http://industri.bisnis.com/read/20150625/99/447207/petani-sulut-keluhkan-lesunyaharga-pala 9 Ibid. Page 10 Italy's TOP 10 Import Partners of HS 090811 (Nutmeg) Rank Share (% ) 2014 Country 1 Indonesia 2 Netherlands 3 Spain 4 Germany 5 France - 0.47 6 Sri Lanka - 0.29 7 Portugal - 0.07 8 Austria - 0.07 9 Slovakia - 10 United Kingdom - 94.77 - 3.05 - 0.76 - 0.50 0.02 - 0.01 Source: WTA/Istat Ekspor pala Indonesia ke Italia juga ikut mengalami penurunan. Selain karena menurunnya kinerja perekonomian global, penurunan impor pala Italia dari Indonesia ini juga disinyalir akibat kembalinya Granada sebagai salah satu eksportir pala10. Sebelumnya ekspor pala dari Granada sempat berkurang karena bencana alam yang merusak pohon pala, namun saat ini produksi pala Granada telah membaik dan mengambil alih sebagian permintaan ekspor dari Indonesia. Meskipun secara jumlah, nilai ekspor pala Indonesia jauh lebih besar dari Granada, tetapi mutu pala Granada lebih baik dari Indonesia karena proses panen yang baik dan fumigasi yang teratur. Selain Granada, pesaing Indonesia yang menghasilkan pala cukup besar adalah Sri Lanka. Tabel 6. Kinerja Ekspor Indonesia ke Italia Dibandingkan Dengan Negara Lain 10 Ibid. Page 11 Meskipun Grenada adalah penghasil pala kedua terbesar di dunia setelah Indonesia, nilai impor produk pala Grenada ke Italia tidak cukup signifikan untuk menjadi pesaing Indonesia. Tabel 7. Kinerja Ekspor Grenada ke Dunia11 11 “Export destinations of Grenada 2012,” Observatory of Economic Complexity, diakses pada 10 Agustus 2015, https://atlas.media.mit.edu/en/explore/tree_map/hs/export/grd/show/all/2012/ Page 12 II.3 Regulasi Produk Buah pala di Italia Sebagai anggota Uni Eropa, Italia memiliki kebijakan impor yang mengacu pada kebijakan yang telah ditetapkan oleh Uni Eropa12. Tabel 7. Kebijakan dan Regulasi Ekspor Produk Pala yang diterapkan oleh Uni Eropa Dasar Hukum Deskripsi Singkat Keamanan Produk Secara Umum Legislasi Directive 2001/95/EC of the European Parliament and of the Council Kadar Kontaminan Makanan - Council Regulation (EEC) No 315/93 of 8 February 1993 - Regulation (EC) No 1881/2006 of 19 December 2006 Semua produk di pasar Uni Eropa termasuk produk jasa dan tidak termasuk produk barang antik harus patuh pada syarat dan ketentuan Directive 2001/95/EC of the European Parliament and of the Council yang dirancang untuk melindungi kesehatan dan keselamatan pelanggan. Termasuk di dalamnya adalah: persyaratan keamanan umum, kewajiban produsen dan distributor, dan pengawasan pasar. Sebagai perlindungan terhadap konsumen, Uni Eropa mensyaratkan agar kadar kontaminan yang terkandung dalam produk bahan makanan yang diimpor. Peraturan kandungan residu pestisida pada tumbuhan dan hewan yang dikonsumsi manusia - Regulation (EC) No 1107/2009 of the European Parliament and of the Council - Regulation (EC) No 396/2005 of the European Parliament and of the Council Regulasi ini berisi aturan dan prosedur perihal substansi aktif yang dipasarkan di Uni Eropa dan otorisasi oleh negara anggota perihal kandungan tanaman yang dilindungi. Regulasi kedua berisi peraturan tentang kandungan residu pestisida pada tumbuhan. Peraturan ini memastikan pestisida yang digunakan adalah yang termasuk dalam positive EU list. Pengendalian kesehatan bahan makanan berbahan dasar nonhewani 1. Regulation (EC) No 852/2004 of the European Parliament and of the Council. 2. Special provisions on Genetically Modified (GM) food and novel food of Regulation (EC) No Impor bahan makanan berbahan dasar nonhewani harus memenuhi persyaratan umum pencegahan resiko penyakit masyarakat dan perlindungan konsumen sebagai berikut: 1. Persyaratan umum higienitas bahan makanan, 2. Persyaratan umum perihal kontaminan pada bahan makanan, 3. Persyaratan khusus Modifikasi Genetik pada bahan makanan, 4. Persyaratan umum pada proses persiapan bahan makanan, 12 “My Export,” 30 Juni 2015, diakses pada 8 Agustus 2015, http://www.exporthelp.europa.eu/thdapp/form/output?action=tariff&prodLine=80&mode=spec ificRequirements&status=null&simDate=20150806&languageId=en&cmd=chap&taricCode=0908 110000&partnerId=ID&reporterId=IT&simulationDate=06%2F08%2F2015&submit=Search Page 13 Legislasi Traceability, kepatuhan, dan kebertanggun gjawaban Labelling Regulasi produk organik (tidak wajib) Dasar Hukum 1829/2003 of the European Parliament and of the Council 3. Regulation (EC) No 258/97 of the European Parliament and of the Council Regulation (EC) No 178/2002 of the European Parliament and of the Council Regulation (EU) No 1169/2011 of the European Parliament and of the Council on the provision of food information to consumers Council Regulation (EC) No 834/2007 Deskripsi Singkat 5. Pengendalian resmi bahan makanan. Regulasi Bahan Makanan dari Uni Eropa tidak hanya menanamkan komitmen pada perlindungan dan kesehatan manusia tapi juga perlindungan hewan dan tumbuhan. Pelabelan pada bahan makanan yang beredar di pasar Uni Eropa harus memenuhi standar informasi yang perlu diketahui oleh konsumen antara lain: nama makanan, bahan dasar, kuantitas, tanggal kadaluarsa, cara dan kondisi penyimpanan dan atau penggunaan, negara asal (country of origin), petunjuk penggunaan, kadar alkohol, lot marking, kandungan nutrisi. Untuk di Italia, label harus minimal tersedia dalam bahasa Italia. Peraturan ini berisi detail persyaratan untuk produk dapat dianggap organik. II.4 Saluran Distribusi Produk Buah pala di Italia Produk rempah-rempah Indonesia, termasuk pala, dapat memasuki pasar Uni Eropa melalui importir, broker/agen, pemroses/penggiling (processor), sektor industri (food processor), dan pedagang retail. Ketebalan tanda panah dibawah mengindikasikan pentingnya alur distribusi dari Negara berkembang seperti Indonesia: Page 14 Sumber: CBI Importir adalah perantara antara eksportir dengan end user industri dan retail. Importir membeli dalam kuantitas bulk dan memiliki kontrak jangka panjang dengan pemasok. Selain importir pada umumnya, di Uni Eropa juga terdapat specialized importers yang fokus pada produk premium dan bersertifikat (organik, fair trade, dll), varian produk eksotis dan atau rempah kualitas tinggi. Sedangkan broker/agen, tidak membeli produk dari pemasok, hanya mempertemukan penjual dan pembeli dan bekerja dengan komisi (0,5-2%)13. Memasuki pasar ekspor Italia melalui broker menjadi pilihan yang menarik bila ekspotir tidak memiliki pengetahuan yang cukup akan pasar Italia dan berhubungan dengan importir baru. Processor biasanya membeli rempah dalam partai besar dengan kualitas dan persyaratan yang spesifik. Perusahaan ini biasanya melakukan pemrosesan untuk dipasok ke kalangan industri besar. Untuk ekspor ke Sektor Industri, lebih tepat dilakukan oleh pengekspor yang dapat memenuhi standar kualitas tinggi dalam hal pelayanan, kualitas, dan volume produk. Biasanya Sektor Industri jarang mengimpor barang langsung dari negara produsen. Saluran distribusi terakhir adalah langsung ke pedagang retail. Namun pada prakteknnya hal ini jarang dilakukan. 13 “Market Insights for Indonesian Spices,” CBI Ministry of Foreign Affairs, diakses pada 12 Agustus 2015, http://www.cbi.eu/sites/default/files/study/tailored-information-indonesianspices-eu-market-insights-indonesia-europe-spices-herbs-2013.pdf Page 15 II.5 Hambatan dan Tantangan Hambatan dan tantangan terhadap produk pala Indonesia yang diekspor ke Italia dapat dirumuskan menjadi dua faktor, yaitu eksternal dan internal. Eksternal adalah yang berasal dari luar rantai produksi pala Indonesia, sedangkan internal adalah hambatan dan tantangan yang berasal dari petani dan eksportir pala sendiri. Berikut untuk lebih jelasnya: Hambatan dan tantangan internal Hambatan utama dari pala Indonesia adalah kualitasnya. Proses pengolahan pasca panen pala masih menyebabkan tumbuhnya jamur aflatoksin yang membahayakan kesehatan. Mutu pala harus terjaga mulai dari hulu ke hilir dalam pemrosesannya agar dapat menghasilkan pala berkualitas. Berdasarkan data dari Rapid System Alert System on Food and Feed (RASF), sejak 2009-2012 Indonesia telah menerima 21 notifikasi terkait kandungan aflatoksin untuk pala ke Eropa14. Untuk mengatasi hal ini, Kementrian Pertanian dan EU Food and Veterinary Office telah melakukan inspeksi untuk memverifikasi sistem pengawasan keamanan pangan. Tidak terjaganya kualitas pala menggiring pala Indonesia pada hambatan dan tantangan eksternal berikut ini. Hambatan dan tantangan eksternal Hambatan dan tantangan eksternal yang terus menerus dihadapi Indonesia adalah persaingan produk pala dari negara lain. Menurut rincian kualifikasi jenis pala dari Food and Agriculture Organization (FAO)15, pala Grenada terkenal dengan kualitasnya yang relatif lebih terjaga dari pala Indonesia. Grenada sempat terserang bencana alam dan berimbas pada menurunnya produk pala, namun saat ini pala Grenada telah kembali di pasar internasional dan menjadi pesaing utama pala Indonesia. Untuk mendukung upaya perbaikan kualitas pala, perlu dilakukan sosialisasi dan pendampingan kepada 14 “Kementrian Pertanian Terus Tingkatkan Mutu Pala,” Tribunnews, 30 Juni 2015, diakses pada 10 Agustus 2015, http://m.tribunnews.com/kementan/2015/06/30/kementerian-pertanianterus-tingkatkan-mutu-pala 15 “Nutmeg and derivatives,” FAO Corporate Document Repository, diakses pada 10 Agustus 2015, http://www.fao.org/docrep/v4084e/v4084e0b.htm Page 16 petani dan pengekspor pala mengenai peraturan yang berlaku di Italia. III PELUANG DAN STRATEGI III.1 Peluang Saat ini, permintaan pala organik semakin banyak, dan pala Indonesia telah lama dikenal. Hal ini menjadi peluang yang baik bagi pengembangan pala di Indonesia. Pala sebagai bahan baku pembuatan minyak atsiri yang memiliki citarasa dan khasiat yang khas akan tetap tinggi. Untuk itu, pala Indonesia harus terjaga kualitasnya. Agar kualitas dapat terjaga, penanganan pala selama panen dan pasca-panen harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut16: Keadaan tanaman pala (bibit, jarak tanam, pemeliharaan) Pemetikan buah pala (buah yang dipetik harus cukup tua) Pengolahan buah pala (pelepasan daging, fuli, dan biji harus tepat) Penyimpanan dan pengemasan. III.2 Strategi No Strategi Deskripsi 1 Strategi Produksi Sosialisasi, workshop, dan pendampingan kepada pengekspor pala Indonesia mengenai aturan-aturan dan prosedur ekspor ke Italia. Meningkatkan sistem jaminan mutu pasca-panen dan penyimpanan. 2 Strategi Produk Outcome Pengusaha akan memahami prosedur dan peluang ekspor sehingga memudahkan dan memotivasi kiinerja ekspor mereka. Pala Indonesia akan dikenal sebagai pala berkualitas, setara atau lebih baik dari pala Grenada. Penggunaan bibit pala Perbanyakan secara unggul klonal (vegetative)17 klonal lebih mudah, 16 Santoso Kismomihardjo, “Pala,” 3 Februari 2015, diakses pada 10 Agustus 2015, http://ngunandiko-ngunandiko.blogspot.it/2015/02/ngunandiko-81-pala-myristica-fragrans.html 17 Sjahrul Bustaman, “Prospek dan Strategi Pengembangan Pala di Maluku,” Perspektif, Desember 2007, diakses pada 8 Agustus 2015, http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/upload.files/File/publikasi/perspektif/PVol6_2_2007/Artikel%202-Pala.pdf Page 17 No 3 Strategi Strategi Promosi Deskripsi Memperpendek rantai pasar dengan sistem “satu pintu” yaitu dengan mendirikan koperasi atau mitra usaha yang mampu membeli produksi pala masyarakat. Outcome cepat, dan mutu dapat lebih meningkat. Proses pemasaran dapat langsung ke pembeli nasional dan internasional, tanpa melalui tengkulak. Mengikuti pameran 18th Memperkenalkan International Food produk pala Indonesia Exhibition, CIBUS pada ke importir Italia. tanggal 9-12 May 2016. IV INFORMASI PENTING 4. 1 Alamat dan Website Penting 1. Kedutaan Italia di Indonesia. Jl. Dipenogoro 45 Jakarta 10310, Indonesia. 2. Kamar Dagang Italia di Indonesia. Italian Business Association Indonesia (IBAI). Wisma BRI II, 15th Floor, Suite 1501 Jend. Sudirman No. 44 46 Jakarta 10210 IndonesiaTel: +62 (21) 5713540 ; Fax: +62 (21) 571-9013. Email: [email protected]. Kontak person: Dr. Luigi Carlo Gastel (President) 3. Promosi Perdagangan Indonesia di Italia. ITPC MILAN, Via Vittor Pisani No.8 Piano 6° Milan, Italia. 4. Perwakilan Indonesia di Italia. Ambasciata della Repubblica di Indonesia, Via Campania 53-55,00187 Roma, Italia.Tel: +39064200911; Fax: +39064880280 / +390648904910 5. Pihak Yang Dihubungi Bila Terjadi Dispute. Departemen Perdagangan Luar Negeri Italia (Instituito Nazionale per il commercio) Estero http://www.ice.gov.it/. Kementrian Page 18 perdagangan Italiahttp://www.mincomes.it/. atau http://europa.eu/abc/governments/index_en.htm 6. Untuk Memastikan Nilai Mata Uang Euro Untuk memastikan nilai tukar euro dengan mata uang lainnya, dapat dilakukan dengan mengakses http://www.oanda.com/Atau dapat juga melalui Euromonitor International (agensi riset) E-mail: mailto:[email protected]://www.euromonitor.com 7. International Chamber of Commerce. E-mail: mailto:[email protected]. http://www.iccwbo.org 8. International Trade Centre UNCTAD/ WTO E-mail: mailto:[email protected]. http://www.intracen.org 9. Organisasi Promosi Perdagangan Italia ICE, National Institute for Foreign Trade. Address: Via Liszt 21, 00144 Rome, Italy. Telephone: (39) 6-59921 Telefax: (39) 659926900 10. Informasi produk dapat dilihat di Eurostat dan Italian National Statistics (http://www.istat.it). 11. Peraturan dan persyaratan yang harus dipenuhi untuk ekspor ke Italia dapat dilihat di situs CBI Ministry of Foreign Affairs di http://www.cbi.eu/ 12. Referensi untuk syarat dan ketentuan memulai bisnis di Italia disediakan oleh World Bank di situs http://www.doingbusiness.org/data/exploreeconomies/italy/#enfor cing-contracts 4. 2 Major player 1. La Cosentina SRL, Via Camigliatello Z.I., 87046 Montalto U. (Cs), Italy. Tel: +390984934728. Fax: +390984937087. Email: [email protected]. http://www.lacosentina.com/contattaci 2. Dust SRL, Aldo Moro I Traversa, 4 – 83024 Monteforte Irpino, Avellino, Italy. http://www.dustsrl.com/home.aspx?eng Page 19 3. Mercato del Gusto, Via Paolo Biganzoli 4 – 21040 Jerago con Orago, Italy. Tel: +393404989030. http://www.mercatodelgusto.it/contatti 4. Zafferano-Le Protto, Bonetti S.p.a., Via delle Forze Armate 320, 20152, Milano, Italy. Tel: +39024562082. Fax: +390248910769. Email: [email protected]. http://www.zafferano- leprotto.it/Contatti/Bonetti-Spa.html 5. Borghini s.r.l., Via Thomas Edison, 27-29, 52100, Arezzo, Italy. Tel: +390575382821. Fax: +390575381574. Email: [email protected]. http://www.borghinishop.it/ REFERENSI “Pala.” Wikipedia. Diakses 30 Juli 2015. https://id.wikipedia.org/wiki/Pala Page 20 “Where did Italy import Nutmeg from in 2013.” The Atlas of Economic Complexity. Diakses 30 Juli 2015. http://atlas.cid.harvard.edu/explore/tree_map/import/ita/show/0908/2013/ “Nutmeg.” Wikipedia. 6 Agustus 2015. Diakses 6 Agustus 2015. https://en.wikipedia.org/wiki/Nutmeg#Nutmeg_butter “Nutmeg.” New World Ecyclopedia. 2 Februari 2015. Diakses pada 6 Agustus 2015. http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Nutmeg Subagyo. “Uni Eropa tolak pala Indonesia.” Antaranews. 6 Maret 2015. Diakses pada 6 Agustus 2015. http://www.antaranews.com/berita/483770/uni-eropa-tolak-pala-indonesia “Uni Eropa tolak pala Indonesia.” Republika Online. 6 Maret 2015. Diakses pada 7 Agustus 2015. http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/15/03/06/nksjrl-uni-eropatolak-pala-indonesia “Buah Pala.” Wikipedia. 12 Maret 2014. Diakses pada 7 Agustus 2015. https://ms.wikipedia.org/wiki/Buah_pala “Petani Sulut Keluhkan Lesunya Harga Pala.” Industri. 25 Juni 2015. Diakses pada 7 Agustus 2015. http://industri.bisnis.com/read/20150625/99/447207/petani-sulut-keluhkanlesunya-harga-pala “Export destinations of Grenada 2012.” Observatory of Economic Complexity. Diakses pada 10 Agustus 2015. https://atlas.media.mit.edu/en/explore/tree_map/hs/export/grd/show/all/201 2/ “My Export.” 30 Juni 2015. Diakses pada 8 Agustus 2015. http://www.exporthelp.europa.eu/thdapp/form/output?action=tariff&prodLin e=80&mode=specificRequirements&status=null&simDate=20150806&lang Page 21 uageId=en&cmd=chap&taricCode=0908110000&partnerId=ID&reporterId= IT&simulationDate=06%2F08%2F2015&submit=Search “Market Insights for Indonesian Spices.” CBI Ministry of Foreign Affairs. Diakses pada 12 Agustus 2015. http://www.cbi.eu/sites/default/files/study/tailored-information-indonesianspices-eu-market-insights-indonesia-europe-spices-herbs-2013.pdf “Kementrian Pertanian Terus Tingkatkan Mutu Pala.” Tribunnews. 30 Juni 2015. Diakses pada 10 Agustus 2015. http://m.tribunnews.com/kementan/2015/06/30/kementerian-pertanianterus-tingkatkan-mutu-pala “Nutmeg and derivatives,” FAO Corporate Document Repository, diakses pada 10 Agustus 2015, http://www.fao.org/docrep/v4084e/v4084e0b.htm Santoso Kismomihardjo, “Pala,” 3 Februari 2015, diakses pada 10 Agustus 2015, http://ngunandikongunandiko.blogspot.it/2015/02/ngunandiko-81-pala-myristicafragrans.html Sjahrul Bustaman. “Prospek dan Strategi Pengembangan Pala di Maluku.” Perspektif. Desember 2007. Diakses pada 8 Agustus 2015, http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/upload.files/File/publikasi/perspe ktif/P-Vol6_2_2007/Artikel%202-Pala.pdf Page 22