Kemiskinan

advertisement
Kemiskinan
Pengertian
1. Menurut Parsudi Suparlan
Kemiskinan merupakan suatu standart tingkat kehidupan yang
rendah yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada
sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standart
kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat bersangkutan.
2. Mubyarto
• Kemiskinan adalah keadaan penghidupan dimana orang tidak dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya.(khususnya pangan)
• Jadi ukuran untuk menentukan miskin tidaknya seseorang dilihat
pada bisa tidaknya penduduk tsb memenuhi kebutuhan dasarnya
khususnya pangan, dan apabila ini dijadikan ukuran maka
kemiskinan itu dikatakan kemiskinan absolut
Lanjutan
3. Vidhandika Moeljarto
• Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi dimana
tingkat pendapatan seseorang tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan pokoknya.
4 Menurut Soerjono Soekanto
• Kemiskinan adalah suatu keadaan damana
seseorang tdk sanggup memelihara dirinya sesuai
dng taraf kehidupan kelompok dan juga tdk
mampu memanfaatkan tenaga mental maupun
fisiknya dlm kelompok tsb
Lanjutan
5. Schille mengatakan bahwa
• kemiskinan adalah ketidak sanggupan untuk
mendapatkan barang-barang dan pelayanan–
pelayanan yg memadai untuk memenuhi kebutuhan
sosial yg terbatas.
6 Menurut Sunyoto Usman
• Kemiskinan adalah sebuah kondisi kehilangan
(deprevation) terhadap sumber-sumber pemenuh
kebutuhan dasar yang berupa pangan, sandang, papan,
pendidikan dan kesehatan. Mereka yang berada dalam
katagori miskin, hidupnya serba kekurangan.
• Menurut Sunyoto Usman
Paling tidak ada tiga macam konsep
kemiskinan yaitu
 kemiskinan absolut,
 kemiskinan relatif dan
 kemiskinan subyektif
Konsep kemiskinan absolut memuat ukuran tertentu yang
konkret (a fixed yardstick). Ukuran ini lazimnya berurientasi
pada kebutuhan hidup minimum anggota masy. (sandang,
pangan dan papan)
Menurut Gunar Adler Karlesan
Aspek kemiskinan absolut dinegara-negara sedang
berkembang, yaitu :
• Bahan pangan
• Air
• Perumahan
• Kesehatandan perawatan
• Pendidikan
• Employment
Konsep kemiskinan relatif dirumuskan berdasarkan the idea of relative
standard yaitu dengan memperhatikan demensi tempat dan waktu.
Dasar asumsinya adalah kemiskinan di suatu daerah berbeda
dengan daerah lainnya, dan kemiskinan pada waktu tertentu
berbeda dng waktu yg lain.
Kosep kemiskinan subyektif dirumuskan berdasarkan perasaan
kelompok miskin itu sendiri. Konsep ini tidak mengenal a fixed
yardstick dan tidak memperhitungkan the idea of relative standard.
Kelompok yang menurut ukuran kita di bawah garis kemiskinan,
boleh jadi kelompok tersebut tidak menganggap dirinya miskin (dan
demikian pula sebaliknya). Dan dalam kelompok yang dalam
perasaan kita tergolong hidup tidak layak, boleh jadi tidak
menganggap dirinya miskin (dan demikian pula sebaliknya)
Emil Salim mengatakan bahwa ada lima karakter
kemiskinan yaitu
• penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktorfaktor produksi sendiri
• Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh
aset produksi dengan kekuatan orang lain
• Tingkat pendidikan pada umumnya rendah
• Banyak diantara mereka tidak mempunyai fasilitas
• diantara mereka berusia relatif muda dan tidak
mempunyai keteramilan atau pedidikan yang
memadahi.
Menurut Sunyoto Usman sedikitnya ada dua
macam perspektif yang lazim dipergunakan untuk
mendekati masalah kemiskinan, yaitu
perspektif kultural ( cultural perspective) dan
perspektif struktural atau situasional
(situational perspective)
• Masing-masing perspektif memiliki tekanan,
acuan dan metodologi sendiri-sendiri yang
berbeda dalam menganalisa masalah kemiskinan.
Perspektif kultural mendekati masalah kemiskinan pada tiga
tingkat analisis : individual, keluarga dan masyarakat.
• Pada tingkat individual kemiskinan ditandai dengan sifat
yang lazim disebut a strong feeling of marginality, seperti
sikap parokial, apatise, fatalisme, atau pasrah pd nasip,
boros, tergantung dan inferior.
• Pada tingkat keluarga, kemiskinan ditandai dengan jumlah
keluarga yang besar dan free union or consensus marriages
• Pada tingkat masyarakat, kemiskinan terutama ditunjukkan
oleh tidak terintegrasinya kaum miskin dengan institusiinstitusi masyarakat secara efektif. Mereka seringkali
memperoleh perlakuan sebagai obyek yang prlu digarap
daripada sebagai subyek yang perlu diberi peluang untuk
berkembang
Menurut Perspektif Situasional masalah kemiskinan dilihat sebagai
dampak dari sistem ekonomi yang mengutamakan akumulasi
kapital dan produk-produk tekologi modern.
• Penetrasi kapital antara lain mengejawantah dalam programprogram pembangunan yang dinilai lebih mengutamakan
pertumbuhan (growth) dan kurang memperhatikan pemerataan
hasil pembangunan.
• Program-program itu antara lain berbentuk intensifikasi,
ekstensifikasi dan komersialisasi pertanian untuk menghasilkan
pangan sebesar-besarnya guna memenuhi kebutuhan nasional dan
eksport.
• Program-program pembangunan semacam ini memang telah
berhasil meningkatkan produksi secara besar-besaran tetapi hanya
kelompok kaya yang dapat memanfaatkan surplus itu.
Mengapa demikian?
Pertama, berkaitan dengan akumulasi modal
•
Kelompok kaya memperoleh kesempatan yang lebih banyak untuk
mendapat aset-aset tambahan yang datang bersamaan dengan
perkebangan tekologi modern. Konsekwensinya mereka lebih cepat
berkembang
Kedua, berkaitan dengan fungsi lembaga
• Dalam rangka menunjang introduksi teknlogi baru, dibentuk
lembaga-lembaga ekonomi. Lembaga-lembaga ini sangat
dibutuhkan karena adanya perubahan teknologi, fungsi produksi,
struktur pasar, dan preferensi konsumen ikut berubah.
• Dalam kenyataannya, lembaga lembaga semacam ini tidak bisa
deberikan secara optimal kepada semua lapisan masyarakat. Hanya
kelompok kaya yang dapat menikmatinya.
Kedua hal tersebut dituduh menciptakan “Kolonialisme
internal” dalam kehidupan masyarakat
• Apabila kita menganggap bahwa kemiskinan berkaitan
dengan kultural, kita perlu menyusun strategi yang mampu
meningkatkan etos kerja kelompok miskin, meningkatkan
pendidikan supaya lebih memiliki pola pikir yang melihat ke
masa depan, dan menata kembali institusi-institusi
ekonomi supaya dapat mewadahi kebutuhan serta aspirasi
kelompok miskin.
• Sedangkan apabila kita menganggap bahwa kemiskinan
berakar pada masalah struktural, strategi pembangunan
kita perlu dirumuskan kembali. Strategi pembangunan
tidak lagi mementingkan pertumbuhan, tetapi seharusnya
lebih mementingkan pemerataan kesempatan
GARIS KEMISKINAN
Semua ukuran kemiskinan dipertimbangkan berdasarkan
pada norma tertentu. Norma yang sangat penting
dalam pengukuran kemiskinan berdasarkan konsumsi.
Garis kemiskinan berdasarkan konsumsi terdiri dari dua
elemen:
• Pengeluaran yang diperlukan untuk membeli standart
gisi minimum dan kebutuhan kebutuhan mendasar
lainnya
• Jumlah kebutuhan lain, yang mencerminkan biaya
partisipasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari
Jelas bahwa setinggi apapun tingkat pendapatan
nasional per kapita yang dicapai oleh suatu
negara, selama distribusi pendapatan tidak
merata maka tingkat kemiskinan di negara
tersebut pasti tetap parah.
• Demikian pula sebaliknya, semerata apapun
distribusi pendapatan di suatu negara, jika
tingkat pendapatan nasionalnya tidak mengalami
perbaikan maka kemelaratan juga akan semakin
meluas.
BPS menggunakan batas miskin dari besarnya
rupiah yang dibelanjakan perkapita sebulan untuk
memenuhi kebutuhan minimum makanan dan
bukan makanan (BPS 1994).
• Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan
patokan 2.100 kalori per hari.
• Adapun pengluaran kebutuhan minimum bukan
makanan meliputi pengeluaran untuk
perumahan, sandang, serta aneka barang dan
jasa.
Penyebab kemiskinan
• Penduduk negara tersebut menggantungkan
diri pada sektor pertanian yang subsisten,
metode produksi yang tradisional, yang
seringkali dengan sikap apatis terhadap
lingkungan.
• Sharp mencoba mengidentifikasi penyebab
kemiskinan dipadang dari sisi ekonomi
Menurut Gunawan Sumodiningrat:
• Jika diidentifikasi penebab kemskinan sangat kompleks
dan saling terkait, yaitu
• Rendahnya kualitas sumber daya manusia, baik
motivasi maupun penguasaan managemen dan
teknologi
• Kelembagaan yang belum mampu menjalankan dan
mengawal pelaksanaan
• Prasarana dan sarana yang belum merata dan sesuai
dengan kebutuhan pembangunan
• Minimnya modal, dan Berbelitnya prosedur dan
peraturan yang ada.
Sharp mencoba mengidentifikasi penyebab kemiskinan dipadang dari
sisi ekonomi :
• Pertama, secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya
ketidaksamaan pola kepemilikan suberdaya yang menimbulkan
distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya
memiliki sumberdaya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya
rendah
• Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas
sumberdaya manusia.
• Sumberdaya yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang
pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya
ini karena rendahnya pendidikan, nasip yang kurang berutung,
adanya diskriminasi,atau karena keturunan
• Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dan modal.
Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada pada
teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circleof
proverty)
• Adanya keterbelakangan, ketidak sempurnaan pasar,
dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya
produktivitas.
• Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya
pendapatan yang mereka terima.
• Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada
rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya investasi
berakibat pada keterbelakangan , dan seterusnya (
Ragnar Nurkse, ekonom pemb, 1953)
Kemiskinan di pedesaan
•
Salah satu generalisasi yang terbilang paling valid mengenai penduduk miskin adalah bahwasanya
mereka pada umumnya bertempat tinggal di pedesaan, dengan mata pencaharian pokok di bidang
pertanian dan kegiatan-kegiatan lainnya yang erat berhubungan sektor ekonomi tradisional.
•
Data-data aktual dari negara dunia ketiga menunjukkan bahwa sekitar dua pertiga penduduk miskin
di negara berkembang masih menggantungkan hidup mereka dari pola pertanian baik sebagai
petani kecil atau buruh tani yang berpenghasilan rendah.
•
Selanjutnya sepertiga penduduk miskin lainnya kebanyakan juga tinggal di pedesaan dan mereka
semata-mata mengandalkan hidupnya dari usaha jasa kecil-kecillan dan
sebagian lagi bertempat tinggal di daerah-daerah pinggiran kota dan pusat kota dengan berbagai
macam mata pencaharian rendahan, seperti menyapu jalan, pedagang asongan, kuli kasar, atau
usaha kecil-kecilan
Dalam masalah konsentrasi kemiskinan di negara-negara berkembang adalah bahwa perhatian
utama sebagian besar pemerintah negara-negara dunia ketiga justru tercurah kedaerah-daerah
perkotaan dan berbagai sektor ekonominya, yaitu sektor industri modern dan komersial. Sementara
itu, investasi pemerintah di bidang pendidikan, kesehatan, perumahan dan pelayanan masyarakat di
pedesaan justru kurang memadai karena sebagian besar dananya telah tercurah ke sektor-sektor
modern diperkotaan
Karena sebagian besar penduduk miskin tinggal dipedesaan, maka sebenarnya setiap kebijakan
pemerintah yang ditujukan untuk daerah tersebut melalui program-program pembangunan
pedesaan pada umumnya dan melalui pembenahan sektor-sektor pertanian pada khususnya.
•
•
•
Perkembangan tingkat kemiskinan di indonesia Th.
1996-2007
• Perkembangan tingkat kemiskinan di indonesia Th. 19962007
• 1996-1999 jmlh penduduk miskin meningkat 13,96 jt, dari
34,01 jt menjadi 47,97 jt
• 1999-2002 jmlh penddk miskin menurun 9,57 jt dari 47,97
jt menjadi 38,40 jt
• 2002-2005 jmlh penddk miskin menurun 3,3 jt yaitu dari
38,40 jt menjadi 35,10 jt
• 2005-2006 jmlah penddk miskin naik 4,20 jt dari 37,10 jt
menjadi 39,30 jt.
• Jumlah penduduk miskin di indonesia pada bulan maret
2007 sebesar 37,17 jt. Dibandingkan dengan jumlah
penduduk miskin bulan maret 2006 yang berjumlah 39,30 jt
berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,13 jt.
Jumlah penduduk miskin di pedesaan bulan maret
•
Th 2006 berjumlah 24,81 persentase penduduk miskin 21,81
•
Th. 2007 berjumlah 23,61 persentase penduduk miskin 20,37
•
berarti terjadi penurunan jmlh penduduk miskin 1,20 jt atau
1,44%
Jumlah penduduk miskin di perkotaan bulan maret
•
Th 2006 berjumlah 14,49 persentase penduduk miskin 13,47
•
Th. 2007 berjumlah 13,56 persentase penduduk miskin 12,52
•
berarti terjadi penurunan jmlh penduduk miskin 0,93 atau 0,93%
Download