faktor kejiwaan Menentukan keberhasilan Perawatan

advertisement
Tinjauan Pustaka
Faktor Kejiwaan Menentukan Keberhasilan
Perawatan Gigi Manula
Eri H. Jubhari*, Moh Dharmautama*, Ulfarica DD. Ananda**, Arwiny W. Hipi**, Herman**
*Bagian Prostodonsia, **Mahasiswa tahapan profesi Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia
ABSTRAK
Menua (aging) merupakan proses alami yang disertai penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi. Psikopatologi pada manula berupa gangguan situasional, depresi, kecemasan, intelektual, paranoid, dan mental kronik. Masalah psikologis terutama muncul bila manula tidak berhasil menemukan jalan keluar
dari masalah. Perlu disadari juga bahwa pasien berusia lanjut memerlukan waktu lebih lama untuk mempelajari
tugas baru, atau untuk mengingat informasi baru. Penatalaksanaan pasien berusia lanjut harus didasari perhatian, akal sehat, kasih sayang, tetapi tetap berlandaskan pengetahuan. Meningkatnya jumlah manula diperkirakan akan meningkatkan kebutuhan perawatan gigi yang holistik dan efisien. Selain itu, kegiatan baru mengenai
pembersihan gigi tiruan umumnya dianggap sebagai menambah kesibukan. Pasien berusia lanjut membutuhkan
penanganan khusus, yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan perawatan gigi yang diberikan pada pasien
tersebut.
Kata kunci: Faktor kejiwaan, perawatan gigi pada manula
PENDAHULUAN
Pada tahun 2025 jumlah penduduk berusia
lanjut di Indonesia diperkirakan meningkat
pesat. Menjadi tua berarti mengalami beragam perubahan baik fisik dan psikososial
sejalan bertambahnya umur. Menua merupakan bagian dari proses kehidupan yang
tidak bisa dihindari, namun kualitas hidup
harus diupayakan tetap terjaga sehingga
dapat sehat, aktif, dan mandiri.
Dengan meningkatnya jumlah penduduk
yang berusia lanjut bisa diasumsikan populasi yang dapat mempertahankan giginya
juga akan meningkat. Tetapi keberadaan
gigi dalam mulut golongan penduduk
berusia lanjut tidak luput dari masalah
akibat lanjutnya usia tersebut. Oleh karena itu, masalah perawatan gigi golongan
ini perlu dipahami agar dapat direncanakan suatu perawatan terpadu yang lebih
efisien.
Artikel ini akan membahas pengaruh faktor
kejiwaan terhadap keberhasilan perawatan
gigi pada usia lanjut, yang berperan penting dalam menunjang prognosis perawatan gigi.
106
CDK-190 OK.indd 106
Psikologi usia lanjut
Usia lanjut merupakan suatu periode kehidupan yang ditandai dengan perubahan
atau penurunan fungsi tubuh, yang awal
mulainya berbeda-beda untuk setiap individu. Memasuki usia lanjut biasanya didahului oleh penyakit kronik, berhentinya
aktivitas, serta pengalihan energi dan kemampuan ke peran baru dalam keluarga.1
Beberapa masalah umum yang unik adalah
keadaan fisik lemah dan tidak berdaya sehingga harus bergantung pada orang lain,
menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan kondisi
fisik, mencari teman baru untuk menggantikan pasangan hidup yang telah tiada atau
cacat, mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang, belajar memperlakukan anak sebagai orang dewasa, mulai
terlibat dalam kegiatan masyarakat, mulai
merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang
sesuai untuk manula dan memiliki kemauan
untuk mengganti kegiatan lama yang berat
dengan kegiatan yang lebih cocok.
Masalah psikologis terutama muncul bila
tidak ditemukan jalan keluar masalah yang
timbul akibat proses menua. Gangguan
emosional, kecemasan, apalagi stres berat
secara tidak langsung mengganggu kesehatan fisik. Rasa tersisih, tidak dibutuhkan
lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan
baru misalnya: penyakit kronis, kematian
pasangan, merupakan sebagian perasaan
yang harus dihadapi. Perubahan-perubahan
hendaknya dapat diantisipasi dan diketahui
sejak dini sebagai bagian dari persiapan
memasuki masa tua. Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan dapat melindungi diri
dari ancaman di masa tua.1
Psikopatologi usia lanjut
Gangguan cemas
Bagi ahli psikologi, cemas merupakan hasil
interaksi yang kompleks antara berbagai
bagian kepribadian.2 Cemas adalah perasaan difus, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak menentu dan kabur tentang
sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau beberapa reaksi
badaniah khas dan berulang. Perasaan ini
dapat berupa rasa kosong di perut, dada
sesak, jantung berdebar, keringat berlebihan, nyeri kepala atau rasa mau buang
air kecil dan besar; disertai rasa ingin ber-
CDK-190/ vol. 39 no. 2, th. 2012
03/02/2012 13:51:35
Tinjauan Pustaka
gerak dan gelisah. Kecemasan adalah perasaan tidak senang yang khas, disebabkan
oleh dugaan bahaya atau frustrasi yang
mengancam yang akan membahayakan
rasa aman, keseimbangan, atau kehidupan
seorang individu atau kelompok biososialnya.3
Gangguan cemas mempengaruhi sistem
urogenital, sistem kardiovaskuler, sistem
gastrointestinalis, sistem pernafasan, dan
sistem muskuloskeletal. Gangguan cemas
cenderung menimbulkan kebingungan,
disertai distorsi persepsi, dan gangguan
orientasi. Distorsi ini akan mengganggu
kemampuan memusatkan perhatian, dan
kemampuan asosiatif.4 Kecemasan pasien
perlu dipertimbangkan karena tidak hanya
mempengaruhi pasien, namun juga dokter
gigi sehingga dapat berpengaruh pada perawatan gigi.2
Gangguan afektif
Gangguan afektif yang paling banyak
ditemukan pada usia lanjut biasanya berupa depresi. Depresi dapat mempengaruhi
perjalanan penyakit fisik dan kualitas hidup5
sehingga membutuhkan penatalaksanaan
bersifat holistik dan seimbang baik aspek
fisik, mental maupun sosial. Prevalensi depresi pada manula di dunia berkisar
8-15%, dengan perbandingan wanita-pria
14,1 : 8,6. Perbandingan prevalensi manula
di rumah sakit dan panti perawatan sebesar
13 : 15.5
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan
dalam terapi yaitu perubahan fisiologi oleh
karena proses menua, status medik atau komorbiditas penyakit fisik, status fungsional,
interaksi antara obat, efektivitas dan efek
samping obat serta dukungan sosial.5
Penatalaksanaan depresi pada usia lanjut
mencakup terapi biologik dan psikososial.
Terapi biologik dapat diberikan dengan
obat-obat antidepresan, terapi kejang listrik, terapi sulih hormon dan transcranial
magnetic stimulation (TMS). Sementara
terapi psikososial bertujuan mengatasi masalah psikoedukatif, yaitu distorsi pola
pikir, mekanisme coping yang tidak efektif,
hambatan relasi interpersonal. Terapi ini
juga dilakukan untuk mengatasi masalah
sosiokultural, seperti keterbatasan dukungan keluarga, kendala faktor budaya, dan
CDK-190/ vol. 39 no. 2, th. 2012
CDK-190 OK.indd 107
perubahan peran sosial.5 Keterlibatan dan
dukungan keluarga secara aktif sejak awal
terapi akan berdampak positif bagi kelangsungan pengobatan.
Gangguan fungsi kognitif
Gangguan fungsi kognitif merupakan
gangguan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual. Penurunan kualitas
intelektual manula dapat berupa kemampuan proses belajar, kemampuan pemahaman, kinerja, pemecahan masalah, daya
ingat, motivasi, pengambilan keputusan,
dan kebijaksanaan.6
Manusia memiliki kemampuan belajar sejak
lahir sampai akhir hayat, sehingga manula
seyogyanya tetap diberi kesempatan mempelajari hal baru; memberikan kegiatan
yang berhubungan dengan proses belajar
sesuai dengan kondisi manula.7
Sikap berkomunikasi yang hangat akan menimbulkan rasa aman dan diterima. Mereka akan lebih tenang, lebih senang, merasa
aman dan diterima, merasa dihormati dan
sebagainya. Karena kekurangan fungsi
pendengaran, pelayanan manula sebaiknya
dilakukan dengan kontak mata agar mereka
dapat membaca bibir lawan bicaranya.6
Pada manula, masalah-masalah yang dihadapi tentu semakin banyak. Banyak hal
yang dahulunya dengan mudah dapat
dipecahkan menjadi terhambat karena
terjadi penurunan fungsi indra pada lanjut
usia. Hambatan yang lain dapat berasal dari
penurunan daya ingat, pemahaman dan
lain-lain, yang berakibat pemecahan masalah menjadi lebih lama. Dalam menyikapi
hal ini maka dalam pendekatan pelayanan
kesehatan jiwa manula perlu diperhatikan
rasio petugas kesehatan dan pasien lanjut
usia.6,7
Daya ingat adalah kemampuan psikis untuk
menerima, menyimpan dan menghadirkan
kembali rangsangan/peristiwa yang pernah
dialami. Daya ingat merupakan salah satu
fungsi kognitif yang banyak berperan dalam proses berpikir, memecahkan masalah,
maupun kecerdasan, bahkan hampir semua
tingkah laku manusia itu dipengaruhi olah
daya ingat. Pada manula, daya ingat merupakan salah satu fungsi kognitif yang seringkali paling awal mengalami penurunan.
Pada manula yang menderita demensia,
gangguan yang terjadi adalah tidak dapat
mengingat peristiwa yang baru dialami,
akan tetapi hal-hal yang telah lama terjadi,
masih diingat. Keadaan ini sering menimbulkan salah paham dalam keluarga. Oleh
sebab itu dalam proses pelayanan terhadap
manula, sangat perlu dibuatkan tanda-tanda atau rambu-rambu baik berupa tulisan,
atau gambar untuk membantu daya ingat
mereka. Gangguan kognitif dapat berupa
demensia, delirium, delusi dan amnesia.
Demensia yang biasanya terjadi pada usia
di atas 65 tahun, adalah gangguan fungi
kognitif progresif dan ireversibel. Dua penyebab yang paling umum dari demensia
senilis adalah penyakit Alzheimer dan demensia multi-infark. Penyakit ini ditandai dengan kaburnya ingatan, rendahnya
konsentrasi, diikuti dengan melemahnya
intelektualitas dan kemudian acuh terhadap diri sendiri dan tidak mampu merawat
diri. Kebersihan gigi–geligi pada penderita
ini biasanya buruk dan sering dijumpai kesehatan mulut yang rendah. Pada keadaan
ini, penurunan intelektualitas tidak dapat
diperbaiki, pasien sering marah, menarik
diri, dan tidak dapat beradaptasi dengan
gigi tiruan yang digunakannya.7
Paranoid
Paranoid didefinisikan sebagai gangguan
mental yang meyakini bahwa orang lain ingin membahayakan dirinya, yang merupakan kecurigaan tidak rasional. Paranoid merupakan bagian dari skizofrenia. Gangguan
jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa
berat yang dapat dialami sejak muda dan
dapat berlanjut menjadi kronik. Prevalensi
skizofrenia pada manula sekitar 1%.9
Skizofrenia paranoid, ditandai dengan gejala/indikasi adanya delusi atau waham, halusinasi, gejala motorik, gangguan emosi, dan
social withdrawal. Diduga disebabkan oleh
respon psikologis pertahanan diri yang berlebihan terhadap berbagai stres atau konflik
ego.9 Delusi merupakan suatu kondisi adanya keyakinan kuat terhadap isi pikiran yang
sebenarnya salah tetapi tidak dapat dikoreksi melalui bukti-bukti yang ada. Onset usia
gangguan delusi adalah 40-45 tahun, tetapi
dapat terjadi kapan saja. Amnesia merupakan suatu gangguan daya ingat yang ditandai adanya gangguan kemampuan dalam
107
03/02/2012 13:51:36
Tinjauan Pustaka
mempelajari hal-hal baru atau mengingat
hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya
serta menimbulkan hambatan pada fungsi
sosial dan pekerjaan.7,8
PEMBAHASAN
Pengaruh faktor kejiwaan terhadap keberhasilan perawatan gigi pada manula
Bertambahnya usia menimbulkan perubahan yang harus diperhatikan pada perawatan
pasien usia lanjut. Mereka sulit melaksanakan tugas yang membutuhkan gerakan
cepat seperti kebutuhan untuk segera mengendalikan gigi tiruan yang tidak stabil.
Usia lanjut juga memerlukan waktu lebih
lama untuk belajar melaksanakan tugas
baru, atau untuk mengingat informasi baru
yang tidak diberikan secara jelas atau yang
tidak tampak hubunganya secara langsung.10 Selain itu, kegiatan baru mengenai
pembersihan gigi tiruan umumnya dianggap sebagai menambah kesibukan.
Manula menganggap kunjungan ke dokter
gigi sebagai salah satu kesempatan untuk
keluar dari rutinitas. Meskipun demikian,
pasien berusia lanjut membutuhkan penanganan khusus, yang akan berpengaruh
terhadap keberhasilan perawatan gigi pasien tersebut.7
Asuhan bagi pasien lansia
Untuk mendorong pasien usia lanjut datang ke klinik perawatan, perlu disediakan
sarana klinik yang memadai. Lokasi klinik
di lantai dasar adalah ideal, pintu maupun
gangnya harus cukup lebar untuk dilalui
kursi roda. Semua anggota tim dokter harus mempunyai pemahaman memadai tentang masalah usia lanjut serta menunjukkan
perhatian penuh. Pasien cenderung takut
dan tidak mengerti benar tentang perawatan yang akan dihadapinya pada kunjungan
pertama di klinik. Diperlukan waktu untuk
memberikan penjelasan rutin agar pasien
menjadi tenang. Perlu diberitahukan kepada pasien setiap gerakan kursi yang akan
dilakukan, sebagian besar manula merasa
lebih nyaman pada posisi duduk daripada
posisi terlentang.10
Harus dikembangkan keterampilan berkomunikasi yang baik sehingga masalah pada
usia lanjut dapat dinilai setepat mungkin,
rencana perawatan yang realistik dapat disusun, dan pasien mengerti apa yang akan
108
CDK-190 OK.indd 108
dilakukan serta kemungkinan-kemungkinan keterbatasan perawatan yang ada.
Komunikasi dan diskusi hendaknya dilakukan dalam lingkungan yang tenang, tidak
tergesa-gesa, memandang pasien selama
berbicara, berbicara dengan perlahan dan
jelas tetapi tanpa membesarkan hal-hal
yang tidak perlu. Sangat perlu pula memberikan cukup waktu untuk mendengarkan
keterangan-keterangan pasien tentang
masalahnya termasuk mengenai kondisi
rongga mulutnya.10
Manula biasanya mempunyai banyak keluhan rasa sakit dan nyeri. Perlu pula disadari
bahwa nyeri kronis dan depresi biasanya
terdapat bersama-sama, jadi penting untuk
menentukan faktor-faktor penyebabnya.
Misalnya, nyeri yang meluas di bawah suatu
gigi tiruan rahang bawah mungkin disebabkan oleh kebiasaan menggigit kuat yang
telah melukai mukosa dan diawali oleh rasa
cemas di rumah sehingga nyeri itu tidak jelas
lagi apa penyebabnya. Perawatan prostodontik manula cenderung tidak memberikan hasil jangka panjang yang baik. Untuk
asuhan yang efektif diperlukan komunikasi
antara dokter gigi dengan dokter ahli jiwa
untuk menangani pasien.10
Bila diputuskan untuk melaksanakan satu
rangkaian perawatan bagi manula, perlu
sekali diketahui keluhan-keluhan utama, dan
disusun rencana perawatan yang mungkin
dilakukan pada keadaan tersebut. Misalnya,
permintaan untuk merawat pasien mungkin
datang dari keluarganya yang merasa malu
karena gigi tiruannya tidak dipakai lagi
pada pertemuan-pertemuan sosial. Kesehatan pasien mungkin terganggu sedemikian rupa sehingga pengendalian gigi tiruan
rahang bawah yang baik tidak mungkin lagi.
Perawatan realistik hanyalah gigi tiruan atas
saja untuk keperluan penampilan bukan
fungsi. Dokter gigi juga merawat keluarganya selain pasiennya sendiri.10
Sebagai contoh seorang kakek yang berusia 67 tahun yang mengeluh gigi 24 dan 25
goyang derajat 3. Dari pemeriksaan klinik
terlihat banyak kalkulus, terjadi resesi gingiva parah pada hampir semua gigi. Pasien memakai gigi tiruan sebagian, cukup
kooperatif, tapi sewaktu akan dilakukan
perawatan, pasien takut dan cemas kalaukalau giginya yang bermasalah lepas pada
saat perawatan. Selain itu pasien tidak
suka minum obat. Pada awal perawatan
faktor kecemasan harus ditangani terlebih
dahulu dengan modifikasi lingkungan
psikososial dan pemberian obat ansiolitik,
jika perlu rujuk ke dokter ahli jiwa. Selanjutnya dilakukan pemeliharaan kebersihan mulut dan jaringan periodontal secara
adekuat.
Seorang perempuan berusia 70 tahun,
tamatan SLTP, tinggal di panti. Pasien
sudah 5 tahun harus menggunakan kursi
roda. Oleh karena itu ia mengalami depresi dengan keterbatasan fisik, mengucilkan diri, hingga paranoid. Pasien enggan
ke dokter gigi karena perasaan malu dan
tertekan masalah fisik. Ia mengalami xerostomia berat disertai akumulasi kalkulus
dan periodontitis kronis. Dari hasi pemeriksaan diketahui bahwa gigi tiruan sebagian
tidak cekat lagi, longgar dan gigi tiruan
rahang bawah sering terungkit. Dilakukan
kontrol kebersihan mulut secara home
nurse. Scalling dan root planning dilakukan secara adekuat. Untuk kepentingan
penggunaan gigi tiruannya diberikan saliva
buatan, penggunaan obat kumur, dan gigi
tiruannya di-reline dan rebase. Selain itu
pendekatan dokter gigi kepada pasien harus dilakukan dengan seksama dan penuh
penghargaan kepada pasien sehingga dapat tumbuh rasa percaya pasien kepada
dokter giginya.
Seorang laki-laki 76 tahun pensiunan pegawai negeri sipil mengalami gangguan
kognitif. Hasil pemeriksaan menunjukkan
pasien sudah pikun, lamban, dan mengeluh
gigi tiruan penuhnya hilang. Setelah dicari,
gigi tiruan ditemukan telah patah akibat
tertindih benda berat. Perawatan yang
direncanakan jika disetujui pasien adalah
pembuatan gigi tiruan penuh yang baru. Instruksi harus diberikan berulang-ulang dan
perlu bantuan keluarga untuk mengontrol
pemakaian gigi tiruan penuhnya.
Ada beberapa faktor yang perlu mendapat perhatian pada perawatan gigi pasien usia lanjut, khususnya dalam rencana
perawatan pembuatan gigi tiruan. Tidak
semua gigi yang tersisa harus dicabut karena untuk mencabut sisa akar gigi pun
perlu banyak pertimbangan. Dengan kata
lain jangan memaksa pasien membuat gigi
CDK-190/ vol. 39 no. 2, th. 2012
03/02/2012 13:51:37
Tinjauan Pustaka
tiruan penuh. Pasien yang merasa nyaman
dengan gigi tiruannya yang lama sebaiknya
tidak dipaksa membuat gigi tiruan baru. Jarak dimensi vertikal pada pasien usia lanjut
secara fisiologis selalu berkurang dengan
bertambahnya usia, dan sifatnya ireversibel, tetapi jarak free-way space bertambah.
Untuk itu posisi antar-rahang harus ditetapkan secara cermat.11 Pasien usia lanjut umumnya mengalami kemunduran organ dan
akan berpengaruh pada keberhasilan perawatan gigi tiruannya.11
Selain faktor-faktor di atas, pasien usia lanjut sering memperbesar keluhan. Jangan
terlalu banyak memberi janji agar tidak
mengecewakan pasien. Karena kondisi fisik
pasien yang lemah, kunjungan dipersingkat
tapi padat hasil.
Ketidakstabilan emosi sering pula terjadi.
Banyak pasien mengajukan keluhan yang
sebenarnya tidak ada. Berdasarkan asumsi
tersebut, perbaikan gigi tiruan yang longgar dilakukan setelah pemeriksaan klinis
menunjukkan indikasinya. Akan tetapi
penurunan kemampuan mendengar, melihat, mengingat, dan menangkap informasi
akan menyulitkan komunikasi antara dokter gigi dengan pasien, terlebih dengan
koordinasi motorik yang rendah mengaki-
batkan penderita sulit membersihkan gigi
dan rongga mulut, yang pada akhirnya
berdampak pada kemunduran kesehatan
gigi. Kekebalan tubuh yang menurun memungkinkan sel-sel mudah mengalami kerusakan, reaksi alergi, infeksi, serta proses
penyembuhan yang lambat11 berkontribusi
terhadap kemunduran kesehatan gigi pada
manula.
Selain perawatan gigi bidang prostodontik,
perawatan pasien berusia lanjut dapat pula
berupa perawatan terhadap penyakit periodontal. Pasien dengan penurunan kondisi
kejiwaan, cenderung mengalami penyakit
sistemik. Manifestasi penyakit sistemik pada
jaringan periodontal bervariasi tergantung
jenis penyakit, respon individu, dan faktor
lokal. Faktor sistemik saja tidak bisa menyebabkan respons peradangan pada penyakit periodontal, harus ada faktor lokal
yang mendukung. Pada pasien diabetes
melitus, bila faktor lokal rongga mulutnya
buruk, bisa menyebabkan gangguan lebih
lanjut.10 Faktor lokal dalam rongga mulut
yang umum adalah plak dan kalkulus yang
akan memudahkan munculnya manifestasi
penyakit sistemik.
SIMPULAN
Proses menua adalah proses alami yang di-
sertai adanya penurunan kondisi fisik, psiko­
logis maupun sosial yang saling berinteraksi.
Psikopatologi manula, yaitu gangguan situasional, gangguan depresi, gangguan kecemasan, gangguan intelektual, gangguan
paranoid, dan gangguan mental kronik.
Depresi merupakan masalah mental paling
banyak ditemui pada manula dan membutuhkan penatalaksanaan holistik dan seimbang pada aspek fisik, mental dan sosial.
Bentuk gangguan kecemasan, antara lain
gangguan panik, gangguan fobik, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan stres
pasca-trauma, gangguan stres akut, gangguan kecemasan menyeluruh. Gangguan
fungsi kognitif manula dapat berupa penurunan kemampuan belajar, kemampuan
pemahaman, kinerja, pemecahan masalah,
daya ingat, motivasi, pengambilan keputusan, kebijaksanaan. Paranoid adalah penyakit mental yang meyakini bahwa orang
lain ingin membahayakan dirinya.
Permasalahan psikologis muncul terutama bila manula tidak berhasil menemukan
jalan keluar masalah yang timbul akibat
dari proses menuanya. Masalah gigi pada
manula jika ditangani secara holistik dan
dengan pendekatan khusus dapat memberikan hasil yang memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Psychological well being pada lansia. 2007 (Cited 2009 Mar 20). Available from: http://www. psychemate.blogspot.com
2. Pengelolaan tingkah laku pasien pada praktik dokter gigi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2002.
3. Hutagalung EA. Tata laksana diagnosis dan terapi gangguan anxietas. 2007 (Cited 2009 Mar 19). Available from http://www.cerminduniakedokteran.com
4. Ibrahim SA. Menyiasati gangguan cemas. (Cited 2009 Mar 19). Available from http://www/kalbe. menyiasati/12.html
5. Waspadai depresi pada lansia. (Cited 2009 Mar 29). Available from http://www.infogue.com/ waspadaidepresipadalansia
6. Kuncoro HZS. Masalah kesehatan jiwa lansia. 2002 (Cited 2009 Mar 27). Available from http://www.e-psikologi.com/ epsi/lanjutusia_detail.asp?id=182
7. Barnes IE, Walls A. Perawatan gigi terpadu untuk lansia (Gerodontology). Alih bahasa: Hutauruk C. Jakarta: EGC; 2006. p.14-5.
8. Bhalla RN. Depression. (Cited 2009 Mar 27). Available from http://www.emedicine.com/med/ topic532.htm
9. Paranoid. (Cited 2009 Mar 23). Available from http://www.wikipedia.org/wiki/paranoid
10.Basker RM, Davenport JC. Tomlin HR. Perawatan prostodontik bagi pasien tak bergigi. Alih bahasa: Soebekti TS, Arsil H. Jakarta: EGC; 1996. p. 11-7.
11.Pendekatan psikologis bagi manula. (Cited 2009 Mar 24). Available from http://situs.kesrepro.info/ aging/referensi.htm
CDK-190/ vol. 39 no. 2, th. 2012
CDK-190 OK.indd 109
109
03/02/2012 13:51:39
Download