ALBINISME PADA MANUSIA oleh Drs. Agus Hery Susanto, M.S. staf pengajar Fakultas Biologi Unsoed Pendahuluan Secara etimologi albinisme berasal dari kata albus dalam Bahasa Latin yang artinya putih. Albinisme adalah kelainan bawaan berupa ketiadaan atau kekurangan pigmen melanin di kulit, rambut, dan mata. Oleh karena itu, albinisme kadang-kadang disebut juga dengan istilah akromia, akromasia" atau akromatosis (a: tidak; chroma: warna). Kegagalan pembentukan melanin tersebut disebabkan oleh ketiadaan atau kerusakan enzim tirosinase, suatu enzim yang mengandung tembaga dan terlibat dalam pembentukan melanin. Kegagalan ini dapat terjadi secara sempuma atau hanya parsial. tndividu yang sama sekali tidak memiliki pigmen melanin (amelanisme atau amelanosis) dinamakan albino, sedangkan individu yang hanya mengalami kekurangan melanin (hipomelanisme atau hipomelanosis) dinamakan albinoid. Albinisme dapat terjadi pada semua hewan vertebrata, termasuk manusia. Berikut ini akan dijelaskan sekilas perihal tentang albinisme pada manusia. Gejala Albinisme pada Manusia Pada dasamya ada dua mactlm albinisme pada manusi4 yaitu albinisme okulokutaneus dan albinisme okuler. Albinisme okulokutaneus terjadi pada mata, kulit, dan rambut, sedangkan albinisme okuler hanya mengenai mata. Kebanyakan penderita albinisme okulokutaneus nampak putih atau sangat pucat karena sama sekali tidak ada melanin yang bertanggung jawab atas terbenttrknya wama hitam, coklat, atau kekuningan. Sementara itu, penderita albinisme okuler memiliki mata biru muda dan adakalanya membutuhkan pembuktian genetik untuk mendiagnosisnya. Penderita albinisme, terutama okulokutaneus, memiliki kulit yang sangat rentan terhadap radiasi ultraviolet dari sinar matahari. Kulit tersebut sangat mudah terbakar jika terpapar terlalu lama. Hal ini karena tidak ada melanin yang berfungsi ultraviolet. sebagai pelindung terhadap radiasi bio.unsoed.ac.id Jika pada manusia normal biasanya mata berwarna biru atau coklat, tidak demikian halnya pada penderita albinisme. Mata penderita albinisme dapat berwarna merah, merah muda, atau ungu, bergantung kepada kandungan melanin yang ada. Makin sedikit melanin, makin jelas warna merah retina yang terlihat dari lapisan iris. Kurangnya pigmen melanin di mata juga menimbulkan masalah penglihatan, baik yang terkait maupun yang tidak terkait dengan fotosensitivitas. Secara umum penderita albinisme dapat menjalani hidup dengan pertumbuhan dan perkembangan seperti halnya orang normal karena kelainan ini tidak bersifat mematikan. Namun, ketiadaan atau kekurangan pigmen melanin pada penderita albinisme dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker kulit dan masalah kesehatan lainnya, khususnya pada mata. Bahkan, pada sindrom Chediak-Higashi albinisme dapat berhubungan dengan gangguan transportasi butiran melanin yang berdampak pada kekurangan butiran tersebut di dalam sel-sel imun sehingga terjadi peningkatan kerentanan terhadap infeksi. Pewarisan Albinisme pada Manusia Pada umumnya albinisme disebabkan oleh alel resesif autosomal sehingga peluang kemunculannya sama pada kedua jenis kelamin. Keberadaan alel resesif ini tidak terdeteksi pada individu heterozigot karena ekspresinya tertutupi oleh alel normalnya. Dengan perkataan lain, individu heterozigot terlihat normal meskipun sebenarnya karier (pembawa) alel albinisme. Jika sepasang suami istri masing-masing karier albinisme hendak memiliki seoftng anak, maka akan ada peluang sebesar 2\o/obahwa anak mereka menderita albinisme seperti terlihat pada diagram persilangan berikut ini. .4 = normal a: albinisme 8ea x Aa? normal (karier) 4 o normal (karier) A A ? Aa AA A bio.unsoed.ac.id (normal) (normal) q Aa (normal) aa (albinisme) Berbeda halnya dengan albinisme pada umumnya, albinisme okuler disebabkan oleh alel resesif rangkai X (X-linked recessive allele). Akibatnya, pria dengan satu kromosom X hanya memerlukan satu kromosom X untuk menderita albinisme okuler, sedangkan wanita untuk terkena albinisme okuler harus dalam keadaan homozigot resesif atau kedua kromosom X-nya membawa alel resesif. Dengan demikian, pria lebih besar peluangnya untuk menderita kelainan tersebut daripada wanita. Dampak Sosial Budaya Albinisme Akibat adanya masalah penglihatan dan kerentanan terhadap sinar matahari, maka penderita albinisme seringkali juga menghadapi persoalan sosial budaya. Disadari atau tidak mereka kerap dianggap aneh serta mengalami diskriminasi dan bahkan kekerasan perkembangan budaya masyarakat di dunia ini fisik. Banyak yang terkait dengan penyikapan terhadap penderita albinisme. Di beberapa negara Afrika seperti Tanzania dan Burundi akhir-akhir ini dilaporkan terjadi peningkatan yang cukup tajarn mengenai kasus pembunuhan penderita albinisme yang terkait dengan kepercayaan mistis tertentu. Beberapa bagian tubuh penderita albinisme diyakini dapat digunakan sebagai campuran ramuan obat untuk menyembuhkan suatu penyakit. Pada bulan September 2009 tiga orang pria Tarr:anuLa ditangkap karena membunuh seorang anak albino berumur 14 tahun dan memotong kakinya untuk keperluan mistis. Ada suatu kepercayaan menyesatkan lainnya, yaitu bahwa berhubungan badan dengan wanita albino dapat menyembuhkan pria dari penyakit AIDS. Di Zimbabwe hal ini telah menyebabkan terjadinya kasus pemerkosaan dan dengan sendirinya justru mengakibatkan penularan HIV dari pelaku kepada korban. Kasus albinisme nampak tinggi di kelompok etnis tertentu karena terjadinya perkawinan sekerabat. Sebagai contoh, Pulau Ukerewe di Danau Viktoria Afrika dikenal sebagai tempat yang sangat banyak penderita albinismenya. Hal ini diduga karena pulau tersebut secara geografi cukup terisolasi sehingga perkawinan sekerabat menjadi tinggi frekuensinya. Penutup bio.unsoed.ac.id Oleh karena albinisme merupakan kelainan bawaan yang pada umunnya disebabkan oleh alel resesif autosomal, maka tidak dapat dibedakan antara individu normal dan individu karier. Dengan demikian, frekuensinya di dalam suatu populasi sewaktu-waktu dapat berubah' kini belum ada pengobatan yang dapat bergantung kepada tipe perkawinan yang terjadi. Hingga pada kelainan bawaan lainnya' diberikan unfirk menyembuhkan albinisme seperti halnya para penderita albinisme agar Namun, hal yang lebih penting adalah cara masyarakat menyikapi yang sama bagi para penderita albinisme tidak terjadi diskriminasi sosial dan ada kesempatan untuk dapat berkarya seperti layaknya manusia normal' Daftar Pustaka w.v. 1998. Albinism: modern molecular carden, s.M., Boissy, R.8., Schoettker, P.J., and Good, aiugnorir. rni'nrttisitt Journal of ophthalmoloq,,p (2): 189-95 iOOl. Oculocutaneous albinism Orphanet Gronskov, K., Ek, J., and Brondum-Nielsen, Journal of Rare Diseases 2:43' syndrome' current Kaplan, J., De Domenico, L, and ward, D. M. 2008' chediak-Higashi Opinion in Hematologt 15 (l):22-29' I1nr1 Yogyakartz' Susanto, A.H. 2011. Genetila Edisi ke-l. Penerbit Graha f. bio.unsoed.ac.id '