Psikoterapi Singkat Pada Pasien Dengan Kondisi Medis Umum

advertisement
Psikoterapi Singkat Pada Pasien Dengan Kondisi Medis Umum
Andri
Bagian Psikiatri
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA)
[email protected]
PENDAHULUAN
Psikoterapi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kemampuan psikiater
dalam merawat pasien-pasiennya. Beberapa kasus psikiatri yang ditemukan di klinik
malahan lebih mengedepankan psikoterapi daripada psikofarmaka. Psikiater yang
bekerja di rumah sakit umum sebagai bagian dari tenaga konsultan ataupun sebagai
anggota tim dari suatu tim medis khusus juga akan sering melakukan psikoterapi pada
pasiennya. Hanya saja biasanya psikoterapi yang dilakukan oleh psikiater pada pasien
dengan kondisi medis umum agak berbeda dengan apa yang dilakukan pada pasien
psikiatri yang tanpa mengalami kondisi medis umum. (Wise and Rundell,2005)
Pasien dengan kondisi medis umum sering kali mengalami gangguan mental
emosional karena menderita sakitnya. Mereka juga sering kali menggunakan
mekanisme adaptasi yang kurang dewasa walaupun pada banyak kondisi keadaan
sakit berat pun dapat diterima dengan baik oleh pasien. Laporan dari Academy of
Psychosomatic Medicine yang dipaparkan pada presentasi berjudul Value Added by
CL/PM Services to Prevention & Treatment of Mental Disorders in the General
Hospital mengatakan bahwa faktor psikososial bertanggung jawab terhadap 18-20%
hari perawatan pasien di rawat inap (Saravay et al, 2010). Walaupun demikian pasien
biasanya tidak menyadari adanya kondisi mental emosional yang dialaminya. Hal ini
yang membuat proses konsultasi dan psikoterapi oleh psikiater biasanya terjadi karena
permintaan dokter yang merawat pasien dan bukan dari pasiennya sendiri.
PSIKOTERAPI MEDIS
Psikoterapi yang dilakukan oleh pasien dengan kondisi medis umum di rumah sakit
umum pada banyak kepustakaan dikenal dengan istilah psikoterapi medis atau
medical psychoterapy (Wise and Rundell, 2005). Psikoterapi yang dilakukan oleh
psikiater biasanya dilakukan di ruang praktek psikiatri yang terjamin kerahasiaan dan
kenyamanannya. Hal ini sering kali tidak terjadi pada saat kondisi psikoterapi yang
dilakukan pada pasien dengan kondisi medis umum di ruang rawat.
Psikoterapi yang dilakukan di praktek psikiatri dengan yang dilakukan di
ruang rawat agak berbeda baik dari segi kebutuhan pasien dan kondisi yang terkait
dengan tindakan psikoterapi itu sendiri. Pada psikoterapi yang dilakukan pada pasien
dengan gangguan medis umum di ruang rawat inap maka biasanya kebutuhan akan
konsultasi psikiatri termasuk di dalamnya psikoterapi adalah atas keinginan dokter
yang merawat pasien. Pada kondisi ini psikiater yang memilih pasien dan bukan
sebaliknya.
Hal yang mendorong dokter untuk mengkonsultasikan kepada psikiater untuk
dilakukan psikoterapi biasanya berhubungan dengan kondisi mental emosional pasien
yang mempersulit penyembuhan dan perawatan pasien. Kondisi mental emosional
yang dimaksud biasanya berhubungan dengan ciri kepribadian tertentu yang dimiliki
pasien. Selain itu pasien dikonsulkan kepada psikiater untuk dilakukan psikoterapi
jika terdapat masalah hubungan komunikasi antara pasien dan staf rumah sakit yang
sekiranya dianggap dapat menghambat terapi pasien.
Pada kenyataan di praktek sehari-hari, pasien sering kali banyak yang tidak
mengetahui dirinya dikonsulkan kepada psikiater. Walaupun seharusnya ada
informasi sebelumnya dari pihak dokter yang merawat kepada pasien akan
kepentingan konsultasi ke psikiater, tapi banyak juga pasien baru menyadari dirinya
dikonsulkan ke psikiater saat psikiater sudah ada di samping tempat tidurnya. Inilah
yang membuat pasien kurang termotivasi untuk menjalani psikoterapi yang diberikan
atas saran dokter yang merawat karena bukan atas keinginan pasien sendiri. Namun
demikian banyak pasien yang menyenangi proses psikoterapi ini. Pasien sering
menganggap bahwa konsultasi dengan psikiater dalam cakupan psikoterapi adalah
suatu bonus dalam perawatan medisnya.
Banyaknya hal yang mempengaruhi proses psikoterapi pada pasien dengan
kondisi umum di perawatan inap membuat psikiater biasanya melakukan psikoterapi
secara singkat. Singkat dalam hal ini diartikan dari waktu pertemuan dan jumlah sesi
psikoterapi yang diberikan.
PSIKOTERAPI SINGKAT
Psikoterapi singkat adalah suatu teknik psikoterapi yang dilakukan dengan
keterbatasan waktu untuk tiap sesi dan keterbatasan jumlah sesi yang direncanakan.
Psikoterapi singkat juga biasanya hanya membahas satu atau dua topik utama saja di
setiap sesi psikoterapinya (Lolak, 2010). Hal ini dilakukan karena pasien dalam
kondisi medis umum sering dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk bertemu
dengan psikiater dalam waktu yang cukup dan dengan tingkat privasi yang
diharapkan.
Beberapa hal yang menghambat dan perlu mendapatkan modifikasi ketika
melakukan psikoterapi pada pasien dengan gangguan medis umum adalah
keterbatasan waktu dan kondisi medis serta kognitif pasien. Keterbatasan waktu saat
melakukan psikoterapi pada pasien gangguan medis umum sebenarnya juga
disebabkan karena kondisi medis umum serta kognitif pasien sendiri. Kita mengetahui
bahwa pasien seringkali dikonsultasikan ke psikiater biasanya jika dokter yang
merawat pasien menemukan adanya suatu gejala-gejala demoralisasi yang biasanya
diterjemahkan dengan permintaan konsultasi “Apakah terdapat depresi pada pasien?.
Mohon tata laksana di bidang sejawat”(Griffith JL dan Gaby L, 2005)
Demoralisasi mengacu pada berbagai hal yang berhubungan dengan
ketidakberdayaan, putus asa, kebingungan dan perasaan tidak mampu yang subyektif
yang dirasakan seseorang. Mereka merasa gagal memenuhi harapan diri sendiri dan
harapan orang lain terhadap mereka dalam mengatasi kondisi yang menantang hidup.
(Griffith JL dan Gaby L, 2005). Sering kali kita menemukan pasien yang menjadi
tidak nyaman karena menjadi beban bagi keluarga yang merawatnya. Pasien demikian
biasanya merasakan dirinya tidak mampu untuk memenuhi harapan dirinya untuk
tetap sehat. Sering kali kondisi ini memicu suatu afek depresi pada pasien.
Demoralisasi sering kali disamakan dengan depresi yang juga sering
dikemukakan pasien sebagai gejala-gejala yang berhubungan dengan gangguan tidur,
kurangnya nafsu makan dan kelelahan. Hal ini bisa dibedakan dari gangguan depresi
karena respon mood terhadap perubahan situasi masih ada terutama untuk hal-hal
yang menyenangkan pasien. Kunjungan teman, berita yang baik akan prognosis
penyakit dan membaiknya gejala adalah hal-hal yang bisa secara cepat mengubah
mood pasien. Seorang ahli bernama De Figueiredo menyatakan bahwa demoralisasi
adalah lebih kepada perasaan inkompeten yang subyektif tentang apa yang bisa
dilakukan pasien terhadap dirinya. Gambaran klinis apati merupakan yang paling
sering digambarkan pada pasien yang mengalami demoralisasi. (Griffith JL dan Gaby
L, 2005).
Karena hal itu maka pada psikoterapi yang dilakukan pada pasien dengan
kondisi medis umum, psikiater bahkan bisa memberikan pasien kenyamanan dalam
satu kali pertemuan saja (Lolak, 2010). Hal ini disebabkan karena psikiater CL
diharapkan
dapat
mengkombinasikan
wawancara
diagnostik,
menentukan
kepribadian, menentukan diagnosis dinamik dan melakukan psikoterapi dalam satu
kali pertemuan saja.
Salah satu teknik wawancara yang dianggap cocok apalagi bagi psikiater CL
adalah anamnesis asosiatif yang merupakan turunan dari proses psikoanalitik asosiasi
bebas.(Wise and Rundell, 2005). Penggagasnya Deutsch dan Murphy (1955)
menemukan bahwa data psikologis dan fisiologis bisa didapatkan dengan membiarkan
pasien berbicara panjang lebar tentang gejala-gejalanya. Mereka melihat bahwa
pasien pada saat melakukan anamnesis asosiatif tersebut “terbawa dalam komunikasi
yang tanpa sadar mencampurkan keluhan-keluhan emosional dan fisik”. Lebih lanjut
mereka mengatakan bahwa pada kondisi ini sangat mungkin mengobservasi keluhan
fisik dan keluhan psikis secara bersamaan. Lewat pengulangan kata-kata kunci yang
berhubungan dengan suasana perasaan dan keluhan fisik, pasien secara aktif
distimulasi oleh psikiater untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. (Wise and
Rundell,2005).
Beberapa komponen yang dilakukan pada saat psikiater melakukan psikoterapi
singkat kepada pasiennya perlu memenuhi beberapa hal di bawah ini :
A. Mengidentifikasikan masalah dan tujuan
Beberapa masalah yang dapat merespon baik psikoterapi singkat yang dilakukan
oleh psikiater CL adalah depresi, gangguan penyesuaian, kehilangan dan
kedukaan, beradaptasi dengan kondisi sakit dan berita-berita terkaitnya, konflik
dengan staf rumah sakit dan keluarga, ketakutan akan prosedur pengobatan dan
tindakan serta demoralisasi. Sedangkan tujuan yang biasanya ditetapkan dalam
melakukan psikoterapi singkat adalah mengurangi intensitas gejala, lebih mampu
beradaptasi dengan menggunakan mekanisme pertahanan yang lebih adaptif,
meningkatkan kepercayaan diri, meningkatkan hubungan baik dengan staf serta
meningkatkan kerjasama pasien untuk proses penyembuhan yang lebih baik.
B. Mengevaluasi Kepribadian dan Psikodinamika Pasien
Salah satu hal yang bisa ditentukan saat wawancara pertama dalam proses
psikoterapi pasien dengan gangguan medis umum adalah menentukan kekuatan
egonya (ego strength) apakah termasuk yang baik atau tidak. Hal ini akan
menentukan sekiranya jenis psikoterapi apa yang bisa dilakukan. Selain itu juga
seorang psikiater CL yang terampil dapat menentukan ciri kepribadian pasien,
kemampuan kognitif saat ini dan mekanisme pertahanan yang biasa digunakan
pasien.
Kebanyakan pasien yang dikonsulkan untuk menjalani psikoterapi singkat
dengan seorang psikiater CL di rumah sakit biasanya memiliki ego strength yang
kurang baik. Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh seorang psikiater CL pada
kondisi ini adalah melakukan atau memberikan saran-saran yang aktif dan
berusaha melatih pasien menjalankan saran-saran itu. Psikiater juga berusaha
untuk memanipulasi lingkungan di sekitar pasien salah satunya dengan
memberikan bantuan religius, bantuan dari keluarga dan berbicara dengan dokter
atau staf yang merawat pasien. Komunikasi antar pasien dan dokter serta staf
rumah sakit harus diefektifkan yang sayangnya hal ini kadang tidak terjadi pada
kenyataan sehari-hari. Sering kali pasien kebingungan akan apa yang terjadi pada
dirinya, untuk itu psikiater CL yang bertugas juga perlu memahami tentang
kondisi medis pasien dan dampaknya terhadap kondisi mental emosional pasien.
Pasien juga dibantu untuk mengekspresikan apa yang dialami atau bagaimana
mengungkapkan hal tersebut dengan cara yang lebih sehat. Psikiater CL dapat
memberikan ijin kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan dan frustasinya
tentang kondisi sulit yang dialaminya.
Prinsip yang perlu diketahui oleh psikiater CL yang melakukan psikoterapi
singkat adalah bahwa hal-hal yang dialami pasien itu mempunyai makna dan
kesuksesan terapi itu didasarkan pada kemampuan untuk memahami hal-hal
tersebut. Kondisi medis pasien saat ini juga memicu konflik-konflik di masa lalu
yang belum selesai berhubungan dengan diri sendiri dan keluarga yang terkadang
terkait dengan trauma masa lalu.
Dalam hal ini seorang psikiater CL di ranah medis lebih sering menggunakan
teknik psikoterapi suportif yang juga berfungsi sebagai penghubung antar
berbagai aspek pada diri pasien. Intervensi yang dilakukannya juga berhubungan
dalam meningkatkan rasa percaya diri pasien terhadap kondisi yang dialaminya.
Untuk itu sering kali psikiater CL perlu lebih aktif, fleksibel dan kadang bersikap
informal untuk meningkatkan hubungan terapeutik yang lebih baik dengan
pasiennya. Kemampuan mengkomunikasikan kepada pasien bahwa psikiater
mengerti akan apa yang dialami pasien mampu membuat pasien merasa lebih
dihargai, meningkatkan mawas dirinya dan mengurangi perasaan terisolasi.
(Lolak, 2010)
C. Hal Yang Harus Dipenuhi Terapis
Ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh seorang psikiater yang bekerja melakukan
psikoterapi singkat untuk pasiennya di ruang rawat inap medis. Beberapa di antaranya
adalah :
C.1. Efisien
Karena waktu yang singkat maka psikiater CL yang melakukan psikoterapi pada
pasien di ruang rawat harus segera menjalin hubungan terapeutik yang baik.
Rapport yang baik dapat terbina dengan melakukan aturan tata cara bedside yang
baik. Ada dua belas cara yang disarankan untuk melakukan tata cara bed side yang
baik.
1. Mengambil tempat duduk dan melakukan terapi sambil duduk
2. Bersalaman dengan pasien, menyentuh atau tersenyum
3. Merespon terhadap kebutuhan dasar pasien ; mengambilkan air, menutupi
tubuh pasien dengan selimut atau membantu posisi pasien yang nyaman
4. Memulai dengan mengatakan kepada pasien apa yang kita ketahui dan
tanyakan respon pasien terhadap hal itu.
5. Tanyakan kepada pasien apa yang menjadi perhatiannya saat ini dan yang
paling membuatnya tidak nyaman
6. Tanyakan kepada pasien tentang apa yang dia ketahui dan apa yang
menjadi perhatiannya terhadap asal, penyebab dan prognosis penyakitnya
7. Tanyakan tentang dampak dari penyakit yang diderita pasien terhadap
hubungannya dan perannya dalam kehidupan sehari-hari.
8. Tanyakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pencapaian pasien dalam
proses terapi dan berikan pujian atas hal itu
9. Menyadari dan memperhatikan adanya penderitaan yang dialami pasien
10. Peka terhadap latar belakang pasien terkait budaya, agama, latar belakang
politik. Jika kita tidak yakin tanyakan
11. Jelaskan kebutuhan untuk melakukan pemeriksaan MMSE
12. Mengakhiri wawancara dengan sesuatu yang konkret dan hindarkan
penggunaan jargon medis yang membingungkan
Efisiensi waktu juga diharapkan terjadi pada proses wawancara. Terutama untuk
pasien yang mengalami gangguan nyeri dan kesulitan untuk berbicara lama, maka
psikiater perlu untuk membatasi diri dan waktu dalam melakukan wawancara. Selain
itu juga psikiater juga diharapkan mengerti bahwa kebanyakan pasien di ruang rawat
inap seringkali disibukkan oleh adanya keluarga atau teman yang ingin mengunjungi
pasien.
C.2 Fleksibel
Teknik yang digunakan mungkin akan berbeda untuk tiap sesi yang dimungkinkan
untuk melakukan psikoterapi. Gunakan segala prinsip psikoterapi yang baik walaupun
demikian kita harus tetap mampu untuk memodifikasi hal-hal yang sesuai dengan
kenyataan di praktek. Psikiater yang bekerja di ruang rawat inap juga harus siap jika
wawancaranya diganggu oleh sesuatu hal dan tetap merasa nyaman walaupun
psikoterapi yang dia lakukan tidak tuntas. Untuk itu psikiater CL yang melakukan
psikoterapi ini perlu untuk mampu menyesuaikan tujuan dan strategi tergantung
situasi pasien. Terkadang juga psikiater tidak langsung memfokuskan terapi pada
pasien yang dikonsulkan tetapi lebih kepada lingkungan pasien yang sekiranya bisa
membantu tujuan membantu pasien tercapai.
C.3. Ekletik
Psikoterapi dalam konteks Consultation Liaison lebih mendasarkan pada bunga
rampai dari ekletisme dengan tujuan agar lebih memahami pasien (dikutip dari Lipsitt
2002 oleh Lolak 2010). Psikiater dalam melakukan psikoterapi pada pasien dengan
konteks CL memilih dan menggunakan berbagai macam keterampilan dan teknik
yang sesuai sehubungan dengan kondisi pasien dan tujuan dari pengobatan. Kondisi
ini akan membuat psikiater membutuhkan lebih dari satu pendekatan atau pendekatan
yang berbeda di setiap kunjungannya (Lolak, 2010)
C.4. Kreatif
Psikiater CL yang melakukan psikoterapi kepada pasien diharapkan mampu untuk
berlaku kreatif sehubungan dengan pengobatan yang dilakukan kepada pasien.
Mendayagunakan segala potensi yang dimiliki rumah sakit adalah salah satunya.
Kerjasama dengan tim lain di dalam rumah sakit misalnya terapis okupasi dalam hal
meminta tanggapan balik atas apa yang telah dilakukan. Pada kondisi tertentu
misalnya berhubungan dengan pasien yang memiliki kepribadian narsisistik atau yang
memiliki rasa percaya diri yang rendah, psikiater bisa membuat pasien menjadi sarana
belajar bagi yang lain misalnya mahasiswa kedokteran atau residen.
C.5. Apa Adanya
Seringkali psikiater tidak menyadari dirinya telah terlalu lelah atau kelebihan beban
dalam kehidupan prakteknya sehari-hari. Untuk itu dia harus sadar bahwa hal tersebut
bisa terjadi. Menerima kondisi ini sebagai bagian dari suatu hal yang biasa terjadi
pada praktek sehari-hari akan membuat psikiater lebih mampu melayani pasiennya
dengan baik. Psikiater juga perlu untuk mengetahui gayanya sendiri, kekuatan dan
keterbatasannya. Kondisi ini sebenarnya berhubungan dengan ketika berhubungan
dengan pasien karena pasien mengetahui jika psikiaternya tidak tulus dan tidak
berlaku apa adanya. Untuk itulah psikiater diharapkan dapat menjaga dirinya sendiri
agar hal-hal yang tidak nyaman berhubungan dengan diri sendiri dan pasien bisa
diatasi.
KESIMPULAN
Psikoterapi singkat yang dilakukan oleh psikiater CL di rumah sakit umum pada
pasien rawat inap adalah hal yang mungkin dan bisa dilakukan. Keterbatasan waktu,
tempat dan privasi adalah hal-hal yang bisa menjadi hambatan dalam terapi. Namun
demikian dengan melakukan tata laku bedside yang baik maka hal itu bisa
dimungkinkan. Psikiater yang melakukan psikoterapi singkat pada pasien juga perlu
memiliki sifat-sifat efisien, fleksibel, eklektik, kreatif, dan apa adanya agar proses dan
tujuan psikoterapi tercapai.
Referensi :
Brief Bedside Psychotherapy in the Medically Ill ; Practical Steps and Suggestions by Sermsak Lolak,
MD. Presented in Academy of Psychosomatic Medicine Meeting 2010.
Clinical Manual of Psychosomatic Medicine ; A Guide to Consultation Liaison Psychiatry. Wise
MG,Rundel JR editors. American Psychiatric Publishing, Washington,2005.
Griffith JL, Gaby L. Brief Psychotherapy at the Bedside: Countering Demoralization From Medical
Illness Psychosomatics 2005; 46:109–116
Saravay SM,Pazuelo L, Kathol R, Kunkel E, Desan P, Steinberg M, Wulsin L. Value Added by CL/PM
Services to Prevention & Treatment of Mental Disorders in the General Hospital in Adding Value to
Healthcare Through Consultation-Liaison Psychiatry, Academy of Psychosomatic Medicine Module,
2007.
Wyszynski AA. Psychological Issues in Medical Patients Autonomy, Fatalism, and Adaptation to
Illness. in Manual of Psychiatric Care for the Medically Ill. Wyszynski AA, Wyszynski B. editors.
American Psychiatric Publishing, Washington,2005.
Download