COOPERATIVE LEARNING Mata Kuliah: Strategi Pembelajaran PAI Dosen Pengampu: Drs. H. Abd. Madjid, M. Ag. Iqbal Rezza F 20100720015 Gumelar 20100720075 Rico Fitrianto 20100720029 Ayu Lestari 20100720031 Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta A. PENDAHULUAN Sebagai sebuah model pengajaran, pembelajaran kooperatif mendukung pendekatan umum. Setelah menerima pengajaran dari fasilitator, kelas-kelas diatur ke dalam kelompok-kelompok kecil dan memberikan petunjuk yang jelas berkenaan dengan harapan-harapan tentang hasil-hasil dan saran-saran mengenai proses-proses kelompok. Kelompok-kelompok kecil ini kemudian bekerja melalui tugas hingga semua kelompok berhasil memahami dan menyelesaikan tugas tersebut (Johnson & Johnson, 1989). Pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk hampir semua tugas dalam berbagai kurikulum untuk segala usia pebelajar. Selanjutnya, untuk memberikan sebuah cara bagi para pebelajar dalam menguasai bahan pengajaran, pembelajaran kooperatif mencoba untuk membuat masing-masing anggota kelompok menjadi individu yang lebih kuat dengan mengajarkan mereka keterampilan-keterampilan dalam konteks sosial. Sebagian besar daya tarik pembelajaran kooperatif memberikan sebuah cara bagi para pebelajar untuk mempelajari keterampilan hidup antarpribadi yang penting dan mengembangkan kemampuan untuk bekerja secara kolaboratif perilaku-perilaku yang secara khusus diinginkan dalam sebuah era ketika sebagian besar organisasi mendukung konsep kerja sama. Sekolah adalah salah satu arena persaingan. Mulai dari awal masa pendidikan formal, seorang anak belajar dalam suasana kompetisi dan harus berjuang keras memenangkan kompetisi untuk bisa naik kelas atau lulus. Sebenarnya, kompetisi bukanlah satu-satunya model pembelajaran yang bisa dan harus dipakai. Ada tiga pilihan model, yaitu kompetisi, individual, dan cooperative learning. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. Sehingga esensialnya bahwa semua model mengajar ditandai dengan adanya Struktur Tugas, Struktur Tujuan dan Struktur Penghargaan (Reward). 1. Struktur Tugas, mengacu pada cara pembelajaran itu diorganisasikan dan jenis kegiatan yang dilakukan siswa dalam kelas. Artinya siswa diharapkan melakukan apa selama pengajaran (baik tuntutan akademik maupun sosial). 2. Struktur Tujuan, yaitu jumlah saling ketergantungan yang dibutuhkan siswa saat mengerjakan tugas. Ada 3 (tiga) macam struktur tujuan yaitu: · Individualistik: Siswa dalam pencapaian tujuan tidak memerlukan interaksi dengan orang lain dan yakin bahwa upaya untuk mencapai tujuan tidak ada hubungan dengan upaya siswa lain. · Kompetitif: Siswa dalam mencapai tujuannya merupakan saingan dengan siswa lain artinya siswa akan mencapai tujuan apabila siswa lainnya tidak mencapai tujuan tersebut. Seperti misalnya lomba tarik tambang. · Kooperatif: Siswa akan mencapai tujuan apabila siswa yang lain juga mencapai tujuan tersebut artinya tujuan akan secara bersama-sama dicapai apabila dalam sejumlah siswa sama-sama ikut andil untuk sama-sama mencapai tujuan. 3. Struktur Penghargaan, Penghargaan Individualistik diberikan pada siswa siapapun yang tidak bergantung pada pencapaian siswa lain, penghargaan kompetitif diperoleh dari hasil persaingan dengan siswa lainnya, sedangkan penghargaan kooperatif juga diberikan karena usaha bersama beberapa siswa artinya penghargaan diberikan karena usaha bersama bukan usaha satu atau dua orang akan tetapi usaha kelompok. B. PENGERTIAN COOPERATIVE LEARNING Cooperative Learning (CL) terdiri dari dua kata yaitu Cooperative dan Learning. Cooperative berarti “acting together with a common purpose”. 1. Basyiruddin Usman mendefinisikan cooperative sebagai belajar kelompok atau bekerjasama. 2. Menurut Burton yang dikutip oleh Nasution, kooperatif atau kerjasama ialah cara individu mengadakan relasi dan bekerjasama dengan individu lain untuk mencapai tujuan bersama.3[3] Sedangkan Learning adalah “the process through which experience causes permanent change in knowledge and behavior” yakni proses melalui pengalaman yang menyebabkan perubahan permanent dalam pengetahuan dan perilaku.4[4] Senada dengan hal itu Arthur T.Jersild, yang dikutip Syaiful Sagala, mendefinisikan bahwa Learning adalah “modification of behavior through experience and training” yakni pembentukan perilaku melalui pengalaman dan latihan.5[5] Dia menambahkan bahwa learning sebagai kegiatan memperoleh pengetahuan, perilaku dan ketrampilan dengan cara mengolah bahan ajar.6[6] Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa CL adalah usaha mengubah perilaku atau mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan secara gotong royong atau kerjasama. David dan Roger Johnson mendefinisikan CL adalah “a teaching strategy in which small teams, each with students of different levels of ability, use a variety of learning activities to improve their understanding of a subject.”7[7] (Strategi pembelajaran dalam bentuk kelompok-kelompok kecil dimana setiap siswa memiliki tingkat kemampuan berbeda, dengan menggunakan berbagai macam aktifitas belajar untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi). Asep Gojwan mendefinisikan Cooperative Learning sebagai suatu model pembelajaran yang menekankan aktivitas kolaboratif siswa dalam belajar yang berbentuk kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang sama dengan menggunakan berbagai macam aktifitas belajar guna meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran dan memecahkan masalah secara kolektif.8[8]Cooperative Learning mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Kebanyakan melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 (empat) siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda (Slavin, 1994), dan ada yang menggunakan ukuran kelompok yang berbeda-beda (Cohen, 1986; Johnson & Johnson, 1994; Kagan, 1992; Sharan & Sharan, 1992). Khas Cooperative Learning yaitu siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kooperatif dan tinggal bersama dalam satu kelompok untuk beberapa minggu atau beberapa bulan. Sebelumnya siswa tersebut diberi penjelasan atau diberi pelatihan tentang bagaimana dapat bekerja sama yang baik dalam hal: - Bagaimana menjadi pendengar yang baik - Bagaimana memberi penjelasan yang baik - Bagaimana cara mengajukan pertanyaan dengan benar dan lain-lainnya. C. LANDASAN TEORI 1. TEORI MOTIVASI Prespektif motivasional pada pembelajaran kooperatif terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana para siswa bekerja (lihat Slavin, 1993). Deutsch (1949) mengidentifikasi tiga struktur tujuan: 1. kooperatif 2. Kompetitif 3. Individualistik Dari prespektif motivasional (seperti yang dikemukakan Johson dkk., 1981, dan Slavin, 1983a) struktur tujuan kooperatif menciptkan sebuah situasi di mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses. Oleh karena itu, untuk meraih tujuan personal mereka, anggota kelompok harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apapun guna membuat kelompok mereka berhasil dan mungkin yang lebih penting, mendorong anggota satu kelompoknya untuk melakukan usaha maksimal. Dengan kata lain, penghargaan kelompok yang didasarkan pada kinerja kelompok (penjumlahan dari kinerja individual) menciptakan struktur penghargaan interpersonal di mana anggota kelompok akan memberikan atau menghalangi pemicu-pemicu sosial (seperti pujian dan dorongan) dalam merespon usaha-usaha yang berhubungan dengan tugas kelompok (lihat Slavin, 1983a). 2. TEORI KOGNITIF Teori kognitif dalam pembelajaran cooperative learning menekankan pada pengaruh dari kerjasama itu sendiri (Apakah kelompok tersebut mencoba meraih tujuan kelompok maupun tidak) .teori kognitif terbagi menjadi dua kategori utama diantaranya yaitu: Teori pembangunan Asumsi dasar dari teori pembangunan adalah bahwa interaksi diantara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep kritik (Damon, 1984; Murray, 1982). Vygostsky (1978,hal. 86) mendefenisikan wilayah pembangunan paling dekat sebagai “ jarak antara level pembangunan aktual seperti yang ditentukan oleh penyelesaian masalah secara independen dan level pembangunan potensial seperti yang ditentukan melalui penyelesaian masalah dengan bantuan dari orang dewasa atau dalam kolaborasi dengan teman yang lebih mampu” (penekanan ditambahkan). Teori elaborasi kognitif Teori elaborasi kognitif adalah pengaturan kembali kognitif dengan cara meringkas atau merangkum materi. bidang psikologi kognitif telah menemukan bahwa jika informasi ingin dipertahankan didalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada didalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi, dari materi (wiittock, 1987). Salah satu cara elaborasi yang efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang lain. D. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN KOOPERATIF Terdapat enam langkah utama atau tahapan didalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif . Fase Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Fase-2 Menyajikan informasi Tingkah Laku Guru Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersbut dan memotivasi siswa belajar. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Fase-3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana Mengorganisasikan siswa kedalam caranya membentuk kelompok belajar dan kelompok kooperatif membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Fase-4 Guru membimbing kelompok-kelompok Membimbing kelompok bekerja dan belajar belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Fase-5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang Evaluasi materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok mempresentasikan hasil Fase-6 Memberikan penghargaan kerjanya. Guru mencari-cari untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. E. BEBERAPA VARIASI DALAM MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF Terdapat empat pendekatan yang merupakan bagian dari kumpulan startegi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif yaitu: STAD, JIGSAW, Investigasi kelompok (Teams Games Tournaments atau TGT), dan pendekatan struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered Head Together (NHT). 1. Student Teams Achievement division (STAD) Dalam STAD para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latarbelakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu.Skor kuis para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka sebelumnya, dan kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lainnya. 2. JIGSAW JIGSAW II adalah adaptasi dari teknik teka-teki Elliot Aronson (1978). Dalam teknik ini, siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama, yaitu empat orang, dengan latar belakang yang berbeda seperti dalam STAD dan TGT. Para siswa ditugaskan untuk membaca bab, buku kecil, atau materi lain. Tiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi ‘ahli’ dalam aspek tertentu dari tugas membaca tersebut. contoh: salah satu siswa dalam masingmasing tim dipilih untuk menjadi ahli sejarah, yang lain ahli ekonomi, yang ketiga ahli giografi dan ahli budaya. Setelah membaca materinya, para ahli dari tim berbeda bertemu untuk mendiskusikan topik yang sedang mereka bahas, lalu mereka kembali kepada timnya untuk mengajarkan topik mereka kapada teman satu timnya.akhirnya, akan ada kuis atau bentuk penilaian lainnya untuk semua topik. Perhitungan skor dan rekognisi didasarkan pada kemajuan yang dicapai seperti dalam STAD. 3. Teams games-tournament (TGT) Metode ini menggunakan pelajaran yang sama yang disampaikan guru dan tim kerja yang sama seperti dalam STAD, tetapi menggantikan kuis dengan turnamen mingguan, dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. 4. Pendekatan struktural yang meliputi think pair share (TPS) dan Numbered Head Together (NHT) a. Think pair share (TPS) atau berfikir berpasangan berbagi Merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa.prosedur yang digunakan dalam TPS dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon dan saling membantu.TPS ini untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan.langkah-langkahnya seperti Berfikir, berpasangan, dan berbagi. b. Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama Merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.NHT ini untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, menjawab. Perbandingan empat pendekatan dalam pembelajaran kooperatif STAD JIGSAW Tujuan Kognitif Informasi akademik sederhana Informasi akademik sederhana Tujuan sosial Kerja kelompok dan kerja sama Kerja kelompok dan kerja sama Struktur tim Kelompok belajar heterogen dengan 4-5 orang anggota Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 orang anggota menggunakan pola kelompok “asal” &kelompok”ahli” Biasanya guru Biasanya siswa Bervariasi,berdua, bertiga , kelompok dengan 4-5 orang anggota. Siswa mempelajari Siswa mwngwrjakan tugas-tugas yang Pemilihan Biasanya guru topik Tugas utama Siswa dapat menggunakan INVESTIGASI KELOMPOK Informasi akademik tingkat tinggi& keterampilan inkuiri Kerja sama dalam kelompok kompleks Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 anggota homogen Siswa menyelesaikan PENDEKATAN STRUKTURAL Informasi akademik sederhana Keterampilan kelompok&keterampilan sosial Biasanya guru Penilaian pengakuan lembar kegiatan &saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya Tes mingguan materi dalam kelompok’ahli’ kemudian membantu anggota kelompok asal mempelajari materi itu Bervariasi dapat berupa tes mingguan Lembar pengetahuan & publikasi lain Publikasi lain inkuiri kompleks diberikan secara sosial dan kognitif Menyelesaikan proyek dan menulis laporan, dapat menggunakan tes essay Lembar pengakuan dan publikasi lain Bervariasi Bervariasi F. MODEL COOPERATIF LEARNING DALAM PAI Model cooperative learning dalam PAI ini dapat kami ketahui bahwa modelnya seperti Kajian kelompok (Halaqoh) atau diskusi hal-hal tentang agama seperti Aqidah-Akhlak, AlQur’an dan Al-Hadits dan lain-lain.contohnya dalam materi Al-Qur’an dan Al-hadits. Proses pembelajarannya siswa dibagi beberapa kelompok, dan satu kelompok itu terdiri dari 4-5 orang. Lalu kelompok tersebut diberi beberapa potongan ayat misalnya surat al-mu’minun ayat 12-14. Setelah itu setiap anak disuruh memahami,membaca,mengartikan,dan mengkaji potongan ayat didepan teman kelompoknya atau diskusi terlebih dahulu, setelah itu dipresentasikan keteman-teman sekelas atau guru yang mengajar materi tersebut. G. Contoh RPP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) IDENTITAS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan : SMA ..... Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Kelas / Semester : x/I Jumlah Pertemuan : satu kali (pertama) STANDAR KOMPETENSI 1. Memahami,membaca,Mengartikan,dan mengkaji ayat Al-Qur’an surat pilihan. KOMPETENSI DASAR 1.1 Membaca,mengartikan,menjelaskan arti, dan mengkaji QS Al-Baqarah, 2:30, Al-Mu’minun, 23: 12-14. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI 1. Dapat memahami dan membaca ayat dengan bagus 2. Dapat mengartikan ayat 3. Dapat mengkaji isi kandungan ayat TUJUAN PEMBELAJARAN Peserta didik dapat memahami dan membaca surat secara baik dan benar menurut ilmu tajwid. Mengerti isi kandungan ayat dan dapat di terapkan dikehidupan sehari-hari. MATERI AJAR Fakta : Q.S al-baqarah merupakan surah madaniyyah dan al-mu’minun merupakan surah makkiyyah Konsep : Isi dari surat al-baqarah ayat 30 dan almu’minun ayat 12-14 Prinsip : Surat al-baqarah menceritakan tentang peranan manusia sebagai khalifah. Surat al-mu’minun membicarakan tentang kejadian manusia. Prosedur : Surat al-baqarah ayat 30 dan al-mu’minun dibaca dimulai dari ayat 12-14 dengan ilmu tajwid ALOKASI WAKTU 1. Tatap muka (TM) 2. Tugas Terstruktur (TT) 3. Kegiatan Mandiri Tidak Terstuktur (KMTT) : 50 Menit : 20 Menit : 30 menit METODE PEMBELAJARAN Pendekatan : Motivasi dan Kognitif Model : Pembelajaran Kelompok Metode : Simulasi dan latihan KEGIATAN PEMBELAJARAN NO 1 2 Kegiatan Pendidik Pendahuluan ( 10 ) - Memulai belajar dengan basmalah dengan rasa religius - Mencek keadaan fisik dan psikis peserta didik - Menghubungkan materi membaca Q.S al-baqarah dengan Q.S al-mu’minun dengan materi sebelumnya - Menyampaikan tujuan pembelajaran - Menyampaikan sistem pembelajaran dengan membaca Kegiatan Inti ( 50 ) Kegiatan Peserta didik - - - Membaca basmalah dengan rasa religius Menanggapi pernyataan pendidik dengan menyampaikan kondisinya. Mendengarkan pertanyaan Pendidik dan menjawabnya dengan tanggungjawab Mendengarkan keterangan Pendidik tentang tujuan pembelajaran dengan mandiri Eksplorasi - Pendidik mengajukan pertanyaan kepada peserta didik tentang peserta didik yang telah mampu membaca dan mengartikan Q.S al-baqarah dan al-mu’minun Peserta didik mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan tentang membaca Q.S al-baqarah dan al-mu’minun dengan jujur Elaborasi - Pendidik meminta peserta didik menelaah surat al-baqarah dan almu’minun dengan penuh tanggungjawab - Pendidik melafalkan surat al-baqarah dan al-mu’minun dengan benar mengajukan pertanyaan kepada peserta didik tentang peserta didik yang telah mampu membaca Q.S al-baqarah dan almu’minun dengan penuh disiplin - Pendidik mendengarkan bacaan peserta didik dengan penuh tanggungjawab Peserta didik membuka surat albaqarah dan al-mu’minun dengan jujur Peserta didik mengikuti lafal pendidik dengan rasa tanggungjawab Peserta didik membaca surat albaqarah dan al-mu’minun sesuai pada teks dengan penuh rasa tanggungjawab Konfirmasi - Pendidik melakukan penguatan terhadap bacaan surat al-baqarah dan almu’minun dengan rasa gemar membaca 3. Penutup ( 10 menit ) - Pendidik menyimpulkan materi surat albaqarah dan al-mu’minun bersama peserta didik dengan penuh rasa tanggungjawab - Pendidik memberikan refleksi dan arahan dengan menghargai prestasi - Pendidik menyampaikan perencanaan untuk remedial dan pengayaan - Pendidik menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari minggu berikutnya dengan rasa tanggungjawab Peserta didik mengikuti bacaan surat al-baqarah dan al-mu’minun dengan rasa gemar membaca - - - Peserta didik menyimpulkan dan membuat catatan penting dengan jujur Peserta didik mendengarkannya dengan menghargai prestasi Peserta didik mengikuti perencanaan pendidik untuk remedial secara mandiri Peserta didik mencatat materi selanjutnya yang akan dipelajari secara mandiri PENILAIAN HASIL BELAJAR Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Melafalkan baqarah 2. Membaca baqarah 3. Melafalkan mu’minun 4. Membaca mu’minun 5. Menghafal baqarah Q.S alQ.S alQ.S alQ.S alQ.S al- Teknik Tes Praktik dan mengkaji ayat dengan dibagi kelompok, satu kelompoknya terbagi 4-5 Bentuk Instrumen Contoh Instrumen / Soal Tes Identifikasi 1. Bacalah surat al-Baqarah 2. Bacalah surat mu’minun al- 6. Menghafal Q.S almu’minun orang. Rubrik/Pedoman penilaian: Aspek yg dinilai 1. Kelanc aran 2. Bacaan surat alLahab dan alKafirun 3. Makhraj dan Mad Indikator kemampuan Membaca dengan lancar Tidak melakukan kesalahan bacaan surat al-baqarah dan al-mu’minun serta makhraj dan madnya Membaca dengan lancar Melakukan 1-2 kesalahan bacaan surat al-baqarah dan al-mu’minun serta makhraj dan madnya Melakukan 3-4 kesalahan bacaan surat al-baqarah dan al-mu’minun serta makhraj dan madnya Melakukan 5-6 kesalahan bacaan surat al-baqarah dan al-mu’minun serta makhraj dan madnya Melakukan 7-8 kesalahan bacaan surat al-baqarah dan al-mu’minun serta makhraj dan madnya Melakukan lebih dari 8 kesalahan bacaan surat al-baqarah dan al-mu’ serta makhraj dan madnya Skor 100 90 80 70 60 50 Lembar Instrumen Penilaian No Nama Soal/Portofolio 1. 2. 3. 4. 5. ...dst SUMBER BELAJAR 1. Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Toha Putra, 1989 2. Yuni Wartono, dkk., PAI untuk SD Kelas V, Surakarta: Grahadi, 2007 Mengetahui Kepala Sekolah .........................., ............. 2011 Guru Pendidikan Agama Islam ................................................ ............................................. Skor NIP. ......................................... NIP. ....................................... Saran Kepala Sekolah: ……………………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………………. H. KESIMPULAN Dari pembahasan diatas dapat kami simpulkan bahwa model pembelajan kooperatif ini merupakan model yang sering dipakai dalam proses pembelajaran disekolah, karena model ini dapat mengembangkan bekerja sama dan memecahkan masalah. Sehingga Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang sangat baik untuk di terapkan didalam kelas maupun diluar kelas khususnya PAI. disamping itu belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa, tanggung jawab individual dalam belajar kelompok,salin ketergantungan yang bersifat positif antara siswa,terjadi proses kelompok. dan dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan, siswa juga dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Serta bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut katerampilan khusus. Daftar Pustaka http://www.majalahpendidikan.com/2011/10/pengertian-cooperative-learning.html E. Slavin, Robert. cooperative learning, teori, riset, dan praktik. Bandung: Nusa Media Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : Kencana.