9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Manajemen Pembiayaan Pendidikan 1. Pengertian Manajemen Pembiayaan Pendidikan Banyak definisi yang telah dikemukakan oleh para sarjana mengenai manajemen, sebelum mengemukakan pengertian manajemen lebih bijaksana terlebih dahulu akan dikemukakan asal kata manajemen itu. “Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur”1. Hal ini semakna dengan beberapa makna manajemen yang dikaitkan dengan pembiayaan atau manajemen pembiayaan diperjelas Marno dan Triyo Supriyanto: Manajemen pembiayaan sebagai pengelolaan atas fungsi-fungsi pembiayaan, yakni fungsi bagaimana pihak manajemen mampu menghimpun dana (Raising of found) dan mengalokasikan (allocation of found) dana tersebut sehingga tujuan organisasi pendidikan tercapai secara efektif dan efisien.2 Hal semakna juga penulis jumpai pada apa yang telah di edit oleh Editor P.J. Hills dalam buku A Dictionary of Education berpendapat tentang manajemen, yaitu “management is a difficult term to define and manager’s jobs are difficult to identify with precision”3. Dengan translate indonesia manajemen merupakan istilah yang sangat 1 Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, Jakarta, Bumi Aksara, 2004, h.1. 2 Marno dan Tryio Supriyanto, manajemen dan Kepemimpinan pendidikan Islam , Bandung, PT. Refika Aditma, 2008 h. 77. 3 Anonim, http://library.walisongo.ac.id/digilib/index.a=dictionary=of= education.php. Diakses 23 April 2012. 9 10 sulit untuk didefinisikan dan pekerjaan pemimpin yang sulit untuk diidentifikasikan dengan teliti. Sedangkan pengertian manajemen menurut Henry L. Sisk pada buku Principles of Management mengemukakan definisi manajemen sebagai berikut: “Management is the coordination of all resources through the processes of planning, organizing, directing, and controlling in order to attain stated objectives”4. Manajemen berupa mengkoordinasikan semua sumber daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan kontrol guna mencapai tujuan secara obyektif. Guna lebih memahami tentang apa pengertian manajemen itu, penulis menganggap perlu menukilkan beberapa pendapat para sarjana sebagai berikut: a) George Terry manajemen adalah suatu tindakan perbuatan seseorang yang berhak menyuruh orang lain mengerjakan sesuatu, sedangkan tanggung jawab tetap ditangan yang menyuruh. b) Harold kontz dan Cril O’Donnel manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain, yaitu manajer mengkoordinasikan atas sejumlah akivitas dengan orang lain meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan penggerakan, dan pengendalian. c) Ralp Currier davis mendefinsisikan manajemen sebagai fungsi dari pemimpin eksekutif, di mana pun posisinya, yang mengandung pengertian bahwa seluruh kegiatan yang dilakukan oleh seseorang, melalui pengendalian pimpinan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. d) Oey Liang Lee manajemen diartikan sebagai seni perencanaan, pengorganisasian pengarahan dan pengkoordinasian serta pengontrolan atas human and natural resources untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan lebih dahulu.5 Mencermati pemikiran di atas dapat dipahami unsur-unsur yang terkandung pada manajemen, yaitu sebagai berikut: 4 Henry L. Sisk, Principles of Management Brighton England: South-Western Publishing Company, 1969, h. 10. 5 Nur Zain, Gerakan Menata Mutu Pendidikan Teori & Aplikasi, Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2011, h. 27-28. 11 a. Manajemen diperlukan untuk mencapai tujuan dan pelaksanaan. b. Manajemen merupakan sistem kerja sama yang kooperatif dan rational. c. Manajemen menekankan perlunya prinsip-prinsip effeciency. d. Manajemen tidak dapat terlepas dari kepemimpinan atau pembimbing. Sebagai acuan pembanding selanjutnya dikatakan bahwa: Manajemen dapat diartikan sebagai suatu proses sosial yang direncanakan untuk menjamin kerja sama, partisipasi dan keterlibatan sejumlah orang dalam mencapai sasaran dan tujuan tertentu yang ditetapkan secara efektif. Manajemen mengandung unsur bimbingan, pengarahan, dan pengarahan sekelompok orang terhadap pencapaian sasaran umum6. Sebagai proses sosial, manajemen meletakkan fungsinya pada interaksi orangorang, baik yang berada di bawah maupun berada di atas posisi operasional seseorang di suatu organisasi. Dengan demikian manajemen lebih ditekankan pada upaya mempergunakan sumber daya seefisien dan seefektif mungkin. Adapun tujuan utama manajemen menurut Nanang Fattah yaitu “produktivitas dan kepuasan”7. Produktivitas sendiri diartikan sebagai ukuran kuantitas dan kualitas kinerja dengan mempertimbangkan kemanfaatan sumber daya. Sedangkan pembiayaan berasal dari kata biaya yang memiliki arti pengeluaran pembiayaan. Sedangkan pembiayaan yang dimaksud skripsi ini, yaitu semua bentuk pengeluaran yang secara langsung menunjang penyelenggaraan pendidikan, baik yang dikeluarkan oleh sekolah maupun siswa (biaya langsung). Hal ini berarti pembiayaan terkait dengan operasional penyelenggaraan pendidikan secara langsung. Jadi, manajemen pembiayaan pendidikan yaitu pengelolaan 6 Soebagio Admodiwiro, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta, PT Arda Dizya Jaya, 2000, 7 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2001, h. 15. h. 5. 12 semua bentuk pembiayaan baik pemasukan dan pengeluaran yang secara langsung maupun tidak langsung untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan, baik yang dikeluarkan oleh sekolah maupun siswa. Manajemen pembiayaan pendidikan terkait dengan operasional penyelenggaraan pendidikan secara langsung untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien dengan menggunakan fungsi-fungsi yang terdapat pada manajemen. Definisi di atas, dapat diambil simpulan pengertian bahwa manajemen pembiayaan pendidikan yang dikenal merupakan usaha atau kegiatan memproses pembiayaan guna membiayai pelaksanaan dan operasional pendidikan dengan menggunakan fungsi-fungsi manajemen. Adapun fungsi-fungsi manajemen telah banyak teori yang dikemukakan oleh para pakar manajemen. Pada tataran makro maupun mikro, menurut teori dan praktik pembiayaan pendidikan dikenal anggaran belanja pendidikan (education budgeting) yang terdiri atas dua komponen, yaitu: “1). Pendapatan, pemasukan, atau penerimaan di satu pihak, dan 2). Pengeluaran atau belanja”8. 2. Prinsip Manajemen Pembiayaan Pendidikan Pentingnya prinsip-prinsip dasar pada praktik manajemen antara lain menentukan metode kerja, pemilihan pekerjaan dan pengembangan keahlian, pemilihan prosedur kerja, menentukan batas-batas tugas, mempersiapkan dan membuat spesifikasi tugas, melakukan pendidikan, latihan. Melakukan sistem dan besarnya imbalan itu dimaksudkan tidak lain untuk meningkat efektivitas, efisiensi, dan produktivitas kerja. 8 Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004, h. 4. 13 Kaitannya dengan prinsip dasar manajemen, Fayol mengemukakan sejumlah prinsip manajemen pembiayaan pendidikan, yaitu: a. Pembagian kerja. b. Otoritas. c. Disiplin. d. Kesatuan perintah. e. Kesatuan arah. f. Pengutamaan kepentingan umum/organisasi dari pada kepentingan. g. pribadi. h. Pemberian kontrak prestasi. i. Sentralisasi/pemusatan. j. Hierarki. k. Keadilan. l. Kestabilan staf. m. Inisiatif. n. Semangat kelompok.9 Untuk melihat lebih jelas prinsip dasar manajemen yang dikemukakan Fayol dideskripsikan sebagai berikut: a. Pembagian kerja. Pada aspek prinsip pertama yang dikemukakan Fayol memprioritaskan dalam sebuah manajemen adanya pembagian kerja yang Semakin seseorang menjadikan spesialis, maka dengan adanya pembagian kerja diharapkan dalam sebuah lembaga pekerjaannya juga semakin efisien dikerjakan untuk mencapai hasil maksimal. b. Otoritas. Manajer harus memberi perintah/tugas supaya orang lain dapat bekerja. Otoritas seorang pimpinan harus bijaksana untuk menetapkan dan menentukan instruksi yang 9 Kadarmansi dan Jusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992, h. 32. 14 ideal kepada anggotanya sehingga dengan demikian anggota dapat bekerja secara profesional. c. Disiplin. Setiap anggota organisasi harus menghormati peraturan-peraturan dalam organisasi. Loyalitas dan menjunjung tinggi kedisplinan menjadi prioritas yang tetap harus dijaga dan dipegang dengan teguh untuk mencapai kesesuaian bagi setiap perhimpunan atau organisasi. d. Kesatuan perintah. Setiap anggota harus menerima perintah dari satu orang saja, agar tidak terjadi konflik perintah dan kekaburan otoritas. Ini dimaksudkan adanya suatu ikatan komando tertinggi dari kesatuan organisasi yang efektif. e. Kesatuan arah. Hal yang hampir sama yang harus ada pada sebuah perhimpunan organisasi yakni adanya pengarahan perencanaan organisasi harus diberikan oleh satu orang berdasarkan satu rencana. f. Pengutamaan kepentingan umum/organisasi dari pada kepentingan pribadi. Indikasi kehancuran sebuah perhimpunan /organisasi adalah jikalau sudah nampak adanya kepentingan internal perseorangan /individu yang mulai merasuk dalam sebuah perhimpunan/ organisasi sehingga tujuan organisasi tidak berjalan efektif dikarenakan ditunggangi dengan adanya kepentingan individu. g. Pemberian kontrak prestasi. Kontrak prestasi menjadi indikator penggerak maksimalnya anggota organisasi mengemban tugas dalam kurun waktu tertentu berdasarkan aspek kontrak tersebut. 15 h. Sentralisasi/pemusatan. Manajer adalah penanggung jawab terakhir dari keputusan yang diambil. Adanya sentralisasi terpusat menjadi khas dari adanya sebuah perhimpunan/organisasi yang efektif. i. Hierarki. Otoritas wewenang dalam organisasi bergerak dari atas ke bawah. Artinya ada tingkatan /level bertingkat berdasarkan proporsi dan jabatan dari setiap anggota perhimpunan/organisasi. j. Teratur. Material dan manusia harus diletakkan pada waktu dan tempat yang serasi. Keteraturan dalam sebuah instansi yang bergerak dengan adanya sebuah pengorganisasian yang efektif menghendaki adanya keteraturan sehingga tidak kacau k. Keadilan. Keadilan yang terbentuk memberikan inspirasi nyaman kepada semua anggota dalam sebuah organisasi sehingga dengan demikian tidak ada tawaran kala menghendaki kenyamanan dan efisiensi organisasi keadilan manajer menjadi syarat mutlak dan akrab dengan bawahannya. l. Kestabilan staf. Perputaran karyawan yang terlalu tinggi menunjukkan tidak efisiennya fungsi organisasi. m. Inisiatif. Anggota harus diberi kebebasan untuk membuat dan menjalankan rencana. 16 n. Semangat kelompok. Peningkatan semangat kelompok akan menimbulkan rasa kesatuan sehingga terbentuk suasana kondusif yang tentunya kondisi demikian memberikan angin segar untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebagai bentuk tujuan bersama. Sebagai perbandingan peneliti melengkapi prinsip yang disandarkan pada sebuah karya tulis berjudul manajemen sekolah (mengelola lembaga pendidikan secara mandiri) Sri Minarti mendeskripsikan: Sejumlah prinsip yang yang menjadi landasaan dari pengelolaan pembiayaan sekolah yang sejalan dengan Undang-Undang No.2 tahun 2003 tenatang sistem pendidikan nasional pasal 48 tertera bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.10 3. Fungsi Manajemen Pembiayaan Pendidikan “Fungsi merupakan suatu besaran yang berhubungan, jika besaran satu berubah maka besaran yang lain juga berubah”11. Pada dasarnya fungsi manajemen ini sangat mengait dengan tujuan manajemen, tujuan itu sendiri merupakan suatu hasil akhir, titik akhir atau segala sesuatu yang akan dicapaian, oleh karena itu perlu adanya langkahlangkah yang harus ditempuh melalui manajemen, yakni fungsi manajemen yang meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan kontrol/evaluasi. Fungsi manajemen pembiayaan pendidikan yang dijalankan oleh masing-masing sekolah meliputi perencanaan pembiayaan yang berupa penyusunan anggaran (budgeting) terdiri dari anggaran pendapatan dan belanja sekolah (APBS). Ruang 10 Sri Minarti, Manajemen Sekolah (Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri), Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, h. 224. 11 Soebagio Admodiwiro, Op.Cit., h. 13 17 lingkup pelaksanaan pembiayaan pendidikan meliputi pembukuan (accounting) yang merupakan pembukuan terhadap pelaksanaan terhadap pembiayaan yang dilaksanakan untuk proses pendidikan. Adapun ruang lingkup terakhir yaitu evaluasi berupa pemeriksaan (auditing) merupakan pemeriksaan terhadap pendapatan dan pengeluaran serta penilaian pelaksanaan pembiayaan pendidikan. 1). Perencanaan Pembiayaan Pendidikan (Budgeting) Pada sebuah organisasi atau lembaga apapun bentuk dan namanya, sebelum melangkah untuk mencapai tujuan, maka terlebih dahulu ada perencanaan. Perencanaan pada sebuah lembaga sangat esensial, karena pada kenyataannya, perencanaan memegang peranan yang lebih penting dibandingkan dengan fungsi-fungsi lain. Tanpa ada perencanaan, maka akan sulit mencapai tujuan. Senada dengan apa yang telah dikemukakan oleh Udin Syaefudin Sa’ud, Abin Syamsuddin Makmun “Seorang perencana pendidikan dituntut untuk memiliki kemampuan dan wawasan yang luas agar dapat menyusun sebuah rancangan yang dapat dijadikan pegangan pada pelaksanaan proses pendidikan selanjutnya”12. Ada empat langkah atau tahap dasar perencanaan, yaitu: Pertama, tahapan menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan. Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan. Tanpa rumusan tujan yang jelas, sebuah lembaga akan cenderung menggunakan sumber daya - sumber daya yang secara tidak efektif. Udin Syaefudin Sa’ud, Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2005, h. 46. 12 18 Kedua, merumuskan keadaan saat ini, pemahaman akan kondisi sekarang dari tujuan yang hendak dicapaipai sangat penting, karena tujuan dan rencana menyangkut waktu yang akan datang. Ketiga, mengidentifikasikan segala kemudahan, kekuatan, kelemahan serta hambatan perlu diidentifikasikan untuk mengukur kemampuan dalam mencapai tujuan, oleh karena itu perlu dipahami faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang dapat membantu mencapai tujuan, atau mungkin menimbulkan masalah. Keempat, mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan tahap akhir dalam proses perencanaan meliputi pengembangan berbagai alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan. Perencanaan diartikan sebagai suatu proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin. Perencanaan Pembiayaan Pendidikan ini mencakup kegiatan penting yaitu penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) dan pengembangan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah atau Madrasah (RAPBS). a. Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) “Anggaran (budget) merupakan rencana operasional yang dinyatakan ecara kuantitatif pada bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan-kegiatan lembaga pada kurun waktu tertentu”13. Penyusunan anggaran merupakan 13 47. visualisasi atau gambaran terhadap kegiatan-kegiatan yang akan Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002, h. 19 dilaksanakan oleh lembaga pendidikan yang dapat diketahui pula penentuan satuan biaya untuk tiap-tiap kegiatannya. Anggaran berfungsi sebagai alat untuk perencanaan dan pengendalian juga merupakan alat bantu bagi manajemen untuk mengarahkan lembaga pada pelaksanaan kegiatan-kegiatannya. Selain itu pula anggaran mempunyai manfaat atau berfungsi yang dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu: 1) Sebagai alat penafsir yaitu untuk memperkirakan besarnya pendapatan dan pengeluaran, sehingga dapat dilihat kebutuhan dana yang diperlukan untuk merealisasikan kegiatan pendidikan di lembaga. 2) Sebagai alat kewenangan yaitu dapat memberikan kewenangan untuk pengeluaran dana, sehingga melalui anggaran dapat diketahui besarnya uang atau dana yang boleh dikeluarkan untuk membiayai kegiatan berdasarkan perencanaan anggaran sebelumnya. 3) Sebagai alat efisiensi yaitu dapat diketahuinya realisasi sebuah kegiatan yang kemudian dapat dibandingkan dengan perencanaan, sehingga dapat dianalisis ada tidaknya pemborosan atau bahkan adanya penghematan anggaran. Hal yang paling penting pada penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) yaitu bagaimana memanfaatkan dana secara efektif dan efisien serta mengalokasikan dana secara tepat sesuai kebutuhan. Melalui RAPBS ini dapat diketahui satuan biaya pendidikan yang diperlukan oleh lembaga pendidikan. Adapun tahapan penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS), antara lain: 20 a. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan selama periode anggaran (satu tahun ajaran). b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan dalam bentuk uang, jasa dan barang. c. Semua sumber dinyatakan melalui bentuk uang, sebab anggaran pada dasarnya merupakan pernyataan finansial. d. Mengformulasikan anggaran pada bentuk format yang telah disetujui dan dipergunakan oleh instansi yang bersangkutan. e. Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan dari pihak yang berwenang. f. Melakukan revisi usulan anggaran. g. Persetujuan revisi usulan anggaran. h. Pengesahan anggaran,14. Disamping itu idealnya format penyusunan RAPBS tidaklah kaku, melainkan ini akan menjadi titik orientasi sekolah untuk mengembangkan format yang lebih ideal diterapkan sesuai makna dan prinsip manajemen pembiayaan pendidikan, satu tawaran format penyusunan format RAPBS kembali Sri Minarti mendeskripsikan format penyusunan rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah yang partisipatif dideskripsikan pada bagan berikut: Bagan 2.1. Proses penyusunan RAPBS yang partisipatif15 Kepala sekolah mempelajari visi,misi, program utama seklah yang telah ada Kepala sekolah mengundang guru dan pengurus komite sekolah untuk menyusun draft RAPBS Kepala sekolah mengundang guru dan pengurus komite sekolah untuk membahas draft dan menetapkan RAPBS RAPBS sudah siap dilaksanakan. 14 Ibid., h. 50. 15 Sri Minarti, Op. Cit., h. 231. 21 Format Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) terdiri dari penerimaan/pendapatan dan Satuan biaya pendidikan atau biaya satuan (unit cost) merupakan rata-rata biaya per siswa per satu tahun dalam satu tahun ajaran di lembaga pendidikan. Rancangan anggaran ini dapat diambil simpulan bahwasanya rancangan anggaran yang disusun oleh lembaga pendidikan merupakan gerak awal dari jalannnya operasional sekolah. b. Pengembangan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) Kegiatan Pengembangan RAPBS merupakan tindakan lanjutan setelah dilakukan persetujuan terhadap rancangan anggaran (budget). Pengembangan RAPBS didasarkan pada hasil analisis kebutuhan biaya yang dilakukan oleh tim perumus, pada hal ini kepala sekolah, bendahara, guru terkait dan komite sekolah. “Tujuan dilakukannya pengembangan RAPBS ini yaitu untuk melakukan seleksi alokasi dana yang diperkirakan mendesak dan yang perlu dikurangi atau ditambah”16. Disamping itu juga pengembangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kebutuhan biaya pendidikan berdasarkan waktu penggunaan (skala prioritas) terhadap kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran dan operasional pendidikan yang lain. 2). Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan (Accounting). Setelah perencanaan pembiayaan pendidikan sekolah selesai dan disetujui oleh semua komponen yang telibat, sehingga menghasilkan sebuah Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS), tahapan manajemen selanjutnya yaitu 16 Mochammad Idhochi Anwar, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Pembiayaan Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2004, h. 130. 22 pelaksanaan pembiayaan pendidikan. Kegiatan pelaksanaan pembiayaan sekolah meliputi dua kegiatan besar yakni penerimaan dan pengeluaran pembiayaan sekolah. a. Penerimaan Biaya Pendidikan. Penerimaan terhadap biaya pendidikan ditentukan oleh besarnya biaya yang diterima oleh sekolah dari setiap sumber pendanaan. Sumber pembiayaan pendidikan secara umum berasal dari pemerintah, masyarakat, orang tua siswa dan sumber-sumber lain. Kembali Nanang Fatah menegaskan “Sebagian besar penerimaan atau pendapatan biaya pendidikan selama ini berasal dari orang tua siswa yang berupa Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP)”17, sedangkan untuk pendidikan dasar sembilan tahun sejak 2005 sebagian besar pendapatan atau penerimaan biaya operasional pendidikan ditunjang oleh pemerintah. Pembukuan terhadap penerimaan atau pendapatan biaya pendidikan pada umumnya didasarkan pada prosedur pembukuan yang selaras dengan ketetapan yang disepakati, baik berupa konsep teoritis maupun peraturan pemerintah. Penanggung jawab terhadap segala penerimaan/pendapatan biaya pendidikan dan juga pembukuannya dipegang sepenuhnya oleh bendahara lembaga pendidikan yang bersangkutan dengan diketahui oleh kepala sekolah. b. Pengeluaran Biaya Pendidikan. Kegiatan pengeluaran biaya pendidikan tentunya tidak menyimpang dari Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Pengeluaran biaya pendidikan dipergunakan secara efektif dan efisien, artinya setiap penerimaan/ 17 Nanang Fattah, Op. Cit., h. 47. 23 pendapatan dana, untuk pengeluarannya harus didasarkan pada kebutuhan- kebutuhan yang telah direncanakan. Pengeluaran biaya pendidikan biasanya berupa biaya langsung dan tidak langsung. Biaya langsung berupa biaya yang mempengaruhi proses produksi, pada hal ini kegiatan belajar mengajar (KBM), sedangkan biaya tidak langsung berupa biaya yang secara tidak langsung masuk pada proses pendidikan, namun berpengaruh terhadap proses pendidikan yang sedang berjalan. Pelaksanaan manajemen pembiayaan pendidikan yang menyangkut pengeluaran uang yang harus dipertanggung jawabkan harus dibukukan juga sesuai dengan prosedur, ketentuan lembaga dan peraturan pemerintah. 3). Evaluasi Pembiayaan Pendidikan (Evaluating). “Evaluasi pembiayaan pendidikan merupakan alat untuk mengukur dan melihat hasil rencana yang dicapainangkan pada planing”18. Memberikan imbalan kepada staff sesuai kinerja yang ditunjukkan, dan merancang serta merencanakan kembali sambil memperbaiki hal-hal yang belum sempurna. Evaluasi pada administrasi berarti kegiatan mengukur tingkat efektivitas kerja personal dan tingkat efisiensi penggunaan metode dan alat bantu tertentu dalam usaha mencapai tujuan. Mengamati tingkat efektivitas maksudnya menilai tindakan-tindakan atau kegiatan yang telah dilakukan, apakah telah menghasilkan sesuatu seperti direncanakan atau sekurang-kurangnya, apakah kegiatan itu telah berjalan di atas rel yang sebenarnya dan tidak menyimpang dari perencanaan atau tujuan yang telah ditetapkan. Sedang mengamati tingkat efisiensi maksudnya menilai tindakan-tindakan/ kegiatan yang telah 18 Ashar Arsyad, Pokok Manajemen, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002, h. 20. 24 dilakukan itu apakah merupakan cara yang terbaik atau paling tidak untuk mencapai hasil yang sebesar-besarnya dengan resiko yang sekecil-kecilnya, yang berarti apakah cara kerja tertentu yang sudah dipergunakan mampu memberi hasil yang maksimal. Evaluasi pembiayaan pendidikan sebagai pertimbangan menurut seperangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggung- jawabkan. Tujuannya yaitu untuk mengukur, membandingkan, menilai alokasi biaya dan tingkat penggunaannya. Konsep dasar evaluasi atau pengawasan terhadap penggunaan biaya pendidikan yaitu dapat mengetahui tingkat efektivitas dan efisiensi dari penggunaan sumber-sumber dana yang tersedia. Pertanyaan pokok dalam evaluasi pembiayaan pendidikan ini yaitu seberapa besar tingkat kesesuaian antara biaya yang dialokasikan untuk setiap komponen pada anggaran dengan realisasi anggaran yang telah direncanakan. Selanjutnya Sri Minarti kembali menegaskan pada aspek ini contoh kongkrit yang dapat dimunculkan untuk mengetahui hasil yang diharapkan sebagai bentuk tolak ukur evaluasi rencana anggaran pembiayaan pendidikan apabila: 1. Terealisasainya sosialisasai pendanaan pendidikan . 2. Terwujudnya penggalian sumber dana dari luar sekolah dan diperoleh peningkatan sumber dana. 3. Terealisasainya penggalian dana pendidikan dan dihasilakan peningkatan dana pendidikan. 4. Terealisasinya penyusunan anggaran pendidikan. 5. Terwujudnya pengembangan unit-unit usaha di sekolah.19 Secara umum ruang lingkup manajemen bantuan pembiayaan pendidikan dapat dilihat dari bagan sebagai berikut: 19 Sri Minarti, Op. Cit., h. 244. 25 Bagan 2.2. Ruang Lingkup Manajemen Pembiayaan Pendidikan.20. Perencanaan Pembiayaan Pendidikan. Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan. Evaluasi Pembiayaan Pendidikan. 4. Jenis dan Sumber bantuan Pembiayaan Pendidikan. Jenis bantuan pembiayaan pendidikan yang ditetapkan untuk membiayai terlaksananya kegiatan belajar mengajar (KBM) yaitu: “biaya langsung dan biaya tidak langsung”21. Biaya langsung yaitu segala pengeluaran yang secara langsung menunjang penyelenggaraan pendidikan. Biaya langsung yang dimaksud pada hal ini yaitu dimensi pengeluaran pendidikan meliputi biaya rutin dan biaya pembangunan. Biaya rutin biasanya untuk gaji guru dan pegawai, peralatan belajar mengajar, listrik dan lain-lain. Sedangkan biaya pembangunan digunakan untuk membeli tanah atau mendirikan bangunan baru. Sedangkan biaya tidak langsung yaitu pengeluaran yang secara tidak langsung menunjang proses pendidikan, tetapi memungkinkan proses pendidikan tersebut terjadi, misalnya biaya untuk hidup siswa, transportasi, jajan dan kesehatan. Menurut Peraturan 20 Ibid., h. 43. 21 Nanang Fattah, Op. Cit., h. 65. 26 Pemerintah (PP) RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) Pasal 62 ayat (1) dinyatakan bahwa “pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi dan biaya personal”22 untuk lebih jelasnya dideskripsikan sebagai berikut: a. Biaya investasi meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia dan modal kerja tetap. b. Biaya operasi meliputi gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai dan biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi dan lain sebagainya. c. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Sumber pendanaan pendidikan sebagaimana dinyatakan pada UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 46 ayat (1) “yaitu pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat”23. Pemerintah yang dimaksud yaitu pemerintah pusat yang memberikan dana kepada sekolah atau madrasah yang berasal Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang mekanismenya disalurkan melalui Pemerintah Daerah Tingklat I yaitu Propinsi dan dilanjutkan ke Pemerintah Daerah Tingklat II yaitu Kabupaten/kota. Lebih lanjut lagi disebutkan bahwa Pemerintah Pusat wajib mengeluarkan dana sekurang-kurangnya dua 22 Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), Citra Umbara, Bandung, 2006, h. 209. 23 Ibid, h. 99. 27 puluh persen (20%) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), begitupun juga dengan Pemerintah Daerah harus mengeluarkan dana sekurang-kurangnya dua puluh persen (20%) untuk sektor pendidikan. Sedangkan yang dimaksud dengan masyarakat yaitu orang tua siswa dan masyarakat lainnya. Dana yang berasal dari masyarakat bisa berupa sumbangan penyelenggaraan pendidikan, sumbangan pembangunan dan lain-lain. Dana masyarakat yang lain juga berupa hibah atau bantuan baik dari dalam maupun luar negeri. B. Deskripsi Kinerja Guru 1. Pengertian Kinerja Guru Berangkat dari sebuah pengertian secara psikologis, “Kinerja merupakan prilaku atau respons yang memberi hasil yang mengacu kepada apa yang dikerjakan ketika menghadapi suatu tugas (performance)”24. Yang akan mengarahkan pada makna kinerja merupakan penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas peserta didik sebagaimana yang terjadi. Sedangkan makna guru diperjelas dalam undang-undang RI No.14 tahun 2005 guru dan dosen pasal I menjelaskan bahwa: Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.25 24 Martinis Yamin & Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, Jakarta, Tim GP Press, 2010, h. 87. 25 Undang-Undang Guru dan Dosen, Yogjakarta, Pustaka Pelajar, 2009, h. 3. 28 Seorang guru hendaknya atau di tuntut untuk menjadi pribadi-pribadi unggul, harus kita akui bersama bahwa guru adalah orang tua kedua peserta didik. Profesi sebagai guru merupakan profesi yang berat, oleh karena itu guru harus membekali diri dengan kompetensi paedagogik, kepribadian, professional dan sosial. Upaya memperkuat makna kinerja peneliti lengkapi dengan melihat definis kinerja, berasal dari kata “Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang)”26. Dalam kamus besar bahasa indonesia, kinerja diartikan sebagai “Sesuatu yang dicapai, Prestasi yang diperlihatkan, Kemampuan kerja”27. Kinerja atau performansi dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja sejalan dengan itu, Smith yang dikutip Mulyasa menyatakan bahwa kinerja adalah "…out put drive from processes, human or otherwise," jadi kinerja merupakan hasil atau keluaran dari proses”28. Pada umumnya, job performance diberi batasan sebagai kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Sedangkan Benardin dan Russel yang dikutip Ahmad S. Ruky, memberikan definisi Performance sebagai berikut: Performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specified time period" (Prestasi adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu).29 26 Chara R. Pudjiyogyanti, Konsep Diri Dalam Pendidikan, Jakarta , Arcan, 1993, h. 3. 27 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2005, edisi ke 3, h. 570. 28 Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS Dan KBK Bandung, PT Remaja Rosda Karya, 2004, h.136. 29 Ahmad S. Ruky, Sistem Manajemen kinerja Panduan Praktis Untuk Merancang Dan Meraih Kinerja Prima, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2002, h. 15. 29 Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas dapat dimengerti bahwa kinerja guru adalah prestasi yang dicapai oleh seorang guru dalam mengelola dan melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran sesuai dengan ukuran yang berlaku bagi pekerjaannya. Kinerja pendidik menyangkut seluruh aktifitas yang dilakukannya dalam mengemban amanat dan tanggung jawab dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan dan memandu siswa dalam mencapai tingkat kematangan dan kedewasaannya. Seorang yang profesional tentunya akan memiliki kebanggaan yang besar terhadap pekerjaan yang digeluti dan kemampuan yang dimilikinya, yang mendasari keputusannya dalam profesionalnya tersebut. Pendidik yang profesional tentu akan lebih disegani oleh rekan, bawahan, maupun siswanya, sehingga kinerja organisasi akan berjalan secara optimal. Dalam hal ini orientasi seorang pendidik yang profesional akan selalu taat pada sistem yang sedang berlangsung. Kinerja seorang pendidik merupakan suatu perilaku atau respon yang memberikan hasil yang mengacu pada apa yang dikerjakan ketika menghadapi suatu tugas. Kinerja guru menyangkut semua aktivitas atau tingkah laku yang dikerjakan oleh seorang pendidik dalam mencapai suatu tujuan atau hasil pembelajaran Pendidikan . Profesi guru bukanlah sekedar mata pencaharian melainkan tercapaikup pengertian pengabdian pada suatu yang mulia dan idealis. 2. Standar Kinerja Guru. Penetapan standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting dan strategis untuk pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Melalui standar proses pendidikan setiap guru dan atau pengelola sekolah dapat menentukan bagaimana seharusnya proses pembelajaran berlangsung. Untuk mencapaian standar perencanaan 30 proses pendidikan melalui peningkatan dan perbaikan profesional guru serta mengoptimalkan peran guru dalam proses pembelajaran. Menurut Nana Sudjana, kinerja guru terlihat dari keberhasilannya didalam meningkatkan proses dan hasil belajar, yang meliputi: a. Merencanakan program belajar mengajar b. Melaksanakan dan mengelola proses belajar mengajar c. Menilai kemajuan prose belajar mengajar d. Menguasai bahan pelajaran.30 Menurut Suharsimi Arikunto, kinerja guru dapat dilihat dari kegiatan mengajar yang dilaksanakan melalui prosedur yang tepat, yaitu dengan: a. Membuat persiapan mengajar, berupa menyusun persiapan tertulis, mempelajari pengetahuan yang akan diberikan atau ketrampilan yang akan dipraktekkan di kelas, menyiapkan media, dan alat-alat pengajaran yang lain, menyusun alat evaluasi. b. Melaksanakan pengajaran di kelas, berupa membuka dan menutup,memberikan penjelasan, memberikan peragaan, mengoperasikan alat-alat pelajaran serta alat bantu yang lain, mengajukan pertanyaan, memberikan jawaban melakukan program remedial. c. Melakukan pengukuran hasil belajar, berupa melaksanakan kuis (pertanyaan singkat), melaksanakan tes tertulis, mengoreksi, memberikan skor, menentukan nilai akhir31 Soedijarto, kinerja guru dapat dilihat dari kemampuannya didalam: a. Merencanakan belajar mengajar yang meliputi: 1. Merumuskan tujuan-tujuan instruksional khusus 2. Menguraikan deskripsi satuan pelajaran 3. Merancang kegiatan belajar mengajar yang akan ditempuh 4. Memilih berbagai media dan sumber belajar 5. Menyusun instrumen untuk menilai penguasaan tujuan yang telah ditetapkan. b. Melaksanakan dan memimpin proses belajar mengajar c. Menilai kemajuan proses belajar mengajar 30 Nana Sudjana, Dasar-dasar Prose Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru Algesindo, 1987, h. 19. 31 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran, Jakarta, Rineka Cipta, 1993, h. 243. 31 d. Memanfaatkan hasil penilaian kemajuan belajar dan informasi lainnya tentang belajar bagi perbaikan program belajar mengajar32. Syafrudin Nurdin, Menjelaskan bahwa kinerja guru itu terlihat dari aktifitas yang dilakukan dalam mempersiapkan pengajaran di kelas, yang meliputi: a. Mengidentifikasi secara cermat pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang telah digariskan dalam kurikulum. b. Menentukan kelas atau semester dan alokasi waktu yang akan digunakan c. Merumuskan tujuan instruksional umum d. Merumuskan tujuan instruksional khusus e. Merinci materi pelajaran yang didasarkan kepada bahan pengajaran dan GBPP dan TIK yang hendak dicapai. f. Merencanakan kegiatan belajar mengajar secara cermat, jelas dan tegas, sistematis, logis sesuai dengan TIK dan materi pelajaran. g. Mempersiapkan dan melakukan variasi dan kebutuhan siswa lainnya. h. Memilih alat peraga, sumber bahan dari buku dan masyarakat. i. Merancang secara teliti prosedur penilaian dan evaluasi. j. Menggunakan bahasa yang jelas, mudah dipahami dan sesuai dengan EYD. k. Menyusun satuan pelajaran33 Suryosubroto mengemukakan bahwa kinerja guru dapat dilihat dari tugas yang dilakukan berkenaan dengan pembelajaran atau proses belajar mengajar yang tercapaikup dalam 10 kompetensi guru, yaitu: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. Menguasai bahan pelajaran Mengelola program belajar mengajar Mengelola kelas Menggunakan media atau sumber Menguasai landasan-landasan pendidikan Mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar Menilai prestasi siswa Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran34 32 Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional Yang Relevan Dan Bermutu, Jakarta, Balai Pustaka, 1993, 33 Syafrudin Nurdin, Guru Profesional Dan Implementasi Kurikulum, Jakarta, Ciputat press, 2002, h. 34 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Jakarta, Rineka Cipta, 1997, h.4-5. h. 50. 90-91. 32 Dengan demikian, untuk memperoleh predikat kinerja guru dengan baik. Maka ada banyak hal yang harus dilakukan dan diperlihatkan guru dalam kegiatan proses belajar mengajarnya, baik pekerjaan yang sifatnya tertulis maupun yang tidak tertulis. Sehingga sebagai guru harus bisa memahami akan tugasnya sebagai pengelola pembelajaran, melaksanakannya, dan berhasil dalam mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik sangat ditentukan oleh konsekuensi dan kepiawaian dalam memilih strategi mengajar. Kegiatan atau hal yang harus dilakukan oleh guru berkenaan dengan tugasnya sebagai pengelola pembelajaran meliputi: a. Membuat perencanaan berupa satuan pelajaran dengan tepat. b. Menggunakan metode belajar yang sesuai c. Menciptakan kondisi belajar secara konsekuen d. Melaksanakan evaluasi secara keseluruhan e. Membuat program tindak lanjut hasil penilaian 3. Penilaian Kinerja Guru. Suatu pelaksanaan kerja atau kinerja guru perlu mendapatkan penilaian dari atasan, yaitu kepala sekolah. Sehingga mengetahui kekurangan yang dimilikinya untuk dijadikan evaluasi yang dapat meningkatkan kinerjanya. Penilaian kinerja dan manfaat kinerja diuraikan dibawah ini. a. Penilaian kinerja Penilaian diperlukan dalam suatu organisasi, baik perusahaan maupun sekolah. Disekolah, penilaian dilakukan oleh kepala sekolah kepada staf dan guru. Menurut Desler, penilaian kinerja adalah “membandingkan antara prestasi aktual bawahan 33 dengan standar yang ditetapkan, menilai kemajuan bawahan dan merancang rencana pengembangan”35. Pengertian ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ruky yang menyatakan bahwa “penilaian kinerja adalah membandingkan antara hasil yang sebenarnya diperoleh dengan yang direncanakan”36. Suatu penilaian kerja tidak sebatas membandingkan dan memperoleh hasil penilaian kinerja merupakan tugas yang berat yaitu melibatkan keputusan, pelaporan dan menindak lanjuti hasil penilaian itu. Sedang menurut Ruky, “hasil penilaian kinerja dapat ditindak lanjuti untuk kepentingan pelatihan dan pengembangan”37. Penilaian kinerja yang baik mengutamakan pada hubungan kerja antara atasan dan bawahan. Dengan demikian, dalam penilaian kinerja guru hubungan dengan penilaian (kepala sekolah) dengan yang dinilai (guru) terjalin dengan baik. Kepala sekolah tidak semata-mata mencapairi kesalahan tetapi lebih bertujuan untuk menindak lanjuti hasil penilaian dan penghargaan prestasi kerja guru. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja guru adalah penilaian yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap pelaksanaan tugas bawahan (guru) untuk mengetahui hasil yang sebenarnya atau hasil standar guna mengambil keputusan untuk mnindak lanjuti. 35 Gery. Desler, Management Personal: Teknik dan Konsep Modern, Alih bahasa oleh Agus Dharma (edisi ketiga), Jakarta, Erlangga, 1994, h.123. 36 Ahmad S. Ruky,. Op. Cit., h. 158. 37 Ibid., h. 163. 34 b. Manfaat penilaian kinerja guru Penilaian kinerja yang dilakukan diharapkan dapat memberikan umpan balik dalam rangka memperbaiki dan mengembangkan kinerja guru. Penilaian kinerja dapat bermanfaat bila dapat meningkatkan produktivitas kerja. Menurut John. F. Bach dalam Timpe manfaat penilaian kinerja adalah “untuk memperbaiki kinerja, untuk memperbaiki umpan balik tentang kualitas kinerja, dan kemudian mempelajari kemajuan perbaikan yang dikehendaki dalam kinerja”38. Hal senada dikatakan oleh Handoko yang menyatakan bahwa “manfaat penilaian kinerja secara garis besar adalah 1) perbaikan prestasi, 2) penyesuaian kompensasi, 3). Keputusan-keputusan penempatan, 4). Pengembangan karier, 5). Membantu diagnosis”39. Proses penilaian variabel kinerja guru diperoleh melalui angket. Adapun proses penskoran tiap aspek penilaian kinerja guru berkisar antara 1 sampai 4 untuk aspek penilaian. Semakin tinggi nilai yang diperoleh menunjukkan kinerja guru semakin baik, demikian pula sebaliknya, semakin rendah nilai yang diperoleh maka kinerja guru semakin buruk. 4. Faktor yang mempengaruhi kinerja guru Ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja guru. Perbedaan kinerja antara orang yang satu dengan yang lainnya di dalam situasi kerja adalah perbedaan 38 A. Dale Timpe, Seni Ilmu dan Seni Manajemen Bisnis: Kinerja (Ali bahasa: Sofyan Cimat), Jakarta, PT Gramedia Asri Media, 1992, h. 239. 39 263. Hani Handoko, Manajemen (edisi kedua), Yogyakarta, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi, 2000, h. 35 karakteristik dari individu. Disamping itu, orang yang sama dapat menghasilkan kinerja yang berbeda dalam situasi yang berbeda pula. Semua ini menerangkan bahwa kinerja itu pada garis besarnya dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor individu dan faktor situasi. Mulyasa mengungkapkan beberapa model faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja. Untuk lebih memahami tentang kinerja tenaga kependidikan, berikut disajikan beberapa pendapat menurut pengertian operasional sebagai berikut: a. Model Vroomian Vrom mengemukakan bahwa "performance" = f (Ability X Motivation)". Menurut model ini kinerja seseorang merupakan fungsi perkalian antara kemampuan (ability) dan motivasi. Hubungan perkalian tersebut mengandung arti bahwa: jika seseorang rendah pada salah satu komponen maka prestasi kerjanya akan rendah pula. Kinerja seseorang yang rendah merupakan hasil dari motivasi yang rendah dengan kemampuan yang rendah. b. Model Lawler dan Porter Lawler dan Porter (1976) mengemukakan bahwa: "performance = Effort X Ability X Role Perceptions. Effort adalah banyaknya energi yang dikeluarkan seseorang dalam situasi tertentu, abilities adalah karakteristik individu seperti inteligensi, ketrampilan, sifat sebagai kekuatan potensial untuk berbuat dan melakukan sesuatu. Sedangkan role perceptions adalah kesesuaian antara usaha yang dilakukan seseorang dengan pandangan atasan langsung tentang tugas yang harus dikerjakan c. Model Ander dan Butzin Ander dan Butzin (1982) mengajukan model kinerja sebagai berikut: " Future performance = Past performance + (motivation X Ability)." Formula terakhir menunjukkan bahwa kinerja merupakan hasil interaksi antara motivasi dengan ability, orang yang tinggi ability-nya tetapi rendah motivasinya, akan menghasilkan kinerja yang rendah, demikian halnya orang yang bermotivasi tinggi tetapi ability-nya rendah40. Dari beberapa pendapat diatas, penulis lebih sepakat menurut pendapatnya Lawler dan Porter yang mana seorang pendidik menjalankan tugas harus sesuai dengan sistem yang telah ditentukan dan hasilnya sesuai dengan apa yang ia usahakannya. 40 Mulyasa. Op. Cit. h. 136-137. 36 Kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya pegawai yang memiliki IQ diatas ratarata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, “pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the right man in the right place. The right man on the right job)”41 Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang pegawai harus sikap mental yang siap secara psikofisik (siap secara mental, fisik, tujuan dan situasi). Artinya seorang pegawai harus siap mental, maupun secara fisik, memahami tujuan utama dan target yang akan dicapai, maupun memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja. David Mc Clelland berpendapat bahwa: pegawai akan mampu mencapai kinerja maksimal jika memiliki motivasi berprestasi tinggi. Motivasi berprestasi yang perlu dimiliki oleh pegawai harus di tumbuhkan dari dalam diri sendiri selain dari lingkungan kerja. Hal ini karena motif berprestasi yang di tumbuhkan dari dalam diri sendiri akan membentuk suatu kekuatan diri dan jika situasi lingkungan kerja turut menunjang maka pencapaian kinerja lebih mudah.42. Kembali Mulyasa mengemukakan faktor utama yang menentukan 41 Ibid., h. 67. 42 Ibid. ., h. 69. 37 produktivitas tenaga kerja, kalau dalam pendidikan adalah peningkatan prestasi kerja guru, yakni: 1. Sikap kerja, seperti kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work), dapat menerima tambahan tugas, dan bekerja dalam satu tim. 2. Tingkat ketrampilan yang ditentukan oleh pendidik, latihan dalam manajemen dan supervisi serta ketrampilan dalam teknik industri. 3. Hubungan tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam usaha bersama antara pimpinan organisasi dengan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan mutu. 4. Manajemen produktivitas, yaitu manajemen yang efisien mengenai sumber dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas. 5. Efisien tenaga kerja, seperti perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas. 6. Kewiraswataan, yang tercermin dalam pengambilan resiko kreakivitas dalam berusaha, dan berada pada jalur yang benar dalam berusaha. C. Hasil Penelitian Relevan. Pokok masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah pengaruh manajemen pembiayaan terhadap kinerja guru di SMP Negeri 1 Moramo Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan. Memiliki titik orientasi pada variabel X (manajemen pembiayaan) dan Y (kinerja guru). Penelitian tentang manajemen, sebelumnya memang telah ada penelitian yang dilakukan oleh rekan-rekan sebelumnya pada beberapa variabel dan objek yang berbeda, kebanyakan peneliti menjumpai penelitian rekan sebelumnya dilakukan pada jenjang pendidikan tertentu di pulau jawa, kemudian ada 38 beberapa peneliti di Universitas Haluoleo pada fakultas FKIP (Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan) yang kemudian ini menjadi salah satu bahan rujukan guna untuk melihat hasil dan posisi penelitian sebelumnya dengan hasil penelitian penulis. Di sini tidak memungkinkan bagi penulis untuk menampilkan dan menyebutkan hasil-hasil penelitian rekan-rekan sebelumnya satu-persatu. Namun, ada beberapa hasil penelitian yang akan dikemukakan di sini yang erat dengan masalah yang diteliti. Hal ini dimaksudkan untuk melihat posisi penelitian ini di antara kajian-kajian tersebut. Kajian manajemen dengan variabel dependen (terikat) yang sama atau pun berbeda yang sangat penting artinya berkaitan dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh saudari. Da’watul Baroroh (3103078). Hubungan Konsep Diri Dengan Kinerja Guru SD Negeri Se-Kecamatan Ngaliyan Semarang. Skripsi. Semarang: Program Strata 1 Jurusan Pendidikan IAIN Walisongo, 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Konsep Diri Guru SD Negeri SeKecamatan Ngaliyan Semarang, 2) Kinerja Guru SD Negeri Se- Kecamatan Ngaliyan Semarang, 3) Menguji dan Membuktikan adakah hubungan Konsep Diri dengan Kinerja guru SD Negeri Se-Kecamatan Ngaliyan Semarang. Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dan angket. Subyek penelitian sebanyak 37 responden, menggunakan teknik populasi. Pengumpulan data instrumen angket untuk menjaring data X dan Y. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis regresi. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa: Terdapat hubungan positif antara konsep diri dengan kinerja guru SD Negeri Se-Kecamatan Ngaliyan Semarang, ditunjukkan oleh koefisien korelasi rxy = 0,516. Sedangkan koefisien korelasi determinasinya: r2 = 0,267 (26,7%) dan uji t sebesar 3,566 kemudian dikonsultasikan ke ttabel (0,05) = 2,021 dan (0,01) = 2,704. Ini berarti thitung lebih besar dari ttabel, menunjukkan korelasi antara X dan Y signifikan. Sedangkan harga Freg diperoleh yaitu = 12,719 kemudian dikonsultasikan dengan harga Ftabel pada taraf signifikan 1% yaitu 7,68 dan 5% =4,08, karena Freg = 12,719 > Ft (0,01) = 7,68 maka signifikan dan F t (0,05) = 4,08 juga signifikan. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin baik tingkat konsep diri guru, maka akan semakin baik kinerjanya. 39 Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa, kepala sekolah dan para guru khususnya, dapat meningkatkan kinerja guru melalui konsep diri.43 Studi yang dilakukan oleh saudari Da’watul Baroroh (3103078) dijadikan sebagai salah satu rujukan oleh penulis yang diperoleh melalui layanan jasa internet (Interkonektit Network melalui proses registrasi member keanggotaan digital library IAIN Walisongo Semarang (GDL) di tanah air. Walaupun begitu, kajian tersebut lebih banyak membahas tentang konsep diri dengan kinerja guru. Kajian yang tidak kalah pentingnya dalam rangka melakukan penelitian ini, ditulis oleh saudari Novi Fitrianingsih (Nim: 073911020) mengadakan sebuah penelitian mengangkat judul: Novi Fitrianingsih (Nim: 073911020) Studi Komparasi Kinerja antara Guru Sertifikasi dan Guru non Sertifikasi Dalam Pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Se-Kecamatan Pecangaan Jepara Penelitian ini bertujuan untuk, Mengetahui kinerja guru sertifikasi di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Se-Kecamatan Pecangaan Jepara, Mengetahui kinerja guru non sertifikasi di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Se-Kecamatan Pecangaan Jepara, Mengetahui perbedaan kinerja guru sertifikasi dan guru non sertifikasi dalam pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Se-Kecamatan Pecangaan Jepara. Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif Kuantitatif, Yakni jenis penelitian yang menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan menampilkan hasilnya. Suatu pendekatan penelitian yang bersifat Objektif, mencakup pengumpulan data analisis data kuantitatif serta menggunakan metode statistik. Sampel dalam penelitian ini sebesar 10% dari populasi 48 yakni 10 guru sertifikasi dan 10 guru non sertifikasi. Dan cara pengambilan sampel dengan cara random sampling yakni semua responden dianggap sama dalam pemilihan sampel tanpa pandang bulu. Adapun hasil dari data yang telah didapat dianalisis dengan analisis uji t dengan satu variable yaitu kinerja guru, dimana kinerja guru yang dimaksud adalah kinerja guru sertifikasi dan kinerja guru non sertifikasi. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa hipotesis alternatif ditolak artinya hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja antara guru sertifikasi dan guru 43 Lihat Didital library IAIN Walisongo Semarang, http://library.walisongo.ac.id/digilib/index.php.jtptiain-gdl-da’watul baroroh -i-4789-1-skripsi_-5.diakses, 12-04-2012. 40 non sertifikasi dalam pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Se- Kecamatan Pecangaan Jepara. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa: 1) Kinerja guru sertifikasi termasuk dalam kategori baik sekali yaitu berada pada interval 101125 dengan nilai rata-rata sebesar 101,4. 2) Kinerja guru non sertifikasi termasuk dalam kategori baik yaitu berada pada interval 76-100 dengan nilai rata-rata sebesar 93,1. 3) Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja guru sertifikasi dan guru non sertifikasi dalam pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Se-Kecamatan Pecangaan Jepara ditunjukkan dengan nilai t hitung (1,693) lebih kecil dari t tabel untuk taraf signifikansi 5% (1,734), maupun t tabel untuk taraf signifikansi 1%. Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan para civitas Akademik, mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, terutama para guru sebagai pengajaran baik guru sertifikasi dan guru non sertifikasi untuk selalu menjaga kinerjanya dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara. 44 Dengan menjadikan rujukan pada karya yang disebutkan di atas, maka muncullah buku-buku yang mengkaji manajemen pembiayaan pendidikan seperti buku panduan yang diterbitkan Ar-rus Media, dengan judul Manajemen Sekolah (mengelola lembaga pendidikan secaramandiri) karya Sri Minarti, yang sudah barang tentu mengkaji prosedur manajemen pembiayaan pendidikan. Selain itu peneliti lihat karya yang begitu berharga dalam melengkapi kahasanah keilmuan peneliti dengan hadirnya sebuah karya Tjiptono, F. dan Diana A. yang berjudul Total Quality Management. Diterbitkan di Yogyakarta dengan badan penerbit Andi Ofset. Setelah membaca hasil penelitian rekan-rekan yang tersebutkan di atas terkait variabel manajemen dan kinerja guru , dengan beberapa karya buku-buku relevan peneliti menganggap bahwa penelitian tersebut telah mengkaji variabel dimaksud sedikit banyak telah turut melengkapi khasanah keilmuwan dan referensi penelitian penulis. 44 Lihat Didital library IAIN Sunan Ampel, http://digilib.sunan-ampel.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptiain-gdl-s1-2005- Novi. diakses, 12-04-2012. 41 Namun, sebagai karya manusia yang tidak lepas dari keterbatasan, semua karya itu tidak pernah mencapai predikat sempurna. Dalam melakukan pengkajian, terkadang karyakarya terebut hanya mampu membahas satu aspek atau menonjolkan beberapa aspek tertentu saja. Dalam penelusuran terhadap karya dan hasil penelitian mengenai manajemen pembiayaan pendidikan penulis menemukan beberapa kajian secara spesifik. Namun, ada beberapa titik-titik sentral yang menjadi perbedaan dengan penelitian sebelumnya yang pada umumnya penelitian itu banyak rekan-rekan kita melakukannya pada ruang lingkup skala dan jenjang pendidikan tertentu, Untuk itulah penelitian ini dianggap perlu dilakukan di Moramo Kabupaten Konawe Selatan tepatnya pada sebuah lembaga pendidikan SMP Negeri 1 Moramo. Meskipun demikian, dalam melakukan penelitian ini, hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya menjadi bahan yang amat berharga bagi penulis, terutama untuk memberikan gambaran pengaruh manajemen pembiayaan terhadap kinerja guru di SMP Negeri 1 Moramo Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan yang kawan-kawan pernah temui dalam penelitiannya. Begitu juga sumber-sumber lain yang membahas mengenai variabel-variabel tersebut yang belum diungkap di sini, menjadi bahan yang sangat berguna sehingga penulis memberikan apresiasi yang setingi-tingginya. 42 D. Kerangka Pikir. Bagan 2.3 Kerangka Konsep Pengaruh manajemen pembiayaan terhadap kinerja guru di SMP Negeri 1 Moramo Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan. Pengaruh manajemen pembiayaan terhadap kinerja guru pendidikan di MP Negeri 1 Moramo Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan Manajemen Pembiayaan Kinerja Guru Proses inti manajemen pembiayaan sekolah 1. Perencanaan Pembiayaan Pendidikan (Budgeting) 2. Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan (Accounting). 3. Evaluasi Pembiayaan Pendidikan (Evaluating) Dimensi kinerja guru 1. Merencanakan program belajar mengajar 2. Melaksanakan dan mengelola proses belajar mengajar 3. Menilai kemajuan prose belajar mengajar 4. Menguasai bahan pelajaran. 5. Melakukan pengukuran kinerja 1. Menyusun draft RAPBS 2. Membahas draft dan menetapkan RAPBS 3. Hasil RAPBS siap dilaksanakan Hasil RAPBS mengorientasikan TQM (total quality manajemen) diantaranya adanya peningkatan kinerja guru Kinerja guru diukur dengan Membandingkan antara prestasi aktual bawahan dengan standar yang ditetapkan terhadap dimensi/aspek kinerja guru