9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Manajemen Pembiayaan

advertisement
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Manajemen Pembiayaan Pendidikan
1. Pengertian Manajemen Pembiayaan Pendidikan
Banyak definisi yang telah dikemukakan oleh para sarjana mengenai manajemen,
sebelum mengemukakan pengertian manajemen lebih bijaksana terlebih dahulu akan
dikemukakan asal kata manajemen itu. “Manajemen berasal dari kata to manage yang
artinya mengatur”1. Hal ini semakna dengan beberapa makna manajemen yang dikaitkan
dengan pembiayaan atau manajemen pembiayaan diperjelas Marno dan Triyo
Supriyanto:
Manajemen pembiayaan sebagai pengelolaan atas fungsi-fungsi pembiayaan, yakni
fungsi bagaimana pihak manajemen mampu menghimpun dana (Raising of found)
dan mengalokasikan (allocation of found) dana tersebut sehingga tujuan organisasi
pendidikan tercapai secara efektif dan efisien.2
Hal semakna juga penulis jumpai pada apa yang telah di edit oleh Editor P.J.
Hills dalam buku A Dictionary of Education berpendapat tentang manajemen, yaitu
“management is a difficult term to define and manager’s jobs are difficult to identify
with precision”3. Dengan translate indonesia manajemen merupakan istilah yang sangat
1
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, Jakarta, Bumi Aksara,
2004, h.1.
2
Marno dan Tryio Supriyanto, manajemen dan Kepemimpinan pendidikan Islam , Bandung, PT.
Refika Aditma, 2008 h. 77.
3
Anonim, http://library.walisongo.ac.id/digilib/index.a=dictionary=of= education.php. Diakses
23 April 2012.
9
10
sulit untuk didefinisikan dan pekerjaan pemimpin yang sulit untuk diidentifikasikan
dengan teliti.
Sedangkan pengertian manajemen menurut Henry L. Sisk pada buku Principles
of Management mengemukakan definisi manajemen sebagai berikut: “Management is
the coordination of all resources through the processes of planning, organizing,
directing, and controlling in order to attain stated objectives”4. Manajemen berupa
mengkoordinasikan semua sumber daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan kontrol guna mencapai tujuan secara obyektif.
Guna lebih memahami tentang apa pengertian manajemen itu, penulis
menganggap perlu menukilkan beberapa pendapat para sarjana sebagai berikut:
a) George Terry manajemen adalah suatu tindakan perbuatan seseorang yang
berhak menyuruh orang lain mengerjakan sesuatu, sedangkan tanggung jawab
tetap ditangan yang menyuruh.
b) Harold kontz dan Cril O’Donnel manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan
tertentu melalui kegiatan orang lain, yaitu manajer mengkoordinasikan atas
sejumlah akivitas dengan orang lain meliputi perencanaan, pengorganisasian,
penempatan penggerakan, dan pengendalian.
c) Ralp Currier davis mendefinsisikan manajemen sebagai fungsi dari pemimpin
eksekutif, di mana pun posisinya, yang mengandung pengertian bahwa seluruh
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang, melalui pengendalian pimpinan dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
d) Oey Liang Lee manajemen diartikan sebagai seni perencanaan, pengorganisasian
pengarahan dan pengkoordinasian serta pengontrolan atas human and natural
resources untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan lebih dahulu.5
Mencermati pemikiran di atas dapat dipahami unsur-unsur yang terkandung pada
manajemen, yaitu sebagai berikut:
4
Henry L. Sisk, Principles of Management Brighton England: South-Western Publishing
Company, 1969, h. 10.
5
Nur Zain, Gerakan Menata Mutu Pendidikan Teori & Aplikasi, Jogjakarta, Ar-Ruzz Media,
2011, h. 27-28.
11
a. Manajemen diperlukan untuk mencapai tujuan dan pelaksanaan.
b. Manajemen merupakan sistem kerja sama yang kooperatif dan rational.
c. Manajemen menekankan perlunya prinsip-prinsip effeciency.
d. Manajemen tidak dapat terlepas dari kepemimpinan atau pembimbing.
Sebagai acuan pembanding selanjutnya dikatakan bahwa:
Manajemen dapat diartikan sebagai suatu proses sosial yang direncanakan untuk
menjamin kerja sama, partisipasi dan keterlibatan sejumlah orang dalam mencapai
sasaran dan tujuan tertentu yang ditetapkan secara efektif. Manajemen mengandung
unsur bimbingan, pengarahan, dan pengarahan sekelompok orang terhadap
pencapaian sasaran umum6.
Sebagai proses sosial, manajemen meletakkan fungsinya pada interaksi orangorang, baik yang berada di bawah maupun berada di atas posisi operasional seseorang di
suatu organisasi. Dengan demikian manajemen lebih ditekankan pada upaya
mempergunakan sumber daya seefisien dan seefektif mungkin. Adapun tujuan utama
manajemen menurut Nanang Fattah yaitu “produktivitas dan kepuasan”7. Produktivitas
sendiri
diartikan
sebagai
ukuran
kuantitas
dan
kualitas
kinerja
dengan
mempertimbangkan kemanfaatan sumber daya. Sedangkan pembiayaan berasal dari kata
biaya yang memiliki arti pengeluaran pembiayaan. Sedangkan pembiayaan yang
dimaksud skripsi ini, yaitu semua bentuk pengeluaran yang secara langsung menunjang
penyelenggaraan pendidikan, baik yang dikeluarkan oleh sekolah maupun siswa (biaya
langsung). Hal ini berarti pembiayaan terkait dengan operasional penyelenggaraan
pendidikan secara langsung. Jadi, manajemen pembiayaan pendidikan yaitu pengelolaan
6
Soebagio Admodiwiro, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta, PT Arda Dizya Jaya, 2000,
7
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2001, h. 15.
h. 5.
12
semua bentuk pembiayaan baik pemasukan dan pengeluaran yang secara langsung
maupun tidak langsung untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan, baik yang
dikeluarkan oleh sekolah maupun siswa. Manajemen pembiayaan pendidikan terkait
dengan operasional penyelenggaraan pendidikan secara langsung untuk mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien dengan menggunakan fungsi-fungsi yang terdapat
pada manajemen.
Definisi di atas, dapat diambil simpulan pengertian bahwa manajemen
pembiayaan pendidikan yang dikenal merupakan usaha atau kegiatan memproses
pembiayaan guna membiayai pelaksanaan dan operasional pendidikan dengan
menggunakan fungsi-fungsi manajemen. Adapun fungsi-fungsi manajemen telah banyak
teori yang dikemukakan oleh para pakar manajemen. Pada tataran makro maupun mikro,
menurut teori dan praktik pembiayaan pendidikan dikenal anggaran belanja pendidikan
(education budgeting) yang terdiri atas dua komponen, yaitu: “1). Pendapatan,
pemasukan, atau penerimaan di satu pihak, dan 2). Pengeluaran atau belanja”8.
2. Prinsip Manajemen Pembiayaan Pendidikan
Pentingnya prinsip-prinsip dasar pada praktik manajemen antara lain menentukan
metode kerja, pemilihan pekerjaan dan pengembangan keahlian, pemilihan prosedur
kerja, menentukan batas-batas tugas, mempersiapkan dan membuat spesifikasi tugas,
melakukan pendidikan, latihan. Melakukan sistem dan besarnya imbalan itu
dimaksudkan tidak lain untuk meningkat efektivitas, efisiensi, dan produktivitas kerja.
8
Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, Bandung, Remaja Rosdakarya,
2004, h. 4.
13
Kaitannya dengan prinsip dasar manajemen, Fayol mengemukakan sejumlah
prinsip manajemen pembiayaan pendidikan, yaitu:
a. Pembagian kerja.
b. Otoritas.
c. Disiplin.
d. Kesatuan perintah.
e. Kesatuan arah.
f. Pengutamaan kepentingan umum/organisasi dari pada kepentingan.
g. pribadi.
h. Pemberian kontrak prestasi.
i. Sentralisasi/pemusatan.
j. Hierarki.
k. Keadilan.
l. Kestabilan staf.
m. Inisiatif.
n. Semangat kelompok.9
Untuk melihat lebih jelas prinsip dasar manajemen yang dikemukakan Fayol
dideskripsikan sebagai berikut:
a. Pembagian kerja.
Pada aspek prinsip pertama yang dikemukakan Fayol memprioritaskan dalam
sebuah manajemen adanya pembagian kerja yang Semakin seseorang menjadikan
spesialis, maka dengan adanya pembagian kerja diharapkan dalam sebuah lembaga
pekerjaannya juga semakin efisien dikerjakan untuk mencapai hasil maksimal.
b. Otoritas.
Manajer harus memberi perintah/tugas supaya orang lain dapat bekerja. Otoritas
seorang pimpinan harus bijaksana untuk menetapkan dan menentukan instruksi yang
9
Kadarmansi dan Jusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka
Utama, 1992, h. 32.
14
ideal kepada anggotanya sehingga dengan demikian anggota dapat bekerja secara
profesional.
c. Disiplin.
Setiap anggota organisasi harus menghormati peraturan-peraturan dalam
organisasi. Loyalitas dan menjunjung tinggi kedisplinan menjadi prioritas yang tetap
harus dijaga dan dipegang dengan teguh untuk mencapai kesesuaian bagi setiap
perhimpunan atau organisasi.
d. Kesatuan perintah.
Setiap anggota harus menerima perintah dari satu orang saja, agar tidak terjadi
konflik perintah dan kekaburan otoritas. Ini dimaksudkan adanya suatu ikatan komando
tertinggi dari kesatuan organisasi yang efektif.
e. Kesatuan arah.
Hal yang hampir sama yang harus ada pada sebuah perhimpunan organisasi
yakni adanya pengarahan perencanaan organisasi harus diberikan oleh satu orang
berdasarkan satu rencana.
f. Pengutamaan kepentingan umum/organisasi dari pada kepentingan pribadi.
Indikasi kehancuran sebuah perhimpunan /organisasi adalah jikalau sudah
nampak adanya kepentingan internal perseorangan /individu yang mulai merasuk dalam
sebuah perhimpunan/ organisasi sehingga tujuan organisasi tidak berjalan efektif
dikarenakan ditunggangi dengan adanya kepentingan individu.
g. Pemberian kontrak prestasi.
Kontrak prestasi menjadi indikator penggerak maksimalnya anggota organisasi
mengemban tugas dalam kurun waktu tertentu berdasarkan aspek kontrak tersebut.
15
h. Sentralisasi/pemusatan.
Manajer adalah penanggung jawab terakhir dari keputusan yang diambil. Adanya
sentralisasi terpusat menjadi khas dari adanya sebuah perhimpunan/organisasi yang
efektif.
i. Hierarki.
Otoritas wewenang dalam organisasi bergerak dari atas ke bawah. Artinya ada
tingkatan /level bertingkat berdasarkan proporsi dan jabatan dari setiap anggota
perhimpunan/organisasi.
j. Teratur.
Material dan manusia harus diletakkan pada waktu dan tempat yang serasi.
Keteraturan
dalam
sebuah
instansi
yang
bergerak
dengan
adanya
sebuah
pengorganisasian yang efektif menghendaki adanya keteraturan sehingga tidak kacau
k. Keadilan.
Keadilan yang terbentuk memberikan inspirasi nyaman kepada semua anggota
dalam sebuah organisasi sehingga dengan demikian tidak ada tawaran kala menghendaki
kenyamanan dan efisiensi organisasi keadilan manajer menjadi syarat mutlak dan akrab
dengan bawahannya.
l. Kestabilan staf.
Perputaran karyawan yang terlalu tinggi menunjukkan tidak efisiennya fungsi
organisasi.
m. Inisiatif.
Anggota harus diberi kebebasan untuk membuat dan menjalankan rencana.
16
n. Semangat kelompok.
Peningkatan semangat kelompok akan menimbulkan rasa kesatuan sehingga
terbentuk suasana kondusif yang tentunya kondisi demikian memberikan angin segar
untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebagai bentuk tujuan bersama.
Sebagai perbandingan peneliti melengkapi prinsip yang disandarkan pada sebuah
karya tulis berjudul manajemen sekolah (mengelola lembaga pendidikan secara mandiri)
Sri Minarti mendeskripsikan:
Sejumlah prinsip yang yang menjadi landasaan dari pengelolaan pembiayaan
sekolah yang sejalan dengan Undang-Undang No.2 tahun 2003 tenatang sistem
pendidikan nasional pasal 48 tertera bahwa pengelolaan dana pendidikan
berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.10
3. Fungsi Manajemen Pembiayaan Pendidikan
“Fungsi merupakan suatu besaran yang berhubungan, jika besaran satu berubah
maka besaran yang lain juga berubah”11. Pada dasarnya fungsi manajemen ini sangat
mengait dengan tujuan manajemen, tujuan itu sendiri merupakan suatu hasil akhir, titik
akhir atau segala sesuatu yang akan dicapaian, oleh karena itu perlu adanya langkahlangkah yang harus ditempuh melalui manajemen, yakni fungsi manajemen yang
meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan kontrol/evaluasi.
Fungsi manajemen pembiayaan pendidikan yang dijalankan oleh masing-masing
sekolah meliputi perencanaan pembiayaan yang berupa penyusunan anggaran
(budgeting) terdiri dari anggaran pendapatan dan belanja sekolah (APBS). Ruang
10
Sri Minarti, Manajemen Sekolah (Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri),
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, h. 224.
11
Soebagio Admodiwiro, Op.Cit., h. 13
17
lingkup pelaksanaan pembiayaan pendidikan meliputi pembukuan (accounting) yang
merupakan pembukuan terhadap pelaksanaan terhadap pembiayaan yang dilaksanakan
untuk proses pendidikan. Adapun ruang lingkup terakhir yaitu evaluasi berupa
pemeriksaan (auditing) merupakan pemeriksaan terhadap pendapatan dan pengeluaran
serta penilaian pelaksanaan pembiayaan pendidikan.
1). Perencanaan Pembiayaan Pendidikan (Budgeting)
Pada sebuah organisasi atau lembaga apapun bentuk dan namanya, sebelum
melangkah untuk mencapai tujuan, maka terlebih dahulu ada perencanaan. Perencanaan
pada sebuah lembaga sangat esensial, karena pada kenyataannya, perencanaan
memegang peranan yang lebih penting dibandingkan dengan fungsi-fungsi lain. Tanpa
ada perencanaan, maka akan sulit mencapai tujuan. Senada dengan apa yang telah
dikemukakan oleh Udin Syaefudin Sa’ud, Abin Syamsuddin Makmun “Seorang
perencana pendidikan dituntut untuk memiliki kemampuan dan wawasan yang luas agar
dapat menyusun sebuah rancangan yang dapat dijadikan pegangan pada pelaksanaan
proses pendidikan selanjutnya”12. Ada empat langkah atau tahap dasar perencanaan,
yaitu:
Pertama, tahapan menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan. Perencanaan
dimulai dengan keputusan-keputusan. Tanpa rumusan tujan yang jelas, sebuah lembaga
akan cenderung menggunakan sumber daya - sumber daya yang secara tidak efektif.
Udin Syaefudin Sa’ud, Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan Suatu
Pendekatan Komprehensif, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2005, h. 46.
12
18
Kedua, merumuskan keadaan saat ini, pemahaman akan kondisi sekarang dari
tujuan yang hendak dicapaipai sangat penting, karena tujuan dan rencana menyangkut
waktu yang akan datang.
Ketiga, mengidentifikasikan segala kemudahan, kekuatan, kelemahan serta
hambatan perlu diidentifikasikan untuk mengukur kemampuan dalam mencapai tujuan,
oleh karena itu perlu dipahami faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang
dapat membantu mencapai tujuan, atau mungkin menimbulkan masalah.
Keempat, mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk mencapai
tujuan tahap akhir dalam proses perencanaan meliputi pengembangan berbagai alternatif
kegiatan untuk mencapai tujuan. Perencanaan diartikan sebagai suatu proses penentuan
tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber-sumber yang
diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin.
Perencanaan Pembiayaan Pendidikan ini mencakup kegiatan penting yaitu
penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) dan
pengembangan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah atau Madrasah
(RAPBS).
a. Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS)
“Anggaran (budget) merupakan rencana operasional yang dinyatakan ecara
kuantitatif pada bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan
kegiatan-kegiatan lembaga pada kurun waktu tertentu”13. Penyusunan anggaran
merupakan
13
47.
visualisasi
atau
gambaran
terhadap kegiatan-kegiatan
yang akan
Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002, h.
19
dilaksanakan oleh lembaga pendidikan yang dapat diketahui pula penentuan satuan
biaya untuk tiap-tiap kegiatannya.
Anggaran berfungsi sebagai alat untuk perencanaan dan pengendalian juga
merupakan alat bantu bagi manajemen untuk mengarahkan lembaga pada pelaksanaan
kegiatan-kegiatannya. Selain itu pula anggaran mempunyai manfaat atau berfungsi yang
dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Sebagai alat penafsir yaitu untuk memperkirakan besarnya pendapatan dan
pengeluaran, sehingga dapat dilihat kebutuhan dana yang diperlukan untuk
merealisasikan kegiatan pendidikan di lembaga.
2) Sebagai alat kewenangan yaitu dapat memberikan kewenangan untuk
pengeluaran dana, sehingga melalui anggaran dapat diketahui besarnya uang
atau dana yang boleh dikeluarkan untuk membiayai kegiatan berdasarkan
perencanaan anggaran sebelumnya.
3) Sebagai alat efisiensi yaitu dapat diketahuinya realisasi sebuah kegiatan
yang kemudian dapat dibandingkan dengan perencanaan, sehingga dapat
dianalisis ada tidaknya pemborosan atau bahkan adanya penghematan
anggaran.
Hal yang paling penting pada penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Sekolah (RAPBS) yaitu bagaimana memanfaatkan dana secara efektif dan
efisien serta mengalokasikan dana secara tepat sesuai kebutuhan. Melalui RAPBS ini
dapat diketahui satuan biaya pendidikan yang diperlukan oleh lembaga pendidikan.
Adapun tahapan penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Sekolah (RAPBS), antara lain:
20
a. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan selama periode
anggaran (satu tahun ajaran).
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan dalam bentuk uang, jasa dan
barang.
c. Semua sumber dinyatakan melalui bentuk uang, sebab anggaran pada dasarnya
merupakan pernyataan finansial.
d. Mengformulasikan anggaran pada bentuk format yang telah disetujui dan
dipergunakan oleh instansi yang bersangkutan.
e. Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan dari pihak yang
berwenang.
f. Melakukan revisi usulan anggaran.
g. Persetujuan revisi usulan anggaran.
h. Pengesahan anggaran,14.
Disamping itu idealnya format penyusunan RAPBS tidaklah kaku, melainkan ini
akan menjadi titik orientasi sekolah untuk mengembangkan format yang lebih ideal
diterapkan sesuai makna dan prinsip manajemen pembiayaan pendidikan, satu tawaran
format penyusunan format RAPBS kembali Sri Minarti mendeskripsikan format
penyusunan rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah yang partisipatif
dideskripsikan pada bagan berikut:
Bagan 2.1.
Proses penyusunan RAPBS yang partisipatif15
Kepala sekolah
mempelajari visi,misi,
program utama seklah
yang telah ada
Kepala sekolah mengundang guru dan pengurus
komite sekolah untuk menyusun draft RAPBS
Kepala sekolah mengundang guru dan pengurus
komite sekolah untuk membahas draft dan
menetapkan RAPBS
RAPBS sudah siap dilaksanakan.
14
Ibid., h. 50.
15
Sri Minarti, Op. Cit., h. 231.
21
Format Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) terdiri
dari penerimaan/pendapatan dan Satuan biaya pendidikan atau biaya satuan (unit cost)
merupakan rata-rata biaya per siswa per satu tahun dalam satu tahun ajaran di lembaga
pendidikan. Rancangan anggaran ini dapat diambil simpulan bahwasanya rancangan
anggaran yang disusun oleh lembaga pendidikan merupakan gerak awal dari jalannnya
operasional sekolah.
b. Pengembangan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS)
Kegiatan Pengembangan RAPBS merupakan tindakan lanjutan setelah dilakukan
persetujuan terhadap rancangan anggaran (budget). Pengembangan RAPBS didasarkan
pada hasil analisis kebutuhan biaya yang dilakukan oleh tim perumus, pada hal ini
kepala sekolah, bendahara, guru terkait dan komite sekolah. “Tujuan dilakukannya
pengembangan RAPBS ini yaitu untuk melakukan seleksi alokasi dana yang
diperkirakan mendesak dan yang perlu dikurangi atau ditambah”16. Disamping itu juga
pengembangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kebutuhan biaya pendidikan
berdasarkan waktu penggunaan (skala prioritas) terhadap kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran dan operasional pendidikan yang lain.
2). Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan (Accounting).
Setelah perencanaan pembiayaan pendidikan sekolah selesai dan disetujui oleh
semua komponen yang telibat, sehingga menghasilkan sebuah Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS), tahapan manajemen selanjutnya yaitu
16
Mochammad Idhochi Anwar, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Pembiayaan
Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2004, h. 130.
22
pelaksanaan pembiayaan pendidikan. Kegiatan pelaksanaan pembiayaan sekolah
meliputi dua kegiatan besar yakni penerimaan dan pengeluaran pembiayaan sekolah.
a. Penerimaan Biaya Pendidikan.
Penerimaan terhadap biaya pendidikan ditentukan oleh besarnya biaya yang
diterima oleh sekolah dari setiap sumber pendanaan. Sumber pembiayaan pendidikan
secara umum berasal dari pemerintah, masyarakat, orang tua siswa dan sumber-sumber
lain.
Kembali Nanang Fatah menegaskan “Sebagian besar penerimaan atau
pendapatan biaya pendidikan selama ini berasal dari orang tua siswa yang berupa
Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP)”17, sedangkan untuk pendidikan dasar
sembilan tahun sejak 2005 sebagian besar pendapatan atau penerimaan biaya
operasional pendidikan ditunjang oleh pemerintah. Pembukuan terhadap penerimaan
atau pendapatan biaya pendidikan pada umumnya didasarkan pada prosedur pembukuan
yang selaras dengan ketetapan yang disepakati, baik berupa konsep teoritis maupun
peraturan pemerintah. Penanggung jawab terhadap segala penerimaan/pendapatan biaya
pendidikan dan juga pembukuannya dipegang sepenuhnya oleh bendahara lembaga
pendidikan yang bersangkutan dengan diketahui oleh kepala sekolah.
b. Pengeluaran Biaya Pendidikan.
Kegiatan pengeluaran biaya pendidikan tentunya tidak menyimpang dari
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Pengeluaran biaya
pendidikan dipergunakan secara efektif dan efisien, artinya setiap penerimaan/
17
Nanang Fattah, Op. Cit., h. 47.
23
pendapatan dana, untuk pengeluarannya harus didasarkan pada kebutuhan- kebutuhan
yang telah direncanakan. Pengeluaran biaya pendidikan biasanya berupa biaya langsung
dan tidak langsung. Biaya langsung berupa biaya yang mempengaruhi proses produksi,
pada hal ini kegiatan belajar mengajar (KBM), sedangkan biaya tidak langsung berupa
biaya yang secara tidak langsung masuk pada proses pendidikan, namun berpengaruh
terhadap proses pendidikan yang sedang berjalan. Pelaksanaan manajemen pembiayaan
pendidikan yang menyangkut pengeluaran uang yang harus dipertanggung jawabkan
harus dibukukan juga sesuai dengan prosedur, ketentuan lembaga dan peraturan
pemerintah.
3). Evaluasi Pembiayaan Pendidikan (Evaluating).
“Evaluasi pembiayaan pendidikan merupakan alat untuk mengukur dan melihat
hasil rencana yang dicapainangkan pada planing”18. Memberikan imbalan kepada staff
sesuai kinerja yang ditunjukkan, dan merancang serta merencanakan kembali sambil
memperbaiki hal-hal yang belum sempurna. Evaluasi pada administrasi berarti kegiatan
mengukur tingkat efektivitas kerja personal dan tingkat efisiensi penggunaan metode
dan alat bantu tertentu dalam usaha mencapai tujuan.
Mengamati tingkat efektivitas maksudnya menilai tindakan-tindakan atau
kegiatan yang telah dilakukan, apakah telah menghasilkan sesuatu seperti direncanakan
atau sekurang-kurangnya, apakah kegiatan itu telah berjalan di atas rel yang sebenarnya
dan tidak menyimpang dari perencanaan atau tujuan yang telah ditetapkan. Sedang
mengamati tingkat efisiensi maksudnya menilai tindakan-tindakan/ kegiatan yang telah
18
Ashar Arsyad, Pokok Manajemen, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002, h. 20.
24
dilakukan itu apakah merupakan cara yang terbaik atau paling tidak untuk mencapai
hasil yang sebesar-besarnya dengan resiko yang sekecil-kecilnya, yang berarti apakah
cara kerja tertentu yang sudah dipergunakan mampu memberi hasil yang maksimal.
Evaluasi pembiayaan pendidikan sebagai pertimbangan menurut seperangkat
kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggung- jawabkan. Tujuannya yaitu untuk
mengukur, membandingkan, menilai alokasi biaya dan tingkat penggunaannya. Konsep
dasar evaluasi atau pengawasan terhadap penggunaan biaya pendidikan yaitu dapat
mengetahui tingkat efektivitas dan efisiensi dari penggunaan sumber-sumber dana yang
tersedia. Pertanyaan pokok dalam evaluasi pembiayaan pendidikan ini yaitu seberapa
besar tingkat kesesuaian antara biaya yang dialokasikan untuk setiap komponen pada
anggaran dengan realisasi anggaran yang telah direncanakan. Selanjutnya Sri Minarti
kembali menegaskan pada aspek ini contoh kongkrit yang dapat dimunculkan untuk
mengetahui hasil yang diharapkan sebagai bentuk tolak ukur evaluasi rencana anggaran
pembiayaan pendidikan apabila:
1. Terealisasainya sosialisasai pendanaan pendidikan .
2. Terwujudnya penggalian sumber dana dari luar sekolah dan diperoleh
peningkatan sumber dana.
3. Terealisasainya penggalian dana pendidikan dan dihasilakan peningkatan dana
pendidikan.
4. Terealisasinya penyusunan anggaran pendidikan.
5. Terwujudnya pengembangan unit-unit usaha di sekolah.19
Secara umum ruang lingkup manajemen bantuan pembiayaan pendidikan dapat
dilihat dari bagan sebagai berikut:
19
Sri Minarti, Op. Cit., h. 244.
25
Bagan 2.2.
Ruang Lingkup Manajemen Pembiayaan Pendidikan.20.
Perencanaan
Pembiayaan
Pendidikan.
Pelaksanaan
Pembiayaan
Pendidikan.
Evaluasi
Pembiayaan
Pendidikan.
4. Jenis dan Sumber bantuan Pembiayaan Pendidikan.
Jenis bantuan pembiayaan pendidikan yang ditetapkan untuk membiayai
terlaksananya kegiatan belajar mengajar (KBM) yaitu: “biaya langsung dan biaya tidak
langsung”21. Biaya langsung yaitu segala pengeluaran yang secara langsung menunjang
penyelenggaraan pendidikan. Biaya langsung yang dimaksud pada hal ini yaitu dimensi
pengeluaran pendidikan meliputi biaya rutin dan biaya pembangunan. Biaya rutin
biasanya untuk gaji guru dan pegawai, peralatan belajar mengajar, listrik dan lain-lain.
Sedangkan biaya pembangunan digunakan untuk membeli tanah atau mendirikan
bangunan baru.
Sedangkan biaya tidak langsung yaitu pengeluaran yang secara tidak langsung
menunjang proses pendidikan, tetapi memungkinkan proses pendidikan tersebut terjadi,
misalnya biaya untuk hidup siswa, transportasi, jajan dan kesehatan. Menurut Peraturan
20
Ibid., h. 43.
21
Nanang Fattah, Op. Cit., h. 65.
26
Pemerintah (PP) RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)
Pasal 62 ayat (1) dinyatakan bahwa “pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi,
biaya operasi dan biaya personal”22 untuk lebih jelasnya dideskripsikan sebagai berikut:
a. Biaya investasi meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan
sumber daya manusia dan modal kerja tetap.
b. Biaya operasi meliputi gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala
tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai
dan biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak,
asuransi dan lain sebagainya.
c. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta
didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
Sumber pendanaan pendidikan sebagaimana dinyatakan pada UU RI No. 20
tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 46 ayat (1) “yaitu pendanaan pendidikan menjadi
tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat”23.
Pemerintah yang dimaksud yaitu pemerintah pusat yang memberikan dana kepada
sekolah atau madrasah yang berasal Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
yang mekanismenya disalurkan melalui Pemerintah Daerah Tingklat I yaitu Propinsi dan
dilanjutkan ke Pemerintah Daerah Tingklat II yaitu Kabupaten/kota. Lebih lanjut lagi
disebutkan bahwa Pemerintah Pusat wajib mengeluarkan dana sekurang-kurangnya dua
22
Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS),
Citra Umbara, Bandung, 2006, h. 209.
23
Ibid, h. 99.
27
puluh persen (20%) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), begitupun
juga dengan Pemerintah Daerah harus mengeluarkan dana sekurang-kurangnya dua
puluh persen (20%) untuk sektor pendidikan. Sedangkan yang dimaksud dengan
masyarakat yaitu orang tua siswa dan masyarakat lainnya. Dana yang berasal dari
masyarakat
bisa
berupa
sumbangan
penyelenggaraan
pendidikan,
sumbangan
pembangunan dan lain-lain. Dana masyarakat yang lain juga berupa hibah atau bantuan
baik dari dalam maupun luar negeri.
B. Deskripsi Kinerja Guru
1. Pengertian Kinerja Guru
Berangkat dari sebuah pengertian secara psikologis, “Kinerja merupakan prilaku
atau respons yang memberi hasil yang mengacu kepada apa yang dikerjakan ketika
menghadapi suatu tugas (performance)”24. Yang akan mengarahkan pada makna kinerja
merupakan penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas peserta
didik sebagaimana yang terjadi.
Sedangkan makna guru diperjelas dalam undang-undang RI No.14 tahun 2005
guru dan dosen pasal I menjelaskan bahwa:
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah.25
24
Martinis Yamin & Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, Jakarta, Tim GP Press, 2010, h. 87.
25
Undang-Undang Guru dan Dosen, Yogjakarta, Pustaka Pelajar, 2009, h. 3.
28
Seorang guru hendaknya atau di tuntut untuk menjadi pribadi-pribadi unggul,
harus kita akui bersama bahwa guru adalah orang tua kedua peserta didik. Profesi
sebagai guru merupakan profesi yang berat, oleh karena itu guru harus membekali diri
dengan kompetensi paedagogik, kepribadian, professional dan sosial.
Upaya memperkuat makna kinerja peneliti lengkapi dengan melihat definis
kinerja, berasal dari kata “Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja
atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang)”26. Dalam kamus besar bahasa
indonesia, kinerja diartikan sebagai “Sesuatu yang dicapai, Prestasi yang diperlihatkan,
Kemampuan kerja”27. Kinerja atau performansi dapat diartikan sebagai prestasi kerja,
pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja sejalan dengan itu,
Smith yang dikutip Mulyasa menyatakan bahwa kinerja adalah "…out put drive from
processes, human or otherwise," jadi kinerja merupakan hasil atau keluaran dari
proses”28. Pada umumnya, job performance diberi batasan sebagai kesuksesan seseorang
di dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Sedangkan Benardin dan Russel yang dikutip
Ahmad S. Ruky, memberikan definisi Performance sebagai berikut:
Performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job
function or activity during a specified time period" (Prestasi adalah catatan tentang
hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan
tertentu selama kurun waktu tertentu).29
26
Chara R. Pudjiyogyanti, Konsep Diri Dalam Pendidikan, Jakarta , Arcan, 1993, h. 3.
27
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2005, edisi ke 3, h. 570.
28
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS Dan KBK
Bandung, PT Remaja Rosda Karya, 2004, h.136.
29
Ahmad S. Ruky, Sistem Manajemen kinerja Panduan Praktis Untuk Merancang Dan Meraih
Kinerja Prima, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2002, h. 15.
29
Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas dapat dimengerti bahwa kinerja
guru adalah prestasi yang dicapai oleh seorang guru dalam mengelola dan melaksanakan
tugas pendidikan dan pengajaran sesuai dengan ukuran yang berlaku bagi pekerjaannya.
Kinerja pendidik menyangkut seluruh aktifitas yang dilakukannya dalam mengemban
amanat dan tanggung jawab dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan dan
memandu siswa dalam mencapai tingkat kematangan dan kedewasaannya. Seorang yang
profesional tentunya akan memiliki kebanggaan yang besar terhadap pekerjaan yang
digeluti dan kemampuan yang dimilikinya, yang mendasari keputusannya dalam
profesionalnya tersebut. Pendidik yang profesional tentu akan lebih disegani oleh rekan,
bawahan, maupun siswanya, sehingga kinerja organisasi akan berjalan secara optimal.
Dalam hal ini orientasi seorang pendidik yang profesional akan selalu taat pada sistem
yang sedang berlangsung. Kinerja seorang pendidik merupakan suatu perilaku atau
respon yang memberikan hasil yang mengacu pada apa yang dikerjakan ketika
menghadapi suatu tugas.
Kinerja guru menyangkut semua aktivitas atau tingkah laku yang dikerjakan oleh
seorang pendidik dalam mencapai suatu tujuan atau hasil pembelajaran Pendidikan .
Profesi guru bukanlah sekedar mata pencaharian melainkan tercapaikup pengertian
pengabdian pada suatu yang mulia dan idealis.
2. Standar Kinerja Guru.
Penetapan standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting
dan strategis untuk pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Melalui standar
proses pendidikan setiap guru dan atau pengelola sekolah dapat menentukan bagaimana
seharusnya proses pembelajaran berlangsung. Untuk mencapaian standar perencanaan
30
proses pendidikan melalui peningkatan dan perbaikan profesional guru serta
mengoptimalkan peran guru dalam proses pembelajaran.
Menurut Nana Sudjana, kinerja guru terlihat dari keberhasilannya didalam
meningkatkan proses dan hasil belajar, yang meliputi:
a. Merencanakan program belajar mengajar
b. Melaksanakan dan mengelola proses belajar mengajar
c. Menilai kemajuan prose belajar mengajar
d. Menguasai bahan pelajaran.30
Menurut Suharsimi Arikunto, kinerja guru dapat dilihat dari kegiatan mengajar
yang dilaksanakan melalui prosedur yang tepat, yaitu dengan:
a. Membuat persiapan mengajar, berupa menyusun persiapan tertulis, mempelajari
pengetahuan yang akan diberikan atau ketrampilan yang akan dipraktekkan di
kelas, menyiapkan media, dan alat-alat pengajaran yang lain, menyusun alat
evaluasi.
b. Melaksanakan pengajaran di kelas, berupa membuka dan menutup,memberikan
penjelasan, memberikan peragaan, mengoperasikan alat-alat pelajaran serta alat
bantu yang lain, mengajukan pertanyaan, memberikan jawaban melakukan
program remedial.
c. Melakukan pengukuran hasil belajar, berupa melaksanakan kuis (pertanyaan
singkat), melaksanakan tes tertulis, mengoreksi, memberikan skor, menentukan
nilai akhir31
Soedijarto, kinerja guru dapat dilihat dari kemampuannya didalam:
a. Merencanakan belajar mengajar yang meliputi:
1. Merumuskan tujuan-tujuan instruksional khusus
2. Menguraikan deskripsi satuan pelajaran
3. Merancang kegiatan belajar mengajar yang akan ditempuh
4. Memilih berbagai media dan sumber belajar
5. Menyusun instrumen untuk menilai penguasaan tujuan yang telah ditetapkan.
b. Melaksanakan dan memimpin proses belajar mengajar
c. Menilai kemajuan proses belajar mengajar
30
Nana Sudjana, Dasar-dasar Prose Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru Algesindo, 1987, h. 19.
31
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran, Jakarta, Rineka Cipta, 1993, h. 243.
31
d. Memanfaatkan hasil penilaian kemajuan belajar dan informasi lainnya tentang
belajar bagi perbaikan program belajar mengajar32.
Syafrudin Nurdin, Menjelaskan bahwa kinerja guru itu terlihat dari aktifitas yang
dilakukan dalam mempersiapkan pengajaran di kelas, yang meliputi:
a. Mengidentifikasi secara cermat pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang
telah digariskan dalam kurikulum.
b. Menentukan kelas atau semester dan alokasi waktu yang akan digunakan
c. Merumuskan tujuan instruksional umum
d. Merumuskan tujuan instruksional khusus
e. Merinci materi pelajaran yang didasarkan kepada bahan pengajaran dan GBPP
dan TIK yang hendak dicapai.
f. Merencanakan kegiatan belajar mengajar secara cermat, jelas dan tegas,
sistematis, logis sesuai dengan TIK dan materi pelajaran.
g. Mempersiapkan dan melakukan variasi dan kebutuhan siswa lainnya.
h. Memilih alat peraga, sumber bahan dari buku dan masyarakat.
i. Merancang secara teliti prosedur penilaian dan evaluasi.
j. Menggunakan bahasa yang jelas, mudah dipahami dan sesuai dengan EYD.
k. Menyusun satuan pelajaran33
Suryosubroto mengemukakan bahwa kinerja guru dapat dilihat dari tugas yang
dilakukan berkenaan dengan pembelajaran atau proses belajar mengajar yang
tercapaikup dalam 10 kompetensi guru, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Menguasai bahan pelajaran
Mengelola program belajar mengajar
Mengelola kelas
Menggunakan media atau sumber
Menguasai landasan-landasan pendidikan
Mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar
Menilai prestasi siswa
Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah
Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna
keperluan pengajaran34
32
Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional Yang Relevan Dan Bermutu, Jakarta, Balai Pustaka, 1993,
33
Syafrudin Nurdin, Guru Profesional Dan Implementasi Kurikulum, Jakarta, Ciputat press, 2002, h.
34
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Jakarta, Rineka Cipta, 1997, h.4-5.
h. 50.
90-91.
32
Dengan demikian, untuk memperoleh predikat kinerja guru dengan baik. Maka
ada banyak hal yang harus dilakukan dan diperlihatkan guru dalam kegiatan proses
belajar mengajarnya, baik pekerjaan yang sifatnya tertulis maupun yang tidak tertulis.
Sehingga sebagai guru harus bisa memahami akan tugasnya sebagai pengelola
pembelajaran, melaksanakannya, dan berhasil dalam mengajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan baik sangat ditentukan oleh konsekuensi dan
kepiawaian dalam memilih strategi mengajar. Kegiatan atau hal yang harus dilakukan
oleh guru berkenaan dengan tugasnya sebagai pengelola pembelajaran meliputi:
a. Membuat perencanaan berupa satuan pelajaran dengan tepat.
b. Menggunakan metode belajar yang sesuai
c. Menciptakan kondisi belajar secara konsekuen
d. Melaksanakan evaluasi secara keseluruhan
e. Membuat program tindak lanjut hasil penilaian
3. Penilaian Kinerja Guru.
Suatu pelaksanaan kerja atau kinerja guru perlu mendapatkan penilaian dari
atasan, yaitu kepala sekolah. Sehingga mengetahui kekurangan yang dimilikinya untuk
dijadikan evaluasi yang dapat meningkatkan kinerjanya. Penilaian kinerja dan manfaat
kinerja diuraikan dibawah ini.
a. Penilaian kinerja
Penilaian diperlukan dalam suatu organisasi, baik perusahaan maupun sekolah.
Disekolah, penilaian dilakukan oleh kepala sekolah kepada staf dan guru. Menurut
Desler, penilaian kinerja adalah “membandingkan antara prestasi aktual bawahan
33
dengan standar yang ditetapkan, menilai kemajuan bawahan dan merancang rencana
pengembangan”35. Pengertian ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ruky yang
menyatakan bahwa “penilaian kinerja adalah membandingkan antara hasil yang
sebenarnya diperoleh dengan yang direncanakan”36. Suatu penilaian kerja tidak sebatas
membandingkan dan memperoleh hasil penilaian kinerja merupakan tugas yang berat
yaitu melibatkan keputusan, pelaporan dan menindak lanjuti hasil penilaian itu. Sedang
menurut Ruky, “hasil penilaian kinerja dapat ditindak lanjuti untuk kepentingan
pelatihan dan pengembangan”37.
Penilaian kinerja yang baik mengutamakan pada hubungan kerja antara atasan
dan bawahan. Dengan demikian, dalam penilaian kinerja guru hubungan dengan
penilaian (kepala sekolah) dengan yang dinilai (guru) terjalin dengan baik. Kepala
sekolah tidak semata-mata mencapairi kesalahan tetapi lebih bertujuan untuk menindak
lanjuti hasil penilaian dan penghargaan prestasi kerja guru.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian
kinerja guru adalah penilaian yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap pelaksanaan
tugas bawahan (guru) untuk mengetahui hasil yang sebenarnya atau hasil standar guna
mengambil keputusan untuk mnindak lanjuti.
35
Gery. Desler, Management Personal: Teknik dan Konsep Modern, Alih bahasa oleh Agus Dharma
(edisi ketiga), Jakarta, Erlangga, 1994, h.123.
36
Ahmad S. Ruky,. Op. Cit., h. 158.
37
Ibid., h. 163.
34
b. Manfaat penilaian kinerja guru
Penilaian kinerja yang dilakukan diharapkan dapat memberikan umpan balik
dalam rangka memperbaiki dan mengembangkan kinerja guru. Penilaian kinerja dapat
bermanfaat bila dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Menurut John. F. Bach dalam Timpe manfaat penilaian kinerja adalah “untuk
memperbaiki kinerja, untuk memperbaiki umpan balik tentang kualitas kinerja, dan
kemudian mempelajari kemajuan perbaikan yang dikehendaki dalam kinerja”38. Hal
senada dikatakan oleh Handoko yang menyatakan bahwa “manfaat penilaian kinerja
secara garis besar adalah 1) perbaikan prestasi, 2) penyesuaian kompensasi, 3).
Keputusan-keputusan
penempatan,
4).
Pengembangan
karier,
5).
Membantu
diagnosis”39.
Proses penilaian variabel kinerja guru diperoleh melalui angket. Adapun proses
penskoran tiap aspek penilaian kinerja guru berkisar antara 1 sampai 4 untuk aspek
penilaian. Semakin tinggi nilai yang diperoleh menunjukkan kinerja guru semakin baik,
demikian pula sebaliknya, semakin rendah nilai yang diperoleh maka kinerja guru
semakin buruk.
4. Faktor yang mempengaruhi kinerja guru
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja guru. Perbedaan kinerja antara
orang yang satu dengan yang lainnya di dalam situasi kerja adalah perbedaan
38
A. Dale Timpe, Seni Ilmu dan Seni Manajemen Bisnis: Kinerja (Ali bahasa: Sofyan Cimat), Jakarta,
PT Gramedia Asri Media, 1992, h. 239.
39
263.
Hani Handoko, Manajemen (edisi kedua), Yogyakarta, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi, 2000, h.
35
karakteristik dari individu. Disamping itu, orang yang sama dapat menghasilkan kinerja
yang berbeda dalam situasi yang berbeda pula. Semua ini menerangkan bahwa kinerja
itu pada garis besarnya dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor individu dan faktor situasi.
Mulyasa
mengungkapkan
beberapa
model
faktor
yang
mempengaruhi
pencapaian kinerja. Untuk lebih memahami tentang kinerja tenaga kependidikan, berikut
disajikan beberapa pendapat menurut pengertian operasional sebagai berikut:
a. Model Vroomian
Vrom mengemukakan bahwa "performance" = f (Ability X Motivation)". Menurut
model ini kinerja seseorang merupakan fungsi perkalian antara kemampuan
(ability) dan motivasi. Hubungan perkalian tersebut mengandung arti bahwa: jika
seseorang rendah pada salah satu komponen maka prestasi kerjanya akan rendah
pula. Kinerja seseorang yang rendah merupakan hasil dari motivasi yang rendah
dengan kemampuan yang rendah.
b. Model Lawler dan Porter
Lawler dan Porter (1976) mengemukakan bahwa: "performance = Effort X Ability
X Role Perceptions. Effort adalah banyaknya energi yang dikeluarkan seseorang
dalam situasi tertentu, abilities adalah karakteristik individu seperti inteligensi,
ketrampilan, sifat sebagai kekuatan potensial untuk berbuat dan melakukan
sesuatu. Sedangkan role perceptions adalah kesesuaian antara usaha yang
dilakukan seseorang dengan pandangan atasan langsung tentang tugas yang harus
dikerjakan
c. Model Ander dan Butzin
Ander dan Butzin (1982) mengajukan model kinerja sebagai berikut: " Future
performance = Past performance + (motivation X Ability)." Formula terakhir
menunjukkan bahwa kinerja merupakan hasil interaksi antara motivasi dengan
ability, orang yang tinggi ability-nya tetapi rendah motivasinya, akan
menghasilkan kinerja yang rendah, demikian halnya orang yang bermotivasi
tinggi tetapi ability-nya rendah40.
Dari beberapa pendapat diatas, penulis lebih sepakat menurut pendapatnya
Lawler dan Porter yang mana seorang pendidik menjalankan tugas harus sesuai dengan
sistem yang telah ditentukan dan hasilnya sesuai dengan apa yang ia usahakannya.
40
Mulyasa. Op. Cit. h. 136-137.
36
Kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan
kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya pegawai yang memiliki IQ diatas ratarata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam
mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang
diharapkan. Oleh karena itu, “pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai
dengan keahliannya (the right man in the right place. The right man on the right job)”41
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi
situasi kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai
untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang pegawai
harus sikap mental yang siap secara psikofisik (siap secara mental, fisik, tujuan dan
situasi). Artinya seorang pegawai harus siap mental, maupun secara fisik, memahami
tujuan utama dan target yang akan dicapai, maupun memanfaatkan dan menciptakan
situasi kerja. David Mc Clelland berpendapat bahwa:
pegawai akan mampu mencapai kinerja maksimal jika memiliki motivasi
berprestasi tinggi. Motivasi berprestasi yang perlu dimiliki oleh pegawai harus di
tumbuhkan dari dalam diri sendiri selain dari lingkungan kerja. Hal ini karena motif
berprestasi yang di tumbuhkan dari dalam diri sendiri akan membentuk suatu kekuatan
diri dan jika situasi lingkungan kerja turut menunjang maka pencapaian kinerja lebih
mudah.42. Kembali Mulyasa mengemukakan faktor utama yang menentukan
41
Ibid., h. 67.
42
Ibid. ., h. 69.
37
produktivitas tenaga kerja, kalau dalam pendidikan adalah peningkatan prestasi kerja
guru, yakni:
1. Sikap kerja, seperti kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work),
dapat menerima tambahan tugas, dan bekerja dalam satu tim.
2. Tingkat ketrampilan yang ditentukan oleh pendidik, latihan dalam manajemen
dan supervisi serta ketrampilan dalam teknik industri.
3. Hubungan tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam usaha
bersama antara pimpinan organisasi dengan tenaga kerja untuk meningkatkan
produktivitas melalui lingkaran pengawasan mutu.
4. Manajemen produktivitas, yaitu manajemen yang efisien mengenai sumber
dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas.
5. Efisien tenaga kerja, seperti perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas.
6. Kewiraswataan, yang tercermin dalam pengambilan resiko kreakivitas dalam
berusaha, dan berada pada jalur yang benar dalam berusaha.
C. Hasil Penelitian Relevan.
Pokok masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah pengaruh manajemen
pembiayaan terhadap kinerja guru di SMP Negeri 1 Moramo Kecamatan Moramo
Kabupaten Konawe Selatan. Memiliki titik orientasi pada variabel X (manajemen
pembiayaan) dan Y (kinerja guru). Penelitian tentang manajemen, sebelumnya memang
telah ada penelitian yang dilakukan oleh rekan-rekan sebelumnya pada beberapa
variabel dan objek yang berbeda, kebanyakan peneliti menjumpai penelitian rekan
sebelumnya dilakukan pada jenjang pendidikan tertentu di pulau jawa, kemudian ada
38
beberapa peneliti di Universitas Haluoleo pada fakultas FKIP (Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan) yang kemudian ini menjadi salah satu bahan rujukan guna untuk
melihat hasil dan posisi penelitian sebelumnya dengan hasil penelitian penulis. Di sini
tidak memungkinkan bagi penulis untuk menampilkan dan menyebutkan hasil-hasil
penelitian rekan-rekan sebelumnya satu-persatu. Namun, ada beberapa hasil penelitian
yang akan dikemukakan di sini yang erat dengan masalah yang diteliti. Hal ini
dimaksudkan untuk melihat posisi penelitian ini di antara kajian-kajian tersebut.
Kajian manajemen dengan variabel dependen (terikat) yang sama atau pun
berbeda yang sangat penting artinya berkaitan dengan penelitian ini pernah dilakukan
oleh saudari.
Da’watul Baroroh (3103078). Hubungan Konsep Diri Dengan Kinerja Guru SD Negeri
Se-Kecamatan Ngaliyan Semarang. Skripsi. Semarang: Program Strata 1 Jurusan
Pendidikan IAIN Walisongo, 2008.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Konsep Diri Guru SD Negeri SeKecamatan Ngaliyan Semarang, 2) Kinerja Guru SD Negeri Se- Kecamatan Ngaliyan
Semarang, 3) Menguji dan Membuktikan adakah hubungan Konsep Diri dengan
Kinerja guru SD Negeri Se-Kecamatan Ngaliyan Semarang.
Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dan angket. Subyek penelitian
sebanyak 37 responden, menggunakan teknik populasi. Pengumpulan data instrumen
angket untuk menjaring data X dan Y. Data penelitian yang terkumpul dianalisis
dengan menggunakan teknik analisis statistik. Pengujian hipotesis penelitian
menggunakan analisis regresi. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa: Terdapat
hubungan positif antara konsep diri dengan kinerja guru SD Negeri Se-Kecamatan
Ngaliyan Semarang, ditunjukkan oleh koefisien korelasi rxy = 0,516. Sedangkan
koefisien korelasi determinasinya: r2 = 0,267 (26,7%) dan uji t sebesar 3,566 kemudian
dikonsultasikan ke ttabel (0,05) = 2,021 dan (0,01) = 2,704. Ini berarti thitung lebih besar
dari ttabel, menunjukkan korelasi antara X dan Y signifikan. Sedangkan harga Freg
diperoleh yaitu = 12,719 kemudian dikonsultasikan dengan harga Ftabel pada taraf
signifikan 1% yaitu 7,68 dan 5% =4,08, karena Freg = 12,719 > Ft (0,01) = 7,68 maka
signifikan dan F t (0,05) = 4,08 juga signifikan. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin
baik tingkat konsep diri guru, maka akan semakin baik kinerjanya.
39
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan
bagi mahasiswa, kepala sekolah dan para guru khususnya, dapat meningkatkan kinerja
guru melalui konsep diri.43
Studi yang dilakukan oleh saudari Da’watul Baroroh (3103078) dijadikan sebagai
salah satu rujukan oleh penulis yang diperoleh melalui layanan jasa internet
(Interkonektit Network melalui proses registrasi member keanggotaan digital library
IAIN Walisongo Semarang (GDL) di tanah air. Walaupun begitu, kajian tersebut lebih
banyak membahas tentang konsep diri dengan kinerja guru.
Kajian yang tidak kalah pentingnya dalam rangka melakukan penelitian ini,
ditulis oleh saudari Novi Fitrianingsih (Nim: 073911020) mengadakan sebuah penelitian
mengangkat judul:
Novi Fitrianingsih (Nim: 073911020) Studi Komparasi Kinerja antara Guru
Sertifikasi dan Guru non Sertifikasi Dalam Pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah
(MI) Se-Kecamatan Pecangaan Jepara
Penelitian ini bertujuan untuk, Mengetahui kinerja guru sertifikasi di Madrasah
Ibtidaiyah (MI) Se-Kecamatan Pecangaan Jepara, Mengetahui kinerja guru non
sertifikasi di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Se-Kecamatan Pecangaan Jepara,
Mengetahui perbedaan kinerja guru sertifikasi dan guru non sertifikasi dalam
pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Se-Kecamatan Pecangaan Jepara.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif Kuantitatif, Yakni jenis
penelitian yang menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan menampilkan
hasilnya. Suatu pendekatan penelitian yang bersifat Objektif, mencakup
pengumpulan data analisis data kuantitatif serta menggunakan metode statistik.
Sampel dalam penelitian ini sebesar 10% dari populasi 48 yakni 10 guru sertifikasi
dan 10 guru non sertifikasi. Dan cara pengambilan sampel dengan cara random
sampling yakni semua responden dianggap sama dalam pemilihan sampel tanpa
pandang bulu.
Adapun hasil dari data yang telah didapat dianalisis dengan analisis uji t dengan
satu variable yaitu kinerja guru, dimana kinerja guru yang dimaksud adalah kinerja
guru sertifikasi dan kinerja guru non sertifikasi. Berdasarkan hasil perhitungan
menunjukkan bahwa hipotesis alternatif ditolak artinya hasil uji hipotesis
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja antara guru sertifikasi dan guru
43
Lihat Didital library IAIN Walisongo Semarang,
http://library.walisongo.ac.id/digilib/index.php.jtptiain-gdl-da’watul baroroh -i-4789-1-skripsi_-5.diakses,
12-04-2012.
40
non sertifikasi dalam pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Se- Kecamatan
Pecangaan Jepara. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa: 1) Kinerja
guru sertifikasi termasuk dalam kategori baik sekali yaitu berada pada interval 101125 dengan nilai rata-rata sebesar 101,4. 2) Kinerja guru non sertifikasi termasuk
dalam kategori baik yaitu berada pada interval 76-100 dengan nilai rata-rata sebesar
93,1. 3) Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja guru
sertifikasi dan guru non sertifikasi dalam pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Se-Kecamatan Pecangaan Jepara ditunjukkan dengan nilai t hitung (1,693) lebih
kecil dari t tabel untuk taraf signifikansi 5% (1,734), maupun t tabel untuk taraf
signifikansi 1%.
Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan para
civitas Akademik, mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, terutama para
guru sebagai pengajaran baik guru sertifikasi dan guru non sertifikasi untuk selalu
menjaga kinerjanya dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara. 44
Dengan menjadikan rujukan pada karya yang disebutkan di atas, maka
muncullah buku-buku yang mengkaji manajemen pembiayaan pendidikan seperti buku
panduan yang diterbitkan Ar-rus Media, dengan judul Manajemen Sekolah (mengelola
lembaga pendidikan secaramandiri) karya Sri Minarti, yang sudah barang tentu
mengkaji prosedur manajemen pembiayaan pendidikan.
Selain itu peneliti lihat karya yang begitu berharga dalam melengkapi kahasanah
keilmuan peneliti dengan hadirnya sebuah karya Tjiptono, F. dan Diana A. yang
berjudul Total Quality Management. Diterbitkan di Yogyakarta dengan badan penerbit
Andi Ofset.
Setelah membaca hasil penelitian rekan-rekan yang tersebutkan di atas terkait
variabel manajemen dan kinerja guru , dengan beberapa karya buku-buku relevan
peneliti menganggap bahwa penelitian tersebut telah mengkaji variabel dimaksud sedikit
banyak telah turut melengkapi khasanah keilmuwan dan referensi penelitian penulis.
44
Lihat Didital library IAIN Sunan Ampel,
http://digilib.sunan-ampel.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptiain-gdl-s1-2005- Novi. diakses,
12-04-2012.
41
Namun, sebagai karya manusia yang tidak lepas dari keterbatasan, semua karya itu tidak
pernah mencapai predikat sempurna. Dalam melakukan pengkajian, terkadang karyakarya terebut hanya mampu membahas satu aspek atau menonjolkan beberapa aspek
tertentu saja.
Dalam penelusuran terhadap karya dan hasil penelitian mengenai manajemen
pembiayaan pendidikan penulis menemukan beberapa kajian secara spesifik. Namun,
ada beberapa titik-titik sentral yang menjadi perbedaan dengan penelitian sebelumnya
yang pada umumnya penelitian itu banyak rekan-rekan kita melakukannya pada ruang
lingkup skala dan jenjang pendidikan tertentu, Untuk itulah penelitian ini dianggap perlu
dilakukan di Moramo Kabupaten Konawe Selatan tepatnya pada sebuah lembaga
pendidikan SMP Negeri 1 Moramo.
Meskipun demikian, dalam melakukan penelitian ini, hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya menjadi bahan yang amat berharga bagi penulis,
terutama untuk memberikan gambaran pengaruh manajemen pembiayaan terhadap
kinerja guru di SMP Negeri 1 Moramo Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan
yang kawan-kawan pernah temui dalam penelitiannya. Begitu juga sumber-sumber lain
yang membahas mengenai variabel-variabel tersebut yang belum diungkap di sini,
menjadi bahan yang sangat berguna sehingga penulis memberikan apresiasi yang
setingi-tingginya.
42
D. Kerangka Pikir.
Bagan 2.3
Kerangka Konsep Pengaruh manajemen pembiayaan terhadap kinerja guru di SMP
Negeri 1 Moramo Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe Selatan.
Pengaruh manajemen pembiayaan terhadap kinerja guru pendidikan
di MP Negeri 1 Moramo Kecamatan Moramo Kabupaten Konawe
Selatan
Manajemen Pembiayaan
Kinerja Guru
Proses inti manajemen pembiayaan
sekolah
1. Perencanaan Pembiayaan Pendidikan
(Budgeting)
2. Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan
(Accounting).
3. Evaluasi Pembiayaan Pendidikan
(Evaluating)
Dimensi kinerja guru
1. Merencanakan program
belajar mengajar
2. Melaksanakan dan
mengelola proses belajar
mengajar
3. Menilai kemajuan prose
belajar mengajar
4. Menguasai bahan pelajaran.
5. Melakukan pengukuran
kinerja
1. Menyusun draft RAPBS
2. Membahas draft dan menetapkan
RAPBS
3. Hasil RAPBS siap dilaksanakan
Hasil RAPBS mengorientasikan
TQM (total quality manajemen)
diantaranya adanya peningkatan
kinerja guru
Kinerja guru diukur dengan
Membandingkan antara prestasi
aktual bawahan dengan standar
yang ditetapkan terhadap
dimensi/aspek kinerja guru
Download