manajemen keuangan sekolah makalah

advertisement
MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengelolaan Pendidikan III 2011 / 2012
Dosen :
Prof. Dr. Hj. Mintarsih D, M.Pd
Disusun oleh
Nama
: ADE FADILLAH WINATA (110070
: DWI SATRIA MAULANA (110070123)
: NIDA NUR’AZIZZAH (110070
Prodi
: MATEMATIKA
Tingkat / kelas : II.J
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Sistem Informasi Manajemen dan
Penerapannya pada Manajemen Sekolah ”.
Penulisan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan
Pendidikan semester III tahun 2011-2012.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan dan bimbingan orang tua terutama dosen Pengelolaan Pendidikan, sehingga kendalakendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Mintarsih D, M.Pd. yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada
penulis sehingga penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
2. Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan
sehingga tugas ini selesai.
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan
dalam penulisan makalah ini.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak
yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai,
Amin.
Cirebon, 15 November 2011
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………..
D. Kerangka Pemikiran……………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen………………………………………………………….
B. Manajemen Keuangan Sekolah……….………………………………………..
C. Manajemen Keuangan Sekolah: Kajian Administrasi Pendidikan…………….
D. Pengelolaan Keuangan Pada Persekolahan….…………………………………
E. Jenis-jenis Pengeluaran Dalam Pendididikan.…………………………………
F. Fungsi Anggaran dan Tehnik Penyusunan Anggaran………………………….
G. Pengawasan Keuangan Pendidikan………………..…………………………..
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………
B. Saran …………………………………………………………………………..
Daftar Pustaka …………………………………………………………………………
BAB I
A. LATAR BELAKANG
1.
Banyaknya ketidaktahuan siswa dan penyelenggara pendidikan tentang sistem
manajemen keuangan sekolah
2.
Ketidakmaksimalan sekolah dan penyelenggara pendidikan dalam mengatur anggaran
sekolah dikarenakan kurang memperhatikan faktor dan kebutuhan sekolah
3.
Banyaknya kalangan yang belum mengetahui tentang pengaruh manajemen keuangan
sekolah terhadap penyelenggaraan pendidikan
4.
Banyaknya kalangan yang belum mengetahui betapa pentingnya mangatur keuangan
yang berpengaruh besar terhadap penyelenggraan pendidikan di sekolah.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa itu Manajemen?
2.
Apa yang dimaksud dengan Manajemen Keuangan Sekolah?
3.
Bagaimana cara pengelolaan keuangan sekolah?
4.
Apa itu anggaran keuangan dan apa saja jenis-jenisnya?
C. TUJUAN PENULISAN
1.
Mengetahui pengertian Manajemen
2.
Mengetahui pengertian Manajemen Keuangan Sekolah
3.
Mengetahui bagai mana cara Pengelolaan Keuangan Sekolah
4.
Mengenal anggaran keuangan dan jenis-jenisnya
D. KERANGKA PEMIKIRAN
Sebelumnya pendidikan merupakan bagian dari “public service” atau jasa layanan umum
dari Negara kepada masyarakat yang tidak diperhitungkan untung dan ruginya “return” dan “cost
benefit” dari biaya yang dikeluarkan tersebut. Namun sekarang pengertian itu bisa dianggap
keliru dan harus diubah, sehingga menjadikan pendidikan itu merupakan sektor jasa yang
investif-produktif. Adapun beberapa pendapat para ahli tentang sistem keuangan sekolah, yaitu:
1.
Menurut J.Hallak (1969) bahwa dalam Analisis Biaya Pendidikan, biaya dalam arti
yang umum yaitu dalam bentuk moneter/uang.
2.
STEPPES, Biro Perencanaan, Depdikbud (1989) menyatakan bahwa konsep biaya
dalam pendidikan terdiri dari seluruh biaya yang dikeluarkan dan dimanfaatkan untuk
penyelenggaraan pendidikan baik oleh pemerintah, perorangan dan masyarakat untuk
mendapatkan pendidikan.
3.
Menurut Zymelman (1975) dengan jelas mengatakan bahwa pembiayaan pendidikan
tidak hanya menyangkut analisis sumber-sumber dana, tetapi juga menyangkut
penggunaan dana-dana itu secara efisien.
4.
Menurut Weston Copeland, pengertian manajemen keuangan dapat dirumuskan oleh
fungsi dan tanggung jawab para manajer keuangan meskipun tanggung jawab manajer
keuangan berbeda-beda.
Sehingga secara garis besar dapat dikatakan bahwa standar pembiayaan adalah standar yang
mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu
tahun. Adapun biaya operasi satuan pendidikan adalah bagian dari dana pendidikan yang
diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar dapat berlangsungnya
kegiatan pendidikan yang sesuai standar nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MANAJEMEN
Pada pertengahan tahun 1950-an Koontz mempopulerkan konsep fungsi-fungsi manajemen
dengan mengelompokkan tugas-tugas yang dilakukan oleh manajemen ke dalam lima fungsi
manajemen, yang mencakup:
a) Perencanaan (planning)
b) Pengorganisasian (organizing)
c) Pengisian staf (staffing)
d) Memimpin (leading)
e) Pengendalian (controlling)
Pengembangan model fungsi manajemen di atas mengacu kepada pembagian fungsi
manajemen yang dirumuskan oleh Henry Fayol pada tahun 1916. Fayol membagi fungsi
manajemen ke dalam lima fungsi, yakni: planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian),
commanding
(pemberian komando),
coordinating (pengkoordinasian), dan
controlling
(pengendalian). Koontz menyatakan bahwa fungsi adalah sekumpulan pekerjaan yang dapat
dibedakan secara nyata dari kumpulan pekerjaan lainnya.
Pada perkembangan selanjutnya, fungsi-fungsi manajemen disusutkan menjadi empat
fungsi, yang mencakup planning, organizing, leading dan controlling. Penyusutan fungsi terebut
terjadi karena sebagian ahli manajemen berpendapat bahwa fungsi pengisian staf (staffing) telah
tercakup dalam fungsi pengorganisasian (organizing).
Berdasarkan paparan di atas, manajemen dapat didefinisikan sebagai proses perencanaan,
pengorganisasian, keemimpinan dan pengendalian dari berbagai sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Definisi manajemen tersebut dapat dijelaskan lebih
lanjut sebagai berikut:
1) Manajemen merupakan sebuah proses. Artinya, seluruh kegiatan manajemen yang
dijabarkan ke dalam empat fungsi manajemen dilakukan secara berkesinambungandan
semuanya bermuara kepada pencapaian tujuan perusahaan.
2) Pencapaian
tujuan
perusahaan
dilakukan
melalui
serangkaian
aktivitas
yang
dikelompokkan ke dalam fungsi-fungsi manajemendan mencakup fungsi perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, serta pengendalian.
3) Pencapaian tujuan dilakukan secara efektif dan efisien. Efektivitas menunjukkan
tecapainya tujuan yang diinginkan melalui serangkaian tindakan yang dilakukan
perusahaan. Sedangkan efisiensi menunjukkan pencapaian tujuan secara optimal dengan
menggunakan sumber daya yang paling minimal.
Pencapaian tujuan perusahaan dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya organisasi
yang dimiliki oleh perusahaan.
B. MANEJEMEN KEUANGAN SEKOLAH
1.
Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan Sekolah
Menurut Weston Copeland, pengertian manajemen keuangan dapat dirumuskan oleh fungsi
dan tanggung jawab para manajer keuangan meskipun tanggung jawab manajer keuangan
berbeda-beda.Tugas pokok manajer keuangan disekolah adalah merencanakan untuk
memperoleh dana kebutuhan operasional dan menggunakan dana tersebut untuk program
pembelajaran.
Empat aspek yang harus dilakukan manajer keuangan;
Aspek 1 : membuat perencanaan perkiraan dan bekerja sama dengan manajer lainnya.
Aspek 2 : memusatkan perhatian pada berbagai keputusan investasi dan pembiyayaannya serta
segala hal yang berkaitan dengannya.
Aspek 3 : bekerja sama dengan manajer lainnya agar lembaga dapat beroperasai seefisien
mungkin.
Aspek 4 : menyangkut penggunaan keuangan dan mencari dananya.
A. Keuangan (Finance)
Keuangan dalam arti luas bagian dari urusan praktis yang berhubungan dengan uang.
B. Anggaran (Budget)
Anggaran merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk
satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan lembaga.
Beberapa keuntungan penggunaan anggaran sekolah:
a. Menetapkan suatu penilaian terhadap kegiatan yang direncanakan
b. Penting bagi pemantapan rencana kerja
c. Berguna untuk peramalan , pengeluaran dan estimasi pendapatan
C. Biaya (Cost)
Biaya : seluruh dana baik langsung/tidak langsung yang diperolehdari berbagai sumber
(pemerintah, masyarakat, orang tua) yang diperuntukan untuk penyelenggaraan pendidikan.
Perhitungan biaya pendidikan ditentukan oleh komponen kegiatan pendidikan, meliputi
pengadaan sarana dan prasarana pendidikan.
D. Pembiayaan (Financing)
Financing merupakan fungsi penyediaan dana untuk melaksanakan usaha. Begitu juga dengan
pengelolaan pendidikan dana merupakan hal yang sangat untuk terlaksananya program
pembelajaran.
E. Pemicu Biaya (Cost Driver)
Pemicu biaya merupakan factor yang mempunyai efek terhadap perubahan level biaya total
untuk suatu obyek biaya.Cost Driver eksekusional merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan lembaga untuk mengelola
dan melakukan pengambilan keputusan untuk
menurunkan biaya.
2.
Kedudukan Manajemen Keuangan pada Jenjang Persekolahan
Seperti
yang
telah
dijelaskan
oleh
Weston
Copeland
bahwa
“pada
hierarki
organisaasiperusahaan jabatan direktur keuangan dianggap tinggi, oleh karena bidang keuangan
merupakan titik pusat dalam pengambilan keputusan ditingkat puncak.”Pada institusi sekolah,
hierarki organisasi jabatan bidang keuangan pada satuan pendidikan di urus oleh pembantu
kepala sekolah II yang mengurus keuangan dan administrasi umum.
Ini menunjukan bahwa bidang keuangan setara kedudukannya dengan bidang pendidikan
dan kesiswaan. Dalam hierarki ini langsung dibawah kepala sekolah, mereka ini termasuk
golongan yang dapat mengambil kebijakan atas dasar pendelawegasian kepala sekolah. Tugas
lain manajemen keuangan melakukan analisis keuangan yang dibantu oleh bagian bendaharawan
dan bagian akuntansi. Bagian bendaharawan bertanggung jawab atas perolehan dana dan
pengamanannya, sedangkan bagian akuntansi adalah mencatat (accounting), melaporkan
(reporting), dan pengendalian (controlling). Sekolah akan berjalan dengan baik apabila Kepala
Sekolah berperan sebagai manager keuangan professional.
C. MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH : KAJIAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
1.
Kajian Administrasi Pendidikan dari Kaca Mata Ekonomi
Focus utama dalam bidang ekonomi adalah masalah pengalokasian sumber-sumber dan
konsep utamanya ditekankan pada masalah keterbatasan sumber-sumber. Pendidikan sebagai
kekayaan ekonomi dan kekayaan ini bersifat non material yang berupa pelayanan yang diberikan
untuk memenuhi kebutuhan manusia, artinya kekayaan ini dalam bentuk kualitas SDM yang
dihasilkan lembaga pendidikan melalui proses pembelajaran. Melalui pendidikan memungkinkan
individu mendapat income pendapatan.
Keuntungan hasil pendidikan yang diperoleh individu ada yang bersikap ekonomi dan ada
yang bersifat sosial. Mengenai manfaat atau keuntungan yang diterima oleh individu dari
pendidikan, hasil penelitian Houthaker dan Miller menunjukkan adanya suatu kecenderungan,
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin besar pula pendapatan yang
diterimanya.
2.
Strategi Pengelolaan Keuangan Sekolah
Beberapa ahli pembiayaan pendidikan, menekankan bahwa ketersediaan dana merupakan
salah satu syarat untuk dapat dilaksanakan berbagai kegiatan pendidikan. Bersama-sama dengan
unsur-unsur administrasi pendidikan yang lainnya seperti manusia/personil, fasilitas, teknologi
pendidikan, dan berfungsi untuk kemudian menghasilkan output.
Karena keterbatasan kemampuan pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan dana pendidikan,
maka tanggung jawab atas pembiayaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah, masyarakat dan orang tua (UUSPN No. 20 tahun 2003).
Keberhasilan pengelolaan atas dana pendidikan itu akan menimbulkan berbagai manfaat,
diantaranya :
a) Memungkinkan penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara efektif dan efisien.
b) Memungkinkan tercapainya kelangsungan hidup lembaga pendidikan, sebagai salah
satu tujuan didirikannya lembaga tersebut (terutama bagi lembaga pendidikan swasta).
c) Dapat mencegah adanya kekeliruan kebocoran ataupun penyimpangan-penyimpangan
dana dari rencana semula.
d) Penyimpangan akan dapat dikendalikan apabila pengelolaan berjalan baik sesuai yang
diharapkan.
Dalam mengelola sekolah tujuan utamanya adalah bagaimana sekolah dapat menghasilkan
output yang berkualitas dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat. Tanggung jawab
pembiayaan pendidikan dalam manajemen keuangan Sekolah Lanjutan Pertama mengakomodir
tuntutan eksternal dan internal dalam pengelolaan pembiayaan pendidikan. Hal yang penting
adalah menempatkan fungsi manajemen keuangan benar-benar menunjukkan sasaran
pembelajaran yang berimplikasi pada mutu pendidikan yang kompetitif.
D. PENGELOLAAN KEUANGAN PADA PERSEKOLAHAN
1. Konsep Dasar Keuangan
Dalam suatu lembaga pendidikan, biaya pendidikan merupakan salah satu komponen
penunjang yang penting, yang sifatnya melengkapi akan tetapi tidak dapat ditinggalkan. Dalam
kondisi yang sangat terpaksa, pendidikan masih akan dapat berlangsung tanpa adanya biaya.
Akan tetapi, setiap usaha peningkatan kualitas pendidikan selalu mempunyai akibat keuangan.
Penanggung jawab administrasi biaya pendidikan adalah kepala sekolah. Namun demikian,
guru diharapkan ikut berperan dalam administrasi biaya pendidikan di sekolah. Administrasi
keuangan
meliputi
kegiatan
perencanaan,
penggunaan,
pencatatan,
pelaporan,
dan
pertanggungjawaban dana yang dialokasikan untuk penyelenggaraan sekolah. Tujuan
administrasi ini adalah untuk mewujudkan suatu tertib administrasi keuangan, sehingga
pengurusannya dapat dipertanggunggjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dalam administrasi keuangan ada pemisahan tugas dan fungsi antara otorisator, ordonator,
dan bendaharawan. Otorisator adalah pejabat yang diberi wewenang untuk mengambil tindakan
yang mengakibatkan penerimaan atau pengeluaran uang. Ordonator adalah pejabat yang
berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang
dilakukan berdasarkan otorisasi yang ditetapkan. Bendaharawan adalah pejabat yang berwenang
melakukan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang atau surat-surat berharga lainnya
yang dapat dinilai dengan uang dan diwajibkan membuat perhitungan dan pertanggungjawaban.
Kepala sekolah sebagai pemimpin satuan kerja berfungsi sebagai otorisator untuk
memerintahkan pembayaran. Bendaharawan sekolah ditugasi untuk melakukan fungsi ordonator
dalam menguji hak atas pembayaran. Kepala sekolah wajib melakukan pengawasan dalam
penggunaan pengawasan dalam penggunaan dana. Oleh sebab itu, kepala sekolah tidak boleh
melaksanakan fungsi bendaharawan.
Ketersediaan dana merupakan salah satu syarat untuk dapat dilakukannya berbagai kegiatan
pendidikan. Bersama-sama dengan unsur-unsur administrasi pendidikan yang lainnya, seperti
manusia/personil, fasilitas, dan teknologi pendidikan, dana berfungsi untuk kemudian
menghasilkan keluaran tertentu yang menunjang keberhasilan tujuan penyelnggaraan
pendidikan.
Masalah pemenuhan kebutuhan dana pendidikan itu dipandang sebagai hal yang perlu
mendapat perhatian sungguh-sungguh dari pemerintah, baik dari pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Hal ini telah diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945, bahwa
pemerintah mempunyai kewajiban untuk mengatur dan membiayai pendidikan sesuai dengan
fungsinya. Namun, karena keterbatasan kemampuan pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan
dana pendidikan, maka tanggung jawab atas pembiayaan pendidikan menjadi tanggung jawab
bersama antara pemerintah, masyarakat dan orangtua (USPN No.20 tahun 2003).
Undang-undang RI No.22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang RI
No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah,
dijadikan sebagai dasar hukum bagi daerah untuk mengatur diri sendiri (otonomi) yang
berimplikasi pula pada pengelolaan pendidikan, dan keuangan pendidikan yang tidak selalu
tergantung pada pusat dan organisasi pendidikan di daerah.
Secara sederhana pengelolaan dana pendidikan itu mencakup dua aspek, yaitu :
1) Dimensi Penerimaan atau sumber dana, dan
2) Dimensi Pengeluaran atau alokasi dana.
Dimensi penerimaan antara lain bersumber dari: penerimaan umum pemerintah, penerimaan
khusus pemerintah yang diperuntukkan bagi pendidikan, iuran sekolah, dan sumbangansumbangan masyarakat. Sedangkan dimensi pengeluaran meliputi: pengeluaran modal/Kapital
atau anggaran pembangunan (capital outlay/expenditure).
Keberhasilan pengelolaan atas dana pendidikan akan menimbulkan berbagai manfaat,
diantaranya :
a. Memungkinkan penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara efisien, artinya dengan
dana tertentu diperoleh hasil yang maksimal atau dengan dana minimal diperoleh
hasil/tujuan tertentu.
b. Memungkinkan tercapainya kelangsungan hidup lembaga pendidikan sebagai salah satu
tujuan didirikannya lembaga tersebut (terutama bagi lembaga pendidikan swasta
termasuk kursus-kursus).
c. Dapat mencegah adanya kekeliruan, kebocoran-kebocoran ataupun penyimpanganpenyimpangan penggunaan dana dari rencana semula. Penyimpangan akan dapat
dikendalikan apabila pengelolaan berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan hal tersebut, pengelolaan keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu
sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan.
Hal tersebut lebih terasa dalam manajemen sekolah, yang menuntut kemampuan sekolah untuk
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan
dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah.
Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan potensi yang
sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen
pendidikan. Komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah merupakan komponen
produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan proses belajar-mengajar di sekolah bersama
komponen-komponen lain. Dengan kata lain setiap kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan
biaya, baik itu disadari maupun tidak disadari.
Komponen keuangan dan pembiayaan ini perlu dikelola sebaik-baiknya agar dana-dana yang
ada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini
penting, terutama dalam rangka pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, yang memberikan
kewenangan kepada sekolah untuk mencari dan memanfaatkan berbagai sumber dana sesuai
dengan keperluan masing-masing sekolah karena pada umumnya dunia pendidikan selalu
dihadapkan pada masalah keterbatasan dana, apalagi dalam kondisi kritis seperti sekarang ini.
Dan dalam prosesnya pengelolaan keuangan dalam bidang pendidikan lebih difokuskan
dalam proses merencanakan alokasi secara teliti dan penuh perhitungan, serta mengawasi
pelaksanaan penggunaan dana, baik untuk biaya operasional maupun biaya kapital, disertai
bukti-bukti secara administratif dan fisik (material) sesuai dengan dana yang dikeluarkan.
2. PROSES PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH
Penerimaan dan realisasi/penggunaan keuangan sekolah merupakan hal yang penting untuk
mengetahui potensi dan apa yang akan dihasilkan dari potensi tersebut. Untuk mencapai tujuan
tersebut dalam konsep administrasi pendidikan menggunakan strategi, yaitu memfungsikan
fungsi administrasi dalam pengelolaan keuangan sekolah seperti perencanaan, pengorganisasian
sumber dana sekolah dan pendistribusiannya, penggerakan dan penggunaan keuangan sekolah,
pengawasan dan evaluasi anggaran serta mempertanggungjawabkannya.
a. Perencanaan Anggaran
Peran anggaran dalam pengelolaan pembelajaran yang berkaitan dengan layanan belajar
dan manajemen sekolah serta manajemen sekolah secara keseluruhan sangatlah penting untuk
mencapai tujuan. Anggaran merupakan rencana kuantitatif terhadap operasi organisasi sekolah.
Anggaran meliputi aspek keuangan maupun aspek non keuangan dari operasi yang direncanakan.
Proses penyiapan anggaran disebut penganggaran yaitu menyediakan anggaran untuk
melaksanakan program yang telah direncanakan.
Anggaran mempunyai peran penting dalam pengalokasian sumber daya atau potensi
sekolah, pengkoordnasian operasi pendidikan. Candoli Carl Cs. (1985) mengemukakan dalam
lembaga pendidikan anggaran sekolah merupakan instrumen perencanaan dan instrumen
pengendalian. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam membuat anggaran menurut
Yahya (2003:46) adalah :
1) Permintaan terhadap hasil produksi dan stabilitas permintaan potensi dasar
2) Jenis-jenis hasil produksi yang dibuat
3) Jenis-jenis dan sifat hasil produksi yang dibuat
4) Kemampuan menyusun jadwal mengatur pelaksanaan
5) Jumlah dana yang dipergunakan dibandingkan dengan hasil yang mungkin dicapai.
6) Perencanaan dan pengawasan
Stephen P.Taylor (2001:351) menyatakan anggarn penting dilakukan dengan alasan
sebagai berikut :
1) Untuk menentukan apakah mereka mendapat laba atau rugi.
2) Untuk menghitung dampak keputusan tertentu yang direncanakan.
3) Untuk mengesahkan keputusan bisnis yang telah diambil.
4) Untuk menentukan target manajemen.
5) Untuk menentukan tingkat kebutuhan
Sekolah sebagai lembaga pendidikan, keberadaannya harus dapat menyesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat sebagai stakeholder, selain memikirkan bagaimana suatu keuntungan bias
diperoleh sekolah.
b. Sumber-sumber Keuangan Pendidikan sebagai Dimensi Penerimaan
Chon (Fattah, 2000) mengatakan bahwa biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung
(direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran, sarana belajar, biaya transfortasi, gaji
guru baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, sekolah maupun orang tua. Sedang biaya tidak
langsung berupa keuntungan yang hilang (earing forgone) dalam bentuk biaya kesempatan yang
hilang (opportunity cost) yang dikorbankan siswa selama belajar.
Mulyasa (2002), sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar
dapat dikelompokan atas tiga sumber, yaitu :
(1) pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah maupun kedua-duanya, yang bersifat umum
atau khusus dan diperuntukan bagi kepentingan pendidikan;
(2) orang tua atau peserta didik;
(3) masyarakat, baik yang mengikat maupun tidak mengikat.
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 Bab XIII Bagian
Kesatu Pasal 46 ayat (1) ditegaskan secara jelas, bahwa pengadaan dan pendayagunaan sumbersumber daya pendidikan dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan atau keluarga peserta didik.
Adapun diantara dimensi penerimaan telah dikemukakan pada bagian terdahulu, meliputi hal-hal
berikut:
1) Hasil Penerimaan Pemerintah Umum
Yang termasuk ke dalam golongan ini yaitu semua penerimaan pemerintah dari pajak, pajak
pendidikan dari perusahaan-perusahaan, dan iuran-iuran pembangunan daerah. Pajak pendapatan
dan pajak penjualan biasanya didistribusikan untuk biaya rutin, sedangkan pajak kekayaan
disalurkan untuk biaya kapital.
APBN adalah anggaran yang diatur dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat. Pada
dasarnya administrasi dana ini adalah tanggung jawab presiden. Anggaran rutin adalah dana
APBN yang diperuntukkan bagi kegiatan rutin. Kegiatan rutin ini adalah kegiatan yang
berlangsung setiap tahun, gaji, biaya kantor, biaya telepon, biaya pemeliharaan gedung, dan
sebagainya.
Untuk memudahkan pengaturan, anggaran rutin dibagi menjadi mata anggaran-mata
anggaran. Mata anggaran adalah klasifikasi anggaran untuk membiayai suatu kegiatan tertentu.
Penggunaan anggaran harus disesuaikan dengan jumlah dan jenis pengeluaran yang ditentukan
secara tetap oleh pemerintah.
Cara mengajukan anggaran rutin dilakukan melalui pengisian Usulan Kegiatan Operasional
Rutin (UKOR). Yang menjadi bahan utama dalam penyususnan UKOR ialah program tahunan
sekolah yang terinci. UKOR yang telah disahkan oleh pemerintah akan menjadi DIK (Daftar
Isian Kegiatan) yang berlaku sebagai SKO (Surat Keputusan Otorisasi).
2) Penerimaan Pemerintah Khusus Untuk Pendidikan
Yang termasuk ke dalam golongan ini anatara lain, bantuan atau pinjaman luar negeri, seperti
bantuan dari Badan Internasional PBB (UNICEF atau UNESCO), pinjaman dari Bank Dunia.
Bantuan yang bersumber dari luar negeri ini mencakup bantuan teknik dan bantuan modal
berupa pinjaman dan hibah.
Karena dana bantuan ini tidak mencukupi seluruh keperluan pendidikan, maka pemerintah
harus memilih prioritas. Artinya pilihan lapangan atau proyek yang perlu dibantu. Misalnya,
pada pengembangan ilmu-ilmu pasti, ilmu pengetahuan alam, dan sebagainya.
3) Iuran Sekolah
Termasuk dalam golongan ini adalah Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) atau BP3
yaitu bantuan dana yang diterima dari peserta didik atau orangtua siswa pada setiap bulan yang
disetorkan ke Kantor Dinas Pendidikan. Sebagian dana SPP/BP3 ini dikembalikan lagi ke
sekolah dalam bentuk Dana Penunjang Pendidikan atau Sumbangan Bantuan Penyelenggaraaan
Pendidikan (DPP/SBPP) dan Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) dalam bentuk
sarana/peralatan kegiatan belajar mengajar.
4) Sumbangan-sumbangan Sukarela dari Masyarakat
Termasuk ke dalam golongan ini sumbangan-sumbangan swasta, perorangan atau keluarga,
perusahaan, badan-badan sukarela dan kelompok-kelompok. Sumbangan perorangan atau
keluarga siswa tidak hanya dalam bentuk uang, tetapi juga tanah, tenaga dan bahan bangunan
untuk mendirikan sekolah. Sedangkan badan-badan sukarela seperti yayasan swasta turut
membantu memajukan pendidikan, mensponsori sekolah dalam bentuk gedung dan alat-alat.
Untuk pembiayaan penyelenggaraan dan pembinaan sekolah, oleh pemerintah daerah kadangkadang diberikan bantuan. Bantuan tersebut dapat digunakan untuk :
a) Pelaksanaan pelajaran sekolah.
b) Tata usaha sekolah.
c) Pemeliharaan sekolah.
d) Kesejahteraan pegawai sekolah.
e) Porseni sekolah.
f) Pengadaan buku laporan pendidikan (rapor).
g) Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) serta Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional
(SKHUN).
h) Supervisi.
i) Pembinaaan administrasi dan pelaporan.
j) Pendataan.
c. Penggunaan Keuangan Sekolah
Dana yang diperoleh dari berbagai sumber dibukukan dan diagendakan untuk menunjang
kegiatan pembelajaran di kelas, laboratorium, perpustakaan, serta di tempat lainnya
digunakan secara efektif dan efisien, dan sasaran penggunanaan dana tersebut sesuai rencana
dan program yang diperkirakan akan mencapai target dan tujuan pembelajaran sekaligus
tujuan sekolah. Pemerintah telah menyusun suatu kategori dalam bentuk mata anggaran,
kategori ini dimaksudkan agar sasaran penggunaan anggaran dapat tersusun sedemikian rupa
dan diukur tingkat pencapaian tiap-tiap komponen. Adapun komponen yang baku dan yang
berlaku disekolah menurut buku T.5 (Depdikbud, 1988:84) adalah:

Program Rutin
M.A. 5110 – Gaji dan tunjangan
M.A. 5120 – tunjangan beras
M.A. 5150 – Lembur
M.A. 5210 – Keperluan alat kantor
M.A. 5220 – Barang Inventaris
M.A. 5230 – langganan daya/jasa (Listrik, telepon, air)
M.A. 5250 – Kegiatan belajar mengajar
M.A. 5350 – Pemeliharaan Gedung

Program pembangunan

D.P.P = Dana Pembinaan Pendidikan

D.B.O = Dana Bantuan Operasi

O.P.F = Oprasi Pembangunan dan fasilitas
Berdasarkan SKB Mendikbud dan Menkeu No. 585/k/1987 dan 590/kmk 03/03/1987 tanggal 24
september 1987 kegiatan-kegiatan tersebut adalah antara lain:

Pemeliharaan saran/prasanara

PBM/KBM

Pembinaan Kegiatan Siswa

Dukungan Kegiatan Personil

Kegiatan R.T Sekolah/Komite Sekolah
Menurut Levin M.H. (1987:426):
Pengeluaran sekolah berhubungan dengan pembayaran keuangan sekolah untuk
pembelian beberapa sumber dari proses sekolah, apakah digambarkan atau tidak dalam
anggaran sekolah dan pengeluaran. Pengeluaran dari sumber sekolah termasuk nilai
setiap input yang digunakan meskipun sekolah memberikan sumbangan atau tidak terlihat
secara akurat dalam perhitungan pengeluaran.
Fasilitas dan kelengkapan sekolah dibelanjakan oleh pemerintah dalam bentuk proyekproyek, di mana bagi sekolah tidak ada jaminan untuk memperoleh fasilitas dan kelengkapan
yang disediakan oleh proyek tersebut dan belum tentu fasilitas dan kelengkapan itu dibutuhkan
oleh sekolah. Hal yang dapat dilakukan sekolah adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran
menggunakan peralatan seadanya.
E. Jenis-jenis Pengeluaran dalam Pendidikan
1. Standar Pembiayaan
Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi
satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Biaya operasi satuan pendidikan adalah
bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi satuan
pendidikan agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan yang sesuai standar nasional
pendidikan secara teratur dan berkelajutan.
Dalam garis besarnya standar pembiayaan ini mencakup hal-hal sebagai berikut.
a. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.
b. Biaya investasi meliputi biaya pembelian sarana dan prasarana, pengembangan sumber
daya manusia, dan modal kerja tetap.
c. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik
untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
d. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi:
(1) gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji;
(2) bahan atau peralatan habis pakai; dan
(3) biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya air, jasa telekomunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transfortasi, konsumsi, pajak,
asuransi, dan sebagainya.
e. Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri
berdasarkan usulan BSNP.
Sehingga dimensi alokasi digolongkan ke dalam dua jenis pengeluaran, yaitu pengeluaran
rutin yang sifatnya berulang (recurrent expenditure) atau aktiva lancar dan pengeluaran
kapital/modal (capital expenditure) atau aktiva tetap. Pengeluaran rutin atau berulang adalah
biaya yang dipergunakan secara berkala dalam suatu masa tertentu (bulanan atau tahunan) seperti
gaji guru, gaji pengelola, upah pegawai, pembelian bahan-bahan ATK, biaya pemeliharaan
gedung, halaman sekolah dan dana-dana operasional.
Untuk itu perlu dikuasai prinsip-prinsip pengelolaan kas, pengelolaan utang, dan
pengelolaaan barang/fasilitas. Pengelolaan kas menyangkut hal-hal sebagai berikut:
(1) Penentuan jumlah uang tunai kas yang diperlukan agar tidak berlebihan dan juga tidak
terlampau kecil.
(2) Pengendalian aliran uang tunai, baik yang masuk sekolah, maupun yang dikeluarkan oleh
sekolah.
Sedangkan pengelolaan utang menyangkut syarat-syarat dan sanksi-sanksi yang dikenakan
jika meminjam dana dari pihak luar baik jangka panjang maupun jangka pendek. Demikian pula
halnya dengan biaya modal yang dipergunakan untuk mendirikan bangunan sekolah, pembelian
tanah, sarana pendidikan lainnya, seperti kantin, poliklinik, sarana olahraga (sport hall) yang
relatif besar, memerlukan pengelolaan dengan baik. Penggunaan dana tersebut biasanya
bersumber dari anggaran pembangunan yang diusulkan melalui Daftar Isian Proyek.
Ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan biaya dari beberapa program pendidikan
yang diusulkan, yaitu:
(1) Biaya per lulusan (biaya satuan).
(2) Kualitas latihan yang dinyatakan dalam analisis kurikulum.
(3) Penghargaan pimpinan lembaga (bagi yang telah bekerja) terhadap hasil pendidikan yang
telah dicapai. Dengan kata lain, apakah ada dampaknya terhadap karir/jabatan.
(4) Peluang untuk mendapatkan pekerjaan bagi yang belum bekerja.
Dalam organisasi pendidikan, baik anggaran rutin maupun pembangunan terdapat sembilan
kategori pembelanjaan, yaitu:
1. Dana cadangan untuk keperluan khusus, seperti dana sosial, biaya menerima tamu,
membayar utang.
2. Pembelian barang, gaji dan kesejahteraan personil.
3. Belanja untuk melaksanakan tugas, barang habis pakai pada waktu pengajaran.
4. Dana pengadaan media, berbagai macam layanan, komunikasi.
5. Biaya fasilitas air, lampu, sanitasi, sanggar, pertanian sekolah.
6. Biaya bimbingan konseling, dosen tamu, karya wisata.
7. Pajak tahunan.
8. Perbaikan dan pengembangan kurikulum
9. Dana proyek, kontrak dengan orang asing/luar, termasuk pembelian alat-alat dan
konstruksinya.
Pengelolaan keuangan secara garis besar mencakup 3 fungsi utama, yaitu:
1) Membuat anggaran (Budgeting), merupakan kegiatan mengoordinasi semua sumber daya
yang tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara sistematis tanpa
menyebabkan efek samping yang merugikan
2) Pencatatan atau pembukuan (Implementation Involves Accounting) ialah kegiatan
berdasarkan rencana yang telah dibuat dan kemungkinan terjadi penyesuaian jika
diperlukan
3) Pemeriksaan atau pengawasan (Auditing).
F. Fungsi Anggaran dan Teknik Penyusunan Anggaran
Disamping memberikan semacam kerangka operasional dalam biaya dan waktu kegiatan
yang akan dilaksanakan, anggaran berfungsi :
1) Dapat dijadikan alat untuk mendelegasikan wewenang dalam pelaksanaan suatu rencana.
Anggaran dirancang dengan mencantumkan penanggung jawab suatu kegiatan tertentu
(penetapan pimpinan proyek). Jadi, jika anggaran itu disetujui oleh yang berwenang,
maka pendelegasian fungsi itu juga disetujui
2) Dapat menjadi alat pengawasan dan penilaian suatu penampilan (perfomance). Dengan
membandingkan pengeluaran biaya suatu kegiatan dengan alokasi anggaran dan tingkat
penggunaannya, merupakan pedoman sederhana untuk mengetahui sampai dimana
tingkat efektifitas dan efisiensi kegiatan yang bersangkutan.
Bentuk-Bentuk Penganggaran
1. Penganggaran Butir Perbutir (Line Item Budget)
Bentuk ini paling banyak digunakan dan dikategorikan sebagai yang konvensional dan
tradisional. Meskipun memudahkan dalam pengawasan pengeluaran biaya, tetapi sistem ini tidak
membantu dalam pengambilan keputusan, seperti dalam mengevaluasi harga dalam
hubungannya dengan pencapaian suatu program. Kelemahannya lainnya yaitu:
1) Tidak dapat menunjukkan hubungan antara masukan program dengan keluaran
2) Tidak dapat berfungsi sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan, karena
tidak memberikan analisis untung rugi dan berbagai alternatif
3) Lebih mengarahkan perhatian pada pembukuan dan tidak terhadap tujuan suatu program.
2. Anggaran Program (Program Budget)
Bentuk ini lebih menekankan kepada hasil suatu program yang telah ditetapkan. Pada
anggaran butir perbutir program, biaya dihitung berdasarkan jenis butir (items) yang akan dibeli,
sedangkan dalam program biaya dihitung berdasarkan jenis program. Keuntungan bentuk ini
antara lain :
1) Mengorganisasikan sejumlah besar pengeluaran menjadi rencana yang logis dan konkrit
2) Merangsang perencanaan tahunan ganda dan reevaluasi periodik dari pelaksanaan
rencana
3) Menghindari sentralisasi yang berlebihan, dimana keputusan menumpuk di tingkat atas.
3. Anggaran Berdasarkan Hasil (Performance Budget)
Anggaran ini menekankan hasil daripada keterincian alokasi anggaran. Dalam bentuk ini
pekerjaan dalam suatu program dipecah dalam bentuk beban kerja dan unit penampilan yang
dapat diukur. Hasil pengukuran ini dipergunakan untuk menghitung masukan dana dan tenaga
yang diperlukan untuk mencapai tujuan program. Anggaran berdasarkan hasil ini merupakan alat
manajemen yang dapat mengidentifikasi secara jelas satuan dari hasil suatu program dan
sekaligus merinci butir perbutir dari kegiatan yang harus dibiayai. Bentuk ini menuntut akuntasi
yang teliti dan pemroses data yang akurat. Hal ini mengakibatkan sistem ini menjadi relatif
mahal terutama bagi lembaga yang belum berkembang.
4. Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan Penganggaran (SP4)
SP4 ini dialih bahasakan dari PPBS (Planning Programing Budgeting Sistem). PPBS mulai
diperkenalkan di Amerika Serikat dan menjadi populer waktu Robert S. Mc Namara ditunjuk
sebagai Sekretaris Departemen Pertahanan 1960-an. Konsep ini dicoba dan berhasil. Sebagai
aplikasi dari PPBS, SP4 mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Perencanaan menggunakan pendekatan sistem
2. Orientasi perencanaan pada keluaran
3. Penganggaran didasarkan pada program yang telah ditetapkan
4. Keseimbangan antara otonomi dan pengarahan harus diperhatikan berdasar pada prinsip
perencanaan bawah-atas (bottom-up) dan atas-bawah (top-down)
5. Perencanaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dan bergulir (rolling plan)
SP4 pada dasarnya adalah suatu cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
memanfaatkan sarana dan sumber daya yang tersedia atau yang dapat disediakan secara
berencana. Untuk dapat berfungsi dengan baik, SP4 mempunyai 3 macam unsur yang saling
menunjang, yaitu:
1. Siklus operasi yang mengatur seluruh urutan jadwal kegiatan yang disesuaikan dengan
siklus DUP dan DIP
2. Struktur program yaitu gambaran hirarki program yang disusun dengan bertitik tolak dari
pernasalahan pokok yang dihadapi pada tahun mendatang, dan
3. Sistem informasi yang meliputi dokumen pengarahan, perencanaan, program memo,
program koordinatif, konsep program operasional, usulan program, memo keuangan,
Daftar Usulan Proyek (DUP), dan
4. Daftar Isian Proyek (DIP) serta Petunjuk Operasional (PO).
Penggunaan SP4 memberikan keuntungan sebagai berikut:
a) taksonomik, artinya penggolongan tujuan berdasarkan tujuan,
b) analitik, ada perbandingan keuntungan dan kerugian alternatif,
c) proyektif, yaitu memberi arah perencanaan jangka panjang,
d) konsentrik, yaitu memberi perhatian pada pencapai tujuan akhir, dan
e) evaluatif, yaitu memberi kemudahan menilai keberhasilan program dan efektivitas
penggunaan sumber-sumber.
Adapun beberapa kelemahannya, yaitu:
1. Kekeliruan mengakibatkan pemborosan sumber-sumber,
2. Seringkali mengabaikan tujuan kualitatif yang sukar diukur,
3. Kekurangan data/informasi dapat mengkibatkan kesalahan penentuan prioritas, alokasi
biaya dan waktu penyelesaian suatu program
5. Mekanisme Realisasi Anggaran Sekolah
Gambaran umum pendidikan di lokasi penelitian
Pendidikan sebagai institusi sosial tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat dan
lingkungannya. Pendidikan merupakan institusi yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat
setempat. Dengan demikian faktor-faktor lingkungan secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan. Faktor-faktor lingkungan tersebut adalah
administrasi pemerintah daerah, demografi, geografi, sosial budaya dan keagamaan, ekonomi,
politik, ilmu pengetahuan dan teknologi serta transformasi dan komunikasi.
Menurut Burhanudin untuk memahami tentang fungsi kepemimpinan adalah :
1) Fungsi yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai
2) Fungsi yang berkaitan dengan pengarahan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan
organisasi
3) Fungsi yang berhubungan dengan penciptaan suasana kerja yang mendukung proses
kegiatan administrasi berjalan dengan lancar, penuh semangat sehat dan berkratifitas
tinggi.
4)
1) Proses Perhitungan Anggaran Pendapatam dan Realisasinya
Sekolah Menengah Negeri pada umumnya menguraikan penyusunan anggaran
pendapatan dihitung untuk setiap catur wulan dan selanjutnya dituanngkan dalam RAPBS
untuk satu tahun ajaran, atas dasr program yang telah disususun, seperti kepentingan PBM.
Sekolah Menengah Negeri menguraikan biaya-biaya pada pos-pos sebagai berikut:
1) Biaya pemeliharaan rehabilitasi dan pengadaan sarana prasarana
2) Biaya peningkatan PBM/KBM; kapur tulis, ulangan umum,EBTA dan EBTANAS.
3) Peningkatan kegiatan pembinaan siswa:
a. Pembelian alat-alat ekstra kurikuler
b. Pengiriman siswa yang berkaitan dengan pengembangan prestasi olahraga dan seni
c. Pembiayaan
pembinaan
kegiatan
ekstra
kurikuler
melalui
pelatihan
yang
diselenggarakan di luar sekolah.
4) Biaya dukungan personil dan peningkatan keterampilan
a. Pengiriman guru untuk mengikuti penataran M.P
b. Pengiriman guru untuk MSBS tingkat sector-sektor kota
c. Pengiriman staf T.U untuk mengikuti penataran kepegawaian dan administrasi kantor.
d. Pemberian honor kelebihan mengajar
e. Peberian honor jam mengajar guru tidak tetap
f. Perjalanan rapat dinas Kepala Sekolah
5) Biaya kegiatan Rumah Tangga
a. Pembelian ATK habis pakai
b. Pembelian keperluan dapur kantor.
Jenis kegiatan yang dibiayai oleh DPP antara lain:
-
Pelaksanaan pelajaran
-
Pemeliharaan sarana prasarana
-
Kesejahteraan personil
-
Kegiatan siswa
-
Pengelolaan pendidikan.
Alokasi Dana Bantuan Operasional (DBO) dipergunakan untuk :
1) Bahan penunjang pelajaran
2) Pembelian ATK
3) Perawatan/pemeliharaan
4) Bantuan untuk siswa
Alokasi Operasi Pemeliharaan Fasilitas (OPF) pada umumnya untuk:
1) Biaya operasional ATK, buku-buku penunjang belajar
2) Biaya perawatan sarana prasarana belajar
3) Untuk rehab bangunan
Kalau mengacu kepada lampiran Keputusan Mendikbud No.0293/U/1993:
-
75% digunakan untuk kesejahteraan pegawai administrasi,
-
10% seluruh KBM (termasuk sarana prasarana),
-
5% untuk kegiatan OSIS,
-
7,5% untuk Kas BP3 dan
-
2,5% untuk iuran kepala team koordinasi
Tetapi implementasi di sekolah dana yang digunakan dari BP3 adalah sebagai berikut:
-
15% untuk pemeliharaan, rehabilitasi dan pengadaan anggaran/prasarana
-
20% untuk peningkatan KBM/PBM
-
10% untuk pembiayaan OSIS
-
45% untuk biaya kegiatan personil dan peningkatan keterampilan
-
10% kegiatan rumah tangga sekolah
(1) Realisasi biaya Sekolah Menengah Negeri
Sebagai mana sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa Sekolah Menengah Negeri
menyusun RAPBNS menjadi APBS pada setiap sekolah yang disahkan oleh pihak sekolah dan
pihak-pihak terkait yaitu menggunakan dana untuk pengelolaan pembelajaran dan juga institusi
sesuai dengan penerimaan maka dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut:
a. Realisasi Biaya Sekolah Menengah Negeri
Contoh:
Tabel 1
Realisasi Biaya dari Anggaran rutin Sekolah Menengah Negeri tahun 2011-2012
No
SASARAN
RINCIAN KEGIATAN
BIAYA Rp.
JUMLAH Rp.
1
MA 5110 (gaji dan tunjangan)
a. Gaji pegawai TU
70.227.852,-
283.662.000,-
b. Gaji guru/pengajar
213.434.148,-
a. Tunjangan pegawai TU
11.138.400,-
b. Guru/pengajar
26.560.800,-
a. Lembur pegawai TU
156.000,-
b. Kelebihan jam mengajar
4.392.000,-
a. Pembelian mesin tulis
68.000,-
b. Pengadaan kertas HVS
100.000,-
c. Pengadaan kertas stensil
300.000,-
d. Pengadaan amplop surat
130.000,-
e. Pengadaan buku-buku adm
52.000,-
a. Pemeliharaan mesin tik
246.000,-
b. Pemeliharaan stensil
299.000,-
2
3
4
5
MA 5120 (tunjangan beras)
MA 5150 (lembur)
MA5210 (keperluan kantor)
MA 5220 (inventaris)
37.699.200,-
4.548.000,-
750.000,-
545.000,-
6
MA 5230 (langganan daya dan jasa) a. Langganan listrik
1.312.000,-
1.312.000,-
7
MA 5250(lain-lain(untuk ulangan- a. Pengadaan kertas HVS
1.500.000,-
19.937.000,-
ulangan))
2.500.000,-
b. Pengadaan kertas dublikator
c. Pengadaan kertas stensil
2.500.000,-
d. Pengadaan kertas bergaris
9.300.000,-
e. Pengadaan kertas sampul
1.000.000,-
f.
437.000,-
Pengadaan kertas manila
g. Pengadaan master sheet
500,000,-
h. Pengadaan tinta stensil
2.500.000,-
i.
Pengadaan nice, tali, lem dll
100.000,-
j.
Pengadaan koreksilak, tipex, 100,000,spidol dll
8
MA 5350(pemeliharaan gedung)
a. Pengecatan gedung sekolah
3.000.000,-
b. Perbaikan R.stensil/gudang
1.500.000,-
c. Perbaikan
atap
7.237.000,-
serambi 1.000.000,-
R.guru
d. Perbaikan risplang R.lab
237.000,-
e. Perbaikan atap kelas 3
1.500.00,-
Jumlah
355.690.250,-
Tabel 2
Realisasi biaya DPP Sekolah Menengah Negeri selama Lima Tahun
No Realisasi Biaya
1
Pelaksanaan
Tahun
1996/1997
1997/1998
1998/1999
1999/2000 2000/2001
914.400,-
914.400,-
2.073.600,- -
-
378.000,-
379.000,-
931.200,-
-
-
2.625.600,- 2.625.600,- 552.000,-
-
-
pelajaran
2
Pemeliharaan
sarana/prasarana
3
Kesejahteraan
pegawai
4
Kegiatan pelajaran
228.000,-
228.600,-
232.800,-
-
-
5
Pengelolaan
180.000,-
180.000,-
180.000,-
-
-
sekolah
jumlah
4.326.600,- 4.327.600,- 3.969.600,- -
-
Tabel 3
Realisasi Biaya DBO Sekolah Menengah Negeri Selama Lima tahun
No Realisasi Biaya
Tahun
1996/1997
1
Bahan
penunjang -
1997/1998
1998/1999
1999/2000
2000/2001
-
-
-
-
-
pelajaran
2
Alat tulis kantor
-
-
-
-
3
Perawatan ringan
-
-
-
4.000.000,- -
4
Subsidi
biaya -
-
-
-
-
-
4.000.000,- -
-
ujian/beasiswa
jumlah
-
Tabel 4
Realisasi Biaya OPF Sekolah Menengah Negeri Selama Lima Tahun
No Realisasi Biaya
Tahun
1996/1997
1
Dana
perawatan 375.000,-
1997/1998
1998/1999
1999/2000 2000/2001
-
-
-
-
625.000,-
500.000,-
-
-
-
-
-
pendidikan
2
Dana
perawatan 625.000,-
bangunan
3
Operasi sekolah
3.815.000,- -
4
Rehab bangunan
-
3.815.000,- 56.000.000,- -
-
5
Pemeliharaan alat
-
-
800.000,-
800.000,-
4.815.000,- 4.440.000,- 56.800.000,- 800.000,-
800.000,-
jumlah
300.000,
Tabel 5
Realisasi Biaya BP3 Sekolah Menengah Negeri Selama Lima tahun
No Realisasi
Biaya
1
Tahun
1996/1997
Pemeliharaan 9.627.000,-
1997/1998
1998/1999
1999/2000
2000/2001
11.112.000,- 11.268.000,- 15.876.000,-
17.116.800,-
sarana
prasarana
2
PBM/KBM
12.836.000,- 14.816.000,- 15.024.000,- 21.168.000,-
22.822.400,-
3
Pembinaan
6.418.000,-
10.584.000,-
11.411.200,-
28.881.000,- 33.336.000,- 33.804.000,- 47.622.000,-
51.350.400,-
7.408.000,-
7.512.000,-
kegiatan
siswa
4
Dukungan
kegiatan
personil
5
Kegiatan RT 6.418.000,-
7.408.000,-
7.512.000,-
10.584.000,-
11.411.200,-
sekolah/KS
jumlah
64.180.000,- 74.080.000,- 75.120.000,- 105.840.000,- 114.112.000,-
b. Realisasi perhitungan biaya per unit cost
Berdasarkan analisis dalam penelitian ini dapat digambarkan bahwa realisasi biaya unit cost
per bidang studi pada Sekolah Menengah Negeri 2011/2012 sebagai berikut:
Tabel 6
Biaya unit cost per bidang studi pada Sekolah Menengah Negeri 2011/2012
Jumlah
No
Mata pelajaran
jam
pelajaran
Gaji&kersa
Sarana
dan
Guru(Rp.)
prasarana(Rp.)
Total (Rp.)
1
PAI
246
17.964.742,-
4.445.028,-
22.409.770,-
2
PPKN
246
17.964.742,-
4.445.028,-
22.409.770,-
3
B.INDONESIA
738
53.894.228,-
13.335.084,-
67.229.312,-
4
B.INGGRIS
738
53.894.228,-
13.335.084,-
67.229.312,-
5
MATEMATIKA
738
53.894.228,-
13.335.084,-
67.229.312,-
Ket
6
IPA
738
53.894.228,-
13.335.084,-
67.229.312,-
7
IPS
738
53.894.228,-
13.335.084,-
67.229.312,-
8
ATK
246
17.964.742,-
4.445.028,-
22.409.770,-
9
B.SUNDA
123
8.982.371,-
2.222.514,-
11.204.885,-
10
B.DAERAH LAIN
123
8.982.371,-
2.222.514,-
11.204.885,-
11
KETERAMPILAN
246
17.964.742,-
4.445.028,-
22.409.770,-
12
OLAH RAGA
246
17.964.742,-
4.445.028,-
22.409.770,-
5166
377.259.600,- 93.345.600,-
Jumlah
Gaji dan kersa guru: Gaji dan tunjangan
470.602.200,-
Rp.283.662.000,- (rutin)
Tunjangan beras
Rp. 37.699.200,- (rutin)
Lembur
Rp.
Kegiatan personil
Rp. 51.350.400,- (rutin)
Jumlah
Rp.377.259.600,- (75,26%)
Sarana dan prasarana: Keperluan alat kantor
4.548.000,- (rutin)
Rp.
750.000,- (rutin)
Barang inventaris
Rp.
545.000,- (rutin)
Langganan daya/jasa
Rp.
1.312.000,- (rutin)
Untuk ulangan/lain
Rp. 19.937.000,- (rutin)
Pemeliharaan gedung
Rp.
7.237.000,- (rutin)
Pemeliharaan alat
Rp.
800.000,- (OPF)
Pemeliharaan sarana
Rp. 17.116.800,- (BP3)
PBM/KBM
Rp. 22.822.400,- (BP3)
Kegiatan siswa
Rp. 11.411.200,- (BP3)
Kegiatan RT sekolah
Rp. 11.411,200,- (BP3)
Jumlah
Rp. 93.345.600,- (24,74%)
Pada tabel di atas setelah dihitung total anggaran tahun 2001/2002 sebesar
Rp.470.602.200,- untuk membiayainya siswa sebanyak 771 orang, unit cost persiswa sebesar
Rp.610.378,99.
(2) Realisasi Biaya Sekolah Menengah Swasta
a. Realisasi Biaya Sekolah Menengah Swasta
Semua dana dikelola oleh yayasan sebab yayasan merupakan pemilik dan penyelenggara
sekolah serta pengelolaan keuangan sekolah. Adapun penggunaan dana bisa digambarkan
sebagai berikut:
Tabel 7
Realisasi Biaya di Sekolah Menengah Swasta tahun 2011/2012
No
Mata Anggaran
Realisasi
1
Biaya pegawai
307.852.224.000,-
2
Belanja barang
15.000.000,-
3
Barang inventaris
10.000.000,-
4
Daya dan jasa
15.000.000,-
5
ATK dan Lain-lain
20.000.000,-
6
Pemeliharaan
40.000.000,-
7
Pembinaan Pendidikan KBM/PBM
80.000.000,-
Jumlah pengeluaran seluruhnya
487.852.224,-
b. Realisasi perhitungan biaya per unit cost
Berdasarkan analisis dalam penelitian ini dapat digambarkan bahwa realisasi biaya unit cost
per bidang studi pada Sekolah Menengah Swasta tahun 2011/2012 sebagai berikut:
Tabel 8
Biaya unit cost per bidang studi pada Sekolah Menengah Swasta tahun 2011/2012
Jumlah
No
Mata pelajaran
jam
pelajaran
Gaji&kersa
Sarana
dan
Guru(Rp.)
prasarana(Rp.)
Total (Rp.)
1
PAI
246
14.659.632,-
8.571.378,-
23.231.010,-
2
PPKN
246
14.659.632,-
8.571.378,-
23.231.010,-
3
B.INDONESIA
738
43.978.896,-
25.714.134,-
69.693.030,-
4
B.INGGRIS
738
43.978.896,-
25.714.134,-
69.693.030,-
5
MATEMATIKA
738
43.978.896,-
25.714.134,-
69.693.030,-
6
IPA
738
43.978.896,-
25.714.134,-
69.693.030,-
Ket
7
IPS
738
43.978.896,-
25.714.134,-
69.693.030,-
8
ATK
246
14.659.632,-
8.571.378,-
23.231.010,-
9
B.SUNDA
123
7.329.816,-
4.285.689,-
11.615.505,-
10
B.DAERAH LAIN
123
7.329.816,-
4.285.689,-
11.615.505,-
11
KETERAMPILAN
246
14.659.632,-
8.571.378,-
23.231.010,-
12
OLAH RAGA
246
14.659.632,-
8.571.378,-
23.231.010,-
5166
307.852.224,- 180.000.000,-
Jumlah
487.852.224,-
Gaji dan kersa guru:
Rp.307.852.224,- (63,31%)
Sarana dan prasarana: ATK dan lain-lain
Rp. 20.000.000,-
Belanja Barang dan inventaris
Rp. 25.000.000,-
Daya/jasa
Rp. 15.000.000,-
Pemeliharaan
Rp. 40.000.000,-
Pembinaan pendidikan/KBM/PBM Rp. 80.000.000,Jumlah
Rp.180.000.000,- (36,69%)
6. Strategi Perencanaan Pembiayaan Pendidikan
Acuan sebagai dasar hukum RAPBS(rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah)
adalah:
1) Instruksi bersama Menteri Pemdidikan dan Kebudayaan dengan Menteri Dalam negeri
No. 29 tahun 1974/01 tentang pembentukan Badan Pembantu Penyelenggara
2) Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 293/102.F/0/1986, tentang petunjuk
pelaksanaan dan penggunaan sumbangan BP3
3) Surat edaran Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi
Jawa Barat
4) Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi Jawa Barat No. 835/102/Kep/B/1994 tanggal 28 Oktober 1994.
a. Strategi Perencanaan Pembiayaan di Sekolah Menengah Negeri
Sekolah menengah negeri merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari Pemerintah Kota
yang diurus oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota. Untuk menyelenggarakan program
pendidikan oleh Pemerintah Kota diterapkan misi pendidikan yaitu : “Warga masyarakat gemar
belajar, ber IMTAQ, berbudaya, berketerampilan, kreatif dan produktif, berbudi luhur, sehat
jasmani dan rohani, dalam rangka mewujudkan kota sebagai kota pendidikan dan Kota Wali
sepanjang masa”.
Pembuatan RAPBS mengacu kepada anggaran Depdagri dikeluarkan tanggal 17 November
2000 oleh Menteri Dalam negeri menyatakan penyusunan anggaran APBD disusun berdasarkan
anggaran berimbang. Yaitu adanya keseimbangan antara pendapatan dan benlanja tidak pernah
terjadi surplus anggaran.
Tabel 9
Keadaaan Anggaran Sekolah Menengah Negeri
No
Mata Anggaran
1
Penerimaan Pertahun
1996-1997
1997-1998
1998-1999
1999-2000
2000-2001
5110 (gaji)
183.440.000
205.840.000
248.702.000
153.131.000
283.662.000
2
5120(beras)
15.130.000
14.306.000
14.586.000
32.487.000
37.699.200
3
5150(lembur)
110.000
122.000
122.000
156.000
4.548.000
4
5210(barang)
510.000
770.000
1.200.000
682.000
750.000
5
5520(inventaris)
620.000
815.000
746.000
545.000
6
5230(daya/jasa)
2.720.000
2.720.000
2.873.000
2.191.000
1.312.000
7
5250(lain-lain/ATK)
22.633.400
24.225.400
27.347.400
32.841.000
19.937.000
8
5350(pemeliharaan)
6.300.000
8.454.000
10.682.000
10.210.000
7.237.000
9
DPP
4.326.600
4.327.000
3.969.600
10
DBO
11
OPF
4.815.000
4.444.000
56.800.000
800.000
800.000
12
Komite sekolah
64.180.000
74.080.000
75.120.000
105.840.000
114.112.000
304.785.000
340.100.000
441.402.400
343.084.000
470.602.200
Total penerimaan
4.000.000
b. Strategi Perencanaan Pembiayaan di SLTP swasta
Dalam penyusunan RAPBS, guru tidak dilibatkan. Sumber biaya dalam penyusunan RAPBS
berasal dari DPP dan SPP siswa. Penentuan kebijakan dalam RAPBS Sekolah Menengah Swasta
adalah tim yayasan dan kewenangan untuk memutuskan dan menyetujui ada pada tim yayasan
tersebut,peranan BP3 sama sekali tidak dilibatkan.
Tabel 10
Keadaaan Anggaran Sekolah Menengah Swasta
No
Mata Anggaran
1
5110 (gaji)
2
5120(beras)
3
5150(lembur)
4
Penerimaan Pertahun
1996-1997
1997-1998
1998-1999
1999-2000
2000-2001
149.206.923
157.429.368
208.832.640
261.199.176
307.852.224
5210(barang)
5.000.000
7.500.000
10.000.000
12.500.000
15.000.000
5
5520(inventaris)
2.000.000
4.000.000
6.000.000
8.000.000
10.000.000
6
5230(daya/jasa)
5.000.000
7.500.000
10.000.000
12.500.000
15.000.000
7
5250(lain-lain/ATK)
10.000.000
12.500.000
15.000.000
17.500.000
20.000.000
8
5350(pemeliharaan)
5.000.000
10.000.000
20.000.000
30.000.000
40.000.000
9
DPP
40.000.000
50.000.000
60.000.000
70.000.000
80.000.000
10
DBO
11
OPF
12
BP3
216.206.923
248.929.368
329.832.640
411.699.176
487.852.224
Total penerimaan
c. Langkah-langkah penyusunan RAPBS
Didalam pembuatan rencana anggaran pendapatan belanja sekolah (RAPBS) melibakan
beberapa unsur diantaranya:
a) Pihak sekolah
b) Orang tua murid dalam wadah Komite Sekolah
c) Dinas Pendidikan Kota
d) Pemerintah kota.
Semua komponen ini adalah pihak-pihak yang terkait langsung dengan operasional sekolah
sesuai kependudukan dan kapaitas.
Langkah-langkah penyusunan RAPBS menjadi APBS:
2
RAPBS oleh sekolah BP3/Komite
sekolah
1
Wali Kota
3
6
Pelaksanaan APBS
1
Sekolah
8
Diknas Kota
7
Rapat Pengurus dan Anggota
9
Kantor diknas
provinsi
Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh sekolah adalah:
1) RAPBS disusun oleh sekolah dan pengurus BP3/komite sekolah
2) Setelah selesai dirumuskan selanjutnya RAPBS dikirim ke kantor Departemen
Pendidikan nasional kota atau Dinas Pendidikan Kota untuk mendapatkan persetujuan
3) Oleh pemerintah RAPBS diteliti di Kandep Diknas oleh pengawas dan kasubag keuangan
serta kasubag PRP, serta subag yang relefan, kemudian di kirim kembali ke sekolah
setelah mendapat revisi.
4) Sekolah mengadakan rapat dengan BP3 atau komite sekolah
5) RAPBS disetujui oleh sekolah setelah mendapat kesepakatan dalam rapat anggota BP3
atau komite sekolah
6) RAPBS berubah menjadi APBS setelah disyahkan oleh Kepala Kandep Diknas kota atau
Kepala Dinas Pendidikan kota
7) APBS yang sudah sisyahkan dikirim kembali ke sekolah dan APBS ini yang dijadikan
acuan pembiayaan sekolah
8) Rekapitulasi ini dikirim ke wali kota dan
9) Rekapitulasi di kirim ke Diknas provinsi.
7. Pembukuan
Pembukuan ini meliputi pencatatan berbagai transaksi yang terjadi yang merupakan
implementasi dari penganggaran. Tatacara pembukuan harus dikuasai benar oleh seorang
bendaharawan. Dalam pasal 77 ayat (1) ICW yang dimaksud dengan bendahara adalah “orangorang dan badan-badan yang karena negara ditugaskan untuk menerima, menyimpan, membayar
(mengeluarkan) atau menyerahkan uang, atau kertas-kertas berharga dan barang-barang di dalam
gudang-gudang atau tempat-tempat penyimpanan yang lain sebagai dimaksud dalam pasal 55
ICW dan selaku demikian diwajibkan memberi perhitungan (pertanggungjawaban) tentang hal
pengurusannya kepada Badan Pemeriksa Keuangan”.
Pembukuan dan bantuan dilakukan oleh bendaharawan yang mengelola dana tersebut dan
dibukukan dalam buku kas umum dan buku kas pembantu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pembukuan dana bantuan di sekolah diatur sebagai berikut :
a) Kepala sekolah adalah administrator dana bantuan di sekolah dan untuk itu kepala sekolah
diwajibkan membuat suatu pembukuan yang ditutup pada setiap akhir bulan.
b) Pembukuan dibuat dalam bentuk buku kas.
Kepala
sekolah
selaku
administrator
dan
bantuan
diwajibkan
membuat
surat
pertanggungjawaban (SPJ), dengan dilampiri bukti-bukti pengeluaran yang sah. Sekolah sebagai
suatu unit pelaksana teknis mempunyai berbagai program yang didukung oleh anggaran rutin dan
ada pula program yang didukung oleh dana dari BP3.
Jadi seorang bendaharawan mengurus uang negara, uang milik pihak ketiga yang dikuasai
negara dan berada pada Kas Negara. Juga barang-barang milik negara yang berada dalam gudang
(senjata, garam, beras dan lain-lain).
Ada tiga macam Bendaharawan, yaitu:
1. Bendaharawan Umum (Kepala Kantor Kas Negara) dan termasuk bendaharawan umum
adalah kantor-kantor pos di mana di kota itu tidak ada Kantor kas Negara.
2. Bendaharawan Khusus untuk penerimaan pendapatan tertentu
3. Bendaharawan Khusus untuk pengeluaran-pengeluaran tertentu
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. Kep.322/M/V/9/1968 tanggal 26
September 1968 pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa setiap Bendaharawan atau Pemegang kas
yang mengurus uang negara harus mempunyai Buku Kas Umum dan mencatat semua
pengeluaran dan penerimaan. Catatan itu dilakukan sebelum pembukuan dalam buku-buku
kepala (buku pembantu) dan dalam register-register. Dalam Buku Kas Umum dicatat/dibukukan
semua pengeluaran dan penerimaan.
(1) Semua penerimaan dan pengeluaran harus dibukukan terlebih dahulu, baru kemudian
uangnya diterima atau dibayarkan.
(2) Uang yang disimpan bendaharawan terbagi pada dua tempat, yaitu di bank dan uang tunai
dalam batas-batas tertentu.
(3) Saldo pada Buku Kas Umum harus mencerminkan pada tiga hal. Yaitu Sisa dalam Kas
(Uang Tunai), Sisa di Bank dan Kertas Berharga.
Teknik pembukuan dalam Buku Kas Umum (BKU) dilakukan sebagi berikut:
1) Semua penerimaan dibukukan sebelah kiri yang disebut sisi Debet. Semua pengeluaran
dibukukan sebelah kanan dan disebut kredit.
2) Disamping Buku Kas Umum, Bendaharawan harus membuat buku/band. Buku Bank dan
buku Kas Umum saling terkait. Tiap-tiap mutasi yang di bank akan berpengaruh pada
Buku Bank dan Buku Kas Umum. Jadi Buku Bank dapat pula berfungsi sebagai alat
kontrol terhadap Buku Kas Umum.
Dalam pembukuan buku Kas Umum kadang-kadang terdapat selisih kurang atau selisih
lebih, padahal prinsipnya saldo Buku Kas Umum harus sama dengan Saldo Kas.
Selisih kurang (ketekoran uang dalam Kas) pada umumnya disebabkan karena:
1. Uang yang tercuri, hilang, kebongkaran, kebakaran, dan sebagaianya
2. Lipatan uang yang kurang, yang mungkin tidak dihitung terlebih dahulu
3. Pembulatan ke atas atau ketiadaan uang kecil untuk pembayaran
4. Kuitansi pengeluaran yang lupa dibukukan
Ada beberapa ketentuan yang harus dilakukan berdasar Surat Keputusan Menteri Keuangan
No. Kep-332/M/V/9/1968 tanggal 26 September 1968, antara lain:
1. Pada halaman pertama Buku Kas Umum, oleh Bendaharawan (Pemegang Kas)
pencatatan jumlah halaman Buku Kas Umum, diberi tanggal dan ditandatangi. Tiap
halaman diberi nomor urut dan diparap. Halaman terakhir untuk catatan pemeriksaan kas.
2. Buku Kas Umum harus ditulis dengan tinta hitam. Dalam Buku Kas Umum tidak boleh
ada coretan-coretan, bekas hapusan dan apabila ada kesalahan agar dicoret dengan dua
garis lurus linier dan diparap. Asli tulisan masih tetap dapat dibaca. Tidak boleh merobek
lembaran buku apabila ada kesalahan.
Apabila ada kesalahan tulis pembukuan, misalnya angka yang dicatat dalam buku lebih besar
atau lebih kecil dari bukti kuitansinya dapat dilakukan perbaikan dengan beberapa cara, antara
lain.
1. Mencoret angka yang salah dengan dua garis lurus linier dan diparap, kemudian ditulis
angka yang benar di atasnya.
2. Apabila terjadi kesalahan pembukuan pengeluaran, maka dibukukan kembali (contra
post) atau didebet kemudian baru dibukukan dalam pos pengeluaran angka yang benar.
3. Hanya membukukan selisihnya saja pada Buku Kas Umum, jika terjadi selisih kurang
dalam pembukuan pengeluaran, maka Buku Kas Umum dikredit sebesar selisih tersebut
dan sebaliknya.
 Cara mempertanggungjawabkan Keuangan
Beberapa prinsip yang dijadikan pegangan dalam kegiatan mempertanggungjawabkan
keuangan yang dilakukan oleh atasan langsung, meliputi:
1) Diusahakan secara singkat dan dilaksanakan pada setiap akhir pecan.
2) Periksa terlebih dahulu Buku Kas Umum dalam hubungannya dengan buku yang lain
setiap akhir bulan.
3) Diperingatkan kepada bendaharawan mengenai: pengiriman SPJ (Surat Pertanggung
Jawaban) bulanan, penyetoran MPO/PPn.
4) Diperiksa pengurusan barang inventaris dan penyimpanan dokumen pertanggal keuangan
sewaktu-waktu.
5) Diadakan pemeriksaan kas dengan menyusun Berita Acara Pemeriksaan Kas setiap akhir
triwulan secara teratur.
6) Atasan langsung bendaharawan bertanggung jawab atas kerugian keuangan Negara.
7) Dilaporkan dengan segera (paling lambat satu minggu) jika terjadi kerugian yang diderita
oleh Negara karena penggelapan atau perbuatan lain, kepada Sekretaris Jenderal
Depdiknas c.q. Kepala Biro Keuangan dengan tembusan kepada Inspektur Jenderal
Depdiknas dan BPK.
Dalam rangka mempertanggungjawabkan keuangan Negara ini, ada sembilan jenis buku
yang harus disediakan, yaitu:
1) Buku Kas Umum
2) Buku Bank
3) Buku Kas Posisi
4) Buku Surat Perintah Membayar Ulang (SPMU)
5) Buku Panjar Kerja
6) Buku Menghitung Pajak Orang/Pajak Penjualan (MPO/PPn)
7) Buku Penerbitan Cek
8) Buku Inventaris
9) Buku Pembantu lain apabila mempergunakan Buku Kas Umum yang tidak tabelaris.
G. Pengawasan Keuangan Pendidikan
1. Pengertian Pengawasan Keuangan
Yang dimaksud dengan pengawasan keuangan adalah suatu pemeriksaan yang terutama
ditujukan pada masalah keuangan (transaksi, dokumen, buku, daftar serta laporan), antara lain
untuk memperoleh kepastian bahwa berbagai transaksi keuangan dilakukan sesuai dengan
undang-undang, peraturan, keputusan, instruksi untuk menilai kewajaran yang diberikan oleh
laporan keuangan. UUD 1945 pasal 23 ayat 5 mengamanatkan bahwa : Untuk memeriksa
tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan, yang
peraturannya ditetapkan dengan undang-undang. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat.
Selanjutnya di tingkat intern pemerintah diadakan aparat pengawasan keuangan yang disebut
Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara (DJKN) termasuk struktur organisasi
Departemen Keuangan dan mempunyai kedudukan dan fungsinya adalah membantu Presiden
dalam pengawasan atas administrasi keuangan negara. Sebagai upaya penyempurnaan atau
peningkatan DJKN diadakan perombakan lembaga menjadi Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) yang diatur dalam Kepres No. 31 Tahun 1983. Dalam konsiderannya
yang menjadi tujuan BPKP adalah pengawasan yang dimaksudkan, perundang-undangan,
penghematan, daya guna dan hasil guna program kegiatan pemerintah dan pembangunan.
Ide dari pernyataan di atas adalah pengawasan bukan semata-mata dilakukan pada keuangan
dan ketaatan pada peraturan perundang-undangan, tetapi menjangkau peningkatan efektifitas,
efisiensi atau penghematan. Perkembangan selanjutnya dari pengawasan keuangan ini di tingkat
Departemen, Inspektorat Jenderal di tingkat pusat, dan Inspektorat Wilayah/Propinsi
(ITWILPROP) dan di tingkat Kabupaten/Kodya (ITWILKAB/KOD). Oleh karena pemeriksaan
itu merupakan salah satu cara untuk melaksanakan fungsi pengawasan, maka secara sederhana
norma pengawasan diartikan sebagai patokan, kaidah atau ukuran yang ditetapkan oleh pihak
yang berwenang dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan sebagaimana diatur dalam
Instruksi Presiden No 15 tahun 1983 meliputi pengawasan fungsional dan pengawasan melekat
yang berpedoman kepada norma sebagai berikut :
1) Pengawasan tidak mencari-cari kesalahan, yaitu tidak mengutamakan mencari siapa yang
salah, tetapi apabila ditemukan kesalahan, penyimpangan dan hambatan supaya
dilaporkan sebab-sebab dan bagaimana terjadinya, serta menemukan bagaimana
memperbaikinya.
2) Pengawasan merupakan proses yang berlanjut yaitu dilaksanakn terus menerus, sehingga
dapat memperoleh hasil pengawasan yang berkesinambungan,
3) Pengawasan harus menjamin adanya kemungkinan pengambilan koreksi yang cepat dan
tepat terhadap penyimpangan dan penyelewengan yang ditemukan untuk mencegah
berlanjutnya kesalahan dan atau penyelewengan,
4) Pengawasan bersifat mendidik dan dinamis, yaitu dapat menimbulkan kegairahan untuk
memperbaiki, mengurangi atau meniadakan penyimpangan di samping menjadi
pendorong dan perangsang untuk menertibkan penyempurnaan kondisi obyektif
pengawasan.
2. Proses dan Standar Pengawasan
Yang dimaksud dengan proses pengawasan adalah serangkaian tindak dalam melaksanakan
pengawasan. Langkah-langkah dalam pengawasan baik fungsional maupun pengawasan melekat
(pengawasan atasan langsung) menurut Stoner (1987):
1) Penetapan beberapa jenis standar/patokan yang dipergunakan, berupa ukuran, kuantitas,
kualitas, biaya, dan waktu.
2) Membandingkan/mengukur kenyataan yang sebenarnya terhadap standar.
3) Mengidentifikasi penyimpangan dan sekaligus pengambilan koreksi.
Dapat disimpulkan bahwa standar pengawasan pada dasarnya merupakan standar
pelaksanaan yang dijadikan pedoman kerja dalam melaksanakan tugasnya.
Dalam menentukan pemeriksaan terhadap satuan kerja/Pimpinan Proyek, perlu mengadakan
penilaian yang mencakup :
1) Terselenggaranya pengawasan atasan langsung yang menjamin pelaksanaan tugas secara
efektif dan efisien.
2) Ketaatan dan ketepatan terhadap ketentuan yang berlaku.
3) Pencapaian dari rencana dan program, baik target finansial, target fisik, maupun target
fungsional.
4) Faktor ketenangan personil yang melaksanakan kegiatan pemeriksaan.
Hasil pemeriksaan tersebut harus disertai bukti-bukti yang cukup relevan dan dapat
dipertanggungjawabkan. Hasil pemeriksaan dilaporkan secara tertulis jelas dan mudah
dimengerti, penyajian informasi yang didukung atas bukti yang cukup memuat temuan dan
kesimpulan pemeriksaan secara obyektif dan lengkap disertai saran tindakan yang konstruktif.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber
daya yang secara langsung
menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Pengelolaan keuangan pendidikan
lebih difokuskan dalam proses merencanakan alokasi secara teliti dan penuh perhitungan, serta
mengawasi pelaksanaan penggunaan dana, baik untuk biaya operasional maupun biaya kapital,
disertai bukti-bukti secara administratif dan fisik (material) sesuai dengan dana yang
dikeluarkan. Adapun
standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan
besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Dan biaya operasi
satuan pendidikan adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai
kegiatan operasi satuan pendidikan agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan yang sesuai
standar nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan.
B. SARAN
1.
Sebagai calon guru dan penyelenggara pendidikan harus mengetahui dan memahami
sistem manajemen keuangan sekolah agar lebih mengerti dalam mengatur keuangan
sekolah.
2.
Sebagai calon guru dan penyelenggara pendidikan
harus bisa menerapkan sistem
manajemen kauangan sekolah agar dapat merancang anggaran dengan efektif dan
efisien.
3.
Sebagai calon guru dan penyelenggara pendidikan
harus bisa menggunakan dana
seefisien mungkin sesuai dengan kebutuhan dalam penyelenggaraan pendidikan namun
mampu menghasilkan output yang berkualitas.
4.
Sebagai calon guru dan penyelenggara pendidikan harus bisa berfikir secara
professional dalam menentukan anggaran dana yang diperlukan dalam penyelenggaraan
pendidikan.
5.
Hindari menggunakan anggaran dana sekolah secara berlebihan.
Download