Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

advertisement
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan
investasi
merupakan
salah
satu
indikator
pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Investasi yang dilakukan secara tepat
akan mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tantangan
pelaksanaan investasi di daerah didorong melalui kebijakan otonomi
daerah. Kebijakan otonomi daerah diatur dalam Undang-undang Nomor
32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor
25/2007 tentang Penanaman Modal. Dalam kedua undang-undang tersebut
disebutkan bahwa pemerintah pusat memberikan kewenangan bagi
pemerintah daerah untuk mengelola urusan pemerintahannya sendiri. Salah
satu implikasinya adalah setiap daerah dituntut untuk mampu mengelola
keuangan daerahnya secara mandiri. Melalui otonomi daerah, kemandirian
dalam menjalankan pembangunan sesuai kapasitas dan kebutuhan daerah
diharapkan dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien
Kemandirian suatu daerah terletak pada kemampuan keuangan
daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah, artinya
tingkat ketergantungan kepada APBN mempunyai porsi yang semakin
kecil. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah adalah dengan
mendorong masuknya Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang salah satunya
melalui pertumbuhan investasi.
Investasi adalah sumber penting bagi tercapainya pembangunan.
There is no (economic) growth without investment. Investasi menjadi aspek
penting karena pengaruhnya bagi pertumbuhan agregat yaitu mendorong
tingkat output dan kesempatan kerja; dan efeknya terhadap pembentukan
kapital yang dalam jangka panjang akan meningkatkan potensi output dan
menjaga pertumbuhan (Hamid, 2006: 165).
1
Dinamika yang terjadi dalam arus investasi melibatkan proses
komunikasi antara pemerintah daerah sebagai komunikator dan investor
sebagai komunikan. Pada situasi ini, pemerintah daerah dituntut untuk
lebih pro aktif dan kreatif dalam memberikan pelayanan investasi kepada
para investor. Untuk menarik perhatian para investor, pemerintah daerah
merancang berbagai penawaran kepada investor untuk menanamkan modal
di daerahnya. Komunikasi merupakan unsur penting dalam menunjang
pemasaran yang efektif, sebab keberhasilan pemerintah dalam menjual
potensi daerah ditentukan oleh pesan yang disampaikan kepada investor
dan bagaimana pemahaman investor terhadap pesan yang disampaikan. Di
wilayah ini fungsi Investor Relations memegang peranan penting.
Pada mulanya fungsi Investor Relations dipakai dalam sebuah
perusahaan dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai-nilai perusahaan
(Argenti, 2010: 235; Bragg, 2010: 3). Fungsi Investor Relations dituntut
untuk memahami dan responsif terhadap kebutuhan perusahaan dan
investor. Dalam tata kelola pemerintahan seperti saat ini, fungsi Investor
Relations juga sangat dibutuhkan.
Pada dasarnya, fungsi Investor Relations memiliki tujuan untuk
menarik, merawat, dan mempertahankan investor. Dalam Komunikasi
Korporat Paul A. Argenti menyatakan bagaimana fungsi Investor
Relations dapat diterapkan pada sebuah organisasi, termasuk juga
organisasi pemerintah. Menurutnya:
“Walaupun struktur dari sebuah fungsi Investor Relations berbeda dari
satu organisasi ke organisasi lain berdasarkan ukuran, kompleksitas
bisnisnya dan komposisi pemegang saham, tujuan utama dari fungsi
Investor Relations adalah sama: untuk memposisikan organisasi agar
berkompetisi secara efektif untuk mendapatkan investor” (Argenti,
2010:39).
2
Berdasarkan argumentasi tersebut, fungsi Investor Relations dapat
digunakan untuk menjelaskan institusi pemerintah daerah yang berinteraksi
dengan investor. Dalam institusi pemerintah daerah, istilah kompleksitas
bisnis dan komposisi pemegang saham tidak digunakan, karena ada
perbedaan jenis audiens pada perusahaan dan pemerintah daerah.
Pemerintah daerah dalam hal ini tidak hanya bertindak sebagai
regulator, tetapi juga sebagai koordinator, fasilitator, dan stimulator dalam
investasi. Dalam posisi ini, pemerintah daerah dituntut untuk membuat
kebjiakan-kebijakan yang menarik investor untuk menanamkan modalnya
di daerah. Maka tidak menutup kemungkinan bagi pemerintah daerah
untuk melakukan praktik Investor Relations.
Studi mengenai praktik Investor Relations pada pemerintah daerah
menjadi penting karena tidak semua daerah memiliki potensi sumber daya
alam yang dapat ditawarkan kepada investor. Daerah yang tidak memiliki
potensi sumber daya alam dituntut untuk piawai menarik investor.
Sementara itu, daerah-daerah di Indonesia juga tidak hanya dihadapkan
pada persaingan sesama daerah di Indonesia untuk menarik investor, tetapi
juga dengan seluruh daerah di setiap negara di dunia (Suryana & Marsuki,
2007: 11).
Kota Surakarta adalah salah satu daerah yang memiliki keterbatasan
sumber daya alam yang dapat ditawarkan kepada investor. Namun, Kota
Surakarta mampu menunjukkan kemajuannya melalui tata kelola
pemerintahan yang baik. Perbaikan dalam pelayanan publik dan sistem
pelayanan perizinan terus menerus diupayakan untuk memberikan
kemudahan bagi para investor. Keberhasilannya dapat dilihat dari hasil
survei Doing Business 2012 yang dilakukan oleh World Bank dan
International Finance Corporation sebagai tiga terbaik kota di Indonesia (di
bawah Yogyakarta dan Palangkaraya) yang paling mudah untuk memulai
bisnis (www.doingbusiness.org diakses pada 20 Maret 2012).
3
Melalui Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT),
Pemerintah Kota Surakarta meramu pengelolaan daerahnya sebagaimana
mengelola produk. Event tahunan, seperti Carnival dan Solo Batik Fashion
serta city branding menjadi magnet untuk menarik minat dunia
internasional untuk menggelar event internasional di Kota Surakarta.
(SWA17, XXVII, 11-21 Agustus 2011).
Melihat upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta
dalam menarik minat investor, maka peneliti mengambil objek penelitian
Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota
Surakarta. Konsentrasinya terletak pada bagaimana praktik Investor
Relations yang dilakukan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan
Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta untuk menarik minat investor.
B. Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
penelitian ini akan diarahkan dengan rumusan masalah: Bagaimana praktik
Investor Relations pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu
(BPMPT) Kota Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui praktik Investor
Relations pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT)
Kota Surakarta untuk menarik minat investor menanamkan modalnya.
4
D. Signifikansi Penelitian
Signifikansi penelitian ini mencakup dua hal, yaitu:
1. Signifikansi Akademik
Penelitian ini diharapkan menambah referensi mengenai praktik
Investor Relations pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan
Terpadu (BPMPT) untuk menarik minat investor di daerah.
2. Signifikansi Praktis
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan oleh Badan Penanaman
Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta dalam
melakukan praktik Investor Relations sebagai upaya berkomunikasi
dan membangun hubungan dengan investor.
E. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Badan Penanaman Modal dan Perizinan
Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta sebagai bagian dari institusi pemerintah
daerah yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kebijakan dan
pelayanan di bidang penanaman modal.
F. Kerangka Pemikiran
Titik fokus penelitian ini adalah praktik Investor Relations pada
Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta
untuk menarik minat investor menanamkan modalnya. Untuk mendapatkan
penjelasan mengenai hal itu dibutuhkan beberapa penjelasan teoretik yang
menjadi kerangka pemikiran sekaligus teori pemandu selama proses
penelitian berlangsung.
Beberapa kerangka pemikiran yang menjadi alat bantu analisis
dalam penelitian ini antara lain: Investor Relations yang menjelaskan
5
tentang sebuah fungsi yang berinteraksi kuat dengan investor; Praktik
Investor Relations pada Perusahaan; dan Investor Relations Framework
yang menjelaskan tentang cara fungsi Investor Relations berkomunikasi
dengan investor.
1. Investor Relations
Investor Relations pada mulanya lebih dikenal sebagai sebuah
subfungsi penting dalam komunikasi korporat. Praktik tradisional yang
dilakukan perusahaan untuk berkomunikasi dengan pemegang saham
mereka adalah melalui fungsi Investor Relations. National Investor
Relations Institute (NIRI) menyebutkan Investor Relations sebagai:
“Kegiatan pemasaran korporat yang menggabungkan disiplin
komunikasi dan pemasaran untuk memberikan gambaran yang
tepat mengenai kinerja dan prospek perusahaan kepada para
investor dan calon investor” (NIRI, 2003).
Pemasaran dalam konteks ini bukan berarti selling, tetapi
merupakan suatu proses identifikasi para pihak yang menjadi target
audiens yang tertarik untuk melakukan investasi dengan menyajikan
informasi historis dan prospektif mengenai suatu organisasi sehingga
pihak-pihak tersebut dapat mengambil keputusan investasi berdasarkan
informasi yang diperoleh. Hal ini dilakukan melalui rekomendasi
secara hati-hati; menanggapi pertanyaan para investor, analis dan
media massa melalui saluran-saluran komunikasi dan temu muka atau
rapat.
Investor Relations berujung pada pencapaian tujuan untuk
memastikan nilai pasar yang baik terhadap perusahaan. Paul A. Argenti
menyebutkan tujuan dari Investor Relations adalah memaksimalkan
nilai-nilai perusahaan dengan terus mengkomunikasikan performa
perusahaan kepada publik yang ingin berinvestasi (Argenti, 2010: 235).
6
Penjelasan senada juga diungkapkan oleh Charles D. Ellis dalam
How to Manage Investor Relations. Menurutnya tujuan manajemen
Investor Relations:
“help[ing] a well managed company gain appropriate
recognition and credibility with the business community for its
capabilities and longer term prospects [and to] help corporate
executives to fulfill the fiduciary responsibility to ensure that
investors who are selling or buying know they are able to do so
at prices that fairly and reasonably reflect true value” (Ellis,
1985: 34).
Fungsi Investor Relations diposisikan untuk menanamkan
kepercayaan terhadap investor, baik pada saat kondisi baik maupun
buruk. Investor Relations dipacu untuk terus menyesuaikan perubahan
yang terjadi di lingkungan bisnis. Menurut Marcus dan Wallace (dalam
Hockerts & Moir, 2004: 87):
“The nature of the role of Investor Relations has evolved
through three phases. Initially there was a role of simple
communication of the company’s actions, then this developed
into an increasing focus on the financial function and financial
results and, finally, in more advanced companies, there is a
trend towards active marketing, in order to encourage investors
to buy or hold the company’s stock as well as to ensure that
firms are fairly valued”.
Praktik tradisional seperti menyediakan informasi bagi investor
melalui press release, pertemuan rutin dan laporan-laporan mulai
berkembang. Memelihara komunikasi yang positif dengan investor dan
menjaga hubungan baik dengan media dan perantara juga penting
sebagai langkah strategis untuk menarik investor dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
Berdasarkan pemahaman tersebut, Investor Relations pada
praktiknya memegang peranan sebagai sebuah fungsi yang berinteraksi
dan menjalin hubungan dengan investor serta memiliki tujuan untuk
menarik minat dan mempertahankan investor. Maka istilah Investor
Relations dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan fungsi
7
Investor Relations pada institusi pemerintah daerah yakni Badan
Penanaman
Modal
dan
Perizinan
Terpadu
(BPMPT)
Kota
Surakarta.Sebagaimana penjelasan Paul A. Argenti (2010), fungsi
Investor Relations dapat digunakan dalam struktur organisasi yang
berbeda-beda dengan tujuan agar organisasi dapat berkompetisi secara
efektif untuk mendapatkan investor.
Untuk dapat menarik minat dan mempertahankan investor,
Investor Relations pada institusi pemerintah daerah mempunyai tugas
dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penanaman
modal. Salah satu fungsinya adalah mempromosikan daerah melalui
potensi-potensi yang tersedia.
2. Praktik Investor Relations pada Perusahaan
Menurut Cutlip (2006: 25), Investor Relations merupakan bagian
dari Public Relations (PR) dalam perusahaan korporat yang
membangun dan menjaga hubungan yang bermanfaat dan saling
menguntungkan dengan shareholder dan pihak lain di dalam
komunitas keuangan dalam rangka memaksimalkan nilai pasar.
Sesuai definisi Investor Relations sebagai fungsi komunikasi
sekaligus
keuangan
menekankan
komunikasi
dua
arah
yang
berlangsung dalam fungsi ini. Untuk membangun hubungan yang kuat
dengan investor, para praktisi PR harus melakukan beberapa tugastugas yang kompleks, biasanya dimulai dengan riset pasar untuk
memahami persepsi investor dan merumuskan “investment story”,
kemudian dilanjutkan untuk mengidentifikasi investor yang paling
cocok dengan pesan yang telah dirancang tentang proposisi investasi di
perusahaan.
Setelah didentifikasi, strategi tersebut harus direvisi setiap
tahunnya untuk memastikan kevalidannya (Corbin: 2004). Dalam
8
Nasdaq (2001: 32) disebutkan bahwa terdapat empat tahapan strategis
program Investor Relations, yaitu:
1. Riset Pasar
Riset pasar digunakan untuk mengembangkan pengetahuan dan
keahlian dalam pasar modal, proses investasi, termasuk memahami
persepsi dan sikap investor terhadap perusahaan, dan melacak kemajuan
dalam proses komunikasi. Dalam riset pasar, terdapat tiga aktivitas yang
dilakukan, yaitu:
a. Market Intelligence, yaitu: mengumpulkan dan memelihara kecerdasan
pasar untuk memahami bagaimana pandangan pasar terhadap
perusahaan baik secara mutlak maupun relatif. Hal ini penting
dilakukan baik untuk strategi perusahaan maupun komunikasi dalam
rangka mengetahui bagaimana dan mengapa pasar berperilaku
terhadap perusahaan serta bagaimana pasar menetapkan harga saham.
b. Audience Analysis, yaitu: siapa saja target investor, mengapa mereka
harus berinvestasi, apa yang harus dilakukan untuk membuat mereka
membeli lagi atau menjual, dan apa yang akan dilakukan oleh
perusahaan bila investor menyukai atau tidak menyukai perusahaan.
Dengan pengetahuan tersebut, Investor Relations akan dapat
menemukan kesamaan tipe dan penerimaan, dan fokus komunikasi
yang harus dilakukan bila berhadapan dengan para investor.
c. Benchmark Surveys, survei ini merupakan hal penting dalam riset
pasar. Survei ini dilakukan oleh sebuah perusahaan dengan melacak
perubahan tingkat pengetahuan, persepsi dan sikap investor melalui
wawancara. Penelitian ini biasanya dilakukan oleh pihak ketiga
(konsultan) agar investor lebih berterus terang dan mengarah ke hasil
yang lebih baik. Survei ini dapat digunakan untuk mengukur kemajuan
perusahaan baik dari segi manajemen bisnis maupun komunikasi. Hal
ini kemudian dikorelasikan terhadap penilaian dan harga saham untuk
menunjukkan nilai dan keputusan strategis maupun usaha komunikasi.
9
2. Pesan dan Pengembangan Informasi
Pesan
dan
pengembangan
informasi
bertujuan
untuk
mengomunikasikan kekuatan investasi, faktor utama dan poin-poin dari
informasi penting kepada pasar yang dapat membantu menciptakan nilai
wajar (fair value). Pesan yang terkandung di dalamnya merupakan
jawaban dari pertanyaan: mengapa saya harus berinvestasi di perusahaan
tersebut?, atau mengapa saya harus melanjutkan atau membeli saham
lagi?, atau bagi para analis, mengapa saya harus merekomendasikan saham
perusahaan tersebut kepada pelanggan saya?
Sebab, yang menjadi keinginan para investor adalah higher returns.
Investor menanamkan modalnya karena mereka percaya apabila mereka
berinvestasi mereka akan mendapatkan pendapatan dan laba yang lebih
besar.
Investor
akan
menganalisis
bagaimana
perusahaan
akan
meningkatkan pendapatan mereka, dengan analisis ini kemudian para
investor akan mendefinisikan nilai dari perusahaan.
Terdapat tiga kategori informasi yang dibutuhkan oleh investor, yaitu:
keuangan dan informasi detail tentang operasi bisnis; visi, misi, strategi,
arah dan program perusahaan; dan konteks industri untuk perusahaan.
Informasi-informasi ini digunakan oleh para investor untuk memahami
hasil bisnis lebih lanjut, dan juga untuk membandingkan dengan
perusahaan lainnya. Melalui informasi tersebut mereka akan mengevaluasi
kinerja dan mendapatkan wawasan tentang perusahaan.
3. Alat Komunikasi
Yaitu media terbaik yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan
informasi kepada pasar, investor, analis, dan distributor dengan cara yang
paling efektif. Terdapat beberapa media yang dapat digunakan sebagai
media komunikasi, yaitu bahan cetak (printed materials), video, layanan
informasi elektronik, pertemuan langsung, dan telepon.
10
a. Printed Materials (Bahan Cetak)
Bahan cetak merupakan program komunikasi dasar pada Investor
Relations. Hal ini termasuk dokumen Securities and Exchange
Commission (SEC), laporan 10-K, laporan 8-K, laporan tahunan atau
triwulan, profil perusahaan, newsletter, dan fact books.
b. Electronic Information Services (Layanan Informasi Elektronik)
Internet merupakan media baru yang tidak dapat diragukan
kelebihannya dalam hal kecepatan dan tidak terbatasnya ruang dan waktu
dalam berkomunikasi. Memasukkan informasi ke dalam database
elektronik menambah kemampuan perusahaan dalam mencapai investor,
analis, broker, dan calon pelanggan pada waktu yang cepat dan tepat. Hal
ini membuat baik itu perusahaan maupun investor memiliki kesempatan
dalam mengakses dan mendapatkan informasi dalam waktu yang
bersamaan.
Situs web merupakan salah satu bagian dari informasi elektronik.
Yang penting dalam mengelola situs web Investor Relations perusahaan
adalah menjaga ketepatan dan perbaharuan isi konten, dan mendorong
investor untuk kembali melihat situs, dan membuat situs yang mudah
digunakan.
Selain situs web, perusahaan juga berhubungan dengan investor
melalui
email.
Biasanya
menguirimkan laporan
perusahaan
menggunakan
triwulan keuangan
surat
email
pernyataan,
untuk
dan
pengumuman untuk conference calls.
c. In-person Meetings (Pertemuan Pribadi)
Hingga saat ini pertemuan tatap muka dengan perusahaan tetap
menjadi pilihan favorit bagi para investor. Investor mengamati dan menilai
dari presentasi yang diberikan oleh perusahaan, kemudian mereka juga
menilai dari cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan.
Biasanya pertemuan ini dilakukan oleh kelompok besar oleh konferensi
yang diadakan oleh perantara dan analis untuk melakukan diskusi satu
sama lain. Namun demikian, beberapa investor lebih senang bertemu
11
dalam kelompok kecil, sehingga investor berkesempatan untuk bertanya
lebih banyak, daripada hanya mendengarkan presentasi.
d. Telephone Contact (Kontak Telepon)
Dari semua metode komunikasi, telepon juga menjadi media
unggulan dalam pertukaran informasi antara perusahaan dan investor.
Kontak telepon sangat efisien bagi kedua belah pihak dan memberikan
kesempatan bagi Investor Relations untuk mendapatkan nilai tambah,
membantu analis, dan membantu investor untuk lebih memahami
perusahaan.
Saat ini kontak telepon telah mengalami perkembangan majunya
teknologi. Kontak telepon juga dapat berupa konferensi video dan
percakapan yang disediakan dalam email atau messanger.
4. Administrasi Perkantoran
Yaitu melibatkan kegunaan staf, konsultan, pemasok, teknologi, dan
alat-alat lain yang digunakan untuk mengelola proses Investor Relations
pada tingkat efisiensi tertinggi. Kebanyakan departemen Investor
Relations hanya memiliki sedikit staf bahkan beberapa perusahaan besar
hanya memiliki satu atau dua staf.
Pada perusahaan modern, Investor Relations digerakkan oleh
komputer. Hampir semua informasi yang diperlukan diperoleh secara
elektronik, dan hampir semua informasi dibuat, diproduksi, dan
dikirimkan
melalui
komputer.
Komputer
memungkinkan
Investor
Relations untuk meningkatkan arus pesan dan informasi, dan lebih
memahami bagaimana perilaku pasar terhadap perusahaan, komputer juga
digunakan untuk memersiapkan presentasi dan laporan, dan juga untuk
bekerjasama dengan manajemen lain dalam memajukan program Investor
Relations.
Dalam rangka mencapai kesuksesan usaha, sebuah perusahaan
harus bisa memenuhi kebutuhan stakeholder-nya, termasuk kebutuhan
akan informasi baik informasi mengenai keuangan maupun non
keuangan uang dapat memberikan keyakinan bagi stakeholder atas
12
nilai jual perusahaan itu sendiri. Informasi yang diberikan pun harus
dikembangan sedemikian rupa sehingga dapat menjawab kebutuhan
informasi bagi para investor. Begitu pula dengan pemilihan media, agar
pesan yang dikembangkan bisa tepat sasaran.
Kelompok yang berperan penting dalam hal ini adalah investor
potensial, pemegang saham, analis keamanan, dan media keuangan.
Keberhasilan sebuah perusahaan bergantung pula pada keberhasilan
pemegang saham dan keberhasilan keuangan sebuah perusahaan yang
didukung oleh peran Investor Relations dalam memertahankan
dukungan para pemangku kepentingan dengan tujuan untuk memeroleh
keuntungan yang diinginkan oleh perusahaan.
Investor adalah pihak yang sangat penting, karena investor
merupakan sumber dari modal perusahaan atas saham yang ditanamkan
oleh investor. Pada umumnya para investor akan mencari informasi
tentang suatu perusahaan terlebih dahulu sebelum menanamkan
modalnya.
Peran
Investor
Relations
di
sini
adalah
untuk
menyampaikan segala informasi yang dibutuhkan oleh investor tentang
perusahaan. Komunikasi dua arah yang dibangun akan menciptakan
kesepahaman antara perusahaan dan investor.
Pada era persaingan global yang semakin tangguh, perusahaan
tidak disarankan untuk hanya berpangku tangan dan menunggu
investor datang kepada mereka. Investor Relations bertanggung jawab
untuk mengomunikasikan informasi keuangan mengenai perusahaan
dan berusaha meyakinkan, menarik dan memertahankan minat investor
terhadap perusahaan.
Dalam rangka mendekatkan diri dan menjalin hubungan dengan
investor perlu disiapkan berbagai macam hal yang menjadi alat untuk
mencapai tujuan yang diharapkan, di sinilah peran Investor Relations
digunakan. Fungsi Investor Relations harus melaksanakan tugasnya
dengan baik dan sebab, karena Investor Relations merupakan
13
representasi dari perusahaan di mata investor dan komunitas keuangan
lainnya.
Penjelasan di atas digunakan untuk mempermudah peneliti dalam
memahami permasalahan, menganalisis dan mencari solusi pemecahan
masalah yang akan diteliti. Peneliti kemudian mencoba menjabarkan
kerangka pemikiran tersebut ke dalam model penelitian berikut ini:
3. Investor Relations Framework
Investor Relations framework menggambarkan bagaimana cara
fungsi Investor Relations berkomunikasi. Hal tersebut berkenaan
dengan siapa saja pihak yang terkait dengan Investor Relations dan
bagaimana Investor Relations menjangkau mereka.
Dalam menjalin sebuah relasi, fungsi Investor Relations bekerja
menggunakan dua cara: berkomunikasi dengan investor secara
langsung dan berkomunikasi melalui perantara untuk menjangkau
investor. Menentukan siapa investor dan perantara yang digunakan
terkadang tampak jelas, tetapi perlu pertimbangan yang matang untuk
menganalisis siapa saja mereka. Tak dapat dipungkiri bahwa setiap
pihak memiliki kepentingan yang saling berkompetisi dan persepsi
yang berbeda melihat sebuah organisasi (Argenti, 2010:39).
a. Berkomunikasi langsung dengan investor
Menentukan investor menjadi penting untuk mengetahui
kebutuhan investor dan arah investasinya. Terkadang dipahami
bahwa mempromosikan potensi daerah hanya kepada investor asing
adalah baik. Namun, perlu diketahui bahwa banyak pelaku
ekonomi domestik yang kuat dan memiliki standar internasional
yang patut diperhitungkan.
Investor terbagi menjadi: investor asing, domestik, dan
kombinasi keduanya – joint venture (Suryana & Marsuki, 2007:
14
19). Investor asing memiliki cakupan bisnis secara global
sementara investor domestik mempunyai cakupan bisnis secara
nasional dan lokal. Investor domestik dapat berbentuk BUMN atau
perusahaan swasta. Investor lokal dapat berupa BUMD atau pelaku
bisnis swasta daerah.
Pemilahan investor dilakukan untuk memberi gambaran
bahwa ada diversitas potensial yang harus dikejar. Sebagai contoh,
pemerintah daerah yang mempunyai lahan yang berpotensi untuk
dijadikan perkebunan kelapa sawit, karet, atau yang lainnya, dapat
saja menggandeng PT Perkebunan Nusantara. Pemerintah daerah
yang ingin mengembangkan BUMD perbankan dapat memilih
untuk menarik Bank Mandiri. Untuk mengembangkan kerajinan
lokal, Pemerintah daerah dapat menarik pelaku bisnis kecil yang
potensial di daerahnya.
Investor di daerah tidak hanya dipetakan berdasarkan
jangkauannya (global, nasional, dan lokal). Paul A. Argenti
mengkategorikan investor ke dalam dua tipe: investor individual
dan investor institusional. Investor individual mencakup individuindividu yang aktif melakukan investasi; investor institusional
meliputi perusahaan asuransi dan lembaga penyimpanan dana atau
bank (Argenti, 2010: 241).
Investor individual dan investor institusional, menurut Ellis
(1985: 35), dipahami oleh fungsi Investor Relations dengan konsep
yang berbeda. (1) Jika investor individual dijadikan sebagai target
konstituen, maka strategi marketing yang tepat mengarah pada
strategi
konsumen.
Sebagian
besar
investor
menginginkan
jangkauan yang luas, maka media periklanan memainkan peranan
di wilayah ini. (2) Investor institusional mendominasi pasar saham,
maka strategi yang efektif untuk menjangkaunya adalah melalui
kontak langsung dan mengarahkan pada pemasaran industri.
15
Setelah mengidentifikasi siapa saja yang menjadi target
investor,
maka
perlu
diperhitungkan
bagaimana
upaya
berkomunikasi dengan investor. Berkomunikasi langsung dengan
investor dipahami sebagai sebuah proses komunikasi yang
dilaksanakan secara langsung tanpa bantuan perantara atau media
komunikasi. Proses komunikasi ini biasanya berlangsung secara
tatap muka dan menghasilkan feedback.
Setiap investor memerlukan pendekatan yang berbeda sesuai
tingkat kebutuhannya. Upaya berkomunikasi dengan investor
dikemukakan oleh Steven M. Bragg (2010: 4) melalui tiga
pendekatan, yaitu: basic, intermediate, dan advanced.
Pendekatan basic adalah salah satu yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dasar Investor Relations. Pendekatan basic yang
dilakukan oleh fungsi Investor Relations adalah menyampaikan
laporan tahunan (annual report) dan mengadakan pertemuan
tahunan (annual meeting). Dalam menyampaikan laporan tahunan,
fungsi Investor Relations diharapkan dapat menunjukkan hasil
pencapaian selama setahun terakhir dan memaparkan tujuan dan
prospek masa yang akan datang. Selain itu, fungsi Investor
Relations juga bertanggung-jawab untuk mengadakan pertemuan
tahunan. Pertemuan tahunan ini membahas tentang evaluasi
kegiatan investasi selama setahun. (Bragg, 2010: 4)
Pendekatan basic merupakan upaya paling sederhana untuk
berkomunikasi dengan investor. Maka, pendekatan intermediate
perlu dilakukan untuk menjangkau investor lebih luas. Upaya yang
dilakukan dalam pendekatan intermediate, yaitu mempersiapkan
press release, situs web dan promosi. Fungsi Investor Relations
perlu mempersiapkan press release yang berisi tentang informasi
pendek tentang agenda-agenda penting. Pengelolaan situs web yang
baik mempermudah fungsi Investor Relations untuk menyampaikan
16
sejumlah informasi utama kepada investor. Promosi menjadi hal
penting untuk memperkenalkan tentang organisasi dan peluang
investasi kepada calon investor. (Bragg, 2010: 5)
Pendekatan advanced adalah pendekatan lanjutan setelah
pendekatan intermediate untuk menarik minat investor dengan cara
yang lebih aktif. Road show dan conference calls adalah upaya
yang dilakukan oleh fungsi Investor Relations dalam pendekatan
advanced.Keduanya merupakan upaya paling efektif yang dapat
dilakukan oleh fungsi Investor Relations. Dalam kegiatan road
show dan conference calls biasanya dihadirkan pejabat-pejabat
penting yang berkaitan dengan investasi untuk menghasilkan
pertemuan terbaik dengan investor. (Bragg, 2010: 6)
Berkomunikasi dengan investor secara langsung berarti
melibatkan dua hal, yaitu: mengetahui siapa investor yang dikejar
dan bagaimana pendekatan komunikasi yang diambil. Identifikasi
target investor menjadi sangat penting bagi fungsi Investor
Relations untuk menentukan upaya berkomunikasi dengan investor.
Fungsi Investor Relations tidak hanya berkomunikasi dengan
investor saja. Komunikasi tidak langsung juga muncul melalui
perantara seperti media, analis, agen pemberi peringkat, dan
konsultan pendamping. Komunikasi melalui perantara memberikan
pengaruh yang kuat terhadap kredibilitas organisasi. Kredibilitas
organisasi berkaitan dengan peran fungsi Investor Relations dalam
menanamkan kepercayaan kepada investor.
b. Berkomunikasi secara tidak langsung dengan investor
Sebelum berinvestasi sering kali investor ingin mempelajari
dan menggali informasi yang lebih dalam mengenai tempat tujuan
investasi melalui sumber-sumber lain selain dengan organisasi itu
17
sendiri. Fungsi Investor Relations tidak hanya berkomunikasi
langsung dengan investor, tetapi juga berkomunikasi tidak
langsung melalui perantara. Dalam konteks perusahaan, Investor
Relations sering kali berhubungan dengan media, analis, dan agen
pemberi peringkat sebagai penghubung dengan investor. Media,
analis, dan agen pemberi peringkat memiliki kesamaan fungsi,
yaitu sebagai perantara yang menghubungkan fungsi Investor
Relations dengan investor.
Berkomunikasi secara langsung dengan investor maupun
melalui perantara menjadi penting bagi Investor Relations dalam
menjalankan fungsinya. Gambar 1.1 berikut ini menggambarkan
bagaimana fungsi Investor Relations berkomunikasi, baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan para investor.
Gambar 1.1. Investor Relations Framework
Investor
Strategi
Investor Relations
Media
Analis
Perantara
Agen pemberi peringkat
Sumber: Argenti, 2010: 24
i. Media
Media
merupakan
komunikan
sekaligus
saluran
komunikasi yang memberikan informasi kepada investor
mengenai citra organisasi serta berperan dalam membentuk
18
reputasi organisasi (Argenti, 2010: 177). Untuk memiliki
hubungan yang baik dengan media, fungsi Investor Relations
harus menyediakan waktu untuk menjaga hubungan dengan
orang-orang yang tepat di media. Tujuannya adalah untuk
membangun hubungan jangka panjang dan kredibilitas yang
menguntungkan bagi organisasi (Bragg, 2010: 64).
Promosi daerah mengenai keunggulan dan potensi
semakin menarik perhatian media. Survei tentang daerahdaerah yang probisnis, peluang bisnis yang terbuka bagi
investor, dan bagaimana merancang ekosistem bisnis yang
menarik investor, membuka pengetahuan bagi investor untuk
melihat daerah-daerah yang berpotensi untuk dijadikan tempat
berinvestasi. Media memegang peranan kuat dalam hubungan
ini.
Kekuatan media di dalam wilayah hubungan investasi
yaitu memengaruhi investor dalam membuat keputusan
investasi. Hubungan media yang kuat dan dikoordinir dengan
baik
akan
menguntungkan
pemerintah
daerah
untuk
memaksimalkan akses ke media dan memastikan konsistensi
pesan yang dikirimkan ke media. Bagi daerah dengan visibilitas
rendah yang ingin menarik investor, tetapi memiliki liputan
media yang benar dapat menjadi sebuah komponen penting dari
sebuah strategi Investor Relations.
Berhubungan dengan media atau media relations tidak
terlepas dari kegiatan public relations (PR). Stanley J. Baran
(2004: 361) mengungkapkan:
“… the public relations maintain good relations with
professionals in the media, understand their deadlines
and other restraints, and earn their trust.”
19
Yosal Iriantara (2005: 32) mengartikan hubungan media
(media relations) sebagai bagian dari PR eksternal yang
membina hubungan baik dengan media massa sebagai sarana
komunikasi antara organisasi dan publik untuk mencapai tujuan
organisasi.
Philip
Lesly
(dalam
Iriantara,
2005:29)
mengemukakan tujuan berhubungan dengan media adalah
melakukan publisitas atau merespon kepentingan media
terhadap organisasi.
Dalam
mengelola
relasi
dengan
media,
menjalin
hubungan baik dengan media sebagai institusi sama pentingnya
dengan menjalin hubungan baik dengan wartawan. Agar
hubungan terjalin dengan baik, maka dibutuhkan komunikasi
yang cukup intens di antara kedua belah pihak yang
berhubungan.
Meskipunberhubungan dengan media menjadi salah satu
agenda humas (public relations), namun media juga mengambil
peran penting dalam Investor Relations framework. Publisitas
mengenai potensi investasi dan iklim investasi daerah
diperlukan untuk meningkatkan daya tarik daerah tujuan
investasi. Koordinasi dan kerjasama antara humas dan Investor
Relations diperlukan untuk mengakomodasi kebutuhan investor
yang terus berkembang.
ii. Analis
Dalam Komunikasi Korporat, Paul A. Argenti (2010: 246)
menyebutkan, fungsi Investor Relations berhubungan dengan
analis “sisi-beli” dan analis “sisi-jual”. Analis sisi-beli biasanya
bekerja untuk perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam
manajemen keuangan (reksa dana atau dana pensiun) dan
20
perusahaan riset untuk portofolio investasi lembaga mereka
sendiri. Analis sisi-beli menampilkan analisis hak milik,
meliputi kunjungan-kunjungan perusahaan dan ulasan mereka
sendiri dari keadaan finansial perusahaan. Analis sisi-beli
berada dalam kelompok konstituen investor institusional, bukan
perantara.
Analis sisi-jual menangani saham di dalam industriindustri tertentu dan menghasilkan laporan-laporan riset detail
yang menawarkan rekomendasi-rekomendasi “beli”, “jual” atau
“tahan”. Dengan demikian, analis sisi-jual adalah perantara
antara sebuah perusahaan dan investor. Berdasar riset Profesor
Akuntansi UCLA Michael Brennan, Investor Relations yang
kuat dapat meningkatkan ketertarikan pada investor dan analis
sisi-jual (2010: 246).
Visibilitas semacam ini berarti bahwa rekomendasi dari
analis memiliki bobot penting. Meskipun krisis kepercayaan
dalam objektivitas dari penilaian-penilaian juga bisa terjadi,
informasi mengenai perusahaan sering digunakan oleh investor
untuk membantu mereka dalam membuat keputusan investasi
(2010: 249).
iii. Agen pemberi peringkat
Paul A. Argenti menjelaskan pentingnya agen pemberi
peringkat sebagai perantara bagi Investor Relations. Beberapa
agen pemberi peringkat yang sering melakukan penilaian
meliputi Standard & Poor’s (S&P) dari McGraw-Hill, Investors
Service dari Moody, dan Fitch Ratings. Agen pemberi
peringkat menganalisis perusahaan dengan cara yang hampir
sama dengan yang para analis lakukan, tetapi dengan sebuah
21
fokus spesifik pada kelayakan kredit perusahaan. Penilaian
yang ditetapkan mencerminkan pengukuran atas kemampuan
perusahaan membayar obligasi-obligasi utangnya (2010: 249).
Agen pemberi peringkat tidak hanya memberikan
penilaian untuk perusahaan, tetapi juga untuk negara. Penilaian
tertinggi bagi perusahaan atau negara diberi peringkat
”investment grade”. Senior Research and Investment Analyst
PT Infovesta Utama, Rudiyanto menjelaskan,
“Investment grade adalah kategori bahwa suatu perusahaan
atau negara dianggap memiliki kemampuan yang cukup
dalam melunasi utangnya. Sehingga bagi investor yang
mencari investasi aman, umumnya mereka memilih rating
investment grade”
(http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/272634
pada 4 Agustus 2012).
diakses
Tahun 2012, agen pemberi peringkat Moody’s Investors
Service dan Fitch Ratings telah memberikan peringkat
investment grade kepada Indonesia. Sementara Standard &
Poor’s
(S&P)
belum
menaikkan
peringkatnya
hingga
investment grade dikarenakan rendahnya defisit, menurunnya
beban utang sektor publik, dan menguatnya likuiditas eksternal
(http://www.bisnis.com/articles/investment-grade-s-and-p-beriperingkat-b-plus-dan-b-untuk-indonesia diakses pada 4 Agustus
2012).
Penilaian semacam itu membuat Indonesia terus berupaya
mempertahankan investment grade untuk menarik investor.
Salah satunya adalah dengan mendorong pemerintah daerah
untuk memperbaiki easy doing business. Dalam hal ini Investor
Relations pada institusi daerah berperan dalam memperbaiki
pelayanan penanaman modal seperti efektivitas perizinan usaha
dan pelayanan satu atap.
22
Media, analis, dan pemberi peringkat merupakan perantara yang
memiliki peran dalam Investor Relations framework. Tidak ada
perusahaan yang hanya berhubungan dengan investor saja tanpa
menjalin relasi dengan perantara, sebab investor bergerak aktif
menggali informasi sebelum menentukan keputusan investasi melalui
perantara. Media berperan paling penting sebagai penentu investasi.
Media membentuk reputasi sebuah organisasi melalui rekaman
pertemuan dan pencapaian yang dilakukan oleh fungsi Investor
Relations.
Penjelasan di atas digunakan untuk mempermudah peneliti dalam
memahami permasalahan, menganalisis dan mencari solusi pemecahan
masalah yang akan diteliti. Peneliti kemudian mencoba menjabarkan
kerangka pemikiran tersebut ke dalam model penelitian berikut ini:
Gambar1.2. Model Penelitian
Praktik Investor Relations pada Badan
Penanaman Modal dan Perizinan
Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta
Seberapa jauh BPMPT
Kota
Surakarta
mengadopsi
praktik
Investor Relations pada perusahaan
Investor Relations Framework:
Bagaimana cara BPMPT Kota
Surakarta berhubungan dengan
investor
23
G. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka fungsi
Investor Relations yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah
fungsi yang menjalin hubungan dengan investor pada level institusi
pemerintah daerah. Investor Relations yang dimaksud merujuk pada Badan
Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta.
Praktik Investor Relations pada perusahaan diadopsi oleh pemerintah
daerah untuk menjelaskan bagaimana Badan Penanaman Modal dan
Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta menjalankan fungsi Investor
Relations sebagai upaya untuk menarik minat dan memertahankan
investor. Aktivitas yang terjadi dalam Investor Relations tidak hanya
berhenti pada menarik minat investor sebagai sebuah tujuan tetapi juga
berkaitan dengan menentukan investor dan bagaimana Badan Penanaman
Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta menjalin
hubungan dengan investor.
H. Metode Penelitian
1. Studi Kasus
Penelitian
ini
menggunakan
metode
kualitatif
dengan
pendekatan studi kasus. Sebagaimana dikemukakan Stake, strategi
studi kasus dimaksudkan untuk mengeksplorasi suatu peristiwa, proses,
aktivitas, organisasi, atau sekelompok individu sosial dan politik.
Dalam konteks ini kasus yang menjadi objek penelitian dibatasi oleh
waktu dan aktivitas (Creswell, 2010:20).
Dalam metode ini, peneliti bisa memilih mengeksplorasi satu
studi kasus untuk menjelaskan bagaimana praktik Investor Relations
pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota
Surakarta menarik minat investor.
24
Untuk mengungkap praktik Investor Relations pada Badan
Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta,
maka
peneliti
membutuhkan
banyak
data
melalui
observasi,
penelusuran dokumen dan laporan tentang apa yang telah dilakukan,
apa saja hasilnya, dan apa saja yang menjadi ekspektasi BPMPT Kota
Surakarta berkaitan dengan menarik minat investor. Pendekatan studi
kasus juga memungkinkan peneliti memperoleh data-data melalui
wawancara tentang strategi yang dilakukan Badan Penanaman Modal
dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta sebagai fungsi
Investor Relations dan cara Badan Penanaman Modal dan Perizinan
Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta berkomunikasi dengan investor.
2. Sumber Data Penelitian
Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan, peneliti akan
menggali melalui penelusuran dokumen mengenai peta potensi
investasi Kota Surakarta dan susunan organisasi BPMPT Kota
Surakarta. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan pihakpihak yang terkait dengan penelitian, di antaranya yaitu: Sekretaris
BPMPT Kota Surakarta,
Kepala Bidang Penanaman Modal, Sub-
Bidang Promosi, dan Sub-Bidang Informasi dan Pengaduan. Pemilihan
narasumber didasarkan pada kompetensi masing-masing pihak dengan
tema wawancara.
Penelusuran literatur juga dipakai sebagai bahan referensi
penelitian. Penelitian mengenai praktik Investor Relations pada Badan
Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta
membutuhkan literatur lain sebagai pembanding hasil temuan.
25
3. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini adalah proses sistematik
mencari dan menyusun data hasil wawancara dan dokumentasi.
Berbagai data akan diorganisasi ke dalam kategori, dijabarkan ke
dalam unit-unit, disintesiskan untuk melahirkan kesimpulan.
4. Struktur Analisis
Penelitian ini membahas mengenai bagaimana praktik Investor
Relations pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu
(BPMPT) Kota Surakarta dalam menarik minat investor. Penjelasan
dimulai dari bagaimana fungsi Investor Relations bekerja pada institusi
pemerintah daerah. Model Investor Relations yang digunakan oleh
korporasi dipakai sebagai bahan acuan untuk melihat bagaimana
Investor Relations bekerja pada level institusi pemerintah daerah.
Struktur penelitian ini dimulai pada Bab I Pendahuluan yang
berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, objek penelitian,
kerangka pemikiran, kerangka konsep dan metode penelitian. Bab II
berisi fungsi Investor Relations di tubuh pemerintah daerah.
Bab III berisi pelayanan publik dan dukungan investasi di Kota
Surakarta. Bab IV berisi hasil penelitian bagaimana praktik Investor
Relations pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu
(BPMPT) Kota Surakarta. Bab V penutup berisi kesimpulan dan saran.
26
Download