Mengenai Spesies Pesut Deskripsi Morfologis

advertisement
FACTSHEET
IDN
2011
© Alain Compost / WWF-Canon
Pesut
Mengenai Spesies Pesut
Deskripsi Morfologis
Pesut atau lumba-lumba (Orcaella brevirostris) adalah spesies mamalia air (bernafas dengan paru-paru dan menyusui anaknya) yang
menghuni wilayah perairan tropis dan sub-tropis di Asia Selatan dan
Asia Tenggara, seperti India, Indocina, Filipina, hingga bagian utara
Australia., Ada dua species lumba-lumba --atau yang dalam bahasa
Inggris disebut sebagai Irrawaddy dolphin-- di dunia yaitu Orcaella
brevirostris dan Orcaella heinsohni (Snubfin dolphin). Untuk perairan-perairan di Indonesia umumnya dihuni oleh Populasi Orcaella
brevirostris. Diperkirakan populasi tertinggi lumba-lumba terdapat
di perairan hutan bakau Sunderbarn, Bangladesh dan India dengan
populasi sekitar 6000 ekor. Adapun populasi lainnya terdapat di Sungai Mekong Kambodia yaitu sekitar +/- 70 ekor, kemudian di Sungai
Ayeyawardi di Myanmar dan Sungai Mahakam Kalimantan Timur.
Ketiga lokasi ini dikategorikan memiliki populasi paling kritis (Critically Endangered), sedangkan pada lainnya dikategorikan sebagai
rentan (Vulnerable). Di perairan Pulau Kalimantan, spesies ini dapat
ditemukan di perairan air tawar (sungai Mahakam), muara, hingga
pesisir pantai di Sabah, Sarawak, Kalimantan Timur, dan sejak 2011
ditemukan di perairan Kalimantan Barat.
•
Pesut hidup berkelompok dan bergerak dalam kawanan kecil. Biasanya, dalam satu kelompok dapat dijumpai tidak lebih dari 10 ekor pesut, dan individu yang hidup soliter sangat jarang terlihat.Walaupun
mereka hidup di dalam air tawar berlumpur yang menjadikan jarak
pandang tidak begitu tajam, pesut memiliki kelebihan untuk mend-
•
•
•
•
•
Fisiknya mirip beluga, walaupun
lebih berkerabat dekat dengan orca
atau paus pembunuh.
Nama spesies “brevirostris” berasal dari bahasa Latin, yang berarti
“berparuh pendek”.
Pesut di Borneo mempunyai kemiripan morfologis dengan satwa lumba-lumba bungkuk (Sausa chinensis). Akan tetapi, lumba-lumba
bungkuk mempunyai ukuran badan
yang lebih besar, moncong lebih
panjang, dan sirip punggung lebih
lebar.
Umumnya, tubuh pesut berwarna
kelabu - biru tua, bagian bawahnya
berwarna pucat tanpa pola yang
khas.
Berdahi tinggi dan membulat, tidak
bermoncong, sirip punggung kecil
dan membulat di tengah punggung,
dan sirip tangan lebar membulat.
Berat seekor pesut dewasa dapat
mencapai 130 kilogram, dengan
panjang 2-3 meter. Sementara anak
pesut mempunyai berat sekitar 10
kilogram, dengan panjang sekitar 1
meter.
Factsheet: Pesut
eteksi dan menghindari rintangan-rintangan (memiliki echolocation). Spesies ini adalah perenang yang
lambat. Akan tetapi, mereka dapat berenang dengan kecepatan antara 20-25 km/jam apabila merasa
dikejar oleh sebuah kapal yang melintas di habitat mereka, dan dapat menyelam hingga 18 menit apabila
terganggu. Pakan utama pesut adalah udang-udangan, cumi, dan ikan-ikan kecil.
Di Kalimantan, nama setempat untuk spesies ini adalah “lumba-lumba”. Masyarakat lokal tidak mengenal mereka dengan nama “pesut”. Menurut cerita rakyat yang berkembang di masyarakat Kalimantan,
spesies yang dapat hidup hingga berumur 30 tahun ini, merupakan penjelmaan dari dua anak kakakberadik yang dianiaya dan dikutuk oleh ibu tiri mereka.
Pada tahun 2000, pesut diklasifikasikan ke dalam Daftar Merah IUCN, sebagai salah satu spesies yang
sangat terancam punah. Spesies ini juga dilindungi oleh perundang-undangan di Indonesia. Belum ada
referensi yang jelas mengenai jumlah populasi pesut di Indonesia. Menurut Danielle Kreb, dari organisasi
RASI jumlah spesies ini di Sungai Mahakam Kalimantan Timur yaitu sekitar 50-70 ekor dan dikategorikan sebagai species yang sangat kritis (Critically Endangered)
Ekologi dan Habitat
Pada dasarnya, pesut bukanlah lumbalumba sungai, tetapi merupakan lumbalumba laut yang hidup di perairan payau
di dekat pantai dan muara sungai. Habitat pesut di Kalimantan Timur dapat
ditemukan hingga hulu anak-anak sungai Mahakam, dengan jarak sekitar 560
km dari delta dan perairan air asin sungai Mahakam. Menempati posisi teratas
pada ekosistem perairan asin, payau dan
air tawar yang dangkal, di perairan pantai
pesut hidup pada kedalaman tidak lebih
dari 20-30 meter dan di sungai pada kedlaman hingga 50 meter. Sebagai spesies
yang hidup di dua jenis perairan, tawar
dan asin, lumba-lumba dapat menjadi
spesies indikator yang mengindikasikan
sehat atau tidaknya ekosistem perairan
tersebut
Inset: Pesut di Muara perairan Selat Sih, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Foto: WWF-Indonesia / Syahirsyah
Hasil kajian terbaru yang dilakukan oleh WWF-Indonesia menemukan bahwa pesut juga dijumpai di
sistem perairan kawasan bakau dan nipah Batu Ampar, selat-selat sempit, dan sepanjang dekat pantai
Pulau Padang Tikar. Habitat tersebut berada di Kabupaten Kubu Raya dan Kayong Utara, Kalimantan
Barat.
Factsheet: Pesut
Ancaman
Pesut jarang mengalami konflik dengan para nelayan yang tinggal dan mencari nafkah di area habitat
mereka. Akan tetapi, perusakan habitat seperti pembangunan bendungan (di Sungai Mekong, Cambodia
dan Ayeyarwadi, Myanmar river), pertambangan, perusakan hutan untuk pendirian industri kayu arang
dan bahan baku pulp oleh perusahaan komersial beserta aktivitas lalu lintas yang tinggi di perairan tersebut diduga merupakan ancaman utama menurunnya populasi pesut di habitat alam.
Selain itu, di beberapa negara Asia, pesut sengaja ditangkap dan dilatih untuk melakukan pertunjukkan
di akuarium publik. Penampilan kharismatik dan tingkah laku yang unik membuat spesies ini sangat
popular untuk pertunjukkan dolphinariums. Tingginya motivasi komersial untuk menggunakan pesut di
akuarium publik dikarenakan spesies ini dapat hidup di kolam air tawar, sehingga para pengusaha bisnis
ini dapat menghindari tingginya biaya perawatan sistem akuarium laut.
Upaya WWF dalam Konservasi Pesut
URL
Regular
Sejak 2009 hingga saat ini WWF-Indonesia dan mitranya telah melakukan kajian mengenai populasi dan
habitat lumba-lumba di Kalimantan yaitu di Sungai Sesayap Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur pada
2009-2010, dan perairan Kubu Raya & Kayong Utara, Kalimantan Barat pada bulan Oktober 2011. Survey
awal populasi dan sebaran pesut di perairan Kubu Raya dan Kayong Utara tersebut merupakan kajian
Why we
are here
awal, diharapkan
dalam
waktu dekat ini WWF-Indonesia akan mengadakan survey lanjutan di sungaiTo stop the degradation of the planet’s natural environment and
sungai di bagian hulu Jantung Kalimantan seperti Sungai Kapuas, Sejenuh dan Mendawa. Berdasarkan
to build a future in which humans live in harmony and nature.
studi yang komprehensif mengenai populasi dan habitat satwa tersebut diharapkan di masa mendatang
dapat ditentukan langkah-langkah serta kebijakan yang dibutuhkan untuk perlindungan satwa tersebut
dan lingkungan di sekitarnya.
Why we are here
To stop the degradation of the planet’s natural environment and
to build a future in which humans live in harmony with nature.
www.panda.org
www.wwf.or.id
Yayasan WWF-Indonesia
Graha Simatupang Tower 2 Unit C, Lt. 10
Jalan Letjen TB Simatupang
Jakarta Selatan 12540
Telp : (021) 782 9426-29
Fax: (021) 782 9462
3
Download