EVALUASI KERASIONALANPENGGUNAANANTIDIABETIK ORAL

advertisement
EVALUASI KERASIONALANPENGGUNAANANTIDIABETIK
ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II
RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. R.
SOETIJONO BLORA
ARTIKEL
Oleh
IDA ROTUS SAADAH
NIM. 050112A034
PROGRAM STUDI FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
AGUSTUS, 2016
Evaluasi Kerasionalan Penggunaan Antidiabetik Oral Pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe II Rawat Inap Di RSUD Dr. R. Soetijono Blora.
Ida Rotus Saadah
Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
Email : [email protected]
ABSTRAK
Latar Belakang :Kasus diabetes mellitus yang memiliki prevalensi yang cukup
tinggi menempati urutan kedua di Blora pada catatan 10 besar penyakit rawat inap
periode Januari-Desember 2015 dan juga belum pernah dilakukan evaluasi
mengenai kerasionalan antidiabetik oral pada pasien diabetes mellitus tipe II rawat
inap di RSUD Dr. R. Soetijono.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai
kerasionalan penggunaan antidiabetik oral pada pasien diabetes mellitus tipe II
rawat inap di RSUD Dr. R. Soetijono Blora.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan desain
(rancangan) penelitian deskriptif terhadap data rekam medik pasien diabetes
mellitus tipe II. Pengambilan data secara retrospektif selama tahun 2015.
Hasil : Penelitian dari data 81 pasien yang digunakan sebagai sampel berdasarkan
karakteristik pasien menunjukkan hasil lebih banyak ditemukan pada jenis
kelamin perempuan 48 pasien (59,26%) dengan usia 51-60 tahun (41,98%).
Penggunaan antidiabetik oral tunggal yang paling banyak adalah golongan
sulfonilurea dan antidiabetik oral kombinasi adalah golongan sulfonilurea dengan
biguanid. Dengan nilai ketepatan indikasi, ketepatan pasien dan ketepatan obat
sebesar 100%, nilai ketepatan dosis sebesar 100%.
Kesimpulan :Ketepatan indikasi yaitu 100%, ketepatan pasien yaitu 100%,
ketepatan obat yaitu 100%, dan ketepatan dosis 100%.
Kata Kunci : DM Tipe II, ADO, Rasionalitas
Kepustakaan : 24 (2001-2013)
The Rationality Evaluation of the Use of Oral Antidiabeticin Patients with
Diabetes Mellitus Type II Hospitalized in Dr. R. SoetijonoRegional Public
Hospital of Blora
Ida Rotus Saadah
Pharmacy Study Program Ngudi Waluyo School of Health
Email : [email protected]
ABSTRACT
Background:Diabetes Mellitus case has occupiedassecond high prevalence in
Blora on the record of 10 major diseases of hospitalized patientsin the period
January to December 2015, but there is no evaluation of the rationalization of the
oral antidiabetic in patients with Diabetes Mellitus Type II hospitalized in Dr. R.
SoetijonoRegional Public Hospital of Blora.
Objective: This study aims to get a description of the rational use of oral
antidiabetics in patients with Diabetes Mellitus Type II Hospitalized in Dr. R.
SoetijonoRegional Public Hospital ofBlora.
Method: This study was a non-experimental design (design) of descriptive study
of the medical records of patients with diabetes mellitus type II. Collecting data
retrospectively wasin 2015.
Result: The study of 81 patients as the samples showed that there were more
female patients as many as 48 patients (59.26%) at the age of 51-60 years
(41.98%)based on the characteristics of the patient. The most use of a single oral
antidiabeticwas sulfonylurea class, while oral antidiabeticcombination was
sulfonylurea using biguanide. With indication, precision and drugsaccuracy value
at 100%, the value of the dose accuracy was 100%.
Conclusion: The accuracy indication is in the amount of 100%, patientaccuracy is
in the amount of 100%, the drug accuracy is in the amount of 100%, and precision
dose is in the amount of 100%.
Keywords
: DM Type II, ADO, Rationality
Bibliographies: 24 (2001-2013)
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan metabolisme yang
bersifat kronis dengan karakteristik hiperglikemia. Berbagai
komplikasi dapat timbul akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol,
misalnya neuropati, hipertensi, jantung koroner, retinopati, nefropati,
dan gangren (Perkeni, 2011). Diabetes Melitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin atau keduaduanya (ADA, 2015).
Faktor resiko DM tipe II dikategorikan menjadi sosiodemografi,
riwayat kesehatan pola hidup, dan kondisi klinis dan mental. Faktor
sosiodemografi terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, dan
pekerjaan. Untuk faktor riwayat kesehatan terdiri dari riwayat DM
keluarga dan berat lahir. Faktor-faktor pola hidup terdiri dari aktivitas
fisik, konsumsi sayur dan buah, terpapar asap rokok, dan konsumsi
alkohol. Sementara itu, faktor kondisi klinis dan mental terdiri dari
indeks massa tubuh, lingkar perut, tekanan darah, kadar kolesterol, dan
stress (Fitriyani, 2012).
Penyakit diabetes mellitus tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih
umum, lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan diabetes
mellitus tipe I. Prevalensi diabetes mellitus terus meningkat, pada
tahun 1995 prevalensinya 4% dan diperkirakan pada tahun 2025
menjadi 5,4%. Data WHO menyebutkan, angka kejadian diabetes
mellitus di Indonesia mendekati 4,6%, padahal di negara berkembang
diabetes mellitus menyerang masyarakat yang berada pada usia
produktif, yaitu sekitar 45 sampai 65 tahun. Diabetes mellitus
merupakan penyebab utama kebutaan pada dewasa umur 24 sampai 74
tahun, dan berperan dalam berkembangnya penyakit gagal ginjal
terminal. Kurang lebih 82.000 orang mengalami amputasi ekstremitas
bawah setiap tahunnya, dan 75% pasien meninggal dengan diabetes
mellitus tipe II karena gangguan kardiovaskuler (Triplitt dkk., 2005).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 23 April 2016 di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soetijono Blora, didapatkan data
jumlah pasien yang menderita diabetes mellitus tipe II pada tahun 2015
sebanyak 520 orang sedangkan data penderita diabetes mellitus tipe 2
yang terdiri dari 208 pasien laki-laki dan 312 pasien perempuan.
Meskipun kasus diabetes mellitus tipe II di Blora tidak menempati
urutan pertama terbanyak di Jawa Tengah namun diabetes mellitus
menempati urutan kedua di Blora setelah hipertensi diantara penyakit
diare, stroke, tumor, dispepsia, jantung iskhemik, ispa, anemia dan
asma pada catatan 10 besar penyakit rawat inap periode JanuariDesember 2015 dan juga belum pernah dilakukan evaluasi mengenai
kerasionalan antidiabetik oral pada pasien diabetes mellitus tipe II
rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soetijono Blora
tahun 2015. Sehingga penulis tertarik untuk meneliti masalah
kerasionalan penggunaan antidiabetik oral pada pasien diabetes
mellitus tipe II rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.
Soetijono Blora tahun 2015 dilihat dari tepat indikasi, tepat obat, tepat
dosis, dan tepat pasien.
2. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai
kerasionalan penggunaan antidiabetik oral pada pasien diabetes
mellitus tipe II rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.
Soetijono Blora.
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui ketepatan indikasi antidiabetik oral pada
pasien diabetes mellitus tipe II rawat inap di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. R. Soetijono Blora pada tahun 2015.
2) Untuk mengetahui ketepatan obat antidiabetik oral pada pasien
diabetes mellitus tipe II rawat inap di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. R. Soetijono Blora pada tahun 2015.
3) Untuk mengetahui ketepatan pasien antidiabetik oral pada
pasien diabetes mellitus tipe II rawat inap di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. R. Soetijono Blora pada tahun 2015.
4) Untuk mengetahui ketepatan dosis antidiabetik oral pada pasien
diabetes mellitus tipe II rawat inap di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. R. Soetijono Blora pada tahun 2015
B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan desain
(rancangan) penelitian deskriptif (Sugiyono, 2003). Penelitian ini
menggunakan pendekatan retrospektif adalah penelitian yang berusaha
melihat ke belakang (backward looking), artinya pengumpulan data
dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi (Notoatmodjo, 2005).
Penelitian ini untuk mengetahui kerasionalan penggunaan antidiabetik oral
pada pasien diabetes mellitus tipe II dilihat berdasarkan data masa lampau
(tahun 2015) yang diperoleh dari data sekunder berupa rekam medik
yang diambil dari RSUD Dr. R. Soetijono Blora.
Populasi penelitian ini adalah semua pasien diabetes mellitus tipe II
rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soetijono Blora pada
tahun 2015. Sampel dalam penelitian ini adalah populasi yang memenuhi
kriteria inklusi sebanyak 81 pasien. Berikut kriteria inklusi dan eksklusi :
1. Kriteria Inklusi :
a. Pasien diabetes mellitus tipe II rawat inap usia ≥ 40 tahun
b. Pasien diabetes mellitus tipe II rawat inap pada tahun 2015
yang menjalani pengobatan antidiabetik oral
c. Pasien diabetes mellitus tipe II rawat inap pada tahun 2015
tanpa penyakit penyerta
2. Kriteria eksklusi :
a. Data rekam medis dan resep pasien diabetes mellitus tipe II
rawat inap pada tahun 2015 yang tidak lengkap dan tidak
terbaca jelas
b. Data rekam medis pasien diabetes mellitus tipe II rawat inap
pada tahun 2015 yang menggunakan terapi insulin
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 di RSUD Dr. R.
Soetijono Blora dengan menggunakan lembar pengumpulan data.
Dalam penelitian ini analisa univariat digunakan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan tentang evaluasi kerasionalan
penggunaan antidiabetik oral pada pasien diabetes mellitus tipe II.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Pasien
a. Usia
Tabel 4.1. Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Rawat Inap
RSUD Dr. R. Soetijono Blora Berdasarkan Usia
Usia (Tahun)
Jumlah Kasus Presentase (%)
41-50
15
18,52
51-60
34
41,98
61-70
26
32,1
>70
6
7,4
Jumlah
81
100
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa dari 81 pasien Diabetes Mellitus Tipe II
yang telah diambil datanya terlihat usia yang banyak adalah 51-60 tahun
yaitu 34 pasien (41,98%). Penderita diabetes mellitus mulai rentan dan
sering terjadi pada usia >40 tahun. Proses penuaan yang berlangsung setelah
30 tahun mengakibatkan perubahan fisiologi yang cepat, sehingga terjadi
defisiensi sekresi insulin karena gangguan pada sel beta pankreas dan
resistensi insulin, dimana resistensi tersebut cenderung meningkat pada
lansia. Perubahan dimulai dari tingkat sel, berlanjut pada tingkat jaringan
dan akhirnya pada tingkat organ yang dapat mempengaruhi fungi
homeostatis (Smeltzer, 2008).
b. Jenis Kelamin
Tabel 4.2. Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Rawat Inap
Di RSUD Dr. R. Soetijono Blora Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis
Jumlah
Presentase (%)
Kelamin
Kasus
Laki-laki
33
40,74
Perempuan
48
59,26
81
100
Jumlah
Jenis kelamin dari 81 pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang telah
diambil datanya terlihat jenis kelamin yang paling banyak adalah
perempuan yaitu 48 pasien (59,26%) tersaji dalam tabel 4.2. Hal ini
dikarenakan wanita lebih berisiko mengidap diabetes mellitus karena secara
fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih
besar, sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-menopouse
yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat
proses hormonal tersebut sehingga wanita berisiko menderita Diabetes
Mellitus tipe 2 (Irawan, 2010).
c. Gambaran Terapi DM
Tabel 4.3. Distribusi Penggunaan Antidiabetik Oral Pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe II Rawat Inap Di RSUD Dr. R. Soetijono
Blora
Golongan
Jenis Obat
Jumlah Kasus Presentase (%)
Obat
Sulfonilurea Gliclazid
9
11,11
Glimepirid
13
16,05
Glibenklamid
5
6,17
Glikuidon
3
3,70
Biguanid
Metformin
15
18,52
Glimepirid+
17
20,99
Kombinasi Metformin
Gliclazid+
7
8,65
Metformin
Glibenklamid+
11
13,58
Metformin
Gliclazid+Acarbose
1
1,23
Jumlah
81
100
Tabel 4.3. menunjukkan dari 81 pasien Diabetes mellitus Tipe II
yang telah diambil datanya, untuk antidiabetik oral tunggal terbanyak
18,52% adalah pasien yang diberikan terapi metformin, sedangkan
antidiabetik oral kombinasi terbanyak 20,99% adalah pasien diberikan terapi
Glimepirid-Metformin. Tingginya penggunaan golongan sulfonilurea ini
disebabkan karena obat antidiabetes oral golongan sulfonilurea merupakan
obat pilihan (drug of choice) untuk penderita diabetes dewasa baru dengan
berat badan normal dan kurang, serta tidak pernah mengalami ketoasidosis
sebelumnya, selain itu efek samping obat golongan sulfonilurea yang
umumnya ringan dan frekuensi rendah serta mempunyai efek hipoglikemik
yang jarang dan rendah (Depkes RI, 2005).
d. Evaluasi Kerasionalan Pengobatan DM
1. Tepat Indikasi
Tabel 4.4.Kesesuaian indikasi penggunaan antidiabetik oral
Tepat indikasi Jumlah Kasus
Presentase
(%)
0
0
Tidak tepat
81
100
Tepat
Jumlah
81
100
Tabel 4.4 menunjukan 81 (100%) pasien diabetes mellitus tipe II di
RSUD Dr. R. Soetijono Blora telah mendapatkan indikasi yang tepat
berdasarkan diagnosis yang telah ditegakkan yang tercantum pada rekam
medis pasien.
2. Tepat Pasien
Tabel 4.5 Kesesuaian pasien pada pemberian antidiabetik oral
Jenis Obat
Jumlah
Kesesuaian
Presentase
Kasus
dengan standar
(%)
Gliclazide
9
9
100
Glimepirid
13
13
100
Glibenklamid
5
5
100
Gliquidone
3
3
100
Metformin
15
15
100
Sulfonilurea+
35
35
100
Biguanid
Sulfonilurea +
1
1
100
Inhibitor αglukosidase
Jumlah
81
100
Berdasarkan tabel 4.5. menunjukkan ketepatan pasien dalam
pemberian antidiabetik oral di RSUD Dr. R. Soetijono Blora sebanyak 81
(100%) pasien telah mendapatkan obat antidiabetik oral yang sesuai. Karena
data pasien yang diambil merupakan pasien diabetes mellitus tipe II tanpa
komplikasi sehingga tidak ada kontraindikasi yang dialami oleh pasien.
3. Tapat Obat
Tabel 4.6. Kesesuaian pemilihan obat antidiabetik oral
Golongan
Obat
Jenis Obat
Jumlah
Kasus
Kesesuaian
Presentase (%)
Biguanid
Sulfonilurea
Metformin
Glimepirid
Gliclazid
Glikuidon
Glibenklamid
Sulfonilurea+
metformin
Sulfonilurea+
inhibitor αglukoksidase
15
13
9
3
5
35
15
13
9
3
5
35
100
100
100
100
100
100
1
1
100
Kombinasi
81
81
100
Jumlah
Untuk kriteria tepat obat pada tabel 4.6. dari 81 pasien diabetes
mellitus di RSUD Dr. R. Soetijono Blora sebanyak 81 pasien (100%)
diberikan pilihan obat antidiabetes oral yang sesuai dengan riwayat dan
algortima pemilihan obat antidiabetes.
4. Tepat Dosis
Tabel 4.7. Kesesuaian dosis pemberian antidiabetik oral
Jenis Obat
Gliclazid
Glimepirid
Glibenklamid
Glikuidon
Metformin
Glimepirid+metfo
rmin
Gliclazid+metfor
min
Glibenklamid+me
tformin
Gliclazid
+acarbose
Jumlah
Dosis Standar
80-320mg/hari
1-8mg/hari
2,5-20mg/hari
15-180mg/hari
500-2550mg/hari
1-8/1000-2550
mg/hari
80-320/500-2000
mg/hari
2,5-20/1000-2550
mg/hari
80-320/25-100
mg/hari
Jumlah
Kasus
9
13
5
3
15
17
Kesesuaian
9
13
5
3
15
17
Presentase
(%)
100
100
100
100
100
100
7
7
100
11
11
100
1
1
100
81
81
100
Dapat dilihat pada tabel 4.7. pasien diabetes mellitus tipe II rawat
inap di RSUD Dr. R. Soetijono Blora sudah 81 (100%) pasien diberikan
dosis yang tepat. Tepat dosis merupakan ketepatan terhadap besarnya dosis
dan frekuensi antidiabetik oral yang digunakan. Dosis yang diberikan
harus sesuai dengan keadaan pasien dan dosis yang sudah ditetapkan pada
literatur (Drug Information Handbook 2015).
e. Analisis Kerasionalan
Pada penelitian ini pasien sudah mendapatakan ketepatan indikasi,
ketepatan pasien, ketepatan obat dan ketepatan dosis. Sehingga pemberian
terapi antidiabetik oral pada pasien diabetes mellitus tipe II rawat inap di
Rumah sakit umum daerah Dr. R. Soetijono Blora mendapatkan terapi yang
rasional karena telah memenuhi dari keempat kriteria ketepatan dengan nilai
persentase 100% dari setiap kriteria ketepatan meliputi ketepatan pasien,
ketepatan indikasi, ketepatan obat, dan ketepatan dosis.
D. KESIMPULAN
Pada penelitian ini dapat disimpulkan berdasarkan 81 pasien rawat
inap penderita diabetes mellitus di RSUD Dr. R. Soetijono Blora yang
mendapatkan terapi antidiabetik oral, maka dapat dilihat aspek ketepatan
sebagai berikut :
1. Ketepatan indikasi didapatkan 100% atau sejumlah 81 pasien yang
telah mendapatkan indikasi yang sesuai dengan diagnosa yang
ditegakkan.
2. Ketepatan pasien didapatkan 100% pasien mendapatkan terapi
antidiabetik oral yang sesuai dengan kondisi masing-masing pasien.
3. Ketepatan obat didapatkan 100% pasien telah mendapatkan pemilihan
antidiabetik oral yang sesuai diantara obat antidiabetik oral yang lain.
4. Ketepatan dosis didapatkan 100% atau sejumlah 81 pasien yang
mendapatkan dosis yang sesuai dengan kedaan pasien dan sesuai
dengan dosis yang sudah ditetapkan pada literatur.
Pemberian terapi antidiabetik oral pada pasien diabetes mellitus tipe II
rawat inap di RSUD Dr. R. Soetijono Blora rasional karena telah
memenuhi keempat kriteria ketepatan.
E. UCAPAN TERIMAKASIH
Seluruh civitas akademika STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, Ketua
Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Drs. Jatmiko
Susilo, Apt., M.Kes, Dosen Pembimbing I Richa Yuswantina S.Farm., Apt.,
M. Si., Dosen Pembimbing II Nova Hasani F, S.Farm., M.Sc., Apt., RSUD
Dr.R. Soetijono Blora, Abah Ibu saya tercinta serta kakak-kakak saya
F. DAFTAR PUSTAKA
American Pharmacists Association. 2009. Drug Information Handbook. A
Comprehensive Resource For All Clinicians and Healthcare
Professionals. Lexi-Comp. U.S.A.
DepKes RI. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Fitriyani. 2012. Faktor Risiko Diebetes Mellitus Tipe 2 Di Puskesmas
Kecamatan Citangkil Dan Puskesmas Kecamatan Pulo Merak Kota
Cilegon. Universitas Indonesia. Depok.
Irawan, Dedi. 2010. Prevalensi Dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus
Tipe 2 Di Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas
2007). Thesis Universitas Indonesia.
PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia). 2011. Konsensus
Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta..
Smeltzer dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddart. Edisi ke-8 terjemahan H.Y. Kuncara dkk. ECG. Jakarta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.
Triplitt CL, Reasner CA, Isley WL. 2005. Endocrinologic Disorders :
Diabetes mellitus. Medical Publishing Divisionby The Mc Graw Hill
Companies. United States of America.
Download