PENGARUH BIAYA CKPN, BIAYA PENDIDIKAN, BIAYA PROMOSI TERHADAP FUNGSI INTERMEDIASI DENGAN SUKU BUNGA DASAR KREDIT SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI KASUS PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH DI INDONESIA PERIODE BULAN JULI 2013- JUNI 2015) Agung Kurniawan Miyasto Wisnu Mawardi Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang ABSTRACT The purpose of this research is to test the cost of CKPN, cost of education, cost of promotion to Intermediation function with prime lending rate as intervening variable on regional development bank on Indonesian with the 2013, july – 2015 juni period. The population of this research is all the convensional bank in Indonesia. Sampling technique used in this study was purposive sampling method so that in this study the total sample 25 companies with the 2013, july – 2015 juni period. Classic assumption test including normality test, multicollinearity test, autocorrelation test, and linearity test. Analysis used by using path analysis and sobel test with SPSS. The results of this study to the regression model first to show that together the variable cost of CKPN, cost of education, cost of promotion effect the prime lending rate, For the second regression model showed that together the variable cost of CKPN, cost of education, cost of promotion and prime lending rate effect Loan to deposit Ratio (LDR). This research also showed that prime lending rate has mediating effect on the relationship between cost of education with Loan to deposit Ratio (LDR) but prime lending rate hasnt mediating effect on the relationship between cost of CKPN and cost of promotion with Loan to deposit Ratio (LDR) Keyword : cost of CKPN, cost of education, cost of promotion, prime lending rate, Loan to deposit Ratio (LDR) 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan usaha bank masih terkonsentrasi dalam penyaluran kredit disebabkan oleh beberapa alasan yaitu pertama, sifat usaha bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit. Kedua, penyaluran kredit memberikan spread yang pasti sehingga besarnya pendapatan dapat diperkirakan. Ketiga, melihat posisinya dalam pelaksanaan kebijaksanaan moneter, perbankan merupakan sektor usaha yang kegiatannya paling diatur dan dibatasi. Keempat, sumber utama dana bank berasal dari dana masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. (Arisandi, 2008). Hubungan antara DPK dan kredit ditunjukkan oleh Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR menunjukkan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh bank (Kasmir, 2007). Semakin besar Dana Pihak 1 Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh bank dari masyarakat akan meningkatkan keuntungan bank karena pertumbuhan kredit pada perbankan juga semakin meningkat. LDR dapat menjadi indikator untuk menilai fungsi intermediasi, tingkat kesehatan bank, dan likuiditas suatu bank. LDR dapat menjadi indikator utama dalam menilai fungsi intemediasi perbankan. Semakin tinggi penyaluran kredit menggunakan DPK, maka fungsi intermediasi perbankan berjalan dengan sangat baik. Sebaliknya, rendahnya penyaluran kredit menggunakan DPK menunjukkan fungsi intermediasi tidak berjalan dengan lancar, karena DPK tidak disalurkan kembali kepada masyarakat, melainkan digunakan untuk kepentingan lain, misalnya untuk membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI), inventaris, dan sebagainya. LDR juga menjadi salah satu indikator dalam menilai tingkat kesehatan bank. Bank Indonesia memberikan penilaian kesehatan terhadap bank-bank di Indonesia berdasarkan beberapa aspek likuditas dan LDR merupakan salah satu indikatornya. Tingkat LDR suatu bank haruslah dijaga agar tidak menjadi terlalu rendah ataupun terlalu tinggi. Untuk itu, diperlukan suatu standar mengenai tingkat LDR. Besarnya LDR mengikuti perkembangan kondisi ekonomi Indonesia, dan sejak akhir tahun 2004 bank dianggap sehat apabila besarnya LDR antara 80% sampai dengan 110% (Masyhud Ali, 2004). Namun, Sesuai Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/11/PBI/2015 Tentang Perubahan Peraturan BI Nomor 15/15/PBI/2013 Tentang GWM Bank Umum disebutkan perlunya penyesuaian GWM yang dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio(LDR) dalam kebijakan GWM-LDR. Sejalan dengan masuknya SSB yang diterbitkan bank dalam perhitungan LDR maka istilah LDR diganti menjadi Loan to Funding Ratio (LFR). Besaran dan parameter yang digunakan dalam perhitungan GWM LFR ditetapkan sebagai berikut : a. Batas bawah LFR Target sebesar 78% (tujuh puluh delapan persen). b. Batas atas LFR Target sebesar 92% (sembilan puluh dua persen). LDR menunjukkan seberapa jauh tingkat likuiditas suatu bank. Semakin tinggi tingkat LDR, maka semakin tidak likuid suatu bank, artinya bank tersebut akan kesulitan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, seperti adanya penarikan tiba-tiba oleh nasabah terhadap simpanannya. Sebaliknya, semakin rendah tingkat LDR, semakin likuid suatu bank. Akan tetapi keadaan bank yang semakin likuid menunjukkan banyaknya dana menganggur sehingga memperkecil kesempatan bank untuk memperoleh penerimaan yang lebih besar, karena fungsi intermediasi bank tidak tercapai dengan baik. Oleh karena itu, LDR harus dijaga agar tidak terlalu tinggi maupun terlalu rendah. Fenomena besaran biaya-biaya operasional yang mempengaruhi kualitas bank dalam menghimpun dana dan menyalurkan kreditnya juga terjadi pada tingkat biaya pendidikan tenaga kerjanya. Semakin banyak keahlian, ketrampilan setiap tenaga kerjanya maka akan semakin besar peluang untuk dapat mengekspansi kredit dari dana yang dihimpun suatu bank. Teori intermediasi juga memberikan petunjuk bahwa bank harus memiliki keahlian mengumpulkan dana dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kredit, sehingga alokasi biaya pelatihan baik untuk penghimpunan dana maupun penyaluran kredit atau pembiayaan dalam proporsi yang sama. Sejalan dengan signaling theory bahwa biaya pendidikan dan pelatihan pegawai yang meningkat memberikan sinyal terhadap meningkatnya kinerja perusahaan (Mawardi, 2014). Alasan Suku Bunga dasar Kredit (SBDK) sebagai variabel intervening adalah tingkat ekspansi kredit bank dipengaruhi oleh besar kecilnya SBDK tiap bank yang dipublikasikan, dimana persepsi calon nasabah akan berbeda-beda terhadap bank mengenai suku bunga yang dibentuk, pembentukan SBDK ditentukan oleh tiga komponen, yaitu : Cost of Loanable Fund (COLF), Overhead Cost (OHC), dan Spread Profit (SP). Suatu bank bila mampu menjaga besarnya biaya-biaya Overhead Cost yang meliputi biaya CKPN, biaya pendidikan dan biaya promosi maka dapat mempengaruhi nilai besaran SBDK. Jika penentuan besaran SBDK ideal dan kompetitif maka penyaluran kredit akan dapat bersaing dan dapat meningkatkan rasio LDR. Hal ini yang menunjukkan bahwa SBDK mampu memediasi pengaruh biaya CKPN, biaya pendidikan dan biaya promosi terhadap LDR. 2 Secara sederhana bisa diketahui bahwa peningkatan penyaluran kredit yang digambarkan melalui LDR yakni rasio antara jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diperoleh oleh bank, beberapa bulan terakhir ini dipengaruhi pula oleh faktor internal bank itu sendiri. Adapun data keuangan internal yang diduga mempengaruhi LDR terlihat dalam tabel 1.1 berikut ini : Tabel 1.1. Rata-rata LDR, SBDK, Biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan, Biaya Pendidikan, Biaya Promosi Bank Pembangunan Daerah di Indonesia Periode bulan Juli 2013 - Juni 2015 LDR SBDK B. CKPN B. Pendidikan (%) (%) (Rp) (Rp) Juli 2013 73.61 10.10 85,892 1,167 Agustus 2013 75.42 10.41 97,180 1,492 September 2013 72.43 10.48 110,363 898 Oktober 2013 74.82 10.44 124,655 1,272 November 2013 75.15 10.43 137,850 1,195 Desember 2013 92.82 11.11 151,714 2,934 Januari 2014 70.55 10.06 23,354 983 Februari 2014 82.22 10.38 48,220 1,254 Maret 2014 81.73 10.56 47,444 1,223 April 2014 68.58 10.41 82,645 1,172 Mei 2014 65.22 10.47 103,084 1,320 Juni 2014 72.43 10.49 120,009 1,412 Juli 2014 73.77 11.12 147,671 1,767 Agustus 2014 80.20 11.21 166,572 1,224 September 2014 72.88 10.90 168,431 1,486 Oktober 2014 72.77 10.96 169,559 1,305 November 2014 74.49 10.94 199,699 1,368 Desember 2014 90.53 11.67 175,545 2,828 Januari 2015 80.85 10.67 29,779 1,126 Februari 2015 78.28 10.60 59,478 1,264 Maret 2015 72.12 10.60 42,181 1,430 April 2015 66.26 10.53 99,691 1,520 Mei 2015 66.11 10.72 134,083 1,389 Juni 2015 67.51 10.67 103,328 1,442 Sumber : Laporan Keuangan Publikasi BI&OJK (Diolah), 2016 Periode B. Promosi (Rp) 2,857 1,432 2,265 2,588 2,174 4,761 1,117 1,420 1,363 1,542 1,574 1,987 2,224 1,861 2,403 1,934 2,210 5,552 957 1,221 1,660 1,987 2,196 2,009 1.2. Tujuan Penelitian 1. 2. 3. 4. 5. Secara terperinci tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah : Menganalisis pengaruh Biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai aset keuangan (BCkpn) terhadap Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK). Menganalisis pengaruh Biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai aset keuangan (BCkpn) terhadap Loan Deposit Ratio (LDR). Menganalisis pengaruh Biaya Pendidikan (BPend) terhadap Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK). Menganalisis pengaruh Biaya Pendidikan (BPend) terhadap Loan Deposit Ratio (LDR). Menganalisis pengaruh Biaya Promosi (BProm) terhadap Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK). 3 6. 7. 8. Menganalisis pengaruh Biaya Promosi (BProm) terhadap Loan Deposit Ratio (LDR). Menganalisis pengaruh Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) terhadap Loan Deposit Ratio (LDR). Menganalisis Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) memediasi pengaruh Biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai aset keuangan (BCkpn) terhadap Loan Deposit Ratio (LDR). 9. Menganalisis Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) memediasi pengaruh Biaya Pendidikan (BPend) terhadap Loan Deposit Ratio (LDR). 10. Menganalisis Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) memediasi pengaruh Biaya Promosi (BProm) terhadap Loan Deposit Ratio (LDR). 2.ISI 2.1.Telaah Pustaka Dan Pengembangan Model Penelitian 2.1.1. Teori Intermediasi Keuangan Teori intermediasi keuangan pertama kali dikemukakan oleh Schumpeter tahun 1939, yang menyatakan bahwa intermediasi keuangan didasarkan pada meminimumkan biaya produksi dari informasi untuk memecahkan permasalahan insentif. Biaya yang timbul karena bank (intermedier) menerima pendelegasian dari pemilik dana untuk memonitor atas dana yang dipinjamkan kepada debitur. Hal ini memiliki keunggulan dalam hal biaya dalam mengumpulkan informasi, karena alternatif ini merupakan aktivitas setiap bank sehingga lebih menguntungkan jika dibanding pemilik dana melakukan monitoring secara langsung. Sebagai lembaga intermediasi, fungsi intermediasi diukur dengan perbandingan antara jumlah dana pihak ketiga yang dapat dikumpulkan dengan jumlah kredit atau pembiayaan yang disalurkan atau dikenal dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) (Ascarya, 2010). 2.1.2. Teori Loanable Funds Teori suku bunga dengan pendekatan loanable funds meramalkan dan menganalisis perubahan suku bunga dengan menggunakan penawaran dan permintaan dana sebagai dasarnya. Gambar 2.1.2. Kurva Permintaan dan Penawaran dari Loanable Funds S (r ) r r2 r1 A2 B A1 A I2= S1 I1= S2 I,S Sumber : Mankiw edisi keempat, 2000 Kurva penawaran menunjukkan tabungan atau keinginan pemilik dana untuk meminjamkan dana kepada investor. Suku bunga dalam hal ini menunjukkan harga dari loanable funds. Slope kurva penawaran positif menunjukkan semakin tinggi tingkat suku bunga akan mempengaruhi pemilik dana untuk menyediakan dana dengan volume lebih besar. Kurva permintaan menunjukkan investasi atau permintaan peminjaman dana baik secara langsung ke publik atau melalui bank. Suku bunga bagi peminjam menunjukkan biaya dari peminjaman. Slope kurva permintaan negatif yang menunjukkan bahwa semakin tinggi biaya maka semakin rendah dana yang diinginkan peminjam dan sebaliknya (Gambar 2.2 ). 4 2.1.2. Hipotesis yang diajukan Hipotesis-hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut : H1 : BCkpn berpengaruh positif terhadap SBDK H2 : BCkpn berpengaruh negatif terhadap LDR H3 : BPend berpengaruh positif terhadap SBDK H4 : BPend berpengaruh positif terhadap LDR H5 : BProm berpengaruh positif terhadap SBDK H6 : BProm berpengaruh positif terhadap LDR H7 : SBDK berpengaruh negatif terhadap LDR H8 : Terdapat pengaruh mediasi SBDK terhadap hubungan antara BCkpn dengan LDR H9 : Terdapat pengaruh mediasi SBDK terhadap hubungan antara BPend dengan LDR H10 : Terdapat pengaruh mediasi SBDK terhadap hubungan antara BProm dengan LDR. 3. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder tentang Biaya Cadangan kerugian penurunan nilai asset keuangan (BCkpn), Biaya Pendidikan (BPend), Biaya Promosi (BProm), dan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) serta Loan Deposit Ratio (LDR). Data sekunder tersebut diperoleh dari Laporan Keuangan Publikasi Bank Umum Konvensional, Statistik Perbankan Indonesia dan Direktori Perbankan Indonesia pada Bulan Juli 2013 sampai dengan bulan Juni tahun 2015 yang diperoleh dari www.bi.go.id. dan www.ojk.go.id. 3.2. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan bank umum konvensional yang ada di Indonesia sebanyak 145 perusahaan perbankan. Adapun teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu sampel yang ditarik dengan menggunakan beberapa pertimbanganpertimbangan tertentu. Teknik ini memilih kelompok target tertentu untuk memperoleh informasi. Sampel ditetapkan untuk tipe-tipe kelompok tertentu yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan karena kelompok tersebut merupakan satu-satunya pihak yang memiliki informasi atau karena kelompok tersebut sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah di tetapkan peneliti (Sekaran, 1992). Kriteria pemilihan sampel yang akan diteliti dapat dilihat pada Tabel 3.2.1 sebagai berikut : Tabel 3.2. Kriteria Sampel Penelitian No Kriteria Jumlah Bank 1 Bank Umum Konvensional yang menyajikan laporan keuangan periode 145 bulan Juli 2013 sampai dengan bulan Juni 2015 dan dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan atau Otoritas Jasa keuangan. 2 Bank Pembangunan Daerah yang menyajikan laporan keuangan periode 26 bulan Juli 2013 sampai dengan bulan Juni 2015 dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan atau Otoritas Jasa Keuangan. 3 Tersedia data laporan keuangan meliputi biaya pendidikan, biaya CKPN, 25 biaya promosi, SBDK dan LDR selama kurun waktu penelitian yang memenuhi sampel penelitian (periode bulan Juli 2013 sampai dengan bulan Juni 2015). Sumber : Dikembangkan dalam penelitian ini, 2015 3.3. Metode Pengumpulan Data Metode Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan dokumentasi. Dokumentasi merupakan suatu metode pengumpulan data dengan cara menelaah dan mengkaji dokumen-dokumen perusahaan. Metode pengumpulan data pada penelitian ini dengan cara studi dokumenter dari website Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan yang dilakukan dengan 5 mengambil data dari Laporan Keuangan Publikasi Bank Umum Konvensional, Statistik Perbankan Indonesia dan Direktori Perbankan Indonesia periode bulan Juli 2013 sampai dengan bulan Juni 2015. 3.4. Teknik Analisis Pada penelitian ini untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen dalam model penelitian empiris tersebut, maka digunakan model persamaan regresi linear berganda. Model persamaan regresi linier berganda adalah model regresi yang paling tepat untuk menganalisis model penelitian ini. Hal ini disebabkan karena dalam model empiris tersebut terdapat beberapa independen dan variabel dependen, yaitu ada 2 variabel dependen dan ada 3 variabel independen. Selanjutnya untuk menguji pengaruh variable intervening digunakan metode analisis jalur (Path Analysis). Analisis jalur digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh langsung atau berpengaruh tidak langsung terhadap variabel dependen. Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis penelitian terlihat bahwa hubungan antara variabel yang menjadi fokus penelitian ini secara keseluruhan menunjukkan hubungan kausal kompleks dan berjenjang. Hubungan ini melibatkan variabel endogen yaitu LDR dan SBDK; variabel eksogen yaitu BCkpn, BPend, dan BProm. Permasalahan yang memiliki karakteristik hubungan berjenjang dan jenis variabel semacam tersebut, maka teknik analisis yang dapat dipergunakan adalah menggunakan persamaan simultan dengan teknik estimasi path analysis. Program aplikasi SPSS versi 21.0 digunakan untuk membantu dalam menganalisis data yang digunakan dalam penelitian. Model empirik terdiri dari lima variabel, yaitu; BCkpn, BPend, BProm, SBDK dan LDR. Pada model empirik ini terdapat sepuluh hipotesis yang akan diuji. Besarnya nilai error (ε) dicari dengan menggunakan rumus: Pada analisis model empirik digunakan model persamaan regresi sebagai berikut : Model : Sub struktur 1: Yz(SBDK) = β1X1 + β2X2 + β3X3 + e1 Sub struktur 2: Y1(LDR) = β4X1 + β5X2 + β6X3+ β7Yz + e2 Keterangan : X1 adalah BCkpn X2 adalah BPend X3 adalah BProm Yz adalah SBDK Y1 adalah LDR β 1 adalah koefisien jalur X1 dengan Yz β2 adalah koefisien jalur X2 dengan Yz β3 adalah koefisien jalur X3 dengan Yz β4 adalah koefisien jalur X1 dengan Y1 β5 adalah koefisien jalur X2 dengan Y1 β6 adalah koefisien jalur X3 dengan Y1 β7 adalah koefisien jalur Yz dengan Y1 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif Berdasarkan data mentah yang diinput dari Laporan Keuangan Publikasi Bank Umum Konvensional, Statistik Perbankan Indonesia dan Direktori Perbankan Indonesia periode bulan Juli 2013 sampai dengan bulan Juni 2015 maka dapat dihitung rasio dan nilai variabel-variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi Biaya Cadangan kerugian penurunan nilai asset keuangan (BCkpn), Biaya Promosi (BProm), Biaya Pendidikan (BPend), dan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) serta Loan Deposit Ratio (LDR), 6 Pada stastistik deskriptif menjelaskan N merupakan jumlah data amatan, minimum merupakan nilai terendah atas variabel yang dihasilkan perusahaan sampel, maximum merupakan nilai tertinggi atas variabel yang dihasilkan perusahaan sampel, mean merupakan nilai rata-rata atas variabel yang dihasilkan perusahaan sampel, dan standard deviation merupakan nilai penyimpangan data. Pada rata-rata Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 74,71% dengan standard deviasi (SD) sebesar 10,83%; hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai SD lebih kecil daripada rata-rata LDR yang menunjukkan bahwa data variabel LDR mengindikasikan hasil yang baik. Rata-rata LDR sebesar 74,71 % masih di bawah ketentuan standar ideal LDR yakni pada tingkat 78%-92% sesuai peraturan Bank Indonesia Nomor 17/11/PBI/2015. Artinya, pada periode bulan tersebut fungsi intermediasi Bank Pembangunan Daerah dengan rata-rata angka LDR masih dibawah batas minimal standard sebesar 3,29%. Hal ini menunjukkan dana bank masih belum tersalurkan dengan efektif dan ideal dan diharapkan manajemen untuk meningkatkan ekspansi kreditnya. SBDK menunjukkan rata-rata sebesar 10,93% dengan standard deviasi (SD) sebesar 1,28%, Rata-rata SBDK BPD pada periode tersebut masih relatif kompetitif, mengingat di tahun 2016 ini untuk suku bunga kredit perbankan nasional, pemerintah menyalurkan dana kredit ke masyarakat dengan angka terendah sebesar 9% yakni melalui program KUR. Hal ini menunjukkan SBDK bank dengan kemampuan BPD menghimpun dananya masih kompetitif dalam mengekspansi penyaluran kreditnya. Biaya CKPN menunjukkan rata-rata sebesar Rp115.636.100.000,- dengan standard deviasi (SD) sebesar Rp 219.594.083,-. Jika dibandingkan dengan rata-rata biaya operasional selain bunga sebesar Rp452.697.000.000,- artinya persentase rata-rata kontribusi biaya CKPN membentuk biaya operasional selain bunga sebesar 25,54%. Hal ini menunjukkan biaya CKPN yang mencerminkan tingkat kualitas kredit memberikan share biaya operasional selain bunga yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan biaya lainnya. Biaya Pendidikan menunjukkan rata-rata sebesar Rp1.481.874.800,- dengan standard deviasi (SD) sebesar Rp 1.287.901.600,- Jika dibandingkan rata-rata biaya operasional selain bunga sebesar Rp452.697.000.000,- persentase rata-rata kontribusi biaya pendidikan membentuk biaya operasional selain bunga sebesar 0,33%. Hal ini menunjukkan biaya pendidikan yang mencerminkan tingkat anggaran pendidikan SDM memberikan share biaya operasional selain bunga yang relatif sedikit dibandingkan dengan biaya lainnya. Biaya Promosi menunjukkan rata-rata sebesar Rp2.154.803.700,- dengan standard deviasi (SD) sebesar Rp 1.235.753.080,-. Jika dibandingkan rata-rata biaya operasional selain bunga sebesar Rp452.697.000.000,- persentase rata-rata kontribusi biaya promosi membentuk biaya operasional selain bunga sebesar 0,47%. Hal ini menunjukkan biaya promosi yang mencerminkan tingkat anggaran promosi memberikan share biaya operasional selain bunga yang relatif sedikit dibandingkan dengan biaya lainnya. 4.2. Analisis Data 4.2.1. Uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan pengujian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, sampel hasil perhitungan rata-rata rasio keuangan selama 24 bulan tersebut perlu dilakukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu yang meliputi: normalitas, autokorelasi, heteroskedastisitas dan multikolinearitas yang dilakukan sebagai berikut : 4.2.1.1. Uji Normalitas Uji normalitas ini dilakukan karena data yang diuji dengan statistik parametrik harus berdistribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorov Smirnov. Data yang normal ditunjukkan dengan nilai uji Kolmogorov Smirnov yang memiliki signifikan di atas 0,05. Hasil uji Kolmogorov Smirnov dengan SBDK sebagai variabel independen dapat dilihat pada tabel 4.2.berikut ini: 7 Tabel 4.2. Uji Normalitas Unstandardized Residual SBDK Awal Tests of Normality a Unstandardized Res idual Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig. .093 600 .000 Statistic .892 Shapiro-Wilk df 600 Sig. .000 a. Lilliefors Significance Correction Sumber: Data Sekunder yang Diolah Pada tabel 4.2. di atas nilai Kolmogoros Smirnov 0.000 < 0.05 maka data tidak normal maka dilakukan penghilangan Outlier atau data tidak normal. Setelah itu, dilakukan uji normalitas akhir sebagai berikut : Tabel 4.3. Uji Normalitas Unstandardized Residual SBDK Akhir Tests of Normality a Unstandardized Res idual Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig. .060 535 .102 Statistic .977 Shapiro-Wilk df 535 Sig. .000 a. Lilliefors Significance Correction Sumber: Data Sekunder yang Diolah Berdasarkan pada tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa ternyata hasil pengujian untuk normalitas akhir dapat dilihat dari nilai Kolmogorov-Smirnov sig. sebesar 0,102 > 0,05 dapat dikatakan bahwa data pada penelitian ini normal. Hasi uji Kolmogorov-Smirnov dengan LDR sebagai variabel independen dapat dilihat pada tabel 4.4.berikut ini : Tabel 4.4. Uji Normalitas Unstandardized Residual LDR Awal Tests of Normality a Unstandardized Res idual Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig. .033 600 .164 Statistic .985 Shapiro-Wilk df 600 Sig. .000 a. Lilliefors Significance Correction Sumber: Data Sekunder yang diolah Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa ternyata hasil pengujian untuk normalitas akhir dapat dilihat dari nilai Kolmogorov-Smirnov sig. sebesar 0,164 > 0,05 dapat dikatakan bahwa data pada penelitian ini normal. 4.2.1.2. Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan glejser test dengan nilai residual dari SBDK dapat dijelaskan pada Tabel 4.5 sebagai berikut : Tabel 4.5. Hasil Uji Heteroskedastisitas Nilai Residual SBDK Coefficientsa Model 1 (Constant) BIAYA_CKPN BIAYA_PENDIDIKAN BIAYA_PROMOSI Unstandardized Coefficients B Std. Error 1.064 .046 -7,5E-007 .000 4.21E-006 .000 2.01E-005 .000 Standardized Coefficients Beta -.231 .008 .092 t 22.981 -4.093 .135 1.557 Sig. .000 .493 .893 .120 a. Dependent Variable: ABS_RES1 Sumber: Data Sekunder yang diolah Berdasarkan Tabel 4.5 di atas menunjukkan semua variabel independen (Biaya CKPN, Biaya Pendidikan, Biaya Promosi) mempunyai nilai t hitung dibawah 1,96 dan nilai signifikansi di atas 0,05, sehingga menunjukkan tidak adanya pengaruh Biaya CKPN, Biaya Pendidikan, Biaya Promosi terhadap nilai residualnya sehingga tidak terdapat permasalahan heteroskedastisitas. 8 Hasil pengujian heteroskedastisitas secara grafis untuk model persamaan 1 dapat dilihat pada Gambar 4.1 sebagai berikut: Gambar 4.1. Uji Heteroskedastisitas Nilai Residual SBDK Sumber: Data Sekunder yang diolah Gambar 4.1. Scatterplot menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian, dapat disimpulkan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas pada model regresi. Pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan glejser test dengan nilai residual LDR dapat dijelaskan pada Tabel 4.6 sebagai berikut: Tabel 4.6. Hasil Uji Heteroskedastisitas Nilai Residual LDR Coefficientsa Model 1 (Constant) SBDK BIAYA_CKPN BIAYA_PENDIDIKAN BIAYA_PROMOSI Unstandardized Coefficients B Std. Error 11.487 1.385 -.246 .128 -4,8E-007 .000 3.94E-005 .000 -9,8E-005 .000 Standardized Coefficients Beta -.079 -.016 .008 -.050 t 8.292 -1.924 -.300 .150 -.917 Sig. .000 .055 .764 .881 .359 a. Dependent Variable: ABS_RES2 Sumber: Data Sekunder yang diolah Berdasarkan Tabel 4.6 di atas menunjukkan semua variabel independen (Biaya CKPN, Biaya Pendidikan, Biaya Promosi dan SBDK) mempunyai nilai t hitung dibawah 1,96, sehingga menunjukkan tidak adanya pengaruh Biaya CKPN, Biaya Pendidikan, Biaya Promosi dan SBDK terhadap nilai residualnya sehingga tidak terdapat permasalahan heteroskedastisitas. Hasil pengujian heteroskedastisitas secara grafis untuk model persamaan 2 dapat dilihat pada Gambar 4.2 sebagai berikut : Gambar 4.2. Uji Heteroskedastisitas 9 Sumber: Data Sekunder yang diolah Gambar 4.2. Scatterplot menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian maka dapat disimpulkan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas pada model regresi. 4.2.4. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat nilai VIF (variance inflation factor) dan Tolerancedarioutput regresi. Nilai VIF (variance inflation factor) yang lebih dari 10 atau Tolerance yang lebih kecil dari 0,1 menunjukkan adanya gejala multikolinearitas dalam model regresi. Nilai VIF (variance inflation factor) dan Tolerance dari masing-masing variable independen dapat dilihat pada Tabel 4.7 sebagai berikut: Tabel 4.7. Uji Multikolinearitas dengan SBDK sebagai Variabel Dependen Coefficientsa Model 1 (Constant) BIAYA_CKPN BIAYA_PENDIDIKAN BIAYA_PROMOSI Unstandardized Coefficients B Std. Error 10.951 .083 2.72E-007 .000 .000 .000 .000 .000 Standardized Coefficients Beta .047 .123 -.271 t 131.910 .835 2.187 -4.606 Sig. .000 .043 .029 .000 Collinearity Stati stics Tolerance VIF .572 .567 .523 1.750 1.763 1.912 a. Dependent Variable: SBDK Sumber: Data Sekunder yang diolah Berdasarkan hasil pada Tabel 4.7 dapat dijelaskan bahwa nilai VIF (variance inflation factor) dibawah 10 dan nilai tolerance di atas 0,1. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi terbebas dari masalah multikolinearitas, artinya tidak terdapat pengaruh antar variabel independen (Biaya CKPN, Biaya Pendidikan, Biaya Promosi). Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat nilai VIF (variance inflation factor) dan Tolerance dari output regresi. Nilai VIF (variance inflation factor) yang lebih dari 10 atau Tolerance yang lebih kecil dari 0,1 menunjukkan adanya gejala multikolinearitas dalam model regresi. Nilai VIF (variance inflation factor) dan Tolerance dari masing-masing variabel independen dapat dilihat pada Tabel 4.8 sebagai berikut : Tabel 4.8. Uji Multikolinearitas dengan LDR sebagai Variabel Dependen Coefficientsa Model 1 (Constant) SBDK BIAYA_CKPN BIAYA_PENDIDIKAN BIAYA_PROMOSI Unstandardized Coefficients B Std. Error 65.445 2.318 .693 .214 -6,5E-007 .000 .001 .000 .000 .000 Standardized Coefficients Beta .130 -.012 .144 .064 t 28.229 3.234 -.243 2.771 1.198 Sig. .000 .001 .808 .006 .023 Collinearity Stati stics Tolerance VIF .978 .615 .588 .554 1.022 1.627 1.700 1.806 a. Dependent Variable: LDR Sumber: Data Sekunder yang diolah Berdasarkan hasil pada Tabel 4.8 dapat dijelaskan bahwa nilai VIF (variance inflation factor) dibawah 10 dan nilai tolerance di atas 0,1. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi terbebas dari masalah multikolinearitas, artinya tidak terdapat pengaruh antar variabel independen (Biaya CKPN, Biaya Pendidikan, Biaya Promosi dan SBDK). 4.2.1.4. Uji Autokorelasi Penyimpangan autokorelasi dalam penelitian diuji dengan uji Durbin-Watson (DW-test). Hal tersebut untuk menguji apakah model linier mempunyai korelasi antara disturbence error pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Hasil regresi dengan level of significance 0.05 (α= 0.05) dengan sejumlah variabel independen (k = 3) dan banyaknya data (n = 25). Adapun hasil dari uji autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut : 10 Tabel 4.9. Uji Autokorelasi dengan SBDK sebagai Variabel Dependen b Mo del Su mm ary Model 1 R ,520a R Square ,270 Adjust ed R Square ,235 St d. E rror of the Es timate 1.25242 DurbinW atson 1.738 a. Predic tors: (Constant), BIA YA_PROMOSI, BIAY A_CKP N, B IAY A_ PE NDIDIK AN b. Dependent Variable: SB DK Sumber: Data Sekunder yang diolah Berdasarkan hasil hitung Durbin Watson sebesar 1,738; sedangkan dalam Tabel DW untuk “k”=3 dan N=25 besarnya DW-Tabel: dl (batas luar) = 1,118 ; du (batas dalam) = 1,503, 4-dl = 2,882, 4-du =2,497. Oleh karena DW 1,738 berada diantara du dan 4-du, maka uji Durbin-Watson (DW-test) tidak terdapat permasalahan autokorelasi pada model pertama. Gambar 4.3. Daerah Autokorelasi Auto Daer Tidak ada Daer Auto korelasi ah raguAutokorelasi ah ragukorelasi Positif ragu ragu Nergatif 0 dl du D 4-du 4-dl 1,118 1,503 1,738 2,497 2,882 4 Sumber: Data Sekunder yang diolah Berdasarkan gambar 4.3 tersebut menunjukan bahwa Durbin Watson berada di daerah tidak ada Autokorelasi/no-auto correlation. Artinya tidak terdapat kesalahan data pada periode lalu yang mempengaruhi data periode sekarang (Juli 2013 – Juni 2015). Tabel 4.10. Uji Autokorelasi dengan LDR sebagai Variabel Dependen b Mo del Su mm ary Model 1 R ,439a R Square ,193 Adjust ed R Square ,149 St d. E rror of the Es timate 10.87081 DurbinW atson 1,506 a. Predic tors: (Constant), BIA YA_PROMOSI, SBDK, B IAY A_CKP N, B IAY A_ PE NDIDIK AN b. Dependent Variable: LDR Sumber: Data Sekunder yang diolah Berdasarkan hasil hitung Durbin Watson sebesar 1,738; sedangkan dalam Tabel DW untuk “k”=3 dan N=25 besarnya DW-Tabel: dl (batas luar) = 1,118 ; du (batas dalam) = 1,503, 4-dl = 2,882, 4-du =2,497. Oleh karena DW 1,738 berada diantara du dan 4-du, maka uji Durbin-Watson (DW-test) tidak terdapat permasalahan autokorelasi pada model kedua. Gambar 4.4. Daerah Autokorelasi Autokorela Daerah Tidak ada Daerah Autokorelasi si Positif ragu-ragu Autokorelasi ragu-ragu Nergatif 0 dl d D 4-du 4-dl u 1,118 1,503 4 Sumber: Data Sekunder yang diolah 1,506 2,497 11 2,882 Berdasarkan gambar 4.4 tersebut menunjukan bahwa Durbin Watson berada di daerah tidak ada Autokorelasi/no-auto correlation. Artinya tidak terdapat kesalahan data pada periode lalu yang mempengaruhi data periode sekarang (Juli 2013 – Juni 2015). 4.3. Analisis Regresi Berganda Analisis pengaruh biaya cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan, biaya pendidikan, biaya promosi terhadap fungsi intermediasi (LDR) dengan suku bunga dasar kredit sebagai variabel intervening (studi kasus pada bank pembangunan daerah di Indonesia periode bulan juli 2013- juni 2015) dapat dilihat dari hasil analisis regresi berganda. Pengujian koefisien regresi bertujuan untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel dependen dengan variabel-variabel independen baik secara bersama-sama (dengan uji F) maupun secara individual (dengan uji t) serta dengan uji koefisien determinasi. Pada penelitian ini uji hipotesis yang digunakan meliputi; uji koefisien determinasi (R²), pengaruh simultan (F-test) dan uji parsial (t-test). 4.3.1. Persamaan Pertama 4.3.1.1. Uji Koefisien Determinasi (R²) Model Pertama Nilai koefisien determinasi menunjukkan persentase variabel dependen (LDR) yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen (Biaya CKPN, Biaya Pendidikan, Biaya Promosi). Nilai koefisien determinasi dapat diperoleh dari nilai adjusted R². Berdasarkan hasil output SPSS besarnya nilai adjusted R² dapat dilihat pada Tabel 4.11 sebagai berikut: Tabel 4.11. Koefisien Determinasi Model Pertama b Mo del Su mm ary Model 1 R ,520a R Square ,270 Adjust ed R Square ,235 St d. E rror of the Es timate 1.25242 DurbinW atson 1.738 a. Predic tors: (Constant), BIA YA_PROMOSI, BIAY A_CKP N, B IAY A_ PE NDIDIK AN b. Dependent Variable: SB DK Sumber: Data Sekunder yang diolah Pada Tabel 4.11 di atas, nilai koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 0,235% atau 23,5 % hal ini berarti 23,5% variasi SBDK yang bisa dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel bebas yaitu Biaya CKPN, Biaya Pendidikan, Biaya Promosi sedangkan sisanya sebesar 76,5% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model regresi. Variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model yang mempengaruhi SBDK adalah: NPL, Biaya bunga, dan DPK. 4.3.1.2. Uji F (Uji pengaruh secara simultan) Model Pertama Berdasarkan hasil output SPSS nampak bahwa pengaruh secara bersama-sama tiga variabel independen tersebut Biaya CKPN, Biaya Pendidikan, Biaya Promosi terhadap SBDK seperti ditunjukkan pada Tabel 4.12 sebagai berikut : Tabel 4.12. Perhitungan Regresi Simultan Model Pertama ANOV Ab Model 1 Regres sion Residual Total Sum of Squares 35.462 832.907 868.368 df 3 531 534 Mean S quare 11.821 1.569 F 7.536 Sig. .000a a. Predic tors: (Constant), BIAY A_P RO MOS I, B IAY A_CKPN, BIAYA _PE NDIDIKA N b. Dependent Variable: SB DK Sumber: Data Sekunder yang diolah Pada Tabel 4.12 diperoleh nilai F sebesar 7,536 dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Karena F hitung (7,536) > F tabel (1,96) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 5% atau 0,05 yaitu sebesar 0,000 maka model layak (goodness of fit). Artinya, Ho ditolak dan Ha diterima sehingga terdapat pengaruh yang signifikan variabel Biaya CKPN, Biaya Pendidikan, Biaya Promosi secara bersama-sama terhadap variabel SBDK. 12 4.3.1.3. Uji t (Uji pengaruh secara parsial) Model Pertama Berdasarkan hasil output SPSS nampak bahwa pengaruh secara parsial tiga variabel independen tersebut Biaya CKPN, Biaya Pendidikan, Biaya Promosi terhadap SBDK seperti ditunjukkan pada Tabel 4.13 sebagai berikut: Tabel 4.13. Perhitungan Regresi Parsial Model Pertama Coefficientsa Model 1 (Constant) BIAYA_CKPN BIAYA_PENDIDIKAN BIAYA_PROMOSI Unstandardized Coefficients B Std. Error 10.951 .083 2.72E-007 .000 .000 .000 .000 .000 Standardized Coefficients Beta t 131.910 .835 2.187 -4.606 .047 .123 -.271 Sig. .000 .043 .029 .000 Collinearity Stati stics Tolerance VIF .572 .567 .523 1.750 1.763 1.912 a. Dependent Variable: SBDK Sumber: Data Sekunder yang diolah Standard error menunjukkan adanya kesalahan data yang dapat menyebabkan hasil menjadi bias karena besarnya outlierss. Standard error juga digunakan sebagai variabel penyebut dalam perhitungan t hitung.Jika nilai standard error dibawah 1 maka outliersnya relatif rendah, jika nilai standard error di atas 1 maka outliersnya relatif tinggi. Pada hasil perhitungan regresi parsial model pertama pada tabel 4.13 didapatkan nilai standard error dibawah 1 maka outliersnya relatif rendah dan sangat kecil yakni 0,000123, sehingga untuk mengetahui besar-kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya dapat dilihat dari nilai beta unstandardized coefficient sedangkan pada nilai beta standardized coefficient untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan mempengaruhi SBDK sebagai variabel dependen. Dari Tabel 4.13 maka dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : SBDK = 10,951+0,047BCkpn+0,0123Bpend-0,271BProm Hasil pengujian masing-masing variabel independen terhadap variabel dependennya dapat dianalisis sebagai berikut : 1. Variabel BCkpn Pada hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar (0,835) dan nilai signifikansi sebesar 0,043, sehingga nilai signifikansi lebih kecil dari 5% maka hipotesis (H1) diterima yang berarti terdapat pengaruh signifikan positif antara variabel BCkpn dengan variabel SBDK. Biaya CKPN mencerminkan kualitas penyaluran kredit suatu bank. Semakin tinggi Biaya CKPN berarti semakin tinggi resiko yang harus ditanggung suatu bank, dengan kata lain dapat diartikan bahwa bank mempunyai akan meningkatkan biaya pembentuk SBDK yakni biaya diluar biaya dana/overhead cost dimana biaya CKPN termasuk komponen pembentuk biaya diluar biaya dana/overhead cost sehingga harga suku bunga dasar kredit juga akan meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Slamet Riyadi (2012) mengungkapkan bahwa penetapan suku bunga pinjaman dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tersebut di antaranya adalah biaya dana (cost of fund) dan biaya overhead (overhead cost). Hasil penelitian ini mendukung penelitian Robert J.Shiller (2008) yang menyatakan bahwa Biaya CKPN berpengaruh signifikan positif terhadap SBDK. 2. Variabel BPend Pada tabel 4.13 terlihat hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar (2,187) dan nilai signifikansi sebesar 0,029, sehingga nilai signifikansi lebih kecil dari 5% maka hipotesis (H3) diterima yang berarti terdapat pengaruh signifikan positif antara variabel BPend dengan variabel SBDK. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Susan Dynarsk (2014) yang menyatakan bahwa Biaya Pendidikan berpengaruh signifikan positif terhadap SBDK. 3. Variabel BProm Pada tabel 4.13 terlihat hasil perhitungan uji-t diperoleh nilai t hitung sebesar (-4,606) dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 sehingga nilai signifikansi lebih kecil dari 5% namun memiliki beta 13 sebesar -0,271 maka hipotesis (H5) ditolak karena beda arah berarti terdapat hubungan antara variabel BProm dengan variabel SBDK, namun dari hasil penelitian ini berpengaruh negatif variabel BProm terhadap variabel SBDK. Biaya Promosi adalah pengorbanan sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan uang yang telah terjadi secara potensial untuk mencapai tujuan tertentu agar penyampaian informasi dari penjual ke pembeli dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku pembeli (Swastha, 2008). Semakin tinggi biaya promosi dibebankan pada suatu perusahaan maka semakin tinggi pula biaya pembentuk SBDK yakni biaya diluar biaya dana/overhead cost dimana biaya promosi termasuk komponen pembentuk biaya diluar biaya dana/overhead cost sehingga harga suku bunga dasar kredit juga akan meningkat. Namun dalam penelitian ini Bank Pembangunan daerah dalam mengeluarkan Biaya promosi sangat efisien sehingga kontribusi pembentuk ovearhead cost sangat kecil dalam mempengaruhi SBDK Bank Pembanguna Daerah di Indonesia. 4.3.2. Persamaan Kedua 4.3.2.1 Uji Koefisien Determinasi (R²) Model Kedua Nilai koefisien determinasi menunjukkan persentase variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen. Nilai koefisien determinasi dapat diperoleh dari nilai adjusted R². Berdasarkan hasil output SPSS besarnya nilai adjusted R² dapat dilihat pada Tabel 4.14 sebagai berikut : Tabel 4.14. Koefisien Determinasi Model Kedua b Mo del Su mm ary Model 1 R ,439a Adjust ed R Square ,149 R Square ,193 St d. E rror of the Es timate 10.87081 DurbinW atson 1,506 a. Predic tors: (Constant), BIA YA_PRO MO SI, SBDK, B IAY A_CKP N, B IAY A_ PE NDIDIK AN b. Dependent Variable: LDR Sumber: Data Sekunder yang diolah Pada Tabel 4.14 di atas, nilai koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 0,149 atau 14,9% hal ini berarti 14,9% variasi LDR yang bisa dijelaskan oleh variasi dari empat variabel bebas yaitu Biaya CKPN, Biaya Pendidikan, Biaya Promosi dan SBDK sedangkan sisanya sebesar 85,1% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model regresi. Variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model yang mempengaruhi LDR adalah : NPL, Biaya bunga, dan DPK. 4.3.2.2. Uji F (Uji pengaruh secara simultan) Model Kedua Berdasarkan hasil output SPSS nampak bahwa pengaruh secara bersama-sama empat variabel independen tersebut Biaya CKPN, Biaya Pendidikan, Biaya Promosi dan SBDK terhadap LDR seperti ditunjukkan pada Tabel 4.15 sebagai berikut : Tabel 4.15. Perhitungan Regresi Simultan Model Kedua ANOVAb Model 1 Regres sion Residual Total Sum of Squares 4087,581 70313,824 74401,405 df 4 595 599 Mean Square 1021,895 118,174 F 8,647 Sig. ,000a a. Predictors: (Constant), BIAYA_PROMOSI, SBDK, BIAYA_CKPN, BIAYA_ PENDIDIKAN b. Dependent Vari able: LDR Sumber: Data Sekunder yang diolah Pada hasil perhitungan Tabel 4.15 diperoleh nilai F sebesar 8,647 dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Karena F hitung (8,647) > F tabel (1,96) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 5% atau 0,05 yaitu sebesar 0,000 maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga terdapat pengaruh yang signifikan variabel Biaya CKPN, Biaya Pendidikan, Biaya Promosi dan SBDK secara bersama-sama terhadap LDR. 14 4.3.2.3. Uji t (Uji pengaruh secara parsial) Model Kedua Berdasarkan hasil output SPSS nampak bahwa pengaruh secara parsial empat variabel independen tersebut (Biaya CKPN, Biaya Pendidikan, Biaya Promosi dan SBDK) terhadap LDR seperti ditunjukkan pada Tabel 4.16 sebagai berikut : Tabel 4.16. Perhitungan Regresi Parsial Model Kedua Coefficientsa Model 1 (Constant) SBDK BIAYA_CKPN BIAYA_PENDIDIKAN BIAYA_PROMOSI Unstandardized Coefficients B Std. Error 65.445 2.318 .693 .214 -6,5E-007 .000 .001 .000 .000 .000 Standardized Coefficients Beta t 28.229 3.234 -.243 2.771 1.198 .130 -.012 .144 .064 Sig. .000 .001 .808 .006 .023 Collinearity Statistics Tolerance VIF .978 .615 .588 .554 1.022 1.627 1.700 1.806 a. Dependent Variable: LDR Sumber: Data Sekunder yang diolah Pada Tabel 4.16 maka dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: LDR = 65,445-0,012BCkpn+0,144Bpend+0,064Bprom +0,130SBDK Hasil pengujian masing-masing variabel independen terhadap variabel dependennya dapat dianalisis sebagai berikut : 1. Variabel BCkpn Pengujian hipotesis (H2) digunakan untuk menguji apakah Biaya CKPN (BCkpn) berpengaruh negatif terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR). Pada hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar (-0,243) dan nilai signifikansi sebesar 0,808, sehingga nilai signifikansi lebih besar dari 5% maka hipotesis (H2) ditolak yang berarti tidak berpengaruh antara variabel BCkpn dengan variabel LDR. Bertolak belakang dari teori bahwa BCkpn mencerminkan kualitas penyaluran kredit, semakin tinggi BCkpn berarti bank untuk selanjutnya akan semakin rendah kredit yang disalurkan sehingga rasio LDR juga akan rendah. Biaya CKPN tinggi dapat diartikan bahwa bank selanjutnya mempunyai kesempatan yang lebih rendah untuk menyalurkan dananya dalam bentuk kredit. 2. Variabel BPend Pada tabel 4.16 terlihat hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar (2,771) dan nilai signifikansi sebesar 0,006, sehingga nilai signifikansi lebih kecil dari 5% maka hipotesis (H4) diterima yang berarti terdapat pengaruh signifikan positif antara variabel BPend dengan variabel LDR. Sejalan dengan signaling theory bahwa biaya pendidikan yang meningkat memberikan sinyal terhadap meningkatnya kinerja perusahaan. Sesuai konsep biaya kualitas, bahwa biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau telah terdapat produk yang kualitasnya buruk, yang diantaranya adalah biaya pencegahan (prevention cost). Biaya pendidikan dan pelatihan adalah biaya yang disediakan oleh perusahaan yang dimaksud untuk mencegah atau meminimumkan timbulnya produk yang kualitasnya buruk. Semakin tinggi biaya pendidikan untuk sumber daya manusia suatu bank maka akan semakin tinggi kontribusi kinerja karyawan terhadap bank, dimana semakin tinggi penyaluran kredit yang efektif maka akan semakin besar rasio LDR yang akan dicapai. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Jean Dermine (2011) yang menyatakan bahwa Biaya Pendidikan berpengaruh positif terhadap LDR. 3. Variabel BProm Pada tabel 4.16 terlihat hasil perhitungan uji-t diperoleh nilai t hitung sebesar (1,198) dengan nilai signifikansi sebesar 0,023 sehingga nilai signifikansi lebih kecil dari 5% maka hipotesis (H6) diterima berarti ada pengaruh positif antara variabel BProm dengan variabel LDR Biaya Promosi adalah pengorbanan sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan uang yang telah terjadi secara potensial untuk mencapai tujuan tertentu agar penyampaian informasi dari penjual 15 ke pembeli dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku pembeli. Semakin tinggi biaya promosi yang dikeluarkan semakin tinggi pula produk-produk bank yang terjual, baik produk dana maupun kredit, dengan kata lain semakin besar dana yang dapat disalurkan dalam bentuk kredit, maka rasio LDR semakin tinggi. Hasil Penelitian ini, mendukung penelitian Nova Anjar Prastyo (2012) yang menyatakan bahwa Biaya promosi berpengaruh signifikan positif terhadap LDR. 3. Variabel SBDK Pada tabel 4.16 terlihat hasil perhitungan uji-t diperoleh nilai t hitung sebesar (3,234) dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 sehingga nilai signifikansi lebih kecil dari 5% namun memiliki beta sebesar +0,130 maka hipotesis (H5) ditolak karena beda arah berarti terdapat hubungan antara variabel BProm dengan variabel SBDK, namun dari hasil penelitian ini berpengaruh positif antara variabel BProm terhadap variabel SBDK. Kenaikan SBDK pada akhirnya akan mempengaruhi suku bunga tabungan di perbankan. Kenaikan suku bunga tabungan pada bank, akan menarik minat masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank. Hal ini dilakukan untuk mengatasi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Semakin banyak masyarakat yang menabungkan uangnya di bank, hal ini akan membuat bank memiliki dana yang cukup untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat sehingga mendorong peningkatan LDR. Hasil Penelitian ini, bertolak belakang pada teori tersebut namun mendukung penelitian Agustina dan Anthony Wijaya (2013) yang menyatakan bahwa SBDK berpengaruh signifikan positif terhadap LDR. Gambar 4.5. Hasil Penelitian Analisis Pengaruh Biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan, Biaya Pendidikan, Biaya Promosi Terhadap Fungsi Intermediasi Dengan Suku Bunga Dasar Kredit Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia periode Bulan Juli 2013- Juni 2015) +0,144 -0,012 B.CKPN +0,047 +0,123 B.Pend SBDK LDR +0,130 -0,271 +0,064 B.Prom 16 4.4. Sobel Test Hasil pengujian hipotesis kedelapan yaitu pengaruh Biaya CKPN terhadap LDR dengan SBDK sebagai variabel intervening atau mediasi dapat diketahui dengan Sobel test online dengan hasil sebagai berikut : Berdasarkan pada hasil nilai Sobel test nilai p-value sebesar 0.81551243 > 0.05 artinya hipotesis ditolak, Jadi tidak terdapat pengaruh mediasi SBDK terhadap hubungan antara Biaya CKPN dengan LDR. Artinya hipotesis tentang BCkpn yang diduga mampu meningkatkan LDR dengan mediasi SBDK tidak terbukti, hal ini menunjukan bahwa dari SBDK yang dipublikasikan, tidak mempengaruhi hubungan BCkpn terhadap rasio LDR. Hal ini terjadi karena, Bank Pembangunan Daerah di Indonesia dengan besaran nilai SBDK yang telah dipublikasikan dan ekspansi kreditnya membuktikan bahwa Bank Pembangunan Daerah tetap melakukan asas prudentials terbukti biaya CKPN-nya secara umum sangat rendah sehingga tidak mempengaruhi besar kecilnya rasio LDR Bank Pembangunan Daerah. Hasil pengujian hipotesis kesembilan yaitu pengaruh Biaya Pendidikan terhadap LDR dengan SBDK sebagai variabel intervening atau mediasi dapat diketahui dengan Sobel test online dengan hasil sebagai berikut : Berdasarkan pada hasil nilai Sobel test nilai p-value sebesar 0.08602872 > 0.05 artinya hipotesis ditolak namun pada hasil nilai Sobel test nilai p-value sebesar 0.08602872 > 0.10 hipotesis dapat ditrima. Jadi terdapat pengaruh mediasi SBDK terhadap hubungan antara Biaya Pendidikan dengan LDR. Artinya hipotesis tentang Bpend yang diduga mampu meningkatkan LDR dengan mediasi SBDK dapat terbukti, hal ini menunjukan bahwa dari SBDK yang dipublikasikan, dapat mempengaruhi hubungan pendidikan dan pelatihan karyawan terhadap kinerja perusahaan, dengan kata lain SBDK dapat memediasi pengaruh Biaya Pendidikan dalam meningkatkan ekspansi kredit dan penghimpunan dananya sehingga mempengaruhi peningkatan rasio LDR. Hasil pengujian hipotesis kesepuluh yaitu pengaruh Biaya Promosi terhadap LDR dengan SBDK sebagai variabel intervening atau mediasi dapat diketahui dengan Sobel test online dengan hasil sebagai berikut : Berdasarkan pada hasil nilai Sobel test nilai p-value sebesar 0.24628324 > 0.05 artinya hipotesis ditolak Jadi tidak terdapat pengaruh mediasi SBDK terhadap hubungan antara Biaya Promosi dengan LDR. Artinya, hipotesis tentang BProm diduga mampu meningkatkan LDR dengan mediasi SBDK tidak terbukti, hal ini menunjukan bahwa dari SBDK yang dipublikasikan, tidak mempengaruhi hubungan biaya promosi dalam meningkatkan ekspansi kredit agar lebih produktif dan penghimpunan dananya sehingga tidak mempengaruhi peningkatan rasio LDR. Hal ini terjadi karena, Bank Pembangunan Daerah di Indonesia dengan besaran nilai SBDK yang telah dipublikasikan dan penghimpunan dana dan ekspansi kredit membuktikan bahwa Bank Pembangunan Daerah mengeluarkan biaya promosinya secara umum sangat rendah sehingga tidak mempengaruhi besar kecilnya rasio LDR Bank Pembangunan Daerah. 4.5. Pembahasan Sesuai pembahasan di atas sebelumnnya dapat diketahui bahwa dari 10 hipotesis yang diajukan hasilnya terdapat 5 hipotesis yang diterima yakni H1 : BCkpn berpengaruh positif terhadap SBDK, H3 : BPend berpengaruh positif terhadap SBDK, H4 : BPend berpengaruh positif terhadap LDR, H6 : BProm berpengaruh positif terhadap LDR, H9 : SBDK memediasi pengaruh BPend terhadap LDR dan 2 hipotesis ditolak karena beda arah yakni H5 : BProm berpengaruh positif terhadap SBDK, H7 : SBDK berpengaruh negatif terhadap LDR serta 3 hipotesis yang ditolak yakni H2 : BCkpn berpengaruh negatif terhadap LDR, H8 : SBDK memediasi pengaruh BCKPN terhadap LDR, H10 : SBDK memediasi pengaruh BProm terhadap LDR. Hipotesis diterima artinya variabel independen yang terkait berpengaruh signifikan terhadap SBDK dan LDR pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia. Terkait dengan hipotesis yang diterima dan berpengaruh signifikan terhadap LDR dan regulasi perbankan yang ketat dimana manajemen perlu memperhatikan LDR sesuai Ketentuan Bank Indonesia, PBI No. 11/17.2015 tentang LDR yaitu antara rasio 78% hingga 92%, maka manajemen juga pelu 17 mempertimbangkan besar kecilnya Biaya CKPN, Biaya Pendidikan dan Biaya Promosi SBDK. Semakin tinggi LDR maka kinerja bank semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif). Implikasi kebijakan manajerial dapat disarankan yakni, Manajemen perlu meningkatkan Biaya Pendidikan yang berpengaruh positif terhadap LDR, maka agar dapat mencapai LDR yang terkendali tersebut, perusahaan dapat meningkatkan Biaya Pendidikan namun tetap efisiensi dalam aktivitas operasionalnya, sekurang-kurangnya 5% dari realisasi pengeluaran biaya sumber daya manusia tahun sebelumnnya atau sekurang-kurangnya 5% dari anggaran pengeluaran untuk sumber daya manusia. Manajemen perlu meningkatkan Biaya Promosi yang berpengaruh negatif terhadap LDR, maka agar dapat mencapai LDR yang terkendali tersebut, perusahaan dapat menurunkan Biaya Promosi sehingga efisiensi dalam aktivitas operasionalnya atau pengurangan Overhead Cost, dimana biaya promosi yang dikeluarkan atau dikorbankan harus sesuai dengan pemasukan dari aktivitas jasa perbankan. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : Data yang dipergunakan dalam penelitian ini terdistribusi normal, tidak terdapat multikolinieritas, bebas autokorelasi dan bebas heteroskedastisitas. 1. Berdasar hasil pengujian hipotesis 1 menunjukan bahwa secara parsial variabel BCkpn berpengaruh signifikan positif terhadap variabel SBDK sehingga hipotesis 1 diterima. 2. Berdasar hasil pengujian hipotesis 2 menunjukan bahwa secara partial variabel BCkpn tidak berpengaruh terhadap variabel LDR sehingga hipotesis 2 ditolak. 3. Berdasar hasil pengujian hipotesis 3 menunjukan bahwa secara partial variabel Bpend berpengaruh signifikan positif terhadap variabel SBDK sehingga hipotesis 3 diterima. 4. Berdasar hasil pengujian hipotesis 4 menunjukan bahwa secara partial variabel BPend berpengaruh signifikan prositif terhadap variabel LDR sehingga hipotesis 4 diterima. 5. Berdasar hasil pengujian hipotesis 5 menunjukan bahwa secara partial variabel BProm berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel SBDK sehingga hipotesis 5 ditolak karena beda arah. 6. Berdasar hasil pengujian hipotesis 6 menunjukan bahwa secara partial variabel BProm berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel LDR sehingga hipotesis 5 diterima. 7. Berdasar hasil pengujian hipotesis 7 menunjukan bahwa secara partial variabel SBDK berpengaruh signifikan positif terhadap variabel LDR sehingga hipotesis 7 ditolak karena beda arah. 8. SBDK tidak dapat memediasi pengaruh BCkpn terhadap LDR. Hal ini terjadi karena, Bank Pembangunan Daerah di Indonesia dengan besaran nilai SBDK yang telah dipublikasikan dan ekspansi kreditnya membuktikan bahwa Bank Pembangunan Daerah tetap melakukan asas prudentials terbukti biaya CKPN-nya secara umum sangat rendah sehingga tidak mempengaruhi besar kecilnya rasio LDR Bank Pembangunan Daerah. 9. SBDK dapat memediasi pengaruh BPend terhadap LDR pada level 10%. Hal ini menunjukan bahwa dari SBDK yang dipublikasikan, dapat mempengaruhi hubungan pendidikan dan pelatihan karyawan terhadap kinerja perusahaan, dengan kata lain SBDK dapat memediasi pengaruh Biaya Pendidikan Bank Pembangunan Daerah di Indonesia dalam meningkatkan ekspansi kredit dan penghimpunan dananya sehingga mempengaruhi peningkatan rasio LDR. 10. SBDK tidak dapat memediasi pengaruh BProm terhadap LDR. Hal ini terjadi karena, Bank Pembangunan Daerah di Indonesia dengan besaran nilai SBDK yang telah dipublikasikan dan penghimpunan dana dan ekspansi kredit membuktikan bahwa Bank Pembangunan Daerah mengeluarkan biaya promosinya secara umum sangat rendah sehingga tidak mempengaruhi besar kecilnya rasio LDR. 18 5.2. Implikasi Kebijakan Manajerial Implikasi kebijakan manajerial yang disarankan dalam penelitian ini untuk menentukan LDR yang terkendali sesuai ketentuan Bank Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Manajemen perlu meningkatkan Biaya Pendidikan yang berpengaruh positif terhadap LDR, maka agar dapat mencapai LDR yang terkendali tersebut, perusahaan dapat meningkatkan Biaya Pendidikan namun tetap efisiensi dalam aktivitas operasionalnya, sekurang-kurangnya 5% dari realisasi pengeluaran biaya sumber daya manusia tahun sebelumnnya atau sekurang-kurangnya 5% dari anggaran pengeluaran untuk sumber daya manusia. 2. Manajemen perlu meningkatkan Biaya Promosi yang berpengaruh negatif terhadap LDR, maka agar dapat mencapai LDR yang terkendali tersebut, perusahaan dapat menurunkan Biaya Promosi sehingga efisiensi dalam aktivitas operasionalnya atau pengurangan Overhead Cost, dimana biaya promosi yang dikeluarkan atau dikorbankan harus sesuai dengan pemasukan dari aktivitas jasa perbankan. 5.3. Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini telah mendukung beberapa penelitian terdahulu antara lain penelitian Robert J.Shiller (2008) terkait dengan pengaruh positif Biaya CKPN dengan SBDK, kemudian juga seiring dengan temuan Susan Dynarsk (2014) terkait dengan pengaruh yang positif antara Biaya pendidikan dengan SBDK, selanjutnya temuan Jean Dermine (2011) terkait pengaruh yang positif antara Biaya pendidikan dengan LDR dan SBDK Memediasi Hubungan Biaya Pendidikan dgn LDR, kemudian seiring dengan temuan Nova Anjar Prastyo (2012) terkait dengan pengaruh yang positif Biaya promosi terhadap LDR. Terakhir temuan Agustina dan Anthony Wijaya (2013) terkait hubungan pengaruh positif SBDK terhadap LDR. 5.4. Keterbatasan Penelitian Hasil penelitian menunjukan betapa kecilnya pengaruh Biaya CKPN, Biaya Pendidikan, Biaya Promosi terhadap variabel dependennya yaitu LDR yang dapat diterangkan oleh hasil penelitian ini dengan nilai adjusted R square sebesar 14,9% dan sisanya sebesar 85,1% dipengaruhi oleh faktorfaktor lain yang tidak dimasukkan kedalam penelitian ini. Selain itu, periode penelitian hanya menggunakan periode bulanan dari bulan Juli 2013 sampai dengan Juni 2015. 5.5. Agenda Penelitian Mendatang Pada agenda penelitian mendatang disarankan untuk menambah variabel independen yang mempengaruhi LDR seperti: NPL, Biaya bunga, DPK dan atau faktor-faktor eksternal seperti BI rate. Agenda penelitian mendatang perlu memasukkan data yang lebih panjang agar hasil penelitian menjadi lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Agustina dan Wijaya, A. 2013.”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loan Deposit Ratio Bank Swasta Nasional Di Bank Indonesia”.Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil. Volume 3, Nomor 02, Oktober 2013 Ascarya dan Diana Yumanita, 2010. “Determinants of Bank’s Net Interest margin in Indonesia”. Internastional Conference on Eurasian Economies, Central Bank of Indonesia. Berlin Loretta Mitchell, J. Mester. 1998. Deposits and Relationship Lending. Pennsylvania university. Financial Institusions Center Dermine, Jean. 2011. Fund Transfer Pricing for Deposits and Loans, Foundation and Advance. INSEAD, Fontainebleau. 19 Dynarsk, Susan. 2014. An Economist’s Perspective on Student Loans in the United States. National Bureau of Economic Research. ES Working Paper Series, September 2014. Ghozali, Imam. 2012.“Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20”,1st edition, Universitas Diponegoro, Semarang, 2012. Kashmir. 2007. Manajemen Perbankan. PT. Raja Grafindo Persada. Edisi 1:Jakarta. Mankiw, Gregory. 2001. Teori Makroekonomi. Erlangga. Edisi 4: Jakarta. Mawardi, Wisnu. 2014. Membangun Model Profitabilitas bank Melalui Kualitas Kompetensi Fungsional Kredit dan Penggunaan Teknologi Informasi Berbasis Pendapatan. Pustaka Magister. Semarang. Riyadi, Slamet et all. 2012. Evaluasi pengaruh BI rate (SBIR), Cost of Loanable Fund (COLF), Overhead Cost (OHC) dan Spread (SPR) terhadap tingkat suku Bunga Kredit (SBK) perbankan Tahun 2012. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Shiller, Robert J. 2008. Low Interest Rates and High Asset Prices: An Interpretation in Terms of Changing Popular Economic Model. Yale University. Brookings Papers on Economic Activity, 2:2007. Swastha, Basu dan Irawan. 2008. Manajemen Pemasaran Modern. Cetakan Ketiga belas. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta Website : www.bi.go.id www.ojk.go.id 20