Modul Pendidikan Agama Protestan [TM5]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PERTEMUAN V
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
PROTESTAN
POKOK BAHASAN :
“GERAKAN PEMBARUAN GEREJA”
Fakultas
Program Studi
Psikologi
MKCU
Tatap Muka
05
Kode MK
Disusun Oleh
90039
Drs.Sugeng Baskoro, M.M.
Abstract
Kompetensi
Munculnya gerakan pembaruan
gereja
Mahasiswa mampu menjelaskan alasan
gereja membutuhkan pembaruan
internal
“GERAKAN PEMBARUAN GEREJA”
PENDAHULUAN
Latar Belakang Geraja.
Gereja (bahasa Portugis: igreja dan bahasa Yunani: εκκλησία (ekklêsia)) adalah suatu kata
bahasa Indonesia yang berarti suatu perkumpulan atau lembaga dari penganut Kristiani.
Istilah Yunani ἐκκλησία, yang muncul dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen biasanya
diterjemahkan sebagai "jemaat". Istilah ini muncul dalam 2 ayat dari Injil Matius, 24 ayat dari
Kisah Para Rasul, 58 ayat dari surat Rasul Paulus, 2 ayat dari Surat kepada Orang Ibrani, 1
ayat dari Surat Yakobus, 3 ayat dari Surat Yohanes yang Ketiga, dan 19 ayat dari Kitab
Wahyu. kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia memiliki beberapa arti:
1. Arti pertama ialah 'umat' atau lebih tepat persekutuan orang Kristen. Arti ini diterima
sebagai arti pertama bagi orang Kristen. Jadi, gereja pertama-tama bukanlah sebuah
gedung.
2. Arti kedua adalah sebuah perhimpunan atau pertemuan ibadah umat Kristen. Bisa
bertempat di rumah kediaman, lapangan, ruangan di hotel, maupun tempat rekreasi.
3. Arti ketiga ialah mazhab (aliran) atau denominasi dalam agama Kristen. Gereja
Katolik, Gereja Protestan, dll.
4. Arti keempat ialah lembaga (administratif) daripada sebuah mazhab Kristen. Contoh
kalimat “Gereja menentang perang Irak”.
5. Arti terakhir dan juga arti umum adalah sebuah “rumah ibadah” umat Kristen, di
mana umat bisa berdoa atau bersembahyang.
Gereja (untuk arti yang pertama) terbentuk 50 hari setelah kebangkitan Yesus Kristus pada
hari raya Pentakosta, yaitu ketika Roh Kudus yang dijanjikan Allah diberikan kepada semua
yang percaya pada Yesus Kristus.
Gereja di Indonesia.
Gereja di Indonesia sudah hadir sejak abad ke 2 masehi, pertama kali di Fansur/Barus,
Sumatera Utara. Sejak saat itu, sampai sekarang i Indonesia telah terdapat/telah ada banyak
1
sekali jenis-jenis (aliran/semacamnya) Gereja. Pada umumnya Gereja-gereja Kristen di
Indonesia dapat dibagi ke dalam tiga atau empat aliran utama (denominasi utama), yaitu:
Gereja Katolik Roma dibawah kepemimpinan Bapa Sri Paus, Gereja-gereja Protestan yang
merupakan hasil reformasi dan berdiri mandiri, dan Gereja Ortodoks dengan sistem Episkopal nya.
Khusus untuk gereja-gereja dari aliran ritual Pentakosta kadang-kadang digolongkan terpisah
dari kelompok Gereja-gereja Protestan karen perbedaan ritual dan pengakuan iman, meskipun
dari sejarahnya mereka (Pentakosta) muncul dari denominasi-denominasi ajaran Protestan.
Gereja Katolik (Ritus Latin/Barat) dan Gereja Ortodoks (Ritus Oriental/Timur) di Indonesia
biasanya tidak terbagi-bagi menurut denominasi sebagai mana hal nya yang ada pada gerejagereja Protestan/Pentakosta. Karena gereja Protestan dan aliran Pentakosta terbagi-bagi
menjadi unsur gereja yang lebih kecil maka gereja-gereja Kristen Protestan (dan Pentakosta)
memiliki banyak cabang bahkan disetiap daerahnya. Gereja-gereja tersebut dapat
diklasifikasikan menurut ajaran teologi, kelompok etnis, bahasa pengantar, atau gabungan
dari ketiganya.
2
BAB I
Pengertian Gerakan Pembaruan Gereja
Yang menyebabkan timbulnya pembaruan gereja ialah perbedaan antara teologi serta
praktik gereja dengan ajaran Alkitab seperti yang ditemukan oleh Luther. Peristiwa yang
membuat Reformasi itu mulai adalah penjualan surat-surat penghapusan siksa di Jerman oleh
Tetzel. Menentang ucapan-ucapan Tetzel, Luther menyusun ke-95 dalilnya.
Apa yang telah ditemukan oleh seorang guru teologi jauh di daerah, merupakan bahan
peledak yang nanti akan meruntuhkan susunan gereja. Tetapi pemimpin-pemimpin gereja di
pusat tidak menyadari bahaya yang mengancam. Paus Leo X dan tokoh-tokoh gereja lainnya
sibuk merencanakan pembangunan gereja raksasa, yaitu gereja Santo Petrus di Roma, yang
harus melambangkan keagungan Gereja Barat. Untuk mengumpulkan dana bagi proyek itu,
mereka memaklumkan penghapusan siksa bagi orang-orang yang akan memberi sumbangan.
Di Jerman, surat-surat penghapusan siksa itu diperdagangkan oleh Tetzel. Dan perdagangan
itulah yang menjadi pendorong dimulainya Reformasi.
Meskipun Tetzel seorang anggota Ordo Dominikan, namun ia tidak begitu mengindahkan
rumusan-rumusan teologi yang halus. Ajaran resmi mengenai penghapusan siksa itu
menentukan bahwa penghapusaan itu hanya berlaku, kalau orang sungguh-sungguh
menyesali dosanya dan kalau dosa itu telah diampuni melalui sakramen pengakuan dosa.
Namun, Tetzel berusaha meningkatkan penjualan barangnya dengan mengatakan bahwa
surat-surat yang ditawarkannya itu menghapuskan dosa juga dan memperdamaikan orang
dengan Allah. Demikianlah orang mendapat kesan bahwa pengampunan dosa dan
pendamaian dengan Allah bisa diperoleh dengan uang, di luar penyesalan hati dan di luar
sakramen-sakramen juga.
Luther, sebagai seorang imam juga harus menerima pengakuan dosa dari pihak anggotaanggota jemaat. Karena pengalamannya sendiri, maka ia sangat bersungguh-sungguh dalam
hal ini. Kini ia didatangi oleh orang-orang yang menganggap sepi ajakan yang diberikannya
sesudah pengakuan, agar mereka betul-betul menyesal dan menunjukkan penyesalan mereka
dengan perbuatannya. Mereka memperlihatkan kepadanya surat penghapusan siksa sambil
berkata: dosa kami sudah diampuni Luther kaget.
Akhirnya ia mengambil keputusan untuk menjadikan hal ini sebagai pokok pembicaraan
antara sarjana-sarjana teologi.
3
Begitulah ia menyusun 95 dalil mengenai penghapusan siksa, dalam bahasa Latin, bahasa
kaum cendekiawan. Pada tanggal 31 Oktober 1517, ia memperkenalkan dalil-dalil itu dengan
menempelkannya di pintu gereja di Wittenberg.
Sehingga reformasi gereja merupakan sebuah upaya perbaikan tatanan kehidupan yang
didominasi oleh otokrasi gereja yang menyimpang. Reformasi gereja adalah sebuah upaya
perbaikan dan kembali pada ajaran gereja yang lurus, gerakan reformasi berupa sikap kritis
terhadap penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pihak Gereja Katoliik pada
waktu itu terutama adanya penjualan surat pengampunan dosa (disebut surat aflat).
ABAD PERTENGAHAN SAMPAI MUNCULNYA REFORMASI GEREJAI. Karakteristik
abad pertengahan Kristen resmi sebagai agama kekaisaran romawi· Muncul dominasi gereja·
periode Eropa saat bersatunya kembali daerah bekas kekuasaan Kekaisaran Romawi Barat di
bawah
prakarsa
raja Charlemagne·
dimulainya penjelajahan
samudra·
kebangkitan
humanisme· ilmu pengetahuan dan kesenian dimanfaatkan untuk kepentingan religi
II. Latar Belakang Reformasi Gereja
Banyaknya penyimpangan keagamaan diantaranya yaitu:· Dilakukannya penyogokan
oleh pemuka agama kepada petinggi gereja agar mereka memperoleh kedudukan sosial
keagamaaan yang tinggi.· Paus sebagai bapak suci berperilaku amoral yang menyangkut
hubungannya dengan wanita seperti Alexander VI yang memiliki 8 anak haram dari hasil
hubungannya dengan wanita simapannya.· Penjualan surat-surat pengampunan dosa
(indulgencies). Adanya penyimpangan terhadap acara sakramen suci atau ritus pemujaaan
terhadap benda-benda keramat atau tokoh-tokoh suci yang nantinya akan menimbulkan
takhayul dan mitologisasi yang tidak masuk akal, seperti para pastor yang semata-mata
merupakan manusia yang memiliki sifat yang samadengan yang lainnya menganggap dirinya
keramat.2. Korupsi atas nama negara3. Pajak-pajak yang memberatkan karena ambisi
kekuasaan kaum bangsawanlokal4. Kebangkitan nasionalisme di Eropa5. Perkembangan
kapitalisme dan krisis-krisis ekonomi dikawasan imperium Roma.
B. Reformasi Gereja.
Awal gerakan reformasi gereja Protestan terjadi di jerman dengan tokoh utamanya Martin
Luther. Mengapa terjadi di Jerman? Menurut Burns dan Ralph dalam Suhelmi,
4
Ahmad 2001:149-150. Ada beberapa faktor yakni: (1) jerman yang sekitar abad XV-XVI
masih
merupakan
negara
agraris
atau
negara
yang
masih
terbelakang
jika
dibandingkandengan negara-negara Eropa lainnya. Sektor Industri perdagangan dan
manafaktur belum berkembang seperti di Inggris dan Italia. Dan Katolisisme yang
konservatif paling kuatada di Negara ini. Penyembahan terhadap tokoh ataupun benda-benda
keramat dianggapkepercayaan yang wajib di yakini. Penjualan surat-surat pengampunan dosa
paling banyak dijual di Jerman melebihi negara-negara lainnya di Eropa. (2) rakyat Jerman
padasaat itu sebagian besar adalah masyarakat petani yang merupakan kelompok sosial
yang paling menderita akibat adanya kekuasaan gereja katolisisme. Pajak-pajak yang
memberatkan, urusan kepemilikan tanah yang dipersulit oleh pihak gereja, hartakekayaan
yang sering diambil oleh pihak geraja tanpa alasan yang jelas. Faktor-faktor tersebut belum
berdampak serius untuk munculnya gerakanreformasi, tetapi faktor fundamental yang
memicu munculnya gerakan reformasi adalah pada saat itu jerman berada dalam fase transisi
ekonomi, dimana jerman sedang berusaha berpindah dari masyarakat Feodal ke masyarakat
ekonomi frofit (menuju masyarkatkapitalis). Fase transisi ini, sebagaimana di negara-negara
lain, merupakan fase kritis danrawan. Gerakan-gerakan sosial, keagamaan atau pun politik
akan mudah terjadi hanya karena dimuai oleh kerusuhan-kerusuhan kecil. Dalam keadaan
seperti itu, munculah sosok Martin Luther yang mempelopori keharusan adanya
pembaharuan keagamaan. Ia mencetuskan gerakan ReformasiProtestan di Jerman dengan
melakukan berbagai protes sosial-keagamaaan kepada kekuasaan Paus. Melihat berbaga
penyimpangan keagaman di Negerinya (Jerman) ia bergerak untuk memprotesnya.
Puncaknya ketika Paus menjual susrat-surat pengampunan dosa di luar batas.Gerakan
Reformasi Luther dimulai ketika ai membacakan 99 pernyataan protes terhadap gereja dan
lembaga kepeusan yang menjual surat-surat pengampunan dosa itu.Martin Luther menilai
penjualan surat-surat itu bertentangan dengan ajaran YesusKristus. Pembelia surat-surat itu
tidak boleh dipaksakan, harus didasarkan ataskesukarelaan. Berbuat kebajikan seperti
memberi makan fakir miskin dan meminjamkan uang kepada yang membutuhkan jauh lebih
utama dari membeli surat-surat pengampunan dosa.
Gereja atau pemuka agama tidak memiliki hak memberikan pengampunan dosa. Hanya
Tuhan,
atas
dasar
kepercayaan
dan
amal
soleh
individu,
yang
berhak
memberikan pengampunan dosa. Inilah yang dinamakan doktrin Atas dasar keyakinannya
pula Martin Luther menentang doktrin sakramen suci gereja,
5
pastor sebgai mediator antara manusia dengan Tuhan, penyembahan benda dantokoh
keramat, karena menimbulkan kepercayaan-kepercayaan yang tidak logis. Ia beranggapan
bahwa, sakramen hanyalah berguna untuk membantu keimanan tetapi samasekali bukan alat
untuk mencapai rahmat Tuhan dan jalan keselamatan. Mitos keajaiban pastor ditentamgnya
karena akan mengakibatkan terjadinya manipulasi dan pembodohan manusia.Menurut Luther,
apabila manusia ingin selamat ia harus melakukan perbuatan- perbuatan baik yang dianjurkan
tuhan, banyak bertobat (langsung) kepada tuhan tanpa melalui pelantara pastor. Keselamatan
bisa di raih manusia apabila ia bisa mengenyahkan nafsunya, seperti nafsu serakah, nafsu
tamak dan mementingkan diri sendiri. Dalamtulisannya, ON Christian Liberty (Suhelmi,
Ahmad 2001:151), Luther menegaskan bilaseorang memiliki keimana pasti ia akan
melakukan perbuatan-perbuatan baik. Doktrin keimanan dan berbuat baik ini merupakan
wacana yang telah mendesakralisasi lembaga imamat. Doktrin-doktrin Martin Luther ini
meruntuhkan mitos-mitos kesucian yang berada dibalik kekuasaan gereja dan lembagalembaga imamat. Luther beranggapan ia telah melakukan Debunking (meminjam istil;ah
peter berger), atau penelanjangan mitos-mitos sosial dan keagamaan yang melekat pada
individu atau lembaga, sehingga nampak sosoknya yang asli.
6
BAB II
Tokoh Gerakan Pembaruan Geraja
1. Martin Luther
Martin Luther (lahir di Eisleben, Kekaisaran Romawi Suci, 10 November 1483 –
meninggal di Eisleben, Kekaisaran Romawi Suci, 18 Februari 1546 pada umur 62 tahun)
adalah seorang pastur Jerman dan ahli teologi Kristen dan pendiri Gereja Lutheran, gereja
Protestan, pecahan dari Katolik Roma. Dia merupakan tokoh terkemuka bagi Reformasi.
Ajaran-ajarannya tidak hanya mengilhami gerakan Reformasi, namun juga memengaruhi
doktrin, dan budaya Lutheran serta tradisi Protestan. Seruan Luther kepada Gereja agar
kembali kepada ajaran-ajaran Alkitab telah melahirkan tradisi baru dalam agama Kristen.
Gerakan pembaruannya mengakibatkan perubahan radikal juga di lingkungan Gereja Katolik
Roma dalam bentuk Reformasi Katolik. Sumbangan-sumbangan Luther terhadap peradaban
Barat jauh melampaui kehidupan Gereja Kristen. Terjemahan Alkitabnya telah ikut
mengembangkan versi standar bahasa Jerman dan menambahkan sejumlah prinsip dalam seni
penerjemahan. Nyanyian rohani yang diciptakannya mengilhami perkembangan nyanyian
jemaat dalam Gereja Kristen. Pernikahannya pada 13 Juni 1525 dengan Katharina von Bora
menimbulkan gerakan pernikahan pendeta di kalangan banyak tradisi Kristen.
Masa Kecil Martin Luther
Martin Luther (10 November 1483 - 18 Februari 1546) anak dari seorang penambang
bernama Hans Luder dan ibunya, Margarethe.[1] Karena berhasil berkembang dari kalangan
buruh tani, ayahnya bertekad bahwa anaknya harus menjadi pegawai negeri dan memberikan
kehormatan kepada keluarganya. Dengan harapan itulah Hans mengirimkan Martin yang
masih kecil untuk belajar di Mansfeld, Magdeburg dan Eisenach.
Pada usia 17 tahun, di tahun 1501, Luther masuk ke Universitas Erfurt. Mahasiswa yang
muda ini mendapatkan gelar sarjananya pada 1502, dan gelar magisternya pada 1505.
Mengikuti harapan ayahnya, Luther mendaftarkan diri di sekolah hukum di universitas itu.
Semuanya itu berubah ketika pada suatu hari di musim panas tahun 1505, saat terjadi
serangan badai. Petir menyambar di dekatnya ketika ia sedang berjalan pulang dari sekolah.
Dalam ketakutan, ia berseru, "Tolonglah, Santa Anna! Saya akan menjadi biarawan!".
7
Karenanyawanya selamat, Luther meninggalkan sekolah hukumnya dan masuk ke biara
Augustinian di Erfurt. Bisa dibayangkan betapa marah ayahnya kepada Martin, karena
ayahnya menginginkan ia menyelesaikan studi hukumnya.
Pergumulan Martin Luther terhadap kedamaian Allah
Biarawan muda Martin Luther sepenuhnya mengabdikan dirinya pada kehidupan biara,
berusaha melakukan segala perbuatan baik untuk menyenangkan Allah dan melayani orang
lain melalui doa-doa untuk jiwa-jiwa mereka. Ia mengabdikan diri dengan puasa, menyiksa
diri, berdoa selama berjam-jam, melakukan ziarah, dan terus-menerus melakukan pengakuan
dosa. Semakin ia berusaha untuk Allah tampaknya ia semakin sadar akan keberadaannya
yang penuh dengan dosa.
Johann von Staupitz, atasan Luther, menyimpulkan bahwa orang muda ini membutuhkan
lebih banyak pekerjaan untuk mengalihkannya dari rasa kuatirnya yang berlebihan. Ia
memerintahkan biarawan itu untuk mengembangkan kariernya sebagai akademisi. Pada 1507
Luther ditahbiskan menjadi imam. Pada 1508 ia mulai mengajar teologi di Universitas
Wittenberg. Luther mendapatkan gelar sarjananya dalam Studi Alkitab pada 9 Maret 1508,
dan gelar sarjananya dalam Sentences karya Petrus Lombardus (buku ajar teologi yang
terutama pada Zaman Pertengahan), pada 1509. Pada 9 Oktober 1512, Martin Luther
menerima gelar Doktor Teologinya dan pada 21 Oktober 1521, ia "diterima menjadi anggota
senat dosen teologi" dan diangkat menjadi Doktor dalam Kitab Suci.
Teologi Luther tentang Allah
Disiplin yang sangat ketat untuk mendapatkan gelar-gelar akademik dan mempersiapkan
kuliah-kuliah, mendorong Martin Luther untuk mempelajari Kitab Suci secara mendalam.
Karena terpengaruh oleh seruan Humanisme ad fontes ("kembali ke sumbernya"), Luther
menenggelamkan dirinya dalam mempelajari Alkitab dan Gereja perdana. Dengan segera
istilah-istilah seperti penyesalan dan pembenaran mendapatkan makna yang baru bagi Luther.
Ia menjadi yakin bahwa Gereja telah keliru dalam beberapa kebenaran sentral dari
Kekristenan yang diajarkan dalam Kitab Suci -- yang terpenting di antaranya adalah doktrin
tentang pembenaran oleh iman semata. Luther mulai mengajarkan bahwa keselamatan
8
sepenuhnya adalah pemberian dari anugerah Allah melalui Kristus yang diterima oleh iman.
Belakangan, Luther mendefinisikan dan memperkenalkan kembali prinsip tentang
pembedaan yang semestinya antara Hukum Taurat dan Injil yang mendasari teologinya
tentang anugerah.
Secara keseluruhan, Luther percaya bahwa prinsip penafsiran ini merupakan titik awal yang
penting dalam mempelajari Kitab Suci. Luther melihat kegagalan untuk membedakan Hukum
Taurat dan Injil yang semestinya sebagai sumber penghalam Injil Yesus di Gereja pada
masanya, yang pada gilirannya menyebabkan munculnya berbagai kesalahan teologis yang
dasariah.
2. Yohanes Calvin
Yohanes Calvin (bahasa Inggris: John Calvin; bahasa Perancis: Jean Calvin, nama lahir:
Jehan Cauvin (Jean Chauvin); lahir di Noyon, Picardie, Kerajaan Perancis, 10 Juli 1509 –
meninggal di Jenewa, Swiss, 27 Mei 1564 pada umur 54 tahun) adalah teolog Kristen
terkemuka pada masa Reformasi Protestan yang berasal dari Perancis. Namanya kini dikenal
dalam kaitan dengan sistem teologi Kristen yang disebut Calvinisme (Kalvinisme). Ia
dilahirkan dengan nama Jean Chauvin (atau Cauvin) di Noyon, Picardie, Perancis, dari
Gérard Cauvin dan Jeanne Lefranc. Bahasa Perancis adalah bahasa ibunya. Calvin berasal
dari versi Latin namanya, Calvinus.
Yohanes Calvin adalah anak tertua dari 4 putra yang selamat melewati masa bayi dari orang
tuanya. Ayahnya, Gérard Cauvin, mempunyai karir yang bagus sebagai notaris katedral dan
registrar untuk pengadilan eklesiastikal/gerejawi. Ayahnya ini meninggal setelah menderita
kanker testikular selama 2 tahun. Ibunya, Jeanne le Franc, adalah putri pemilik penginapan
dari Cambrai. Ibunya meninggal beberapa tahun setelah kelahiran Calvin karena sakit
payudara (bukan kanker payudara). Gérard mengharapkan tiga putranya — Charles, Jean, dan
Antoine — kelak akan menjadi pendeta. Masa kecil Yohanes Calvin seringkali dihubungkan
dengan Charles de Hangest, salah seorang dari Dua Belas bangsawan tertinggi di Perancis
(twelve Peers of France) yang memerintah di Noyon (tempat Calvin dilahirkan).[1] Calvin
dikenal memiliki hubungan yang dekat dengan beberapa anggota keluarga Hangest. [1]
Kedekatan ini menjadi alasan mengapa Calvin memiliki sikap dan pembawaan selayaknya
9
seorang aristokrat.[1] Calvin cepat dewasa melampaui waktunya; pada usia 12 tahun, ia
dipekerjakan oleh uskup setempat sebagai jurutulis (clerk) dan menerima tonsure, yaitu
pencukuran rambut di ubun-ubun sebagai tanda dedikasi kepada gereja. Ia juga mendapatkan
perlindungan (patronage) dari keluarga Montmors yang berpengaruh.[2] Berkat bantuan
mereka, Calvin dapat kuliah di Collège de la Marche, Paris, di mana ia mempelajari bahasa
Latin dari salah satu guru terbaik, Mathurin Cordier.[3] Segera setelah menyelesaikan
kuliahnya, ia kuliah di Collège de Montaigu dalam bidang filsafat.[4]
Dalam usia 14 tahun, tepatnya pada tahun 1523, ayah Calvin yang berprofesi sebagai seorang
pengacara, mengirimnya ke Universitas Paris untuk belajar humaniora dan hukum.[5] Konon,
Calvin berangkat ke Perancis bersama dengan tiga pemuda dari keluarga Hangst. Pada tahun
1532, ia telah menjadi Doktor Hukum di Orléans. Terbitannya yang pertama adalah sebuah
edisi dari buku karya filsuf Romawi Seneca, De clementia, yang diberikannya komentar yang
mendalam.
Pada 1536 ia menetap di Jenewa, ketika ia dihentikan dalam perjalannya ke Basel, oleh
bujukan pribadi dari William Farel, seorang reformator. Ia menjadi pendeta di Strasbourg dari
1538-1541, lalu kembali ke Jenewa. Ia tinggal di sana hingga kematiannya pada 1564.
Yohanes Calvin berniat menikah untuk menunjukkan sikap positifnya terhadap pernikahan
daripada kehidupan selibat. Ia meminta teman-temannya menolongnya mencarikan seorang
perempuan yang "sederhana, taat, tidak sombong, tidak boros, sabar, dan bisa merawat
kesehatan saya." Pada 1539 ia menikah dengan Idelette de Bure, janda seseorang yang
dulunya anggota Anabaptis di Strasbourg. Idelette mempunyai seorang anak laki-laki dan
perempuan dari almarhum suaminya. Namun hanya anak perempuannya yang pindah
bersamanya ke Jenewa. Pada 1542, suami-istri Calvin mendapatkan seorang anak laki-laki
yang dua minggu kemudian meninggal dunia. Idelette Calvin meninggal pada 1549. Calvin
menulis bahwa istrinya telah banyak menolong dalam pelayanan gerejanya, tidak pernah
menghalangi, tidak pernah menyusahkannya dengan urusan anak-anaknya dan berjiwa besar.
10
Penyebaran Calvinisme
Sebagaimana praktik Calvin di Jenewa, terbitan-terbitannya menyebarkan gagasangagasannya tentang bagaimana Gereja Reformasi yang benar itu ke banyak bagian Eropa.
Calvinisme menjadi sistem teologi dari mayoritas Gereja Kristen di Skotlandia, Belanda, dan
bagian-bagian tertentu dari Jerman dan berpengaruh di Perancis, Hongaria (khususnya di
Transilvania dan Polandia.
Kebanyakan kolonis di daerah Atlantik Tengah dan New England di Amerika adalah
Calvinis, termasuk kaum Puritan dan para kolonis di New Amsterdam (New York). Para
kolonis Calvinis Belanda juga merupakan kolonis Eropa pertama yang berhasil di Afrika
Selatan pada awal abad ke-17, dan menjadi apa yang dikenal sebagai orang Boer atau
Afrikaner.
Sebagian besar wilayah Sierra Leone dihuni oleh para kolonis Calvinis dari Nova Scotia,
yang pada umumnya adalah kaum loyalis kulit hitam, yaitu orang-orang kulit hitam yang
berperang untuk Britania Raya pada masa Perang Kemerdekaan Amerika.
Sebagian dari gereja-gereja Calvinis yang paling besar dimulai oleh para misionaris abad ke19 dan abad ke-20, khususnya di Indonesia, Korea dan Nigeria.
11
BAB III
Ajaran Dan Penyebaran Gerakan Pembaruan Gereja
1. Ajaran Geraja Lutheran ( Martin Luther)
Gereja-gereja Lutheran adalah gereja-gereja yang berasaskan ajaran Martin Luther,
tokoh Reformasi gereja pada abad ke-16 yang mengkritik ajaran dan praktik Gereja pada
waktu itu.
Ajaran khas Martin Luther yang seringkali juga diakui sebagai ciri khas ajaran Reformasi
disimpulkan dalam tiga sola, yaitu sola fide, sola gratia, dan sola scriptura, yang berarti
"hanya iman", "hanya anugerah", dan "hanya Kitab Suci". Maksudnya, Luther menyatakan
bahwa keselamatan manusia hanya diperoleh karena imannya kepada karya anugerah Allah
yang dikerjakannya melalui Yesus Kristus, sebagaimana yang disaksikan oleh Kitab Suci.
(Efesus 2:8-9 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil
usahamu, tetapi pemberian Allah,itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang
memegahkan diri.).
Dengan demikian, Luther menolak ajaran Gereja saat itu yang menjanjikan keselamatan
melalui penjualan surat-surat pengampunan dosa (indulgensia). Luther menyatakan bahwa
manusia diselamatkan bukan karena amal atau perbuatannya yang baik, melainkan sematamata oleh karena anugerah Allah. Hal ini didasarkan pada perkataan Paulus dalam Surat
Roma: "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah
mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8)
Sakramen
Gereja Lutheran mengakui dua sakramen: Pembaptisan dan Perjamuan Kudus. Katekismus
Lutheran mengajarkan bahwa pembaptisan adalah karya Allah, berlandaskan perkataan dan
janji Kristus; sehingga dilayankan baik bagi bayi maupun orang dewasa. Gereja Lutheran
percaya bahwa roti dan anggur dalam perjamuan kudus adalah sungguh-sungguh tubuh dan
darah Kristus yang dianugerahkan kepada umat Kristiani untuk dimakan dan diminum, yang
diperintahkan oleh Kristus sendiri.
12
Banyak Kaum Lutheran yang melestarikan pendekatan liturgis terhadap Ekaristi. Komunitas
Kudus (atau Perjamuan Tuhan) dipandang sebagai tindakan sentral dari pemujaan Kristiani.
Gereja Lutheran percaya bahwa roti dan anggur dalam perjamuan kudus hadir bersama
dengan tubuh dan darah Yesus, bukannya menggantikan atau melambangkan tubuh dan
darah-Nya belaka. Mereka mengaku dalam Apologi dari Pengakuan Augsburg:
“
"...kami tidak menghapuskan Misa namun secara rohaniah mempertahankan dan
membelanya. Di kalangan kami Misa dirayakan setiap Hari Tuhan dan pada hari-hari
raya lainnya, bilamana Sakramen itu disediakan bagi orang-orang yang hendak
mengambil bagian darinya, setelah mereka diperiksa dan diampuni. Kami juga
mempertahankan bentuk-bentuk liturgis tradisional, seperti urut-urutan dalam
pembacaan Alkitab, doa-doa, busana liturgi, dan hal-hal serupa lainnya." (Apologi
dari Pengakuan Augsburg, Artikel XXIV.1) “
Ikonoklasme
Beberapa tokoh reformasi Protestan, khususnya Andreas Karlstadt, Huldrych Zwingli dan
Yohanes Calvin mendukung penyingkiran citra-citra religius dengan mendasarkan pendapat
mereka pada larangan penyembahan berhala dan pembuatan citra pahatan dari Allah dalam
Dekalog (Sepuluh Perintah Allah). Hasilnya, patung-patung dan gambar-gambar dirusak
dalam serangan spontan individual maupun huru-hara ikonoklastis yang tidak sah. Meskipun
demikian, dalam banyak kasus citra-citra religius disingkirkan secara baik-baik oleh otoritas
sipil di kota-kota dan daerah-daerah teritorial Eropa yang baru saja direformasi.
Tidak seperti Gereja-Gereja Protestan lainnya, Gereja-Gereja Lutheran pada umumnya tidak
begitu anti terhadap penggunaan citra-citra religius. Ini disebabkan oleh pernyataan Martin
Luther sendiri bahwa orang-orang Kristen harus bebas untuk menggunakan citra-citra selama
mereka tidak menyembahnya sebagai ganti Allah.
Yang Termasuk Gereja Lutheran
Selain HKBP (Huria Kristen Batak Protestan), gereja-gereja Lutheran di Indonesia umumnya
menyebar di Sumatera Utara, yakni wilayah pelayanan misi RMG (Rheinische Missions13
Gesselschaft) dulu. Gereja-gereja tersebut adalah GKPI (Gereja Kristen Protestan Indonesia),
GKPS (Gereja Kristen Protestan Simalungun), GKPA (Gereja Kristen Protestan Angkola),
GKPPD (Gereja Kristen Protestan Pakpak-Dairi), HKI (Huria Kristen Indonesia), GPKB
(Gereja Punguan Kristen Batak), GKLI (Gereja Kristen Luther Indonesia), GPP (Gereja
Protestan Persekutuan), GKR (Gereja Kristen Rejang).
Gereja-gereja di Nias dan Kepulauan Mentawai juga tergolong gereja-gereja Lutheran, yaitu
BNKP (Banua Niha Keriso Protestan), AMIN (Angowulua Masehi Indonesia Nias), ONKP
(Ora Niha Keriso Protestan), BKPN (Banua Keriso Protestan Nias), dan GKPM (Gereja
Kristen Protestan Mentawai).
Selain menjadi anggota Federasi Lutheran se-Dunia (LWF), banyak dari gereja-gereja di atas
yang juga menjadi anggota PGI.
2. Ajaran Geraja Calivinsme
1. Sola Scriptura, Sola Fide, Sola Gratia
Calvin percaya bahwa Alkitab adalah satu-satunya sumber ajaran gereja yang benar (Sola
Scriptura). Oleh karena itu Calvin menolak pemahaman dan penghargaan atas tradisi sebagai
sumber keyakinan dan ajaran yang setara dengan Alkitab. KRISTUS yang adalah pusat
Alkitab adalah kunci untuk memahami Alkitab, baik Perjanjian Lama yang mengandung
banyak janji tentang KRISTUS maupun Perjanjian Baru yang berisi penggenapan jani-janji
itu. Keselamatan diperoleh hanya karena kasih karunia (Sola Gratia) melalui iman ( Sola
Fide)
2. Hakekat Gereja
Gereja adalah persekutuan orang-orang yang telah diselamatkan karena kasih karunia
ALLAH di dalam YESUS KRISTUS, yang telah dibenarkan, walaupun tetap merupakan
manusia berdosa. Semuanya itu disambut dan diterima manusia melalui iman.
14
3. Sakramen
Calvin mengakui hanya ada dua sakramen yaitu baptisan kudus dan perjamuan kudus. Gereja
yang sejati adalah gereja yang setia memberitakan Firman atau Injil yang murni dan
melayankan sakramen yang murni.
4. Tata Gereja dan jabatan
Menurut Calvin, di dalam gereja ada empat jabatan yaitu gembala atau pendeta (pastor),
pengajar (doctor), penatua (presbyter) dan syamas (diacon). Pendeta bersama para penatua
merupakan konsistori yaitu majelis gereja yang memimpin jemaat dan yang menjalankan
disiplin gereja.
Pendeta, memiliki tugas;
a. Memberitakan Firman dan melayankan sakramen
b. Bersama para penatua mengawasi kehidupan jemaat
c. Menegur warga gereja yang menyimpang dari ajaran dan peraturan gereja
Pengajar adalah semua orang yang terlibat dalam tugas pengajaran, yaitu guru (agama) di
sekolah, guru katekisasi, para dosen teologi. Tugas pengajar adalah mengajarkan hal-hal yang
berhubungan dengan iman Kristen.
Penatua (bersama-sama pendeta) bertugas mengawasi kehidupan gereja. Kewajiban utama
penatua adalah melayankan Firman. Dalam pemerintahan gereja, Calvin memberi tempat dan
wewenang terbesar kepada pendeta daripada kepada penatua.
Diaken (syamas) bertugas mengurus orang sakit, miskin dan menderita. Pada saat itu syamas
tidak termasuk anggota sidang majelis. Ada dua jenis syamas:
a. Syamas yang memegang keuangan gereja.
15
b. Syamas yang ditugasi merawat orang-orang sakit dan orang-orang miskin misalnya di
rumah sakit dan penampungan orang-orang lanjut usia.
Diaken (syamas) tidak hanya membagikan uang kepada orang-orang miskin tetapi juga
memelihara beberapa lembaga yang melayankan kasih.
Tradisi Calvinis menekankan perlunya pejabat atau jabatan gerejawi. Salah satu warisan
tradisi Calvinis adalah sistem pemerintahan presbiterial yang terdiri dari presbiterial sinodal.
Kata Presbiterial menunjukkan adanya otonomi gereja setempat yang dipimpin oleh Majelis
Jemaat. Majelis Jemaat menjadi pimpinan yang mengatur dan mengambil keputusan atas
pelbagai hal kehidupan jemaat lokal. Kata Sinodal menjelaskan bahwa gereja-gereja yang
telah menggabungkan diri pada sinode harus tunduk pada Sinode perihal yang umum dan
yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh gereja setempat. Secara ringkas, dalam sistem
pemerintahan presbiterial-sinodal, semua keputusan jemaat diambil pada tingkat majelis
(presbyterium), sedangkan perkara-perkara yang menyangkut kepentingan seluruh gereja
diputuskan pada tingkat sinode yang diikuti oleh wakil-wakil presbyterium dari setiap jemaat.
5. Disiplin (siasat Gereja)
Yang dimaksud disiplin (siasat gereja) adalah suatu tindakan gereja untuk menegakkan
ketertiban dan pengawasan ajaran gereja serta perilaku warga gereja. Majelis diberi
kepercayaan penuh untuk menegakkan disiplin sehingga keputusan tidak diambil oleh satu
orang melainkan oleh majelis sebagai satu kesatuan. Jika pendeta menerima pengakuan dosa
seseorang, hal itu dipandang sebagai tindakan penggembalaan. Apabila pengakuan dosa
seseorang sangat serius, pendeta harus membicarakannya dengan seluruh anggota majelis.
Calvin menetapkan tiga jenis atau tingkatan tindakan disiplin sesuai dengan jenis dan tingkat
dosa atau kesalahan:
a.
Teguran oleh majelis jemaat
b.
Larangan mengikuti perjamuan kudus
c.
Pengucilan dari jemaat, yang dilakukan atau diumumkan di depan jemaat pada kebaktian
umum.
16
6. Ibadah dan Tata Ibadah
Gereja mengungkapkan imannya melalui ibadah, Ada hubungan yang erat antara keyakinan
atau ajaran dengan ibadah. Oleh karena itu ibadah dan tata ibadah merupakan satu kesatuan,
dengan pokok-pokok ajaran mendasar. Calvin memberikan perhatian yang seimbang terhadap
penataan ibadah, tata gereja dan jabatan gerejawi.
Dalam gereja-gereja Calvinis, ibadah gereja berpusat pada pemberitaan Firman atau khotbah
dan perjamuan kudus (tidak berpusat pada sakramen seperti dalam gereja Katolik Roma)
7. Hubungan Gereja dan Negara
Gereja terpisah dari negara. Masing-masing memiliki otoritasnya. Gereja bisa berbicara
dalam segala bidang kehidupan, termasuk politik dan pemerintahan, namun negara tidak
boleh berbicara tentang hal-hal yang berkaitan dengan urusan keagamaan.
Penyebaran Gereja Calvinisme
Sebagaimana praktik Calvin di Jenewa, terbitan-terbitannya menyebarkan gagasangagasannya tentang bagaimana Gereja Reformasi yang benar itu ke banyak bagian Eropa.
Calvinisme menjadi sistem teologi dari mayoritas Gereja Kristen di Skotlandia, Belanda, dan
bagian-bagian tertentu dari Jerman dan berpengaruh di Perancis, Hongaria (khususnya di
Transilvania dan Polandia.
Kebanyakan kolonis di daerah Atlantik Tengah dan New England di Amerika adalah
Calvinis, termasuk kaum Puritan dan para kolonis di New Amsterdam (New York). Para
kolonis Calvinis Belanda juga merupakan kolonis Eropa pertama yang berhasil di Afrika
Selatan pada awal abad ke-17, dan menjadi apa yang dikenal sebagai orang Boer atau
Afrikaner. Sebagian besar wilayah Sierra Leone dihuni oleh para kolonis Calvinis dari Nova
Scotia, yang pada umumnya adalah kaum loyalis kulit hitam, yaitu orang-orang kulit hitam
yang berperang untuk Britania Raya pada masa Perang Kemerdekaan Amerika.Sebagian dari
gereja-gereja Calvinis yang paling besar dimulai oleh para misionaris abad ke-19 dan abad
ke-20, khususnya di Indonesia, Korea dan Nigeria.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Reformasi_Protestan
http://goresansangpitik.wordpress.com/2012/07/14/reformasi-gereja-1483-1546/
http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Reformed
http://reformed.sabda.org/permulaaan_pembaharuan_gereja_reformasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Martin_Luther
http://faoberte.wordpress.com/2011/09/25/terkutuklah-orang-yang-mendewakan-manusia/
http://id.wikipedia.org/wiki/Yohanes_Calvin#Penyebaran_Calvinisme
http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Lutheran
http://www.suplemengki.com/mengenal-ajaran-calvinis/
Harta dalam Bejana - Sejarah Gereja Ringkas, Penerbit : PT BPK Gunung Mulia Jakarta
Penulis : Dr. Th. Van Den End 2001
Download