J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 43-50. April 2016. ISSN : 2460-9226 AQUAWARMAN JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR Alamat : Jl. Gn. Tabur. Kampus Gn. Kelua. Jurusan Ilmu Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman Uji Aktivitas Antibakteri dan Uji Fitokimia Ekstrak Daun Mangrove Sonneratia alba Anti-bacterial Activity Test and Phytochemical Test Extract of Mangrove Leaves Sonneratia alba Rinda Rizkinita Putri1), Rafitah Hasanah2), dan Indrati Kusimaningrum2) 1) 2) Mahasiswa Konsentrasi Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan-FPIK, Unmul Staf Pengajar Konsentrasi Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan -FPIK, Unmul Fakultas perikanan dan ilmu kelautan Universitas Mulawarman Jl. Gunung Tabur No. 1 Kampus Gunung Kelua Samarinda Email : [email protected] ABSTRACT The research aimed to investigate the antibacterial property and the active compounds contained in Sonneratia alba leaves. The antibacterial activity was evaluated using disc diffusion method against two microorganisms. Maceration was used for extraction with methanol solvents. Methanol extract appeared to showed activity. The antibacterial activities were observed against the gram positive bacteria Staphylococcus aureus and gram negative Escherichia coli. Phytochemical test was conducted on the test alkaloids, saponins, tannins, phenols, flavanoids, steroids and terpenoids. Staphylococcus aureus (6 mm) appeared to be sensitive strain to the concentrations tested since inhibition zone was observed, followed by Escherichia coli (4 mm). The phytochemical test showed that extract of leaves Sonneratia alba positive contains alkaloids, saponins, tannins, phenols, and flavanoids. From this study, it can be conclude that Sonneratia alba exhibits antibacterial activities against certain microorganisms. Keywords : Sonneratia alba, Anti-bacterial test, Phytochemical test 1. LATAR BELAKANG Sonneratia alba adalah salah satu jenis penyusun hutan bakau. Pohon berbatang besar ini sering didapati di bagian hutan yang dasarnya berbatu karang atau berpasir, langsung berhadapan dengan laut terbuka (Heyne, 1987). Di daerah Desa Tanah Kuning Kabupaten Bulungan masyarakat mengenal tanaman ini dengan nama perepat. Masyarakat disekitar memanfaatkan batang Sonneratia alba sebagai bahan bangunan dan bahan bakar ketika tidak ada bahan bakar lainnya. Daun diolah menjadi bahan tambahan untuk bedak dingin maupun sebagai obat cacar. Herawati (2009), menjelaskan bahwa ekstrak kulit batang tumbuhan Sonneratia 43 J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 43-50. April 2016. alba menunjukkan aktivitas antibakteri yang tinggi dan berspektrum luas, sehingga berpotensi sebagai sumber antibakteri alami serta memiliki potensi yang besar sebagai sumber antioksidan alami. Firdaus dan Sinda (2003), mengungkapkan kulit batang Sonneratia alba (kayu buli) oleh masyarakat di Sulawesi Selatan daerah Kabupaten Luwu dan Tana Toraja digunakan dalam proses pembuatan salah satu jenis minuman beralkohol tradisional yang bertujuan untuk mempertahankan aroma dan mencegah rasa kecut dari minuman yang dihasilkan, dan pada proses pembuatan nira aren menjadi minuman beralkohol, kulit batang dapat menghambat reaksi pembentukan asam asetat. Kurniaji (2014), menyatakan bahwa ekstrak daun mangrove Sonneratia alba mampu menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio harveyi secara in Vitro. Mulyani et al (2013), melaporkan bahwa ekstrak daun mangrove Avicennia. Sp dengan konsisten 20.000 ppm mampu menghambat pertumbuhan Aeromonas hydrophila sebesar 17,02 mm pada ikan mas. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan sebagai studi awal aktivitas antibakteri ekstrak daun Sonneratia alba dan menguji kandungan senyawa fitokimia yang ada pada daun Sonneratia alba. Diharapkan penelitian ini dapat diaplikasikan pada hasil – hasil pengolaan perikanan untuk memperpanjang umur simpan. 2. BAHAN DAN METODE a. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian uji aktivitas antibakteri dilakukan pada bulan Desember 2013-April 2014. Tempat pelaksanaan untuk proses ekstraksi penelitian dilakukan di Laboratorium Biokima dan Kimia Analitik Fakultas MIPA Universitas Mulawarman untuk proses maserasi sampel, setelah itu dilanjutkan kembali di Laboratorium Mikrobiologi Perairan dan Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan ISSN : 2460-9226 dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman untuk uji antibakteri. Uji fitokimia di Laboratorium Kimia SMA Negeri 5 Samarinda. b. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Sonneratia alba yang diperoleh di Bulungan, metanol sebagai pelarut dan pengencer ekstrak, bakteri uji yang digunakan Staphylococcus aureus (gram positif) dan Escherichia coli (gram negatif). Bakteri diperoleh di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA Universitas Mulawarman, alumunium foil, media NB (Nutrien Broth) dan media NA (Nutrien Agar), aquades dan antibiotik kloramfenikol. Kertas cakram (ukuran 6 mm). Pereaksi mayer, pereaksi dragendorff, asam sulfat pekat, asam klorida, asam asetat, pita magnesium, etanol, dan FeCl3 merupakan pereaksi yang digunakan dalam uji fitokimia. Alat yang digunakan di dalam penelitian ini adalah blender, alat maserasi, rotary evaporator, corong, kertas saring, timbangan digital, seperangkat alat pipet yaitu mikro pipet untuk mengambil sampel ekstrak dan bakteri dengan satuan volume µL, pipet tetes, pipet volume, erlenmeyer, gelas ukur, botol vial, petri disk , tabung, inkubator. spatula, kapas, jarum ose, bunsen, kertas label. 1). Preparasi Sampel Daun Sonneratia alba dikering anginkan selama kurang lebih 3-5 hari. Daun yang sudah kering kemudian dihancurkan menggunakan blender dan diayak. 2). Ekstraksi Sebanyak 50 gr sampel daun direndam dengan 200 ml metanol, kemudian maserasi selama 24 jam. Maserat yang dihasilkan disaring dengan kertas saring dan selanjutnya diuapkan menggunakan rotary evaporator dengan suhu 60oC selama 1 jam. 3). Uji aktivitas antibakteri 44 J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 43-50. April 2016. Penyegaran dan Kultur Bakteri Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dari biakan murni, masingmasing diambil satu ose dinokulasikan kedalam media NB steril, inkubasi selama 18 jam. Bakteri segar kemudian diinokulasi 100 µl dalam media NA steril. Tuang media agar secara aseptis pada petridish, biarkan memadat. • Uji Antibakteri Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan menggunakan metode difusi dengan cara menempelkan kertas cakram yang berisi ekstrak pada permukaan media agar. Konsentrasi yang diujikan adalah 1 mg/ml, 5 mg/ml, 10 mg/ml, 30 mg/ml, 50 mg/ml, dan 100 mg/ml sebanyak 20 µl. kontrol positif kloramfenikol 25 mg/ml dan kontrol negatif metanol. Inkubasi dengan suhu 37oC selama 18 jam. Amati pertumbuhan mikroba dan diukur diameter hambat yang ditandai dengan daerah bening disekeliling cakram. Konsentrasi ekstrak yang memiliki diameter hambat paling besar diduga mempunyai aktivitas antibakteri yang aktif. • 4) Uji Fitokimia • Alkaloid (Sangi et al. 2008) Prosedur pengujian alkaloid adalah dengan menyiapkan 2 tabung reaksi kemudian menambahkan ekstrak dan 1,5 ml asam klorida 2% pada setiap tabungnya. Pada tabung reaksi I ditambahkan 3 tetes pereaksi Dragendroff, dan untuk hasil positif ditandai ada tidaknya endapan jingga coklat. Pada tabung reaksi II ditambahkan 3 tetes pereaksi Meyer dan hasil positif ditandai ada tidaknya endapan putih kekuningan. • Flavonoid (Harborne, 1987) Prosedur pengujian flavonoid adalah dengan melarutkan ekstrak menggunakan metanol sebanyak 2 ml, ISSN : 2460-9226 kemudian ditambahkan pita magnesium dan 5 tetes asam klorida. Hasil positif ditunjukkan dengan timbulnya warna merah atau jingga. • Saponin (Darwis, 2000) Prosedur pengujian saponin, yaitu ekstrak diencerkan dengan aquades dan ditambahkan 10 tetes asam klorida pekat kemudian dikocok. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya busa yang stabil. • Steroid (Indarto, 2011) Prosedur pengujian steroid, yaitu 2 mg ekstrak ditambahkan dengan 20 ml metanol yang mengandung 2 ml asam sulfat kemudian dididihkan, setelah itu ditambahkan 2 ml asam asetat anhidrat. Hasil positif apabila terjadi perubahan warna menjadi hijau atau biru. • Terpenoid (Indarto, 2011) Prosedur pengujian terpenoid, yaitu ekstrak ditambahkan 10 ml etanol didihkan, setelah itu diambil 5 ml ekstrak kemudian ditambahkan 2 ml kloroform dan 3 ml asam sulfat pekat. Hasil positif apabila terbentuk warna cokelat kemerahan. • Fenol (Harborne, 1987) Prosedur pengujian fenol, yaitu melarutkan ekstrak dalam 1 ml etanol, ditambahkan beberapa tetesn FeCl3 1%. Hasil uji positif ditunjukan oleh warna hijau, merah, ungu, hitam pekat. • Tanin (Harborne, 1987) Prosedur pengujian tannin, yaitu melarutkan ekstrak dengan aquades, kemudian dididihkan selama 5 menit. Setelah dingin ditetesi dengan reagen FeCl3 1% sebanyak 3–5 tetes. Hasil positif apabila terjadi perubahan warna menjadi hitam-biru, biru, dan hijau. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 45 J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 43-50. April 2016. a. Ekstraksi Daun Sonneratia alba Ekstraksi terhadap bahan tanaman bertujuan untuk memisahkan senyawa bioaktif tanaman (biasanya dari senyawa tunggal atau kelompok senyawa). Sebelum dilakukan proses ekstraksi sampel dikecilkan ukurannya untuk memudahkan kontak dengan pelarut sehingga diharapkan semakin banyak bioaktif yang dapat terekstrak (Sari, 2008). Ekstraksi terdiri atas tahap penghancuran sampel, maserasi, penyaringan dan evaporasi. Rendemen merupakan perbandingan berat ekstrak yang diperoleh dengan berat awal sampel yang digunakan. Rendemen menyatakan efektivitas pelarut tertentu terhadap bahan dalam suatu sistem ekstraksi, tetapi tidak menunjukkan tingkat aktivitas ekstrak tersebut (Sari, 2008). ISSN : 2460-9226 Rendemen hasil ekstraksi dari daun Sonneratia alba dengan pelarut metanol adalah 7,9 %. b. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Sonneratia alba. Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun Sonneratia alba bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat aktivitas antibakteri dan untuk mengetahui konsentrasi daya hambat terkecil hingga konsentrasi tertinggi. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menggunakan metode cakram, dan diketahui bahwa sampel ekstrak dari daun Sonneratia alba dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Hasil pengukuran diameter zona hambat dari ekstrak daun Sonneratia alba dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak daun Sonneratia alba Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak daun Sonneratia alba terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureusdapat dilihat pada Gambar 1. (a) (b) Gambar 1. Hasil Uji antibakteri ekstrak daun Sonneratia alba pada bakteri (a), Escherichia coli dan (b) Staphylococcus aureus. (1) Kloramfenikol, (2) Metanol, (3),(4),(5),(6),(7),(8) ekstrak daun Sonneratia alba 46 J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 43-50. April 2016. Berdasarkan pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa hasil dari zona hambat pada bakteri Staphylococcus aureus lebih besar dibandingkan dengan bakteri Escherichia coli. Karena, Bakteri Staphylococcus aureus (gram positif) cenderung lebih sensitif terhadap komponen antibakteri. Hal ini disebabkan oleh struktur dinding sel bakteri gram positif berlapis tunggal yang relatif lebih sederhana sehingga memudahkan senyawa antibakteri untuk masuk ke dalam sel dan menemukan sasaran untuk bekerja. Sedangkan bakteri Escherichia coli (gram negatif) lebih resisten terhadap 8 senyawa antibakteri karena struktur dinding 5 sel gram negatif terdiri dari tiga lapis dan lebih kompleks, yaitu terdiri dari lapisan luar yang berupa lipoprotein, lapisan tengah yang berupa lipopolisakarida dan lapisan dalam berupa peptidoglikan (Pelczar dan Chan, 2008). Kloramfenikol menghasilkan diameter zona bening yang lebih besar dibandingkan diameter zona bening ekstrak daun mangrove Sonneratia alba. Hasil jauh berbeda dibandingkan dengan penelitian Saad (2012), yang melaporkan bahwa zona hambat yang dihasilkan jauh lebih luas yaitu, zona hambat pada bakteri Staphylococcus aureus adalah 11,5 mm dengan konsentrasi 1,0 mg dan 12,5 mm dengan konsentrasi 1,5 mg, pada bakteri Escherichia coli menghasilkan zona hambat 16,0 mm dan 17,5 mm dengan konsentrasi 1,0 mg dan 1,5 mg. Kemungkinan perbedaan ini dikarenakan masih adanya kandungan garam pada ekstrak kering, sehingga garam yang bersifat higroskopis atau mudah menyerap air dapat merusak kandungan yang ada pada ekstrak daun Sonneratia alba. Hendrawan (2015), melaporkan bahwa ekstrak metanol daun X. granatum yang diuji pada bakteri S. aureus dan E. coli tidak menghasilkan zona bening. Mangga et al (2015), ekstrak daun api-api menunjukkan adanya aktivitas antibakteri pada konsentrasi ISSN : 2460-9226 45% dengan bakteri uji Staphylococcus aureus sebesar 18 mm. Pada pengujian menggunakan bakteri uji Escherichia coli daerah zona hambatan terlihat pada konsentrasi 45% adalah 11 mm. Ekstrak daun Sonneratia alba menghambat bakteri lebih baik daripada ekstrak daun X. granatum. Namun, lebih lemah dalam menghambat bakteri dibanding dengan ekstrak daun api-api. Kemungkinan hal ini dikarenakan kandungan senyawa yang ada pada masing-masing ekstrak. c. Pengujian Fitokimia Ekstrak Sonneratia alba Uji kualitatif fitokimia merupakan pengujian untuk mengetahui jenis senyawa metabolit sekunder atau golongan senyawa yang terkandung pada ekstrak. Golongan senyawa dalam ekstrak dapat ditentukan dengan mengamati perubahan warna dan terdapat endapan setelah ditambahkan pereaksi yang spesifik untuk uji kualitatif (Sari, 2008). Hasil penelitian yang diperoleh dari uji fitokimia menunjukkan bahwa hasil positif terdapat pada uji alkaloid dengan pereaksi dragendroff, flavonoid, fenol, saponin, dan tanin. Hasil uji negatif atau yang tidak terdeteksi terdapat pada uji alkaloid dengan pereaksi meyer, steroid dan triterpenoid. Ini mengindikasikan bahwa pada ekstrak metanol daun Sonneratia alba memiliki kemampuan untuk menghambat sistem kerja dari bakteri uji. 47 J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 43-50. April 2016. ISSN : 2460-9226 Tabel 2. Hasil uji fitokimia ekstrak daun Sonneratia alba. Uji Fitokimia Positif Alkaloid - Pereaksi meyer - Terdapat endapan berwarna kuning - Pereaksi dragendroff - Terdapat endapan berwarna jingga coklat Saponin - Terbentuk busa stabil ± 10-15 menit Tanin - Berwarna biru, hitam, hitam-biru, hijau Fenol - Berwarna merah, ungu, hitam pekat, dan hijau Flavanoid - Berwarna merah, dan jingga Steroid dan Terpenoid - Steroid (berwarna hijau atau biru) - Terpenoid (merah kecoklatan) Hasil dari pengujian fitokimia Sonneratia alba mempunyai hasil yang sama dengan penelitian Raut dan Anthapan (2013) yang menyatakan hasil uji kualitatif dari ekstrak metanol daun Sonneratia alba positif mengandung alkaloid dengan pereaksi dragendroff, flavonoid, saponin dan tanin. Alkaloid bekerja sebagai antibakteri dengan cara berinteraksi dengan dinding sel yang berujung pada kerusakan dinding sel. Alkaloid juga dapat berikatan dengan DNA bakteri yang menyebabkan kegagalan sintesis protein (cowan, 1999). Menurut Harborne dalam Lingga dan Rustama (2005), diketahui bahwa saponin mengandung zat yang mampu menghemolisis darah. Diketahui bahwa membran sel darah menyerupai membran sel pada bakteri sehingga proses yang terjadi pada sel bakteri oleh saponin sama seperti yang terjadi pada sel darah merah. Dalam bidang perikanan saponin biasa dimanfaatkan sebagai pestisida alami yang biasa digunakan untuk memberantas hama pengganggu saat persiapan tambak dan kolam (Zaelani, 2014). Mekanisme senyawa fenol sebagai antibakteri pada konsentrasi rendah adalah dengan merusak membran sitoplasma dan dapat menyebabkan kebocoran inti sel, sedangkan pada konsentrasi tinggi senyawa fenol berkoagulasi dengan protein seluler. Aktivitas tersebut sangat efektif ketika bakteri dalam tahap pembelahan dimana lapisan fosfolipid di sekeliling sel sedang dalam kondisi yang sangat tipis sehingga Hasil + + + + + - fenol dapat dengan mudah merusak isi sel (Volk and Wheller, 1984). Sudira et al. (2011) menambahkan bahwa senyawa tanin merupakan senyawa organik yang aktif menghambat pertumbuhan mikroba dengan mekanisme merusak dinding sel mikroba dan membentuk ikatan dengan protein fungsional sel mikroba. Flavanoid secara umum bertindak sebagai antioksidan, yaitu sebagai penangkap radikal bebas karena mengandung gugus hidroksil. Flavanoida bersifat sebagai reduktor sehingga dapat bertindak sebagai donor hydrogen terhadap radikal bebas (Silalahi, J. 2006). Menurut Sabir (2005), senyawa flavonoid dapat merusak permeabilitas dinding sel mikroba, berikatan dengan protein fungsional sel dan DNA sehingga mampu menghambat pertumbuhan mikroba. Hasil ekstraksi daun mangrove yang dilakukan Mulyani et al (2013) menunjukan hasil uji fitokimia senyawa metabolit sekunder pada daun Avicennia sp. hanya mengandung flavanoid dan saponin dan esktrak daun Rhizopora sp mengandung flavanoid, dan saponin. Hendrawan et al (2015), melaporkan hasil uji fitokimia ekstrak daun X. granatum positif hanya mengandung senyawa fenol. Ernianingsih (2014), mengungkapkan ekstrak daun mangrove Achantus ilicifolius mengandung senyawa alkaloid, fenol, saponin, flavanoid dan terpenoid. Ekstrak pada daun Sonneratia alba memiliki kandungan senyawa metabolit yang lebih banyak 48 J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 43-50. April 2016. dibandingkan dengan ekstrak daun Avicennia sp, Rhizopora sp dan X. granatum, yang memiliki potensi besar sebagai sumber antioksidan alami. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian diatas disimpulkan, ekstrak Sonneratia alba memiliki aktivitas antibakteri. Kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada Ekstrak Sonneratia alba adalah alkaloid, fenol, tanin, saponin dan flavanoid. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dari daun Sonneratia alba sehingga disarankan untuk penelitian lebih lanjut yaitu dengan mengaplikasikan ekstrak pada bahan pangan khususnya bidang perikanan. DAFTAR PUSTAKA Cowan, M.M., 1999. Plant Product as Antimicrobial Agents. Clinical Microbiology Reviews. Darwis, D. 2000. Teknik Dasar Laboratorium dalam Penelitian Sentaya Bahan Alam Hayati. Workshop Pengembangan Sumber Daya manusia didalam Bidang Kimia Organik Bahan Alam Hayati. FMIPA UNAND, Padang. Ernianingsih, S. W., Mukarlina., Rizalida. (2014). Entnofarmakologi Tumbuhan Mangrove Achantus ilicifolius L., Acrostichum speciosum L. dan Xylocarpus rumphii Mabb. Di Desa Sungai Tekong Kec. Sungai Kakap Kab. Kubu Raya. Jurnal Protobiont, Vol. 3. No. 2. Firdaus. Sinda, L. 2003. Peranan ulit kayu Buli Sonneratia sp, dalam fermentasi nira aren menjadi minuman beralkohol. Marina Chimica Akta, Jurusan Kimia FMIPA UNHAS. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Penerjemah: Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Edisi Ketiga. Bandung: ITB Press. ISSN : 2460-9226 Herawati, Netti. (2009). Sonneratia alba Sebagai Sumber Senyawa Antibakteri Potensial. Hendrawan., I. Zuraida., B. F. Pamungkas. 2015. Aktivitas Antibakteri Ekatrak Metanol Xylocarpus granatum Dari Pesisir Muara Badak. Jurnal Perikanan Tropis. Vol. 20. No. 2. Indarto. 2011. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Golongan Senyawa Organik dari Kulit dan Kayu Batang Tumbuhan Artocarpus dadah Miq. http://indartoalkimia.blogspot.com. Diakses pada 07 Juli 2014 Kurniaji, Ardana. 2014. Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Mangrove (Sonneratia alba) Pada Bakteri (Vibrio harveyi) Secara In Vitro. Jurnal. Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan. Universitas Halu Oleo. Kendari. Lingga, M.E.,dan Rustama, M.M. 2005. Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Air dan Etanol Bawang Putih (Allium sativum L.) Terhadap Bakteri Gram Negatif dan Gram Positif yang Diisolasi dari Udang Dogol (Metapenaeus monoceros), Udang Lobster (Panulirus sp.), dan Udang Rebon (Mysisdan Acetes). Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Padjadjaran. Mangga, N. R., Boekoesoe. L., Mustapa M. A. (2015). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Daun Api-Api (Avicennia marina ) Terhadap Bakteri (Staphylococcus aureus dan Escherchia coli). Vol. 3. No. 3 Mulyani, Y., E. Bachtiar., M. U. Kurnia. A., (2013) Peranan Senyawa Metabolit Sekunder Tumbuhan Mangrove Terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophilla Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Jurnal Akuatika. Vol. IV. No. 1. Pelczar, M.J, Chan, E.C.S. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press. Terjemahan dari: Elements of Micribiology. Raut, S.V., Anthaphan, P.D. 2013. Studies on antimicrobial activity of eaves extract of 49 J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 43-50. April 2016. ISSN : 2460-9226 Sonneratia alba. Current Research in Micribiology and Biotechnology. Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia Dalam Farmasi. ITB. Bandung. Saad, S, Taher, M, Susanti, D, Qaralleh, H & Izyani, AF, 2012. In vitro antimicrobial activity of mangrove plant Sonneratia alba. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine. http://ncbi.nlm.nih.gov/ Sudira, IW, Merdana, IM & Wibawa, IP, 2011, Uji daya hambat ekstrak daun kedondong (Lannea grandis Engl) terhadap pertumbuhan bakteri Erwinia Carotovora. Buletin Veteriner Udayana. Sabir, A, 2005, Aktivitas antibakteri flavonoid propolis Trigona sp. terhadap bakteri Streptococcus mutans (in vitro). Jurnal Kedokteran Gigi, http://www.academia.edu Volk, W.A., Wheller, M. 1984, Mikrobiologi Dasar, diterjemahkan oleh Soenartono Adisoemarto, Jakarta. Sari D. K. 2008. Penapisan Antibakteri dan Inhibitor Topoisomerase I dari Xylocarpus granatum. [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Zaelani, Akbar. (2014). Pengenalan Dan Penggunaan Obat Ikan. http://penyuluhankelautanperikanan.blo gspot.co.id/2014/02/pengenalan-danpenggunaan-obat-ikan.html . Diakses Pada 21 Januari 2016. Silalahi, J. 2006. Makanan Fungsional. Yogyakarta: Kanisius. 50