6. Uji Aktivitas Antibakteri dan Uji Fitokimia Ekstrak

advertisement
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 43-50. April 2016.
ISSN : 2460-9226
AQUAWARMAN
JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR
Alamat : Jl. Gn. Tabur. Kampus Gn. Kelua. Jurusan Ilmu Akuakultur Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
Uji Aktivitas Antibakteri dan Uji Fitokimia Ekstrak Daun
Mangrove Sonneratia alba
Anti-bacterial Activity Test and Phytochemical Test Extract of Mangrove Leaves
Sonneratia alba
Rinda Rizkinita Putri1), Rafitah Hasanah2), dan Indrati Kusimaningrum2)
1)
2)
Mahasiswa Konsentrasi Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan-FPIK, Unmul
Staf Pengajar Konsentrasi Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan -FPIK, Unmul
Fakultas perikanan dan ilmu kelautan Universitas Mulawarman
Jl. Gunung Tabur No. 1 Kampus Gunung Kelua Samarinda
Email : [email protected]
ABSTRACT
The research aimed to investigate the antibacterial property and the active compounds contained
in Sonneratia alba leaves. The antibacterial activity was evaluated using disc diffusion method
against two microorganisms. Maceration was used for extraction with methanol solvents.
Methanol extract appeared to showed activity. The antibacterial activities were observed against
the gram positive bacteria Staphylococcus aureus and gram negative Escherichia coli.
Phytochemical test was conducted on the test alkaloids, saponins, tannins, phenols, flavanoids,
steroids and terpenoids. Staphylococcus aureus (6 mm) appeared to be sensitive strain to
the concentrations tested since inhibition zone was observed, followed by Escherichia coli
(4 mm). The phytochemical test showed that extract of leaves Sonneratia alba positive contains
alkaloids, saponins, tannins, phenols, and flavanoids. From this study, it can be conclude that
Sonneratia alba exhibits antibacterial activities against certain microorganisms.
Keywords : Sonneratia alba, Anti-bacterial test, Phytochemical test
1. LATAR BELAKANG
Sonneratia alba adalah salah satu jenis
penyusun hutan bakau. Pohon berbatang
besar ini sering didapati di bagian hutan yang
dasarnya berbatu karang atau berpasir,
langsung berhadapan dengan laut terbuka
(Heyne, 1987). Di daerah Desa Tanah Kuning
Kabupaten Bulungan masyarakat mengenal
tanaman ini dengan nama perepat.
Masyarakat disekitar memanfaatkan batang
Sonneratia alba sebagai bahan bangunan
dan bahan bakar ketika tidak ada bahan
bakar lainnya. Daun diolah menjadi bahan
tambahan untuk bedak dingin maupun
sebagai obat cacar.
Herawati (2009), menjelaskan bahwa
ekstrak kulit batang tumbuhan Sonneratia
43
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 43-50. April 2016.
alba menunjukkan aktivitas antibakteri yang
tinggi dan berspektrum luas, sehingga
berpotensi sebagai sumber antibakteri alami
serta memiliki potensi yang besar sebagai
sumber antioksidan alami. Firdaus dan Sinda
(2003), mengungkapkan kulit batang
Sonneratia alba (kayu buli) oleh masyarakat
di Sulawesi Selatan daerah Kabupaten Luwu
dan Tana Toraja digunakan dalam proses
pembuatan salah satu jenis minuman
beralkohol tradisional yang bertujuan untuk
mempertahankan aroma dan mencegah rasa
kecut dari minuman yang dihasilkan, dan
pada proses pembuatan nira aren menjadi
minuman beralkohol, kulit batang dapat
menghambat reaksi pembentukan asam
asetat.
Kurniaji (2014), menyatakan bahwa
ekstrak daun mangrove Sonneratia alba
mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Vibrio harveyi secara in Vitro. Mulyani et al
(2013), melaporkan bahwa ekstrak daun
mangrove Avicennia. Sp dengan konsisten
20.000
ppm
mampu
menghambat
pertumbuhan Aeromonas hydrophila sebesar
17,02 mm pada ikan mas.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
sebagai studi awal aktivitas antibakteri
ekstrak daun Sonneratia alba dan menguji
kandungan senyawa fitokimia yang ada pada
daun Sonneratia alba. Diharapkan penelitian
ini dapat diaplikasikan pada hasil – hasil
pengolaan perikanan untuk memperpanjang
umur simpan.
2. BAHAN DAN METODE
a. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian uji aktivitas antibakteri
dilakukan pada bulan Desember 2013-April
2014. Tempat pelaksanaan untuk proses
ekstraksi
penelitian
dilakukan
di
Laboratorium Biokima dan Kimia Analitik
Fakultas MIPA Universitas Mulawarman
untuk proses maserasi sampel, setelah itu
dilanjutkan kembali di Laboratorium
Mikrobiologi Perairan dan Laboratorium
Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan
ISSN : 2460-9226
dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
untuk uji antibakteri. Uji fitokimia di
Laboratorium Kimia SMA Negeri 5
Samarinda.
b.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah daun Sonneratia alba yang
diperoleh di Bulungan, metanol sebagai
pelarut dan pengencer ekstrak, bakteri uji
yang digunakan Staphylococcus aureus
(gram positif) dan Escherichia coli (gram
negatif). Bakteri diperoleh di Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas MIPA Universitas
Mulawarman, alumunium foil, media NB
(Nutrien Broth) dan media NA (Nutrien Agar),
aquades dan antibiotik kloramfenikol. Kertas
cakram (ukuran 6 mm). Pereaksi mayer,
pereaksi dragendorff, asam sulfat pekat,
asam klorida, asam asetat, pita magnesium,
etanol, dan FeCl3 merupakan pereaksi yang
digunakan dalam uji fitokimia.
Alat yang digunakan di dalam
penelitian ini adalah blender, alat maserasi,
rotary evaporator, corong, kertas saring,
timbangan digital, seperangkat alat pipet
yaitu mikro pipet untuk mengambil sampel
ekstrak dan bakteri dengan satuan volume
µL, pipet tetes, pipet volume, erlenmeyer,
gelas ukur, botol vial, petri disk , tabung,
inkubator. spatula, kapas, jarum ose,
bunsen, kertas label.
1). Preparasi Sampel
Daun Sonneratia alba dikering
anginkan selama kurang lebih 3-5 hari. Daun
yang sudah kering kemudian dihancurkan
menggunakan blender dan diayak.
2). Ekstraksi
Sebanyak 50 gr sampel daun
direndam dengan 200 ml metanol, kemudian
maserasi selama 24 jam. Maserat yang
dihasilkan disaring dengan kertas saring dan
selanjutnya diuapkan menggunakan rotary
evaporator dengan suhu 60oC selama 1 jam.
3). Uji aktivitas antibakteri
44
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 43-50. April 2016.
Penyegaran dan Kultur Bakteri
Bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli dari biakan murni, masingmasing diambil satu ose dinokulasikan
kedalam media NB steril, inkubasi selama 18
jam. Bakteri segar kemudian diinokulasi 100
µl dalam media NA steril. Tuang media agar
secara aseptis pada petridish, biarkan
memadat.
•
Uji Antibakteri
Pengujian
aktivitas
antibakteri
dilakukan menggunakan metode difusi
dengan cara menempelkan kertas cakram
yang berisi ekstrak pada permukaan media
agar. Konsentrasi yang diujikan adalah 1
mg/ml, 5 mg/ml, 10 mg/ml, 30 mg/ml, 50
mg/ml, dan 100 mg/ml sebanyak 20 µl.
kontrol positif kloramfenikol 25 mg/ml dan
kontrol negatif metanol. Inkubasi dengan
suhu 37oC selama 18 jam. Amati
pertumbuhan mikroba dan diukur diameter
hambat yang ditandai dengan daerah bening
disekeliling cakram. Konsentrasi ekstrak yang
memiliki diameter hambat paling besar
diduga mempunyai aktivitas antibakteri yang
aktif.
•
4) Uji Fitokimia
• Alkaloid (Sangi et al. 2008)
Prosedur pengujian alkaloid adalah
dengan menyiapkan 2 tabung reaksi
kemudian menambahkan ekstrak dan
1,5 ml asam klorida 2% pada setiap
tabungnya. Pada tabung reaksi I
ditambahkan
3
tetes
pereaksi
Dragendroff, dan untuk hasil positif
ditandai ada tidaknya endapan jingga
coklat. Pada tabung reaksi II
ditambahkan 3 tetes pereaksi Meyer
dan hasil positif ditandai ada tidaknya
endapan putih kekuningan.
• Flavonoid (Harborne, 1987)
Prosedur pengujian flavonoid adalah
dengan
melarutkan
ekstrak
menggunakan metanol sebanyak 2 ml,
ISSN : 2460-9226
kemudian ditambahkan pita magnesium
dan 5 tetes asam klorida. Hasil positif
ditunjukkan dengan timbulnya warna
merah atau jingga.
• Saponin (Darwis, 2000)
Prosedur pengujian saponin, yaitu
ekstrak diencerkan dengan aquades dan
ditambahkan 10 tetes asam klorida
pekat kemudian dikocok. Hasil positif
ditunjukkan dengan terbentuknya busa
yang stabil.
• Steroid (Indarto, 2011)
Prosedur pengujian steroid, yaitu 2 mg
ekstrak ditambahkan dengan 20 ml
metanol yang mengandung 2 ml asam
sulfat kemudian dididihkan, setelah itu
ditambahkan 2 ml asam asetat anhidrat.
Hasil positif apabila terjadi perubahan
warna menjadi hijau atau biru.
• Terpenoid (Indarto, 2011)
Prosedur pengujian terpenoid, yaitu
ekstrak ditambahkan 10 ml etanol
didihkan, setelah itu diambil 5 ml
ekstrak kemudian ditambahkan 2 ml
kloroform dan 3 ml asam sulfat pekat.
Hasil positif apabila terbentuk warna
cokelat kemerahan.
• Fenol (Harborne, 1987)
Prosedur pengujian fenol, yaitu
melarutkan ekstrak dalam 1 ml etanol,
ditambahkan beberapa tetesn FeCl3 1%.
Hasil uji positif ditunjukan oleh warna
hijau, merah, ungu, hitam pekat.
• Tanin (Harborne, 1987)
Prosedur pengujian tannin, yaitu
melarutkan ekstrak dengan aquades,
kemudian dididihkan selama 5 menit.
Setelah dingin ditetesi dengan reagen
FeCl3 1% sebanyak 3–5 tetes. Hasil
positif apabila terjadi perubahan warna
menjadi hitam-biru, biru, dan hijau.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
45
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 43-50. April 2016.
a. Ekstraksi Daun Sonneratia alba
Ekstraksi terhadap bahan tanaman
bertujuan untuk memisahkan senyawa
bioaktif tanaman (biasanya dari senyawa
tunggal atau kelompok senyawa). Sebelum
dilakukan proses ekstraksi sampel dikecilkan
ukurannya untuk memudahkan kontak
dengan pelarut sehingga diharapkan
semakin banyak bioaktif yang dapat
terekstrak (Sari, 2008). Ekstraksi terdiri atas
tahap penghancuran sampel, maserasi,
penyaringan dan evaporasi.
Rendemen merupakan perbandingan
berat ekstrak yang diperoleh dengan berat
awal sampel yang digunakan. Rendemen
menyatakan efektivitas pelarut tertentu
terhadap bahan dalam suatu sistem
ekstraksi, tetapi tidak menunjukkan tingkat
aktivitas ekstrak tersebut (Sari, 2008).
ISSN : 2460-9226
Rendemen hasil ekstraksi dari daun
Sonneratia alba dengan pelarut metanol
adalah 7,9 %.
b. Aktivitas
Antibakteri
Ekstrak
Sonneratia alba.
Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun
Sonneratia alba bertujuan untuk mengetahui
apakah terdapat aktivitas antibakteri dan
untuk mengetahui konsentrasi daya hambat
terkecil hingga konsentrasi tertinggi. Analisis
yang dilakukan pada penelitian ini adalah
menggunakan
metode
cakram,
dan
diketahui bahwa sampel ekstrak dari daun
Sonneratia alba dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus. Hasil pengukuran
diameter zona hambat dari ekstrak daun
Sonneratia alba dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak daun Sonneratia alba
Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak daun Sonneratia alba terhadap bakteri Escherichia
coli dan Staphylococcus aureusdapat dilihat pada Gambar 1.
(a)
(b)
Gambar 1. Hasil Uji antibakteri ekstrak daun Sonneratia alba pada bakteri (a), Escherichia coli dan
(b) Staphylococcus aureus. (1) Kloramfenikol, (2) Metanol, (3),(4),(5),(6),(7),(8)
ekstrak daun Sonneratia alba
46
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 43-50. April 2016.
Berdasarkan pada Tabel 1 dapat dilihat
bahwa hasil dari zona hambat pada bakteri
Staphylococcus aureus lebih besar
dibandingkan dengan bakteri Escherichia
coli. Karena, Bakteri Staphylococcus
aureus (gram positif) cenderung lebih
sensitif terhadap komponen antibakteri. Hal
ini disebabkan oleh struktur dinding sel
bakteri gram positif berlapis tunggal yang
relatif
lebih
sederhana
sehingga
memudahkan senyawa antibakteri untuk
masuk ke dalam sel dan menemukan sasaran
untuk bekerja. Sedangkan bakteri Escherichia
coli (gram negatif) lebih resisten terhadap
8
senyawa
antibakteri karena
struktur dinding
5
sel gram negatif terdiri dari tiga lapis dan
lebih kompleks, yaitu terdiri dari lapisan luar
yang berupa lipoprotein, lapisan tengah yang
berupa lipopolisakarida dan lapisan dalam
berupa peptidoglikan (Pelczar dan Chan,
2008). Kloramfenikol menghasilkan diameter
zona bening yang lebih besar dibandingkan
diameter zona bening ekstrak daun
mangrove Sonneratia alba.
Hasil jauh berbeda dibandingkan
dengan penelitian Saad (2012),
yang
melaporkan bahwa zona hambat yang
dihasilkan jauh lebih luas yaitu, zona
hambat pada bakteri Staphylococcus
aureus adalah 11,5 mm dengan
konsentrasi 1,0 mg dan 12,5 mm dengan
konsentrasi 1,5 mg, pada bakteri
Escherichia coli menghasilkan zona hambat
16,0 mm dan 17,5 mm dengan konsentrasi
1,0 mg dan 1,5 mg.
Kemungkinan
perbedaan ini dikarenakan masih adanya
kandungan garam pada ekstrak kering,
sehingga garam yang bersifat higroskopis
atau mudah menyerap air dapat merusak
kandungan yang ada pada ekstrak daun
Sonneratia alba.
Hendrawan (2015), melaporkan bahwa
ekstrak metanol daun X. granatum yang diuji
pada bakteri S. aureus dan E. coli tidak
menghasilkan zona bening. Mangga et al
(2015), ekstrak daun api-api menunjukkan
adanya aktivitas antibakteri pada konsentrasi
ISSN : 2460-9226
45% dengan bakteri uji Staphylococcus
aureus sebesar 18 mm. Pada pengujian
menggunakan bakteri uji Escherichia coli
daerah zona hambatan terlihat pada
konsentrasi 45% adalah 11 mm. Ekstrak
daun Sonneratia alba menghambat bakteri
lebih baik daripada ekstrak daun X.
granatum. Namun, lebih lemah dalam
menghambat bakteri dibanding dengan
ekstrak daun api-api. Kemungkinan hal ini
dikarenakan kandungan senyawa yang ada
pada masing-masing ekstrak.
c. Pengujian
Fitokimia
Ekstrak
Sonneratia alba
Uji kualitatif fitokimia merupakan
pengujian untuk mengetahui jenis senyawa
metabolit sekunder atau golongan senyawa
yang terkandung pada ekstrak. Golongan
senyawa dalam ekstrak dapat ditentukan
dengan mengamati perubahan warna dan
terdapat endapan setelah ditambahkan
pereaksi yang spesifik untuk uji kualitatif
(Sari, 2008). Hasil penelitian yang diperoleh
dari uji fitokimia menunjukkan bahwa hasil
positif terdapat pada uji alkaloid dengan
pereaksi dragendroff,
flavonoid, fenol,
saponin, dan tanin. Hasil uji negatif atau
yang tidak terdeteksi terdapat pada uji
alkaloid dengan pereaksi meyer, steroid dan
triterpenoid. Ini mengindikasikan bahwa
pada ekstrak metanol daun Sonneratia alba
memiliki kemampuan untuk menghambat
sistem kerja dari bakteri uji.
47
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 43-50. April 2016.
ISSN : 2460-9226
Tabel 2. Hasil uji fitokimia ekstrak daun Sonneratia alba.
Uji Fitokimia
Positif
Alkaloid
- Pereaksi meyer
- Terdapat endapan berwarna kuning
- Pereaksi dragendroff
- Terdapat endapan berwarna jingga coklat
Saponin
- Terbentuk busa stabil ± 10-15 menit
Tanin
- Berwarna biru, hitam, hitam-biru, hijau
Fenol
- Berwarna merah, ungu, hitam pekat, dan
hijau
Flavanoid
- Berwarna merah, dan jingga
Steroid dan Terpenoid
- Steroid (berwarna hijau atau biru)
- Terpenoid (merah kecoklatan)
Hasil dari pengujian fitokimia Sonneratia
alba mempunyai hasil yang sama dengan
penelitian Raut dan Anthapan (2013) yang
menyatakan hasil uji kualitatif dari ekstrak
metanol daun Sonneratia alba positif
mengandung alkaloid dengan pereaksi
dragendroff, flavonoid, saponin dan tanin.
Alkaloid bekerja sebagai antibakteri dengan
cara berinteraksi dengan dinding sel yang
berujung pada kerusakan dinding sel.
Alkaloid juga dapat berikatan dengan DNA
bakteri yang menyebabkan kegagalan
sintesis protein (cowan, 1999).
Menurut Harborne dalam Lingga dan
Rustama (2005), diketahui bahwa saponin
mengandung
zat
yang
mampu
menghemolisis darah. Diketahui bahwa
membran sel darah menyerupai membran
sel pada bakteri sehingga proses yang terjadi
pada sel bakteri oleh saponin sama seperti
yang terjadi pada sel darah merah. Dalam
bidang
perikanan
saponin
biasa
dimanfaatkan sebagai pestisida alami yang
biasa digunakan untuk memberantas hama
pengganggu saat persiapan tambak dan
kolam (Zaelani, 2014).
Mekanisme senyawa fenol sebagai
antibakteri pada konsentrasi rendah adalah
dengan merusak membran sitoplasma dan
dapat menyebabkan kebocoran inti sel,
sedangkan pada konsentrasi tinggi senyawa
fenol berkoagulasi dengan protein seluler.
Aktivitas tersebut sangat efektif ketika
bakteri dalam tahap pembelahan dimana
lapisan fosfolipid di sekeliling sel sedang
dalam kondisi yang sangat tipis sehingga
Hasil
+
+
+
+
+
-
fenol dapat dengan mudah merusak isi sel
(Volk and Wheller, 1984). Sudira et al. (2011)
menambahkan bahwa senyawa tanin
merupakan senyawa organik yang aktif
menghambat pertumbuhan mikroba dengan
mekanisme merusak dinding sel mikroba
dan membentuk ikatan dengan protein
fungsional sel mikroba.
Flavanoid secara umum bertindak
sebagai
antioksidan,
yaitu
sebagai
penangkap
radikal
bebas
karena
mengandung gugus hidroksil. Flavanoida
bersifat sebagai reduktor sehingga dapat
bertindak sebagai donor hydrogen terhadap
radikal bebas (Silalahi, J. 2006). Menurut
Sabir (2005), senyawa flavonoid dapat
merusak permeabilitas dinding sel mikroba,
berikatan dengan protein fungsional sel dan
DNA sehingga mampu menghambat
pertumbuhan mikroba.
Hasil ekstraksi daun mangrove yang
dilakukan Mulyani et al (2013) menunjukan
hasil uji fitokimia senyawa metabolit
sekunder pada daun Avicennia sp. hanya
mengandung flavanoid dan saponin dan
esktrak daun Rhizopora sp mengandung
flavanoid, dan saponin. Hendrawan et al
(2015), melaporkan hasil uji fitokimia ekstrak
daun
X.
granatum
positif
hanya
mengandung senyawa fenol. Ernianingsih
(2014), mengungkapkan ekstrak daun
mangrove Achantus ilicifolius mengandung
senyawa alkaloid, fenol, saponin, flavanoid
dan terpenoid.
Ekstrak pada daun
Sonneratia alba memiliki kandungan
senyawa metabolit yang lebih banyak
48
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 43-50. April 2016.
dibandingkan
dengan
ekstrak
daun
Avicennia sp, Rhizopora sp dan X. granatum,
yang memiliki potensi besar sebagai sumber
antioksidan alami.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian diatas disimpulkan,
ekstrak Sonneratia alba memiliki aktivitas
antibakteri. Kandungan senyawa metabolit
sekunder yang terdapat pada Ekstrak
Sonneratia alba adalah alkaloid, fenol, tanin,
saponin dan flavanoid.
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan dari daun Sonneratia alba
sehingga disarankan untuk penelitian lebih
lanjut yaitu dengan mengaplikasikan ekstrak
pada bahan pangan khususnya bidang
perikanan.
DAFTAR PUSTAKA
Cowan, M.M., 1999. Plant Product as
Antimicrobial Agents.
Clinical
Microbiology Reviews.
Darwis, D. 2000. Teknik Dasar Laboratorium
dalam Penelitian Sentaya Bahan Alam
Hayati.
Workshop Pengembangan
Sumber Daya manusia didalam Bidang
Kimia Organik Bahan Alam Hayati. FMIPA
UNAND, Padang.
Ernianingsih, S. W., Mukarlina., Rizalida.
(2014). Entnofarmakologi Tumbuhan
Mangrove Achantus ilicifolius L.,
Acrostichum speciosum L. dan Xylocarpus
rumphii Mabb. Di Desa Sungai Tekong
Kec. Sungai Kakap Kab. Kubu Raya. Jurnal
Protobiont, Vol. 3. No. 2.
Firdaus. Sinda, L. 2003. Peranan ulit kayu
Buli Sonneratia sp, dalam fermentasi nira
aren menjadi minuman beralkohol.
Marina Chimica Akta, Jurusan Kimia
FMIPA UNHAS.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia
Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan.
Penerjemah:
Kosasih
Padmawinata dan Iwang Soediro. Edisi
Ketiga. Bandung: ITB Press.
ISSN : 2460-9226
Herawati, Netti. (2009). Sonneratia alba
Sebagai Sumber Senyawa Antibakteri
Potensial.
Hendrawan., I. Zuraida., B. F. Pamungkas.
2015. Aktivitas Antibakteri Ekatrak
Metanol Xylocarpus granatum Dari Pesisir
Muara Badak. Jurnal Perikanan Tropis.
Vol. 20. No. 2.
Indarto. 2011. Uji Kualitatif dan Kuantitatif
Golongan Senyawa Organik dari Kulit dan
Kayu Batang Tumbuhan Artocarpus
dadah
Miq.
http://indartoalkimia.blogspot.com.
Diakses pada 07 Juli 2014
Kurniaji, Ardana. 2014. Uji Daya Hambat
Ekstrak Daun Mangrove (Sonneratia alba)
Pada Bakteri (Vibrio harveyi) Secara In
Vitro. Jurnal. Fakultas Perikanan dan Ilmu
kelautan. Universitas Halu Oleo. Kendari.
Lingga, M.E.,dan Rustama, M.M. 2005. Uji
Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Air dan
Etanol Bawang Putih (Allium sativum L.)
Terhadap Bakteri Gram Negatif dan Gram
Positif yang Diisolasi dari Udang Dogol
(Metapenaeus
monoceros), Udang
Lobster (Panulirus sp.), dan Udang Rebon
(Mysisdan
Acetes).
Laboratorium
Mikrobiologi, Jurusan Biologi FMIPA,
Universitas Padjadjaran.
Mangga, N. R., Boekoesoe. L., Mustapa M. A.
(2015). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Metanol Daun Api-Api (Avicennia marina
) Terhadap Bakteri (Staphylococcus
aureus dan Escherchia coli). Vol. 3. No. 3
Mulyani, Y., E. Bachtiar., M. U. Kurnia. A.,
(2013) Peranan Senyawa Metabolit
Sekunder Tumbuhan Mangrove Terhadap
Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophilla
Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Jurnal
Akuatika. Vol. IV. No. 1.
Pelczar, M.J, Chan, E.C.S. 2008. Dasar-dasar
Mikrobiologi.
Jakarta:
UI-Press.
Terjemahan
dari:
Elements
of
Micribiology.
Raut, S.V., Anthaphan, P.D. 2013. Studies on
antimicrobial activity of eaves extract of
49
J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : 43-50. April 2016.
ISSN : 2460-9226
Sonneratia alba. Current Research in
Micribiology and Biotechnology.
Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia Dalam
Farmasi. ITB. Bandung.
Saad, S, Taher, M, Susanti, D, Qaralleh, H &
Izyani, AF, 2012. In vitro antimicrobial
activity of mangrove plant Sonneratia
alba. Asian Pacific Journal of Tropical
Biomedicine. http://ncbi.nlm.nih.gov/
Sudira, IW, Merdana, IM & Wibawa, IP,
2011, Uji daya hambat ekstrak daun
kedondong (Lannea grandis Engl)
terhadap pertumbuhan bakteri Erwinia
Carotovora. Buletin Veteriner Udayana.
Sabir, A, 2005, Aktivitas antibakteri flavonoid
propolis Trigona sp. terhadap bakteri
Streptococcus mutans (in vitro). Jurnal
Kedokteran
Gigi,
http://www.academia.edu
Volk, W.A., Wheller, M. 1984, Mikrobiologi
Dasar, diterjemahkan oleh Soenartono
Adisoemarto, Jakarta.
Sari D. K. 2008. Penapisan Antibakteri dan
Inhibitor Topoisomerase I dari Xylocarpus
granatum. [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Zaelani, Akbar. (2014). Pengenalan Dan
Penggunaan
Obat
Ikan.
http://penyuluhankelautanperikanan.blo
gspot.co.id/2014/02/pengenalan-danpenggunaan-obat-ikan.html . Diakses
Pada 21 Januari 2016.
Silalahi, J. 2006. Makanan Fungsional.
Yogyakarta: Kanisius.
50
Download