BAB III

advertisement
31
BAB III
TINJAUAN TENTANG PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Pendidikan Islam
Secara alamiah, manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam
kandungan sampai meninggal, mengalami proses tahap demi tahap. Demikian
pula kejadian alam semesta ini diciptakan Tuhan melalui berbagai macam
proses. Pola perkembangan manusia dan kejadian alam semesta yang
berproses demikian adalah berlangsung di atas hukum alam yang ditetapkan
oleh Allah sebagai “sunnatullah”. Pendidikan sebagai usaha membina dan
mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah
juga harus berlangsung secara bertahap.1
Dalam kaitan ini, Hasan Langgulung sebagaimana yang dikutip oleh
Jalaluddin, berpendapat bahwa pendidikan dapat dilihat dari dua sudut
pandang yaitu sudut pandang individu dan sudut pandang masyarakat. Sudut
pandang individu, pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan
potensi individu. Sedangkan menurut pandangan masyarakat, pendidikan
adalah usaha untuk mewariskan nilai-nilai budaya oleh generasi tua kepada
generasi muda, agar nilai-nilai budaya tersebut terus hidup dan berlanjut di
masyarakat.2
1
2
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1993), hal. 11.
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 69.
32
Bilamana pendidikan kita artikan sebagai latihan mental, moral dan
fisik (jasmaniah) yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk
melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku
hamba
Allah,
maka
pendidikan
berarti
menumbuhkan
personalitas
(kepribadian) serta menanamkan rasa taggung jawab. Usaha kependidikan
bagi manusia menyerupai makanan yang berfungsi memberikan vitamin bagi
pertumbuhan manusia.3
Secara sederhana, pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia
untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat di
dalam masyarakat dan bangsa.4
Pendidikan di lembaga erat kaitannya dengan kewajiban menuntut
ilmu. Seperti diketahui bahwa menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib
serta dimudahkannya jalan ke surga.5 Dalam hadits disebutkan:
‫ ومن سلك طريقا يلقمس فيه‬: ‫ ان رسول هللا ص م قال‬,‫عن ابى هريرة رضى هللا عنه‬
)‫علما س ّهل هللا له طريقا الى الجنّة (رواه مسلم‬
“Dari Abi Hurairah r.a bahwasannya Rasulullah bersabda: Barang siapa
yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah memudahkan
baginya jalan ke surga.”6
3
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), hal. 12.
M. Djumransyah dan Karim Amrullah, Pendidikan Islam: Menggali “Tradisi”, Meneguhkan
Eksistensi, (Malang: UIN Malang Press, 2007), hal. 1.
5
Hari jauhari Muchtar, Fiqih Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 122.
6
Muslich Shabir, Terjemah Riyadus Shalihin vol. 2, (Semarang: Toha Putra, 2004), hal. 173.
4
33
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu
kepada istilah al-tarbiyah, at-ta’dib, al-ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut
yang populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam ialah istilah altarbiyah. Sedangkan istilah al-ta’dib dan al-ta’lim jarang sekali digunakan,
padahal kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan
pendidikan Islam.7
1. Istilah al-Tarbiyah
Istilah al-tarbiyah berakar dari tiga kata, yaitu: pertama, dari kata
rabba-yarbu yang berarti “bertambah dan tumbuh”. Kedua, rabiya-yarba
yang berarti “tumbuh dan berkembang”. Ketiga, rabba-yarubbu yang
berarti
“memperbaiki,
menguasai
dan
memimpin,
menjaga
dan
memelihara. Kata al-rabb, juga berasal dari kata tarbiyah dan berarti
“mengantarkan sesuatu kepada kesempurnaan” secara bertahap atau
membuat sesuatu mencapai kesempurnaannya.8
Uraian di atas, secara filosofis mengisyaratkan bahwa proses
pendidikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah
sebagai “pendidik” seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia. Dalam
konteks yang luas, pengertian pendidikan Islam yang dikandung dalam
istilah al-tarbiyah terdiri dari empat unsur pendekatan, yaitu: (1)
memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang usia dewasa (baligh),
7
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta:
Ciputat Press, 2002), hal. 25.
8
M. Shofan, Pendidikan Berparadigma Profetik, (Yogyakarta: IRUSoD, 2004), hal. 38.
34
(2)
megembangkan
seluruh
potensi
menuju
kesempurnaan,
(3)
mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan, (4) melaksanakan
pendidikan secara bertahap.9
Penggunaan istilah al-tarbiyah untuk menunjuk makna pendidikan
Islam dapat difahami dengan merujuk firman Allah:
ِ ‫و‬
ِ َّ ‫الذ ِل ِمن‬
ِ
ُّ ‫اح‬
‫صغِ ًريا‬
ْ َ
ْ ‫اخف‬
َ ‫الر ْْحَة َوقُ ْل َرب ْارْحَْ ُه َما َك َما َربَّيَ ِاِن‬
َ َ‫ض ََلَُما َجن‬
َ
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua denga penuh
kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya sebagaimana mereka kedua telah mendidik aku waktu kecil”
(Q.S. al-Isra’:24).10
2. Istilah al-Ta’lim
Ta’lim merupakan kata benda buatan (mashdar) yang berasal dari
akar kata ‘allama. Sebagian para ahli menerjemahkan istilah tarbiyah
dengan pendidikan, sedangkan ta’lim diterjemahkan dengan pengajaran.11
Pengertian
ta’lim
atau
pengajaran
adalah
pemberian
ilmu
pengetahuan sehingga orang yang diajar itu menjadi berilmu pengetahuan.
Di dalam pengajaran, si pengajar berusaha untuk memindahkan (transfer)
ilmu pengtahuan yang dimilikinya kepada orang yang menerima atau
pelajar dengan jalan membentangkan, memaparkan, dan menjelaskan isi
Nizar, Filsafat Pendidikan…, hal. 26.
Depag RI, Qur’an dan Terjemahnya…, hal. 428.
11
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005), hal. 18.
9
10
35
pengetahuan atau ilmu yang diajarkan itu sehingga timbul gambaran yang
jelas tentang apa yang diajarkan.12
Penunjukkan kata ta’lim pada pengertian pendidikan, sesuai dengan
firman Allah:
‫ال أَنْبِئُ ِوِن ِِب َْْسَ ِاء َه ُؤََل ِء إِ ْن ُكْن تُ ْم‬
َ ‫ض ُه ْم َعلَى الْ َم ََلئِ َك ِة فَ َق‬
ْ ‫َو َعلَّ َم ءَ َاد َم ْاْل‬
َ ‫َْسَاءَ ُكلَّ َها ُُثَّ َعَر‬
ِِ
‫ي‬
َ ‫صادق‬
َ
“Dan dia mengajarkan (‘allama) kepada Adam nama-nama (benda-benda
seluruhnya) kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu
berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika memang
orang-orang yang benar.“ (Q.S. al-Baqarah ayat 31).13
Berdasarkan pengertian yang ditawarkan dari kata ta’lim dan ayat di
atas, terlihat pengertian pendidikan yang dimaksudkan mengandung makna
yang terlalu sempit. Pengertian ta’lim hanya sebatas proses pentransferan
seperangkat nilai antar manusia. Ia hanya dituntut untuk menguasai nilai
yang di transfer secara kognitif dan psikomotorik, akan tetapi tidak dituntut
pada domain afektif. Ia hanya sekadar memberi tahu atau memberi
pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan kepribadian.14
3. Istilah al-Ta’dib
Istilah ta’dib mempunyai kata dan makna dasar sebagai berikut:
Djumransyah dan Amrullah, Pendidikan Islam…, hal. 5.
Depag RI, Qur’an dan Terjemahnya…, hal. 14
14
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), hal. 15.
12
13
36
a) Ta’dib berasal dari kata dasar “adaba-ya’dibu” yang berarti melatih,
untuk berperilaku yang baik dan sopan.
b) Ta’dib berasal dari kata dasar “adaba-ya’dibu” yang berarti berbuat
dan berperilaku sopan.
c) Kata “adaba” sebagai bentuk kata kerja ta’dib mengandung
pengertian mendidik, melatih, memperbaiki, mendisiplin, dan
memberi tindakan.15
Ta’dib sebagai upaya dalam pembentukan adab (tata karma), terbagi
atas empat macam, yaitu: 1) ta’dib al-haqq, pendidikan tata krama
spiritual dalam kebenaran, yang memerlukan pengetahuan tentang wujud
kebenaran, yang di dalamnya segala yang ada memiliki kebenaran
tersendiri; 2) ta’dib adab al-khidmah, pendidikan tata karma spiritual
dalam pengabdian. Sebagai seorang hamba, manusia harus mengabdi
kepada sang Raja (Malik) dengan menempuh tata krama yang pantas; 3)
ta’dib adab al-syari’ah, pendidikan tata tertib spiritual dalam syari’ah,
yang tata caranya telah digariskan oleh Tuhan melalui wahyu. Segala
penemuan syari’ah Tuhan akan berimplikasi pada tata karma spiritual
dalam persahabatan, berupa saling menghormati dan berperilaku mulia di
antara sesama.16
15
16
Ibid., hal. 15.
Mujib, Ilmu Pendidikan.…, hal. 21.
37
Pada masa sekarang istilah yang populer dipakai orang adalah
“tarbiyah” karena menurut M. Athhiyah al-Abrasyi sebagaimana yang
dikutip oleh Ramayulis, yang mencakup keseluruhan kegiatan pendidikan
tarbiyah merupakan upaya yang mempersiapkan individu untuk kehidupan
yang lebih sempurna etika, sistematis dalam berpikir, memiliki ketajaman
intuisi, giat dalam berkreasi, memiliki toleransi pada yang lain,
berkompetisi dalam mengungkap bahasa lisan dan tulisan, serta memiliki
beberapa ketrampilan. Sedangkan istilah yang lain merupakan bagian dari
kegiatan tarbiyah. Dengan demikian maka istilah pendidikan Islam disebut
Tarbiyah Islamiyah.17
Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan
kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan citacita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak
kepribadiannya.18
Sedangkan Muhammad Quthb sebagaimana yang dikutip oleh
Abdullah dan Toto, memberi pengertian pendidikan Islam (Tarbiyah
Islamiyah) sebagai usaha untuk melakukan pendekatan yang menyeluruh
terhadap wujud manusia, baik dari segi jasmani maupun rohani, baik dari
Ramayulis, Ilmu Pendidikan…, hal. 16.
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Pendekatan Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1991), hal. 10.
17
18
38
kehidupan fisik maupun mentalnya, dalam melaksanakan kegiatannya di
bumi ini.19
Oleh karena itu, ditinjau dari aspek pengamatannya, pendidikan
Islam berwatak akomodatif kepada tuntutan kemajuan zaman yang ruang
lingkupnya berada di dalam kerangka acuan norma-norma kehidupan
Islam.20
B. Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Islam telah memberikan konsep-konsep yang mendasar tentang
pendidikan, dan menjadi tanggung jawab manusia untuk menjabarkan dan
mengaplikasikan konsep-konsep dasar tersebut dalam praktek kependidikan.
Pendidikan Islam secara praktis telah ada dan dilakukan sejak Islam
lahir. Usaha dan kegiatan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, dalam
lingkup pendidikan dengan jalan menanamkan nilai-nilai dan norma-norma
budaya Islam yang dikembangkan dalam hidup dan kehidupan dengan
menggunakan media yang berdasarkan wahyu Allah SWT, sehingga warga
Mekkah yang tadinya bercorak diri yang jahat dan berwatak kasar berubah
menjadi baik dan mulia, dari diri yang bodoh menjadi ahli dan cakap, dan diri
yang kafir dan musyrik penyembah berhala berubah menjadi penyembah
Allah SWT.
19
Abdullah Idi dan Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Tiara Wacana,
2006), hal. 47.
20
Arifin, Ilmu Pendidikan…, hal. 11.
39
Jadi, jelaslah uraian di atas dapatlah diketahui bahwa ruang lingkup
pendidikan Islam itu adalah terkait dengan persoalan-persoalan yang
menyeluruh dan mengandung moralisasi bagi semua jenis dan tingkat
pendidikan Islam yang ada baik yang di masa sekarang atau di masa yang
akan datang.21
Ruang lingkup pendidikan Islam mencakup kegiatan-kegiatan
kependidikan yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan dalam
bidang atau lapangan hidup manusia yang meliputi:
a. Lapangan hidup keagamaan, agar perkembangan pribadi manusia sesuai
dengan norma-norma ajaran Islam.
b. Lapangan hidup berkeluarga, agar berkembang menjadi keluarga yang
sejahtera.
c. Lapangan hidup ekonomi, agar dapat berkembang menjadi sistem
kehidupan yang bebas dari penghisapan manusia oleh manusia.22
d. Lapangan hidup kemasyarakatan, agar terbina masyarakat yang adil dan
makmur di bawah ridla dan ampunan Allah.
e. Lapangan hidup politik, agar supaya tercipta sistem demokrasi yang sehat
dan dinamis sesuai dengan ajaran Islam.
f. Lapangan hidup seni budaya, agar menjadikan hidup manusia penuh
keindahan dan kegairahan yang tidak gersang dari nilai moral agama.
21
22
Munardji, Ilmu Pendidikan…, hal. 14.
Uhbiyati, Ilmu Pendidikan…, hal. 19.
40
g. Lapangan hidup ilmu pengetahuan, agar berkembang menjadi alat untuk
mencapai kesejahteraan hidup umat manusia yang dikendalikan oleh
iman.23
C. Konsep Pendidikan Islam
Ajaran Islam adalah ajaran (agama) yang universal. Menurut
pengertian dasarnya, Islam berarti tunduk, patuh, taat serta berserah diri
kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam. Untuk mendapatkan keselamatan
kesejahteraan dan kedamaian hidup di dunia dan di akhirat. Ajaran Islam
tersebut diciptakan dan diturunkan oleh Allah Tuhan semesta alam
diperuntukkan bagi manusia, untuk memberikan petunjuk dan jalan lurus
dalam melaksanakan tugas-tugas hidup serta mencapai tujuan hidupnya di
dunia ini. Dengan demikian, ajaran (agama) Islam diciptakan oleh Allah
sejajar dan sesuai dengan proses penciptaan dan tujuan hidup manusia di
muka bumi ini. Dengan pengertian Islam yang demikian itu, maka dapat
dipahami bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan dan pengarahan
(menurut bahasa agama, sebagai “hudan” yang berarti petunjuk) dari Allah
Rabbul Alamin, kepada manusia agar manusia mampu melaksanakan tugastugas hidupnya di dunia sesuai dengan tujuan penciptaannya. Dan dengan
demikian, pendidikan Islam sebenarnya adalah pendidikan alami yang bersifat
universal.
23
Arifin, Ilmu Pendidikan.…, hal. 17.
41
Secara
sederhana
pendidikan
Islam
dapat
diartikan
sebagai
pendidikan yang dilaksanakan dengan bersumber dan berdasar atas ajaran
(agama) Islam. Sebagaimana kita maklumi, bahwa ajaran Islam bersumber
dan berdasarkan atas Al-Qur’an, yang kemudian dicontoh-teladankan
aplikasinya dalam kehidupan nyata oleh Sunnah Nabi Muhammad SAW.24
Dengan demikian, pengertian pendidikan secara konseptual menurut
ajaran Islam (pendidikan Islam) adalah usaha sadar dalam rangka
membimbing dan mempersiapkan anak/generasi muda, agar mereka mampu
melaksanakan tugas-tugas hidupnya dengan penuh tanggung jawab.
Dengan pengertian konseptual tersebut, di dalamnya terkandung
beberapa unsur/pengertian pokok, yaitu:
a. Usaha sadar atau membimbing tersebut dilakukan oleh orang tua atau
generasi tua atau siapa saja yang bertanggung jawab untuk membimbing
pertumbuhan dan pekembangan anak, dengan dan atas nama Allah SWT.
b. Yang dibimbing (dididik) adalah anak/generasi muda, dengan seluruh
kelengkapan dasar dan potensi-potensi pembawaan/fitrahnya, agar
bertumbuh kembang secara bertahap dan berangsur-angsur secara
maksimal (dengan sempurna).
24
Munardji, Ilmu Pendidikan…, hal. 31.
42
c. Tujuan bimbingan (pendidikan) agar anak nantinya menjadi mampu
melaksanakan tugas-tugas hidup, yaitu tugas-tugas kekhalifahan dengan
penuh tanggung jawab kepada Allah SWT.25
Allah SWT menempatkan orang-orang yang berilmu pengetahuan
pada posisi yang tinggi dan mulia, sebagaimana ditegaskan dalam firman
Allah SWT:
ِ َّ
ِ َّ َّ ‫ي رفَ ِع‬
ِ
‫ين أُوتُوا الْعِْل َم َد َر َجات‬
َْ
َ ‫ين ءَ َامنُوا مْن ُك ْم َوالذ‬
َ ‫اَّللُ الذ‬
“Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman diantara kamu
dan orang-orang yang berilmu pengetahuan, beberapa derajat.” (QS alMujadalah: 11)26
Berdasarkan uraian di atas, dapat digarisbawahi bahwa Islam
menempatkan pendidikan sebagai suatu kewajiban umat manusia dalam
rangka memenuhi fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi, lebih-lebih jika
dikaitkan dengan kekuatan akal dan pikiran yang dimiliki oleh manusia.
Tanpa pendidikan, kekuatan tersebut akan menjadi bomerang bagi kehidupan
manusia itu sendiri. Sesuai dengan fitrahnya, ilmu pengetahuan (pendidikan)
diberikan Allah kepada manusia untuk mengurus bumi ini. Di sinilah letak
esensinya, Allah mewajibkan umat manusia untuk menempuh pendidikan.27
25
Ibid., hal. 34.
Depag RI, Qur’an dan Terjemahnya…, hal. 910.
27
Zulkarnain, Transformasi Nilai-nilai Pendidikan Islam: Manajemen Berorientasi Link and
Match, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2008), hal. 16.
26
43
Sudah barang tentu pengertian pendidikan seperti lazim dipakai
sekarang ini, belum terdapat pada masa Nabi, akan tetapi usaha dan kegiatan
yang dilakukan Nabi dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah
menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih ketrampilan berbuat,
memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung ide
pembentukan pribadi muslim telah mencakup arti pendidikan dalam
pengertian yang sekarang. Orang Arab Mekkah yang tadinya kafir,
penyembah berhala, musyrik, kasar dan sombong, maka dengan usaha dan
kegiatan Nabi dengan mengislamkan mereka, lalu berubah mereka menjadi
penyembah Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, mereka berubah menjadi
muslim, mukmin, lemah lembut dan hormat kepada orang lain.28 Mereka
telah berubah yang tadinya sebagai masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat
ilmiah yang berkepribadian sebagaimana yang dicita-citakan oleh ajaran
Islam. Dengan demikian berarti Nabi telah mendidik membentuk kepribadian,
yaitu kepribadian muslim yang sekaligus berarti bahwa Nabi Muhammad
SAW adalah seorang pendidik yang sukses. Apa yang beliau lakukan dalam
membentuk kepribadian manusia, kita namakan sekarang ini dengan
pendidikan Islam. Ciri-cirinya adalah perubahan sikap dan tingkah laku sesuai
dengan ajaran Islam. Untuk itu, diperlukan adanya usaha, kegiatan, cara, akal
dan lingkungan hidup yang menunjang akan keberhasilannya. Dengan
28
Munardji, Ilmu Pendidikan…, hal. 37.
44
demikian secara umum dapat kita katakan pendidikan Islam adalah
pembentukan kepribadian muslim.29
D. Landasan pendidikan Islam
Setiap aktifitas yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan harus
mempunyai dasar atau landasan tempat berpijak yang kokoh dan kuat. Dasar
adalah pangkal tolak suatu aktifitas. Di dalam menetapkan dasar suatu
aktifitas, manusia selalu berpedoman kepada pandangan hidup dan hukumhukum dasar yang dianutnya, karena hal ini yang akan menjadi pegangan
dasar di dalam kehidupannya. Apabila pandangan hidup dan hukum dasar
yang dianut manusia berbeda, maka berbeda pulalah dasar dan tujuan
aktifitasnya.30
Landasan adalah merupakan dasar atau fondasi tempat berpijak yang
baik dalam setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk
mencapai suatu tujuan. Fungsi dari landasan adalah seperti fondasi yang akan
mengokohkan berdirinya suatu bangunan, sehingga dengan demikian usaha
kegiatan tersebut benar-benar mempunyai dasar keteguhan dan keyakinan
dalam mencapai tujuan.
29
30
Ibid., hal. 38.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan…, hal. 121.
45
Landasan itu terdiri dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad
SAW yang dapat dikembangkan dengan ijtihad, al maslahah, al mursalah,
istihsan, qiyas dan sebagainya.31
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh
Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya terkandung ajaran
pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek
kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an itu
terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah
keimanan yang disebut aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang
disebut dengan syari’ah.32
Di dalam Al-Qur’an berisi firman-firman Allah SWT, yang
kebenarannya tidak dapat diragukan lagi, terutama petunjuk bagi orangorang yang bertaqwa, sebagaimana firman Allah:
ِ ِ
ِ
ِ ِ ‫ك الْ ِكتَاب ََل ري‬
‫ي‬
َ ‫َذل‬
َ ‫ب فيه ُه ًدى ل ْل ُمتَّق‬
َ َْ ُ
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertakwa.” (QS al-Baqarah: 2)33
Yang dimaksud dengan petunjuk dalam ayat ini dapat dipahami
yakni yang berhubungan dengan segala aktifitas manusia. Jadi, di
Munardji, Ilmu Pendidikan…, hal. 48.
Zakiat Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 19.
33
Depag RI, Qur’an dan Terjemahnya…, hal. 8.
31
32
46
dalamnya tentang dasar, cara-cara dan tujuan yang hendak dicapai dalam
pendidikan.
Ajaran-ajaran
yang
berkenaan
dengan
iman
tidak
banyak
dibicarakan dalam Al-Qur’an, sebanyak ajaran yang berkenaan dengan
amal perbuatan. Ini menunjukkan bahwa amal itulah yang paling banyak
dilaksanakan, sebab semua amal perbuatan manusia dalam hubungannya
dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan
alam dan lingkungannya, dengan makhluk lainnya, termasuk dalam ruang
lingkup amal salih (syari’ah).
Istilah-istilah yang biasa digunakan dalam membicarakan ilmu
tentang syari’ah ini adalah:
1) Ibadah untuk perbuatan yang langsung berhubungan dengan Allah
(ketundukan vertical)
2) Mu’amalah untuk perbuatan yang berhubungan selain dengan Allah.
3) Akhlak yang berfungsi mengatur etika dan budi pekerti dalam
pergaulan agar menjadi baik dan terpuji.
Pendidikan Islam, termasuk dalam ruang lingkup mu’amalah, maka
harus menggunakan dasar Al-Qur’an sebagai landasan utama. Pendidikan
sangat penting karena ia ikut menentukan corak dan bentuk amal dan
kehidupan manusia, baik pribadi maupun masyarakat.34
34
Munardji, Ilmu Pendidikan…, hal. 49.
47
Dengan demikian, jelaslah kiranya bahwa dalam pendidikan Islam
harus menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam merumuskan
beberapa teori tentang pendidikan Islam. Atau dengan kata lain,
pendidikan
Islam
harus
berdasarkan
ayat-ayat
Al-Qur’an
yang
penafsirannya dapat dilakukan berdasarkan ijtihad disesuaikan dengan
perkembangan zaman.35
2. As-Sunnah
As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan dan pengakuan Rasulullah
SAW (perbuatan yang dilakukan para sahabat atau orang lain dan beliau
membiarkan saja perbuatan/kejadian itu berlangsung).
Di dalam as-Sunnah juga berisi ajaran tentang aqidah dan akhlaq
seperti Al-Qur’an yang juga berkaitan dengan masalah pendidikan. AsSunnah berisi petunjuk (tuntunan) untuk kemaslahatan hidup manusia
dalam segala aspeknya, untuk membina manusia seutuhnya.36
Sunnah dapat dijadikan dasar pendidikan Islam karena sunnah
menjadi sumber utama pendidikan Islam, karena Allah telah menjadikan
Muhammad SAW sebagai teladan bagi umatnya. Sebagaimana firman
Allah dalam surat al-Ahzab: 21
َِّ ‫ول‬
ِ ‫لََق ْد َكا َن لَ ُكم ِِف رس‬
‫اَّللَ َكثِ ًريا‬
َّ ‫اَّللَ َوالْيَ ْوَم ْاْل ِخَر َوذَ َكَر‬
َّ ‫ُس َوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكا َن يَ ْر ُجو‬
ْ ‫اَّلل أ‬
َُ ْ
35
36
Ibid., hal. 50.
Ibid., hal. 50.
48
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”37
Nabi mengajarkan dan mempraktekkan sikap dan amal baik kepada
istri dan sahabatnya, dan seterusnya mereka mempraktekkan pula seperti
yang dipraktekkan Nabi dan mengajarkan pula kepada orang lain.
Perkataan dan ketetapan inilah yang disebut hadits dan sunnah.
Konsepsi dasar pendidikan yang dicontohkan Nabi Muhammad
SAW sebagai berikut:
1) Disampaikan sebagai rahmatan lil ‘alamin.
2) Disampaikan secara menyeluruh
3) Apa yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak
4) Kehadiran Nabi sebagai evaluator atas segala aktifitas pendidikan
5) Perilaku Nabi sebagai figure identifikasi (uswatun khasanah) bagi
umatnya.38
Dari kedua landasan tersebut, banyak nilai-nilai yang dapat
dijadikan dasar bagi pendidikan Islam. Di sini diutarakan nilai yang
dipandang fundamental dan dapat merangkum berbagai nilai yang lain
yaitu tauhid, kemanusiaan, kesatuan umat Islam, keseimbangan dan
rahmatan lil ‘alamin.39
Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya…, hal. 670.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan…, hal. 123.
39
Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001) hal.
37
38
63.
49
3. Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan
menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syariat Islam
untuk menetapkan/menentukan sesuatu hukum syariat Islam dalam halhal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur’an dan
Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan
termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan
Sunnah. Namun demikian, ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah yang
diatur oleh para mujtahid tidak boleh bertentangan dengan isi Al-Qur’an
dan Sunnah tersebut. Karena itu ijtihad dipandang sebagai salah satu
sumber hukum Islam yang sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah
Rasulullah wafat. Sasaran ijtihad ialah segala sesuatu yang diperlukan
dalam kehidupan, yang senantiasa berkembang.40
Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu sebab ajaran
Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah adalah bersifat pokokpokok dan prinsip-prinsipnya saja. Bila ternyata ada yang agak terperinci,
maka perincian itu adalah sekedar contoh dalam menerapkan yang prinsip
itu. Sejak diturunkan sampai Nabi Muhammad wafat, ajaran Islam telah
tumbuh dan berkembang melalui ijtihad yang dituntut oleh perubahan
situasi dan kondisi sosial yang tumbuh dan berkembang pula. Sebaliknya
40
Daradjat, Ilmu Pendidikan…, hal. 21.
50
ajaran Islam sendiri telah berperan mengubah kehidupan manusia menjadi
kehidupan muslim.
Kita hidup sekarang di zaman dan lingkungan yang jauh berbeda
dengan zaman dan lingkungan ketika ajaran Islam itu diterapkan untuk
pertama kali. Di samping itu, kita yakin pula bahwa ajaran itu berlaku di
segala zaman dan tempat, di segala situasi dan kondisi lingkungan sosial.
Kenyataan yang dihadirkan oleh peralihan zaman dan perkembangan ilmu
pengetahuan menyebabkan kebutuhan manusia semakin banyak.41
Sebagai makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial, manusia
tentu saja mempunyai kebutuhan individu dan kebutuhan sosial menurut
tingkatan-tingkatannya. Dalam kehidupan bersama, mereka mempunyai
kebutuhan bersama untuk kelanjutan hidup kelompoknya. Kebutuhankebutuhan ini meliputi berbagai aspek kehidupan individu dan sosial,
seperti sistem politik, ekonomi, sosial dan pendidikan, yang tersebut
terakhir adalah kebutuhan yang terpenting karena ia menyangkut
pembinaan generasi mendatang dalam rangka memenuhi kebutuhankebutuhan yang tersebut sebelumnya.
Sistem pembinaan di satu pihak dituntut agar senantiasa sesuai
dengan perkembangan zaman, ilmu dan teknologi yang berkembang
cepat. Di pihak lain, dituntut agar tetap bertahan dalam hal kesesuaiannya
dengan ajaran Islam. Hal ini merupakan masalah yang senantiasa
41
Ibid., hal. 22.
51
menuntut mujtahid muslim di bidang pendidikan untuk selalu berijtihad
sehingga teori pendidikan Islam senantiasa relevan dengan tuntutan
zaman, ilmu dan teknologi tersebut.42
E. Tujuan Pendidikan Islam
Pendidikan Islam, seperti pendidikan pada umumnya berusaha
membentuk pribadi manusia, harus melalui proses yang panjang, dengan hasil
yang tidak dapat diketahui dengan segera. Berbeda dengan membentuk benda
mati yang dapat dilakukan sesuai dengan keinginan pembentuknya. Oleh
karena itu dalam pembentukan tersebut diperlukan suatu perhitungan yang
matang dan hati-hati berdasarkan pandangan dan rumusan-rumusan yang jelas
dan tepat.
Sehubungan dengan hal tersebut, pendidikan Islam harus memahami
dan menyadari betul apa sebenarnya yang ingin dicapai dalam proses
pendidikan. Sesuatu yang akan dicapai tersebut dalam istilah pendidikan
disebut dengan “tujuan pendidikan”.43
Berbicara tentang tujuan pendidikan Islam, tentunya tidak dapat
dilepaskan dari hakikat pendidikan Islam itu sendiri. Sebagaimana
dikemukakan di muka bahwa konsep pendidikan Islam dapat dipahami dalam
dua pendekatan, yaitu pendekatan sosiologis dan filosofis.
42
43
Ibid., hal. 23.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan…, hal. 132.
52
Pendidikan Islam secara sosiologis diartikan sebagai aktifitas
(lembaga) pendidikan Islam yang keberadaannya disemangati oleh nilai-nilai
Islam, bertujuan mewujudkan misi Islam, menyelenggarakan pengkajian
terhadap ilmu-ilmu keislaman dan ilmu pada umumnya. Sedangkan secara
filosofis, pendidikan Islam adalah pendidkan yang berparadigma kesemestaan
yaitu nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan dan kealaman secara integratif dalam
rangka humanisasi dan liberalisasi manusia, agar manusia dapat menjalankan
tugas dan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi sebagai bentuk
pengabdiannya kepada Allah dan sesama manusia.44
Tujuan adalah merupakan arah yang hendak dituju dari suatu usaha
dan kegiatan. Pada umumnya suatu usaha akan berakhir bila tujuannya telah
tercapai. Dengan demikian tujuan berfungsi untuk mengarahkan, mengontrol
dan memudahkan evaluasi suatu aktifitas. Karena itu tujuan suatu aktivitas
haruslah dirumuskan dengan terus dan jelas. 45
Ada beberapa tujuan pendidikan, yaitu:
1. Tujuan umum
Berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur,46
karena menyangkut perubahan sikap, perilaku dan kepribadian peserta
44
UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah, Pendidikan Islam: Paradigma Teologis,
Filosofis dan Spiritual, (Malang: UMM Press, 2008), hal. 49.
45
Munardji, Ilmu Pendidikan…, hal. 53.
46
Ramayulis, Ilmu Pendidikan…, hal. 136.
53
didik. Dikatakan umum karena berlaku bagi siapa saja tanpa dibatasi
ruang dan waktu, dan menyangkut diri peserta didik secara total.
Menurut Al-Abrasyi sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis,
dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan lima
tujuan umum bagi pendidikan Islam, yaitu:
a. Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia.47 Kaum
muslimin dari dahulu kala sampai sekarang setuju bahwa pendidikan
akhlak adalah inti pendidikan Islam, dan mencapai akhlak yang
sempurna adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya.
b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan
Islam bukan hanya menitik beratkan pada keagamaan saja atau pada
keduniaan saja, tetapi pada kedua-duanya.48
Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Qashas ayat 77:
ِ
ِ َ‫اَّلل ال هدار ْاْل ِخرَة وََل تَ ْنس ن‬
ُّ ‫ك ِم َن‬
‫َح ِس ْن َك َما‬
َ َ‫صيب‬
ْ ‫الدنْيَا َوأ‬
َ َ
َ ُ‫يما َء َاَت َك ه‬
َ ‫َوابْتَ ِغ ف‬
َ
‫س َن ه‬
‫ك‬
َ ‫اَّللُ إِلَْي‬
ْ‫أ‬
َ ‫َح‬
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu”49
47
Ibid., hal. 137.
Ibid., hal. 138.
49
Depag RI, Qur’an dan Terjemahnya…, hal. 623.
48
54
c. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi manfaat atau
yang lebih terkenal sekarang ini dengan nama tujuan-tujuan vokasional
dan professional.
d. Menumbuhkan semangat ilmiah pada pelajar dan memuaskan
keingintahuan (curiosity) dan memungkinkan ia mengkaji ilmu demi
ilmu itu sendiri.
e. Menyiapkan pelajar dari segi professional, tehnikal dan pertukaran
supaya dapat menguasai profesi tertentu, dan ketrampilan pekerjaan
tertentu agar ia dapat mencari rezeki dalam hidup di samping
memelihara segi kerohanian dan keagamaan.50
Sementara itu, Al-Buthi sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis,
juga menyebutkan tujuh macam tujuan umum sebagai berikut:
a. Mencapai keridoan Allah, menjauhi murka dan siksaan-Nya dan
melaksanakan pengabdian yang tulus ikhlas kepada-Nya.
b. Mengangkat taraf akhlak dalam masyarakat berdasar pada agama yang
diturunkan untuk membimbing masyarakat ke arah yang diridlai-Nya.
c. Memupuk rasa cinta tanah air pada diri manusia berdasar pada agama
yang diturunkan untuk membimbing masyarakat ke arah yang diridlaiNya.
50
Ramayulis, Ilmu Pendidikan…, hal. 138.
55
d. Memupuk rasa cinta tanah air pada diri manusia berdasar pada agama
dan ajaran-ajaran yang dibawanya, begitu juga mengajarkan manusia
kepada nilai-nilai dan akhlak yang mulia.
e. Mewujudkan ketentraman di dalam jiwa dan akidah yang dalam,
penyerahan dan kepatuhan yang ikhlas kepada Allah.
f. Memelihara bahasa dan kesusastraan Arab sebagai bahasa Al-Qur’an
dan sebagai wadah kebudayaan dan unsur-unsur kebudayaan Islam
yang paling menonjol.
g. Meneguhkan perpaduan tanah air dan menyatukan barisan melalui
usaha menghilangkan perselisihan, bergabung dan kerja sama dalam
rangka prinsip-prinsip dan kepercayaan Islam yang terkandung dalam
Al-Qur’an dan Sunnah.51
2. Tujuan Akhir
Pendidikan Islam itu belangsung selama hidup, maka tujuan
akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir. Tujuan
umum yang berbentuk insan kamil dengan pola taqwa dapat mengalami
perubahan naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup
seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhi
dalam pencapaian tujuan tersebut. Karena itu pendidikan Islam itu berlaku
selama hidup
untuk
menumbuhkan, memupuk, mengembangkan,
memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai.
51
Ibid., hal. 139.
56
Orang yang sudah taqwa dalam bentuk insan kamil, masih perlu
mendapatkan
pendidikan
dalam
rangka
mengembangkan
dan
penyempurnaan, sekurang-kurangnya pemeliharaan supaya tidak luntur
dan berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan bukan dalam
pendidikan formal.52 Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami
dalam firman Allah:
ِ َّ
‫اَّللَ َح َّق تُ َقاتِِه َوََل َتَُوتُ َّن إََِّل َوأَنْتُ ْم ُم ْسلِ ُمو َن‬
َّ ‫ين ءَ َامنُوا اتَّ ُقوا‬
َ ‫ََيأَيُّ َها الذ‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenarbenar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
dalam Keadaan beragama Islam.” (QS Ali-Imran: 102)53
Tujuan ini dalam rangka mengupayakan agar peserta didik mampu
menjadi khalifah Tuhan di bumi ini, memanfaatkan, memakmurkannya,
mampu merealisasikan eksistensi Islam yang rahmatan lil alamin.
Dengan demikian, peserta didik mampu melestarikan bumi Allah ini,
mengambil manfaat untuk kepentingan dirinya, untuk kepentingan umat
manusia, serta untuk kemaslahatan semua yang ada di alam ini.54
3. Tujuan sementara
Tujuan sementara pada umumnya merupakan tujuan-tujuan yang
dikembangkan dalam rangka menjawab segala tuntutan kehidupan.
Daradjat, Ilmu Pendidikan…, hal. 31.
Depag RI, Qur’an dan Terjemahnya…, hal. 92.
54
Ramayulis., Ilmu Pendidikan…, hal. 135.
52
53
57
Karena itu, tujuan sementara itu kondisional, tergantung faktor dimana
peserta didik itu tinggal atau hidup. Dengan berangkat dari pertimbangan
kondisi itulah pendidikan Islam bisa menyesuikan diri untuk memenuhi
prinsip dinamis dalam pendidikan dengan lingkungan yang bercorak
apapun, yang membedakan antara satu wilayah dengan wilayah lain, yang
penting orientasi dari pendidikan itu tidak keluar dari nilai-nilai ideal
Islam.55
Dalam tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola ubudiyah
sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurang-kurangnya
beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik. Tujuan
pendidikan Islam seolah-olah merupakan suatu lingkaran yang pada
tingkat paling rendah mungkin merupakan suatu lingkaran kecil. Semakin
tinggi tingkatan pendidikannya, maka lingkaran tersebut semakin besar.
Tetapi sejak
dari tujuan pendidikan tingkat
permulaan bentuk
lingkarannya sudah harus kelihatan. Bentuk lingkaran inilah yang
menggambarkan insan kamil itu. Di sinilah barangkali perbedaan yang
mendasar bentuk tujuan pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya.56
Secara sederhana, tujuan pendidikan Islam adalah menjadikan
manusia mau mempergunakan semua sarana yang telah Allah sediakan
55
56
Ibid., hal. 141.
Ibid., hal. 142.
58
untuk kehidupan dunia ini sebagai jalan untuk beramal shalih dengan niat
mencari keridlaan Allah.57
F. Prinsip-prinsip pendidikan Islam
Pendidikan Islam mendasarkan sepak terjangnya dengan bertumpu
pada bidang agama dan akhlak dengan orientasi kepada perubahan dan
dinamika zaman, serta kegunaannya mengembangkan diri sesuai dengan
tingkah laku alur kehidupan zaman yang ada sepanjang masih berjalan dalam
garis-garis harmonisasi ajaran Islam.
Pentingnya pendidikan Islam memiliki kandungan arti akan perlunya
prinsip-prinsip yang mestinya ada dan harus dipengaruhi. Adapun prinsipprinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan Islam memiliki pandangan yang menyeluruh kepada agama,
manusia dan kebudayaan
Pendidikan Islam memusatkan pandangan dan penumpuannya
dengan menghimpun atau memadu antara jasmani dengan rohani,
individu dengan masyarakat dan dunia dengan akhirat. Pendidikan Islam
membina individu sebagaimana halnya membina masyarakat dan
sekaligus menghargai kemaslahatan keduanya.58
57
M. Thalib, 20 Kerangka Pokok Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ma’alimul Usrah, 2001), hal.
58
Munardji, Ilmu Pendidikan,.…, hal. 102.
16.
59
Ajakannya berorientasi kepada pandangan yang menyeluruh,
kepada hidup dan penghidupan dengan tetap berpegang pada agama dan
mengikuti perintah serta aturan yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an
dan as-Sunnah.
Tegasnya, adanya pandangan yang menyeluruh kepada agama,
kebudayaan, manusia, masyarakat dan kehidupan di dalam pendidikan
Islam, mengartikan tersandangnya prinsip universal.
2. Pendidikan Islam berdiri tegak dengan mewujudkan keseimbangan di
berbagai aspek pertumbuhan yang beragama dan keseimbangan pada
pemenuhan atau pemuasan berbagai kebutuhan, yakni sebagai upaya
mewujudkan
keseimbangan
antara
tuntutan-tuntutan
pemeliharaan
kebudayaan masa silam, kebutuhan masa kini dan mengatasi pula
masalah tuntutan-tuntutan dan kebutuhan-kebutuhan masa depan.
Jelaslah bahwa pendidikan Islam mendasarkan kekuatan Islam
dalam upaya menggerakkan aktifitasnya ke dalam jiwa dan kehidupan
sebagai jalan hidup dengan jalan kebenaran yang terang, sehingga
menjadikan umat manusia terhindar dari kegelapan.59
3. Pendidikan Islam berdiri di atas realisasi dengan mendasarkan diri kepada
kaidah-kaidah praktis dan realistis sesuai dengan fitrah dan sejalan
dengan suasana dan kesanggupan-kesanggupan yang dimiliki oleh
individu dan masyarakat di dalam alur dinamika zaman serta kematangan
59
Ibid., hal. 103.
60
budaya dan peradaban masyarakat bangsa itu sendiri, dan tidak luput
kemampuan institusi-insititusi yang mengelola proses pendidikan di
masyarakat tersebut.
Dengan demikian pendidikan Islam menyadarkan tindak lakunya
kepada kenyataan yang konkrit dan jelas, yaitu sebagai langkah yang
memberi jawaban kepada jiwa dan akal manusia di dalam menanggapi
masalah-masalah, tantangan-tantangan, sehingga terhindarlah timbulnya
perselisihan di dalam penafsiran, karena di dalamnya tercakup paduanpaduan yang saling kait mengkait di masing-masing bagian-bagiannya,
sebab Islam berdasar kepada prinsip yang konkrit dan nyata (realistis).
4. Pendidikan Islam memegangi aturan dirinya dengan orientasi kepada
proses perubahan pada tingkah laku jasmani, akal psikologis dan sosial
kemasyarakatan.60 Atau dengan kata lain perubahan itu tidak sekedar
bertumpu pada pengetahuan, tetapi juga menelusuri dalam bidang
pemikiran, ketrampilan, nilai-nilai, adat kebiasan dan sikap. Dalam
jangkauan yang lebih luas adalah meliputi segala aspek kehidupan
masyarakat dari segi budaya, spiritual, sosial, ekonomi dan politik.
Perubahan yang demikian itu adalah sebagai respon terhadap
kebutuhan, tuntutan alam dan masa serta perubahan sosial itu sendiri.
Artinya perubahan-perubahan yang diusahakan oleh pendidikan Islam
baik pada tingkah laku seseorang atau pada kehidupan masyarakat adalah
60
Ibid., hal. 104.
61
perubahan yang kontinyu dengan tetap berdasar kepada kaidah Islam
sebagai tali kendali, dan berjalan sesuai dengan ajaran-ajaran yang diridlai
Allah SWT. Dengan demikian, pendidikan Islam membekali dirinya
dengan prinsip perubahan yang berkelanjutan.
5. Pendidikan Islam berpusat pada anak didik, yakni dengan memberi
kesempatan dan memperhatikan hak kepada masing-masing individu
untuk mengembangkan potensi dan sikap yang terpadu. Karena individu
melihat pembawaan, lingkungan kebutuhan, minat dan kematangan
jasmani serta akal dan latar belakang sosial.
Untuk itu pendidikan Islam memelihara kehormatan antara
perbedaan-perbedaan tersebut di atas dalam penyelerasan yang terpadu
dan terarah serta mengusahakan perkembangan yang wajar dalam
kepribadiannya. Dengan demikian, pendidikan Islam mengandalkan
dirinya dengan berpusat kepada anak dan ia sanggup menyesuaikan diri.
6. Pendidikan Islam meletakkan dan membentuk kemerdekaan diri dengan
berdasar kepada ideal Islam dalam kehidupan individu dan masyarakat,
serta ideal yang diperjuangkan bangsa.61
Islam memberikan kemerdekaan berfikir dan diberi kebebasan
fikirannya berkembang bebas sepanjang masih dalam garis-garis ajaran
Islam, namun Islam tidak dirombak karena menuruti akal fikiran. Karena
61
Ibid., hal. 105.
62
ajaran Islam mengajarkan dan membuktikan bahwa manusia itu
kemampuannya terbatas.
Pendidikan Islam menjadikan seseorang itu berjiwa merdeka,
berdedikasi dan mandiri di dalam hidup bermasyarakat, memperjuangkan
bangsa dan negara serta agama. Dengan demikian pendidikan Islam
menekankan kepada prinsip kemerdekaan.
7. Di dalam Islam tidak ada ketentuan lamanya seseorang memperoleh
pendidikan. Demikian pula tidak ada batasan umur yang menentukan
kapan seseorang itu memulai dan mengakhiri studi.
Lebih dari itu, tidak ada ketentuan bahwa seseorang harus lebih
dahulu belajar Al-Qur’an sebelum bidang studi yang lain. Hal ini
menunjukkan betapa besarnya penghargaan Islam kepada bidang pendidikan.
Dengan demikian, bisa ditegaskan bahwa pendidikan Islam menganut prinsip
pendidikan seumur hidup (life long education).62
62
Ibid., hal. 106.
Download