31 BAB III TINJAUAN TENTANG PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Pendidikan Islam Secara alamiah, manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal, mengalami proses tahap demi tahap. Demikian pula kejadian alam semesta ini diciptakan Tuhan melalui berbagai macam proses. Pola perkembangan manusia dan kejadian alam semesta yang berproses demikian adalah berlangsung di atas hukum alam yang ditetapkan oleh Allah sebagai “sunnatullah”. Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap.1 Dalam kaitan ini, Hasan Langgulung sebagaimana yang dikutip oleh Jalaluddin, berpendapat bahwa pendidikan dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu sudut pandang individu dan sudut pandang masyarakat. Sudut pandang individu, pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan potensi individu. Sedangkan menurut pandangan masyarakat, pendidikan adalah usaha untuk mewariskan nilai-nilai budaya oleh generasi tua kepada generasi muda, agar nilai-nilai budaya tersebut terus hidup dan berlanjut di masyarakat.2 1 2 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1993), hal. 11. Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 69. 32 Bilamana pendidikan kita artikan sebagai latihan mental, moral dan fisik (jasmaniah) yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah, maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa taggung jawab. Usaha kependidikan bagi manusia menyerupai makanan yang berfungsi memberikan vitamin bagi pertumbuhan manusia.3 Secara sederhana, pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat di dalam masyarakat dan bangsa.4 Pendidikan di lembaga erat kaitannya dengan kewajiban menuntut ilmu. Seperti diketahui bahwa menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib serta dimudahkannya jalan ke surga.5 Dalam hadits disebutkan: ومن سلك طريقا يلقمس فيه: ان رسول هللا ص م قال,عن ابى هريرة رضى هللا عنه )علما س ّهل هللا له طريقا الى الجنّة (رواه مسلم “Dari Abi Hurairah r.a bahwasannya Rasulullah bersabda: Barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan ke surga.”6 3 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), hal. 12. M. Djumransyah dan Karim Amrullah, Pendidikan Islam: Menggali “Tradisi”, Meneguhkan Eksistensi, (Malang: UIN Malang Press, 2007), hal. 1. 5 Hari jauhari Muchtar, Fiqih Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 122. 6 Muslich Shabir, Terjemah Riyadus Shalihin vol. 2, (Semarang: Toha Putra, 2004), hal. 173. 4 33 Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada istilah al-tarbiyah, at-ta’dib, al-ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut yang populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam ialah istilah altarbiyah. Sedangkan istilah al-ta’dib dan al-ta’lim jarang sekali digunakan, padahal kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam.7 1. Istilah al-Tarbiyah Istilah al-tarbiyah berakar dari tiga kata, yaitu: pertama, dari kata rabba-yarbu yang berarti “bertambah dan tumbuh”. Kedua, rabiya-yarba yang berarti “tumbuh dan berkembang”. Ketiga, rabba-yarubbu yang berarti “memperbaiki, menguasai dan memimpin, menjaga dan memelihara. Kata al-rabb, juga berasal dari kata tarbiyah dan berarti “mengantarkan sesuatu kepada kesempurnaan” secara bertahap atau membuat sesuatu mencapai kesempurnaannya.8 Uraian di atas, secara filosofis mengisyaratkan bahwa proses pendidikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah sebagai “pendidik” seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia. Dalam konteks yang luas, pengertian pendidikan Islam yang dikandung dalam istilah al-tarbiyah terdiri dari empat unsur pendekatan, yaitu: (1) memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang usia dewasa (baligh), 7 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 25. 8 M. Shofan, Pendidikan Berparadigma Profetik, (Yogyakarta: IRUSoD, 2004), hal. 38. 34 (2) megembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan, (3) mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan, (4) melaksanakan pendidikan secara bertahap.9 Penggunaan istilah al-tarbiyah untuk menunjuk makna pendidikan Islam dapat difahami dengan merujuk firman Allah: ِ و ِ َّ الذ ِل ِمن ِ ُّ اح صغِ ًريا ْ َ ْ اخف َ الر ْْحَة َوقُ ْل َرب ْارْحَْ ُه َما َك َما َربَّيَ ِاِن َ َض ََلَُما َجن َ “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua denga penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka kedua telah mendidik aku waktu kecil” (Q.S. al-Isra’:24).10 2. Istilah al-Ta’lim Ta’lim merupakan kata benda buatan (mashdar) yang berasal dari akar kata ‘allama. Sebagian para ahli menerjemahkan istilah tarbiyah dengan pendidikan, sedangkan ta’lim diterjemahkan dengan pengajaran.11 Pengertian ta’lim atau pengajaran adalah pemberian ilmu pengetahuan sehingga orang yang diajar itu menjadi berilmu pengetahuan. Di dalam pengajaran, si pengajar berusaha untuk memindahkan (transfer) ilmu pengtahuan yang dimilikinya kepada orang yang menerima atau pelajar dengan jalan membentangkan, memaparkan, dan menjelaskan isi Nizar, Filsafat Pendidikan…, hal. 26. Depag RI, Qur’an dan Terjemahnya…, hal. 428. 11 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005), hal. 18. 9 10 35 pengetahuan atau ilmu yang diajarkan itu sehingga timbul gambaran yang jelas tentang apa yang diajarkan.12 Penunjukkan kata ta’lim pada pengertian pendidikan, sesuai dengan firman Allah: ال أَنْبِئُ ِوِن ِِب َْْسَ ِاء َه ُؤََل ِء إِ ْن ُكْن تُ ْم َ ض ُه ْم َعلَى الْ َم ََلئِ َك ِة فَ َق ْ َو َعلَّ َم ءَ َاد َم ْاْل َ َْسَاءَ ُكلَّ َها ُُثَّ َعَر ِِ ي َ صادق َ “Dan dia mengajarkan (‘allama) kepada Adam nama-nama (benda-benda seluruhnya) kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika memang orang-orang yang benar.“ (Q.S. al-Baqarah ayat 31).13 Berdasarkan pengertian yang ditawarkan dari kata ta’lim dan ayat di atas, terlihat pengertian pendidikan yang dimaksudkan mengandung makna yang terlalu sempit. Pengertian ta’lim hanya sebatas proses pentransferan seperangkat nilai antar manusia. Ia hanya dituntut untuk menguasai nilai yang di transfer secara kognitif dan psikomotorik, akan tetapi tidak dituntut pada domain afektif. Ia hanya sekadar memberi tahu atau memberi pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan kepribadian.14 3. Istilah al-Ta’dib Istilah ta’dib mempunyai kata dan makna dasar sebagai berikut: Djumransyah dan Amrullah, Pendidikan Islam…, hal. 5. Depag RI, Qur’an dan Terjemahnya…, hal. 14 14 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), hal. 15. 12 13 36 a) Ta’dib berasal dari kata dasar “adaba-ya’dibu” yang berarti melatih, untuk berperilaku yang baik dan sopan. b) Ta’dib berasal dari kata dasar “adaba-ya’dibu” yang berarti berbuat dan berperilaku sopan. c) Kata “adaba” sebagai bentuk kata kerja ta’dib mengandung pengertian mendidik, melatih, memperbaiki, mendisiplin, dan memberi tindakan.15 Ta’dib sebagai upaya dalam pembentukan adab (tata karma), terbagi atas empat macam, yaitu: 1) ta’dib al-haqq, pendidikan tata krama spiritual dalam kebenaran, yang memerlukan pengetahuan tentang wujud kebenaran, yang di dalamnya segala yang ada memiliki kebenaran tersendiri; 2) ta’dib adab al-khidmah, pendidikan tata karma spiritual dalam pengabdian. Sebagai seorang hamba, manusia harus mengabdi kepada sang Raja (Malik) dengan menempuh tata krama yang pantas; 3) ta’dib adab al-syari’ah, pendidikan tata tertib spiritual dalam syari’ah, yang tata caranya telah digariskan oleh Tuhan melalui wahyu. Segala penemuan syari’ah Tuhan akan berimplikasi pada tata karma spiritual dalam persahabatan, berupa saling menghormati dan berperilaku mulia di antara sesama.16 15 16 Ibid., hal. 15. Mujib, Ilmu Pendidikan.…, hal. 21. 37 Pada masa sekarang istilah yang populer dipakai orang adalah “tarbiyah” karena menurut M. Athhiyah al-Abrasyi sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis, yang mencakup keseluruhan kegiatan pendidikan tarbiyah merupakan upaya yang mempersiapkan individu untuk kehidupan yang lebih sempurna etika, sistematis dalam berpikir, memiliki ketajaman intuisi, giat dalam berkreasi, memiliki toleransi pada yang lain, berkompetisi dalam mengungkap bahasa lisan dan tulisan, serta memiliki beberapa ketrampilan. Sedangkan istilah yang lain merupakan bagian dari kegiatan tarbiyah. Dengan demikian maka istilah pendidikan Islam disebut Tarbiyah Islamiyah.17 Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan citacita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.18 Sedangkan Muhammad Quthb sebagaimana yang dikutip oleh Abdullah dan Toto, memberi pengertian pendidikan Islam (Tarbiyah Islamiyah) sebagai usaha untuk melakukan pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud manusia, baik dari segi jasmani maupun rohani, baik dari Ramayulis, Ilmu Pendidikan…, hal. 16. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Pendekatan Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal. 10. 17 18 38 kehidupan fisik maupun mentalnya, dalam melaksanakan kegiatannya di bumi ini.19 Oleh karena itu, ditinjau dari aspek pengamatannya, pendidikan Islam berwatak akomodatif kepada tuntutan kemajuan zaman yang ruang lingkupnya berada di dalam kerangka acuan norma-norma kehidupan Islam.20 B. Ruang Lingkup Pendidikan Islam Islam telah memberikan konsep-konsep yang mendasar tentang pendidikan, dan menjadi tanggung jawab manusia untuk menjabarkan dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar tersebut dalam praktek kependidikan. Pendidikan Islam secara praktis telah ada dan dilakukan sejak Islam lahir. Usaha dan kegiatan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, dalam lingkup pendidikan dengan jalan menanamkan nilai-nilai dan norma-norma budaya Islam yang dikembangkan dalam hidup dan kehidupan dengan menggunakan media yang berdasarkan wahyu Allah SWT, sehingga warga Mekkah yang tadinya bercorak diri yang jahat dan berwatak kasar berubah menjadi baik dan mulia, dari diri yang bodoh menjadi ahli dan cakap, dan diri yang kafir dan musyrik penyembah berhala berubah menjadi penyembah Allah SWT. 19 Abdullah Idi dan Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), hal. 47. 20 Arifin, Ilmu Pendidikan…, hal. 11. 39 Jadi, jelaslah uraian di atas dapatlah diketahui bahwa ruang lingkup pendidikan Islam itu adalah terkait dengan persoalan-persoalan yang menyeluruh dan mengandung moralisasi bagi semua jenis dan tingkat pendidikan Islam yang ada baik yang di masa sekarang atau di masa yang akan datang.21 Ruang lingkup pendidikan Islam mencakup kegiatan-kegiatan kependidikan yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan dalam bidang atau lapangan hidup manusia yang meliputi: a. Lapangan hidup keagamaan, agar perkembangan pribadi manusia sesuai dengan norma-norma ajaran Islam. b. Lapangan hidup berkeluarga, agar berkembang menjadi keluarga yang sejahtera. c. Lapangan hidup ekonomi, agar dapat berkembang menjadi sistem kehidupan yang bebas dari penghisapan manusia oleh manusia.22 d. Lapangan hidup kemasyarakatan, agar terbina masyarakat yang adil dan makmur di bawah ridla dan ampunan Allah. e. Lapangan hidup politik, agar supaya tercipta sistem demokrasi yang sehat dan dinamis sesuai dengan ajaran Islam. f. Lapangan hidup seni budaya, agar menjadikan hidup manusia penuh keindahan dan kegairahan yang tidak gersang dari nilai moral agama. 21 22 Munardji, Ilmu Pendidikan…, hal. 14. Uhbiyati, Ilmu Pendidikan…, hal. 19. 40 g. Lapangan hidup ilmu pengetahuan, agar berkembang menjadi alat untuk mencapai kesejahteraan hidup umat manusia yang dikendalikan oleh iman.23 C. Konsep Pendidikan Islam Ajaran Islam adalah ajaran (agama) yang universal. Menurut pengertian dasarnya, Islam berarti tunduk, patuh, taat serta berserah diri kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam. Untuk mendapatkan keselamatan kesejahteraan dan kedamaian hidup di dunia dan di akhirat. Ajaran Islam tersebut diciptakan dan diturunkan oleh Allah Tuhan semesta alam diperuntukkan bagi manusia, untuk memberikan petunjuk dan jalan lurus dalam melaksanakan tugas-tugas hidup serta mencapai tujuan hidupnya di dunia ini. Dengan demikian, ajaran (agama) Islam diciptakan oleh Allah sejajar dan sesuai dengan proses penciptaan dan tujuan hidup manusia di muka bumi ini. Dengan pengertian Islam yang demikian itu, maka dapat dipahami bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan dan pengarahan (menurut bahasa agama, sebagai “hudan” yang berarti petunjuk) dari Allah Rabbul Alamin, kepada manusia agar manusia mampu melaksanakan tugastugas hidupnya di dunia sesuai dengan tujuan penciptaannya. Dan dengan demikian, pendidikan Islam sebenarnya adalah pendidikan alami yang bersifat universal. 23 Arifin, Ilmu Pendidikan.…, hal. 17. 41 Secara sederhana pendidikan Islam dapat diartikan sebagai pendidikan yang dilaksanakan dengan bersumber dan berdasar atas ajaran (agama) Islam. Sebagaimana kita maklumi, bahwa ajaran Islam bersumber dan berdasarkan atas Al-Qur’an, yang kemudian dicontoh-teladankan aplikasinya dalam kehidupan nyata oleh Sunnah Nabi Muhammad SAW.24 Dengan demikian, pengertian pendidikan secara konseptual menurut ajaran Islam (pendidikan Islam) adalah usaha sadar dalam rangka membimbing dan mempersiapkan anak/generasi muda, agar mereka mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya dengan penuh tanggung jawab. Dengan pengertian konseptual tersebut, di dalamnya terkandung beberapa unsur/pengertian pokok, yaitu: a. Usaha sadar atau membimbing tersebut dilakukan oleh orang tua atau generasi tua atau siapa saja yang bertanggung jawab untuk membimbing pertumbuhan dan pekembangan anak, dengan dan atas nama Allah SWT. b. Yang dibimbing (dididik) adalah anak/generasi muda, dengan seluruh kelengkapan dasar dan potensi-potensi pembawaan/fitrahnya, agar bertumbuh kembang secara bertahap dan berangsur-angsur secara maksimal (dengan sempurna). 24 Munardji, Ilmu Pendidikan…, hal. 31. 42 c. Tujuan bimbingan (pendidikan) agar anak nantinya menjadi mampu melaksanakan tugas-tugas hidup, yaitu tugas-tugas kekhalifahan dengan penuh tanggung jawab kepada Allah SWT.25 Allah SWT menempatkan orang-orang yang berilmu pengetahuan pada posisi yang tinggi dan mulia, sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah SWT: ِ َّ ِ َّ َّ ي رفَ ِع ِ ين أُوتُوا الْعِْل َم َد َر َجات َْ َ ين ءَ َامنُوا مْن ُك ْم َوالذ َ اَّللُ الذ “Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan, beberapa derajat.” (QS alMujadalah: 11)26 Berdasarkan uraian di atas, dapat digarisbawahi bahwa Islam menempatkan pendidikan sebagai suatu kewajiban umat manusia dalam rangka memenuhi fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi, lebih-lebih jika dikaitkan dengan kekuatan akal dan pikiran yang dimiliki oleh manusia. Tanpa pendidikan, kekuatan tersebut akan menjadi bomerang bagi kehidupan manusia itu sendiri. Sesuai dengan fitrahnya, ilmu pengetahuan (pendidikan) diberikan Allah kepada manusia untuk mengurus bumi ini. Di sinilah letak esensinya, Allah mewajibkan umat manusia untuk menempuh pendidikan.27 25 Ibid., hal. 34. Depag RI, Qur’an dan Terjemahnya…, hal. 910. 27 Zulkarnain, Transformasi Nilai-nilai Pendidikan Islam: Manajemen Berorientasi Link and Match, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2008), hal. 16. 26 43 Sudah barang tentu pengertian pendidikan seperti lazim dipakai sekarang ini, belum terdapat pada masa Nabi, akan tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan Nabi dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih ketrampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung ide pembentukan pribadi muslim telah mencakup arti pendidikan dalam pengertian yang sekarang. Orang Arab Mekkah yang tadinya kafir, penyembah berhala, musyrik, kasar dan sombong, maka dengan usaha dan kegiatan Nabi dengan mengislamkan mereka, lalu berubah mereka menjadi penyembah Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, mereka berubah menjadi muslim, mukmin, lemah lembut dan hormat kepada orang lain.28 Mereka telah berubah yang tadinya sebagai masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat ilmiah yang berkepribadian sebagaimana yang dicita-citakan oleh ajaran Islam. Dengan demikian berarti Nabi telah mendidik membentuk kepribadian, yaitu kepribadian muslim yang sekaligus berarti bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang pendidik yang sukses. Apa yang beliau lakukan dalam membentuk kepribadian manusia, kita namakan sekarang ini dengan pendidikan Islam. Ciri-cirinya adalah perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan ajaran Islam. Untuk itu, diperlukan adanya usaha, kegiatan, cara, akal dan lingkungan hidup yang menunjang akan keberhasilannya. Dengan 28 Munardji, Ilmu Pendidikan…, hal. 37. 44 demikian secara umum dapat kita katakan pendidikan Islam adalah pembentukan kepribadian muslim.29 D. Landasan pendidikan Islam Setiap aktifitas yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai dasar atau landasan tempat berpijak yang kokoh dan kuat. Dasar adalah pangkal tolak suatu aktifitas. Di dalam menetapkan dasar suatu aktifitas, manusia selalu berpedoman kepada pandangan hidup dan hukumhukum dasar yang dianutnya, karena hal ini yang akan menjadi pegangan dasar di dalam kehidupannya. Apabila pandangan hidup dan hukum dasar yang dianut manusia berbeda, maka berbeda pulalah dasar dan tujuan aktifitasnya.30 Landasan adalah merupakan dasar atau fondasi tempat berpijak yang baik dalam setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan. Fungsi dari landasan adalah seperti fondasi yang akan mengokohkan berdirinya suatu bangunan, sehingga dengan demikian usaha kegiatan tersebut benar-benar mempunyai dasar keteguhan dan keyakinan dalam mencapai tujuan. 29 30 Ibid., hal. 38. Ramayulis, Ilmu Pendidikan…, hal. 121. 45 Landasan itu terdiri dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW yang dapat dikembangkan dengan ijtihad, al maslahah, al mursalah, istihsan, qiyas dan sebagainya.31 1. Al-Qur’an Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut dengan syari’ah.32 Di dalam Al-Qur’an berisi firman-firman Allah SWT, yang kebenarannya tidak dapat diragukan lagi, terutama petunjuk bagi orangorang yang bertaqwa, sebagaimana firman Allah: ِ ِ ِ ِ ِ ك الْ ِكتَاب ََل ري ي َ َذل َ ب فيه ُه ًدى ل ْل ُمتَّق َ َْ ُ “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (QS al-Baqarah: 2)33 Yang dimaksud dengan petunjuk dalam ayat ini dapat dipahami yakni yang berhubungan dengan segala aktifitas manusia. Jadi, di Munardji, Ilmu Pendidikan…, hal. 48. Zakiat Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 19. 33 Depag RI, Qur’an dan Terjemahnya…, hal. 8. 31 32 46 dalamnya tentang dasar, cara-cara dan tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan. Ajaran-ajaran yang berkenaan dengan iman tidak banyak dibicarakan dalam Al-Qur’an, sebanyak ajaran yang berkenaan dengan amal perbuatan. Ini menunjukkan bahwa amal itulah yang paling banyak dilaksanakan, sebab semua amal perbuatan manusia dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan alam dan lingkungannya, dengan makhluk lainnya, termasuk dalam ruang lingkup amal salih (syari’ah). Istilah-istilah yang biasa digunakan dalam membicarakan ilmu tentang syari’ah ini adalah: 1) Ibadah untuk perbuatan yang langsung berhubungan dengan Allah (ketundukan vertical) 2) Mu’amalah untuk perbuatan yang berhubungan selain dengan Allah. 3) Akhlak yang berfungsi mengatur etika dan budi pekerti dalam pergaulan agar menjadi baik dan terpuji. Pendidikan Islam, termasuk dalam ruang lingkup mu’amalah, maka harus menggunakan dasar Al-Qur’an sebagai landasan utama. Pendidikan sangat penting karena ia ikut menentukan corak dan bentuk amal dan kehidupan manusia, baik pribadi maupun masyarakat.34 34 Munardji, Ilmu Pendidikan…, hal. 49. 47 Dengan demikian, jelaslah kiranya bahwa dalam pendidikan Islam harus menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam merumuskan beberapa teori tentang pendidikan Islam. Atau dengan kata lain, pendidikan Islam harus berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an yang penafsirannya dapat dilakukan berdasarkan ijtihad disesuaikan dengan perkembangan zaman.35 2. As-Sunnah As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan dan pengakuan Rasulullah SAW (perbuatan yang dilakukan para sahabat atau orang lain dan beliau membiarkan saja perbuatan/kejadian itu berlangsung). Di dalam as-Sunnah juga berisi ajaran tentang aqidah dan akhlaq seperti Al-Qur’an yang juga berkaitan dengan masalah pendidikan. AsSunnah berisi petunjuk (tuntunan) untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina manusia seutuhnya.36 Sunnah dapat dijadikan dasar pendidikan Islam karena sunnah menjadi sumber utama pendidikan Islam, karena Allah telah menjadikan Muhammad SAW sebagai teladan bagi umatnya. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Ahzab: 21 َِّ ول ِ لََق ْد َكا َن لَ ُكم ِِف رس اَّللَ َكثِ ًريا َّ اَّللَ َوالْيَ ْوَم ْاْل ِخَر َوذَ َكَر َّ ُس َوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكا َن يَ ْر ُجو ْ اَّلل أ َُ ْ 35 36 Ibid., hal. 50. Ibid., hal. 50. 48 “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”37 Nabi mengajarkan dan mempraktekkan sikap dan amal baik kepada istri dan sahabatnya, dan seterusnya mereka mempraktekkan pula seperti yang dipraktekkan Nabi dan mengajarkan pula kepada orang lain. Perkataan dan ketetapan inilah yang disebut hadits dan sunnah. Konsepsi dasar pendidikan yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW sebagai berikut: 1) Disampaikan sebagai rahmatan lil ‘alamin. 2) Disampaikan secara menyeluruh 3) Apa yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak 4) Kehadiran Nabi sebagai evaluator atas segala aktifitas pendidikan 5) Perilaku Nabi sebagai figure identifikasi (uswatun khasanah) bagi umatnya.38 Dari kedua landasan tersebut, banyak nilai-nilai yang dapat dijadikan dasar bagi pendidikan Islam. Di sini diutarakan nilai yang dipandang fundamental dan dapat merangkum berbagai nilai yang lain yaitu tauhid, kemanusiaan, kesatuan umat Islam, keseimbangan dan rahmatan lil ‘alamin.39 Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya…, hal. 670. Ramayulis, Ilmu Pendidikan…, hal. 123. 39 Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001) hal. 37 38 63. 49 3. Ijtihad Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syariat Islam untuk menetapkan/menentukan sesuatu hukum syariat Islam dalam halhal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah. Namun demikian, ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh para mujtahid tidak boleh bertentangan dengan isi Al-Qur’an dan Sunnah tersebut. Karena itu ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum Islam yang sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah Rasulullah wafat. Sasaran ijtihad ialah segala sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan, yang senantiasa berkembang.40 Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu sebab ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah adalah bersifat pokokpokok dan prinsip-prinsipnya saja. Bila ternyata ada yang agak terperinci, maka perincian itu adalah sekedar contoh dalam menerapkan yang prinsip itu. Sejak diturunkan sampai Nabi Muhammad wafat, ajaran Islam telah tumbuh dan berkembang melalui ijtihad yang dituntut oleh perubahan situasi dan kondisi sosial yang tumbuh dan berkembang pula. Sebaliknya 40 Daradjat, Ilmu Pendidikan…, hal. 21. 50 ajaran Islam sendiri telah berperan mengubah kehidupan manusia menjadi kehidupan muslim. Kita hidup sekarang di zaman dan lingkungan yang jauh berbeda dengan zaman dan lingkungan ketika ajaran Islam itu diterapkan untuk pertama kali. Di samping itu, kita yakin pula bahwa ajaran itu berlaku di segala zaman dan tempat, di segala situasi dan kondisi lingkungan sosial. Kenyataan yang dihadirkan oleh peralihan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan menyebabkan kebutuhan manusia semakin banyak.41 Sebagai makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial, manusia tentu saja mempunyai kebutuhan individu dan kebutuhan sosial menurut tingkatan-tingkatannya. Dalam kehidupan bersama, mereka mempunyai kebutuhan bersama untuk kelanjutan hidup kelompoknya. Kebutuhankebutuhan ini meliputi berbagai aspek kehidupan individu dan sosial, seperti sistem politik, ekonomi, sosial dan pendidikan, yang tersebut terakhir adalah kebutuhan yang terpenting karena ia menyangkut pembinaan generasi mendatang dalam rangka memenuhi kebutuhankebutuhan yang tersebut sebelumnya. Sistem pembinaan di satu pihak dituntut agar senantiasa sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu dan teknologi yang berkembang cepat. Di pihak lain, dituntut agar tetap bertahan dalam hal kesesuaiannya dengan ajaran Islam. Hal ini merupakan masalah yang senantiasa 41 Ibid., hal. 22. 51 menuntut mujtahid muslim di bidang pendidikan untuk selalu berijtihad sehingga teori pendidikan Islam senantiasa relevan dengan tuntutan zaman, ilmu dan teknologi tersebut.42 E. Tujuan Pendidikan Islam Pendidikan Islam, seperti pendidikan pada umumnya berusaha membentuk pribadi manusia, harus melalui proses yang panjang, dengan hasil yang tidak dapat diketahui dengan segera. Berbeda dengan membentuk benda mati yang dapat dilakukan sesuai dengan keinginan pembentuknya. Oleh karena itu dalam pembentukan tersebut diperlukan suatu perhitungan yang matang dan hati-hati berdasarkan pandangan dan rumusan-rumusan yang jelas dan tepat. Sehubungan dengan hal tersebut, pendidikan Islam harus memahami dan menyadari betul apa sebenarnya yang ingin dicapai dalam proses pendidikan. Sesuatu yang akan dicapai tersebut dalam istilah pendidikan disebut dengan “tujuan pendidikan”.43 Berbicara tentang tujuan pendidikan Islam, tentunya tidak dapat dilepaskan dari hakikat pendidikan Islam itu sendiri. Sebagaimana dikemukakan di muka bahwa konsep pendidikan Islam dapat dipahami dalam dua pendekatan, yaitu pendekatan sosiologis dan filosofis. 42 43 Ibid., hal. 23. Ramayulis, Ilmu Pendidikan…, hal. 132. 52 Pendidikan Islam secara sosiologis diartikan sebagai aktifitas (lembaga) pendidikan Islam yang keberadaannya disemangati oleh nilai-nilai Islam, bertujuan mewujudkan misi Islam, menyelenggarakan pengkajian terhadap ilmu-ilmu keislaman dan ilmu pada umumnya. Sedangkan secara filosofis, pendidikan Islam adalah pendidkan yang berparadigma kesemestaan yaitu nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan dan kealaman secara integratif dalam rangka humanisasi dan liberalisasi manusia, agar manusia dapat menjalankan tugas dan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi sebagai bentuk pengabdiannya kepada Allah dan sesama manusia.44 Tujuan adalah merupakan arah yang hendak dituju dari suatu usaha dan kegiatan. Pada umumnya suatu usaha akan berakhir bila tujuannya telah tercapai. Dengan demikian tujuan berfungsi untuk mengarahkan, mengontrol dan memudahkan evaluasi suatu aktifitas. Karena itu tujuan suatu aktivitas haruslah dirumuskan dengan terus dan jelas. 45 Ada beberapa tujuan pendidikan, yaitu: 1. Tujuan umum Berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur,46 karena menyangkut perubahan sikap, perilaku dan kepribadian peserta 44 UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah, Pendidikan Islam: Paradigma Teologis, Filosofis dan Spiritual, (Malang: UMM Press, 2008), hal. 49. 45 Munardji, Ilmu Pendidikan…, hal. 53. 46 Ramayulis, Ilmu Pendidikan…, hal. 136. 53 didik. Dikatakan umum karena berlaku bagi siapa saja tanpa dibatasi ruang dan waktu, dan menyangkut diri peserta didik secara total. Menurut Al-Abrasyi sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis, dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan lima tujuan umum bagi pendidikan Islam, yaitu: a. Untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia.47 Kaum muslimin dari dahulu kala sampai sekarang setuju bahwa pendidikan akhlak adalah inti pendidikan Islam, dan mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya. b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam bukan hanya menitik beratkan pada keagamaan saja atau pada keduniaan saja, tetapi pada kedua-duanya.48 Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Qashas ayat 77: ِ ِ َاَّلل ال هدار ْاْل ِخرَة وََل تَ ْنس ن ُّ ك ِم َن َح ِس ْن َك َما َ َصيب ْ الدنْيَا َوأ َ َ َ ُيما َء َاَت َك ه َ َوابْتَ ِغ ف َ س َن ه ك َ اَّللُ إِلَْي ْأ َ َح “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu”49 47 Ibid., hal. 137. Ibid., hal. 138. 49 Depag RI, Qur’an dan Terjemahnya…, hal. 623. 48 54 c. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi manfaat atau yang lebih terkenal sekarang ini dengan nama tujuan-tujuan vokasional dan professional. d. Menumbuhkan semangat ilmiah pada pelajar dan memuaskan keingintahuan (curiosity) dan memungkinkan ia mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri. e. Menyiapkan pelajar dari segi professional, tehnikal dan pertukaran supaya dapat menguasai profesi tertentu, dan ketrampilan pekerjaan tertentu agar ia dapat mencari rezeki dalam hidup di samping memelihara segi kerohanian dan keagamaan.50 Sementara itu, Al-Buthi sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis, juga menyebutkan tujuh macam tujuan umum sebagai berikut: a. Mencapai keridoan Allah, menjauhi murka dan siksaan-Nya dan melaksanakan pengabdian yang tulus ikhlas kepada-Nya. b. Mengangkat taraf akhlak dalam masyarakat berdasar pada agama yang diturunkan untuk membimbing masyarakat ke arah yang diridlai-Nya. c. Memupuk rasa cinta tanah air pada diri manusia berdasar pada agama yang diturunkan untuk membimbing masyarakat ke arah yang diridlaiNya. 50 Ramayulis, Ilmu Pendidikan…, hal. 138. 55 d. Memupuk rasa cinta tanah air pada diri manusia berdasar pada agama dan ajaran-ajaran yang dibawanya, begitu juga mengajarkan manusia kepada nilai-nilai dan akhlak yang mulia. e. Mewujudkan ketentraman di dalam jiwa dan akidah yang dalam, penyerahan dan kepatuhan yang ikhlas kepada Allah. f. Memelihara bahasa dan kesusastraan Arab sebagai bahasa Al-Qur’an dan sebagai wadah kebudayaan dan unsur-unsur kebudayaan Islam yang paling menonjol. g. Meneguhkan perpaduan tanah air dan menyatukan barisan melalui usaha menghilangkan perselisihan, bergabung dan kerja sama dalam rangka prinsip-prinsip dan kepercayaan Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah.51 2. Tujuan Akhir Pendidikan Islam itu belangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir. Tujuan umum yang berbentuk insan kamil dengan pola taqwa dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhi dalam pencapaian tujuan tersebut. Karena itu pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. 51 Ibid., hal. 139. 56 Orang yang sudah taqwa dalam bentuk insan kamil, masih perlu mendapatkan pendidikan dalam rangka mengembangkan dan penyempurnaan, sekurang-kurangnya pemeliharaan supaya tidak luntur dan berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan bukan dalam pendidikan formal.52 Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah: ِ َّ اَّللَ َح َّق تُ َقاتِِه َوََل َتَُوتُ َّن إََِّل َوأَنْتُ ْم ُم ْسلِ ُمو َن َّ ين ءَ َامنُوا اتَّ ُقوا َ ََيأَيُّ َها الذ “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenarbenar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.” (QS Ali-Imran: 102)53 Tujuan ini dalam rangka mengupayakan agar peserta didik mampu menjadi khalifah Tuhan di bumi ini, memanfaatkan, memakmurkannya, mampu merealisasikan eksistensi Islam yang rahmatan lil alamin. Dengan demikian, peserta didik mampu melestarikan bumi Allah ini, mengambil manfaat untuk kepentingan dirinya, untuk kepentingan umat manusia, serta untuk kemaslahatan semua yang ada di alam ini.54 3. Tujuan sementara Tujuan sementara pada umumnya merupakan tujuan-tujuan yang dikembangkan dalam rangka menjawab segala tuntutan kehidupan. Daradjat, Ilmu Pendidikan…, hal. 31. Depag RI, Qur’an dan Terjemahnya…, hal. 92. 54 Ramayulis., Ilmu Pendidikan…, hal. 135. 52 53 57 Karena itu, tujuan sementara itu kondisional, tergantung faktor dimana peserta didik itu tinggal atau hidup. Dengan berangkat dari pertimbangan kondisi itulah pendidikan Islam bisa menyesuikan diri untuk memenuhi prinsip dinamis dalam pendidikan dengan lingkungan yang bercorak apapun, yang membedakan antara satu wilayah dengan wilayah lain, yang penting orientasi dari pendidikan itu tidak keluar dari nilai-nilai ideal Islam.55 Dalam tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola ubudiyah sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik. Tujuan pendidikan Islam seolah-olah merupakan suatu lingkaran yang pada tingkat paling rendah mungkin merupakan suatu lingkaran kecil. Semakin tinggi tingkatan pendidikannya, maka lingkaran tersebut semakin besar. Tetapi sejak dari tujuan pendidikan tingkat permulaan bentuk lingkarannya sudah harus kelihatan. Bentuk lingkaran inilah yang menggambarkan insan kamil itu. Di sinilah barangkali perbedaan yang mendasar bentuk tujuan pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya.56 Secara sederhana, tujuan pendidikan Islam adalah menjadikan manusia mau mempergunakan semua sarana yang telah Allah sediakan 55 56 Ibid., hal. 141. Ibid., hal. 142. 58 untuk kehidupan dunia ini sebagai jalan untuk beramal shalih dengan niat mencari keridlaan Allah.57 F. Prinsip-prinsip pendidikan Islam Pendidikan Islam mendasarkan sepak terjangnya dengan bertumpu pada bidang agama dan akhlak dengan orientasi kepada perubahan dan dinamika zaman, serta kegunaannya mengembangkan diri sesuai dengan tingkah laku alur kehidupan zaman yang ada sepanjang masih berjalan dalam garis-garis harmonisasi ajaran Islam. Pentingnya pendidikan Islam memiliki kandungan arti akan perlunya prinsip-prinsip yang mestinya ada dan harus dipengaruhi. Adapun prinsipprinsip tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pendidikan Islam memiliki pandangan yang menyeluruh kepada agama, manusia dan kebudayaan Pendidikan Islam memusatkan pandangan dan penumpuannya dengan menghimpun atau memadu antara jasmani dengan rohani, individu dengan masyarakat dan dunia dengan akhirat. Pendidikan Islam membina individu sebagaimana halnya membina masyarakat dan sekaligus menghargai kemaslahatan keduanya.58 57 M. Thalib, 20 Kerangka Pokok Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ma’alimul Usrah, 2001), hal. 58 Munardji, Ilmu Pendidikan,.…, hal. 102. 16. 59 Ajakannya berorientasi kepada pandangan yang menyeluruh, kepada hidup dan penghidupan dengan tetap berpegang pada agama dan mengikuti perintah serta aturan yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah. Tegasnya, adanya pandangan yang menyeluruh kepada agama, kebudayaan, manusia, masyarakat dan kehidupan di dalam pendidikan Islam, mengartikan tersandangnya prinsip universal. 2. Pendidikan Islam berdiri tegak dengan mewujudkan keseimbangan di berbagai aspek pertumbuhan yang beragama dan keseimbangan pada pemenuhan atau pemuasan berbagai kebutuhan, yakni sebagai upaya mewujudkan keseimbangan antara tuntutan-tuntutan pemeliharaan kebudayaan masa silam, kebutuhan masa kini dan mengatasi pula masalah tuntutan-tuntutan dan kebutuhan-kebutuhan masa depan. Jelaslah bahwa pendidikan Islam mendasarkan kekuatan Islam dalam upaya menggerakkan aktifitasnya ke dalam jiwa dan kehidupan sebagai jalan hidup dengan jalan kebenaran yang terang, sehingga menjadikan umat manusia terhindar dari kegelapan.59 3. Pendidikan Islam berdiri di atas realisasi dengan mendasarkan diri kepada kaidah-kaidah praktis dan realistis sesuai dengan fitrah dan sejalan dengan suasana dan kesanggupan-kesanggupan yang dimiliki oleh individu dan masyarakat di dalam alur dinamika zaman serta kematangan 59 Ibid., hal. 103. 60 budaya dan peradaban masyarakat bangsa itu sendiri, dan tidak luput kemampuan institusi-insititusi yang mengelola proses pendidikan di masyarakat tersebut. Dengan demikian pendidikan Islam menyadarkan tindak lakunya kepada kenyataan yang konkrit dan jelas, yaitu sebagai langkah yang memberi jawaban kepada jiwa dan akal manusia di dalam menanggapi masalah-masalah, tantangan-tantangan, sehingga terhindarlah timbulnya perselisihan di dalam penafsiran, karena di dalamnya tercakup paduanpaduan yang saling kait mengkait di masing-masing bagian-bagiannya, sebab Islam berdasar kepada prinsip yang konkrit dan nyata (realistis). 4. Pendidikan Islam memegangi aturan dirinya dengan orientasi kepada proses perubahan pada tingkah laku jasmani, akal psikologis dan sosial kemasyarakatan.60 Atau dengan kata lain perubahan itu tidak sekedar bertumpu pada pengetahuan, tetapi juga menelusuri dalam bidang pemikiran, ketrampilan, nilai-nilai, adat kebiasan dan sikap. Dalam jangkauan yang lebih luas adalah meliputi segala aspek kehidupan masyarakat dari segi budaya, spiritual, sosial, ekonomi dan politik. Perubahan yang demikian itu adalah sebagai respon terhadap kebutuhan, tuntutan alam dan masa serta perubahan sosial itu sendiri. Artinya perubahan-perubahan yang diusahakan oleh pendidikan Islam baik pada tingkah laku seseorang atau pada kehidupan masyarakat adalah 60 Ibid., hal. 104. 61 perubahan yang kontinyu dengan tetap berdasar kepada kaidah Islam sebagai tali kendali, dan berjalan sesuai dengan ajaran-ajaran yang diridlai Allah SWT. Dengan demikian, pendidikan Islam membekali dirinya dengan prinsip perubahan yang berkelanjutan. 5. Pendidikan Islam berpusat pada anak didik, yakni dengan memberi kesempatan dan memperhatikan hak kepada masing-masing individu untuk mengembangkan potensi dan sikap yang terpadu. Karena individu melihat pembawaan, lingkungan kebutuhan, minat dan kematangan jasmani serta akal dan latar belakang sosial. Untuk itu pendidikan Islam memelihara kehormatan antara perbedaan-perbedaan tersebut di atas dalam penyelerasan yang terpadu dan terarah serta mengusahakan perkembangan yang wajar dalam kepribadiannya. Dengan demikian, pendidikan Islam mengandalkan dirinya dengan berpusat kepada anak dan ia sanggup menyesuaikan diri. 6. Pendidikan Islam meletakkan dan membentuk kemerdekaan diri dengan berdasar kepada ideal Islam dalam kehidupan individu dan masyarakat, serta ideal yang diperjuangkan bangsa.61 Islam memberikan kemerdekaan berfikir dan diberi kebebasan fikirannya berkembang bebas sepanjang masih dalam garis-garis ajaran Islam, namun Islam tidak dirombak karena menuruti akal fikiran. Karena 61 Ibid., hal. 105. 62 ajaran Islam mengajarkan dan membuktikan bahwa manusia itu kemampuannya terbatas. Pendidikan Islam menjadikan seseorang itu berjiwa merdeka, berdedikasi dan mandiri di dalam hidup bermasyarakat, memperjuangkan bangsa dan negara serta agama. Dengan demikian pendidikan Islam menekankan kepada prinsip kemerdekaan. 7. Di dalam Islam tidak ada ketentuan lamanya seseorang memperoleh pendidikan. Demikian pula tidak ada batasan umur yang menentukan kapan seseorang itu memulai dan mengakhiri studi. Lebih dari itu, tidak ada ketentuan bahwa seseorang harus lebih dahulu belajar Al-Qur’an sebelum bidang studi yang lain. Hal ini menunjukkan betapa besarnya penghargaan Islam kepada bidang pendidikan. Dengan demikian, bisa ditegaskan bahwa pendidikan Islam menganut prinsip pendidikan seumur hidup (life long education).62 62 Ibid., hal. 106.