Dwi Larasatie Nur Fibri, STP, M.Sc Laboratorium Ilmu Pangan dan Gizi Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Universitas Gadjah Mada KARBOHIDRAT KARBOHIDRAT (=hydrated carbon) : karbon yg mengikat air secara kimiawi = C + H2O dengan jumlah atom C minimal = 3 Rumus kimia empiris karbohidrat : (CH2O)n atau Cm(H2O)n Monosakarida Manis 3 bentuk KH Oligosakarida Gugus hidroksil Polisakarida Terlalu besar, tidak dapat masuk ke dalam sel-sel kuncup rasa pada permukaan lidah KLASIFIKASI KARBOHIDRAT berdasar jumlah monomernya KARBOHIDRAT Monosakarida 5-6 karbon sbg rantai atau cincin Punya bbrp gugus hidroksil (-OH) dan satu karbonil (-C=O ) Glukosa Fruktosa Galaktosa Oligosakarida 2 – 10 unit monosakarida: Sukrosa Laktosa Maltosa Rafinosa Stakiosa Polisakarida Lebih dari 10 unit monosakarida: Pati Cellulosa Mannan galaktan galaktomannan pektin mannoglukan. STRUKTUR LINIER Gugus Aldehid (reduktif) Gugus Keton (reduktif) Glukosa (Aldosa) Fruktosa (Ketosa) • Di alam, 90% karbohidrat merupakan bentuk tertutup, baik pyran maupun furan • Pyran 5C 1O (ikatan C1-C5) • Furan 4C 1O (ikatan C2-C5) • Bentuk ikatan beta tidak tercerna oleh enzim pencernaan • Semua monosakarida adalah gula reduksi asalkan C1-nya tidak berikatan dengan gugus lain Perubahan Glukosa ke bentuk cincin Gugus reduktif Bentuk Cincin Glukosa dan Fruktosa gugus reduktif Alpha D-glucose Beta- D-fructose Glukosa molekul terbuka Cincin piran Cincin furan Disakarida a1-4 linkage Gugus reduktif Disakarida aGlucose+ Fructose= Sucrose aGlucose+ Galactose=Lactose Gugus reduktif saling menutup (tidak reduktif) Pati / Amilum Gugus reduktif amilopektin amilosa Glikogen dlm tubuh hewan polimer glukosa dengan ikatan a (alfa-) Amilosa • Amilosa adalah rantai tak bercabang • Amilopektin adalah rantai cabang di 1,6 glikosidik • Amilosa-amilopektin di alam selalu tercampur dan hanya ada di jaringan tanaman • Enzim α 1,4 amilase bisa memecah ikatan 1,6 glikosidik, tapi butuh waktu lebih lama • Amilosa = 200 molekul glukosa • Amilopektin = 600 molekul glukosa • Selulosa β 1,4 glikosidik tidak dapat dicerna enzim pencernaan • Hewan pemamah biak juga tidak dapat mencerna, tapi lambungnya tidak asam sehingga ada bakteri yang mampu hidup dan menghasilkan enzim selulase • Pati jika dihidrolisis sempurna, Dextrose Equivalen (DE) = 100 • Sifat reduksi monosakarida (glukosa) = 100% • Berkurang jika berikatan • Sukrosa tidak reduktif karena C1 glukosa berikatan dengan C2 fruktosa Analisa karbohidrat • Dlm analisa proksimat, kadangkala tidak dilakukan analisa karbohidrat • KH dihitung dari hasil analisa komponen yg lain & dinyatakan sbg KH ‘by difference’ : % KH (wb) = [100 – (air+abu+lipid+prot)]% % KH (db) = [100 – (abu+lipid+protein)]% Kelemahan: Merupakan KH total yg tercerna maupun tidak tidak menggambarkan nilai gizi sebenarnya Untuk pakan Ok, tapi tidak untuk pangan Bisa untuk pangan yang jelas KH-nya [sayur = serat (KH); pati,beras = amilosa (KH)] Tidak bisa untuk teh, kopi, tembakau karena ada senyawa mayor lain Analisa karbohidrat 3 analisa, yaitu: • Gula sederhana / gula reduksi • Pati tercerna • Serat Prinsipnya : berdasar pada sifat/daya reduktif gula Analisis Persiapan sampel : digiling, dihilangkan lipida dan klorofilnya dengan ekstraksi menggunakan eter. Mengekstraksi karbohidrat yang dapat larut dengan air, kemudian dijernihkan dengan timbal asetat Larutan karbohidrat ditentukan dengan : analisis gula reduksi (metoda Luff, atau Nelson), atau enzimatis, atau polarimetri, atau kromatografi 1. Analisa gula reduksi • Tujuan menentukan jumlah gula reduksi • Prinsip: reduksi kupri-oksida menjadi kupro oksida oleh gula reduksi • Metode : – Luff-Schrool – Nelson-Somogyi Analisa Gula Reduksi >> Metode Luff-Schrool • Prinsip : gula reduksi + kuprisulfat berlebihan dalam larutan alkalis akan menjadi asam gula dan endapan kuprooksida berwarna merah • Sisa kuprisulfat untuk mengoksidasi KI menjadi I2 yang kemudian di titrasi menggunakan tiosulfat dengan indikator amilum sampai warna biru hilang Reaksi : Cu++ + gula red. Cu2O + asam gula 2 Cu++ + 2 I- 2 Cu+ + I2 I2 + 2 Na2S2O3= 2 NaI + Na2S4O6 • Untuk mengetahui kuprisulfat mula-mula maka dilakukan titrasi blanko • Selisih titrasi blanko dan sampel = menunjukkan banyaknya kupri yang bereaksi dengan gula, dan banyaknya gula dapat ditentukan berdasarkan tabel yang tersedia. Analisa Gula Reduksi >> Metode Luff-Schrool >> Prosedur • Larutan sampel 25 ml yg mengandung + 60mg gula reduksi ditambah 25 ml reagen Luff dipanaskan dlm waterbath mendidih selama 30 menit dan kemudian didinginkan • Tambahkan 15 ml lart. KI jenuh kemudian dimasukkan ke dlm ruang gelap 30 menit, tiap 5 menit digoyang sedikit • Cairan yg telah berwarna coklat kmd dititrasi dng lart standar Na2S2O3 sampai berwarna kuning muda, tambahkan 2 ml larutan amilum 1% warna biru titrasi lagi sehingga warna biru tepat hilang • Lakukan titrasi blanko dng sampel 25 ml aquadest ! Analisa Gula Reduksi >> Metode Luff-Schrool >> Kelebihan-Kelemahan • Cukup teliti • Kurang praktis, waktu lama • Kebutuhan reagen kimia banyak boros biaya /mahal, garam KI murni sangat mahal Analisa Gula Reduksi >> Metode Luff-Schrool >> Contoh soal Sampel teh botol (lemon tea) diperkirakan mengandung gula reduksi 2-3 % b/v akan diuji dengan analisa Luff-Schrool. Bagaimana cara preparasi (=pengenceran) sampel tsb agar larutan sampel yg akan ditambah reagen Luff mengandung sekitar 50-60 mg gula reduksi per 25 ml ? Analisa Gula Reduksi >> Metode Nelson-Somogyi PRINSIP: • Gula reduksi akan dioksidasi oleh kuprioksida dihasilkan kupro-oksida • Kupro-oksida direaksikan dengan arsenomolibdat akan membentuk senyawa kompleks berwarna violet/ungu • Intensitas warna ekuivalen dengan konsentrasi gula, yang dapat ditera absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm Analisa Gula Reduksi >> Metode Nelson-Somogyi • Untuk mengetahui konsentrasi gula maka perlu dibuat kurva standar yang menggambarkan hubungan konsentrasi gula dengan absorbansi • Larutan sampel setelah ditambah reagen Nelson kmd ditera absorbansinya, dan dari nilai A dihitung kadar gulanya menggunakan persamaan garis kurva standar tsb. Analisa Gula Reduksi >> Metode Nelson-Somogyi Pembuatan Kurva Standar : Kurva standar dipersiapkan dari larutan glukosa murni berkadar 1 mg/10mL yang diisikan ke dalam tabung reaksi sejumlah sbb : No. tabung reaksi Lart.glukosa (mL) 1 2 3 4 5 6 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Aquadest (mL) 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Volume total (mL) Kadar glukosa (mg/100mL) 1.0 1.0 1,0 1.0 1.0 1.0 0 2 4 6 8 10 Kadar glukosa ( g/mL) 0 20 40 60 80 100 Analisa Gula Reduksi >> Metode Nelson-Somogyi Tambahkan ke dalam masing-masing tabung tsb 1 mL reagensia Nelson, panaskan semua tabung pada waterbath mendidih selama 20 menit Ambil semua tabung, dinginkan bersama-sama dalam air sampai 25oC, kemudian masing-masing ditambah 1 mL reagensia Arseno-molibdat, gojog sampai semua endapan larut kembali, kemudian masingmasing tabung ditambah 3 mL aquadest, gojog sampai homogen Ukurlah ‘optical density’ atau ‘absorbansi’-nya pada 540 nm dan tabulasikan hasil pembacaan sbb : No gula) Y X2 Y2 XY (absorbansi) 1 0 = X1 Y1 X12 Y 12 X1Y1 2 2 = X2 Y2 X22 Y 22 X2Y2 3 4 = X3 Y3 X32 Y 32 X3Y3 4 6 = X4 Y4 X42 Y 42 X4Y4 5 8 = X5 Y5 X52 Y 52 X5Y5 6 10 = X6 Y6 X62 Y62 X6Y6 n x y x2 y2 xy X (kadar Persamaan kurva standar linier : Y = a + bX Dimana : b = [ nxy - xy ] / [ nx2 – (x)2 ] a = [ y – b x ] / n Dengan koefisien regresi [ nxy - xy ] r= [nx2 –(x)2]1/2 [ny2 – (y)2]1/2 Koefisien regresi (r) sebaiknya dihitung dahulu apakah sudah memenuhi, misalnya minimal 95% (= 0.95) !! Baru kemudian dihitung nilai parameter (b) dan (a) * Persamaan garis linier Y = a + bX kemudian di plot ke bentuk kurva seperti Gambar berikut : Y A b s o r b a n s i Y = a + bX Ys Xs Konsentrasi (mg/100mL) X Pengukuran absorbansi larutan sampel encer setelah direaksikan dng reagensia Nelson hasilnya A = Ys selanjutnya di plot ke kurva tsb dan akan diperoleh nilai konsentrasi gula = Xs atau langsung dimasukkan ke persamaan Y = a + bX diperoleh nilai konsentrasi gulanya . • Sampel yang akan dianalisis gula reduksinya harus diencerkan sampai kadar gulanya masuk dalam kisaran kadar gula kurva baku (dalam contoh di atas antara 0 – 10 mg/100 mL, atau lebih baik lagi antara 4 – 8 mg/100mL) •Contoh : akan dianalisa kadar glukosa dari serbuk glukosa yang diperkirakan kadarnya sekitar 90% . sampel tsb dipersiapkan sbb : *Ditimbang 0.1 gr serbuk/kristal glukosa dan dilarutkan jadi 50mL Dipipet 3mL larutan tsb dan diencerkan menjadi 100mL akan diperoleh lartan glukosa dengan kadar sekitar = (3/100) x (0.9)100mg/50mL ~ + 2.7 mg/50 mL atau + 5.4 mg/100 mL · *Dipipet larutan glukosa encer tsb 1 mL ditambah 1 mL reagensia Nelson dan selanjutnya diperlakukan sama seperti pada prosedur di atas. Hasil pembacaan absorbansinya dimasukkan ke persamaan kurva standar diperoleh kadar gula reduksi-nya. Contoh : akan dianalisa kadar gula madu yg diduga berkadar air 27% dan berkadar gula + 67% dapat kita siapkan sbb : ditimbang + 1 gr madu dan diencerkan dng air 25 mL(lart.A); kmd dipipet 1 mL lartn (A) dan diencerkan 25 mL(lart.B); kmd dipipet 1 mL lartn (B) dan diencerkan menjadi 25 mL (= lartn C) Akan diperoleh larutan madu (C) dng kadar gula sekitar = (1/25)x(1/25) x 670 mg = +1.072 mg/25 mL atau +4,29 mg/100 mL Penentuan Sukrosa • Sukrosa dihidrolisis dengan asam atau enzim • Menghasilkan 2 mol gula reduksi/ gula invert (fruktosa dan glukosa) • Gula invert ditentukan dengan metoda Luff atau Nelson C6H22O11 + H2O Sukrosa BM = 342 C6H12O6 + C6H12O6 Fruktosa BM = 180 Glukosa BM = 180 Penentuan Sukrosa • Perhitungan : Kadar sukrosa = Jml gula reduksi x FK FK = BM sukrosa = 342 = 0.95 2 BM gula red 2 x 180 Penentuan pati PRINSIP: Pati dihidrolisa dengan asam sehingga menghasilkan gula-gula reduksi, kemudian gula yang terbentuk ditetapkan jumlahnya. (C6H10O5)m + m H2O Pati BM = 162 m Faktor konversi = m C6H12O6 m Glukosa BM = 180 m BM pati BM Gula reduksi Kadar pati = FK x kadar gula reduksi Pengolahan Data No X (kadar gula) Y (absorbansi) X2 Y2 XY mg/100ml 1 0 0.21 0 0.0441 0 2 2 0.12 4 0.0144 0.24 3 4 0.31 14 0.0961 1.24 4 6 0.65 36 0.4225 3.9 5 8 0.62 64 0.3844 4.96 6 10 0.81 100 0.6561 8.1 6 30 2.72 218 1.6176 18.44 n = 6 ; ∑ x = 30 ; ∑ y = 2,72 ; ∑ x2 = 218 ; ∑ y2 = 1,6176 ; ∑ xy = 18.44 n = 6 ; ∑ x = 30 ; ∑ y = 2,72 ; ∑ x2 = 218 ; ∑ y2 = 1,6176 ; ∑ xy = 18.44 Persamaan kurva standar linier : Y = a + bX Dimana : b = [ nxy - xy ] / [ nx2 – (x)2 ] a = [ y – b x ] / n r= [ nxy - xy ] [nx2 –(x)2]1/2 [ny2 – (y)2]1/2 r = (6x18,44 – 30x2,72)/[6x218 – (30)2]1/2 [6x1,6175-(2,72)2]1/2 = (110,062– 81,6)/[20.199x1.51875] = 28,462/30,6772 = 0.9279 Koefisien regresi tsb belum memenuhi syarat bila dipathok nilai minimal 95% atau > 0,95 Data perlu direvisi, misal data no.4 dihilangkan !?! • Misalkan kita inginkan persamaan garis dng probabilitas error rendah katakan < 5% berarti nilai r > 0,95 . Apabila misalnya kita dptkn nilai terhitung r < 0,90 berarti error > 10% • Pada keadaan tsb data pembacaan absorbansi di lihat apakah ada yng bisa dibuang karena terlalu menyimpang, selanjutnya dihitung ulang semua nilai n; ∑x; ∑y; ∑x2; ∑y2; dan ∑xy serta nilai koefisien r . • Bila nilai (r) telah mencapai 0,95 atau lebih, baru dihitung nilai (a) dan (b) • Misal data sebelumnya dihilangkan pada pembacaan dari tabung no. 4 Tabel data berubah sbb : No X (kadar gula) Y (absorbansi) X2 Y2 XY mg/100ml 1 0 0.21 0 0.0441 0 2 2 0.12 4 0.0144 0.24 3 4 0.31 14 0.0961 1.24 4 6 0,65 36 0,4225 3,90 54 8 0.62 64 0.3844 4.96 65 10 0.81 100 0.6561 8.1 65 24 2.07 182 1.1951 14.54 n = 5 ; ∑ x = 24 ; ∑ y = 2,07 ; ∑ x2 = 182 ; ∑ y2 = 1,1951 ; ∑ xy = 14.54 n = 5 ; ∑ x = 24 ; ∑ y = 2,07 ; ∑ x2 = 182 ; ∑ y2 = 1,1951 ; ∑ xy = 14.54 Persamaan kurva standar linier : Y = a + bX Dimana : b = [ nxy - xy ] / [ nx2 – (x)2 ] a = [ y – b x ] / n r= [ nxy - xy ] [nx2 –(x)2]1/2 [ny2 – (y)2]1/2 r = (5x14,54 – 24x2,07)/[5x182 – (24)2]1/2 [5x1,1951-(2,07)2]1/2 = (72,7– 49,8)/[18.2757x1.30023] = 22,9/23,7626 = 0.9637 !!! b = [5*14,54 – 24*2,07]/[5*182 –(24)2] =23,02 / 334 = 0,068922 a = [2,07 – 0,068922*24]/5 = 0,415872 / 5 = 0,0831744 Persamaan garis linier : Y = 0,0831744 + 0,068922 X Diambil 2 gr sampel, dilarutkan menjadi 50 ml (lar. A) Kemudian dari lar. A diambil 2,5 ml dan diencerkan menjadi 25 ml (lar. B) Dari lar. B diambil 2,5 ml dan diencerkan menjadi 25 ml (lar. C) Dari lar. C diambil 1 ml dan diencerkan menjadi 10 ml (lar. D) Berapakah faktor pengencerannya? Dari lar. D diambil 1 ml dan dianalisa kadar gulanya. Diketahui mengandung 3,5 mg/100 ml Berapakah kadar gula pada sampel? ... mg/g ... % Tepung beras halus ditimbang 0.3498 gr kmd dihidrolisis dgn HCl dijernihkan dan volume larutan dijadikan 100 ml (=A) Dipipet 5 ml lart. A dan diencerkan menjadi 200 ml (=B) Dipipet 1 ml lart. B dan diencerkan menjadi 100 ml (=C) Dipipet 1 ml lart. C dan direaksikan dengan reagen nelson somogyi dan dibaca absobansinya A= 0.41 Bila dianalisis terhadap glukosa murni menghasilkan kurva standar A=0.9560 - 0.9482 c (c=kadar glukosa µg/ml) Hitung kadar pati tersebut!