Penganggaran Partisipatif - International Budget Partnership

advertisement
Sebuah Panduan:
Penganggaran Partisipatif
Oleh Brian Wampler
Bagian Pertama
Program Penganggaran Partisipatif (Participatory Budgeting disingkat PB) adalah
suatu inovasi-kreatif dalam proses pembuatan kebijakan-kebijakan. Dimana mayarakat
dilibatkan secara langsung dalam pembuatan kebijakan. Berbagai forum pertemuan
diselenggarakan dalam setahun, sehingga masyarakat mempunyai kesempatan menetapkan
alokasi sumber daya yang ada, membuat prioritas kebijakan sosial dan memantau belanja
anggaran publik. Program-program ini didesain sedemikian rupa dengan melibatkan warga
negara dalam proses pembuatan kebijakan, mendorong reformasi administrasi dan
mendistribusikan sumber daya publik kepada masyarakat di daerah yang berpenghasilan
rendah. Pengeluaran sosial-politik mendapat tantangan dari para pelaku yang tingkat
penghasilannya rendah dan secara politik tradisional berada di luar sistem, kini mereka
mendapatkan kesempatan untuk terlibat dalam membuat kebijakan. Pemerintah dan warga
negara melaksanakan program ini dengan tujuan untuk: i) memajukan pembelajaran publik
dan kewarganegaraan aktif, ii) mendapatkan keadilan sosial melalui perbaikan dalam
kebijakan dan alokasi sumber daya, dan iii) mereformasi aparat administrasi. Dalam
pengalaman Brazil, Program-program PB ditantang menghadapi warisan politik kliental,
biaya-biaya sosial yang tinggi dan korupsi, dengan menciptakan proses pembuatan anggaran
transparan, terbuka dan menjadi milik publik sepenuhnya. Ini semua dilakukan dengan cara
memindahkan lokasi pembuatan kebijakan dari kantor-kantor swasta dan para tektokrat ke
pertemuan-pertemuan publik. Pertemuan-pertemuan publik ini menigkatkan transparansi.
Program-program PB berperan selayaknya “Sekolah kewarganegaraan”, sebagai tempat
memberdayakan masyarakat untuk memahami dengan lebih baik hak dan kewajibannya
sebagai warga negara sebagaimana juga kewajiban dan tanggung jawab pemerintah.
Masyarakat diharapkan, akan menawarkan suatu solusi kreatif dan sangat membantu
menyelesaikan berbagai macam permasalahan sosial-ekonomi yang ditemukan di pusat-pusat
urban dan suburban di Brazil. Masyarakat belajar untuk bernegosiasi diantara mereka sendiri
dan vis a vis dengan pemerintah berkenaan dengan pendistribusian sumber daya yang langka
dan membuat prioritas kebijakan publik. Sangatlah penting untuk meyakini bahwa tidak ada
satu model yang benar-benar tepat tentang program PB ini. Meskipun terdapat beberapa
prinsip dan mekanisme institusional yang mirip, Program PB disusun untuk menanggapi
berbagai lingkungan sosial-politik dan ekonomi tertentu dari tiap-tiap propinsi atau negara
bagian. Walaupun menyebut beberapa perbedaan yang ada, laporan ini akan menampilkan
suatu sistesis dari kasus-kasus yang sangat representatif.
Harapan dari panduan ini adalah bahwa berbagai perangkat dan sarana institusional
yang berkembang di Brazil ini, baik dalam bagian besar atau kecil dapat dipergunakan
diberbagai tempat lain. Berbagai kota/kabupaten dan negara bagian terbentang di Brazil
mengadaptasi berbagai varian dari program PB. Program-program ini telah dengan sukses
diimplementasikan di wilayah selatan yang kaya (Porto Alegre), wilayah industri metropolis
Sao Paolo (Santo Andre) dan di wilayah Amazon utara (Belem). Harapan kami adalah
berbagai kota/kabupaten, negara bagian dan pemerintah regional di berbagai penjuru dunia
dapat menggambarkan berdasar pengalaman ini untuk mengembangkan berbagai perangkat
yang berkaitan dengan anggaran, pembuatan keputusan dan partisipasi masyarakat. Akhirnya,
menjadi harapan kami, agar LSM-LSM dan para aktifis politik lokal dapat berkaca
berdasarkan pengalaman ini untuk mengenalkan Program PB secara formal atau melakukan
pemantauan secara informal mengikuti beberapa contoh dalam PB.
Sejarah Singkat PB
Program PB adalah bagian dari suatu usaha maha besar di Brazil untuk memperluas
dan memperdalam keberadaan Demokrasi yang sebenarnya. Sejak masa penegakan kembali
pilar-pilar Demokrasi pada tahun 1985, perpolitikan Brazil senantiasa di dominasi oleh
prkatek patronase tradisional, biaya-biaya sosial dan korupsi. Berbagai pemerintahan, NGOs,
gerakan sosial dan partai politik memunculkan ide, nilai dan aturan yang kemudian dikenal
dengan Penganggaran Partisipatif (Participatory Budgeting) sebagai suatu usaha untuk
memperbaiki hasil-hasil kebijakan dan memperkaya Demokrasi Brazil yang masih muda.
Penggunaan PB dimulai pada tahun 1989 di Kab. Porto Alegre, beberapa ibukota negara
bagian di Brazil bagian selatan, Rio Grande do Sul. Porto Alegre dihuni oleh lebih dari 1 juta
penduduk dan termasuk daerah kaya di Brazil. Pada tahun 1988, Partai Buruh, sebuah partai
progresif didirikan pada masa diktator militer antara tahun 1964-1988, memenangkan
pemilihan untuk majelis tinggi. Tema kampanyenya pada Partisipasi Demokrasi dan
Pembalikan Prioritas Pembelanjaan, yang berimplikasi pada pembalikan suatu trend yang
telah berlaku satu dekade sebelumnya dimana sumber daya publik dibelanjakan kepada
daerah-daerah kelas menengah dan atas. PB dimaksudkan sebagai suatu alat untuk membantu
warga negara dan daerah miskin mendapatkan porsi yang lebih besar dari belanja publik.
Ketika Partai Buruh memangku jabatan utama di Porto Alegre pada tahun 1989,
mereka menghadapi sebuah kabupten yang bankrut dan birokrasi yang tercerai berai. Selama
dua tahun pertama kepemimpinan mereka, Pemerintah menguji cobakan berbagai mekanisme
yang berbeda-beda untuk mentakel beberapa ketidakleluasaan dana, untuk menyediakan bagi
warga negara berperan aktif dalam aktifitas pemerintah dan merubah prioritas belanja sosial
dalam administrasi sebelumnya. PB dilahirkan melalui proses ekspreimental ini. Pada tahun
1989 dan 1990, dua tahun pertama PB, kurang dari seribu warga negara turut berpatisipasi di
dalamnya. Jumlah peserta melompat mendekati 8000 peserta pada tahun 1992. Setelah
memenangkan pemilihan ulang pada tahun 1992, program ini mendapatkan tempatnya dengan
tingkat partisipasi yangmelampui 20.000 orang per tahun. Partisipasi meningkat ketika warga
negara menyadari bahwa PB adalah sebuah tempat pembuatan keputusan yang penting.
PB telah tersebar luas di Brazil. Pada Juni 2000, diperkirakan mendekati 100
kabupaten/kota dan 5 negara bagian telah mengimplementasikan beberapa bentuk dari
Program PB. Terdapat variasi yang sangat luas untuk menggapai kesuksesan sebagaimana
beberapa pemerintahan yang hanya melaksakana program lip service sementara pemerintahan
yang lain menghadapi ketidakleluasaan dana sehingga mereka tidak mampu melakukan
perbaikan pada kerja-kerja publik.
Tulisan ini terbagi dalam sembilan bagian.
Bagian Pertama: Pendahuluan
Bagian Kedua: Kondisi-kondisi Dasar
ƒ Kondisi dasar seperti apa, program PB diimplementasikan?
Program PB cenderung diimplementasikan oleh pemerintah lokal (kab/kota) dan negara
bagian. Pemerintah yang terpilih dalam pemilu harus progresif dengan satu fokus pada
partisipasi warga negara dan keadilan sosial.
Bagian Ketiga: Aturan Permainan
ƒ
Bagaimana aturan permainannya? Cara khusus seperti apa, warga negara dilibatkan
dalam proses pembuatan kebijakan?
Program PB berdasarkan pada suatu aturan kompleks yang dengan jelas menjelaskan
tanggung jawab pemerintah dan peserta. Aturan mengatur pertemuan-pertemuan dan prosesproses pembuatan kebijakan yang mengalokasikan sumber daya langka.
Bagian Keempat: Kebijakan Sosial dan Proyek Kerja-kerja Publik
ƒ Bagaimana tipe kerja-kerja dan kebijakan publik yang dipilih oleh peserta PB?
Peserta PB memilih kerja-kerja publik khusus dan memprioritaskan belanja sosial umum
dalam dua jalur pembuatan kebijakan yang berbeda. “Kerja-kerja publik PB” dan “Tematik
PB”.
Bagian Kelima: Pelaku, Motivasi dan Strategi
ƒ Apa motivasi dari berbagai pelaku yang berbeda berperan-serta?
Pemerintah lokal, warga negara, asosiasi sukarela, NGOs dan komunitas bisnis memiliki
alasan yang berbeda-beda untuk mendukung dan menentang PB. Aspek pendorong mereka
untuk turut berperan serta sering cukup berbeda-beda.
Bagian Keenam: Reformasi Administrasi
ƒ
Bagaiamana reformasi Aparat Administrasi agar sesuai dengan sistem pembuatan
kebijakan yang baru?
Pemerintah harus mempunyai kontrol terhadap aparat administrasi untuk menyediakan
informasi, mendukung tipe baru perencanaan dan program teknis, dan untuk melaksanakan
proyek yang terpilih.
Bagian Ketujuh: Keterbatasan-keterbatasan
ƒ Apa keterbatasan-keterbatasan?
Program PB menyediakan kesempatan baru untuk berperan-serta. Namun dampak dan
konsekuensinya terbatas pada kebijakan lokal. Program PB juga dapat dimanipulasi oleh para
politikus sehingga menghambat kemajuan.
Bagian Kedelapan: Hasil-hasil yang dijanjikan
ƒ Hasil seperti apakah yang sangat dijanjikan?
Diseminasi Program PB yang dilakukan di Brazil mengarah kepada suatu bentuk hasil yang
menarik dan menjanjikan. Bagian ini menganalisis hasil-hasil yang sangat dijanjikan dengan
melihat bagaimana mereka i) memajukan pembelajaran publik dan kewarga negaraan aktif, ii)
meraih keadilan sosial melalui perbaikan kebijakan dan alokasi sumber daya, dan iii)
mereformasi aparat administrasi.
Bagian Kesembilan: Dapatkah program partisipatis diterapkan jauh diluar
Brazil?
ƒ
Dapatkah Program PB diimplementasikan di negara-negara lain? Di wilayahwilayah lain di dunia ini?
Terdapat beberapa pertanyaan dan isu bahwa pemerintah, NGOs dan pelaku-pelaku Civil
Sosiety seharusnya berlaku disamping merenungkan apabila PB dapat menjadi suatu proses
pembuatan kebijakan yang sesuai untuk lingkungan sosial-politik mereka.
Bagian Kedua: Kondisi-kondisi Dasar
ƒ
Kondisi dasar seperti apa, program PB diimplementasikan?
Para Pelaku, Pemerintah dan Lingkungan Politik yang lebih luas
Program PB awalnya diimplementasikan oleh pemerintahan-pemerintahan Kabupaten
yang progresif. Pemerintahan-pemerintahan ini menikmati dasar dukungan yang kuat dari
gerakan sosial, persekutuan dan NGOs. Program PB muncul dari koalisis partai politik
progresif dan kelompok civil society progresif. Selama masa diktator militer di Brazil (19641985), suatu oposisi dan civil society progresif tumbuh, mencari strategi-strategi baru untuk
menyelesaikan biaya-biaya sosial-politik dalam sejarah Brazil. Dua tuntutan penting muncul
dari civil society adalah: i) Transparansi dan keterbukaan melalui desentralisasi dan
demokratisasi negara bagian; ii) Peningkatan partisipasi warga negara dalam arena pembuatan
kebijakan. Program PB adalah untuk mewujudkan dua tentutan tersebut. Sementara
pemerintah progresif tengah melaksakan PB program secara umum, partai-partai tengah dan
kanan-tengah mengatur diri mereka setelah masa pendirian. Setelah pelaksaaan, partai
meninggalkan kantor. Hal ini melahirkan kemungkinan manipulasi dan mis-managemen.
Suatu lingkungan politik kota yang lebih luas merupakan faktor penting dari kondisi dimana
Program PB sukses diselenggarakan. Jaringan awal gerakan sosial, organisasi komunitas dan
berbagai asosiasi sukarela lain yang menyediakan dukungan penting untuk percobaan
program. Program PB tergantung kepada partisipasi aktif warga negara tidak hanya untuk
memilih kebijakan-kebijakan bau tetapi juga melebitimasi usaha-usaha reformasi yang
dilakukan oleh pemerintah. Tingkat rata-rata partisipasi yang tinggi akan membantu untuk
melebitimasi suatu kebijakan pemerintah. Adalah tidak mungkin untuk menetapkan suatu
tingkat minimum aktifisme civil society yang dibutuhkan untuk pelaksanaan atau
mengfungsikan suatu program PB. Akan tetapi hal tersebut patut diperhatikan bahwa program
PB sangat berhasil diselenggarakan di kabupaten-kabupaten/kota dimana civil societynya
telah lama terorganisasi. Di dalam konstitusi dan lingkungan legislatif Brazil, adalah penting
untuk memperhatikan bahwa walikota/bupati memiliki kewenangan terhadap seluruh
anggaran dan administrasi. Dewan legislatif pada tingkat kabupaten/kota (Dewan Kota) tidak
memiliki kuasa untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan dan distribusi kekuasaan. Hal ini
menyediakan waktu luang yang luas bagi walikota/bupati untuk membuat inovasi karena
sedikitnya
pemeriksaan
pada
kekuasaannya.
Walikota/bupati
dapat
segera
mengimplementasikan suatu program PB tanpa persetujuan Dewan Legislatif. Para anggota
legislatif cenderung untuk tidak mendukung Program PB karena program tersebut
mengurangi pengaruh mereka terhadap sumber daya.
Pendapatan dan Keleluasaan Anggaran
Adanya keleluasaan anggaran adalah penting untuk menyelenggarakan sebuah
program PB karena dapat meningkatkan kemungkinan warga negara secara langsung memilih
dampak-dampak kebijakan. Fleksibiltas anggaran yang lebih yang dimiliki oleh sebuah
pemerintahan, pengaruh yang lebih besar dimana warga negara dapat melakukan pemilihan
terhadap kerja-kerja publik baru. Pemerintah harus memiliki sumber daya untuk
memprakarsai kerja-kerja publik yang telah dipilih oleh para peserta PB. Sementara berbagai
program PB diarahkan untuk menyehatkan seluah anggatan suatu kabupaten/kota, walikota
atau bupati tinggal melakukan keleluasaan belanja. Kabupaten-kabupaten/kota-kota di Brazil
yang berada dalam kondisi dana yang “pantas” sehat cenderung mempunyai 12-15% dari
anggaran mereka untuk kerja-kerja publik baru. Di Brazil, kabupaten/kota menengah (dihuni
kurang dari 200.000 orang) jarang memiliki keleluasaan anggaran untuk investasi baru.
Kondisi ini menyulitkan kemampuan pemerintah untuk menyelenggarakan suatu Program PB.
Apabila sebuah kabupaten/kota yang kekuarang anggaran memutuskan untuk
mengimplementasikan sebuah Program PB, fokusnya berpindah dari pemilihan kerja-kerja
publik ke suatu diskusi umum tentang hutang, pajak-pajak dan pembuatan sumber daya yang
terbatas. Pemerintah kabupaten tersebut harus mendedikasikan waktu dan energi tertentu
untuk menjelaskan kepada para peserta tentang situasi anggaran kebupatan/kota yang
mengerikan. Para peserta tidak akan memilih kerja-kerja publik khusus untuk
diimlementasikan, tetapi akan mengusulkan dalam cakupan luas bagaimana pemerintah
seharusnya memberlanjakan sumber daya yang ada. Program PB juga menfokuskan diri pada
pajak-pajak. Selama pertemuan-pertemuan informasi awal, kesehatan anggaran
kabupaten/kota didiskusikan dalam waktu yang lama. Pertemuan tersebut terfokus pada
bentuk-bentuk dan besaran pajak yang dikumpulkan oleh pemerintah. Hal ini memudahkan
mengeneralisasi diskusi tentang siapa yang membayar pajak. Diskusi umum tentang
bagaimana pemerintah mampu memperbaiki rata-rata pajak yang mereka kumpulkan. Para
peserta Program PB dan pemerintah harus bekerja sama untuk mengembangkan solusi kreatif
untuk meningkatkan besaran sumber daya yang sebernarnya dapat diperoleh. Hal ini,
faktanya, muncul sebagai satu kunci obyektif untuk pemerintah mengimplementasikan PB
dalam kabupaten/kota dengan kondisi kekurangan anggaran.
Bagian Ketiga: Aturan Permainan
ƒ
Bagaimana aturan permainannya? Cara khusus seperti apa warga negara dilibatkan
dalam proses pembuatan kebijakan?
Beberapa aturan pemanian adalah mirip tapi tidak identik dalam sebagian besar
Program PB. Aturan-aturan cenderung didesain pemerintah yang terpilih dengan masukan
dari warga negara. Para peserta harus menerima aturan dan beberapa perubahan selajutnya.
Sementara aturan-aturan berbeda-beda dari satu kota ke kota lainnya, dari satu negara bagian
ke negara bagian yang lain, terdapat kemungkinan mengenali prinsi-prinsip panduan yang
khusus dalam Program PB. Dengan tujuan demi kehati-hatian, kami akan fokus pada
tingkatan pemerintahan Kabupaten/kota.
a. Mobilisasi peserta yang berkelanjutan dan mobilisasi perwakilan (Utusan warga
negara) mereka dalam tahunan. Fokus pertemuan tersusun dari sesi informasi sampai
laporan akhir tahun hingga negosiasi dan proses perundingan.
b. Pembagian kabupaten ke dalam beberapa wilayah untuk menfasilitasi pertemuan dan
distribusi sumber daya.
c. Pemerintah menciptakan suatu indek kualitas hiduap. Wilayah yang memiliki tingkat
kemiskinan tinggi, populasi yang lebih tinggi dan kekurangan infrastruktur menerima
proporsi sumber daya yang lebih tinggi dibandingkan wilayah yang lain. Tujuan ini
adalah untuk mencapai keadilan sosial. Masing-masing kabupaten merencanakan
formulanya sendiri untuk menjamin distribusi sumber daya yang lebih layak.
d. Prundingan dan negosiasi publik antara para peserta dan vis a vis pemerintah tentang
sumber daya dan kebijakan. Perwakilan mengunjungi semua lokasi proyek yang
diterima sementara sebelum keputusan akhir dibuat. Hal ini memungkinkan warga
negara untuk mengevaluasi kebutuhan sosial dari suatu proposal proyek.
e. Perwakilan-perwakilan menetapkan semua keputusan akhir proyek. Keputusankeputusan ini menjadi bagian dari laporan publik.
Peserta PB
Pemerintah
Putaran Pertama:
Pertemuan Wilayah
Maret
s.d
Juni
Kantor Walikota
Pertemuan lokal
Perwakilan Kab/kota
Putaran Kedua:
Pertemuan Wilayah
Juni
s.d
Sept
Dukungan teknis
dan Administratif
Pertemuan lokal
Dewan Anggaran
Kab/Kota
Anggaran yang
diajukan
(september)
Gambar 1.1
Daur tahunan Program PB
Putaran Pertama
Pada tabel 1.1, terdapat daftar peran pemerintah dan tanggung jawab para peserta PB
selama putaran pertama dalam PB. Putaran pertama, yang secara khusus diselenggaran antara
Maret s.d Juni, melibatkan distribusi informasi, diskusi awal tentang beberapa kebijakan dan
menetapkan sejumlah perwakilan. Mobilisasi dalam pertemuan lokal adalah penting karena
kehadiran warga negara mempengaruhi jumlah perwakilan dari masing-masing lokaldalam
pertemuan wilayah. Karena keputusan akhir dilakukan pada tingkatan wilayah, sejumlah
besar perwakilan (utusan warga negara) dari daerah lokal tertentu meningkatkan
kemungkinan mendapatkan proyek yang akan dipilih.
Tabel 1.1
Pertemuan Wilayah (Maret-Juni)
Peran Pemerintah
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Menggambarkan distrik dan sub distrik
Menyiapkan Indeks Kulitas hidup
Mendistribusikan informasi anggaran
Birokrat yang bertugas untuk bekerja
pada masing-masing wilayah
Mempresentasikan proyeknya sendiri
dimana para peserta diharapkan
menerimanya
untuk
segera
dilaksanakan
Tanggung jawab Peserta
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Mobilisasi warga negara
Pertemuan penguatan kemampuan
(capacity building)
Menganalisis informasi anggaran
Melakukan diskusia awal tentang
sumber daya yang ada
Tabel 1.2
Pertemuan Lokal (Maret- Juni)
Peran Pemerintah
ƒ
ƒ
ƒ
Menyediakan informasi tekhnis secara
mendetail
Dukungan yang diberikan oleh birokrat
untuk para peserta (seperti potocopy
dan telepon)
Tempat dan waktu pertemuan yang
disiapkan oleh pemerintah
Tanggung jawab Peserta
ƒ
ƒ
ƒ
Mendiskusikan berbagai prioritas untuk
kab/kota tsb
Mendiskusikan kerja-kerja publik
tertentu
Seleksi sementara terhadap kerja-kerja
publik
Pertemuan, pada tingkatan wilayah dan daerah lokal, cenderung berlangsung kira-kira 2 jam.
Bagian pertama pertemuan adalah orientasi informasi dimana para peserta dapat memberi
informasi kepada rekan-rekan mereka, bagian kedua adalah presentasi resmi tentang informasi
dan bagian terakhir adalah masa tanya jawab. Para peserta biasanya dibatasi waktu 3 menit
untuk berbicara dan mengajukan pertanyaan. Batasan waktu tiga menit menjaga langkah
dalam pertemuan tetap berada pada jalurnya. Perundingan tentang berbagai prioritas dan
proyek dialkukan secara informal sebagaimana para peserta menganalisis kemungkian
tingkatan-tingkatan sumber daya untuk wilayah mereka dan memuali bernegosiasi satu sama
lain tentang anggaran yang diajukan. Utusan-utusan warga negara tidak dibayar untuk
partisipasi mereka, meskipun beberapa kab/kota menyediakan ongkos bis untuk mengurangi
biaya transportasi.
Putaran Kedua
Putaran kedua menetapkan kebijakan-kebijakan dan prioritas yang akan diimplementasikan
oleh pemerintah dalam tahun anggaran mendatang (atau bisa juga dua tahun mendatang).
Selama tahap ini, para peserta harus mendapatkan informasi yang cukup untuk
mempromosikan prioritas dari komunitas merekadan membuat kuputusan-keputusan dalam
pertemuan wilayah. Keputusan akhir tentang kerja-kerja publik tertentu atau penetapan
prioritas-prioritas sosial secara umum dilakukan dalam pertemuan wilayah.
Tabel 1.3
Pertemuan Wilayah (Juli-November)
Peran Pemerintah
ƒ
ƒ
ƒ
Membuat estimasi biaya untuk proyek
yang diajukan
Mendistribusikan informasi dan
menyusun “Jalur Prioritas” untuk
masing-masing distrik
Mengawasi Dewan Anggaran Kab/Kota
Tanggung jawab Peserta
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
Memperdebatkan kebijakan atau kerja
publik yang diajukan
“Jalur Prioritas”: Mengunjungi lokasilokasi dari semua proyek kerja-kerja
publik yang diajukan
Menetapkan kebijakan atau kerja
publik untuk dilaksanakan
Memilih dua perwakilan dari masingmasing wilayah untuk duduk pada
Dewan Anggaran Kab/kota
Tabel 1.4
Pertemuan Lokal (Juli-November)
Peran Pemerintah
ƒ
ƒ
Staf teknis yang bekerja dekat dengan
panitia pemantau
Membuat draft perencanaan teknis
Tanggung jawab Peserta
ƒ
ƒ
ƒ
Meneruskan mobilisasi atas
proyek dan kebijakan
Memilih panitia pemantau
Menerima perencanaan teknis
nama
Distribusi sumber daya berdasarkan dua kriteria. Pertama, indeks kualitas hidup. Masingmasing wilayah menerima presentase tertentu dari anggaran tergantung kepada keseluruhan
kebutuhan. Wilayah yang lebih kaya dengan infrastruktur yang lebih maju menerima
presentase lebih rendah dibandingkan dengan wilayah miskin yang memiliki sedikit
infrastruktur formal. Kedua, adalah mobilisasi dan proses negosiasi dalam suatu wilayah.
Kompetisi kelompok-kelompok yang terorganisasi, mobilisasi, negosiasi dan perundingan
dalam wilayah mereka sendiri terhadap sumber daya yang ada. Tidak dengan mudah seluruh
proyek dapat didukung leh kelompok-kelompok yang membentuk aliansi untuk
mempromosikan proyek-proyek tertentu. “Jalur Prioritas” adalah bagian kunci dalam proses
ini, sebagaimana para peserta harus mengunjungi lokasi dari proyek yang diajukan, sehingga
mereka dapat mengevalusasi secara pribadi tingkat kebutuhannya.
Dewan Anggaran
Kab/Kota
Anggaran
diserahkan ke
kantor
Bupati/Walikota
Anggaran
Akhir
Kantor
Bupati/Walikota
Kantor
Bupati/walikota
mengirimkan
anggaran kepada
Legislatif untuk
disetujui
Pelaksanaan oleh
agen kota atau oleh
kontraktor swasta
Dewan Kota
Gambar 1.2
Gambar 1.2 menggambarkan tahapan akhir dalam proses penganggaran. Dewan Anggaran
Kab/Kota mengirimkan proyek-proyek yang telah diselaksi ke kator Bupati/walikota. Staf
bupati/walikota menambahkan pada proposal beberapa pokok anggaran sementara
(pembayaran hutang, personalia ddl) dan mengirimkannya kepada dewan legislatif untuk
disetujui. Di Brazil, legislatif sangat lemah dan umunya menyetujui anggaran. Anggaran akhir
kemudian diimplementasikan selama satu tahun periode.
Pelaksanaan selama setahun
Meskipun sebagian besar terfokus pada perhatian dalam memilih kebijakan-kebijkan,
satu aspek penting dalam PB adalah implementasi proyek-proyek yang terpilih. Implementasi
adalah suatu proses yang terus menerus, mengambil waktu dalam setahun. Banyak reformasi
penting di dalam internal pemerintah dan birokrasi. Para peserta mengurangi perannya dalam
proses ini, meskipun peran serta aktif dalam pertemuan pemantauan untuk memastikan bahwa
kebijakan yang dilaksanakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tabel 1.5
Pelaksanaan selama setahun
Peran Pemerintah
ƒ
Menyediakan
kontak dll
perencanaan
Tanggung jawab Peserta
teknis,
ƒ
ƒ
Menyetujui perencanaan teknis
Memantau tata tertib pelaksanaan
ƒ
Mengintegrasikan diantara agen-agen
administratif
Staf teknis yang bekerja dekat dengan
panitia pemantauan
Mengawasi Dewan Anggaran Kab/kota
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
proyek
Memantau satu lokasi proyek
Mengadakan pertemuan mingguan
dengan Dewan Anggaran Kab/Kota
Sebagai contoh di Belo Horezonte, Panitia wilayah harus menyetujui perencanaan teknis.
Panitia ini juga mengawasi kerja-kerja publik yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
teknis yang telah disetujui. Panitia lokal dibentuk untuk memantau proyek konstruksi pada
suatu lokasi, yang membantu menjamin bahwa kerja-kerja publik tersebut dilaksanakan sesuai
dengan kriteria yang ada. Hal inilah bagian kritis dari proses karena ia menngurangi
kemungkinan terjadi korupsi. Disebutkan bahwa di Kota Recife, dimana PB tidak bekerja
dengan baik, panitia pementau sangatlah lemah. Di Recife, Panitia pemantau yang efektif dan
independen tidak didukung oleh pemerintah, yang menghambat kemampuan warga negara
untuk emamtau kualitas hasil kerja ( untuk lebih jelasnya akan didiskusikan pada bagian
ketuju: Batasan-batasan PB).
Bagian Keempat: Kebijakan Sosial dan Proyek Kerja-kerja Publik
ƒ
Bagaimana tipe kerja-kerja dan kebijakan publik yang dipilih oleh peserta PB?
Program PB mempunyai dua jalur utama: Jalur Pertama, “Kerja-kerja Publik PB” yng fokus
pada proyek kerja-kerja publik khusus dan Jalur kedua, PB tematik, yang fokus pada
kebijakan belanja anggaran secara umum.
Kerja-Kerja Publik
Kebanyakan Program PB terfokus pada kerja-kerja publik pada awalnya. Seiring
perkembangan waktu, diskusi melebar meliputi kebijakan-kebijakan sosial secara umum.
Terdapat beberapa alasan-alasan pragmatis mengapa pemerintah memilih untuk
mendedikasikan waktu dan energi mereka pada masa awal pada proyek-proyek
teretentu/khusus.
Pertama, fokus pada kerja-kerja publik tertentu menciptakan suatu hubungan langsung
antara peserta dengan dampak hasilnya. Ketika peserta PB memilih suatu proyek tertentu,
suatu harapan dengan mudah lahir bahwa pemerintah akan melaksanakan proyek tersebut.
Ketika Pemerintah menuai sukses besar dalam pelasanaan proyek tersebut, hal itu akan
semakin menegaskan keinginan/pikiran bahwa peran serta dalam PB adalah suatu sarana
yang sangat bernilai dalam mempromosikan perubahan. Di Kab/kota Porto Alegre dan Belo
Horizonte, yang merupakan dua daerah di Brazil yang berhasil menyelenggarakan program
PB, terdapat suatu kesepatakan umum bahwa PB membangkitkan gairah partisipasi karena
keputusan-keputusan dibuat oleh kesepakatan peserta dalam berbagai perubahan kebijakan
aktual. Partisipasi telah tumbuh dari tahun ke tahun di Porto Alegre dan Belo Horizonte,
dibuktikan dengan partisipasi warga negara dalam PB, tidak hanya berkisar pada cara-cara
untuk menyelamatkan sumber daya yang ada di daerahnya.
Kedua, fokus pada kerja-kerja publik tertentu menggambarkan suatu usaha untuk
menghargai komunitas-komunitas menenetukan pembangunan mereka masing-masing. Dasar
pengandaiannya adalah bahwa warga negara memahami permasalahan mereka dengan lebih
baik dibandingkan dengan para pegawai pemerintah dan oleh karena itu akan mampu untuk
mencocokkan kerja-kerja publik yang diajukan dengan kebutuhan mereka. Dengan
memberikan kekuasaan untuk memilih kerja-kerja publik bagi warga negara, program PB
menyumbang desentralisasi proses pembuatan kebijakan. Hal ini adalah suatu sarana
pemberdayaan dimana beberapa kelompok-kelompok lokal di daerah pertama kalinya
mengajukan proyek-proyek kecil tapi terus menerus berkembang sesuai dengan kebutuhan
mereka dari waktu ke waktu. Sebagai contoh, sebuah persekutuan lokal pada awalnya hanya
bekerja pada pengerasan jalan, namun terus berkembang sesuai kebutuhan mereka hingga
meliputi proyek-proyek perumahan rakyat atau memdirikan pusat-pusat pelayanan kesehatan.
Alasan ketiga mengapa Program PB fokus pada kerja-kerja publik khusus dan tepat
sasaran adalah karena pemerintah-pemerintah lokal di Brazil bertanggungjawab pada proyekproyek infrastruktur skala kecil. Kerja-kerja publik sudah sejak lama menjadi suatu sumber
utama pertukaran patronase antara pemerintah dan pemimpin-pemimpin komuintas. Dengan
menempatkan kerja-kerja publik pada pusat PB, diharapkan lingkaran politik patronase akan
hancur. Kehancuran lingkaran patronase membutuhkan berbagai diskusi publik tentang kerjakerja publik, akses ke informasi teknis dan akhirnya pelaksanaan kerja-kerja publik. Dengan
memindahkan kerja-kerja publik dari pertukaran cliental, pemerintah dan pemimpinpemimpin komunitas diharpkan akan menciptakan suatu bentuk politik yang baru.
Alasan Keempat mengapa program PB fokus pada kerja-kerja publik tertentu adalah
untuk memberi kesempatan para peserta untuk mendapatkan suatu pemahaman yang lebih
baik tentang apa itu kewenangan dan tanggung jawab yang dimiliki oleh pemerintah setingkat
kabupaten/kota. Para peserta belajar untuk memahami tentang pembagian kewenangan, yang
akan membantu mereka dalam mengarahkan tuntutan mereka kepada tingkatan pemerintahan
yang tepat. Hal ini bermanfaat dalam mendidik seluruh rakyat dan menguntungkan
pemerintah karena para pemimpin komunitas mendapatkan suatu pemahaman yang lebih baik
tentang kewenangan pemerintah yang terbatas. Sebagai contoh, di Kabupaten Snato Andre,
beberapa peserta sangat memberikan perhatian pada kekerasan dan korupsi di kepolisian.
Namun pemerintah Santo Andre tidak memiliki yuridiksi terhadap kepolisian. Para peserta
secara bertahap mengganti fokus perhatiannya kepada bentuk kewenangan dan sumber daya
yang dimiliki oleh pemerintah kabupaten.
PB tematik: Kebijakan-kebijakan Sosial-Politik yang lebih luas
Setelah menyelenggarakan program PB dalam beberapa tahun, kabupaten/kota mulai
sering membuat eksperimen dengan berbagai metode yang berbeda untuk memperluas diskusi
dan debat tentangk berbagai kebijakan sosial umum dari pemerintah. Tujuannya adalah untuk
memajukan demokratiasasi proses pembuatan kebijakan dengan memberikan kesempatan
bagi warga negara untuk membuat prioritas-prioritas umum pemerintahan kebupatan/kota.
Tujuan kedua adalah untuk mendorong para peserta PB untuk menganalisis dan memahami
kondisi kabupaten/kota secara keseluruhan bukan hanya terpusat pada berbagai permasalahan
yang hanya secara khusus berkaitan dengan daerahnya. Hal ini merupakan satu bagian dari
program pemberdayaan besar atau pelengkap “sekolah kewarganegaraan” dalam PM; warga
negara didorong untuk membayangkan dan bekerja untuk perubahan sosial yang lebih luas.
Pertemuan-pertemuan PB tematik memberikan kesempatan bagi psertanya untuk
membuat prioritas-prioritas besar untuk berbagai kebijakan publik. Pada tahap pertama dalam
proses ini menuntut pemerintah untuk menyediakan informasi mendetail tentang kebijakan
terkini dan prioritas belanja anggarannya. Pada tahap kedua adalah suatu diskusi serial dimana
para peserta mengevaluasi prioritas-prioritas pemerintah. Pada tahan terakhir merupakan
tahap penyusunan prioritas yang dilakukan oleh para peserta. Para peserta, pada kesempatan
tersebut, tidak mengajukan dan menperdebatkan kebijakan-kebijakannya masing-masing,
tetapi fokus pada kebijakan-kebijakan sementara pemerintah. Sebagai contoh, para peserta
memprioritaskan pada tingkatan belanja anggaran yang seharusnya didedikasikan untuk
mengurus kebutuhan pra Natal atau untuk penanggulangan penyakit menular tertentu. Mereka
tidak dengan sendirinya mengajukan kebijakan-kebijakan baru.
Kualitas berbagai diskusi ini berbeda-beda kegunaannya. Beberapa peserta dalam
waktu lama memperjuangkan pada suatu isus khusus tertentu (seperti; pelayanan kesehatan,
perumahan dan pendidikan). Pengetahuan mereka tentang isu-isu kebijakan lain mungkin
sangat rendah. Satu satu bagian yang paling komplek dalam proses ini adalah tingkat
informasi dan pengetahuan yang rendah dari para peserta tentang kebanyakan wilayah
kebijakan. Kebijakan-kebijakan yang luas bisa jadi hanya berlaku stempel karet sebagaimana
kebanyakan peserta mengikuti alur para pendukung kebijakan yang lebih berpengalaman atau
orang-orang yang memiliki kedudukan dalam pemerintahan. Hal ini merupakan suatu
kekuarangan yang jelas dari program PB. Warga negara dengan tingkat informasi dan
keahlian rendah dilibatkan dalam pembuatan kebijakan-kebijakan publik yang sangat penting.
Di Porto Alegre, PB tematik tentang transprotasi terselengaran dengan sukses dengan
melibatkan pada pemimpin lokal dan pengemudi-pengemudi taksi bersama-sama dalam
rangka mendiskusikan berbagai permasalahan kota secara lebih luas. Para pemimpin lokal
menuntut naiknya jumlah trayek/jalur bus, sementara para pengemudi taksi mendesak bahwa
anggaran publik harus dibelanjakan untuk memperbaiki berbagai kekurangan sehingga
mereka dapat menawarkan jasa mereka. Pertemuan ini menyediakan suatu kesempatan bagi
partai-partai yang berminat untuk mengemukakan ketidaksetujuannya kepada publik dan
bekerja mencari pemecahannya.
Di Belo Horizonte, dengan perlangkapan PB kota, para peserta memprioritaskan pada
belanja sosial pemerintah. Lima ratus utusan warga negara terpilih mempertimbangkan
tingkat sumber daya yang dapat dipergunakan oleh berbagai dinas kota selama masa fiskal
satu tahun mendatang, menyusun berbagai isu seperti perumahan, pelayanan kesehatan hingga
pembangunan infrastruktur. Sementara kebanyakan peserta belajar selama proses
berlangsung, sebagian kecil telah memahami dengan sangat baik lebih dari satu wilayah
kebijakan. Ini mungkin benar bahwa beberapa utusan warga negara membuat pilihan-pilihan
dengan tingkat pengetahuan yang rendah dan/atau keahlian teknis yang rendah pula dalam
suatu wilayah kebijakan. Tidanya suatu riset sistematis tentang isu-isu ini menghambat kami
mendapatkan suatu gagasan yang mendalam tentang permasalahan yang sangat panjang
akarnya.
Kondisi utama dalam PB tematik adalah antara apakah para aktifis politik yang relatif
mendapatkan informasi dengan baik mencoba untuk mengarahkan berbagai diskusi politik
atau apakah mereka benar-benar mendominasi diskusi-diskusi tersebut. Kondisi ini
merupakan sangat penting selama tahun-tahun awal PB. Dalam konsolodasi program,
diharapkan para peserta yang cukup memiliki pengatahuan tentang politik akan bertambah.
Apakah telah terjadi suatu pembelajaran publik? Pertanyaan ini terletak pada jantung
kontroversi dalam Program PB. Tidak jelas apakah para peserta yang mendapatkan berbagai
informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan menjadi pejuang kebijakan di masa mendatang
atau apakah peran serta mereka digunakan untuk melegitimasi pilihan-pilihan kebijakan dari
pemerintah.
Sebuah permasalahan serupa-sejajar adalah warga negara yang tidak mendapat
informasi dengan baik memilih kebijakan-kebijakan yang tidak sesuai dengan keleluasaan
anggaran yang dimiliki pemerintah (seperti para pserta menetapkan untuk membelanjakan
sumber daya yang lebih besar dari anggaran yang tersedia). Terdapat suatu bahaya ketika
warga negara yang tidak memperoleh infoemasi dengan baik akan membuat keputusan yang
menjatuhkan kredibilitas program (seperti tuntutan belanja anggaran diatas kemampuan
pemerintah). Bagaimanapun juga, kebanyakan peserta tampaknya menyadari bahwa program
PB keseluruhan hasilnya/dampknya dibatasi oleh pendapatan dan kewenangan yang dimiliki
oleh pemerintah.
Bagian Kelima: Pelaku, Motivasi dan Strategi
ƒ
Apa motivasi dari berbagai pelaku yang berbeda-beda?
Para pelaku sosial-politik memiliki motivasi yang berbeda-beda untuk mempromosikan dan
berperanserta dalam tempat-tempat pembuatan kebijakan yang baru. Berbagai motivasi
tersusun dari suatu komitmen ideologi, memperluas keadilan sosial, promosi pemerintahan
yang baik (good government) hingga pengerasan suatu jalan tertentu. Minat pribadi dan
Community Building (seperti ikatan solidaritas) politik, keduanya dihargai dalam bingkai
kerja PB. Para perintis dihargai, sebagaimana para pemimpin komunitas bekerja untuk
menjamin diperolehnya porsi terbesar dari sumber daya untuk komunitasnya. Mereka yang
datang kemudian dihargai sebagaimana berbagai aturan meastikan bahwa para individu dan
komunitas mendapatkan keuntungan berdasarkan indeks kualitas hidup.
Pemerintah Lokal
Pemerintah lokal menyelenggarakan Program PB untuk membangun suatu dasar
pendukung politik, untuk mendapatkan suatu distribusi yang lebih layak dari sumber daya
langka, untuk membantu pembelajaran publik, dan untuk mempromosikan transparansi dalam
pemerintahan. Marilah menguji masing-maisng alasan ini. Alasan pertama berkaitan dengan
pembangunan suatu dasar pendukung. Program PB cenderung untuk diselenggarakan oleh
golongan kiri-tengah, partai-partai progresif. Setelah memenangi Pemilu, umumnya dengan
janji adanya reformasi, Walikota/bupati dari partai progresif menantang motode-mtode
tradisional dalam menjalankan pemerintahan dengan mengimplementasikan PB. Program PB
didesain untuk menghancurkan klientalisme dengan menyediakan keterbukaan , transaparasi
proses-proses pembuatan kebijakan. Klientalisme adalah suatu tukar menukar pribadi antara
dua pelaku yang statusnya berbeda. Meskipun tukarmenukar ini dapat bermanfaat, ia yang
lebih berkuasa dari dua pasangan cenderung untuk memelihara status politik, sosial dan
ekonominya. Elit politik Brazil telah dalam waktu lama mempraktekkan klientalisme
untukmendominasi kelas bawah. Pemerintah progresif berjudi dengan mendelegasikan
kewenangan pembuatan kebijakan agar melemahkan politik klientalis dan membantu
pemerintah. Program PB menyediakan sarana dan alat bagi pemerintah reformis untuk
menghancurkan jaringan klientalis tradisional. Program PB memotong Legislatif dan jaringan
patronase yang berlipat-lipat yang lahir didalamnya. Ini merupakan sisi yang paling
kontroversial dalam program PB dimana para Legislatif Brazil betul-betul tidak memiliki
peran apapun dalam proses-proses pembuatan kebijakan. Meskipun hal ini jauh diluar wilayah
PanduangPB ini untuk masuk ke dalam diskusi yang lebih luas, adalah penting untuk dicatat
bahwa transfer kewenangan kepada forum-forum warga negara memutus rantai Legislatif.
Kedua, aturan-aturan dalam PB menyukai distribusi barang-barang dan sumber daya
kepada daerah-daerah berpengahasilan rendah. Kreatifitas aturan-aturan didasarkan pada
suatu Indeks Kualitas Hidup yang telah dibuat oleh pemerintah, memberikan kesempatan
beberapa distribusi sumber daya ulang. Indeks Kualitas Hidup berkaitan dengan suatu aturan
PB yanga menetapkan bahwa wilayah yang lebih miskin akan mendapatkan presentase
sumber daya yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah yang lebih kaya. Selanjutnya
pemerintah dapat membelanjakan prosentase sumber daya yang lebih tinggi pada daerah
berpenghasilan rendah yang memiliki tingkat dukungan pembangunan infrastruktur negara
yang rendah. Hal ini mendukung suatu komitment yang lebih luas untuk mewujudkan
keadilan sosial, yang merupakan suatu kekuatan utama yang dimiliki oleh kebanyakan
pemerintahprogresif di Brazil.
Ketiga, Mobilisasi warga negara menyediakan kesempatan pendidikan yang
mempengaruhi kesadaran sosial-politik para peserta. Tiadanya pengetahuan politik tentang
pemerintahan, pembuatan kebijakan dan hak diantara kebanyakan orang-orang Brazil yang
berpengahasilan rendah meupakan suatu hambatan yang dipercayai oleh pemerintah progresif
membatasi terjadinya perubahan sosial. Pemerintah akan mengimplementasikan PB apabila
mereka percaya bahwa perbaikan kualitas pengetahuan politik warga negara adalah suatu
bagian integral dari suatu usaha yang sangat mahal untuk melakukan reformasi struktur
sosial-politik dan ekonomi.
Terakhir, Pemerintah progresif menyelenggarakan program PB untuk
mempromosikan transparansi dengan harapan mengurangi korupsi dan ketidakefisien
birokrat. Program PB dapat mengurangi korupsi dengan meningkatkan jumlah warga negara
yang memantau distribusi sumber daya. Korupsi telah merajalela di Brazil sehingga
pemerintah reformis mengadakan pertemuan-pertemuan publik ganda dan pantian-panitia
pemantauan untuk mengurangi peluang terjadinya korupsi.
Warga negara
Warga negara mempunyai banyak rangsangan untuk berperan serta dalam Program
PB. Pertama, para peserta menikmati meningkatnya akses terhadap tempat-tempat pembuatan
kebijakan publik. Pertemuan-pertemuan publik dan proses-proses pembuatan kebijakan
mengurangi kemungkinan berkembangnya alat-alat/sarana-sarana untuk praktek klientelisme
yang digunakan untuk mendistribusikan barang-barang, hanya menguntungkan sebagian
warga negara yang terlibat dalam jariang kliental. Dengan diselenggarakan pertemuanpertemuan publik, warga negara dapat diberdayakan sebagaimana lingkungan pulik dalam
pertemuan-pertemuan tersebut memiliki potensi untuk mendorong para pelaku dari kelompok
politik non-tradisional berbicara. Pemberdayaan merupakan bentuk penguatan lebih lanjut
apabila warga negara mampu menggambarkan suatu hubungan langsung antara usaha-usaha
partisipasi mereka dan dampaknya dalam kebijakan.
Rangsangan kedua yang penting untuk warga negara adalah mendapatkan akses
informasi. Pertemuan-pertemuan informasional menyediakan bagi warga negara suatu
pemahaman yang lebih luas tentang pemerintah, tanggung jawab pemerintah, kebijakan dan
pembuatan kebijakan. Anggaran kabupaten/kota di brazil dan pembuatan kebijakannya dalam
kurun waktu yang lama sebelumnya berada lama “Kotak Hitam” dimana input dan output
tidak diketahui oleh seluruh pihak kecuali sekelompok pegawai pemerintah. Program PB
menyediakan sebuah struktur bagi warga negara untuk mendapatkan berbagai kebutuhan
informasi untuk mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang lingkungan politik dan
administrasi. Sebagai tambahan dalam informasi anggaran, warga negara mendapatkan akses
terhadap informasi teknis seperti Hukum penetapan daerah dan pengunaan lahan. Serangkaian
aturan yang kompleks meliputi berbagai isu yang seringkali belum pernah diperoleh oleh
kebanyakan warga negara. Program PB menawarkan kesempatan bagi warga negara untuk
bekerja bersama dengan para pegawai pemerintah dalam birokrasi untuk memecahkan
berbagai permasalahan perundang-undangan dan teknis lain yang mendesak.
Rangsangan terakhir bagi peserta adalah hubungan langsung yang sudah tercipta
dalam PB antara para partisipasi dan kualitas pelayanan yang disediakan. Para warga negara
memilih kerja-kerja publik sehingga mereka secara langsung membentuk daerahdaerahnyanya. Para peserta PB mennyetujui rencana-rencana teknis, seperti pemasangan
sistem pipa bawah tanah atau pembangunan unit-unit rumah baru sebagaimana pula dengan
implementasi berbagai kerja-kerja publik yang lain. Di kota Belo Horizonte, sebagai contoh,
seluruh rencana teknis harus dipresentasikan dalam pertemuan-pertemuan lokal. Setelah
diskusi dan berbagai klarifikasi, sesekali membutuhkan penggambaran ulang rencana tersebut,
pertemuan daerah harus menyetujui rencana tersebut. Hal ini membantu untuk memastikan
bahwa para kontraktor menyediakan pelayanan dan barang yang telah disetujui dalam
kontaknya. Dipercaya secara luas bahwa hal ini meningkatkankualitas pelayanan dan juga
mengurangi kemungkinan para kontraktor mencoba berbuat curang dalam pelaksanaan
kontrak.
Perkumpulan Sukarela
Rangsangan utama (pertama) bagi perkumpulan sukarela seperti; gerakan-gerakan
sosial atau kelompok-kelompok daerah lokal, untuk berpartisipasi dalam Program PB secara
tidak langsung. Satu kriteria distribusi barang adalah alasan beberapa warga negara
menghadiri pertemuan-pertemuan. Beberapa warga negara yang lain, yang dimobilisasi oleh
perkumpulan-perkumpulan sukarela, berhadap menerima barang dan sumber bagi daerahnya
lebih banyak. Sebuah hubungan antara mobilisasi dan hasil yang diperoleh telah tercipta,
dengan demikian memperkuat pandangan pentingnya perkumpulan-perkumpulan sukarela.
Kedua, Berbagai perkumpulan berpartisipasi karena program ini menyediakan kesempatan
untuk membangun jaringan yang lebih luas dari para pendukungnya. Berbagai perkumpulan
sukarela memiliki lebih banyak hubungan dengan sekutu-sekutu potensialnya, yang akan
meingkatkan kesempatan untuk koalisi sosial-politik yang lebih luas tercipta. Karena banyak
berbagai tuntutan khusus seputar isu-isu permasalahn perumahan atau pipa bawah tanah yang
dinegosiasikan dalam PB berasal dari berbagai perkumpulan sukarela. Mulailah Incumbent
(mantan pejabat yang mencalonkan diri lagi) dari suatu perkumpulan bernegosiasi dengan
perkumpulan-perkumpulan lain. Hal ini, tentu saja, menguntungkan perkumpulan sukarela
yang lebih besar yang memiliki negosiator yang lebih lihai. Kelemahan ini akan didiskusikan
dalam bagian Batasan-batasan PB, yang disana terdapat suatu potensi meningkatnya
kompetisi antar berbagai perkumpulan sukarela. Bukan malah menciptakan ikatan solidaritas,
berbagai konflik bisa jadi malah bertambah. Sebagai tambahan, beberapa organisasi sukarela
mengalami suatu penurunan pengaruh setelah implementasi PB. Hal penting lain dalam PB,
beberapa perkumpulan sukarela sebelumnya menikmati hubungan dekatnya dengan
pemerintah. Dalam PB, mereka tidak lagi mengandalkan hubungan pribadi mereka yang unik,
tetapi harus berkompetisi dalam aturan-aturan yang jelas dalam rangka memperoleh sumber
daya.
Rangsangan ketiga bagi para peserta adalah kemampuan untuk mempengaruhi
kebijakan-kebijakan. Perkumpulan yang berbasis daerah/lokal membentuk infrastruktur
daerahnya. Perkumpulan-perkumpulan bekerjasama dengan pemerintah, teknokrat dan LSM
tertentu untuk mendesain berbagai rencana pembangunan. Gerakan-geraka sosial dengan
orientasi isu tertentu (seperti gerakan peningkatan pelayanan kesehatan atau para pecinta
lingkungan) berpartisipasi dalam PB untuk membentuk kebijakan-kebijakan publik yang lebih
luas. Mereka memiliki kesempatan untuk bekerja sama dengan pegawai pemerintah dalam
anggaran jangka pendek secara langsung atau dalam perencanaan jangka panjang. Hubungan
kerja yang dekat ini menyediakan banyak kesempatan bagi gerakan-gerakan sosial dengan
orientasi isu tertentu untuk mempengaruhi berbagai hasil kebijakan. Tentu saja, hubungan ini
melekat secara positif sebagaimana pula hubungan dekat berbagai perkumpulan sukarela
dengan negara bagian memiliki potensi merubah secara drastis merubah karakter dan tujuan
dari berbagai gerakan sosial. Hal ini yang menjadi alasan bahwa para pegawai pemerintah dan
berbagai perkumpulan sukarela secara terus-menerus ditegur.
Lembaga Swadaya Masyarkat (LSM)
Program PB menyediakan suatu mekanisme bagi LSM untuk bekerjasama dengan
warga negara dan pemerintah dalam rangka menyelesaikan berbagai permasalahan sosial
yang begitu mendesak. Di beberapa kabupaten/kota, berbagai LSM mamiliki suatu peran
langsung dalam program ini. Mereka duduk sebagai penyelenggaran program atau pemantau
atau berlaku sebagai mediator antara pemerintah dan para peserta. Ketika beberapa LSM
mempunyai suatu peran langsung dalam proses tersebut, mereka cenderung untuk
mempromosikan pemberdayaan warga negara dan transparansi dalam pemerintahan.
Di beberapa kabupatan/kota lain, beberapa LSM berperan sebagai penasehat,
menyediakan dukungan bagi para peserta. Kebanyakan LSM memiliki kemampuan teknis dan
administrasi yang lebih baik dibandingkan kebanyakan warga negara karena profesionalistas
mereka. Para Arsitek, akuntan dan pekerja sosial seringkali memiliki tingkat informasi dan
pengetahuan , yang membantu mereka lebih cepat memahami proposal kebijakan dan
dampak-dampak potensialnya. Jarak yang dimiliki oleh LSM dari pemerintah penyediakan
bagi mereka kesempatan untuk mempromosikan nilai-nilai umum PB disamping juga
menjamin pemerintahn untuk bekerja demi kesejahteraan warga negara. Di Porto Allegre,
sebagai contoh, sebuah LSM (cidade) mempublikasikan sebuah laporan bulanan tentang PB
bagi para utusan warga negara dan warga negara secara umum. Mereka memonitor belanja
anggaran, kebijakan-kebijakan yang ditetapkan. Cidade berlaku sebagai (anjing) penjaga
sekaligus sebagai pendukung program.
Beberapa LSM juga cenderung untuk memainkan suatu peran yang menyolok dalam
melakukan pemberdayaan atau pertemuan-pertemuan pembelajaran. Beberapa LSm seringkali
lebih memiliki kemampuan dibandingkan dengan pemerintah dalam memberikan suatu
rangkaian informasi yang kompleks kepada kebanyakan warga negara, sehingga beberpa
LSM seringkali dikontrak untuk menyediakan pelayanan ini. Hal ini menciptakan suatu
ketegangan antara LSM dengan para peserta karena hal tersebut mengaburkan peran dari
LSM tersebut. Apakah LSM tersebut pendukung program, pengkritik atau peserta dalam
Program PB.
Komunitas Bisnis
Komunitas bisnis bisa mendukung program PB karena Program PB menpromosikan
transparansi dan mengurangi korupsi. Anggota komunitas bisnis juga mendapatkan
keuntungan dari PB karena pajak dalam bentuk dollar dipergunakan lebih efisien. Meskipun
Program PB tidak secara langsung fokus pada reformasi fiskal, meningkatnya perhatian pada
anggaran seringkali mengarahkan pemerintah membersihkan kesehatan keuangan
kabupaten/kota. Kesehatan keuangan yang lebih baik merupakan suatu konsekuensi tidak
langsung dari program PB.
Di dalam komunitas bisnis, kontraktor dan para pembangun gedung mendapatkan
keuntungan secara langsung. Seleksi proyek dan penawaran secara sistematis dari
pelaksanaan proyek mengizinkan para konstraktor untuk menawar dalam keterbukaan dan
sistem yang fair. Para kontraktor tidak perlu lagi membayar komisi dan suap untuk menjamin
bahwa proyek mereka akan betul-betul didanai dan dilaksanakan. Lebih dari itu, waktu
penawaran proyek menjadi bagian dari laporan publik. Tentu saja, para pelaku bisnis yang
mendapat keuntungan dari praktek-prakatek tertutup dan korup kurang antusias terlibat dalam
PB. Kontraktor-kontraktor kecil mendapatkan keuntungan karena banyak proyek yang terpilih
melalui proses PB cenderung skopnya lebih kecil.
Akhirnya, ketika program PB dikonsolidasikan sebagai tempat pembuatak kebijakan
yang utama, perkumpulan bisnis menemukan dirinya harus berpartisipasi dalam rangka
menjamin perbaikan. Sebagai contoh, suatu perkumpulan bisnis lokal ingin memiliki jalanjalan diaspal dan mendapatkan cukup penerangan. Perkumpulan bisnis tersebut perlu
mengorganisasi anggotanya untuk menghadiri pertemuan-pertemuan untuk memastikan
bahwa tuntutan mereka diperhatikan. Sebagai tambahan, para pengemudi taksi mungkin harus
menghadiri PB tematik tentang “Transportasi” untuk mengajukan tuntutannya.
Bagian Keenam: Reformasi Administrasi
ƒ
Bagaimana para aparat administrasi direformasi demi kepentingan terciptanya sistem
pembuatan kebijakan yang baru?
Reformasi aparat administrasi lokal merupakan suatu bagian penting dalam program
PB. Meskipun reformasi birokrasi tidak dipertimbangan sejak awal menjadi suatu elemen
vital program Penganggaran artisipatif, ia muncul sebagai suatu konsekuensi yang tidak
diharapkan yang memiliki pengaruh yang sangat besar suksesnya proses PB. Bagian pertama
yang berkontribusi dalam reformasi administrasi adalah desentralisasi administrasi. Hal ini
cenderung dimulai dengan desentralisasi fisik administrasi kabupaten/kota dengan berdirinya
kantor cabang atau kantor wilayah. Kantor cabang menyediakan akses langsung dan mudah
bagi warga negara kepada pegawai pemerintah dan administrasi. Hal ini sangat penting sekali
dalam kebanyakan daerah terpencil, dimana banyak penduduk miskin biasanya tinggal.
Berbagai pertemuan diselenggarakan ditingkat daerah-daerah bukan di pusat kota sehingga
mempermudah warga negara untuk menyesuaikan waktu dan biaya yang diperlukan yang
selama ini menjadi hambatan partisipasi.
Desentralisasi tempat-tempat pembuatan kebijakan juga merupakan suatu langkah
penting. Keputusan tidak lagi dibuat oleh sekelompok kecil politikus dan elit teknokrat yang
tinggal di dalam beberapa tempat di kota pemerintahan, tetapi dibuat dalam pertemuanpertemuan publik di tingkatan lokal. Ini menyediakan berbagai akses yang sebelumnya tidak
ada bagi warga negara kepada para ahli profesional dan birokrat. Warga negara mampu untuk
bekerja sama dengan para birokrat ini untuk memandu dalam dunia pembuatan kebijakan
yang begitu komplek.
Desentralisasi memberikan tempat bagi berbagai informasi yang dibutuhkan tersedia
untuk kelompok-kelompok yang bersangkutan. Melalui kantor cabang, yang berada di daerah
terpencil atau periferi kota, para teknokrat mengembangkan gagasan-gagasan yang lebih baik
tentang berbagai tipe informasi yang harus dimiliki oleh para peserta, sehingga mereka
mampu menentukan pilihan dengan pengetahuan yang memadai. Sebagai contoh, warga
negara yang tinggal di wilayah pengunungan akan menerima informasi teknis tentang
drainase dan arus air yang sangat bermanfaat untuk berbagai situasi kehidupan sehari-hari
mereka. Sementara itu warga negara yang tinggal di pusat kota urban akan menerima
informasi tentang berbagai biaya dan kompleksitas proses perbaikan suatu infrastruktur yang
telah rusak/buruk.
Bagian kunci kedua reformasi administrasi adalah integrasi berbagai unit birokrasi
yang berbeda-beda dalam proses pembuatan kebijakan dan proses implementasinya. Dinasdinas administrasi, seperti departemen kesehatan atau departemen pendidikan, tidak dapat
berjalan sebagai suatu unit yang terpisah dalam proses PB. Lebih dari itu, departemendepartemen ini harus bekerja sama dengan dinas perencanaan dan para peserta PB dalam
rangka untuk menetapkan agenda-agenda kebijakannya. Berbagai investasi baru, seperti
bangunan sekolah, pusat kesehatan, secara umum tidak dapat dikerjakan tanpa persetujuan
secara explisit dari para peserta PB. Hal ini membutuhkan kesediaan berbagai departemen
yang berbeda-beda untuk bekerja sama dengan para pemimpin komunitas untuk mendesain
berbagai proyek yang sesuai. Dinas-dinas kota harus bekerja sama untuk mengkoordinasikan
waktu proyek-proyek kebijakan tersebut untuk memastikan bahwa itu semua diselesaikan
dengan motode yang paling efisien. Hal ini membutuhkan kooordinasi dalam beberapa tahun
untuk menjamin bahwa drainase, pengaspalan jalan, perumahanmurah dan berbagai proyek
yang lain terwujud sesuai dengan rencana yang telah didesain oleh para perencana kota dan
peserta PB. Dalam hal ini, pemerintah harus terbentuk oleh suatu usaha bersama para
politikus dan birokrat yang bersedia mengimplementasikan proyek-proyek terpilih. Para
peagwai pemerintah harus memiliki kendali atas birokrasi untuk menjamin, contohnya seperti
perencanaan teknis terkonsep dengan baik, kontrak-kontrak kerja telah disiapkan dan
pelaksanaannya sesuai dengan skedul yang telah ditetapkan. Intensif ini, berbagai proses yang
tidak diantisipasi oleh para pendiri PB, tetapi telah membantu untuk merevitalisasi dan
mereformasi struktur birokrasi yang ada.
Bagian penting terakhir adalah kreasi suatu hubungan transparan antara komunitas
bisnis dengan pemerintah. PB menetapkan berbagai proyek yang akan diimplementasikna
selama periode dua atau tiga tahunan. Para kontraktor dan pembangun mengetahui proyek
mana yang akan diimplementasikan dan mereka memapu membuat rencana yang lebih
efektif. Salah satu hasil dalam PB adalah uang suap/sogok tidak perlu lagi dibayarkan untuk
mendapatkan suatu proyek kerja publik yang akan diimplementasikan. Hal ini dengan mudah
mengurangi biaya bisnis, meningkatkan margin keuntungan dan membantu kredibiltas
pemerintah.
Bagian Ketujuh: keterbatasan-keterbatasan
ƒ Apa keterbatasan-keterbatasan?
Terdapat beberapa keterbatasan program Penganggaran Partisipatif yang mengurangi
keseluruhan dampaknya pada terciptanya keadilan sosial, pembelajaran publik dan reformasi
administrasi. Meskipun terdapat beberapa perbedaan penting dalam hal bagaimana Program
PB berfungsi di berbagai kabupaten/kota dan negara bagian yang berbeda. Dalam kebanyakan
kasus, keterbatasan-keterbatasan ini telah didiskusikan sebelum muncul kepermukaan.
Keterbatasan-keterbatasan yang diuraikan dalam tulisan ini menerangkan bahwa Programprogram PB memiliki kemampuan yang cukup untuk menentang biaya-biaya sosial-poitik
meskipun memperjuangkan keadilan sosial. Program PB, yang kami percayyi sebagai suatu
langkah penting untuk adanya pelibatan politik yang lebih besar bagi warga negara, keadilan
sosial yang lebih merata, tidak bisa bekerja sebagaimana sebuah peluru magis.
Keterbatsan pertama berakar pada fokus kerja-kerja publik tertentu. Banyak
komunitas memobilisasi diri untuk memperoleh pengaspalan jalan tertentu atau proyek
drainase tertentu. Penekanan pada barang khusus tertentu mengecilkan dampak/makna dari
pembelajaran publik sesi-sesi pemberdayaan. Banyak peserta PB tidak tertarik pada
pembelajaran tentanghak-haknya, tanggung jawab pemerintah berkenaan dengan fiskal, atau
berbagai kebijakan sosial lain yang lebih luas. Mereka lebih tertarik untuk memperoleh suatu
proyek infrastruktur kecil. Ini merupakan prinsip tersebunyi no. 22 dalam program PB.
Program PB tumbuh berkembang ketika warga negara mendapatkan pemahaman bahwa suatu
keputusan tertentu yang telah mereka buat dalam pertemuan-pertemuan wilayah akan
dilaksanakan. Pesan ini sangat jelas: pemerintah menghargai waktu kami dan energi kami.
Meskipun itu kelihatannya menjadi suatu langkah awal untuk mendorong partisipasi,
ia mengaitkan Program PB dengan distribusi barang-barang tertentu. Sebagai contoh, suatu
daerah di Porto Alegre dimobilisasi untuk mendapatkan perbaikan di taman lokal mereka
(seperti: bangunan lapangan sepakbola indoor). Setelah perbaikan dilaksanakan, organisasi
komunitas tersebut berhenti berpartisipasi. Komunitas tersebut telah menerima keinginan
publiknya dengan baik, yang menjadi dasar alasan utama organisasi mereka. Sisi lemahnya,
dari perspektif penguatan program PB, adalah bahwa para peserta dalam waktu singkat segera
keluar dari program dan menunjukkan berkurangnya minatnya untuk bekerja sama dalam
rpogram. Pada kasusu ini, pembelajaran publik begitu rendah dan partisipasi hanya sekedar
instrumental.
Keterbatasan kedua dalam proses PB adalah ketergantunga para peserta kepada kator
bupati/walikota. Meskipun program PB secara langsung melibatkan pera pelaku civil society
dalam proses pembuatan kebijakan, pemerintah tetap menjadi pemain utama. Mengapa?
Pemerintahlah yang mengelola pertemuan-pertemuan, menyediakan informasi, menjamin
bahwa para birokrat akan membantu penduduk keseluruhan dan menggaransi bahwa berbagai
kebijakan yang terpilih akan diimplementasikan. Pengaruh dari bupati/walikota dan
penguasaan koalisisi adalah sangat substantif. Tanpa adanya komitmen politik yang kuat pada
program ini, sedikit peluang program ini akan sukses dilaksanakan. Sebagaicontoh di Recife,
Bupati/walikota mulai menggunakan PB sebagai suatu sarana untuk membagi-bagikan uanguang publik pada kesempatan karnawal awal masa jabatannya. Alih-alih mendorong
keterbukaan dan menyelenggarakan pertemuan-pertemuan, bupati/walikota memanipulasi
anggaran yang dikeluarkan sehingga para peserta PB yang “pro dengannya” mendapatkan
keuntungan. Warga negara yang tidak berpartisipasi dan utusan warga negara yang “tidak pro
dengannya” tidak menperoleh akses apapun kepada sumber daya publik. Para peserta PB
mengemukakan perhatian bahwa mereka harus melakukan suautu hal tertentu atau mereka
akan dboikot oleh pemerintah. Ini sama sekali tidak memberdayakan warga negara dan
bahkan menciptakan suatu bentuk klientalisme baru.
Keterbatasan ketiga adalah peran perencanaan jangka panjang yang menempati posisi
yang ambigu dalam Penganggaran Partisipatif. Kebanyakan dari para peserta PB tertarik
untuk mendapatkan kerja-kerja publik jangka pendek dan menengah. Fokus pada kerja-kerja
publik khusus berakibat pada begitu sulitnya untuk menghasilkan diskusi-diskusi tentang
perencanaan masa depan kota/kabupaten. Meskipun beberapa pemerintah kabupaten/kota
telah mebuat berbagai susunan usaha untuk merangsang berbagai diskusi dan
mengembangkan perencanaan jangka panjang. Proses-prses ini sangat terbatas. Kompleksitas
isu yang dibahas membutuhkan kemampuan teknis dan analisis substantial warga negara
untuk mempertimbangkan relevansi berbagai macam pendapat yang berbeda-beda. Program
Pb sangat lambat melatik kemampuan ini. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun bagi para peserta
untuk mengembangkan suatu pemahaman yang tepat tentang kompleksitas dari solusi-solusi
yang ditawarkan. Salah satu solusi di Porto Alegre untuk masalah perecanaan jangka panjang
adalah dengan mendirikan suatu ‘Majelis Warga Negara’ untuk mendiskusikan masa depan
jangka panjang kota tersebut. Majelis tersebut memperdebatkan dan mendiskusikan
perencanaan jangka panjang, menawarkan suatu solusi jangka pendek untuk suatu masalah.
Bagaimanapun juga, tetap ada keterbatasannya, kerena Majelis Warga Negarahanya hanya
dibentuk sekali dalam setiap empat sampai lima tahun, terkendala oleh hambatan waktu dan
anggaran.
Keterbatasan keempat adalah penekana pada isu-isu lokal dan kebijakan-kebijakan
publik lokal. Banyak peserta, termasuk para aktifis sosial-politik yang telah bekerja dalam
waktu lama, menghabiskan waktu dan energinya pada keruwetan seluk beluk berbagai
kebijakan publik lokal. Ini akan mengurangi jumlah waktu yang didedikasikan oleh para
aktifis untuk membahas berbagai permasalahan wilayah, nasional dan global. Meskiun para
peserta PB mendedikasikan kerja-kerja mereka untuk menhasilkan berbagai perubahan pada
aneka kebijakan publik lokal, permasalah prinsipil yang dihadapi oleh komunitas mereka
seringkali berhubungan dengan pengangguran, kekerasan, atau tiadanya kesempatan
mendapatkan pendidikan yang layak. Ini dapat dikategorisasikan sebagai salah satu
keterbatasan program, karena program PB tidak menyediakan kesempatan bagi para
pesertanya untuk menyelesaikan berbagai alasan yang dasarnya pada biaya sosial dan
ekonomi mereka. Sebagai contoh, di Recife, saya mewawancarai banyak peserta PB yang
aktif, banyak dari mereka yang mendedikasikan waktunya 5-10 jam setiap kerja di PB. Ketika
kami menanyakan kepada mereka tentang apa sebenarnya yang menjadi tuntutan utama bagi
daerahnya, hampir dengan suara bulat mereka menjawab: “pengangguran”. Para peserta,
kebanyakan perempuan, bekerja di PB dengan harapan mereka dapat memperbaiki kondisi
sehari-hari daerahnya. Namun perhatian yang paling besar terfokus pada perubahanperubahan sosial-ekonomi yang lebih luas yang jauh dari ruang lingkup PB.
Para peserta dan pemerintah dengan mudah berharap bahwa program PB akan
membantu meningkatkan kesadaran yang lebih luas, bermacam-macam permasalahan global
yang memiliki akibat pada kemiskinan kota di Brazil. Bagaimanapun juga, tidak ada garansi
bahwa para peserta akan membuat lompatan dari kondisi ketiadaan infrastruktur dasar menuju
kekuatan sosial-ekonomi yang lebih luas yang merubah kehidupan mereka. Meskipun ini
sering ditanyakan kepada para peserta PB, jelas bahwa memang itulah yang menjadi tujuan
pamerintah dan kebanyakan para peserta aktif PB.
Terakhir, Program PB dapat dimanipulasi karena peran sentral yang dimainkan oleh
kantor bupati/walikota. Apabila dinas-dinas kabupaten/kota, para birokrat atau pegawai yang
terpilih mau mencoba menggunakan program PB untuk memajukan agenda-agenda mereka
sendiri. Tanpa pengungkapan informasi utama, tiadanya implementasi dari berbagai kebijakan
publik yang telah dipilih atau lemahnya panitia pemantauan dari warga negara, dari banyak
cara, program ini dapat dengan mudah dimanipulasi. Sangat penting untuk dicatat, bahwa
program PB di Brazil, pada tingkatan kabupaten/kota atau negara bagian, telah menghambat
terjadinya gerakan sosial dan LSM karena interfensi pemerintah.
Bagian Kedelapan: Hasil-hasil yang dijanjikan
ƒ
Hasil seperti apakah yang sangat dijanjikan?
Karena pertumbuhan dan perkembangan program PB di Brazil, sekarang ini kita dapat
melihat berbagai bentuk variasi sedemikian luas hasil manfaat dan dampaknya. Meskipun
banyak program PB, khususnya yang pada tahap awal perkembangannya, memiliki hasil yang
beraneka macam, sekarang ini sangat jelas bahwa program tersebut telah berjalan lebih dari 5
tahun menghasilkan perubahan penting yang terus bertambah. Untuk menguji kebenaran
beberapa kasus yang paling menjanjikan, diperlukan untuk kembali kepada tiga tema yang
berada pada tiga hal: (i) pembelajaran publik dan kewarganegaraan aktif, (ii) keadilan sosial,
dan (iii) reformasi administrasi. Bagian terakhir dari tulisan maksudkan untuk menguji
kebenaran berbagai hasil yang paling dijanjikan dalam kasus-kasus yang begitu sukses
dijalankan.
Pembelajaran Publik dan Kewarganegaran/Partisipasi Aktif
Partisipasi di program PB cenderung untuk terus meningkat sepanjang masa.
Partisipasi warga negara terus menerus naik, seringkali dengan lompatan yang signifikan
setelah tahun ketiga. Partisipasi naik lebih cepat ketika pemerintah memberikan dukungan dan
sumber daya yang signifikan kepada PB. Partisipasi terlihat naik karena warga negara
menyadari bahwa terdapat suatu hubungan yang langsung antara waktu yang mereka
dedikasikan kepada PB dan perubahan dalam hasil-hasil kebijakan. Warga negara yang pada
awalnya tidak berpartisipasi dalam PB, mulai menyadari dengan jelas bahwa prinsip dasar
untuk memperoleh kerja-kerja publik atau perubahan dalam kebijakan sosial yang lebih luas
hanya dilakukan melalui partisipasi dalam PB. Di Porto Alegre dan Belo Horizonte, PB telah
diperluas meliputi berbagai proyek dan program yang menarik perhatian bagi kelas
menengah. Sebagai tambahan, para aktifis politik di Belo Horizonte, yang sebelumnya dalam
waktu lama menikmati suasana klientalisme, harus memperlengkapi strategi-strategi politik
mereka untuk menyediakan aneka sumber daya bagi daerahnya. Para pengelola politik
tradisional tidak lagi bergantung pada klientalisme, namun harus memobilisasi dan
merundingkan berbagai cara-cara baru.
Program PB berperan sebagai “Sekolah Kewarganegaraan”. Tahap pertama prosesi
PB, pada tahun-tahun awal daur penganggaran, sebagian besar terdiri dari pertemuanpertemuan penyebaran informasi. Pertemuan-pertemuan ini menyediakan kesempatan bagi
pemerintah, LSM-LSM dan kebanyakan para aktifis yang cukup memiliki informasi yang
memadai untuk mendiskusikan berbagai urusan yang berkaitan dengan anggaran, kewenangan
dan tanggung jawab pemerintah, perpajakan dan hak-hak warga negara (hak sosial, politik
dan sipil). Sementara para warga negara baru dibanjiri dengan berbagai informasi, para
peserta yang sudah lama mempertajam pemahaman mereka sendiri-sendiri. Ini merupakan
satu contoh dimana LSM-LSM memainkan suatu peran yang besar, bekerja bersama-sama
dengan para peserta lama untuk memperdalam strategi-strategi politik disamping
menyediakan bantuan bagi para peserta baru.
Hak-hak kewarganegaraan memainkan peran suatu peran penting karena para peserta
PB membicarakan isu-isu tentang kewenangan pemerintah dan kewajiban-kewajiban warga
negara. Para peserta PB, khususnya warga negara yang memiliki suatu sejarah yang panjang
aktifisme politik, menggambarkan berbagai hak yang digaransi oleh onstitusi Barzil 1988
untuk mendukung pendapatnya selama tahap negosiasi. Selama pertemuan-pertemuan
“pemberdayaan” awal, para peserta dibimbing mengetahui hak-hak mereka, kewajiban
mereka sebagai warga negara dan tanggung jawab pemerintah.
Perluasan hak-hak warga negara sebagaimana dituntut oleh pemerintah dan para
peserta PB bergantung kepada penguatan ikatan-ikatan komunitas dan pembongkaran peranperan hierarkhis secara tegas yang memecah belah orang-orang Brazil. Program PB
menyediakan suatu kesempatan bagi warga negara untuk menguatkan rasa solidaritas
berdasarkan tuntutan-tuntutan mereka yang serupa. Ikatan komunitas antara kelompokkelompok dan individu-individu dapat diperkuat sebagai program yang memungkinkan
mereka membicarakan berbagai permasalahan mereka dan mencari aneka solusi kolektif. Satu
kekurangan dari PB adalah para pemimpin komunitas yang mungkin saling bersaing diantara
mereka untuk mendapatkan berbagai sumber daya yang langka. Pemerintah dan kebanyakan
aktifis penting harus memodifikasi beberapa aturan untuk mempromosikan solidaritas dan
mengurangi persaingan.
“Prioritas Kunjungan” adalah satu dari contoh yang paling bagus pada usaha ini.
Perwakilan dari masing-masing daerah mengunjungi semua kerja-kerja publik yang diajukan
dalam wilayah mereka, sehingga mereka mampu menilai secara pribadi kebutuhan-kebutuhan
sosial dari suatu proyek yang diajukan. Para utusan PB dikenal untuk mengganti posisi
mereka ketika mereka mengunjungi suatu daerah dimana kebutuhan-kebutuhan sosial
kelihatan lebih besar dibandingkan dengan daerah-daerah dari proyek-proyek lain yang
diajukan. Ketika ikatan solidaritas ditekankan dan dipromosikan, Program PB membantu
perkembangan suatu rasa yang kuat terhadap komunitas. Hierarkhi sosial brazil lama juga
ditentang, sekalipun dalam bentuk yang terbatas, seperti warga negara yang secara tradisional
berada diluar/tidak dilibatkan sebelumnya (mayoritas peserta PB berpenghasilan rendah)
memiliki kesempatan untuk menyuarakan tuntutannya dalam suatu ruang publik. Legitimasi
tuntutan mereka dan kemampuan (sebagai Hak) untuk mengankat berbagai isu-isu yang
diperdebatkan dalam suatu arena publik adalah suatu langkah maju yang penting untuk
menentang ketatnya hierarkhi sosial. Banyak warga negara yang berada diluar sistem tidak
pernah mendapatkan kesempatan untuk berbicara atau membuat tuntutan-tuntutan dalam
publik. Dalam PB, mereka mendapatkan hak ini.
Keadilan Sosial
Sumber daya yang dialokasikan dalam program PB cenderung diimplementasikan ke
daerah-daerah berpenghasilan rendah. Daerah-daerah lokal atau sub-wilayah dengan
infrastruktur tingkat rendah dan rata-rata kemiskinan yang lebih tinggi menerima sumber daya
lebih banyak dibandingkan dengan sub-wilayah yang lebih baik. Indeks kualitas kehidupan,
berbasis pada pendapatan, pendidikan, infrastruktur fisik dan pelayanan sosial yang tersedia,
membentuk dasar-dasar untuk distribusi sumber daya. Indeks kualitas kehidupan menjamin
bahwa wilayah-wilayah yang lebih miskin dalam suatu kota akan menerima sumber daya
yang lebih banyak dibandingkan daerah-daerah yang lebih baik. Pembagian sumber daya
disepanjang garis wilayah dan sub-wilayah merupakan suatu instrumen efektif untuk
distribusi ulang sumber daya kepada daerah-daerah berpenghasilan rendah dan dengan
pelayanan (sosial-kesehatan dll) rendah.
Pembagian garis-garis wilayah (penggambaran distrik) dapat juga menjadi contoh
kasus untuk (Contestation). Sebagai contoh di Porto Alegre, para peserta tidak setuju dengan
batas-batas distrik asli. Setelah dua sampai tiga tahun, jumlah distrik telah diperluas menjadi
16 dari sebelumnya 5. Daerah-daerah yang memiliki kesamaan karakteristik disatukan dalam
satu wilayah, dimana memungkinkan pemimpin-pemimpin komunitasnya bekerja sama untuk
memperoleh sumber daya.
Sebagai contoh antara tahun 1996 dan 1998, Program PB di Porto Alegre
menghabiskan dana US$ 260 juta untuk berbagai proyek yang dipilih oleh para pesertanya.
Mayoritas sumber daya ini diperuntukan kepada distrik-distrik yang tidak memiliki pelayanan
(sosial dan kesehatan) yang memadai dan lebih miskin. Meskipun tidak mungkin memastikan
dengan tepat bagaimana berbagai sumber daya dialokasikan kepada mereka yang
berpenghasilan rendah, namun dimungkinkan untuk membuktikan bahwa wilayah-wilayah
termiskin di Porto Alegre mendapatkan sejumlah anggaran yang sebelumnya belum pernah
diberikan. Di Kabupaten Belo Horizonte, juga dimungkinkan menegaskan bahwa daerahdaerah berpenghasilan rendah menerima tingkat sumber daya yang lebih rendah dibandingkan
daerah-daerah kelas menengah dan atas, dan daerah-daerah berpenghasilan rendah menerima
lebih banyak dibandingkan penerimaan tradisional sebelumnya.
Cara kedua bagaimana program PB mempromosikan keadilan sosial melalui
pengembangan tubuh-tubuh pembuatan keputusan secara tematik. Masyarakat memperhatikan
tiadanya pelayanan kesehatan atau buruknya kualitas kehidupan yang dapat mereka tuntut
dalam program PB. Berbagai perdebatan dalam PB mengarahkan pemerintah untuk
memberikan sumber daya yang lebih banyak untuk daerah-daerah berpalayanan rendah.
Bukti-bukti menegaskan program PB yang diimplementasikan oleh pemerintah telah
mendukung pengeluaran kepada sumber daya yang lebih banyak kepada daerah-daerah yang
lebih miskin. Tidak jelas apakah meningkatnya pengeluaran sosial ini berasal dari program
PB atau apakah peningkatan tersebut hasil dari agenda ideologi politik pemerintah progresif.
Meskipun tidak mungkin memisahkan dengan jelas agenda politik pemerintahan progresif
dari bekerjanya PB, namun sangat penting untuk memberi catatan bahwa program PB
cenderung berdampingan dengan perubahan signifikan dalam pemebiayaan sosial. Keadilan
sosial juga diraih dengan cara-cara yang lebih efisien dan terarah kebijakan-kebijakan yang
berorientasi kepada komunitas. Rendahknya tingkat korupsi dibantu oleh proses-proses yang
transparan, membantu menjamin bahwa sumber daya publik akan dipergunakan dengan lebih
efektif. Penggunaan sumber daya publik yang lebih efisien sangat berpengaruh secara
langsung kepada masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah sebagaimana sejumlah besar
proyek diimplementasikan. Proyek-proyek ini seringkali memiliki suatu dampak yang serta
merta pada kualitas kehidupan suatu daerah atau arena kebijakan yang berpelayanan kurang
memadai.
Terakhir, keadilan sosial dapat dikembangkan melalui melibatkan kelompokkelompok yang secara tradisional berada diluar sistem dan warga negara dalam tempat-tempat
pembuatan kebijakan penting. Meskipun tidak memberikan suatu keuntungan material yang
secara langsung berkaitan dengan keadilan sosial, disana terdapat sedikit keraguan bahwa
penciptaan ruang-ruang institusional ini menyediakan bagi warga negara yang berpenghasilan
rendah suatu kesempatan untuk mengemukakan tuntutan sosial-politiknya di dalam suatu
lingkungan formal. Warga negara yang secara tradisional berada di luar sistem memiliki
kesempatan dan hak untuk berperan serta dalam arena-arena pembuatan pembuatan keputusan
yang baru. Berbagai keputusan dan memastikan pilihan-pilihan dalam arena-arena tersebut
menghasilkan berbagai perubahan tertentu dalam komunitas mereka. Ini merupakan suatu
proses pemberdayaan yang sangat luar biasa dimana warga negara yang berpendapatan rendah
dan biasanya berada di luar sistem memiliki kesempatan untuk membuat keputusan-keputusan
yang merubah kehidupannya dan kehidupan warga negara yang lain.
Reformasi Administrasi
Reformasi birokrasi dan administrasi merupakan manfaat yang paling penting dan
utama dalam program PB. Implementasi proses-proses pembuatan keputusan juga
membutuhkan berbagai perubahan internal dalam tubuh birokrasi sehingga implementasi
tersebut akan sesuai dengan kriteria-kriteria baru tersebut. dalam pelaksanaan program PB
yang sukses, dengan mempertimbangkan waktu dan usaha ditujukan untuk desentralisasi
pemerintah. Para pegawai pemerintah yang ditugaskan untuk membantu organisasi dari
masing-masing daerah, dengan cara menfasilitasi hubungan antara pemerintah dan penduduk
setempat. Para pegawai ini berperan sebagai perantara antara warga negara dan staf-staf
teknis. Dalam semua program PB berhasil, suatu usaha substansialnya dibuat untuk
mengembangkan hubungan dekat antara para peserta PB dengan birokrat.
Informasi teknis, yang sangat penting dalam implementasi berbagai proyek kerja-kerja
publik, menjadi bagian dari perdebatan publik. Warga negara perlu untuk memahami
kebutuhan-kebutuhan khusus untuk membangun jalan atau pembuatan drainase. Informasi ini,
yang biasanya ada tersendiri dan di kantor-kantor profesional para birokrat, disediakan untuk
warga negara sehingga mereka mampu membuat keputusan berdasarkan informasi yang
benar. Sebagai tambahan, aturan-aturan yang jelas, rasional dan sistematis untuk
implementasi proyek-proyek yang sudah mapan. Ini mengurangi kekuasaan dari kebannyakan
para birokrat yang begitu berkuasa atau telah lama berakar kuat dalam bidang tertentu.
Mereka tidak lagi mampu memanipulasi alokasi anggaran-anggaran publik. Terbentuknya
suatu aturan baku yang jelas menyediakan untuk seluruh kelompok yang tertarik, masyarakat,
pegawai pemerintah, birokrat, pelaku bisnis dengan dengan pengetahuan yang memadai
bahwa kebijakan-kebijakan yang diputuskan dalam forum publik PB akan diterjemahkan
dalam output kebijakan yang nyata. Proses implementasi, meskipun seratus persen transparan,
tetap terbuka dan bisa diketahui/pahami oleh setiap warga negara yang tertarik. Setiap warga
negara bisa dengan mudah mengecek pada status proyek untuk mengetahui status proyek
tersebut (misalnya: status dalam perencanaan, penawaran dan implementasi).
Bagian Kesembilan: Dapatkah program partisipatis diterapkan jauh diluar
Brazil?
ƒ
Bisakah Program PB diimplementasikan di negara-negara lain? Di wilayah-wilayah
lain di dunia ini?
Menurut pendapat kami, berbagai alat, prosedur dan metode PB adalah bersifat transferable
ke negara-negara lain pada tingkat pemerintah lokal dan negara bagian. Program PB telah
sukses diselenggarakan di berbagai wilayah yang berbeda-beda di Brazil, tersebar dari daerah
industri di tenggara sampai daerah utara Amazon. PB telah sukses diselenggarakan di
berbagai kabupaten/kota dengan penduduk sekitar 2 juta orang hingga yang hanya
berpenduduk kurang dari 100.000 orang. Apabila ada pemerintah daerah yang tertarik
menyelenggarakan suatu program sejenis dengan PB, mereka sebaiknya mempertimbangkan
beberapa isu berikut ini:
ƒ Apakah terdapat keleluasaan anggaran yang luas/fleksibel dimana masyarakat bisa
memilih kerja-kerja publik tertentu.
ƒ Bisakah program PB digunakan untuk meningkatkan pajak? Apakah pemerintah telah
siap untuk mendelegasikan kewenangannya kepada warga negara?
ƒ Apakah program PB akan merusak jaringan patronase tradisional? Apakah pemerintah
berniat untuk melakukannya?
ƒ Bisakah program PB membantu pemerintah untuk membangun basis-basis pendukung
politik baru?
Pada jantung dari semua pertimbangan harus meliputi aspek keberlanjutan dari
delegasi dalam kewenangan pembuatan keputusan, di dalam garis aturan politik dan
administratif. PB merupakan suatu proses yang tidak praktis (lambat dan tidak efisien) yang
seringkali memerlukan beberapa tahun untuk menjalankannya realtif pelan. Apabila suatu
pemerintah menghadapi tekanan-tekanan politik yang sangat hebat dari partai-partai politik
lain, atau dari media. Ketidakpraktisan dan sifat publik dari PB dapat memperburuk
penyelesaian masalah pemerintahan. Pemeirntah harus mempunyai kecukupan fleksibilitas
politik untuk mengikutsertakan warga negara dalam proses pembuatan kebijakan. Lebih jauh
lagi, pemerintah harus mempunyai sumber daya dan kemampuan untuk mereformasi birokrasi
sehingga program akan diimplementasikan secara nyata sesuai dengan aturan yang berlaku.
Keleluasaan dan independensi angaran dan merupakan isu kedua yang
dipertimbangkan. Ambilah sebagai contoh, dapatkah kabupatan/kota meksiko atau negara
bagian indian mempunyai cukup independensi sumber daya untuk melibatkan warga negara
secara langsung dalam proses pembuatan kebijakan? Apabila suatu pemerintah mempunyai
sedikit sumber anggaran atau keleluasaan anggaran, mereka seharusnya mempertimbangkan
bagaimana suatu fokus pada isu-isu anggaran dan penganggaran berdampak pada keseluruhan
agenda politiknya. Apabila pemerintah kehilangan otonomi anggarannya, bisakah mereka
menggunakan satu tipe dari PB untuk melibatkan warga negara membantu membuat prioritas
pada beberapa tipe dari pengeluaran sosial? Dalam kasus ini, barangkali program PB bisa
digunakan lebih sebagai alat pembelajaran dibanding menjadi alat untuk mendistribusikan
sumber-sumber daya langka.
ƒ
Bisakah Program PB diimplementasikan oleh LSM-LSM di negara-negara lain? Di
wilayah-wilayah lain di dunia?
Ketika pemerintah tidak mampu atau tidak ingin untuk mengimplementasikan
program PB, LSM-LSM bisa memainkan peran penting dengan melakukan diseminasi
informasi dan memonitoring pengeluaran pemerintah. Beberapa LSM telah memainkan suatu
peran penting dalam melakukan diseminasi program PB di seluruh Brazil. LSM-LSM tersebut
bisa bekerjasama dengan pemerintah untuk mengimplementasikan program PB atau mereak
bisa mebuat program-program monitoring secara paralel.
Tantangan awal adalah untuk mengikutsertakan gerakan sosial, LSM pada isu-isu
penting seperti: pajak, perwakilan dan pembuatan kebijakan efisien yang lain. Terlebih dahulu
dibahas dalam implementasi program PB, akan sangat membantu apabila para aktifis civil
society mulai untuk menanyakan bagaimana sumber daya publik digunakan dan bagaimana
(untuk apa) ia bisa digunakan? Langkah awal akan terfokus pada anggaran dan pengeluaran
sosial, sedangkan langkah kedua adalah normatif atau politik eksplisit.
Di Rio de Janerio, Brazil, sebagai contoh IBASE (sebuah NGO advokasi kebijakan)
mengajukan suatu forum kota yang luas untuk memonitor anggaran dan menyelenggarakan
diskusi-diskusi publik tentang anggaran dan pengeluaran sosial. Tahap pertama adalah tahap
teknis dimana IBASE mencari dan mendistribusikan informasi yang mendetail tentang
anggaran Rio de Janerio yang begitu besar jumlahnya dan kompleks. Ini melibatkan analsisi
pengeluaran anggaran berdasarkan mingguan atau bulanan. Tahap kedua dalam proses
monitoring ini terfokus pada pelibatan LSM-LSM, gerakan-gerakan sosial dan organisasiorganisasi berbasis komunitas lain dalam forum tersebut. Forum tersebut menganalisis
bagaimana sumber-sumber daya langka digunakan dan kemudian membuat rekomendasirekomendasi kepada begaimana uang itu seharusnya dibelanjakan. IBASE membantu
menyelenggarakan forum PB dengan harapan bisa meningkatkan pengetahuan tentang
anggaran dan pengeluaran nyata yang selanjutnya akan membantu meningkatkan partisipasi.
Tahap ketiga adalah pengembangan program-program dan perencanaan alternatif:
kritik normatif dan politis dari adanya kebijakan-kebijakan sebagai akhir dari proses ini.
ƒ
Apakah sebelumnya disana terdapat jaringan gerakan sosial yang akan mendukung
PB?
Meskipun disini tidak ada satu set atau tingkatan minimal dari aktifitas civil society yang
dibutuhkan untuk membangun suatu program PB, program tersebut akan lebih tumbuh
berkembang apabila terdapat jaringan warga negara dan asosiasi-asosiasi yang akan sangat
membantu. Selama masa pembentukan, banyak para peserta awal cenderung melakukan
aktifitas politis. Tingkat partisipasi yang lebih tinggi membantu untuk melegitimasi suatu
usaha reformasi pemerintah. Oleh karena itu, jaringan yang sudah ada sebelumnya, yang
mendukung program PB melalui usaha-usaha mobilisasinya, akan membantu melegitimasi
usaha-usaha reformasi pemerintah. Jaringan yang sudah ada sebelumnya ini seringkali
meletakkan dasar-dasar bagi pemerintah yang progresif dan warga negara dalam forum-forum
pembuatan kebijakan inovatif.
ƒ
Apakah disana terdapat pengalaman sebelumnya dalam desentralisasi administrasi
dan angaran?
Pengalaman-pengalam sebelumnya berkenaan dengan desentralisasi dapat membuat para
birokrat lebih mudah untuk menerima reformasi administrasi. Pemerintah harus mampu untuk
mereformasi birokrasi sehingga akan membuka transparansi dan berorientasi kepada warga
negara. Ketika warga negara berpartisipasi dalam proses pembuatan kebijakan, para birokrat
kehilangan beberapa kekuasaan untuk menetapkan agenda publik. Apabila pemerintah lokal
mempunyai keleluasaan sumber daya yang dapat dipergunakan, inilah saatnya mereka mulai
menyelenggarakan program PB. Pemerintah lokal sangat perlu memiliki kontrol terhadap
anggaran mereka sendiri dalam rangka untuk mengimplementasikan suatu kebijakan
reformatif dalam tipe ini.
ƒ
Bisakah pemerintah mengalokasikan sumber daya yang telah dinaikkan untuk warga
negara dan daerah-daerah yang termiskin tanpa kehilangan dukungan politiknya
secara umum?
Suatu pemerintah yang progresif mungkin saja membutuhkan legitimasi yang luas untuk
mengalokasikan sumber daya yang lebih banyak untuk daerah-daerah miskin. Ini sangat
penting bahwa pemerintah mempertimbangkan tingkatan dan tipe dukungan untuk mengukur
apabila basis elektoral mereka akan mendukung kebijakan yang memberikan derajat sumber
daya yang lebih besar kepada daerah-daerah miskin. Keadilan sosial merupakan satu bagian
dalam program PB. Idealisasi keadilan sosial mendorong pemerintah yang progresif untuk
mengikuti aturan-aturan dalam PB, sementara itu warga negara yang berpenghasilan rendah
mendapatkan dorongan khusus untuk berpartisipasi karena mereka akan menerima alokasi
sumber daya lebih baik. Program PB sangat kontrversial akrena kaum miskin mendapatkan
sumber daya dan barang-barang lebih banyak dibandingkan dengan yang mereka terima pada
sistem pembuatan kebijakan sebelumnya.
ƒ
Apakah peran dari lembaga legislatif? Bisakah anggota legislatif mengajukan suatu
model partisipasi yang lebih aktif?
Di Brazil, para lembaga legislatif sebenarnya tidak mempunyai peran apapun dalam
pembuatan kebijakan dalam proses PB. Para eksekutiflah yang sebenarnya mempunyai
seluruh kekuasaan. Program PB melibatkan warga negara dalam suatu proses pembuatan
kebijakan yang diarahkan dan dikelola oleh cabang eksekutif. Anggota legislatif tidak
memiliki suatu peran formal apapun dalam PB. Di beberapa kabupaten/kota di Brazil, anggota
legislatif menghadiri pertemuan-pertemuan, menyediakan dukungan dan atau melakukan
mobilisasi massa secara individual. Eksekutif seringkali marah dengan peran serta mereka. Ini
merupakan satu dari bagian yang paling kontroversial dalam program PB: lembaga legislatif,
sebagai suatu badan yang dipilih oleh rakyat, kekuasaannya dikurangi oleh PB, sementara itu
warga negara secara langsung terlibat dalam proses-proses pembuatan kebijakan. Warga
negaralah, bukan anggota legislatif yang membuat dan menetapkan kebijakan.
Download