PERAN FAKTOR USIA IBU HAMIL, PARITAS, JARAK ANTARA 2 KEHAMILAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR Heni Purwati ABSTRACT Anemia in pregnancy increases the frequency of complications both during pregnancy and labor. It also increases maternal and prenatal mortalities, premature birth, and low birth weight infant. The purposes of this study were to find the difference of maternal age, parity, interval of pregnancy, upper arm circumference, and the birth weight between anemic and non anemic pregnant women. The study design was analytic observational study with cross sectional approach. The research samples were 87 pregnant women with anemia and 87 pregnant women without anemia. These subjects were selected from the register cohort of pregnant women in the working area of Blooto primary health centers at Mojokerto in the period of 1 January 2008 to 30 September 2009. The data recording of pregnant women characteristics and the birth weight is performed to all of the subjects. Data were analyzed using chi square test and the significant rate was determined according to the value of p<0.05. The results of this study indicates that maternal age and parity were not a risk factor. Birth interval < 2 years was the risk factor (RP=2.52). Upper arm circumference < 23.5 cm was the risk factor (RP=2.64). The relation between the incidence of anemia with low birth weight is statistically very significant with p <0.001 and RP = 5.75 (95% CI: 2.89-11.46). Other factors associated with low birth weight besides anemia is the birth interval (OR: 3.0801; 95% CI: 1.1438.297) and the upper arm circumference (OR: 11.054; 95% CI: 3.951-30.927). In conclusion, birth interval and upper arm circumference are proven to be the risk factor for anemia in pregnancy. Anemia in pregnant women is strongly associated with low birth weight babies. Keywords: maternal age, parity, interval of pregnancy, upper arm circumference, the birth weight, anemia in pregnancy PENDAHULUAN Anemia merupakan masalah kesehatan yang dapat mengganggu kesejahteraan sosial masyarakat dan mempunyai pengaruh sangat besar terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). World Health Organization (WHO) 2005 melaporkan bahwa terdapat 52% wanita hamil mengalami anemia di negara berkembang. Di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 ditemukan sekitar 40,1% wanita hamil menderita anemia, terutama disebabkan oleh kekurangan zat besi.1 Insidensi anemia dalam kehamilan di berbagai tempat sangat bervariasi, dipengaruhi oleh faktor demografi, geografi dan status sosial ekonomi, sehingga dalam penatalaksanaan kasus anemia harus memperhatikan faktor-faktor tersebut. Insidensi anemia dalam kehamilan di Indonesia, menurut laporan dari beberapa rumah sakit berkisar antara 5,56-86,8%. Insidensi anemia dalam kehamilan di Jawa Timur, menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2000 sekitar 29,9 %.2-7 Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional, bahkan internasional. Anemia pada wanita hamil mempunyai pengaruh yang besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia merupakan salah satu faktor risiko dari luaran janin yang buruk.1,6 Anemia yang terjadi selama kehamilan memberikan akibat pada ibu dan janin. Akibat anemia saat kehamilan dapat berupa abortus dan prematuritas. Selain itu akibat yang terjadi pada persalinan antara lain adalah partus lama dan inertia uteri. Akibat pada masa nifas menyebabkan perdarahan postpartum, daya tahan terhadap infeksi rendah dan penyembuhan luka perineum lama. Akibat pada hasil luaran janin dapat terjadi gangguan nutrisi dan oksigenasi utero plasenta. Hal ini jelas menimbulkan gangguan pertumbuhan hasil konsepsi, sehingga sering terjadi abortus, kelahiran prematur, cacat bawaan, bayi berat lahir rendah (BBLR) dan intra uterine fetal death (IUFD). 7-14 Mengingat dampak anemia tersebut di atas yang dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia, maka perlu penanggulangan kekurangan zat besi pada wanita hamil dengan segera. Oleh sebab itu Departemen Kesehatan membuat program pemberian zat besi sebagai tindakan pencegahan anemia dalam kehamilan.1,10 SUBJEK DAN METODE Subjek penelitian ini adalah wanita hamil yang telah bersalin mempunyai riwayat menderita anemia, maupun yang tidak menderita anemia dalam kehamilan yang tercatat pada register kohor ibu dari 6 Puskesmas pembantu di Wilayah Kerja Puskesmas Blooto Kota Mojokerto periode 1 Januari 2008 sampai dengan 30 September 2009. Penelitian ini dilakukan secara potong silang terhadap kasus persalinan yang mempunyai riwayat kehamilan menderita anemia, maupun yang tidak menderita anemia dalam kehamilan dengan menggunakan register kohor ibu sebagai sumber data sekunder. Data diambil secara retrospektif, data yang dikumpulkan meliputi seluruh kasus anemia maupun yang tidak anemia pada periode 1 Januari 2008 sampai dengan 30 September 2009. Penelaahan secara observasional analitik akan dilakukan terhadap faktor usia wanita hamil, paritas, jarak antara dua kehamilan, ukuran lingkar lengan atas (LILA) dan berat badan bayi baru lahir. Data penelitian yang terkumpul selanjutnya diolah dan dianalisis dengan menggunakan program statistik SPSS versi 13. Untuk membandingkan data kategori digunakan uji chi kuadrat, dengan batas kemaknaan p<0,05. Untuk besarnya risiko, dihitung Rasio Prevalensi (RP) dengan confidence interval (tingkat kepercayaan) 95%. Sedangkan untuk analisis multivariat digunakan uji regresi logistik ganda. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jumlah Wanita Hamil Yang Ada Pada Register Kohor Di Wilayah Kerja Puskesmas Blooto Kota Mojokerto Provinsi Jawa Timur Periode 1 Januari 2008 Sampai Dengan 30 September 2009 Berdasarkan penelitian terhadap 627 orang, terdapat insidensi anemia sebanyak 87 orang (13,88%). Di Indonesia menurut penelitian yang telah Normal Anemia Puskesmas Blooto Kemasan Pekuncen Prajurit Kulon Suratan Kranggan Total Jumla h 47 67 145 64 Persenta se (%) 8,70 12,41 26,85 11,85 Juml ah 13 11 5 27 142 75 540 26,30 13,89 22 9 87 Persenta se (%) 14,94 12,64 5,75 31,04 25,29 10,34 86,12 13,88 dilakukan pada beberapa tempat menunjukkan insidensi anemia berkisar antara 5,56% - 86,6%. Terdapat banyak faktor yang berhubungan dengan anemia selama kehamilan. Penyakit infeksi sebagai penyebab utama, meskipun banyak sekali faktor penyebab anemia selama kehamilan. Anemia selama kehamilan dapat timbul akibat gizi buruk baik sebelum maupun selama hamil, tingkat sosial ekonomi, pendidikan, dan pengetahuan yang rendah akibat kurangnya informasi, usia wanita hamil, kunjungan antenatal, dan kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi. Insidensi anemia selama kehamilan meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan serta berhubungan dengan tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi yang rendah. 1,2,5,6 Beberapa faktor penyebab yang dianggap berperan dalam timbulnya anemia dalam kehamilan seperti yang dilaporkan beberapa peneliti antara lain usia, paritas, jarak antara dua kehamilan, serta faktor gizi. Tabel 2. Perbandingan Kejadian Anemia Dalam Kehamilan Berdasarkan Usia Wanita Hamil Usia (tahun) < 20 atau > 35 20-35 Anemia Tidak Anemia f % f % 12 40,0 18 75 52,1 69 Total f % 60,0 30 100 47,9 144 100 2 Nilai p RP (95% CI) 1,450 0,229 0,77 (0,481,22) Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan usia wanita hamil anemia dengan wanita hamil tidak anemia ( 2 = 1,450; nilai p = 0,229). Wanita hamil yang berusia < 20 atau > 35 tahun cenderumg untuk tidak anemia. Wanita hamil yang berusia di bawah 20 tahun dan berusia di atas 35 tahun termasuk kehamilan risiko tinggi. Perkembangan reproduksi wanita usia muda belum optimal, selain itu perkembangan psikologis masih labil menyebabkan kehamilannya sering timbul komplikasi. Wanita dengan usia di atas 35 tahun diyakini organ-organ reproduksinya sudah mengalami penurunan kinerja, sehingga risiko terjadinya komplikasi kehamilan cukup tinggi. 14 Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan berpikir. Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan lebih rasional, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih rendah. Umur ibu mempengaruhi bagaimana mengambil keputusan dalam pemeliharaan kesehatannya. Tabel 3. Perbandingan Kejadian Anemia Dalam Kehamilan Berdasarkan Paritas Anemia Paritas f % ≥4 14 48,3 <4 73 50,3 Tidak Anemia f % Total f % 2 RP Nilai (95% p CI) pengetahuan yang rendah kurangnya informasi mempengaruhi tindakan pemeliharaan kesehatannya. akibat akan dalam Tabel 4. Perbandingan Kejadian Anemia Dalam Kehamilan Berdasarkan Jarak Antara Dua Kehamilan Jarak Anemia Antara Dua Kehamilan % (tahun) f Tidak Anemia Total f % f 3 7,3 2 RP Nilai (95% p CI) % 15 51,7 29 100 0,96 0,041 0,839 (0,641,44) 72 49,7 145 100 <2 38 92,7 41 100 39,089 ≥2 Berdasarkan tabel 3 tampak bahwa paritas antara wanita hamil yang anemia dan tidak anemia, tidak menunjukkan adanya perbedaan ( 2 = 0,041; p = 0,839). Wanita hamil dengan paritas rendah cenderung untuk tidak anemia. Seorang wanita yang sering melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Hasil ini berbeda dengan yang diperoleh peneliti lain bahwa risiko terjadinya anemia dalam kehamilan makin meningkat dengan bertambahnya paritas. Bukan hanya faktor paritas yang berperan dalam timbulnya anemia, faktor lain yang harus dipertimbangkan adalah tingkat sosial ekonomi termasuk pengetahuan. 1,2,5,6,14 Pengetahuan merupakan hal yang paling dominan dalam terbentuknya suatu tindakan. Sumber pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan, pengalaman dan sumber informasi. Seseorang yang mempunyai 49 36,8 84 63,2 133 100 Berdasarkan tabel 4 menunjukkan jarak antara dua kehamilan pada wanita hamil yang menderita anemia dan tidak menderita anemia. Pada wanita hamil yang menderita anemia 92,7% jarak antara dua kehamilan lebih pendek (2 tahun) bila dibandingkan dengan yang tidak menderita anemia (7,3%). Perbedaan ini secara statistik sangat bermakna (p < 0,001). Jarak kehamilan kurang < 2 tahun mempunyai kemungkinan 2,52 kali untuk menderita anemia. Setiap wanita memerlukan 3-4 tahun antara kehamilan agar pulih secara fisiologi dari suatu kehamilan dan mempersiapkan diri untuk kehamilan berikutnya. Makin kecil jarak antara 2 kahamilan, terutama jika jarak kehamilan tersebut kurang dari 2 tahun, makin besar risiko ibu untuk terjadinya anemia dalam kehamilan. 1,7 Pengaruh jarak antara kehamilan yang lalu dengan kehamilan sekarang 2,52 < (1,980,001 3,19) terhadap morbiditas maupun mortalitas, baik pada wanita hamil maupun anaknya telah banyak diteliti. Makin pendek jarak antar kehamilan makin tinggi insidensi anemia dalam kehamilan berikutnya. Pada setiap kehamilan menyebabkan cadangan zat besi berkurang, karena itu pada setiap akhir kehamilan dibutuhkan waktu 2 tahun untuk mengembalikan jumlah cadangan zat besi ke tingkat normal. 1,7 Suatu upaya strategis yang dapat digunakan untuk mengatur jarak antara dua kehamilan yang baik adalah dengan menggunakan pelayanan Keluarga Berencana, baik untuk menunda kehamilan maupun menjarangkan kehamilan. Gerakan KB dengan konsep hanya dengan dua orang anak dengan jarak antara dua kehamilan 3-4 tahun (di atas 2 tahun) banyak keuntungan yang dapat diperoleh. Masalah utama kesehatan reproduksi adalah terlalu muda melahirkan, terlalu tua melahirkan, terlalu banyak anak, dan terlalu dekat jarak antara dua kehamilan dapat diperbaiki dengan gerakan KB. mempunyai kemungkinan 2,64 kali untuk menderita anemia. Lingkar lengan atas merupakan indikator status gizi yang digunakan terutama untuk mendeteksi kurang energi protein. Wanita hamil diketahui menderita kurang energi kronis (KEK) dilihat dari pengukuran LILA, adapun ambang batas LILA wanita hamil dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. 15 Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. Status kurang energi kronis pada wanita hamil berhubungan dengan anemia gizi seta merupakan faktor risiko untuk terjadinya anemia gizi pada wanita hamil.15 Pengukuran LILA pada kelompok wanita hamil adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat, untuk mengetahui kelompok berisiko kekurangan energi kronis. 15 Gizi yang baik diperlukan seorang wanita hamil agar pertumbuhan Tabel 5. Perbandingan Kejadian janin tidak mengalami hambatan, dan Anemia Dalam Kehamilan selanjutnya akan melahirkan bayi Berdasarkan Ukuran Lingkar dengan berat normal. Dengan kondisi Lengan Atas (LILA) kesehatan yang baik, sistem reproduksi Tidak normal, tidak menderita sakit, dan tidak Ukuran Anemia RP Total Nilai Anemia LILA (95% 2 ada gangguan gizi pada masa pra hamil p (cm) CI) f % f % f % maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih 2,64 < 23,5 39 95,1 2 4,9 41 100 sehat daripada ibu dengan kondisi < 43,683 (2,080,001 kehamilan yang sebaliknya. ≥ 23,5 48 36,1 85 63,9 133 100 3,34) Selanjutnya kaitan wanita hamil yang mempunyai riwayat anemia dan tidak mempunyai riwayat anemia Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa dengan berat badan bayi baru lahir terdapat perbedaan ukuran LILA antara disajikan pada tabel 6 wanita yang anemia dan tidak anemia dalam kehamilan ( 2 = 43,683; p < 0,001). Ukuran LILA < 23,5 cm Tabel 6. Perbandingan Berat Badan Bayi Baru Lahir Berdasarkan Kejadian Anemia Dalam Kehamilan Dari tabel 6 tampak bahwa wanita hamil dengan anemia mempunyai risiko untuk terjadinya bayi berat badan lahir rendah sebesar 5,75 kali bila dibandingkan dengan wanita hamil tidak anemia. Anemia dalam kehamilan ditandai Berat Badan Bayi Baru Lahir (gram) Anemia Kehamilan Anemia Tidak anemia < 2500 ≥ 2500 f f 46 % 52,9 % f Jumlah 2 9,2 Tabel 7. Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Dari Berbagai Variabel Bebas Yang Berhubungan Dengan Bayi Berat Lahir Rendah Variabel Koef (B) SE (B) Jarak antara 2 kehamilan 1.125 0.506 0.026 Ukuran LILA 2.403 0.525 0.000 Anemia 1.159 0.522 0.026 Konstansta 6.866 1.122 % 41 47,1 87 100,0 38,774 8 RP Nilai (95% p CI) logistik ganda, hasilnya pada tabel 7 berikut: 79 90,8 87 100,0 5,75 < (2,890,001 11,46) dengan menurunnya kemampuan transportasi oksigen di dalam sirkulasi, sehingga perfusi oksigen jaringan berkurang dengan akibat kemampuan metabolisme juga akan menurun. Anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh buruk terhadap berat badan lahir. 3,13 Saat janin tidak mendapatkan asupan nutrisi dan oksigenasi yang cukup untuk perkembangan dan pertumbuhan organ serta jaringan maka saat itu pula pertumbuhan dan perkembangan janin akan terganggu. Gangguan tersebut akan dibawa sampai saat janin dilahirkan, yang mengakibatkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Penurunan kadar Hb merupakan faktor penyebab terjadinya bayi dengan berat badan lahir rendah. Selanjutnya untuk mengetahui hubungan berbagai faktor risiko wanita hamil dengan kejadian bayi berat lahir rendah dilakukan analisis regresi Nilai p OR (95% CI) 3,080 (1,1438,297) 11,054 (3,95130,927) 3,187 (1,1458,871) Dari tabel tersebut tampak bahwa variabel jarak antara dua kehamilan, ukuran LILA dan anemia memiliki pengaruh yang bermakna terhadap bayi berat badan lahir rendah. Ukuran lingkar lengan atas mempunyai OR yang paling tinggi yaitu 11,054. SIMPULAN 1. Simpulan Umum 1) Tidak terdapat perbedaan usia wanita hamil antara wanita yang anemia dan tidak anemia dalam kehamilan. 2) Tidak terdapat perbedaan paritas antara wanita yang anemia dan tidak anemia dalam kehamilan 3) Terdapat perbedaan jarak antara dua kehamilan antara wanita yang anemia dan tidak anemia dalam kehamilan. 4) Terdapat perbedaan ukuran LILA antara wanita yang anemia dan tidak anemia dalam kehamilan. 5) Terdapat perbedaan berat badan bayi baru lahir antara wanita yang anemia dan tidak anemia dalam kehamilan. 2. Simpulan Khusus 1) Usia wanita hamil bukan merupakan faktor risiko terjadinya anemia dalam kehamilan. 2) Paritas bukan merupakan faktor risiko terjadinya anemia dalam kehamilan. 3) Jarak antara dua kehamilan < 2 tahun merupakan faktor risiko untuk terjadinya anemia dalam kehamilan dengan RP 2,52 4) Ukuran lingkar lengan atas < 23,5 cm merupakan faktor risiko untuk terjadinya anemia dalam kehamilan dengan RP 2,64 5) Kejadian BBLR (<2500 gram) pada wanita hamil dengan anemia lebih tinggi 5,75 kali dibandingkan dengan yang tidak anemia. 6) Ukuran lingkar lengan atas mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap kejadian bayi berat lahir rendah. DAFTAR PUSTAKA Patimah S. Pola Konsumsi Ibu Hamil Dan Hubungannya Dengan Kejadian Anemia Defisiensi Besi. J. Sains & Teknologi. 2007; 3 (7): 137-52. Saifudin AB. Upaya Safe Motherhood dan Making Pregnancy Safer. Dalam: Martaadisoebrata D, Sastrawinata RS, Saifuddin AB, penyunting. Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Edisi ke-1. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2005; 221-42. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2000; 281-84. Munthe JN. Perbandingan peningkatan kadar hemoglobin antara pemberian preparat besi parenteral dan per oral pada Wanita Hamil penderita anemia defisiensi besi [tesis]. Bandung: Universitas Padjadjaran; 2008. Sinatra MT, Suharsono, Siswanto F. Perbedaan prevalensi anemia defisiensi besi pada perempuan hamil di daerah pantai dan pegunungan di wilayah Semarang. Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2009; 33: 87-92. Manuaba IBG. Konsep Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia. Jakarta: EGC; 2002. Departemen Kesehatan Propinsi Jawa Timur. Sistem Kesehatan Propinsi Jawa Timur 2007 (diunduh: 9 Nopember 2009). Tersedia dari: http://www.dinkesjatim.go.id. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gil Strap LC, Wenstom KD. Hematological Disorders. Dalam Williams Obstetrics Edisi Ke-22. Inc: McGraw-Hill Companies, 2005; 1143-62. Pritchard JA, MacDonald, Gant NF. Williams Obstetrics. Dalam: Hariadi R, Prabowo P, Soedarto, penyunting. Obstetri William. Edisi ke-17. Surabaya: Universitas Airlangga, 1991; 653-75. Sastroamidjojo S. Anemia pada wanita, khususnya wanita hamil. Disampaikan pada KOGI XII, Yogyakarta, 2003. Rochjati P. Sistem Rujukan dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi. Dalam: Martaadisoebrata D, Sastrawinata RS, Saifuddin AB, penyunting. Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Edisi ke-1. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2005; 258-75. Manuaba IBG, Rochjati P, Martaadisoebrata D. Strategi Pendekatan Risiko. Dalam: Martaadisoebrata D, Sastrawinata RS, Saifuddin AB, penyunting. Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Edisi ke-1. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2005; 243-57. Sahadewa DP, GA Suwardewa, IM Bakta. Kehamilan dengan thalassemia beta. Disampaikan pada KOGI XII, Yogyakarta, 2003. Dani. Korelasi antara Wanita Hamil penderita anemia defisiensi Fe dengan kejadian prematuritas, berat bayi lahir rendah, dan kematian perinatal di puskesmas dengan tempat perawatan kabupaten Cianjur tahun 2007 [tesis]. Bandung: Universitas Padjadjaran; 2009. Setianingrum SIW. Hubungan Antara Kenaikan Berat Badan, Lingkar Lengan Atas, Dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III Dengan Berat Bayi Lahir Di Puskesmas Ampel I Boyolali Tahun 2005 [jurnal]. Semarang: UNS; 2005.