pendahuluan - EJournal Stikes PPNI Bina Sehat Mojokerto

advertisement
PERAN FAKTOR USIA IBU HAMIL, PARITAS, JARAK ANTARA 2
KEHAMILAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP BERAT BADAN BAYI
BARU LAHIR
Heni Purwati
ABSTRACT
Anemia in pregnancy increases the frequency of complications both during
pregnancy and labor. It also increases maternal and prenatal mortalities,
premature birth, and low birth weight infant. The purposes of this study were to
find the difference of maternal age, parity, interval of pregnancy, upper arm
circumference, and the birth weight between anemic and non anemic pregnant
women.
The study design was analytic observational study with cross sectional approach.
The research samples were 87 pregnant women with anemia and 87 pregnant
women without anemia. These subjects were selected from the register cohort of
pregnant women in the working area of Blooto primary health centers at
Mojokerto in the period of 1 January 2008 to 30 September 2009. The data
recording of pregnant women characteristics and the birth weight is performed to
all of the subjects. Data were analyzed using chi square test and the significant
rate was determined according to the value of p<0.05.
The results of this study indicates that maternal age and parity were not a risk
factor. Birth interval < 2 years was the risk factor (RP=2.52). Upper arm
circumference < 23.5 cm was the risk factor (RP=2.64). The relation between the
incidence of anemia with low birth weight is statistically very significant with p
<0.001 and RP = 5.75 (95% CI: 2.89-11.46). Other factors associated with low
birth weight besides anemia is the birth interval (OR: 3.0801; 95% CI: 1.1438.297) and the upper arm circumference (OR: 11.054; 95% CI: 3.951-30.927).
In conclusion, birth interval and upper arm circumference are proven to be the
risk factor for anemia in pregnancy. Anemia in pregnant women is strongly
associated with low birth weight babies.
Keywords:
maternal age, parity, interval of pregnancy, upper arm
circumference, the birth weight, anemia in pregnancy
PENDAHULUAN
Anemia merupakan masalah
kesehatan yang dapat mengganggu
kesejahteraan sosial masyarakat dan
mempunyai pengaruh sangat besar
terhadap kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM).
World Health
Organization (WHO) 2005 melaporkan
bahwa terdapat 52% wanita hamil
mengalami
anemia
di
negara
berkembang. Di Indonesia berdasarkan
Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) 2001 ditemukan sekitar 40,1%
wanita hamil menderita anemia,
terutama disebabkan oleh kekurangan
zat besi.1
Insidensi
anemia
dalam
kehamilan di berbagai tempat sangat
bervariasi, dipengaruhi oleh faktor
demografi, geografi dan status sosial
ekonomi,
sehingga
dalam
penatalaksanaan kasus anemia harus
memperhatikan faktor-faktor tersebut.
Insidensi anemia dalam kehamilan di
Indonesia, menurut laporan dari
beberapa rumah sakit berkisar antara
5,56-86,8%. Insidensi anemia dalam
kehamilan di Jawa Timur, menurut
Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) Tahun 2000 sekitar 29,9 %.2-7
Anemia
pada
kehamilan
merupakan masalah nasional, bahkan
internasional. Anemia pada wanita
hamil mempunyai pengaruh yang besar
terhadap kualitas sumber daya manusia.
Anemia merupakan salah satu faktor
risiko dari luaran janin yang buruk.1,6
Anemia yang terjadi selama
kehamilan memberikan akibat pada ibu
dan janin. Akibat anemia saat
kehamilan dapat berupa abortus dan
prematuritas. Selain itu akibat yang
terjadi pada persalinan antara lain
adalah partus lama dan inertia uteri.
Akibat pada masa nifas menyebabkan
perdarahan postpartum, daya tahan
terhadap
infeksi
rendah
dan
penyembuhan luka perineum lama.
Akibat pada hasil luaran janin dapat
terjadi gangguan nutrisi dan oksigenasi
utero
plasenta.
Hal
ini
jelas
menimbulkan gangguan pertumbuhan
hasil konsepsi, sehingga sering terjadi
abortus, kelahiran prematur, cacat
bawaan, bayi berat lahir rendah (BBLR)
dan intra uterine fetal death (IUFD). 7-14
Mengingat dampak anemia
tersebut di atas yang dapat menurunkan
kualitas sumber daya manusia di
Indonesia, maka perlu penanggulangan
kekurangan zat besi pada wanita hamil
dengan segera. Oleh sebab itu
Departemen
Kesehatan
membuat
program pemberian zat besi sebagai
tindakan pencegahan anemia dalam
kehamilan.1,10
SUBJEK DAN METODE
Subjek penelitian ini adalah
wanita hamil yang telah bersalin
mempunyai riwayat menderita anemia,
maupun yang tidak menderita anemia
dalam kehamilan yang tercatat pada
register kohor ibu dari 6 Puskesmas
pembantu di Wilayah Kerja Puskesmas
Blooto Kota Mojokerto periode 1
Januari 2008 sampai dengan 30
September 2009.
Penelitian ini dilakukan secara
potong silang terhadap kasus persalinan
yang mempunyai riwayat kehamilan
menderita anemia, maupun yang tidak
menderita anemia dalam kehamilan
dengan menggunakan register kohor ibu
sebagai sumber data sekunder. Data
diambil secara retrospektif, data yang
dikumpulkan meliputi seluruh kasus
anemia maupun yang tidak anemia pada
periode 1 Januari 2008 sampai dengan
30 September 2009. Penelaahan secara
observasional analitik akan dilakukan
terhadap faktor usia wanita hamil,
paritas, jarak antara dua kehamilan,
ukuran lingkar lengan atas (LILA) dan
berat badan bayi baru lahir.
Data penelitian yang terkumpul
selanjutnya diolah dan dianalisis dengan
menggunakan program statistik SPSS
versi 13. Untuk membandingkan data
kategori digunakan uji chi kuadrat,
dengan batas kemaknaan p<0,05. Untuk
besarnya
risiko,
dihitung
Rasio
Prevalensi (RP) dengan confidence
interval (tingkat kepercayaan) 95%.
Sedangkan untuk analisis multivariat
digunakan uji regresi logistik ganda.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jumlah
Wanita Hamil Yang Ada Pada
Register Kohor Di Wilayah Kerja
Puskesmas Blooto Kota Mojokerto
Provinsi Jawa Timur Periode 1
Januari 2008 Sampai Dengan 30
September 2009
Berdasarkan penelitian terhadap
627 orang, terdapat insidensi anemia
sebanyak 87 orang (13,88%). Di
Indonesia menurut penelitian yang telah
Normal
Anemia
Puskesmas
Blooto
Kemasan
Pekuncen
Prajurit
Kulon
Suratan
Kranggan
Total
Jumla
h
47
67
145
64
Persenta
se (%)
8,70
12,41
26,85
11,85
Juml
ah
13
11
5
27
142
75
540
26,30
13,89
22
9
87
Persenta
se (%)
14,94
12,64
5,75
31,04
25,29
10,34
86,12
13,88
dilakukan pada beberapa tempat
menunjukkan insidensi anemia berkisar
antara 5,56% - 86,6%.
Terdapat banyak faktor yang
berhubungan dengan anemia selama
kehamilan. Penyakit infeksi sebagai
penyebab utama, meskipun banyak
sekali faktor penyebab anemia selama
kehamilan. Anemia selama kehamilan
dapat timbul akibat gizi buruk baik
sebelum maupun selama hamil, tingkat
sosial ekonomi, pendidikan, dan
pengetahuan yang rendah akibat
kurangnya informasi, usia wanita hamil,
kunjungan antenatal, dan kepatuhan
mengkonsumsi tablet zat besi. Insidensi
anemia selama kehamilan meningkat
seiring dengan meningkatnya umur
kehamilan serta berhubungan dengan
tingkat pendidikan dan status sosial
ekonomi yang rendah. 1,2,5,6
Beberapa faktor penyebab yang
dianggap berperan dalam timbulnya
anemia dalam kehamilan seperti yang
dilaporkan beberapa peneliti antara lain
usia, paritas, jarak antara dua
kehamilan, serta faktor gizi.
Tabel 2.
Perbandingan Kejadian
Anemia
Dalam
Kehamilan
Berdasarkan Usia Wanita Hamil
Usia
(tahun)
< 20
atau >
35
20-35
Anemia
Tidak
Anemia
f
%
f
%
12
40,0
18
75
52,1
69
Total
f
%
60,0
30
100
47,9
144
100
2
Nilai
p
RP
(95%
CI)
1,450
0,229
0,77
(0,481,22)
Berdasarkan tabel 2 dapat
dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan
usia wanita hamil anemia dengan
wanita hamil tidak anemia (  2 = 1,450;
nilai p = 0,229). Wanita hamil yang
berusia < 20 atau > 35 tahun cenderumg
untuk tidak anemia.
Wanita hamil yang berusia di
bawah 20 tahun dan berusia di atas 35
tahun termasuk kehamilan risiko tinggi.
Perkembangan reproduksi wanita usia
muda belum optimal, selain itu
perkembangan psikologis masih labil
menyebabkan kehamilannya sering
timbul komplikasi. Wanita dengan usia
di atas 35 tahun diyakini organ-organ
reproduksinya
sudah
mengalami
penurunan kinerja, sehingga risiko
terjadinya komplikasi kehamilan cukup
tinggi. 14
Pendidikan
yang
dijalani
seseorang memiliki pengaruh pada
peningkatan
kemampuan
berpikir.
Seseorang yang berpendidikan lebih
tinggi akan dapat mengambil keputusan
lebih rasional, umumnya terbuka untuk
menerima perubahan atau hal baru
dibandingkan dengan individu yang
berpendidikan lebih rendah. Umur ibu
mempengaruhi bagaimana mengambil
keputusan
dalam
pemeliharaan
kesehatannya.
Tabel 3.
Perbandingan Kejadian
Anemia
Dalam
Kehamilan
Berdasarkan Paritas
Anemia
Paritas
f
%
≥4
14
48,3
<4
73
50,3
Tidak
Anemia
f
%
Total
f
%

2
RP
Nilai
(95%
p
CI)
pengetahuan yang rendah
kurangnya
informasi
mempengaruhi
tindakan
pemeliharaan kesehatannya.
akibat
akan
dalam
Tabel 4.
Perbandingan Kejadian
Anemia
Dalam
Kehamilan
Berdasarkan Jarak Antara Dua
Kehamilan
Jarak
Anemia
Antara
Dua
Kehamilan
%
(tahun) f
Tidak
Anemia
Total
f
%
f
3
7,3
2
RP
Nilai
(95%
p
CI)
%
15 51,7 29 100
0,96
0,041 0,839 (0,641,44)
72 49,7 145 100
<2
38
92,7
41 100
39,089
≥2
Berdasarkan tabel 3 tampak
bahwa paritas antara wanita hamil yang
anemia dan tidak anemia, tidak
menunjukkan adanya perbedaan (  2 =
0,041; p = 0,839). Wanita hamil dengan
paritas rendah cenderung untuk tidak
anemia.
Seorang wanita yang sering
melahirkan
mempunyai
risiko
mengalami anemia pada kehamilan
berikutnya apabila tidak memperhatikan
kebutuhan nutrisi. Hasil ini berbeda
dengan yang diperoleh peneliti lain
bahwa risiko terjadinya anemia dalam
kehamilan makin meningkat dengan
bertambahnya paritas. Bukan hanya
faktor paritas yang berperan dalam
timbulnya anemia, faktor lain yang
harus dipertimbangkan adalah tingkat
sosial ekonomi termasuk pengetahuan.
1,2,5,6,14
Pengetahuan merupakan hal
yang
paling
dominan
dalam
terbentuknya suatu tindakan. Sumber
pengetahuan dapat diperoleh melalui
pendidikan, pengalaman dan sumber
informasi. Seseorang yang mempunyai
49
36,8
84
63,2
133 100
Berdasarkan
tabel
4
menunjukkan
jarak
antara
dua
kehamilan pada wanita hamil yang
menderita anemia dan tidak menderita
anemia. Pada wanita hamil yang
menderita anemia 92,7% jarak antara
dua kehamilan lebih pendek (2 tahun)
bila dibandingkan dengan yang tidak
menderita anemia (7,3%). Perbedaan ini
secara statistik sangat bermakna (p <
0,001). Jarak kehamilan kurang < 2
tahun mempunyai kemungkinan 2,52
kali untuk menderita anemia.
Setiap wanita memerlukan 3-4
tahun antara kehamilan agar pulih
secara fisiologi dari suatu kehamilan
dan
mempersiapkan
diri
untuk
kehamilan berikutnya. Makin kecil
jarak antara 2 kahamilan, terutama jika
jarak kehamilan tersebut kurang dari 2
tahun, makin besar risiko ibu untuk
terjadinya anemia dalam kehamilan. 1,7
Pengaruh jarak antara kehamilan
yang lalu dengan kehamilan sekarang
2,52
<
(1,980,001
3,19)
terhadap morbiditas maupun mortalitas,
baik pada wanita hamil maupun
anaknya telah banyak diteliti. Makin
pendek jarak antar kehamilan makin
tinggi
insidensi
anemia
dalam
kehamilan berikutnya. Pada setiap
kehamilan menyebabkan cadangan zat
besi berkurang, karena itu pada setiap
akhir kehamilan dibutuhkan waktu 2
tahun untuk mengembalikan jumlah
cadangan zat besi ke tingkat normal. 1,7
Suatu upaya strategis yang dapat
digunakan untuk mengatur jarak antara
dua kehamilan yang baik adalah dengan
menggunakan pelayanan Keluarga
Berencana, baik untuk menunda
kehamilan
maupun
menjarangkan
kehamilan. Gerakan KB dengan konsep
hanya dengan dua orang anak dengan
jarak antara dua kehamilan 3-4 tahun (di
atas 2 tahun) banyak keuntungan yang
dapat diperoleh.
Masalah
utama
kesehatan
reproduksi
adalah
terlalu
muda
melahirkan, terlalu tua melahirkan,
terlalu banyak anak, dan terlalu dekat
jarak antara dua kehamilan dapat
diperbaiki dengan gerakan KB.
mempunyai kemungkinan 2,64 kali
untuk menderita anemia.
Lingkar lengan atas merupakan
indikator status gizi yang digunakan
terutama untuk mendeteksi kurang
energi protein. Wanita hamil diketahui
menderita kurang energi kronis (KEK)
dilihat dari pengukuran LILA, adapun
ambang batas LILA wanita hamil
dengan risiko KEK di Indonesia adalah
23,5 cm. 15
Kurang
Energi
Kronis
merupakan keadaan dimana ibu
menderita kekurangan makanan yang
berlangsung menahun (kronis) yang
mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan pada ibu. Status kurang
energi kronis pada wanita hamil
berhubungan dengan anemia gizi seta
merupakan
faktor
risiko
untuk
terjadinya anemia gizi pada wanita
hamil.15
Pengukuran
LILA
pada
kelompok wanita hamil adalah salah
satu cara deteksi dini yang mudah dan
dapat dilaksanakan oleh masyarakat,
untuk mengetahui kelompok berisiko
kekurangan energi kronis. 15
Gizi yang baik diperlukan
seorang wanita hamil agar pertumbuhan
Tabel 5.
Perbandingan Kejadian
janin tidak mengalami hambatan, dan
Anemia
Dalam
Kehamilan
selanjutnya akan melahirkan bayi
Berdasarkan
Ukuran
Lingkar
dengan berat normal. Dengan kondisi
Lengan Atas (LILA)
kesehatan yang baik, sistem reproduksi
Tidak
normal, tidak menderita sakit, dan tidak
Ukuran Anemia
RP
Total
Nilai
Anemia
LILA
(95%
2
ada gangguan gizi pada masa pra hamil
p
(cm)
CI)
f
%
f
%
f
%
maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih
2,64
< 23,5 39 95,1 2
4,9
41 100
sehat daripada ibu dengan kondisi
<
43,683
(2,080,001
kehamilan yang sebaliknya.
≥ 23,5 48 36,1 85 63,9 133 100
3,34)
Selanjutnya kaitan wanita hamil
yang mempunyai riwayat anemia dan
tidak mempunyai riwayat anemia
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa
dengan berat badan bayi baru lahir
terdapat perbedaan ukuran LILA antara
disajikan pada tabel 6
wanita yang anemia dan tidak anemia
dalam kehamilan (  2 = 43,683; p <
0,001). Ukuran LILA < 23,5 cm
Tabel 6. Perbandingan Berat Badan
Bayi Baru Lahir Berdasarkan
Kejadian Anemia Dalam Kehamilan
Dari tabel 6 tampak bahwa
wanita
hamil
dengan
anemia
mempunyai risiko untuk terjadinya bayi
berat badan lahir rendah sebesar 5,75
kali bila dibandingkan dengan wanita
hamil tidak anemia.
Anemia dalam kehamilan ditandai
Berat Badan Bayi
Baru Lahir (gram)
Anemia
Kehamilan
Anemia
Tidak
anemia
< 2500
≥ 2500
f
f
46
%
52,9
% f
Jumlah
2
9,2
Tabel 7.
Hasil Analisis Regresi
Logistik Ganda Dari Berbagai
Variabel Bebas Yang Berhubungan
Dengan Bayi Berat Lahir Rendah
Variabel
Koef
(B)
SE
(B)
Jarak
antara 2
kehamilan
1.125
0.506
0.026
Ukuran
LILA
2.403
0.525
0.000
Anemia
1.159
0.522
0.026
Konstansta
6.866
1.122
%
41 47,1 87 100,0
38,774
8
RP
Nilai
(95%
p
CI)
logistik ganda, hasilnya pada tabel 7
berikut:
79 90,8 87 100,0
5,75
<
(2,890,001
11,46)
dengan
menurunnya
kemampuan
transportasi oksigen di dalam sirkulasi,
sehingga perfusi oksigen jaringan
berkurang dengan akibat kemampuan
metabolisme juga akan menurun.
Anemia dalam kehamilan memberikan
pengaruh buruk terhadap berat badan
lahir. 3,13
Saat janin tidak mendapatkan
asupan nutrisi dan oksigenasi yang
cukup untuk perkembangan dan
pertumbuhan organ serta jaringan maka
saat itu pula pertumbuhan dan
perkembangan janin akan terganggu.
Gangguan tersebut akan dibawa sampai
saat
janin
dilahirkan,
yang
mengakibatkan bayi dengan berat badan
lahir rendah. Penurunan kadar Hb
merupakan faktor penyebab terjadinya
bayi dengan berat badan lahir rendah.
Selanjutnya untuk mengetahui
hubungan berbagai faktor risiko wanita
hamil dengan kejadian bayi berat lahir
rendah dilakukan analisis regresi
Nilai p OR (95% CI)
3,080
(1,1438,297)
11,054
(3,95130,927)
3,187
(1,1458,871)
Dari tabel tersebut tampak
bahwa variabel jarak antara dua
kehamilan, ukuran LILA dan anemia
memiliki pengaruh yang bermakna
terhadap bayi berat badan lahir rendah.
Ukuran lingkar lengan atas mempunyai
OR yang paling tinggi yaitu 11,054.
SIMPULAN
1. Simpulan Umum
1) Tidak terdapat perbedaan usia
wanita hamil antara wanita yang
anemia dan tidak anemia dalam
kehamilan.
2) Tidak terdapat perbedaan paritas
antara wanita yang anemia dan tidak
anemia dalam kehamilan
3) Terdapat perbedaan jarak antara dua
kehamilan antara wanita yang
anemia dan tidak anemia dalam
kehamilan.
4) Terdapat perbedaan ukuran LILA
antara wanita yang anemia dan tidak
anemia dalam kehamilan.
5) Terdapat perbedaan berat badan
bayi baru lahir antara wanita yang
anemia dan tidak anemia dalam
kehamilan.
2. Simpulan Khusus
1) Usia wanita hamil bukan merupakan
faktor risiko terjadinya anemia
dalam kehamilan.
2) Paritas bukan merupakan faktor
risiko terjadinya anemia dalam
kehamilan.
3) Jarak antara dua kehamilan < 2
tahun merupakan faktor risiko untuk
terjadinya anemia dalam kehamilan
dengan RP 2,52
4) Ukuran lingkar lengan atas < 23,5
cm merupakan faktor risiko untuk
terjadinya anemia dalam kehamilan
dengan RP 2,64
5) Kejadian BBLR (<2500 gram) pada
wanita hamil dengan anemia lebih
tinggi 5,75 kali dibandingkan
dengan yang tidak anemia.
6) Ukuran
lingkar
lengan
atas
mempunyai pengaruh yang paling
besar terhadap kejadian bayi berat
lahir rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Patimah S. Pola Konsumsi Ibu Hamil
Dan Hubungannya Dengan
Kejadian Anemia Defisiensi Besi.
J. Sains & Teknologi. 2007; 3 (7):
137-52.
Saifudin AB. Upaya Safe Motherhood
dan Making Pregnancy Safer.
Dalam: Martaadisoebrata D,
Sastrawinata RS, Saifuddin AB,
penyunting. Bunga Rampai
Obstetri dan Ginekologi Sosial.
Edisi ke-1. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
2005; 221-42.
Saifuddin AB, Adriaansz G,
Wiknjosastro GH, Waspodo D.
Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2000;
281-84.
Munthe JN. Perbandingan peningkatan
kadar hemoglobin antara
pemberian preparat besi parenteral
dan per oral pada Wanita Hamil
penderita anemia defisiensi besi
[tesis]. Bandung: Universitas
Padjadjaran; 2008.
Sinatra MT, Suharsono, Siswanto F.
Perbedaan prevalensi anemia
defisiensi besi pada perempuan
hamil di daerah pantai dan
pegunungan di wilayah Semarang.
Majalah Obstetri dan Ginekologi
Indonesia. 2009; 33: 87-92.
Manuaba IBG. Konsep Obstetri dan
Ginekologi Sosial Indonesia.
Jakarta: EGC; 2002.
Departemen Kesehatan Propinsi Jawa
Timur. Sistem Kesehatan Propinsi
Jawa Timur 2007 (diunduh: 9
Nopember 2009). Tersedia dari:
http://www.dinkesjatim.go.id.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom
SL, Hauth JC, Gil Strap LC,
Wenstom KD. Hematological
Disorders. Dalam Williams
Obstetrics Edisi Ke-22. Inc:
McGraw-Hill Companies, 2005;
1143-62.
Pritchard JA, MacDonald, Gant NF.
Williams Obstetrics. Dalam:
Hariadi R, Prabowo P, Soedarto,
penyunting. Obstetri William.
Edisi ke-17. Surabaya: Universitas
Airlangga, 1991; 653-75.
Sastroamidjojo S. Anemia pada wanita,
khususnya wanita hamil.
Disampaikan pada KOGI XII,
Yogyakarta, 2003.
Rochjati P. Sistem Rujukan dalam
Pelayanan Kesehatan Reproduksi.
Dalam: Martaadisoebrata D,
Sastrawinata RS, Saifuddin AB,
penyunting. Bunga Rampai
Obstetri dan Ginekologi Sosial.
Edisi ke-1. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
2005; 258-75.
Manuaba IBG, Rochjati P,
Martaadisoebrata D. Strategi
Pendekatan Risiko. Dalam:
Martaadisoebrata D, Sastrawinata
RS, Saifuddin AB, penyunting.
Bunga Rampai Obstetri dan
Ginekologi Sosial. Edisi ke-1.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2005;
243-57.
Sahadewa DP, GA Suwardewa, IM
Bakta. Kehamilan dengan
thalassemia beta. Disampaikan
pada KOGI XII, Yogyakarta,
2003.
Dani. Korelasi antara Wanita Hamil
penderita anemia defisiensi Fe
dengan kejadian prematuritas,
berat bayi lahir rendah, dan
kematian perinatal di puskesmas
dengan tempat perawatan
kabupaten Cianjur tahun 2007
[tesis]. Bandung: Universitas
Padjadjaran; 2009.
Setianingrum SIW. Hubungan Antara
Kenaikan Berat Badan, Lingkar
Lengan Atas, Dan Kadar
Hemoglobin Ibu Hamil Trimester
III Dengan Berat Bayi Lahir Di
Puskesmas Ampel I Boyolali
Tahun 2005 [jurnal]. Semarang:
UNS; 2005.
Download