BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja sebagai generasi muda memegang peranan penting dalam masyarakat. Mereka menduduki posisi yang bersifat strategis di lihat dari kepentingan kehidupan hari depan bangsa. Oleh karena itu diperlukan remaja yang berkualitas, maka pengembangan sumber daya manusia bagi generasi muda perlu mendapat perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Sumber daya bagi pembangunan nasional kelomok remaja merupakan potensi dan asset bagi pembangunan yang dibutuhkan, tetapi harapan ini akan siasia bila generasi muda mengalami permasalahan sosial, seperti adanya pengaruhpengaruh negatif dari teman sebaya dan adanya perubahan peranan yang mereka alami. Salah satu perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaiakn diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Lingkungan pergaulan pertama setelah lingkungan keluarga adalah kelompok teman sebaya di lingkungan sekolah, dimana remaja mulai belajar untuk bergaul bersama dengan orang lain yang bukan anggota keluarganya. Keinginan untuk bergaul dengan teman sebaya di lingkungan sekolah berada pada puncaknya ketika masa remaja, karena pada masa ini remaja mempunyai niat yang semakin luas dan bervariasi. Ia mulai mengambil bagian dalam kehidupan sosial dan merasa takut kalau tidak diterima dengan kelompok untuk itu seorang remaja harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan pergaulannya. Hubungan antar pribadi makin jauh, melemah dan tidak adanya ikatan kekeluargaan yang memberikan rasa aman serta tertampung bagi setiap anggotanya, maka hal ini akan menimbulkan frustasi, yaitu keadaan dimana tidak tercapainya suatu keinginan atau kebutuhan untuk bertingkah laku bagi individu anggota keluarga. Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini terjadi adalah tidak adanya kesatuan antar anggota keluarga maka komunikasi dan interaksi antara sesama anggota keluarga menjadi jarang dan kaku, oleh karena itu anak akan kehilangan pegangan dan hubungan dengan ayah dan ibunya, sehingga perilaku mereka cenderung bersifat agresif atau nakal. Remaja yang hubungan keluarganya kurang baik juga dapat mengembangkan hubungan yang buruk dengan orang-orang di luar rumah. Meskipun semua hubungan, baik dalam masa dewasa atau masa kanak-kanak, kadang-kadang tegang namun orang yang selalu mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain dinggap tidak matang dan kurang menyenangkan. Hal ini menghambat penyesuaian sosial yang baik. Hubungan anak dengan anggota-anggota keluarga yang tidak harmonis selama masa remaja, biasanya terletak pada kedua belah pihak. Sering kali orang tua tidak menolak untuk memperbaiki konsep mereka tentang kemampuan anak mereka setelah anak-anak menjadi besar. Akibatnya, mereka seperti ketika anakanak mereka itu masih kecil. Sekalipun demikian mereka mengharapkan anak “bertindak sesuai dengan usia” terlebih bila berhubungan dengan masalah tanggung jawab. Orang tua tidak dapat sepenuhnya dipersalahkan sehubungan dengan pertentangan yang berkembang antara mereka. Pengertian remaja menurut Elizabeth B. Hurlock adalah “usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak merasa lagi dibawah tingkat orangorang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama”. (2012 : 206) Menurut Dr. Fuad Hasan yang dikutip oleh Drs. Sudarsono, SH bahwa “Kenakalan (delinquency) adalah perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bilamana dilakukan orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindak kejahatan”. (2008 : 89). Kenakalan yang dilakukan oleh remaja ini pada dasarnya merupakan penelitian masyarakat terhadap tingkah laku yang menyimpang dari aturan-aturan yang berlaku di masyarakat di mana remaja itu berada dan berkembang. Berdasarkan data yang diperoleh dari sekolah SMPN 1 JATINANGOR Kabupaten Sumedang jumlah siswa-siswi yang ada di sekolah tersebut adalah sebagai berikut : kelas I berjumlah 374 orang, kelas II berjumlah 372 orang sedangkan kelas III berjumlah 395 orang. Pelanggaran yang paling signifikan terjadi pada kelas III. Pelanggaran yang paling sering dilakukan ialah membolos, sedangkan untuk jenis pelanggaran lain seperti perkelahian, pulang pada saat jam pelajaran dan merokok diluar kelas pada saat jam istirahat minim sekali terjadi. Berkaitan dengan hal tersebut kita patut cemas terhadap kelompok remaja yang pola perilakunya menyimpang. Kondisi ini menyebabkan terjadinya hambatan untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan mengingat bahwa remaja merupakan generasi muda sebagai penerus bangsa dan semua tugas perkembangan masa remaja dipusatkan pada pusaka penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Tugas perkembangan masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku. Perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan seberapa jauh perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul dari perubahan itu sendiri. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-tugas perkembangan dalam waktu yang relative singkat yang dimiliki oleh remaja. Pelanggaran yang dilakukan oleh siswa-siswi di SMP tersebut ditinjau dari konsep pekerjaan sosial merupakan perilaku yang disfungsional, karena pelanggaran-pelanggaran tersebut merupakan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Disiplin merupakan perwujudan kepatuhan dan ketaatan kepada hokum dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Pada garis besarnya masalah-masalah yang timbul karena perbuatan anakanak remaja dirasakan sangat mengganggu kehidupan masyarakat baik di kota maupun di desa. Akibatnya sangat memilukan, kehidupan masyarakat menjadi resah, perasaan tidak aman bahkan sebagian anggota-anggotanya menjadi merasa terancam hidupnya. Problema tadi pada hakikatnya menjadi tanggung jawab bersama di dalam kelompok. Hal ini bukan berarti masyarakat harus membenci anak melakukan tindakan yang menyimpang atau mengucilkannya akan tetapi justru sebaliknya. Masyarakat dituntut secara moral agar mampu mengubah anakanak menjadi anak yang baik, paling tidak mereka dapat dikembalikan dalam kondisi yang stabil dan seimbang. Interaksi sosial memegang peranan yang penting untuk membentuk tingkah laku remaja dalam pembentukan wataknya supaya dalam kehidupan sehari-hari dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka peran orang tua sangat vital untuk terus memberi pengertian kepada anaknya tentang nilai dan norma yang seharusnya mereka patuhi. Berdasarkan latar belakang dan hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis, diperoleh keterangan bahwa terdapat variasi latar belakang pergaulan remaja yang diasumsikan memiliki hubungan dengan kenakalan remaja. Untuk itu penulis merasa tertarik melakukan penelitian lebih mendalam dengan judul : “HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH DENGAN KENAKALAN SISWA DI SMPN 1 JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG”. B. Identifikasi Masalah Bertumpu pada latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana interaksi sosial remaja di SMPN 1 JATINANGOR Kabupaten Sumedang? 2. Bagaimana kenakalan siswa di SMPN 1 JATINANGOR Kabupaten Sumedang? 3. Bagaimana hubungan interaksi sosial di sekolah dengan kenakalan siswa di SMPN 1 JATINANGOR Kabupaten Sumedang? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui interaksi sosial remaja di SMPN 1 JATINANGOR Kabupaten Sumedang. b. Untuk mengetahui kenakalan siswa di SMPN 1 JATINANGOR Kabupaten Sumedang. c. Untuk mengetahui hubungan antara interaksi sosial di sekolah dengan kenakalan siswa di SMPN 1 JATINANGOR Kabupaten Sumedang. 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan dalam penelitian ini adalah : a. Kegunaan Teoritis : Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam kemampuan berpikir kritis yang telah diperoleh sehingga dapat dikembangkan dan diterapkan dalam masyarakat dan diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berguna dalam bidang ilmu kesejahteraan sosial. b. Kegunaan Praktis : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi anak dalam perkembangan, pertumbuhan dan pendidikan, formulasi pemecahan masalah dalam penanganan masalah kenakalan remaja serta dapat bermanfaat bagi pihak lain untuk menindak lanjuti penelitian dengan metode lain. D. Kerangka Pemikiran Sebagai landasan pokok pemikiran dalam penelitian ini penulis mengembangkan kerangka pemikiran yang menjadi landasan teori dalam pembahasan pemasalahan, pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan salah satu masalah Kesejahteraan Sosial dan merupakan tanggung jawab profesi ini. Kesejahteraan Sosial merupakan salah satu unsur penting di dalam pembangunan suatu masyarakat, oleh karena itu diperlukan sistem pelayanan sosial yang lebih teratur agar dapat berjalan dengan baik. Menurut Bossard yang dikutip oleh Adi Fahrudin (2012), mengemukakan tentang pengertian Kesejahteraan Sosial yaitu : Kesejahteraan sosial adalah sebagai kegiatan pertolongan diyakini telah ada sejak masa masyarakat primitif sekalipun dalam bentuk tolongmenolong untuk mengatasi masalah yang dihadapi anggotanya. Secara historis, kesejahteraan sosial telah mengakar lama dalam tradisi China, India, Mesir Kuno, Yunani dan Yahudi. Namun demikian, kesejahteraan sosial mulai menjadi sangat populer pada tradisi di Eropah. (2012 : 5) Berdasaran uraian di atas, dapat diketahui bahwa kesejahteraan Sosial mempunyai tanggung jawab untuk memperbaiki interaksi antara orang dengan lingkungan sosialnya, sehingga dapat menjalankan tugas-tugas maupun kesulitankesulitan serta mewujudkan aspirasi nilai. Anak sebagai suatu individu yang sedang tumbuh dan berkembang sehingga pada masa ini adanya usaha untuk mengadakan perawatan, bimbingan dan pendidikan adalah sangat penting supaya mereka menjadi seorang yang berdisiplin, bertanggung jawab serta berperilaku dengan baik di lingkungan manapun dia berada dan bergaul. Dalam mengembangkan dirinya dengan lingkungan tempat dimana remaja bersosialisasi, remaja akan mencoba untuk berhubungan dengan orang lain yaitu teman sebayanya, orang yang lebih tua ataupun guru. Disinilah anak akan berperilaku dan berinteraksi sesuai dengan pengetahuan yang telah didapatkan baik di keluarga maupun di sekolah. Anak merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang lain. Pertumbuhan dan perkembangan anak secara wajar sangat menentukan keutuhan pribadi anak dalam menyongsong masa depannya untuk menjadi manusia dewasa. Anak dalam kehidupannya memerlukan tuntunan dan bantuan dari orang lain. Hal ini diperkuat oleh pendapat Kartini Kartono yaitu : “Anak selalu membutuhkan tuntunan dari orang lain untuk menjadi manusia yang dewasa”. (2007 : 56) Pengertian tersebut menunjukan bahwa anak adalah sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang sehingga pada masa ini adanya usaha untuk mengadakan perawatan, bimbingan dan pendidikan adalah sangat penting untuk anak supaya anak dapat menjadi orang yang berdisiplin, bertanggung jawab dan dapat berperilaku dengan baik. Masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral, masalah tersebut merupakan persoalan karena menyangkut tata kelakuan immoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak. Sebab itu masalah-masalah sosial tak akan mungkin tanpa mempertimbangkan ukuran-ukuran masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Kartini Kartono dalam bukunya yang berjudul Patologi Sosial dan Kenakalan Remaja yang disebut dengan masalah sosial menyangkut nilai sosial dan moral, masalah tersebut merupakan persoalan karena menyangkut tata kelakuan immoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak. Masalah sosial sebagai berikut : a. Semua bentuk tingkah laku yang melanggar atau memperkosa adat istiadat masyarakat (dan adat istiadat tersebut diperlukan untuk menjamin kesejahteraan hidup masyarakat). b. Situasi sosial yang dianggap oleh sebagian besar warga masyarakat sebagian mengganggu, tidak dikehendaki berbahaya dan merugikan orang banyak. (2008 : 2) Adat istiadat itu mempunyai nilai pengontrol dan nilai sanksional terhadap tingkah laku anggota masyarakat. Maka tingkah laku yang melanggar norma dan adat, atau berintegrasi dengan tingkah laku umum, dianggap sebagai masalah sosial. Kehidupan sehari-hari manusia selalu berkomunikasi ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup dan untuk memenuhi kewajibannya sebagai makhluk sosial. Pada hakekatnya manusia bersifat sosial yaitu selalu berinteraksi dengan manusia lainnya, baik di rumah, di sekolah ataupun di masyarakat. Dengan adanya sifat sosial tersebut maka manusia dituntut untuk mengadakan ikatanikatan sosial dengan manusia yang lainnya. Menurut Soejono Soekanto memberikan pengertian bahwa “Interaksi Sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok, ataupun antara individu dengan kelompok dengan dua cara yaitu komunikasi maupun kontak sosial”. (2009 : 115) Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dan merupakan perpanjangan dari masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa. Karenanya dalam masa ini seakan-akan remaja berpijak antara dua kutub, yaitu kutub yang lama (masa anak-anak) yang akan ditinggalkan dan kutub yang baru yaitu masa dewasa yang masa akan dimasukinya. Seperti yang diungkapkan oleh Sri Rumini dan Siti Sundari yang menyatakan bahwa remaja adalah sebagai berikut : Remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. (2004 : 53) Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa paradigm kenakalan remaja lebih dalam dan luas cakupannya. Kenakalan remaja tersebut meliputi perbuatan-perbuatan yang sering menimbulkan keresahan dilingkungan masyarakat, maupun sekolah. Digolongkan ke dalam kenakalan remaja. Menurut Vina Dwi Laning (2008 : 34) bahan untuk kenakalan yang dilakukan oleh kenakalan reamaja yaitu : 1. Kenakalan yang tidak dapat digolongkan kepada pelanggaran hukum, seperti : 1) Membohong, memutar balikan kenyataan dengan tujuan menipu orang atau menutupi kesalahan. 2) Membolos, meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah. 3) Bergaul dengan teman yang memberikan pengaruh buruk. E. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka penulis mengajukan hipotesis utama penelitian ini sebagai berikut : “Hubungan Interaksi Sosial Di Sekolah Dengan Kenakalan Siswa Di SMPN 1 JATINANGOR Kabupaten Sumedang” Dengan sub-sub hipotesis sebagai berikut : 1. Ada hubungan interaksi sosial di Sekolah dengan Kenakalan Siswa di SMPN 1 Jatinangor Kabupaten Sumedang. 2. Ada hubungan komunikasi di Sekolah dengan Kenakalan Siswa di SMPN 1 JATINANGOR Kabupaten Sumedang. 3. Ada hubungan kontak sosial di Sekolah dengan Kenakalan Siswa di SMPN 1 JATINANGOR Kabupaten Sumedang. F. Definisi Oprasional dan Oprasional Variabel 1. Definisi Oprasional Untuk memperjelas pengertian dan membatasi ruang lingkup konsepkonsep yang digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan. Maka penulis memberikan definisi oprasional yaitu sebagai berikut : 1. Interaksi sosial adalah interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok, ataupun antara individu dengan kelompok dengan dua cara yaitu komunikasi maupun kontak sosial. 2. Kenakalan remaja adalah tiap perbuatan jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang yang dewasa, maka perbuatan itu merupakan kejahatan, jadi merupakan perbuatan yang melawan hokum. 3. SMPN 1 Jatinangor Kabupaten Sumedang adalah lokasi/tempat dimana penelitian dilakukan. 2. Oprasional Variabel Tabel 1.1 Oprasional Variabel Penelitian Variabel Variabel X Interaksi Sosial Variabel Y Kenakalan Remaja Dimensi - Komunikasi Indikator Item Pertanyaan a. Hubungan dengan teman 1. Bertukar pikiran 2. Mengerjakan tugas di sekolah 3. Mengerjakan tugas kelompok 4. Mengerjakan tugas eskul b. Hubungan dengan guru 5. Bertukar pikiran 6. Mengungkapkan kesulitan pada guru 7. Aktif bertanya pada saat jam pelajaran 8. Bimbingan pelajaran 9. Mengerjakan tugas guru saat jam pelajaran c. Kerja sama 10. Gotong royong 11. Menghormati 12. Menghargai 13. Membantu - Kontak sosial - Perbuatan yang tidak d. Membohong digolongkan pada pelanggaran hukum e. Membolos 14. Tidak mengikuti ujian sekolah 15. Tidak mengerjakan tugas sekolah 16. Mengikuti eskul 17. Belajar diperpustakaan 18. Membersihkan kelas 19. Merusak fasilitas sekolah 20. Corat-coret tembok sekolah 21. Tidak mengikuti jam pelajaran 22. Tidak mengikuti eskul 23. Terlambat masuk sekolah 24. Intensitas waktu membolos f. Kekerasan 25. Memeras 26. Mencuri 27. Perkelahian antar siswa g. Salah memilih teman 28. Bergaul dengan teman di lingkungan sekolah 29. Bergaul dengan teman di luar sekolah G. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode “Deskriptif Analisis” yaitu metode yang bertujuan untuk mengkaji, menggambarkan dan melukiskan tentang suatu gejala atau masalah-masalah sosial yang saat ini sedang terjadi atau berlangsung. Data yang diperoleh tersebut di kumpulkan, disusun untuk selanjutnya di analisis dan di interprestasikan, yang nantinya akan menjadi bahan kesimpulan. 2. Populasi dan Sampel Pada bagian ini penulis menyajikan informasi mengenai unit analisis.. unit analisis adalah obyek penelitian yang terdiri dari populasi dan sampel. Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis, yaitu obyek yang akan diteliti. populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi anak kelas 7, 8 dan 9 di SMPN 1 JATINANGOR Kabupaten Sumedang yang berjumlah 1141 orang pada akhir bulan februari 2015. Sampel sekitar 10% atau 114 orang. Hal ini sesuai dengan pendapat Silalahi dalam buku Metode Penelitian Sosial, mengemukakan bahwa: Untuk populasi kecil (dibawah 1.000), peneliti membutuhkan rasio pemilihan sampel yang besar (kira-kira 30%). Untuk populasi ukuran menengah (sekitar 10.0000, rasio pemilihan sampel lebih kecil (sekitar 10%) dibutuhkan untuk sama-sama akurat. Untuk populasi besar (melebihi 150.000), rasio pemilihan sampel lebih kecil (1%) adalah mungkin. (2009 : 276) Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling) yang dilakukan dengan mengambil sampel sehingga setiap unit penelitian dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti yang dianggap menggambarkan populasinya. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik untuk mengumpulkan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Studi kepustakaan dan dokumentasi yaitu dengan cara megumpulkan data atau bahan-bahan tertulis, serta mempelajari buku-buku dengan maksud memahami konsep yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. 2. Studi lapangan yaitu mengamati dan mengumpulkan data mengenai kenyataan yang berlangsung dilapangan dengan teknik-teknik : 1. Observasi non partisipan yaitu teknik pengumpulan data dan informasi dengan cara pengamatan langsung dengan objek penelitian tanpa melibatkan diri didalamnya dengan maksud untuk mengetahui dan menganalisa kondisi lapangan yang sebenarnya. 2. Angket atau kuiseoner yaitu mengumpulkan data dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden, yang telah disusun sebelumnya sesuai dengan masalah penelitian. 4. Alat Ukur Penelitian Alat ukur yang digunakan peneliti dalam pengujian pertanyaan penelitian berupa pertanyaan yang disusun berdasarkan pedoman angket dengan menggunakan skala ordinal. Menurut Soehartono yang dimaksu dengan skala ordinal adalah sebagai berikut : Skala ordinal adalah skala pengukuran yang objek penelitiannya dikelompokan berdasarkan ciri-ciri yang sama ataupun yang berdasarkan ciri-ciri yang berbeda. Golongan-golongan atau klasifikasi dalam skala ordinal dapat dibedakan tingkatannya. Ini berarti bahwa suatu golongan diketahui lebih tinggi atau rendah tingkatannya daripada golongan yang lain. (2002 : 76) Teknik pengukuran yang digunakan dalam penelitin ini adalah tipe skala likert. Skala ini terdiri atas sejumlah pertanyaan yang menunjukan sikap terhadap suatu objek tertentu atau sesuai dengan ciri yang sama. Skala pengukuran ini mengandung 5 kategori jawaban dengan masing-masing skor sebagai berikut : a) Diberi nilai 5 dengan kategori jawaban sangat tinggi b) Diberi nilai 4 dengan kategori jawaban tinggi c) Diberi nilai 3 dengan kategori jawaban sedang d) Diberi nilai 2 dengan kategori jawaban sangat rendah e) Diberi nilai 1 dengan kategori jawaban sangat rendah 5. Teknik Analisis Data Data yang terkumpul dianalisa dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif yaitu yang dituangkan memlalui penafsiran dalam uraian dalam bentuk kalimat yang logis, dan kuantitatif yaitu data yang dirinci dalam bentuk angkaangka yang dituangkan kedalam table. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan uji statistic Rank Spearman rho, hal ini dikarenakan data untuk dua variable, baik variable independen maupun variable dependen dinyatakan dengan skalaordinal (urutan). Formula untuk menentukan koefisien korelsi Spearman rho atau urs adalah sebagai berikut : Dimana : D2= Perkalian perbedaan antara dua set nilai yang sudah di urutkan. n = Jumlah kasus atau sampel yang diurut. Prosedur pengujian hipotesis menggunakan uji statistic Rank Spearman ini meliputi 5 langkah yaitu : 1. Rumuskan hipotesa, yaitu : Ho= Tidak ada Hubungan Hi= Ada Hubungan 2. Tentukan koefisien korelasi Spearman rho atau rs dengan rumus : 3. Tentukan koefisien determinasi dengan mengkuadratkan rho (rs2) untuk menentukan jumlah kesalahan yang direduksi dalam satu variabel melalui penggunaan variabel yang lain sebagai variabel predictor. 4. Tentukan tingkat signifikansi dengan formula berikut : Dimana : S = standard error dari rho yaitu ( 1/√N-1 ) 5. Dengan melihat table Critical Values of the Spearman Rank Correlation Coefficient tentukan nilai kritis Z (the critical value of Z) pada tingkat probabilitas atau a yang diharapkan, jika nilai ini sama atau kurang dari nilai tingkat signifikansi (Z) maka Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan antara kedua variable. H. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih oleh penulis yaitu di SMPN 1 JATINANGOR Kabupaten Sumedang. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan bahwa di SMPN 1 JATINANGOR Kabupaten Sumedang mmenuhi syarat untuk dijadikan tempat penelitian dikarenakan banyak anak yang melanggar peraturan-peraturan yang telah dibuat dan hal tersebut akan menunjang pelaksanaan penelitian, maka penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana hubungan interaksi sosial di sekolah dengan kenakalan remaja di SMPN 1 JATINANGOR Kabupaten Sumedang. 2. Waktu Penelitian Adapun lamanya penelitian ini adalah enam bulan, terhitung sejak bulan September 2015 sampai Februari 2016.