eJournal - Fisip Unmul

advertisement
eJournal lmu Komunikasi, 2013, 1 (4): 200-209
ISSN 0000-0000, ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id
© Copyright 2013
POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MENCEGAH
KENAKALAN REMAJA
( Di Kelurahan Gersik Kabupaten Penajam Paser Utara)
Nur Qomariah Hatuwe1
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pola
komunikasi keluarga dalam mencegah kenakalan remaja di Kelurahan Gersik
Kabupaten Penajam Paser Utara. Analisis data yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu analisis data yang
diawali dengan proses pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat
disebutkan bahwa pola komunikasi yang digunakan dalam mencegah
kenakalan remaja di Kelurahan Gersik Kabupaten Penajam Paser Utara
adalah menggunakan pola komunikasi interpersonal dengan intensitas atau
frekuensi yang baik tetapi minim dalam penggunaan media komunikasi sebagai
penunjang, namun hal ini masih belum berjalan dengan baik, mengingat masih
kurangnya pengetahuan para keluarga disana dalam menggunakan pola
komunikasi dan peranan keluarga sesungguhnya, sehingga masih
smembutuhkan bimbingan dari pihak-pihak terkait agar pola komuniksi dalam
mencegah kenakalan remaja disana biasa berjalan dengan lancar.
Kata Kunci : Pola komunikasi keluarga, kenakalan remaja.
Pendahuluan
Pada hakikatnya manusia ingin memenuhi kebutuhannya seperti
kebutuhan jasmani maupun rohani dan kebutuhan manusia itu tidak lepas dari
tindakan komunikasi. Berdasarkan hubungan komunikasi manusia dapat
diterima atau ditolak sesuai dengan sikap dan perilakunya. Komunikasi
menyebabkan berbagai hubungan sosial masyarakat yang terdiri dari dua orang
atau lebih yang saling berhubungan sehingga terjadi interaksi dimasyarakat.
Peran komunikasi dalam keluarga sangat penting untuk mentransfer
nilai-nilai dan kebudayaan. Komunikasi tersebut dapat berlangsung secara
vertikal maupun horizontal. Begitu juga komunikasi dalam masyarakat yang
terdiri dari sekelompok keluarga ayah ibu dan anak yang pada kenyataanya
tidak terlepas dari aspek komunikasi.
1
Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman. Email :[email protected]
Pola Komunikasi Keluarga dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Nur Qomariah H)
Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua
orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat,
sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Djamarah, 2004). Dimensi
pola komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola yang berorientasi pada
konsep dan pola yang berorientasi pada sosial yang mempunyai arah hubungan
yang berlainan (Soenarto, 2006).
Kelurahan Gersik yang terletak di Kabupaten Penajam Paser Utara,
merupakan salah satu daerah yang agak terisolir, akses untuk menuju kedaerah
ini tidak mudah, hanya dapat dilakukan dengan trasportasi air adapun akses
jalan darat yang ada belum layak untuk digunakan.Sebagian besar keluarga
yang ada di Kelurahan Gersik berkerja sebagai buruh pabrik playwood PT.Inne
Dongwha yang terdapat disana dan selebihnya ada juga yang berkebun.
Sebagai kariawan pabrik, jadwal kerja mereka sangat padat dibagi menjadi dua
shiff yaitu pagi dan malam yang masing-masing berlangsung selama 12 jam,
jika dilihat dari jadwal kerja tersebut masing-masing kepala keluarga hanya
memiliki sedikit waktu untuk berkumpul dan berkomunikasi dengan
keluarganya, bahkan ada juga sebagian keluargan yang istrinya juga berkerja
sebagai kariawan pabrik. Dari cerita diatas, dapat dibayangkan bagaimana pola
komunikasi dalam keluarga di Kelurahan Gersik dapat terjalin secara
berkualitas jika waktu untuk berkumpul dengan keluarga sangat terbatar
terlebih lagi bagi keluarga yang jika kedua orang tuanya berkerja. Dari kondisi
gambaran kondisi keluarga yang telah diceritakan diatas, peneliti menilai hal
ini sangat berhubungan dengan kenakalan remaja yang terjadi di Kelurahan
Gersik ditambah lagi dengan akses informasi yang semakin canggih seperti
acara yang ada di televisi, internet dan lain sebagainya membuat pola pikir
anak usia remaja di Kelurahan Gersik juga semakin berkembang, jika tidak
diimbangi dengan filtrasi lewat komunikasi dari lingkungan keluarga terutama
dari orang tua dapat menyebabkan anak remaja melakukan hal-hal yang
melanggar norma serta aturan yang ada, yang sering disebut dengan kenakalan
remaja, contoh kenakalan remaja yang ada di Kelurahan Gersik antara lain
seperti sex bebas, balap liar, minum minuman keras dan lain-lain.
Berdasarkan beberapa fakta diatas, maka ditemukan bahwa salah satu
faktor yang menimbulkan kenakalan remaja adalah kurang berfungsi orang tua
sebagai contoh teladan dan kurang efektifnya komunikasi dalam keluarga,
selain itu suasana keluarga yang menimbulkan rasa yang tidak nyaman dan
hubungan komunikasi keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya
bagi setiap usia terutama masa remaja. Orang tua dari remaja nakal cenderung
memiliki aspirasi yang minim mengenai anak-anaknya, menghindari
keterlibatan masalah dan kurangnya bimbingan orang tua terhadap anak remaja.
Dengan demikian penulis beranggapan bahwa anak remaja yang
dibesarkan dalam keluarga yang kurang harmonis serta tidak memiliki pola
komunikasi yang baik, maka remaja tersebut lebih cenderung menjadi remaja
nakal, dibandingkan dengan remaja yang dibesarkan oleh keluarga yang
201
eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 1, Nomor 4, 2013: 200-209
harmonis dan memiliki pola komunikasi yang baik, maka mereka lebih bias
menjadi remaja yang baik dalam berkepribadian dan perilaku. Oleh karena itu,
maka dianggap perlu untuk dilakukannya penelitian tentang pola komunikasi
keluarga dalam mencegah kenakanan remaja studi pada remaja di Kelurahan
Gersik Kabupaten Penajam Paser Utara.
Kerangka Dasar Teori
Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi dari bahasa Inggris communication, dari bahasa latin
communicatus yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama.
Dengan demikian komunikasi menurut Lexicographer (ahli kamus bahasa),
menunjukan pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai
kebersamaan. (Fajar 2009: 31)
Pola Komunikasi
Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua
orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat,
sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Djamarah, 2004). Dimensi
pola komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola yang berorientasi pada
konsep dan pola yang berorientasi pada sosial yang mempunyai arah hubungan
yang berlainan (Soenarto, 2006).
Media komunikasi
Secara sederhananya, media komunikasi ialah perantara dalam
penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikate yang bertujuan
untuk efisiensi penyebaran informasi atau pesan tersebut. Sedangkan fungsi
media komunikasi yang berteknologi tinggi ialah sebagai berikut (Burgon &
Huffner, 2002);
Pengertian intensitas komunikasi
Intensitas komunikasi ialah proses komunikasi yang teijalin dengan
melihat kuantitas pada kurun waktu tertentu. Intensitas komuniksi yang efektif
lebih menekankan pada kuantitas.Efisiensi waktu dalam menjalin tercipatanya
intensitas komunikasi menjadi hal yang penting manakala lingkungan
mempunyai sentiment negatif terhadap hal yang dianggap baru.
Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (http//id.wikipedia.org/
wiki/keluarga)
Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua
atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
202
Pola Komunikasi Keluarga dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Nur Qomariah H)
Pola komunikasi keluarga
Menurut Rae Sedwig (1985) dalam situs all about teory, Komunikasi
Keluarga adalah suatu pengorganisasian yang menggunakan kata-kata, sikap
tubuh (gesture), intonasi suara, tindakan untuk menciptakan harapan image,
ungkapan perasaan serta saling membagi pengertian (Dikutip dari Achdiat,
1997: 30) dalam situs all about teory blokspot.com.
Dilihat dari pengertian di atas bahwa kata-kata, sikap tubuh, intonasi suara dan
tindakan, mengandung maksud mengajarkan, mempengaruhi dan memberikan
pnengertian.Sedangkan tujuan pokok dari komunikasi ini adalah memprakarsai
dan memelihara interaksi antara satu anggota dengan anggota lainnya sehingga
tercipta komunikasi yang efektif.
Pengertian remaja
WHO (dalam Sarwono, 2002) mendefinisikan remaja lebih bersifat
konseptual, ada tiga krieria yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi,
dengan batasan usia antara 10-20 tahun, yang secara lengkap definisi tersebut
berbunyi sebagai berikut:
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri.
Monks (1999) sendiri memberikan batasan usia masa remaja adalah
masa diantara 12-21 tahun dengan perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 1518 tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja akhir. Senada
dengan pendapat Suryabrata (1981) membagi masa remaja menjadi tiga, masa
remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun dan masa
remaja akhir 18-21 tahun.
Pengertian kenakalan remaja
Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah Juvenile berasal dari
bahasa Latin juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik
pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja, sedangkan delinquency
berasal dari bahasa latin “delinquere” yang berarti terabaikan, mengabaikan,
yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal,
pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau peneror, durjana dan lain
sebagainya. Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat
atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara
social pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk
pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang
menyimpang.Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas,
dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status
hingga tindak kriminal.
203
eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 1, Nomor 4, 2013: 200-209
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif karena penelitian ini
menggambarkan tentang pola keluarga dalam mencegah kenakalan remaja.
Sebagai mana peran orang tua adalah mendidik, memahamkan nilai-nilai
positif, memiliki tugas dan tanggung jawab dalam proses pembentukan
kepribadian anak. Serta orang tua harus menjaga keharmonisan rumah tangga
dan memonitor perilaku anak baik diluar maupun didalam rumah.
Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah dimaksudkan untuk membatasi studi,
sehingga dengan pembatasan studi tersebut akan memudahkan peneliti dalam
pengolahan data yang kemudian menjadi suatu kesimpulan.Sesuai dengan
masalah yang di rumuskan, maka penelitian ini memfokuskan pada pola
komunikasi, intensitas komunkasi dan media komunikasi yang digunkan oleh
keluarga dalam mencegah kenakalan remaja.
Sumber dan Jenis Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan informan yang di anggap
sebagai orang yang berkompeten untuk memberikan data yang di butuhkan.
Maka dalam penelitian ini wawancara di lakukan dengan Key Informan adalah
keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak usia remaja.
Jenis data dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui narasumber dengan cara
melakukan tanya jawab secara langsung dan dipandu melalui pertanyaan
yang sesuai dengan fokus penelitian yang dipersiapkan sebelumnya oleh
peneliti.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui beberapa sumber
informasi, antara lain:
a. Dokumen-dokumen, laporan, dan lain-lain.
b. Buku-buku ilmiah, hasil penulisan yang relevan dengan penelitian ini.
Teknik Sampling
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti memakai teknik
sampling, yaitu :
Data dari Key informen peneliti menggunakan teknik Sampling Purposif
(Purposive Sampling) Rosady Ruslan (2003 : 156). Teknik sampling yaitu
menentukan informan dengan pertimbangan tertentu yang dapat memberikan
data secara masimal sebagai langkah penulis memilih key informan. Adapun
informan yang mendukung data ini adalah keluarga yang terdiri dari orang tua
dan anak remaja. Karakteristik responden sebagai berikut:
1. Remaja Usia 15-18 tahun
2. Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan
3. Keluarga atau orang tua yang memiliki anak remaja usia 15-18 tahun
4. Tinggal di kelurahan Gersik
5. Bersekolah
204
Pola Komunikasi Keluarga dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Nur Qomariah H)
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan proposal ini penulis menggunakan beberapa cara
untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan. Oleh karena itu, penulis
menggunakan teknik penggumpulan data yang sesuai dengan penulisan skripsi
ini, yaitu:
1. Library Research, yaitu penelitian kepustakaan, dimana didalam penelitian
ini penulis mengumpulkan data dari literatur dan mempelajari buku-buku
petunjuk teknik serta teori-teori yang dapat digunakan sebagai bahan
penelitian skripsi ini.
2. Field Work Research, yaitu penelitian langsung kelapangan dengan cara:
a. Observasi.
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data-data yang valid tentang aktivitas atau kegiatan
keluarga dalam mencegah kenakalan remaja,serta untuk melengkapi data
primer dan data skunder yang dilakukan baik secara formal maupun non
formal.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara
dimaksudkan sebagai upaya memperoleh informasi dari orang yang
diwawancarai (informan). Wawancara dilakukan secara terbuka dan
berstruktur dengan pertanyaan yang terfokus pada permasalahan sehingga
informasi yang dikumpulkan cukup lengkap dan dalam.
c. Dokumentasi.
Pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan data sekunder
berupa dokumen atau arsip, dan karya ilmiah yang relevan dengan
penelitian ini.
Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian adalah
metode kualitatif deskriptif, yaitu mendiskripsikan serta menganalisis data yang
telah diperoleh dan selanjutnya dijabarkan dalam bentuk penjelasan
sebenarnya. Dengan menggunakan analisis data kualitatif metode interaktif,
berdasarkan pendapat Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman (Dalam
Soegiyono, 2006:247) yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Adapun penjelasan dari metode interaktif yang dikembangkan Milles
dan Huberman (soegiyanto,2006) sebagai berikut:
1. Reduksi data.
Proses reduksi diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan tertulis dilapangan. Proses reduksi data bukanlah
proses yang sekali jadi, tetapi sebuah proses yang berulang selama peroses
penelitian kulitatif berlangsung. Data yang diperoleh dilapangan kemudian
direduksi oleh peneliti dengan cara pengkodean, klasifikasi data,
menelusuri tema-tema, membuat gagasan, membuat pertisi, menulis memo,
205
eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 1, Nomor 4, 2013: 200-209
dan selanjutnya dilakukan pilihan terhadap data yang diperoleh dilapangan,
kemudian dari data itu mana yang relevan dengan permasalahan dan fokus
penelitian. Reduksi data atau proses transformasi ini berlanjut terus sesudah
penelitian lapangan, sampai laporan akhir secara lengkap tersusun.
2. Penyajian data
Langkah berikutnya setelah proses reduksi data berlangsung adalah
penyajian data yang dimaknai sebagai sekumpulan informasi yang tersusun
yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Dengan mencermati penyajian data ini, maka akan
dapat dipahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.
Artinya meneruskan analisisnya atau mencoba untuk mengambil sebuah
tindakan dengan memperdalam temuan tersebut.Hal ini dilakukan untuk
memudahkan bagi peneliti melihat gambaran secara penulusuran atau
bagian-bagian tertentu dari data penelitian, sehingga dari data tersebut
dapat ditarik kesimpulan.
3. Penarikan Kesimpulan.
Kegiatan analisis interaktif ketiga adalah menarik kesimpulan dan
melakukan verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, seorang
penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat
keteraturan, pola-pola penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin,
alur sebab akibat, dan proposisi sebagai verifikasi merupakan kegiatan
pemikiran kembali yang melintas dalam pemikiran penganalisis selama
peneliti mencatat, atau suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan
atau peninjauan kembali serta tukar fikiran antara teman sejawat untuk
mengembangkan “Kesempatan intersubjektif” dengan kata lain makna yang
muncul dari data harus diuji kebenaranya (validitasnya), verifikasi dalam
penelitian dilakukan secara kontinyu sepanjang penelitian verifikasi oleh
peneliti, dimaksudkan untuk menganalisis dan mencari makna dari
informasi yang dikumpulkan dengan mencari tema, pola hubungan,
permasalahan yang muncul, hipotesa yang disimpulkan secara relatif,
sehingga terbentuk proposisi tertentu yang bisa mendukung teori ataupun
penyempurnaan teori.
Hasil dan Pembahasan
Pola Komunikasi
Pada penelitian ini saat sesi wawancara dengan orang tua yang
memiliki anak usia remaja kebanyakan dari mereka kepala keluarganya
berpropesi sebagai karyawan pabrik playwood yang berkerja selama 12 jam,
jadi yang lebih berperan untuk berkomunkasi dengan anak remaja mereka
adalah sang istri yang sebagian besar berpropesi sebagai ibu rumah tangga.
Dari dua puluh sempel yang diambil, dapat dilihat bahwa semuanya memakai
pola komunikasi interpersonal antara orang tua dengan anaknya, ketika peneliti
bertanya tentang bagaimana cara anda mencegah agar anak remaja anda tidak
terlibat dalam kenakalan remaja, semua dari mereka menjawab dengan cara
206
Pola Komunikasi Keluarga dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Nur Qomariah H)
menasehatinya agar anak remaja mereka tidak terjerumus dalam kenakalan
remaja dan ketika peneliti bertanya tentang bagaimana respon mereka ketika
mereka tahu anak mereka terlibat dalam kenakan remaja, kebanyakan dari
mereka menjawabnya dengan respon marah atau memarahi anak remaja
mereka. Pernyataan diatas sama dengan apa yang disampaikan oleh anak
remaja pada jawaban dalam kuisionernya.
Dalam sesi wawancara ini peneliti juga bertanya seberapa tahukah
mereka tentang aktifitas anak remaja mereka selama disekolah ataupun diluar
sekolah. Pada pertanyaan ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa tingkat
pengetahuan orang tua tentang aktifitas anak remaja mereka sangat dangkal,
mereka cuma mengetahui anak mereka pergi dan pulang sekolah lalu main
kerumah teman mereka, mereka tidak mengetahui aktifitas lain yang dilakukan
oleh anak remaja mereka, hal ini tidak sesuai dengan komentar diri anak remaja
mereka yang memiliki segudang aktifitas lain baik di dalam atau di luar
sekolah.
Intensitas Komunikasi
Cukup seringnya mereka bertemu dan melakukan komunikasi dapat
dilihat pada saat penelitian ini berlangsung, mulai dari anak remaja mereka
pulang sekolah hingga mereka tidur dan dilanjutka pada pagi harinya, hanya
ada sedikit waktu yang mereka lewatkan untuk tidak ber interaksi, contohnya
seperti pada saat anak remaja mereka bermain keluar rumah atau berpergian
dengan teman sebayannya, hal ini terlihat pada saat sesi wawancara yang
dilakukan semua responden baik itu remaja dan orang tuanya mengatakan
bahwa mereka sangat sering berkomunikasi saat ditanya sebarapa seringnya
mereka melakukan komunikasi.
Media Komunikasi
Pada penelitian ini tidak terlihat peran media yang menonjol untuk
membantu kelancaran atau jalannya komunikasi dalam keluarga, yang ada
cuma media komunikasi lewat pesan singkat atau telpon lewat handphon.
Pembahasan
Pola komunkasi
Pola komunikasi yang di terapkan kebanyakan keluarga di Kelurahan
Gersik adalah pola komunikasi antar pripadi, komunikasi pribadi sangat
penting dilakukan untuk menggali informasi secara mendalam dari lawan
bicara. Hal ini dapat dilakukan secara pribadi, karena baik komunikator
maupun komunikan sama-sama bisa bertukar informasi tanpa harus takut
diketahui oleh orang lain. Kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang
dengan orang lain dengan corak komunikasinya lebih bersifat pribadi. Dalam
komunikasi ini jumlah perilaku yang terlibat pada dasarnya bisa lebih dari dua
orang selama pesan atau informasi yang disampaikan bersifat pribadi. Jadi
komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi atau proses penyampaian pesan
yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara pribadi.
Intensitas Komunikasi
207
eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 1, Nomor 4, 2013: 200-209
Bicara tentang intensitas komunikasi yang dilakukan keluarga di lokasi
penelitian ini sebenarnya cukup baik, para anggota keluarga sangat intens
bertemu dan berinteraksi, bayangkan saja, di daerah yang belum begitu ramai
dengan tempat-tempat hiburan seperti di kota, para anggota keluarga lebih
banyak beraktifitas dan menghabiskan waktu mereka untuk berinteraksi dengan
sesama keluarga dan tetangga mereka, hanya saja kualitas pola komunikasi
serta pengetahuan tentang fungsi dan tugas keluarga yang kurang seperti yang
telah di kemukakan pada bahasan sebelumnya, membuat intensitas komunikasi
yang dilakukan menjadi kurang bermanfaat untuk mencegah kenakalan remaja
yang terjadi.
Media Komunikasi
Di daerah seperti Kelurahan Gersik ini, media komunikasi masih sangat
jarang digunakan, sehingga efektifitasnya masih sangat kurang untuk
menunjang pola komunikasi yang baik dalam keluarga untuk mencegah
terjadinya kenekalan remaja.
Kesimpulan
1.
2.
3.
Pola komunikasi yang banyak digunakan pada keluarga yang ada di
Kelurahan Gersik kabupaten Penajam Paser Utara adalah pola
komunikasi interpersonal atau pola komunikasi antar pribadi.
Frekuensi komunikasi dalam keluarga di Kelurahan Gersik sangat
sering, hanya saja kurang berkualitas.
Media komunikasi yang sebenarnya dapat digunakan untuk
menunjang kinerja komunikasi agar lebih baik, masih sangat kurang
dimaksimalkan.
Saran
1. Penggunaan pola kominikasi interpersolal yang digunakan oleh para
anggota keluarga di Kelurahan Gersik sudah tepat, hanya saja masih
perlu di tambah lagi dengan pola komunikasi keluarga agar ada
penyamaan presepsi sesama anggota keluarga dalam hal apapun.
2. Intensitas komunikasi yang sering tetap harus dipertahankan agar
interaksi antar sesama anggota keluarga tetap terjalin dengan baik, dan
sebaiknya dibarengi juga dengan kualitas komunikasi yang dilakukan.
3. Penggunaan media komunikasi seperti handphon ataupun telpon rumah
sebagai penunjang kinerja komunikasi antar sesama anggota keluarga
tidak perlu di paksakan, disesuaikan saja dengan kemampuan ekonomi
masing-masing keluarga, meskipun peran media komunikasi ini akan
sagat membantu jalinan komunikasi antar asesama anggota keluarga
tersebut.
Daftar Pustaka
208
Pola Komunikasi Keluarga dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Nur Qomariah H)
Buku:
Suprapto,
Tommy,
2009.
Pengantar
teori
&
Manajeman
Komunikasi.Yogyakarta : penerbit Media Pressindo.
Effendy, Onong Uchjana, Ilmu, 1993. Teori dan Filsafat Komunikasibandung:
penerbit PT. Citra Aditya Bakti.
Deddy, Mulyana, 2007. Ilmu Komunikasi suatu pengantar.Bandung : penerbit
PT. Remaja Rosdakarya.
Fajar, Marhaeni, 2009. Ilmu Komunikasi Teori & Praktik.Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Nurdin, 2004.Sistem Komunikasi Indonesia.Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Riswandi, 2009.Ilmu Komunikasi. Yogyakarta : Graha Ilmu dan Universitas
Mercu Buana Jakarta.
Gerungang, WA, 2000.Psikologi Sosial.Bandung : PT. Rineka cipta Aditma.
Kartono, Kartini, 1995. Psikologi Anak (Perkembangan Anak). Bandung :
Mandar Maju
Internet :
(http://www.google.com/ pengertian keluarga, tujuan keluarga/ diakses tanggal
22Maret 2012. 10:04 PM)
(http://www.dimandiri.or.id/file/ulfahmariaugm/bab2.pdf/tinjauanpustaka.)
Diakses tanggal 22 Maret 2012. 10:19 PM
(http://id.wikipedia.org/wiki/keluarga) Diakses tanggal 02 April 2012. 07.59
PM
(All-about-theury.blogspot.com/pola komunikasi keluarga Diakses tanggal 12
September 3013.00.54AM)
209
Download