BAB II FUNGSI DAN PERANAN COVERNOTE NOTARIS ATAS

advertisement
23
BAB II
FUNGSI DAN PERANAN COVERNOTE NOTARIS ATAS
PROSES PENGURUSAN SERTIPIKAT
A. Pengertian Notaris
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik,
covernote dan kewenangan lainnya sebagaimana maksud didalam Undang-Undang
Jabatan Notaris No.no.2 tahun 2014 jo30 Tahun 2004.27
Didalam pengertian Notaris adalah Pejabat umum yaitu seseorang yang
diangkat, diberi wewenang dan kewajiban oleh Negara untuk melayani publik dalam
hal tertentu. Secara umum Notaris dapat diartikan Pejabat umum yang berwenang
untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksudkan
Undang-Undang. Notaris adalah pejabat publik yang menjalankan profesi dalam
pelayanan hukum kepada masyarakat, guna memberi perlindungan dan jaminan
hukum demi tercapainya kepastian hukum dalam masyarakat.28
Pada abad pertengahan (Middle Ages; abad ke-5-15) agama mempunyai
peranan sangat penting dalam kehidupan orang.Di benua Eropa pada umumnya orang
memeluk agama Katolik yang dikepalai oleh paus di Roma.Agama Katolik
mempunyai pengaruh besar sekali, juga terhadap para raja dan kepala Negara.
Pembagian daerah dalam suatu Negara dibagi menurut pembagian yang sesuai
dengan pembagian di kalangan Gereja Katolik, yaitu menurut keuskupan (bisdom
27
Pasal 1Undang-Undang Tentang Jabatan Notaris
Sekilas Dunia Notaris & PPAT Indonesia (kumpulan tulisan), Bandung : CV. Mandar
Maju,2009
28
23
Universitas Sumatera Utara
24
atau diocese). Pengadilan gereja berhak mengadili penjahat, mengatur pernikahan,
membuat wasiat dan membagi warisan, dll. Kita masih ingat bahwa agama Katolik
itu lewat raja-raja di Eropa memerangi agama lain di Palestina.29
Agama Katolik dibawa oleh sang Anglo, Saks, dan Juten dari Jerman ke
Inggris sewaktu mereka memasuki Negara itu pada abad ke-5. Jabatan notaris pada
waktu itu,yang dekat dengan agama dan sistem notariatnya, juga masuk ke Inggris.
Sistem hukum di Inggris sama dengan sistem di Eropa, yaitu sistem yang datang dari
Roma.
Kemudian pada abad ke-16 Henri VIII, raja Inggris kejam, bernafsu untuk
berkuasa, dan sensual, meminta izin kepada paus untuk bercerai dari istrinya,
Catharina dari Aragon, karena ia ingin menikah dengan si cantik Anna Boleyn yang
sangat ia cintai. Permintaan ini ditolak oleh paus.Pada tahun 1534 raja itu
memutuskan hubungannya dengan paus, sehingga berakhir hubungan agama di
Inggris dengan agama Katolik di bawah paus di Roma. Hukum di Inggris mau tidak
mau juga dipengaruhi oleh pemutusan hubungan dengan Gereja itu. 30
Parlemen Inggris dalam Act of Supremacy 1534 mengakui raja Inggris sebagai
Suoreme Head in Earth, immediately under God, of the Church of England dan
sampai sekarang pun raja Inggris adalah kepala Gereja Anglikan. Sejak itu mulailah
masa Refirmation (reformasi) di Inggris.31
29
Ibid
Ibid
31
Ibid
30
Universitas Sumatera Utara
25
Brooks, Helmholz, dan Stein menulis sebagai berikut, sebelum reformasi,
pengadilan gereja, yang dalam bahasa Inggris disebut Ecclesiastical Courts,
mempunyai hak eksklusif dalam segala hal yang menyangkut pernikahan, pemberian
wasiat, dll. Pengadilan Geraja yang mengikuti hukum romawi mempunyai hak
sebagaimana pengadilan biasa.Demikian juga pengadilan Admirality(maritim).
Berhubung dengan sifat hukum Romawi ini, notariat dekatdan bekerja sama dengan
pengadilan Gereja, sehingga notariat ikut berkembang jika pengadilan ini
berkembang dan menyusut jika pengadilan Gereja menyusut. Penyusutan ini terjadi
pada pertengahan abad ke-19 setelah pengadilan Gereja kehilangan haknya
memutuskan soal-soal pernikahan dan perceraian serta aspek lain dari kehidupan
mengenai penghinaan dan surat wasiat. Ini mengakibatkan jumlah notaris juga
berkurang.Setelah Reformasi, hukum di Inggris secara pelan-pelan berubah dan
menentukan arahnya sendiri.32
Keberadaan notaris secara etis yuridis pada awalnya diatur dalam rambu-rambu
Burgelijk Wetboek (BW/Kitab Undang-Undang Hukum Perdata), terutama buku
Keempat dalam pasal-pasal sebelumnya, yang secara sistematis merangkum
suatu pola ketentuan alat bukti berupa tulisan sebagai berikut33 :
a. Bahwa barang siapa mendalilkan peristiwa di mana ia mendasarkan suatu hak
wajib baginya membuktikan peristiwa itu; dan sebaliknya terhadap bantahan
atas hak orang lain (1865 BW).
b. Bahwa salah satu bukti ialah tulisan dalam bentuk otentik dan di bawah
tangan. Tulisan autentik ialah satu akta yang dibuat sebagaimana ditentukan
oleh undang-undang; dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang
berwenang di tempat mana akta itu dibuat (1866-1868 BW);
c. Bahwa notaris adalah pejabat umum satu-satunya yang berwenang membuat
akta autentik (Pasal 1 Reglement/op Het Notaris Ambt inIndonesia /Peraturan
Jabatan Notaris Di Indonesia, Staatsblad 1860 Nomor 3 Tahun 1860).
32
33
Ibid
Habib Adjie, SH., M.Hum, OpCit, hal 3
Universitas Sumatera Utara
26
Ketentuan tersebut menunjukkan alat bukti tertulis yang dibuat otentik oleh
atau di hadapan notaris berada di bawah wilayah hukum perdata (pribadi/privat).Ini
berbeda-beda istilah “barang bukti”dalam hukum pidana atau ”dokumen surat” dalam
hukum administrasi Negara ataupun hukum tata usaha Negara yang biasa disebut
dengan surat keputusan (beschikking), dimana termasuk dalam hukum wilayah
publik. Alat bukti tertulis otentik yang dibuat notaris berbeda maksud tujuan dan
dasar hukumnya dengan surat keputusan yang dibuat oleh badan atau pejabat tata
usaha Negara dalam melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan urusan
pemerintah, baik di pusat maupun di daerah.34
Undang-undang nomor no.2 tahun 2014 jo 30 tahun 2004, sebagai produk
hukum nasional, dan secara subtantif UU tentang Jabatan Notaris yang baru tersebut
juga berorientasi kepada sebagian besar ketentuan-ketentuan dalam PJN (Peraturan
Jabatan Notaris) dan karena itu kajian dalam penulisan ini tetap mengaju kepada
Undang-undang no.2 tahun 2014 jo 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dan
dengan membandingkan pada peraturan Jabatan Notaris (Staatblad 1860;3).
Profesi notaris merupakan pekerjaan yang unik.Undang-undang memberikan
kewenangan kepada notaris selaku pejabat umum untuk membuat selaku dokumen
untuk membuat akta notaris di bidang hukum perdata.Oleh karena notaris
menjalankan sebagian kekuasaan Negara, maka notaris dianggap sebagai bagian dari
penguasa. Undang-undang nomorno.2 tahun 2014 jo 30 tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris sendiri termasuk rubrik Undang-undang organik dan materi yang diaturnya
34
Ibid
Universitas Sumatera Utara
27
termasuk dalam bidang hukum publik sehingga ketentuan-ketentuan yang terdapat
didalamnya adalah sebagian besar peraturan yang bersifat memaksa (dwingend
recht). Jabatan atas kewenangan publik ini merupakan dasar dari pekerjaan notaris
yang bidangnya berada di dalam konteks hukum privat.Notaris mempunyai peran
yang sangat unik. Bagi masyarakat, notaris muncul sebagai sosok yang mempunyai
kewenangan publik, penyuluh, dan pemberi nasehat.Jabatan notaris mempunyai dua
ciri dan sifat esentiil, yaitu ketidakmemihakan (impartiality) dan kemandirian atau
ketidaktergantungan (independency) didalam memberikan bantuan kepada para
kliennya.Merupakan credo, suatu keyakinan bahwa kedua ciri tersebut melekat pada
dan identik dengan perilaku notaris di dalam menjalankan jabatannya.35
Pekerjaan dan fungsi notaris adalah buah aransemen yang pada pandangan
pertama terlihat suatu peran ganda.Kedudukan sebagai pejabat umum memberikan
suatu tekanan terhadap suatu pelayanan publik yang dengan perkembangan dan
perubahan zaman jabatan notaris mengalami perubahan, baik terhadap kewenangan,
luas pekerjaan, maupun tanggung jawabnya. Di lain pihak, notaris menjalankan
profesinya yang hasil perolehannya adalah untuk diri sendiri. Masalah global yang
dihadapi dunia, seperti revolusi tekhnologi ekonomi, perdagangan-investasikompetisi, dan e-commerce membawa dampak pada pelayanan hukum notaris.
Dengan sendirinya tuntutan atas pelayanan jasa notaris pun mengalami perubahan.
Selain perusahaan, notaris pun mengalami dilema, yaitu notaris berada diantara
35
Habib Adjie , Sekilas Dunia Notaris & PPAT Indonesia (kumpulan tulisan) , 2009,
Bandung: CV.Mandar Maju
Universitas Sumatera Utara
28
Negara, masyarakat, dan pasar. Walaupun hingga kini jabatan notaris pada
hakikatnya masih menggunakan model dan pola notariat pada permukaan abad ke-19,
sesuai dengan tuntutan zaman notaris harus pula menjadi plopor dibidang pelayanan
hukum kepda masyarakat di era globalisasi.36
Stelsel hukum kita, yaitu stelsel hukum kontinental membawa akibat bahwa
pelaksanaan Undang-undang dalam bidang hukum pembuktian mengharuskan
kehadiran seorang pejabat umum yang semata-mata melayani masyarakat di dalam
pembuatan alat bukti tertulis, akta otentik. Hal ini terbukti dalam Undang-Undang
Hukum Perdata:37
“Suatu akta otentik ialah suatu akta yang, di dalam bentuk yang ditentukan
oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum
yang berkuasa untuk itu di tempat dimana akta itu dibuat.”
Pada kehidupan bermasyarakat yang sederhana hubungan diantara warga
masyarakat lebih banyak didasarkan pada kebiasaan dan norma berasaskan nilai serat
moral yang ada dan tumbuh dari masyarakat itu sendiri. Pada kehidupan yang lebih
kompleks, kepastian hukum sering kali menjadi tumpuan dari mekanisme roda
kehidupan masyarakat. Banyak tindakan hukum yang dilakukan orang berkaitan
dengan adanya jaminan akan kepastian hukum sehingga dibutuhkan alat bukti yang
terkuat, yaitu perbuatan hukum tersebut dituangkan di dalam akta notaris. Selain
sebagai alat bukti, akta notaris mempunyai fungsi sebagai syarat mutlak untuk adanya
36
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris,Op.cit, hal 32
37
Ibid
Universitas Sumatera Utara
29
perbuatan hukum tertentu, yaitu apabila oleh undang-undang diwajibkan untuk dibuat
dengan akta notaris seperti halnya dengan pendirian perseroan terbatas, demikian
pasal 7 ayat (1) UUPT 2007:”
“Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang
dibuat dalam bahasa Indonesia.”
Selain tugas untuk membantu orang-orang di dalam pendirian perseroan
terbatas, yaitu dengan menyusun anggaran dasar perseroan yang merupakan aturan
main bagi pihak-pihak terkait di dalam perseroan tersebut, notaris mempunyai peran
sebagai penyuluh, penasihat, dan pemberi informasi tentang hukum. Khusus di dalam
pendirian perseroan terbatas, mengenai ketentuan-ketentuan yang bersifat memaksa
seperti halnya kewajiban untuk melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan perlu diinformasikan kepada para pendiri/pemegang saham agar mereka
tidak melupakan kewajiban tersebut, memngingat kewajiban tersebut tidak dimuat
dalam anggaran dasar perseroan. Tidak dimuatnya ketentuan Pasal 74 UUPT 2007 di
dalam anggaran dasar perseroan terbatas tidak menyebabkan bahwa para pemegang
saham, demikian pula direksi dan dewan komisaris, tidak terikat untuk melaksanakan
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan bagi perseroan yang menjalankan usahanya
di bidang sumber daya alam, yaitu mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam.38
B. Pengertian PPAT
PPAT adalah Pejabat Umum yang diberikan kewenangan untuk membuat
akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hakatas tanah atau
38
Sekilas Dunia Notaris & PPAT Indonesia (kumpulan tulisan),Op.cit, hal 15
Universitas Sumatera Utara
30
Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, biasanya jabatan ini dirangkap oleh notaris
Pejabat Pembuat Akta Tanah kemudian disingkat menjadi PPAT.39
Sebagai Warga Negara sekaligus pejabat yang berwenang membuat akta
otentik mengenai segala sesuatu perbuatan hukum berkaitan dengan peralihan Hak
Atas Tanah, tunduk pada hukum dan peraturan perundangan yang berlaku.
Sebagimana tertuang dalam Pasal 1 angka 24 PP nomor 24 tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah menyatakan PPAT adalah pejabat umum yang diberi kewenangan
untuk membuat akta tertentu maksudnya yaituakta pemindahan dan pembebasan
hakatas tanah dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, dan akta pemberian kuasa
untuk membebankan hak tanggungan. Selain itu wajib membantu kliennya apabila
ingin melakukan peralihan hakatas tanah dengan tidak menyimpang dari peraturan
jabatannya sebagai Pejabat pembuat Akta Tanah.PPAT mempunyai tugas yang
penting dan strategis dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah yaitu membuat akta
peralihan hakatas tanah.Tanpa bukti berupa akta PPAT, Para Kepala Kantor
Pertanahan dilarang mendaftar perbuatan hukum yang bersangkutan.40
PPAT sudah dikenal sejak berlakunya Peraturan Pemerintah No. 10 tahun
1961 tentang pendaftaran tanah, yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undangundang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA).
Di dalam peraturan tersebut PPAT disebutkan sebagai pejabat yang berfungsi
39
40
Ibid
AP Parlindungan, Op.cit, hal 55
Universitas Sumatera Utara
31
membuat akta yang bermaksud memindahkan hakatas tanah, memberikan hak baru
atau membebankan hak atas tanah.41
PPAT sebagai pejabat umum yang ditegaskan dalam pasal 1 Undang-undang
Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta benda-benda yang
berkaitan dengan tanah disebutkan bahwa: “PPAT yang selanjutnya disebut PPAT,
adalah pejabat umum yang diberi wewenang untuk membuat akta pemindahan hak
atas tanah, akta pembebanan hakatas tanah, dan akta pemberian kuasa pembebanan
Hak Tanggungan ”menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Undangundang Nomor 4 Tahun 1996 disebut memberikan ketegasan bahwa PPAT adalah
pejabat umum dan berwenang membuat akta otentik.
Akta otentik yang dimaksud menurut pasal 1868 KUHP Perdata adalah :
“suatu akta otentik ialah suatu akta yang didalam bentuk yang ditetapkan oleh
Undang-Undang, dibuat oleh atau dihadapkan pejabat umum yang berkuasa
untuk ditempat dimana akta dibuatnya”.42
Berdasarkan bunyi pasal 1 ayat 1 dari Peraturan Pemerintahan Nomor 37
Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah bahwa yang
dimaksud dengan P.P.A.T. atau Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah pejabat umum
yang diberikan kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan
hukum tertentu mengenai ha katas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun.43
C. Pengertian Covernote Notaris
Covernote berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari dua kata yang terpisah
yakni cover dan note, dimana cover berarti tutup dan note berarti tanda catatan.
41
Ibid
Hadi Setia Tunggal, Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Jabatan Notaris dilengkapi
Putusan Mahkamah Konstitusi & AD, ART DAN Kode Etik Notaris,Jakarta, Harvarindo, 2006, hal 36
43
Ibid
42
Universitas Sumatera Utara
32
Melihat arti dari kedua kata itu, maka cover note berarti catatan penutup. Dalam
istilah kenotariatan arti dari covernote adalahsuratketerangan, yakni surat keterangan
yang dikeluarkan oleh seorang notaris yang dipercaya dan diandalkan atas tanda
tangan, cap, dan segelnya guna untuk penjamin dan sebagai alat bukti yang kuat. 44
Cover note dikeluarkan karena adanya pengurusan akta-akta.Cover note tidak
diserahkan karena belum lunas utangnya, adanya tunggakan BPHTB (Bea
PerolehanHak Atas Tanah dan Bangunan).Di sini covernote tampaknya dalam praktik
mengikat secara moral (moral binding).
Dikeluarkannya covernote oleh notaris yang berisikan pernyataan.Pernyataan
pada prinsipnya tidak digantungkan pada bentuk tertentu.Pernyataan demikian dapat
diberikan
secara
tegas,
namun
juga
tercakup
kedalam
satu
atau
lebih
perilaku.Terkecuali ditentukan lain, pernyataan tercakup kedalam penyampaian
keterangan lain, dapat disampaikan dalam bentuk apapun juga atau tercakup dalam
satu atau lebih perilaku.45
Pada dasarnya covernote muncul sebagai surat keterangan tidak hanya terjadi
dalam hukum jaminan berupa sertifikat hak tanggungan, melainkan juga dapat
dikeluarkan oleh notaris dalam akta yang lain seperti gadai, hipotik, fidusia. Namun
yang menjadi fokus pembahasan dalam penulisan (baca: penelitian) ini hanya
mengkaji hak tanggungan mengingat bahwa rata-rata dalam pencairan kredit oleh
bank bagi debitur. Bank lebih senang dan terbiasa mencairkan kredit yang disertai
44
Tan Thong Kie, Buku I Studi Notariat (Serba-Serbi Praktek Notaris),2000. Jakarta: PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve
45
Ibid
Universitas Sumatera Utara
33
hak tanggungan yang objek jaminannya adalah tanah.Apalagi tanah bernilai ekonomi
dan harganya tidak pernah turun-turun.46
Covernote tersebut dibuat dalam bentuk surat keterangan yang dibuat oleh
Notaris sendiri atas suatu tindakan hukum para pihak yang dilakukan oleh para pihak
di hadapan Notaris.Covernote ini terkadang menjadi instrument pamungkas untuk
menutup semua tindakan hukum tersebut untuk menindak lanjuti tindakan hukum
yang lain.47
Dapat dicontohkan ketika Perjanjian Kredit yang kemudian dibuatkan
SKMHT dan atau APHT karena semuanya telah ditandatangani oleh para pihak
dihadapan Notaris meskipun secara administratif kenotarisan belum selesai, maka
untuk kepentingan Bank (Pemberi Kredit) dan para pihak (debitur), Notaris akan
membuat atau mengeluarkan Covernote, yang menyatakan bahwa tindakan hukum
para penghadap tersebut telah selesai dilakukan jika Bank telah menerima covernote
seperti itu, telah cukup alasan bagi Bank untuk dapat mencairkan ataupun
merealisasikan kredit tersebut kepada debitur atau nasabah.
Sehingga pada dasarnya Covernote tersebut dapat dilakukan oleh Notaris
dalam segala situasi dan kondisi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan
jabatan Notaris tersebut.
D. Peranan Covernote Notaris dalam Pengurusan Sertipikat
Dalam sub bab ini penulis ingin membahas mengenai fungsi Covernote dalam
pengurusan sertipikat yang dalam hal ini lebih tepat jika dihubungkan dengan
lembaga keuangan seperti Bank dimana Notaris sebagai rekanan atau mitra Bank
46
Ikatan Notaris Indonesia.Jati Diri Notaris Indonesia, Dulu, Sekarang dan Di Masa
Datang,Jakarta : PT. Gramedia, 2008.
47
Ibid
Universitas Sumatera Utara
34
dalam hal melakukan perikatan jaminan kredit atau pembiayaan suatu Bank dalam
memberikan kredit atau pembiayaan kepada nasabahnya.
Kegiatan pinjam meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan
masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran. Dapat kita ketahui
bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam meminjam uang
sebagai alat sesuatu yang sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan
kegiatan perekonomiannya dan untuk meningkatkan taraf kehidupannya.
Selanjutnya, dalam kegiatan pinjam meminjam yang terjadi di masyarakat
dapat diperhatikan bahwa umumnya sering dipersyaratkan adanya penyerahan
jaminan oleh pihak peminjam kepada pihak yang memberi pinjaman. Jaminan
tersebut dapat berupa barang (benda) sehingga merupakan jaminan kebendaan dana
atau berupa janji penanggungan hutang sehingga disebut jaminan perorangan.
Selanjutnya dalam perkembangannya berkaitan mengenai covernote yang
dikeluarkan oleh Notaris secara sepintas lalu covernote tidak berarti apa-apa dalam
proses pembuatan sertifikat hak tanggungan yang berakhir dengan pendaftaran di
badan pertanahan. Namun karena covernote sering dijadikan bukti jaminan/pegangan
sementara bagi bank dalam mencairkan kredit, maka dalam pembuatan sertifikat hak
tanggungan covernote menjadi bagian dari proses terbentuknya dua peristiwa hukum
perjanjian yaitu perjanjian pinjaman kredit dan perjanjian agunan/jaminan hak
tanggungan.
Covernote sebagai surat keterangan atau sering di istilahkan sebagai catatan
penutup yang dibuat oleh Notaris. Covernote dikeluarkan oleh Notaris karena Notaris
Universitas Sumatera Utara
35
belum tuntas pekerjaannya dalam kaitannya dengan tugas dan kewenangannya untuk
menerbitkan akta otentik. Dalam hal ini kaitannya dalam proses pemberian kredit
yang diberikan oleh bank dengan masalah kelayakan objek jaminan yang akan
dijadikan jaminan oleh debitur.
Permasalahan hukum dalam kaitannya dengan kedudukan Bank sebagai
kreditur yang tidak memperoleh sertifikat hak tanggungan setelah Bank mencairkan
kredit. Dalam penelitian dilapangan baik Notaris/PPAT maupun Bank selalu
mengatakan bahwa tidak mungkin terjadi kondisi demikian. Bahwa Bank akan
dirugikan jika debitur wanprestasi, dimana Bank hanya memegang covernote oleh
karena Notaris sabagai pejabat yang berwenang akan memeriksa kelengkapan dan
persyaratannya, sehingga sertifikat hak tanggungan akan diserahkan kepada Bank
kelak. Setelah didaftarkan walaupun pemberian kredit telah terjadi lebih awal.
Pihak bank justru menanggapi bahwa hukum itu tidak selamanya berjalan
sedemikian kaku (rigid), sehingga membatasi kepentingan para pihak dapat
melaksanakan hak dan kewajiban, dan perjanjian tersebut sama sekali tidak
bertentangan dengan clausa yang halal (bertentangan dengan ketentuan perundangundangan, kesusilaan dan kepatutan). Jadi Bank mengeluarkan kredit sebelum
terbitnya sertifikat hak tanggungan bukan masalah hukum, dan debitur tetap diikat
dengan semua kewajiban dalam perkreditan dan perikatan jaminan atas hak
tanggungan. Fungsi utama lembaga jaminan adalah disatu sisi merupakan kebutuhan
bagi kreditur atau bank untuk memperkecil resiko dalam menyalurkan kredit. Disisi
lain jaminan sebagai sarana perlindungan bagi keamanan kreditor yaitu kepastian
pelunasan hutang atas pelaksaan suatu prestasi oleh debitor atau penjamin debitur,
Universitas Sumatera Utara
36
apabila debitor tidak mampu menyelesaikan segala kewajiban memenuhi prestasinya
yang dijamin dengan jaminan benda bergerak ataupun benda tidak bergerak dipenuhi
oleh debitur dengan baik, maka benda jaminan tidak tampak peranannya tetapi
manakala debitur tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan
dengan kreditur, dalam hal demikian debitur dikatakan telah cidera janji dengan
demikian fungsi benda jaminan baru nampak kegunaannya.
Selanjutnya Notaris tidak dapat mengingkari dengan diterbitkannya sebuah
Covernote berarti Notaris sudah memberikan janji kepada pihak penerima Covernote
dan apabila telah memberikan janji maka pada saat itu juga Notaris sudah terikat pada
aturan hukum mengenai hukum perjanjian.
Menafsirkan suatu perjanjian adalah menentukan arti pernyataan kehendak
yang dilakukan para pihak yang menimbulkan akibat hukum. Ketentuan pasal 1342
KUHP perdata dan seterusnya hanya menyebutkan
“kata-kata suatu perjanjian,”
tetapi yang dimaksudkan adalah kata-kata, baik dalam bentuk lisan maupun tertulis,
tanda-tanda lainya dapat pula dipergunakan untuk menyampaikan kehendak
seseorang. Diasumsikan bahwa isi suatu perjanjian seluruhnya ditentukan oleh apa
yang telah disepakati oleh para pihak. 48
Namun hipotesa ini tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi dalam praktik.
Sering kali para pihak pada waktu menutup perjanjian tidak membayangkan luas dan
akibat atau konsekuensi keseluruhan perjanjian tersebut.Penafsiran perjanjian adalah
aktivitas yang bisa dilakukan tidak saja oleh hakim, pengacara, atau notaris tetapi
juga oleh para pihak sendiri yang menutup perjanjian tersebut.Banyak ahli hukum
48
Menjalin Pemikiran-Pendapat Tentang Kenotariatan (Kumpulan Tulisan), Bandung : PT
Citra Aditya Bakti, 2013.
Universitas Sumatera Utara
37
beranggapan bahwa penafsiran perjanjian adalah tugas dari hakim tetapi sebenarnya
adalah para pihak sendiri yang pertama kali harus menafsirkan isi perjanjian yang
telah mereka buat.Baru kemudian apabila ternyata pihak berbeda pendapat dengan
penafsiran yang mereka lakukan, adalah tugas dari hakim untuk menentukan
penafsiran perjanjian tersebut.Melakukan penafsiran perjanjian harus memakai dasar
kepatutan dan kelayakan.49
Dalam arres Haviltex (13 M aret 1981, NJ 1981,635 AA1981, p.355) oleh
Hoge Raad diberikan formula yang prinsipil dan sering diulang pada putusan-putusan
selanjutnya bahwa “arti ketentuan-ketentuan suatu perjanjian adalah ditentukan
menurut pengertian yang saling diberikan oleh para pihak pada keadaan tersebut dan
atas dasar tersebut apa yang seharusnya dapat saling mereka harapkan dan
ditambahkan pula bahwa sangat peting untuk “melihat pada lingkungan masyarakat
mana para pihak berasal dan pengetahuan hukum apa yang dapat diharapkan dari
pihak-pihak yang bersangkutan”.
Menurut Van Schilfgaarde, ada penafsiran yang tidak semata tata bahasa,
tetapi secara yuridis dapat saja berbeda bahwa penafsiran ditentukan dengan
akibat hukum. Menurut hukum objektif yang bersifat yuridis normatif. Ini
berarti bahwa yuridis normatif adalah penafsiran atas pernyataan dengan
memberikan pengertian yang menyimpang dari tujuan yang diharapkan oleh
para pihak mengingkat maksud tujuan dari pihak akan bertentangan dengan
hukum objektif.50
Ketentuan Pasal 1342 KUHPerdata memberi dasar pada pendapat bahwa jika
kata-kata di dalam perjanjian yang dibuat para pihak telah jelas, mereka terikat.
49
Ibid
Dr. Herlien Budiono, SH, Kumpulan Tulisan HUKUM PERDATA di Bidang
KENOTARIATAN, 2013. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
50
Universitas Sumatera Utara
38
Demikian pula jika pernyataan kehendak yang telah diberikan tidak sesuai dengan
maksud tujuan mereka.Pembuat Undang-undang berpendapat bahwa hanya
pernyataan yang kurang jelas harus ditafsirkan. Terhadap ketentuan Pasal 1342
KUHPerdata harus diberikan pengertian bahwa jika telah ditentukan apa yang
sebenarnya telah dijanjikan oleh para pihak, para pihak dan hakim tidak boleh
menyimpang terhadap apa yang telah ditafsirkan tersebut.51
Berbagai macam penafsiran dalam perjanjian dapat diberikan terhadap katakata, yakni harus dipilih dengan menyelidiki maksud kedua belah pihak yang
membuat perjanjian itu dari pada memegang teguh arti kata-kata menurut huruf
(Pasal 1343 KUHPerdata).Oleh karena itu, di dalam menafsirkan perjanjian harus
dipilih dan ditelusuri maksud dan tujuan dari para pihak.Pendapat demikian sesuai
dengan teori kehendak, tetapi tidaklah demikian halnya dengan teori kepercayaan.
Para pihak dapat terikat walaupun pernyataannya tidak sesuai dengan maksud
tujuannya. yaitu jika kehendak yang sebenarnya menimbulkan kepercayaan yang
selayaknya pada pihak lawan sebagai akibat pernyataan yang diungkapkan (teori
kehendak kepercayaan).52
Hal tersebut kita lihat pada perjanjian standar (standaardcontracten) yang
lazim terjadi bahwa salah satu pihak tidak membaca seluruhnya dengan cermat isi
perjanjian, tetapi menandatangani perjanjian tersebut.Walaupun demikian, perjanjian
tersebut sah atas dasar bahwa pernyataan yang diberikan menimbulkan kepercayaan
bahwa pernyataan yang diberikan tersebut benar adalah kehendaknya.53
51
Ibid
Ibid
53
Suharnoko, S.H., MLI, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, 2004. Jakarta: kencana
Prenadamedia Group
52
Universitas Sumatera Utara
Download