1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan
pesat
terjadi
pada
bidang
teknologi
informasi.
Perkembangan ini terjadi karena adanya globalisasi dan adanya kebutuhan untuk
mendapatkan informasi dari berbagai sumber secara cepat untuk menyelesaikan
berbagai permasalahan manusia yang semakin kompleks. Internet berkembang
seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih.
Internet merupakan salah satu sarana yang memudahkan informasi dapat
tersampaikan secara cepat. Internet pertama kali dikemukakan oleh J.C.R
Licklinder dari Massachutts Institute of Technology. Pada tahun 1962 ia
mengemukakan tentang jaringan global yang memungkinkan orang dapat
mengakses data dan program dari mana saja (www.artikeltik.com, 2014). Pada
tahun 1965 peneliti dari MIT bernama Lawrence G. Roberts dan Thomas Merill
melakukan koneksi komputer dengan menggunakan jalur telefon berkecepatan
rendah untuk menciptakan jaringan berskala luas untuk pertama kalinya. Setelah
itu banyak perkembangan yang terjadi pada internet, hingga saat ini internet dapat
diakses dengan cara yang sangat mudah. Keuntungan dari internet sendiri adalah
kepraktisan dimana pengguna internet dapat secara mudah berbagi informasi
tanpa adanya kendala jarak dan juga waktu. Selain itu biaya yang dibutuhkan
untuk berkomunikasi secara online dengan internet juga terjangkau. Penggunaan
internet tentu saja mempunyai beragam manfaat, seperti untuk mencari informasi,
1
komunikasi, bersosialisasi, pemasaran, memeriksa rekening bank, mencari
pekerjaan, dsb.
Peningkatan jumlah pengguna internet di dunia meningkat secara
signifikan. Jika pada tahun 1998 pengguna internet tercatat sebesar 160 juta dan
pada tahun 2002 meningkat menjadi 544 juta, kini pengguna internet telah
mencapai 7 milyar (internetworldstats.com, 2013).
Gambar 1.1 20 Besar Negara Pengguna Internet - 2013
Sumber: internetworldstats.com, diakses pada 25 Oktoberr 2014
Menurut data dari Internetworldstat.com pada Gambar 1.1 di atas, lebih
dari 600 juta penduduk Cina merupakan pengguna internet aktif sehingga Cina
menduduki peringkat pertama pada 20 besar negara dengan jumlah pengguna
internet terbanyak. Indonesia sendiri berada pada angka 55 juta pengguna dan
menempati urutan ke-4 jumlah pengguna internet terbanyak di Asia, sedangkan di
dunia menempati urutan ke-11 terbanyak.
Fenomena internet juga memicu semakin berkembangnya komunitas
jejaring sosial online. Situs jejaring sosial online diawali oleh Classmates.com
pada tahun 1995 yang berfokus pada hubungan antar mantan teman sekolah, dan
hingga saat ini jumlah situs jejaring sosial sulit untuk diketahui secara pasti karena
perkembangannya yang sangat pesat. Dalam perkembangannya, komunitas
jejaring sosial online tidak hanya bertujuan untuk dapat tetap berkomunikasi
dengan teman lama seperti pada tujuan awal diciptakannya. Komunitas jejaring
sosial online seperti Facebook.com dan Myspace.com, berfungsi sebagai platform
di mana jutaan konsumen di seluruh dunia dapat terhubung dengan satu sama lain
dan bertukar pikiran, pendapat, dan informasi. Komunitas online meningkat
secara signifikan dalam popularitas dunia. Keanggotaan tumbuh tajam setiap
tahunnya (Mislove et al., 2007 dalam Park dan Cho, 2012). Dalam kasus
Facebook.com, adalah 55 juta pengguna per Desember 2008 (Arrington, 2009
dalam Park dan Cho, 2012) dan jumlahnya meningkat menjadi lebih dari 500 juta
di 2011 (Facebook.com, 2011 dalam Park dan Cho, 2012). Facebook juga tercatat
sebagai situs jejaring sosial yang paling banyak dikunjungi oleh pengguna internet
di Indonesia menurut Alexa.com (2014).
3
Seperti telah diketahui, pada perkembangannya komunitas jejaring sosial
online bukan hanya merupakan sarana pertemanan saja, namun juga menjadi
sarana untuk bertukar informasi. Segala hal dapat diposting dan ditanggapi oleh
penggunanya dengan cara yang mudah. Ketertarikan konsumen belanja online
menggunakan media sosial mengalami peningkatan di seluruh dunia dan hampir
separuh konsumen (45 persen) secara aktif merekomendasikan produk di media
sosial, diantara negara-negara di Asia Tenggara yang disurvei oleh Rakunten,
Indonesia menjadi yang terbanyak membagi rekomendasi produk melalui media
sosial dengan 78 persen konsumen, diikuti Malaysia 67 persen dan Thailand 65
persen (okezone.com, 2013). Data tersebut membuktikan bahwa media jejaring
sosial online juga berperan penting dalam persebaran informasi. Pentingnya
komunitas jejaring sosial online sangat luar biasa, sampai saat ini, telah diketahui
sebagaimana komunitas jejaring sosial online mempengaruhi konsumen dalam
pengambilan keputusan berbelanja pakaian. Memperhatikan bahwa banyak
konsumen mengunjungi jejaring sosial untuk mendapatkan informasi belanja
pakaian (Thomas et al., 2007 dalam Park dan Cho, 2012) dan perilaku mencari
informasi tersebut dilibatkan dalam tahap pengambilan keputusan konsumen.
Informasi yang berkembang diantara anggota komunitas membentuk e-word of
mouth yang secara signifikan mempengaruhi penjualan ritel dan citra merek
(Brown et al, 2002;. Flavianus dan Guinaliu, 2005 dalam Park dan Cho, 2012).
Dengan memanfaatkan komunitas jaringan sosial online, pengecer dapat melacak
perubahan tuntutan konsumen dan perilaku belanja (Flavianus dan Guinaliu, 2005
dalam Park dan Cho, 2012).
4
Fashion dan penjualan pakaian dianggap sebagai salah satu topik diskusi
yang paling popular antara anggota jejaringan sosial, pengecer pakaian bisa
memantau dan mendapatkan umpan balik langsung dari konsumen ketika diskusi
komunitas sosial online itu terjadi (Thomas et al., 2007 dalam Park dan Cho,
2012). Perusahaan riset pemasaran Markplus Insight dan majalah online
Marketeers melakukan survey mengenai perilaku belanja online
pengguna
internet di Indonesia. Dalam hasil survey tersebut ditemukan bahwa pakaian
(apparel) dan produk fashion merupakan item yang paling banyak dibelanjakan
oleh pengguna internet di Indonesia. Hasil survey menujukkan bahwa 67,1 persen
pembelanja online melakukan pembelian apparel (id.techinasia.com, 2014). Hal
yang sama juga ditemukan pada riset yang dilakukan Google Indonesia dan TNS
(Taylor Nelson Sofres). Hasil riset tersebut menjelaskan bahwa produk fashion
dan elektronik adalah produk yang paling banyak digemari pembelanja online
(economy.okezone.com, 2014).
Dalam rangka untuk lebih mengenali setting riset, dilakukan wawancara
terhadap 3 orang mahasiswi S1 mengenai pendapat mereka mengenai jejaring
sosial online:
1. “Saya memiliki beberapa akun jejaring sosial yang aktif saya gunakan
(YouTube, twitter, instagram, facebook, LinkedIn, Google+). Saya
menganggap jejaring sosial adalah tempat saya bersosialisasi dengan
cara yang berbeda. Saya sering mencari referensi barang yang saya mau
dengan memanfaatkan akun instagram saya, menurut saya itu sangat
praktis”.
5
2. “Saya tidak memiliki banyak akun sosial media, hanya twitter dan
facebook. Saya menganggap jejaring sosial adalah untuk pertemanan dan
mencari informasi. Saya sering mencari informasi tentang produk yang
ingin saya beli melalui jejaring sosial namun saya lebih suka berbelanja
langsung di toko dan melihat langsung barang yang ingin saya beli”.
3. “Saya memiliki akun twitter, facebook, path, dan instagram. Saya
menganggap jejaring sosial sebagai pengisi waktu luang dan juga tempat
bertukar informasi. Saya sudah beberapa kali melakukan pembelian
secara online dengan memanfaatkan akun facebook dan instagram,
walaupun lebih beresiko namun terpercaya atau tidaknya bisa saya lihat
dari testimony yang dicantumkan”.
Seperti hal nya internet, komunitas jejaring sosial online dapat merugikan
apabila disalahgunakan untuk hal yang tidak baik, seperti: cyber crime, sikap
individual, dll. Namun selain itu juga memiliki banyak manfaat, seperti: menjaga
silaturahmi, refreshing, belajar, bisnis, dll.
Perilaku pencarian informasi oleh konsumen juga dapat terjadi dengan
cara memanfaatkan akun komunitas jejaring sosial online dimana di dalamnya
terdapat anggota yang berasal dari berbagai kalangan yang tersebar di seluruh
dunia. Di dalam komunitas jejaring sosial online terdapat berbagai fitur yang
mempermudah pertukaran informasi antar anggota komunitas.
6
1.2 Rumusan Masalah
Perkembangan penggunaan media jejaring sosial online semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna internet di dunia secara
signifikan. Jejaring sosial online merupakan media yang sangat berguna bagi
pengecer pakaian, dengan media ini dapat mempermudah promosi maupun untuk
memantau selera/tanggapan pasar yang dapat dijadikan strategi pemasaran. Bagi
konsumen, penggunaan media jejaring sosial online akan mempermudah seorang
konsumen tersebut dalam memutuskan suatu pembelian, hal ini sejalan dengan
perilaku pencarian informasi oleh konsumen yang dapat dijelaskan dengan lima
tahap perilaku konsumen Engel-Kollat-Blackwell (EKB) (1968). Menurut model
EKB, konsumen melalui lima tahap dalam proses pengambilan keputusan:
pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pelaksanaan
keputusan, dan evaluasi pasca-pembelian. Hubungan antar pengguna jejaring
sosial online yang dekat dapat mempengaruhi selera maupun perilaku pencarian
informasi seorang konsumen dalam memutuskan berbagai altenatif barang
konsumsi, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keputusan konsumen tersebut
dalam berbelanja. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Huiju Park dan Hira
Cho pada tahun 2012 menunjukkan hubungan positif antara komitmen terhadap
komunitas online dan perilaku pencarian informasi di komunitas. Namun terdapat
hasil statistik yang tidak signifikan untuk norma subyektif yang memoderasi
komitmen dan perilaku pencarian informasi. Hasil penelitian tersebut juga
menemukan komitmen akan semakin meningkat ketika individu secara psikologis
melekat kepada komunitasnya.
7
1.3 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan riset dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Apakah terdapat hubungan positif antara rasa ke-kita-an (we-ness) dan
komitmen terhadap komunitas jejaring sosial online?
2.
Apakah terdapat hubungan positif antara moralitas (tanggung jawab secara
moral) dan komitmen terhadap komunitas jejaring sosial online?
3.
Apakah terdapat hubungan positif antara ritual/tradisi (shared culture) dan
komitmen terhadap komunitas jejaring sosial online?
4.
Apakah terdapat hubungan positif antara komitmen dan perilaku mencari
informasi dalam komunitas jejaring sosial online?
5.
Apakah hubungan positif antara komitmen dan perilaku mencari informasi
dalam komunitas jejaring sosial online, dimoderasi oleh tingkat norma
subyektif?
8
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana faktor psikologis ke-kitaan(we-ness), tanggung jawab moral, dan budaya bersama pada komitmen terhadap
komunitas jejaring sosial online yang dimoderasi norma subyektif mempengaruhi
perilaku pencarian informasi oleh konsumen pakaian(apparel) dalam proses
pengambilan keputusan.
9
Download