--! ISBN: 979-8105-01-X PERAIRAN MALUKU dan SEKITARNYA Biologi, Budidaya, Geologi, Lingkungan dan Oseanografi Pemimpin Redaksi Djoko Prawoto Praseno Redaksi Pelaksana Wanda S. Atmadja Anggota O.H. Arinardi Ruyitno Imam Soepangat fit EN G r:;1 '" H l' I: P1h4 P£[>;ElITlr'l Oft "Nl1, [;.N J I '$, n/,tll:S"!Ij4 Balai Penelitian dan Pengembangan r rJCtr~BANG',~ II v' 111 Sumberdaya Laut Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Ambon, 1989 ., HUBUNGAN PANJANG-BERAT, MAKANAN DANREPRODUKSI IKAN CAKALANG (KATSUWONUS PELAMIS) DI LAUT BANDA1) Oleh : Kumaen Sumadhiharga2) dan F.D. Hukom2) ABSTRAK r ! Selama bulan Juni 1986 - Maret 1987 telah di1alcukan peneUtian tentang beberapa aspek biologi ikan cakalang (Kll.truwonulpel41nil) di Laut Banda. PeneUtianini telah dapat mengumpulkan dan mengamati 5040 ekor ikan eakaiangyang ditanglcapdenganpancing"pole and Une." Dari hasil peneUtian ini temyata bahwa panjang eagak ikan ealcalang di Laut Banda berkilar antara 30,0 - 69,9 " , t f em, dan kelompok ikan yang sering ditemukan berkisar antara 45,2 9" ~5,0 em. Terdapat hubungan yang erat antara panjang dan bef'1~g mengikuti persamaan gads W = 0,02662L . 1 (r = 0,958) untuk ikan eakalangjantan, dan W.. 0,02945 L' (r" 0,931) untuk yang betina. ' Malc1U1anutama ikan ealcalang'di Laut Banda adalah cumi-cumi. udang Pandalidae dan Stomatopoda bagai jenis ikan keeil dan ikan yang masih juwana. serta ber- ' ~ j;' Tingkat kematangan gonad (TKG) ikan ealcalang dari Laut Banda (immature) sekitar 7%, TKG 11(maturing) sebanyalc 12%, TKG III (mature) TKG IV (ripe) tidalc ditemukan. Ikan ealcalang pertama kali matang gonad betina dan 42,0 em untuk yangjantan. Diduga ikan ealcalang di Laut Banda hanya ditemukan 4 macam, yaitu TKG I 58% dan TKG V (spent) 23%. Sedanglcan pada panjang eagak 41,8 em untuk yang memijah sepanjang tahun dengan punealc- nya terjadi pada bulan Desember. Fekunditas berkilar antara 120.000 - 506.000 untuk ikan yang berukuran 40.7 67,0 em. - ABSTRACK LENGTH-WEIGHT RELATIONSHIP, FOOD AND SOME REPRODUCTION OF SKIPJACK (KatlUwonul pelamil) FROM BANDASEA. Observatio1Uon certain aspectl of biology of skipjack htll been ca1rledout in the BandaSea from June 1986 to March 1987. The ltudy included the length frequency, length-weight relationship.food, ~cundity, maturity stagel, gonad index, and sex ratio. The number of skipjack examined were 5040 indMduals which were caught with pole and linel. The resultsindicatedthat the prk-1engthvariedfrom 30,0 to 69,9 em with the mOlt commonlpecime1U '.' pund to have forklengthl of 45,0 to 55,0 em. The length-weight relationships showed III linear equationl It' 0,026662 L2.918 (r= 0,959) for malel, and It' = 0,02945 L2,875 (r'" 0,931) for femalel. The food skipjack Will mostly Iquids, shrimps (pandalids and stomatopods), and small or juvenile (lShel. = Four oocyte maturation stagel were observed in the skipjack overies Le. immature (7%). maturing (12%), mature (58%),and spent (23%), while the ripe stage Willnever found. The minimum size at maturity Willfound.in females and malel with respective lengths of 41,8 em and 42,0 em. The skipjack probably spawned all year round with a peak in December. The number of eggs variedfrom 120.000 to 506.000 with a rangeof fISh length of 40,7 to 67,0 em. PENDAHULUAN I~ \ Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan oleh Direktorat Bina Sumber Hayati (1983), potensi sumberdaya hayati perikanan laut di Indonesia khususnya ikan cakalang diduga berkisar 275.000 tonftahun, dimana 50% lebih dari potepsi tersebut terdapat di perairan Indonesia BagianTimur, yaitu perairan Maluku dan sebelah utara Iran Jaya dengan potensi sebesar 185.000 tonftahun. Bagi daerah Maluku sumberdaya cakalangini merupakan komoditi ekspor non-migas yang penting setelah udang. Karena itu kelestariannya perlu dijaga agar dapat dimanfaatkan secara terus menerus. Agar dapat menjaga kdestariannya, maka pemanfaatan dan pengelolaannya harus dilaksanakan secara rasional. Informasi biologis cakalang dari daerah yang bersangkut. an diharapkan akan dapat dipergunakan iebagai dasar pengelolaannya. Pengkajian jenis kelamin dan tingkat kematangan gonad ikan dalam aplikasinya bisa digunakan sebagai pengetahuan dasar dari biologi reproduksi suatu stok. Perkiraan fekunditas dapat digunakan untuk menghitung reproduksi dan besarnya suatu stok ikan, sehingga kita dapat merencanakan, waktu yang baik untuk penangkapannya. Tulisan ini akan menguraikan beberapa aspek biologi ikan cakalang di perairan Laut Bandayang meliputi sebaran frekwensi panjang, hubungan panjangberat, makanan, fekunditas, tingkat kematangan gonad, indeks gonad, dan rasio kelamin. 1) Makalah pada Kongres Biologi Nasional VIII, Purwokerto, 8-10 Oktober 1987. 2) Balai Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi - LIPI, Am bon! ", 13 ti t~ 7~ &~ ...... I ... . Ikan-ikaneakalangyang tertangkapdiukurpanjang BAHAN DAN METODE eagaknya (fork length). Kemudian beberapa ekor diambil seeara aeak untuk ditimbang beratnya dan diukur panjangnya. Setelah itu gonad dan isi lambungnya diam. bil, lalu gonad tersebut ditimbang. Selanjutnya gonad dan isi larnbung diawetkan dalam formalin 10% untuk keperluan perhitungan fekunditas dan analisa makanan yang dilakukan di laboratorium. a. Daerah dan waktu penelitian. Penelilian mengenai aspek biologi ikan eakalang ini dilakukan di perairan Laut Banda, yaitu di sebelah selatan Pulau Seram dan di sekitar Pulau Nusa Laut (Garnbar 1). PeneUtian dilaksanakan dad bulan JuDi 1986 sampaidengan Maret 1987. c. Hubungan panjang - berat. Hubungan p1Uijang berat dianalisa dengan model persamaan HILE dalam EFFENDIE (1979) sebagai berikut : - b. Pengumpulandata. Sebagian besar data diperoleh dengan jalan mengikuti operasi penangkapan kapal eakalang yang mempergunakan paneing "huhate" (pole and line) yang ber. pangkalan di P. Saparua, yaitu di desa Noloth dan Haria serta ditambah dengan data dari tempat pelelangan ikan di desa Tulehu, P. Ambon. w= aLb dimana : W = berat ikan(gram) L = panjangikan(em) a dan b = konstanta. 20S u L A u s T E RAM Buano 0 D K.lang Cy ~ 3S 5 E R A M Manipa D Ambalau L A 0 ~5 u T B A N D A KE TERANGA N :::::::I Lokasi penangkcpan 0 55 ikan cakalang 0 125 E 0 126 E 0 127 E Gambar 1. Lokasi penelitian ikan cakalang di Laut Banda. 14 1280 E 0 129 E t~ ~ " * ... ' d. AnaJisamakanan Makanan ikan cakalang dianaJisa sebagai berikut : lambung dibuka, isinya ditimbang kemudian dipisahkan menurut jenisnya. Tiap jenis makanan ditimbang beratnya dan dicatat frekwensi kejadiannya. Untuk mengetahui jenis yang dimakan cakaJang digunakan metode "bideks Relatip Penting" YESAKI (1983). IRP ',i ;' = (%W)X (%F) dimana : %W %F = persentaseberat suatujenis makan= l ~ an persentase kejadian suatu jenis ma. kanan. g. Hubungan antara fekunditas dengan panjang dan berat. Hubungan antara panjang dan berat didekati de. ngan metode regresi tinier BATT (1972) dan WILSON Tabell. Klasifikasi tingkat kematangan gonad (ovary) untuk ikan cakalang.Katsuwonus pelamis. dimana : F II 1II " .,' ~.... dimana : F = fekunditas. n = jumlah teur dalam sampel V :berat total ovari v = berat telur yang dijadikan sampel. e. Tingkat kematangan gonad. AnaJisa tingkat kematangan gonad (TKG) untuk ikan cakaJang didasarkan atas 5 tingkatan (ORANGE, 1961 yang dimodifikasikanoleh WILSON. 1982) dengan kriteria.kriteria yang tercantum pada Tabel I. Tingkat Keadaan gonad (ovary) ~, Potongan-potongan ovari tersebut diberi label kemudian dimasukkan pada larutan GILSON untuk melepaskan telur dari jaringan pengikat.- Setelah 2 - 3 minggu dalam larutan GILSON, jumlah telur dari masing-masing potongan dibitung dengan rumus WILSON (1982) : nV F =v IV V IMMATURE - MATURING - MATURE RIPE SPENT - - - (1982) : F F = a + bL = fekunditas; L = a + bW = panjang cagak; W = berat tubuh, a dan b = konstanta. Diskripsi Ovary memanjang, kecil hampir transparan. Ovary membesar, berwar. na pinkkrem. butiran telur belum dapat terlihat de. ngan mata telanjang. Ovary berwarna krem ke. kuningan, butiran telur sudah dapat terlihat dengan mata telanjang. Butiran telur membesar dan berwarna kuning jer. nib, dapat keluar dengan sedikit penekanan pada ba. gian perut. Ovary mengecil, berwarna mera,h dan banyak terda. pat pembuluh darah. h. Indeks Gonad Pendugaan indeks gonad mengikuti rumus WILSON (1982) sebagai berikut : ;} L. x 103 = GI dimana : GI Wg L = indeks gonad = berat gonad (gram) = panjang ikan (em). . i. Rasio kelamin (sex ratio) Rasio kelamin jantan dan betina diperoleh dengan menggunakan uji "chi-square" (X2). mengikuti SURJADI (1980) : = X2 (0 - Ei )2 = chi-square frekwensi ikan jantan dan betina yang diamati (observed) Ei .., ,!f" .. -t, ,\gr , 'C' ~, tN. '-0> . ;~i f. Fekunditas. Untuk menentukan fekunditas, sepasang ovari diletakan di atas kertas hisap selama 5 menit. Bagian kanan dan kiri ovari dipisahkan dan ditimbang beratnya masing-masing. Bagian tengah dari ovari dipotong setebal 2 - 4 mm, potongan kiri dan kanan ditimbang dengan timbangan berketelitian 0,0 I gram. dimana : X2 0 = Ei = frekwensi ikan jantan dan betina yang dibarapkan dengan hipotesis (Ho) I : I 15 . HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Sebaran &ekwensipanjang Selama 10 kali melakukan penelitian berhasil diukur sejumlah 5.040 ekor eakalang. Sebaran uekwensi panjang eagak ikan eakalangjantan dan betina pada buIan Juni 1986 sampai Maret 1987 menunjukkan panjang minimum 30,0 em dan panjang maksimum 69,9 em. Kelompok ikan yang dominan terletak pada selang kelas 45,0 -'- 55,9 em (Gambar 2). UKTOLSEJA dkk. (1981) menemukan frekwensi panjang eagak ikan eakalang di perairan sebelah timur Sulawesi Tengah tersebar di antara 27,1 - 57,7 em. Sedangkan SUWARTANA(1986) yang meneUti di perairan Maluku Tengah mendapatkan panjang baku berkisar antara 40,3 65,4 em. Dengan demikian hasil studi ini. tidak berbeda jauh dengan yang telah ditemukan oleh kedua peneliti tersebut 2. Hubungan panjang berat Hasil dari anallsa hubungan panjang eagak dengan berat ikan eakalang dari perairan Laut Banda sebagai beriku~: Jantan : LogW = -1,5747919+ 2,918 Log L r = 0,959 atau W = 0,02662 L2,918 Betina : LogW = -1,4964681 + 2,875 Log L r = 0,931 atau W = 0,02945 L2,875 - 100 I GI JANTAN .. .. 80 60 - .. ... .'. 40 ..... en .:. ..:.::':: ..'.". . ,~"':. .. :." .."., . 20 Z ... ... ." 50 60 0 w en w' ([ a.. 30 100 40 I GI . 70 BET! NA ~ ~ 80 .. 60 .,.. ...".. .. ... 20 ... i .'" ++ + . +.1' +... 40 . + 4~ ..~.. ...,... .... ... "" ~'.." .. 't9~ +,.,'" .. .,. 't "" to'to + "" . ~ .. +......+'- ..'" .... ..... 0 30 40 50 PANJANG 60 (em) 70 Apabilamelihat nilair yang rata-rata lebih dari 90% tingkat korelasinya, maka hubungan ini sangat erat. Dilihat dari nilai b yang didapat untuk ikan jantan b = 2,918 dan ikan betina = b :Q,875 adalah mendekati nilai 3, maka dapat dikatakan bahwa baik jantan maupun ikan-ikan betina pertumbuhannya bersifat isometrik atau dengan kata lain pertambahan panjang dan pertambahan beratnya seimbang. Hal ini sependapat dengan UKTOLSEJA dkk. (1981) yang mengemukakan bahwa pertumbuhan ikan cakalang di Sulawesi bersifat isometrik. Ia memperoleh persamaannya sebagai berikut : W = 1,99 x 10-6 L3,313. Sedangkan SUHENDRATA dan MERTA (1986) di perairan Sorong memperoleh persamaan W = 7,4 x 10-6 L3,266 danW= 6,0 x 10-6 L3,313. Berbedanya hubungan panjang berat yang diperoleh dari berbagai perairan mungkin disebabkan perbedaan jumlah ikan yang dipdikan sampel, kisaran panjang ikan yang dianalisa serta kecepatan pertumbuhan lokal yang berbeda. Harga koefisien pangkat sebesar 2,918 untuk ikan jantan dan 2,875 untuk ikan betina berdasarkan analisa kovarians pada 5% tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa kedua sudut garis regresi tidak berbeda. Berarti ikan-ikan jantan dan betina memperlihatkan persamaan pada pertambahan panjang dan pertambahan beratnya. Harga n dari ikan betina lebih besar dari pada ikan jantan (-1,496 - 1,574), Hal ini menunjukkan bahwa ikan-ikan betina lebih berat dari pada ikan jantan pada panjang cagak yang sama. 3. Analisa makanan Selama 10 kali pengambilan sampel berhasil dianalisa 826 lambung ikan cakalang. Analisajenis makanan dan indeks relatip penting (IRP) ikan cakalang disajikan pada Tabel 2 dan 3. 'I' Gambar 2. Distribusi frekwensi panjang ikan cakalang dari Laut Banda. It 16 .. t ,. . l Tabel 2. ADaIisa isi lambung clan IRP lkan cakaIang yang tertangkap dengan pole and line di perairan Laot Banda. 'i' Famili i Utan Acanthuridae Apogonidae Balistidae #Caesionidae Carangidae Chaetodontidae #CIupeidae # Du ssumieridae #Engraulidae Juni,86 N=95 JuliAgust N=107 N=30 403 + 3 1 t , Crustacea Pandalidae Stomatopoda Kepiting Unidentified fr , r f 43 6 1.482 4.215 10 6 480 4.350 46 160 7.733 1 1 732 1.563 1.100 Jan'87 N=72 2 1 20 5 3 2 5.251 130 43 Feb N=64 Maret N=93 + 3.700 52 92 + 7.167 + , 1 7 4 2 12 6 + 3 449 32 293 16 5 44 549 1 4.714 2 4.714 4 12 + 9 25 122 170 1.252 + 790 5 4 2 4 20 8 + 6 11 12 + 2.043 1.252 8 5.450 790 17 5.433 15 12 + 0,00089 10 38 5 Mollusca Cephalopoda Lain-lain Indeks Relatif Penting #Ikan umpan Crustacea Mollusca 9 + + + 24 + 20 4.027 21 9 1.528 44 + 4.376 550 24 7.822 4.716 20 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kornposisi makanan ikan cakalang terdiri dari tiga kelompok utama, yaitu ikan, mollusca dan crustacea. Kelompok ikan terbagi atas dua sub kelornpok, yaitu ikan urnpan dan ikan lainnya. Jenis ikan umpan yang sering digunakan dalam operasi penangkapan ikan cakalang adalah ikan puri atau teri (Stolephorus spp), ikan lompa (Thrissina baelama) dari suku Engraulidae; ikan gosau dan pura-pura (Sparateloides spp), dari suku Dussumeirii~j' dae; ikan momar atau layang. (Decapterus spp) dari ~ suku, Cluipeidae; ikan lalosi atau ekor kuning (Caesio - spp) dari suku Caesionidae; dan ikan tatare atau kern~r bung (Rastrelligerspp) dari suku Scornbridae. Sedangkan jenis ikan lainnya adalah dad suku Balistidae, Apogonidae, Acanthuridae, Holocentridae, Fistularidae, Herniramphidae, Triacanthidae, Leiognathidae dan Carangadae. Dengan demikian dalam analisa jenis makanan ini dapat dibedakan dalam jenis rnakanan ikan urnpan dan l~ jenis makanan alamiah (Mollusca, Crustacea, ikan lainnya, Polychaeta dan lain-lainnya). t 79 12 4.018 1 8 Des N=51 + 3 Fistularidae Leiognathidae #Scombridae Tricanthidae Lutjanidae Unidentified Nop N=115 + Exocoetidae Hemirhamphidae Holocentridae Okt N=I04 Sept 1)176 3 787 4.174 3 2 3.752 20 + 7.167 43 Pada Tabel 2 nampak bahwa kontribusi kelompok ikan umpan menduduki tempat pertama sebagaimakanan utama hampir pada setiap bulan dengan IRP ratarata 759,2, golongan ikan lainnya dengan IRP rata-rata 183,1 dan golongan Mollusca dengan IRP rata-rata 7,87. Golongan Crustacea diwakili oleh udang laut dalam dari Pandalidae dan Stomatopoda, sedangkan golongan Mollusca diwakili oleh cumi-cumi (Cephalopoda). Pada Tabel 3 dianalisa isi lambungnya selama diternukan Crustacea lebih banyak daripada Mollusca (Cephalopoda) walaupun ikan rnasih rnerupakan rnakanan utama. Sedangkan rnenurut WILSON (1982) dan MATSUMOTOdkk. (1984) ikan cakalang yang berukuran kurang dari 50 cm pada urnumnya lebih menyukai Mollusca (Cephalopoda) daripada Crustacea. Adanya perbedaan kontribusi jenis rnakanan ikan cakalang pada perairan yang berbeda mungkin mempunyai kaitan yang erat dengan per!>edaansediaan atau kelimpahan .makanan pada perairan masing-rnasing. MisaJnya dalam studi ini ditemukan 16 suku ikan di dalam isi perut cakalang 17 ~ ~ N23 80! N41 - N39 N3J N32 II) 60 §7°1 ... 80. ';/( ... Q 40 I I III Q 50 I N.-o T I ,. 1/ I S 0 N N38 T N28 N41 48 " , g 30 1\ , F M BETINA 20 10 0 20.1 J J.B6 A A s 0 N D J.81 F M BO eO J Ne N4.1 N64 ~ ~ J.B7 N27 N25 0 D TKG I D TKG III TKG II ~ TKG V 701 II) 60 III 50 I Q 40 0 I N64 T 1 1 I I I " 1 N26 N30 T NSO T 1 1 1/ I I I 1 N D JB7 F M N22 /I"""'-J J ANTAN " 30 Gambar 3. Prosentase Tingkat "-ematangan Gonad ikan cakalang di Laut Banda. 20 10 I) Selanjutnya TKG V dari ikan eakalang di Laut Banda pada bulan Juni, Juli dan Januari memiliki prosentasi yang cukup tinggi, sehingga dapat diperkirakan bahwa puneak musim pemijahan ikan eakalang tersebut terjadi pada bulan-bulan tersebut atau pada waktu sebelumnya. 5. Indeks Gonad Hasil analisa indeks gonad (GI) selama 10 kali sampling disajikan pada Gambar 4. Indeks gonad yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar antara 3-97 untuk ikan cakalangjantan dan ctntara8-97 untuk ikan betina. Berdasarkan nilai GI yang diklasifikasikan oleh WILSON (I982) terdapat 3 tingkat GI yang berkaitan dengan kematangan gonad. ..~. I a). Nilai GI lebih keeil 30 berarti gonad mulai proses pemata~gan (early maturing). b).Nilai GI 30-50 berarti gonad pada pematangan akhir (late maturing). c). Nilai GI lebih besar 50 berarti gonad sudah matang (mature). J86 Gambar J 4. A S 0 Indeks gonad ikan eakalang di Laut Banda. Nilai rata-rata indeks gonad yang lebih dari 50 baik untuk ikan cakalangjantan maupurfbetina terdapat pada bulan Juni dan Desember (Gambar 4). Dengan demikian dapat diharapkan. bahwa puneak pemijahan ikan cakalang di Laut Banda terjadi pada bulan Juni dan Desember. Akan tetapi para pakar terdahulu menyimpulkan bahwa ikan cakalang hanya'memijah disaat musim panas, baik pada belahan bumi selatan (SCHAEFER dan ORANGE 1956; BATIS 1972; WILSON 1982). Meningkatnyanilai indeks gonad cakalang pada bulan Juni di Laut Banda bukan berarti pada saat itu terjadi puncak pemijahannya. Hal ini sama dengan apa yang terjadi di Papua New Guinea, dimana pada bulan Juli nilai gonad indeks ikan cakalang meningkat, akibat adanya sub populasi lain dari belahan bumi utara (L. Pasific) yang ma. suk ke dalam daerah penangkapan di belahan bumi se- , 19 latan. Sub I\opulasi ini ternyata memiliki tingkat kern. tangan gonad yang lebih lanjut, sehingga nUai indeks gonad. pada bulan Juni tau Juli meningkat (WILSON 1982). Dengan demikian maka sangat diduga bahwa pun. cak pemijahan ikan cakalang di Laut Banda terutama ter. jadi pada bulan Desember dengan musim pemijahan ~ panjang tahun. Perbedaan tempat pemijahan ternyata dapat menimbulkan perbedaan puncak musim. pemijahan. Misal. nya menurut BATI'S (1972) puncak pemijahan ikan cakalang di Carolina Utara terjadi pada bulan Juni dan JuU. Di sepanjang perairan pantai barat Amerika bagian tengah puncak pemljahan ikan cakalang terjadi pada Maret (SCHAEFER dan ORANGI bulan Desember 1956). Sedangkan di Papua New Guinea puncak musim pemijahan ikan cakalang berlangsung antara bulan Ok. tober Maret (WILSON 1982). Di perairan Sorong, Irian Jaya ikan cakalang memiliki puneak pemijahan pada bulan Januari dan Mei (SUHENDRATA dan MERTA 1986). Sedangkan di Teluk Pim, P. Seram dite. mukan puncak pemijahan pada bulan Januari (PUR. WANTO dick. 1986). Perhitungan fekunditas hanya dilakukan terhadap gonad yang telah matang. Fekunditas rata-rata dari 198 ekor ikan cakalang berkisar antara 120.000 506.000 butir telur untuk ikap dengan kisaran panjang antara 40,7 67,0 em (Tabel.5). Menurut MATSU. MOTO, SKILMANdan DIZON COLLETE dan NAUEN dalam SUHENDRATA dan MERTA (1986), fekunditas ikan cakalang berkisar antal3 80.000 - 2.000.000 butir untuk ikan yang panjang eagaknya berkisar antara 41,0 87,0 em. Fekunditas daIi ikan eakalang yang ter. tangkap di perairan Sorong berkisar antara 120.000 570.000 butir untuk ikan yang panjang eagaknya berki. sar antara 47 - 60 em. - - - - di antara ikan. dengan panjang yang sama (Tabel 5). 2) Belum dapat dipastikan berapa kali eakalang berpijah dalam setahun. 3) Adanya kemungkinan berkurangnya Ekunditas pada pemijahan berikutnya. 7. Rasio kelamin Untuk mengetahui struktur suatu populasi ikan maupun pemijahannya maka pengamatan mengenai raaio kelamin (sex ratio) dad ikan yang diteliti merupakan salah satu faktor yang penting. Selanjutnya berkait. an dengan masalah mempertahankan kelestarian populasi ikan yang diteliti, malea diharapkan perbandingan ikan jantan dan betina berada dalam kondisi yang seimbang. Selama penelitian ditemukan bahwa pada bulan Juli, September dan Desember jumlah ikan betina lebih tinggi daripada ikan jantan. Sedangkan pada bulan.bulan lainnya jumlah ikan jantan lebih besar daripada ikan be. tina, walaupun secarastatistik banya pada bulan Agustus, Oktober dan Nopember saja perbandingannya tidak me. nunjukkan 1 : I (Tabel 6, Gambar 5). Uji Chi.square terhadap perbandingan jenis kelamin ikan eakalang se. eara keseluruhan menunjukkan basil berbeda nyata antara ikan betina dan jantan (X1 = 22,44, X2 tab (0,05) = 16,92), sehingga dapat disimpulkan bahwa rasio kelamin ikan eakalang dalam penelitian ini tidak seimbang. Nilai rata-rata rasio kelamin sepanjang tahun berkisar 0,82 : 1,0 (betina : jantan). WILSON(1982) menyatakan bahwa rasio kelamin mungkin tidak seimbang dise. babkan kurangnya ikan betina pada suatu perairan, ka. rena akan memijah. - 100 Hubungan antara panjang dan berat terhadap fekunditas rata-rata adalah sebagai berikut : F F = = 15.038 L - 517.001 (r = 0,97); Panjang - Fekunditas. 105 W - 35.379 (r = 0,95); Berat - Fe. kuditas. Dari hasil tersebut terlihat bahwa pertambahan panjang maupun berat mempOnyai hubungan yang erat dengan pertambahan fekunditas. Hubungan antara panjang - berat fekunditas wa. laupun erat~ namun variasi alami yang sangat besar se. perti faktor kondisi tubuh dan volume lambung ikan ca. kalang, serta ketelitian sewaktu penimbangan ik!Ul di atas kapal perlu mendapat perhatian. MATSUMOTO dick. (1984) menyatakan bahwa walaupun hubungan antara fukunditas dan panjang dapat diterima namun sangat sulit untuk menduga produksi total tabunan, karena : I) Jumlab tetur yang sangat ekstrim bervariasi 20 80 z ~ zc ... ~ ""60 i- a :& :!40 Do c z i 20 0 J8B J A s 0 N D J 87 F H . Gambar 5. Rasio ketamin (sex ratio) ikan cakalang di Laut Banda. TabelS IGsarandan nilai mta-ratapanjang,berat dan fekunditasikan cakalang,Katsuwonuspelamisdari Laut Banda. Panjang (em) 139- 4154312453847 40491953215516574 59- 41 43 45 47 49 51 55 57 59 61 261 - 63 5 63- 65 365 - 61 Fekunditas (x 103) Berat (gr) 1500- 1975 15751650175018752000 2250 2825 3850 4100 3150 3450 - - Rata Kisaran N 1975 2250 2800 3300 4000 5500 4525 4750 4300 4700 3450 120 140 78 54 46 148 145 104 117 120 180 393 - 72 172 359 394 876 401 588 540 515 700 506 718 rata Fekunditas x 103) Berat (gr) Panjang (em) 40,7 1700 120 - - - 1725 2000 2200 2750 3250 3600 4000 4150 4200 4500 4850 156 219 224 281 259 314 355 360 410 463 506 40,3 46,8 48,2 50,5 54,5 56,3 58,6 60,2 62,5 64,2 66,4 Tabel 6. Sex Ratio ikan cakalang, Katsuwonus pelamis dari Laot Banda. Bu I a n N Ratio Chisquare Juni '86 41 46 0,89 Juli 32 28 1.41 I 8 22 0,36 I September Oktober 40 36 1,11 I 42 71 0,70 1 Nopember Descmber 47 67 0,78 I 23 28 0,82 1 Januari '87 41 31 1,32 Februari 28 36 0,77 41 52 0,78 Agustus Maret . n.s. n.s. n.s. n.s. n.s. n.s. n.s. n.s. n.s. n.s. P P P P P P P P P P = 0,01 = = = = = = = = = 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 Rata-rata Keterangan: 0,82 sig. P = 0,01 n.s. = tidak berbeda nyata sig. = bcrbeda nyata = = betina jantan 21 .. 8. Ukuran cakalang pertama kali matang gonad Dari hasil plot nilai indeks gonad terhadap panjang cakalang pada Gambar 6 terlihat babwa ikan eakalang mulai matang gonad pada panjang cagak 42,0 em untuk ikan jantan dan 41,8 em untuk ikan betina. (Gambar 6). SUHENDRATA dan MERTA (1986) memperoleh ukuran panjang ikan pertama kali matang gonad pada panjang eagak 49,0 em untuk ikan jantan dan 47,0 em untuk ikan betina. Menurut MARR dalam SUHEN. . DRATA dan MERTA (1987) di perairan sekitar kepulauan Marshall ikan eakalang jantan dan betina matang gonad masing-masing pada panjang 39,1 em dan 40,7 em. NIKOLSKY (1969) menyatakan babwa perbedaan ukuran eakalang pertama kali matang gonad dipengaruhi oleh ketersediaan makanan, suhu perairan, letak tintang dan bujur dan kecepat~ pertumbuhan. 12 10 8 6 4 2 UCAP AN TERIMA KASIH Ueapan terima kasih penulis sampaikan kepada Pemerintah Negeri, pernilik serta awak kapal huhate Desa Noloth, khususnya K.M. Ohnes atas keIja sarna yang baik sehingga data dapat terkumpul dan akhirnya terujud dalam bentuk tulisan. Ucapan yang sarna penulis sarnpaikanpulakepada Saudara.saudara DOMINGGUS BREMER, YANTJE HEHUAT, JOHAN PICASOUW, JAMES LATUHERU, serta ABDUL HAYATHyang telah membantu membuat gambar-gambar dalam. tulisan ini. Studi ini berlangsung atas biaya Proyek Penelitian Aspek Biologi Ikan Cakalang di Laut Banda, taboo anggaran 1986-1987. N 512 JUNI N 883 10 I 8 6 4 2 30 60 N 391 L 30 6 4 14 12 101 8 6 4 2 2 :\ 30 IIIII 18 201 N863 8 16 40 30 70 121 10 OKTOBER JULI L SEPTEMBER 50 60 70 60 70 40 50 N 253 AGUSTUS in ct 16 I- 14 ffi 12 f310 a: Q. 8 6 4 2 L 30 40 50 PANJANG CAGAK [CM] Gambar 22 6. Hubungan panjang dan indek gonad ikan cakalang dari Laut Banda. 60 ,.. . DAFTAR REFERENS' ANONYMUS. 1987. Defining highly migratory tunas. A publication of the United States tuna Foundation. Preapared by Living Marine Respurces. Inc. : 39 p. DIREKTORA T BINA SUMBER HAYATI (1983). Hasll evaluasi potensi sumberdaya hayati perikanan di perairan Indonesia dan perairan ZEE Indonesia. Direktorat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta: 22 p. BATT. B.S. 1972. Sexsual maturity. fecundity. and sex of the skipjack tuna (K~tsuwonus pelamis) in Nort Carolina waters. Trans. Amer. F"lSh. Soc. 101 (4) : 626 - 637. EFFENDIE. M.I. 1979. Metode Biolog; Perikanan. Yayasan Dewi Sri Bogor : 112 halaman. HOLDEN. M.J. dan D.F.S. RAITT, 1974. Methods resources investigation and their aplication. Manual of fisheries science. Part. 2. FAO. Fish. Paper. (IS). Rev. I. Rome: 214p. t , MATSUMOTO. W.M..' R.A. SKILLMAN and A.E. DIZON, 1984. Synopsis of biological data on skipjack tuna, Kat. suwonUlpelllmis. NOAA Tech. Rep. NMFSCircu1ar451. FAO FUh Synop. No. 136.: 92 p. . NIKOLSKY. G.V. 1969. FUh Population Dynamics. Oliver and Boyd, Edinburgh: 114 p. PURWANTO. G; B.W. MOSSE dan SJ. BUSTAMAN. 1986. Studi pendahuluan keadaan reproduksi dan perbandingan kelamin ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan sekitar Teluk Piru dan Elpaputih P. Seram. Journ. Pen. Perikanan Lout 34 ; 69 - 78. SCHAFER, M.B. 3J)d C.G. ORANGE. 1956. Studies on sexual development and 5pawning of yeUowfm tuna (Thunus albocalTs) and skipjack (Katsuwonus pelamis) in three areas of the Eastern Pacific Ocean. by exanlination of gonads (in Eng(. and Span). Inter-am. Trop. Tuna Comm. Bun. I : 263 - 349. SUHENTRATA. T. dan I.G.S. MERTA. 1986. Hubungan panjang-berat, tingkat kematangan gonad, dan fekunditas ikan cakalang Katsuwonus pelllmis ILinnaeus) di perairan Sorong.Joum. Penpen. Perikanan Laut 34: 11-19. SUWARTANA, A. 1986. Struktur populasi ikan cakalang (Kanuwonus pelllmis) di Maluku Tengah. Joum. Pen. Perikanan Lout 34 : 99 - 109. SURJADI. P.A. 1980. Pendohuluan teorl kemungkinan don statistika. Cetakan ke 2: Bandung : penerbit ITB, 1980: 220 haL UKTOLSEJA. J.C.B.; E.A. AMIN; R.E. UKTOLSEJA; M. FATUCHRI; BUDIHARDJON; N. NAAMIN; n.R. BARUS; M. MUBARAK 'dan'S. NOER. 1981. Sumberdaya perikanan di perairan sebelah timur Sulawesi Tengah. PrOOding Seminar Hasil PenelitiJm Sumberdaya Perikanan Lout: 194 - 279. WADE, C.B. 1950. Observation on the distribution of tuna larvae in the Indo-Pacific Ocean with emphasis on the delineation of the spawning areas of Albacore. Thunnus alalungo. Bun. Far. Seas F"uh. Res. lAb. 2 : 177 - 256. WILSON, M.A. 1982. A reproductive and feeding behaviour of skipjack tuna (K~tsuwonus pelllmis) in Papua New Guinea Waters. Fisheries research and Survey Branch. Dept. of Primary Industry, Port Moresby. PNG: 21 p. YESAKI. M. 1983. Observation on the biology 0 t yeUowfin (Thun~~s ~/bacares) and skipjack (Katsuwonus pelamis) 10 Phihppme Waters. Indo Panfic Tuna Development Programe. Colombo. Srllangka : 65 p. t I , I / I ~ '~ /o,. '.',' ~ l:~ It:..: IL. 23