1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian
Komunikasi merupakan hal dasar yang dilakukan setiap orang ketika
berinteraksi dengan sesamanya. Namun masih banyak orang yang belum bisa
mengoptimalkan kemampuan berkomunikasi. Pada akhirnya berkomunikasi
menjadi suatu masalah, baik dalam karir, keluarga maupun dalam bergaul di
masyarakat. Dalam masyarakat sendiri, terdapat beragam jenis manusia dengan
beragam jenis kemampuan komunikasi yang dimilikinya, salah satunya adalah
anak dengan ke-Tuna Grahitaan, dimana dipaparkan oleh Sutji Martianingsih
Wibowo1, bahwa anak dengan ke-Tuna Grahitaan memiliki keterbatasan dalam
tingkah laku adaptif yang salah satunya adalah kemampuan berkomunikasi.
Sehingga dalam melakukan komunikasi aspek nonverbal dalam bentuk gesture
atau bahasa tubuh lebih utama dilakukan.
Schramm dalam buku Deddy Mulyana2, menyebutkan bahwa, komunikasi
sebagai lintasan persimpangan akademik yang banyak dilalui akan tetapi sedikit
saja disinggahi. Dijelaskan pula dalam buku tersebut bahwa komunikasi
merupakan sebuah bidang kajian dalam ilmu sosial yang bersifat terapan dan
lintas disiplin, yaitu yang melibatkan kedalamnya penggunaan metode dan
pendekatan baik dari sosiologi, antropologi dan juga psikologi, baik secara satu
persatu maupun secara serempak. Oleh karena itu maka komunikasi merupakan
1
2
Sutji Martianingsih Wibowo.Penanganan anak Tuna Grahita.Santosa:Bandung.2010 hal 3
Deddy Mulyana.Metode Penelitian Komunikasi,Contoh-Contoh Penelitian Kualitatif Dengan
Pendekatan Praktis.PT Remaja Rosdakarya:Bandung.2013 hal 395-396
1
2
bidang yang sangat baik untuk dikaji lebih lanjut segala keunikannya. Karena
manusia berkomunikasi dengan sesamanya
tidak hanya terbatas pada orang
normal saja, tetapi juga dengan seseorang yang memiliki kekurangan, baik
komunikasi tersebut dilakukan secara verbal maupun nonverbal.
Deddy Mulyana3 menjelaskan, bahwa komunikasi tidak hanya proses
verbal yang berupa kata, frase atau kalimat yang diucapkan dan didengar, tetapi
juga proses non verbal. Proses non verbal meliputi isyarat, ekspresi wajah, kontak
mata, postur dan gerakan tubuh, sentuhan, pakaian, artefak, diam, temporalitas,
dan ciri paralinguistik. Manusia, berinteraksi dengan cara yang berbeda,
konkretnya manusia merespons tidak hanya tindakan orang lain, melainkan juga
makna, motif dan juga maksud tindakan tersebut.
Komunikasi tidak terlepas dari pola komunikasi itu sendiri, pola
komunikasi sangat unik, bila kita melihat realitas sekitar didalam masyarakat,
orang normal sekalipun tidak seluruhnya mengerti dengan benar ketika
berkomunikasi satu sama lain dengan sesama orang normal, apalagi dengan
penyandang cacat, seperti penyandang Tuna Grahita.
Pada kenyataannya, dalam masyarakat, kita tidak dapat memungkiri
banyak penyandang cacat yang berkesulitan berkomunikasi dengan orang normal,
salah satunya adalah penyandang cacat mental atau Tuna Grahita. Mengingat
permasalahan utama penyandang cacat seperti Tuna Grahita adalah pada aktivitas
komunikasinya dan erat sekali hubungannya dengan ilmu komunikasi maka
penelitian ini menarik untuk dikaji lebih lanjut. Selain itu kelangkaan studi
3
Deddy Mulyana.Metodologi Penelitian Kualitatif. Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu
Sosial Lainnya.PT Remaja Rosdakarya: Bandung. 2013 hal 79
3
komunikasi tentang penyandang cacat seperti Tuna Grahita pun menyebabkan
peneliti mencoba untuk mengungkap tabir mengenai komunikasi yang terjadi pada
penyandang cacat seperti penyandang cacat Tuna Grahita, yang lebih khususnya
peneliti mencoba mengungkap mengenai pola komunikasi anak Tuna Grahita
yang menderita ke-Tuna Grahitaan sedang dan juga ringan.
Gauri4, menjelaskan bahwa, para penyandang Tuna Grahita ini memang
mengalami kendala besar dalam berkomunikasi dan kepemilikan bahasa. Ke-Tuna
Grahitaan tentu saja menghambat dalam perkembangan bahasa dan komunikasi
karena tingkat kecerdasan mereka. Keterbatasan bahasa dan komunikasi ini pula
yang mengakibatkan penyandang Tuna Grahita mengalami hambatan dalam
perkembangan emosional dan kepribadian, kehidupan sosial dan hal hal lainnya
yang membutuhkan bahasa dan komunikasi. Sehingga penyandang Tuna Grahita
akan mengalami kesulitan dalam memahami realitas dan mengorganisasikan
pengalaman mereka.
Mengingat ada kekurangan pada penyandang Tuna Grahita, masyarakat
tentu saja tidak boleh juga mengabaikan mereka, karena mereka juga merupakan
bagian dari masyarakat itu sendiri, hanya masyarakat seperti mereka
membutuhkan perhatian lebih dari orang-orang disekitar mereka yang memiliki
keadaan normal, agar memudahkan bagi para penyandang Tuna Grahita untuk
dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang-orang disekitar mereka yang
memiliki keadaan normal.
4
Gauri Pruthi.2007.”Language Development in Children with Mental Retardation.National Counsil
of Educational Reserch and Training”.
http://goertzel.org/dynapsyc/2007/language20%development.htm, diakses pada tanggal 10
Desember 2014
4
Banyak anak-anak diIndonesia mengalami keterbatasan dalam berbahasa
dan berkomunikasi karena cacat mental atau Tuna Grahita, yang sebenarnya
kerendahan kemampuan ini bukan disebabkan karena kemampuan intelektualnya
yang rendah tetapi karena kemampuan intelegensinya yang tidak mempunyai
kesempatan untuk berkembang, seperti dijelaskan pula oleh Gauri5, bahwa
seorang penyandang Tuna Grahita hanya mempunyai IQ sebesar 52 sampai 66,
sehingga bimbingan yang tepat dari lingkungannya akan sangat membantu sekali
bagi penyandang Tuna Grahita untuk perkembangan intelektual, kehidupan sosial
dan komunikasinya.
Mengingat segala keunikan dalam komunikasi maka penelitian mengenai
Tuna Grahita dan pola komunikasi ini penting bagi peneliti mengingat sangat
sedikit sekali penelitian mengenai anak abnormal dan dalam pola komunikasi
mereka. Serta kurangnya perhatian dari pemerintah dan sedikitnya lembaga
pendidikan dan keterampilan yang disediakan untuk mereka juga mengakibatkan
terbatasnya pemahaman mengenai penyandang Tuna Grahita.
Membahas mengenai seseorang yang berkebutuhan khusus, Sekolah Luar
Biasa atau SLB sebagai lembaga pendidikan bagi mereka penyandang Tuna
Grahita,
memegang peran
penting dalam
memberikan
bimbingan
dan
keterampilan terutama keterampilan dala berbahasa dan juga berkomunikasi.
Sehingga pemahaman atas realitas dan keterampilan bahasa serta kemampuan
berkomunikasi penyandang Tuna Grahita menjadi lebih baik.
5
Gauri Pruthi.2007.”Language Development in Children with Mental Retardation.National Counsil
of Educational Reserch and Training”.
http://goertzel.org/dynapsyc/2007/language20%development.htm, diakses pada tanggal 10
Desember 2014
5
Peneliti memilih Sekolah Luar Biasa Negeri 06 Jakarta Barat karena
Sekolah Luar Biasa ini memberikan bimbingan dan keterampilan kepada anakanak penyandang Tuna Grahita dengan semua tenaga pengajar yang berkompeten
dibidangnya. Sehingga penyandang Tuna Grahita ini dapat lebih berkembang dan
siap berinteraksi juga berbaur dengan masyarakat sekitar yang berkeadaan normal.
Sekolah Luar Biasa Negeri 06 Jakarta Barat, merupakan salah satu sekolah
milik pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang memberikan layanan pendidikan
khusus bagi peserta didik berkebutuhan khusus. Pada awalnya berdirinya SLB
Negeri 06 Jakarta Barat bernama SLB Budi Harapan dari tahun 1993 s.d tahun
2004, yang terletak di Jalan Raya Meruya Utara, Jakarta Barat, kemudian tahun
2004 s.d tahun 2007 seiring perkembangan, SLB Budi Harapan berubah menjadi
SLB Persiapan Negeri Meruya, yang beralamat di Jalan Lapangan Jabek,
Komplek Mega Kebon Jeruk Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat. Dengan
bertambahnya waktu, SLB Persiapan Negeri Meruya, menjadi SLB Negeri 06
Jakarta Barat yang berdiri pada tanggal 18 September 2007.
Sekolah Luar Biasa Negeri 06 Jakarta Barat sendiri merupakan sekolah
luar biasa yang memiliki kredibilitas yang baik dalam menangani anak
berkebutuhan khusus, salah satunya adalah anak dengan ke-Tuna Grahitaan,
dimana anak dengan ke-Tuna Grahitaan, mendapat pengajaran yang lebih intensif
dengan memiliki kelas tersendiri dan tidak dicampur dengan anak berkebutuhan
khusus lainnya. Sehingga pengajaran serta bimbingan keterampilan dalam
berkomunikasi maupun sosial dapat dilakukan secara optimal. Mengingat sangat
jarang terdapat sekolah luar biasa di wilayah Jakarta Barat. Dan dengan adanya
6
sekolah luar biasa ini, maka anak berkebutuhan khusus yang salah satunya adalah
anak Tuna Grahita tentunya mendapat kesempatan yang baik dalam pendidikan,
keterampilan dan perilaku sosial. Dimana disekolah ini pula, untuk kemandirian
para siswa baik yang masih sekolah maupun yang sudah lulus tingkat SMALB,
juga menyiapkan unit-unit usaha diantaranya kantin dan peternakan ikan lele yang
mampu memberikan bekal pengalaman praktis bagi siswa siswi SLB Negeri 06
Jakarta Barat.
1.2
Fokus Penelitian
Sejauh ini dalam komunikasi, seperti komunikasi antar pribadi, membahas
komunikasi diantara manusia secara sadar dan hanya dengan sesama manusia
normal, tetapi jarang sekali orang yang tertarik meneliti mengenai komunikasi
antar pribadi tetapi antara manusia normal dengan penyandang Tuna Grahita,
ataupun komunikasi antar sesama penyandang Tuna Grahita, sedangkan dalam era
ini pengetahuan mengenai komunikasi semakin berkembang.
Maka berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, fokus
penelitian yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
A. Bagaimana pola komunikasi anak Tuna Grahita dengan:
a) Guru/ orang normal di Sekolah Luar Biasa Negeri 06 Jakarta Barat?
1) Komunikasi Verbal Anak Tuna Grahita
2) Komunikasi Non Verbal Anak Tuna Grahita
b) Sesama penyandang Tuna Grahita di Sekolah Luar Biasa Negeri 06
Jakarta Barat?
7
1) Komunikasi Verbal Anak Tuna Grahita
2) Komunikasi Non Verbal Anak Tuna Grahita
B. Bagaimana hambatan komunikasi yang terjadi pada anak Tuna Grahita
dalam hal:
a) Hambatan dalam pengucapan
b) Hambatan dalam melakukan percakapan dengan orang lain
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada fokus penelitian yang sudah disebutkan diatas maka
dapat dijabarkan tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut:
A. Untuk menjawab pertanyaan mengenai pola komunikasi anak Tuna
Grahita yang berkomunikasi dengan guru dan juga dengan sesamanya
yaitu Untuk memahami dan mengetahui pola komunikasi dari anak Tuna
Grahita tersebut, dalam berinteraksi dengan guru maupun orang normal di
Sekolah Luar Biasa Negeri 06 Jakarta Barat juga dengan sesama
penyandang Tuna Grahita
B. Serta untuk menjawab mengenai hambatan-hambatan komunikasi yang
terjadi pada anak Tuna Grahita, yaitu untuk mengetahui dan memahami
tentang:
a) Hambatan dalam pengucapan
b) Hambatan dalam melakukan percakapan dengan orang lain
8
1.4
1.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis/Akademis
Sebagai penambah pengetahuan bagi pengembangan Ilmu Komunikasi.
Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan bagi penelitian polapola komunikasi kelompok yang ada dalam masyarakat, terutama
berkaitan dengan proses komunikasi dengan masyarakat atau kelompok
yang tidak menggunakan bahasa verbal maupun non verbal yang baik.
2.
Manfaat Praktis
Sebagai masukan bagi perusahaan atau organisasi yang terkait dengan
anak-anak Tuna Grahita terutama adalah bagi Sekolah Luar Biasa Negeri
06 Jakarta Barat, maupun organisasi yang tidak terkait dengan anak Tuna
Grahita, agar dapat lebih memahami mengenai pola-pola komunikasi anak
Tuna Grahita serta hambatan-hambatan komunikasi yang terjadi pada
mereka, sehingga memudahkan organisasi tersebut untuk menghadapi
mereka.
3.
Manfaat Sosial
Bagi para pembaca diharapkan mampu mendapat pengetahuan juga
informasi
baru
mengenai
pola-pola
komunikasi
serta
hambatan
komunikasi yang terjadi pada anak Tuna Grahita. Serta mendapatkan
informasi yang baik mengenai anak Tuna Grahita sehingga pembaca
sekalian mampu memahami secara lebih baik khususnya mengenai
keberadaan anak Tuna Grahita serta ketika berinteraksi dengan mereka
dalam lingkungan sosial.
Download