Kalimat dan Kalimat Efektif

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Bahasa
Indonesia
Kalimat dan Kalimat Efektif
Fakultas
Program Studi
Ekonomi dan Bisnis
Akuntansi
Tatap Muka
09
Kode MK
Disusun Oleh
MK90008
Supriyadi, S.Pd., M.Pd.
Abstract
Kompetensi
Setelah mempelajari topik ini,
mahasiswa
dapat
memahami
pengertian kalimat, unsur-unsur
kalimat, pola dasar kalimat, jenisjenis kalimat, pengertian kalimat
efektif, syarat-syarat kalimat efektif,
dan menggunakan kalimat efektif
dengan baik dan benar dalam
mengungkapkan gagasan, informasi, pesan, baik lisan maupun
tertulis.
Mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian kalimat
efektif
2. Menjelaskan unsur-unsur kalimat
3. Menjelaskan pola dasar kalimat
4. Menjelaskan jenis-jenis kalimat
5. Menjelaskan pengerian kalimat
efektif
6. Menjelaskan syarat-syarat
kalimat efektif
7. Menjelaskan ciri-ciri kalimat
efektif
Kalimat dan Kalimat Efektif
A. Pengertian
Kalimat adalah bagian ujaran/tulisan yang mempunyai struktur minimal subjek (S)
dan predikat (P) dan intonasi finalnya menunjukan
bagian ujaran/tulisan itu sudah
lengkap dengan makna (bernada berita, tanya, atau perintah).
B. Unsur Kalimat
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku tata bahasa lazim disebut
jabatan kata dan kini disebut peran kata, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O),
pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia sekurang-kurangnya
terdiri atas dua unsur, yakni Subjek dan Predikat. Unsur lain (O, Pel, dan Ket) dapat
wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir dalam suatu kalimat.
1. Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjuk pada pelaku, tokoh, sosok, sesuatu
hal, atau suatu masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Sebagian besar subjek
diisi oleh kata benda/frasa nominal, klausa, atau frasa verbal.
Contoh:
a. Ayahku sedang melukis.
b. Yang berbaju batik dosen saya.
c. Berjalan kaki menyehatkan badan.
Selain ciri di atas subjek juga dapat dikenali dengan cara bertanya dengan memakai
kata tanya siapa (yang) … atau apa (yang) ….
Contoh:
a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b. Di sini melayani resep obat generik.
c. Melamun sepanjang malam.
2. Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan perbuatan apa
subjek (S), yaitu pelaku/tokoh atau sosok di dalam suatu kalimat.
Contoh:
a. Kuda merumput.
b. Ibu sedang tidur siang.
c. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
Contoh kalimat yang belum mempunyai predikat (P) karena tidak ada kata-kata yang
menunjuk perbuatan, sifat/keadaan pelakunya.
a. Anak yang gendut lagi lucu itu ….
2016
2
Bahasa Indonesia
Supriyadi, S.Pd., M.Pd.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
b. Kantor yang terletak di Jalan Gatot Subroto ….
c. Bandung yang dikenal sebagai kota kembang ….
3. Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat. Objek pada umumnya
diisi oleh nomina, frasa nomina, atau klausa. Letak objek selalu di belakang predikat
yang berupa verba transitif, yaitu yang menuntut wajib hadirnya Objek.
Contoh:
a. Anita menimang ….
b. Arsitek merancang ….
c. Juru masak menggoreng ….
Jika predikat diisi verba intransitif, objek tidak diperlukan.
Contoh:
a. Nenek mandi.
b. Komputerku rusak.
c. Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi subjek kalimatnya dipasifkan.
Contoh:
a. Orang itu menipu adik saya[O].
Adik saya [S] ditipu oleh orang itu.
b. Siti mencubit lengan Cyntia [O].
Lengan Cyntia [S] dicubit oleh Siti.
4. Pelengkap
Pelengkap (Pel.) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi informasi
yang mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat.
Contoh:
a. Melengkapi struktur, misalnya:
Negara Republik Indonesia/ berdasarkan / Pancasila.
S
P
Pel.
b. Mengkhususkan makna objek, misalnya:
Ibu / membawakan / saya / oleh-oleh.
S
P
O
Pel.
5. Keterangan
Keterangan (Ket.) adalah bagian kalimat yang menerangkan predikat dan klausa
dalam sebuah kalimat.
Posisi Keterangan manasuka, di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi
keterangan adalah adverbial, frasa nomina, frasa preposisional, atau klausa.
2016
3
Bahasa Indonesia
Supriyadi, S.Pd., M.Pd.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Contoh:
a. Adi mengambilkan air minum untuk Adiknya dari kulkas. (Ket. Tempat).
b. Andi sekarang sedang belajar menyanyi. (Ket.waktu)
c. Lia memotong tali dengan gunting. (Ket. Alat)
d. Anak yang baik itu berkorban demi orang tuannya. (Ket. tujuan)
e. Polisi menyelidiki masalah narkoba dengan hati-hati. (Ket. cara)
f.
Karena malas belajar, mahasiswa itu tidak lulus ujian. (Ket. Penyebab).
C. Pola Dasar Kalimat dalam Bahasa Indonesia
Berdasarkan fungsi gramatikanya ada enam tipe kalimat yang dapat dijadikan
model kalimat dasar bahasa Indonesia, yaitu kalimar dasar bertipe:
1. Subjek - Predikat.
Lisa terseyum.
2. Subjek – Predikat – Objek.
Indonesia mengalahkan Korea Selatan.
3. Subjek – Predikat – Pelengkap.
Negara kita berlandaskan hukum.
4. Subjek – Predikat – Keterangan.
Anita tinggal di Jakarta.
5. Subjek – Predikat – Objek- Pelengkap.
Rumana membelikan Adiknya Sepeda Motor Suzuki.
6. Subjek – Predikat – Objek – Keterangan
Mahmud memasukan bungkusan itu ke dalam mobil.
D. Jenis-jenis Kalimat
1. Jenis Kalimat Menurut Strutur Gramatikanya
Menurut strukturnya, kalimat berjenis tunggal (simpleks) dan majemuk (kompleks).
Yang majemuk dapat bersifat setara (koordinatif), tidak setara (subordinatif), ataupun
campuran (koordinatif subordinatif). Semuanya dipakai dalam karangan yang baik
sesuai dengan pokok pikiran yang diajukan. Gagasan yang tunggal dinyatakan
dalam kalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat
majemuk.
a. Kalimat Tunggal (Simpleks)
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat, tetapi yang masingmasing dapat berupa bentuk majemuk.
Misalnya,
Amin (dan saya) menulis (dan membaca).
2016
4
Bahasa Indonesia
Supriyadi, S.Pd., M.Pd.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kami bekerja bakti.
Mereka menonton film di tengah kota.
b. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara terdiri atas dua suku kalimat (klausa), atau lebih, yang
bebas atau lebih. Tanda koma memisahkan suku kalimat itu jika subjeknya
berbeda, jika kata penghubungnya menunjukan pertentangan, atau jika suku
kalimat itu panjang-panjang. Gagasan yang segi-seginya sama pentingnya
(semua kalimat tunggal) di tuangkan kedalam kalimat majemuk setara.
Misalnya,
Penduduk RT kami rata-rata masih muda, tetapi warga RT Kampung Jati pada
umumnya tua-tua.
Kami membaca, dan mereka bermain pingpong.
c. Kalimat Majemuk Tak Setara (Bertingkat)
Kalimat majemuk tak setara terdiri atas satu kalimat yang bebas dan suku kalimat
atau lebih yang tidak bebas. Jalinan kalimat jenis itu menggambarkan taraf
kepentingan yang berbeda-beda di antara unsur gagasan yang majemuk.
Inti gagasan dituangkan ke dalam suku induk sedangkan pertaliannya dari sudut
pandangan waktu, sebab akibat, tujuan, dan syarat isi dengan aspek gagasan
yang lain, yang terungkap dalam suku anak, akan ternyata dari tata susunannya.
Misalnya:
Karena sudah malam, kami ingin pulang.
Para pemain boleh beristirahat jika sudah lelah.
Ketika di Jakarta, saya berkenalan dengan rekan dari daerah lain.
d. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat jenis ini terdiri dari dua suku bebas atau lebih (sifat kesetaraannya) dan
satu suku terikat atau lebih (sifat kesetaraannya).
Misalnya,
Karena sudah malam, kami berhenti dan semua kawan kami langsung pulang.
Kami pulang, tetapi semua kawan kami masih tinggal karena belum selesai
pekerjaannya.
2. Jenis Kalimat Menurut Bentuk Gayanya (Retorikanya)
Bentuk retorikanya di sini berarti rancangan, gaya, tata susunan, atau arsitektur
kalimat yang menentukan efeknya terhadap pendengar atau pembacanya. Kalimat
yang secara gramatikal sudah baik belum tentu mamuaskan dari sudut retorikanya.
Unsur kalimat harus dikendalikan dan dikelompokan; kata yang tepat harus dipilih
dan ditata, sehingga hasilnya menunjukan keserasian. Pendek kata, kalimat itu harus
2016
5
Bahasa Indonesia
Supriyadi, S.Pd., M.Pd.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
efektif. Menurut bentuk retorikanya, kalimat dapat digolongkan menjadi kalimat yang
melepas (induk-anak), kalimat yang berklimaks (anak-induk), dan kalimat yang
berimbang (setara atau campuran).
a. Kalimat yang Melepas (lose sentence)
Kalimat yang melepas, mulai dengan struktur Subjek Predikat (atau suku induk)
yang diikuti unsur tambahan yang sifatnya manasuka. Kalimat itu sudah lengkap
walaupun unsur tambahan itu dihilangkan.
Misalnya:
1) Saya tidak akan datang jika nanti hujan.
2) Kami belajar di aula.
b. Kalimat yang Berklimaks (periodic sentence)
Kalimat yang berklimaks mulai unsur tambahan yang diikuti oleh struktur utama
(atau suku induk) sehingga membangun ketegangan. Kalimat itu baru selesai
dan lengkap dengan adanya kata yang terakhir.
Misalnya,
1) Jika nanti hujan, saya tidak akan datang.
2) Belajar di aula, kami. Di aula, kami belajar. Belajar, kami di aula.
c. Kalimat yang Berimbang (balanced sentence)
Kalimat yang berimbang ialah kalimat majemuk setara atau campuran yang
strukturnya memperlihatkan kesejajaran. Gagasan yang menunjukan penalaran
yang sejalan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang bersimetri.
Misalnya,
Petatar boleh belajar, boleh bersantai.
Mereka memilih buku ini, atau menghafalkan diktat ini.
3. Jenis kalimat menurut fungsinya
a. Kalimat Pernyataan/Berita (kalimat deklaratif)
Kalimat pernyataan berita adalah kalimat yang dipakai oleh penutur untuk
menyatakan suatu berita kepada mitra komunikasinya. Dalam bahasa lisan
kalimat berita dengan intonasi turun dan pada bahasa tulis kalimat berita
bertanda baca akhir titik (.).
Contoh:
1) Pembagian beras gratis di kampungku dilakukan kemarin pagi.
2) Perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-67 berlangsung meriah.
b. Kalimat Pertanyaan (kalimat interogatif)
Kalimat pertanyaan adalah kalimat yang dipakai oleh penutur/penulis untuk
memperoleh informasi atau reaksi berupa jawaban yang diharapkan dari mitra
2016
6
Bahasa Indonesia
Supriyadi, S.Pd., M.Pd.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
komunikasinya. Pada bahasa lisan berintonasi akhir naik dan pada bahasa tulis
kalimatnya diakhiri dengan tanda Tanya (?). Selain hadirnya tanda tanya, dalam
kalimat tanya sering pula hadir kata tanya apa(kah), bagaimana, di mana, siapa,
yang mana, kapan, berapa.
Contoh:
1) Apakah barang ini milik Saudara?
2) Kapan kakakmu berangkat ke Surabaya?
3) Siapakah tokoh pendiri Perguruan Taman Siswa?
c. Kalimat Perintah/Permintaan (kalimat imperatif)
Kalimat perintah/permintaan dipakai jika penutur ingin menyuruh atau melarang
orang berbuat sesuatu. Dalam bahasa lisan kalimat ini berintonasi akhir menurun
dan pada bahasa tulis kalimat ini diakhiri dengan tanda seru atau tanda titik.
Kalimat perintah dipilah menjadi kalimat perintah suruhan, kalimat perintah halus,
kalimat perintah permohonan, kalimat perintah ajakan dan harapan, kalimat
perintah larangan, dan kalimat perintah pembiaran.
Contoh:
1) Kalimat perintah halus
a) Tolonglah bawa sepeda motor ini ke bengkel.
b) Silakan kamu pergi ke belakang sekarang.
c) Keputusan itu kiranya dapat kamu perhatikan.
2) Kalimat perintah langsung:
a) Pergilah kamu sekarang!
b) Ayo, cari buku itu sampai dapat!
c) Mari kita bernyanyi bersama-sama!
3) Kalimat perintah larangan langsung
a) Janganlah kamu pergi sekarang!
b) Jangan buang sampah di sini!
4) Kalimat perintah larangan halus
a) Terima kasih Anda tidak merokok!
b) Terima kasih Anda tidak bercanda di ruangan ini!
5) Kalimat permintaan/permohonan
Mohon hadiah ini Bapak terima.
6) Kalimat perintah ajakan dan harapan
Ayolah, kita belajar.
7) Kalimat perintah pembiaran
a) Biarkan(lah) dia di sini sebentar.
b) Biarlah dia menemani orang tuanya.
2016
7
Bahasa Indonesia
Supriyadi, S.Pd., M.Pd.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
d. Kalimat Seruan (kalimat ekslamatif)
Kalimat seruan dipakai oleh penutur untuk mengungkapkan perasaan emosi
yang kuat, termasuk kejadian yang tiba-tiba dan memerlukan reaksi spontan.
Pada bahasa lisan kalimat ini berintonasi naik dan pada bahasa tulis ditandai
dengan tanda seru atau tanda titik pada akhir kalimatnya.
Contoh:
1) Hai, ini dia yang kita cari!
2) Wah, pintar benar anak ini.
e. Kalimat Tidak Lengkap (Kalimat Minor)
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak berpredikat atau tidak bersubjek.
Contoh:
1) Dilarang masuk.
2) Angkat tangan!
3) Selamat jalan.
f.
Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjek sehingga
membentuk pola Predikat Subjek (P-S).
Contoh:
1) Menangis pacarku karena sedihnya.
2) Matikan televisi itu.
E. Kalimat Efektif
1. Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur/penulis
secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara
tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang mampu menjembatani
timbulnya pikiran yang sama antara penulis/penutur dan pembaca/pendengar.
Kalimat efektif harus dapat mewakili pikiran penulis/pembicara secara pas dan jitu
sehingga pendengar/pembaca akan memahami pikiran tersebut dengan mudah,
jelas, dan lengkap seperti yang dimaksud oleh penulis/pembicaranya.
2. Syarat-syarat Kalimat Efektif
Untuk dapat mencapai keefektifan tersebut, kalimat efektif harus memenuhi paling
tidak enam syarat, yaitu adanya (1) kesatuan, (2) kepaduan, (3) keparalelan, (4)
ketepatan, (5) kehematan, dan (6) kelogisan.
a. Kesatuan
2016
8
Bahasa Indonesia
Supriyadi, S.Pd., M.Pd.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Yang dimaksud dengan kesatuan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam
sebuah kalimat. Dengan satu ide itu kalimat boleh panjang atau pendek,
menggabungkan lebih dari satu unsur pilihan, bahkan dapat mempertentangkan
unsur pilihan, yang satu dan yang lainnya asalkan ide atau gagasan kalimatnya
satu.
Artinya,
dalam
setiap
kalimat
hanya
ada
satu
maksud
utama
penulis/pembicara, dan maksud itu harus dapat dikenali dan dipahami oleh
pembaca/pendengar.
Contoh kalimat yang tidak jelas kesatuan gagasannya
1) Dalam pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik. (memakai
kata depan yang salah sehingga gagasan kalimat menjadi kacau)
2) Berdasarkan
agenda
sekretaris
manajer
personalia
akan
memberi
pengarahan kepada pegawai baru. (tidak jelas siapa yang memberi
pengarahan)
Contoh kalimat yang jelas kesatuan gagasannya:
1) Pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik.
2) Berdasarkan
agenda
sekretaris,
manajer
personalia
akan
memberi
pengarahan kepada pegawai baru.
b. Kepaduan (Koherensi)
Yang dimaksud dengan koherensi adalah terjadinya hubungan yang padu antara
unsur-unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah
kata, frasa, klausa, tanda baca, dan fungsi sintaksis (S-P-O-Pel-Ket).
Contoh kalimat yang unsurnya tidak koheren:
1) Saya punya rumah baru saja diperbaiki (struktur kalimat tidak benar/rancu)
2) Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani. (unsur S-P-O
tidak berkaitan erat)
Contoh kalimat yang unsurnya koheren:
1) Rumah saya baru saja diperbaiki.
2) Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.
c. Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan atau kesejajaran adalah terdapatnya unsurunsur yang sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang
dipakai di dalam kalimat. Umpamanya dalam sebuah perincian, jika unsur
pertama menggunakan verba, unsur kedua dan seterusnya juga harus verba.
Jika unsur pertama berbentuk nomina, unsur berikutnya harus berbentuk nomina.
Contoh kesejajaran atau paralelisme yang salah:
1) Demikianlah agar Ibu maklum, dan atas perhatiannya saya ucapkan terima
kasih.
2016
9
Bahasa Indonesia
Supriyadi, S.Pd., M.Pd.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2) Dalam rapat itu diputuskan tiga hal pokok, yaitu peningkatan mutu produk,
memperbanyak penyiaran iklan, dan pemasaran yang lebih gencar.
Contoh kesejajaran atau paralelisme yang benar:
1) Demikianlah agar Ibu maklum, dan atas perhatian Ibu, saya ucapkan terima
kasih.
2) Dalam rapat itu diputuskan tiga hal pokok, yaitu meningkatkan mutu produk,
meninggikan frekuensi iklan, dan menggencarkan pemasaran.
d. Ketepatan
Yang dimaksud dengan ketepatan adalah kesesuaian/kecocokan pemakaian
unsur-unsur yang membentuk suatu kalimat sehingga tercipta pengertian yang
bulat dan pasti. Di antara semua unsur yang berperan dalam pembentukan
kalimat, harus diakui bahwa kata memegang peranan penting. Tanpa kata,
kalimat tidak akan ada. Akan tetapi, perlu diingat ada kalanya kita harus memilih
dengan akurat satu kata, satu frasa, satu idiom, satu tanda baca dari sekian
pilihan demi terciptanya makna yang bulat dan pasti.
Dalam praktik di lapangan baik dalam wacana lisan maupun wacana tulis, masih
banyak pemakai bahasa yang mengabaikan masalah ketepatan pemakaian
unsur-unsur pembentuk kalimat. Akibatnya, kalimat yang dihasilkan pun tidak
tinggi kualitasnya. Perhatikan contoh kasus di bawah ini.
Contoh penulisan kalimat yang tidak memperhatikan faktor ketepatan:
1) Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sehingga petang.
(salah dalam pemakaian kata dari dan sehingga)
2) Manajer saya memang orangnya pintar. Dia juga bekerja dengan dedikasi
tinggi terhadap perusahaan. Namun demikian, dia... (salah memakai frasa
namun demikian)
Contoh penulisan kalimat yang memperhatikan faktor ketepatan:
1) Karyawan teladan itu memang tekun bekerja sejak pagi sampai petang.
2) Manajer saya memang orangnya pintar. Dia juga bekerja dengan dedikasi
tinggi terhadap perusahaan. Walaupun demikian, dia ....
e. Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan ialah adanya upaya menghindari pemakaian
kata yang tidak perlu. Hemat di sini berarti tidak memakai kata-kata mubazir;
tidak mengulang subjek; tidak menjamakkan kata yang memang sudah
berbentuk jamak. Dengan hemat kata, kalimat akan menjadi padat berisi.
Contoh kalimat yang tidak hemat kata:
1) Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri mahasiswa itu belajar
sepanjang hari dari pagi sampai sore.
2016
10
Bahasa Indonesia
Supriyadi, S.Pd., M.Pd.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2) Dalam pertemuan yang mana hadir wakil gubernur dilakukan suatu
perundingan yang membicarakan tentang perparkiran.
Contoh kalimat yang hemat kata:
1) Saya melihat sendiri mahasiswa itu belajar seharian.
2) Dalam pertemuan yang dihadiri wakil gubernur dilakukan perundingan
tentang perparkiran.
f.
Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah terdapatnya arti kalimat yang logis/masuk
akal. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang sistematis
(runtut/teratur dalam penghitungan angka dan penomoran). Sebuah kalimat yang
sudah benar strukturnya, sudah benar pula pemakaian tanda baca, kata, atau
frasanya, dapat menjadi salah jika maknanya lemah dari segi logika berbahasa.
Perhatikan contoh kalimat yang lemah dari segi logika berbahasa berikut ini.
1) Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki. (tidak ada
hubungan antara tinggal di asrama putra dengan mempunyai anak laki-laki).
2) Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan, selesailah makalah ini tepat
pada waktunya (berarti ”modal” untuk menyelesaikan makalah cukuplah
ucapan syukur kepada Tuhan)
3. Ciri-ciri Kalimat Efektif
a. Kesepadanan Struktur
Kesepadanan Struktur artinya keseimbangan antara gagasan dan struktur
bahasa.
Ciri-ciri kesepadanan struktur
1) Tidak menempatkan kata depan di awal subjek
Agar posisi Subjek dan Predikat dapat diketahui dengan jelas, hindari
pemakaian kata depan (antaralain: di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai,
tentang, mengenai, dan menurut) di awal Subjek.
Contoh:
a) Mengenai pembahasan program ini belum dipahami peserta rapat.
bukan Subjek
Pembahasan program ini belum dipahami peserta rapat.
Subjek
Predikat
Objek
b) Bagi para peserta diminta menandatangani daftar hadir lebih dulu.
bukan Subjek
Para peserta diminta menandatangani daftar hadir lebih dulu. (benar)
Subjek
2016
11
Bahasa Indonesia
Supriyadi, S.Pd., M.Pd.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
c) Sebagai tanda kelulusan adalah sertifikat.
bukan Subjek
Tanda kelulusan adalah sertifikat.
Subjek
Predikat
2) Menghindari subjek yang ganda (Dua subjek dalam kalimat tunggal)
Contoh:
Pembuatan makalah ini kami bekerja sama dalam tim. (Salah)
Subjek 1
Subjek 2
Yang benar:
a. Makalah ini
Subjek
kami buat
dengan bekerja sama dalam tim.
Pred. (= dibuat)
Ket. Cara
b) Kami membuat makalah ini dengan bekerja sama dalam tim.
Subjek Pred.
Objek
Ket. Cara
c) Ketika membuat makalah ini kami bekerja dalam tim.
Ket. Waktu
S
Pred.
Ket.
3) Tidak menjadikan anak kalimat sebagai kalimat tunggal
Kata penghubung (antara lain: ketika, sewaktu, dan, dalam) tidak dapat
berdiri sendiri di awal kalimat tunggal. Kata penghubung seperti ini hanya
terdapat pada kalimat majemuk.
Dengan kata lain, anak kalimat dari kalimat majemuk tidak dapat dipenggal
dari induk kalimatnya untuk berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal.
Contoh:
Saya sudah siap.
Ketika
kesempatan beasiswa itu datang.
Sewaktu
(Salah)
bukan kalimat karena tidak memiliki subjek
Saya sudah siap
ketika
kesempatan beasiswa itu datang.
sewaktu
Subjek
Predikat
Keterangan
(Benar)
Induk Kalimat
2016
12
Bahasa Indonesia
Supriyadi, S.Pd., M.Pd.
Anak Kalimat
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4) Tidak menempatkan kata yang di depan predikat
Contoh:
Kewajiban yang dijalankan dengan sungguh-sungguh. (Salah)
bukan predikat
bukan kalimat karena tidak memiliki predikat
Kewajiban yang dijalankan dengan sungguh-sungguh menunjukkan
Subjek
rasa tanggung jawab. (Betul)
Objek
Kewajiban dijalankan dengan sungguh-sungguh. (Benar)
Subjek
Predikat
Keterangan
b. Keparalelan Bentuk
Menunjukkan kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat.
Contoh:
Langkah yang diperlukan adalah menyediakan lapangan kerja dan pemberian
kursus singkat. (Salah)
Langkah yang diperlukan adalah menyediakan lapangan kerja dan memberikan
kursus singkat. (Betul)
Cara penanggulangan yang diperlukan adalah penyediaan lapangan kerja dan
pemberian kursus singkat. (Benar)
c. Ketegasan Makna
Suatu perlakuan untuk menonjolkan ide pokok kalimat, dengan cara:
1) Meletakkan kata yang ditonjolkan di depan kalimat;
2) Membuat urutan kata secara bertahap;
3) Melakukan pengulangan kata;
4) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan; dan
5) Mempergunakan partikel penekan (penegasan).
Contoh:
1) Meletakkan kata yang ditonjolkan di depan kalimat
a) Bekerja sama memerlukan keterbukaan hati untuk menghargai orang
lain.
b) Keterbukaan hati diperlukan untuk bekerja sama.
c) Hasil kerja sama jauh lebih sempurna dibandingkan dengan hasil
perseorangan
2016
13
Bahasa Indonesia
Supriyadi, S.Pd., M.Pd.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
d) Kesempurnaan lebih mudah dicapai lewat kerja sama daripada hanya
lewat upaya perseorangan.
2) Membuat urutank secara bertahap
a) Kemarin, hari ini, esok, dan hari-hari selanjutnya diharapkan Anda
tetap memilih produk kami.
b) Tua atau muda, besar ataupun kecil, kesemuanya dapat memanfaatkan
produk ini.
3) Melakukan pengulangan kata
a) Kami selalu mengutamakan mutu, kami selalu mengutamakan
kepuasan Anda.
b) Kepercayaan Anda adalah tujuan kami, kepercayaan Anda adalah
kebanggaan kami.
4) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
a) Bukan
hanya
perusahaan
besar
yang
kami
layani,
pembeli
perorangan pun tetap kami layani dengan kesungguhan hati.
b) Kami tidak menjual janji, tetapi kami memberikan bukti.
5) Mempergunakan partikel penekan
a) Andalah yang kami pilih sebagai mitra kami.
b) Dari semua produk yang beredar di pasaran, produk kamilah yang dipilih
oleh tujuh puluh persen responden.
d. Kehematan Kata
Hemat di dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap
tidak perlu. Penghematan dilakukan terhadap kata yang memang tidak
diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Caranya, antara lain dengan:
1) Menghilangkan subjek yang berulang (sunjek ganda)
Para peserta tampil penuh semangat karena mereka ingin memenangkan
lomba.
Kalimat dihemat dengan menghilangkan subjek mereka yang merupakan
kata pengganti dari subjek para peserta.
Para peserta tampil penuh semangat karena (0) ingin memenangkan lomba.
2) Menghilangkan salah satu dari dua kata yang berdampingan karena
maknanya sudah tercakup
batu kerikil kerikil (makna batu sudah tercakup dalam kata kerikil)
besi baja baja (makna besi sudah tercakup dalam kata baja)
2016
14
Bahasa Indonesia
Supriyadi, S.Pd., M.Pd.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bara panas bara (makna panas sudah tercakup dalam kata bara)
3) Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat
naik ke atas naik atau ke atas (ke atas bermakna sama dengan kata naik)
hanya saja hanya atau saja (hanya bermakna sama dengan kata saja)
tinggi semampaitinggi atau semampai (tinggi bermakna sama dengan
semapai)
4) Tidak Menjamakkan Kata-kata yang Bermakna Jamak
Contoh kata bermakna jamak:
Contoh kata yang menjamakkan kata
yang didampinginya:
Tetamu
Para
Masyarakat
Beberapa
Hadirin
Warga
Kata-kata yang bermakna jamak apabila ditambahi dengan kata penjamak
(seperti para dan beberapa) menjadi tidak efektif karena makna jamak
menjadi berlebihan.
Contoh penjamakan tidak efektif
Contoh penjamakan efektif
Para tetamu
Tetamu
Para hadirin
Hadirin
Para anggota masyarakat
Para anggota warga atau Anggota
Para warga
warga
d. Kecermatan Penalaran
Kalimat tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pemilihan kata.
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapat beasiswa.
diperjelas menjadi:
1) Mahasiswa yang terkenal itu mendapat beasiswa.
atau
2) Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal itu mendapat beasiswa.
e. Kepaduan Gagasan
Informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.
Ciri kalimat yang padu:
1) Mencerminkan cara berpikir yang sistematis dan tidak bertele-tele
Contoh kalimat yang kurang sistematis dan bertele-tele:
2016
15
Bahasa Indonesia
Supriyadi, S.Pd., M.Pd.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sebelum menulis sebuah tulisan ilmiah kita perlu membuat garis besar
tulisan agar dapat menjadi pedoman.
Sebelum itu, perlu pula didahului
dengan kajian pustaka ataupun kajian lapangan. Tahap berikutnya tuangkan
gagasan dalam bentuk tulisan apa adanya tanpa terpaku pada aturan yang
baku. Apabila telah selesai terakhir barulah lakukan tahap mengedit agar
sesuai dengan aturan yang baku dan menyesuaikan dengan kaidah tata
bahasa. (Rangkaian urutan tahapan penulisan tidak sistematis dan berteletele).
Perbaikan:
Tulisan ilmiah perlu diawali dengan kajian pustaka ataupun lapangan.
Setelah itu perlu dibuat garis besar tulisan sebagai pedoman. Pada tahap
awal tuliskan semua gagasan tanpa terikat berbagai aturan yang baku.
Apabila semua gagasan telah selesai dituliskan maka langkah terakhir adalah
pengeditan agar sesuai dengan pedoman penulisan dan kaidah tata bahasa.
2) Tidak Menyisipkan Kata tentang atau daripada di antara Predikat Kata Kerja
dan Objek Penderita
… membicarakan tentang ….
… membahas daripada ….
g. Kelogisan Bahasa
Ide kalimat dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan.
Contoh kalimat yang tidak logis:
Sambil menunggu kabar lebih lanjut, kami mengucapkan terima kasih.
Berhubung satu dan lain hal, acara ini terpaksa ditunda.
Perbaikan:
1) Kami menunggu kabar lebih lanjut. Terima kasih atas perhatian yang
Saudara berikan.
2) Karena jumlah peserta tidak memenuhi persyaratan minimal, acara ini
terpaksa kami tunda.
2016
16
Bahasa Indonesia
Supriyadi, S.Pd., M.Pd.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Alek A dan H. Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Alwi, Hasan, dkk. 2003.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademika Pressindo
Finoza, Lamuddin. 2010. Komposisi Bahasa Indonesia. Cet. Ke-XVIII. Jakarta: Diksi Insan
Mulia.
Keraf, Gorys. 1994. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Cet. Ke- 10.
Ende: Nusa Indah.
Satata, Sri, Devi Suswandari dan Dadi Waras Suhardjono. 2012. Bahasa Indonesia Mata
Kuliah Pengembang Kepribadian. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Widjono, Hs. 2008. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.
2016
17
Bahasa Indonesia
Supriyadi, S.Pd., M.Pd.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download