IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU PROGRAM PEMBELAJARAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) AL-AZHAR BANDUNG TULUNGAGUNG Agus Zaenul Fitri STAIN Tulungagung Jl. Mayor Sujadi Timur 46 Tulungagung ABTRACT The Islamic Elementary School (MI) Al Azhar is one of private islamic elementary school that has central of excellence-oriented in implementing quality of learning program. In this program, it doesn’t only develop the students intelligence but also develop emotional aspect, social aspect, and spiritual aspect. In this study, there are research finding; 1) Policy in planning. 2) Teachers management oriented in competence and professional achievement. 3) Students management. 4) Learning management. 5) Method Management. 6) Learning resources management. 7) Media management. 8) Internal-external environment management. 9) Evaluation supervision. Kata Kunci: Manajemen, Mutu, Program, Pembelajaran. PENDAHULUAN Kualitas pendidikan saat ini merupakan harapan setiap lembaga yang berorientasi pada mutu. Hal ini yang mendorong semua pihak terumata lembaga pendidikan untuk berlomba-lombo menjadikan institusinya sebagai center for excellence (pusat keunggulan). Implikasinya adalah munculnya sekelompok masyarakat yang mulai melihat madrasah sebagai salah satu model pendidikan yang berkualitas dengan bercirikhaskan agama. Kecenderungan atau gejala baru yang terjadi di masyarakat akhir-akhir ini memberikan dampak pada adanya tuntutan dan harapan tentang model pendidikan yang mereka harapkan. Dalam kaitan ini madrasah memiliki peluang besar untuk memenuhi tuntutan masyarakat tersebut. Gejala sosial baru dan implikasinya terhadap pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, terjadinya mobilitas sosial yakni munculnya masyarakat menengah baru terutama kaum intelektual yang akhir-akhir ini mengalami perkembangan pesat. Kelas menengah baru senantiasa memiliki peran besar dalam proses transformasi sosial, di bidang pendidikan misalnya akan berimplikasi pada tuntutan terhadap fasilitas pendidikan yang sesuai dengan aspirasinya baik cita-citanya maupun status sosialnya. Karena itu lembaga pendidikan yang mampu merespon dan mengapresiasi tuntutan masyarakat tersebut secara cepat dan cerdas akan menjadi pilihan masyarakat ini. Kedua, munculnya kesadaran baru dalam beragama (santrinisasi), terutama pada masyarakat perkotaan kelompok masyarakat menengah atas, sebagai akibat dari proses re-islamisasi yang 218 DINAMIKA, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2013: 97-120 dilakukan secara intens oleh organisasi-organisasi keagamaan, lembaga-lembaga dakwah atau yang dilakukan secara perorangan. Terjadinya santrinisasi masyarakat elit tersebut akan berimplikasi pada tuntutan dan harapan akan pendidikan yang mengaspirasikan status sosial dan keagamaannya. Sebab itu pemilihan lembaga pendidikan didasarkan minimal pada dua hal tersebut, yakni status sosial dan agama. Ketiga, globalisasi yang demikian cepat perlu disikapi secara arif. Modernisasi dengan berbagai macam dampaknya perlu disiapkan manusia-manusia yang memiliki dua kompetensi sekaligus; yakni Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) serta Iman dan Taqwa (Imtaq). Kelemahan di salah satu kompetensi tersebut menjadikan perkembangan anak tidak seimbang, yang pada akhirnya akan menciptakan pribadi yang pincang (split personality), sebab itu pontensi-potensi insaniyah yang meliputi kedua hal tersebut secara bersamaan harus diinternalisasi dan dikembangkan pada diri anak didik. Arus globalisasi dan modernisasi tersebut akhirnya berimplikasi pada tuntutan dan harapan masyarakat terhadap pendidikan yang disamping dapat mengembangkan potensi-potensi akademik ilmu pengetahuan dan teknologi juga internalisasi nilai-nilai riligiusitas. Data Human Development Indeks (HDI) tahun 2011, menunjukkan bahwa Indonesia menempati posisi 124 dari 187 negara jauh turun dari tahun sebelumnya, sedangkan Malaysia berada pada posisi 61. Pada tahun 2008 Indonesia menempati posisi 109 jauh di bawah Malaysia yang menempati posisi 63 dari 179 Negara di dunia, bahkan turun dua peringkat dari tahun sebelumnya yang menempati posisi 107 pada tahun 2007. Tiga faktor pertama, menempatkan sumber daya manusia (SDM) sebagai faktor yang strategis dalam globalisasi ekonomi dan teknologi informasi. Tuntutan kebutuhan utama pengembangan SDM harus memiliki kemampuan dalam mengembangkan inovasi, kreatifitas, membangun jaringan kerjasama, mengembangkan dan mendayagunakan teknologi serta mengelola dan mengembangkan sumber daya yang dimiliki.1 Lembaga pendidikan yang berkualitas pada gilirannya dipercaya dapat melahirkan lulusan yang berkualitas, lulusan yang berkualitas akan dapat dengan mudah memasuki jenjang pendidikan di atasnya dan seterusnya sampai dalam rangka memasuki dunia kerja sebagaimana diharapkan. Jika orang tua benar-benar mengerti persoalan pendidikan niscaya ia akan menyekolahkan anaknya ke lembaga-lembaga yang berkualitas, yaitu lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat guru-guru yang cakap dan berwawasan luas, perpustakaan dan laboratoriumnya lengkap, pembinaannya intensif dan sungguh-sungguh, dan suasananya kondusif untuk membelajarkan orang. Oleh karena itu sebenarnya, lebih baik dan juga lebih strategis mengelola beberapa buah lembaga pendidikan tetapi kualitasnya diperhitungkan dan dapat mempunyai dampak politis, ekonomis dan sosiologis yang besar dari pada mengelola ribuan bahkan puluhan ribu tetapi tidak dapat dibanggakan dan justru menjadi beban dan posisinya selalu terancam. Madrasah Ibitidaiyah (MI) Al-Azhar Tulungagung merupakan Madrasah Ibtidaiyah yang mengimplementasikan manajemen mutu program pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar para siswanya. Dari tahun ke tahun prestasi MI Al-Azhar terus meningkat yang ditunjukkan melalui pencapaian prestasi non akademiknya juga cukup tinggi, terbukti dengan banyaknya piala kejuaraan dari 1 www.google/humandevelopmentindek/php/ diakses 24 juni 2011 A.Jauhar Fuad, Makna Simbolik Tradisi... 219 berbagai lomba yang telah diperolehnya, baik tingkat daerah maupun tingkat nasional. MI Al-Azhar adalah madrasah swasta yang mempunyai orientasi pendidikan masa depan, lembaga tersebut termasuk lembaga pendidikan Islam berprestasi baik dari segi akademik maupun non akademik. Keberhasilan MI Al-Azhar mewujudkan diri sebagai madrasah dengan program yang berkualitas, tidak terlepas dari manajemen pembelajaran yang efektif. Manajemen program pembelajaran yang berkualitas akan menghasilkan siswa yang kualitas pula dalam prestasinya. Perkembangan selanjutnya MI Al-Azhar melakukan berbagai langkah terobosan terutama yang berkaitan dengan inovasi pembelajaran. Karenanya guru dan karyawan harus kreatif, kaya ide dan gagasan. Dari tahun ke tahun, manajemen pendidikan di MI Al-Azhar selalu melakukan pembenahan untuk peningkatan kualitas secara terus menerus (continues quality improvement) sebagai respon terhadap dinamika era globalisasi. Sejalan dengan itu pengelola MI Al-Azhar berupaya terus menerus meningkatkan kualitas SDM dengan mengikutkan para pegawai untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai pelatihan, seminar, dan program lain yang menunjang proses pembelajaran yang berkualitas. Berkat kerja keras dan upaya sungguh-sungguh dari setiap elemen yang ada di MI Al-Azhar, maka berhasil mengantongi Akreditasi A (Unggul). Di samping hal tersebut di atas, tingginya minat orang tua untuk menyekolahkan ke MI Al-Azhar juga dapat menjadi pertimbangan. Dari fenomena tersebut, menarik untuk dikaji dan diadakan penelitian (research), tentang manajemen mutu program pembelajaran di MI Al-Azhar dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran. Selain hal di atas, keunikan yang peneliti dapatkan di lapangan adalah bahwa MI Al-Azhar dalam mengimplementasikan program pembelajaran telah melakukan kegiatan penjaminan mutu, misalnya: (1) bahwa setiap siswa kelas 5 dijamin bisa membaca Al-Qur’an sesuai dengan tajwid dan makhorijul khuruf dengan metode Ummi; (2) menjamin setiap siswa saat kelas 6 telah mampu melaksanakan shalat Rawatib dan Dhuha beserta bacaan dan do’a secara jahr; (3) menggunakan standar Cambrige pada program pembelajaran untuk mata pelajaran Matematika, IPA dan Bahasa Inggris. Di samping alasan-alasan di atas, ketertarikan peneliti untuk menjadikan MI Al-Azhar sebagai situs penelitian juga didasarkan atas pelaksanaan manajemen mutu program yang terpadu antara pendidikan Play Group dan Madrasah Ibtidaiyah, sehingga tampak bahwa program pembelajaran telah dirancang sedemikian rupa guna meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajarannya. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan menfokuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1) Bagaimana Implementasi manajemen mutu program pembelajaran di MI AlAzhar Bandung Tulungagung? 2) Upaya apa saja yang dilakukan guru dalam mendukung manajemen mutu program pembelajaran di MI Al-Azhar Bandung Tulungagung? Tujuan Penelitian. Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk menjelaskan (explanatory) bagaimana manajemen pembelajaran di MI Al-Azhar Bandung Tulungagung. 220 DINAMIKA, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2013: 97-120 Berangkat dari eksplorasi tersebut diharapkan diperoleh suatu gambaran umum tentang bentuk manajemen pembelajaran madrasah yang baik. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengembangkan bangunan teori (theory building) berdasarkan data lapangan, setidaknya bertingkat teori substantif, yang diharapkan bisa mendeskripsikan dan menjelaskan tentang implementasi manajemen mutu program pembelajaran. Adapun secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memahami dan menjelaskan tentang implementasi manajemen mutu program pembelajaran di MI Al-Azhar Bandung Tulungagung? 2. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tentang upaya apa saja yang dilakukan guru dalam mendukung manajemen mutu program pembelajaran di MI Al-Azhar Bandung Tulungagung? Manfaat Penelitian. Pada dasarnya penelitian bukanlah untuk tujuan deskriptif semata, melainkan seperti yang terdapat dalam rumusan masalah dan tujuan penelitian yakni juga untuk tujuan explanation (menjelaskan). Tujuan eksplanasi tersebut untuk mengembangkan teori (theory building), khususnya tentang manajemen mutu program pembelajaran madrasah. Temuan dari penelitian setidaknya dapat memberikan kontribusi guna memperkaya khasanah teoritik tentang manajemen pembelajaran bagi ilmuan dan praktisi pendidikan pada khususnya. Hasil penelitian ini, diharapkan bermanfaat secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, penelitian ini akan berguna sebagai bahan masukan bagi perumusan konsep tentang manajemen di bidang pendidikan, khususnya tentang manajemen pembelajaran dalam upaya empowerment dan improvement. Hasil penelitian ini pada akhirnya diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar untuk membangun konsep dan teori penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kajian ini. Adapun secara praktis, hasil penelitian ini menjadi bahan masukan berharga bagi para praktisi pendidikan, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, para pendidik, dalam mengelola pembelajaran yang baik, dan bagi para pemerhati pendidikan Islam terutama untuk melakukan penelitian lebih mendalam, guna memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan lembaga pendidikan Islam pada umumnya. METODE PENELITIAN Paradigma Penelitian. Penelitian ini menggunakan paradigma naturalistik atau biasa disebut juga dengan paradigma interpretif atau non positivistik. Paradigma ini biasa digunakan dalam penelitian kualitatif. Sesuai dengan fungsi ilmu pengetahuan pada umumnya, penggunaan paradigma naturalistik dimaksudkan agar dapat menjelaskan dan menerangkan apa sifat, karakteristrik dan kaitan sebab akibat atau pengaruh mempengaruhi tentang peristiwa dan fenomena budaya organisasi pada sekolah yang diteliti. Di samping itu paradigma naturalistik digunakan karena memungkinkan peneliti menemukan pemaknaan (meaning) dan pemahaman (understanding) dari setiap fenomena sehingga diharapkan dapat menemukan kearifan lokal, kearifan tradisional, people knowledge dan teoti-teori dari subyek yang diteliti. A.Jauhar Fuad, Makna Simbolik Tradisi... 221 Pendekatan dan Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran mendalam tentang manajemen mutu program pembelajaran di MI Al-Azhar. Data dikumpulkan dari latar yang alami (natural setting) sebagai sumber data langsung. Pemaknaan terhadap data tersebut hanya dapat dilakukan apabila diperoleh kedalaman atas fakta yang diperoleh. Penelitian ini diharapkan dapat menemukan sekaligus mendeskripsikan data secara menyeluruh dan utuh mengenai manajemen mutu program pembelajaran di madrasah. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat membangun suatu teori secara induktif dari abstraksi-abstraksi data yang dikumpulkan tentang manajemen mutu program pembelajaran di madrasah berdasarkan temuan makna dalam latar yang alami. Lokasi Penelitian. Penelitian ini ini dilakukan MI Al-Azhar Bandung Tulungagung dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. MI Al-Azhar adalah salah satu MI yang telah mendapat reputasi baik dengan hasil Akreditasi ”A”. 2. MI Al-Azhar dapat menjadi unit pilot project pengembangan mutu program pembelajaran di Madrasah. 3. Memiliki karakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian. 4. Mudah diakses dan dijangkau sesuai dengan prinsip kapabilitas dan jangkauan dalam mengambil dan mengolah data hasil penelitian. Informan penelitian. Sumber data atau informan penelitian (subyek penelitian) ini adalah informan yang dipilih secara purposif (purposive sampling), yakni pemilihan sampel dengan pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan pada subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data dan bersedia memberikan data. Sebagaimana diungkapkan Bogdan and Biklen bahwa dalam format penelitian studi kasus yang dijadikan sumber data (subyek penelitian adalah sumber yang menunjuk pada manusia/individu atau kelompok, dokumen atau kondisi).2 Sumber data dapat berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang dapat memberikan informasi dan diobservasi. Peneliti dalam hal ini mengumpulkan data berdasarkan informasi dan observasi situasi yang wajar, bersahabat sebagaimana adanya, tanpa ada pengaruh merekayasa. Informan penelitian ini meliputi: (1) Kepala sekolah dan wakil kepala sekolah; (2) Para guru; (3) Para Siswa; dan (4) Karyawan. Teknik Pengumpulan Data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (indepth interview), observasi partisipan (parsicipant observation), dan dokumen. Teknik Analisis Data Analisis data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah analisis data pada satu subyek. Data tersebut terdiri dari kata-kata yang deskripsinya memerlukan 2 Bogdan, Robert C. dan Biklen. 1982. Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston, hlm. 56 222 DINAMIKA, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2013: 97-120 interprestasi guna diketahui makna dari kata, maka penganalisisan data yang dilakukan dalam penelitian ini mengikuti dua model seperti yang dianjurkan Marshall dan Rossman yakni selama proses pengumpulan data dan sesudah pengumpulan data. Dalam penelitian deskriptif, analisa data dilakukan sejak awal dan sepanjang proses penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini, digunakan analisis data dari Miles dan Huberman dengan prosedur “reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan/verifikasi” sebagai berikut: 3 Menarik Kesimpulan dan Verifikasi. Verifikasi data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian berlangsung. Sejak awal memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data peneliti berusaha menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan yaitu mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering timbul, dan sebagainya yang dituangkan dalam kesimpulan yang bersifat tentatif, tetapi dengan bertambahnya data melalui proses verifikasi secara terus menerus, maka dapat diperoleh kesimpulan yang bersifat “grounded”. Dengan kata lain setiap kesimpulan senantiasa terus dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung. Komponen-komponen analisis data tersebut yang kemudian oleh Miles dan Huberman disebut sebagai “model interaktif”. 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Implementasi Manajemen Mutu Program Pembelajaran di MI Al-Azhar Tulungagung. Pembuatan Kebijakan Mutu dalam Meningkatkan Mutu Program Pembelajaran. Untuk meningkatkan kualitas program pembelajaran, maka dilakukan berbagai kebijakan mutu yang disusun dalam kegiatan perencanaan yang didasarkan pada: Prinsip amanah. Dalam melakukan proses perencanaan prinsip utama yang digunakan MI AlAzhar Tulungagung adalah berdasarkan pada sikap amanah yang telah diberikan orang tua siswa. Hal ini sesuai dengan pandangan Bafadhal (2003: 43) bahwa dalam membuat perencanaan harus di dasarkan atas kebutuhan bersama dan memperkirakan masa depan atau masa yang akan datang. Berdasarkan hasil pengamatan selama ini penulis menemukan bahwasanya MI Al-Azhar Tulungagung dalam hal ini kepala sekolah berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik kepada orang tua siswa. Melalui sikap amanah ini akan dicapai tujuan yang telah ditentukan. Prinsip ini memiliki kesamaan dengan pendapat Bafadhal yaitu: perencanaan harus mempertimbangkan aspek kebijakan, anggaran, prosedur, aturan, metode, kriteria-kriteria untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.5 Hasil pencapaian dan evaluasi pembelajaran sebelumnya. 3 Miles and Huberman, 1992. Analisis Data Kualitatif. UI Press: Jakarta. Hlm. 18 Ibid, hlm. 52 5 Ibrahim Bafadhal. 2003. Manajemen …., hlm. 43 4 A.Jauhar Fuad, Makna Simbolik Tradisi... 223 Pertimbangan kedua dalam proses perencanaan MI Al-Azhar Tulungagung mendasarkan pada hasil evaluasi pembelajaran sebelumnya. Jika lebih diperjelas lagi, untuk membuat perencanaan MI Al-Azhar Tulungagung bertolak dari hasil evaluasi pembelajaran sebelumnya. Cara ini digunakan oleh MI Al-Azhar Tulungagung dalam proses perencanaan agar supaya target pembelajaran yang belum dicapai dapat diraih pada tahun berikutnya perencanaan harus memperhatikan masa kenyataan masa kini agar supaya dapat mencapai tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan, sehingga tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan. Penetapan target dan program yang akan dicapai. Proses perencanaan pembelajaran di samping didasarkan pada dua pertimbangan di atas, yaitu prinsip amanah dan hasil evaluasi sebelumnya, Selanjutnya MI Al-Azhar Tulungagung melakukan penetapan target dan program yang akan dicapai. Terry menyatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang harus dilakukan oleh kelompok untuk mendapai tujuan yang ditetapkan. Secara berurutan penetapan target dan pogram yang dicapai dilakukan melalui tahapan-tahapan. Pertama, adalah melihat hasil evaluasi sebelumnya dengan memperhatikan pencapaian kompetensi dasar minimal para siswa. Kedua, memperhatikan sumberdaya baik manusia maupun non-manusia dalam upaya mendukung proses pembelajaran, ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan sekolah. Ketiga, menentukan target dan strategi pada pembelajaran selanjutnya, baik target pencapaian kompetensi dasar siswa maupun target-target pembelajaran yang lain Setelah dikaji secara mendalam, secara garis besar temuan penelitian ini memiliki kesamaan dengan apa yang diungkapkan Nana Sudjana bahwa perencanaan merupakan proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan terhadap tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang, sehingga target dan tujuan tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Pengelolaan Komponen Pembelajaran dalam Meningkatkan Mutu. Pengelolaan Siswa. Siswa merupakan salah satu komponen dalam pembelajaran, di samping faktor guru, tujuan, dan metode pembelajaran. Sebagai salah satu komponen pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa siswa merupakan komponen terpenting diantara komponen lainnya. Pada dasarnya ia adalah unsur penentu dalam proses belajar mengajar. Implementasi pengelolaan siswa di MI Al-Azhar Tulungagung meliputi: (1) seleksi siswa, (2) pengelompokan, dan (3) pembinaan siswa. Ini sesuai dengan pandangan Soekarto dan Soetopo menjelaskan bahwa tugas kepala sekolah yang dibantu oleh waka kesiswaan meliputi: a) penerimaan siswa baru, b) pembinaan siswa di sekolah, dan c) pemantapan program kesiswaan. 6 6 Soetopo dan Soemanto, 1993. Pengantar Operasional Pendidikan, Usaha Nasional: Surabaya. 224 DINAMIKA, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2013: 97-120 Pendapat Andree bahwasanya pengelompokan siswa dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: (1) Task planning groups, (2) Teaching groups,(3) Seating groups, (4) Join learning groups,dan (5) Collaborative-group.7 Adapun tujuan pembelajaran pada kelompok kecil ini, yaitu: (1) memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional, (2) mengembangkan sikap sosial dan semangat bergotong royong dalam kehidupan, (3) mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar, sehingga tiap anggota merasa dirinya sebagai bagian dari kelompok yang bertanggung jawab, dan (4) mengembangkan kemampuan kepemimpinan dan keterpimpinan pada tiap anggota kelompok dalam pemecahan masalah kelompok.8 Dari uraian di atas, menurut pandangan penulis cara yang dilakukan MI AlAzhar Tulungagung dalam mengelompokkan siswa berdasarkan tingkat kemampuan dan aspek psikologis mereka menjadi kelompok-kelompok kecil sudah tepat sekali, karena cara ini dapat memberikan efek positif bagi siswa dalam rangka pencapain tujuan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping siswa dapat saling memberi masukan (karena terdapat tutor sebaya), juga dapat mengakrabkan antara siswa yang satu dan yang lain. Pengelolaan Guru. Seleksi guru. Untuk mendapatkan guru yang berkualitas MI Al-Azhar Tulungagung melakukan penyeleksian yang ketat terhadap calon guru yang akan diterima di sekolah. Di samping itu, guru-guru yang rekrut juga harus sesuai dengan kriteria yang diharapkan oleh sekolah. Hal ini sesuai dengan apa yang ditawarkan Gorton mengenai rekrutmen yaitu "the active pursuit of potential candidates for the purpose of influencing them to apply for position in the scholl district". Yaitu bahwasannya rekrutmen merupakan proses aktif untuk mendapatkan calon pegawai yang sangat potensial dalam posisi tertentu di sekolah. 9 Dalam hal ini, rekrutmen guru merupakan upaya untuk mendapatkan guru atau pegawai yang benar-benar potensial dan memiliki kemampuan sesuai dengan bidangnya, sehingga mampu menduduki suatu posisi atau jabatan tertentu. Selain itu, MI Al-Azhar Tulungagung menetapkan kriteria tertentu untuk menseleksi calon pegawai, yaitu mereka yang memiliki nilai "plus". Di samping berkompeten dalam bidang yang ditekuni, mereka memiliki kelebihan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh lembaga saat ini. Bentuk ini memakai konsep Gorton yaitu bahwa tujuan dari rekrumten itu adalah menyediakan calon pegawai yang memiliki nilai lebih (surplus) dan paling memenuhi kualifikasi (most qualified and outstanding individuals) untuk menempati sebuah jabatan. Oleh karena itu, jika kita khususkan pada masalah guru, maka orang yang memenuhi kriteria sebagai guru di MI Al-Azhar Tulungagung adalah mereka yang memiliki kompetensi sesuai dengan profesionalismenya masing-masing, juga memiliki kemampuan lebih dibanding yang lain. Sehingga dapat menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai guru dengan lebih profesional. 7 9 Abdul Madjid,. 2005. Perencanaan…, hlm. 122 8 Dimyati dkk, 1999. Belajar …, hlm. 113 Gorton, Richard, A. 1976. School Administration. American: WM.C. Brown Company Publisher. 189 A.Jauhar Fuad, Makna Simbolik Tradisi... 225 Untuk menseleksi guru MI Al-Azhar Tulungagung menggunakan prinsipprinsip yang dikemukakan Bafadhal, 10 sebagai berikut: (a) rekrutmen guru harus dirancang agar memenuhi kebutuhan sesuai dengan yang diharapkan, (b) rekrutmen guru harus dilakukan secara objektif, artinya secara objektif panitia penyeleksi menetapkan pelamar yang lulus dan pelamar yang tidak lulus, (c) agar dapatkan calon yang benar-benar profesional, maka materi seleksi harus mencakup semua aspek persyaratan yang harus dimiliki oleh calon guru. Meningkatkan kompetensi guru melalui pelatihan. Kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi guru yang dilakukan oleh MI AlAzhar Tulungagung berupa kegiatan: seminar, lokakarya, penataran, sarasehan dan lain sebagainya. Kegiatan tersebut dilakukan oleh sekolah pada masa libur sekolah. Hal ini di samping agar kegiatan tersebut tidak menganggu proses belajar siswa, juga agar para guru dan karyawan lebih fokus dalam kegiatan pelatihan tersebut. Ini sesuai dengan visi dan misi serta target MI Al-Azhar Tulungagung sebagai sekolah yang unggul. Hal ini seperti diungkapkan Laeham dan Wexley bahwa: "performance appraisals are crucial to the efectivity management of an organization's human resources, and the proper management of human resources is a critical variable afecting an organization's productivity. Yaitu bahwasanya produktivitas individu dapat dinilai dari apa yang dilakukan oleh individu tersebut dalam kerjanya, yakni bagaimana ia menunjukkan pekerjaan atau unjuk kerjanya. Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru di MI AlAzhar Tulungagung, sebagaimana yang dijelaskan Madjid baik dalam bentuk pengembangan profesi maupun kompetensi penguasaan akademik yang meliputi (a) pemahaman wawasan pendidikan, dan (b) penguasaan bahan kajian. 11 Dengan adanya pelatihan-pelatihan, lokakarya, seminar, sarasehan dan lain sebagainya, agar guru-guru memiliki pengalaman kerja yang dapat meningkatkan performansi dan produktivas mereka selanjutnya. MI Al-Azhar Tulungagung bekerjasama dengan Konsorsium Pendidikan Islam (KPI), Kemenag, Kemendikbud, lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Pemberian status dan jenjang karir yang jelas dengan komitmen ruhul jihad. Keberhasilan suatu lembaga atau organisasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang datang dari dalam maupun dari luar. Dari beberapa faktor tersebut motivasi merupakan faktor yang cukup dominan dapat menggerakkan faktor-faktor lain ke arah efektivitas kerja. Menyadari akan hal tersebut MI Al-Azhar Tulungagung berupaya untuk memberikan status dan jenjang karir yang jelas terhadap para guru dan pegawainya. Secara tidak langsung dengan adanya kejelasan status dan jenjang karir yang diberikan sekolah akan memotivasi kinerja para guru dan pengawai. Sebagaimana di kemukakan Challen dan Clark bahwa motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah tujuan tertentu. Mengacu kepada pendapat tersebut, dapat dikemukakan bahwa motivasi merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam lembaga. 12 Para tenaga pendidikan akan bekerja 10 10 Ibrahim Bafadhal. 2003. Manajemen …., hlm. 22-23 Abdul Madjid,. 2005. Perencanaan…, hlm. 128 E. Mulyasa, 2004. Menjadi Kepala Madrasah Profesional, Remaja Rosdakarya: Bandung. Hlm. 143 11 12 226 DINAMIKA, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2013: 97-120 dengan sungguh-sungguh apabila memiliki kejelasan status dan jenjang karir, mereka akan memperlihatkan kinerjanya, mempunyai perhatian dan ingin ikut serta dalam tugas maupun kegiatan. Dengan kata lain, seorang tenaga kependidikan akan melakukan semua pekerjaannya dengan baik apabila ada faktor pendorongnya. Seseorang bekerja menurut Bafadhal adalah untuk kebutuhan-kebutuhan yang menimbulkan suatu tindakan atau perbuatan (behaviour) yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhankebutuhan (goals).13 Selain status dan jenjang karir yang jelas MI Al-Azhar Tulungagung menanamkan komitmen "ruhul jihad”. Di antara bentuk penanaman komitmen ini yaitu: pertama, guru harus mempunyai sifat amanah, karena pada dasarnya guru mendapat amanah dari orang tua/wali siswa untuk mendidik anaknya sebaikbaiknya. Kedua, orang yang bekerja secara sungguh-sungguh untuk menegakkan agama Allah dengan ikhlas, maka Allah akan memudahkan segala urusan kita dan melapangkan pintu rizkinya dari jalan yang tidak disangka-sangka. Dengan adanya "komitmen ruhul jihad" yang berarti "perjanjian untuk melaksanakan sesuatu dengan sungguh-sungguh, mencurahkan segala kemampuan untuk berjuang untuk mendapatkan ridloNya.14 Komitmen ruhul jihad selalu ditanamkan setiap hari baik melalui shalat berjamaah, pengajian, rapat, dan forumforum lain yang dapat dijadikan sarana untuk memupuk hal tersebut, akan semua eleman yang ada di MI Al-Azhar Tulungagung dapat menjiwai konsep ruhul jihad dengan sebenar-benarnya. Pembinaan dan peningkatan kegiatan kelompok kerja guru. Aspek lain yang diupayakan sekolah untuk mengelola guru adalah melakukan pembinaan dan peningkatan kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG). Dengan adanya kegiatan ini, maka MI Al-Azhar Tulungagung mendatangkan Trainer dari luar untuk melatih para guru baik dalam bidang studi umum maupun bidang studi agama. Untuk membina dan meningkatkan kegiatan guru, MI Al-Azhar Tulungagung menggunakan pandangan Challan and Clark bahwa untuk menumbuhkan profesionalisme guru kepala sekolah harus melakukan hal-hal sebagai berikut: (a) membantu tenaga kependidikan mengembangkan pola perilakunya, (b) membantu tenaga kependidikan meningkatkan standar perilakunya, (c) menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat.15 Selain kegiatan kelompok kerja guru, untuk membina dan meningkatkan kegiatan guru, MI Al-Azhar Tulungagung juga melakukan studi banding dengan lembaga-lembaga yang lain untuk belajar lebih jauh mengenai manajemen sekolahsekolah unggul dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru diperlukan berbagai pembinaan dan pelatihan agar kinerja serta unjuk kerja guru yang lebih berkualitas, seperti diungkapkan Laeham dan Wexley, bahwa: "performance appraisals are crucial to the efectivity management of an organization's human resources, and the proper management of human resources is a critical variable afecting an organization's productivity. Yaitu bahwasanya produktivitas individu 13 14 Ibrahim Bafadhal. 2003. Manajemen …., hlm. 93.94 Muhaimin, 2003. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 231 15 Challan and Clark, 1998, ………hlm. 161 A.Jauhar Fuad, Makna Simbolik Tradisi... 227 dapat dinilai dari apa yang dilakukan oleh individu tersebut dalam kerjanya, yakni bagaimana ia menunjukkan pekerjaan atau unjuk kerjanya. 16 Pengelolaan Kegiatan Belajar-Mengajar. Penyambutan guru kepada siswa. MI Al-Azhar Tulungagung menjadikan kegiatan penyambutan kepada siswa sebagai satu wahana untuk mempertemukan kesenjangan antara guru dengan siswa agar siswa tidak takut dan stress. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan Gordon Stokes bahwasanya 80% kesulitan belajar berhubungan dengan stress, oleh karena itu singkirkan stress, maka anda akan menyingkirkan kesulitan.17 Adanya perhatian guru kepada siswa akan dapat membuat siswa merasa lebih dekat dengan guru. Mengajar siswa yang memiliki persepsi dan hubungan baik dengan guru lebih mudah dari pada mengajar siswa yang jauh bahkan tidak menyukai seorang guru. Di samping hal tersebut dapat mendekatkan aspek emosional siswa dengan guru, siswa juga akan merasa lebih nyaman dan tidak mengalami ketakutan yang dapat membuat anak stress. Cara ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Madjid. Bahwasannya Berbaur dengan anak-anak, masyarakat dan sebagainya. Tidak eksklusif, seperti makan bersama mereka, bermusyawarah bersama mereka, dan berjuang bersama mereka merupakan bentuk pengelolaan pembelajaran siswa. 18 Kegiatan pra-pembelajaran Sebelum siswa masuk dalam proses pembelajaran di dalam kelas. MI AlAzhar Tulungagung menerapkan pra-pembelajaran untuk mengkondisikan anak dan menyiapkan diri anak agar mereka dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan maksimal. Kegiatan tersebut sesuai dengan prinsip pembelajaran yang dikemukakan Madjid (2005: 131-132) bahwasannya membangun aspek emosional siswa sebelum proses pembelajaran dilakukan merupakan hal sangat urgent. Siswa akan merasa siap melakukan proses pembelajaran ketika aspek psikologis mereka disiapkan, memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak (aspek psikologis/ilmu jiwa). Proses kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan proses inti dalam kegiatan pendidikan di sekolah. Kegiatan pembelajaran di MI Al-Azhar Tulungagung dilakukan di ruang kelas, laboratorium, maupun tempat lain yang dapat digunakan untuk proses belajar mengajar. Karena dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dengan murid. Kegiatan pembelajaran dapat berupa penyampaian materi pelajaran, pelatihan, dan pemberian pengalaman yang dilakukan oleh guru. Dalam kegiatan proses pembelajaran MI Al-Azhar Tulungagung memakai konsep Hilda Karli, 19 yaitu: (1) selalu membuat perencanaan konkrit dan detail yang siap untuk dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar; (2) bergeser pada pola 16 17 19 Laeham dan Wexley, 1992.…… hlm. 2 Gordon Dryden, cet III, 2001. Revolusi Cara Belajar: The Learning Revolution: Bagian I. Bandung: Mizan. Hlm. 76 18 Abdul Madjid, 2005. Perencanaan…, hlm. 131-132 Hilda Karli, 2004. 3 H dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Bina Media Informasi. Hlm. 27 228 DINAMIKA, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2013: 97-120 baru, yaitu guru sebagai “mitra” atau “fasilitator” pada semua individu; (3) bersikap kritis, kreatif dan produktif; (4) merubah pola tindakan peran siswa sebagai konsumen (mendengar, menghafal, mencatat) ke arah pola baru peran siswa sebagai produsen (bertanya, meneliti, mengarang, menulis dan lain sebagainya); (5) kreatif untuk menghasilkan karya pendidikan seperti: pembuatan alat bantu belajar, analisis bahan ajar, penyusunan alat penilaian yang beragam dan lain sebagainya. Pengelolaan Metode. Pemilihan metode Quantum Teaching and Learning. MI Al-Azhar Tulungagung sangat memperhatikan pengelolaan metodologi pembelajaran, mulai dari metode pembelajaran konvensional sampai pada metode pembelajaran modern. Ini sesuai dengan ungkapakan Mahmud Yunus "Athoriqah ahamm min al maddah" bahwasannya “metode yang lebih penting dari materi.” 20 Kolaborasi berbagai metode pembelajaran modern. Secara umum MI Al-Azhar Tulungagung menggunakan prinsip-prinsip metode QTL (Quantum teaching and learning), namun demikian dengan semakin banyaknya metodologi pembelajaran yang ditemukan baik oleh pakar pendidikan dalam luar negeri, maka hal ini menjadi pertimbangan bagi MI Al-Azhar Tulungagung untuk selalu siap dengan adanya informasi dan metodologi baru walaupun tidak semua metode baru efektif dalam pembelajaran. Kolaborasi berbagai metode yang digunakan di MI Al-Azhar Tulungagung meliputi: Super Memory System, Mind Mapping, BrainGym, Super Learning dan Contextual Learning. Ini sesuai konsep Dryden Quantum Learning, Accelerated Learning, Super Learning (belajar super), Suggestopedia, Whole-Brain Learning (belajar dengan seluruh otak), dan Integratif Learning (belajar terpadu). Sayangnya istilah tersebut seringkali menimbulkan kerumitan. 21 Semua metode tersebut nampak menyenangkan, pada umumnya sistem tersebut memiliki karakter yang sama, mendorong kita untuk menggunakan segala kecerdasan dan indra untuk belajar lebih baik. Hal tersebut dapat dilakukan melalui musik, irama, rima, gambar, perasaan, emosi dan tindakan. MI Al-Azhar Tulungagung menggunakan kolaborasi berbagai metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran dengan sebuah prinsip bahwa dalam proses pembelajaran harus terjadi pelibatan siswa, menyenangkan bagi siswa dan dapat memberi manfaat yang besar bagi mereka. Pengelolaan Materi Pembelajaran. Pengembangan materi dan sumber belajar. Proses pengembangan madrasah menuju madrasah yang berkualitas, memerlukan pengelolaan materi secara serius, oleh karena itu, MI Al-Azhar Tulungagung melakukan pengembangan materi dan sumber belajar. Hal ini sesuai dengan pandangan Madjid bahwasannya materi pembelajaran dapat berupa: tempat, orang, benda, buku, peristiwa dan fakta.22 20 Mahmud Yunus, cet Pertama. 1965. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta. Yayasan Al Hidayah. Hlm. 65 21 Ibid, 101 22 Abdul Madjid, 2005. Perencanaan…, hlm. 170-171 A.Jauhar Fuad, Makna Simbolik Tradisi... 229 Agar materi pelajaran agama dapat dihayati dan dipraktekkan maka pelajaran agama harus disertai bagaimana mengamalkannya. Jadi semua ranah harus diberikan, ranah kogitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Sesuai dengan apa yang diungkapkan Madjid, bahwa prinsip yang harus diperhatikan dalam pembelajaran adalah keragaman anak, tujuan moral (kognitif, emosional dan kinetik) dan aspek psikologis lainnya.23 Untuk pelajaran agama Madrasah Ibtidaiyah MI Al-Azhar Tulungagung) melakukan inovasi kurikulum dalam bentuk BSQ (Bina Shalat dan Qur’an), ini masuk dalam kurikulum pembelajaran sekolah yang berjumlah 2 jam pelajaran. Orientasi dari pada BSQ adalah siswa dapat membaca Al-Qur’an sesuai dengan ilmu tajwid dan mereka dapat melaksanakan shalat dengan benar, serta adanya kesadaran untuk membaca Al-Qur’an dan mengerjakan shalat baik shalat fardu (wajib) maupun shalat sunnah dengan penuh kesadaran. Teladan, satu kata antara ucapan dan perbuatan yang dilandasi dengan niat yang tulus karena Allah. Sementara itu untuk pemantapkan pelajaran umum, seperti disebutkan di muka, MI Al-Azhar Tulungagung melakukan pengembangan dengan tambahan atau pengayaan di sekolah, praktek di laboratorium ilmu Pengetahuan Alam (IPA), belajar peta buta memakai komputer, dan merangkum pelajaran di perpustakaan, pada saat menjelang ujian terutama UPM maka untuk kelas enam dilakukan Funduq Imtihan Akhir (FIA) dan pemantapan bahan-bahan ujian serta memberikan pendalaman spiritual dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Menjadikan objek tertentu sebagai sumber belajar. Salah satu bentuk pengembangan sumber belajar di MI Al-Azhar Tulungagung dilakukan dengan cara menjadikan objek tertentu sebagai materi pembelajaran. Baik berupa tempat wisata, media massa, media elektronik dan tempat-tempat lain yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar seperti museum dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan pendapat Madjid bahwasannya sumber belajar dapat berupa: (a) tempat atau lingkungan alam sekitar, (b) benda, (c) orang (manusia), (d) Buku, (e) peristiwa dan fakta yang sedang terjadi. Objek yang sering dijadikan MI Al-Azhar Tulungagung sebagai sumber belajar berupa: Museum, tempat wisata, alam, cagar budaya, media cetak dan elektronik. 24 Pengelolaan Media Pembelajaran. Penyediaan mesin teaching dan multimedia pembelajaran. MI Al-Azhar Tulungagung menyedikan mesin teaching dan multimedia pembelajaran seperti komputer, LCD, OHP, dan Internet sebagai media pembelajaran. Untuk itu sumber daya manusianya harus memiliki kemampuan yang baik. Oleh karena itu, para guru di MI Al-Azhar Tulungagung dibekali dengan berbagai macam keterampilan seperti penguasaan komputer dan internet, LCD, flash dan berbagai macam mesin teaching yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Guru hendaknya dapat menggunakan media yang efektif dan efisien dan mampu dimiliki oleh sekolah serta tidak menolak digunakannya teknologi modern yang relevan dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman. MI Al-Azhar Tulungagung membekali guru-guru dengan berbagai bentuk pelatihan dalam upaya 23 24 Ibid, hlm. 131-132 Ibid, hlm. 170 230 DINAMIKA, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2013: 97-120 meningkatkan profesionalisme dalam mengajar maupun penguasaan teknologi terbaru dalam pembelajaran. Hal ini seperti yang diungkapkan Oemar Hamalik Agar seorang guru dapat menggunakan media pembelajaran secara efektif, setiap guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang media pembelajaran. 25 Permasalah pokok yang cukup mendasar adalah sejauhmanakah kesiapan guru-guru dalam menguasai dan menggunakan media pembelajaran di sekolah untuk membelajarkan siswa secara optimal dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Semakin maju perkembangan masyarakat dan teknologi modern, maka semakin besar dan berat tantangan yang dihadapi guru sebagai pendidik dan pengajar di sekolah Kreativitas guru dalam membuat media pembelajaran. MI Al-Azhar Tulungagung menekankan kepada setiap guru agar mampu membuat media pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan guru yang memiliki kemampuan dan kecakapan atau kretivitas yang memadai. Di MI Al-Azhar Tulungagung bagi guru yang bisa membuat media pembelajaran sendiri mereka mendapatkan point atau reward (penghargaan) tersediri dari sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Siagian bahwasannya penghargaan yang layak bagi seorang guru merupakan salah satu bentuk peningkatan harkat dan martabatnya.26 Oleh karena itu perlu dilakukan pelatihan secara kontinyu dan sistematis agar tujuan pembelajaran dapat dicapai sesuai yang diharapan oleh sekolah. Pengelolaan Evaluasi Pembelajaran. Supervisi pembelajaran secara kelompok dan “self assessment”. Untuk meningkat mutu pendidikan dan pembelajaran, MI Al-Azhar Tulungagung melakukan teknik supervisi dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan dua cara yaitu: supervisi secara langsung dan supervisi secara tidak langsung (guru yang profesional) dengan cara self assessment. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Bafadhal bahwasannya ada dua macam teknik supervisi, yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok.27 Teknik supervisi individual meliputi: kunjungan kelas, observasi, percakapan pribadi, saling mengunjungi dan penilaian diri sendiri (self assessment). Sementara teknik supervisi kelompok meliputi kepanitiaan, semina, perpustakaan profesional, laboratorium kurikulum, mengikuti kursus, kuliah, bacaan terpimpin, demonstrasi, pengajaran, perjalanan staf, diskusi panel, pertemuan guru dan lokakarya. Supervisi yang dilakukan MI Al-Azhar Tulungagung di antaranya adalah: 1) Rapat rutin setiap hari Jum’at pada minggu pertama dan ketiga pukul 13.00 sampai pukul 14.30 WIB, pada setiap bulannya antara kepala sekolah, guru, karyawan dan yayasan. 2) Supervisi klinis oleh kepala sekolah dan penilik kepada guru dan karyawan. Supervisi merupakan salah satu bentuk pembinaan profesionalisme guru dan karyawan. 25 Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm 32 26 Sondang Siagian, 2004. Manajemen Strategik. Bumi Aksara: Jakarta. Hlm. 90 27 Ibrahim Bafadhal. 2003. Manajemen …., hlm. 80 A.Jauhar Fuad, Makna Simbolik Tradisi... 231 3) Supervisi “tutor sebaya” yang bertujuan agar guru yang lebih profesional (senior) dapat memberikan bimbingan kepada guru yang belum profesional, sehingga tercipta pemerataan dalam hal kemampuan. Kegiatan ini diwadahi dalam bentuk Ikatan Guru MI Al-Azhar Tulungagung (IGMI Al-Azhar Tulungagung) dan MGBS (Musyawarah Guru Bidang Studi) dan Kelompok Kerja Guru (KKG). Evaluasi hasil belajar siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Azhar Tulungagung melakukan upaya evaluatif dalam mengukur keberhasilkan proses belajar mengajar melalui beberapa hal diantaranya: (1) adanya supervisi baik secara langsung atau tidak langsung, (2) evaluasi formatif dan sumatif, (3) rapat mingguan sekolah. Hal ini bertujuan untuk suatu proses pengambilan keputusan-keputusan pendidikan selanjutnya, Thordike dan Hagen bahwasannya salah satu bentuk evaluasi adalah evaluasi hasil belajar.28 Pegukuran dan evaluasi tidak hanya berguna untuk mengetahui tingkat pemahaman dan penguasaan tetapi juga memberikan gambaran pencapain program pembelajaran secara menyeluruh. Upaya guru dalam mendukung mutu program pembelajaran. Persiapan mengajar. Agar dapat melaksanakan kegiatan belajar-mengajar secara efektif dan efisien, para guru di MI Al-Azhar Tulungagung melakukan persiapan yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang akan di sampaikan kepada para siswa. Baik yang menyangkut kebutuhan peserta didik, memilih materi, identifikasi teknikteknik pembelajaran, merencanakan aktivitas pembelajaran, memberikan motivasi, dan persiapan aktivias terakhir yaitu evaluasi pembelajaran. Jika kita pahami lebih jauh, hal ini sesuai dengan prinsip Hunt bahwasanya untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang baik, guru-guru harus mempersiapkan dirinya dengan membuat perencanaan yang baik dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang ideal. Sedangkan unsur-unsur pembelajaran yang baik antara lain: mengidentifikasi kebutuhan siswa, tujuan yang hendak dicapai, berbagai strategi dan skenario yang relevan digunakan untuk mencapai tujuan, dan kriteria evaluasi. Bentuk persiapan guru MI Al-Azhar Tulungagung yaitu: membuat perencaaan dan jurnal pembelajaran yang bersifat tertulis yang harus dilaporkan setiap minggunya, di antaranya isinya meliputi beberapa hal yaitu: “kompetensi dasar, materi standar, media, metode, indokator hasil belajar, skenario pembelajaran dan penilaian berbasis kelas. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan Madjid bahwa Persiapan mengajar pada hakikatnya memproyeksikan tentang apa saja yang akan dilakukan.29 Dengan demikian, persiapan mengajar adalah memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran perlu dilakukan untuk menkoordinasikan komponen pembelajaran berbasis kompetensi, yakni: kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar, skenario pembelajaran, dan penilaian berbasis kelas. Hubungan harmonis antara guru dan siswa. 28 Kartawidjaja, Eddy Soewardi. 1987. Pengukuran dan Hasil Evaluasi Belajar. Bandung: Sinar Baru. Hlm. 32 29 Abdul Madjid, 2005. Perencanaan…, hlm. 89 232 DINAMIKA, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2013: 97-120 Guru-guru di MI Al-Azhar Tulungagung menerapkan hubungan yang harmonis dengan siswa-siswinya, hal ini dapat dilihat melalui beberapa, misalnya dari bentuk penyambutan para guru dipintu gerbang saat siswa datang ke sekolah. Ini sesuai dengan konsep Gordon menyebutkan bahwa titik terpenting yang perlu diperhatikan dalam hubungan antara guru dan siswa adalah dimilikinya “keterampilan istimewa untuk berkomunikasi” oleh guru tersebut.30 Di dalam kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh guru terdapat salah satu kompetensi yang disebut: “kompetensi untuk melaksanakan interaksi belajar mengajar”. Di dalamnya terdapat suatu unsur yang disebut kemampuan berbicara dalam arti menyampaikan pengajaran kepada siswa. Di samping itu, kepala sekolah MI Al-Azhar Tulungagung senantiasa menekankan kepada para guru untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dirinya, dia harus menjadi guru yang sabar, yang bisa diteladani dan disenangi oleh anak-anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Setopo dkk, bahwasannya tugas guru adalah membangun hubungan baik mencakup: (a) hubungan guru dan murid, (b) hubungan antara guru dan sesama guru, (c) hubungan guru dengan atasannya, (d) hubungan guru dengan pegawai tata usaha, (e) hubungan guru dengan orang tua, dan (e) hubungan guru dengan masyarakat. 31 a. Motivasi belajar pada anak. Ada beberapa upaya yang dilakukan guru untuk memotivasi belajar siswa, diantaranya melalui: a) komunikasi antara guru dengan orang tua, (b) bernyanyi, bemain dan yel-yel, (c) pemberian reward dan punishment, (d) pendekatan emosial siswa. b. Pendekatan Emosional. Memperhatikan emosi siswa dapat membantu para guru untuk mempercepat pembelajaran. Memahami emosi mereka juga dapat membuat pembelajaran lebih berarti. Dengan memperhatikan hal tersebut, maka guru-guru MI Al-Azhar Tulungagung melakukan upaya pendekatan emosional untuk membantu dan memotivasi (mendorong) pembelajaran para siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara keterlibatan emosi, memori jangka panjang, dan belajar. Peneliti dan psikolog kognitif Daniel Goleman menyatakan: “Dalam tarian perasaan dan pikiran, kekuatan emosi menuntun keputusan kita saat demi saat, bekerja bahu membahu dengan pikiran rasional, mengaktifkan atau menonaktifkan pikiran itu sendiri. Boleh dibilang kita mempunyai dua otak, dua pikiran- dan dua jenis kecerdasan: rasional dan emosional. Bagaimana kita berkiprah dalam hidup (dan belajar) ditentukan oleh keduanya- bukan hanya IQ melainkan kecerdasarn emosional juga berperan. Tentu saja, intelek tidak dapat bekerja pada puncaknya tanpa kecerdasan emosional.”32 Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tanpa adanya keterlibatan emosi. Hal ini juga didukung oleh pendapat Howard Gardner bahwasanya kunci untuk mengembangkan kompetensi anak adalah membangun 30 31 Gordon Dryden, cet IV, 2002. Revolusi Cara Belajar…, Hlm. 46 Soetopo, dkk. 1982. Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Hlm. 219 32 Bobbi DePorter, dkk. 2000. Quantum Teaching…, hlm. 22 A.Jauhar Fuad, Makna Simbolik Tradisi... 233 ikatan emosionalnya, dengan cara menciptakan kesenangan dalam belajar, menyingkirkan segala ancaman dari suasana belajar. 33 c. Peningkatan prestasi belajar siswa. 1) Bimbingan belajar siswa secara intensif. Ada dua model bimbingan belajar yang dilakukan para guru di MI AlAzhar Tulungagung, yaitu: pertama, bimbingan siswa berpretasi, dan kedua, bimbingan bagi anak-anak yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata. Bagi siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata mereka diberi program pengayaan, sedangkan bagi mereka yang memiliki kemampuan mereka diberi program remidial. Bimbingan belajar merupakan salah satu teknik memberikan bantuan secara individual. bimbingan belajar bertujuan memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dalam melakukan bimbingan belajar, para guru MI Al-Azhar Tulungagung melakukan dengan komunikasi secara langsung dengan siswa. Teknik pemberian bantuan atau bimbingan belajar dapat dilakukan dengan face to face relationship. 2) Pembelajaran siswa secara individu. Dalam upaya membantu siswa yang kurang mampu dalam belajar, maka ada “team teaching” yang terdiri dari dua guru yang mengajar di dalam kelas yang dikelompokkan secara heterogen-klasikal. Salah satu dari mereka sebagai pengajar dan yang lain membantu untuk mengelola lingkungan kelas dan memberi bantuan belajar kepada siswa yang kurang mampu. Hal ini dilakukan untuk membantu melayani mereka yang memiliki kompetensi di bawah rata-rata agar mereka dapat mencapai standar minimal dari kompetensi yang telah dilakukan. Sebagaimana pendapat Syaodih bahwa bimbingan belajar individual diperluas kepada kelompok walaupun metode ini juga digunakan untuk membantu individu-individu yang mempunyai masalah gangguan emosial yang serius. 34 Model pembelajaran secara individual yang dilakukan para guru di MI Al-Azhar Tulungagung selaras dengan pendapat Dimyati bahwasannya kegiatan mengajar guru yang menitik beratkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu dapat ditemukan pada pembelajaran individual klasikal, tetapi prinsipnya berbeda. 35 Pada pembelajaran individual, guru memberi bantuan pada masing-masing pribadi. Sedangkan pada pembelajaran klasikal, guru memberi bantuan secara umum. 3) Penggunaan metode “problem solving”. Upaya selanjutnya yang dilakukan para guru MI Al-Azhar Tulungagung untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu dengan menggunakana metode problem solving untuk membantu anak-anak dalam menyelesaikan masalah dan memecahkannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Madjid bahwasannya metode problem solving merupakan cara memberikan pengertian dengan menstimulasi anak didik untuk memperhatikan, menelaah 33 Howard Gardner, 1995. Multiple Intellengence. Prentice Hall, Inc. hlm 94 Nana Syaodih S., 1997. Pengembangan Kurikulum. PT. Remaja Rosda Karya: Bandung. Hlm. 81-82 35 Dimyati dkk, 1999. Belajar dan Pembelajaran…, hlm 161 34 234 DINAMIKA, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2013: 97-120 dan berfikir tentang suatu masalah untuk selanjutnya menganilisis masalah tersebut sebagai upaya memecahkan masalah.36 Pemecahan masalah bukan hal yang sederhana, akan tetapi lebih kompleks dari pada yang diduga. Pemecahan masalah memerlukan keterampilan berfikir yang banyak ragamnya termasuk mengamati, melaporkan, mendeskripsikan, menganalisis, mengklasifikasi, menafsirkan, mengkritik, meramalkan, menarik kesimpulan dan membuat generalisasi berdasarkan informasi yang dikumpulkan dan diolah. Itulah sekedar beberapa kerampilan yang seharusnya diajarkan di sekolah. Sayang sekali banyak sekali guru yang tidak menyadari kompleksitas pemecahan masalah dan menyediakan waktu yang cukup untuk mengajarkan keterampilan dasar bagi pemecahan masalah. Kebanyakan guru mengharapkan siswa dengan sendirinya akan sanggup menguraikan kemampuan memecahkan masalah dan menggunakannya dalam semua pelajaran. Keterampilan memecahkan masalah dapat diajarkan. Pemecahan masalah dapat dipandang sebagai manipulasi informasi secara sistematis, langkah demi langkah, dengan mengolah informasi yang diperoleh melalui pengamatan untuk mencapai suatu hasil pemikiran sebagai respons terhadap problematika yang dihadapi. Untuk memecahkan masalah kita hatus melokasi informasi, menampilkannya dari ingatan lalu memprosesnya dengan maksud untuk mencari hubungan, pola atau pilihan baru, memecahkan masalah adalah mengambil keputusan secara rasional. 4) Home visit (Kunjungan rumah). Penggunaan home visit sebagai salah satu bentuk peningkatan prestasi belajar siswa di MI Al-Azhar Tulungagung. Cara ini dimaksudkan untuk lebih mengakrabkan antara guru dengan siswa dan orang tua. Teknik ini sesuai dengan pendapat Indrafachrudi bahwasanya teknik “home visit” dapat dilakukan melalui kunjungan rumah agar guru dapat mengetahui masalah anak di rumahnya. 37 Di samping itu, agar orang tua dapat memberikan perhatian dan motivasi yang lebih terhadap belajar anak. Apabila setiap anak diketahui problemnya secara totalitas (semua aspek kepribadiannya), maka program pendidikan dan pembelajaran akn lebih mudah direncakan untuk disesuaikan dengan minatnya. Para guru di MI Al-Azhar Tulungagung menggunakan teknik “home visit” sebagai salah satu cara untuk meningkatkan prestasi siswa. Hal ini dimaksudkan untuk mengkomunikasikan dan mencari jalan keluar atas persoalan yang dihadapi siswa dalam belajar agar memperlancar mencapai tujuan program pendidikan di sekolah tersebut. Hal sesuai dengan yang dikemukkan Madjid yang telah menyusun tata cara akhlak, yang wajib diamalkan oleh setiap guru dalam jabatannya, diantaranya adalah membangun hubungan baik antara guru dengan orang tua. 38 5) Pembiasaan diri siswa dalam beribadah dan berakhlak karimah. 36 Abdul Madjid,. 2005. Perencanaan…, hlm. 138 37 Soekarto Indrafachrudi, 1994. Bagaimana Mengakrabkan …, hlm. 68 38 Abdul Madjid, 2005. Perencanaan…, hlm. 219 A.Jauhar Fuad, Makna Simbolik Tradisi... 235 Para guru MI Al-Azhar Tulungagung menerapkan berbagai upaya untuk meningkatkan prestasi siswa salah satunya dalam bentuk kegiatan yang mengarah kepada pembentukan sikap dan perilaku anak yang baik. Hal ini dapat melalui beberapa kegiatan rutin yang dilakuan oleh anakanak, misalnya mereka dibiasakan untuk membiasakan diri mereka untuk mengucapkan salam ketika bertemu dengan bapak/ibu, pembiasaan mentertibkan diri dan temannya sebelum masuk kelas, pembiasaan membuang sampah pada tempatnya, pembiasaan membaca ayat suci Al-Qur’an sebelum proses pembelajaran dimulai, pembiasaan melalui shalat Dhuha dan shalat Dzuhur secara berjama’ah. Kegiatan tersebut berorientasi pada pembentukan sikap dan perilaku pada anak. Ini sesuai dengan teori behavioristik, bahwasanya untuk membentuk perilaku yang sama harus dilakukan stimulus secara terus menerus agar menghasilkan respon yang positif. Hal ini sesuai dengan pendapat Galloway (1976), Proses belajar berarti pengetahuan stimulus yang diterima dalam menyesuaikan dengan struktur kognitif yang terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pengalaman sebelumnya. 39 d. Evaluasi guru dalam pembelajaran. Upaya guru-guru MI Al-Azhar Tulungagung dalam mengevaluasi hasil belajar, yaitu menggunakan berbagai model evaluasi pembelajaran. Diantaranya dapat dilakukan melalui pengamatan, bentuk proyek, bentuk tulis, lisan dan praktik, tes lisan (mencongak). Evaluasi tersebut sesuai dengan pendapat Madjid tentang berbagai macam bentuk evaluasi yang dapat digunakan untuk menilai hasil belajar siswa. Menurutnya penilaian dapat dilakukan dengan memperhatikan sikap manusia. Karena manusia mempunyai sifat bawaan misalnya: kecerdasan, temperamen, dan sebagainya. 40 Dari paparan data di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa manajemen pembelajaran yang diterapkan oleh MI Al-Azhar Tulungagung dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran menggunakan teori manajemen modern, yang mencakup aspek perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Selain itu, dalam mendukung tercapai kualitas pembelajaran MI Al-Azhar Tulungagung juga menanamkan nilai-nilai religus (keagamaan), seperti: membaca al Qur’an dan shalat berjamaah. Hal tersebut juga sangat didukung oleh para guru yang ada di MI Al-Azhar Tulungagung, baik dari segi persiapan, pembinaan, dan evaluasi belajar siswa. PENUTUP Berdasarkan fokus penelitian, paparan data, hasil pembahasan dan temuan penelitian, dapat penulis simpulkan sebagai berikut: Pertama, Implementasi manajemen mutu program pembelajaran di MI AlAzhar Tulungagung dimulai dari penentuan kebijakan dan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan. Sebagai berikut: (1) perencanaan di MI Al-Azhar Tulungagung dibahas dalam rapat kerja madrasah yang melibatkan semua komponen baik kepala sekolah, waka, guru dan karyawan. (2) Untuk mengelola pembelajaran MI Al-Azhar Tulungagung melaksanakan terhadap semua komponen-komponen pembelajaran 39 Muhaimin, 2002. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Rosda Karya. Hlm. 199 40 Abdul Madjid, 2005. Perencanaan…, hlm. 219 236 DINAMIKA, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2013: 97-120 diantaranya: (a) Pengelolaan siswa dengan (i) melakukan seleksi siswa baru dengan dua model, yaitu tes psikologi dan tes aspek pengetahuan agama dan numerik; (ii) pengelompokan siswa secara heterogen-klasikal (didasarkan pada KTPS yang mengedepankan adanya pelayanan individual), akan tetapi MI Al-Azhar Tulungagung juga memberikan pelayanan bagi siswa-siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata melalui program pengayaan, sedangkan bagi siswa yang di bawah rata-rata dilakukan; (iii) Pengelompokan siswa berdasarkan tingkat kemampuan dan aspek psikologis siswa (misalnya siswa yang memiliki sifat kinestetik (banyak gerak) mereka dikumpulkan untuk memudahkan dalam melakukan monitoring terhadap belajar mereka. (iv) pembinaan belajar dan ibadah siswa mulai dari aspek belajar membaca al-Qur’an sampai kepada proses pembelajaran shalat. Kemudian funduq imtikhan akhir merupakan program untuk membina belajar siswa dalam menghadapi ujian akhir atau Ujian Pengendali Mutu (UPM). (3) Pengelolaan guru, MI Al-Azhar Tulungagung dilakukan dengan: (a) seleksi guru “plus” secara ketat (dengan tes tulis, lisan, micro dan macro teaching), (b) pengikut sertaan dalam pelatihan, (c) pemberian status dan jenjang karir yang jelas dengan komitmen ruhul jihad (seperti sistem gaji, adanya open management, dan pelibatan semua komponen dalam penyusunan program madrasah. (4) Pengelolaan KBM, Untuk mengelola KTPS secara teknis penanggung jawab KTPS adalah waka kurikulum, akan tetapi semua komponen di MI Al-Azhar Tulungagung bertanggung jawab terhadap kegiatan belajar dan mengajar yang berlangsung. Usaha yang dilakukan adalah berupa: (a) penyambutan guru kepada siswa, (b) kegiatan pra-pembelajaran, dan (c) proses kegiatan pembelajaran. (4) Pengelolaan Metode. Pengelolaan metode meliputi: (a) pemilihan metode Quantum Teaching and Learning (QTL) atau pembelajaran PAKEM (Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), seperti Mind Mapping, Brain Gym, Super Memory System dan lain-lain, (b) Kolaborasi berbagai metode modern seperti: Super Learning, Contextual Learning dan lain sebagainya. (5) Pengelolaan Materi Pembelajaran. Dalam rangka mengelola bahan ajar/materi pelajaran, maka MI Al-Azhar Tulungagung melakukan beberapa upaya: (a) pengembangan materi atau sumber belajar yang disesuaikan dengan target yang ingin dicapai pada raker, (b) menjadikan objek tertentu sebagai sumber belajar, misalnya museum, objek wisata alam, dan sebagainya. (6) Pengelolaan Media. Untuk meningkatan efektivitas pembelajaran, maka dalam pengelolaan media pembelajaran MI Al-Azhar Tulungagung melakukan beberapa hal diantaranya: (a) menyediakan mesin teaching, dan (b) kreativitas guru dalam membuat media pembelajaran. (7) Pengelolaan Lingkungan. Untuk mengelola lingkungan madrasah, MI Al-Azhar Tulungagung menetapkan dua tempat yaitu lingkungan di dalam dan luar kelas. (8) Evaluasi Pembelajaran MI Al-Azhar Tulungagung berupa berupa: (a) supervisi pembelajaran secara kelompok dan individu dengan “self assessment” (penilaian diri sendiri), dan (b) evaluasi hasil belajar siswa. Kedua, upaya yang dilakukan oleh guru dalam mendukung kegiatan pembelajaran di MI Al-Azhar Tulungagung sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran modern, baik dari aspek perencanaan, pengelolaan, dan evaluasi hasil belajar. DAFTAR PUSTAKA A.Jauhar Fuad, Makna Simbolik Tradisi... 237 Abdul Madjid, 2005. Perencanaan Pembelajaran. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya: Asnawir, 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press. Bobbi DePorter, dkk. 2000. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Mizan. Bogdan, Robert C. dan Biklen. 1982. Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston. Borden, Marian Edelman. 2001. Smart Start: Panduan Lengkap Mimilih Pendidikan Prasekolah Balita Anda. Bandung: Kaifa. Burhanuddin Yusak, 1998. Manajemen dan Organisasi Sekolah. Pustak Setia: Bandung. Dimyati dkk, 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Dryden, Gordon, cet III, 2001. Revolusi Cara Belajar: The Learning Revolution: Bagian I. Bandung: Mizan. E. Mulyasa, 2004. Menjadi Kepala Madrasah Profesional, Remaja Rosdakarya: Bandung. Gaspersz, V. 2001. Penerapan Total Quality Management in Education (TQME) Pada Perguruan Tinggi di Indonesia. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Gordon Dryden, cet III, 2001. Revolusi Cara Belajar: The Learning Revolution: Bagian I. Bandung: Mizan. Gordon Dryden, cet IV, 2002. Revolusi Cara Belajar:The Learning Revolution; Bagian II. Bandung: Mizan. Gordon, JR. et. Al. 1990. Management and Organizational Techniques. Boston: Allyn and Bacon. Gorton, Richard, A. 1976. School Administration. American: WM.C. Brown Company Publisher. Guba, Egon G. 1998. Toward a Methodology of Naturalistic Inquiry in Educational Evaluation, Los Angeles: Center of the Study of Evaluation, UCLA Graduate School of Education, University of California, L.A., Hamalik, 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara. Hilda Karli, 2004. 3 H dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Bina Media Informasi. Howard Gardner, 1995. Multiple Intellengence. Prentice Hall, Inc. I Nyoman Sudjan Degeng, 1998. Teknologi Pembelajaran. Sinar Baru: Bandung. 238 DINAMIKA, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2013: 97-120 Ibrahim Bafadal, 2004. Dasar-dasar Manajemen Supervisi Taman Kanak-kanak. Jakarta: Bumi Aksara. Ibrahim Bafadhal. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Mutu Sekolah Dasar; dari Sentralisai Menuju Desentralisasi. Jakarta: Bumi Aksara Irpan Abd. Gafar dan Muhammad Jamil, 2003. Re-Formulasi Rancangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Panduan Dosen, Guru, dan Mahasiswa. Jakarta: Penerbit Nur Insani. Kartawidjaja, Eddy Soewardi. 1987. Pengukuran dan Hasil Evaluasi Belajar. Bandung: Sinar Baru. Madjid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran. Remaja Rosdakarya: Bandung. Mahmud Yunus, cet Pertama. 1965. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta. Yayasan Al Hidayah. Malayu S.P. Hasibuan, 2001. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah (Jakarta: PT Bumi Aksara Malik Fadjar,.1998. Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Jakarta, Logos Mantja, 2002. Kumpulan Karya Tulis Terpublikasi: Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran. Malang: Wineka Media. Marian Edelman Borden, 2001. Smart Start: Panduan Lengkap Mimilih Pendidikan Prasekolah Balita Anda. Bandung: Kaifa. Miles and Huberman, 1992. Analisis Data Kualitatif. UI Press: Jakarta. Muhaimin, 2002. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Rosda Karya. Hlm. 199 Muhaimin, 2003. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Muhaimin, dkk, 1996. Strategi Belajar Mengajar (Penerapannya dalam Pembelajaran Pendidikan Agama). Surabaya: Citra Media. Mulyasa, 2004. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nana Syaodih S., 1997. Bandung. Pengembangan Kurikulum. PT. Remaja Rosda Karya: Nana Syaodih Sukmadinata, 2007. Metode Penelitian Pendidikan. PT. Remaja Rosda Karya: Bandung. Oemar Hamalik, cet, keenam, 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Rasiyo, Ada Sekolah yang Hanya Mengejar Target Masuk Perguruan Tinggi. (http://www.kompas.com/kompas-cetak/0305/14/jatim/313465.htm). Harian Kompas; Jawa Timur. Sadiman, Arif Sukandi, 1988. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa. A.Jauhar Fuad, Makna Simbolik Tradisi... 239 Sardiman, 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sergeovanni, Thomas J. 1980. Educational Governance and Aministration. Englewood Cliffs: Prentice Hall. Inc Sergiovanni, dan Starratt, 1983. Supervision Human Perspectives. New York: McGraw Hill Book Company. Setyosari dan Sulton, 2003. Rancangan Sistem Pembelajaran. Malang: Elang Mas. Soekarto Indrafachrudi, 1994. Bagaimana Mengakrabkan Sekolah dengan Orang Tua Murid dan Masyarakat. Malang: IKIP Malang. Soetjipto, 1994. Profesi keguruan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Soetopo dan Soemanto, 1993. Pengantar Operasional Pendidikan, Usaha Nasional: Surabaya. Soetopo, dkk. 1982. Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Soetopo, Hidayat dan Soemanti, Wasti. 1982. Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Sondang Siagian, 2004. Manajemen Strategik. Bumi Aksara: Jakarta. Spreadly, 1979. The Etnographic Interview. Holt Reinhart and Wiston. Stephen Robbin, 1996. Organizational Behavior: Concept, Application. New Jersey: Prentice Hall International. Inc Controversis, Stoner, James. A.F., 1992. Manajemen Jilid 2. Air Langga: Jakarta. Suharsimi.1990. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta. Suharsini Arikunto, 1990. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta. Sutopo, H.B., 1988, Konsep-Konsep Dasar Dalam Penelitian Kualitatif, Makalah Seminar Nasional Penelitian Dosen FKIP/FIS. UNS., Surakarta, 26-27 Agustus. Tampubolon, Daulat P. 2001. Perguruan Tinggi Bermutu: Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad ke-21. Jakarta: Penerbit PT Gramedia. Uzer Usman, 1993. Upaya Optimalisasi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Remaja RosdAkarya. Vincent Gasperz, 1997. Manajemen Kualitas dalam Industri Jasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.