(cox-2) dengan derajat diferensiasi karsinoma sel skuamosa serviks

advertisement
KORELASI ANTARA EKSPRESI PROTEIN
CYCLOOXYGENASE-2 (COX-2) DENGAN DERAJAT
DIFERENSIASI KARSINOMA SEL SKUAMOSA SERVIKS
UTERI
Mulyati Sri Rahayu
Program Studi Kedokteran Universitas Malikussaleh
Email: [email protected]
ABSTRAK
Karsinoma serviks uteri yang paling banyak dijumpai adalah karsinoma sel
skuamosa (75%). Beberapa penelitian telah menunjukkan pengaruh aktivitas
cyclooxygenase-2 (COX-2) selama karsinogenesis dan ekspresi berlebih pada
banyak jenis keganasan. Penelitian ini adalah untuk memeriksa ekspresi protein
COX-2 dan korelasinya dengan derajat diferensiasi karsinoma sel skuamosa
serviks uteri. Sampel yang dianalisa meliputi : 45 blok parafin dari pasien
karsinoma sel skuamosa serviks uteri, terdiri 15 sampel karsinoma sel skuamosa
serviks uteri berkeratin , 15 sampel karsinoma sel skuamosa serviks uteri tidak
berkeratin tipe sel besar dan 15 sampel karsinoma sel skuamosa serviks uteri
tidak berkeratin tipe sel kecil. Analisis imunohistokimia dilakukan menggunakan
anti bodi monoklonal COX-2. Hasil penelitian diperoleh ekspresi protein COX-2
positif pada 37,8% karsinoma sel skuamosa serviks uteri, tetapi tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara COX-2 dengan derajat diferensiasi (p = 0,422).
Ekspresi berlebih protein COX-2 dijumpai pada karsinoma sel skuamosa serviks
uteri berkeratin dan karsinoma sel skuamosa serviks uteri tidak berkeratin,
namun karsinoma sel skuamosa serviks uteri tidak berkeratin tipe sel kecil
menunjukkan ekspresi yang sedikit dan rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa
peningkatan ekspresi COX-2 berperan penting sebagai fenomena awal proses
karsinogenesis pada karsinoma sel skuamosa serviks uteri.
Kata kunci: Cyclooxygenase (COX-2); Derajat diferensiasi; karsinoma sel
skuamosa serviks uteri
ABSTRACT
The most common carcinoma of the uterine cervix is squamous cell carcinoma
(75%). Numerous studies have emphasized the importance of cyclooxygenase-2
(COX-2) activity during carcinogenesis and overexpressed in any kind of
malignancies. The purpose of this study was to investigate the expression of
protein COX-2 and its correlation with the differentiation grading in squamous
cell carcinoma of the uterine cervix. The following samples were analyzed: 45
paraffin tissue blocks from patients with squamous cell carcinomas of the uterine
cervix, including 15 samples of keratinizing squamous cell carcinomas, 15
samples of large cell non keratinizing squamous cell carcinomas and 15 samples
of small cell non keratinizing squamous cell carcinomas. Immunohistochemical
analysis was performed with a rabbit monoclonal antibody against human COX2. Expression of protein COX-2 was positive in 37,8% of squamous cell
carcinoma of the uterine cervix, but there was no a significant correlation
24
between COX-2 with the differentiation grading (p = 0,422). Overexpression of
protein COX-2 was found in both keratinizing squamous cell carcinoma and non
keratinizing squamous cell carcinoma, but small cell non keratinizing squamous
cell carcinomas showed infrequent and low expression. These results suggested
that increased COX-2 expression might play an important role as early
phenomena in carcinogenesis of squamous cell carcinoma.
Keywords: Cyclooxygenase (COX-2); Differentiation grading; Squamous cell
carcinoma
PENDAHULUAN
Karsinoma
serviks
uteri
masih menempati urutan teratas
sebagai penyebab kematian akibat
kanker usia reproduktif di negara
berkembang. Penyebab utama kanker
serviks adalah infeksi Human
Papiloma Virus (HPV). Lebih dari
90% karsinoma serviks uteri adalah
jenis skuamosa yang mengandung
DNA virus HPV dan 50% karsinoma
serviks uteri berhubungan dengan
HPV tipe 16. Penyebaran virus ini
terutama melalui hubungan seksual.
Onkoprotein E6 dan E7 pada HPV
menstimulus karsinogenesis kanker
serviks yang diduga berkaitan
dengan
mekanisme
aktivasi
transkripsi Cyclooxygenase-2 (COX2). Peningkatan kadar COX-2 diduga
berkaitan dengan mekanisme aktivasi
transkripsi Cyclooxygenase-2 (COX2). Peningkatan kadar COX-2 diduga
berhubungan
dengan
buruknya
prognosis pada pasien dengan kanker
serviks.1,2
Enzim COX-2 merupakan
suatu sintesa prostaglandin yang
terinduksi bila terdapat radang serta
terlibat dalam proses peradangan dan
neoplasma. Enzim COX-2 terekspresi
pada berbagai macam tumor
termasuk kanker kolorektal, kanker
lambung, kanker prostat dan kanker
payudara.
Ekspresi
COX-2
berlebihan pada berbagai jenis
kanker
berhubungan
dengan
proliferasi sel, anti apoptosis,
angiogenesis dan
risiko metastasis.3,4
meningkatnya
Penelitian ekspresi COX-2
pada berbagai jenis kanker telah
banyak dilakukan, namun ekspresi
COX-2 pada keganasan ginekologi
khususnya kanker serviks masih
sedikit diketahui. COX-2 diduga
berhubungan dengan perkembangan
kanker serviks. COX-2 merupakan
salah satu enzim yang terlibat dalam
proses karsinogenesis tidak kalah
penting untuk dievaluasi ekspresinya
pada pemeriksaan histopatologi
jaringan serviks. Penilaian ekspresi
COX-2
memberikan
informasi
mengenai
prognosis
serta
menentukan modalitas pengobatan.
Pengobatan menggunakan inhibitor
COX-2 ini dapat dilakukan bila
dalam jaringan dijumpai ekspresi
COX-2
yang berlebihan. Proses
angiogenesis
sebagai
indikator
agresivitas beberapa neoplasma juga
penting di nilai pada pertumbuhan
kanker serviks. Penelitian ini
diharapkan akan dapat mengungkap
korelasi antara ekspresi protein COX2 dengan derajat diferensiasi pada
karsinoma sel skuamosa serviks
uteri
menurut
klasifikasi
histopatologi dari WHO.
METODE
Rancangan penelitian yang
digunakan adalah observasional
analitik dengan pendekatan cross
sectional study, dengan tingkat
25
kemaknaan α<0,05. Populasi dan
sampel adalah 45 blok parafin yang
tersimpan
di Instalasi Patologi
Anatomi RSUD. Dr. Soetomo
Surabaya periode tahun 2007-2011,
yang secara diagnosis klinis dan
histopatologis
menunjukkan
gambaran karsinoma sel skuamosa
serviks uteri. Pengambilan sampel
dilakukan
dengan
teknik
pengambilan
sampel
secara
proportional random sampling.
Semua
sampel
blok
parafin
dilakukan pemeriksaan ulang untuk
menentukan derajat diferensiasi
Sampel terdiri dari tiga kelompok,
yaitu karsinoma sel skuamosa
berkeratin 15 sampel, karsinoma sel
skuamosa tidak berkeratin tipe sel
besar 15 sampel dan karsinoma sel
skuamosa tidak berkeratin tipe sel
kecil 15 sampel.
Diagnosis karsinoma sel
skuamosa serviks uteri dinilai
menggunakan prosedur pemeriksaan
pulasan
histopatologi
memakai
pengecatan
Hematoksilin-Eosin,
dengan memeriksa morfologi sel,
struktur, susunan histopatologis
jaringan dan jumlah mitosis sel, yang
dilakukan oleh ahli Patologi untuk
menentukan derajat diferensiasi pada
karsinoma sel skuamosa serviks
uteri. Penilaian ekpresi protein COX2 dilakukan dengan menggunakan
metode imunohistokimia memakai
anti bodi COX-2. Perubahan label
petanda warna yang terjadi pada
pulasan selanjutnya dinilai secara
semi kuantitatif.
Penilaian
protein
COX-2
dilakukan dengan cara menghitung
Immuno Reactive Score (IRS-COX2).
Skor kuantitas : skor negatif (0), 110% (+1), 11-50% (+2), 51-80%
(+3), 81-100% (+4). Skor intensitas:
nilai negatif (0), lemah (+1), sedang
(+2), dan kuat (+3). ImmunoReactive
score (IRS-COX2) adalah perkalian
skor kuantitas dan intensitas. dengan
skor 0 (negatif), skor 1-4 (lemah),
skor 5-8 (sedang) dan skor 9-12
(kuat).Ekspresi COX-2 positif bila
ekspresinya sedang sampai kuat,
negatif bila ekspresinya
negatif
sampai lemah.
Analisis yang digunakan
dalam penelitian adalah analisis
bivariat
dengan
menggunakan
program SPSS 17. Analisis data
terhadap perbedaan ekspresi COX-2
pada berbagai derajat diferensiasi
karsinoma sel skuamosa serviks
menggunakan one way anova. Data
yang tidak berdistribusi normal
dilanjutkan dengan Kruskal-Wallis
test. Analisis data terhadap korelasi
antara ekspresi protein COX-2
dengan
derajat
diferensiasi
karsinoma sel skuamosa serviks
menggunakan Pearson Correlation
test. Data yang tidak berdistribusi
normal dilanjutkan dengan Spearman
Correlation test.
HASIL
Karakteristik umur sampel
Usia penderita karsinoma sel
skuamosa serviks uteri bervariasi
dari 24 tahun sampai 65 tahun,
dengan rerata (mean) adalah 48,44
tahun.
Kasus
karsinoma
sel
skuamosa serviks uteri terbanyak
terjadi pada kelompok usia diatas 50
tahun (44,4%).
Pada kasus karsinoma sel
skuamosa berkeratin didapatkan usia
penderita variasi dari 32 sampai 65
tahun dengan rerata (mean) adalah
49,8 tahun dan terbanyak terjadi pada
kelompok usia antara 40 sampai 50
tahun. Pada kasus karsinoma sel
skuamosa tidak berkeratin tipe sel
26
besar didapatkan usia penderita
variasi dari 37 sampai 65 tahun
dengan rerata (mean) adalah 51,4
tahun dan terbanyak terjadi pada
kelompok usia diatas 50 tahun. Pada
kasus karsinoma sel skuamosa tidak
berkeratin tipe sel kecil didapatkan
usia penderita variasi dari 24 sampai
58 tahun dengan rerata (mean)
adalah 44,13 tahun.
Ekspresi protein COX-2
Ekspresi Protein COX-2 pada berbagai
Mean = 3,87 Serviks Uteri
Diferensiasi Karsinoma Sel Skuamosa
Mean = 3,60
Mean = 3,27
Diferensiasi Karsinoma
Gambar 1. Ekspresi protein COX-2 pada berbagai derajat diferensiasi
karsinoma sel skuamosa serviks uteri
Gambar 1. menunjukkan
perbedaan rerata (mean) ekspresi
protein COX-2 pada berbagai derajat
diferensiasi karsinoma sel skuamosa
serviks uteri, yaitu karsinoma sel
skuamosa serviks uteri berkeratin
(3,60), karsinoma sel skuamosa
serviks uteri tidak berkeratin tipe sel
besar (3,87), dan karsinoma sel
skuamosa serviks uteri tidak berkeratin
tipe sel kecil (3,27).
Tabel 1. Hasil uji analisis Kruskal-Wallis Test
Derajat Diferensiasi
N
mean ± SD
p value
Karsinoma sel skuamosa berkeratin
15
3,60 ± 2,44
0,59
Karsinoma sel skuamosa tidak berkeratin
tipe sel besar
15
3,87 ± 1,73
Karsinoma sel skuamosa tidak berkeratin
15
tipe sel kecil
3,27 ± 1,44
Hasil
uji
analisis
menggunakan Kruskal-Wallis test
didapatkan hasil p = 0,599 → p >
0,05 yang artinya tidak terdapat
perbedaan yang bermakna ekspresi
protein COX-2 pada berbagai derajat
diferensiasi karsinoma sel skuamosa
serviks uteri.
27
Tabel 2. Hasil uji analisis Spearman’s Correlation test
COX-2
mean ± SD
3,58 ± 1,88
Koefisien korelasi
-0,123
Hasil
uji
analisis
menggunakan
Spearman's
Correlation test didapatkan hasil p =
0,422 → p > 0,05 yang artinya tidak
terdapat korelasi yang bermakna
PEMBAHASAN
Pada
penelitian
ini
didapatkan bahwa umur penderita
karsinoma sel skuamosa serviks uteri
berkisar antara 24 sampai 65 tahun
(rata-rata 48,44 dan median 50
tahun), dengan kasus terbanyak pada
usia diatas 50 tahun. Penelitian
Ferrandina dan kawan-kawan (2002)
terhadap 84 penderita karsinoma
serviks uteri didapatkan usia
penderita berkisar antara 24-76 tahun
dengan median 50 tahun. Penelitian
Vieira dan kawan-kawan (2005)
terhadap 62 pasien karsinoma serviks
didapatkan usia berkisar antara 26-77
tahun dengan usia rata-rata 49,3
tahun.5,
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan bahwa karsinoma
serviks uteri lebih sering terjadi pada
wanita usia dewasa tua diatas 50
tahun sebanyak 20 subjek penelitian
(44,4%) tetapi dapat juga terjadi pada
usia reproduktif.
Hampir semua karsinoma
sel skuamosa serviks berasal dari lesi
prekursor perubahan epitelial yang
disebut CIN. Usia puncak penderita
CIN sekitar 30 tahun, sementara
karsinoma invasif sekitar 45 tahun.
Tumor invasif kadang ditemukan
pada usia permulaan 20-an tahun,
namun
perubahan
prekanker
biasanya
membutuhkan
waktu
bertahun-tahun, mungkin beberapa
p value
0,422
antara ekspresi protein COX-2
dengan
derajat
diferensiasi
karsinoma sel skuamosa serviks
uteri.
dekade untuk berkembang menjadi
karsinoma yang nyata.
Pada
penelitian
ini
didapatkan bahwa 5 dari 8 (11,1%)
penderita usia muda dibawah 40
tahun ditemukan pada karsinoma sel
skuamosa serviks tanpa pertandukan
tipe sel kecil. Bolli dan Maners
(1992) menyatakan bahwa penderita
karsinoma sel skuamosa usia
dibawah 40 tahun cenderung
memiliki usia harapan rendah dan
interval kekambuhan lebih singkat (
50 vs 97 bulan) dibandingkan
penderita usia antara 40 sampai 60
tahun. Gerbaulet dan kawan-kawan
(1994) menetapkan kriteria penderita
karsinoma sel skuamosa dengan
prognosis buruk meliputi: usia < 30
tahun, tumor agresif secara lokal,
berdiferensiasi buruk, metastasis
limfe nodus dan amplifikasi protoonkogen c-myc.8,9
Diferensiasi tumor yang
mencerminkan aktivitas biologis,
terutama ditunjukkan oleh bentuk
dan ukuran sel tumor, khususnya inti
sel tumor serta kondisi kromatin inti
sel. Pada penelitian ini, walaupun
data sampel ketiga kelompok
(karsinoma dengan pertandukan,
tanpa pertandukan tipe sel besar dan
tanpa pertandukan tipe sel kecil)
relatif
sama,
akan
tetapi
sesungguhnya secara keseluruhan
28
populasi jumlah karsinoma sel
skuamosa tanpa pertandukan tipe sel
kecil tidak mencapai 5% dari
penderita, namun jenis ini memiliki
A
C
prognosis sangat buruk karena cepat
menyebar melalui pembuluh limfe
dan darah.7
B
D
Gambar 2. Ekspresi COX-2 karsinoma sel skuamosa serviks berkeratin (400X).
A.negatif; B. ringan ; C. Sedang; D. Kuat.
Ekspresi protein COX-2
terdeteksi pada 42 dari 45 (93,4%)
sampel terutama pada sitoplasma sel
karsinoma. Sel-sel radang pada
jaringan stroma juga terwarnai
dengan intensitas lemah. Pada
beberapa sampel ditemukan adanya
pola intensitas ekspresi COX-2 yang
berbeda dalam
satu
jaringan
karsinoma, hal ini menunjukkan
adanya heterogenitas intratumoral.
Berdasarkan kriteria skoring yang
digunakan dalam penelitian ini,
ekspresi COX-2 positif sebanyak 17
dari 45 (37,8%) sampel karsinoma
sel skuamosa serviks. Penelitian Kim
dan kawan-kawan (2003) didapatkan
21 dari 73 (28,8%) sampel karsinoma
sel
skuamosa
mengekspresikan
COX-2 positif. Penelitian Lee dan
kawan-kawan (2004) menunjukkan
bahwa ekspresi COX-2 terdeteksi
pada 28 dari 39
(71,8%)
adenokarsinoma
terutama
pada
sitoplasma sel karsinoma dan
terwarnai lemah pada sel radang
jaringan stroma.10,1
Soumaoro
dan kawankawan (2004) mendapatkan ekspresi
protein COX-2 terutama pada
sitoplasma sel epitel, terwarnai
sedikit pada beberapa sel stroma
seperti sel endotel vaskular, fibroblas
dan sel mononuklear pada karsinoma
kolorektal. Protein COX-2 umumnya
tidak terdeteksi pada jaringan normal
dan pada kondisi basal. Pada proses
inflamasi
dan
kondisi-kondisi
patologik COX-2
diinduksi oleh
faktor
pertumbuhan,
sitokin,
promotor tumor dan onkogen
selanjutnya akan diekspresikan pada
berbagai jenis sel seperti makrofag,
29
epitelial, sel endotelial, fibroblas
yang
akan
berperan
pada
peningkatan sintesis prostaglandin
pada
jaringan
inflamasi
dan
neoplasma.12,13
Perbedaan nilai rata-rata
positif dari ekspresi COX-2 dalam
berbagai penelitian mungkin dapat
dijelaskan oleh beberapa faktor,
diantaranya variasi ukuran dan
karakteristik sampel dan terutama
perbedaan dalam pemilihan sistem
skoring atau nilai cutoff.
Penelitian ini diharapkan
dapat
mengungkap
mekanisme
patologi produk gen inflamatorik
seperti COX-2 yang diketahui
mempunyai peran penting dalam
karsinogenesis (derajat diferensiasi)
melalui meningkatkan proliferasi,
angiogenesis, menghambat apotosis
dan mengsupresi sistem imum.
Produk faktor pertumbuhan oleh selsel inflamatorik dapat mengubah
fenotipe sel serupa stem-cell dan sel
progenitor
serta
merangsang
ekspansi sel tersebut. Hubungan
inflamasi dengan sel-sel kanker
bukan
hubungan
satu
arah.
Kerusakan DNA dalam sel kanker
dapat berakibat inflamasi makin
parah
dan
mempromosikan
tumorigenesis.
Pada
umumnya
diperlukan 2 perubahan penting
untuk transformasi ganas. Pertama
adanya kemampuan untuk tumbuh
dan berkembang tanpa stimulasi dari
luar (autocrine), baik melalui
produksi regulator, aktivasi reseptor
secara terus menerus atau transduksi
sinyal yang abnormal dalam jalur
transduksi mulai dari reseptor hingga
gen relevan dalam nukleus. Kelainan
yang kedua adalah kesalahan
intrinsik
dalam
komitmen
diferensiasi
dari
sel
yang
memberikan
respons
terhadap
stimulasi tersebut, sehingga karena
tidak ada komitmen diferensiasi,
yang terbentuk adalah sel yang sama
dengan induknya dan bukan sel
progenitor yang memiliki komitmen
untuk diferensiasi terminal.14
Virus dapat menyebabkan
transformasi melalui 2 jalur, yaitu
pertama dengan cara menghambat
fungsi berbagai tumor suppressor
gene seperti Rb dan p53 dan
menghambat salah satu keluarga
Bcl2 yang pro-apoptotik yaitu bax,
sedangkan jalur kedua dengan cara
menghasilkan produk onkogen virus
yang
menginduksi
translokasi
kromosom atau mutasi gen lain dan
berakhir dengan transformasi sel.
Interaksi antara faktor pertumbuhan
yang berlebihan dengan kelainan
intrinsik berakibat transformasi ganas
pada sel.14
HPV masuk kedalam tubuh
dan menginfeksi sel basal keratinosit
melalui
abrasi
ringan
atau
mikrotrauma pada epitel servikovaginalis. Jalur utama transmisi HPV
adalah terpaparnya serviks oleh virus
yang terdapat dalam saliva, cairan
seminal atau kulit dari pasangan yang
terinfeksi selama koitus. Virus tetap
berada pada mukosa epitel setelah
transmisi untuk menghindari kontak
dengan aliran darah dan sistem imun
alami. Kemampuan HPV meghindari
pengenalan dan penghancuran oleh
sistem imun merupakan aspek utama
terjadinya infeksi HPV persisten.
Viremia
dan
sitolisis
yang
berhubungan dengan infeksi awal
virus pada serviks, aktivasi sistem
imun alami dan inflamasi tidak terjadi.
Virus secara aktif menginduksi
mekanisme
untuk
menghindari
pengenalan sistem imun melalui
deregulasi jalur interferon dan
downregulation pengenalan reseptor
seperti Toll-like receptor 9, sehingga
30
proses infeksi tidak terdeteksi dalam
jangka waktu lama. Onkogen HPV
terintegrasi kedalam DNA pejamu di
dalam sel basal untuk menginduksi
sintesis DNA virus menggunakan
mesin
replikasi
DNA
pejamu.
Replikasi DNA dan sintesis protein
yang dalam jumlah banyak akan
merangsang respon imun mempunyai
kadar rendah di lapisan basal. Sel basal
A
matur akan berdiferensiasi dan
bermigrasi menuju lapisan pemukaan
epidermal
serta
mulai
cepat
mensintesis DNA. Sel yang mencapai
lapisan superfisial epidermis akan
mengalami apoptosis secara alami dan
membebaskan partikel virus, proses
tersebut terjadi sekitar 3 minggu.15
B
C
Gambar 3. Ekspresi COX-2 karsinoma sel skuamosa serviks tidak
berkeratin tipe sel besar (400X). A.ringan ; B.Sedang; C.Kuat.
Sistem imun alami dan
adaptif menginisiasi respon inflamasi
melawan virus saat pertama kali
terdeteksi, dan kebanyakan eliminasi
efektif pada penderita. Sekitar 15%
wanita gagal mengeliminasi virus
sehingga
menimbulkan
infeksi
persisten, disertai resolusi yang
inadekuat atau peningkatan aktivasi
jalur inflamatorik COX-2/PG/PG
receptor yang dapat mempromosi
kearah keganasan. Sel radang dan
karsinoma dapat
membebaskan
sitokin, kemokin dan prostaglandin
yang memiliki efek autokrin dan
parakrin terhadap fungsi endotelial,
stroma, epitel karsinoma dan sel
imun
yang
menyebabkan
peningkatan angiogenesis karsinoma,
pertumbuhan
karsinoma,
menghambat apoptosis dan immunesurveillance.
Kondisi
tersebut
mendukung terhadap karsinogenesis
dan survival virus dalam lingkungan
mikro.15
Onkogen HPV16 berperan
dalam pengaturan ekspresi gen COX2. Onkogen HPV16 E6 dan E7
menstimulus produksi amphiregulin,
suatu ligan dari EGFR sehingga
mengaktifkan
jalur
sinyal
EGFR→Ras→MAPK (JNK dan
ERK). Aktivasi jalur sinyal tersebut
menyebabkan
fosforilasi
c-Jun
sehingga menyebabkan degradasi
TBLR1-dependent dari komplek
corepressor NCoR/HDAC3 dan
rekrutmen coactivator CBP/p300
serta
heterodimer c-Jun/c-Fos
terfosforilasi pada promotor COX-2.
Pada kondisi basal
komplek
corepressor NCoR
diketahui
menghambat perubahan dari c-Jun
menjadi heterodimer c-Jun/c-Fos
sehingga ekspresi COX-2 biasanya
tidak terdeteksi pada sel epitel
normal. Onkogen HPV menstimulus
transkripsi COX-2 dengan cara
menginduksi
pertukaran
antara
corepressor/coactivator tersebut.16
31
A
B
C
Gambar 4. Ekspresi COX-2 karsinoma sel skuamosa serviks tidak berkeratin tipe
sel kecil (400X). A. ringan ; B. Sedang; C. Kuat.
Korelasi antara Ekpresi Protein
COX-2
dengan
Derajat
Diferensiasi
Karsinoma
Sel
Skuamosa Serviks Uteri
Ekspresi protein COX-2
dinilai secara semi kuantitatif dari
pemeriksaan imunohistokimia dan
dilakukan analisis
untuk
menunjukkan perbedaan ekspresi
protein COX-2 dengan derajat
diferensiasi karsinoma serviks uteri.
Hasil uji analisis menggunakan
Spearman's
Correlation test
didapatkan hasil p = 0,422 → p >
0,05 yang artinya tidak terdapat
korelasi yang bermakna antara
ekspresi protein COX-2 dengan
derajat diferensiasi karsinoma sel
skuamosa serviks uteri.
Hasil
penelitian
menunjukkan
ekspresi COX-2
positif pada 17 (37,8%) berupa
derajat sedang, dan ekspresi negatif
pada 28 dari 45 (62,2%) sampel
jaringan karsinoma sel skuamosa
servik. Chen dan kawan-kawan
(2003) melaporkan bahwa dari 53
jaringan
karsinoma
serviks
didapatkan 22 sampel jaringan
(41,5%) menunjukkan ekspresi COX2 pada derajat sedang sampai kuat.
COX-2 terlibat penting dalam
karsinogenesis karena merupakan
suatu cytokine-indusible enzyme
yang meningkat pada kondisi
inflamasi
dan
patologi
dan
memetabolisme prostagladin, yang
berperan menghambat apoptosis,
menginduksi angiogenesis dan invasi
sel tumor. Peningkatan ekspresi
COX-2 dijumpai pada sel-sel yang
mengalami transformasi dan pada
jaringan kanker.17,18
Data
penelitian
menunjukkan bahwa dari 17 (37,8%)
sampel dengan ekspresi protein
COX-2 positif didapatkan pada
karsinoma sel skuamosa berkeratin 9
(20%)
sampel,
lebih
banyak
dibandingkan pada karsinoma sel
kuamosa tidak berkeratin tipe sel
besar dan tipe sel kecil masingmasing 5 (11,1%) dan 3 (6,7%)
sampel. Chen dan kawan-kawan
(2003) pada penelitiannya terhadap
53 jaringan karsinoma serviks uteri
menunjukkan adanya korelasi yang
berbanding terbalik antara ekspresi
protein COX-2 dengan derajat
diferensiasi karsinoma serviks uteri,
dimana dijumpai ekspresi COX-2
pada well differentiated meningkat
secara signifikan dibandingkan pada
moderately dan poorly differentiated
(72,2% vs 33,3%; p = 0,018). Chen
berhipotesa bahwa COX-2 berperan
penting
pada proses awal
32
karsinogenesis, namun selanjutnya
mungkin tidak begitu signifikan.17
dihubungkan dengan fase awal dari
progresivitas karsinoma.
Soslow dan kawan-kawan
(2000) mencatat ekspresi protein
COX-2 pada tiga lesi prekursor dari
karsinoma
invasif
:
atypical
adenomatous hyperplasia dari paru,
adenoma dari kolon, and DCIS dari
payudara,
menunjukan
bahwa
peningkatan
ekspresi
COX-2
merupakan fenomena relatif awal
pada proses malignansi neoplasma
epitelial. Gambaran histologi Poorly
differentiated dihubungkan dengan
rendahnya ekspresi COX-2 pada
semua
karsinoma
terutama
karsinoma kolon. Pada karsinoma
payudara, DCIS lebih cenderung
mengekpresikan COX-2 dari pada
karsinoma invasif. Epitel kolon
adenomatosa menunjukkan ekspresi
COX-2 derajat sedang, demikian juga
dijumpai pada epitel non neoplastik
didekatnya.
Ekspresi
COX-2
meningkat pada karsinoma paru,
kolon dan payudara dengan derajat
diferensiasi baik dan sedang.
Kemungkinan adanya efek parakrin
COX-2
tampak
berupa
hasil
imunoreaktif sedang pada epitel non
neoplastik yang berdekatan.19
Ekspresi COX-2 berlebihan
menyebabkan peningkatan PGE2
sebagai produk metabolit utama yang
mempromosi proliferasi, survival,
angiogenesis, hambatan apoptosis
dan immune-surveillance. COX-2/
PGE2 mampu mengaktifkan sinyal
jalur pro survival seperti PI3K/AKT,
Ras-MAPK/ERK
dan
EGFR
signalling
pathways
yang
mengstimulus pertumbuhan sel,
proliferasi dan survival. Kondisi
hipoxia akan menginduksi faktor
transkripsi hypoxia-inducible factor
(HIF-1) yang akan meningkatkan
ekspresi COX-2 dan produksi PGE2
sehingga mengaktifkan Ras-MAPK
pathway dan menimbulkan efek
positif feeback terhadap pro-survival
COX-2/ PGE2. Sinyal anti proliferasi
seperti transforming growth factorbeta (TGF-β) dapat menghambat
proliferasi dengan mencegah sel
masuk ke fase G1 dari siklus sel
sehingga sel tetap berada di fase G0.
Ekspresi COX-2/ PGE2 berlebihan
akan menghambat penerimaan sinyal
anti pertumbuhan akibat downregulation reseptor TGF-β tipe II.20
Penemuan tersebut dapat
menjelaskan penyebab karsinoma sel
skuamosa serviks tidak berkeratin
menunjukkan persentase ekspresi
protein COX-2 relatif rendah dari
pada karsinoma sel skuamosa serviks
berkeratin. Pada hasil penelitian ini
didapatkan bahwa ekspresi protein
COX-2 menjadi berkurang pada
tahap lanjut dari karsinoma sel
skuamosa serviks dengan derajat
diferensiasi seluler yang agresif. Hal
ini menunjukkan bahwa ekspresi
protein COX-2 pada karsinoma sel
skuamosa serviks mungkin dapat
COX-2
mempromosi
vaskularisasi karsinoma
dengan
menghasilkan
PGE2
dan
prostaglandin I2
yang akan
menginduksi proliferasi dan migrasi
sel endotel melalui aktivasi integrin.
PGE2 dapat meningkatkan VEGF
dan bFGF yang penting untuk
pembentukan mikrovaskular. COX-2
dapat memodulasi jalur apoptosis
intriksik melalui induksi NFκB yang
merupakan faktor transkripsi penting
dalam
peningkatan
transkripsi
protein anti apoptosis seperti Bcl-2
melalui aktivasi dan
RasMAPK/ERK signalling
pathways
33
dan meningkatkan resistensi terhadap
butyrateinduced
apoptosis.
Ekspresi
COX-2
menyebabkan
inhibisi ekspresi
death reseptor
(TRAIL-induced apoptosis, Fasinduced
apoptosis)
yang
berhubungan dengan jalur apoptosis
ekstrinsik. Peningkatan kadar PGE2
berperan terhadap kemampuan tumor
menghindari respon imun. PGE2
menghambat rangsangan sitokin
yang dihasilkan oleh sel dendrit
terhadap sel CD4+/Th1 sehingga
mengurangi aktivasi sel T CD8+
sitotoksik.20
Namun demikian perlu dilakukan
pemeriksan lebih lanjut hubungan
antara peningkatan ekspresi protein
COX-2 dan berbagai parameter
klinikopatologi lainnya. Di masa
mendatang
perlu
dilakukan
penelitian
mekanisme
detail
molekular signaling pathway COX-2
terhadap
proses
karsinogenesis
karsinoma sel skuamosa serviks uteri
meliputi angiogenesis, proliferasi sel,
anti apoptosis dan supresi immune
surveilance.
KESIMPULAN
Alhamdulillahirobbil’alamiin,
egala puji syukur saya panjatkan
kehadirat ALLAH Subhanahu wa
ta’ala atas segala rahmat, hidayah
dan inayahNYA yang dilimpahkan
kepada saya. Terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya saya
sampaikan kepada Instalasi Patologi
Anatomi RSUD Dr. Soetomo
surabaya, atas ijin yang diberikan
kepada saya untuk menggunakan
fasilitas dan bahan jaringan dari
penderita karsinoma serviks. Peneliti
juga merasa bahwa tanpa bantuan
berbagai pihak pulikasi artikel ini
tidak mungkin terlaksana. Karena itu
peneliti menyampaikan penghargaan
setinggi-tingginya kepada Badan
Penerbit Jurnal SEL, khususnya
koordinator penerbitan dan redaksi
pelaksana atas usahanya memuat
artikel ilmiah hasil penelitian ini.
Berdasarkan
hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa
tidak terdapat korelasi antara
ekspresi protein COX-2 dengan
derajat diferensiasi karsinoma sel
skuamosa serviks uteri yang tampak
dari rendahnya ekspresi protein
COX-2 pada karsinoma sel skuamosa
serviks berdiferensiasi buruk.
Ekspresi
berlebihan
protein COX-2 ditemukan
pada
karsinoma sel skuamosa berkeratin
maupun karsinoma sel skuamosa
tidak berkeratin, tetapi jumlah dan
derajat ekspresinya lebih rendah pada
karsinoma sel skuamosa tidak
berkeratin tipe sel kecil. Penelitian
ini menunjukkan bahwa peningkatan
ekspresi protein COX-2 merupakan
fenomena awal proses karsinogenesis
pada karsinoma sel skuamosa serviks
uteri.
SARAN
Hasil penelitian ini dapat
dipakai dalam menentukan pilihan
terapi yang tepat, evaluasi hasil
pengobatan dan prognosis pada
karsinoma sel skuamosa serviks uteri
terutama diawal karsinogenesis.
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR PUSTAKA
1.
Rasjid I. Epidemiologi Kanker
Pada
Wanita,
cetakan
1,Jakarta:Sagung Seto;2010
2.
Fitzgerald DW, Bezak K,
Ocheretina O, Riviere C, Wright
TC, Milne GL, et al. The effect
of HIV and HPV coinfection on
34
cervical COX-2 expression and
systemic
prostaglandin
E2
levels,
Cancer
Prev
Res
2011:534-40.
3.
4.
Huang C, Lu H & Ouyang W.
Inflammation, a key event in
cancer development, Mol Cancer
Res 2006, 4:221-233.
Sahin, M, Gümüs, S and Sahin,
E. Cyclooxygenase-2 in cancer
and angiogenesis, Angiology
2009; 60:242-53.
5.
Ferrandina
G.
Increased
cyclooxygenase-2 expression is
associated with chemotherapy
resistance and poor survival in
cervical cancer patients, Journal
of Clinical Oncology 2002; 20:
973-81.
6.
Vieira SC, Silva BB, Pinto GA,
Vassallo J, Moraes NG, Santana
J,et al. CD34 as a marker for
evaluating
angiogenesis
in
cervical cancer, Pathology –
Research and Practice 2005;
201: 313–18.
7.
Kumar V & Montag A. The
female genital system and
breast, in Kumar V, Abbas Ak,
Fausto N & Mitchell, (eds. et
al.),
Robbins And Cotran
pathologic basis of disease, 8th
edition, Philadelphia: Elsevier
Saunders; 2007.
the young woman, Contracept
Fertil Sex 1994; 22:405-9.
10. Kim MH, Seo SS, Song YS,
Kang DH, Park IA, Kang SB,
Lee,
HP.
Expression
of
cyclooxygenase-1
and
-2
associated with expression of
VEGF in primary cervical
cancer and at metastatic lymph
nodes, Gynecologic Oncology
2003; 90: 83–90.
11. Lee JS, Choi YD, Lee JH, Nam
JH, Choi C, Lee MC, et al.
Expression of cyclooxygenase-2
in adenocarcinomas of the
uterine cervix and its relation to
angiogenesis and tumor growth,
Gynecologic Oncology 2004; 95
:523–9.
12. Soumaoro LT,
Uetake H,
Higuchi T, Takagi Y, Enomoto
M,
Sugihara
K.
Cyclooxygenase-2 expression: a
significant prognostic Indicator
for patients with Colorectal
Cancer’,
Clinical
Cancer
Research 2004; 10: 8465–71.
13. Klimek M, Urbański K, Kojs Z,
Karolewski K, Pudełek J,
Blecharz
P.
Role
of
cyclooxygenase-2 in cervical
cancer, Arch Med Sci 2009; 5:
303-7.
14.
8.
9.
Bolli JA, Maners A. Age as a
prognostic factor in cancer of the
cervix: the UAMS experience, J
Ark Med Soc 1992; 89:79-83.
Gerbaulet A, Lartigau E, HaieMeder C, Michel G, Prade M,
L'Homme C. Cervical cancer in
Kresno SB, Ilmu Dasar
Onkologi, Edisi ke-2. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI; 2011
15. Adefuye, A & Sales, K.
Regulation of
inflamatory
pathways
in
cancer
and
infectious disease of the cervix,
Scientifica 2012: 1-8.
35
16. Subbaramaiah,
K
&
Dannenberg,
AJ.
Cyclooxygenase-2 transcription
is
regulated
by
human
papillomavirus 16 e6 and e7
oncoproteins: evidence of a
corepressor/coactivator
exchange, Cancer Res 2007;
7:3976-85.
17. Chen YJ, Wang LS, Wang PH,
Lai CR, Yuan CC. High
cyclooxygenase-2 expression in
cervical
adenocarcinomas,
Gynecologic Oncology 2003;
88: 379–85.
18. Masferrer JL, Leahy KM, Koki
AT, Zweifel BS, Settle SL,
Woerner
BM,
et
al.
Antiangiogenic and antitumor
activities of cycloogygenase-2
inhibitors, Cancer Res 2000;
60:1306–11.
19. Soslow RA, Dannenberg AJ,
Rush D, Woerner BM, Khan
KN, Masferrer J, Koki AT.
COX-2 is expressed in human
pulmonary,
colonic,
and
mammary tumors, Cancer 2000
;89:2637–45.
20. Greenhough A, Smartt HJ,
Moore AE, Roberts HR,
Williams AC, Paraskeva C &
Kaidi A. Review the COX2/PGE2 pathway: key roles in
the hallmarks of cancer and
adaptation to the tumour
microenvironmen,
Carcinogenesis 2009; 30:377–
86.
36
Download