BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGETAHUAN 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGETAHUAN
2.1.1 Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan terjadi setelah seseorang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca
indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Berdasarkan pengalaman dan penelitian, perilaku yang disadari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak disadari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo,2007).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu dapat diperhatikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
suatu spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari meliputi pengetahuan terhadap
fakta, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus, memori, teori, dan
kesimpulan. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain menyebutkan, menguraiakan, mendefenisikan, mendatakan, dan lain
sebagainya.
2. Memahami (Komprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang suatu
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi yang tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya terhadap
objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebanarnya (real). Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, prinsip dan sebagainya
dalam konteks lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata-kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis
menunjukan
pada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau
dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-
formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat
meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
materi atau objek, penilaian didasarkan pada kriteria tertentu.
2.1.3 Cara memperoleh pengetahuan
Meurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan,
yaitu:
1. Cara coba-salah (Trial and error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahakan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba
kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba
dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba
kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dipecahkan.
Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau
salah) atau metode coba-salah coba-coba.
2. Cara kekuasaan atau otoriter
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan
tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang
dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan
turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya, dangan kata lain pengetahuan
tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau atau kekuasaan, baik tradisi,
otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli
ilmu
pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan
oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau
membuktikan kebenaran, baik berdasarkan fakta empiris atau pun berdasarkan
penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat
tersebut menganggap bahwa yang dikemukakannya adalah benar.
3. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, dengan penjelelasan lain yaitu
pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.
4. Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut
berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikiran, baik melalui induksi
maupun deduksi.
5. Cara modern dalam memperoleh pengatahuan
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistimatis, logis
dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”, atau lebih popular disebut
metodologi penelitian (research methodology).
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Mubarak (2007), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang yaitu :
1. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik
dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori
perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama
dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada
aspek psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.
2. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain
terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa
makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima
informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai baru
diperkenalkan.
3. Minat
Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat
menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya
diperoleh pengetahuan yang lebih dalam.
.
Minat itu tampak dalam dua segi yang berbeda, yaitu dilihat dari segi aktif atau
dinamis, dan segi pasif atau statis. Dari segi aktif maka minat tampak sebagai
suatu usaha positif dalam menggerakkan, mengerahkan, dan mengarahkan daya
serta potensi tenaga kerja, agar secara produktif berhasil mencapai dan
mewujudkan tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Sedangkan apabila dilihat dari
segi pasif atau statis, minat akan tampak sebagai kebutuhan sekaligus sebagai
perangsang untuk dapat menggerakkan, mengerahkan, dan mengarahkan potensi
serta daya kerja manusia tersebut ke arah yang diinginkan (Mubarak, 2007).
4. Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya
yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
Seseorang yang hidup dalam lingkungan
yang berpikiran luas maka
pengetahuannya akan lebih baik daripada orang yang hidup di lingkungan yang
berpikiran sempit (Mubarak, 2007).
5. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung (Mubarak, 2007).
6. Informasi
Informasi merupakan sebuah pesan dari pengirim kepada penerima, informasi ini
sangat diperlukan dalam rangka menciptakan pemikiran, hal yang baru, ide,
kreatifitas dan isu yang terbaru dalam hal dunia. Bila seseorang kurang memiliki
informasi yang baru maka orang tersebut akan mengalami keterbelakangan dalam
kehidupanya, dan kemajuan yang dimiliki akan tidak tumbuh dengan baik
(Mubarak, 2007).
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang
memperoleh pengetahuan yang baru, informasi baru yang di dapat merupakan
pengganti pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau merupakan
penyempurnaan informasi sebelumnya (Mubarak, 2011).
Pada dasarnya pengetahuan diperoleh dari sekumpulan informasi yang saling
terhubungkan secara sistematik sehingga memiliki makna. Informasi yang
diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan
pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan
atau peningkatan pengetahuan (Mubarak, 2007).
Media massa dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media masa seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan opini dan kepercayaan orang (Mubarak, 2011).
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa
pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru
bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. Informasi akan memberikan
pengaruh pada pengetahuan seseorang, meskipun seseorang memiliki pendidikan
rendah, tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media dapat
meningkatkan pengetahuan seseorang (Hidayat, 2007).
7. Kebudayaan
Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya
untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat
sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan
(Mubarak, 2007).
8. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Pengalaman terhadap objek tersebut
menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam
emosi sehingga menimbulkan sikap positif dan juga merupakan sumber
pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan.
Pengalaman yang kurang juga berimbas pada seseorang memiliki pengetahuan
yang rendah. Penyebabnya pengalaman memiliki peran penting dalam mendidik
seseorang untuk berfikir dan bertidak sesuai dengan apa yang pernah terjadi
sebelumnya (Mubarak, 2007).
Pengetahuan dibagi menjadi tiga yaitu pengetahuan baik, pengetahuan cukup, dan
pengetahuan kurang. Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket
yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari responden
(Notoatmodjo, 2010).
2.2 Remaja
2.2.1 Pengertian
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa
dimana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi
sehingga mempengaruhi terjadinya
perubahan-perubahan perkembangan, baik
fisik, mental maupun peran sosial (Ardhyantoro dan Kumalasari, 2010).
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, masa ini
merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologi, dan perubahan
sosial (Notoatmodjo, 2007).
2.2.2 Batasan remaja
Menurut Ardhyantoro dan Kumalasari (2010), batasan remaja berdasarkan umur
yaitu:
1. Masa remaja awal yaitu 10-12 tahun
a. Lebih dekat dengan teman sebaya
b. Ingin bebas
c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya
d. Mulai berpikir abstrak
2. Masa remaja tengah yaitu 13-15 tahun
a. Mencari identitas diri
b. Timbul keinginan untuk berkencan
c. Mempunyai rasa cinta yang mendalam
d. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
e. Berkhyal tentang aktivitas seks
3. Masa remaja akhir yaitu 16-21 tahun
a. Pengungkapan kebebasan diri
b. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
c. Mempunyai citra tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri.
2.2.3 Aspek perkembangan pada masa remaja
Menurut Handoyo (2010) aspek perkembangan remaja meliputi:
1. Perkembangan fisik
Perkembangan fisik pada remaja adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak,
kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik. Perkembangan pada tubuh ditandai
dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, serta
kematangan seksual dan fungsi reproduksi.
Menurut Notoatmodjo (2007), antara remaja putra dan putri kematangan seksual
terjadi dalam usia yang agak berbeda. Kematangan seksual pada remaja putra bisa
terjadi pada usia 10-13,5 tahun, sedangkan pada remaja putri terjadi pada usia 915 tahun. Bagi remaja laki-laki perubahan itu ditandai oleh perkembangan pada
organ seksual, mulai tumbuhnya rambut kemaluan, perubahan suara, dan juga
ejakulasi pertama melalui wet dream atau mimpi basah. Sedangkan pada remaja
putri pubertas ditandai dengan menarche (haid pertama) dan perubahan pada dada
(mammae).
2. Perkembangan kognitif
Remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka dimana informasi yang
didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka.
Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting
dibanding ide lainnya (Handoyo, 2010)
Menurut Notoatmodjo (2007), labilnya emosi erat kaitannya dengan perubahan
hormon dalam tubuh. Remaja kadang mengalami letusan emosi dalam bentuk
amarah, sensitif, bahkan perbuatan nekat. Ketidakstabilan emosi menyebabkan
mereka mempunyai rasa ingin tahu dan dorongan untuk mencari tahu.
Pertumbuhan kemampuan intelektual pada remaja cenderung membuat mereka
bersikap kritis, tersadar melalui perbuatan-perbuatan yang sifatnya eksperimen
dan eksploratif.
3. Perkembangan kepribadian sosial
Perkembangan kepribadian adalah perubahan dengan dunia dan menyatakan
emosi secara unik, sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam
hubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian yang penting pada masa
remaja adalah pencarian identitas diri. Pencarian identitas diri adalah proses
menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Handoyo,
2010)
Penyebab ketidaktahuan remaja putri tentang kanker serviks adalah akibat dari
memiliki perilaku yang tertutup, kurangnya pengetahuan tentang ilmu kesehatan
reproduksi, dasar informasi tentang kesehatan reproduksi pada remaja yang sangat
minim didapati, tidak adanya kesadaran atau motivasi untuk memperhatikan
kesehatan diri yang tidak tampak (Mubarak,2007)
2.3 Kanker serviks
2.3.1 Pengertian
Kanker
serviks
merupakan
tumor
ganas
yang
menyerang
squamosa
intraepithealial serviks yang terdiri dari sel-sel tumbuh cepat, tidak mempunyai
pembungkus,
tumbuh tidak teratur dan tidak terkendali, mendesak tempat
sekitarnya, dan menyusup ke tempat yang jauh yang disebabkan oleh HPV atau
Human Papiloma Virus Onkogenik, mempunyai presentase yang cukup tinggi
dalam menyebabkan kanker serviks, yaitu sekitar 99% dan merupakan salah satu
penyakit karsinoma yang menempati urutan pertama diantara lima jenis karsinoma
terbanyak pada wanita (Rasjidi, 2008; Tilong, 2012).
2.3.2 Penyebab dan faktor predisposisi
Faktor-faktor yang bisa memicu terjadinya kanker serviks antara lain :
1. Perempuan dengan mitra seksual multiple atau mempunyai suami resiko
tinggi yaitu suami yang mempunyai mitra seksual multiple juga.
2. Aktivitas Seksual Dini
Wanita dengan aktivitas seksual dini, misalnya sebelum usia 16 tahun,
mempunyai resiko lebih tinggi karena pada usia itu terkadang epitel atau
lapisan dinding vagina dan serviks belum terbentuk sempurna. Hal ini
menyebabkan gampangnya timbul lesi/luka mikro di vagina atau serviks
sehingga gampang pula terjadi infeksi, termasuk infeksi oleh virus HPV
penyebab kanker serviks. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) sering
terjadi pada usia muda, sekitar 25-30% nya terjadi pada usia kurang dari 25
tahun.
3. Smegma
Smegma adalah substansi berlemak. Biasanya terdapat pada lekukan dekat
kepala kemaluan/penis dan didapati pada laki-laki yang tidak sunat.
Sebenarnya smegma adalah secret alami yang dihasilkan kelenjar sabeceous
pada kulit penis. Namun ternyata hal ini berkaitan dengan meningkatnya
resiko seorang laki-laki sebagai pembawa dan penular virus HPV.
4. Perempuan Yang Merokok
Perempuan perokok mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita kanker
serviks daripada perempuan yang tidak merokok. Zat nikotin yang dikandung
tembakau mempunyai kecenderungan mempengaruhi selaput lendir pada
tubuh, termasuk selaput lendir serviks sehingga membuatnya rentan terhadap
sel kanker.
5. Frekuensi Persalinan.
Perempuan yang sering melahirkan memiliki resiko menderita kanker serviks
lebih tinggi.
6. Tingkat sosial ekonomi yang rendah, hal ini berkaitan dengan asupan gizi
(Kurang mengkonsumsi vitamin C, E dan asam folat) serta status imunitas.
7. Penggunaan obat imunosupresan/penekan kekebalan tubuh.
8. Riwayat terpapar infeksi menular seksual (IMS), hal ini karena Human
Papilloma Virus (HPV) bisa ikut tertularkan bersamaan dengan penyebab
penyakit kelamin lainnya seperti infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia
saat terjadi hubungan kelamin, dan pada wanita yang mengalami radang
panggul.
9. Riwayat Keluarga
Seseorang yang mempunyai riwayat keluarga dengan kanker serviks
mempunyai resiko yang sangat besar untuk menderita kanker serviks
10. Seringnya mencuci vagina dengan antiseptik, seringnya menaburi vagina
dengan bedak sehingga menimbulkan iritasi, pembalut berkualitas buruk.
11. Penggunaan hormone estrogen bagi wanita yang telah menopause tidak sesuai
aturan, penggunaan pil KB yang terlalu lama.
12. Gaya hidup yang buruk, kebiasaan makan makanan yang mengandung lemak.
13. Infeksi Human Papiloma Virus(HPV)
14. Hasil pemeriksaan papsmear sebelumnya yang tidak normal.
(Tilong, 2012; Samadi, 2011; Andrijono, 2010; Dirjen PP dan PL, 2009; BKKBN,
2008; Depkes RI, 2008; Alan dan Nathan, 2007; Tiro dkk, 2007; Yatim Faisal,
2005).
2.3.3 Tanda dan gejala
Permulaan kanker, tidak ada tanda dan gejala yang khusus. Stadium-stadium awal
hanya bisa ditemukan dengan melakukan pemeriksaan papsmear. Tanda seperti
keputihan yang tidak gatal merupakan hal yang paling sering dikeluhkan
penderita. Pada kasus tertentu, cairan yang keluar dari vagina lama-lama akan
berbau busuk akibat kematian jaringan dan infeksi pada jaringan tumor.
Tanda yang lain adalah keluarnya darah jika selesai melakukan hubungan seksual.
Hal-hal ini semuanya bisa ditemukan saat kanker sudah mencapai stadium II atau
lebih. Pada stadium III penderita mulai turun berat badannya, terjadi pendarahan
terus menerus melalui vagina yang bisa menyebabkan anemia atau kurang darah
(Tapan Erik, 2005).
Perubahan awal yang terjadi pada sel leher rahim tidak selalu merupakan suatu
tanda-tanda kanker. Papsmear test yang teratur sangat diperlukan untuk
mengetahui lebih dini adanya perubahan awal dari sel-sel kanker. Perubahan selsel kanker selanjutnya dapat menyebabkan pendarahan setelah aktivitas seksual
atau diantara masa menstruasi. Adanya perubahan ataupun keluarnya cairan
bukanlah merupakan suatu hal yang normal (Tilong, 2012).
Menurut Samadi (2011), gejala klinis jika sudah menjadi kanker serviks dapat
dibedakan dalam beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut :
1. Gejala Awal
a. Perdarahan pervagina, berupa perdarahan pasca senggama atau perdarahan
spontan di luar masa haid. Serviks yang normal konsistensinya kenyal dan
permukaannya licin. Adapun serviks yang sudah berubah menjadi kanker
bersifat rapuh, mudah berdarah dan diameternya biasanya membesar.
b. Keputihan yang berulang-ulang, tidak sembuh walapun sudah diobati.
Keputihannya biasa berbau, gatal dan panas karena sudah ditumpangi infeksi
sekunder. Artinya cairan yang keluar dari lesi pra kanker atau kanker tersebut
ditambah infeksi oleh kuman, bakteri ataupun jamur.
2. Gejala Lanjut
Cairan keluar dari liang vagina berbau tidak sedap, nyeri panggul, pinggang dan
tungkai, gangguan berkemih, nyeri di kandung kemih dan rektum/anus. Keluhan
ini muncul karena pertumbuhan kanker tersebut menekan/mendesak ataupun
menginvasi organ sekitarnya.
3. Kanker Telah Menyebar/Metastasis
Timbul gejala sesuai dengan organ yang terkena, misalnya penyebaran di paruparu, liver atau tulang.
4.
Kambuh/Residif
Bengkak/edema tungkai satu sisi, nyeri panggul menjalar ke tungkai, dan gejala
pembuntuan saluran kencing atau obstruksi ureter.
Pemeriksaan fisik dengan spekulum vagina bisa menemukan lesi/tumor/benjolan
yang masih terlokalisasi di serviks atau telah meluas ke puncak vagina dengan
warna kemerahan dan mudah berdarah, dengan atau tanpa gambaran jaringan
yang rapuh disertai darah atau cairan yang berbau.
Pemeriksaan dalam melalui vagina dapat meraba perluasan ke vagina, sedangkan
pemeriksaan rektal/colok dubur adalah untuk dapat mengetahui perluasan ke
dinding panggul. Kalau penyakit sudah meluas ke luar panggul, dapat ditemukan
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati, benjolan di perut, panggul,
hidronefrosis atau efusi pleura/cairan di paru-paru atau penyebaran ke tulang
(Samadi, 2011).
Bagi sebagian orang, pada tahap awal penyakit kanker serviks tidak menimbulkan
gejala yang mudah diamati. Gejala fisik serangan penyakit kanker serviks pada
umumnya hanya dirasakan oleh penderita kanker stadium lanjut, yaitu munculnya
rasa sakit dan pendarahan saat berhubungan intim, keputihan yang berlebihan dan
tidak normal, pendarahan di luar siklus haid serta penurunan berat badan secara
drastis (Tilong, 2012).
Kanker leher rahim pada stadium dini sering tidak menunjukkan gejala atau tandatanda yang khas, bahkan kadang-kadang tidak ada gejalanya sama sekali. Gejala
yang mungkin timbul antara lain :
1. Nyeri pada waktu senggama dan pendarahan sesudah senggama.
2. Keluar keputihan atau cairan encer dari vagina.
3. Pendarahan sesudah haid.
4. Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau dan dapat
bercampur dengan darah (BKKBN, 2008).
Apabila kanker serviks sudah menyebar ke panggul, pasien akan menderita
keluhan nyeri panggul bagian bawah atau keram panggul, hambatan dalam
berkemih, serta pembesaran ginjal, pendarahan rahim yang abnormal, siklus
menstruasi yang abnormal, pendarahan vagina atau spotting pada wanita yang
telah menopause, keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca
menopause),
kotoran vagina yang meningkat. Infeksi-infeksi atau persoalan-
persoalan kesehatan lain dapat juga menyebabkan gejala-gejala kanker serviks
yang hanya dapat dipastikan oleh seorang dokter. Seorang wanita yang dengan
gejala-gejala kanker serviks harus segera memeriksakan diri pada dokter sehingga
persoalan-persoalannya dapat dengan segera didiagnosis dan dirawat sedini
mungkin (Tilong, 2012).
2.3.4 Stadium
Penentuan stadium kanker serviks sangat penting dan harus dilakukan sebelum
terapi dimulai serta dilakukan oleh dokter yang berkompeten di bidang tersebut.
Kesalahan penentuan diagnosis akan berimbas pada tidak akuratnya pilihan terapi
yang akan dilakukan dan prediksi respons terapi serta resiko kekambuhannya.
Pada kanker serviks, sebagaimana kanker yang lain, makin tinggi stadium makin
rendah tingkat kesembuhannya. Tingkat kekambuhannya juga akan meningkat
serta ada peluang menimbulkan banyak keluhan serta biaya pengobatan yang
besar. Inilah salah satu aspek begitu pentingnya deteksi dini (Samadi, 2011).
Stadium kanker serviks didasarkan atas pemeriksaan klinik, oleh karena itu
pemeriksaan harus cermat, kalau perlu dilakukan dalam narkose/pembiusan.
Stadium klinik ini tidak berubah bila kemudian ada penemuan baru. Kalau ada
keraguan dalam penentuan maka dipilih stadium yang lebih rendah (POI, 2010).
Terdapat beberapa klasifikasi untuk tingkat kanker serviks seperti Federation
International of Gynekoligic and Obstetric (FIGO) dari World Health
Organization (WHO) dan sistem Tumor Nodul dan Mestastasis (TNM) dari Union
International Against Cancer (UIAC) serta American Join Commite on Cancer
(AJCC) (Depkes RI, 2005).
Klasifikasi stadium kanker serviks menurut Federation International of
Gynekoligic and Obstetric (FIGO) dapat dilihat pada tabel berikut ini (Samadi,
2011):
Tabel 2.1. Stadium Kanker Serviks
STADIUM
TANDA-TANDA
Karsinoma in-situ yaitu kanker yang masih terbatas pada lapisan epitel mulut
0
rahim dan belum punya potensi untuk menyebar ke tempat atau organ lain
Karsinoma yang sangat terbatas pada daerah serviks
I
Karsinoma mikroinvasif (invasi stroma awal)
IA
Semua kasus lain dalam stadium I (kanker okulta = 0 cc)
IB
Karsinoma meluas keluar daerah serviks, tetapi belum mencapai dinding panggul.
II
Karsinoma ini meluas ke daerah vagina, tetapi tidak mencapai sepertiga bagian
bawah vagina
Perluasan ke daerah parametrium belum jelas
II A
Perluasan ke daerah parametrium jelas
II B
Karsinoma meluas ke dinding panggul. Pada pemeriksaan rektum, tidak ada
III
daerah bebas kanker di antara tumor dan dinding panggul. Tumor mencapai
sepertiga bawah vagina.
Tidak ada perluasan ke dinding panggul
III A
Meluas ke dinding panggul atau ke injal yang mengalami hidronefrosis atau tidak
III B
berfungsi
Kanker meluas ke dinding panggul atau hidronefrosis atau nonfungsional ginjal.
IV
Karsinoma meluas keluar dari pelvis minor atau secara klinis telah meluas ke
mukosa kandung kemih atau rectum
Karsinoma meluas ke organ-organ dekat
IV A
Karsinoma meluas ke organ-organ yang jauh
IV B
Sumber: Keperawatan maternitas: kesehatan wanita, bayi dan keluarga Edisi 18 Vol. 1
2.3.5 Deteksi dini dan pencegahan
Tindakan pencegahan kanker serviks secara preventif sekunder, yaitu deteksi lesi
pra-kanker melalui test papsmear dan rangkaian tindak lanjut, misalnya
pemeriksaan kolposkopi dan biopsi. Pengalaman di negara maju menunjukkan
bahwa konsep tersebut baru efektif jika cakupan populasi yang diperiksa test
papsmear mencapai sebagian besar populasi yang beresiko. Namun, implementasi
hal tersebut membutuhkan tidak hanya biaya tetapi juga sumber daya manusia dan
logistik peralatan yang besar (Samadi, 2011).
Gejala seseorang yang terinfeksi Human Papiloma Virus (HPV) memang tidak
terlihat dan tidak mudah diamati. Cara paling mudah untuk mengetahuinya adalah
dengan melakukan pemeriksaan sitologis leher rahim/papsmear (Tilong. 2012).
Skrining untuk kanker serviks dengan melakukan test papsmear merupakan
metode yang standar. Berdasarkan data retrospektif, test papsmear dapat
mengurangi insidensi kanker serviks sebanyak 60- 90% dan mortalitas sebanyak
90%. Walaupun teknologi baru untuk skrining sudah ada tapi masih belum
mempunyai data sentivitas dan spesifitas tentang skrining ini (Depkes RI, 2005).
Sedangkan Dirjen PP & PL (2009), menjelaskan beberapa cara pencegahan
terhadap kanker serviks adalah :
1. Tidak melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan seksual
dan tidak melakukan hubungan seksual di usia dini.
2. Menghindari faktor resiko lain yang dapat memicu terjadinya kanker seperti
paparan asap rokok, menindak lanjuti hasil pemeriksaan papsmear dan IVA
dengan hasil positif dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan
mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan banyak mengandung
vitamin C, A dan asam folat.
3. Melakukan perawatan kebersihan organ reproduksi dengan baik.
4. Melakukan skrining atau penapisan untuk menentukan apakah mereka telah
terinfeksi Human Papilloma Virus (HPV) atau mengalami lesi pra-kanker
yang harus dilanjutkan dengan pengobatan yang sesuai bila ditemukan lesi.
5. Melakukan vaksinasi HPV yang saat ini telah dikembangkan untuk beberapa
tipe. Namun kendala utama penggunaan vaksin ini adalah biaya yang mahal.
Menurut Tilong (2012), ada banyak metode lainnya untuk melakukan deteksi dini
terhadap infeksi HPV dan kanker serviks, yaitu :
1. Test Papsmear
2. Thin Prep (Liquid Base Cytology)
3. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
4. Kolposkopi
2.4 Teori perilaku
Perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari gejala kejiwaan antara lain
pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi dan sikap. Gejala
kejiwaan ini ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor lain yaitu pengalaman,
keyakinan, sarana fisik, sosial budaya masyarakat tersebut. Hal-hal inilah yang
pada akhirnya membentuk perilaku baik individu maupun masyarakat.
Dari segi biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau
mahluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu, semua mahluk hidup mulai dari
binatang sampai dengan manusia mempunyai aktivitas masing-masing. Manusia
sebagai salah satu mahluk hidup mempunyai bentangan kegiatan yang sangat luas,
antara lain: berjalan, berbicara, bekerja, menulis, membaca, berfikir dan
seterusnya. Secara singkat, aktivitas manusia tersebut dikelompokan menjadi dua
yakni: a) aktivitas-aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain misalnya, berjalan,
bernyanyi, tertawa dan sebagainya. b) aktivitas yang tidak dapat diamati orang
lain
dari
luar
misalnya
(Notoatmodjo,2010).
berfikir,
berfantasi,
bersikap
dan
sebagainya
Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu
perilaku tertutup dan perilaku terbuka. Perilaku tertutup terjadi bila respon
terhadap stimulus masih belum dapat diamati orang lain dari luar secara luas.
Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi,
pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Perilaku terbuka
terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan atau praktik yang
dapat diamati orang lain dari luar (Notoatmodjo,2010).
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan praktik. Pengetahuan
adalah hasil dari pengindraan manusia atau dari hasil tahu seseorang terhadap
subjek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).
Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan sangat dipengaruhi
oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan tentang
kesehatan yang diharapkan mungkin penting sebelum suatu tindakan kesehatan
terjadi, tetapi tindakan kesehatan yang diharapkan mungkin akan terjadi apabila
seseorang mendapat isyarat yang cukup kuat untuk memotivasinya bertindak atas
dasar pengetahuan yang dimilikinya.
Sikap didefinisikan oleh Berkowitz (1972) yaitu suatu respon evaluatif. Sikap
dikatakan sebagai respon. Respon akan timbul apabila individu dihadapkan pada
suatu stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi individual. Respon evaluatif
berarti bahwa bentuk respon yang dinyatakan sebagai suatu sikap itu disadari oleh
proses evaluasi dalam diri individu, yang memberi kesimpulan nilai terhadap
stimulus dalam bentuk baik atau buruk, positif atau negatif, menyenangkan atau
tidak menyenangkan, suka atau tidak suka, yang kemudian mengkristal sebagai
potensi reaksi terhadap objek sikap. Dilihat dari strukturnya, sikap terdiri atas tiga
komponen yang saling menunjang, yaitu komponenn kognitif berupa apa yang
dipercaya oleh subjek pemilik sikap, komponen afektif merupakan komponen
perasaan yang menyangkut aspek sosial, dan komponen konatif merupakan aspek
kencenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh
subjek (Azwar,1988).
Praktik adalah tindakan
nyata seseorang setelah memiliki pengetahuan dan
bersikap terhadap sesuatu atau aplikasi dari sikap. Sikap belum tentu terwujud
dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain yaitu adanya
fasilitas atau sarana dan prasarana. Praktik atau tindakan menurut Notoatmodjo
(2010) dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut kualitasnya, yaitu:
a. Praktik terpimpin
Subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada
tuntutan atau menggunakan panduan. Misalnya seseorang ibu membawa anaknya
ke puskesmas untuk imunisasi namun masih harus selalu diingatkan oleh petugas
kesehatan.
b. Praktik secara mekanisme
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikan sesuatu hal
secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis. Misalnya, seorang
ibu membawa anaknya ke puskesmas untuk imunisasi tanpa disuruh petugas
kesehatan.
c. Adopsi
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sedang berkembang. Artinya apa
yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah
dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas. Misalnya
imunisasi, bukan sekedar ikut-ikutan melainkan secara rutin sesuai jadwal.
Menurut skinner dalam Notoatmodjo (2007) Perilaku kesehatan adalah suatu
respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan.
Adapun klasifikasi perilaku kesehatan ada tiga kelompok antara lain:
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance) adalah usaha yang
dilakukan seseorang untuk memelihara dan menjaga kesehatannya agar tidak
sakit dan usaha penyembuhan sakit. Perilaku ini terdiri dari tiga aspek yaitu
perilaku pencegahan, perilaku peningkatan kesehatan dan perilaku gizi
(makanan dan minuman).
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan
atau perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) adalah upaya
atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan, mulai
dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
3. Perilaku
kesehatan
lingkungan
yaitu
bagaimana
sesorang merespon
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya sehingga
lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.
Meskipun perilaku merupakan respon terhadap stimulus, namun bagaimana
seseorang memberikan respon tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain
dari diri orang tersebut. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus
yang berbeda disebut determinan perilaku yang dibagi menjadi dua yaitu:
1. Faktor internal, yaitu karakteristik seseorang yang bersifat bawaan.
2. Faktor eksternal merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku
seseorang yaitu lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan lainnya
(Notoatmodjo,2007).
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia
adalah pengungkapan (assesmant) atau pengukuran (measurement) sikap. Menurut
Sugiyono (2012) untuk mengukur pendapat seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena dapat digunakan skala Likert yaitu selalu (skor 4), sering (skor
3), kadang-kadang (skor 2), tidak pernah (skor 1). Menurut Tam (2005) metode
untuk
menentukan
derajat
kebutuhan
kriteria
penilaian
dengan
cara
mengumpulkan penilaian responden, kemudian dirata-ratakan untuk tiap elemen.
Seluruh kriteria diurutkan dari nilai tertinggi ke nilai terendah.
Kemudian dicari nilai cut off point dengan rumus:
Natural Cut-Off Point
=
( Maximum Score + Minimum Score)
2
=
[4(12) + 1(12)]
2
=
60
2
=
30
Keterangan:
Maximum score: jumlah item x score tertinggi
Minimum score: jumlah item x score terendah
Perilaku positif jika skor yang diperoleh ≥30 dan perilaku negatif jika skor yang
diperleh
<
30
Download