Pertemuan Keempat MARIA DALAM MISTERI KRISTUS 01. Doa Pembuka: “Ya Yesus yang Hidup dalam Maria”, “Mahkota Kecil Santa Perawan Maria”, dst., ―Litani Roh Kudus”. 02. Pengantar Tema: Dalam beberapa pertemuan terdahulu, kita telah menyinggung ajaran para Bapa Konsili Vatikan II yang menegaskan tempat dan peran Bunda Maria dalam relasinya dengan Kristus dan Gereja-Nya. Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium (LG) Bab VIII berjudul ―Santa Perawan Maria Bunda Allah dalam Misteri Kristus dan Gereja‖. Judul ini sungguh mengekspresikan sebuah hasil permenungan para Bapa Konsili mengenai tempat dan peran Bunda Maria. Pada nomor paling pertama Bab VIII (LG 52), sambil mengutip Surat Santo Paulus kepada Umat di Galatia, Vatikan II dengan jelas menyatakan bahwa “… „setelah genap waktunya, Ia mengutus Putera-Nya, yang lahir dari seorang wanita … supaya kita diterima menjadi anak‟ (Gal 4: 4-5). Kemudian dikatakan lagi, “„Untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita Ia turun dari sorga , dan Ia menjadi daging oleh Roh Kudus dari Perawan Maria‟.” Artinya, relasi Bunda Maria dengan Kristus tidak bisa tidak bersentuhan langsung dengan perannya sebagai Bunda Allah Putra. Peran itu ―berawal‖ dari peristiwa penjelmaan. Di dalam menjalankan peran itu, Bunda Maria sungguh melibatkan seluruh dirinya, setiap segi keberadaannya. Karena itu, Pater Manfred Hauke menyatakan bahwa ―Penjelmaan bukan sekadar sebuah premis (pernyataan awal) bagi karya penyelamatan tetap sekaligus sudah menjadi bagian dasariah karya penyelamatan. … persetujuan Maria mempunyai kualitas menyelamatkan yang dimungkinkan oleh rahmat Kristus yang diterima setelah Perkandungan Tanpa Noda Dosa. Kerja sama Maria terarah kepada karya penebusan Kristus, yang segera dimulai pada saat penjelmaan, sebagaima dapat kita simpulkan dari Surat kepada Umat di Ibrani: ‗Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki — tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku –‗― (Ibr 10: 5).1) Nah, sejalan dengan itu, Pater Patrick J. Gaffney SMM menjelaskan: Alasan filosofis yang digarisbawahi jelas bahwa permulaan tak pernah hanya titik pertama dari sebuah seri peristiwa selanjutnya dalam waktu. Lebih jauh, permulaan mengandung semua yang mengikuti dan itu tidak pernah membatalkan hukum yang mengatur segala sesuatu yang mengalir darinya. Permulaan mentransenden (mengangkat) dan menjadikan imanen peristiwa-peristiwa yang berasal darinya; strukturnya berbeda dari misteri-misteri lainnya secara kualitatif dan bukan hanya secara kuantitatif (Bdk. W. Kasper, Jesus the Christ, Paulist Press, NY 1976, 140). Seperti seorang pengantin wanita dan pengantin pria yang masuk ke dalam Sakramen Perkawinan, menerima apa pun yang mengalir daripadanya–dalam suka dan duka, dalam keadaan sakit atau sehat–demikian juga Penjelmaan, perkawinan Sang Mempelai (pria) Abadi, Tuhan, dan sang mempelai wanita, ciptaan, merupakan penyingkatan Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA 78 atau pemadatan (the abridgement, condense) atau juga pengkristalan segala sesuatu yang mengalir daripadanya. Karena itu, penjelmaan (inkarnasi) merupakan rencana Allah ―yang tak pernah berubah‖ (bdk. BS 15). Penjelmaan merupakan cetak biru (blue print) sejarah penyelamatan, rencana Sang Pencipta yang ―sekali-dan-untuk-selamanya‖. Semua kebenaran, semua misteri yang menyelamatkan mengalir dari misteri penjelmaan, menurut rencana dan kehendak Allah. Sepanjang seluruh karya tulisnya, terutama tentang Perawan Suci, Montfort menegaskan prinsip Penjelmaan ini.2) Pesan yang hampir senada ditegaskan oleh Jacques Bur. Ia mengatakan bahwa: Kebundaan Maria tidak hanya terbatas pada proses biologis dalam melahirkan, karena kebundaan itu mencakup juga dimensi psikologis dan rohani. Maria tidak menjadi bunda Allah sambil lalu saja, dalam arti bahwa Allah hanya memperoleh tubuh manusiawi-Nya melalui dia. Kebundaan Maria mencakup segenap jiwa, kehendak, akal budi, hati, serta seluruh hidupnya.3) Kemudian Jacques Bur memberikan garis mengenai keterlibatan penuh Bunda Maria di dalam hidup dan seluruh misteri Putranya, dengan menyatakan bahwa Bunda Maria adalah seorang Ibu yang penuh tanggung jawab. Oleh karena itu, Maria bukan hanya ibu secara jasmaniah, tetapi juga secara rohaniah. Maria adalah seorang ibu sejati, dalam arti yang paling terhormat mengenai seorang ibu manusiawi yang sungguh bertanggung jawab. Kendatipun dia tidak mempunyai relasi badani dengan Yosef untuk menjadi seorang ibu (dan bahwa inilah makna keibuannya yang perawan), dia dengan bebas dan sadar menerima peran keibuannya. Karena itulah, kita dapat berbicara mengenai keibuan yang sungguh bertanggung jawab.4) Kedekatan relasi Bunda Maria dan Tuhan Yesus juga diungkapkan oleh penginjil. Misalnya, mengenai kunjungan para orang bijak ke Betlehem sebagaimana dilukiskan oleh penginjil Matius, ―Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. … ‖ (Mt 2: 11). Selain di dalam ayat ini, kita juga dapat menemukan penyebutan Maria sebagai ―Ibu-Nya‖ di dalam Matius 1: 18; 2: 13, 14, 20, 21; 12: 46; dan 13: 55. Tentu saja, kita dapat menemukan rujukan kepada kedekatan relasi Maria dan Putranya itu di dalam Injil-injil lain. Namun, dalam konteks pembicaraan mengenai penjelmaan, rujukan tersebut sudah cukup memadai untuk menjelaskan tempat dan peran Maria dalam misteri Yesus Kristus Putranya, sekaligus menegaskan bahwa Bunda Maria ikut di dalam penziarahan hidup Putranya sejak di Betlehem hingga di bawah kaki salib di Golgota (bdk. Lk 1: 26-38 dan Yoh 19: 26-27). Keikutsertaan Bunda Maria menegaskan makna keterbukaan hatinya yang sebagaimana telah dinyatakan dalam persetujuan pribadinya yang aktif kepada tawaran kasih Allah di dalam peristiwa penjelmaan (bdk. Lk 1: 38). Dia menyatakan ―pengosongan dirinya‖ sehingga Allah mengisi dirinya sepenuh-penuhnya dengan kelimpahan rahmat-Nya, malahan Sumber Segala Rahmat itu sendiri, Putra-Nya terkasih. Untuk lebih mendalami pesan tersebut, baiklah kita memperhatikan pandangan dan ajaran Santo Montfort. Pertama-tama perlu ditegaskan bahwa bagi St. Montfort, Bunda Maria adalah jalan menuju kepada persatuan pribadi kita dengan Kristus, Tuhan dan Juru Selamat. Dia mengemukakan dua model atau jalan Marial, yakni: Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA 79 Kepada Yesus melalui Maria: Relasi pribadi kita dengan Bunda Maria mengantar kita kepada pengenalan penuh kasih atau persatuan mesra dengan Kristus. Inilah yang ditegaskan oleh St. Montfort di dalam Bakti Sejati kepada Maria (BS): “Bakti ini jalan yang mudah, pendek, sempurna, dan aman untuk mencapai persatuan dengan Tuhan. Di sini terletak kesempurnaan seorang Kristiani” (BS 152). Persatuan Bunda Maria dan Tuhan Yesus Kristus begitu erat sehingga St. Montfort mengatakan, “Mereka begitu bersatu dengan mesra sehingga … kita dapat menyebut Tuhan Yesus, „Yesus dari Maria‟ dan menyebut Perawan suci, „Maria dari Yesus‟” (BS 247). Kepada Maria melalui Yesus: Membaktikan seluruh diri kepada Maria berarti mengikuti teladan Tuhan Yesus sendiri. Mengapa demikian. Mari kita perhatikan penegasan St. Montfort ketika menyatakan bahwa Yesus Kristus, Kebijaksanaan Abadi yang menjelma ―… tidak mau datang ke dunia sebagai orang dewasa yang tidak memerlukan bantuan siapapun, melainkan sebagai seorang anak kecil dan papa yang bergantung dari penghidupan dan pemeliharaan Bunda-Nya yang suci. … . Lagi pula bukan hanya pada awal hidupNya selama delapan, sepuluh atau lima belas tahun seperti anak-anak lain, melainkan selama tiga puluh tahun. Dengan tunduk kepada Perawan tersuci selama tahun-tahun itu dan dalam ketergantungan dari dia, Sang Kebijaksanaan lebih memuliakan Allah Bapa-Nya daripada seandainya Dia memakai tiga puluh tahun itu untuk membuat mukjizat, untuk berkhotbah di seluruh dunia dan mentobatkan segala orang. Andaikata ada cara lain, Dia pasti melakukannya (BS 139). 03. Pertanyaan-pertanyaan untuk refleksi pribadi dan bersama: a) Bagaimana saya mengalami persatuan erat antara Bunda Maria dan Tuhan Yesus, Putranya, itu dalam praktik hidup rohaniku? Misalnya, ketika menyambut Komuni Kudus, apakah aku menerima Tubuh Tuhan Yesus sebagaimana Bunda Maria menerima Dia di dalam rahimnya? b) Bagaimana semangat Tuhan Yesus, Putra Allah, – yang telah mau menggantungkan seluruh hidupNya kepada Maria sebagai jalan memuliakan Allah BapaNya – memberikan inspirasi kepadaku untuk mempersembahkan seluruh hidupku kepada Kristus melalui BundaNya sebagai cara saya menghomati dan memuliakan Allah? 04. Niat: Saya ingin mengasihi Tuhan Yesus dengan hati Bunda Maria dan mengasihi Bunda Maria dengan hati Tuhan Yesus! Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA 80 05. Pewartaan Sabda: Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: ―Ibu, inilah, anakmu!‖ Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: ―Inilah ibumu!‖ Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya. 06. Kontemplasi melalui Doa Rosario: St. Montfort mengajak kita untuk sekali lagi mendaraskan sebuah doa yang sangat indah, yang disukai oleh banyak orang kudus, yakni Ya Yesus yang hidup dalam Maria (BS 246): Ya Yesus yang hidup dalam Maria, datanglah dan hiduplah dalam hamba-hambaMu, dengan semangat kekudusanMu, dengan segenap kekuatanMu, dengan seluruh keutamaanMu, dengan segala petunjukMu yang sempurna, dan dengan semua misteriMu. Tundukkanlah segala kekuasaan musuh, bersatu dengan RohMu, demi kemuliaan Allah Bapa. Amin. Kini dengan menggunakan untaian Rosario, marilah kita merenungkan misteri Yesus yang hidup di dalam Maria. Kita mengulangi setiap seruan sebanyak 10 kali dengan waktu sela secukupnya di antara seruan. Rangkaian pertama: ―Ya Yesus yang hidup dalam Maria, datanglah dan hiduplah dalam diriku dengan semangat kekudusanMu.‖ Rangkaian kedua: ―Ya Yesus yang hidup dalam Maria, datanglah dan hiduplah dalam diriku dengan segenap kekuatanMu.‖ Rangkaian ketiga: ―Ya Yesus yang hidup dalam Maria, datanglah dan hiduplah dalam diriku dengan segala petunjukMu yang sempurna.‖ Rangkaian keempat: ―Ya Yesus yang hidup dalam Maria, datanglah dan hiduplah dalam diriku dengan seluruh keutamaanMu.‖ Rangkaian kelima: ―Ya Yesus yang hidup dalam Maria, datanglah dan hiduplah dalam diriku dengan semua misteriMu.‖ Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA 81 07. Doa Penutup: Ave Maris Stella (Salam Bintang Laut) 1) Fr. Manfred Hauke, ―The Mother of God‖ dalam: Mark Miravalle (Ed.), Mariology: A Guide for Priests, Deacons, Seminarians, and Consecrated Persons, Seat of Wisdom Books, A Division of Queenship Publishing, P.O. Box 220, Goleta, CA 93116, USA, 2007, hlm. 204. 2) Patrick J. Gaffney SMM, Merajut Untaian Benang Kebahagiaan, terj. Ludovikus Ndona SMM, Serikat Maria Montfortan (SMM) Delegasi Indonesia, Bandung, 1999, hlm. 12-13. 3) Jacques Bur, How to Understand the Virgin Mary, SCM Press Ltd, 26-30 Tottenham Road, London N1 4BZ, 1994, hlm. 8. 4) Jacques Bur, Ibid., hlm. 9. Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA 82 Pertemuan Kelima MARIA DALAM MISTERI ROH KUDUS 01. Doa Pembuka: “Ya Yesus yang hidup dalam Maria”, “Mahkota Kecil Santa Perawan Maria”, dst., ―Litani Roh Kudus”. 02. Penjelasan Tema: Pembahasan atas tema ini tidak pernah bisa dipisahkan dari relasi spiritual antara Maria sebagai Bunda Yesus Kristus, Putra Tunggal Allah, dengan seluruh misteri Allah Tritunggal. Di dalam pertemuanpertemuan terdahulu, terutama Pertemuan ke-3 dan Pertemuan ke-4, kita telah membicarakan bagaimana Bunda Maria dilibatkan oleh Allah Tritunggal di dalam rencana dan karya penyelamatan-Nya. Karena itu, di sini kita perlu sekali lagi menegaskan bahwa pembicaraan mengenai relasi Bunda Maria dan Roh Kudus itu mesti bertitik-tolak dari sebuah kebenaran fundamental iman kita, yakni ―…dalam proses ‗kelahiran kembali‘ dan pembentukan kaum beriman, keterlibatan Maria hanya dimungkinkan oleh karena Allah Tritunggal memang menghendaki, dan itu terkait secara langsung dengan misi Roh Kudus.‖1) Artinya, segala sesuatu yang berkaitan dengan peran Bunda Maria tidak pernah dilepaspisahkan dari rencana dan kehendak Allah Tritunggal yang Mahakudus. Penegasan tersebut penting dilakukan mengingat pada masa silam, dan mungkin hingga kini, kecenderungan gaya berpikir teologis atau lebih khusus pembicaraan mengenai Maria dalam tataran teologis yang tidak secara jelas dikaitkan dengan peran Roh Kudus. Karena itu, muncul kesan seakan-akan peran Bunda Maria berasal dari dirinya sendiri, bukan karena inisiatif Allah. Berkenaan dengan penegasan tersebut, P. Arnold Suhardi SMM memberikan catatan sebagai berikut: Dalam kaitannya dengan Roh Kudus, Lumen Gentium bab VIII telah menawarkan rujukan yang sangat berharga tentang relasi antara Roh Kudus dan Maria, seperti tampak pada nomor-nomor berikut ini. >> Awal eksistensi: Roh Kuduslah pelaku utama kekudusan Maria, yang sebagai bunda Allah dia tidak hanya ―kenisah Roh Kudus‖ (LG 53), tapi juga ―suci seutuhnya dan tidak terkena oleh cemar dosa mana pun juga, bagaikan makhluk yang diciptakan dan dibentuk baru oleh Roh Kudus‖ (LG 56); >> Saat Penjelmaan: Maria bekerja sama dengan Roh Kudus dalam misteri Penjelmaan, ―Putera Bapa sendiri di dunia, dan itu tanpa mengenal pria, tapi dalam naungan Roh Kudus‖ (LG 63); >> Saat Pentekosta: Pada Gereja perdana di Yerusalem, ―kita lihat Maria juga dengan doa-doanya memohon karunia Roh, yang pada Warta Gembira dulu sudah menaunginya‖ (LG 59); Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA 83 >> Saat menjalankan misi kebundaan kini dalam Gereja: ―menganut bimbingan Roh Kudus Gereja Katolik menghadapinya penuh rasa kasih-sayang sebagai bundanya yang tercinta‖ (LG 53).2) Dari sana kita dapat menarik kesimpulan bahwa dinamika iman Bunda Maria bergerak searah dengan kehendak dan rencana Allah. Setidaknya, jika kita menempatkan pemikiran tersebut dalam konteks hidup Kristus dan hidup Gereja, dua peristiwa penting manjadi bingkai yang sangat kuat dan fundamental, yakni peristiwa penjelmaan atau inkarnasi Sang Sabda dan peristiwa Pentakosta setelah kebangkitan Tuhan Yesus. Di dalam peristiwa penjelmaan, Allah Tritunggal Yang Mahakudus memulai pelaksanaan rencana agung-Nya dengan melibatkan Maria, perawan sederhana dari Nazareth, sebagaimana digambarkan oleh penginjil Lukas dalam kisah kelahiran Yesus Kristus (lih. Luk 1: 26-36). Di dalam peristiwa itu, terungkap kemanusiaan Maria. Ketika mendengar perkataan Malaikat Gabriel, Maria mengalami kebingungan sebagaimana manusia pada umumnya yang mengalami peristiwa ―aneh‖. Kendati demikian, menurut keyakinan imannya sebagai seorang Yahudi, Maria menyerahkan hidupnya kepada Allah. Dia menempatkan dirinya sebagai seorang ―hamba‖. Baiklah di sini kita memperhatikan lukisan yang dibuat oleh Pater Tom Jacobs SJ, yang menyatakan bahwa: Bersama dengan semua orang kecil di Israel Maria meletakkan hidupnya dalam tangan Tuhan. Imankepercayaan Maria adalah puncak dan rangkuman seluruh iman Israel, khususnya dari para nabi. Arus pengharapan para nabi mencapai kepenuhan dalam hidup sederhana Maria. Batas-batas hidup kecil ini bukan penghalang untuk perkembangan iman, melainkan justru wadah dan penampungnya.3) Oleh karena itulah, kita dapat menyebut Peristiwa Penjelmaan sebagai Pentakosta Maria yang pertama. Pentakosta Bunda Maria ini adalah ―akhir penantian panjang bangsa Israel‖ akan kedatangan Sang Mesias. Atau seperti dikatakan Pater Tom Jacobs, pengharapan para nabi mencapai kepenuhan dalam Maria, yang tunduk dan terbuka kepada kehendak Allah dan kekuatan Roh Kudus serta bekerja sama aktif dengan Allah Roh Kudus untuk mewujudnyatakan Kepala kaum pilihan, Yesus Kristus. Dalam peristiwa penjelmaan itu, Bunda Maria memulai ziarah imannya, terutama sebagai Bunda Allah Putra. Dia disapa sebagai yang ―terberkati‖ oleh Elizabet, saudarinya, karena rahmat agung yang telah dia terima dari Allah. ―Dia adalah yang terberkati, karena anaknya sendiri adalah ‗Yang terpuji‘. Dan anaknya adalah ‗yang terpuji‘, sebab Dia adalah ‗Penyelamat dunia‘ (Yoh 4: 42).‖4) Puncak perjalanan ziarah iman Bunda Maria terjadi dalam peristiwa Pentakosta kedua. Peristiwa ini ketika Bunda Maria bersama dengan para rasul berkumpul menantikan kedatangan Roh Kudus (lih Kis 2: 3-4). Di dalam Kisah para Rasul, Santo Lukas menulis, ―Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus‖ (Kis 1: 14). Bunda Maria, berada di tengah-tengah para rasul dan para murid Yesus, menantinantikan kedatangan Roh Kudus. Bunda Maria menantikan kelahiran anggota-anggota Tubuh Mistik Putranya. Kemudian di dalam peristiwa Pentakosta kedua ini, Gereja, anggota Tubuh Mistik Kristus, memulai ziarah imannya mengikuti dan bersama dengan Bunda Maria. Dia berjalan mendahului Gereja dalam Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA 84 perjalanan imannya sebagaimana dikatakan oleh Santo Ambrosius, yang mengajarkan bahwa Bunda Allah adalah teladan Gereja dalam iman, cinta kasih, dan persatuan sempurna dengan Kristus. Pada waktu Pentakosta, Bunda Maria tidak terpisah dari Gereja, tetapi berada di tengah-tengah Gereja dalam persekutuan dengan anggota-anggotanya. Maka, iman Bunda Maria sekaligus bersifat komunal dan personal. Santo Montfort berkata bahwa “Allah Roh Kudus mau membentuk orang-orang terpilih bagi diri-Nya di dalam Maria dan melalu Maria” (BS 34). Ini persis erat terkait dengan kedua unsur yang telah dibicarakan (kedua Pentakosta tersebut). Dalam peristiwa Penjelmaan Sang Sabda, Roh Kudus telah membentuk Kepala Gereja, Kristus, di dalam dan melalui Bunda Maria. Demikian halnya, dalam Pentakosta kedua (Roh Kudus turun atas para rasul), Roh Kudus membentuk anggota-anggota Tubuh Mistik Kristus. Lebih lanjut, Santo Montfort juga menegaskan bahwa ―Apabila Roh Kudus, Mempelai Maria, menemukan Maria di dalam satu jiwa, maka Roh Kudus cepat-cepat ke sana, menetap di situ dan memberi diri-Nya secara melimpah kepada jiwa itu” (BS 36). Ungkapan ini mau menegaskan bahwa Roh Kudus sungguh leluasa berkarya dan bertindak di dalam dan melalui Bunda Maria karena fiat-nya adalah sebuah tindakan penyerahan diri total kepada kehendak dan rencana-rencana Allah. Bunda Maria pun mengajarkan kita untuk menghayati kebajikkan yang sama (keterbukaan terhadap rencana dan kehendak Allah dalam hidup kita) sehingga Santo Montfort memekikkan sebuah seruan, “Berbahagialah, ya seribu kali berbahagialah orang yang menerima wahyu dari Roh Kudus untuk mengenal „rahasia‟ Maria” (RM 20). 03. Pertanyaan-pertanyaan untuk refleksi pribadi dan bersama: a) b) c) d) Bagaimana aku mengalami teladan iman Bunda Maria dalam penghayatan imanku sendiri? Bagaimana aku dapat membuka seluruh diriku bagi karya Roh Kudus seperti Bunda Maria? Bagaimana aku mengalami doa Bunda Maria menguatkan panggilanku? Silakan membaca dan merenungkan BS 266-273 serta berusaha mempraktikan nasehatnasehat tersebut! 04. Niat: Aku membiarkan jiwaku menghirup Maria sama seperti badan menghirup udara (lih. BS 217). 05. Pewartaan Sabda: Gal 5: 22-26 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA 85 keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh, dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki. 06. Kontemplasi melalui Doa Rosario: Marilah kita mendaraskan Rosario untuk menghormati Pentakosta Bunda Maria dan Pentakosta Gereja sambil mendoakan agar kita dianugerahi kepenuhan karunia-karunia Roh Kudus: Rangkaian Pertama: ―Allah Roh Kudus mau membentuk orang-orang terpilih bagi diri-Nya di dalam Maria dan melalui Maria‖ (BS 34). Rangkaian kedua: ―Bersama dengan Roh Kudus, Maria telah menghasilkan mukzijat yang terbesar dari segala zaman: Seorang Allah Manusia‖ (BS 35). Rangkaian ketiga: ―Tugasnya yang paling pribadi adalah membentuk dan mendidikorang-orang kudus yang besar, yang akan hidup menjelang akhir dunia. karena hanya Perawan yang istimewa dan mengagumkan inilah bisa menghasilkan dalam persatuan dengan Roh Kudus, hal-hal yang istimewa dan luar biasa‖ (BS 35) Rangkaian keempat: ―Apabila Roh Kudus, Mempelai Maria, menemukan Maria di dalam satu jiwa, maka Roh Kudus cepat-cepat ke sana, menetap di situ dan member diri-Nya secara melimpah kepada jiwa itu‖ (BS 36). Rangkaian kelima: ―…kasih yang berdaulat dari Bapa dan Putera telah mengambil Maria menjadi mempelai-Nya agar melahirkan kepala orang-orang terpilih, yaitu Yesus Kristus, dan Yesus Kristus di dalam orang-orang terpilih. Mulai saat itu Roh Kudus tidak pernah menolak Maria karena ia selalu setia dan subur‖ (BS 36). 07. Doa Penutup: Ave Maris Stella 1) Arnold Suhardi SMM, “ROH KUDUS DALAM MARIOLOGI MASA KINI: Keluar dari Medan Implisit”, di dalam: http://www.ksmindonesia.org pada menu “Mariologi”, diakses dari Jln. Gunung Kencana 8-10 Cimbuleuit, Bandung, pada 27 Oktober 2010, jam 10:33 WIB. 2) Ibid. 3) Tom Jacobs, Buah Renungan Tom Jacobs: YESUS anak Maria, Yayasan Kanisius, Yogyakarta, dan Nusa Indah, Ende, Flores, 1984, hlm. 40. 4) Tom Jacobs, Ibid., hlm. 46-17. Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA 86 Pertemuan Keenam MARIA DALAM MISTERI GEREJA 01. Doa Pembuka: “Ya Yesus yang hidup dalam Maria”, “Mahkota Kecil Santa Perawan Maria”, dst. “Litani Roh Kudus”. 02. Penjelasan Tema Secara umum dan mungkin agak abstrak, kita memahami makna Gereja sebagai ―Komunitas yang didirikan oleh Yesus Kristus dan diurapi oleh Roh Kudus sebagai tanda terakhir kehendak Allah untuk menyelamatkan seluruh umat manusia. Kehadiran Allah di antara manusia dinyatakan dalam pewartaan, hidup sakramental, pelayanan pastoral, dan organisasi komunitas ini. Komunitas Gereja terdiri dari persekutuan Gereja-gereja lokal yang dikepalai oleh Gereja Roma.‖1) Demikian salah satu definisi ―Gereja Kristus‖, yang memiliki 4 ciri utama, yakni satu, kudus, katolik, dan apostolik, sebagaimana telah diproklamirkan oleh Konsili Nikea I (325) dan Konstantinopel I (381) dan yang terus-menerus kita perbaharui saat mendaraskan Syahadat Iman kita (Kredo NikeaKonstantinopel).2) Tentu saja, ―Gereja‖ tidak sekadar sebuah definisi, melainkan terutama sebuah kenyataan kaum beriman yang telah secara pribadi dipersatukan dengan Yesus Kristus melalui Sakramen Pembaptisan. Persatuan dengan Kristus itu mengharuskan persatuan di antara para anggota Tubuh Mistik Kristus karena, sebagaimana telah pernah kita bicarakan di dalam salah satu pertemuan sebelumnya, persatuan di antara umat beriman adalah ekspresi lahiriah persatuan Allah Tritunggal yang Mahakudus. Atau seperti dinyatakan oleh Santo Paulus bahwa ―… sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus‖ (1Kor 12: 12). Oleh karena itu, persatuan itu telah dimulai sejak masa awal Gereja, sejak masa ―persiapan kelahiran Gereja‖, yakni ketika para Rasul dan para murid lainnya bersama dengan Bunda Maria berkumpul di Ruang Atas di Yerusalem dan berdoa menantikan kedatangan Roh Kudus yang telah dijanjikan Tuhan. Tuhan bersabda kepada para Rasul, ―Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, …‖ (Yoh 14: 16). Juga, Tuhan telah ―melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang -- demikian kata-Nya – ‗telah kamu dengar dari pada-Ku‘‖ (Kis 1: 4). Jaminan penyertaan Tuhan melalui Roh Kudus ini adalah wujud kasih mendalam Tuhan kepada para pengikut-Nya karena, demikian pula Sabda Tuhan, ―Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu‖ (Yoh 14: 18). Karena itulah, setelah Tuhan Yesus naik ke surga, para Rasul dan para murid bersama-sama sebagai sebuah komunitas menantikan kedatangan Sang Penolong (Roh Kudus). Santo Lukas melukiskan Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA 87 bahwa setelah Tuhan naik ke surga, ―Maka kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit Zaitun, yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya dari Yerusalem. Setelah mereka tiba di kota, naiklah mereka ke ruang atas, tempat mereka menumpang. Mereka itu ialah Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus dan Tomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus, dan Simon orang Zelot dan Yudas bin Yakobus. Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus‖ (Kis 1: 12-14). Kehadiran Bunda Maria di tengah-tengah para Rasul dan para murid adalah kelanjutan peristiwa Kalvari. Menjelang wafat, Tuhan menyerahkan para pengikut-Nya kepada Santa Perawan Maria untuk menjadi Bunda mereka dan para pengikut kepada Santa Perawan Maria sebagai anak-anaknya (lih. Yoh 19: 25-27). Peristiwa ini sekaligus menegaskan misi keibuan Bunda Maria atas Kepala kaum terpilih dan anggota-anggota-Nya Itulah saat perjalanan ziarah para pengikut Kristus bersama dengan Bunda Maria menuju kepada pengenalan yang paripurna mengenai Tuhan dan Juru Selamat. Nah, oleh karena itulah, Santo Montfort dengan sangat jelas menyatakan bahwa: Kalau kepala umat manusia, Yesus Kristus, lahir dari Maria, maka dengan sendirinya orangorang terpilih, yang adalah anggota-anggota dari kepala itu, juga lahir dari wanita ini. Tidak mungkin ibu yang sama melahirkan kepala tanpa anggota-anggota, juga tidak mungkin anggota-anggota tanpa kepala. Seandainya bukan demikian maka yang dilahirkan adalah monster alam. Demikian juga dalam tata rahmat, baik kepala maupun anggota-anggota berasal dari ibu yang sama. Jadi kalau satu anggota dari tubuh mistik Yesus Kristus, yaitu seorang terpilih, mempunyai ibu yang lain dari Maria yang telah melahirkan kepala, maka orang itu bukanlah orang terpilih atau anggota Yesus Kristus melainkan monster dalam tata rahmat (BS 32). Kedua teks di atas, baik Kisah para Rasul (Kis 1: 12-14) maupun Bakti Sejati kepada Maria (BS 32) mengandung beberapa pesan beriku ini, yakni bahwa: a) Bunda Maria memanjatkan doa permohonan bersama dan bagi Gereja. b) Bunda Maria adalah Bunda Perawan dalam tata rahmat. c) Bunda Maria adalah gambaran atau citra Gereja. d) Bunda Maria mempunyai tugas perutusan: ―Yesus, di mana-mana dan selalu, adalah buah dan Putra Maria‖ (BS 44). 03. Pertanyaan-pertanyaan untuk refleksi bersama dan pribadi: a) Bagaimana saya mengalami bantuan Bunda Maria sebagai Ibu rohaniku? b) Apakah berkat bantuan Bunda Maria, saya dapat menjadi anggota Gereja yang lebih baik? c) Bagaimana saya mewujudkan peran Maria sebagai Ibu dan Perawan dalam karya kerasulan dan kesaksian hidupku? 04. Niat: Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA 88 Membaktikan diriku kepada Kristus berarti saya mau terlibat dalam salah satu bentuk kerasulan di dalam Gereja. 05. Pewartaan Sabda: Yohanes 2: 1-5 Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: "Mereka kehabisan anggur.‘ Kata Yesus kepadanya: ‗Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.‘ Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!‘‖ 06. Kontemplasi melalui Doa Rosario: Marilah kita memandang (mengkontemplasikan) kehadiran unik Bunda Maria di dalam misteri Kristus dan misteri Gereja. Rangkaian pertama: Penjelmaan Sang Sabda. Ibu Yesus hadir di situ: ―Di dalam misteri ini, dengan persetujuan Maria dan di dalam rahimnya, Yesus memilih segala orang pilihan-Nya‖ (BS 248). Rangkaian kedua: Kunjungan kepada Elizabet. Ibu Yesus hadir di situ: ―Melalui perkataan Maria Ia menguduskan Santo Yohanes di dalam rahim ibunya yang suci Elisabeth sebelum selesai bicara, Yohanes sudah disucikan‖ (BS 19). Rangkaian ketiga: Kelahiran Yesus. Ibu Yesus hadir di situ: ―Memang Maria yang menyusui-Nya, memberi-Nya makan, merawat, membesarkan dan mengurbankan-Nya untuk kita‖ (BS 18). Rangkaian keempat: Yesus dipersembahkan. Ibu Yesus hadir di situ: ―Ia meluhurkan kedaulatan dan keagungan-Nya dengan bergantung pada Perawan yang jelita itu pada saat Ia dikandung, dilahirkan dan dipersembahkan di Bait Allah, selama tiga puluh tahun hidup-Nya yang tersembunyi…‖ (BS 18). Rangkaian keempat: Yesus ditemukan kembali. Ibu Yesus hadir di situ: ―Kami mohon melalui renungan peristiwa ini dan dengan perantaraan Bunda-Mu yang suci kebijaksanaan yang sejati‖ (MR 8). 07. Doa Penutup: Ave Maris Stella (Salam Bintang Laut) 1)Gerrard O‘Collins, SJ dan Edward G. Farrugia SJ, Kamus Teologi, terj. I. Suharyo, Pr., Kanisius, Yogyakarta, 1996, hlm. 86. 2)Gerard O‘Collins, SJ dan Edward G. Farrugia SJ, Ibid., hlm. 87. Lihat juga hlm. 160 (Konsili Nikea I) dan hlm. 156 (Konsili Konstantinople I). Kedua Konsili umum ini diadakan untuk menegakkan ajaran iman Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA 89 melawan ajaran bidah Arianisme yang menyatakan bahwa ―Kristus hanyalah yang utama dari ciptaan Allah, dan bukan sepenuhnya dan seutuhnya ilahi‖. Karena itu, Konsili Nikea I (325) menyatakan bahwa ―Kristus adalah Putra Tunggal Bapa dan sehakikat dengan Bapa.‖ Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA 90 Pertemuan Ketujuh MARIA DI DALAM MISTERI KESUCIAN KITA 01. Doa Pembuka: “Ya Yesus yang hidup dalam Maria”, “Mahkota Kecil Santa Perawan Maria”, dst., “Litani Roh Kudus”. 02. Pengantar Tema Jika kita berbicara tentang ―kesucian‖, tidak lain kita berbicara mengenai kehidupan ilahi, kehidupan abadi, dalam diri kita. Kehidupan ilahi itu kita terima dari Tuhan Yesus. Dia telah memperoleh bagi kita rahmat oleh kemanusiaanNya. Seperti yang telah kita bicarakan, kemanusiaan Sang Penyelamat berasal dari Maria. Karena itu, Kristus menghasilkan rahmat dalam setiap jiwa berkat kemanusiaan yang diberikan kepada-Nya oleh Maria. Sebagai Bunda Kristus yang mencurahkan rahmat, dalam cara inilah Maria adalah Bunda segala rahmat. Dengan melahirkan Kristus yang adalah sumber segala rahmat, dia telah mengantar kita untuk melahirkan kehidupan dalam rahmat sebagaiman yang ditegaskan oleh Vatikan II bahwa “Dalam sebuah cara tunggal Maria bekerja sama oleh ketaatan, iman, harapan, serta cinta kasihnya berkobarkobar dalam karya Sang Penyelamat untuk memulihkan kehidupan ilahi kepada jiwa-jiwa” (LG 61). Keibuan rohani Maria atas kita tetap seutuhnya berdasarkan keibuannya atas Kristus, Puteranya, secara jasmaniah. Persis pada peristiwa Penjelmaan Bunda Maria menjadi bunda kita. Dia tidak mungkin tetap menjadi Bunda Allah secara jasmaniah tanpa secara rohaniah/spiritual menjadi Bunda umat manusia. Seperti telah dijelaskan, Putera Allah menjelma dalam Maria sebagai Kepala umat manusia, sehingga dia (Bunda Maria) mewakili anggotaTubuh Mistik-Nya, Gereja, dalam kepenuhannya. Mustahil untuk memisahkan kepala dengan anggota-anggota tubuh ini. Maria adalah ibu Kristus secara utuh. Dia tidak dapat menjadi Bunda sang Penyelamat tanpa menjadi bunda semua yang diselamatkan. Dia tidak dapat menjadi Bunda Kristus tanpa menjadi bunda seluruh umat Kristen. Berkat relasi keibuan dan fisiknya dengan Kristus, Sang Kepala, Maria berada di tempat yang paling istimewadalam relasi keibuan dengan seluruh Gereja. Pandangan yang dikemukan Jacques Bur itu seakan-akan menggemakan kembali dengan sangat jelas ajaran yang telah disampaikan Santo Montfort lebih dari 300 tahun silam. Bapa Pendiri kita dengan tegas mengatakan, “Kalau kepala umat manusia, Yesus Kristus, lahir dari Maria, maka dengan sendirinya orang-orang terpilih, yang adalah anggota-anggota dari kepala itu, juga lahir dari wanita ini. Tidak mungkin ibu yang sama melahirkan kepala tanpa anggota-anggota, juga tidak mungkin anggota-anggota tanpa kepala” (BS 32). Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA 91 Analogi relasi kepala-tubuh ini menegaskan bahwa terdapat persatuan yang utuh antara Kristus dan Gereja-Nya, antara Sang Penyelamat dan umat yang diselamatkan (bdk. BS 43). Dengan perkataan lain, di dalam dan melalui Maria, Bunda Kristus, setiap orang yang dibaptis dalam nama Kristus telah berpartisipasi dalam kehidupan ilahi. Kesucian, kekudusan, keutuhan, yang rusak atau terganggu akibat dosa asal manusia pertama dipulihkan kembali oleh Kristus. Oleh karena itu, Santo Montfort merumuskan keyakinan dan ajarannya mengenai persatuan yang begitu erat antara Maria sebagai Bunda Kristusdan Bunda para pengikut Kristus dengan mengatakan, “…bahwa segala tindakan yang kita lakukan melalui Maria, dengan Maria, dalam Maria dan untuk Maria, bertujuan untuk dilakukan lebih sempurna melalui Yesus Kristus, dengan Yesus Kristus, dalam Yesus Kristus dan untuk Yesus” (BS 257). Artinya ialah bahwa segala hormat bakti kita kepada Bunda Maria pertama-tama dan terutama ditujukan kepada Kristus, satu-satunya Tuhan dan Juru Selamat kita. Berkenaan dengan itu, sambil mengutip Lumen Gentium, dalam ensikliknya, Redemptoris Mater (RM), Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa dalam peziarahan iman menuju ke persatuan dengan Tritunggal Mahakudus, kita mesti terus-menerus memandang kepada Bunda Maria karena dua alasan. Pertama, “Putera yang ia lahirkan adalah Dia yang Allah tempatkan sebagai yang sulung di antara banyak saudara” (Rom 8: 29). Kedua, kita berpaling kepada Bunda Maria karena ―‘di dalam kelahiran dan pertumbuhan‘ para saudara dan saudari ini dia (Maria) bekerja sama dengan sebuah cinta keibuan.‖ Sejalan dengan pandangan Bapa Suci (Alm.), Judith Marie Gentle, seorang imam dan teolog Katolik-Anglikan, mengatakan bahwa pemberian diri Bunda Maria sungguh total (tubuh, darah, jiwa, dan kemanusiaannya). Itulah pengosongan dirinya sebagai manusia. Boleh dikatakan bahwa itulah kenosis manusiawi yang mendahului dan mempersiapkan tidak lain daripada kenosis Putera Ilahi yang menjelma bagi kita. Marilah kita dengan saksama memperhatikan pandangan Santo Montfort berikut ini: Dengan wanita ini, di dalam dia, Roh Kudus telah menghasilkankarya seni-Nya: Allah menjadi manusia. Dengan cara yang sama ia masih melahirkan setiap hari, sampai akhir zaman, kaum pilihan, yaitu anggota-anggota tubuh dari Kepala yang pantas disembah ini. Oleh karena itu; maikin did lam satu jiwa Roh Kudus menemukan Maria pengantin-Nya yang tercinta dan tak terpisahkan, makin kuat Roh Kudus berkarya dan berkuasa untuk melahirkan Yesus Kristus di dalam jiwa itu dan jiwa itu di dalam Yesus Kristus” (BS 20). Di dalam Sakramen Baptis dan Sakramen Penguatan (Krisma), kita telah dilahirkan kembali dari air dan dari Roh Kudus. Namun, ―kelahiran kembali‖ itu bukanlah sebuah akhir, melainkan justru menjadi sebuah awal. Mengapa? Karena kita masih harus berjuang dan bekerja jauh lebih keras lagi. Menjadi pengikut Kristus berarti mau mengenakan kehidupan Kristus. Mengenakan kehidupan Kristus berarti mengenakan kehidupan ilahi. Dengan perkatan lain, kita hendaknya membiarkan diri kita dibimbing oleh Roh Kristus sendiri, yakni Roh Kudus, seperti Bunda Maria, untuk mencapai kekudusan yang menjadi tujuan hidup kita yang paling pasti. 03. Pertanyaan-pertanyaan untuk refleksi pribadi dan bersama: Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA 92 a) Bagaimana aku belajar untuk ―mengosongkan diri‖ seperti Bunda Maria agar Roh Allah sungguh berkarya dalam dan melalui diriku? b) Bagiku secara pribadi, apa pesannya/makna ungkapan “segala tindakan yang kita laklukan melalui Maria, dengan Maria, dalam Maria dan untuk Maria, bertujuan untuk dilakukan lebih sempurna melalui Yesus Kristus, dengan Yesus Kristus, dalam Yesus Kristus dan untuk Yesus Kristus”? c) Bagaimana aku berusaha mewujudkannya dalam tindakan konkretku? d) Inspirasi apa yang aku timba dari ―keibuan rohani‖ Maria bagi panggilan hidupku sekarang ini? 04. Niat: Saya ingin melakukan segala tindakan ―melalui Maria, dengan Maria, dalam Maria, dan untuk Maria, dengan tujuan untuk melakukannya lebih sempurna melalui Yesus Kristus, dengan Yesus Kristus, dalam Yesus Kristus, dan untuk Yesus Kristus‖ (lih. BS 257). 05. Pewartaan Sabda: Yak 1: 16-18 Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah sesat! Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya. 06. Kontemplasi melalui Doa Rosario: Marilah mendaraskan Rosario untuk merenungkan bagaimana Bunda Maria bertumbuh dalam kesucian dan bagaiman kita sendiri pun bertumbuh dalam kesusian bersma dengan dia, dalam dia, dan melalui dia: Rangkaian pertama: “Maria sudah penuh rahmat, ketika Malaikat Agung Gabriel menyalami dia dan pada saat Roh Kudus menaungi dia dengan cara yang tak terkatakan Maria dipenuhi rahmat berlimpah-limpah” (BS 44). Rangkaian kedua: “Dari hari ke hari, dari saat ke saat, Maria mengembangkan kepenuhan ganda itu sedemikian rupa, sehingga Perawan ini mencapai titik puncak perahmatan yang melampaui segala ukuran dan pengertian” (BS 44) Rangkaian ketiga: “ Maria sendirilah taman Firdaus itu, tanah yang perawan dan terberkati itu, di mana Adam dan Hawa yang berdosa telah di usir keluar. Sebab itu Maria membolehklan masuk ke dalam diri hanya para pria dan wanita yang diperkenankan untuk menjadi kudus” (BS 45). Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA 93 Rangkaian keempat: “Dia menahan mereka dari langkah-langkah yang berbahaya dan memegang tangna mereka untuk mengantar mereka melalui jalan-jalan kebenaran. Dia adalah penopang mereka kalau mereka terancam jatuh, dan mengangkat mereka kalau sudah jatuh” (BS 209). Rangkaian kelima: “…jasa baik yang kelima dan terbesar yang diberikan Maria tercinta kepada para penghormatnya yang setia, ialah menjadi perantara bagi merekapada Puteranya. Karena dengan doa-doanya dia menenagnkan amarah-Nya, memeprsatukan mereka dengan sangat mesra dengan-Nya dan memertahankan mereka dalam persatuan itu” (BS 211). 07. Doa Penutup: Ave Maris Stella Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA 94