MARIA DALAM MISTERI KRISTUS

advertisement
Pertemuan Keempat
MARIA DALAM MISTERI KRISTUS
01. Doa Pembuka: “Ya Yesus yang Hidup dalam Maria”, “Mahkota Kecil Santa Perawan Maria”, dst.,
―Litani Roh Kudus”.
02. Pengantar Tema:
Dalam beberapa pertemuan terdahulu, kita telah menyinggung ajaran para Bapa Konsili Vatikan II
yang menegaskan tempat dan peran Bunda Maria dalam relasinya dengan Kristus dan Gereja-Nya.
Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium (LG) Bab VIII berjudul ―Santa Perawan Maria Bunda Allah
dalam Misteri Kristus dan Gereja‖. Judul ini sungguh mengekspresikan sebuah hasil permenungan
para Bapa Konsili mengenai tempat dan peran Bunda Maria. Pada nomor paling pertama Bab VIII
(LG 52), sambil mengutip Surat Santo Paulus kepada Umat di Galatia, Vatikan II dengan jelas
menyatakan bahwa “… „setelah genap waktunya, Ia mengutus Putera-Nya, yang lahir dari seorang wanita …
supaya kita diterima menjadi anak‟ (Gal 4: 4-5). Kemudian dikatakan lagi, “„Untuk kita manusia dan untuk
keselamatan kita Ia turun dari sorga , dan Ia menjadi daging oleh Roh Kudus dari Perawan Maria‟.”
Artinya, relasi Bunda Maria dengan Kristus tidak bisa tidak bersentuhan langsung dengan perannya
sebagai Bunda Allah Putra. Peran itu ―berawal‖ dari peristiwa penjelmaan. Di dalam menjalankan
peran itu, Bunda Maria sungguh melibatkan seluruh dirinya, setiap segi keberadaannya. Karena itu,
Pater Manfred Hauke menyatakan bahwa ―Penjelmaan bukan sekadar sebuah premis (pernyataan
awal) bagi karya penyelamatan tetap sekaligus sudah menjadi bagian dasariah karya penyelamatan. …
persetujuan Maria mempunyai kualitas menyelamatkan yang dimungkinkan oleh rahmat Kristus yang
diterima setelah Perkandungan Tanpa Noda Dosa. Kerja sama Maria terarah kepada karya
penebusan Kristus, yang segera dimulai pada saat penjelmaan, sebagaima dapat kita simpulkan dari
Surat kepada Umat di Ibrani: ‗Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: Korban dan
persembahan tidak Engkau kehendaki — tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku –‗― (Ibr 10:
5).1)
Nah, sejalan dengan itu, Pater Patrick J. Gaffney SMM menjelaskan:
Alasan filosofis yang digarisbawahi jelas bahwa permulaan tak pernah hanya titik pertama
dari sebuah seri peristiwa selanjutnya dalam waktu. Lebih jauh, permulaan mengandung
semua yang mengikuti dan itu tidak pernah membatalkan hukum yang mengatur segala
sesuatu yang mengalir darinya. Permulaan mentransenden (mengangkat) dan menjadikan
imanen peristiwa-peristiwa yang berasal darinya; strukturnya berbeda dari misteri-misteri
lainnya secara kualitatif dan bukan hanya secara kuantitatif (Bdk. W. Kasper, Jesus the Christ,
Paulist Press, NY 1976, 140). Seperti seorang pengantin wanita dan pengantin pria yang
masuk ke dalam Sakramen Perkawinan, menerima apa pun yang mengalir daripadanya–dalam
suka dan duka, dalam keadaan sakit atau sehat–demikian juga Penjelmaan, perkawinan Sang
Mempelai (pria) Abadi, Tuhan, dan sang mempelai wanita, ciptaan, merupakan penyingkatan
Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA
78
atau pemadatan (the abridgement, condense) atau juga pengkristalan segala sesuatu yang mengalir
daripadanya. Karena itu, penjelmaan (inkarnasi) merupakan rencana Allah ―yang tak pernah
berubah‖ (bdk. BS 15). Penjelmaan merupakan cetak biru (blue print) sejarah penyelamatan,
rencana Sang Pencipta yang ―sekali-dan-untuk-selamanya‖. Semua kebenaran, semua misteri
yang menyelamatkan mengalir dari misteri penjelmaan, menurut rencana dan kehendak
Allah. Sepanjang seluruh karya tulisnya, terutama tentang Perawan Suci, Montfort
menegaskan prinsip Penjelmaan ini.2)
Pesan yang hampir senada ditegaskan oleh Jacques Bur. Ia mengatakan bahwa:
Kebundaan Maria tidak hanya terbatas pada proses biologis dalam melahirkan, karena
kebundaan itu mencakup juga dimensi psikologis dan rohani. Maria tidak menjadi bunda
Allah sambil lalu saja, dalam arti bahwa Allah hanya memperoleh tubuh manusiawi-Nya
melalui dia. Kebundaan Maria mencakup segenap jiwa, kehendak, akal budi, hati, serta
seluruh hidupnya.3)
Kemudian Jacques Bur memberikan garis mengenai keterlibatan penuh Bunda Maria di dalam
hidup dan seluruh misteri Putranya, dengan menyatakan bahwa Bunda Maria adalah seorang Ibu
yang penuh tanggung jawab.
Oleh karena itu, Maria bukan hanya ibu secara jasmaniah, tetapi juga secara rohaniah. Maria adalah
seorang ibu sejati, dalam arti yang paling terhormat mengenai seorang ibu manusiawi yang sungguh
bertanggung jawab. Kendatipun dia tidak mempunyai relasi badani dengan Yosef untuk menjadi
seorang ibu (dan bahwa inilah makna keibuannya yang perawan), dia dengan bebas dan sadar
menerima peran keibuannya. Karena itulah, kita dapat berbicara mengenai keibuan yang sungguh
bertanggung jawab.4)
Kedekatan relasi Bunda Maria dan Tuhan Yesus juga diungkapkan oleh penginjil. Misalnya,
mengenai kunjungan para orang bijak ke Betlehem sebagaimana dilukiskan oleh penginjil Matius,
―Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu
sujud menyembah Dia. … ‖ (Mt 2: 11). Selain di dalam ayat ini, kita juga dapat menemukan
penyebutan Maria sebagai ―Ibu-Nya‖ di dalam Matius 1: 18; 2: 13, 14, 20, 21; 12: 46; dan 13: 55.
Tentu saja, kita dapat menemukan rujukan kepada kedekatan relasi Maria dan Putranya itu di dalam
Injil-injil lain. Namun, dalam konteks pembicaraan mengenai penjelmaan, rujukan tersebut sudah
cukup memadai untuk menjelaskan tempat dan peran Maria dalam misteri Yesus Kristus Putranya,
sekaligus menegaskan bahwa Bunda Maria ikut di dalam penziarahan hidup Putranya sejak di
Betlehem hingga di bawah kaki salib di Golgota (bdk. Lk 1: 26-38 dan Yoh 19: 26-27). Keikutsertaan
Bunda Maria menegaskan makna keterbukaan hatinya yang sebagaimana telah dinyatakan dalam
persetujuan pribadinya yang aktif kepada tawaran kasih Allah di dalam peristiwa penjelmaan (bdk. Lk
1: 38). Dia menyatakan ―pengosongan dirinya‖ sehingga Allah mengisi dirinya sepenuh-penuhnya
dengan kelimpahan rahmat-Nya, malahan Sumber Segala Rahmat itu sendiri, Putra-Nya terkasih.
Untuk lebih mendalami pesan tersebut, baiklah kita memperhatikan pandangan dan ajaran Santo
Montfort. Pertama-tama perlu ditegaskan bahwa bagi St. Montfort, Bunda Maria adalah jalan menuju
kepada persatuan pribadi kita dengan Kristus, Tuhan dan Juru Selamat. Dia mengemukakan dua
model atau jalan Marial, yakni:
Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA
79

Kepada Yesus melalui Maria:
Relasi pribadi kita dengan Bunda Maria mengantar kita kepada pengenalan penuh kasih atau
persatuan mesra dengan Kristus. Inilah yang ditegaskan oleh St. Montfort di dalam Bakti Sejati
kepada Maria (BS): “Bakti ini jalan yang mudah, pendek, sempurna, dan aman untuk mencapai persatuan
dengan Tuhan. Di sini terletak kesempurnaan seorang Kristiani” (BS 152). Persatuan Bunda Maria dan
Tuhan Yesus Kristus begitu erat sehingga St. Montfort mengatakan, “Mereka begitu bersatu dengan
mesra sehingga … kita dapat menyebut Tuhan Yesus, „Yesus dari Maria‟ dan menyebut Perawan suci, „Maria dari
Yesus‟” (BS 247).

Kepada Maria melalui Yesus:
Membaktikan seluruh diri kepada Maria berarti mengikuti teladan Tuhan Yesus sendiri. Mengapa
demikian. Mari kita perhatikan penegasan St. Montfort ketika menyatakan bahwa Yesus Kristus,
Kebijaksanaan Abadi yang menjelma ―… tidak mau datang ke dunia sebagai orang dewasa yang tidak
memerlukan bantuan siapapun, melainkan sebagai seorang anak kecil dan papa yang bergantung dari
penghidupan dan pemeliharaan Bunda-Nya yang suci. … . Lagi pula bukan hanya pada awal hidupNya selama delapan, sepuluh atau lima belas tahun seperti anak-anak lain, melainkan selama tiga
puluh tahun. Dengan tunduk kepada Perawan tersuci selama tahun-tahun itu dan dalam
ketergantungan dari dia, Sang Kebijaksanaan lebih memuliakan Allah Bapa-Nya daripada seandainya
Dia memakai tiga puluh tahun itu untuk membuat mukjizat, untuk berkhotbah di seluruh dunia dan
mentobatkan segala orang. Andaikata ada cara lain, Dia pasti melakukannya (BS 139).
03. Pertanyaan-pertanyaan untuk refleksi pribadi dan bersama:
a) Bagaimana saya mengalami persatuan erat antara Bunda Maria dan Tuhan Yesus, Putranya,
itu dalam praktik hidup rohaniku? Misalnya, ketika menyambut Komuni Kudus, apakah aku
menerima Tubuh Tuhan Yesus sebagaimana Bunda Maria menerima Dia di dalam rahimnya?
b) Bagaimana semangat Tuhan Yesus, Putra Allah, – yang telah mau menggantungkan seluruh
hidupNya kepada Maria sebagai jalan memuliakan Allah BapaNya – memberikan inspirasi
kepadaku untuk mempersembahkan seluruh hidupku kepada Kristus melalui BundaNya
sebagai cara saya menghomati dan memuliakan Allah?
04. Niat:
Saya ingin mengasihi Tuhan Yesus dengan hati Bunda Maria dan mengasihi Bunda Maria dengan
hati Tuhan Yesus!
Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA
80
05. Pewartaan Sabda:
Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria
Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia
kepada ibu-Nya: ―Ibu, inilah, anakmu!‖ Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: ―Inilah
ibumu!‖ Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.
06. Kontemplasi melalui Doa Rosario:
St. Montfort mengajak kita untuk sekali lagi mendaraskan sebuah doa yang sangat indah, yang
disukai oleh banyak orang kudus, yakni Ya Yesus yang hidup dalam Maria (BS 246):
Ya Yesus yang hidup dalam Maria,
datanglah dan hiduplah
dalam hamba-hambaMu,
dengan semangat kekudusanMu,
dengan segenap kekuatanMu,
dengan seluruh keutamaanMu,
dengan segala petunjukMu yang sempurna,
dan dengan semua misteriMu.
Tundukkanlah segala kekuasaan musuh,
bersatu dengan RohMu,
demi kemuliaan Allah Bapa. Amin.
Kini dengan menggunakan untaian Rosario, marilah kita merenungkan misteri Yesus yang hidup di
dalam Maria. Kita mengulangi setiap seruan sebanyak 10 kali dengan waktu sela secukupnya di antara
seruan.
Rangkaian pertama: ―Ya Yesus yang hidup dalam Maria, datanglah dan hiduplah dalam diriku dengan
semangat kekudusanMu.‖
Rangkaian kedua: ―Ya Yesus yang hidup dalam Maria, datanglah dan hiduplah dalam diriku dengan
segenap kekuatanMu.‖
Rangkaian ketiga: ―Ya Yesus yang hidup dalam Maria, datanglah dan hiduplah dalam diriku dengan
segala petunjukMu yang sempurna.‖
Rangkaian keempat: ―Ya Yesus yang hidup dalam Maria, datanglah dan hiduplah dalam diriku dengan
seluruh keutamaanMu.‖
Rangkaian kelima: ―Ya Yesus yang hidup dalam Maria, datanglah dan hiduplah dalam diriku dengan
semua misteriMu.‖
Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA
81
07. Doa Penutup: Ave Maris Stella (Salam Bintang Laut)
1)
Fr. Manfred Hauke, ―The Mother of God‖ dalam: Mark Miravalle (Ed.), Mariology: A Guide for Priests, Deacons, Seminarians, and
Consecrated Persons, Seat of Wisdom Books, A Division of Queenship Publishing, P.O. Box 220, Goleta, CA 93116, USA, 2007, hlm.
204.
2) Patrick J. Gaffney SMM, Merajut Untaian Benang Kebahagiaan, terj. Ludovikus Ndona SMM, Serikat Maria Montfortan (SMM)
Delegasi Indonesia, Bandung, 1999, hlm. 12-13.
3)
Jacques Bur, How to Understand the Virgin Mary, SCM Press Ltd, 26-30 Tottenham Road, London N1 4BZ, 1994, hlm. 8.
4)
Jacques Bur, Ibid., hlm. 9.
Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA
82
Pertemuan Kelima
MARIA DALAM MISTERI ROH KUDUS
01. Doa Pembuka: “Ya Yesus yang hidup dalam Maria”, “Mahkota Kecil Santa Perawan Maria”, dst.,
―Litani Roh Kudus”.
02. Penjelasan Tema:
Pembahasan atas tema ini tidak pernah bisa dipisahkan dari relasi spiritual antara Maria sebagai Bunda
Yesus Kristus, Putra Tunggal Allah, dengan seluruh misteri Allah Tritunggal. Di dalam pertemuanpertemuan terdahulu, terutama Pertemuan ke-3 dan Pertemuan ke-4, kita telah membicarakan bagaimana
Bunda Maria dilibatkan oleh Allah Tritunggal di dalam rencana dan karya penyelamatan-Nya. Karena
itu, di sini kita perlu sekali lagi menegaskan bahwa pembicaraan mengenai relasi Bunda Maria dan
Roh Kudus itu mesti bertitik-tolak dari sebuah kebenaran fundamental iman kita, yakni ―…dalam
proses ‗kelahiran kembali‘ dan pembentukan kaum beriman, keterlibatan Maria hanya dimungkinkan
oleh karena Allah Tritunggal memang menghendaki, dan itu terkait secara langsung dengan misi Roh
Kudus.‖1) Artinya, segala sesuatu yang berkaitan dengan peran Bunda Maria tidak pernah
dilepaspisahkan dari rencana dan kehendak Allah Tritunggal yang Mahakudus.
Penegasan tersebut penting dilakukan mengingat pada masa silam, dan mungkin hingga kini,
kecenderungan gaya berpikir teologis atau lebih khusus pembicaraan mengenai Maria dalam tataran
teologis yang tidak secara jelas dikaitkan dengan peran Roh Kudus. Karena itu, muncul kesan
seakan-akan peran Bunda Maria berasal dari dirinya sendiri, bukan karena inisiatif Allah.
Berkenaan dengan penegasan tersebut, P. Arnold Suhardi SMM memberikan catatan sebagai berikut:
Dalam kaitannya dengan Roh Kudus, Lumen Gentium bab VIII telah menawarkan rujukan yang
sangat berharga tentang relasi antara Roh Kudus dan Maria, seperti tampak pada nomor-nomor
berikut ini.
>> Awal eksistensi: Roh Kuduslah pelaku utama kekudusan Maria, yang sebagai bunda Allah dia tidak
hanya ―kenisah Roh Kudus‖ (LG 53), tapi juga ―suci seutuhnya dan tidak terkena oleh cemar dosa
mana pun juga, bagaikan makhluk yang diciptakan dan dibentuk baru oleh Roh Kudus‖ (LG 56);
>> Saat Penjelmaan: Maria bekerja sama dengan Roh Kudus dalam misteri Penjelmaan, ―Putera Bapa
sendiri di dunia, dan itu tanpa mengenal pria, tapi dalam naungan Roh Kudus‖ (LG 63);
>> Saat Pentekosta: Pada Gereja perdana di Yerusalem, ―kita lihat Maria juga dengan doa-doanya
memohon karunia Roh, yang pada Warta Gembira dulu sudah menaunginya‖ (LG 59);
Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA
83
>> Saat menjalankan misi kebundaan kini dalam Gereja: ―menganut bimbingan Roh Kudus Gereja
Katolik menghadapinya penuh rasa kasih-sayang sebagai bundanya yang tercinta‖ (LG 53).2)
Dari sana kita dapat menarik kesimpulan bahwa dinamika iman Bunda Maria bergerak searah dengan
kehendak dan rencana Allah. Setidaknya, jika kita menempatkan pemikiran tersebut dalam konteks
hidup Kristus dan hidup Gereja, dua peristiwa penting manjadi bingkai yang sangat kuat dan
fundamental, yakni peristiwa penjelmaan atau inkarnasi Sang Sabda dan peristiwa Pentakosta setelah
kebangkitan Tuhan Yesus.
Di dalam peristiwa penjelmaan, Allah Tritunggal Yang Mahakudus memulai pelaksanaan rencana
agung-Nya dengan melibatkan Maria, perawan sederhana dari Nazareth, sebagaimana digambarkan
oleh penginjil Lukas dalam kisah kelahiran Yesus Kristus (lih. Luk 1: 26-36).
Di dalam peristiwa itu, terungkap kemanusiaan Maria. Ketika mendengar perkataan Malaikat
Gabriel, Maria mengalami kebingungan sebagaimana manusia pada umumnya yang mengalami
peristiwa ―aneh‖. Kendati demikian, menurut keyakinan imannya sebagai seorang Yahudi, Maria
menyerahkan hidupnya kepada Allah. Dia menempatkan dirinya sebagai seorang ―hamba‖. Baiklah
di sini kita memperhatikan lukisan yang dibuat oleh Pater Tom Jacobs SJ, yang menyatakan bahwa:
Bersama dengan semua orang kecil di Israel Maria meletakkan hidupnya dalam tangan Tuhan. Imankepercayaan Maria adalah puncak dan rangkuman seluruh iman Israel, khususnya dari para nabi.
Arus pengharapan para nabi mencapai kepenuhan dalam hidup sederhana Maria. Batas-batas hidup
kecil ini bukan penghalang untuk perkembangan iman, melainkan justru wadah dan penampungnya.3)
Oleh karena itulah, kita dapat menyebut Peristiwa Penjelmaan sebagai Pentakosta Maria yang pertama.
Pentakosta Bunda Maria ini adalah ―akhir penantian panjang bangsa Israel‖ akan kedatangan Sang
Mesias. Atau seperti dikatakan Pater Tom Jacobs, pengharapan para nabi mencapai kepenuhan
dalam Maria, yang tunduk dan terbuka kepada kehendak Allah dan kekuatan Roh Kudus serta
bekerja sama aktif dengan Allah Roh Kudus untuk mewujudnyatakan Kepala kaum pilihan, Yesus
Kristus.
Dalam peristiwa penjelmaan itu, Bunda Maria memulai ziarah imannya, terutama sebagai Bunda
Allah Putra. Dia disapa sebagai yang ―terberkati‖ oleh Elizabet, saudarinya, karena rahmat agung
yang telah dia terima dari Allah. ―Dia adalah yang terberkati, karena anaknya sendiri adalah ‗Yang
terpuji‘. Dan anaknya adalah ‗yang terpuji‘, sebab Dia adalah ‗Penyelamat dunia‘ (Yoh 4: 42).‖4)
Puncak perjalanan ziarah iman Bunda Maria terjadi dalam peristiwa Pentakosta kedua. Peristiwa ini
ketika Bunda Maria bersama dengan para rasul berkumpul menantikan kedatangan Roh Kudus (lih
Kis 2: 3-4).
Di dalam Kisah para Rasul, Santo Lukas menulis, ―Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa
bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara
Yesus‖ (Kis 1: 14). Bunda Maria, berada di tengah-tengah para rasul dan para murid Yesus, menantinantikan kedatangan Roh Kudus. Bunda Maria menantikan kelahiran anggota-anggota Tubuh Mistik
Putranya.
Kemudian di dalam peristiwa Pentakosta kedua ini, Gereja, anggota Tubuh Mistik Kristus, memulai
ziarah imannya mengikuti dan bersama dengan Bunda Maria. Dia berjalan mendahului Gereja dalam
Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA
84
perjalanan imannya sebagaimana dikatakan oleh Santo Ambrosius, yang mengajarkan bahwa Bunda
Allah adalah teladan Gereja dalam iman, cinta kasih, dan persatuan sempurna dengan Kristus. Pada
waktu Pentakosta, Bunda Maria tidak terpisah dari Gereja, tetapi berada di tengah-tengah Gereja
dalam persekutuan dengan anggota-anggotanya. Maka, iman Bunda Maria sekaligus bersifat komunal
dan personal.
Santo Montfort berkata bahwa “Allah Roh Kudus mau membentuk orang-orang terpilih bagi diri-Nya di
dalam Maria dan melalu Maria” (BS 34). Ini persis erat terkait dengan kedua unsur yang telah
dibicarakan (kedua Pentakosta tersebut). Dalam peristiwa Penjelmaan Sang Sabda, Roh Kudus telah
membentuk Kepala Gereja, Kristus, di dalam dan melalui Bunda Maria. Demikian halnya, dalam
Pentakosta kedua (Roh Kudus turun atas para rasul), Roh Kudus membentuk anggota-anggota Tubuh
Mistik Kristus.
Lebih lanjut, Santo Montfort juga menegaskan bahwa ―Apabila Roh Kudus, Mempelai Maria, menemukan
Maria di dalam satu jiwa, maka Roh Kudus cepat-cepat ke sana, menetap di situ dan memberi diri-Nya secara
melimpah kepada jiwa itu” (BS 36). Ungkapan ini mau menegaskan bahwa Roh Kudus sungguh leluasa
berkarya dan bertindak di dalam dan melalui Bunda Maria karena fiat-nya adalah sebuah tindakan
penyerahan diri total kepada kehendak dan rencana-rencana Allah.
Bunda Maria pun mengajarkan kita untuk menghayati kebajikkan yang sama (keterbukaan terhadap
rencana dan kehendak Allah dalam hidup kita) sehingga Santo Montfort memekikkan sebuah seruan,
“Berbahagialah, ya seribu kali berbahagialah orang yang menerima wahyu dari Roh Kudus untuk mengenal
„rahasia‟ Maria” (RM 20).
03. Pertanyaan-pertanyaan untuk refleksi pribadi dan bersama:
a)
b)
c)
d)
Bagaimana aku mengalami teladan iman Bunda Maria dalam penghayatan imanku sendiri?
Bagaimana aku dapat membuka seluruh diriku bagi karya Roh Kudus seperti Bunda Maria?
Bagaimana aku mengalami doa Bunda Maria menguatkan panggilanku?
Silakan membaca dan merenungkan BS 266-273 serta berusaha mempraktikan nasehatnasehat tersebut!
04. Niat:
Aku membiarkan jiwaku menghirup Maria sama seperti badan menghirup udara (lih. BS 217).
05. Pewartaan Sabda: Gal 5: 22-26
Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Barangsiapa
menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan
Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA
85
keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh, dan janganlah
kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.
06. Kontemplasi melalui Doa Rosario:
Marilah kita mendaraskan Rosario untuk menghormati Pentakosta Bunda Maria dan Pentakosta
Gereja sambil mendoakan agar kita dianugerahi kepenuhan karunia-karunia Roh Kudus:
Rangkaian Pertama: ―Allah Roh Kudus mau membentuk orang-orang terpilih bagi diri-Nya di dalam
Maria dan melalui Maria‖ (BS 34).
Rangkaian kedua: ―Bersama dengan Roh Kudus, Maria telah menghasilkan mukzijat yang terbesar
dari segala zaman: Seorang Allah Manusia‖ (BS 35).
Rangkaian ketiga: ―Tugasnya yang paling pribadi adalah membentuk dan mendidikorang-orang kudus
yang besar, yang akan hidup menjelang akhir dunia. karena hanya Perawan yang istimewa dan
mengagumkan inilah bisa menghasilkan dalam persatuan dengan Roh Kudus, hal-hal yang istimewa
dan luar biasa‖ (BS 35)
Rangkaian keempat: ―Apabila Roh Kudus, Mempelai Maria, menemukan Maria di dalam satu jiwa,
maka Roh Kudus cepat-cepat ke sana, menetap di situ dan member diri-Nya secara melimpah
kepada jiwa itu‖ (BS 36).
Rangkaian kelima: ―…kasih yang berdaulat dari Bapa dan Putera telah mengambil Maria menjadi
mempelai-Nya agar melahirkan kepala orang-orang terpilih, yaitu Yesus Kristus, dan Yesus Kristus
di dalam orang-orang terpilih. Mulai saat itu Roh Kudus tidak pernah menolak Maria karena ia selalu
setia dan subur‖ (BS 36).
07. Doa Penutup: Ave Maris Stella
1)
Arnold Suhardi SMM, “ROH KUDUS DALAM MARIOLOGI MASA KINI: Keluar dari Medan Implisit”, di dalam:
http://www.ksmindonesia.org pada menu “Mariologi”, diakses dari Jln. Gunung Kencana 8-10 Cimbuleuit, Bandung, pada 27 Oktober 2010, jam
10:33 WIB.
2)
Ibid.
3)
Tom Jacobs, Buah Renungan Tom Jacobs: YESUS anak Maria, Yayasan Kanisius, Yogyakarta, dan Nusa Indah, Ende, Flores, 1984,
hlm. 40.
4)
Tom Jacobs, Ibid., hlm. 46-17.
Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA
86
Pertemuan Keenam
MARIA DALAM MISTERI GEREJA
01. Doa Pembuka: “Ya Yesus yang hidup dalam Maria”, “Mahkota Kecil Santa Perawan Maria”, dst.
“Litani Roh Kudus”.
02. Penjelasan Tema
Secara umum dan mungkin agak abstrak, kita memahami makna Gereja sebagai ―Komunitas yang
didirikan oleh Yesus Kristus dan diurapi oleh Roh Kudus sebagai tanda terakhir kehendak Allah
untuk menyelamatkan seluruh umat manusia. Kehadiran Allah di antara manusia dinyatakan dalam
pewartaan, hidup sakramental, pelayanan pastoral, dan organisasi komunitas ini. Komunitas Gereja
terdiri dari persekutuan Gereja-gereja lokal yang dikepalai oleh Gereja Roma.‖1) Demikian salah satu
definisi ―Gereja Kristus‖, yang memiliki 4 ciri utama, yakni satu, kudus, katolik, dan apostolik,
sebagaimana telah diproklamirkan oleh Konsili Nikea I (325) dan Konstantinopel I (381) dan yang
terus-menerus kita perbaharui saat mendaraskan Syahadat Iman kita (Kredo NikeaKonstantinopel).2)
Tentu saja, ―Gereja‖ tidak sekadar sebuah definisi, melainkan terutama sebuah kenyataan kaum
beriman yang telah secara pribadi dipersatukan dengan Yesus Kristus melalui Sakramen
Pembaptisan. Persatuan dengan Kristus itu mengharuskan persatuan di antara para anggota Tubuh
Mistik Kristus karena, sebagaimana telah pernah kita bicarakan di dalam salah satu pertemuan
sebelumnya, persatuan di antara umat beriman adalah ekspresi lahiriah persatuan Allah Tritunggal
yang Mahakudus. Atau seperti dinyatakan oleh Santo Paulus bahwa ―… sama seperti tubuh itu satu
dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh,
demikian pula Kristus‖ (1Kor 12: 12).
Oleh karena itu, persatuan itu telah dimulai sejak masa awal Gereja, sejak masa ―persiapan kelahiran
Gereja‖, yakni ketika para Rasul dan para murid lainnya bersama dengan Bunda Maria berkumpul di
Ruang Atas di Yerusalem dan berdoa menantikan kedatangan Roh Kudus yang telah dijanjikan
Tuhan. Tuhan bersabda kepada para Rasul, ―Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan
kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, …‖ (Yoh 14: 16).
Juga, Tuhan telah ―melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ
menantikan janji Bapa, yang -- demikian kata-Nya – ‗telah kamu dengar dari pada-Ku‘‖ (Kis 1: 4).
Jaminan penyertaan Tuhan melalui Roh Kudus ini adalah wujud kasih mendalam Tuhan kepada para
pengikut-Nya karena, demikian pula Sabda Tuhan, ―Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai
yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu‖ (Yoh 14: 18).
Karena itulah, setelah Tuhan Yesus naik ke surga, para Rasul dan para murid bersama-sama sebagai
sebuah komunitas menantikan kedatangan Sang Penolong (Roh Kudus). Santo Lukas melukiskan
Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA
87
bahwa setelah Tuhan naik ke surga, ―Maka kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang
disebut Bukit Zaitun, yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya dari Yerusalem. Setelah mereka tiba di
kota, naiklah mereka ke ruang atas, tempat mereka menumpang. Mereka itu ialah Petrus dan
Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus dan Tomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus,
dan Simon orang Zelot dan Yudas bin Yakobus. Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa
bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara
Yesus‖ (Kis 1: 12-14).
Kehadiran Bunda Maria di tengah-tengah para Rasul dan para murid adalah kelanjutan peristiwa
Kalvari. Menjelang wafat, Tuhan menyerahkan para pengikut-Nya kepada Santa Perawan Maria
untuk menjadi Bunda mereka dan para pengikut kepada Santa Perawan Maria sebagai anak-anaknya
(lih. Yoh 19: 25-27). Peristiwa ini sekaligus menegaskan misi keibuan Bunda Maria atas Kepala kaum
terpilih dan anggota-anggota-Nya
Itulah saat perjalanan ziarah para pengikut Kristus bersama dengan Bunda Maria menuju kepada
pengenalan yang paripurna mengenai Tuhan dan Juru Selamat. Nah, oleh karena itulah, Santo
Montfort dengan sangat jelas menyatakan bahwa:
Kalau kepala umat manusia, Yesus Kristus, lahir dari Maria, maka dengan sendirinya orangorang terpilih, yang adalah anggota-anggota dari kepala itu, juga lahir dari wanita ini. Tidak
mungkin ibu yang sama melahirkan kepala tanpa anggota-anggota, juga tidak mungkin
anggota-anggota tanpa kepala. Seandainya bukan demikian maka yang dilahirkan adalah
monster alam. Demikian juga dalam tata rahmat, baik kepala maupun anggota-anggota
berasal dari ibu yang sama. Jadi kalau satu anggota dari tubuh mistik Yesus Kristus, yaitu
seorang terpilih, mempunyai ibu yang lain dari Maria yang telah melahirkan kepala, maka
orang itu bukanlah orang terpilih atau anggota Yesus Kristus melainkan monster dalam tata
rahmat (BS 32).
Kedua teks di atas, baik Kisah para Rasul (Kis 1: 12-14) maupun Bakti Sejati kepada Maria (BS 32)
mengandung beberapa pesan beriku ini, yakni bahwa:
a) Bunda Maria memanjatkan doa permohonan bersama dan bagi Gereja.
b) Bunda Maria adalah Bunda Perawan dalam tata rahmat.
c) Bunda Maria adalah gambaran atau citra Gereja.
d) Bunda Maria mempunyai tugas perutusan: ―Yesus, di mana-mana dan selalu, adalah buah
dan Putra Maria‖ (BS 44).
03. Pertanyaan-pertanyaan untuk refleksi bersama dan pribadi:
a) Bagaimana saya mengalami bantuan Bunda Maria sebagai Ibu rohaniku?
b) Apakah berkat bantuan Bunda Maria, saya dapat menjadi anggota Gereja yang lebih baik?
c) Bagaimana saya mewujudkan peran Maria sebagai Ibu dan Perawan dalam karya kerasulan
dan kesaksian hidupku?
04. Niat:
Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA
88
Membaktikan diriku kepada Kristus berarti saya mau terlibat dalam salah satu bentuk kerasulan di
dalam Gereja.
05. Pewartaan Sabda: Yohanes 2: 1-5
Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; Yesus dan
murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus
berkata kepada-Nya: "Mereka kehabisan anggur.‘ Kata Yesus kepadanya: ‗Mau apakah engkau dari
pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.‘ Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang
dikatakan kepadamu, buatlah itu!‘‖
06. Kontemplasi melalui Doa Rosario:
Marilah kita memandang (mengkontemplasikan) kehadiran unik Bunda Maria di dalam misteri
Kristus dan misteri Gereja.
Rangkaian pertama: Penjelmaan Sang Sabda. Ibu Yesus hadir di situ: ―Di dalam misteri ini, dengan
persetujuan Maria dan di dalam rahimnya, Yesus memilih segala orang pilihan-Nya‖ (BS 248).
Rangkaian kedua: Kunjungan kepada Elizabet. Ibu Yesus hadir di situ: ―Melalui perkataan Maria Ia
menguduskan Santo Yohanes di dalam rahim ibunya yang suci Elisabeth sebelum selesai bicara,
Yohanes sudah disucikan‖ (BS 19).
Rangkaian ketiga: Kelahiran Yesus. Ibu Yesus hadir di situ: ―Memang Maria yang menyusui-Nya,
memberi-Nya makan, merawat, membesarkan dan mengurbankan-Nya untuk kita‖ (BS 18).
Rangkaian keempat: Yesus dipersembahkan. Ibu Yesus hadir di situ: ―Ia meluhurkan kedaulatan dan
keagungan-Nya dengan bergantung pada Perawan yang jelita itu pada saat Ia dikandung, dilahirkan
dan dipersembahkan di Bait Allah, selama tiga puluh tahun hidup-Nya yang tersembunyi…‖ (BS 18).
Rangkaian keempat: Yesus ditemukan kembali. Ibu Yesus hadir di situ: ―Kami mohon melalui
renungan peristiwa ini dan dengan perantaraan Bunda-Mu yang suci kebijaksanaan yang sejati‖ (MR
8).
07. Doa Penutup: Ave Maris Stella (Salam Bintang Laut)
1)Gerrard
O‘Collins, SJ dan Edward G. Farrugia SJ, Kamus Teologi, terj. I. Suharyo, Pr., Kanisius, Yogyakarta, 1996,
hlm. 86.
2)Gerard
O‘Collins, SJ dan Edward G. Farrugia SJ, Ibid., hlm. 87. Lihat juga hlm. 160 (Konsili Nikea I) dan
hlm. 156 (Konsili Konstantinople I). Kedua Konsili umum ini diadakan untuk menegakkan ajaran iman
Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA
89
melawan ajaran bidah Arianisme yang menyatakan bahwa ―Kristus hanyalah yang utama dari ciptaan Allah,
dan bukan sepenuhnya dan seutuhnya ilahi‖. Karena itu, Konsili Nikea I (325) menyatakan bahwa ―Kristus
adalah Putra Tunggal Bapa dan sehakikat dengan Bapa.‖
Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA
90
Pertemuan Ketujuh
MARIA DI DALAM MISTERI KESUCIAN KITA
01. Doa Pembuka: “Ya Yesus yang hidup dalam Maria”, “Mahkota Kecil Santa Perawan Maria”, dst.,
“Litani Roh Kudus”.
02. Pengantar Tema
Jika kita berbicara tentang ―kesucian‖, tidak lain kita berbicara mengenai kehidupan ilahi, kehidupan
abadi, dalam diri kita. Kehidupan ilahi itu kita terima dari Tuhan Yesus. Dia telah memperoleh bagi
kita rahmat oleh kemanusiaanNya. Seperti yang telah kita bicarakan, kemanusiaan Sang Penyelamat
berasal dari Maria. Karena itu, Kristus menghasilkan rahmat dalam setiap jiwa berkat kemanusiaan
yang diberikan kepada-Nya oleh Maria.
Sebagai Bunda Kristus yang mencurahkan rahmat, dalam cara inilah Maria adalah Bunda segala
rahmat. Dengan melahirkan Kristus yang adalah sumber segala rahmat, dia telah mengantar kita
untuk melahirkan kehidupan dalam rahmat sebagaiman yang ditegaskan oleh Vatikan II bahwa
“Dalam sebuah cara tunggal Maria bekerja sama oleh ketaatan, iman, harapan, serta cinta kasihnya berkobarkobar dalam karya Sang Penyelamat untuk memulihkan kehidupan ilahi kepada jiwa-jiwa” (LG 61).
Keibuan rohani Maria atas kita tetap seutuhnya berdasarkan keibuannya atas Kristus,
Puteranya, secara jasmaniah. Persis pada peristiwa Penjelmaan Bunda Maria menjadi bunda kita. Dia
tidak mungkin tetap menjadi Bunda Allah secara jasmaniah tanpa secara rohaniah/spiritual menjadi
Bunda umat manusia.
Seperti telah dijelaskan, Putera Allah menjelma dalam Maria sebagai Kepala umat manusia,
sehingga dia (Bunda Maria) mewakili anggotaTubuh Mistik-Nya, Gereja, dalam kepenuhannya.
Mustahil untuk memisahkan kepala dengan anggota-anggota tubuh ini. Maria adalah ibu Kristus
secara utuh. Dia tidak dapat menjadi Bunda sang Penyelamat tanpa menjadi bunda semua yang
diselamatkan. Dia tidak dapat menjadi Bunda Kristus tanpa menjadi bunda seluruh umat Kristen.
Berkat relasi keibuan dan fisiknya dengan Kristus, Sang Kepala, Maria berada di tempat yang paling
istimewadalam relasi keibuan dengan seluruh Gereja.
Pandangan yang dikemukan Jacques Bur itu seakan-akan menggemakan kembali dengan
sangat jelas ajaran yang telah disampaikan Santo Montfort lebih dari 300 tahun silam. Bapa Pendiri
kita dengan tegas mengatakan, “Kalau kepala umat manusia, Yesus Kristus, lahir dari Maria, maka dengan
sendirinya orang-orang terpilih, yang adalah anggota-anggota dari kepala itu, juga lahir dari wanita ini. Tidak
mungkin ibu yang sama melahirkan kepala tanpa anggota-anggota, juga tidak mungkin anggota-anggota tanpa
kepala” (BS 32).
Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA
91
Analogi relasi kepala-tubuh ini menegaskan bahwa terdapat persatuan yang utuh antara
Kristus dan Gereja-Nya, antara Sang Penyelamat dan umat yang diselamatkan (bdk. BS 43). Dengan
perkataan lain, di dalam dan melalui Maria, Bunda Kristus, setiap orang yang dibaptis dalam nama
Kristus telah berpartisipasi dalam kehidupan ilahi. Kesucian, kekudusan, keutuhan, yang rusak atau
terganggu akibat dosa asal manusia pertama dipulihkan kembali oleh Kristus.
Oleh karena itu, Santo Montfort merumuskan keyakinan dan ajarannya mengenai persatuan
yang begitu erat antara Maria sebagai Bunda Kristusdan Bunda para pengikut Kristus dengan
mengatakan, “…bahwa segala tindakan yang kita lakukan melalui Maria, dengan Maria, dalam Maria dan
untuk Maria, bertujuan untuk dilakukan lebih sempurna melalui Yesus Kristus, dengan Yesus Kristus, dalam
Yesus Kristus dan untuk Yesus” (BS 257). Artinya ialah bahwa segala hormat bakti kita kepada Bunda
Maria pertama-tama dan terutama ditujukan kepada Kristus, satu-satunya Tuhan dan Juru Selamat
kita.
Berkenaan dengan itu, sambil mengutip Lumen Gentium, dalam ensikliknya, Redemptoris Mater
(RM), Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa dalam peziarahan iman menuju ke persatuan
dengan Tritunggal Mahakudus, kita mesti terus-menerus memandang kepada Bunda Maria karena
dua alasan. Pertama, “Putera yang ia lahirkan adalah Dia yang Allah tempatkan sebagai yang sulung di antara
banyak saudara” (Rom 8: 29). Kedua, kita berpaling kepada Bunda Maria karena ―‘di dalam kelahiran
dan pertumbuhan‘ para saudara dan saudari ini dia (Maria) bekerja sama dengan sebuah cinta
keibuan.‖
Sejalan dengan pandangan Bapa Suci (Alm.), Judith Marie Gentle, seorang imam dan
teolog Katolik-Anglikan, mengatakan bahwa pemberian diri Bunda Maria sungguh total (tubuh,
darah, jiwa, dan kemanusiaannya). Itulah pengosongan dirinya sebagai manusia. Boleh dikatakan
bahwa itulah kenosis manusiawi yang mendahului dan mempersiapkan tidak lain daripada kenosis
Putera Ilahi yang menjelma bagi kita.
Marilah kita dengan saksama memperhatikan pandangan Santo Montfort berikut ini:
Dengan wanita ini, di dalam dia, Roh Kudus telah menghasilkankarya seni-Nya: Allah menjadi manusia.
Dengan cara yang sama ia masih melahirkan setiap hari, sampai akhir zaman, kaum pilihan, yaitu
anggota-anggota tubuh dari Kepala yang pantas disembah ini. Oleh karena itu; maikin did lam satu jiwa
Roh Kudus menemukan Maria pengantin-Nya yang tercinta dan tak terpisahkan, makin kuat Roh Kudus
berkarya dan berkuasa untuk melahirkan Yesus Kristus di dalam jiwa itu dan jiwa itu di dalam Yesus
Kristus” (BS 20).
Di dalam Sakramen Baptis dan Sakramen Penguatan (Krisma), kita telah dilahirkan kembali
dari air dan dari Roh Kudus. Namun, ―kelahiran kembali‖ itu bukanlah sebuah akhir, melainkan
justru menjadi sebuah awal. Mengapa? Karena kita masih harus berjuang dan bekerja jauh lebih keras
lagi. Menjadi pengikut Kristus berarti mau mengenakan kehidupan Kristus. Mengenakan kehidupan
Kristus berarti mengenakan kehidupan ilahi. Dengan perkatan lain, kita hendaknya membiarkan diri
kita dibimbing oleh Roh Kristus sendiri, yakni Roh Kudus, seperti Bunda Maria, untuk mencapai
kekudusan yang menjadi tujuan hidup kita yang paling pasti.
03. Pertanyaan-pertanyaan untuk refleksi pribadi dan bersama:
Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA
92
a) Bagaimana aku belajar untuk ―mengosongkan diri‖ seperti Bunda Maria agar Roh Allah
sungguh berkarya dalam dan melalui diriku?
b) Bagiku secara pribadi, apa pesannya/makna ungkapan “segala tindakan yang kita laklukan
melalui Maria, dengan Maria, dalam Maria dan untuk Maria, bertujuan untuk dilakukan lebih
sempurna melalui Yesus Kristus, dengan Yesus Kristus, dalam Yesus Kristus dan untuk Yesus Kristus”?
c) Bagaimana aku berusaha mewujudkannya dalam tindakan konkretku?
d) Inspirasi apa yang aku timba dari ―keibuan rohani‖ Maria bagi panggilan hidupku sekarang
ini?
04. Niat:
Saya ingin melakukan segala tindakan ―melalui Maria, dengan Maria, dalam Maria, dan untuk Maria,
dengan tujuan untuk melakukannya lebih sempurna melalui Yesus Kristus, dengan Yesus Kristus,
dalam Yesus Kristus, dan untuk Yesus Kristus‖ (lih. BS 257).
05. Pewartaan Sabda: Yak 1: 16-18
Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah sesat! Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang
sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan
atau bayangan karena pertukaran. Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman
kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.
06. Kontemplasi melalui Doa Rosario:
Marilah mendaraskan Rosario untuk merenungkan bagaimana Bunda Maria bertumbuh dalam
kesucian dan bagaiman kita sendiri pun bertumbuh dalam kesusian bersma dengan dia, dalam dia,
dan melalui dia:
Rangkaian pertama: “Maria sudah penuh rahmat, ketika Malaikat Agung Gabriel menyalami dia dan pada
saat Roh Kudus menaungi dia dengan cara yang tak terkatakan Maria dipenuhi rahmat berlimpah-limpah” (BS
44).
Rangkaian kedua: “Dari hari ke hari, dari saat ke saat, Maria mengembangkan kepenuhan ganda itu
sedemikian rupa, sehingga Perawan ini mencapai titik puncak perahmatan yang melampaui segala ukuran dan
pengertian” (BS 44)
Rangkaian ketiga: “ Maria sendirilah taman Firdaus itu, tanah yang perawan dan terberkati itu, di mana Adam
dan Hawa yang berdosa telah di usir keluar. Sebab itu Maria membolehklan masuk ke dalam diri hanya para pria
dan wanita yang diperkenankan untuk menjadi kudus” (BS 45).
Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA
93
Rangkaian keempat: “Dia menahan mereka dari langkah-langkah yang berbahaya dan memegang tangna mereka
untuk mengantar mereka melalui jalan-jalan kebenaran. Dia adalah penopang mereka kalau mereka terancam
jatuh, dan mengangkat mereka kalau sudah jatuh” (BS 209).
Rangkaian kelima: “…jasa baik yang kelima dan terbesar yang diberikan Maria tercinta kepada para
penghormatnya yang setia, ialah menjadi perantara bagi merekapada Puteranya. Karena dengan doa-doanya dia
menenagnkan amarah-Nya, memeprsatukan mereka dengan sangat mesra dengan-Nya dan memertahankan mereka
dalam persatuan itu” (BS 211).
07. Doa Penutup: Ave Maris Stella
Kerabat Santo Montfort (KSM) Indonesia | Totus Tuus – TAHAP III: PENGENALAN MARIA
94
Download