MULTISEMESTA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR`AN (STUDI KOMPARATIF AL-QUR`AN TERHADAP M-THEORY STEPHEN HAWKING) Oleh : Muhamad Halwani Alumnus Prodi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir UNSIQ, Mahasiswa Pascasarjana UNSIQ Email: [email protected] Abstrak Jagat raya merupakan sebuah misteri yang tidak akan pernah tuntas pembahasannya. Selalu saja muncul teori-teori baru yang bersifat menyempurnakan teori lain maupun mengeliminasi teori yang lainnya. Gagasan-gagasan yang muncul dari teori-teori tersebut pada akhirnya makin menambah misteri yang ada dibalik alam semesta ini. M-Theory merupakan sebuah teori yang digagas oleh Stephen Hawking dan diharapkan mampu menjadi sebuah teori yang mampu menjawab segala pertanyaan tentang alam semesta. Dari M-Theory tersebut, muncul beberapa hipotesa tentang Multi alamsemesta, dan lebih jauh, penciptaan alam semesta tanpa melibatkan campur tangan Tuhan. Kata kunci : Al-Qur’an, M-theory, multiverse, penciptaan alam semesta. A. Pendahuluan. memelihara manusia sebagai puncak Debat tentang apakah jagad raya semua ciptaan. Bukan hanya mengenai kelahiran mempunyai awal dan bagaimana cara sejak alam semesta, perdebatan juga muncul manusia mencatat sejarahnya.Gagasan mengenai kehidupan di planet lain bahwa untuk maupun di alam semesta yang lain. mengakomodasi umat manusia muncul Dalam pemikiran mainstream manusia, dalam mitologi- diyakini bahwa hanya bumi-lah yang mitologi yang berasal dari ribuan tahun telah diciptakan secara khusus oleh lalu hingga sekarang ini di banyak Tuhan untuk dihuni oleh manusia. lahirnya sudah jagat berlangsung raya dirancang teologi-teologi dan tempat di muka Bumi.Menurut sejumlah Pemikiran Stephen Hawking melalui kosmologi kuno dan tradisi Yahudi / M-Theory-nya, setidaknya memberikan Kristiani / Islam, jagat raya bermula beberapa jawaban mengenai misteri dan pada suatu masa lalu yang terhingga dan asal-usul alam semesta. Menurut M- tidak terlalu jauh. Dalam kebudayaan Theory, alam semesta kita bukanlah Barat, Perjanjian Lama, khususnya kisah satu-satunya alam semesta. M-Theory tentang penciptaan, ditafsirkan memuat justru memprediksikan bahwa terdapat gagasan tentang rancangan atau desain banyak sekali alam semesta yang muncul yang dari dibuat Tuhan dalam rangka ketiadaan. Stephen Hawking mengatakan, bahwa permulaan jagat Vol. I No. 02, November 2015 raya adalah suatu peristiwa quantum. semesta, Dalam teori quantum, jagat raya tidak ketimbang universe (alam Semesta), dan memiliki sejarah masa lampau tunggal, konsep tetapi, dalam kenyataannya, ada banyak melibatkan jagat raya dan masing-masing memiliki menarik minat penulis untuk kemudian seperangkat hukum-hukum fisika yang membandingkannya berbeda sejarahnya penciptaan alam semesta di dalam al- sendiri-sendiri, dan semua jagat raya ini Qur’an. Permasalahan yang diangkat ada dengan spontan, dimulai dengan dalam penelitian ini adalah: Pertama, setiap cara yang mungkin (Hawking dan bagaimana Mlodinov, terj., Zia Anshor, 2010: 143- terhadap konsep 146). Beberapa orang menyebut konsep semesta? Dan tentang banyaknya alam semesta ini pandangan M Theory Stephen Hawking sebagai multiverse. terhadap penciptaan alam semesta? dan memiliki Munculnya alam semesta dari kumpulan alam penciptaan semesta) semesta campur tangan Tuhan, dengan pandangan Karena tanpa konsep Al-Qur`an penciptaan Kedua, penelitian alam bagaimana ini peristiwa quantum dan lahirnya banyak membandingkan jagat raya dengan seperangkat hukum Hawking dalam M-Teorinya dengan Al- fisikanya masing-masing, Qur`an tentang konsep penciptaan alam pemikiran Hawking, dalam kondisi ini semesta, maka menihilkan campur tangan Tuhan dalam menggunakan penciptaan muqaran. alam semesta. Stephen pemikiran hendak Stephen penelitian ini pendekatan Proses tafsir pengumpulan data Hawking (2010: 10) menulis dalam dilakukan dengan 2 tahap yaitu dengan bukunya, membaca “Penciptaan alam-alam dan menelaah buku-buku semesta itu tak memerlukan campur pustaka yang memiliki relevansi dan tangan sosok adi-alami atau Tuhan. permasalahan yang dibahas. Adapun Sebaliknya, dalam banyak alam semesta analisis data, teknik penulis muncul secara alami akibat hukum- menggunakan analisis data hukum fisika. Kemunculan alam semesta Falsifikasi yang di cetuskan oleh Karl adalah prediksi sains.” Popper. Popper (1963: 33) berpandangan Pandangan Stephen Hawking dan bahwa satu-satunya cara yang praktis Leonard Mlodinov melalui M-Theorinya untuk memperluas pengetahuan manusia perihal konsep penciptaan alam semesta, adalah melalui proses kritik atau umpan terlebih pada kemungkinan akan adanya balik konsep berlandaskan pada suatu postulat yang 234 Multiverse (banyak alam yang tiada akhir. Falsifikasi Multisemesta dalam Perspektif Vol. I No. 01, November 2015 berbunyi bahwa proposisi teoritis tidak teori terbukti bila pendapat sebaliknya turun menjelaskan seluruh jagat raya, teori atau dari aneka pernyatan yang cocok satu model untuk segala sesuatu (“the ultimate sama pernyataan- theory of everything”), yang mencakup pernyataan itu didasarkan pada observasi semua gaya yang ada dalam jagat raya (Bagus, Falsifikasi (gaya gravitasi, gaya elektromagnetik, dijalankan dengan menggunakan logika gaya nuklir kuat, dan gaya nuklir lemah) deduktif. Artinya, berangkat dari sebuah dan memprediksi setiap observasi yang hipotesis umum (dalam istilah Popper: dapat kita buat. (Hawking dan Mlodinov, konjektur) terj., Zia Anshor, 2010:8) lain, kendatipun 2002: 227). model pamungkas untuk observasi yang Observasi yang M-Theory mendasarkan penciptaan dilakukan bertujuan untuk menemukan alam semesta pada hasil temuan Hubble kesalahan-kesalahan yang ada dalam pada tahun 1929 yang melihat bahwa alam hipotesis tersebut. Penyelidikan ini tidak semesta mengembang (Hawking dan berfungsi untuk menolak total hipotesis, Mlodinov, terj., Zia Anshor, 2010: 133). melainkan untuk menemukan titik lemah Jika alam semesta mengembang, maka (weak spots) dari sebuah hipotesis yang alam semesta pasti lebih kecil pada masa umum. Teori falsifikasi ini digunakan lalunya. Malah, jika di ekstrapolasikan ke untuk menyanggah suatu pernyataan masa lalu yang cukup jauh, segala zat dan atau teori. energi di alam semesta kiranya pernah B. Hasil Temuan dan Pembahasan terkonsentrasi dalam suatu daerah amat sifatnya menuju atau khusus. 1. M-Theory dan Penciptaan Alam Semesta. kecil dengan tingkat kerapatan dan suhu Teori M adalah adalah suatu teori mundur cukup jauh, maka kita akan yang tak terbayangkan, dan jika kita dasar fisika yang menjadi calon teori menemukan segalanya. Teori-M adalah kumpulan bermula, suatu peristiwa yang sekarang aneka kita sebut sebagai Big Bang. teori, yang masing-masing waktu ketika segalanya merupakan penjabaran pengamatan yang Dalam Al-Qur`an, informasi tentang baik dalam kisaran situasi fisik tertentu Big Bang dapat dijumpai seperti dalam saja. Secara sederhana, Teori-M adalah Q.S. Al-Anbiyâ` ayat 30. teori atau model yang menjadi puncak dan merangkumi semua teori fisika yang pernah ada (dari Plato ke teori klasik ِ َ َ َ ُوا ان ا َ َو ات َ ِ َ ْ َ َ َر ْ! ً َ َ َ ْ َ ُ َ َو ِ ا َو َ ْ َ َ ا َ َ# َ ض َ ْر%&ْ َوا Newton ke teori-teori kuantum modern), Multisemesta dalam Perspektif 235 Vol. I No. 02, November 2015 ا َ*َ) ُ ْ( ِ ُ' َن,+ -َ ٍء,ْ َ0 1ُ ا ْ َ ِء [٣٠: ء34#ٔ%&]ا “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Q.S. Al-Anbiyâ` : 30) Kata ratqan dari segi bahasa berarti terpadu, sedang kata fataqnâhumâ terambil dari kata fataqo yang berarti energi di alam semesta yang terkonsentrasi dalam suatu daerah yang amat kecil dengan tingkat kerapatan dan suhu yang tidak terbayangkan. Kemudian akibat dari tekanan yang sangat besar, menyebabkan suatu ledakan besar (Big Bang), yang didalam Al-Qur`an disebutkan dengan bentuk kata fataqo. Ledakan yang terjadi ini menyebabkan semua materi terlempar ke segala arah dan kemudian membentuk planet-planet dan galaksi-galaksi. terbelah /terpisah. Ulama berbeda-beda Pada potongan ayat berikutnya, Al- pendapat tentang maksud firman-Nya Qur`an menginformasikan bahwa “dan ini. Ada yang memahaminya dalam arti dari air kami jadikan segala sesuatu langit dan bumi tadinya merupakan satu yang hidup”, karena potongan ayat gumpalan yang terpadu. Hujan tidak tersebut berhubungan dengan penciptaan turun dan bumi pun tidak ditumbuhi alam semesta, maka tafsir yang kiranya pepohonan, kemudian Allah membelah tepat diterapkan adalah hubungan “air” langit tumbuh- dalam proses pembentukan kehidupan di tumbuhan di bumi. Ada lagi yang alam semesta ini. Dalam hal ini, kata berpendapat bahwa bumi dan langit “al-Mâ`” merupakan sesuatu yang utuh dan tidak Hidrogen yang merupakan salah satu terpisah, pisahkan partikel pembentuk kehidupan di alam dengan mengangkat langit ke atas dan semesta ini. Karena dalam terminologi membiarkan bumi tetap ditempatkannya sains, air adalah suatu kumpulan unsur berada di bawah lalu memisahkan kimiawi yang tersusun dari dua atom keduanya dengan udara. (Shihab, Vol.8, hidrogen (H2) dan satu atom oksigen (O) 2002: 443) (Rosadisastra, 2007: 205). dan menumbuhkan kemudian Allah Dalam pemahaman penulis, kata bisa Hidrogen dimaknai dengan sebagai disertai oleh ratqan yang berarti kesatuan yang padu Helium (al-Maraghi, 1989: 37) dalam QS. al- pembentuk alam semesta. Pada saat Anbiya ayat 30 menunjukkan pada dentuman besar terjadi, tercipta awan kondisi kemampatan segala zat dan atau gas berasap yang masing-masing 236 merupakan unsur-unsur Multisemesta dalam Perspektif Vol. I No. 01, November 2015 membentuk galaksi-galaksi karena Dengan semakin mengerutnya awan tarikan gravitasi. Dengan mengalirnya (dukhân) ini, dan atom-atom didalamnya waktu, unsur gas hidrogen dan helium saling bertabrakan, termperatur gas akan dalam akan semakin meningkat, sampai akhirnya terbagi-bagi dalam awan-awan yang menjadi cukup panas untuk mulainya lebih kecil yang akan runtuh oleh reaksi nuklir paduan. Reaksi ini akan gravitasinya sendiri (Hawking, Terj., mengubah hidrogen menjadi helium. Pujaatmaka, 1994: 129-130). Awan- Kalor yang dilepaskan akan menaikkan awan atau gas asap tersebut didalam al- tekanan dan awan itu berhenti mengerut. Qur’an dikenal dengan bentuk kata Kawasan ini akan tetap stabil dalam dukhân sebagaimana tertera dalam QS. keadaan ini untuk waktu yang lama. Dan Fuṣṣilat ayat 11-12. kemudian membentuk menjadi bintang :َ َ ُد َ= ٌن َ َ َل,َ ِ َ َ'ى إِ َ? ا َ ِء َوBُ ْاC ِ َو ِ ْ*) ْر َ 3 ِ ِD Eَ َ 3ْ !َ َ َ اFَ ً ْ َ ا ْوGً 'ْ Eَ 3َ ِ ْDض ا ٍ َ َوBَ Iَ 4ْ Bَ ُ Jََ َ ?-َ ِ َوا ْو3ْ َ 'ْ َ ,ِ ات 3َ ْ#LK َ ٍء ا ْ َ َ َو َز ا َ َء اBَ 1N ُ ,ِ ِ 3ِ َ ْ اOِ Oِ َ ْ ُ اLِ ْ !َ َPِ َذRً ْ -ِ َوS3 َ ِT Uَ َ ِT [١٢ - ١١ :V U ] generasi galaksi-galaksi tersebut pertama. Pujaatmaka, (Hawking, 1994: 130). Terj., Hidrogen diubah terus menjadi helium dan energi yang dihasilkan dipancarkan keluar sebagai kalor dan cahaya. Bintang yang lebih masif perlu lebih banyak panas untuk mengimbangi tarikan gravitasi yang lebih kuat, akibatnya reaksi paduan “Kemudian dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia Berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati". Maka dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan kami memeliharanya dengan sebaikbaiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS Fuṣṣilat : 11-12) nuklir berlangsung jauh lebih cepat sehingga akhirnya hidrogen akan habis hanya dalam waktu seratus juta tahun. Kemudian bintang itu akan sedikit mengerut dan temperaturnya meningkat lagi. Pada temperatur yang lebih tinggi mulailah helium diubah menjadi unsur yang lebih berat (Admiranto, 2013: 84), seperti karbon atau oksigen. Reaksi ini tidak cukup banyak menghasilkan energi sehingga akan timbul krisis, dan kawasan pusat bintang akan runtuh ke keadaan yang sangat rapuh. Kawasan di luar bintang tersebut kadang dapat Multisemesta dalam Perspektif 237 Vol. I No. 02, November 2015 meledak menjadi suatu supernova. mampat lalu memadat, sambil terus (Hawking, Terj., Pujaatmaka, 1994: menarik 130). Ledakan supernova di lengan Gumpalan-gumpalan spiral nantinya akan menjadi planet-planet. (bagian munculnya luar) mengakibatkan gelombang materi-materi yang lain. inilah yang kejut. Ledakan supernova sangat penting Gelombang kejut ini membuat kerapatan dalam memperkaya ruang antar bintang awan tidak merata. Bagian yang paling dengan unsur-unsur berat (yang lebih mampat menarik bagian-bagian awan berat dari helium) yang hanya dapat yang lain dengan gaya gravitasinya. diproduksi di inti bintang. Jika sebuah Bagian yang paling mampat ini akan bintang terbentuk dari gas antarbintang menjadi matahari atau protomatahari. yang mengandung unsur-unsur berat ini, Gaya gravitasi yang ditimbulkan oleh bintang akan lebih kaya dengan unsur- pusat awan diimbangi menjadi gerak unsur ini dibanding bintang-bintang melingkar oleh bagian awan-awan yang yang terbentuk tidak dari sisa ledakan lain sehingga seluruh awan berubah supernova menjadi piringan pipih yang berputar. Unsur-unsur Bagian pusat (protomatahari atau calon supernova matahari) masih terus menarik materi, penting dalam proses pembentukan tata dan surya dan evolusi anggota-anggotanya, gesekan-gesekan partikel awan membuatnya semakin bertambah panas (Admiranto, berat juga 2013: 84). sisa ledakan memiliki peranan termasuk kehidupan manusia. sehingga akhirnya mencapai beberapa Sesuai dengan QS. Fuṣṣilat ayat 11- juta derajat celcius. Ketika temperatur 12, pada masa ini pula, setelah alam ini reaksi semesta terbentuk dari awan/ gas uap pembentukan unsur helium dari hidrogen (dukhân), Allah menetapkan aturan- yang diikuti dengan pelepasan energi. aturan dan hukumnya pada alam semesta Pelepasan energi ini membuat matahari seperti garis orbit dan aturan-aturan lain menjadi bersinar terus-menerus, dan saat yang bisa jadi berbeda pada tiap alam dimulainya reaksi ini ditetapkan sebagai semesta. dicapai, terjadilah suatu saat lahirnya matahari. (A. Admiranto, Penciptaan alam semesta dengan 2013: 15). Sementara itu, ada bagian- kejadian bagian piringan yang tidak ikut tertarik dibuktikan dengan adanya penemuan ke pusat, melainkan menggumpal sendiri pengembangan alam semesta oleh Edwin sambil Hubble mengelilingi protomatahari. Materi-materi gumpalan yang paling 238 Big pada menganalisis Bang, tahun spektrum dalam 1929. sains Dengan cahaya dari Multisemesta dalam Perspektif Vol. I No. 01, November 2015 bahwa lamûsi’ûn, adalah Tuhan yang membuat hampir semua galaksi bergerak menjauh kosmos berekspansi. Pernyataaan ini dari kita, dan makin jauh jaraknya, diperkuat oleh makin cepat gerakannya, dari penemuan terpakai, yakni isim Hubble tersebut, ilmuwan berkesimpulan participle yang bahwa alam semesta memiliki sifat tetap mengembang (Hawking dan Mlodinov, dikemukakan sebelumnya. Hal ini berarti terj., Zia Anshor, 2010: 133). ekspansi alam berlangsung sejak ledakan galaksi, Hubble menemukan Tidak berbeda dengan teori sains, Al-Qur`an juga menginformasikan sifat lafal yang fâ’il, active menunjukkan bersifat permanen seperti yang besar sampai seterusnya. (Zar, 1999: 148) Pengembangan alam semesta ini pengembangan alam semesta tersebut bukanlah ruang dalam alam semesta dalam QS. aż-Żâriyât ayat 47. ِ ُ َ #ِٕ َواLٍ ْ ِT َ َ 3ْ َ Tَ َوا َ َءu ُ ' َنB' [٤٧ :]ا ار ت “Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan Sesungguhnya kami benar-benar berkuasa” (QS aż-Żâriyât : 47) Kata samâ` (langit) dan maksud pada ayat yang merentang, akan tetapi jarak antara sembarang dua titik dalam alam semestalah yang tumbuh. Kiasan terbaik yang menggambarkan sifat ekspansi alam semesta ini diajukan oleh ahli astronomi Cambridge University Arthur Eddington, Eddington menggambarkan alam tersebut dimaksudkan sebagai segala semesta sebagai permukaan balon yang sesuatu yang ada disekitar benda-benda mengembang, dan semua galaksi adalah langit seperti planet, bintang, tata surya titik-titik yang terdapat dipermukaan dan galaksi juga disebut langit (Shihab, balon itu. Pengembangan alam semesta Vol.8, 2002: 350-352). Bagian alam raya ini yang terlihat ini amatlah luas, tak galaksi, terbayangkan dan tak terbatas, sebab tersebut terikat oleh gaya gravitasi. jaraknya bisa mencapai jutaan tahun (Hawking dan Mlodinov, terj., Zia cahaya. Sementara menurut Achmad Anshor, 2010: 133-135) tidak berpengaruh karena tiap bagi sebuah galaksi-galaksi Baiquni yang dimaksud dengan banainâ bi `aidin oleh ayat ini adalah ketika ledakan besar melandanya dimensinya terjadi sehingga menjadi dan (Multi Alam inflasi Dalam M-Theory, mengembangnya beberapa Big Bang (inflasi) yang merupakan suatu terbentang. Sedangkan yang dimaksud dengan innâ Multisemesta dalam Perspektif 2. Multiverse Semesta) peristiwa kuantum, memungkinkan munculnya jagat raya – jagat raya lain 239 Vol. I No. 02, November 2015 selain jagat raya kita. Konsep ini banyak/multiverses telah menyatakan kemudian sebagai bahwa mungkin ada jumlah tak terbatas multiverse tidak alam semesta paralel yang berasal dari keajaiban dari semua kejadian yang mungkin dalam dinamakan multiverse. Ide diciptakan oleh sinkronisitas. Ini merupakan konsekuensi dari kondisi tanpa batas- realitas. Dalam Al-Qur`an, ayat yang serta teori-teori lain dari kosmologi menerangkan tentang multiverse alam modern. Dengan cara yang sama seperti semesta dapat ditemukan antara lain kondisi kebetulan yang terjadi pada seperti dalam surat Hûd ayat 107-108. sistem tata surya kita, ternyata ada %&ِٕض ا ُ ا َ َوVِ َ َ َدا:3َ ِ َ Lِ ِ =َ ُ ْر%&ْ ات َوا َواLُ ِ ُ َ ِ َ َ ٌلPTَ إِن َرPTK َ َء َر0 َ َ :3َ ِ َ Lِ ِ =َ \ِ ]َ ْ ا, ِ َ ُواL ِ Bُ َ ِ ا َPTK َ َء َر0 َ %&ِٕض ا ُ ا َ َوVِ َ َدا ُ ْر%&ْ ات َوا [١٠٨ -١٠٧ : َ َ ْ] ُ و ٍذ ] 'د3ْ ^َ َ_ ًءGَ miliaran sistem yang sama yang eksis, yang kesesuaiannya dalam hukum alam dapat dijelaskan dengan adanya eksistensi banyak semesta. Menurut teori ini, sebidang kecil alam semesta bisa jadi mendadak baru. Menurut skenario ini, big bang “Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang dia kehendaki. “Adapun orang-orang yang berbahagia, Maka tempatnya di dalam syurga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.” (QS Hud : 107-108) terjadi secara terus-menerus. Jika benar, QS Hud ayat 107-108 menerangkan kita mungkin tinggal di sebuah lautan tentang mereka yang celaka dan kekal alam semesta, seperti sebuah gelembung berada di neraka serta mereka yang yang samudera berbahagia dan kekal di surga. Kata gelembung. Sehingga kata yang lebih khâlidîn (mereka kekal), dalam pandangan tepat digunakan adalah “multiverse” atau Quraish “megaverse”, bukan “universe”. (Kaku, dipahami dalam Terj., SesaMedia, 2010: 30). Beberapa keadaan dan ilmuwan yang meyakini teori semesta keadaan tidak disentuh oleh perubahan berinflasi dan “bertunas”, menunaskan “puteri” alam semesta atau “bayi” alam semesta, yang mungkin pada gilirannya memucukkan bayi alam semesta lain; dan proses pemucukan berlangsung selamanya. Demikian pula halnya alam semesta, ia barangkali terus-menerus melahirkan alam semesta-alam semesta 240 mengapung di Shihab (Vol.6, arti 2002: 349) kesinambungan keberadaannya dalam Multisemesta dalam Perspektif Vol. I No. 01, November 2015 atau kerusakan. Kata ini pada mulanya materi (al-`Arḍ) sama dengan jumlah digunakan untuk sesuatu yang dapat jenis ruang alam (as-samâ`) yakni tujuh. bertahan lama, walaupun tidak sepanjang Informasi lain yang disajikan, yakni masa. Sementara mâ dâmat as-samawât tentang undang-undang yang ditetapkan wa al-`arḍ, dari segi redaksional ia Allah berlaku pada ketujuh ruang alam mengandung yaitu (as-samâ`) dan ketujuh materi (al-`arḍ). kekekalan para penghuni neraka dan Hal ini menginformasikan bahwa tiada penghuni surga akan berlanjut selama ada sesuatupun yang terlepas dari peraturan langit dan bumi. atau semacam syarat, Surat Hud ayat 107-108 diatas undang-undang yang telah ditetapkan oleh Allah swt. menunjukkan, bahwa para penghuni surga Tujuh langit berlapis-lapis (sab’a dan neraka akan kekal selamanya di dalam samawât) atau bertingkat-tingkat pada surga, dengan persyaratan selama masih ayat ini bukanlah bermakna lapisan- ada langit dan bumi. Langit dan bumi di lapisan langit. Tujuh langit bermakna sini bukan dipahami sebagai satu langit jumlah dan melainkan terhingga, benda-benda langit di jagat (multiverse, raya. Berlapis-lapis atau bertingkat- bumi banyaklangit multisemesta). (universe), dan bumi Informasi tentang yang tingkat sangat bermakna banyak, jaraknya tak yang banyaknya langit dan bumi ini, salah berbeda-beda, ada yang dekat (masih di satunya tercantum seperti dalam surat aṭ- lingkungan Ṭalâq ayat 12. termasuk atmosfer bumi) dan ada yang ٍ َ َوBَ Iَ 4ْ Bَ aَ َ =َ ا ِ يcُ ا ض ِ ْر%&ْ ات َو ِ َ ا ?َ Gَ cَ ِ َ ْ َ ُ 'ا ان ا:ُ َ 3ْ Tَ ُ ْ %&ْ ُل اOَ َ َ :ُ َ dْ ِ ٍء,ْ َ0 1N eُ ِT َط-َ اLْ Fَ cَ ٌ َوان اLِ Fَ ٍء,ْ َ0 1N ُ [١٢ : ْ ً ]ا _*)قGِ jauh. (Kementrian Agama RI, 2012: 6). “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS at-Thalaq : 12) Informasi sentral yang dikemukakan dalam surat aṭ-Ṭalâq ayat 12 adalah jenis bumi dan tata surya, Semua nampak sederhana, namun Allah menunjukkan kekuasaannya yang luar biasa. Kemudian pada ayat “wa min al`arḍi miṡlahunna”, (Vol.14, 2002: Quraish 308) Shihab memahaminya bahwa bilangan bumi seperti bilangan langit yang tujuh. Yakni sebagaimana Allah yang telah menciptakan langit yang tujuh itu, seperti itu juga Allah yang menciptakan bumi ini, yakni dalam tujuh bilangan. Sebagaimana pemahaman tujuh langit dengan makna Multisemesta dalam Perspektif 241 Vol. I No. 02, November 2015 langit yang banyak di atas, maka bisa jadi, penemuan baru para peneliti di bidang bilangan tujuh bumi di atas menyiratkan kosmologi, seperti adanya big bang, makna akan adanya “banyak” bumi yang inflasi alam semesta, hingga keberadaan terdapat di semesta ini. supernova, memungkinkan adanya jagat akan raya – jagat raya lain selain jagat raya adanya multiverse, multisemesta, atau kita, dan tidak menutup kemungkinan banyaknya akan adanya kehidupan di alam semesta Ayat diatas, alam menyiratkan semesta. Tiap-tiap langit dan bumi, memiliki seperangkat lain. hukum alam dan aturan-aturan yang Akan tetapi, adanya multisemesta telah diciptakan oleh Allah. Dalam terlebih kehidupan di alam semesta lain, beberapa kasus, bisa jadi perangkat memiliki syarat-syarat tersendiri yang hukum dan aturan di tiap langit dan bumi memungkinkan eksisnya kehidupan di (universe) tersebut berbeda. Jika menilik alam semesta lain tersebut. Stephen dari sudut pandang terminologi, bahwa Hawking (2010: 161) dalam hal ini istilah alam semesta dalam Al-Qur`an menyebutnya sebagai Goldilocks Zone, terekam dalam kata as-samâ` wa al-`arḍ yaitu zona disekeliling bintang yang atau as-samawât wa al-`arḍ. Dengan dapat dihuni oleh kehidupan dimana air demikian, penyebutan sab’a samawât dalam bentuk cair tersedia di planetnya. yang kemudian diikuti dengan wa min Selain itu, “fine tuning” atau penyetelan al-`arḍi miṡlahunna, dapat bermakna yang pas yang memungkinkan bumi sebagai banyaknya alam semesta. mampu dan sesuai untuk dihuni oleh Titik perbedaan pada pembahasan kehidupan makhluk juga menjadi multisemesta M-Theory dan Al-Qur`an keharusan bagi adanya multi alam terletak pada kegamblangan informasi semesta ini (Hawking dan Mlodinov, yang disampaikan. M-Theory secara terj., Zia Anshor, 2010: 176-177). jelas menjelaskan bahwa kemungkinan tentang adanya multiverse alam terbuka peluang 3. multisemesta, semesta, sangat keberadaannya. Tuhan dalam Penciptaan Alam Semesta. Penyetelan alam semesta yang sangat pas pada banyak sekali hukum hanya alam, dan kemunculan struktur-struktur menjelaskan secara tersirat saja perihal rumit yang mampu menopang kehidupan keberadaan multi alam semesta ini. cerdas, Sementara Al-Qur`an, membawa implikasi pada merupakan gagasan bahwa rancang agung alam konsekuensi dari adanya penemuan- semesta ini merupakan karya suatu Multisemesta 242 Multisemesta dalam Perspektif Vol. I No. 01, November 2015 perancang agung. Akan tetapi M-Theory terpancar di supernova akibat ledakan meminimalkan campur tangan Tuhan supernova, dan akhirnya merapat lagi dalam penciptaan alam semesta. menjadi bagian planet di tata surya Newton percaya bahwa tata surya generasi baru. Selain itu, usia alam kita yang anehnya dapat dihuni tidak semesta dan kemujuran pada bentuk “muncul dari kekacauan hukum alam orbit belaka.” Sebaliknya, menurut Newton, memungkinkan manusia ada, bukanlah keteraturan di alam semesta “diciptakan sebagai akibat dari keadaan tertentu oleh Tuhan pada awalnya dan dipelihara dalam hukum dasar alam. Umur alam oleh-Nya hingga hari ini dalam keadaan semesta hanyalah faktor lingkungan, dan kondisi yang sama.” Pemikiran karena ada masa yang lebih awal dan tersebut muncul karena pada saat itu yang lebih akhir pada sejarah alam pemikiran berkembang semesta, akan tetapi kita harus hidup mempercayai bahwa tata surya kita pada masa ini karena hanya masa inilah adalah satu-satunya tata surya di alam yang kondusif bagi kehidupan kita. semesta. Kebetulan-kebetulan yang Akan tetapi munculnya planet dan lainnya yang yang bersifat planet- natural, mudah dipahami karena habitat planet yang mengelingi bintang selain kita hanyalah salah satu diantara banyak matahari 1992, habitat kosmik yang ada di alam bahwa semesta. (Hawking dan Mlodinov, terj., pengamatan bahwa kita memunculkan terdapat pada tahun pemikiran kebetulan pada kondisi planet kita –satu Zia Anshor, 2010: 163-165). matahari, paduan mujur jarak jarak Fakta bahwa keajaiban-keajaiban bumi-matahari dan massa matahari— dari penyetelan pas yang mendukung menjadi kehidupan kurang menakjubkan, dan manusia bukanlah satu- kurang meyakinkan apabila dijadikan satunya habitat yang ada di seantero sebagai bukti bahwa bumi dirancang alam semesta, membentuk pemikiran seksama hanya demi kita, manusia. bahwa (Hawking dan Mlodinov, terj., Zia penciptaan alam semesta menjadi kecil, Anshor, 2010: 161-163). atau bisa jadi bahwa Tuhan tidaklah keberadaan Tuhan dalam Supaya manusia bisa ada, alam memiliki peran apapun dalam penciptaan semesta haruslah berisi unsur seperti alam semesta itu sendiri. Setidaknya karbon, dengan itulah argumentasi yang diajukan oleh memasak unsur-unsur yang lebih ringan M-Theory tentang keberadaan Tuhan di dalam bintang. Karbon itu kemudian dalam penciptaan alam semesta. yang diproduksi Multisemesta dalam Perspektif 243 Vol. I No. 02, November 2015 Berbeda dengan M-Theory, Al- dukhân tersebut untuk bergravitasi Qur`an dengan jelas menyatakan bahwa memampatkan diri menjadi bentuk- segala bentuk evolusi kosmik, hingga bentuk tata surya. Hal ini ditunjukkan akhirnya dengan bentuk kata perintah i`tiya ṭau’an memunculkan kehidupan manusia, merupakan pekerjaan yang au dikerjakan oleh Tuhan. dukhân tersebut. Lebih lanjut, Quraish Hal ini sebagaimana terlihat pada karhan Shihab yang ditujukan (Vol.12, kepada 2002: 389) ayat-ayat yang menceritakan tentang menyebutkan bahwa bentuk kata i`tiya segala bentuk evolusi kosmik yang ada ṭau’an au karhan ini, memiliki implikasi didalam Al-Qur`an. Pada QS. al-Anbiya makna yang serupa dengan bentuk ayat 30, dimana peristiwa Big Bang perintah kun fayakûn. Bentuk kata “kun” sebagai awal dari kehidupan muncul, Al- (jadilah) sendiri merupakan simplikasi Qur`an dengan jelas menginformasikan atau bahwa Allah lah yang memisahkan Besarnya kekuasaan Allah, apa saja yang ratqan tersebut, dan kemudian Allah dikehendaki untuk ditetapkan semua pula-lah, atom terjadi dengan mudah. Sementara kata mampu “fa yakûn”, yang berarti “maka jadilah” hidrogen yang menjadikan berevolusi hingga mendukung kehidupan manusia. penyederhanaan tentang Maha tidak mesti diartikan bahwa sesuatu Pada Q.S. Al-Anbiyâ` ayat 30, tersebut terjadi seketika itu juga, bentuk kata fataqnâhumâ menyimpan melainkan melalui tahapan proses yang dhamir nahnu yang kembali kepada memerlukan waktu (Kementrian Agama Allah. Bentuk penyebutan dhamir Allah RI, 2012: 183). dengan bentuk jamak ini adalah untuk menunjukkan kepada bentuk Perintah Allah juga berlaku pada pengembangan alam semesta. pengagungan kepada Allah. Hal ini juga Sebagaimana terlihat pada QS. Aż- berlaku ketika Al-Qur`an menyebutkan Żariyât ayat 47, Al-Qur`an menunjukkan bahwa Allah-lah yang menjadikan dari bahwa Allah-lah yang meluaskan alam unsur air, hidrogen, segala sesuatu yang semesta. Hal ini terlihat pada bentuk kata hidup. innâ Kemudian pada periode dukhân lamûsi’ûn kepada yang Tuhan-lah menunjukkan yang membuat sebagaimana yang tercantum dalam surat kosmos berekspansi. Pernyataaan ini Fuṣṣilat diperkuat oleh menyebutkan bahwa Allah-lah yang terpakai, yakni isim memerintahkan kepada awan-awan / participle yang 244 ayat 11-12, al-Qur’an maksud lafal yang fâ’il, active menunjukkan bersifat Multisemesta dalam Perspektif Vol. I No. 01, November 2015 yang alam semesta, terlihat seperti menaruh dikemukakan sebelumnya. Hal ini berarti batas limit pada campur tangan Tuhan ekspansi alam berlangsung sejak ledakan dalam menjalankan alam semesta. Akan besar sampai seterusnya. (Zar, 1999 : 148). tetapi, sebagaimana perintah kun fayakûn tetap dan Lebih permanen lanjut, diajukan oleh menjawab misteri seperti teori-teori M-Theory keberadaan yang Tuhan dalam menciptakan alam semesta untuk ini, penciptaan Tuhan terhadap makhluk- alam Nya, tidak membutuhkan campur tangan semesta dan kehidupan didalamnya, alih- secara alih Tuhan keberlangsungan alam semesta ini. Justru dalam penciptaan alam semesta, justru perintah kun fayakûn menunjukkan kepada makin menunjukkan kepada kebesaran simplikasi penciptaan yang sudah disertai Tuhan dalam menciptakan alam semesta. oleh hukum alamnya secara sistematis. Bisa jadi multiverse, multi alam semesta Tuhan tidak perlu memberikan perintah merupakan kebenaran dalam bidang kun fayakûn secara berulang-ulang kepada kosmologi di abad modern ini, akan tiap makhluk-Nya, Tuhan hanya cukup tetapi “fine tuning” atau penyetelan yang sekali memberikan perintah kun fayakûn pas ini lah, yang menunjukkan kepada kepada makhluk-Nya, karena perintah kun keberadaan Tuhan sebagai pencipta alam fayakûn semesta. penciptaan Tuhan yang menunjukkan pada menihilkan keberadaan Fine Tuning yang terjadi pada setiap terus tersebut, penetapan orbit bumi dan ketepatan jarak bumi- sistematis. matahari, serta penghitungan unsur- C. Simpulan. hidrogen yang tepat, menunjukkan adalah bagi perintah penciptaan makhluk tersebut, juga pada aspek alam semesta, seperti ketepatan unsur pembentuk sejak unsur sederhana menerus hukum Multisemesta konsekuensi dari alamnya yang merupakan adanya penemuan- bahwa hal tersebut bukanlah kebetulan penemuan baru para peneliti di bidang dan kemujuran semata seperti yang kosmologi, seperti adanya Big Bang, dikatakan Hawking. inflasi alam semesta, hingga keberadaan Ketepatan tersebut justru menunjukkan supernova, memungkinkan adanya jagat adanya Sang Perancang Agung yang raya – jagat raya lain selain jagat raya mendesain segala Rancang Agung ini. kita, dan tidak menutup kemungkinan oleh Stephen Ketepatan-ketepatan hitungan yang akan adanya kehidupan di alam semesta berulang tersebut, yang kemudian mampu lain. Akan tetapi, adanya multisemesta diprediksikan oleh gaya-gaya yang ada di Multisemesta dalam Perspektif 245 Vol. I No. 02, November 2015 terlebih kehidupan di alam semesta lain, Al-Qur`an merupakan kitab agung memiliki syarat-syarat tersendiri yang yang memungkinkan eksisnya kehidupan di manusia. Karena kebenaran Al-Qur`an alam semesta lain tersebut. Dalam hal ini bersifat Hawking penafsiran-penafsiran yang lebih sesuai menyebutnya Goldilocks Zone (zona sebagai disekeliling dengan menjadi pedoman universal, zamannya. maka Oleh bagi umat dibutuhkan karenanya, bintang yang dapat dihuni oleh kehidupan kontekstualitas penafsiran Al-Qur`an juga dimana air dalam bentuk cair tersedia di dibutuhkan planetnya) atau terhadap ayat-ayat kauniyah (ayat-ayat penyetelan yang pas yang memungkinkan ilmiah) sebagai salah satu kebutuhan bumi mampu dan sesuai untuk dihuni dalam menjawab temuan-temuan modern oleh kehidupan makhluk juga menjadi yang menyangkut dengan segi keilmiahan. keharusan Selain itu, mengkaji sains dari sudut dan bagi “fine adanya tuning” multi alam dalam upaya penafsiran pandang Islam, bukan berarti memaksa semesta ini. Dalam Al-Qur`an sendiri, jika untuk menyimpulkan bahwa Al-Qur`an menilik dari sudut pandang terminologi, telah dapat mengungkap temuan-temuan bahwa istilah alam semesta dalam Al- sains jauh sebelum sains itu sendiri Qur`an terekam dalam kata as-samâ` wa mengungkapnya. Peran antara sains dan al-`arḍ atau as-samawât wa al-`arḍ. agama tidaklah terpisahkan. Karenanya, Dengan sab’a untuk bisa memahami antara kedua hal samawât yang kemudian diikuti dengan tersebut, maka dibutuhkan peran sains dan wa min bermakna demikian, al-`arḍi penyebutan miṡlahunna, dapat banyaknya alam sebagai agama secara bersamaan. [ ]. semesta. DAFTAR PUSTAKA Admiranto, A. Gunawan. 2013, Menjelajahi Tata Surya. Edisi Kedua, Cet. 5. Yogyakarta: Kanisius. Bagus, Lorens. 2002, Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia. __________. 2013, Menjelajahi Bintang, Galaksi, dan Alam Semesta. Edisi Kedua, Cet. 5, Yogyakarta: Kanisius. Hawking, Stephen & Leonard Mlodinov. 2011, The Grand Design. Terj. Zia Anshor, Rancang Agung. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Al-Maraghi, Ahmad Musthafa. 1989, Terjemah Tafsir Al-Maraghi. Semarang: Toha Putra. Hawking, Stephen. 1994, A Brief History of Time. Terj. A Hadyana Pujaatmaka. Riwayat Sang Kala: dari 246 Multisemesta dalam Perspektif Vol. I No. 01, November 2015 Dentuman Besar hingga Lubang Hitam. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Kaku, Michio. 2010, Parallel Worlds: a Journey Through Creation, Higher Dimensions, and The Future of The Cosmos. Terj. Dunia Paralel: Perjalanan Menuju Penciptaan, Dimensi Tinggi, dan Masa Depan Kosmos. Sesa Media. Kementrian Agama RI. 2012, Penciptaan Bumi dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains (Tafsir Ilmi). Jakarta: Kementrian Agama RI. Popper, Karl. 1963, Conjectures and Refutations. London: Routledge and Keagan Paul. Rosadisastra, Andi. 2007, Metode Tafsir Ayat-Ayat Sains dan Sosial. Jakarta: Amzah. Multisemesta dalam Perspektif Shihab, M. Quraish. 2002, Tafsir AlMisbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an. Vol. 6. Jakarta: Lentera Hati. __________. 2002, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian AlQur’an. Vol. 8. Jakarta: Lentera Hati. ___________. 2002, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian AlQur’an. Vol. 12. Jakarta: Lentera Hati. __________. 2002, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian AlQur’an. Vol. 14. Jakarta: Lentera Hati. Zar, Sirajuddin. 1994, Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Islam, Sains dan Al-Qur`an. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 247 Vol. I No. 02, November 2015 248 Multisemesta dalam Perspektif