pahami aturan denda terbaru jkn-kis

advertisement
INFOBPJS
MEDIA EKSTERNAL BPJS KESEHATAN
EDISI 36 TAHUN 2016
YUK,
Kesehatan
PAHAMI ATURAN DENDA
TERBARU JKN-KIS
message
CEO
CEO
MESSAGE
Di salah satu laman dunia maya, terdapat satu kisah yang menarik untuk disimak maknanya. Tersebutlah seorang pesulap yang sedang
beraksi menyeberangi jurang tinggi dengan seutas tali. Semua orang berdecak kagum dan bertepuk tangan riuh kepadanya. Tak sampai
di situ, si pesulap kemudian meningkatkan tingkat kesulitan aksinya. Dengan membawa gerobak, ia menyeberangi jurang melalui
tali yang terbentang. Lagi-lagi ia berhasil memukau dan mendapatkan sambutan meriah penonton. Hingga kemudian, pesulap ini
menawarkan kepada semua orang yang hadir siapa yang berani naik kedalam gerobaknya untuk ia tarik melewati tali di atas jurang. Tak
satu pun dari penontonnya yang menunjuk tangan.
TRUST
“
“
Sekali lagi ia tawarkan, semua masih terdiam. Hingga kali ketiga, masih tidak ada seorang pun yang bersedia kecuali seorang anak
kecil yang dengan sukarela maju menjadi volunteer. Sang pesulap pun kemudian bicara, “Apakah kalian percaya aku bisa menyeberangi
jurang ini?” Semua serentak menjawab, “ Percayaaaaaa…”. "Apa kalian percaya bahwa aku mampu membawa kalian untuk bisa
menyeberangi jurang dengan gerobak?" Kali ini tak seorang pun yang berani menjawab. Semua orang mulai meragukan keselamatan
dirinya jika menjadi volunteer. Anehnya, anak kecil tadi tetap maju tanpa gentar. Orang-orang pun mulai bertanya, “Anak siapakah dia,
kenapa orang tuanya begitu tega?”
Sang pesulap pun kemudian mengangkat anak kecil tadi masuk kedalam gerobaknya. Secara perlahan ia kemudian berjalan di atas tali
sambil menarik gerobak berisisi anak kecil tadi. Detik demi detik begitu mencekam, semua orang sangat kuatir dengan nasib si anak.
Akankah berhasil? Dengan penuh perhitungan dan kehati-hatian, akhirnya pesulap tadi berhasil menyeberangi jurang bersama seorang
anak kecil di dalam gerobaknya. Semua orang pun berseru bahagia. Orang-orang pun berkerumun ketika si anak dipapah keluar dari
gerobak, seraya bertanya betapa beraninya ia. Dengan lantang si anak pun menjawab, “Saya percaya pada pesulap itu karena dia adalah
Ayah saya. Dan tak mungkin ayah saya akan mencelakai saya." Seru anak kecil itu.
Sedikit banyak cerita di atas mengajarkan kita tentang definisi kata “percaya”. Bahwa percaya itu bukan hanya sekedar ucapan tetapi
lebih dari itu juga dibuktikan dengan tindakan, meskipun tindakan itu mengandung risiko dan bahaya. Ketika kepercayaan sudah
tertanam di dada, keyakinan untuk berhasil jauh lebih besar dari pada sekedar keraguan akan timbulnya kegagalan. Bahkan pada teori
yang lebih modern, yaitu sebagaimana yang disampaikan oleh Stephen M.R. Covey pada buku The Speed of Trust, kepercayaan diartikan
bukan sebagai sesuatu yang bersifat abstrak melainkan dapat diukur dan dikuantifikasi. Dampak dari menanamkan kepercayaan dalam
lingkungan kerja juga dapat mengeluarkan hasilnya dalam bentuk kenaikan profit, meningkatnya efektivitas kerja, menjaga kesetiaan
pelanggan, dan lain sebagainya.
Ketika kepercayaan menurun, kecepatan berkurang dan biaya akan naik. Mengapa demikian? Karena ketika pimpinan tidak mempercayai
bawahannya, ia akan mengecek ulang pekerjaan, ia akan mendelegasikan orang kedua untuk pekerjaan yang sama, atau yang terburuk
si pimpinan akan terlibat langsung berlama-lama dalam pekerjaan sangat teknis yang seharusnya selesai di level bawah.
Akibatnya secara langsung biaya menjadi naik karena menambah tenaga baru dan waktu proses pekerjaan yang lebih lama. Bayangkan
dampak lainnya seperti peningkatan cost sumber daya listrik, air dan lain-lain akibat ketidakpercayaan tadi. Hal ini belum termasuk
berhentinya proses transfer knowledge dan terhambatnya peningkatan kompetensi bawahan karena tidak ada proses belajar dari
kesalahan. Hal lain yang juga mengancam akibat ketidakpercayaan adalah hilangnya kesempatan bersaing ketika organisasi dalam
sebuah kompetisi bisnis. Masih menurut Covey, justru hal yang sebaliknya terjadi jika kepercayaan naik. Saat kepercayaan meningkat,
kecepatan juga akan naik dan biaya turun. Kesalahan yang dilakukan orang terpercaya, bukan dianggap sebagai kerugian, melainkan
pelajaran baru yang tidak dapat terbeli dari pendidikan atau pun pelatihan manapun.
Pernyataan ini diperkuat oleh fakta ketika belum lama ini Google merilis hasil penelitiannya selama dua tahun terakhir mengenai faktorfaktor apa saja yang bisa membuat Google sukses menjadi perusahaan raksasa dunia. Salah satu dan hal terpenting dari hasil penelitian
tersebut adalah bahwa Google ternyata memberikan jaminan Psychological Safety bagi seluruh pegawainya. Pegawai Google diberikan
kepercayaan yang amat besar dalam pengelolaan bisnis. Mereka diberikan lingkungan kerja yang membuat mereka merasa nyaman
dan aman dalam mengambil risiko. Kesalahan bukan merupakan dosa di Google. Ketika mereka salah atau gagal, mereka akan diberi
masukan di depan anggota tim yang lain.
Melalui cara ini, Google mengkondisikan pegawai untuk tidak akan merasa terintimidasi atau merasa disalahkan atas kesalahan atau
kegagalan yang terjadi. Dengan lingkungan kerja yang mature ini, Google mendorong pegawai berani mengambil tindakan antisipatif dan
yang bersifat problem soving tanpa takut dengan dampak risiko yang akan terjadi dalam pekerjaannya. Inilah pengaruh iklim kepercayaan
yang diciptakan dan dianut pimpinan Google bagi seluruh pegawainya. Dengan pendekatan ini, Google tidak hanya selalu dinobatkan
sebagai mesin pencari nomor -1 dunia, namun juga masuk dalam jajaran perusahaan paling nyaman di dunia.
Demikian kuat arti dan dampak kepercayaan (trust) dalam organisasi. Ketika kita tidak percaya pada seseorang, maka kebaikan apa pun
yang dilakukan tetap mengundang keraguan dan kecurigaan. Sebaliknya, ketika kepercayaan sudah ada di dalam dada, semua kekeliruan
yang dilakukan oleh orang yang kita percaya nyatanya justru menjadi titik tolak untuk melakukan perbaikan. Yang jadi masalah adalah
membangun kepercayaan kepada orang lain, khususnya kepada anggota team, tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Perlu dipelajari, dibiasakan dan dibudayakan antar para pihak dalam team itu sendiri. Kepercayaan itu ditumbuhkan hingga menjadi
milik pemberi mandat dan penerima, bukan otonomi seseorang atau hanya dimainkan oleh segelintir single player. Dalam hal ini,
pemimpinlah yang biasanya harus menginisiasi dan menjadi inspirator tumbuh dan berkembangnya budaya trust dalam organisasi.
Dengan role modelling yang baik, trust bukan hanya sekedar slogan melainkan habit yang mengikat kebersamaan anggota organisasi
satu dengan yang lain.
Yang perlu digarasi bawahi adalah bahwa kepercayaan (trust) yang dimiliki oleh seorang pemimpin tidak tumbuh dan berkembang
dengan sendirinya tetapi melalui sebuah proses. Proses membangun kepercayaan tersebut harus dimulai dari dalam diri sendiri, seperti
yang dikatakan oleh Covey bahwa seorang pemimpin harus mampu menginspirasi orang lain. Utamanya menginspirasi untuk percaya
bahwa team itu bukan kumpulan orang, melainkan kumpulan kepercayaan yang menyatu dalam satu pandangan dalam mencapai tujuan
yang diharapkan.
Hal ini sejalan dengan yang Simon Sinek katakan, “A team is not a group of people who work together. A team is a group of people
who TRUST each other.” Dengan perkataan ini, sesungguhnya Simon ingin menegaskan bahwa tim itu bukan hanya terdiri dari orangorang yang bekerja bersama-sama, tetapi lebih dari itu tim itu punya makna lebih yaitu sekumpulan orang yang saling percaya untuk
bekerjasama mencapai keberhasilannya. Dan, trust itu akan semakin kuat manakala dari komponen utamanya, yaitu competence dan
character dapat selalu diwujudkan dalam aktivitas kerja sehari-hari.
Direktur Utama
Fachmi Idris
SALAM REDAKSI
Iuran Anda Membantu Sesama
Pembaca Setia Media Info BPJS Kesehatan,
Pada awal Maret 2016 lalu, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. Dalam Perpres tersebut terdapat beberapa
perubahan-perubahan penting yang patut diketahui oleh masyarakat khususnya terkait dengan penyesuaian jumlah iuran dan
yang penting dipahami adalah penerapan Denda Pelayanan.
Khusus dalam meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai Denda Pelayanan akan lebih jauh diulas dalam pada rubrik
FOKUS. Bagaimana simulasi, aturan main, dan makna sesungguhnya mengapa dalam Perpres tersebut ditetapkan Denda
Pelayanan.
Di rubrik BINCANG kami akan menghadirkan wawancara dengan Direktur Kepesertaan dan Pemasaran BPJS Kesehatan, yang
akan mengulas tentang beredarnya kartu palsu BPJS Kesehatan di sejumlah daerah menimbulkan keresahan masyarakat
karena khawatir kartu yang dimilikinya juga palsu. Karena secara fisik hampir sama antara kartu yang asli dan palsu.
Seiring dengan penerbitan Info BPJS Kesehatan, kami mengucapkan terima kasih atas berbagai dukungan dan tanggapan
atas terbitnya media ini. Kami pun terus berupaya dalam memberikan informasi yang baik, akurat dan diharapkan kehadiran
media ini dapat menjadi jembatan informasi yang efektif bagi BPJS Kesehatan dan stakeholder-stakeholder-nya. Selamat
beraktivitas.
INFOBPJS
Kesehatan
BULETIN DITERBITKAN OLEH BPJS
KESEHATAN :
Jln. Letjen Suprapto PO BOX 1391/JKT Jakarta
Pusat Tlp. (021) 4246063, Fax. (021) 4212940
PENGARAH
Fachmi Idris
PENANGGUNG JAWAB
Bayu Wahyudi
PIMPINAN UMUM
Ikhsan
PIMPINAN REDAKSI
Irfan Humaidi
SEKRETARIS
Rini Rahmitasari
SEKRETARIAT
Ni Kadek M.Devi
Eko Yulianto
Paramita Suciani
REDAKTUR
Elsa Novelia
Ari Dwi Aryani
Asyraf Mursalina
Budi Setiawan
Dwi Surini
Tati Haryati Denawati
Angga Firdauzie
Juliana Ramdhani
Diah Ismawardani
DISTRIBUSI & PERCETAKAN
Fauzirman
Anton Tri Wibowo
Akhmad Tasyrifan
Arsyad
Ranggi Larrisa
DAFTAR ISI
TESTIMONI
PERKASA GROUP,
MAKASSAR
Ikut Program JKN-KIS,
Pengeluaran Perusahaan Jadi Lebih Jelas
7
Dalam memenuhi kewajibannya memberikan
jaminan kesehatan kepada para karyawan,
Fokus - Yuk, Pahami Aturan Denda
Terbaru JKN-KIS
3
Bincang - Jangan Daftar Lewat Pintu
Belakang
5
Manfaat - Kamar Rawat Inap Penuh,
Peserta JKN-KIS Tetap Dapat Haknya
6
Persepsi - Benarkah Pegawai BPJS
Kesehatan jadi Oknum Pembuat Kartu
Palsu?
8
Inspirasi - RS Stella Maris, Makassar
Transparan Soal Ketersediaan Tempat
Tidur Rawat Inap
Sehat & Gaya Hidup - Cegah Serangan
Jantung Mulai dengan Gaya Hidup Sehat
9
Kilas & Peristiwa - BPJS Kesehatan
Raih Penghargaan di Indonesia Insurance
Award-V
10
11
3
FOKUS
Yuk,Pahami Aturan
DENDA TERBARU JKN-KIS
Tapi ketentuan itu diubah sejak terbitnya Perpres Nomor19
Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Perpres Nomor
12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. Peraturan
itu telah diperbarui lewat Perpres Nomor 28 Tahun 2016.
Menindaklanjuti amanat regulasi tersebut BPJS Kesehatan
telah menerbitkan beberapa peraturan teknis diantaranya
Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 2 Tahun 2016.
Mengacu peraturan itu batas toleransi pelayanan
kesehatan yang dijamin BPJS Kesehatan untuk peserta
yang telat bayar iuran dipangkas jadi 1 bulan. Oleh
karenanya bagi peserta yang menunggak iuran lebih dari
1 bulan, penjaminan yang diberikan BPJS Kesehatan
dihentikan sementara. Penjaminan akan aktif kembali
setelah peserta melunasi semua tunggakan dan
membayar iuran pada bulan berjalan.
Ketika status kepesertaan kembali aktif, peserta bisa
mendapat pelayanan kesehatan yang dijamin BPJS
Kesehatan di tingkat fasilitas kesehatan tingkat primer
(FKTP) dan rawat jalan di Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjutan (FKRTL). Namun, dalam rentang waktu
45 hari setelah status kepesertaan aktif dan peserta
membutuhkan pelayanan rawat inap yang dijamin BPJS
Kesehatan, dikenakan denda 2,5 persen dari total
diagnosis akhir dikali jumlah bulan tertunggak.
Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fachmi Idris, menilai
aturan denda terbaru itu sangat menguntungkan
masyarakat, khususnya peserta JKN-KIS yang telat bayar
DIREKTUR HUKUM,
KOMUNIKASI DAN HAL
BPJS KESEHATAN,
Bayu Wahyudi
Direktur Komunikasi, Hukum
dan Hubungan Antar Lembaga
BPJS Kesehatan, Bayu Wahyudi,
menambahkan jumlah bulan
tertunggak yang digunakan
sebagai acuan denda maksimal
12 bulan. Sekalipun peserta
menunggak iuran 24 bulan,
yang digunakan sebagai acuan
pembayaran denda hanya 12
bulan. Selain itu besaran denda
paling tinggi hanya Rp30 juta.
Bayu menjelaskan aturan ini
ditujukan untuk mendorong
peserta agar rutin membayar
iuran. Kabar baiknya, aturan denda ini tidak berlaku untuk
peserta yang masuk kategori tidak mampu. Tapi peserta
itu harus memenuhi syarat diantaranya mendapat surat
keterangan tidak mampu dari instansi terkait. “Peserta
yang tidak mampu tidak dikenakan denda, mereka akan
mendapat pelayanan kesehatan,” ujarnya.
Namun, jika diagnosanya tidak berbeda, masih terkait
dengan penyakit sebelumnya, dan peserta butuh rawat
inap lagi, maka peserta tidak perlu membayar denda untuk
pelayanan rawat inap yang kedua. Sebab peserta sudah
membayar denda pada diagnosa pertama.
Perlu diingat, dalam menghitung denda itu bisa jadi
besaran denda yang dibayar peserta kurang atau lebih
karena yang menjadi acuan yaitu diagnosa sementara.
Kelebihan atau kekurangan biaya yang ditanggung peserta
itu akan dihitung pada tahap akhir pelayanan dan mengacu
diagnosa terakhir.
Misalnya, mengacu diagnosa sementara, peserta harus
membayar denda Rp10 juta. Setelah dibayar peserta
mendapat pelayanan rawat inap. Namun, mengacu
diagnosa akhir denda yang jadi tanggungan peserta hanya
Rp3 juta, selisih pembayaran itu akan dikembalikan kepada
peserta. Begitu pula sebaliknya jika diagnosa sementara
biayanya lebih kecil daripada diagnosa akhir, maka peserta
harus membayar kekurangannya.
Denda rawat inap yang dikenakan itu dihitung untuk setiap
diagnosa. Jika dalam jangka waktu 45 hari itu peserta
dirawat inap lebih dari sekali dengan diagnosa yang berbedabeda, denda dikenakan untuk setiap diagnosa. Misalnya,
dalam rentang waktu 45 hari peserta didiagnosa usus buntu
dan dirawat inap. Setelah dinyatakan sembuh dan pulang ke
rumah, beberapa hari kemudian peserta didiagnosa penyakit
lain dan dirawat inap. Mengacu hal tersebut maka peserta
yang bersangkutan harus membayar denda untuk masingmasing diagnosa.
INFO BPJS KESEHATAN
S
elama ini peserta JKN-KIS yang telat bayar
iuran dikenakan denda 2 persen dari total iuran
tertunggak. Selain itu batas toleransi yang diberikan
kepada peserta yang menunggak iuran selama 3 bulan
bagi peserta pekerja penerima upah (PPU) dan 6 bulan
bagi peserta bukan penerima upah (PBPU) atau peserta
mandiri.
iuran. Pasalnya, saat ini peserta tidak dikenakan denda
untuk setiap keterlambatan membayar iuran. “Peraturan
BPJS Kesehatan Nomor 2 Tahun 2016 itu amanat Perpres
Nomor 19 Tahun 2016. Peraturan dan jelas menguntungkan
masyarakat,” katanya di Jakarta beberapa waktu lalu.
Edisi 36 2016
4
FOKUS
Tidak seperti peraturan sebelumnya, peserta yang ingin
melunasi tunggakannya kini tidak perlu bayar denda
keterlambatan. Namun, jika dalam waktu 45 hari sejak
kepesertaan kembali aktif dan peserta perlu rawat inap
yang ditanggung BPJS Kesehatan maka dikenakan denda.
Kemudian, adanya rentang waktu 45 hari sejak status
kepesertaan aktif kembali ditujukan untuk mendorong
peserta agar rutin bayar iuran. Ronald melihat ada peserta
JKN-KIS yang hanya menunaikan kewajiban bayar iuran
ketika butuh pelayanan kesehatan. Setelah mendapat
pelayanan kesehatan dan sembuh, peserta yang
bersangkutan biasanya tidak melanjutkan bayar iuran.
Kepala Sub Bidang Pemantauan Lembaga Keuangan Pusat
Kebijakan Sektor Keuangan Badan Kebijakan Fiskal
Kementerian Keuangan
Ronald Yusuf
Kepala Sub Bidang Pemantauan Lembaga Keuangan
Pusat Kebijakan Sektor Keuangan Badan Kebijakan Fiskal
Kementerian Keuangan, Ronald Yusuf, mengatakan
aturan denda sebagaimana amanat Perpres Nomor 19
Tahun 2016 itu ditujukan untuk meningkatkan kesadaran
peserta terhadap pentingnya rutin membayar iuran. Dalam
perjalanan program JKN-KIS selama ini ada peserta yang
sudah menggunakan manfaat tapi tidak mau menanggung
beban iuran. Ujungnya, iuran tidak dibayar tepat waktu.
INFO BPJS KESEHATAN
Kondisi itu merugikan peserta yang rutin bayar iuran karena
dia harus menanggung biaya peserta lain yang tidak tertib
membayar iuran tapi menggunakan manfaat JKN-KIS.
Padahal, prinsip JKN-KIS itu gotong royong, tapi ada
peserta yang mengabaikan itu, tidak rutin bayar iuran.
Dalam rangka memberi penyadaran kepada peserta,
lewat Perpres Nomor 19 Tahun 2016 peserta yang
telat bayar iuran lebih dari 1 bulan penjaminannya
dihentikan sementara. Selama iuran tertunggak belum
dilunasi peserta itu harus menanggung biaya pelayanan
kesehatannya sendiri.
Edisi 36 2016
Untuk denda rawat inap sebesar 2,5 persen dari biaya
pelayanan sebagaimana diagnosa dikali jumlah bulan
tertunggak maksimal 12 bulan atau Rp30 juta, Ronald
menjelaskan ketentuan itu ditujukan agar denda dikenakan
tidak memberatkan peserta. Pasalnya, ada diagnosa
penyakit yang biayanya sangat mahal jika dikali jumlah
bulan tertunggak 12 bulan, bisa jadi denda yang ditanggung
peserta jumlahnya besar sehingga memberatkan peserta.
Oleh karenanya, ketentuan itu memberi opsi lain yakni denda
dibatasi maksimal hanya Rp30 juta.
Kenapa denda dikenakan hanya untuk pelayanan rawat
inap? Mengacu data BPJS Kesehatan, Ronald mengatakan
manfaat yang dibayar untuk kasus rawat jalan tidak terlalu
besar. Sebaliknya, manfaat yang dibayar BPJS Kesehatan
kepada fasilitas kesehatan yang untuk rawat inap
jumlahnya lebih besar daripada rawat jalan.
Adanya perilaku sebagian peserta yang tidak rutin
membayar iuran itu menurut Ronald jadi salah satu
pemicu munculnya ketentuan tentang denda sebagaimana
termaktub dalam Perpres Nomor 19 Tahun 2016. Jika hal
itu tidak segera diatasi, akan berdampak buruk terhadap
ketahanan finansial BPJS Kesehatan. “Perilaku peserta
yang tidak tertib membayar iuran itu jadi salah satu
persoalan yang bisa membuat BPJS Kesehatan defisit,”
paparnya.
Namun, ketentuan tentang denda itu dikecualikan bagi
peserta yang menunggak iuran karena tidak mampu.
Misalnya, peserta yang bersangkutan tadinya sanggup
membayar iuran secara rutin kemudian jatuh miskin dan
belum terdata sehingga tidak masuk PBI. Peserta itu wajib
mengantongi surat dari instansi terkait yang menyatakan
kondisinya secara ekonomi dalam keadaan tidak mampu.
Dengan aturan denda yang baru itu Ronald mengatakan
pemangku kepentingan berupaya mencari bentuk
yang cocok agar program JKN-KIS berjalan sesuai
dengan kondisi yang ada di Indonesia. Negara lain yang
menerapkan program serupa JKN-KIS membutuhkan
waktu puluhan tahun untuk mendapatkan desain yang
cocok untuk negara tersebut. Oleh karenanya aturan
tentang denda dibuat seperti itu karena Indonesia masih
dalam tahap belajar menjalankan program jaminan
kesehatan.
Ketentuan denda sebagaimana diatur Perpres Nomor 19
Tahun 2016 itu menurut Ronald murni ditujukan untuk
mendorong kepatuhan peserta bayar iuran. Regulasi
itu tidak ditujukan untuk mengejar pemasukan finansial
BPJS Kesehatan. Jika yang disasar motifnya finansial,
maka denda tidak dibatasi hanya 12 bulan tertunggak atau
Rp 30 Juta tapi sebesar-besarnya. “Perpres itu disusun
dengan melewati diskusi dan masukan berbagai pihak,”
pungkasnya.
5
BINCANG
JANGAN DAFTAR
Lewat Pintu Belakang
Foto KC Luwuk
Direktur Kepesertaan dan Pemasaran
BPJS Kesehatan
Andayani Budi Lestari
U
sai kasus peredaran vaksin palsu, negeri ini
kembali digemparkan dengan kasus kartu Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
palsu. Kartu jaminan kesehatan bodong ini terungkap
setelah seorang warga Desa Arjasari, Kabupaten Bandung
ditolak berobat di rumah sakit (RS).
Alasannya kartu BPJS Kesehatan yang bersangkutan tidak
terdaftar di pusat data BPJS Kesehatan saat petugas RS
melakukan pengecekan. Usut punya usut, sang calon
pasien itu membuat kartu secara kolektif dengan warga
lainya ke aparat desa.
Dari kejadian itulah mulai terbongkar praktik sindikat
pembuatan kartu abal-abal tersebut. Aparat desa sendiri
menolak disalahkan. Mereka juga mengaku sebagai
korban.
Guna membedah lebih jauh persoalan kartu kesehatan
bodong tersebut, majalah dwi mingguan ini mewawancarai
Direktur Kepesertaan dan Pemasaran BPJS Kesehatan,
Andayani Budi Lestari, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Berikut petikan wawancaranya.
Mengapa kartu palsu bisa terjadi di sejumlah daerah?
Perlu digarisbawahi, kasus kartu palsu ini murni perbuatan
kriminal. Bukan maksud kami untuk lepas tangan. Tapi
analoginya seperti kasus peredaran uang palsu. Kan bukan
notabene Bank Indonesia (BI) yang bertanggung jawab
secara langsung. Begitu pula dengan kasus pemalsuan
kartu kredit dan sebagainya.
Kartu palsu ini adalah murni kasus penipuan. Para pelaku
tega memanfaatkan ketidaktahuan masyarakat desa untuk
mendapatkan kartu lewat prosedur yang benar.
Apakah sosialisasi yang lemah jadi salah satu faktor
penyebab?
Menurut aparat, mereka didatangi oleh seorang wanita
yang menawarkan bantuan pembuatan kartu BPJS
Kesehatan bagi warga dengan mengatasnamakan bantuan
dari Dompet Dhuafa.
Sebelum soal sosialisasi, saya tegaskan dulu satu hal
ke masyarakat. Bahwa jangan sekali-sekali mengurus
kepesertaan lewat pintu belakang, seperti melewati
perantara calo, iming-iming orang dan sebagainya.
Tawaran yang diberikan memang mengiurkan. Berbeda
dengan mekanisme kartu BPJS Kesehatan standar, lewat
program ini peserta cukup membayar ongkos pembuatan
kartu sebesar Rp170 ribu dengan iming-iming bebas
membayar iur premi bulanan seumur hidup.
Karena saya jamin kartu tersebut tidak bakal bisa dipakai
walau bentuk kartunya sama persis dengan yang asli.
Pasalnya, data yang ada di kartu bodong 100% tidak
terdaftat di master file data BPJS Kesehatan.
Praktik serupa rupannya tidak terjadi di Desa Arjasari
saja. Satu persatu praktik busuk tersebut juga ditenggarai
dilakukan di tempat-tempat lainnya.
Kalau sudah terdaftar secara resmi, sejatinya cukup
menunjukan KTP saja, data sudah terbaca. Karena Nomor
Induk Kependudukan (NIK) sudah terdapat di kartu
tersebut.
Dari kejadian tersebut, bisa ditarik kesimpulan bahwa
seluruh masyarakat menyambut antusias program Jaminan
Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).
Mereka mulai sadar biaya kesehatan itu cukup mahal, dan
berbondong-bondong mendaftar menjadi peserta JKN-KIS.
Sayangnya antusiasme masyarakat terhadap program
tersebut tidak diimbangi oleh pengetahuan rakyat yang
Dan ingat, proses verifikasi kartu kita berjalan secara real
time. Saat dicek tidak ada di master file, pemegang kartu
bodong otomatis akan ditolak untuk berobat.
Perihal anggapan kurangnya sosialisasi, itu menjadi
masukan bagi kami. Sejatinya kita sudah habis-habisan
melakukan sosialisasi. Prosedur pendaftaran sudah
disampaikan lewat iklan di media massa baik cetak dan
elektronik. Kantor-kantor cabang BPJS Kesehatan rutin
menggelar sosialisasi.
Kita juga sudah bekerja sama dengan lembaga dan
stakeholder terkait agar aparat di daerah mendukung
program ini. Karena program JKN-KIS adalah salah satu
program prioritas pemerintah.
Perihal susahnya akses mendaftar, terutama di
pedesaan?
Memang betul, tidak mungkin kantor cabang sampai
berada di desa-desa. Kalau ingin mendaftar ke cabang,
warga terpaksa berangkat ke kota. Tapi kita sudah telah
bekerja sama dengan BRI misalnya.
Mereka kan ada dimana-mana. Untuk proses pembayaran
kita juga telah bekerja sama dengan jaringan mini market
dan agen. Pendaftaran juga bisa dilakukan secara online.
Kenapa proses pendaftaran tidak sehari jadi?
Begini, masyarakat harus dididik untuk mengurus
pendaftaran di kantor resmi. Jangan malas mengantre.
Antre sedikit lebih baik daripada lewat calo. Agar tidak
lama menunggu, kita juga telah menyediakan sistem
dropbox. Artinya ketika berkas pendaftaran sudah
diserahkan, calon peserta bisa pulang.
Yang bersangkutan nanti akan dihubungi bila kartu sudah
selesai dan tinggal membayar.
Belum adanya sistem one day service karena memang ada
masa aktivasi 14 hari. Kita ingin masyarakat mendaftar di
kala sehat. Karena sistem dalam program JKN-KIS adalah
gotong royong. Yang sehat membayari yang sakit.
Bagaimana membedakan kartu asli dengan yang
palsu?
Secara umum kartu asli memiliki sejumlah tanda. Seperti
gambar pulau-pulau Indonesia. Sedangkan yang palsu
tidak. Hasil print kartu JKN-KIS asli juga jelas. Sedangkan
yang palsu terlihat samar. Kode barcode kartu palsu juga
terlihat tidak beraturan atau berantakan.
Yang jelas, daftarlah di tempat yang resmi. Kalau kurang
paham, tanyalah pada petugas resmi atau kontak ke nomor
hotline kami.
Edisi 36 2016
INFO BPJS KESEHATAN
mumpuni tentang JKN-KIS. Sejumlah pihak menilai
sosialiasi JKN-KIS termasuk soal tata cara pendaftaran
menjadi peserta tidak terhantarkan dengan baik.
6
MANFAAT
Kamar Rawat Inap Penuh,
Peserta JKN-KIS Tetap Dapat Haknya
INFO BPJS KESEHATAN
P
eserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia
Sehat (JKN-KIS) sering mengeluh tidak mendapatkan
kamar rawat inap saat membutuhkannya. Rumah
sakit juga sering dituding tidak transparan dalam hal
ketersediaan kamar rawat inap. Sehingga menimbulkan
keresahan dan ketidaknyamanan peserta yang ingin segera
mendapat penanganan medis.
Manfaat JKN-KIS semakin dirasakan oleh masyarakat.
Oleh karena itu, semakin banyak pula peserta yang
menggunakan untuk berobat, sehingga tidak bisa
dipungkiri, rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan rujukan
tingkat lanjut (FKRTL) dipenuhi pasien. Sementara, rumah
sakit swasta belum semuanya bergabung dalam program
JKN-KIS. Namun, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan memiliki solusi agar peserta JKN-KIS
tetap mendapatkan pelayanan yang terbaik sesuai dengan
haknya.
Beberapa peserta JKN-KIS telah menyampaikan
keluhannya melalui media termasuk melalui portal
LAPOR!. Ada yang tidak terima alasan rumah sakit
yang menyatakan bahwa semua kamar penuh, padahal
kenyataannya masih ada ruangan kosong. Mungkin perlu
informasi yang jelas dan transparan dari pihak rumah sakit.
Sebagai informasi, kamar rumah sakit dibagi menjadi dua
menurut jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Masingmasing kamar sesuai jenis kelamin dibagi menjadi dua
bagian lagi, satu bagian digunakan untuk pasien dengan
penyakit infeksi/menular dan satu bagian lagi untuk yang
non infeksi.
Bisa saja terjadi, terdapat satu tempat tidur kosong di
kamar yang berisi empat tempat tidur. Tetapi satu tempat
tidur yang kosong itu tidak sesuai untuk penyakit yang
diderita karena tempat tidur itu untuk laki-laki berpenyakit
menular. Disinilah, seharusnya ada komunikasi dan
informasi yang jelas kepada peserta JKN-KIS.
Soal ketersediaan kamar di rumah sakit swasta bisa saja
ada kuota kamar untuk pasien peserta JKN-KIS dan pasien
umum sesuai dengan perjanjian kerjasama antara rumah
sakit dengan BPJS Kesehatan. Jadi mungkin saja terjadi
kuota untuk peserta BPJS Kesehatan sudah habis dan jika
masuk dengan peserta umum langsung mendapat kamar
karena memang kuotanya pasien umum masih ada.
Namun, kebijakan itu sudah berubah sejak terbit
Permenkes nomor 28 tahun 2014 yang menerangkan
bahwa rumah sakit tidak boleh membatasi jumlah tempat
tidur yang tersedia untuk peserta JKN-KIS. Namun,
perlu diketahui bahwa peserta JKN-KIS baru mencapai
separuh penduduk Indonesia. Yang separuh lagi penduduk
Indonesia belum menjadi peserta JKN-KIS yang juga
memerlukan kamar rawat inap.
Jika peserta JKN-KIS membutuhkan rawat inap, tetapi di
rumah sakit rujukannya penuh, maka peserta dapat dirawat
Edisi 36 2016
di kelas perawatan satu tingkat lebih tinggi dari kelas
rawat inap yang menjadi haknya. Dengan batasan waktu
maksimal selama tiga hari kemudian dikembalikan lagi ke
kamar rawat inap yang menjadi haknya.
Jika sudah tiga hari masih belum ada tempat tidur yang
kosong sesuai haknya, maka pihak rumah sakit akan
menawarkan kepada peserta untuk dirujuk ke fasilitas
kesehatan lain yang setara atau jika tidak, maka selisih
biaya tarif kelas tersebut menjadi tanggungjawab fasilitas
kesehatan (faskes) yang bersangkutan.
Kemungkinan lain bisa terjadi adalah kamar yang sesuai
kelas hak peserta penuh dan kelas satu tingkat di atasnya
juga penuh, maka peserta dapat dirawat di kelas satu
tingkat lebih rendah, paling lama tiga hari. Kemudian
dikembalikan lagi ke kelas sesuai haknya jika sudah ada
tempat tidur yang kosong sesuai kelas haknya. Namun,
apabila kamar perawatan kelas hak peserta tetap penuh,
dan peserta tetap dirawat di kelas yang lebih rendah
kelasnya itu, maka BPJS Kesehatan akan membayar ke
FKRTL sesuai dengan kelas di mana pasien dirawat.
Jika semua kelas perawatan penuh di RS tersebut penuh,
maka pihak RS dapat menawarakan pasien untuk dirujuk
ke faskes yang setara dengan difasilitasi oleh FKRTL untuk
merujuknya, selain itu pihak FKRTL juga berkoordinasi
dengan BPJS Kesehatan.
Dalam Permenkes 28 tahun 2014 juga mengatur jika
peserta JKN-KIS ingin pindah kelas perawatan. Bagi
peserta JKN-KIS (kecuali peserta PBI/penerima bantuan
iuran) bisa pindah ke kelas satu tingkat di atas kelas haknya
pada rumah sakit atau FKRTL yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan. Peningkatan kelas rawat inap ini dibatasi
sampai dengan kelas 1 saja.
Peserta yang melakukan pindah kelas atas permintaan
sendiri dalam satu periode perawatan hanya diperbolehkan
untuk satu kali pindah kelas perawatan. Konsekuensinya,
pasien peserta JKN-KIS yang naik kelas perawatan atas
permintaan sendiri akan menanggung urun biaya selisih
tarif INA-CBGs kelas perawatan yang dipilih dengan tarif
INA-CBGs kelas perawatan yang menjadi haknya.
Jika peserta ingin naik ke kelas perawatan VIP, maka
diberlakukan urun biaya sebesar selisih tarif VIP lokal
dengan tarif INA-CBGs kelas perawatan yang menjadi
haknya. Selisihnya bisa banyak dan terkesan mahal.
Karena, BPJS Kesehatan hanya menanggung pesertanya
sampai kelas 1 saja. Maka disaranakan agar peserta naik
sampai kelas 1 saja agar kelebihan biaya hanya pada tarif
kelas perawatan saja.
Sesuai peraturan, jika pasien peserta JKN-KIS naik kelas
ke kelas VIP, maka seluruh jasa medis ikut naik, dan boleh
dibebankan ke pasien. Obat-obatan selama perawatan
tidak ada bedanya baik di kelas 1, 2, 3, atau VIP. Tetapi di
VIP boleh menggunakan obat di luar formularium nasional
(fornas), maka biaya bisa menjadi mahal sekali.
Agar pelayanan terhadap pasien khususnya peserta JKNKIS, sebaiknya pihak rumah sakit memberikan informasi
yang jelas soal ketersediaan kamar rawat inap dan risiko
yang harus ditanggung oleh peserta jika harus naik ke
kelas yang lebih tinggi dari kelas rawat inap yang menjadi
haknya. Sehingga, peserta pun bisa memahami dan tak
ada lagi kesan “gigit jari” karena tidak mendapatkan
haknya.
Salah satu provider BPJS Kesehatan yaitu RSUD Koja,
Jakarta Utara, bisa menjadi contoh dalam hal transparansi
ketersediaan kamar rawat inap. Rumah sakit bertipe B (non
pendidikan) ini memiliki 904 tempat tidur. Saat ini tercatat
96 persen pasiennya adalah peserta JKN-KIS. Melalui
sistem informasi yang dibangun, pasien bisa mengetahui
berapa lama lagi menunggu antrean untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan di poliklinik dan informasi tentang
ketersediaan kamar rawat inap pun bisa dilihat melalui
dashboard yang dipasang di ruang tunggu pasien.
Sistem informasi yang digunakan RSUD Koja sudah
terkoneksi dengan Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Informasi
ketersediaan kamar perawatan disajikan secara real time.
Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris telah
melihat langsung sistem informasi yang digunakan di
RS Koja. Teknologi informasi di RS Koja bisa memangkas
antrian dan memaparkan informasi tentang ketersediaan
kamar rawat inap di RS itu dengan baik. Peserta cukup
menempelkan kartu JKN-KIS pada mesin bebentuk seperti
mesin ATM yang sudah disediakan. Kemudian, nomor
antrian dan surat eligibilitas peserta (SEP) dapat dicetak
otomatis.
Namun, menurut Fachmi Idris, sistem yang digunakan di
RSUD Koja itu masih membutuhkan pengembangan agar
semua proses adminstratif pelayanan terhadap pasien
dapat dilakukan secara otomatis (komputerisasi). Misalnya,
dalam memperbaharui informasi ketersediaan kamar rawat
inap seharusnya dilakukan secara otomatis ketika pasien
sudah selesai dirawat. Saat ini, mekanisme itu di RSUD
Koja masih dijalankan secara manual.
Hal yang penting adalah seluruh rumah sakit provider BPJS
Kesehatan bisa menggunakan mekanisme yang salam
dalam memberikan informaasi kepada pasien sehingga
pelayanan JKN-KIS tidak inferior. Artinya, memuaskan
seluruh peserta JKN-KIS.
Terkait dengan peningkatan peserta JKN-KIS setiap
tahun, maka peningkatan pelayanan harus diimbangi
dengan jumlah faskes. Layanan di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) juga perlu diperkuat agar mampu
menangani diagnosa penyakit yang seharusnya bisa
ditangani di FKTP sehingga tidak perlu dirujuk ke rumah
sakit.
7
TESTIMONI
PERKASA GROUP, MAKASSAR
Ikut Program JKN-KIS, Pengeluaran Perusahaan Jadi Lebih Jelas
Dalam memenuhi kewajibannya memberikan jaminan kesehatan kepada para karyawan, Perkasa Group yang merupakan salah satu perusahaan pakan ternak di Makassar awalnya
menggunakan sistem reimburse, di mana karyawan membayar terlebih dahulu biaya pelayanan kesehatan yang diterimanya di klinik atau rumah sakit, kemudian biaya tersebut bisa
diklaim ke perusahaan. Namun sistem ini justru membuat arus pengeluaran perusahaan jadi tidak menentu. Lain cerita ketika Perkasa Group mulai mendaftarkan seluruh karyawannya
ke dalam program Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan. Dengan sistem ini, arus pengeluaran perusahaan menjadi
lebih jelas dan terbaca.
Karena tergolong perusahaan baru, di awal berdirinya
Perkasa Group memang belum bekerjasama dengan
asuransi swasta apapun. Dalam memberikan jaminan
kesehatan untuk para karyawannya yang berjumlah lebih
dari 300 orang, perusahaan ini hanya menggunakan sistem
reimburse seperti kebanyakan perusahaan baru.
PUAS DENGAN LAYANAN BPJS KESEHATAN
Proses pendaftaran karyawan Perkasa Group ke dalam
program JKN-KIS mulai dilakukan manajemen secara
bertahap pada November 2014. Baru di awal 2015,
seluruh karyawan yang 80 persennya adalah buruh sudah
terlindungi program JKN-KIS.
"Proses pendaftarannya juga tidak sulit. Awalnya pihak BPJS
Kesehatan cabang utama Makassar melakukan sosialisasi
ke perusahaan kami, kemudian langsung dilakukan proses
pendaftaran, dan bulan berikutnya sudah langsung terdaftar
sebagai peserta," cerita Sari.
Asisten Manager Human Capital Perkasa Group, Fadilah
Sari mengatakan, selain cukup memberatkan para
karyawan, sistem reimburse yang diterapkan di tahun
pertama ini ternyata cukup mengganggu keuangan
perusahaan. Dalam satu waktu, jumlah tagihannya bisa
sangat besar karena kebetulan banyak karyawan yang
sakit. Tapi di lain waktu, jumlah tagihannya juga bisa
sedikit.
Tantangan awal dihadapi Sari katika harus ikut
mensosialisasikan program ini kepada para buruh, di
mana mayoritasnya adalah lulusan sekolah menengah.
"Untuk buruh, adanya potongan gaji itu kan sangat sensitif.
Saya jelaskan ke mereka kalau pemotongannya itu hanya
sedikit, tetapi manfaat yang didapatkan sangat besar.
Begitu dijelaskan, mereka sangat antusias dan senang bisa
terdaftar di program JKN-KIS," tuturnya.
Diakui Sari, adanya program JKN-KIS yang diselenggarakan
oleh BPJS Kesehatan telah menjadi solusi atas
permasalahan tersebut. Perusahaan bisa mendapatkan
gambaran pasti jumlah uang yang harus dikeluarkan
setiap bulannya untuk memenuhi hak karyawan dalam
mendapatkan jaminan kesehatan. Di sisi lain, para
karyawan juga mendapatkan layanan kesehatan yang
lebih baik dan lengkap untuk dirinya maupun anggota
keluarganya yang ikut didaftarkan ke dalam program JKNKIS.
Mengenai sistem rujukan berjenjang yang diterapkan
program JKN, awalnya juga banyak karyawan yang belum
paham kalau untuk mendapatkan layanan kesehatan harus
dimulai dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
seperti puskesmas, klinik, atau dokter keluaga. Saat
terserang sakit ringan yang sebetulnya bisa ditangani di
FKTP, tidak sedikit karyawan yang langsung berobat ke
rumah sakit.
"Dengan mendaftarkan seluruh karyawan ke dalam
program JKN-KIS, dana yang keluar setiapnya bulannya jadi
lebih terbaca. Kalau dulu kan saat masih sistem reimburse,
manajemen sering kali kaget melihat tagihan yang
berbeda-beda setiap bulan. Tapi sekarang jadi lebih tenang
karena yang dikeluarkannya tetap. Selain itu, layanan
kesehatan yang didapatkan juga lebih lengkap," papar
Fadilah Sari kepada Media Info BPJS Kesehatan.
"Awalnya memang masih ada yang kurang paham tentang
prosedur mendapatkan layanan kesehatan. Bahkan ada
karyawan yang langsung berobat ke rumah sakit dan tidak
bilang kalau dia itu peserta JKN-KIS. Begitu keluar, pihak
rumah sakitnya memberi mereka tagihan. Akhirnya saya
minta untuk dibayarkan dulu, uangnya kemudian diganti
perusahaan," cerita Sari.
program JKN-KIS sudah makin baik. Secara keseluruhan,
Sari mengatakan tidak ada complain yang berarti dari
para karyawan terkait layanan BPJS Kesehatan. Asalkan
mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan, karyawan dan
anggota keluarganya bisa mengakses layanan kesehatan
tanpa dipungut biaya sepeser pun. Untuk layanan yang
didapatkan, kebanyakan para karyawan memanfaatkan
kartu JKN-KIS untuk berobat masalah gigi dan juga proses
persalinan.
"Beberapa manajer di Perkasa Group juga sudah
menggunakan kartu JKN-KIS saat dirawat di Rumah Sakit
Stella Maris Makassar. Ketika keluar dari rumah sakit, tidak
ada lagi biaya yang ditagihkan. Sebagian manajer bahkan
berniat menghentikan kepesertaannya di asuransi swasta
karena menganggap kebutuhannya sudah terpenuhi
dengan kartu BPJS Kesehatan," paparnya.
JALANI OPERASI KISTA GANGLION
Tidak hanya para karyawan dan juga manajer perusahaan,
Sari sendiri juga telah merasakan manfaat yang besar
dari program JKN-KIS. Di awal 2015, ia sempat menjalani
operasi pengangkatan kista ganglion atau kista kantong
sendi di dekat nadinya.
"Sebelumnya kan sering dengar berita negatif tentang
sulitnya berobat pakai kartu JKN-KIS. Saya sudah buktikan,
dan ternyata berita yang beredar itu tidak benar. Awalnya
saya ke FKTP dulu, kemudian dapat surat rujukan untuk
operasi di rumah sakit Siloam. Hari Jumat ke rumah sakit,
sabtunya operasi, dan besoknya sudah langsung pulang.
Benar-benar mudah dan tidak dipersulit," ungkapnya.
Setelah operasi pun Sari masih rutin berobat jalan
dengan kartu JKN-KIS. "Asalkan kita mengikuti prosedur
yang benar, berobat dengan kartu JKN-KIS tidak akan
menyulitkan," pungkasnya.
Namun semakin hari, pemahaman para buruh terhadap
Asisten Manager Human Capital Perkasa Group
Fadilah Sari
Edisi 36 2016
INFO BPJS KESEHATAN
P
erkasa Group merupakan salah satu badan usaha di
Makassar, Sulawesi Selatan yang memiliki komitmen
besar untuk ikut mensukseskan program JKN-KIS,
di mana seluruh karyawannya kini sudah terlindungi oleh
program tersebut. Perusahaan ini didirikan tahun 2012, dan
merupakan produsen pakan ternak terbesar di Makassar
dengan lokasi pabrik di kawasan Baru.
8
PERSEPSI
Benarkah Pegawai BPJS Kesehatan
jadi Oknum Pembuat Kartu Palsu?
B
INFO BPJS KESEHATAN
eredarnya kartu palsu peserta JKN-KIS BPJS
Kesehatan di sejumlah daerah menimbulkan
keresahan masyarakat karena khawatir kartu yang
dimilikinya juga palsu. Karena secara fisik hampir tidak
dapat dibedakan antara kartu yang asli dengan yang palsu.
Namun saat digunakan, terlihat bahwa keduanya sangat
berbeda. Data pada kartu palsu akan ditolak oleh sistem
informasi yang dimiliki oleh BPJS Kesehatan.
Pemalsuan kartu JKN-KIS atau yang dikenal juga dengan
sebutan kartu Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu
Indonesia Sehat (JKN-KIS) terungkap ketika salah satu
warga Desa Kertajaya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa
Barat, hendak memeriksakan kesehatan. Data pada kartu
peserta yang bersangkutan ditolak oleh sistem informasi
kepesertaan dan pelayanan kesehatan BPJS Kesehatan
yang telah terkomputerisasi dan terhubung secara nasional
(online). Setelah diselidiki ternyata kartunya palsu.
Kasus kartu palsu ini kemudian menjadi viral yang
kehebohannya sanggup menyaingi kasus beredarnya
vaksin palsu. “Loh kok bisa” kartu JKN-KIS dipalsukan?
Sebagian masyarakat langsung menuduh oknum pegawai
BPJS Kesehatan terlibat dalam pembuatan kartu palsu
tersebut.
Kini satu-persatu terkuak, Polres Cimahi berhasil
mengamankan satu orang pria, Ana Sumarna, 42, yang
diduga terlibat dalam pembuatan kartu JKN-KIS palsu. Ana
adalah Ketua Yayasan Rumah Peduli Duafa (RPD) dan kini
telah ditetapkan sebagai tersangka.
Menurut keterangan Kapolres Cimahi AKBP Ade Ary Syam
Indradi, tersangka melakukan modus penipuan pembuatan
kartu JKN-KIS palsu sejak satu tahun lalu atau tepatnya
14 Juli 2015. Kartu telah disebar tersangka kepada sekitar
230 warga atau 175 kepala keluarga di beberapa desa di
wilayah Bandung Barat.
Mirisnya, tersangka berkedok “relawan” yang peduli
ingin membantu warga kurang mampu untuk membuat
kartu JKN-KIS. Warga sangat tertarik oleh tawaran “baik”
tersangka karena cukup membayar Rp. 100.000,- tanpa
bersusah payah mengantre pendaftaran dan tidak perlu
lagi membayar iuran setiap bulannya.
Saat melakukan aksinya relawan gadungan itu mengaku
sebagai pegawai BPJS Kesehatan. Warga pun diminta
menyerahkan persyaratan pembuatan kartu JKN-KIS
yaitu fotokopi KTP, kartu keluarga, foto pemohon, dan
uang Rp. 100.000,-. Kemudian tersangka mengaku akan
mendaftarkan para calon peserta melalui fitur pendaftaran
online yang terdapat pada website BPJS Kesehatan.
Ternyata tersangka tidak melalui tahapan yang sebenarnya.
Tersangka mencetak sendiri kartu berlabel JKN - BPJS
Kesehatan melalui replika blanko Kartu JKN-KIS kosong
yang diisi nama-nama peserta. Kartu tiruan yang dicetak
tersangka sepintas sangat mirip dengan aslinya. Nomor
peserta digunakan secara acak dan tidak sesuai dengan
nomor yang keluar dari sistem informasi BPJS Kesehatan
selaku pengelola program.
Aparat Satuan Reserse Kriminal Polres Bandung juga
mengamankan seorang pembuat kartu JKN-KIS palsu di
wilayah Arjasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Pelaku
bernama Desi Dwiyani, 34, warga Kampung Kananga,
Arjasari, Bandung. Pelaku melakukan sosialisasi di Kantor
Edisi 36 2016
Desa Arjasari, Kecamatan Arjasari, pada November 2015.
Kapolda Jawa Barat Irjen Bambang Waskito menduga
bahwa kasus tersebut dilakukan kelompok sindikat.
Pemalsuan kartu JKN-KIS lainnya terjadi di Puskesmas
Koja, Jakarta Utara. Ketika itu sepasang suami istri hendak
berobat, namun nomor dan barcode pada kartu mereka
tidak diterima oleh aplikasi pelayanan peserta program
JKN-KIS yang ada di puskesmas. Setelah ditelurusi ternyata
pelaku pemalsuan adalah mantan Ketua RT setempat.
Menurut informasi yang diperoleh, ada tujuh kepala keluaga
yang menjadi korban. Oknum Ketua RT tersebut meminta
imbalan Rp. 80.000,- untuk setiap kartu.
Mungkinkah oknum pegawai BPJS Kesehatan terlibat di
dalamnya? Kepala BPJS Kesehatan Cabang Cimahi, Jawa
Barat, Yudha Indrajaya memastikan tidak ada pegawai
BPJS Kesehatan yang terlibat dalam kasus pemalsuan
ini. Namun, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada
petugas kepolisian yang kini tengah melakukan penyidikan.
Para pelaku memanfaatkan ketidaktahuan warga
tentang program Jaminan Kesehatan Nasional Kartu
Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang diselenggarakan oleh
BPJS Kesehatan. Karenanya perlu dilakukan intensifikasi
sosialisasi program JKN-KIS khususnya oleh pihak BPJS
Jika kita melihat kilas balik tahun pertama beroperasinya
BPJS Kesehatan menjalankan program JKN-KIS, setiap
hari kantor BPJS Kesehatan dipadati ratusan calon peserta.
Antrian panjang ini kemudian dimanfaatkan para calo
berkedok relawan. Dengan modus menawarkan bantuan
untuk mendaftarkan dan mencetak kartu peserta secara
online, para calo ini menarik biaya berkisar Rp50.000,sampai ratusan ribu rupiah per kartu.
Kesehatan sendiri. Bisa terjadi, bahkan aparat desa,
kelurahan, RT maupun RW yang seringkali menjadi
referensi informasi warga, belum memiliki pemahaman
yang memadai terkait program ini.
Untuk mendaftar sebagai peserta program JKN-KIS, BPJS
Kesehatan tidak memungut biaya sepeserpun. Dalam hal
pendaftaran BPJS Kesehatan tidak bekerjasama dengan
pihak ketiga kecuali bank-bank yang ditunjuk antara lain,
Bank BNI, BRI, Bank Mandiri dan BTN. Calon peserta
juga bisa mendaftar langsung ke Kantor BPJS Kesehatan
terdekat atau melalui fitur pendaftaran online yang terdapat
di website BPJS Kesehatan www.bpjs-kesehatan.go.id.
dapat diunduh melalui Google Play Store.Jika menemukan
masalah saat menggunakan kartu JKN-KIS anda, silahkan
menghubungi care centre BPJS Kesehatan 1500-400 yang
tersedia 24 jam.
Kewajiban peserta adalah membayar iuran program JKNKIS yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan sebelum
tanggal 10 setiap bulannya. Untuk peserta pekerja
penerima upah (PBPU) atau yang lazim disebut peserta
mandiri, sejak 1 April 2016, iuran program JKN-KIS untuk
hak rawat inap di kelas 1, yang semula sebesar Rp59.500,naik menjadi Rp80.000,- perbulan perorang, kelas 2 naik
dari semula Rp42.500,- menjadi Rp51.000,- perbulan
perorang. Sementara untuk iuran peserta dengan hak
rawat inap di kelas 3, iuran masih tetap sama yaitu sebesar
Rp25.500,- perbulan perorang.
Pihak BPJS Kesehatan telah melakukan berbagai upaya.
Di lingkungan kantor BPJS Kesehatan bahkan sudah
dilakukan razia calo dengan menggandeng aparat
keamanan. Selain itu, BPJS Kesehatan juga sudah
memasang spanduk yang berisikan himbauan kepada
masyarakat untuk menghindari menggunakan calo dalam
pendaftaran dan pembuatan kartu JKN-KIS. Namun
kelihatannya, jaringan calo pendaftaran dan pembuatan
kartu program JKN-KIS ini telah menyebar hingga ke desadesa dan kelurahan. Belum lagi yang menawarkan diri
melalui media internet.
Bagi Anda yang mendaftar sebagai peserta program
JKN-KIS melalui “relawan” atau calo sebaiknya segera
melakukan pengecekan status kepesertaan anda di Kantor
BPJS Kesehatan terdekat atau dengan menggunakan
aplikasi BPJS Kesehatan (BPJSK) berbasis android yang
Ingat, bahwa Kartu JKN-KIS palsu tidak akan teridentifikasi
pada keseluruhan sistem informasi BPJS Kesehatan. Hal
ini karena nomor peserta pada kartu palsu tersebut tidak
ada di dalam master file kepesertaan program JKN-KIS
yang dikelola BPJS kesehatan. Tidak hanya itu, kartu JKNKIS juga dilengkapi dengan sejumlah atribut pengaman.
Pemalsuan identitas saat menggunakan kartu JKN-KIS juga
mudah untuk dideteksi karena master file kepesertaan
program JKN-KIS yang dikelola BPJS Kesehatan telah
terhubung dengan data kependudukan dan catatan sipil
nasional.
Catatan:
* BPJS Kesehatan adalah badan penyelenggara
program Jaminan Kesehatan Nasional Kartu
Indonesia Sehat (JKN-KIS), peserta adalah peserta
program (peserta JKN-KIS) sehingga kartu identitas
kepesertaannya juga disebut kartu JKN-KIS.
9
INSPIRASI
RS Stella Maris, Makassar
Transparan Soal Ketersediaan Tempat Tidur Rawat Inap
Untuk meningkatkan layanan kesehatan kepada peserta Jaminan
Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), keterbukaan
informasi menjadi bagian yang penting. Peserta bisa mengeluh
apabila tidak mendapatkan kejelasan informasi yang dibutuhkan dan
atau menunggu untuk suatu hal yang tidak pasti. Karenanya, fasilitas
kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan perlu menerapkan
keterbukaan informasi ini dengan baik, contohnya memberikan
informasi yang jelas tentang kepastian waktu tunggu dan informasi
kekosongan kamar rawat inap seperti yang saat ini sudah diterapkan
Rumah Sakit Stella Maris di Makassar.
Tudingan ini sebetulnya tidak akan muncul kalau saja
rumah sakit bisa lebih transparan dalam memberikan
informasi terkait ketersediaan tempat tidur, khususnya
untuk rawat inap. Seperti yang dicontohkan oleh Rumah
Sakit Stella Maris, salah satu provider BPJS Kesehatan
yang ada di kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Untuk memudahkan peserta program JKN-KIS dalam
mendapatkan layanan kesehatan, Rumah Sakit Stella
Maris telah menyediakan fasilitas berupa layar informasi
mengenai kondisi ketersediaan tempat tidur rawat inap di
rumah sakit.
Direktur Rumah Sakit Stella Maris, Thomas Soharto
mengatakan, fasilitas yang sudah disediakan sejak satu
tahun terakhir tersebut merupakan bentuk transparansi
yang diberikan rumah sakit, sehingga peserta JKN-KIS bisa
mengetahui ketersediaan tempat tidur rawat inap secara
jelas, agar tak ada lagi kecurigaan yang muncul dari pasien
terhadap rumah sakit.
"Sebelum ada fasilitas ini, petugas rumah sakit di lini
pertama sering mendapatkan komplain dari pasien
JKN-KIS ketika kondisi kamar rawat inap sudah penuh.
Karena tidak percaya, beberapa peserta JKN-KIS bahkan
sampai memeriksa sendiri ke ruang rawat inap. Ini kan
bisa mengganggu pasien lain yang sedang dirawat,” ujar
Thomas Soharto di Rumah Sakit Stella Maris, Makassar.
Karena masalah tersebut cukup sering dijumpai, direksi
rumah sakit kemudian berembuk untuk mencari jalan
keluar terbaik. Akhirnya diputuskan untuk menyediakan
layar informasi ketersediaan tempat tidur rawat inap
yang dapat dilihat dengan mudah oleh pasien. Hal ini
juga sejalan dengan komitmen kerjasama RS Stella
Maris dengan BPJS Kesehatan KCU Makassar dalam
mengimplementasikan Permenkes 99 tahun 2015.
“Dengan adanya layar tersebut, informasi ketersediaan
tempat tidur rawat inap jadi lebih transparan. Untuk
petugas rumah sakitnya juga tidak bisa ada yang mainmain,” imbuhnya.
Thomas menambahkan, layar informasi yang ditempatkan
di dekat tempat pendaftaran pasien tersebut juga
menyajikan informasi secara real time, artinya informasi
yang ditampilkan dapat berubah terus-menerus,
bergantung pada keluar masuknya pasien pada waktu
tersebut.
Transparansi informasi ketersedian tempat tidur rawat
inap memang menjadi salah satu hal yang paling didorong
BPJS Kesehatan, agar dapat segera diimplementasikan
oleh fasilitas kesehatan lainnya. Direktur Utama BPJS
Kesehatan Fachmi Idris dalam kesempatan terpisah
menyampaikan, transparansi ini merupakan bentuk
komitmen bersama antara BPJS Kesehatan dan
rumah sakit untuk memberikan pelayanan yang aman,
bermutu, efektif, dan tidak membedakan pasien serta
mengutamakan kepentingan pasien sesuai standar medik
di rumah sakit.
Rumah Sakit Stella Maris sendiri telah menjadi
provider BPJS Kesehatan sejak program JKN-KIS mulai
diimplementasikan pada 1 Januari 2014, bahkan sejak
BPJS Kesehatan masih berbentuk PT Askes (Persero).
Untuk menangani pasien yang membludak di era JKN-KIS,
rumah sakit swasta kelas B tersebut juga telah melakukan
berbagai pembenahan. Salah satunya sistem registrasi
yang dulunya masih manual menjadi elektronik, sehingga
layanan kepada pasien JKN-KIS bisa lebih cepat dan
teratur.
"Sejak awal menjadi provider BPJS Kesehatan, kami juga
telah mengkomunikasikan kemungkinan membludaknya
pasien kepada para tenaga kesehatan. Artinya dibutuhkan
komitmen yang lebih besar lagi dari mereka untuk tepat
waktu dalam menolong pasien," imbuhnya.
Direktur RS Stella Maris
Thomas Soharto
Untuk pasien JKN-KIS yang melakukan rawat jalan di RS
Stella Maris, dalam sebulan rata-rata jumlahnya mencapai
1.000 pasien. Sementara yang melakukan rawat inap
berjumlah 600-700 pasien. RS Stella Maris sendiri memiliki
201 tempat tidur untuk pasien JKN-KIS maupun pasien
umum. Guna mengoptimalkan layanan, belum lama ini
juga diresmikan gedung baru delapan lantai di bagian
belakang.
Thomas mengatakan, gedung baru tersebut memberi
tambahan ketersediaan tempat tidur rawat inap sebanyak
120 unit, sehingga akan semakin banyak pasien JKNKIS maupun pasien umum yang bisa mendapatkan
penanganan medis di RS Stella Maris.
PERBAIKAN TARIF INA-CBG's
Sejak awal menjadi provider BPJS Kesehatan, Thomas
menyadari adanya perubahan yang sangat mendasar dalam
sistem pembayaran, dari yang dulunya fee for service
menjadi package system atau sistem paket. Bila tidak
dilakukan upaya efisiensi dan pengendalian, rumah sakit
bisa saja merugi.
“Stella Maris kan rumah sakit swasta, tentunya
tantangan yang dihadapi akan berbeda dengan rumah
sakit pemerintah. Dalam perjalanannya, kami juga terus
berusaha memikirkan langah-langkah efisiensi yang bisa
dilakukan, tetapi tentunya tidak sampai mengurangi mutu
dari layanan yang diberikan kepada pasien,” papar Thomas.
Bentuk efisiensi yang dilakuan RS Stella Maris misalnya
dalam penyedian logistik Bahan Habis Pakai (BHP). Kalau
dulu bisa memakai beberapa vendor, sekarang ini benarbenar dicari yang menawarkan harga paling bersaing,
namun dengan kualitas yang sama seperti sebelumnya.
"Dalam melakukan pembelian BHP, kita sudah melakukan
standarisasi, sehingga output-nya bisa menghasilkan
efisiensi. Tidak pakai lagi banyak vendor, tapi cari yang
harganya betul-betul bersaing. Yang penting kualitasnya
masih tetap sama dan terjaga. Untuk belinya pun harus
dari distributor resmi,” imbuhnya.
Dengan pengelolaan yang benar, lanjut Thomas, rumah
sakit bisa memperoleh surplus lewat pembiayaan bertarif
INA-CBG's, sehingga pasien merasa puas karena terlayani
dengan baik, rumah sakit pun mendapatkan keuntungan.
Namun ke depannya, Thomas berharap adanya perbaikan
dalam pentarifan INA-CBG's, sehingga rumah sakit swasta
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan bisa terus
melakukan pengembangan.
Secara pribadi, Thomas juga sangat mengapresiasi
program JKN-KIS yang diselenggarakan BPJS Kesehatan,
terutama untuk masyarakat golongan tidak mampu.
Dengan adanya jaminan kesehatan tersebut, masyarakat
yang kurang beruntung tidak lagi takut untuk berobat ke
rumah sakit.
"Dalam pelaksanannya, memang masih banyak hal yang
harus dibenahi, baik dari sisi BPJS Kesehatan, fasilitas
kesehatan, maupun pesertanya. Saya pikir tiga hal ini tidak
terpisahkan, jadi komunikasi harus dilakukan lebih intens
lagi. Kalau bisa disinergikan dengan baik, ke depannya
program ini pasti akan semakin baik dan berkelanjutan,”
pungkasnya.
Edisi 36 2016
INFO BPJS KESEHATAN
D
i era JKN-KIS, jumlah pasien yang berobat ke
rumah sakit semakin meningkat. Pasien pun sering
gigit jari lantaran persediaan kamar rawat inap yang
sering penuh. Karena kondisi tersebut, tidak jarang rumah
sakit dituding berlaku diskriminatif terhadap pasien JKNKIS.
SEHAT & GAYA HIDUP
10
Cegah Serangan Jantung
Mulailah dengan Gaya Hidup Sehat
M
eninggalnya penyanyi bersuara merdu
Michael Prabawa Mohede secara mendadak
di usianya yang sangat muda, baru-baru ini,
cukup mengejutkan. Pria yang akrab disapa Mike Idol ini
berpulang di usianya yang relatif muda, 32 tahun, karena
serangan jantung.
Menurut dokter spesialis jantung dan pembuluh darah
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan
Kita, Ismoyo Sunu, usia penderita jantung saat ini
cenderung semakin muda. Di RS Jantung Harapan Kita,
pasien berusia 30 tahun sudah menjalani operasi bypass
jantung, yaitu salah satu prosedur penanganan penyakit
jantung koroner yang terjadi karena penyempitan dan
penyumbatan pembuluh nadi koroner jantung. Adapula
pasien berusia lebih muda, yaitu 25 tahun, akibat radang
pada pembuluh darah jantung.
Selain medical check up, mengenali tanda-tanda awal
juga penting. Jangan abaikan bila muncul gejala seperti
flu. Segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapat
pengobatan atau mengendalikan faktor risikonya.
Selain genetik atau bawaan, penyakit jantung juga
dipicu perubahan gaya hidup masyarakat yang tidak
sehat, seperti merokok, konsumsi minuman alkohol,
kelebihan konsumsi gula, garam dan lemak berlebih,
tidak berolahraga, stres serta kurang istirahat. Gaya hidup
yang tidak sehat ini menyebabkan tekanan darah tinggi
(hipertensi), kolesterol tinggi, kegemukan atau obesitas.
Semua itu merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke.
“Jika memiliki riwayat keluarga yang pernah sakit jantung,
sebaiknya gaya hidup tidak sehat mulai ditekan sejak dini.
Jangan lupa cek kesehatan secara berkala,” kata Maizul.
Penyakit jantung koroner adalah salah satu yang kerap
disebut silent killer atau pembunuh diam-diam, karena
tidak menunjukkan gejala khas. Sebagian dari penderitanya
tidak mengetahui dirinya menderita penyakit jantung
koroner. Saat terjadi serangan jantung, gejalanya hanya
terasa ada beban dan nyeri di dada, pusing, cepat capek,
dan tidak enak badan, sehingga banyak orang muda
tertipu. Dikiranya flu biasa, padahal itu serangan jantung.
Perempuan 10 tahun lebih lambat menderita jantung
koroner dibanding laki-laki. Makin awal menopause,
merokok dan diabetes lebih mempercepat risiko jantung
koroner pada perempuan.
Dokter spesialis bedah jantung, Maizul Anwar,
mengatakan, memang ada kecenderungan penyakit
jantung koroner terjadi pada usia muda karena
ketidaktahuan.
“Itu karena di usia muda orang merasa belum punya risiko
jantung, sehingga menganggap medical check up belum
perlu. Padahal kegemukan atau obesitas, hipertensi,
dan kolesterol tinggi memicu penyakit ini cepat datang,”
katanya.
INFO BPJS KESEHATAN
“Tujuan pemeriksaan kesehatan itu untuk melihat faktor
risiko, apakah orangnya hiperkolesterol, hipertensi,
obesitas atau punya keluarga yang pernah menderita
jantung. Setelah mengetahui faktor risiko, kemudian
dikendalikan,” kata Maizul.
Sebagian penderita jantung koroner terlambat datang
ke dokter. Bahkan sekitar 30% dari seluruh pasien
tidak menyadari menderita penyakit jantung koroner
dan serangan jantung sebelumnya. Dengan kata lain,
banyak orang melewati serangan jantung di rumah tanpa
menyadarinya. Ini juga yang menyebabkan sekitar 10
persen dari penderita jantung tidak sampai ke rumah sakit
atau meninggal di rumah.
Namun, penyakit jantung koroner ini bisa dicegah. Bagi
mereka yang memiliki riwayat keluarga pernah sakit
jantung wajib melakukan pemeriksaan kesehatan teratur.
Edisi 36 2016
Selain itu mulailah menerapkan pola hidup sehat, yaitu
berhenti merokok, kurangi konsumsi garam, lemak,
dan gula, perbanyak sayuran dan buah, diet sehat bila
kegemukan, olah raga teratur, istrahat yang cukup serta
kelola stres dengan baik.
Harus mendeteksi dan mengelola faktor risikonya sejak
dini. Adapun empat faktor risiko yang tidak bisa dihindari,
yaitu usia, kelamin, keturunan dan menopause. Makin tua
usia risikonya pun lebih tinggi.
Kardiolog Intervensional Rumah Sakit Jantung Diagram
Cinere, Jefffrey Wirianta, mengatakan, yang perlu
dilakukan untuk mencegah penyakit jantung adalah
mengontrol faktor risiko, seperti turunkan kolesterol,
tekanan darah tinggi, turunkan berat badan, dan kalau
diabetes kontrol gula darah. Caranya dengan perbaiki pola
hidup, misalnya olah raga teratur, perbanyak makanan
banyak serat (sayuran dan buah), kurangi gula, garam
dan lemak. Sebisa mungkin hindari junk food karena
kandungan garam tinggi. Hindari alkohol dan stop
merokok.
Perokok aktif baik perempuan maupun laki-laki berisiko
lebih tinggi mengalami penyakit jantung. Sebab, bahanbahan dalam rokok membuat kolesterol jahat atau Low
Density Lipoprotein (LDL) di tubuh akan mengalami
perubahan secara kimiawi, sehingga jauh lebih jahat.
Kolesterol ini jauh lebih lengket dan gampang menempel
pada pembuluh darah jantung.
“LDL yang sudah jelek berubah menjadi teroksidasi
dengan daya lengket jauh berlipat dibanding saat tidak
merokok. Pembuluh darah jantung makin sempit lalu
jantung berhenti bekerja karena tidak mendapat suplai
darah. Itulah mengapa berhenti merokok sangat dianjurkan
untuk mencegah risiko jantung,” kata Jeffrey.
Merokok juga menyebabkan tekanan darah tinggi, di
samping konsumsi garam berlebih. Karenanya selain
berhenti merokok, kontrol tekanan darah sangat penting.
Penelitian belakangan ini menunjukkan tekanan darah
normal adalah 120 per 80 untuk semua usia. Kalau pun
meningkat tidak boleh di atas 140 per 90. Sebab, secara
perlahan tekanan darah ini menimbulkan kerusakan pada
jantung, ginjal dan otak.
11
KILAS & PERISTIWA
BPJS Kesehatan Berikan Data Orang yang Berhak Mendapat
Bantuan Iuran JKN-KIS Kepada Komisi IX DPR RI
JAKARTA
31 Mei 2016
Sebagai bentuk pengawasan terhadap data masyarakat
yang memperoleh bantuan iuran untuk program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN), BPJS Kesehatan memberikan
data peserta tersebut kepada Komisi IX DPR RI. Adapun
data peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) didaftarkan oleh
Kementerian Kesehatan kepada BPJS Kesehatan, yang
merupakan data dari Kementerian Sosial.
Sampai saat ini, Kartu Indonesia Sehat (KIS) telah diterima
oleh peserta PBI yang tersebar di 34 Provinsi, 504
Kabupaten/Kota dan 22.245 Kecamatan di Indonesia.
Diharapkan dengan pemberian data tersebut, Komisi IX
dapat melakukan pengawasan terhadap pemanfaatan
program JKN khususnya bagi masyarakat penerima
bantuan iuran agar lebih tepat sasaran. Penyerahan data
tersebut secara simbolis dihadiri oleh Direktur Utama
BPJS Kesehatan Fachmi Idris serta Ketua Komisi IX DPR
RI Dede Yusuf pada Selasa (31/06) di Ruang Rapat Komisi
IX DPR RI yang juga dihadiri oleh seluruh anggota Komisi
IX DPR-RI. Dalam sambutannya Direktur Utama BPJS
Kesehatan mengungkapkan apresiasinya terhadap upaya
Komisi IX DPR RI dalam upaya pengawasan data peserta
PBI.
“Saat ini, peran DPR dalam hal pengawasan terhadap
akurasi data PBI sangat dibutuhkan. Diharapkan dengan
telah diterimanya data PBI tersebut, masing-masing
anggota dapat melihat dan berupaya dalam turut serta
meningkatkan efektifitas data sehingga bantuan iuran
ini dapat tepat sasaran diterima oleh masyarakat yang
membutuhkan,” ungkap Fachmi. Lebih jauh Fachmi
berharap, Komisi IX DPR RI dapat mendorong terkait
kecukupan penganggaran terhadap program JKN-KIS ke
depan.
BPJS Kesehatan Raih Penghargaan di Indonesia Insurance Award-V
JAKARTA
16 Juni 2016
BPJS Kesehatan raih 4 kategori penghargaan dalam Indo
Insurance Award V Tahun 2016, diantaranya :
1. The Best Insurance – Government Company 2016
Category : For Health Insurance - 2016
2. The Best Insurance Company 2016
Category : Top 10 – for CSR– 2016
3. The Best Insurance Company 2016
Category : Top 10 – for Risk Management– 2016
4. The Best Insurance Company 2016
Category : Top 10 – for IT – 2016
Indonesia Insurance Award V-2016 merupakan
Penghargaan atas Apresiasi Kinerja Perusahaan Asuransi
atas hasil kinerjanya di tahun 2015. Indonesia Insurance
Award V-2016 telah ke lima kalinya sejak 2012 diadakan
oleh Majalah Economic Review dan Perbanas Institute.
“Walaupun BPJS Kesehatan tidak masuk dalam kategori
perusahaan asuransi tetapi Badan Hukum Publik dan
BPJS Kesehatan juga memiliki indikator-indikator yang
telah ditetapkan pemerintah dalam menilai kinerja
organisasi, namun tetap diperlukan penilaian dari pihak
lain seperti pengamat/tokoh asuransi melalui ajang seperti
ini. Selain itu diharapkan kehadiran BPJS Kesehatan di
kancah industri asuransi di Indonesia dapat memperkaya
khasanah pengetahuan dan pembelajaran dari dinamika
bisnis asuransi di Indonesia,” ujar Ikhsan.
Indonesia Insurance Award-V-2016, terselenggara sebagai
bentuk apresiasi kepada perusahaan asuransi di Indonesia
dengan memberikan penghargaan terbaik dari hasil
penilaian kategori korporasi, yang diambil dari sumber
laporan kinerja Annual Report 2015, data-data/informasi
publik, website, serta data-data terbaru lainnya.
Ada beberapa kriteria atau indikator yang digunakan untuk
penyusunan penghargaan ini, yang datanya/bersumber dari
neraca keuangan publikasi. Indikator tersebut diantaranya
pertumbuhan premi, pertumbuhan cadangan dana, tingkat
penyelesaian klaim, potret underwriting perusahan,
pertumbuhan pendapatan investasi, rasio Investasi ini
digunakan mengukur besarnya dana untuk menopang
cadangan teknis. Dan selanjutnya indikator dilihat dari
Total Asset Turn Over (TATO), Rasio Kualitas Aset, untuk
asuransi jiwa, umum, dan reasuransi, yang mencerminkan
pengelolaan likuiditas yang baik dan Pertumbuhan Laba
Komprehensif.
Edisi 36 2016
INFO BPJS KESEHATAN
Hadir dalam penghargaan tersebut Kepala Grup
Komunuikasi Publik dan Hubungan Antar Lembaga,
Ikhsan. Ikhsan berharap apa yang diperoleh BPJS
Kesehatan melalui penghargaan ini merupakan sebuah
penilaian atau pengamatan dari pihak eksternal dan
diharapkan agar seluruh Duta BPJS Kesehatan dapat
terus memacu kinerja, untuk memberikan pelayanan yang
terbaik bagi peserta.
Ketentuan denda pelayanan atas keterlambatan
pembayaran iuran JKN-KIS sebagai berikut :
1. Denda hal keterlambatan pembayaran Iuran
JKN-KIS lebih dari 1 (satu) bulan sejak tanggal
10, maka penjamin peserta diberhentikan
sementara.
2. Pemberhentian sementara penjaminan peserta
berakhir dan kepesertaan kembali aktif apabila
peserta membayar iuran tertunggak paling
banyak untuk waktu 12 (dua belas) bulan.
3. Dalam waktu 45 (empat puluh lima) hari sejak
status kepesertaan aktif kembali, peserta JKNKIS wajib membayar denda kepada
BPJS Kesehatan untuk setiap pelayanan
kesehatan rawat inap.
4. Denda sebagaimana yang dimaksud adalah
sebesar 2,5 % (dua koma lima persen) dari
setiap biaya pelayanan kesehatan untuk setiap
bulan tertunggak, dengan ketentuan :
a. Jumlah bulan tertunggak paling banyak
12 (dua belas) bulan.
b. Besar denda paling tinggi Rp. 30.000.000,(tiga puluh juta rupiah).
Kantor Pusat :
Jl. Letjend. Suprapto Kav. 20 No.14 Cempaka PutihJakarta Pusat 10510
Telp : (021) 4212938 , Fax : (021) 4212940
www.bpjs-kesehatan.go.id
Download