10 SEPTEMBER 2012 GPIB JEMAAT IMMANUEL BEKASI pendahuluan Surat menyurat adalah sarana komunikasi yang efektif pada jaman Pejanjian Baru. Surat yang dikirim lebih murah biayanya dibandingkan mengirim utusan. Pada jaman itu 2 alat komunikasi inilah yang dipergunakan, yaitu utusan dan surat ( yang dibawa oleh seorang utusan ). Contoh perbandingan KPR 15 : 22 – 23. Di jaman PB ada surat – surat yang antar pribadi atau kelompok dengan bermacam-macam isi tetapi umunya menyangkut hal yang sangat kongkret dan terperinci dan bersifat ‘tertutu’ ( tidak dipublikasikan ) – surat yang demikian disebut LITTERA. Disamping itu ada pula ‘surat’ yang merupakan karya sastra belaka dan tidak pernah dikirim ke alamat tertentu serta dipublikasikan. Disebut EPISTOLA. SURAT PAULUS DIKATEGORIKAN SEBAGAI ANTARA LITTERA DAN EPISTOLA Cara Paulus menyajikan keselamatan di surat ini dapat dibandingkan dengan Surat Efesus. Efesus menyajikan keselamatan dari perspektif kekekalan, karya Allah Tritunggal sejak sebelum dunia diciptakan. Roma menyajikan kenyataan berdosanya manusia yang mutlak memerlukan anugerah keselamatan Allah. Paulus menujukan surat ini kepada gereja di kota Roma. Gereja yang anggotanya terdiri dari orang Yahudi dan sebagian besar orang nonYahudi ini bukan didirikan oleh Paulus. Saat itu, Roma adalah pusat dunia. Semua bangsa ada di sana. Paulus berencana ke Roma dalam rangka menggenapi perintah Yesus untuk mengabarkan Injil ke seluruh dunia. Roma menjadi batu loncatan Paulus untuk ke Spanyol, yang saat itu disebut-sebut sebagai ujung dunia. Agar misinya diterima oleh gereja di Roma, Paulus pertama-tama memperkenalkan dirinya sebagai hamba dan rasul Tuhan Yesus. Surat Roma merupakan surat yang sangat penting bagi jemaat Tuhan. Setiap ajaran yang termuat di dalamnya telah membuka mata rohani banyak orang dan memimpin mereka kepada Kristus. Sejarah gereja telah membuktikan hal ini. Banyak tokoh gereja, seperti Augustinus, Martin Luther, dan John Wesley, mengalami kebangunan rohani setelah mereka mempelajari surat ini. Karena itu, tidak mengherankan bila Luther menyebut surat Roma sebagai karya terbesar Perjanjian Baru. Surat Roma adalah satu-satunya surat yang ditulis oleh rasul Paulus kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh karena itu, surat Roma tidak banyak dipengaruhi oleh situasi dan kondisi jemaat di Roma, sehingga surat ini lebih bersifat obyektif. Sifat Injil Kristus diuraikan secara lengkap dan teratur. Rom ditulis saat misi Paulus di dunia Timur telah selesai (Rom 15:23), sebelum ia ke Yerusalem untuk terakhir kalinya (15:25) sambil membawa kolekte bagi kaum miskin diGereja Yerusalem (15:27; 1 Kor 16:1). Para ahli sepakat bahwa Rom ditulis di Korintus pada akhir perjalanan Paulus yang ketiga, jadi pada akhir th. 57/awal 58. Jemaat di Roma belum mengenal dia secara pribadi. Karena itu sebelum kunjungan ke Roma, yang telah lama dirindukannya (1:13; 15:22, 24, 28), ia menulis surat kepada mereka sebagai surat perkenalan baik tentang diri maupun ajarannya. Berbeda dengan surat-surat Paulus lain yang selalu berangkat dari problem-problem konkret jemaat setempat, Roma tak punya kaitan langsung dengan jemaat di Roma. Maka ada yang menduga ini merupakan traktat atau essei umum yang bisa dikirimkan ke mana saja sebagai “surat edaran” (circular letter). Tapi masalahnya, jelas-jelas ditulis bahwa ditujukan ke umat di Roma. Ada yang beranggapan Roma merupakan “kompendium ajaran kristen” atau “surat warisan dan kesaksian terakhir Paulus”, atau “ringkasan ajaran Paulus”. Pandangan ini kini dianggap berlebih-lebihan. Namun harus diakui bahwa lebih dari tulisan PB lainnya, Romabanyak mempengaruhi perkembangan teologi di Barat. Tak ada nada ketergesaan atau emosional seperti pada surat-surat Paulus lainnya; Roma tampak ditulis dalam suasana tenang dan reflektif Paulus menuangkan gagasannya yang matang kedalam surat Roma yang terkadang berupa dialog. Paulus berdebat ( 2:1, 3:1, 5, 9; 7:7 dll). Roma adalah ibukota kekaisaran Romawi dan pusat peradaban dunia pada waktu itu. Kota itu sangat besar dan luas. Penduduknya kurang lebih berjumlah satu juta orang dan hampir separuhnya adalah budak. Selain itu, ada pula sejumlah besar orang Yahudi yang tinggal di sana. Hal ini nampak dari banyaknya sinagoge yang terdapat di kota itu. Pada masa pemerintahan kaisar Nero setidaknya ada 11 sinagoge di Roma. Orang-orang Yahudi itu sempat diusir dari Roma pada masa pemerintahan kaisar Klaudius tahun 49 (Kis 18:2), tetapi rupanya mereka sudah diizinkan kembali ke Roma saat surat ini ditulis. Walaupun Roma adalah pusat peradaban dunia yang sangat terkenal pada waktu itu, kehidupan moral di kota itu sudah sangat merosot. Kejahatan ada di mana-mana. Pernikahan dan ikatan keluarga tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang penting. Pergaulan bebas, hubungan seksual di luar nikah, dan perceraian juga dianggap sebagai hal yang biasa. Dalam kondisi yang buruk seperti itu, ternyata masih ada jemaat Tuhan yang berdiri di Roma. Pengetahuan kita mengenai jemaat itu serba tidak lengkap. Kita tidak mengetahui secara pasti kapan jemaat itu berdiri, tetapi jelas bahwa pada saat surat ini ditulis jemaat itu sudah cukup lama berdiri (bd. Rm 1:13; 15:23). Iman dan ketaatan mereka pun telah tersiar di seluruh kekaisaran Romawi (Rm 1:8; 16:19). Banyak hal yang dikatakan mengenai penulis surat ini cocok dengan apa yang dikatakan mengenai rasul Paulus dalam Kisah Para Rasul dan surat-suratnya yang lain. 1. Dalam Roma 1:10-15 dan 15:22-32 dikatakan bahwa ia rindu mengunjungi orang-orang percaya di Roma (bd. Kis 19:21). 2. Dalam Roma 11:1 dikatakan bahwa ia adalah orang Israel dari suku Benyamin (bd. Flp 3:5). 3. Dalam Roma 15:25-27 dikatakan bahwa ia melakukan perjalanan ke Yerusalem dengan membawa persembahan dari Makedonia (bd. Kis 19:21; 20:15; 21:15-19; 1 Kor 16:1-5; 2 Kor 8:1-12; 9:1-5). 4. Dalam Roma 16:3 dikatakan bahwa ia mengenal Priska/Priskila dan Akwila (bd. Kis 18:2-5,18-19). 5. Isi surat ini merupakan khas rasul Paulus. Teologi Paulus A. Kebenaran Allah. 1. Kebenaran Allah bertolak dari janji Allah yang tidak bisa diabaikan oleh Allah sebagai sifat ilahi ( 3:3,4 ). 2. Kebenaran Allah adalah juga murka Allah dalam arti bahwa Ia tidak pernah dapat toleran terhadap dosa. Jika Allah membenarkan manusia , hal itu sekaligus adalah murka-Nya terhadap dosa (1:17, 2:5 ). 3. Kebenaran Allah dimanifestasikan dalam kematian Yesus Kristus. (3:25). 4. Kebenaran Allah juga terkait dengan iman, sehingga manusia tidak hanya mengalami pembenaran tetapi terhitung dalam pembenaran Allah ( 5:10 ). Pasal 1-11, Paulus berkali-kali telah menegaskan bahwa pembenaran orang berdosa oleh iman tidak memberi orang kebebasan untuk berdosa terus. Demikianlah jawabannya terhadap tuduhan yang dilancarkan dalam pasal 3:7. Dalam pasal 6 dijelaskan hubungan antara karya Kristus, yaitu dalam baptisan, ia bangkit pula untuk menempuh kehidupan bersama Kristus. Lalu dalam pasal 8 ditunjukkannya bagaimana kehidupan baru itu merupakan hasil kehadiran Roh Kudus di dalam diri orang-orang percaya. Kalau orang ada ‘di dalam Kristus’, Roh Kudus ada ‘di dalam dia’, dan mengerjakan segala sesuatu yang berkenan kepada Allah. Dengan demikian pasal 3-8 menerangkan asas kehidupan orang Kristen. Bagian ini bukan merupakan sesuatu yang baru karena hal ini sudah dikatakan dalam pasal 6-8. Dalam pasal 9-11 orang-orang bukan Yahudi didorong supaya mereka mau menerapkan kebenaran dengan segala kerendahan hati. B. Kebaikan Allah. 1. Paulus juga memberi perhatian pada kemurahan, kesabaran, dan kelapangan hati Allah ( 2:4 ). Ungkapan tentang kualitas kekekalan kasih nampak dalam 8:35 dab dimana Paulus tidak dapat memikirkan apapun (jasmani dan rohani) yang mungkin dapat memisahkan kita dari kasih Allah. 2. Kebaikan Allah bertumpu pada pengharapan karena Allah adalah Allah pengharapan ( 15: 13 ) maka setiap orang Kristen oleh kuasa Roh juga berlimpah-limpah dalam pengharapan. Kebaikan Allah sekaligus diperlihatkan dari pengharapan-Nya. 3. Untuk mendukung gagasan tentang kebaikan Allah, Paulus mengutip dari Yesaya – 10:21 dan sekaligus mengingatkan pembaca tentang kebaikan Allah kepada mereka yang terus tinggal dalam Allah ( 11:22 ). C. Kedaulatan Allah. ( pasal 9 – 11 ). Soal kedaulatan Allah , digambarkan oleh Paulus dengan ilustrasi tukang periuk dan tanah liat ( 9 : 19 dab ). Kedaulatan Allah dinyatakan juga melalui terhisabnya nonyahudi dalam karya keselamatan Allah didalam Yesus. Kedaulatan Allah juga menimbulkan ketegangan dengan orang Yahudi yang menganggap hanya mereka yang layak dan pantas memperoleh keselamatan. Menurut Paulus , soal kedaulatan Allah tidak dapat dipersoalkan sebab berkaitan dengan eksistensi Allah. D. Kasih Karunia / anugerah Allah. Pada 3 pasal pertama dapat dikemukakan bahwa kualitas kebaikan Allah hanya dapat dimengerti dalam pemahaman tentang kualitas dosa / maut. Paulus tidak hanya menginventarisir dosa-dosa nonYahudi tetapi juga menunjukkan dosa israel kendati mereka punya hak-hak istimewa (pasal1). Dosa disebut dengan ‘daging (sarx)’ yang adalah soal dosa moral dan bukan fisik. Pengalamannya dalam bergumul dengan dosa (ps.7) memperlihatkan kepekaan terhadap kuasa dosa. Dosa memanfaatkan daging dan memperhamba semua anggota tubuh melawan hukum dan Paulus menyebutnya hukum dosa (7:23). Dosa memerosotkan manusia sampai pada kondisi yang sangat memprihatinkan. Istilah hilasterion-pendamaian – 3:25, merupakan prakarsa dari Allah dan berpuncak pada salib sebagai korban obyektif yang disediakan Allah supaya dosa dapat diampuni. Anugerah menjadikan orang warga kerajaan Allah sehingga kewajiban yang baru menggantikan kewajiban yang lama (6:20). Iman. Kita mendapat anugerah cuma-cuma dari Allah oleh iman kepada Kristus. Pada saat yang sama, tidak berarti kita hanya semata-mata percaya tentang Dia, tetapi menerima firman Allah, menaati-Nya dan mengakui Kristus. Perhatikan bagaimana Paulus menekankan tentang iman dalam surat ini, dan juga bagaimana ia mendefinisikannya. Apakah iman kita cukup besar? 1:5 (lihat 15:18); Rom 1:16-17; 3:22, 2631; 4:1-25; 5:1; 10:8-11; 10:17. Abraham percaya kepada kuasa Allah menghidupkan orang mati dan menjadikan apa yang tidak ada menjadi ada (Roma 4:17). Kita percaya kepada kuasa Allah yang sama, yang telah menampakkan diri dalam pembangkitan Yesus (Roma 4:24). Dalam hal kita pun iman itu diperhitungkan kepada kita sebagai kebenaran, sebab justru pembangkitan itulah yang terjadi karena (demi) pembenaran kita. Berhubung dengan arti tokoh Abraham bagi Gereja Kristen, kita mencatat lagi bahwa dalam Roma 4 ini gambaran tokoh Abraham tidak sama dengan yang terdapat dalam Surat Ibrani. Dalam Ibrani 11:8-12 Abraham disebut sebagai salah seorang 'pahlawan iman' , yang menjadi contoh bagi kita. Sudut pandangan dalam Roma 4 lain : Pertama, karena yang ditonjolkan bukan iman Abraham, melainkan perbuatan Allah, 'yang memperhitungkannya kepadanya sebagai kebenaran'. Kedua, karena dengan demikian Abraham bukan sekadar contoh, atau perintis. Dalam arti tertentu peristiwa Abraham menjadi jaminan bagi orang percaya. Kalau Allah telah bertindak begitu terhadap dia, pasti Allah akan bertindak begitu pula terhadap mereka. Sebab Allah itu esa (bandingkan Roma 3 :29 dyb.). Dilihat dari sudut pandang itu, Abraham, di samping perintis, dapat juga disebut pewaris, dan dengan demikian layak disebut 'bapak orang percaya' (lihat uraian tafsiran Roma 4:11b).