RRC

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang
beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917o LU dan
116,383o BT. RRC memiliki luas wilayah 9.671.018 Km2 dengan jumlah
penduduk diperkirakan sebanyak 1,363 miliar jiwa. RRC juga memiliki predikat
sebagai negara adidaya karena ikut mendominasi kekuatan ekonomi dan kekuatan
militer dunia (wikipedia, 2014). Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi unsur
penting di setiap proses mencapai kemajuan suatu bangsa dan negara, demikian
juga dengan SDM yang dimiliki RRC. Jumlah penduduk RRC yang demikian
banyak menjadi penyokong SDM utama bagi perkembangan sektor-sektor
produksi, industri, perdagangan, dan pembangunan. Semakin banyak penduduk
RRC yang produktif, semakin besar pula pencapaian hasil produksi yang
dihasilkan. Hasil produksi yang dicapai oleh penduduk RRC dapat mencukupi
kebutuhan pasar domestik bahkan juga dapat diekspor untuk memasok kebutuhan
pasar luar negeri. Hingga sekarangpun produk-produk dari RRC lah yang masih
mendominasi pasar dunia, sehingga tidak salah jika RRC dianggap sebagai negara
adidaya sekaligus menguasai pasar global.
Kemajuan yang dicapai oleh RRC sampai saat ini tidak lepas dari sejarah
panjang yang telah dilewati. Kehidupan di Cina (sebelum berdirinya RRC) telah
dimulai sejak masuknya Cina pada zaman sejarah (1766 SM) ditandai dengan
berdirinya dinasti pertama yaitu Dinasti Shang (1766-1122 SM). Dinasti Shang
merupakan dinasti pertama yang meninggalkan bukti-bukti sejarah berupa tulisan.
Kehidupan yang terus berkembang akibat faktor alam maupun faktor manusia
akhirnya membuat Cina masuk dalam berbagai perubahan zaman yang diikuti
pula oleh adanya pergantian suatu dinasti yang berkuasa. Tercatat dalam sejarah
bahwa dinasti terakhir yang memerintah di Cina adalah Dinasti Qing (1644-1912).
Dinasti Qing adalah dinasti asing yang dipimpin oleh bangsa Manchu yang masuk
dan menetap di dataran Cina. Dinasti Qing runtuh akibat adanya suatu gerakan
commit to user
revolusi dari rakyat akibat ketidakpuasan terhadap pemerintahan Dinasti Qing
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai
masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang
dikuasai oleh bangsa Cina sendiri. Masuknya Cina ke era baru diwarnai dengan
konflik dan pertikaian untuk memperebutkan kekuasaan di Cina. Perebutan
kekuasaan yang paling memengaruhi perkembangan Cina pada masa selanjutnya
adalah terjadinya perang saudara antara kaum Nasionalis dengan kaum Komunis
(Taniputera, 2008).
Perang saudara yang memperebutkan kekuasaan di Cina telah
mengakibatkan korban jiwa dari pihak kaum Nasionalis maupun dari kaum Partai
Komunis dalam jumlah yang tidak sedikit. Perang saudara yang telah berlangsung
sejak tahun 1927 berakhir dengan kemenangan kaum Komunis di bawah
pimpinan Mao Tse Tung pada tahun 1949. Kemenangan Partai Komunis atas
dominasi kekuasaan Partai Nasionalis menandai munculnya RRC sebagai negara
yang berideologi komunis.
RRC berdiri pada tanggal 1 Oktober 1949 dan dideklarasikan oleh Mao
Tse Tung selaku ketua Partai Komunis Cina. Mao Tse Tung atau sering disebut
Ketua Mao merupakan tokoh pemimpin besar bagi Partai Komunis Cina yang
berhasil membawa komunisme menuju puncak kekuasaan utama atas Cina.
Kemenangan Partai Komunis Cina dengan terwujudnya RRC kemudian
digambarkan dengan suatu lambang bintang pada Bendera Nasional RRC.
Lambang negara yang terdapat pada Bendera Nasional RRC menggambarkan
filosofi perjuangan seluruh lapisan rakyat RRC. Darini (2010) menyatakan :
Bendera Nasional RRC berwarna merah dengan empat bintang kecil dan
satu bintang besar berwarna kuning. Warna merah melambangkan
semangat revolusi komunis, empat bintang kecil berwarna kuning yang
terletak di bagian pojok atas masing-masing melambangkan kelas buruh,
kelas tani, kelas borjuis kecil, dan kelas borjuis nasional sedangkan satu
bintang besar yang dilingkari empat bintang kecil tersebut di atas
melambangkan kepemimpinan Partai Komunis (hlm.22).
RRC selain memiliki lambang bendera yang menarik juga memiliki
bentuk pemerintahan yang unik. Setelah berdirinya RRC terdapat dua lembaga
induk politik di dalam satu negara. Dua lembaga induk politik tersebut terdiri dari
to user (1993) menyatakan bahwa:
Negara RRC dan Partai Komunis commit
Cina. Sukisman
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
Dua lembaga tersebut dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lain. Partai Komunis Cina bergerak dalam ruang lingkup
kehidupan antar Partai Komunis di dunia, sedangkan RRC bergerak
dalam ruang lingkup kehidupan antar negara di dunia. Pemimpin dari
RRC dijabat oleh anggota-anggota Partai Komunis Cina, maka garisgaris politik RRC ditentukan oleh Partai Komunis (hlm.47).
Adanya dua lembaga induk politik yang dimiliki oleh RRC sebenarnya
tidak begitu memengaruhi jalannya pemerintahan maupun kebijakan yang
ditempuh oleh RRC, sebab apapun kebijakan dan keputusan yang akan dijalankan
negara, semua bergantung pada keputusan pemimpin partai yaitu Mao Tse Tung.
RRC juga memiliki lembaga legislatif yang disebut dengan Kongres Rakyat
Nasional.
Setelah negara RRC didirikan, RRC harus menentukan kebijakan dan
mencari negara-negara sekutu sebagai upaya perlindungan diri dari ancaman luar
negeri. Alasan tersebut dikarenakan bahwa RRC merupakan negara yang baru
berdaulat sehingga masih harus melakukan upaya memperjuangkan keutuhan dan
kelangsungan hidup negara. Negara yang baru berdaulat tidak akan mampu berdiri
dengan kuat tanpa adanya pengakuan kedaulatan dan dukungan dari negara lain,
khususnya oleh negara-negara maju yang memiliki dominasi kekuatan global.
Dengan demikian RRC harus mampu menjalin politik luar negeri yang baik
dengan negara-negara lain di dunia.
Pada awal berdirinya, RRC telah mendapatkan perhatian dan dukungan
penuh dari negara pendukungnya pada masa Perang Saudara yaitu Uni Soviet.
RRC mendapatkan pengakuan kedaulatan dari Uni Soviet pada tanggal 2 Oktober
1949. India sebagai negara tetangga juga memberikan pernyataan kedaulatan atas
RRC pada tanggal 30 Desember 1949 dan diikuti oleh Inggris yang menyatakan
pengakuan kedaulatan RRC pada tanggal 6 Januari 1950. Setelah mendapatkan
pengakuan kedaulatan dari negara lain, RRC kemudian mengadakan pendekatan
dengan Uni Soviet yang dipimpin oleh Perdana Menteri Joseph Stalin supaya
mendapatkan bantuan finansial maupun teknologi. Hubungan antara RRC dan Uni
Soviet dapat berlangsung dengan baik karena kedua negara sama-sama memiliki
kepentingan dan sama-sama penganut ajaran Marxis. Terkait hubungan baik
commit to user
antara RRC dengan Uni Soviet, Taniputera (2008) menyatakan:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
Hubungan antara Uni Soviet dengan RRC semakin erat dengan
diundangnya Mao Tse Tung ke Moskow pada tanggal 15 Februari 1950
untuk membicarakan hubungan persahabatan antara kedua negara. Pada
kesempatan tersebut Uni Soviet menjanjikan bantuan dalam bentuk
pinjaman keuangan serta transfer teknologi. Dua puluh ribu pemuda
Tionghoa dikirim ke Soviet untuk menuntut ilmu, dan sebaliknya, Soviet
mengirim 10.000 tenaga ahlinya dalam bidang teknik ke Tiongkok (hlm.
581).
Hubungan baik Mao dengan Stalin ternyata tidak mampu bertahan cukup
lama, sebab Stalin terlebih dahulu meninggal pada tanggal 3 Maret 1953. Setelah
meninggalnya Stalin, kepemimpinan atas Uni Soviet digantikan oleh Nikita
Krushchev. Nikita Krushchev atau yang disebut Khruschev pada awalnya juga
berpihak kepada kepemimpinan Mao di RRC. Krushchev bersedia menghadiri
peringatan ulang tahun kelima rezim komunis pada tanggal 1 Oktober 1954
dengan tekad membangun hubungan sebaik mungkin dengan RRC. Tekad baik
Krushchev dinyatakan dengan janji pemberian bantuan peralatan untuk pabrik
senjata dan memberikan pinjaman uang, bahkan memberikan teknologi
pembuatan bom atom kepada RRC. Meskipun demikian, hubungan baik antara
Mao dan Krushchev sering mengalami konflik. Konflik yang terjadi antara kedua
tokoh pemimpin negara komunis tersebut sering dipicu akibat perbedaan
pandangan dalam menentukan suatu kebijakan (Chang & Halliday, 2007).
Mao selaku pemimpin RRC masih memiliki tugas berat untuk
membangun kembali RRC yang hancur akibat penjajahan Jepang serta Perang
Saudara. Upaya yang dilakukan Mao adalah dengan meningkatkan sektor
perekonomian dan pembangunan serta menjaga stabilitas sosial. Mao selaku
pemimpin RRC memberikan lebih banyak kekuasaan pada kaum petani dan
buruh, dan sebaliknya memangkas kekuasaan kaum pemilik modal, tuan tanah,
kapitalis, intelektual, dan orang asing demi menjaga stabilitas sosial dan ekonomi
RRC (Taniputera, 2008 ).
581
Kondisi perekonomian RRC yang memburuk akibat perang Cina-Jepang
dan perang saudara berdampak pada terjadinya inflasi yang mencapai 85.000%.
Oleh sebab itu, kaum komunis memusatkan perhatiannya pada perbaikan pabrikpabrik, sektor produksi, fasilitas-fasilitas
transportasi
serta mengendalikan inflasi
commit to
user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
dan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Program tersebut dilakukan selama
beberapa tahun pertama (Darini, 2010 ).
24
RRC di bawah kepemimpinan Mao telah melakukan upaya untuk
meningkatkan perekonomian dan menjaga stabilitas sosial RRC sejak awal
berdirinya RRC. Upaya itu dimulai dengan kebijakan Reformasi Agraria pada
tahun 1949 sampai dirumuskannya kebijakan Great Leap Forward (GLF) pada
tahun 1958. GLF yang dimulai pada bulan Mei 1958 merupakan kebijakan yang
sarat kontroversi dan juga menimbulkan bencana. Mengenai kebijakan GLF,
Taniputera (2008) menyatakan bahwa pada prinsipnya program ini “...upaya
peningkatan produksi baja, industri ringan, dan konstruksi secara besar-besaran”.
Chang dan Halliday (2007) juga menyatakan bahwa GLF merupakan tindak lanjut
dari ambisi Mao untuk mengungguli semua negara kapitalis dalam waktu singkat
dan mengubah RRC menjadi negara adidaya. Mao menerapkan metode
intensifikasi produksi dengan penggunaan tenaga murah rakyat RRC dalam
jangka waktu 15 tahun. Meskipun GLF hanya berlangsung singkat, namun
pelaksanaan GLF mampu meningkatkan keuangan negara dan membangun
infrastruktur bagi RRC. Tingkat perkembangan dan kemajuan RRC yang begitu
singkat memancing perhatian dunia untuk mengadakan hubungan politik maupun
ekonomi dengan RRC, sehingga secara tidak langsung mampu mengangkat
prestige RRC di kancah internasional.
Penelitian terhadap sejarah RRC sejak dideklarasikan sampai berakhirnya
kebijakan GLF, akan menunjukkan jejak sejarah suatu bangsa yang dapat
dijadikan refleksi pedoman perilaku berbangsa dan bernegara di masa kini
maupun di masa yang akan datang. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
mengkaji lebih lanjut mengenai kebijakan GLF yang dicita-citakan oleh Mao
dengan tujuan mampu mengungguli negara-negara Barat dan membagun RRC
menjadi negara adidaya, dengan mengajukan skripsi yang berjudul “GREAT
LEAP FORWARD
PADA MASA KEPEMIMPINAN MAO TSE TUNG
TAHUN 1958–1962”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat ditentukan beberapa
rumusan masalah, di antaranya;
1. Bagaimana riwayat dan perjuangan Mao Tse Tung dalam mendirikan RRC?
2. Bagaimana kondisi umum RRC sebelum Great Leap Forward dikampanyekan
tahun 1958?
3. Bagaimana pelaksanaan Great Leap Forward dan dampaknya bagi RRC?
C. Tujuan
Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dari
penulisan skripsi ini adalah;
1. Mengetahui riwayat dan perjuangan Mao Tse Tung dalam mendirikan RRC.
2. Mengetahui kondisi umum RRC sebelum Great Leap Forward dikampanyekan
tahun 1958.
3. Mengetahui pelaksanaan Great Leap Forward dan dampaknya bagi RRC.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
a.
Menambah kajian pengetahuan tentang sejarah Cina.
b.
Menambah
kajian
tentang
sejarah
RRC
khususnya
pada
masa
kepemimpinan Mao Tse Tung.
c.
Memberikan sumbangan pengetahuan ilmiah yang berguna dalam rangka
pengembangan ilmu pendidikan sejarah.
2. Manfaat Praktis
a.
Dapat dijadikan sumber referensi bagi pembaca maupun peneliti lainnya
yang akan mengkaji tema sejarah RRC.
b.
Dapat memberikan motivasi kepada para sejarawan untuk selalu
mengadakan penelitian.
c.
Dapat memberikan pelajararan dari peristiwa besar di masa lalu sebagai
upaya refleksi bagi perkembangan moral maupun material di masa kini.
commit to user
Download