BERITA TERKINI Manfaat Allopurinol pada Bedah Tetralogi Fallot T etralogi Fallot adalah salah satu penyakit jantung bawaan yang banyak terjadi, sekitar 10% dari total penyakit jantung bawaan adalah tetralogi Fallot. Kejadiannya 3 – 6 setiap 10.000 kelahiran hidup. Di Indonesia, diperkirakan 35.000 – 40.000 kasus setiap tahun. Berdasarkan gejalanya, tetralogi Fallot digolongkan ke dalam penyakit jantung sianotik karena dapat menyebabkan right to left shunt, yaitu darah dari ventrikel kanan masuk ke ventrikel kiri mengakibatkan penurunan saturasi oksigen darah arterial dan menimbulkan gejala sianosis. Tanpa tindakan bedah jantung, mortalitasnya mencapai 50% pada usia 6 tahun, Tetapi dengan adanya prosedur bedah jantung, sebagian besar dapat hidup berkualitas.1,2 Salah satu komplikasi berat setelah tindakan bedah jantung adalah stres oksidatif pada fase reperfusi setelah iskhemia jantung. Pada stres oksidatif, terjadi pembentukan radikal bebas (ROS/ Reactive Oxygen Species) yang mengakibatkan reaksi peroksidasi sehingga terbentuk malondialdehid (MDA). Selain itu cedera juga terjadi sebagai akibat terbentuknya mediator peradangan yaitu TNF-alfa (Tumor Necrosis Factor Alfa).1,2 Salah satu penghasil radikal bebas pada stras oksidatif adalah xanthin oksidase. Allopurinol adalah obat yang diketahui bekerja menghambat xanthin oksidase. Oleh karena itu, peneliti dari RS Cipto Mangunkusumo berhipotesis bahwa pemberian allopurinol sebelum tindakan bedah jantung koreksi tetralogi Fallot akan mengurangi stres oksidatif yang terjadi pada fase reperfusi setelah iskhemi jantung. Dilakukan sebuah uji klinik yang hasilnya diterbitkan di Jurnal Acta Medica Indonesiana bulan Juni 2013.2 Desain penelitian acak, eksperimental, pasien dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok pertama mendapat allopurinol oral 10 mg/ kgBB sebanyak 3 dosis (12 jam sebelum, 2 jam sebelum dan sesaat sebelum induksi anestesi). Tabel 1 Persentase sel otot jantung yang menghasilkan radikal bebas pada fase pre-iskhemi, iskhemi dan reperfusi2 Pre-iskhemi Iskhemi Refeperfusi Statistik Allopurinol 44,68 % 56,87 % 47,98 % Plasebo 41,37 % 42,61 % 53,81 % Tidak ada perbedaan bermakna antara fase iskhemi dengan reperfusi Tabel 2 Rerata kadar MDA (pmol/mg) pada fase pre-iskhemi, fase iskhemi, fase reperfusi dan fase penyembuhan2 Pre-iskhemi Iskhemi Reperfusi Penyembuhan Statistik Allopurinol 2,2 2,49 Plasebo 1,75 2,37 2,35 1,9 2,72 4,82 Tidak ada perbedaan bermakna Tabel 3 Rerata kadar TNF-alfa (pg/ml) pada fase pre-iskhemi, fase iskhemi, fase reperfusi dan fase penyembuhan2 Pre-iskhemi Iskhemi Reperfusi Penyembuhan Statistik Allopurinol 19,36 14,83 14,53 15,93 Plasebo 15,02 26,38 34,5 47,39 Tidak ada perbedaan bermakna Kelompok kedua mendapatkan 3 dosis plasebo oral. Dilakukan 3 kali pengambilan sampel jaringan otot jantung dan sampel darah yaitu pada saat pre-iskhemi, saat iskhemi dan saat reperfusi. Parameter yang diukur adalah persentase sel otot jantung yang menghasilkan radikal bebas, malondialdehid yajng terbentuk dan TNF-alfa yang terbentuk pada kelompok allopurinol dan kelompok plasebo.2 Total ada 26 pasien yang ikut serta, 13 di kelompok allopurinol dan 13 di kelompok plasebo, didapatkan hasil sepeti pada tabel 1. Hasil pertama ini menunjukkan bahwa meskipun tidak ditemukan perbedaan bermakna antara fase iskhemi dengan fase reperfusi, terdapat trend di kelompok allopurinol persentase sel otot jantung yang menghasilkan radikal bebas menurun dari fase iskhemi ke fase reperfusi, sedangkan pada di kelompok plasebo cenderung naik.2 Hasil kedua ini menunjukkan bahwa meskipun tidak ada perbedaan bermakna antara semua nilai, terdapat kecenderungan pada kelompok allopurinol kadar MDA menurun pada fase reperfusi dan penyembuhan. Sedangkan pada kelompok plasebo terdapat kecenderungan kadar MDA meningkat pada fase reperfusi dan penyembuhan.2 Hasil ketiga ini menunjukkan bahwa meskipun tidak ada perbedaan bermakna antara semua nilai, terdapat kecenderungan pada kelompok allopurinol kadar TNF-alfa cenderung stabil, sedangkan pada kelompok plasebo cenderung naik.2 Kekurangan utama uji klinik ini adalah jumlah sampel yang sedikit (13 orang di masingmasing kelompok) sehingga sulit mencapai kemaknaan statistik. Tetapi hasil uji klinik ini dapat menjadi data awal untuk penelitian selanjutnya dengan sampel yang lebih banyak di pusat jantung yang lebih besar.2 Simpulan penelitian ini adalah pemberian allopurinol menjelang tindakan bedah koreksi tetralogi Fallot dapat bermanfaat meringankan cedera reperfusi pasca iskhemi terutama pada parameter radikal bebas, malondialdehid dan TNF-alfa. Keterbatasan penelitian ini adalah jumlah sampel yang sedikit sehingga sulit mencapai kemaknaan statistik. (NNO) REFERENSI: 1. Bhimji S, Willis PW. Tetralogy of Fallot. Medscape Reference [Internet]. 2013 [cited 2013 Jun 28]. Available from: emedicine.medscape.com/article/2035949-overview 2. Rachmat FD, Rachmat J, Sastroasmoro S, Wanandi SI. Effect of allopurinol on oxidative stress and hypoxic adaptation response during surgical correction of tetralogy of fallot. Acta Med Indones. 2013;45(2):94-100. 288 CDK-215/ vol. 41 no. 4, th. 2014