PENGARUH WAKTU PEMBERIAN CENDAWAN

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH WAKTU PEMBERIAN CENDAWAN MIKORIZA
ARBUSKULAR (CMA) TERHADAP PERTUMBUHAN KORO HIJAU
(Macrotyloma uniflorm) SEBAGAI TUMBUHAN PIONIR
PENGEMBALI KESUBURAN TANAH BEKAS TAMBANG KAPUR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
DIENG KARNEDI
NIM: 131434015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarya, 23 Desember 2016
Penulis
(Dieng Karnedi)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta:
Nama : Dieng Karnedi
NIM
: 131434015
Demi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH WAKTU PEMBERIAN CENDAWAN MIKORIZA
ARBUSKULAR (CMA) TERHADAP PERTUMBUHAN KORO HIJAU
(Macrotyloma uniflorm) SEBAGAI TUMBUHAN PIONIR
PENGEMBALI KESUBURAN TANAH BEKAS TAMBANG KAPUR
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Yogyakarta
Pada tanggal : 23 Desember 2016
Yang menyatakan,
Dieng Karnedi
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
PENGARUH WAKTU PEMBERIAN CENDAWAN MIKORIZA
ARBUSKULAR (CMA) TERHADAP PERTUMBUHAN KORO HIJAU
(Macrotyloma uniflorm) SEBAGAI TUMBUHAN PIONIR
PENGEMBALI KESUBURAN TANAH BEKAS TAMBANG KAPUR
Dieng Karnedi
131434015
Universitas Sanata Dharma
Salah satu usaha untuk melakukan reklamasi lahan bekas tambang kapur
adalah dengan menanam jenis tanaman pionir tertentu untuk mengembalikan
kesuburan tanah. Solusi ini akan lebih efektif dengan adanya simbiosis antara
tanaman pionir dengan cendawan mikoriza arbuskular (CMA). Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh waktu pemberian CMA bagi pertumbuhan
Koro hijau dan menguji simbiosis mutualistiknya, serta menguji pengaruh
pemberian CMA bagi pertumbuhan Koro hijau dibandingkan dengan tanaman
kontrol (tanpa CMA).
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Percobaan dilakukan
pada 24 sampel tanaman yang terdiri dari 3 perlakuan dan 1 kontrol yang didesain
menjadi penelitian satu faktor yakni menguji efektivitas pemberian pupuk CMA
pada waktu yang berbeda. Pemberian CMA dilakukan 5 hari sekali dengan cara
menaburkannya di sekitar perakaran tanaman. Pengambilan data dilakukan 5 hari
sekali selama 50 hari dengan melakukan pengukuran terhadap panjang batang,
jumlah daun dan diameter batang. Panjang akar dan tingkat infeksi CMA pada
akar diukur pada masa akhir percobaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu pemberian CMA berpengaruh
signifikan bagi pertumbuhan Koro hijau, pemberian CMA pada minggu pertama
(M1) terbukti paling efektif dalam bersimbiosis mutualistik dengan tanaman inang
dan berpengaruh lebih besar bagi pertumbuhan dibandingkan dengan tanaman
kontrol (K).
Kata kunci: koro hijau, CMA, tanah kapur, kesuburan.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
EFFECT OF TIME’S GIVING OF ARBUSKULAR MYCORRHIZA FUNGI
(AMF) FOR KORO HIJAU (Mycorrhizal uniflorm) GROWTH AS PIONEER
PLANTS FOR SOIL FERTILITY EX-LIME MINE
Dieng Karnedi
131434015
Universitas Sanata Dharma
One of the reclamation effort of ex-lime landmine is by planting a certain
pioneer’s plant in order to restore soil fertility. This solution would be more
effective with the presence of symbiosis between pioneer plants with Arbuskular
Mycorrhiza Fungi (AMF). This research was conducted to identify the influence
of time’s giving of AMF for the growth of Koro hijau and examine it’s symbiosis
mutualism, as well as examine the effect of giving AMF for Koro hijau’s growth
compared to control plants (without AMF).
This research is an experimental research. The research was conducted to
24 plant samples which consisted of 3 treatments and 1 control which was
designed using one factor ANOVA as its statistical analysis become one factor
research that was examining the effectiveness of giving AMF fertilizer in different
time. AMF was given in three different time sequences with one week interval as
three different application treatments by spreading around in near its roots plant.
The data was collected in every 5 days for 50 days by measuring the length of the
stem, number of leaves and stem diameter. Root length and its AMF infection rate
were measured at the end of the experiment.
The results showed that the time’s giving of AMF is significantly affect the
growth of Koro hijau and the first week (M1) have proven most effective in
mutualistic symbiosis with the host plant and the effect of growth is greater
compared to control plants (K).
Keywords: koro hijau, AMF, lime soil, fertility.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang berlimpah penulis haturkan kehadirat Tuhan yang Maha
Baik, Penuh Kasih dan Pengharapan, sebab hanya karena rahmat-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Banyak hal yang dialami dan dirasakan oleh
penulis selama menjalankan dinamika perkuliahan di Universitas Sanata Dharma
tercinta ini. Pencapaian yang dialami penulis sampai sejauh ini tak lepas dari
campur tangan berbagai pihak yang telah mendukung, memberi semangat dan
harapan untuk terus berjuang menyelesaikan studi ini.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Romo Provinsial Serikat Jesus yang telah memberikan perutusan dan dukungan
kepada penulis untuk melakukan studi khusus.
2. Komunitas Robertus Bellarminus, khususnya komunitas Pradnya Laksita yang
selalu mendukung dan menyemangati penulis dalam menempuh masa studi
dengan penuh afeksi dan perhatian.
3. Mbak Chatarina Riyanti dan keluarga yang telah membantu kelancaran proses
penelitian dan serta melalui kelimpahan doa-doanya.
4. Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk mengembangkan diri sebagai pribadi yang utuh
5. Program Studi Pendidikan Biologi yang telah menjadi wadah bagi penulis
untuk menimba ilmu
6. Kaprodi dan para Dosen Pendidikan Biologi yang telah meluangkan waktu
untuk membagikan ilmu dan juga telah berdinamika bersama baik saat
menjalani perkuliahan di kelas maupun di luar kelas
7. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J yang telah mendampingi dengan
penuh semangat dan kedekatan selama penulis menjalankan perkuliahan
maupun selama mengerjakan tugas akhir.
8. Romo C. Bayu Risanto, SJ yang telah membantu dalam mencarikan buku
refrensi yang sangat penting.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. Teman – teman Pendidikan Biologi angkatan 2013 yang dengan caranya
masing-masing telah mendukung, menyemangati, dan menjadi sahabat-sahabat
seperjuangan selama menempuh perkuliahan di Program Studi Pendidikan
Biologi Universitas Sanata Dharma. Khususnya, Paulina Yuliani, Maria
Magdalena Melina yang banyak membantu selama masa penelitian.
10. Semua pihak yang telah mendukung serta membantu yang tidak dapat
disebutkan satu per satu oleh penulis
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
masukan, saran dan kritik demi melengkapi dan membuat tulisan ini menjadi
layak untuk dibagikan dan dipercaya.
Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan
informasi yang bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya.
Penulis
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………............……………………………………..……….. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………..………ii
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………….……iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…......……………….v
ABSTRAK…………………………………………..……………………………vi
ABSTRACT………………………………………………..……………………...vii
KATA PENGANTAR………………………………………..…………………viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………...…….x
DAFTAR TABEL……………………………………………………..………...xiii
DAFTAR GAMBAR………………………………..…………………………. xiv
DAFTAR LAMPIRAN….…………………………………………………….....xv
BAB I PENDAHULUAN…………………………......……………………….….1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………..…………………....1
B. Rumusan Masalah…………………………….........…………………………..6
C. Batasan Masalah...…………………………….........…………………………..7
D. Tujuan Penelitian……………………………………..………………………...7
E. Manfaat Penelitian……………………………………..……………………….7
1. Bagi Peneliti…………………………………………..………………...7
2. Bagi Guru……………………………………………..………………...8
3. Bagi Siswa…………………………………………..…………………..8
4. Bagi Ilmu Pengetahuan……………………………..………………….8
BAB II DASAR TEORI……………………..................................……………….9
A. Cendawan Mikoriza…………………………………………….…………..….9
1. Pengertian Mikoriza…………………………………......………..…….9
2. Kelompok Cendawan Mikoriza…………….........……………………10
3. Taksonomi CMA dan Morfologinya………..………………...……….11
4. Keuntungan CMA bagi Tanaman.................……….....…….………...13
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Macrotyloma uniflorum……………..………………………………………...14
1. Klasifikasi Macrotyloma uniflorm ……………………………......…..14
2. Distribusi Macrotyloma uniflorum…………….....…………………...15
3. Morfologi Tanaman………….....…………………………..………....16
4. Kegunaan Tanaman……………......………………………………….17
C. Batuan Kapur…………………………………......…………………………...19
1. Formasi Batuan Karst………………….…………......………………..19
2. Wilayah Karst di Gunungkidul………………..……………...……….20
3. Tambang Kapur dan Jenis Tanah………………..…………….………21
D. Penelitian yang Relevan…………………..…………………………………..24
E. Kerangka Berpikir………………….…………………………………………25
F. Hipotesis……….………………………………………………………….…..27
BAB III METODE PENELITIAN………………..……………………………...28
A. Jenis Penelitian…………………………………………..…………………....28
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan………………..………………………..........29
C. Desain Penelitian………………..………………………………………….....29
D. Alat dan Bahan…………………..……………………………………………30
1. Alat……………………..……………………………………………...30
2. Bahan…………………………………………………..……………....30
E. Prosedur Kerja………………………………..……………………………….31
1. Penyiapan lahan……………………………..………………………...31
2. Penyiapan sarana tanam………………………..………….…………..31
3. Penanaman tanaman koro hijau……………..…………….……..……33
4. Pemeliharaan tanaman koro hijau……………..………….…………...33
5. Pengamatan…………………………………………..………………..35
F. Analisa Data……………………………………………..………………….....39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………….……………….….46
A. Hasil………..……...………………………………………………………….46
1. Hasil rerata pertumbuhan.………………..…………………………....46
2. Uji Normalitas dan homogenitas…...………………………….……...47
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Uji Anova satu faktor…………..……………………………………...48
4. Panjang akar……………………………………………………….......49
5. Infeksi CMA…………………………………………………………..50
B. Pembahasan………………………………………………………………...…52
1. Pengaruh Pemberian CMA terhadap Pertumbuhan Tanaman Koro
Hijau……………………..…….………………………………….……...52
2. Pengaruh Jenis Tanah terhadap Simbiosis Mutualistik CMA ………..56
3. Peningkatan Kesuburan Tanah Lahan Beka Tambang Kapur.………..58
4. Faktor Abiotik dan Biotik yang Mempengaruhi Pertumbuhan Koro
Hijau ……..………………………………………………………….…...59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.……………......……………………..…67
A. Kesimpulan……………..……………………………………………………..67
B. Saran…………………..……………………………………………………....67
DAFTAR PUSTAKA…….……………………………………………………...69
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Taksonomi CMA menurut Schubler (2010)....…………………….…12
Tabel 3.1. Denah Percobaan..………………………………………………….…30
Tabel 3.2. Hasil pengamatan tanaman Koro hijau…………………………….…37
Tabel 3.3. Rerata panjang batan tangaman Koro hijau.……………………….…40
Tabel 3.4. Rerata jumlah daun Koro hijau……………………………...…….….41
Tabel 3.5. Rerata diameter batang Koro hijau……………………………….…..42
Tabel 3.6. Hasil panjang batang tanaman Koro hijau berdasarkan permberian
CMA dengan waktu yang berbeda…………………………….…......43
Tabel 3.7. Hasil jumlah daun tanaman Koro hijau berdasarkan permberian CMA
dengan waktu yang berbeda..…………….…......................................44
Tabel 3.8. Hasil diameter batang tanaman Koro hijau berdasarkan permberian
CMA dengan waktu yang berbeda...............................................….....45
Tabel 4.1. Rerata pertumbuhan panjang batang, jumlah daun dan diameter batang
tanaman Koro hijau..…………………………………………….…...46
Tabel 4.2. Rata-rata panjang akar per perlakuan dan kontrol…………………....49
Tabel 4.3. Persentase infeksi CMA………………............................….…...........51
Tabel 4.4.pH rata-rata Perlakuan dan Kontrol, Suhu dan Kelembaban udara.......60
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Koro hijau (Macrotyloma uniflorm) ................................................ 16
Gambar 4.1: Panjang akar koro hijau M1, M2, M3 dan Kontrol negatif ............. 50
Gambar 4.2: Hasil Pengamatan Endomikoriza ..................................................... 51
Gambar 4.3: Aphis cracivora Koch ..................................................................... 62
Gambar 4.4: Stomopterix subsecivella .................................................................. 63
Gambar 4.5: Akibat serangan Peanut Mottle Virus .............................................. 64
Gambar 4. 6: Akibat serangan Bean Yellow Mosaik Virus ................................... 65
Gambar 4.7: Eleusine indica dan Cyperus rotundus L ........................................ 66
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I: Data Pengamatan Indikator Pertumbuhan Koro Hijau ..................... 74
A. Tinggi Tanaman, Jumlah Daun dan Diameter Batang ..................................... 74
B. Hasil Panjang batangTanaman Koro Hijau Berdasarkan Pemberian CMA
dengan Waktu yang Berbeda ........................................................................... 75
C. Hasil Jumlah Daun Tanaman Koro Hijau Berdasarkan Pemberian CMA
dengan Waktu yang Berbeda ............................................................................ 76
D. Hasil Diameter Batang Tanaman Koro Hijau Berdasarkan Pemberian CMA
dengan Waktu yang Berbeda ............................................................................ 76
Lampiran II: Uji Statistik Pertumbuhan Koro Hijau ............................................ 76
A. Uji Normalitas Panjang Batang, Jumlah Daun dan Diameter Batang ............. 76
B. Uji Homogenitas ............................................................................................. 78
C. Uji Deskriptif dan Anova ................................................................................. 79
D. Uji Post Hoc; Uji Tukey HSD ......................................................................... 82
Lampiran III: Data Pengamatan Panjang Akar, Infeksi Mikoriza dan Faktor
Ekternal Pertumbuhan ...................................................................................... 86
A. Panjang Akar .................................................................................................... 86
B. Infeksi CMA .................................................................................................... 86
C. pH, Suhu dan Kelembapan ............................................................................... 89
Lampiran IV: Rancangan Hasil Penelitian untuk Pendidikan .............................. 91
A. Silabus………………………….. .................................................................... 91
B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................................................................ 96
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Instrumen Tes Tertulis ................................................................................... 109
D. Rubrik Penilaian Kognitif .............................................................................. 110
E. Instrumen Non-Test ........................................................................................ 112
Lampiran V: Dokumentasi Penelitian................................................................. 115
A. Bahan yang Digunakan .................................................................................. 115
B. Lokasi dan Tata letak Tanaman .................................................................... 115
C. Perlakuan dan Perawatan serta Pengambilan Data ........................................ 116
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah salah satu negara di Asia yang memiliki sumber daya
alam yang sangat kaya. Kekayaan alam tersebut tercermin dari keanekaragaman
hayati yang dimilikinya. Bentangan hutan dan lautan yang luas adalah contoh
konkretnya. Selain itu, Indonesia juga memiliki sumber daya energi yang
melimpah, baik itu berupa gas bumi, minyak bumi dan hasil tambang. Dengan
kekayaan sumber daya alam itulah, Indonesia sejauh ini mampu memenuhi
kebutuhan hampir seluruh penduduknya. Oleh karena itu, pengelolaan sumber
daya alam secara bijaksana dan berkelanjutan oleh pemerintah dan penduduk
Indonesia sangat diperlukan untuk menjaga kelestarian sumber daya alam itu
sendiri, yang berarti juga demi kesejahteraan penduduk Indonesia.
Kenyataanya, pengelolaan sumber daya alam di Indonesia belum berjalan
dengan baik. Apa yang terjadi masih berupa eksploitasi alam yang berlebihan,
bukan pengelolaan secara berkelanjutan. Akibatnya, kerusakan sumber daya alam
di Indonesia pun terjadi secara masif. Sayangnya lagi, eksploitasi tersebut tidaklah
selalu digunakan untuk memenuhi kebutuhan penduduk Indonesia, melainkan
untuk memenuhi tingkat kerakusan pihak-pihak tertentu. Dampaknya dapat
dibayangkan, yaitu terjadinya kerusakan alam secara progresif. Banyak hutan
mengalami penggundulan dan beralih fungsi menjadi lahan perkebunan yang
cenderung kurang ramah lingkungan. Kebakaran dan pembakaran hutan pun
terjadi di banyak wilayah Indonesia. Sejalan dengan itu, keanekaragaman hayati
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
tumbuhan dan hewan pun terancam. Sementara itu, di laut pun juga terjadi
hal yang sama. Eksploitasi hasil laut terjadi secara besar-besaran dan
menggunakan cara-cara yang tidak tepat. Kerusakan ekosistem laut, terumbu
karang dan menipisnya jumlah biota laut pun terjadi. Deretan eksploitasi alam
juga terjadi pada sumber-sumber energi seperti eksploitasi gas bumi, minyak
bumi, dan aneka jenis tambang yang lain.
Berdasarkan rentetan kerusakan sumber daya alam di atas, kerusakan alam
akibat bekas penambanganlah yang memiliki tingkat kesulitan dalam usaha
restorasi lahannya, sebab materi-materi bekas tambang yang diambil adalah
materi-materi yang tidak terbarukan. Salah satu jenis tambang yang banyak
beroperasi di Indonesia adalah tambang batu gamping (lime stone). Tambang batu
gamping atau kapur biasanya dilakukan di kawasan batuan karst. Di Indonesia
kawasan batuan karst tersebar hampir di setiap pulau besar seperti, Sumatera,
Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku dan
Papua (Anonim, 2013). Sedangkan berdasarkan penggolongannya, tambang batu
gamping merupakan merupakan bahan galian industri. Batuan gamping tersusun
dari batuan gamping non klastik; merupakan koloni binatang laut “gamping koral”
penyusun utama adalah koral dan batuan gamping klastik; hasil rombakan batu
gamping akibat erosi, transportasi dan sedimentasi (Zulkifli, 2014).
Di pulau Jawa, khususnya di kawasan Gunung Kidul, Yogyakarta, terdapat
sejumlah titik penambangan batuan gamping, baik yang masih beroperasi maupun
yang sudah berhenti beroperasi. Pada tahun 2015 terdapat 20 pabrik pengolahan
hasil tambang gamping. Sayangnya, hampir semua pabrik tersebut tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
mengantongi ijin operasi. Untunglah, pada tahun 2015, banyak pabrik pengolahan
hasil tambang gamping tersebut telah berhenti beroperasi, bersamaan dengan
terbitnya Peraturan Gubernur (pergub) no 31 tahun 2015. Munculnya pergub
tersebut merupakan tindak lanjut dari Undang-undang no 23 tahun 2014 tentang
pemerintah daerah (Pribadi, 2015).
Lepas dari polemik tentang legal penambangan, pergub dan perundangundangan di atas, praktek penambangan yang terjadi di daerah Gunungkidul telah
menyisakan dampak kerusakan lingkungan bagi kawasan Gunung Sewu Geo Park
yang telah ditetapkan oleh United Nation, Education, Science, Cultural
Organization (UNESCO) sebagai wilayah warisan dunia. Sebagai kawasan yang
telah dilindungi oleh UNESCO, seharusnya praktek ekploitasi lingkungan di
kawasan tersebut tidak boleh terjadi.
Pasca penambangan batu gamping umumnya meninggalkan kerusakan
lahan bekas tambang dengan proses konservasi yang lamban atau bahkan tidak
terjadi sama sekali. Padahal, jika ditekuni dengan serius, lahan bekas tambang
dapat dipulihkan kondisinya menjadi lahan produktif dan ekonomis serta
bermanfaat untuk menghidupkan kembali keanekaragaman hayati yang mungkin
pernah ada. Sebaliknya, jika lahan bekas tambang dibiarkan saja, justru akan
mengakibatkan tingkat kerusakan lingkungan hidup yang lebih besar. Selain itu,
ancaman buruk terhadap kualitas dan kuantitas air pun dapat terjadi.
Penambangan batuan gamping dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran air
bawah tanah, tertutupinya pori-pori batuan kapur sebagai resapan air sehingga
menurunkan kuantitas sumber air, dapat terjadi erosi antara wilayah karst dan non
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
kars, hilangnya top soil di wilayah kars yang mengancam biodiversitas
lingkungan sekitar, dan masih banyak lagi dampak yang lain (William, 2001).
Dalam suasana reflektif, saat merenungkan bahan retret tentang Laudato si
di Pantai Slili, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta pada bulan Juni 2015,
penulis merasa semakin diteguhkan untuk berbuat sesuatu bagi lingkungan hidup,
khususnya ketika membaca bagian ensiklik yang menyoroti soal hilangnya
keanekaragaman hayati. Dalam ensiklik tersebut disebutkan bagaimana sumber
daya bumi dijarah karena konsep ekonomi, perdagangan dan produksi jangka
pendek. Hilangnya hutan dan vegetasi lainnya membawa serta hilangnya spesies
yang dapat menjadi sumber daya yang sangat penting di masa depan, tidak hanya
untuk makanan tetapi juga untuk penyembuhan penyakit dan penggunaan lainnya.
Berbagai spesies mengandung gen yang bisa menjadi sumber daya kunci pada
tahun-tahun mendatang memenuhi kebutuhan manusia dan mengatur beberapa
masalah lingkungan (Fransiscus, 2015).
Sebagai
tindakan
nyata
atas
keprihatinan
terhadap
persoalan
keanekaragaman hayati di atas, penulis bersama sejumlah teman mahasiswa
Pendidikan Biologi Sanata Dharma, yang tergabung dalam Orang Muda Peduli
Konservasi Alam (OPERA), telah memulai banyak kegiatan konservasi. Tujuan
dari komunitas tersebut adalah untuk memberikan perhatian terhadap persoalan
konservasi alam, baik melalui kegiatan edukasi sederhana maupun kegiatan
konservasi. Berbagai kegiatan pun kami lakukan, dimulai dari kegiatan
pembibitan, edukasi ekologi dan pembuatan kebun herbal di SD Kanisius
Kotabaru, penanaman di Goa Maria Tritis, Pantai Watu Kodok dan Kebun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Pendidikan Biologi Sanata Dharma di desa Putat, Gunungkidul, Yogyakarta serta
beberapa jenis tanaman herbal di Laboratorium Pendidikan Biologi Sanata
Dharma.
Dalam tataran ranah akademik, penulis tetap ingin mewujudkan perhatian
di bidang konservasi dengan melakukan sebuah penelitian yang terkait dengan
reklamasi lahan bekas tambang, yaitu “Pengaruh Waktu Pemberian Cendawan
Mikoriza Arbuskular terhadap Pertumbuhan Koro Hijau (Macrotyloma
uniflorm) sebagai Tumbuhan Pionir Pengembalian Kesuburan Tanah Bekas
Tambang Kapur”.
Gagasan ini awalnya muncul karena dipicu oleh ajakan
seorang teman (Tegar Yudha Restuti S.Pd) untuk menyusun sebuah proposal
penelitian tentang cara melakukan reklamasi lahan bekas tambang secara efektif
dengan menggunakan cendawan mikoriza arbuskular. Cendawan mikoriza adalah
jenis cendawan yang dapat bersimbiosis mutualistik dengan banyak jenis
tanaman. Simbiosis tersebut terjadi pada bagian akar tanaman. Dalam simbiosis
ini, tanaman dibantu oleh cendawan mikoriza dalam mengabsorbsi nutrisi dari
dalam tanah. Sebagai gantinya, cendawan mikoriza mendapatkan karbohidrat dari
tanaman guna mendukung pertumbuhan.
Pada penelitian ini, penulis memilih jenis tanaman Koro Hijau
(Macrotyloma uniflorm) sebagai jenis tanaman yang diharapkan dapat
bersimbiosis secara baik dengan cendawan mikoriza. Koro hijau adalah jenis
tanaman dengan usia pendek yang mudah didapat, mudah dalam penanaman,
perawatan dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Selain itu, tanaman koro
hijau adalah jenis tanaman Leguminoceae yang umumnya sangat efektif dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
melakukan fiksasi nitrogen. Dengan kata lain, selain dapat bermutualisme dengan
mikoriza, koro hijau juga dapat menambat nitrogen yang nantinya juga memiliki
potensi dalam menyuburkan kembali lahan bekas tambang.
Penelitian tentang reklamasi lahan bekas tambang ini menjadi lebih
menarik pada saat kegiatan tersebut sejalan dengan concern yang penulis miliki.
Meskipun di daerah Yogyakarta, tempat di mana penulis menempuh studi, tidak
terlalu merasakan adanya dampak dari kerusakan lingkungan hidup akibat
penambangan, namun peneliti merasakan pentingnya nilai penelitian ini dalam
konteks yang lebih luas. Dengan kata lain, jika nantinya aplikasi dari hasil
penelitian ini membuahkan hasil yang baik, hasil tersebut dapat digunakan untuk
proses reklamasi lahan bekas tambang batu gamping di banyak tempat lain di
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang ingin diteliti yaitu :
1. Apakah waktu pemberian CMA memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman koro hijau?
2. Apakah terjadi simbiosis mutualistik antara mikoriza dengan tanaman koro
hijau sebagai tumbuhan pionir?
3. Apakah pemberian CMA memiliki pengaruh lebih besar bagi pertumbuhan
tanaman koro hijau dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman kontrol (tanpa
pemberian CMA)?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
C. Batasan Masalah
1. Penelitian ini tidak meliputi pengamatan terhadap jenis-jenis cendawan
mikoriza yang bersimbiosis mutualistik dengan tanaman koro hijau.
2. Identifikasi spesies CMA yang digunakan tidak dilakukan.
3. Penelitian tidak dilakukan lokasi tambang bekas kapur, melainkan dengan
mengambil sampel tanah dari lokasi bekas tambang atas dasar hasil
observasi.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk:
1. Menguji pengaruh waktu terhadap pemberian CMA pada tanaman Koro
hijau.
2. Menguji ada tidaknya simbiosis mutualistik yang terjadi antara CMA dan
tumbuhan koro hijau sebagai tumbuhan pionir.
3. Menguji pengaruh pemberian CMA memiliki pengaruh lebih besar
terhadap pertumbuhan tanaman koro hijau dibandingkan dengan
pertumbuhan tanaman kontrol (tanpa pemberian CMA).
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat mengetahui pengaruh waktu pemberian CMA dalam usaha
menyuburkan kembali lahan bekas tambang batu kapur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumbangan materi
pembelajaran biologi di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), khususnya pada
materi pembelajaran tentang kerusakan lingkungan dan upaya pelestariannya di
kelas X atau tentang pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada kelas XII.
3. Bagi Siswa
Penelitian ini dapat diaplikasikan oleh para siswa dengan bentuk yang
lebih sederhana dalam suatu praktikum. Dengan cara itu, pemahaman siswa
terhadap persoalan lingkungan hidup menjadi lebih baik, sebab mereka langsung
mempraktekkannya.
4. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi kegiatan-kegiatan konservasi dan
pengembangan lahan bekas tambang, khususnya batu kapur. Selain itu,
lingkungan alam yang telah dieksploitasi dapat dikembalikan fungsinya sebagai
sumber daya alam yang memiliki lebih banyak manfaat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
DASAR TEORI
A. Cendawan Mikoriza
1. Pengertian Mikoriza
Mikoriza merupakah hubungan mutualistik antara akar dan cendawan.
Tumbuhan inang menyediakan fungi dengan suplai gula yang tetap. Sementara
itu, cendawan meningkatkan area permukaan bagi pengambilan air dan juga
menyuplai tumbuhan dengan fosfat dan mineral-mineral lain yang diabsorbsi dari
tanah. Mikoriza juga menyekresikan faktor-faktor pertumbuhan yang merangsang
akar untuk tumbuh dan bercabang, seperti antibiotik yang membantu melindungi
tumbuhan dari patogen-patogen di dalam tanah (Campbell, 2010).
Simbiosis mutualistik utama mikoriza terdiri dari dua tipe: ektomikoriza
dan mikoriza arbuskular (endomikoriza). Dalam ektomikoriza, miselum (masa
hifa yang bercabang) membentuk selubung yang rapat, atau mantel, di permukaan
akar. Hifa cendawan membentang dari mantel ke dalam tanah, sehingga
meningkatkan area permukaan absorpsi air dan mineral. Hifa juga tumbuh ke
dalam korteks akar. Hifa ini tidak menembus sel-sel akar namun membentuk
jejaring di apoplas, atau rongga ekstraselular, yang memfasilitasi pertukaran
nutrien antara fungi dan tumbuhan (Campbell, 2010).
Mikoriza memiliki peranan penting bagi kawasan tanah yang miskin
nutrisi, membantu dalam proses dekomposisi sampah-sampah organik, translokasi
jenis-jenis nutrien seperti nitrogen dan fosfor dari tanah ke jaringan akar. Dengan
kata lain, mikoriza meningkatkan kapasitas akar untuk menyerap nutrien,
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
menyediakan akumulasi ion secara selektif dan penyerapannya, memobilisasi
macam-macam nutrien pada tanah-tanah yang kurang subur, meningkatkan
kemampuan tanaman untuk menyerap air dari tanah. Mikoriza juga mengurangi
tingkat kerentanan inangnya terhadap invasi patogen dengan memanfaatkan akar
karbohidrat dan unsur-unsur kimiawi lain menjadi lebih menarik bagi patogen.
Mikoriza menyediakan pembatas fisik bagi patogen dan sebagai gantinya,
tanaman menyediakan cadangan karbohidrat secara konstan bagi mikoriza (Robert
dan Thomas, 2001).
Akar tanaman dapat membentuk simbiosis mikoriza hanya jika terpapar
oleh spesies cendawan yang sesuai. Akar tanaman yang terinfeksi cendawan
umumnya lebih tebal, lebih pendek dan lebih bercabang-cabang. Di alam, sekitar
10 % famili tumbuhan memiliki spesies yang membentuk asosiasi dengan
mikoriza dan banyak di antara spesies-spesies tersebut merupakan tumbuhan
berkayu, termasuk anggota family pinus, spruce, ek, walnut, brich, willow dan
eukaliptus (Campbell, 2010).
2. Kelompok Cendawan Mikoriza
Kelompok cendawan mikoriza yang paling penting dan melimpah adalah
cendawan mikoriza arbuskular (CMA), cendawan ektomikoriza (CEM) dan
cendawan mikoriza ericoid (CME). CMA melimpah di daerah padang rumput,
savana dan hutan-hutan tropis dan banyak bersasosiasi dengan jenis rerumputan,
jenis tanaman herbal, tanaman-tanaman tropis, dan tanaman semak belukar. CEM
berasosiasi dengan 6000 jenis spesies tanaman dan melimpah di daerah yang
beriklim sedang dan daerah hutan tropis. CME melimpah di daerah padang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
rumput di mana mereka dapat berasosiasi dengan tanaman dari keluarga Ericaceae
(Treseder, 2013).
Dari ketiga jenis mikoriza di atas, CMA adalah jenis cendawan yang
banyak berperan dalam meningkatkan keanekaragaman hayati tumbuhan di alam.
Sebagai contoh, CMA meningkatkan biodiversitas tanaman dan padang rumput
sekitar 30%. CMA juga memberikan kemudahan dalam hal pembibitan tanaman,
khususnya pada saat proses penyemaian biji, sebab CMA dapat membantu bijibijian tanaman memiliki kemampuan lebih cepat dalam memperoleh nutrisi yang
diperlukan (Khasa dkk, 2009).
3. Taksonomi CMA
Glomeromycota adalah filum cendawan yang dikenal bersimbiosis obligat
dengan jenis tanaman yang hidup di darat. Bentuk simbiosis tersebut disebut
mikoriza. Dalam perkembangannya, spesies-spesies dari filum ini digambarkan
dan dinamai berdasarkan pengenalan terhadap morfologi sporanya. Pengenalan
spora itu sendiri dilakukan dengan mengidentifikasi apakah terdapat di sekitar
perakaran tanaman, di luar perakaran atau di permukaan tanah. Pengenalan
terhadap spesies-spesies filum glomeromycota di jaman modern ini dilakukan
dengan melakukan skuen rRNA dengan metode analisis small subunit (SSU) dan
large subunit (LSU). Menurut Schubler (2010) filum Glomeromycota terdiri dari
4 buah ordo, 11 famili dan 27 genus. Gambaran taksonomi Glomeromycota dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Tabel 2.1: Taksonomi CMA Menurut Schubler (2010)
Filum Glomeromycota
Kelas Glomeromycetes
Ordo
Famili
Glomerales
Glomeraceae
Clariodeoglomuraceae
Diversiporales
Gigasporaceae
Acaulosporaceae
Pacisporacea
Diversisporaceae
Paraglomerales
Archaesporales
Sacculosporaceae
Paraglomeraceae
Geosiphonaceae
Ambisporaceae
Archaeosporaceae
Genus
Dominikia
Funneliformis
Glomus
Kamiesnskie
Rhizophagus
Sclerocystis
Septoglamus
Clariodeoglomus
Bulbospora
Cetraspora
Dentiscustata
Gigaspora
Intraornatospora
Paradentiscutata
Racocetra
Scutellospora
Acaulospora
Pacispora
Corymbiglomus
Diversipora
Otospora
Redeckera
Tricispora
Sacculospora
Paraglomus
Geosiphon
Ambispora
Archaeospora
Spesies
Dominikia aurea
Funneliformis africanum
Glomus australe
Kamienskia perpusilla
Rhizophagus arabicus
Sclerocystis alba
Septoglomus fuscum
Claroideoglomus
etunicatum
Bulbospora minima
Cetraspora auronigra
Dentiscutata erythropus
Gigaspora candida
Racocetra gregaria
Scutellospora alterata
Acaulospora cavernata
Pacispora patagonica
Corymbiglomus tortuosum
Diversispora gibbosa
Otospora bareae
Redeckera pulvinatum
Sacculospora felinovii
Paraglomus brasilianum
Geosiphon pyriformis
Ambispora callosa
Archaeospora schenckii
Meskipun metode dan cara identifikasi spesies-spesies cendawan semakin
modern, Schubler (2010) mengakui masih banyak kekurangan. Banyak genus dan
spesies dari filum Glomeromycota diidentifikai dengan bukti yang kurang
memadai. Salah satu alasannya adalah karena kekurangan bukti penelitian.
Bahkan, dalam beberapa kasus, taksonomi CMA hanya dapat diidentifikasi
hingga tingkat genus. Contohnya adalah seperti pada genus Intraornatospora,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Paradentiscutata dan Tricispora. Di Indonesia, jenis mikoriza yang paling banyak
berasal dari tiga genus Glomus, Acaulospora, dan Gigaspora. Ketiga genus
cendawan tersebut sering berperan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman
(Musfufah, 2016).
Taksonomi CMA bervariasi terkait dengan kontribusinya terhadap
pengambilan nutrisi bagi tanaman. Beberapa genus, seperti Scutellospora dan
Gigaspora membentuk sejumlah hifa yang luas sehingga dapat mengakuisisi
nutrien secara lebih baik. Genus yang lain seperti Glomus, Funneliformis dan
Rhizophagus membentuk biomasa hifa lebih sedikit, dan membentuk mutualisme
yang lebih rendah. Namun, produksi yang lebih besar terhadap ekstra radikal hifa
tidak selalu membawa pada keuntungan bagi tanaman. Sejauh rasio antara
persentase panjang akar yang terkolonisasi dan ekstra radikal biomasa hifa
beragam, tidaklah terlalu jelas sejauh apa baiknya panjang akar yang terkolonisasi
menyatakan keuntungan yang diperoleh tanaman inang jika harus melampau
macam-macam taksonomi CMA (Verhoef, 2010).
4. Keuntungan CMA bagi Tanaman
Dilihat dari sisi keuntungannya bagi berbagai jenis tanaman, CMA dapat
membantu tanaman dalam hal, yaitu:
a. Meningkatkan daya serap air dan hara terutama yang relatif immobile
seperti P, Cu dan Zn, juga yang relatif mobil seperti K, S, NH4+, dan Mo.
b. Menurunkan stress tanaman akibat infeksi patogen akar, kondisi tanah
salin, kelembaban tanah yang rendah, temperatur tanah yang tinggi serta
faktor-faktor merugikan yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
c. Meningkatkan toleransi tanaman terhadap defisiensi hara pada tanah
tidak subur, dan terhadap kemasaman dan toksisitas Al, Fe dan Mn pada
tanah masam.
d. Meningkatkan nodulasi dan daya fiksasi N2 oleh Rhizobium pada
simbiosis legume.
e. Meningkatkan serapan dan toleransi tanaman terhadap toksisitas Zn.
f. Merangsang laju fotosintesis dan transportasi fotosintat ke akar, produksi
hormon sitokinin, auksin gibberellin, dan eksudasi asam-asam organik
dari akar, serta permeabilitas membran terhadap lintasan hara.
g. Mempercepat fisiologis definitif, sehingga waktu berbunga dan panen
dipercepat, serta meningkatkan daya tahan tanaman pada awal
penanaman.
h. Berperan penting dalam konservasi dan pendauran hara dalam tanah,
dalam agregasi tanah dan mengurangi erosi atau pelindian hara tanah
(Kemas, 2005).
B. Macrotyloma uniflorum
1. Klasifikasi Macrotyloma uniflorm
Koro hijau adalah jenis tanaman dari keluarga Fabaceae (polongpolongan) yang penting namun tidak banyak dikenal sebagai jenis tanaman yang
dapat dibudidayakan. Tanaman ini tumbuh di banyak negara, khususnya di
negara-negara tropis dan sub-tropis. Berikut ini adalah klasifikasi dari koro hijau
menurut Uttam (2014):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Kingdom
: Plantae
Division
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Order
: Fabales
Family
: Fabaceae
Genus
: Macrotyloma
Species
: Macrotyloma uniflorum L.
2. Distribusi Macrotyloma uniflorum
Macrotyloma uniflorum juga dikenal dengan naman Dolichos uniflorum.
Menurut United State Department of Agricultur (USDA) kedua nama tersebut
mengacu pada spesies yang sama. Tanaman terebut adalah asli tanaman tropis.
Kemungkinan, tanaman tersebut mengalami domestisasi di India, di mana
tanaman tersebut telah dikenal di sana sejak jaman prasejarah. Di Jawa, tumbuhan
ini memiliki nama lokal: kara krupuk, kara hijau atau koro legi, sedangkan di
Sunda, nama tanaman ini adalah roway atopese.
Saat ini, M. uniflorm banyak dibudidayakan di daerah Asia Selatan dan
India, Myanmar dan Afrika. Tanaman ini biasanya tumbuh hingga pada
ketinggian 0-1800 mdpl. Iklim tropis dan sub-tropis sangat ideal bagi
pertumbuhan tanaman ini. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di daerah lahan
kering dengan suhu antara 25-35°C. Tanaman ini mampu beradabtasi dengan
berbagai jenis tanah seperti pasir, kerikil hingga di tanah liat. Pada tanah lempung
yang terlalu basa, jenis tanaman ini kurang tumbuh dengan baik. pH normal bagi
pertumbuhan tanaman ini adalah 5.5-8. M. uniflorm dibudidayakan menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
bijinya. Waktu penanaman yang baik dapat dilakukan pada akhir bulan Juni.
Tanaman ini akan mulai berbunga dan berbuah antara bulan Agustus ke Oktober.
Secara umum, usia tanaman ini adalah 4-6 bulan.
3. Morfologi Tanaman
Tanaman ini termasuk Fabaceae (Leguminoceae) yang tergolong subfamili Foboidea. Bunganya berbentuk kupu-kupu. Di pulau Jawa dijumpai empat
jenis legum ini, yang umumnya ditanam sebagai tanaman pagar dan sayuran.
Polong-polong yang masih muda berasa manis dan berwarna hijau tua.
Berdasarkan morfologinya, legum ini berumur satu musim atau beberapa musim
tergantung pada varietasnya.
Gambar 2.1. Koro Hijau (Macrotyloma uniflorm)
Tanaman ini tumbuh menjalar dan membelit ke kiri pada tanaman lain
yang hidup di dekatnya. Tinggi dan panjang tanaman bisa mencapai 3-6 m. Daun
tumbuhan ini majemuk, beranak tiga, berbentuk delta, segitiga atau bulat telur
melebar dengan ujung daun meruncing. Panjang tangkai daun 2-14 cm; lebar 2,512 cm; panjang daun 2,5-14 cm. Bunga muncul pada ketiak daun berbentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
tandan, masing-masing tandan berisi 2-6 bakal bunga. Bunga berwarna jingga
pucat campur putih atau kuning pucat. Polong berwarna hijau tua, bagian ata
polong membentuk garis dan bagian bawah melengkung dengan ujung polong
membengkok dan membulat seperti sabit. Untuk meningkatkan daya dukung dan
nilai tambah lahan pertanian, tanaman ini dapat ditanam di sela-sela tanaman di
pematang, atau di sekitar pagar tanaman di pekarangan rumah. Pertumbuhan
tanaman ini sangat cepat, hasil pengamatan yang dilakukan di India menunjukkan
dalam waktu 6-7 minggu setelah tanam, mampu menghasilkan hijauan segar
sebanyak 5-12 ton per hektar (Purwanto, 2007).
4. Kegunaan Tanaman
Seperti sifat Fabaceae secara umum, legum ini juga sangat baik digunakan
sebagai tanaman penyubur tanah yang dapat meningkatkan daya dukung lahan.
Legum ini mampu menyediakan hijauan segar sumber bahan organik serta
mempunyai bintil akar yang mengandung bakteri Rhizombium. Menurut
Rachman dkk (2010), dedaunan hijau (pupuk hijau) memiliki unsur nitrogen yang
kaya yang bermanfaat bagi jenis tanaman lain. Selain itu, pupuk hijau legum lebih
mudah terdekomposisi jika ditimbun dalam tanah. Dengan kata lain, jika tujuan
utama dari pemberian pupuk hijau adalah untuk penambahan dan penyediaan
unsur hara secara relatif cepat, maka lebih baik pemberian pupuk hijau dilakukan
dengan cara dicampur atau dibenamkan. Penambahan pupuk hijau bisa dilakukan
dalam bentuk segar bila rasio C atau N dari bahan tanaman yang digunakan relatif
rendah. Sedangkan bila rasio C atau N terlalu tinggi lebih baik dikompos lebih
dahulu. Dalam kaitannya dengan proses penyuburan tanah, M. uniflorm lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
banyak dimanfaatkan petani sebagai tanaman lorong (alley cropping). Sebagai
tanaman lorong, M. uniflorm banyak ditumpangsarikan misalnya jagung dan
bunga matahari, namun terbuka juga dengan jenis tanaman budidaya lainnya.
Menurut Kumar (2010) tanaman M. uniflorm sangat produktif dalam membantu
pertanian tanaman budidaya dengan menyediakan kesuburan tanah, khususnya
terhadap ketersediaan unsur N dalam tanah dan terciptanya iklim mikro di sekitar
tanaman budidaya, misalnya jagung, bunga matahari dan jenis-jenis tanaman yang
lain. Sebagai tanaman penutup tanah, legum ini sangat baik ditanam pada musim
kemarau, karena sangat toleran terhadap kekeringan. Dalam penananmannya,
dapat ditumpangsarikan dengan tanaman jagung atau ubi kayu.
Buah polong mudanya dapat digunakan sebagai bahan sayuran, sedangkan
bijinya dapat digunakan bahan baku pembuatan tempe, taoco ataupun kecap. Biji
koro hijau dapat juga dijadikan sebagai sumber nutrisi bagi warga masyarakat
yang kurang mengkonsumsi daging, khususnya di negara-negara yang
berkembang. Biji koro dikenal juga menjadi sumber protein dan nutrisi lainnya.
Biji koro mengandung karbohidrat 57.2%, protein 22%, serat 5.3%, lemak 0.5%,
kalsium (287mg), fospor (311mg), besi (6.77mg) dan kalori (321 kkal) dan
vitamin (Bhartiya dkk, 2015).
Selain sebagai sumber makanan yang memiliki nilai tinggi nutrisi, biji
koro hijau juga memiliki manfaat sebagai tanaman obat. Di India, di mana jenis
tanaman ini sangat populer, tanaman ini merupakan jenis tanaman yang banyak
dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional yang dapat menyembuhkan berbagai
penyakit di antaranya adalah penyakit hati, asma, bronkitis, cacingan dan batu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
ginjal (Ravishankar, 2012).
Tanaman koro hijau juga membantu dalam
menurunkan kadar kolesterol, sebagai antioksidan, kekurangan gizi, dan
pengobatan bagi penyakit kuning (Mehra, 2013). Pemanfaatan koro hijau sebagai
obat tradisional lebih banyak menggunakan tepung dan ekstrak dari biji koro hijau
itu sendiri serta mengkonsumsinya. Pemanfaatan dengan cara lain dapat dilakukan
dengan mengkonsumsi kecambah dari koro hijau itu sendiri, misalnya
mencampurnya dengan salad. Mengkonsumsi kecambah koro hijau lebih memiliki
banyak manfaat, selain memiliki kandungan vitamin A, C, thiamin, potassium dan
zat besi, kecambah juga membantu mengurangi produksi gas dalam pencernakan
dibandingkan dengan mengkonsumsinya dalam bentuk kering (Anonim, 2013).
C. Batuan Kapur
1. Formasi Batuan Karst
Batu kapur, dolomit, marmer atau batuan karbonat adalah formasi utama
pembentuk batuan karst. Karst adalah tipe topografi yang dibentuk oleh batuan
kapur, gypsum, dan batuan-batuan lain yang mengalami peleburan sehingga
membentuk lubang-lubang tanah, goa-goa dan daerah drainase bawah tanah.
Kawasan karst merupakan kawasan yang meliputi 10% wilayah permukaan bumi
(Langer, 2001. Saat ini ada perhatian besar terhadap perilaku manusia terhadap
lingkungan kawasan karst. Perhatian tersebut muncul karena dimotivasi oleh
dampak yang ditimbulkan atas kerusakan lingkungan kawasan karst terhadap
kualitas kehidupan manusia. Banyak aktivitas manusia secara negatif berakibat
pada kawasan karst di antaranya penggundulan hutan, kegiatan pertanian,
urbanisasi, turisme, eksploitasi air, penambangan dan penggalian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Proses natural terbentuknya batuan karst terjadi selama ratusan ribu tahun.
Formasi karst terjadi dengan meliputi interaksi antara batuan karbonat dan
perairan yang sedikit asam. Asam karbonat adalah asam ringan yang terbentuk
oleh air hujan dan reaksi karbon dioksida. Pada saat air hujan melalui tanah, air
menyerap lebih banyak karbon dioksida dan menjadi lebih asam. Batuan karbonat
yang dialiri oleh air hujan yang telah menjadi asam akan membentuk rekahan dan
air merembes ke lapisan lebih rendah. Semakin sering dan banyak air yang
melalui rekahan itu, maka rekahan itu pun akan menjadi semakin besar. Dengan
cara seperti itulah goa-goa dan saluran-saluran air di batuan karst terbentuk
(William, 2001).
2. Wilayah Karst di Gunungkidul
Wilayah Karst di Gunungkidul tersmasyur di dunia dengan sebutan Karst
Gunung Sewu yang diperkenalkan pertama kali oleh Danes (1910) dan Lehmann
(1936) dalam Adji, (2009). Karst ini dicirikan dengan berkembangnya kubah
karstt (kegelkarstt), yaitu bentukan positif yang tumpul, tidak terjal atau sering
diistilahkan kubah sinusoidal. Kegelkarstt ini dikategorikan sebagai bagian dari
tipe karst tropis. Sebagai salah satu kawasan karst di Indonesia, Gunung Sewu
dapat dikategorikan sebagai karst jenis terbuka (bare/nackters karst) yang
dicirikan oleh bentukan karst yang merupakan fenomena termashyur dari tipografi
karst yang sangat khas berupa conical hills yang tidak dijumpai pada kawasan
karstt lain di seluruh dunia (Adji, 2009).
Gunung Sewu merupakan bagian dari zona pegunungan selatan Jawa
yang terbentuk dari pengangkatan batuan karbonat berumur Miosen (25 Juta tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
lalu) yang kemudian larut membentuk bentang alam karst. Luas kawasan Gunung
Sewu terbentang dari Barat sampai ke Timur, dimulai dari pantai Parangtritis
hingga Teluk Pacitan. Luasnya mencapai 126.000 hektar dan mencakup 3 provinsi
yakni Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten
Wonogiri, Jawa Tengah dan Kabupaten Pacitan Jawa Timur.
Kabupaten Gunungkidul memiliki luas wilayah 1.485,36 km2 atau 46,
63% dari luas wilayah Yogyakarta dan terdiri dari 18 kecamatan serta 144 desa.
Kawasan Geopark Gunung Sewu terdiri dari 33 situs, yang terdiri dari 30 situs
geologi dan 3 situs non geologi. Wilayah Gunungkidul memiliki banyak potensi,
di antaranya sebagai obyek ekowisata hutan dan alam pegunungan, agrowisata
pertanian, wisata pantai, goa, variasi flora dan fauna, keunikan bidaya dan
kehidupan masyarakat lokal serta budayanya (Abida dkk, 2015).
3. Tambang Kapur dan Jenis Tanah
Menurut
undang-undang Direktorat Jendral Mineral dan Batubara,
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral no.4 Tahun 2009, pertambangan
adalah sebagaian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,
pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan
umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian,
pengangkutan
dan
penjualan,
serta
kegiatan
pascatambang.
Berdasarkan undang-undang yang sama juga dikatakan bahwa asas dan tujuan
pertambangan mineral dan/atau batubara dikelola berasaskan:
a. manfaat, keadilan, dan kesimbangan;
b. keberpihakan kepada kepentingan bangsa;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
c. partisipatif, transparasnsi, dan akuntabilitas;
d. berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Berdasarkan jenisnya, pertambangan dapat dibagi menjadi dua bagian; 1.
tambang terbuka: Semua kegiatan dilakukan di permukaan tanah. Pada kegiatan
ini, khususnya untuk bahan galian industri dinamakan quarry mining. 2. Tambang
bawah tanah: Tambang bawah tanah disebut juga dengan istilah lubang tikus
(Geophering). Pertambangan ini diterapkan untuk endapan bahan galian industri
atau urat bijih dengan bentuk dan ukuran tidak teratur serta tersebar tidak merata.
Arah penambangannya mengikuti arah bentuk endapan atau urat bijih yang
ditambang.
Berdasarkan dua jenis tambang di atas, tambang batuan kapur merupakan
jenis tambang terbuka. Batuan kapur memiliki dua ciri yaitu; 1. non klastik: yang
terdiri dari koloni binatang laut “gamping koral” penyusun utama adalah koral. 2.
klastik: hasil rombakan batu gamping akibat erosi, trasporasi, sortasi dan
sedimentasi.
3.1 Sifat Batu Kapur
Berikut ini adalah beberapa sifat batu gamping:
a. Secara kimia terdiri dari kalsium karbonat dan magnesium atau
gamping dolomitan
b. Berat jenis = 2
c. Keras, pejal dan porous
d. Warna putih susu, abu-abu muda, coklat, merah, hitam.
e. Batu gamping metamorfosa menjadi marmer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
f. Ditemukan di gua-gua gamping
3.2 Manfaat Batu Kapur
a. Campuran bahan bangunan pembuatan pondasi, plester, jalan
b. Penetral keasaman tanah
c. Bahan baku semen Portland
d. Bahan pemutih, penggosok, keramik, tahan api
e. Bahan penjernih air.
3.3 Jenis Tanah di Sekitar Wilayah Berkapur
Jenis tanah dapat dikenali pertama-tama dengan mengetahui sifat fisik
tanah itu sendiri. Secara keseluruhan sifat fisik tanah ditentukan oleh: 1. Ukuran
komposisi partikel-partikel hasil pelapukan bahan penyusun tanah, 2. Jenis dan
proporsi komponen-komponen penyusun partikel-partikelnya; 3. Keseimbangan
antara suplai air, energi dan bahan dengan kehilanganya, 4. Intensitas reaksi
kimiawi dan biologis yang telah atau sedang berlangsung (Kemas, 2005).
Berdasarkan sifat-sifat fisik tanah di atas, terdapat tiga macam jenis tanah
yang terdapat di sekitar wilayah batuan kapur, yaitu tanah grumusol, tanah kapur,
dan tanah litosol. Tanah grumusol terbentuk dari pelapukan batuan kapur dan
tuffa vulkanik. Kandungan organik di dalamnya lebih rendah karena dari batuan
kapur, jadi dapat disimpulkan tanah ini tidak subur dan tidak cocok untuk
ditanami tanaman. Tekstur tanah ini kering dan mudah pecah, terutama saat
musim kemarau dan memiliki warna hitam. pH yang dimiliki netral hingga
alkalis. Tanah ini biasanya berada di permukaan yang tidak lebih dari 300 meter
dari permukaan laut dan memiliki bentuk topografi datar hingga bergelombang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Perubahan suhu pada daerah yang terdapat tanah grumusol sangat nyata ketika
panas dan hujan. Sementara itu, tanah kapur adalah tanah yang berasal dari batuan
kapur yang mengalami pelapukan. Karena terbentuk dari tanah kapur maka bisa
disimpulkan bahwa tanah ini tidak subur dan tidak bisa ditanami tanaman yang
membutuhkan banyak air. Namun jika ditanami oleh pohon yang kuat dan tahan
lama seperti pohon jati dan pohon keras lainnya. Selanjutnya, tanah litosol
merupakan tanah yang baru mengalami perkembangan dan merupakan tanah yang
masih muda. Terbentuk dari adanya perubahan iklim, topografi dan adanya
vulkanisme. Untuk mengembangkan tanah ini harus dilakukan dengan cara
menanam pohon supaya mendapatkan mineral dan unsur hara yang cukup.
Tekstur tanah litosol bermacam-macam ada yang lembut, bebatuan bahkan
berpasir (Yulia, 2015).
D. Penelitian yang Relevan
Musfufah dkk (2016) melakukan sebuah penelitan dengan judul Uji
Kemampuan Spora Cendawan Mikoriza Arbuskular (CMA) Lokal Bali pada
Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max L.). Tujuan dari penelitian tersebut
adalah untuk mengetahui dosis isolat CMA untuk meningkatkan pertumbuhan
tanaman kedelai. Percobaan dilaksanakan selama 2 bulan di Rumah Kaca Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Udayana. Parameter yang diamati dalam
penelitian ini adalah tinggi tanaman, lebar daun, bobot basah tanaman dan bobot
kering tanaman. Hasil penelitian mennjukkan bahwa inokulasi spora CMA lokal
Bali pada tanaman kedelai (Glycine max L.) menunjukkan pengaruh yang berbeda
nyata (P<0,05) pada jumlah daun, panjang daun, bobot basah akar, dan persentase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
kolonisasi mikoriza pada akar kedelai. Parameter tinggi tanaman, lebar daun,
bobot basah tanaman, dan bobot kering tanaman menunjukkan pengaruh yang
berbeda tidak nyata (P>0,05) pada uji ANOVA taraf 5%.
Sementara itu, Muryanto (2012) juga melakukan peneltian yang sejenis
berjudul Uji Efektivitas dan Multiplikasi Spora Cendawan Mikoriza Arbuskula
(CMA) pada Berbagai Media Pembibitan Dalbergia latifolia dengan tujuan; 1.
Menguji efektivitas CMA pada berbagai media terhadap pertumbuhan bibit D.
latifolia, 2. Menguji inevektifitas CMA dalam berbagai media pada pembibitan D.
latifolia dan mengetahui perkembangan jumlah spora CMA dalam berbagai media
pembibitan. Hasil penelitian menunjukkan efektivitas CMA terhadap tinggi bibit,
diameter batang dan jumlah daun menunjukkan rerata paling baik, khususnya
pada media tanah: pasir (1:1). Adapun jenis media tanah: pasir: arang sekam
(1:1:1) merupakan media terbaik untuk berat basah, berat akar, berat kering dan
volume akar. Campuran media tanah, sekam dan pasir merupakan media terbaik
untuk inefektivitas CMA 43% dan multiplikasi spora CMA. Selain itu, campuran
media tanah dan pasir merupakan media yang memberikan hasil terbaik untuk
parameter pertumbuhan jumlah daun, tinggi tanaman dan diameter batang.
E. Kerangka Berpikir
Di daerah Gunung Kidul terdapat sejumlah lahan bekas tambang yang
umumnya tidak terurus dengan baik. Salah satu daerah yang memiliki banyak
lahan bekas tambang batu kapur adalah desa Ponjong. Jika dibiarkan begitu saja,
lahan bekas tambang membutuhkan waktu yang sangat lama agar dapat
dimanfaatkan menjadi lahan yang produktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Koro hijau adalah salah satu jenis tanaman kacang-kacangan yang
memiliki potensi besar sebagai tanaman budidaya, sekaligus sebagai tanaman
pionir yang mampu mengembalikan tingkat kesuburan tanah lahan bekas
tambang. Koro hijau dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah yang kering,
berbatu dan berpasir seperti yang terdapat pada lahan-lahan bekas tambang di
desa Ponjong.
Lahan bekas tambang kapur yang didominasi oleh tanah kapur, tanah
grumosol dan tanah litosol, memiliki potensi besar untuk direklamasi dengan
memanfaatkan tanaman Koro hijau yang disimbiosiskan dengan cendawan
mikoriza arbuskular. Untuk menguji potensi tersebut perlu dilakukan eksperimen
pengaruh waktu pemberian CMA terhadap pertumbuhan Koro hijau.
Berikut ini adalah diagram kerangka berpikir dalam penelitian ini:
Budidaya tanaman Koro
hijau
Bekas Tambang batu
kapur di Desa Ponjong,
Gunung Kidul, DIY
Keadaan tanah bekas
tambang batu kapur
Tanah grumusol, tanah
kapur, dan tanah litosol
Simbiosis mutualistik
antara CMA dan Koro
hijau
Pengaruh waktu
pemberian CMA terhadap
pertumbuhan Koro Hijau
Gambar 2.2: Diagram Kerangka Berpikir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
F. Hipotesis
1. Waktu pemberian CMA berpengaruh terhadap simbiosis antara CMA dengan
tanaman inang ( Koro hijau).
2. Waktu simbiosis mutualistik CMA dan Koro hijau yang paling baik terjadi
pada perlakuan M1 (saat tanaman berusia 1 Minggu).
3. Pemberian CMA memiliki pengaruh lebih besar bagi pertumbuhan tanaman
Koro hijau dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman kontrol (tanpa pemberian
CMA).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan model rancangan
eksperimental. Penelitian eksperimental adalah penelitian yang ingin mencoba
untuk mempengaruhi variabel tertentu, bukan hanya untuk mendeskripsikan suatu
keadaan tertentu, tetapi untuk memepengaruhi dengan melakukan perlakuan
tertentu. Penelitian ini adalah satu-satunya penelitian yang sungguh menguji
hipotesa tentang hubungan sebab akibat. Penelitian yang ingin membuktikan suatu
hipotesa. Penelitian ini sekurang-kurangnya memiliki satu variabel bebas dan satu
atau lebih variabel terikat. Dalam penelitian ini, variabel bebas dimanipulasi untuk
melihat apakah ada akibatnya terhadap variabel yang terikat. Selanjutnya, peneliti
menentukan perlakuan yang mau dilakukan pada variabel bebas.
Penelitian eksperimental mempunyai kelompok yang digunakan sebagai
percobaan, yaitu kelompok yang menerima perlakuan. Inilah yang disebut sebagai
kelompok eksperimen. Selain itu, penelitian eksperimental juga memilki
kelompok kontrol, yaitu yang tidak menerima perlakuan. Kelompok kontrol ini
sangat penting untuk melihat apakah perlakuan yang dilakukan berhasil atau
tidak, ada dampaknya atau tidak, dengan dibandingkan dengan kelompok yang
tidak diberi perlakuan (Suparno, 2014).
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Juni dan diakhiri pada bulan
Oktober 2016 di Kebun Laboratorium Pendidikan Biologi Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) atau Completely Random Design (CDR).
RAL digunakan untuk
percobaan yang mempunyai media atau tempat percobaan yang seragam atau
homogen (Sastrosupandi, 2000).
Penerapan perlakuan dilakukan secara acak terhadap seluruh unit
percobaan. Ada tiga macam perlakuan berdasarkan waktu, yaitu pemberian pupuk
mikoriza pada saat awal penanaman, yaitu saat bibit berusia 1 minggu (minggu
pertama), pemberian pupuk mikoriza pada saat tanaman berusia dua minggu
(minggu ke dua), dan pemberian pupuk Mikoriza pada tanaman saat berusia 3
minggu (minggu ke tiga) atau (M1, M2, M3) dan satu kontrol, yaitu kontrol
negatif menggunakan tanah kapur. Masing-masing perlakukan diulang sebanyak 6
kali. Total unit percobaan adalah 24 polybag. Denah percobaan disusun secara
acak dan masing-masing polybag diberi identitas baik itu jenis perlakuan maupun
kontrol. Berikut ini adalah denah percobaan penelitian ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Tabel 3.1 Denah Percobaan
D
(19)
C
(13)
D
(20)
C
(14)
B
(7)
A
(1)
B
(8)
A
(2)
D
(21)
C
(15)
B
(9)
A
(3)
D
(22)
C
(16)
B
(10)
A
(4)
D
(23)
C
(17)
B
(11)
A
(5)
D
(24)
C
(18)
M1.1
B
(12)
A
(6)
Unit percobaan
Contoh label
perlakuan
No urut petak
D. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag, cangkul,
skop, bambu sendok semen, gembor, semprotan kecil, alat ukur kelembapan
tanah, alat ukur pH tanah, penggaris, jangka sorong digital, tali rafia, bambu,
takaran air, sarung tangan, timbangan, ember, mikroskop, cawan petri, pipet,
cutter, kaca benda, autoklaf, alat tulis, dan kamera.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman koro
hijau (Macrotyloma uniflorm), tanah grumusol, tanah kapur, tanah litosol, pupuk
CMA, pupuk cair organik, pestisida alami, dan air. KOH 10%, HCl 1%, larutan
staining, trypan blue 0,05% dan minyak emersi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
E. Prosedur Kerja
1. Penyiapan lahan
Dalam penelitian ini tanaman koro hijau ditanam dalam polybag dan
diletakkan pada salah satu lahan tertentu yang harus disiapkan secara khusus.
Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan lokasi penelitian dari berbagai
macam rumput dan gulma yang mengganggu. Selanjutnya, dilakukan pembuatan
pola pada lahan untuk menempatkan pot-pot polybag serta tempat khusus untuk
melakukan penyiraman.
2. Penyiapan sarana tanam
Penyiapan sarana penanaman yang diperlukan meliputi penyiapan wadah
tanaman, media tanam dan pembibitan.
a. Penyiapan wadah tanaman
Wadah tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag yang
terbuat dari plastik berbentuk bulat lonjong. Wadah tanam yang digunakan
memiliki kedalaman 35 cm dan diameter 35 cm. Pada bagian samping wadah
tanam terdapat lubang drainase
b. Penyiapan media tanam
Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran tanah
bekas lahan tambang kapur dan pupuk organik. Jenis tanah yang digunakan adalah
tanah grumusol, tanah kapur, dan tanah litosol. Jenis pupuk organik yang
digunakan adalah pupuk organik sampah daun. Pupuk organik adalah pupuk yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
tersusun dari materi makhluk hidup berupa pelapukan sisa-sia hewan dan
tanaman. Pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Perbandingan konsetrasi media adalah 3:1:1:1 untuk tanah kapur, tanah grumosol,
tanah litosol dan pupuk organik sebanyak 0.96 kg. Jumlah total pada masingmasing polybag adalah 6 kg.
1) Media Tanam Perlakuan 1-3
a) Siapkan tanah kapur, tanah grumosol, tanah litosol dan pupuk organik
dengan perbandingan 3:1:1:1.
b) Tanah dan pupuk dicampur hingga merata.
c) Media tanah yang telah dicampur dimasukkan ke dalam polybag hingga
memenuhi ¾ volume polybag.
2) Media tanam kontrol negatif
a) Siapkan tanah kapur dan pupuk organik dengan perbadingan 3:1
menggunakan ember.
b) Tanah dan pupuk dicampur hingga merata.
c) Media yang telah dicampur dimasukkan ke dalam polybag.
3). Penyiapan bibit
Penyiapan bibit dilakukan dengan lebih dulu menyemai biji koro hijau
pada media semai, selanjutnya pada hari ketiga dilakukan pemindahan ke dalam
polybag dengan ukuran diameter 5 cm. Setelah semaian berusia 1 minggu, dipilih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
dan dipindahkan pada media tanam dengan memperhatikan kesamaan rata-rata
jumlah daun dan tinggi tanaman.
3. Penanaman tanaman koro hijau
a. Media tanam di polybag disiram sampai basah.
b. Membuat lubang pada bagian tengah media dengan kedalaman 5 cm.
c. Menanam bibit koro hijau pada pada lubang yang telah disiapkan.
d. Setelah bibit ditanam, media tanam disiram kembali dengan air sebanyak
200 ml.
e. Polybag yang telah berisi tanaman koro hijau ditempatkan pada lokasi
yang telah disediakan agar mendapat sinar matahari secara penuh.
4. Pemeliharaan tanaman koro hijau
a. Penyiraman
Penyiraman tanaman adalah faktor yang penting bagi pertumbuhan
tanaman, khususnya pada saat awal pertumbuhannya. Berdasarkan teori, tanaman
koro hijau adalah jenis tanaman yang toleran terhadap kekeringan, maka
penyiraman terhadap tanaman ini tidak dilakukan setiap hari. Penyiraman
dilakukan 1 kali dalam dua hari dengan volume 200 mili liter untuk setiap
tanaman. Jika pada hari-hari tertentu penetrasi cahaya cukup tinggi dan
berpengaruh terhadap kelembapan tanah pada media tanam, penambahan
penyiraman perlu dilakukan agar tanaman tidak mengalami layu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
b. Pemberian bambu lanjaran
Pemberian lanjaran berupa belahan bambu diberikan pada tanaman koro
hijau yang telah tumbuh dan membutuhkan media rambat. Agar menancap cukup
kuat, lanjaran ditancapkan pada tanah di luar media polybag. Panjang lanjaran
adalah 2 meter.
c. Pengendalian terhadap organisme pengganggu tanaman
Pengendalian terhadap organisme tanaman dilakukan dengan cara
mencabut langsung jenis-jenis gulma yang mungkin tumbuh di sekitar polybag
atau di dalam polybag. Sementara itu, untuk organisme lain yang berupa hama
dan penyakit tanaman dilakukan penyemprotan menggunakan pestisida alami.
Jenis hama dan penyakit tanaman yang umumnya menyerang tanaman koro
adalah belalang, ulat, kutu, dan virus dari famili Begomovirus yang
mengakibatkan mozaik kuning pada daun koro. Pestisida alami dibuat
menggunakan campuran bawang putih, cabe, serai, air dan sedikit diterjen.
Berikut ini adalah langkah kerja pembuatan pestisida alami dengan bahanbahan di atas:
1. Disiapkan bawang putih yang telah dikupas sebanyak 50 gram, cabe rawit
sebanyak 10 gram, serai sebanyak 3 batang, deterjen sebanyak 5 gram dan air
sebanyak 1 liter.
2. Bawang putih, cabai rawit dan serai ditumbuk hingga menjadi halus.
3. Bahan yang telah ditumbuk dicampur dengan air (1 liter) dan diterjen (5
gram). Kemudian didiamkan selama 24 jam.
4. Setelah 24 jam, dilakukan penyaringan bahan pestisida alami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
5. Dilakukan pengenceran dengan menggunakan air bersih sebanyak 3 kali
volume pestisida alami sebelum dilakukan penyemprotan.
Campuran bahan-bahan pestisida di atas memiliki bau yang menyengat
dan tidak disukai hama dan penyakit tanaman. Selain itu, jika mengenai
permukaan kulit organisme tersebut dapat menimbulkan rasa panas dan iritasi.
Bahan-bahan tersebut dipilih sebab mudah didapat dan harganya tidak terlalu
mahal.
5. Pengamatan
a. Pengamatan pertumbuhan
Pengamatan dilakukan
untuk
memperoleh data untuk
dianalisis.
Pengambilan data dilakukan 3 minggu setelah bibit tanaman ditanam di polybag.
Pada minggu pertama dilakukan pemindahan bibit tanaman ke polybag dan
penerapan perlakuan Minggu 1 (M1). Pada Minggu kedua dilakukan penerapan
perlakuan Minggu 2 (M2). Pada Minggu ketiga dilakukan penerapan perlakuan
Minggu 3 (M3). Penerapan perlakuan kontrol negatif (K) dilakukan sejak minggu
pertama. Pengambilan data pertama dilakukan pada minggu ke empat setelah
semua perlakuan diberikan. Pengambilan data dilakukan selama 5 hari sekali
sebanyak minimal 8 kali. Pengambilan data dilakukan dengan mengukur
pertumbuhan tanaman koro hijau yang meliputi panjang batang, jumlah daun dan
diameter batang. Panjang batang yang diukur adalah batang utama dan
pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran. Pengukuran dimulai dari
pangkal batang hingga ujung batang yang masih muda. Jumlah daun diukur
dengan menghitung seluruh jumlah daun yang tumbuh pada batang. Diameter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
batang diukur pada bagian batang dengan ukuran yang paling besar. Pengukuranpengukuran yang selanjutnya dilakukan pada tempat yang sama. Pengukuran
batang ini dilakukan dengan menggunakan jangka sorong digital. Pengukuran
kedua dilakukan dengan menghitung jumlah kolonisasi mikoriza pada akar.
Penghitungan ini dilakukan pada masa akhir penelitian, yaitu dengan mencabut
tanaman koro yang telah menerima perlakuan mikoriza. Data yang diperoleh dari
proses pengukuran di atas dimasukkan ke dalam tabel berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
3.2 Hasil Pengamatan Tanaman Koro Hijau
No Tgl Indikator
Pertumbuhan
Panjang batang
Kontrol Negatif
(K)
Perlakuan dan Kontrol
Minggu I (M1)
Minggu II (M2)
Minggu III (M3)
M1
M1
M1
M1
M1
M1
M2
M2
M2
M2
M2
M2
M3
M3
M3
M3
M3
M3
K
K
K
K
K
K
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
Jumlah daun
Diameter batang
Keterangan:
M1: Perlakuan Minggu pertama dengan 6 ulangan (M1.1-M1.6).
M2: Perlakuan Minggu kedua dengan 6 ulangan (M2.1-M2.6).
M3: Perlakuan Minggu ketiga dengan 6 ulangan (M3.1-M3.6).
K: Kontrol Negatif dengan 6 ulangan (K.1-K.6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
b. Pengamatan akar
Pengamatan akar dilakukan dengan menentukan kolonisasi CMA terhadap
akar tanaman koro hijau. Persentasi mikoriza dihitung dengan menggunakan
prosedur Kormanik dan Mc. Graw (1982) dalam Nurhandayani dkk (2013) dengan
modifikasi. Sampel akar diproses dengan tahapan clearing, staining dan
destaining. Clearing dilakukan dengan memotong akar koro hijau 1 cm.
Selanjutnya, potongan akar direndam dalam larutan KOH 10% dan di masukkan
dalam autoklaf selama 10 menit. Potongan akar dalam larutan KOH dibilas
menggunakan air mengalir dan kemudian direndam dalam larutan HCl 1% selama
5-10 menit. Proses staining dilakukan dengan merendam akar dalam larutan
staining ditambah trypan blue 0,05% selama 7 menit. Destaining dilakukan jika
warna trypan blue terlalu pekat. Kolonisasi akar oleh CMA dihitung dengan
metode slide (Nurhandayani dkk, 2013). Langkah selanjutnya adalah mengambil 9
potong akar yang telah diwarnai dan disusun di atas kaca preparat. Dalam
pengamatan dengan mikroskop, bidang pandang yang menunjukkan tanda
kolonisasi (hifa, vesikel atau arbuskula) diberi tanda (+), sedangkan yang tidak
menunjukkan tanda kolonisasi diberi tanda (-). Presentasi kolonisasi akar oleh
mikoriza dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
∑Bidang pandang tanda (+)
% Kolonisasi mikoriza pada akar = -------------------------------------100%
∑Bidang pandang keseluruhan
Tingkat Infeksi akar terdiri dari 5 kelas:
Kelas 1 bila kolonisasi akar 0%-5% (sangat redah);
X
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Kelas 2 bila kolonisasi akar 6%-25% (rendah);
Kelas 3 bila kolonisasi akar 26%-50% (sedang);
Kelas 4 bila kolonisasi akar 51%-75% (tinggi);
Kelas 5 bila kolonisasi akar 75%-100% (sangat tinggi.
F. Analisa Data
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan tes ANOVA (Uji
F, Analysis of Variance). Tes ini digunakan untuk mengetes kelompok lebih dari
dua. Misalnya 3 atau 4 kelompok, atau lebih. Secara umum uji F dibedakan
menjadi dua: (1) Anova untuk One Factor between Designs; dan (2) Anova untuk
One Factor within Subject Design. Between design digunakan bila kelompok
yang diuji itu independen, sedangkan within design bila kelompoknya dependen.
Uji Anova yang digunakan dalam penelitian ini adalah anova untuk one factor
between subject designs. Uji ini digunakan untuk menguji tiga atau lebih
kelompok yang terpisah secara independen (Suparno, 2014).
Setelah hasil pengukuran diperoleh, kemudian dicari hasil rerata
pertumbuhan dari setiap indikator dengan tabel sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tabel 3.3 Rerata Panjang Batang Tanaman Koro Hijau
No
Minggu I (M1)
Minggu II (M2)
Kontrol Negatif
(K)
Minggu III (M3)
M1
M1
M1
M1
M1
M1
M2
M2
M2
M2
M2
M2
M3
M3
M3
M3
M3
M3
K
K
K
K
K
K
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
Ratarata
Keterangan:
M1: Perlakuan Minggu pertama dengan 6 ulangan (M1.1-M1.6).
M2: Perlakuan Minggu kedua dengan 6 ulangan (M2.1-M2.6).
M3: Perlakuan Minggu ketiga dengan 6 ulangan (M3.1-M3.6).
K: Kontrol Negatif dengan 6 ulangan (K.1-K.6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tabel 3.4 Rerata Jumlah Daun Tanaman Koro Hijau
No
Minggu I (M1)
Minggu II (M2)
Kontrol Negatif
(K)
Minggu III (M3)
M1
M1
M1
M1
M1
M1
M2
M2
M2
M2
M2
M2
M3
M3
M3
M3
M3
M3
K
K
K
K
K
K
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
Ratarata
Keterangan:
M1: Perlakuan Minggu pertama dengan 6 ulangan (M1.1-M1.6).
M2: Perlakuan Minggu kedua dengan 6 ulangan (M2.1-M2.6).
M3: Perlakuan Minggu ketiga dengan 6 ulangan (M3.1-M3.6).
K: Kontrol Negatif dengan 6 ulangan (K.1-K.6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tabel 3.5 Rerata Diameter Batang Tanaman Koro Hijau
No
Minggu I (M1)
Minggu II (M2)
Kontrol Negatif
(K)
Minggu III (M3)
M1
M1
M1
M1
M1
M1
M2
M2
M2
M2
M2
M2
M3
M3
M3
M3
M3
M3
K
K
K
K
K
K
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
Ratarata
Keterangan:
M1: Perlakuan Minggu pertama dengan 6 ulangan (M1.1-M1.6).
M2: Perlakuan Minggu kedua dengan 6 ulangan (M2.1-M2.6).
M3: Perlakuan Minggu ketiga dengan 6 ulangan (M3.1-M3.6).
K: Kontrol Negatif dengan 6 ulangan (K.1-K.6).
Hasil pertumbihan di atas selanjutnya dikelompokkan menurut perlakuan dan dimasukkan ke dalam tabel untuk dihitung total
perlakuan, rerata perlakuan dan jumlah total.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Tabel 3.6 Hasil Panjang Batang Tanaman Koro Hijau Berdasarkan Pemberian CMA dengan Waktu yang Berbeda
No
Perlakuan
Jumlah Ulangan
1
1
Minggu 1 (M1)
2
Minggu 2 (M2)
3
Minggu 3 (M3)
4
Kontrol Negatif
2
3
4
5
(K)
Keterangan
1: Ulangan 1, 2: Ulangan 2, 3: Ulangan 3, 4: Ulangan 4, A: Ulangan 5, 6: Ulangan 6
6
Total
Rerata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel 3.7 Hasil Jumlah Daun Tanaman Koro Hijau Berdasarkan Pemberian CMA dengan Waktu yang Berbeda
No
Perlakuan
Jumlah Ulangan
1
1
Minggu 1 (M1)
2
Minggu 2 (M2)
3
Minggu 3 (M3)
4
Kontrol Negatif
2
3
4
5
(K)
Keterangan
1: Ulangan 1, 2: Ulangan 2, 3: Ulangan 3, 4: Ulangan 4, A: Ulangan 5, 6: Ulangan 6
6
Total
Rerata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel 3.8 Hasil Diameter Batang Tanaman Koro Hijau Berdasarkan Pemberian CMA dengan Waktu yang Berbeda
No
Perlakuan
Jumlah Ulangan
1
1
Minggu 1 (M1)
2
Minggu 2 (M2)
3
Minggu 3 (M3)
4
Kontrol Negatif
2
3
4
5
6
Total
Rerata
(K)
Keterangan
1: Ulangan 1, 2: Ulangan 2, 3: Ulangan 3, 4: Ulangan 4, A: Ulangan 5, 6: Ulangan 6
Berdasarkan data-data di atas, variansinya dianalisis untuk mengetahui apakah ada perbedaan nyata di antara kelompokkelompok perlakuan di atas. Perhitungan selanjutnya, untuk melakukan analisis digunakan program Statistical Package for the Social
Sciences (SPSS).
Analisis data percobaan ini juga memperhatikan faktor-faktor lain ( faktor sekunder) yang berpotensi mempengaruhi hasil
penelitian seperti jenis media yang digunakan, faktor keasaman tanah, kelembaban dan suhu udara, adanya jenis hama, penyakit dan
gulma tanaman. Faktor-faktor sekunder ini juga diukur secara kuantitatif (khususnya terkait pH, kelembaban udara, suhu udara)
Selama masa peneltian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Hasil Rerata Pertumbuhan
Indikator pertumbuhan dalam percobaan ini adalah rerata pertumbuhan
(panjang batang, jumlah daun dan diameter batang) tanaman koro hijau. Berikut
ini adalah tabel rerata pertumbuhan dari perlakuan M1, M2, M3 dan Kontrol:
Tabel 4.1. Rerata Pertumbuhan Panjang Batang, Jumlah Daun dan Diameter
Batang Tanaman Koro Hijau
No
Perlakuan
Panjang Batang
Jumlah Daun Diameter Batang
dan Kontrol
(Cm)
(Helai)
(Cm)
61.70
22
0.29
1
M1
2
M2
44.30
19.75
0.21
3
M3
47.20
16
0.23
4
K
74.30
32
0.29
Keterangan:
M1: Minggu 1
M2: Minggu 2
M3: Minggu 3
K: Kontrol Negatif (tanpa mikoriza).
Berdasarkan data rerata pertumbuhan koro hijau terlihat bahwa perlakuan
M1 memiliki tingkat pertumbuhan paling baik dibandingkan dengan tingkat
pertumbuhan M2 dan M3. Sementara itu, perlakuan M1, M2 dan M3 memiliki
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
rerata di bawah dan sama (khusus pada rerata diameter batang) dengan perlakuan
K sebagai kontrol negatif.
2. Uji Normalitas dan Homgenitas
a. Uji Normalitas
Data populasi akan berdistribusi normal jika rata-rata nilainya sama
dengan modenya serta sama dengan medianya. Ini berarti bahwa sebagian nilai
(skor) mengumpul pada posisi tengah, sedangkan frekuensi skor yang rendah dan
yang tinggi menunjukkan kondisi yang semakin sedikit seimbang (Irianto, 2004).
Uji
normalitas
yang
kemudian
digunakan
adalah
Kolmogorov-Smirnov Test dengan menggunakan program SPSS.
One-sample
Uji
Kolmogorov-Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan
data norma baku. Seperti pada uji beda biasa, jika signifiknsinya di bawah 0,05
berarti terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansinya di atas 0,05
maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan (Hidayat, 2012). Berdasarkan uraian
ini, data-data normalitas panjang batang, jumlah daun dan diameter batang (lihat
lampiran II.A) berdistribusi secara normal sebab memiliki nilai signifikasi di atas
0,05, yaitu secara berurutan; 0.491, 0.445 dan 0.552.
b. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians dilakukan untuk memastikan bahwa kelompokkelompok perlakuan merupakan kelompok yang mempunyai varians homogen
(Purwanto, 2011). Untuk mengambil keputusan apakah suatu data itu homogen
atau tidak didasarkan pada dua prinsip; jika nilai signifikansi atau nilai
probabilitas <0,05, maka dikatakan bahwa warian dari dua atau lebih kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
populasi data tidak sama dan jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05,
maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah
sama (Raharjo, 2014).
Berdasarkan uji homogenitas varians (lihat lampiran II.B), dihasilkan
levene statistic 0.494, sig 0,693; levene statistic 0,72, sig 0,974 dan levene statistic
1.026, sig 0.416 > 0,05, pada level probabilitas yang artinya, pemberian pupuk
CMA pada waktu yang berbeda bagi pertumbuhan panjang batang, jumlah daun
dan diameter batang memiliki varians yang sama (homogen).
Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas, data pertumbuhan koro hijau
berdistribusi normal dan memiliki vairans yang homogen, oleh karena itu dapat
dilanjutkan dengan uji anova.
3. Uji Anova Satu Faktor
Berdasarkan uji anova panjang batang (lihat lampiran II.C) nilai
probabilitas adalah sig 0,605 > 0,05, dengan demikian hipotesis Hi ditolak. Hal
ini menunjukkan bahwa perlakuan pemberian CMA pada waktu yang berbeda
berpengaruh tetapi tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan koro hijau dengan
perlakuan kontrol negatif karena selisih panjang batang kecil. Sementara itu
untuk nilai probabilitas jumlah daun dan diameter batang adalah sig 0,036 dan sig
0,033 <0,05 dengan demikian Hi diterima. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan
pemberian CMA pada waktu yang berbeda berpengaruh dan berbeda nyata
terhadap pertumbuhan koro hijau dengan perlakuan kontrol negatif sebab terdapat
selisih jumlah daun dan diameter batang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Karena nilai probabilitas jumlah daun dan diameter batang yaitu 0,036 dan
0,033 < 0,05 maka dilakukan uji lanjut, yaitu post hoc; uji Tukey HSD (lihat
lampiran II.D). Dari hasil uji Tukey HSD diketahui bahwa perlakuan M3 adalah
variabel yang berbeda signifkan dengan kontrol negatif. Perbedaan mean M3
terhadap kontrol negatf adalah -16 dan perbedaan mean kontrol negatif terhadap
M3 adalah 16. Sementara itu, perlakuan M1 dan M2 tidak menunjukkan
perbedaan mean yang signifikan. Hasil uji Tukey HSD untuk diameter batang
menunjukkan tidak adanya perbedaan mean yang signifikan antar variabel.
4. Panjang Akar
Berdasarkan perbandingan kuantitatif panjang akar tanaman koro hijau di
akhir masa perlakuan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.2. Rata-rata Panjang Akar per Perlakuan dan Kontrol
No
1
2
Perlakuan dan Kontrol (Cm)
M1
M2
M3 K
46.25 47.375 48.5 40.875
Keterangan:
M1: Minggu 1
M2: Minggu 2
M3: Minggu 3
K : Kontrol Negatif
Perbandingan panjang akar di atas tidak sepenuhnya menggambarkan
kualitas akar. Secara kualitatif berdasarkan pengamatan terhadap morfologi akar
tanaman koro hijau diperoleh gambaran sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Gambar 4.1: Panjang akar koro hijau M1, M2, M3 dan Kontrol negatif
5. Infeksi CMA
Tingkat infeksi akar tanaman koro hijau oleh CMA dihitung dengan cara
mengambil tiga sampel tanaman pada perlakuan M1, M2 dan M3. Dari masingmasing tanaman tersebut diambil tiga sampel ujung serabut akar sepanjang 1 cm
dan diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000 kali. Selanjutnya dari
masing-masing sampel ujung serabut akar dilakukan pengamatan terhadap 5
bidang pandang mikroskop secara acak.
Indikator adanya infeksi CMA pada akar tanaman koro hijau dilihat dari
adanya hifa, vesikel atau arbuskula pada masing-masing akar yang diamati. Jika
pada sel akar tertentu terdapat hifa, vesikel atau arbuskula maka akan diberi tanda
(+) sedangkan jika tidak terdapat ketiga hal tersebut, sel akar yang terlihat akan
diberi tanda (-). Berikut ini adalah hasil pengamatan endomikoriza di bawah
mikroskop dengan perbesaran 1000 kali:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
A
B
C
D
A
Ganbar 4.2: Hasil Pengamatan Endomikoriza; A. Hifa internal, B.
Arbuskular, C. Vesikel, D. Sel akar
Berikut ini adalah tabel hasil pengamatan infeksi CMA:
Tabel 4.3. Persentase Infeksi CMA
No
1
2
M1
52.4%
Perlakuan
M2
59.8%
M3
30.6%
Tingkat infeksi akar dapat digolongkan ke dalam 5 kelas sebagai berikut:
Kelas 1 bila kolonisasi akar 0%-5% (sangat redah)
Kelas 2 bila kolonisasi akar 6%-25% (rendah)
Kelas 3 bila kolonisasi akar 26%-50% (sedang)
Kelas 4 bila kolonisasi akar 51%-75% (tinggi)
Kelas 5 bila kolonisasi akar 75%-100% (sangat tinggi)
Berdasarkan tingkat infeksi akar di atas, perlakuan M1 berada pada kelas 4
(tinggi) sebab mengalami tingkat infeksi sebesar 52.4%, sedangkan perlakuan M2
juga berada pada kelas 4 (tinggi) namun memiliki persentase infeksi yang lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
tinggi, yaitu 59,8%. Perlakuan M3 berada di kelas 3 (sedang) dengan tingkat
infeksi sebebsar 30.6%.
B. Pembahasan
1. Pengaruh Pemberian CMA terhadap Pertumbuhan Tanaman Koro Hijau
Pemberian CMA berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan koro
hijau. Terhadap indikator panjang batang, perlakuan CMA memiliki nilai
probabilitas lebih besar dari 0,05. Nilai probabilitasnya adalah 0,605 > 0,05 saat
dibandingkan dengan kontrol negatif. Sedangkan indikator jumlah daun dan
diameter batang memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan koro hijau
dan berbeda nyata pada saat dibandingkan dengan kontrol negatif. Adanya
pengaruh signifikan pemberian CMA terhadap pertumbuhan koro hijau dapat juga
dilihat dari rerata indikator pertumbuhan. Berdasarkan hasil data rerata, perlakuan
M1 memiliki rerata paling tinggi dibandingkan dengan rerata perlakuan M2 dan
M3 (lihat tabel 4.1 dan 4.2). Kondisi ini sejalan dengan pendapat Linderman dan
Hendrix (1984) dalam Hanafiah (2014) yang menyatakan bahwa CMA berperan
dalam mempercepat fase fisiologis definitif serta meningkatkan daya tahan
tanaman pada awal pertanaman. Hanafiah juga melaporkan bahwa jenis tanaman
legume dalam pertumbuhanya sangat bergantung dengan asosiasi CMA. Saat
dibandingkan dengan rerata pertumbuhan kontrol negatif, rerata panjang batang
dan jumlah daun perlakuan M1 lebih kecil dibadingkan dengan rerata indikator
yang sama pada kontrol negatif. Sementara itu, rerata diameter batang perlakuan
M1 sama dengan rerata diameter batang kontrol negatif. Perbedaan rerata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
indikator pertumbuhan pada perlakuan dibandingkan dengan kontrol negatif dapat
dianalisa lebih lanjut berdasarkan jenis media tanam yang berpengaruh terhadap
proses pertumbuhan tanaman.
Pengaruh waktu pemberian CMA bagi pertumbuhan Koro hijau dapat pula
dilihat dengan mengamati morfologi dan panjang akar serta membandingkan
tingkat infeksi CMA terhadap akarnya. Dari hasil pengamatan yang dilakukan,
panjang akar tanaman bukanlah indikator yang tepat terhadap efektivitas CMA
bagi pertumbuhan koro hijau. Tingkat ketebalan akar, banyaknya rambut akar
serta tingkat infeksi CMA justru menjadi indikator yang lebih kuat. Tingkat
ketebalan akar menunjukkan bahwa adanya tingkatan mutualisme antara akar
tanaman inang dengan CMA. Menurut Salisbury dan Ross (1992), CMA akan
membentuk selimut di luar dan di dalam akar, di ruang antar sel epidermis dan
kortek. Selanjutnya, CMA akan memproduksi hifa eksternal secara intensif pada
akar tanaman inang, sehingga akar tanaman yang bermikoriza akan lebih optimal
dalam berfotosintesis, mengadsorpsi air dan nutrisi dari dalam tanah. Dari hasil
pengamatan, perlakuan M1 memiliki tingkat ketebalan akar paling baik
dibandingkan dengan perlakuan M2, M3 dan kontrol.
Adanya tingkat ketebalan dan panjang akar tidak dapat dilepaskan dari
hasil tinggi rendahnya infeksi CMA terhadap akar tanaman. Tingkat ketebalan
dan panjang akar yang paling baik pada akar tanaman M1 dipengaruhi oleh
tingkat infeksi CMA yang tinggi. Hasil pengamatan di bawah mikroskop infeksi
CMA terhadap akar tanaman koro hijau ditunjukkan dengan adanya hifa,
arbuskula dan vesikel (lihat gambar 4.1). Menurut Soenartiningsih (2013), proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
infeksi dimulai dengan perkecambahan spora di dalam tanah. Hifa yang tumbuh
melakukan penetrasi ke dalam akar dan berkembang di dalam korteks, pada akar
yang terinfeksi akan terbentuk arbuskular, vesikel, hifa internal di antara sel-sel
korteks dan hifa eksternal. Penetrasi hifa dan perkembanganya biasanya terjadi
pada bagian yang masih mengalami proses diferensiasi dan proses pertumbuhan.
Hifa berkembang tanpa merusak sel.
Tingkat infeksi CMA yang tinggi pada akar tanaman akan memudahkan
akar tanaman dalam menyerap unsur-unsur hara yang penting bagi pertumbuhan.
Ketabalan dan panjang akar akan memperluas ruang permukaan penyerapan unsur
hara yang berada di sekitar perakaran. Dengan cara itu, tanaman dengan mudah
dapat menyerap unsur hara yang terdapat di arbuskular. Tanaman juga tidak akan
kekurangan unsur hara, sebab terdapat ruang penyimpanan unsur hara di vesikel.
Sementara itu, suplai unsur hara dan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman
ditransportasikan dengan lebih mudah oleh hifa eksternal dan hifa internal.
Jika data ini disejajarkan dengan tingkat pertumbuhan panjang batang,
jumlah daun dan diameter batang, perlakuan M1 memiliki tingkat pertumbuhan
yang paling baik. Perlakuan M2 juga memiliki tingkat infeksi akar dengan
persentase tinggi namun dari tingkat pertumbuhan panjang batang, jumlah daun
dan diameter batang masih lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan M1.
Tingkat infeksi perlakuan M3 berada pada tingkatan sedang, keadaan tersebut
mempengaruhi indikator pertumbuhan yang lain sehingga menghasilkan tingkat
pertumbuhan paling rendah dibandingkan dengan perlakuan M1 dan M2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Berdasarkan proses perkembangan akar, perlakuan M3 memiliki panjang
akar yang paling besar. Namun, ciri tersebut justru tidak menunjukkan bentuk
mutualisme yang baik antara akar tanaman dengan CMA. Pertumbuhan akar yang
baik memampukan akar tanaman untuk menyerap nutrisi yang ada di sekitar
perakaran. Menurut Clarx (1997) dalam Soenartiningsih (2013), CMA bekerja
dengan menutupi bagian eksterior akar di dekat bagian ujung akar dengan hifa
yang membentuk seperti mantel. Hifa cendawan yang lainnya akan menyebar ke
segala arah dari ujung akar ke seluruh bagian tanah hingga sejauh 8 m. Hifa yang
lainnya akan melakukan penetrasi antara bagian selaput sel akar tanaman inang
untuk membentuk sebuah jaringan penyerapan nutrisi. Berdasarkan ciri
perkembangan akar yang mengalami infeksi mikoriza, Khasa dkk (2009)
menjelaskan bahwa perkembangan awal simbiosis CMA dengan tanaman inang
menunjukkan relasi negatif terhadap geotropisme.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, pertumbuhan panjang akar yang
cenderung satu arah dan memanjang, menunjukkan bahwa akar tanaman tidak
mengalami simbiosis dengan CMA. Menurut Campbell (2010), dibandingkan
dengan akar yang tidak terinfeksi, ektomikoriza (salah satu jenis mikoriza)
umumnya lebih tebal, lebih pendek dan lebih bercabang-cabang. Dengan
demikian, panjangnya akar tanaman pada M3 menggambarkan bahwa akar
tanaman tidak memperoleh nutrisi dan air yang cukup di daerah sekitarnya,
sehingga cenderung bergerak vertikal ke bawah untuk memperoleh nutrisi dan air
yang tersedia pada media di bagian bawah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
2. Pengaruh Jenis Tanah terhadap Simbiosis Mutualistik CMA
Pemanfaatan CMA bagi pertumbuhan koro hijau sebagai tanaman pionir
untuk reklamasi lahan bekas tambang kapur sangat diperlukan. Menurut
Paryudyaningsih dan Sari (2013), tanah di lahan bekas tambang kapur memiliki
karakteristik yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman karena memiliki
kualitas tanah yang buruk baik secara kimia, fisika dan biologi. Namun, dengan
adanya asosiasi dengan CMA dan penambahan pupuk organik pada media tanam
memungkinkan tanaman dapat memperoleh unsur hara yang cukup.
Menurut Salisbury dan Ross (1992), mikoriza menawarkan keuntungan
besar pada tanaman yang hidup di tanah tandus. Bahkan tanpa mikoriza yang
mampu menyerap unsur hara, banyak komunitas tanaman yang tidak mampu
bertahan. Dalam percobaan ini, tanaman koro hijau dapat tumbuh secara lebih
efektif dengan adanya bantuan CMA, terkhusus di masa awal hidupnya.
Dalam percobaan ini, perlakuan M1, M2 dan M3 menggunakan 50% tanah
kapur, 33,3 % tanah grumosol dan litosol serta hanya 16.7% pupuk organik
sebagai tanah subur. Menurut Yulia (2015), tanah kapur, tanah grumosol dan
litosol berdasarkan ciri-cirinya adalah jenis tanah yang kurang subur. Oleh karena
itu, pentingnya peranan CMA dan ketersediaan unsur mineral penting yang
mencukupi sangat diperlukan agar tanaman koro hijau dapat tumbuh dengan baik.
Pemberian CMA pada minggu pertama (M1) memungkinkan tanaman
koro hijau menyerap unsur hara tanah yang tersedia pada media secara lebih
efektif bagi pertumbuhan tanaman dibandingkan dengan pemberian CMA yang
sama pada minggu kedua (M2) dan minggu ke tiga (M3). Hal ini terkait dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
mekanisme peyerapan mineral tanah yang lebih efektif pada saat ujung akar
tanaman masih berusia muda. Semakin tua usia perakaran tanaman, semakin sulit
dalam penyerapan unsur-unsur hara tanah. Menurut Salisbury dan Ross (1992),
mikoriza mampu menyerap hara secara cepat, terutama di dekat ujung akar tempat
hifa cendawan berkumpul dan agak kurang cepat di daerah yang lebih tua. Ujung
akar lebih kerap terpajan pada garam mineral-larut yang berkonserntrasi tinggi
daripada bagian yang lebih tua, karena bagian yang lebih tua ini berkedudukan di
bagian tanah yang sudah lebih dulu tergali oleh ujung akar yang sedang tumbuh.
Khasa dkk (2009) melaporkan bahwa adanya CMA meningkatkan mobilisasi
nutrisi bagi tanaman. Selain itu, CMA juga meningkatkan mobilisasi nutrisi pada
tanah yang memiliki jumlah nutrisi yang konsentrasinya rendah.
Dibandingkan dengan media tanah non mikoriza pada kontrol negatif,
pertumbuhan tanaman bermikoriza (M1, M2 dan M3) secara signifikan berbeda
tetapi tidak nyata pada panjang batang dan secara signifikan berbeda dan nyata
pada pertumbuhan daun dan diameter batang. Perbedaan kondisi pertumbuhan
antara tanaman bermikoriza dan non mikoriza ini salah satunya dipengaruhi oleh
ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Bagi tanaman bermikoriza, pertumbuhan
dapat terjadi dengan baik karena peranan mikoriza yang bermutualisme dengan
baik dengan tanaman inang. Pada tanaman non mikoriza, perbandingan media
tanah lebih menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, sebab 25% medianya
terdiri dari pupuk organik yang kaya akan unsur hara. Menurut Paryudyaningsih
dan Sari (2013), pupuk organik mengandung unsur hara makro, di antaranya
adalah N. Selain itu, pupuk organik juga berperan dalam meningkatkan porositas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
tanah sehingga memberikan juga ruang hidup yang optimal bagi mikroba tanah
yang dapat membantu pertumbuhan tanaman.
3. Peningkatan Kesuburan Tanah Lahan Bekas Tambang Kapur
Tingkat kesuburan tanah di suatu wilayah memiliki beberapa syarat.
Secara umum, syarat bagi
kesuburan tanah ditentukan oleh ketersediaan air,
mikroorganisme, biota tanah, banyaknya jenis tanaman dan jenis tanah. Selain itu,
kesuburan tanah juga dipengaruhi oleh ketersediaan humus, tanah liat yang
mencukupi dan pH tanah yang netral (Anonim, 2015). Kurang terpenuhinya
beberapa syarat kesuburan tanah di atas dapat berpengaruh terhadap tingkat
kesuburan tanah.
Dibandingkan dengan syarat-syarat kesuburan tanah di atas, lahan bekas
tambang kapur memiliki banyak kekurangan. Di antaranya adalah jumlah air yang
terbatas, karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan, jumlah mikroorganisme yang
lebih sedikit dan biota tanah yang terbatas. Berdasarkan hasil observasi, jumlah
humus dan tanah liat pun juga sangat kurang. Jenis tanah yang mendominasi lahan
bekas tambang kapur adalah tanah kapur, grumosol dan litosol. Sebagaimana telah
di bahas sebelumnya, ketiga jenis tanah tersebut adalah jenis tanah yang kurang
subur.
Meskipun memiliki banyak kekurangan, tidak berarti bahwa tingkat
kesuburan tanah bekas lahan tambang tidak dapat ditingkatkan. Keberadaan
tanaman pionir (koro hijau) dan simbiosis mutualistiknya dengan mikoriza pada
tanah lahan bekas tambang dalam penelitian ini terbukti dapat menopang menjadi
media tanam yang baik bagi pertumbuhan tanaman Koro hijau. Dalam arti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
tertentu, jika aplikasi jenis tanaman ini dan asosiasinya dengan CMA dilakukan
secara terus-menerus sangat dimungkinkan kesuburan tanah di lahan bekas
tambang dapat ditingkatkan, bahkan menjadi subur.
Menurut Khasa 2009, simbiosis antara CMA dan tanaman justru dapat
meningkatkan kesuburan tanah. CMA secara umum selalu dapat berkorelasi
dengan aneka jenis tanah dan mikroorganisme yang ada di dalamnya. Saat
bersimbiosis dengan akar tanaman, yang terjadi bukan hanya simbiosis antara
akar
tanaman
dengan
CMA
namun
juga
melibatkan
macam-macam
mikroorganisme lain. Dalam asosiasinya dengan tanaman, CMA secara “tidak
sengaja“
membantu
tanaman
berfotosintesis,
mengikat
unsur
C
dan
mendistribusikanya ke tanah. Unsur C adalah unsur kimiawi yang dibutuhkan
oleh mikroorganisme. Dengan jenis-jenis tanaman kacan-kacangan, CMA
membantu dalam melakukan fiksasi unsur N yang juga dibutuhkan oleh tanah dan
meningkatkan tingkat kesuburan tanah. Kemungkinan besar, pengikatan unsur C
dan fiksasi unsur N juga terjadi dalam simbiosis mutualistik antara Koro hijau
dengan CMA. Hanya saja, penelitian ini tidak melakukan pengamatan terhadap
hal tersebut. Dengan kata lain, jika hal itu terjadi, proses tersebut sangatlah
berguna bagi peningkatan kesuburan tanah lahan bekas tambang kapur.
4. Faktor Abiotik dan Biotik yang Mempengaruhi Pertumbuhan Koro Hijau
Indriani dkk (2011) dalam Ristiyanti dkk (2014) menjelaskan bahwa
perkembangan CMA dipengaruhi oleh kepekaan tanaman inang terhadap infeksi,
intensistas cahaya, kadar air tanah, pH tanah, bahan organik, residu akar,
ketersediaan hara logam berat dan fungisida. Dalam percobaan ini, pertumbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
koro hijau yang bersimbiosis dengan CMA juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
abiotik seperti pH tanah, cahaya matahari, suhu, kelembaban udara sebagaimana
disebutkan di atas.
Berdasarkan data hasil pengamatan diperoleh pH rata-rata perlakuan dan
kontrol serta suhu dan kelembaban udara rata-rata sebagai berikut:
Tabel 4.4: pH rata-rata Perlakuan dan Kontrol, Suhu dan Kelembaban Udara
No
pH Rata-rata Perlakuan
Suhu 0C
dan Kontrol
Kelembapan
Udara %
1
M1-M3
K
2
6.49
6.11
27.6
66.9
Menurut Hanafiah (2014) pH dapat digunakan sebagai indikator kesuburan
kimiawi tanah, karena dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah. Ia juga
mengatakan bahwa setiap tanaman memerlukan jumlah hara dalam komposisi
yang berbeda-beda, pengetahuan tentang pengaruh pH terhadap pola ketersediaan
hara tanah dapat digunakan sebagai acuan dalam pemilihan tanaman yang sesuai
pada suatu jenis tanah.
Berdasarkan rata-rata pH di atas, tanaman yang menerima perlakuan dan
kontrol negatif berada pada kisaran pH yang sesuai dengan ukuran pH yang baik
bagi pertumbuhan koro hijau, yaitu 6.49 dan 6.11. Menurut Sadavis dan
Kondiram (2012), koro hijau dapat tumbuh dengan baik pada pH 5.5-8.
Berdasarkan komposisi tanah pada media yang digunakan, seharusnya media
tanah kapur (pada perlakuan dan kontrol negatif) cenderung memiliki tingkat kebasa-an yang tinggi. Namun, pada kenyataanya, pH yang terukur cenderung asam
dan masih berada pada kondisi normal bagi pertumbuhan koro hijau. Keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
tersebut dapat dipengaruhi oleh karena curah hujan yang tinggi selama masa
percobaan. Menurut Salisbury dan Ross (1992), curah hujan tinggi mengakibatkan
pencucian kalsium dan pembentukan tanah asam.
Data faktor abiotik lain seperti jumlah cahaya matahari, suhu dan
kelembaban udara saling berkaitan. Berdasarkan data suhu rata-rata selama masa
percobaan, data suhu masih menunjukkan angka toleran bagi pertumbuhan normal
koro hijau. Menurut Sadavis dan Kondiram (2012), koro hijau dapat tumbuh
dengan baik pada kisaran suhu 18-27 0C. Bhartiya dkk (2015) menyebutkan
kisaran suhu 25-32 0C untuk pertumbuhan koro hijau. Artinya, suhu rata-rata 27.6
0
C pada data pengamatan masih tergolong normal. Sementara itu, kelembaban
udara udara selama masa percobaan tergolong tinggi, yaitu 66.9%. Kelembaban
udara ini dipengaruhi oleh curah hujan yang tergolong tinggi pula. Selama 46 hari
penelitian terjadi hujan sebanyak 10 kali. Kelembaban udara dan curah hujan
berpengaruh terhadap proses fotosintesis tanaman, sebab jumlah penetrasi cahaya
matahari yang dibutuhkan berkurang. Tanaman koro hijau memiliki toleransi yang
rendah terhadap kondisi tanah yang basah (Sadavis dan Kondiram, 2012)
Faktor biotik yang berpengaruh bagi pertumbuhan koro hijau di antaranya
adalah serangan hama, penyakit tanaman dan gulma. Terdapat dua jenis hama
yang paling banyak menyerang tanaman koro hijau, yaitu Aphis cracivora Koch
dan Stomopterix subsecivella. A cracivora adalah kutu kecil bersayap. Serangga
ini berkembang dengan cepat karena serangga betina mampu menghasilkan nimfa
hingga 124. Siklus hidup hama ini berlangsung selama1-2 hari. A cracivora
menghisap cairan sel tumbuhan sehingga pertumbuhan taman terganggu dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
menjadi kerdil. Di samping menghisap cairan sel, A cracivora juga memasukkan
toksin ke dalam daun sehingga daun menguning dan permukaanya berkerut.
Hama ini sekaligus juga merupakan vektor bagi virus (Waluyo dan Kuswanto,
2007). Serangan A cracivora terhadap tanaman koro hijau sudah terjadi sejak awal
percobaan dilakukan, yaitu pada hari ke empat sejak percobaan dimulai hingga
masa akhir percobaan. A cracivora mulai muncul dan menyerang bagian tanaman
yang masih muda seperti pada ujung daun, batang, bunga dan buah. Selain
menjadi kerdil, tanaman yang diserang oleh A cracivora juga mengalami
malformasi pada daun dan batangnya. Akibatnya, proses fotosintesis dan
pertumbuhan normal tanaman pun terganggu. Seluruh tanaman percobaan tidak
luput dari serangan A cracivora ini.
Gambar 4.3: Aphis cracivora Koch
Jenis hama kedua yang menyerang tanaman koro hijau adalah ulat
penggerek daun (Stomopterix subsecivella). Gejala kerusakan yang diakibatkan
oleh hama ini adalah pinggiran helaian daun merekat. Larva tinggal di dalam daun
yang merekat tersebut dan merusak jaringan sepanjang tulang daun (Pitojo, 2005).
Selain menggulung daun tanaman koro hijau, S subsecivella juga memakan daun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
tanaman yang ada di sekitarnya. Akibatnya, sebagian besar permukaan daun
mengalami kerusakan dan menghalangi proses pertumbuhan dan selanjutnya
berpengaruh terhadap proses terjadinya fotosintesis. Kerusakan yang diakibatkan
oleh S subsecivella ini bersifat permanen. Berikut ini adalah morfologi daun dan
ulat yang menyerang tanaman koro hijau:
Gambar 4. 4: Stomopterix subsecivella
Penanggulangan terhadap serangan hama ini dapat dilakukan dengan
beberapa cara, di antaranya adalah dengan pengamatan dini untuk menentukan
penanggulangan insektisida yang tepat, pemusnahan kelompok telur dan larva
yang ditemukan. Dalam percobaan ini sendiri, pengendalian hama dilakukan
dengan melakukan penyemprotan insektisida alami (dengan menggunakan ekstrak
bawang putih, diterjen dan minyak goreng) setiap dua hari sekali (Dafrosa, 2016).
Selain mengalami serangan hama, tanaman koro hijau juga mengalami
serangan penyakit tanaman berupa virus. Berdasarkan pengamatan dan gejala
yang ditumbulkannya, terdapat dua macam jenis virus yang menyerang tanaman
koro hijau, yaitu virus belang dan virus mosaik kuning. Penyakit virus belang
disebabkan oleh Peanut Mottle Virus (PMoV) (Saleh, 2013). Virus ini bersifat
mikorskopis berukuran 700-812 nm. Virus ini ditularkan oleh Aphis craccivora,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Aphis gossypii, Myzus persicae, Hyperomyzus lactuae dan Rhopalosiphum
maydis, atau dari biji yang terserang virus belang. Gejala serangan awal yaitu
warna daun tidak merata dan terdapat belang hijau kekuning-kuningan, benbentuk
hampir bulat. Pada serangan yang lebih lanjut, belang tersebut berubah menjadi
kekuningan dan kaku dengan pinggiran daun melengkung. Keadaan ini berakibat
langsung terhadap kemampuan fotosintesis tanaman. Pada pengamatan percobaan,
virus belang ini juga mengakibatkan malformasi pada daun koro hijau, bentuk
daun menjadi tidak teratur dan cenderung melengkung ke bawah dan bagian
pinggir daun mengering.
Gambar 4.5: akibat serangan Peanut Mottle Virus
Sementara itu, virus mosaik kuning disebabkan oleh Bean Yellow Mosaik
Virus (BYNV). Gejala awal serangan virus ini yang tampak adalah daun berwarna
kuning, berkerut dan kerdil. Serangan selanjutnya mengakibatkan daun berwarna
kuning kecoklatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Gambar 4.6: akibat serangan Bean Yellow Mosaik Virus
Penanganan terhadap serangan virus belang dan virus mosaik kuning
tidaklah mudah. Virus yang telah menginfeksi sel-sel daun tidak mudah
diberantas. Usaha-usaha pengendalian yang memungkinkan adalah dengan
memberantas kutu aphis yang berperan sebagai vektor virus dan untuk tanaman
yang telah terinfeksi virus dicabut dan dimusnahkan agar tidak menular ke
tanaman lainnya.
Faktor ketiga yang mempengaruhi hasil percobaan ini adalah adanya
gulma tanaman berupa rumput-rumputan, di antaranya adalah rumput belulang
(Eleusine indica) dan rumput teki (Cyperus rotundus L) (Azamy, 2016). Gulma
adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena
menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Kehadiran rumput
tulang dan rumput teki pada media penanaman koro hijau secara langsung
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman koro hijau itu sendiri, sebab untuk
menopang pertumbuhannya, kedua jenis gulma tersebut membutuhkan unsur hara,
air, ruang tumbuh, CO2 dan cahaya. Unsur-unsur tersebut adalah unsur-unsur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
yang sama dibutuhkan oleh tanaman koro hijau. Selain itu, gulma juga dapat
menjadi inang hama dan penyakit pengganggu tanaman. Meski jumlahnya tidak
terlalu banyak, karena media tanam berada di polybag, kehadiran gulma di sekitar
tanaman koro hijau tetap berpengaruh terhadap pertumbuhan koro hijau tersebut.
Penanganan yang kemdian dapat dilakukan adalah dengan penyiangan.
Penyiangan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman
utama.
Gambar 4.7: Eleusine indica dan Cyperus rotundus L
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, pengamatan dan pengolahan data yang
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.
Waktu pemberian CMA terbukti berpengaruh terhadap simbiosis antara
CMA dengan tanaman inang.
2.
Pemberian CMA pada minggu pertama (M1) terbukti paling baik dalam
proses simbiosis mutualistik dengan tanaman koro hijau dibandingkan
dengan perlakuan yang sama pada minggu kedua dan ketiga. Pemberian
CMA berpengaruh tetapi tidak berbeda nyata terhadap panjang batang
koro hijau. Pemberian CMA berpengaruh dan berbeda nyata terhadap
jumlah daun dan diameter batang.
3.
Pemberian CMA berpengaruh lebih besar bagi pertumbuhan tanaman
koro hijau dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman kontrol (tanpa
pemberian CMA).
B.
Saran
Bagi Peneneliti selanjutnya
a. Waktu pengukuran indikator pertumbuhan disesuaikan dengan beda
perlakuan waktu pemberian CMA terhadap tanaman.
b. Tanah yang digunakan sebagai media tanam menggunakan jenis tanah asli
yang berasal dari lahan bekas tambang tanpa menambahkan jenis tanah
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
lain atau pupuk organik, agar jenis media tanah tidak mempengaruhi
hasil penelitian.
c. Penelitian sebaiknya tidak dilakuan pada saat intensitas hujan tinggi, sebab
curah hujan yang tinggi akan mempengaruhi simbiosis mutualistik CMA
dengan tanaman inang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013, What are The Benefits of Horsegrams, Dalam
http://www.innovateus.net/food/what-are-health-benefits-horse-gram,
Diakses 30 Juni 2016.
Anonim, 2013. Badan Geologi: Atlas Batu Gamping Indonesia, Dalam
http://pag.bgl.esdm.go.id/?q=content/atlas-batu-gamping-indonesia,
diakses 3 Juni 2016.
Anonim, 2015, 10 Ciri-ciri Tanah Subur dan Tidak Subur, Dalam
http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/ciri-ciri-tanah-subur-dantidak-subur, Diakses 17 Februari 2017.
Adji, T. N., 2009, Kondisi Daerah Tangkapan Sungai Bawah Tanah Karst
Gunung Sewu dan Kemungkinan Dampak Lingkungannya terhadap
Sumberdaya Air (Hidrologis) karena Aktivitas Manusia, Yogyakarta:
Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada, Dalam http://tjahyoadji.staff.ugm.ac.id/ancaman_karst_aquifer.pdf, Diakses 20 Mei 2016.
Abida M., Mukhlis A, Khumaeroh, E N., Cahyana, A., Dhamayanti, E., 2015,
Geo-Pintar (Geopark as Integrated and Smart Tourism): Konsep
pariwisata Modern Gunung Sewu Sebagai Global Geopark Network
dalam Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN, Dalam
https://repository.ugm.ac.id/135413/1/geo2%20geopintar%20(geopark%20as%20integrated%20and%20smart%20tourism
)%20konsep%20pariwisata%20modern%20gunung%20sewu%20sebag
ai%20global%20geopark%20network%20dalam%20menyongsong%20
masyarakat%20ekonomi%20asean.pdf, Diakses 20 Mei 2016.
Azamy, 2016, Pengelompokan Gulma, Mengenal Gulma dan Nama Latinnya,
Dalam
http://mitalom.com/pengelompokan-gulma-mengenal-jenisjenis-gulma-dan-nama-latinnya/, Diakses 17 Februari 2017.
Rachman, R., Dariah A., Santoso, D., 2010, Pupuk Hijau, Dalam
http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/03pu
puk%20hijau.pdf, Diakses 4 Juni 2016.
Bhartiya, A. Aditya, J.P., Kant, L., 2015, Nutritional and remedial Potential
of an Underutilized Food Legume Horsegram (Macrotyloma uniflorum:
a Review, The Journal of Animal & Plant Sciences). Uttarakhand:
Almora.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Campbel N.A., Reece, J. B, 2010, Biologi: Edisi kedelapan Jilid 2. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Dafrosa, L, 2016, Khasiat Bawang Putih (Allium sativum) sebagai Pestisida,
Dalam
http://www.academia.edu/8911629/KHASIAT_BAWANG_PUTIH_Alliu
m_sativum_SEBAGAI_PESTISIDA, Diakses 18 Oktober 2016.
Fransiscus, 2015, Ensiklik Laudato Si: Tantangan Perawatan Rumah Kita
Bersama, Penerbit Obor, Jakarta.
Hidayat, A., 2012, Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov, Dalam
http://www.statistikian.com/2012/09/uji-normalitas-dengankolmogorov-smirnov.html, Diakses 10 November 2016.
Hanafiah, K. A., 2014, Dasar-dasar Ilmu Tanah, Rajawali Pers, Jakarta.
Harsono, A., 2016, Implementasi Pengendalian Gulma Terpadu pada Kedelai,
Dalam
http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/modul/03MODUL%20%20GULMA%20.pdf, Diakses 17 Oktober 2016.
Irianto, A., 2004, Statistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya, Kencana Prenada
Group, Jakarta.
Khasa, D., Pische, Y., Coughlan, A.P., 2009, Advances in Mycorrhizal
Science and Technology, National Reaserch Council, Canada.
Kemas, H., 2005, Dasar-dasar Ilmu Tanah, PT Raja Gravindo Persada,
Jakarta
Kumar,
N.,
2010,
Horsegram
Intercroping,
Dalam
http://www.academia.edu/7332345/Horsegram_intercropping, Diakses
5 Juni 2016.
Langer, W. H., 2001, Potential Environmental Impact of Quarrying Stone in
Kars—Literature View, Untied Stated Department of Interior, New
York.
Masfufah, R., Meitini W., Proborini, R. K, 2016, Uji Kemampuan Spora
Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Lokal Bali pada Pertumbuhan
Tanaman
Kedelai
(glycine
max
L.),
Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
http://ojs.unud.ac.id/index.php/simbiosis Maret 2016, Diakses 24 Mei
2016.
Mehra, A., 2013, Macrotyloma uniflorum A Traditional Crop of Kumaun
Himalaya and Ethnobotanical Perspectives, International Journal of
Agricultural and Food Sciences, Almora: Departement of Botany,
Kumaun
University.
Dalam
http://urpjournals.com/tocjnls/7_13v3i4_4.pdf, diakses 20 Mei 2016.
Muryanto, 2012 Uji Efektivitas dan Multiplikasi Spora Cendawan Mikoriza
Arbuskula (CMA) pada Berbagai Media Pembibitan Dalbergia
Latifolia,
Dalam
https://digilib.uns.ac.id/...=/Uji-Efektivitas-danMultiplikasi-Spora-Cenda, Diakses 24 Mei 2016.
Nurhandayani, R., Riza L., Siti, K, 2013, Inventarisasi Jamur Mikoriza
Vesikular Arbuskular dari Rhizosfer Tanah Gambut Tanaman Nanas
(Ananas comosus (L.) Merr) Protobiont, Program Studi Biologi,
Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Tanjungpura.
Pitojo, S., 2005, Benih Kacang Tanah, PT Kanisius, Yogyakarta.
Pribadi, W, 2015, Pengolahan Tambang Gunungkidul Berhenti Beroperasi,
Dalam
https://m.tempo.co/read/news/2015/08/15/078692211/semuapabrik-pengolah-tambang-gunungkidul-berhenti-beroperasi, Diakses
28 Mei 2016.
Prayudyaningsih, R., Sari, R, 2013, Aplikasi Fungi Mikoriza Arbuskula
(FMA) dan Kompos untuk Meningkatkan Pertumbuhan Semai Jati
(Tectona grandis Linn.f.) pada Media Tanah Bekas Tambang Kapur,
Dalam
jurnal.balithutmakassar.org/index.php/wallacea/article/.../105/pdf_17,
diakses 26 Mei 2016.
Purwanto, I., 2007, Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae: Nama Daerah,
Morfologi, Kegunaan, Penyebaran, PT Kanisius, Yogyakarta.
Purwanto, 2011, Statistika untuk Penelitian. Yogyakart: Pustaka Pelajar.
Raharjo, S., 2014, Uji Homogenitas dengan Program SPSS, Dalam
http://www.konsistensi.com/2014/02/uji-homogenitas-dengan-programspss.html, Diakses 25 Oktober 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Rachman, 2010, Pupuk Organik dan Pupuk Hayati, Dalam
http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/03pu
puk%20hijau.pdf, Diakses 8 Februari 2017.
Ravishankar, K., 2012, Evaluation of Diuretic Effect of Ethanolic Seed
Extracts of Marotyloma uniflorum dan Cucumis Melo in Rats,
International Journal of Pharma and Bio Scieces, Gondavari.
Ristiyanti, Yusran, Rahmawati, 2014, Pengaruh Beberapa Spesies Fungi
Mikoriza Arbuskular pada Media Tanah dengan pH Berbeda Terhadap
Pertumbuhan Semai Kemiri ( Aluerites moluccana (L) Willd.), dalam
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=295609&val=51
56&title=PENGARUH%20BEBERAPA%20SPESIES%20FUNGI%20
MIKORIZA%20ARBUSKULAR%20PADA%20MEDIA%20TANAH%20
DENGAN%20pH%20BERBEDA%20TERHADAP%20PERTUMBUHA
N%20SEMAI%20KEMIRI%20(Aleurites%20moluccana%20(L.)%20Wi
lld.), Diakses 17 Oktober 2016.
Robert, S. L., Thomas, S.M, 2001, Ecology and Field Biology, New York:
Benjamin Cummings.
Saleh, N. 2013. Ekobiologi dan optimalisasi Pengendalian Penyakit Virus
Belang pada Kacang Tanah melalui Pengelolaan Tanaman
secaraTerpadu,
Dalam
http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/p3222031.pdf, Diakses
pada 18 Oktober 2016.
Sadavis, B. N., Kondiram, D.N, 2012, Effect of Mutagens on Quantitative
Characters in M2 dan M3 Generation of Horsegram (Macrotyloma
uniflorm),
Dalam
http://www.ijsrp.org/research-paper-1012/ijsrpp1008.pdf, Diakses 26 Mei 2016.
Salisbury, B dan Ross, C.W, 1992, Fisiologi Tumbuhan, Penerbit ITB
Bandung, Bandung.
Sastrosupandi, 2000, Rancangan Percobaan Praktis: Bidang Pertanian, PT
Kanisius, Yogyakarta.
Soenartiningsih, 2013, Potensi Cendawan Mikoriza Arbuskular sebagai
Media Pengendalian Penyakit Busuk Pelepah pada Jagung, Dalam
http://pangan.litbang.pertanian.go.id/files/06-Soenartiningsih.pdf,
Diakes 26 Mei 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Schubler, A. W, 2010, Glomermycota: A New Spesies List with Family and
Genera,
Dalam
http://www.amfphylogeny.com/Schuessler&Walker2010_Glomeromycota.pdf Diakses 8
Februari 2017.
Suparno, P., 2014, Metode Penelitian Pendidikan IPA, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Treseder, K, 2013, The Extent of Mycorrizhal Colonization of Roots and Its
Influence on Plant Growth and Phosphorous Content, Springer Science
+ Businees Media, Dordrecht.
Uttam, K., 2014, Agroecosystem: Soil, Climate, Crops, Nutrients Dynamics,
and Productivity, Apple Academic Press, New Jersey.
Verhoef, H. A., Morin, P. J., 2010, Community Ecology: Process, Models and
Applications, Oxford University Press, Oxford.
William, H. H., 2001, Potential Environmental Impacts of Quarrying Stone in
Karst—A Literature Review, United State Department of Interior, New
York.
Waluyo,
B.,
Kuswanto.,
2007,
Dalam
http://kuswanto.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/JIPI-Eds-Khusus-1-2007MODEL-PENDUGAAN-JUMLAH-APHID-Aphis-craccivora-Koch-SECARA-INSITU-PADA-TANAMAN-KACANG-PANJANG-Vigna-sesquipedalis-L.Fruwirth.pdf, Diakses pada 25 Februari 2017.
Yulia, 2015, 18 Jenis Tanah di Indonesia, Manfaat, Persebaran, Gambarnya,
Dalam
http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/jenis-jenis-tanah.
Diakses 24 Mei 2016.
Zulkifli, 2014, Pengelolaan
Yogyakarta.
Tambang
Berkelanjutan,
Graha
Ilmu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Lampiran
Lampiran I: Data Pengamatan Indikator Pertumbuhan Koro Hijau
A. Tinggi Tanaman, Jumlah Daun dan Diameter Batang
No
Tangga l
Indikator
Pertumbuhan
PERLAKUAN dan KONTROL
Minggu 1 (M1)
M1.
M1
3
4
Panjang Batang
Jumlah Daun
1
29/8/16
Diameter batang
Panjang Batang
Jumlah Daun
2
3 /8/16
Diameter batang
Panjang Batang
Jumlah Daun
3
8 /8/16
Diameter batang
Panjang Batang
Jumlah Daun
4
13/8/16
Diameter batang
Panjang Batang
Jumlah Daun
5
18/8/16
Diameter batang
6
23/8/16
Panjang Batang
9.5
2
3
10
2
3.5
13
4
3.7
16.5
6
4.1
16
8
4.3
25
9
2
2
9
2
3.2
12
4
3
14
5
4
17.5
8
4.6
21.4
M1
5
M1
6
7.6 9.5
2
2
2
3
7.5 10.5
2
2
3.2 3.5
11
14
4
4
3.3 3.7
12.5
15
5
6
4 4.4
15.5
26
8
8
4.2 4.7
19 37.5
Minggu 2 (M2)
M2
M2
M2
1
2
3
M2
4
Minggu 3 (M3)
M3
M3
M3
1
3
4
M3
6
Kontrol Negatif (M4)
K.
K.
K.
K.
1
2
3
4
7.3 9.4
7
5 7.4 7.5 7.8 9.5
9 8.1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
7.5
9 7.5 5.5 8.5
8
8 10.5 9.5 9.5
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3.2 3.3 3.3 2.6
3 3.1 3.2 2.5 3.1 3.3
9 11.5
9
10
11
11
11
13
12
13
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
3.7 3.7 3.8 3.9 3.8 3.4 3.4 3.3 3.4 3.8
12
14
11 10.5
13
13
13
15
15 16.5
6
5
5
6
5
5
5
5
5
6
4.6 3.8 4.4 4.5 4.3 3.5 3.9 3.8 3.9 4.2
14 17.5
16 15.7
20
17
16 18.5 18.5 25.5
8
7
8
8
9
7
7
7
8
9
4.5 4.4 4.3 4.7 4.8 4.4 4.3 4.3 4.6 4.8
16.5 21.2 29.2
19 19.1 20.5 16.2
20 19.2 44.5
7
6
2
2
3
3
7
7
2
2
2.8 3.5
12 12.5
5
5
3.4 3.7
16
16
6
7
4.1 4.4
28 28.5
9
9
4.4 4.9
57 51.5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Jumlah Daun
Diameter batang
Panjang Batang
Jumlah Daun
7
28/8/16
Diameter batang
Panjang Batang
Jumlah Daun
8
2 /9/16
Diameter batang
Panjang Batang
Jumlah Daun
9
7 /9/16
Diameter batang
Panjang Batang
Jumlah Daun
10
12/9/16
Diameter batang
9
4.9
40
10
5.1
61
19
5
79
20
5.2
95
28
5.4
8
5.2
33
11
4.7
68
16
5.3
78
21
5
106
31
5.2
8
4.3
21
9
4.7
21
12
4.9
36
15
4.7
71
24
5
9
4.8
71
14
5
80
17
5.4
78
24
6
75
26
5.7
9
4.7
17.5
11
4.8
18.5
13
5
24
20
4.5
26
24
5
9
4.5
24
10
5.6
31
10
4.8
39
12
5.4
41
14
5.3
9
4.8
76
14
5.4
110
21
5.5
100
21
5.4
108
28
5.6
9
9
5.1
5
32 19.5
11
10
5.2
5
66
25
18
10
5 5.1
74
32
23
13
5.6 5.1
91
58
25
15
5.4 5.3
8
4.5
31
12
4.9
73
15
5.2
74
17
5.1
78
20
5.3
7
4.7
15
7
4.5
16
7
4.7
16
9
4.4
19
11
4.7
B. Hasil Panjang Batang Tanaman Koro Hijau Berdasarkan Pemberian CMA dengan Waktu yang Berbeda
Perlakuan dan Kotrol
Minggu 1 (M1)
Minggu 2 (M2)
Minggu 3 (M3)
Kontrol Negatif (K)
Jumlah Ulangan
1
2
85.5
97
18.7
31.6
50.6
70.5
50
127.9
Jumlah
3
63.4
101
11.2
84
4
65.5
86
56.5
76
311.4
237.3
188.8
337.9
Rerata
77.85
59.325
47.2
84.475
8
4.4
25
9
4.6
50
13
4.8
64
16
4.6
66
26
5
9
4.9
23
10
5.3
46
17
5.3
53
17
5.1
59
23
5.1
11
5.3
73
18
5.6
94
23
5.6
97
23
6.2
136
34
6.4
12
5.2
68
22
5.5
88
25
6.2
90
30
5.7
91
39
6.1
11
5
70
19
5.3
79
25
5.5
75
30
5.6
82
32
5.9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
C. Tabel Hasil Jumlah Daun Koro Hijau Berdasarkan Pemberian CMA dengan
Waktu yang Berbeda
Perlakuan dan Kotrol
Jumlah Ulangan
1
2
26
29
22
12
13
18
21
32
Minggu 1 (M1)
Minggu 2 (M2)
Minggu 3 (M3)
Kontrol Negatif (K)
Jumlah
3
22
26
9
37
4
24
23
24
30
101
83
64
120
Rerata
25.25
20.75
16
30
D. Tabel Hasil Jumlah Diameter Batang Koro Hijau Berdasarkan Pemberian
CMA dengan Waktu yang Berbeda
Perlakuan dan Kotrol
Jumlah Ulangan
1
2
0.24
0.32
0.2
0.23
0.23
0.23
0.21
0.34
Minggu 1 (M1)
Minggu 2 (M2)
Minggu 3 (M3)
Kontrol Negatif (K)
Jumlah
3
0.3
0.26
0.27
0.31
4
0.27
0.24
0.2
0.29
Lampiran II: Uji Statistik Pertumbuhan Koro Hijau
A. Uji Normalitas Panjang Batang, Jumlah Daun dan Diameter Batang
Panjang Batang
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Panjang_batang
N
Normal Parametersa,,b
16
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
56.83
33.317
Absolute
.123
Positive
.123
Negative
-.085
Kolmogorov-Smirnov Z
.491
Asymp. Sig. (2-tailed)
.970
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data
1.13
0.93
0.93
1.15
Rerata
0.2825
0.2325
0.2325
0.2875
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Jumlah Daun
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Jumlah_daun
N
16
Normal Parametersa,,b
Most Extreme Differences
Mean
22.44
Std. Deviation
8.687
Absolute
.111
Positive
.111
Negative
-.078
Kolmogorov-Smirnov Z
.445
Asymp. Sig. (2-tailed)
.989
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Diameter Batang
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Diameter_batang
N
Normal Parametersa,,b
Most Extreme Differences
16
Mean
.26
Std. Deviation
.051
Absolute
.138
Positive
.138
Negative
-.113
Kolmogorov-Smirnov Z
.552
Asymp. Sig. (2-tailed)
.920
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
B. Uji Homogenitas
Panjang Batang
Test of Homogeneity of Variances
Panjang_batang
Levene Statistic
df1
.494
df2
3
Sig.
12
.693
Jumlah Daun
Test of Homogeneity of Variances
Jumlah_daun
Levene Statistic
df1
.072
df2
3
Sig.
12
.974
Diameter Batang
Test of Homogeneity of Variances
Diameter_batang
Levene Statistic
1.026
df1
df2
3
Sig.
12
.416
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
C. Uji Deskriptif dan Anova
Panjang Batang
Descriptives
Panjang_batang
95% Confidence Interval for Mean
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
M1
4
61.70
31.194
15.597
12.06
111.34
21
97
M2
4
44.30
38.167
19.083
-16.43
105.03
19
101
M3
4
47.20
25.410
12.705
6.77
87.63
11
71
Kontrol_negatif
4
74.13
41.366
20.683
8.30
139.95
35
128
16
56.83
33.317
8.329
39.08
74.58
11
128
Total
ANOVA
Panjang_batang
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
2290.287
3
763.429
.638
.605
Within Groups
14359.708
12
1196.642
Total
16649.994
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Jumlah Daun
Descriptives
Jumlah_daun
95% Confidence Interval for Mean
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
M1
4
22.00
7.257
3.629
10.45
33.55
12
29
M2
4
19.75
5.909
2.955
10.35
29.15
12
26
M3
4
16.00
6.481
3.240
5.69
26.31
9
24
Kontrol_negatif
4
32.00
7.789
3.894
19.61
44.39
21
38
Total
16
22.44
8.687
2.172
17.81
27.07
9
38
ANOVA
Jumlah_daun
Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
561.188
3
187.063
Within Groups
570.750
12
47.563
1131.938
15
Total
F
3.933
Sig.
.036
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Diameter Batang
Descriptives
Diameter_batang
95% Confidence Interval for Mean
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
M1
4
.29
.024
.012
.25
.33
0
0
M2
4
.21
.043
.021
.14
.28
0
0
M3
4
.23
.029
.014
.19
.28
0
0
Konrrol_negatif
4
.29
.057
.028
.20
.38
0
0
16
.26
.051
.013
.23
.28
0
0
Total
ANOVA
Diameter_batang
Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
.020
3
.007
Within Groups
.019
12
.002
Total
.039
15
F
4.060
Sig.
.033
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
D. Uji Post Hoc; Uji Tukey HSD
Jumlah Daun
Multiple Comparisons
Dependent Variable:Jumlah_daun
95% Confidence Interval
Mean Difference
Tukey HSD
(I) Kode2
(J) Kode2
M1
M2
2.250
4.877
.966
-12.23
16.73
M3
6.000
4.877
.621
-8.48
20.48
-10.000
4.877
.224
-24.48
4.48
M1
-2.250
4.877
.966
-16.73
12.23
M3
3.750
4.877
.867
-10.73
18.23
-12.250
4.877
.108
-26.73
2.23
M1
-6.000
4.877
.621
-20.48
8.48
M2
-3.750
4.877
.867
-18.23
10.73
-16.000*
4.877
.029
-30.48
-1.52
M1
10.000
4.877
.224
-4.48
24.48
M2
12.250
4.877
.108
-2.23
26.73
M3
16.000*
4.877
.029
1.52
30.48
Kontrol_negatif
M2
Kontrol_negatif
M3
Kontrol_negatif
Kontrol_negatif
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Jumlah_daun
(I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Subset for alpha = 0.05
Kode2
Tukey HSDa
N
1
M3
4
16.00
M2
4
19.75
19.75
M1
4
22.00
22.00
Kontrol_negatif
4
Sig.
Duncana
2
32.00
.621
M3
4
16.00
M2
4
19.75
M1
4
22.00
Kontrol_negatif
4
Sig.
22.00
32.00
.264
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
.108
.063
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Diameter Batang
Multiple Comparisons
Dependent Variable:Diameter_batang
95% Confidence Interval
Mean Difference
Tukey HSD
(I) kode3
(J) kode3
M1
M2
.078
.028
.076
.00
.16
M3
.058
.028
.234
-.03
.14
Konrrol_negatif
-.003
.028
1.000
-.09
.08
M1
-.078
.028
.076
-.16
.01
M3
-.020
.028
.894
-.10
.06
Konrrol_negatif
-.080
.028
.065
-.16
.00
M1
-.058
.028
.234
-.14
.03
M2
.020
.028
.894
-.06
.10
-.060
.028
.205
-.14
.02
M1
.003
.028
1.000
-.08
.09
M2
.080
.028
.065
.00
.16
M3
.060
.028
.205
-.02
.14
M2
M3
Konrrol_negatif
Konrrol_negatif
(I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Diameter_batang
Subset for alpha = 0.05
kode3
Tukey HSDa
N
1
M2
4
.21
M3
4
.23
M1
4
.29
Konrrol_negatif
4
.29
Sig.
Duncana
2
.065
M2
4
.21
M3
4
.23
M1
4
.29
Konrrol_negatif
4
.29
Sig.
.495
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
.23
.067
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran III: Data Pengamatan Panjang Akar, Infeksi Mikoriza dan Faktor Ekternal Pertumbuhan
A. Panjang Akar
Minggu 1 (M1)
M1.3
M1.4
50
Minggu 2 (M2)
M1.5
49
M1.6
32
M2.1
54
M2.2
60
Minggu 3 (M3)
M2.3
33.5
M2.4
30
66
M3.1
M3.3
53
Kontrol Negatif (K)
M3.4
55
43
M3.6
43
K.1
K.2
51
K.3
33.5
Jumlah:
185
189.5
194
163.5
Rata-rata:
46. 25
47.375
48.5
40.875
K.4
41
38
B. Infeksi CMA
Perlakuan M1
Tabel Pengamatan Infeksi Cendawan Mikoriza Arbuskular M1
Bidang
Pandang
+
+
+
+
+
M1.3
M1.4
Rambut Akar
1
Rambut akar
2
Rambut akar 3
5
6
5
4
6
5
4
4
5
4
5
0
6
1
5
0
7
4
0
7
4
4
4
3
6
0
0
Rambut Akar
1
7
1
0
6
6
0
0
6
4
M1.5
Rambut akar 2
Rambut akar
3
Rambut Akar
1
Rambut akar
2
Rambut akar 3
4
4
5
3
3
4
5
3
4
5
5
3
6
0
20
0
6
0
8
0
6
4
0
5
4
4
7
6
1
7
3
5
1
6
4
11
6
0
7
1
12
2
9
1
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Jumlah +
dan % infeksi
akar
2
+25
-21
2
+9
55.5%
-25
26.4%
% ratarata
infeksi
ulangan
9
+14
-23
37.8%
2
+17
3
+21
-15
53.1%
9
+8
-17
55.2%
39.9%
3
+25
-46
14.5%
1
+35
-16
60.9%
-10
77.7%
40.9%
% infeksi
perlakuan
0
+40
-4
90.9%
76.5%
52.4%
Perlakuan M2
Tabel Pengamatan Infeksi Mikoriza Arbuskular M2
Bidang
Pandang
+
+
+
+
+
-
M2.1
M2.3
M2.4
Rambut Akar 1
Rambut akar 2
Rambut akar 3
Rambut Akar 1
Rambut akar 2
Rambut akar 3
Rambut Akar 1
Rambut akar 2
5
4
0
7
7
0
2
2
3
1
2
5
0
5
0
6
0
6
2
5
5
0
3
5
0
7
5
0
2
4
9
0
1
7
3
8
3
6
8
0
8
0
5
0
7
3
5
7
4
2
2
4
13
0
9
0
6
0
3
3
5
4
8
0
4
6
5
4
3
4
4
3
4
4
7
0
6
1
6
3
Rambut akar 3
6
0
6
0
4
4
4
6
7
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Jumlah +
dan % infeksi
akar
+17
-14
+9
54.8%
-27
+16
25%
% rata-rata
infeksi
ulangan
-16
+24
50%
-21
53%
+29
-12
+33
70.7.2%
43.2%
-7
+26
82.5%
-18
+27
59%
+27
71%
68.5%
% infeksi
perlakuan
-11
-10
72.9%
67.6%
59.8%
Perlakuan M3
Tabel Pengamatan Infeksi Mikoriza Arbuskular M3
Bidang
Pandang
+
+
+
+
Jumlah +
M3.3
M3.4
M3.6
Rambut Akar 1
Rambut akar 2
Rambut akar 3
Rambut Akar 1
Rambut akar 2
Rambut akar 3
Rambut Akar 1
Rambut akar 2
7
0
0
5
5
0
6
0
0
7
+18
7
0
4
1
4
1
6
1
4
1
+25
6
0
5
1
3
2
3
2
0
7
+17
0
4
0
5
0
5
0
6
0
6
+0
2
2
3
2
4
0
2
3
0
5
+11
0
5
0
4
0
4
3
2
3
2
+6
0
7
0
6
0
5
0
5
0
6
+0
0
6
0
6
0
4
0
6
0
6
+0
-12
-4
-12
-24
-12
-17
-29
-28
Rambut akar 3
0
12
0
15
0
3
0
3
0
3
+0
-36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
dan % infeksi
akar
60%
86.2%
% rata-rata
infeksi
ulangan
58%
0%
68%
47.8%
24%
% infeksi
perlakuan
30.6%
C. pH, Suhu dan Kelembapan
No
1
2
Tanggal
29/8/16
3 /8/16
8 /8/16
3
4
13/8/16
PH, Suhu dan Kelembapan
M1-M3
PH
5
0
Suhu C
29
Kelembapan
62%
M1-M3
PH
5.9
0
Suhu C
26
Kelembapan
63%
M1-M3
PH
5.3
0
Suhu C
30
Kelembapan
53%
M1-M3
PH
6.1
0
Suhu C
28
M4
4.2
M4
5.1
M4
6.8
M4
6.8
26%
0%
0%
0%
0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Kelembapan
18/8/16
5
6
7
8
9
10
23/8/16
28/8/16
2 /9/16
7 /9/16
12/9/16
PH
Suhu 0C
Kelembapan
69%
26
65%
Suhu 0C
Kelembapan
25
98%
PH
Suhu 0C
Kelembapan
PH
Suhu 0C
Kelembapan
M4
6
M1-M3
6.6
M4
6.2
M1-M3
5
M4
5.8
M1-M3
6.2
M4
6.6
M1-M3
6.4
M4
6.8
M1-M3
6
M4
6.8
30
50%
PH
Suhu 0C
Kelembapan
PH
PH
Suhu 0C
Kelembapan
M1-M3
6.2
29
66%
28
74%
25
69%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran IV: Rancangan Hasil Penelitian untuk Pendidikan
A. Silabus
SILABUS PEMINATAN MATEMATIKA DAN ILMU-ILMU ALAM
MATA PELAJARAN BIOLOGI SMA
Satuan Pendidikan
: SMA
Kelas
: XII
KI 1
:
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2
:
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3
:
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4
:
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
KOMPETENSI DASAR
1.2
Peka dan peduli terhadap
permasalahan lingkungan
hidup, menjaga dan
menyayangi lingkungan
sebagai manifestasi
pengamalan ajaran
agama yang dianutnya
MATERI POKOK
PEMBELAJARAN
PENILAIAN
ALOKASI
WAKTU
MEDIA,
ALAT,
BAHAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93


melalui contoh tanaman hidup
di pot.
Diskusi tentang konsep
pertumbuhan dan
perkembangan pada tanaman
Diskusi tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi
petumbuhan dan perkembangan
tanaman
Mengasosiasikan
 Menganalisis hasil pengamatan
terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
 Menyimpulkan tentang konsep
pertumbuhan dan
perkembangan serta faktorfaktor yang mempengaruhinya
dari hasil studi literatur dan
diskusi.
Mengkomunikasikan
 Presntasi hasil kajian studi dan
diskusi tentang konsep
pertumbuhan dan
perkembangan menggunakan
media IT.
2. Merencanakan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Melakukan Percobaan
tentang Pertumbuhan dan
Perkembangan pada tanaman
Koro hijau
Mengamati
 Memberikan penjelasan kepada
siswa mengenai cara kerja ilmiah
penanaman Koro Hijau dan
simbiosisnya dengan Cendawan
Mikoriza Arbuskular.
 Mengamati hasil percobaan yang
diperoleh
Menanya
 Memberikan pertanyaan tentang
langkah-langkah percobaan dan
dan penyusunan laporan hasil
percobaan.
Mengumpulkan Data
(Eksperimen/Ekplorasi)
 Mendiskusikan dan membuat
rancangan dan bentuk
percobaan.
 Melaksanakan percobaan sesuai
dengan rancangan yang telah
disusun dan disepakati setiap
kelompok.
 Melakukan pengamatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
percobaan, mencatat data.
Mengasosiasikan
 Mengolah data hasil eksperimen.
 Menjawab permasalahan yang
muncul berdasarkan kajian
literatur.
 Menarik kesimpulan dari hasil
percobaan.
Mengkomunikasikan
 Menyusun laporan hasil
percobaan secara tertulis.
 Melaporkan hasil eksperimen
secara lisan melalui presentasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
A. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah
: SMA
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas/ Semester
: X II/ I
Alokasi Waktu
: 4 x 45 menit (2x Pertemuan)
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif
dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni,
budaya,
kemanusiaan,
prosedural
kebangsaan,
dan
humaniora
kenegaraan,
dan
dengan
wawasan
peradaban
terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
B. Kompetensi Dasar
1.1 Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan
menyayangi lingkungan sebagai manifestasi pengamalan ajaran agama
yang dianutnya
2.1 Berperilaku ilmiah (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
proaktif dalam melakukan percobaan dan diskusi di dalam kelas maupun
di luar kelas
3.1 Mendeskripsikan proses pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dan penentuan topik
penelitiannya
3.2 Merancang penelitian uji pengaruh luar terhadap pertumbuhan pada
tanaman
4.2 Melaksanakan penelitian pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan
tanaman dan mempresentasikan hasilnya sebagai laporan
C. Indikator Pembelajaran
1.1.1 Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup
2.1.1Bersikap ilmiah (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
proaktif dalam melakukan percobaan dan diskusi di dalam kelas maupun
di luar kelas
3.1.1 Menerangkan proses pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dan penentuan topik
penelitiannya.
3.2.1 Membuat rancangan penelitian uji luar terhadap pertumbuhan pada
tanaman
3.2.2 Melakukan presentasi terhadap rancangan penelitian uji luar terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
pertumbuhan tanaman
4.2.1 Melakukan penelitian tentang faktor luar terhadap pertumbuhan tanaman
koro hijau (Macrotyloma uniflorm)
4.2.2 Menyampaikan hasil penelitian dalam bentuk laporan tertulis dan
presentasi kelompok
D. Tujuan Pembelajaran
1.1.1.1 Melalui refleksi siswa menunjukkan sikap peka dan peduli terhadap
permasalahan lingkungan
2.2.1.1 Melalui diskusi kelompok mampu bertanggung jawab, bekerjasama,
teliti dan jujur terhadap keselamatan diri dan lingkungan saat melakukan
percobaan
3.1.1.1 Melalui tanya jawab siswa dapat menjelaskan proses pertumbuhan dan
perkembangan mahluk hidup serta faktor-faktor yang mempengaruhinya
dan penentuan topik penelitiannya
3.2.1.1 Melalui studi literatur siswa dapat membuat rancangan penelitian uji
luar terhadap pertumbuhan tanaman
3.2.1.2 Melalui diskusi dan kerja kelompok siswa dapat menyelesaikan
rancangan penelitian
3.2.2.1 Setelah melakukan presentasi siswa dapat melaksanakan penelitian
sesuai dengan rancangan penelitian
4.2.1.1 Melalui pengamatan siswa dapat mengetahui faktor luar bagi
pertumbuhan koro hijau
4.2.1.2 Melalui pengumpulan data siswa dapat mengetahui apa saja jenis
faktor luar yang sangat berpengaruh bagi pertumbuhan koro hijau
4.2.2.1 Setelah membuat laporan tertulis siswa memahami apa saja faktorfaktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman koro hijau
4.2.2.2 Setelah melakukan presentasi siswa mengetahui apa saja faktor-faktor
luar yang dominan mempengaruhi pertumbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
E. Materi
1. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada
tumbuhan
2. Faktor-faktor luar (eksternal)
3. Rancangan uji penelitian faktor luar
4. Jenis-jenis penelitian faktor-faktor luar pada tumbuhan
F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran : scientific
Metode pembelajaran
:
discovery,
eksperimen,
diskusi,
video
dan
ceramah.
G. Metode Pembelajaran
Pertemuan 1 (2jp)
Kegiatan
Fase
Kegiatan Guru dan Siswa
(waktu)
Pendahuluan
Menyiapkan kondisi 1. Guru mengucapkan salam
(20 menit)
belajar,
melakukan
apersepsi,
mengecek
kehadiran
siswa
menyampaikan
tujuan
2. Guru
dan 3. Guru
memotivasi siswa
menayangkan
gambar
berbagai jenis tanaman dalam
media
dan
ekosistem
yang
berbeda
4. Menstimulasi
bertanya
siswa
mengenai
agar
gambar-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
gambar yang disampaikan
5. Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
6. Guru
meminta
membentuk
siswa
kelompok
yang
terdiri dari 4-5 siswa dan
masing-masing
kelompok
mendapatkan LKS
Inti
Mengamati
7. Siswa
mengamati
proses
pertumbuhan kecambah melalui
(60 menit)
video yang diputar oleh guru
Menanya
9. Siswa diberi pertanyaan terkait
dengan pengamatan
Mengumpulkan
10. Siswa mengkaji informasi dari
informasi
percobaan yang telah dilakukan
dari sumber lain (artikel, jurnal,
buku, dan sumber-sumber lainlain) dalam kelompok
Menalar
11. Siswa mengolah informasi
yang didapat dan mengisi LKS
Mengkomunikasikan 12. Siswa mempresentasikan hasil
diskusi kelompok di depan kelas
12. Siswa dan guru menanggapi
presentasi
Kesimpulan
Evaluasi
dan 13. Guru meminta beberapa siswa
untuk menyampaikan kesimpulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
dari hasil presentasi
14. Guru
melengkapi
jawaban
yang diutarakan oleh siswa jika
belum lengkap
Penutup
Refleksi
(10 menit)
Penghargaan
15.
Guru
mengajak
siswa
merefleksikan hasil pembelajaran
yang telah dilalui dengan meminta
Tindak lanjut,
beberapa siswa berefleksi
17. Guru memberikan apresiasi
secara lisan dan verbal
18.
Guru
memberikan
tugas
kepada para siswa untuk membuat
proposal percobaan dan membaca
literatur yang berhubungan dengan
tanah, pH, Suhu, kelembapan dan
infeksi CMA pada akar tanaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Pertemuan Kedua (2 Jp)
Kegiatan
Fase
Kegiatan Guru dan Siswa
(waktu)
Pendahuluan
Menyiapkan
(20 menit)
belajar,
kondisi 1. Guru mengucapkan salam
melakukan
apersepsi,
2. Guru mengecek kehadiran siswa
menyampaikan tujuan 3. Guru memberikan apersepsi “Apakah
dan memotivasi siswa
faktor-faktor
eksternal
yang
paling
berpengaruh bagi pertumbuhan koro
hijau?”
4. Siswa memberi tanggapan
5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
6. Guru
membagikan
LKS
untuk
pengamatan pertumbuhan koro hijau
Inti
(60 menit)
Mengumpulkan
informasi/Mencoba
Mengamati
7. Siswa
melakukan
percobaan
sesuai
dengan panduan yang ada di LKS
8. Siswa melakukan pengamatan terhadap
percobaan yang dilakukan
Menanya
9. Siswa
diminta
untuk
mengajukan
pertanyaan terhadap percobaan
yang
dilakukan
Menalar
10. Siswa
mengolah
informasi
percobaan yang telah dilakukan
hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Mengkomunikasikan
11. Siswa
mengkomunikasikan
hasil
percobaan yang telah dilakukan melalui
sebuah presentasi
Evaluasi
12. Guru meminta beberapa siswa untuk
mengutarakan
kesimpulan
dari
hasil
jawaban
yang
presentasi
13.
Guru
melengkapi
diutarakan oleh siswa jika belum lengkap
Penutup
Refleksi
(10 menit)
Penghargaan
15. Guru mengajak siswa merefleksikan
atas hasil belajarnya dan percobaan yang
telah dilakukan
16. Guru memberikan apresiasi secara
verbal dan lisan dengan tepuk tangan/pujian
H. Sumber Belajar, Alat dan Bahan yang Digunakan
5. Sumber
a. Buku Biologi kelas XII
b. LKS
c. Internet
d. Jurnal
e. Video tentang pertumbuhan tanaman
f. Gambar tentang tumbuhan, media dan faktor eksternal yang
mempengaruhinya
2. Bahan Percobaan Terstruktur
a. Pupuk Mikoriza
b. Benih Koro hijau
c. Tanah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
d. Air
3. Alat :
a. Laptop
b. Viewer
c. Speaker
d. LCD
J. Penilaian
Bentuk Penilaian
a. penilaian afektif
b. penilaian psikomotor
c. penilaian kognitif
Bentuk Penelitian
1. Instrumen Test Tertulis
2. Instrumen Penilaian Presentasi
3. Instrumen Lembar Observasi
4. Instrumen Produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Nama :
Kelas :
Kelompok:
LEMBAR KERJA SISWA 1
Faktor-faktor Eksternal Pertumbuhan Tanaman
A. Tujuan Pembelajaran
1.
Melalui studi literatur siswa dapat membuat rancangan penelitian uji luar
terhadap pertumbuhan tanaman
2.
Melalui diskusi dan kerja kelompok siswa dapat menyelesaikan
rancangan penelitian
3.
Setelah melakukan presentasi proposal penelitian siswa dapat menyusun
hipotesis penelitian yang tepat
A. Alat dan Bahan
Alat:
Bahan:
1. Kertas HVS
1. Buku
2. Bolpoin
2. Jurnal
3. Pensil
3. Internet
C. Cara Kerja
1.
Siswa berkumpul dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang
2.
Baca jurnal penelitian di dalam kelompok
3.
Berilah tanda pada bagian jurnal yang menurut kelompok penting
4.
Cari sumber bacaan lain yang sejenis di buku atau di internet
5.
Buatlah rancangan penelitian tentang faktor-faktor eksternal yang
memepengaruhi pertumbuhan koro hijau
6.
Presentasikan hasil rancangan penelitian dan hipotesis yang telah disusun
D. Pertanyaan Diskusi
1.
Apakah pokok bahasan utama dari jurnal penelitian yang kalian baca? (3
poin).
2.
Faktor eksternal mana yang kemungkinan paling dominan berpengaruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
terhadap pertumbuhan tanaman? (3 poin)
3.
Jelaskan kaitan antara faktor-faktor eksternal dengan proses pertumbuhan
tanaman? (4 poin) E
E. Kesimpulan
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………
Nama :
Kelas :
Kelompok:
LEMBAR KERJA SISWA 2
Praktikum Pertumbuhan Koro Hijau
A. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui pengamatan siswa dapat mengetahui faktor luar bagi
pertumbuhan koro hijau
2. Melalui pengumpulan data siswa dapat mengetahui apa saja jenis
faktor luar yang sangat berpengaruh bagi pertumbuhan koro hijau
3. Setelah membuat laporan tertulis siswa memahami apa saja faktorfaktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman koro hijau
4. Setelah melakukan presentasi siswa mengetahui apa saja faktor-faktor
luar yang dominan mempengaruhi pertumbuhan
B. Alat dan Bahan
Alat:
Bahan:
1. Mistar
1. Air
2. Bolpoin
2. Tanah
3. Pensil
3. Pupuk CMA
4. Log book
4. Biji Koro Hijau
5. Polibag diameter 5 cm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
6. Kamera
C. Cara Kerja
1. Siapkan polybag yang telah diisi dengan media tanah sebanyak 12
buah
2. Rendam biji koro hijau dalam air. Pisahkan koro hijau yang
mengambang
3. Pilih 12 biji koro hijau untuk ditanam di polybag yang telah
disiapkan
4. Siapkan pupuk CMA sebanyak 10 gram untuk satu polybag
5. Letakkan biji koro hijau pada masing-masing polybag di bagian
tengah
6. Untuk perlakuan 1, letakkan biji koro hijau di tengah polybag dan
taburkan CMA di sekitar biji pada hari pertama penanaman
7. Untuk perlakuan 2, taburkan pupuk CMA pada hari ke 3 setelah
penanaman
8. Untuk perlakuan 3, taburkan pupuk CMA pada hari 5 setelah
penanaman
9. Perlakuan kontrol tidak diberi pupuk CMA
10. Amati setiap perlakuan dan catat perubahan dan proses
pertumbuhan yang terjadi pada log book
11. Lakukan pengukuran terhadap panjang batang dan jumlah daun,
catat dalam tabel
12. Lakukan pengukuran pH tanah pada masing-masing perlakuan dan
catat pada tabel
13. Lakukan pengukuran suhu dan kelembapan udara dan catat pada
tabel
14. Buatlah laporan hasil penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Tabel 1: Tabel Hasil Pengamatan Panjang Batang dan Jumlah Daun
Indikator
Perlakuan dan Kontrol
Pertumbuhan
Perlakuan 1
Perlakuan 2
P1 P2 P3 P1 P2 P3
Panjang
batang
Jumlah daun
Perlakuan 3
P1 P2 P3
Kontrol
K1 K2
K3
Keterangan
P1-P3 : Ulangan
K1-K3 : Kontrol
Tabel 2: Hasil Pengamatan pH, Suhu dan Kelembapan Udara
Faktor
Eksternal
pH
Suhu
Kelembapan
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Perlakuan 3
Kontrol
D. Pertanyaan Diskusi
1. Berdasarkan hasil pengamatan, perlakuan mana yang memiliki tingkat
pertumbuhan paling baik? (3 poin)
2. Dibandingkan dengan kontrol, apakah perlakuan dengan pemberian pupuk
CMA lebih baik? (2 poin)
3. Faktor eksternal mana yang paling berpengaruh bagi pertumbuhan koro
hijau? (2 poin)
4. Apakah hipotesis yang kelompok buat terbukti? (3 poin).
E. Kesimpulan
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
….....................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
C. INSTRUMEN TES TERTULIS
Kisi-kisi Soal
Indikator
Soal
C 1 C2
3.1.1 Menerangkan proses 1
pertumbuhan
Jumlah
C3
2
C4
C5
3
3
dan
perkembangan mahluk hidup
serta
faktor-faktor
mempengaruhinya
penentuan
yang
dan
topik
penelitiannya.
3.2.1 Membuat rancangan
penelitian uji luar terhadap
pertumbuhan pada tanaman
3.2.2
Menentukan
bentuk
hipotesis penelitian terhadap
pertumbuhan tanaman
4.2.1 Melakukan penelitian
4
5
2
tentang faktor luar terhadap
pertumbuhan tanaman koro
hijau
(Macrotyloma
uniflorm)
4.2.2 Menyampaikan hasil
penelitian
dalam
laporan
tertulis
bentuk
dan
presentasi kelompok
Soal Ulangan Harian
1. Sebutkanlah apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman!
2. Mengapa pH tanah yang terlalu asam berpengaruh bagi proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
pertumbuhan tanaman?
3. Buatlah hubungan yang saling terkait antara suhu dan pertumbuhan
tanaman!
4. Jelaskan secara singkat peranan CMA bagi pertumbuhan tanaman koro
hijau!
5. Berdasarkan data hasil pengamatan rumuskanlah pentingnya perlakuan
pada penelitian yang telah dibuat dan peran adanya kontrol!
Kunci Jawaban Ulangan Harian
1. pH tanah, suhu, kelembapan udara, oksigen, air, cahaya, nutrisi
2. Klorofil akan mengalami kerusakan sehingga mengganggu proses
fotosintesis
3. Suhu mempengaruhi kerja enzim dalam sel-sel tumbuhan dalam proses
fotosintesis. Suhu yang kurang sesuai akan mengganggu proses
metabolism tersebut
4. CMA (Cendawan Mikoriza Arbuskular) adalah jenis cendawan yang
bersimbiosis dengan jenis-jenis tanaman tingkat tinggi dalam proses
penyerapan unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman
5. Perlakuan pada penelitian berguna untuk membandingkan pertumbuhan
satu tanaman dengan tanaman yang lain. Kontrol digunakan untuk
membandingkan perlakuan dengan kondisi positif atau kondisi negatif
pertumbuhan tanaman.
D. Rubrik Penilaian Kognitif
Soal Skor
Aspek
1
Bila menjawab pH tanah, suhu, kelembapan udara,
15-20
oksigen, air, cahaya, nutrisi
2
10-20
Bila menjawab kurang dari 4 faktor eksternal pertumbuhan
0
Bila tidak menjawab pertanyaan
25-30
Bila menjawab klorofil akan mengalami kerusakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
sehingga mengganggu proses fotosintesis
20-25
Bila menjawab keasaman tanah akan mengakibatkan
kerusakan klorifil
3
0
Bila tidak menjawab pertanyaan
15-20
Bila menjawab suhu mempengaruhi kerja enzim dalam
sel-sel tumbuhan dalam proses metabolisme. Suhu yang
kurang sesuai akan mengganggu proses metabolisme
tersebut.
10-15
Bila menjawab suhu mempengaruhi kerja enzim dalam
sel-sel tumbuhan dalam proses metabolisme
4
0
Bila tidak menjawab pertanyaan
5-10
Bila menjawab CMA adalah jenis cendawan yang
bersimbiosis dengan jenis-jenis tanaman tingkat tinggi
dalam proses penyerapan unsur hara yang penting bagi
pertumbuhan tanaman
5
Bila menjawab CMA adalah jenis cendawan yang
bersimbiosis dengan jenis-jenis tanaman.
5
0
Bila tidak menjawab pertanyaan
15-20
Bila menjawab perlakuan pada penelitian berguna untuk
membandingkan pertumbuhan satu tanaman dengan
tanaman
yang
lain.
Kontrol
digunakan
untuk
membandingkan perlakuan dengan kondisi positif atau
kondisi negatif pertumbuhan tanaman.
10-15
Bila menjawab perlakuan pada penelitian berguna untuk
membandingkan pertumbuhan satu tanaman dengan
tanaman yang lain.
0
Bila tidak menjawab pertanyaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Penilaian Kognitif
No.
Nama
Skor Butiran Soal
Jumlah
Siswa
Nilai Siswa
Soal
1
2
3
4
5
Skor
1.
2.
3.
dst
Keterangan:
Jumlah skoring maksimum 100
E. Instrumen Non-Test
Pengamatan Sikap
No. Nama Siswa
Aspek yang Dinilai
Jujur
Disiplin
Total
Teliti
Kerjasama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Diisi dengan rentan angka 1-3
1 = Kurang
2 = Baik
3 = Sangat Baik
Rubrik Penilaian
Skor
Keterangan
Jujur
3
Tidak
menyontek
atau
melakukan
plagiat
(mengambil/
menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) pada
saat mengerjakan tugas/ulangan
2
Kadang-kadang menyontek pada saat mengerjakan tugas, tidak
melakukan plagiat (mengambil/ menggunakan karya orang lain
tanpa
menyebutkan
sumber)
pada
saat
mengerjakan
tugas/ulangan.
1
Menyontek pada saat mengerjakan tugas/ulangan dan melakukan
plagiat mengambil/ menggunakan karya orang lain tanpa
menyebutkan sumber) pada saat mengerjakan tugas
Disiplin
3
Masuk kelas tepat waktu, mengumpulkan tugas tepat waktu,
mengerjakan tugas yang diberikan, memakai atribut sekolah
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di sekolah, mengikuti
pelajaran dengan tertib dan membawa buku sesuai dengan
pelajaran
2
Terkadang masuk kelas tepat waktu, mengumpulkan tugas tepat
waktu, mengerjakan tugas yang diberikan, terkadang memakai
atribut sekolah sesuai dengan ketentuan yang berlaku di sekolah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
terkadang mengikuti pelajaran dengan tertib dan membawa buku
sesuai dengan pelajaran
1
Masuk kelas tidak tepat waktu, mengumpulkan tugas tidak tepat
waktu, memakai seragam tidak sesuai dengan aturan yang
berlaku, tidak mengerjakan tugas yang diberikan, tidak pernah
membawa buku sesuai dengan pelajaran
Teliti
3
Mengerjakan tugas dengan cermat dan tidak cereboh dalam
melakukan percobaan
2
Mengerjakan tugas kurang cermat dan masih sedikit ceroboh
dalam melakukan percobaan
1
Tidak mengerjakan tugas dengan cermat dan cereboh dalam
melakukan percobaan
Kerja sama
3
Mampu berdinamika dalam kelompok, menyampaikan pendapat
dalam melakukan diskusi dan pengamatan
2
Terkadang mampu berdinamika dalam kelompok, terkadang
menyampaikan
pendapat
dalam
melakukan
diskusi
dan
pengamatan
1
Tidak
mampu
menyampaikan
pengamatan
berdinamika
pendapat
dalam
dalam
kelompok,
melakukan
diskusi
tidak
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Lampiran V : Dokumentasi Penelitian
A. Bahan yang Digunakan
(Lokasi bekas tambang kapur)
(Persiapan Media)
Lokasi Bekas Tambang dan Persiapan Media
Biji Koro Hijau dan Penyemaian Bibit
B. Lokasi danTata Letak Tanaman
C. Perlakuan dan Perawatan
Lokasi Percobaan dan Letak Tanaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
C. Perlakuan dan Perawatan serta Pengambilan Data
Pemberian CMA
Pembuatan Pestisida Alami
Pengukuran diameter batang dan pH Tanah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Pengambilan Sampel Akar dan Pengamatan Infeksi Mikoriza
Infeksi Mikoriza pada Akar dan Ketebalan Akar Koro hijau
Download