Tabel 3. Keadaan Sarana dan Prasarana MA Annur Azzubaidi 43

advertisement
IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS MADRASAH DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA
MADRASAH ALIYAH ANNUR AZZUBAIDI
KABUPATEN KONAWE
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam
OLEH
SUKAHAR
NIM. 07 01 01 01 157
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SULTAN QAIMUDDIN KENDARI
2012
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. .................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING. ............................................................ iii
PENGESAHAN SKRIPSI. ......................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
ABSTRAK .................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL. ....................................................................................... x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ....................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ..................................................................... 4
D. Definisi Operasional Penelitian. ................................................ 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Hakikat Manajemen Berbasis Madrasah ................................... 7
1. Definisi Manajemen ............................................................ 7
2. Karakteristik Manajemen Berbasis Madrasah .................. 13
3. Peran Manajemen Berbasis Madrasah .............................. 15
4. Tujuan Manajemen Berbasis Madrasah ............................ 21
B. Hakikat Prestasi Belajar .......................................................... 24
1. Deskripsi Belajar ............................................................... 24
2. Deskripsi Prestasi Belajar ................................................. 25
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ...... 32
BAB III METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Jenis Penelitian ....................................................................... 34
Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 35
Jenis dan Sumber Data ........................................................... 35
Teknik Penentuan Informan Penelitian .................................. 36
Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 37
Teknik Pengolahan Data ......................................................... 37
Pengecekan Keabsahan Data .................................................. 39
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................... 41
1. Sejarah singkat berdirinya MA Annur Azzubaidi ............. 41
2. Keadaan Sarana dan Prasarana.......................................... 42
3. Keadaan Guru.................................................................... 44
4. Keadaan Siswa .................................................................. 46
B. Gambaran Impementasi Manajemen Berbasis Madrasah di
MA Annur Azzubaidi ............................................................ 47
1. Visi dan Misi Madrasah .................................................... 47
2. Implementasi Manajemen berbasis madrasah di
MA Annur Azzubaidi ...................................................... 49
C. Prestasi Belajar Siswa MA Annur Azzubaidi ......................... 69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 71
B. Saran-Saran.............................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
Tabel 1. Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi ....................................... 28
Tabel 2. Perbandingan Nilai Angka, Huruf, dan Predikatnya .......................... 31
Tabel 3. Keadaan Sarana dan Prasarana MA Annur Azzubaidi ....................... 43
Tabel 4. Keadaan Tenaga Pengajar di MA Annur Azzubaidi ........................... 44
Tabel 5. Data Guru MA Annur Azzubaidi ........................................................ 45
Tabel 6. Data Siswa Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi ................................. 46
Tabel 7. Data Prestasi Siswa MA Annur Azzubaidi ........................................ 69
KATA PENGANTAR
ِ ‫ب ِْس ِم‬
‫هللا ّالر ْمح ِن ّالر ِح ْ ِي‬
‫ والصالة والسالم علي اشرف األنبياء‬,‫الحمد هلل رب العلمين‬
‫ أمابعد‬.‫والمرسلين سيدنا محمد وعلي اله واصحابه اجمعين‬
Segala Puji dan Syukur, penulis tak lupa panjatkan kehadirat Allah SWT.
Atas karunia rahmat dan taufik-Nya hingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan,
Salawat serta salam semoga tetap atas baginda Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarganya. yang mana telah membawa umat manusia dari jaman jahiliyah menuju
jaman yang terang benderang yakni dengan agama islam. Skripsi ini berjudul
“Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah Dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa Pada Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe”.
Penulis menyadari bahwa tulisan yang sederhana ini telah diupayakan dengan
sebaik-baiknya namun tentu masih jauh dari kesempurnaan. oleh karena itu kritik dan
saran yang bertujuan untuk menyempurnakan skripsi ini sangat penulis harapkan,
Secara pribadi penulis taklupa pula menghaturkan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada yang terhormat;
1. Ayahanda, Ibunda dan istri serta anak-anak tercinta atas segala dukungan berupa
moril maupun materil, do’a restunya sehingga skripsi ini dapat selesai
2. Ketua STAIN Kendari, para pembantu ketua, ketua jurusan tarbiyah, dan Bapak /
Ibu Dosen serta para karyawan STAIN Kendari. Semoga Allah SWT
memberikan rahmat, keberkahan dan kasih sayang kepada kita semua dunia
hingga akhirat.
3. Bapak Drs. Amri, M.Th I dan Bapak La Hadisi, M.Pd I masing-masing selaku
pembimbing I dan Pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan ketabahan
sejak pengusulan proposal peneliti sampai dengan penyelesaian skripsi.
4. Bapak Mukhson Khanif, S.Ag sebagai Kepala MA Annur Azzubaidi dan seluruh
Dewan Guru dan yang telah membantu penulis memberikan data-data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.
5. Teman-teman seperjuangan, Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi
Pendidikan Agama Islam dan khususnya teman-teman kelas ekstensi
Amonggedo yang telah memberikan motivasi dan do’a restu sejak awal
perkuliahan hingga selesai.
Semoga segala bantuan, petunjuk dan pengorbanan yang telah diberikan oleh
berbagai pihak yang memungkinkan selesainya skripsi ini semoga bernilai ibadah dan
memperoleh imbalan yang berlipat ganda dari Allah Swt. Amin.
Kendari,
18 Ramadhan 1433 H
6 Agustus 2012 M
Sukahar
ABSTRAK
S U K A H A R (07.01.01.01.157), “Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah
dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Madrasah Aliyah Annur
Azzubaidi Kabupaten Konawe” Program Studi Pendidikan Agama Islam,
Jurusan Tarbiyah melalui Bimbingan Drs. Amri, M. Th I dan
La Hadisi, M. Pd I
Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana implementasi
manajemen berbasis madrasah dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada
Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe dan apakah penerapan
manajemen berbasis madrasah berimplikasi pada peningkatan prestasi belajar siswa
di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan pelaksanaan manajemen berbasis madrasah dan
mendeskripsikan prestasi belajar siswa pada Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi
Kabupaten Konawe.
Teknik pengumpulan data adalah observasi adalah pengamatan dan
pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Implementasi
Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi
Meliputi dimensi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan
evaluasi. Sedangkan Prestasi belajar siswa Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten
Konawe yang dimaksud oleh peneliti adalah prestasi berdasarkan nilai rapor Pendidikan
Agama Islam kelas XII pada semester genap tahun 2009 s/d 2011
Hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif
kualitatif menunjukkan bahwa implementasi manajemen berbasis madrasah dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia sekarang ini jauh lebih
rendah jika dibandingkan dengan Negara lain, dalam proses reformasi sekarang
ini diperlukan SDM berkualitas yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk
senantiasa
meningkatkan
kualitasnya
secara
terus
menerus
dan
berkesinambungan (continuous quality improvement). Dalam kerangka inilah
dirasakan perlunya mengkaji masalah pendidikan untuk meningkatkan kualitas
SDM, agar berkontribusi dalam memajukan masyarakat bangsa, dan menjadi
wahana
dalam
menterjemahkan
pesan-pesan
konstitusi
serta
sarana
pembangunan watak bangsa (Nation Character Building).
Peningkatan SDM melalui pendidikan ini lebih diperlukan lagi dalam
konteks otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan. Proses reformasi yang
sedang bergulir, ditandai dengan beberapa perubahan dalam berbagai bidang
kehidupan; sosial, politik, moneter, hankam, dan kebijakan mendasar lain. Di
antara perubahan tersebut adalah dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 tahun
1999 tentang Otonomi Daerah. Dan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengamanatkan bahwa
penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan dengan prinsip manajemen berbasis
sekolah/madrasah.
Kewenangan daerah kabupaten dan kota sebagaimana dirumuskan dalam
UU No. 22/1999 ini mencakup semua bidang pemerintahan, termasuk
diantaranya adalah bidang pendidikan dan kebudayaan. Dengan demikian,
jelaslah bahwa kebijakan pendidikan berada di bawah kewenangan kabupaten
dan kota.
Krisis multidimensional yang berpangkal pada krisis moneter dan krisis
ekonomi, telah menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan
aparatur
negara,
menurunkan
kepercayaan
terhadap
kebenaran
system
pemerintahan, dan munculnya berbagai perilaku anarkhis, sadisme, konfrontatif,
serta berbagai perilaku yang bertentangan dengan norma sosial, agama dan
moral.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka perlu adanya formula baru dalam
pengelolaan pendidikan di sekolah sesuai dengan tuntutan masyarakat dan
berkembangnya
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi.
Formula
baru
ini
memungkinkan sekolah memiliki otonomi yang seluas-luasnya, yang menuntut
peran serta masyarakat secara optimal, dan menjamin kebijakan nasional.
Pengelolaan sekolah model baru ini disebut manajemen pendidikan mutu
berbasis sekolah yang biasa disingkat MBS. Namun dalam konteks pendidikan di
madrasah manajemen berbasis sekolah berarti ”Manajemen Berbasis Madrasah
(MBM)”. Hal ini perlu lebih ditekankan, mengingat madrasah merupakan salah
satu bentuk pendidikan di Indonesia, yang memiliki peranan sangat penting
dalam menentukan kualitas sumber daya manusia yang tangguh, kreatif, beriman
dan bertakwa, serta bertanggung jawab.
Madrasah juga merupakan bentuk pendidikan yang sesuai dengan
tuntutan reformasi, yakni ”pendidikan yang murah dan berkualitas”. Di samping
itu, proses pendidikan di madrasah lebih komprehensif jika dibandingkan dengan
pendidikan umum, terutama dalam pengembangan aspek intelektual, emosional,
kreativitas, dan spiritual peserta didik yang dilakukan secara integral, serta
didukung oleh lingkungan madrasah yang kondusif.
Pendidikan ikut serta memberikan nuansa dalam gerakan otonomi daerah
di Indonesia. Salah satu agenda pendidikan adalah ”memberikan otonomi luas
kepada madrasah, disertai seperangkat tanggung jawab untuk mengelola sumber
daya dan pengembangan strategi sesuai dengan kondisi setempat.1
Secara
umum
manajemen
berbasis
madrasah
merupakan
pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri
oleh madrasah. Kemandirian tersebut melibatkan semua kelompok kepentingan
yang terkait dengan madrasah secara langsung dalam proses pengambilan
keputusan. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan mutu madrasah.
Dengan penerapan manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah diharapkan
dapat meningkatkan out put setiap madrasah.
1
Mulyasa, Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah, (Jakarta : Depag RI, 2003), h. 15
Pendidikan pada prinsipnya merupakan tanggung jawab bersama antara
orang tua, masyarakat dan pemerintah. Kenyataan di lapangan sering dijumpai,
para orang tua atau pihak keluarga mempercayakan pendidikan anak-anaknya
secara totalitas pada pihak madrasah. Padahal keberadaan anak justru lebih
banyak berada di lingkungan keluarga ataupun di lingkungan sosialnya. Di
lingkungan madrasah, selain waktunya relatif singkat, seorang guru harus
menangani 30-40 orang siswa. Dari kenyataan tersebut diharapkan para orang tua
dapat memberikan perhatian secara khusus aktivitas belajar anak-anaknya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa pada Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, adapun fokus penelitian ini yaitu
bentuk
implementasi Manajemen Berbasis Madrasah dalam meningkatkan prestasi
belajar Pendidikan Agama Islam pada
Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi
Kabupaten Konawe.
Adapun penajaman fokus penelitian ini adalah Prestasi belajar siswa pada
bidang studi Qur’an Hadis di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten
Konawe.
C. Rumusan Masalah
Dari fokus penelitia diatas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai
berikut;
1. Bagaimana
Implementasi
Manajemen
Berbasis
Madrasah
Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Madrasah Aliyah Annur
Azzubaidi Kabupaten Konawe.
2. Apakah penerapan Manajemen Berbasis Madrasah berimplikasi pada
peningkatan prestasi belajar siswa di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi
Kabupaten Konawe.
D. Definisi Operasional Penelitian
Untuk menghindari pemahaman yang kurang jelas mengenai masalah
yang akan diteliti, maka perlu dikemukakan definisi operasional variabel
penelitian yaitu:
1. Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah adalah penerapan system
manajemen madrasah dalam hal ini Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi
Kabupaten Konawe, dimana madrasah diberikan kebebasan dan kewenangan
disertai tanggung jawab yang luas untuk mandiri, maju dan berkembang
berdasarkan kebijakan dasar pengelolaan pendidikan yang ditetapkan
pemerintah.
2. Prestasi belajar siswa Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe
yang dimaksud oleh peneliti adalah prestasi berdasarkan nilai rapor
Pendidikan Agama Islam pada semester genap tahun 2009 s/d 2011
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah sebagaimana telah
dirumuskan di atas. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
memahami deskripsi dari rumusan masalah, dengan demikian tujuan penelitian
ini adalah;
a. Untuk mengetahui gambaran Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah
dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Madrasah Aliyah Annur
Azzubaidi Kabupaten Konawe.
b. Untuk mengetahui Prestasi Belajar Siswa di Madrasah Aliyah Annur
Azzubaidi Kabupaten Konawe.
2. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti, pihak
Madrasah, pihak STAIN Kendari,
adapun yang menjadi manfaat dari penelitian
ini adalah:
a. Bagi peneliti dapat menambah khazanah pengetahuan mengenai
manajemen khususnya di tingkat madrasah dan dapat diterapkan dalam
pembinaan organisasi pendidikan di masyarakat.
b. Sebagai bahan masukan bagi madrasah khusunya Madrasah Aliyah Annur
Azzubaidi Kabupaten Konawe dalam menerapkan manajemen berbasis
madrasah
c. Sebagai bahan masukan kepada penentu kebijakan dalam bidang
pendidikan, terutama pendidikan dasar di pusat dan di daerah khususnya
dalam memperhatikan faktor-faktor penentu pelaksanaan manajemen
berbasis madrasah.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hakikat Manajemen Berbasis Madrasah (MBM)
1. Definisi Manajemen
Management berasal dari kata to manage yang berarti mengatur.
Manajemen juga sering dikatakan sebagai seni, yaitu seni mengatur orang
lain, agar orang tersebut senang bekerja sehingga dapat mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.2
Ada tiga aspek yang penting dalam melakukan manajemen. Pertama,
bahwa dalam mengatur, terjadi kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
pengelola seperti pemimpin, Pembina, kepala, atau ketua bersama orangorang lain di dalam kelompok. Ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin
perlu melakukan hubungan kemanusiaan dengan orang lain. Kedua, memberi
makna bahwa kegiatan tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan atau disepakati bersama. Ketiga, tujuan organisasi dicapai melalui
kegiatan yang dilakukan bersama orang lain baik perorangan maupun
kelompok.
Proses kegiatan manajemen dimulai dari kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian yang dilakukan seseoang
2
Annas Mahduri, Panduan Organisasi Santri, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2004), h. 31
dalam upaya untuk mengatur dan memberdayagunakan sumber daya
seoptimal mungkin. Baik yang berupa sumber daya manusia, maupun sumber
daya lainnya seperti; sarana, prasarana, dana, dan informasi secara efisien dan
efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Untuk itu
diperlukan kemampuan seorang manajer, ketua, kepala, atau pimpinan untuk
melakukan manajemen dalam suatu organisasi. Dengan demikian, maka
manajer adalah seorang yang senantiasa memikirkan bagaimana agar
kegiatannya dapat mencapai tujuan orgnisasi.
Istilah manajemen berbasis madrasah adalah terjemahan dari
Madrasah Based Management (MBM) merupakan paradigma baru yang
memberikan otonomi luas pada madrasah dalam kerangka kebijakan
pendidikan nasional. Otonomi yang diberikan agar madrasah leluasa
mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai
dengan perioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan
setempat. Keterlibatan masyarakat dimaksudkan agar mereka memahami,
membantu, mengontrol pengelolaan pendidikan”.3
Salah satu agenda pendidikan adalah otonomi madrasah dengan
pendekatan manajemen berbasis madrasah yang merupakan pemberdayaan
madrasah dengan memberikan otonomi yang seluas-luasnya kepada madrasah.
Setiap madrasah berhak mengembangkan kriteria student conduct (perilaku
3
Depdiknas, Manajemen Sekolah, (Jakarta : Dirjen Dikdasmen, 2000), h. 81
siswa) sendiri. Dalam kaitan ini madrasah mengembangkan kriteria untuk
menentukan bahwa seorang anak mempunyai perilaku yang menggambarkan
sebagai siswa yang baik. Jika seorang siswa melanggar, student conduct
tersebut, maka madrasah berhak tidak meluluskannya meskipun yang
bersangkutan mendapat nilai baik.
Menurut Mulyasa sedikitnya terdapat tujuh komponen madrasah yang
dikelola dengan baik dalam rangka pelaksanaan manajemen berbasis
madrasah (MBM) yaitu; (1) kurikulum dan program pengajaran, (2) tenaga
kependidikan, (3) kesiswaan, (4) keuangan, (5) sarana dan prasarana, (6)
pengelolaan hubungan madrasah dan masyarakat serta (7) manajemen
layanan”.4 Dalam MBM madrasah dituntut memiliki accuntability baik
kepada masyarakat ataupun pemerintah. MBM yang ditandai dengan otonomi
madrasah dan partisipasi masyarkat yang tinggi tanpa mengabaikan
kebijkasanaan nasional tersebut ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, mutu
dan pemerataan pendidikan. Peningkatan mutu dapat diperoleh melalui
keleluasaan
mengelola
sumber
daya,
partisipasi
masyarakat
dan
penyederhanaan birokrasi.
Berdasarkan Keterangan di atas maka jelaslah bahwa peningkatan
mutu dapat diperoleh melalui partisipasi orang tua siswa terhadap madrasah,
4
Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan Implementasi,
(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), h. 76
peningkatan profesionalisme guru dan kepala madrasah, dan berlakunya
sistem insentif.
Kewenangan yang bertumpu pada madrasah merupakan inti atau
esensi MBM yang dipandang memiliki
tingkat efektifitas tinggi serta
memberikan beberapa keuntungan yaitu partisipasi masyarakat yang lebih luas
dalam perumusan keputusan tentang pendidikan dapat meningkatkan
komitmen mereka terhadap madrasah. Aspek-aspek tersebut mendukung
efektifitas dalam mencapai tujuan madrasah. Adapun kontrol dari masyarakat
dan monitoring dari pemerintah, pengelolaan madrasah menjadi bertanggung
jawab, transparan, demokratis, dan menghapuskan monopoli pengelolaan
pendidikan.
MBM sebagaimana dikemukakan oleh para ahli adalah sebuah model
pengelolaan madrasah yang mengarah pada kemandirian lembaga pendidikan
madrasah dan terintegrasi dengan tuntutan perkembangan masyarakat, oleh
karena itu jika model ini dikembangkan, maka dua syarat pokok yang harus
dipenuhi oleh setiap pendidikan madrasah yaitu;
Secara umum manajemen berbasis madrasah dapat diartikan sebagai
manajemen yang memberikan otonomi yang lebih besar kepada madrasah,
memberikan fleksibilitas/keluwesan kepala madrasah dan mendorong
partisipasi secara langsung warga madrasah. ”Untuk meningkatkan mutu
madrasah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku, maka MBM tidak boleh menyimpang dari
peraturan dan perundang-undangan yang ada”.5
5
Depdiknas, Op. Cit, h. 71
Dengan otonomi yang lebih besar dalam mengelola madrasah maka
madrasah lebih mandiri. Dengan kemandiriannya madrasah lebih berdaya
dalam mengembangkan program-program yang lebih sesuai dengan
kebutuhan dan potensi yang dimilikinya sehingga madrasah akan lebih
fleksibel dan luwes dalam mengelola dan memanfaatkan sumber dayanya
secara optimal. Demikian juga dengan partisipasi/pelibatan warga madrasah
dan
masyarakat
secara
langsung
dan
sungguh-sungguh
dalam
peneyelenggaraan madrasah, maka rasa memiliki mereka terhadap madrasah
dapat ditingkatkan.
Peningkatan rasa memiliki ini akan menyebabkan peningkatan rasa
tanggung jawab dan peningkatan rasa tanggung jawab akan meningkatkan
rasa dedikasi warga madrasah dan masyarakat terhadap madrasah. Inilah
esensi madrasah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga
madrasah sesuai dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional
yang berlaku. Kemandirian juga dimaksudkan adalah proses pendukung
sejumlah
kemampuan
yaitu
berupa
pengambilan
keputusan
terbaik
kemampuan berdemokrasi/menghargai perbedaan pendapat, kemampuan
mobilisasi sumber daya, kemampuan memilih cara pelaksanaan yang terbaik,
kemampuan
berkomunikasi
dengan
cara
yang
efektif,
kemampuan
memecahkan masalah madrasah, kemampuan adaptif dan antisipatif,
kemampuan bersinerjik dan berkolaborasi, serta kemampuan memenuhi
kebutuhan sendiri.
Fleksibilitas dapat diartikan sebagai keluwesan yang diberikan kepada
madrasah untuk mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumber daya
madrasah seoptimal mungkin untuk meningkatkan mutu madrasah. Namun
demikian keluwesan yang dimaksud hendaknya mengacu pada koridor
kebijakan dan peraturan yang berlaku. Partisipasi masyarakat dalam
penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik, bahwasanya warga
madrasah (kepala madrasah, guru, sisiwa, tata usaha) dan masyarakat (orang
tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuan, pengusaha dan sebagainya) didorong
untuk terlibat secara langung dalam penyelenggaraan pendidikan, mulai dari
pengambilan
keputusan,
pelaksanaan
dan
evaluasi
pendidikan
yang
diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Besarnya tingkat partisipasi
tentunya memiliki akses pada rasa memiliki, rasa tanggung jawab dan penuh
dedikasi.
2. Karakteristik Manajemen Berbasis Madrasah
Manajemen berbasis madrasah memiliki karakteristik yang perlu
dipahami oleh madrasah yang akan menerapkan dan melaksanakannya.
Dengan kata lain jika Madrasah ingin sukses dalam menerapkan MBM, maka
sejumlah karakteristik MBM tidak dapat dipisahkan dengan
karakteristik
madrasah efektif. Jika MBM merupakan wadah kerangkanya, maka madrasah
efektif adalah sisinya. Oleh karena itu, karakteristik manajemen berbasis
madrasah (MBM) dapat diketahui antara lain dari segi bagaimana madrasah
dapat mengoptimalkan kinerja organisasi madrasah, proses belajar mengajar,
dan pengelolaan sumber belajar serta pengelolaan sumber daya manusia dan
administrasi.
Adapun beberapa karakteristik dasar Manajemen Berbasis Madrasah
antara lain;
(1)
Pemberian Otonomi Luas Kepada Madrasah, (2) Tingginya Partisipasi
Masyarakat dan Orang Tua (3) Kepemimpinan Yang Demokratis dan
Profesional (4) Team Work Yang Kompak dan Transparan.6
Berdasarkan beberapa karakteristik di atas, maka penjelasan secara
singkat sebagai berikut; Pertama, manajemen berbasis madrasah memberikan
otonomi secara luas kepada madrasah, dan seluruh tanggung jawab mengenai
pengelolaan, pengembangan metode pengajaran dan sumber daya yang ada
harus disesuaikan dengan keadaan setempat dan kebutuhan siswa.
Kedua, dukungan masyarakat dan orang tua siswa yang tinggi
merupakan salah satu syarat untuk mewujudkan peningkatan kualitas
madrasah dengan menjalin kerja sama antara orang tua siswa dan pihak
madrasah
bersama
komite
madrasah
dalam
merumuskan
serta
mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan kualitas
madrasah.
6
Mulyasa, Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah, (Bandung: Departemen Agama RI,
2003), h. 15
Ketiga, pelaksanaan program-program madrasah didukung oleh
adanya kepemimpinan madrasah yang demokratis dan profesional. Dalam
proses pengambilan keputusan, kepala madrasah mengimplementasikan
proses ”bottom-up” secara demokratis, sehingga semua pihak memiliki
tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil beserta pelaksanaannya.
Keempat, keberhasilan program-program didukung oleh kinerja team
yang kompak dan transparan dari berbagai pihak yang terlibat dalam
pendidikan di madrasah. Dalam konsep MBM yang utuh kekuasaan yang
dimiliki madrasah, diantaranya adalah pengambilan keputusan tentang
manajemen kurikulum dan pembelajaran; rekruitmen dan manajemen tenaga
kependidikan; serta manajemen keuangan madrasah.
3. Peran Manajemen Berbasis Madrasah
Peran Manajemen Berbasis madrasah Lembaga pendidikan formal
atau madrasah dikonsepsikan untuk mengembangkan fungsi reproduksi,
penyadaran dan mediasi secara simultan. Fungsi-fungsi madrasah itu diwadahi
melalui proses pendidikan dan pembelajaran sebagai inti bisnisnya. Pada
proses pendidikan dan pembelajaran itulah terjadi aktivitas kemanusiaan dan
pemanusiaan sejati. Danim mengemukakan Tiga pilar fungsi madrasah yakni
fungsi pendidikan sebagai penyadaran; fungsi progresif pendidikan dan;
fungsi mediasi pendidikan.7
Hal tersebut nampak bahwa madrasah hanyalah salah satu dari
subsistem pendidikan karena lembaga pendidikan itu sesungguhnya identik
dengan jaringan-jaringan kemasyarakatan. Fungsi penyadaran atau fungsi
konservatif
bermakna
bahwa
madrasah
bertanggung
jawab
untuk
mempertahankan nilai-nilai budaya masyarakat dan membentuk kesejatian
diri sebagai manusia. Pendidikan sebagai instrumen penyadaran bermakna
bahwa madrasah berfungsi membangun kesadaran untuk tetap berada pada
tataran sopan santun, beradab, dan bermoral di mana hal ini menjadi tugas
semua orang. Pendidikn formal, informal dan pendidikan kemasyarakatan
merupakan pranata masyarakat bermoral dengan partisipasi total sebagai
replica idealnya.
Partisipasi anak didik dalam proses pendidikan dan pembelajaran
bukan sebagai alat pendidikan, melainkan sebagai intinya. Sebagai bagian dari
jaring-jaring kemasyarakatan, masyarakat pendidikan perlu mengemban tugas
pembebasan, berupa penciptaan norma, aturan, prosedur, dan kebijakan baru.
Orang tua, guru, dan dosen harus mampu membebaskan anak-anak dari aneka
belenggu, bukan malah menindasnya dengan cara menetapkan norma tunggal
atau menuntut kepatuhan secara membabi buta. Mereka perlu membangun
7
Sudarwan Danim.. Visi Baru Mana jemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi Ke Lembaga
Akademik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 1
kesadaran bagi lahirnya proses dialogis yang mengantarkan individu-individu
secara bersama-sama untuk memecahkan masalah eksistensial mereka. Tidak
menguntungkan jika anak dan anak didik diberi pilihan tunggal ketika mereka
menghadapi fenomena relatif dan normatif, termasuk fenomena moralitas.
Fungsi konservatif atau fungsi penyadaran madrasah sebagai lembaga
pendidikan masih menjelma dalam sosok konservatisme pendidikan
persekolahan, bukan sebagai wahana pewarisan dan seleksi budaya, ditandai
denga makin terperosoknya kearifan generasi dalam mewarisi nilai-nilai mulai
peradaban masa lampau. Bukti konservatisme pendidikan formal benar-benar
nyata di dalam alur perjalanan sejarah. Seperti dikemukakan oleh Ash Hatwell
diperlukan waktu sekitar 100 tahun bagi teori dan ide ilmiah untuk dapat
mempengaruhi isi, proses, dan struktur persekolahan.8
Munculnya teori relativitas, mekanika kuantum, dan penemuan ilmiah
lainnya adalah contoh nyata revolusi di bidang keilmuan. Meski kita harus
pula menerima realitas bahwa pendidikan formal belum menampakkan
pergeseran fungsi progresifnya yang signifikan. Fungsi reproduksi atau fungsi
progresif merujuk pada eksistensi madrasah sebagai pembaru atau pengubah
kondisi masyarakat kekinian ke sosok yang lebih maju. Selain itu, fungsi ini
juga berperan sebagai wahana pengembangan, reproduksi, dan desiminasi
ilmu pengetahuan dan teknologi.. Saat ini fungsi progresif madrasah sebagai
8
http://www.peranan manajemen berbasis sekolah,com.16,05,2011
lembaga
pendidikan
terus
menampakkan
sosoknya,
meski
belum
menunjukkan capaian yang signifikan, setidaknya pada banyak daerah dan
jenis madrasah. Di daerah pedalaman misalnya, masih banyak madrasah yang
sulit mempertahankan kondisinya pada taraf sekarang, apalagi mendongkrak
mutu kinerjanya.
Meski harus diakui pula, pada banyak tempat telah lahir madrasahmadrasah unggulan atau madrasah-madrasah yang diunggulkan oleh masyarakat
karena mampu mengukir prestasi, misalnya peningkatan hasil belajar siswa.
Fungsi itu akan lebih lengkap jika pendidikan juga melakukan fungsi mediasi,
yaitu menjembatani fungsi konservatif dan fungsi progresif.
Hal-hal yang termasuk kerangka fungsi mediasi adalah kehadiran
institusi pendidikan sebagai wahana sosialisasi, pembawa bendera moralitas,
wahana proses pemanusiaan dan kemanusiaan umum, serta pembinaan
idealisme sebagai manusia terpelajar. Di Negara kita, pelembagaan MBM
dipandang urgen atau mendesak. Hal itu sejalan dengan tuntutan masyarakat
agar lembaga pendidikan persekolahan dapat dikelola secara lebih demokratis
dibandingkan dengan pola kerja ‘’dipandu dari atas’’ sebagaimana dianut oleh
negara yang menerapkan pemerintahan sentralistik.
Persoalan utama di sini bukan terletak pada apakah format manajemen
madrasah yang dipandu secara sentralistik itu lebih buruk ketimbang
pendekatan MBM yang memuat pesan demokratisasi pendidikan, demikian
juga sebaliknya. Persoalan yang paling esensial adalah apakah dengan
perubahan pendekatan manajemen madrasah itu akan bermaslahat lebih besar
dibandingkan dengan format kerja secara sentralistik ini, terutama dilihat dari
kepentingan pendidikan anak. Maslahat aplikasi MBM bagi peningkatan
kinerja madrasah dan perbaikan mutu hasil belajar peserta didik pada
madrasah-madrasah yang menerapkannya masih harus diuji di lapangan.
Reformasi dalam pengelolaan pendidikan diarahkan pada terciptaya
kondisi yang desentralis baik pada tatanan birokrasi maupun pengelolaan
madrasah. Reformasi ini diwujudkan dalam bentuk kewenangan yang luas
ditingkat daerah dan madrasah dalam mengelola sumberdayanya. Malik
Fadjar mengatakan bahwa konsep manajemen berbasis madrasah dirumuskan
sebagai pengelolaan madrasah dengan otonomi luas, partisipasi masyarakat
yang tinggi, dan dalam kerangka kebijakan nasional.9
Prakarsa menuju perbaikan mutu melalui perubahan dari sentralisasi
ke desentralisasi pengelolaan pendidikan tidak mungkin diperoleh secara
segera. Hal ini sejalan dengan konsep Kaizen, bahwa kemajuan dicapai
bukanlah sebuah lompatan besar ke depan. Menurut Kaizen kemajuan dicapai
karena perubahan-perubahan kecil yang bersifat kontinu atau tanpa henti
dalam beratus-ratus dan bahkan beribu-ribu detail yang berhubungan dengan
usaha menghasilkan produk atau pelayanan.
9
Malik Fadjar, Platform Reformasi Pendidikan Dan Pengembangan SDM. (Jakarta : Logos
Wacana Ilmu. 2001). h. 50
Menurut Tony Barner asumsi yang mendasari perubahan dalam
Kaizen adalah bahwa kesempurnaan itu sebenarnya tidak ada. Hal ini
bermakna bahwa tidak ada kemajuan, produk, hubungan, sistem, atau struktur
yang bisa memenuhi ideal. Kondisi ideal itu hanyalah sebuah abstraksi yang
dituju. Oleh karena itu, selalu tersedia ruang dan waktu untuk mengadakan
perbaikan dan peningkatan dengan jalan melakukan modifikasi, inovasi, atau
bahkan imitasi kreatif. Terlepas dari itu semua, pelembagaan MBM hampir
dipastikan bahwa aplikasi MBM akan mendorong tumbuhnya lembaga
pendidikan persekolahan/madrasah berbasis pada masyarakat (communitybased education) atau manajemen pendidikan berbasis masyarakat (MPBM),
khususnya di bidang pendanaan, fungsi kontrol, dan pengguna lulusan.
Penggunaan MBM secara ekonomi mendorong masyarakat, khususnya
orang tua siswa, untuk menjadi salah satu fondasi utama secara finansial bagi
operasi madrasah, mengingat pendidikan persekolahan itu tidak gratis
(education is not free). Pemikiran ini tidak mereduksi peran pemerintah yang
dari tahun ke tahun diharapkan dapat mengalokasikan anggaran untuk
pendidikan pada kadar yang makin meningkat.
Secara akademik, masyarakat akan melakukan fungsi kontrol sekaligus
pengguna lulusan. Di sini akuntabilitas madrasah akan teruji. Juga secara
proses, berhak mengkritisi kinerja madrasah agar lembaga milik publik ini
tidak keluar dari tugas pokok dan fungsi utamanya. Dengan MBM adalah
keharusan bagi masyarakat untuk menjadi fondasi sekaligus tiang penyangga
utama pendidikan persekolahan/madrasah yang berada pada radius tertentu
tempat masyarakat itu bermukim. Serta MBM merupakan salah satu bentuk
reformasi manajemen pendidikan (reformation in education management) di
tanah air.
4. Tujuan Manajemen Berbasis Madrasah (MBM)
Tujuan MBM adalah meningkatkan efesiensi mutu dan pemerataan
pendidikan. Peningkatan efesiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola
sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat melalui orang tua, ketentuan
pengelolah madrasah, peningkatan profesionalisme guru, adanya hadiah dan
hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat menumbuh kembangkan
suasana yang kondusif. Pemerataan pendidikan tampak pada tumbuhnya
partisipasi masyarakat terutama yang mampu dan peduli, sementara yang
kurang mampu akan menjadi tanggung jawab pemerintah. Pendidikan
merupakan salah satu aspek kehidupan yang bersifat fungsional bagi setiap
manusia dan memiliki kedudukan strategis untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Tantangan lainnya yang mempengaruhi pendidikan adalah perubahan
yang terjadi akibat semakin mengglobalnya tatanan pergaulan kehidupan
dunia saat ini. Dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, kita
semua sepakat bahwa pendidikan memegang peran yang sangat penting.
Sebagaimana Cece Wijaya Menyatakan
“Pengembangan sumber daya
manusia adalah upaya peningkatan
mutu pendidikan di semua lembaga
pendidikan”.10
Departemen pendidikan nasional mengemukakan bahwa tujuan MBM
adalah untuk memberdayagunakan madrasah terutama sumber daya insani
melalui pemberian kewenangan, fleksibilitas sumber daya lain untuk
memecahkan persoalan yang dihadapi oleh madrasah yang bersangkutan.
Tujuan utama penerapan MBM adalah untuk meningkatkan efisiensi
pengelolaan dan meningkatkan relevansi pendidikan madrasah, dengan
adanya wewenang yang lebih besar dan luas bagi madrasah untuk mengelola
urusannya sendiri.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, menyangkut tujuan MBM
maka dapat diberikan batasan bahwa tujuan MBM adalah meningkatkan mutu
pendidikan, kemandirian madrasah, dan partisipasi masyarakat bagi
pencapaian mutu madrasah yang berkualitas.
Manfaat MBM adalah memberikan kebebasan dan kekuasaan yang
besar pada madrasah disertai seperangkat tanggung jawab dengan adanya
otonomi yang memberikan tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan
pengembangan strategi MBM sesuai dengan kondisi setempat, madrasah
dapat lebih meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih
berkonsentrasi pada tugas, keleluasaan dalam mengelola sumber daya dan
10
Cece Wijaya, Pendidikan Remedial; Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia,
(Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 2
dalam
menyertakan
masyarakat
untuk
berpartisipasi,
mendorong
profesionalisme kepala madrasah, dalam peranannya sebagai manager
maupun sebagai kepala madrasah. Dengan diberikannya kesempatan kepada
madrasah untuk menyusun kurikulum, maka didorong untuk berinovasi
dengan melakukan eksperimen-eksperimen di lingkungan madrasahnya.
Menurut Nurkolis manfaat MBM yang terkait langsung dengan otonomi
madrasah yaitu:
”(1) kurikulum lebih bersifat inklusif, (2) proses belajar mengajar lebih
efektif, (3) lingkungan madrasah yang mendukung, (4) sumber daya yang
berasas pemerataan, (5) standarisasi dalam hal-hal tertentu seperti
monitoring, evaluasi dan tes”.11
Kelima strategi manfaat MBM itu harus menyatu ke dalam empat
fungsi pengelolaan madrasah yaitu pertama manajemen organisasi dan
kepemimpinan, kedua proses belajar mengajar, ketiga sumber daya manusia
dan keempat administrasi madrasah. Dengan demikian MBM mampu
mendorong dan memotivasi profesionalisme guru dan kepala madrasah
sebagai pemimpin pendidikan di madrasah. Melalui penyusunan kurikulum
efektif, rasa tanggap madrasah terhadap kebutuhan setempat yang disebut
dengan kurikulum berbasis madrasah dan kurikulum berbasis masyarakat.
Sehingga dengan demikian dalam proses pembelajaran di madrasah
11
Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi,( Jakarta : PT.
Gramedia, 2003), h. 68
meningkat dan menjamin layanan pendidikan sesuai dengan tuntunan siswa
dan masyarakat madrasah.
Dengan demikian manfaat MBM menitikberatkan pada kebebasan dan
kekuasaan otonomi madrasah disertai tanggung jawab secara kolektif baik
dari pihak warga madrasah maupun orang tua siswa dan masyarakat luas
lainnya bagi pencapaian tujuan madrasah dan pendidikan yang berkualitas.
B. Hakikat Prestasi Belajar
1. Deskripsi Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik
ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya
sendiri.
Belajar dapat pula diartikan sebagai wahana latihan pengembangan
diri dengan pendekatan-pendekatan teori, metode, media, dan tujuan serta
nilai yang ingin dicapai dari proses belajar itu sendiri. Skinner berpendapat
bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang
berlangsung secara progresif.12
12
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), h. 60
Proses belajar mempunyai tiga komponen seperti diungkapkan oleh
wijaya yaitu masukan, sintesis, dan keluaran (in-put, synthesis, and out-put).13
Proses transformasi pesan moral, informasi positif, motivasi, ilmu, dari
pendidik kepada peserta didik yang bertujuan untuk merubah pola pikir,
karakter, dan akhlak merupakan input pembelajaran. Sintesis adalah proses
memadukan pengetahuan lama dan baru, setelah melewati proses analisis atau
generalisasi untuk membuahkan satu persepsi, pendapat, aspirasi, atau sikap
tertentu terhadap idea, opjek atau informasi yang hadir pada seseorang
sehingga pengetahuan yang lama dan baru diperkaya oleh pendapat, idea,
aspiasi, atau sikap yang muncul pada diri seseorang.
Makna
belajar
senantiasa
mengarah
pada
bagaimana
proses
pembelajaran yang akan dilakukan untuk tercapainya tujuan belajar itu
sendiri. Hal ini merupakan tugas pengelola madrasah; kepala madrasah, guru,
dan seluruh warga madrasah untuk menata lingkungan madrasah yang
kondusif, agar situasi belajar mengajar berjalan aman dan menyenangkan.
2. Deskripsi Prestasi Belajar
Definisi prestasi belajar menurut para ahli memilki perbedaan
pendapat berdasarkan
sudut pandang
masing-masing. Badudu Zain
berpendapat bahwa;
“ prestasi belajar menurut istilah adalah hasil maksimal yang dicapai
seseorang dalam proses belajar mengajar, sedangkan menurut isyarah
13
Cece Wijaya, Op Cit, h. 149
prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari apa yang dikerjakan atau
yang sudah diusahakan,”14
Hal ini memberikan suatu pemahaman bahwa
prestasi belajar
merupakan hasil yang dicapai dari sebuah proses belajar yang dilakukan
secara maksimal dan optimal oleh peserta didik yang diindikasikan dengan
peningkatan kualitas individu dalam hal ini adalah pesert didik.
Pendapat tersebut lebih menekankan pada orientasi pembatasan waktu.
Sejalan dengan pandangan tersebut Masran dan Sri Mulyani juga berpendapat
bahwa pengertian prestasi belajar adalah;
Penelitian atau pengukuran untuk mengetahui apakah guru dalam
menyajikan bahan pelajaran telah berhasil dengan baik. Disamping itu
juga untuk mengukur seberapa jauh mahasiswa menangkap dan mengerti
yang telah dipelajari,15
Dalam pengertian diatas menunjukkan bahwa prestasi belajar
merupakan indikator yang dapat dijadikan pedoman untuk mengetahui
sejauhmana materi yang disampaikan oleh seorang guru dapat dipahami dan
dimengerti oleh siswanya. Sementara itu Hartono juga mengemukakan
pendapatnya bahwa” Prestasi belajar adalah kumpulan yang dimiliki oleh
seseorang untuk mencapai tujuan atau hasil yang lebih baik, 16. Dari beberapa
pendapat tersebut diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa prestasi belajar
14
Badudu Zain, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar, 2001), h.
15
Sri Mulyani, Psikologi Pendidikan, (Yagyakarta: UGM, 1983), h. 12
16
Hartono, Praktis Bahasa Indonesia, (Semarang: Rineka Cipta, 1992), h. 125
merupakan hasil yang dicapai dari sebuah proses belajar mengajar
yang
dilakukan secara maksimal dan optimal oleh guru dan peserta didik.
Prestasi dalam penelitian ini adalah prestasi yang dicapai oleh peserta
didik dalam kaitannya dengan beberapa faktor yang dapat diukur. Menurut
Drs. Moh Uzer Usman prestasi belajar yang dicapai mahasiswa pada
hakikatnya merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor yaitu internal dan
eksternal.17
Adapun indikator yang dijadikan sebagai tolok ukur untuk
mengetahui bahwa siswa dapat berhasil dalam proses belajar mengajar adalah;
(a) Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik secara individu maupun kelompok, (b) Prilaku yang digariskan
dalam tujuan pengajaran telah dicapai siswa baik individu maupun klasikal.18
Pada prinsipnya indikator prestasi belajar merupakan pengungkapan
hasil belajar yang idealnya melipiti segenap ranah psikologis yang berubah
sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa. Ranah psikologis
meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Pengungkapan perubahan
tingkah laku seluruh ranah itu khususnya ranah rasa murid sangat sulit, hal ini
17
Uzer Usman, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar,( Jakarta: Remaja
Rosdakarya, 1993), h. 9
18
Ibid. h. 8
disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (takdapat
diraba)19
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa
sebagaimana yang terurai diatas adalah mengetahui garis-garis besar indikator
(penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang
hendak diungkapkan atau diukur. Dibawah ini penulis sajikan sebuah tabel
untuk mengetahui masing-masing ranah/jnis prestasi, indikator, dan cara
mengevaluasi prestasi.
Tabel ; 1
Jenis, Indikator dan Cara Evaluasi Prestasi
Ranah/Jenis Prestasi
A. Ranah Cipta (Kognitif)
1. Pengamatan
2. Ingatan
Indikator
Cara Evaluasi
1. Dapat menunjukkan
2. Dapat membandingkan
3. Dapat menghubungkan
1. Tes lisan
2. Tes tertulis
3. Observasi
1. Dapat menyebutkan
2. Dapat menunjukkan kembali
1. Tes lisan
2. Tes tertulis
3. Observasi
3. Pemahaman
1. Dapat menjelaskan
2. Dapat mendefinisikan dengan lisan
sendiri
1. Tes lisan
2. Tes tertulis
4. Aplikasi/Penerapan
1. Dapat memberikan contoh
2. Dapat menggunakan secara tepat
1. Tes tertulis
2. Pemberian tugas
3. Observasi
19
Muhibbin Syah, Op Cit, h. 192
5. Analisis (Pemeriksaan
dan pemilahan secara
teliti)
1. Dapat menguraikan
2. Dapat mengklasifikasikan/memilahmilah
6. Sintesis
1. Dapat menghubungkan
2. Dapat menyimpulkan
3. Dapat menggeneralisasi kan
(membuat prinsip umum)
1. Tes tertulis
2. Pemberian tugas
2. Menunjukkan sikap menerima
3. Menunjukkan sikap menolak
1. Tes tertulis
2. Tes skala sikap
3. Observasi
1. Tes skala sikap
2. Pemberian tugas
3. Observasi
1. Tes skala sikap
2. Pemberian tugas
3. Observasi
1. Tes skala sikap
2. Pemberian tugas
ekspresif (yang
menyatkan sikap)
dan tugas
proyektif(yang
menyatakan
perkiraan atau
ramalan
1. Pemberian tugas
ekspresif dan
proyektif
2. Observasi
B. Ranah Rasa (Afektif)
1. Penerimaan
2.Sambutan
1. Kesediaan berpartisipasi/terlibat
2. Kesediaan memanfaatkan
3.Apresiasi (Sikap
menghargai)
1. Menganggap Penting dan Bermanfat
2.Menganggap Indah dan Harmonis
3.Mengagumi
1. Mengakui dan meyakini
2. Mengingkari
4. Internalisasi
(Pendalaman)
5. Karakterisasi
(Penghayatan)
C. Ranah Karsa (Psiko
motor)
1. Melembagakan atau meniadakan
2. Menjelmakan dalam pribadi dan
perilaku sehari-hari
Kecakapan meng kordinasikan gerak
1. Tes tertulis
2. Pemberian tugas
1. Observasi
1. Keterampilan
mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh
bergerak dan
lainnya
bertindak
2. Kecakapan ekspresi 1. Kefasihan melafalkan/ mengucapkan
verbal dan non 2. Kecakapan membuat mimik dan
verbal
gerakan jasmani
2. Tes tindakan
1. Tes lisan
2. Observasi
3. Tes tindakan
Setelah mengetahui indikator prestasi belajar di atas, guru juga perlu
mengetahui bagaimana kiat menetapkan batas minimal keberhasilan belajar
para siswanya. Hal ini penting karena mempertimbangkan batas terendah
prestasi siswa yang dianggap berhasil dalam arti luas bukanlah perkara
mudah. Keberhasilan dalam arti luas berarti keberhasilan yang meliputi ranah
cipta, rasa, dan karsa siswa.
Menetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu
berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Muhibbin Syah
mengemukakan beberapa alternative norma pengukuran tingkat keberhasilan
siswa setelah mengikuti proses mengajar-belajar. Di antara norma-norma
pengukuran tersebut adalah;
1. Norma skala angka dari 0 sampai 10
2. Norma skala angka dari 0 sampai 100.
Angka terendah yang menyatakan kelulusan / keberhasilan belajar
(passing grade) skala 0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk skala 0-100
adalah 55 atau 60. Alhasil pada prinsipnya jika seorang siswa dapat
menyelesaikan lebih dari separuh tugas atau dapat menjawab lebih dari
setengah instrument evaluasi dengan benar, ia dianggap telah memenuhi target
minimal
keberhasilan
belajar.
Namun
demikian
kiranya
perlu
dipertimbangkan oleh para guru madrasah penetapan passing grade yang
lebih tinggi (misalnya 65 atau 70) untuk pelajaran-pelajaran inti, pelajaran inti
ini meliputi pelajaran bahasa dan matematika, karena kedua bidang studi ini
(tanpa mengurangi pentingnya bidang studi lain) merupakan “kunci pintu”
pengetahuan-pengetahuan lainnya.
Selain norma-norma tersebut di atas, ada pula norma lain yaitu norma
prestasi belajar dengan menggunakan simbol huruf-huruf A,B,C,D dan E.
simbol ini dapat dipandang sebagai terjemahan dari simbol angka-angka
sebagaimana tampak dalam tabel berikut.
8
7
6
5
0
-
10
7,9
6,9
5,9
4,9
=
=
=
=
=
Tabel; 2
Perbandingan Nilai Angka, Huruf, dan Predikatnya.
Simbol-simbol Nilai
Predikat
Angka
Huruf
80 – 100 = 3,1 – 4
A
Sangat baik
70 – 79 = 2,1 - 3
B
Baik
60 - 69 = 1,1 - 2
C
Cukup
50 - 59 = 1
D
Kurang
0 - 49 = 0
E
Gagal
Sumber : Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, h 197
Perlu ditambahkan bahwa simbol nilai angka yang berskala antara 0 –
4 seperti yang tampak pada tabel di atas lazim dipakai diperguruan tunggi.
Skala angka yang berinterval jauh lebih pendek daripada skala angka lainnya
itu dipakai untuk menetapkan indeks prestasi (IP) mahasiswa, baik pada setiap
semester maupun pada akhir penyelesaian studi.
Setelah memperhatikan beberapa hal tentang prestasi belajar siswa
seperti tersebut di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa yang terpenting
dari berbagai permasalahan mengenai indikator, jenis, dan evaluasi prestasi
bukanlah norma mana yang harus diambil, melainkan sejauh mana norma itu
dipakai secara lugas untuk mengevaluasi seluruh kecakapan siswa (kognitif,
afektif, dan psikomotor).
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa
Beberapa faktor utama yang menentukan prestasi balajar siswa adalah
“faktor minat, faktor kecerdasan, faktor bakat, motifasi dan kemampuankemampuan kognitif ”20
Faktor-faktor tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut;
1. faktor minat yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Jika seorang
berminat untuk mempelajari sesuatu tidak dapat diharapkan bahwa dia
akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut. Sebaliknya
kalau seorang belajar dengan penuh minat, maka dapat diharapkan bahwa
hasilnya akan lebih baik, karena itu persoalan yang biasa timbul adalah
bagaimana mengusahakan agar hal yang disajikan sebagai pengalaman
belajar itu menarik minat para pelajar, atau bagai mana caranya
menentukan agar para pelajar itu belajar mengenai hal-hal yang menarik.
2. Faktor kecerdasan yang besar peranannya dalam berhasil dan tidak
seorang mempelajari sesuatu atau mengikuti sesuatu program pendidikan.
Didalam lingkungan psikologis, persoalan mengenai kecerdasan ini telah
lama dipersoalkan.
3. Faktor bakat yang merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap
proses dan hasil belajar seseorang.
20
Sri Mulyani, Op Cit, h. 14
4. Faktor motifasi adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Jadi motifasi untuk belajar adalah kondisi psikoligi
yang mendorong seseorang untuk belajar. Penemuan-penemuan peneliti
menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motifasi
untuk belajar bertambah. Maka persoalan mengenai kaitan motivasi itu
dengan belajar adalah dengan mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan
agar hasil belajar dapat optimal. Motivasi yang terdiri dari motivasi
intrinsik yang ditimbulkan dari dalam diri orang bersangkutan dan
motivasi ekstrinsik yang timbul oleh rangsangan dari luar.
5. Kemampuan-kemampuan kognitif
yang terutama berkaitan dengan
persepsi, ingatan dan berfikir. Kemampuan seseorang dalam melakukan
persepsi, dalam mengingat, dan dalam berfikir besar pengaruhnya
terhadap hasil belajarnya.21
21
Ibid, h. 15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif yang menggambarkan
sekaligus mengkaji kondisi riil obyek penelitian berdasarkan data-data otentik
yang dikumpulkan sebagaimana Husaini Usman menegaskan bahwa,” penelitian
kualitatif adalah penelitian yang berusaha memahami dan menafsirkan makna
suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut
prospektif peneliti sendiri.”22 Demikian pula menurut Maleong bahwa,”penelitian
kualitatif adalah penelitian yang dilakukan berdasarkan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan prilaku yang dapat diamati”.23
Berdasarkan penjelasan di atas maka penelitian ini berupaya mengumpulkan
data-data atau informasi obyektif di lapangan mengenai Implementasi Manajemen
Berbasis Madrasah dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada Madrasah
Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe, dan kemudian ditelaah, dikaji dan
1
2
Husaini Usman. Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), h. 81
Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandun: PT Remaja Rosdakarya,
2000), h.3
diolah yang bersifat deskriptif kualitatif yaitu melalui gambaran secara kualitatif
terhadap permasalahan yang diajukan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten
Konawe. Pemilihan lokasi tersebut didasari dengan pertimbangan bahwa lokasi
penelitian berada dalam satu kecamatan dengan tempat tugas peneliti sehingga
dapat menghemat waktu dan biaya sekaligus tidak mengganggu tugas pokok
sehari-hari. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April s/d Juni 2011
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan
menjadi dua jenis yaitu :
a. Data Primer yaitu data yang diperoleh peneliti dari sumber utamanya tanpa
perantara atau dari informan secara langsung dalam hal ini Kepala
Madrasah, guru, tenaga administrasi dan siswa.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui perantara yakni dokumendokumen penting yang dibutuhkan dalam penelitian ini seperti jumlah
fasilitas Madrasah dan siswa.
2. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah dewan guru Madrasah Aliyah Annur
Azzubaidi Kabupaten Konawe dan pihak-pihak lain seperti Kepala Madrasah,
siswa dan tenaga administrasi serta segala sesuatu yang ada hubungannya
dengan penelitian ini sehingga dapat diperoleh data yang valid dan dapat
dipertanggungjawabkan.
D. Teknik Penentuan Informan Penelitian
Dalam penelitian ini teknik penentuan informan yang digunakan peneliti
adalah teknik snowball sampling yaitu tehnik pengumpulan data dengan
menggunakan Informan kunci dan informan pendukung. Sebagaimana Sanafiah
Faisal menjelaskan bahwa :
Bila sampel belum dapat ditentukan secara utuh karena satu dan lain hal , maka
tehnik penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Snowball
sampling yaitu peneliti menentukan satu atau lebih informan kunci kemudian
dari informan kunci tersebut dapat diperoleh data-data informan tambahan
lainnya sesuai dengan kebutuhan penelitian atau berdasarkan pertimbanganpertimbangan yang realistis,24
Dari penjelasan di atas menggambarkan bahwa tehnik penentuan sampel
dengan menggunakan snowball sampling hanya data-data yang bersifat umum.
Adapun alasan pemilihan tehnik ini karena menurut prospektif peneliti sangatlah
sesuai dengan kepentingan peneliti dan kondisi lapangan, mengingat guru-guru
Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe sebagai obyek informan
3
Sanafiah Faisal , Metode Penelitian Sosial , (Jakarta: Erlangga, 2001), h.25
dalam penelitian ini mayoritas adalah Guru Tidak Tetap (GTT) yang berdomisili
di luar lokasi penelitian sehingga dengan demikian ketika peneliti sudah
menganggap data telah lengkap setelah hasil wawancara dilakukan berarti
informan tersebut telah mewakili informan lainnya. Adapun informan kunci yang
dipilih dalam penelitian ini adalah Kepala Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi
Kabupaten Konawe dan perwakilan guru-guru sebagai informan pendukung sesuai
dengan kepentingan pengumpulan data.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpul dengan menggunakan tiga teknik
pengumpulan data, yakni:
1. Observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengadakan
pengamatan langsung atau mencatat dengan sistematis terhadap fenomenafenomena atau obyek yang diteliti dilapangan. Dalam hal ini adalah keadaan
Madrasah dan guru-guru MA Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe.
2. Interview(Wawancara) yaitu metode pengumpulan data dengan cara
mengadakan tanya jawab secara langsung dengan informan sesuai dengan
kebutuhan.
3.
Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan pencatatan
terhadap data untuk memperoleh data sekunder yang meliputi sarana dan
prasarana, jumlah guru, jumlah siswa, masa kerja guru dan tingkat
pendidikan guru serta dokumen perangkat pembelajaran dan hal-hal lain
yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Dokumen ini sangat diperlukan untuk
mendukung informasi yang diperoleh dari para informan.
F. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dilakukan melalui analisis deskriptif kualitatif,
yaitu menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis data dalam penelitian
kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan
setelah
selesai
di
lapangan.
Miles
and
Huberman
mengemukakan
bahwa,”Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
aktifitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification”25
Dan selanjutnya tehnik pengolahan data juga dilakukan dengan beberapa
tahapan yaitu sebagai berikut :
1. Reduksi data yaitu proses pemilihan, penyederhanaan data dan pemusatan
perhatian dengan metode dalam bentuk uraian yang terinci dan sistematis
yang berhubungan dengan fokus masalah penelitian.
4
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D,
( Bandung : Alfabeta, 2007), h.337
2. Display data yaitu menyajikan data untuk melihat gambaran secara
keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian tersebut.
3. Ferifikasi data yaitu mencari data dan menemukan makna terhadap data yang
dikumpulkan dengan mencari pola hubungan, persamaan, perbedaan dan
sistemnya.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekkan keabsahan data merupakan usaha untuk meningkatkan
derajat kepercayaan data dan untuk menyajikan fakta dan data balik apa yang
dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah dan
merupakan unsur yang tidak terpisahkan dari penelitian kualitatif deskriptif.
Dengan demikian apabila peneliti mengadakan pemeriksaan terhadap keabsahan
data secara cermat dan teliti, maka jelas bahwa hasil penelitiannya dapat
dipertanggungjawabkan.
Dalam pengecekan keabsahan data ini peneliti menggunakan Trianggulasi
data ; “Teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang
ada di luar data itu untuk keperluan pengecekan keabsahan atau pembanding
terhadap data itu”26
5
Lexy. J. Moleong, Op. Cit, h.178
Dalam pengujian keabsahan data dalam penelitian ini penulis hanya
menggunakan dua macam trianggulasi yaitu sumber dan data. Hal ini dilakukan
untuk menjaga adanya informan yang memberikan informasi yang kurang
relevan dari pembahasan. Trianggulasi dengan menggunakan sumber yaitu
dengan membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh dari lapangan penelitian melalui waktu yang berbeda.
Trianggualsi dengan menggunakan data dilakukan dengan cara membandingkan
hasil data observasi dengan data hasil wawancara. Dengan demikian data yang
telah dirumuskan akan disimpulkan kembali untuk memperoleh derajat data
yang akurat.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi
Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi berdiri pada tahun 1997 di Desa
Larowiu Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe. Pada awal berdirinya
madrasah ini hanya memiliki siswa yang kurang dari 10 orang dengan tenaga
pengajar yang berjumlah 3 orang. Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi berdiri di
areal tanah seluas kurang lebih seperempat hektar dengan kondisi gedung yang
sangat sederhana, siswa dan siswi menimba ilmu dari para guru yang hanya
tamatan Madrasah Aliyah dan SMA. Akan tetapi karena madrasah ini
merupakan satu-satunya sekolah lanjutan tingkat atas yang berada di
lingkungan pemukiman transmigrasi, sehingga cepat berkembang dengan pesat.
Apalagi masyarakat disekitar madrasah ini sangat mendukung. Selain itu juga
madrasah ini berada dilingkungan pondok pesantren yang memiliki banyak
santri baik dari lingkungan masyarakat sekitar maupun dari daerah lain,
sehingga sangat membantu perkembangan madrasah ini.
Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi didirikan oleh KH. Anang Zubaidi
yang sekaligus sebagai kepala madrasah yang pertama. Madrasah ini bernaung
di bawah Yayasan Pondok Pesantren Annur Azzubaidi yang juga di ketuai oleh
KH. Anang Zubaidi sekaligus sebagai pimpinan pesantren Annur Azzubaidi.
Sejak awal berdirinya sebagai Madrasah Aliyah Swasta, tahun 2006
tepatnya tanggal 15 November 2006 madrasah ini baru mendapatkan izin
operasional dari pemerintah dengan nomor izin operasional sekolah 84
tertanggal 15 November 2006. Selama melaksanakan kegiatan pembelajaran di
madrasah ini, baru satu kali diadakan pergantian kepala Madrasah. Yakni
tepatnya bulan Agustus 2009 KH. Anang Zubaidi selaku kepala madrasah yang
pertama sekaligus ketua yayasan menyerahkan kepemimpinan madrasah kepada
bapak Mukhson Khanif, S.Ag yang memimpin Madrasah Aliyah Annur
Azzubaidi sampai sekarang.
Bermula dari keadaan yang sangat sederhana baik gedung madrasah,
tenaga pengajar maupun sarana dan prasarana lainnya, namun Madrasah Aliyah
Annur Azzubaidi berhasil mencetak alumni-alumni yang unggul. Hal ini
terbukti dengan banyaknya alumni madrasah yang sudah menyelesaikan
program sarjananya, bahkan sudah ada beberapa alumni yang terangkat menjadi
pegawai negeri sipil yang kembali mengabdi di yayasan ini. Dan saat ini
Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi memiliki 130 orang siswa.
2. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan sesuatu yang sangat penting dalam
proses pembelajaran. Sarana dan prasarana harus ada walaupun kondisinya
sangat sederhana, terutama dalam pelaksanaan pembelajaran formal. Sebab
tanpa sarana dan prasarana yang memadai, maka proses pembelajaran tidak
dapat berjalan dengan baik.
Madrasah
Aliyah
Annur
Azzubaidi
dalam
menyelenggarakan
pendidikan telah mengupayakan pengadaan berbagai sarana dan prasarana
sebagai
kebutuhan
sebuah
lembaga
pendidikan
yang nantinya
akan
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Berikut tabel data
keadaan sarana dan prasarana di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi.
Tabel ; 3.
Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jenis Sarana dan Prasarana
Ruang Belajar
Ruang Kepala Madrasah
Ruang Tata Usaha
Ruang Guru
Perpustakaan
Komputer/Laptop
Aula
Musholla
Rumah Guru
Asrama
11
Jumlah
5
1
1
1
1
4
1
2
7
Keterangan
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Baik
Baik
Permanen
Baik
3
Permanen
TPKU
1
Permanen
12
Kamar mandi/WC Guru
1
Semi Permanen
13
Kamar mandi/WC Siswa
1
Semi Permanen
Sumber data: Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Tahun 2011
Dari data tersebut, terlihat bahwa keadaan sarana dan prasarana yang
dimiliki Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi sampai sekarang cukup memadai
untuk menunjang terlaksananya proses pembelajaran dalam sebuah lembaga
pendidikan. Ketersediaan seluruh sarana prasarana tersebut merupakan bagian
terpenting pula dalam mencetak generasi berprestasi yang beriman dan
bertakwa serta SDM yang handal.
3. Keadaan Guru
Dalam proses pembelajaran, seorang guru merupakan motivator,
fasilitator dan dinamisator. Proses pembelajaran tidak dapat berlangsung efektif
tanpa kehadiran dan bantuan dari guru. Guru menjadi salah satu faktor penentu
pencapaian tujuan pendidikan, walaupun sarana dan prasarana dalam sekolah
memadai, namun bila tidak ada guru, maka kegiatan pembelajaran tidak dapat
berlangsung dengan baik.
Untuk menunjang kegiatan pelaksanaan pembelajaran di Madrasah
Aliyah Annur Azzubaidi, maka diperlukan tenaga professional dari guru.
Adapun jumlah guru (tenaga pengajar) di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel ; 4.
Keadaan Tenaga Pengajar di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi
No
Jabatan
Jumlah
1
Guru Tetap
1
2
Guru Tidak Tetap
15
Jumlah
16
Sumber data: Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Tahun 2011
Berdasarkan tabel diatas maka dapat dijelaskan bahwa untuk tenaga
pendidikan di Madrasah aliyah Annur Azzubaidi dalam hal ini adalah guru
berjumlah 16 orang, yang terdiri dari 1 orang guru tetap dan 15 orang guru
tidak tetap dengan jenjang pendidikan antara S1 dan SMA dengan latar
belakang pendidikan umum dan agama. Dari 16 orang guru di Madrasah Aliyah
Annur Azzubaidi terdiri dari 10 orang dengan kualifikasi pendidikan S1
(sarjana), Pondok Pesantren 1 orang dan MAN 5 orang. Untuk lebih jelasnya
keadaan guru di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel ; 5
Data Tenaga Pengajar di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi
No
Nama
Jabatan
Status
1
Mukhson Khanif, S. Ag
Kepala
MA Annur Azzubaidi,
Guru Akidah Akhlak
2
KH. Anang Zubaidi
Guru Qur’an Hadits
Honorer
3
Ahmad Sopandi
Guru Fiqhi
Honorer
4
Etri Utami, S. PdI
5
Harmin, S. Pd
Guru Sosiologi dan
Sejarah
Guru Matematika
Honorer
6
Erni Sumarwati, S. Pd
Guru Bahasa Indonesia
Honorer
7
Sudiyo, S. Pd
Guru Ekonomi dan TIK
PNS
PNS
PNS
8
Saiful Ansor, S. PdI
Guru Goegrafi
Honorer
9
Nuryati
Guru Bahasa Arab
Honorer
10
Muh. Irfan Maulana
Guru Seni Budaya
Honorer
11
Ahmad Samsir,S.Pd I
Guru Penjaskes
Honorer
12
Mardhiyah
Guru SKI
Honorer
13
Sugi Wartono, S. Pd
Guru Bahasa Inggris
Honorer
14
Haidiri, S. Pd
Guru Fisika dan Biologi
Honorer
15
Basri Waluyo, S. PdI
Guru Kewarganegaraan
Honorer
16
Ida Kuniawati, S. Pd
Guru Bahasa Inggris
Honorer
Sumber data: Kantor Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Tahun 2011
4. Keadaan Siswa
Siswa merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, sebab pendidikan tidak mungkin
berjalan tanpa adanya siswa atau peserta didik. Dengan demikian peserta didik
menempati sentral dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain seorang guru
harus mengetahui kondisi siswanya baik menyangkut kepribadiannya maupun
intelektualnya. Untuk mengetahui lebih jelas tentang data siswa madrasah
Aliyah Annur Azzubaidi tahun pelajaran 2011/2012 dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel ;6.
Data Siswa Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi tahun 2011
NO
JUMLAH
KELAS
L
JUMLAH
P
1
2
3
X (Sepuluh)
20
28
XI (Sebelas)
21
30
XII (Dua Belas)
15
16
JUMLAH
56
74
Sumber data: Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Tahun 2011
48
51
31
130
Berdasarkan jumlah siswa disetiap kelas terkategori sedang, sehingga
secara teoritis guru dapat mengarahkan siswa dengan baik saat kegiatan
pembelajaran dan secara strategi mudah untuk menerapkan kedisiplinan kepada
siswa yang merupakan kunci untuk meraih prestasi.
B. Gambaran Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah
1. Visi dan Misi Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi
a. Visi
Manajemen berbasis madrasah di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi
mulai
diimplementasikan
pada
tahun
2007
hingga
sekarang.
Selama
dijalankannya model pembaruan ini Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi
mengalami perubahan yang cukup pesat jika dibandingkan sebelumnya. Prestasi
siswapun mengalami peningkatan dari tahun ketahun.
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa manajemen
berbasis madrasah adalah merupakan model manajemen yang memberi otonomi
lebih besar kepada madrasah untuk senantiasa meningkatkan sumber daya yang
ada dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara
langsung semua masyarakat madrasah untuk meningkatkan mutu madrasah
sesuai dengan kebijakan nasional. Adapun visi madrasah Aliyah Annur
Azzubaidi adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dalam keimanan
dan ketakwaan.
2. Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Mampu
mengaktualisasikan Ilmu yang dimiliki dalam pengabdian
masyarakat dengan berlandaskan iman dan takwa”
Penjelasan :
1. Visi Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi tersebut merupakan arah dan
gambaran masa depan yang akan dituju oleh segenap civitas akademika dalam
upaya mewujudkan lahirnya sumber daya manusia Indonesia.
2. Dipilihnya orientasi pendidikan pada penguasaan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, dikarenakan IPTEK merupakan komoditas ekonomi yang tinggi
dan bernilai ekspor. Penguasaan IPTEK merupakan indikator keberhasilan
yang dapat berkiprah pada tataran internasional (global).
b.
Misi
Adapun untuk mencapai tujuan atau visi di atas diperlukan keseriusan
cara dan metode untuk meraihnya. Cara meraih visi tersebut disebut misi
Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe. Maka Misinya adalah
sebagai merikut:
1) Menyiapkan calon pemimpin masa depan yang menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi, mempunyai daya juang tinggi, kreatif, inovatif, proaktif dan
mempunyai landasan iman dan takwa yang kuat.
2) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan profesional tenaga pendidik dan
kependidikan sesuai dengan perkembangan dunia kependidikan.
3) Menjadikan Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi sebagai madrasah model
dalam pengembangan pengajaran IPTEK dan IMTAK bagi lembaga
pendidikan lainnya.
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa implementasi
manajemen berbasis madrasah pada Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi telah
dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari dimensi Perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Untuk lebih jelasnya
penulis dapat uraikan sebagai berikut;
2. Implementasi Manajemen Berasis Madrasah di MA Annur Azzubaidi
Kabupaten Konawe.
a. Perencanaan
Rencana madrasah merupakan salah satu perangkat terpenting dalam
MBM, yang mencakup perencanaan untuk jangka waktu tertentu, dan disusun
oleh madrasah bersama komite madrasah. Perencanaan yang disusun oleh
Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi berdasarkan visi, misi dan tujuan madrasah
sebagai lembaga formal.
Agar misi Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi dapat dioperasionalkan,
kinerja
dan hasil pelaksanaannya dapat dievaluasi, maka kepala madrasah
bersama dewan guru telah menyusun rencana kegiatan yairu;
1. Perencanaan bidang kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat terencana dan pengaturan mengenai isi
dan bahan pengaturan serta cara yang digunakan sebagai pedoman kegiatan
belajar mengajar.27 Adapun kurikulum yang digunakan Madrasah Aliyah Annur
Azzubaidi adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2. Perencanaan Bidang Proses Belajar Mengajar
Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan
oleh peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui system tatap
muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Semua itu
dimaksudkan
untuk
mencapai
standar
kompetensi
lulusan
dengan
memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik.
Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses
interaksi antara peserta didik dan pendidik. Bahan belajar kegiatan tatap muka
perjam pelajaran berlangsung selama 45 menit.
1
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), h. 18
Disamping pelaksanaan kurikulum secara umum, MA Annur Azzubaidi
juga melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menunjang kepada kegiatan
kurikuler. Salah satunya adalah pelaksanaan muatan lokal.
Muatan lokal merupakan kegiatan untuk mengembangkan kompetensi
yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan
daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan kedalam mata pelajaran
yang ada dan substansi muatan lokal ditentukan oleh pihak madrasah.
Untuk mengembangkan diri khas madrasah dan memperhatikan
sebagian besar harapan orang tua siswa menyekolahkan putra-putrinya di MA
Annur Azzubaidi adalah untuk pendalaman agama, dimana pendalaman agama
yang diterapkan di MA Annur Azzubaidi lebih difokuskan pada pengamalan
sehari-hari. Sehingga siswa terbiasa dengan apa yang dipraktekkan disekolah
baik itu tadarus Al Qur’an, sholat sunnah duha, sholat berjamaah, disamping itu
sebagai ciri dari MA Annur Azzubaidi siswa diberi keterampilan pertukangan
bagi putra dan menjahit bagi putri. Hal ini kami terapkan agar lulusan MA
Annur Azzubaidi bisa terampil bukan hanya ilmu bidang agama akan tetapi
terampil pula dibidang pertukangan dan konveksi. Materi lokal dikemas
sedemikian rupa dalam bentuk modul yang berisikan materi dasar ke-islaman
atau keterampilan lainnya.
3. Perencanaan Bidang Kesiswaan
Siswa adalah obyek dalam suatu lembaga pendidikan, sehingga tanpa
siswa suatu lembaga pendidikan tersebut tidak dapat beroperasi. Karena itu
madrasah perlu merencanakan penerimaan siswa baru. Penerimaan siswa baru
merupakan kegiatan yang pertama dilakukan oleh madrasah dengan
mengadakan pendaftaran dan seleksi calon siswa baru. Dalam hal penerimaan
siswa baru MA Annur Azzubaidi melakukan langkah-langkah dengan
pembentukan panitia, pengumuman dan penentuan syarat-syarat pendaftaran,
penyediaan formulir pendaftaran, waktu pendaftaran, waktu seleksi serta
penentuan calon yang diterima. Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa
penerimaan siswa baru dilakukan dengan kerja sama antara pihak madrasah
dengan pondok pesantren Annur Azzubaidi dengan mempertimbanagkan
kondisi sarana dan prasarana yang ada, sebagaimana hasil wawancara penulis
dengan salah seorang informan bahwa “Penerimaan siswa baru di MA Annur
Azzubaidi dilakukan di dua tempat yaitu di pondik pesantren dan di madrasah
sendiri, hal ini disebabkan mereka juga mendaftar santri baru di pondok
pesantren.”28
4. Perencanaan Bidang Ketenagaan
Sebagaimana keberadaan siswa, maka guru dan tata usaha merupakan salah
satu factor yang sangat penting dalam sebuah lembaga pendidikan. Dalam
proses belajar mengajar guru memegang peranan atas keberhasilan dan
kesuksesan lembaga pendidikan dalam mencapai visi dan misi yang
diembannya. Demikian pula dengan pegawai tata usaha yang melaksanakan
Syaiful Ansor, Guru Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi, “Wawancara”, Meluhu, 26
Oktober 2011
2
segala kegiatan administrasi, karena itulah factor ketenagaan perlu pula
direncanakan dengan baik.
Tugas bagi seorang guru tidak hanya sebagai tugas professional, tetapi
merupakan tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan. Guru mempunyai
kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi
seorang yang berguna baggi agama, nus adan bangsa. Sesuai hasil pengamatan
dengan salah seorang informan menyatakan bahwa;
Perancanaan guru pada MA Annur Azzubaidi memuat tentang jumlah guru
dan pegawai yang dibutuhkan, pengembangan kompetensi guru, serta
latihan kerja guru, sedangkan perencanaan pegawai tata usaha memuat
tentang hal-hal yang menangani bidang administrasi serta pengelolaan
lingkungan madrasah,29
Berdasarkan keterangan dari informan tersebut diatas menunjukkan
bahwa manajenen tentang perencanaan ketenagaan pada MA Annur Azzubaidi
paada dasarnya telah dilakukan dengan baik, meskipun masih terdapat kendala
yang dialami karena terkait dengan sumber daya manusia yang ada.
5. Perencanaan Bidang Sarana Pembelajaran
Ditinjau dari fungsi atau peranannya terhadap pelaksanaan proses
belajar mengajar maka sarana pendidikan yang dimaksud disini dibedakan
menjadi tiga macam yaitu; 1) alat pelajaran, 2) alat peraga dan, 3) media
pengajaran. Berdasarkan hal tersebut perencanaan tentang sarana dan prasaran
Mukhson Khanif, Kepala Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi, “Wawancara”. Meluhu,
26 Oktober 2011
3
pembelajaran yang dilakukan pada MA Annur Azzubaidi sesuai dengan
pengamatan penulis memuat tentang penentuan kebutuhan, tehnis infentarisasi,
pengadaan bahan/perlengkapan, pemeliharaan dan rehablitas, penggunaan
perlengkapan dan anggaran pembelian peelengkapan. Berdasarkan hasil
wawancara penulis dengan salah seorang informan menyatakan bahwa;
Perencanaan bidang sarana pendidikan di MA Annur Azzubaidi belum
sepenuhnya dilaksanakan karena mengingat keterbatasan dana dan
kemampuan madrasah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhn madrasah,
disamping itu juga karena keterbatasan sumber daya manusia khususnya
yang menangani bidang administrasi, sehingga dengan terpaksa ada guru
yang merangkap sebagai tenaga administrasi.”30
Dari penjelasan informan tersebut diatas menggambarkan bahwa
perencanaan bidang sarana pendidikan khususnya bidang administrasi di MA
Annur Azzubaidi masih perlu mendapatkan perhatian mengingat hal ini sangat
penting dalam kelancaran kegiatan proses belajar mengajar.
6. Perencanaan Bidang Keuangan
Sebagaimana dikatahui bahwa pada dasarnya setiap unit kerja selalu
berhubungan dengan masalah keuangan demikian pula sekolah, bahkan
masalah keuangan disebuah organisasi pendidikan sangatlah urgen apalagi pada
Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi sebagai Madrasah swasta tanpa dana proses
pendidikan tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Perencanaan
keuangan di MA Annur Azzubaidi disusun dalam RAPBM yang memuat
4
2011
Mukhson Khanif, Kepala MA Annur Azzubaidi, “Wawancara” Meluhu, 26 Oktober
tentang sumber pendapatan dan pengeluaran yang dipergunakan setiap tahun.
Adapun sumber pendapatan MA Annur Azzubaidi hanya bersumber dari
bantuan pemerintah berupa BOP, sedangkan bantuan lain seperti Sumbangan
Pembinaan Pendidikan (SPP) atau iuran komite madrasah hanya dikenakan dua
pulu ribu rupiah per bulan mengingat kondisi masyarakat yang sebagian besar
adalah masyarakat tidak mampu. Karena itulah masalah keuangan di MA
Annur Azzubaidi perlu direncanakan dengan baik. Dalam hal ini perencanaan
keuangan selalu memperhatikan skala prioritas kebutuhan mengingat dana
sangat terbatas sementara kebutuhan tidak terbatas. Sebagaimana diungkapkan
oleh salah seorang informan bahwa “perencanaan keuangan di MA Annur
Azzubaidi mengutamakan kesejahteraan guru karena guru dan pegawai MA
Annur Azzubaidi 90% adalah guru honorer”31
Dari
pengamatan
dan
keterangan
informan
diatas
memberikan
pemahaman bahwa factor keuangan pada MA Annur Azzubaidi masih sangat
terbatas yang hanya bersumber dari dana BOP sehingga hal ini tentu sangat
mempengaruhi kelancaran kegiatan lainnya.
b. Pengorganisasian
Untuk kelancaran dan pencapaian suatu tujuan dalam setiap kegiatan
maka perlu adanya pengorganisasian. Pengorganisasian yang dimaksud disini
5
2011
Mukhson Khanif, Kepala MA Annur Azzubaidi, “Wawancara” Meluhu, 26 Oktober
adalah pembagian komponen kegiatan dalam suatu kelompok dan penetapan
wewenang didalam kelompok atau unit organisasi. Berdasarkan pengamatan
pengorganisasian pada MA Annur Azzubaidi meliputi bidang kurikulum, PBM,
kesiswaan, ketenagaan, sarana dan prasarana serta keuangan dan semua sudah
dilaksanakan dengan baik. Untuk lebih jelasnya penulis uraikan sebagai
berikut;
1) Pengorganisasian Bidang Kurikulum
Pengorganisasian bidang kurikulum pada MA Annur Azzubaidi
dilakukan dalam bentuk kegiatan penyusunan pembagian tugas mengajar
yang
disesuaikan
dengan
latar
belakang
pendidikan
guru
yang
bersangkutan, dan jumlah jam mengajar yang ditentukan sesuai dengan
ketentuan umum yang berlaku yaitu 18 jam dalam seminggu bagi guru
PNS, dan selebihnya diberikan kepada guru tidak tetap atau non PNS. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa dalam pengaturan pembagian tugas
mengajar sebagaimana disebutkan diatas kadang menyimpang dari latar
belakang pendidikan guru yang bersangkutan, kenyataan ini terjadi karena
ada beberapa bidang studi yang gurunya sangat kurang atau tidak ada sama
sekali sehingga ada guru yang merangakap bidang studi lain, meskipun
telah memenuhi kualifikasi pendidikan sebagaimana telah dijelaskan pada
pembahasan sebelumnya. Hal ini juga dikatakan oleh seorang informan
bahwa;
Memang guru yang mengajar di madrasah aliyah ini tidak sesuai dengan
latar belakang pendidikannya namun pada dasarnya merek ra-rata telah
memenuhi persyaratan kualifikasi pendidikan, dimana mereka sebagian
besar adalah alumni Madrasah Aliyah dan juga alumni dari STAIN jurusan
PAI tetapi mengajar bidang studi umum hal ini terjadi karena di MA Annur
Azzubaidi ini masih kekurangan guru.32
Dari penjelasan informan diatas menunjukkan bahwa guru yang
mengajar
di MA Annur Azzubaidi belum memenuhi kriteria guru yang
professional, baik dari latar belakang pendidikannya maupun kualifikasi
pendidikannya.
2) Pengorganisasian Bidang Proses Belajar Mengajar
Pengorganisasian dibidang proses belajar mengajar pada MA Annur
Azzubaidi dilakukan dengan rasio perbandingan guru dan siswa serta jumlah
kelas yang digunakan. Untuk jurusan eksakta(IPA) memiliki ruang belajar
tersendiri meskipun baru dua kelompok belajar. Untuk jurusan IPS yang sudah
sejak awal berdirinya MA Annur Azzubaidi ini telah terkordinir dengan baik
sesuai kondisi setempat dimana guru yang mengajar siswa jurusan IPS sebagian
besar juga mengajar di jurusan IPA terutama pada pelajaran selain eksakta.
Sesuai hasil wawancara peneliti dengan seorang informan bahwa
“pengorganisasian proses belajar mengajar di MA Annur Azzubaidi
senantiasa mempertimbangkan kondisi dilapangan, baik kondisi guru
maupun kondisi kelas yang digunakan.”33
6
Haediri.T. Guru MA Annur Azzubaidi, “Wawancara”, Meluhu, 26 Oktober 2011
33
Haediri.T. Guru MA Annur Azzubaidi, “Wawancara”, Meluhu, 26 Oktober 2011
3) Pengorganisasian Bidang Kesiswaan
Setelah proses penerimaan siswa baru maka kegiatan kesiswaan
selanjutnya adalah mengadakan pengelompokan siswa. Setiap kelas sesuai
dengan standar maksimal 35 orang sampai 40 orang. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa siswa MA Annur Azzubaidi pada awal tahun ajaran
khususnya kelas satu mengalami kelebihan siswa sampai sekitar 50 orang,
namun pada awal semester kedua berkurang sehingga masih terdapat kendala
dalam mengajarkan materi pembelajaran pada sekian banyak siswa yang
bermacam-macam karakternya. hal ini juga dikemukakan oleh seorang
informan bahwa
”pengelompokan siswa sebenarnya sudah memenuhi standar maksimal
jumlah siswa pada tiap kelasnya, namun demikian semua guru yang
mengajar masih dapat mengkoordinir siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.” 34
Demikian halnya bagi guru juga mengalami kesulitan dalam menyajikan
pelajaran karena ada siswa yang cepat mengerti dan ada siswa yang terlambat
pemahamannya sehingga alokasi waktu pembelajaran yang tersedia tersita
dengan mengulang-ulang pelajaran.
4) Pengorganisasian Bidang Ketenagaan
Penerapan fungsi pengorganisasian pada bidang ketenagaan pada MA
Annur Azzubaidi berdasarkan pengamatan menyangkut tentang pembagian
tugas guru dan tata usaha. Adapun tugas guru dalam proses belajar mengajar
34
Sudiyo. Guru MA Annur Azzubaidi, “Wawancara”, Meluhu, 26 Oktober 2011
yang ditetapkan yaitu : 1) membuat program pengajaran semester/tahunan,
2)membuat
persiapan
pengajaran
(RPP),
3)
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran, 4) melakukan penilaian, 5) mengisi daftar nilai siswa, 6)
menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan, 7) membuat
lembaran kerja siswa (LKS), dan 8) membuat catatan tentang kemajuan hasil
belajar siswa. Disampung tugas pokok tersebut seorang guru juga ditunjuk oleh
kepala madrasah untuk membantu penyelenggaraan pendidikan di madrasah,
termasuk kegiatan ekstra kurikuler. Sedangkan tugas bagi tata usaha adalah
mengurus bidang administrasi guru dan siswa seperti mencatat kehadiran guru
dan siswa pada setiap hari, dan juga enjaga keamanan madrasah membersihkan
lingkungan madrasah, hal tersebut dijalaskan oleh seorang informan bahwa;
Manajemen ketenagaan di MA Annur Azzubaidi hanya terbagi atas dua
yaitu tenaga guru dan tenaga tata usaha dengan memiliki tugas masingmasing. Kalau guru bertugas dan bertanggung jawab dalam hal pengelolaan
pendidikan dalam hal ini kegiatan proses belajar mengajar, sedangkan
tenaga tata usaha bertugas hanya hal-hal administrasi guru dan siswa serta
pengelolaan sarana dan prasarana yang ada.”35
Dari keterangan informan tersebut diatas cukup jelas difahami bahwa
dalam pengorganisasian bidang ketenagaan pada MA Annur Azzubaidi sudah
dilaksanakan secara maksimal sesuai dengan fungsinya masing-masinag,
namun diakui hal tersebut belum sesuai dengan apa yang diharapkan karena
mengingat keterbatasan sumber daya manusia yang ada.
5) Pengorganisasian Bidang Sarana Pendidikan
35
Mukhson Khanif, Ka Mad, “Wawancara”, Meluhu, 26 Oktober 2011
Pengorganisasian suatu sarana dalam pendidikan merupakan hal yang
sangat penting untuk mengetahui berapa banyak sarana yang dibutuhkan dan
berapa banyak sarana yang layak pakai dan yang tidak layak pakai. Papa MA
Annur Azzubaidi berdasarkan pengamatan pengorganisasian sarana pendidikan
dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu; 1) pencatatan penerimaan, 2)
pencatatan pembelian, 3) penggunaan dan pemanfaatan, 4)pemeliharaan dan
peraawatan, 5) penghapusan, 6) pencatatan jumlah sarana, 7) pencatatan
keadaan sarana, dan 8). Pencatatan tantang keadaan madrasah. Berdasarkan
hasil wawancara penulis dengan seorang informan menyatakan bahwa;
Sarana pendidikan yang ada di MA Annur Azzubaidi ini masih sangat
terbatas baik yang ada di kelas seperti media pembelajaran maupun yang
ada di luar kelas seperti lapangan olah raga dan lain-lain, namun demikian
kami syukuri apa yang ada untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya.36
Dari hasil pengamatan dan keterangan informan diatas menunjukkan
bahwa pada dasarnya MA Annur Azzubaidi telah melakukan pengorganisasian
sarana pendidikan yang ada dengan melaui beberapa tahapan sebagaimana
tersebut diatas. Dengan demikian dapat dipahami bahwa implementasi
manajemen berbasis madrasah pada MA Annur Azzubaidi telah dilaksanakan
dengan baik.
6) Pengorganisasian Bidang Keuangan
Pengorganisasian pada bidang keuangan yang dimaksud disini adalah
pemetaan sumber dana madrasah dan sarana penggunaannya. Adapun sumber
36
Mukhson Khanif, Ka Mad, “Wawancara”, Meluhu, 26 Oktober 2011
dana yang ada pada MA Annur Azzubaidi sebagaimana telah dijelaskan diawal
hanyalah bersumber dari bantuan pemerintah melalui dana BOP dan sarana
penggunaannya diprioritaskan untuk kesejahteraan guru dan selebihnya
digunakan untuk pembelian ATK dan kegiatan proses belajar mengajar, hal ini
dijabarkan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Madrasah
(RAPBM). Sebagai mana hasil wawancara penulis dengan salah seorang
informan menatakan bahwa;
Pengorganisasian sumber dana tersebut dimaksudkan untuk mengetahui
berapa banya sumber bantuna yang ada di MA Annur Azzubaidi sekaligus
sebagai bentuk keterbukaan dan transparansi kepada warga madrasah
khususnya dan masyarakat pada umumnya.37
Berdasarkn
hasil
pengamatan
dan
wawancara
tersebut
diatas
menunjukkan bahwa implementasi manajemen bidang keuangan pada MA
Annur Azzubaidi telah diorganisir dengan baik kedalam RAPBM, baik yang
ada didalam pembukuan maupun yang dimuat dalam papan data. Dari data
tersebut juga memberikan pemahaman kepada kita bahwa ternyata dana yang
ada di MA Annur Azzubaidi masih sangat minim untuk biaya kegiatan
pendidikan, sehingga hal ini sangat berpengaruh pada peningkatan mutu, baik
penigkatan kualitas siswa maupun peningkatan professional guru. Hal ini juga
diungkapkan oleh seorang informan bahwa,”salah satu kendala yang dialami di
Madrasah Aliyah ini adalah masalah keterbatasan dana sehingga ruang untuk
37
Mukhson Khanif, Ka Mad, “Wawancara”, Meluhu, 26 Oktober 2011
pengembangan kompetensi siswa maupun guru tidak bisa dilaksanakan
misalnya kegiatan praktikum siswa dan KKG”38
Dari keterangan informan tersebut mengindikasikan bahwa problem
utama yang dialami oleh lembaga pendidikan di Indonesia pada umumnya dan
khususnya MA Annur Azzubaidi adalah masalah dana pendidikan yang sangat
terbatas.
c. Penggerakan/Pelaksanaan
Aplikasi dimensi penggerakan adalah merupakan inti dari suatu proses
dimensi perencanaan dan pengorganisasian. Karena itu fungsi n diletakkan
sesudah perencanaan dan pengorganisasian. Untuk lebih jelasnya penulis akan
uraikan hal ini sebagai berikut;
1) Penggerakan bidang kurikulum
Sebagaimana diawal telah dijelaskan bahwa perencanaan bidang
kurikulum adalah perencanaan yang menyangkut tugas guru dalam kegiatan
proses belajar mengajar dengan menerapkan kurikulum muatan nasional dan
kurikulum muatan local. Sesuai denganvisi dan misi madrasah. Muatan lokal
dimaksudkan untuk menunjang pelaksanaan kurikulum nasional. Dari hasil
pengamatan tentang pelaksanaan pengembangan kurikulum nasional pada MA
Annur Azzubaidi meliputi; (1)menyusun silabus kurikulum (2)pemantapan
38
Etri Utami, Guru MA Annur Azzubaidi, “Wawancara”, Meluhu, 26 Oktober 2011
system penilaian kurikulum 2004 KTSP, (3) efektifitas kegiatan MGMP (4)
efektifitas pelaksanaan evaluasi harian dan ujian akhir (5) sosialisasi program
kepada orang tua siswa (6) melaksanakan pengayaan dan tambahan jam belajar
sedangkan pengembangan kurikulum muatan lokal dilakukan dengan mengacu
pada kondisi local dan kemampuan siswa. Hal ini juga disampaikan oleh salah
seorang informan bahwa;” pelaksanaan kurikulum di MA Annur Azzubaidi ini
kami mengacu kepada standar isi dan standar kompetensi lulusan dengan tidak
mengabaikan kebutuhan siswa dan tuntutan masyarakat.”39
2) Penggerakan Bidang Proses Belajar Mengajar
Sebagaimana difahami bahwa aplikasi kurikulum dilakukan melalui
kegiatan belajar mengajar dalam bentuk ekstra kurikuler dan intra kurikuler.
Pelaksanaan kurikulum melalui kegiatan proses belajar mengajar merupakan
tanggung jawab oleh kepala madrasah selaku menejer dan guru sebagai
pelaksana tugas harian. Mustafa mengatakan bahwa; “guru adalah tenaga yang
memegang jabatan fungsional yang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas
dan fungsi madrasah yakni pelaksanaan proses belajar mengajar di madrasah.”40
Kedudukan guru pada suatu lembaga pendidikan sangat memegang perenan
penting untuk mencapai tujuan institusionalnya, karena itu guru diharuskan
minimal memiliki tiga kompetensi dasar yaitu kemampuan penguasaan materi,
39
40
Mukhson Khanif, Ka Mad, “Wawancara”, Meluhu, 26 Oktober 2011
Mustafa Husba, Administrasi Pendidikan, (Aplikasi Fungsi-fungsi Manajemen pada
Lembaga Pendidikan Formal), (Makassar : PT. Pustaka Refleksi, 2005). h.31
kemampuan memilih dan menggunakan metode serta kemampuan dalam
menciptakan situasi paedagogik.”41
Sehubungan dengan tugas guru sebagaimana tersebut di atas maka
dalam melaksanakan proses belajar mengajar pada Madrasah Aliyah Annur
Azzubaidi sesuai dengan pengamatan penulis bahwa guru selalu memberikan
motivasi yang tinggi untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan menegakkan
disiplin, sikap dan kemampuan daya serap terhadap materi pelajaran. Di
samping itu sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi dalam kegiatan
pembelajaran guru MA Annur Azzubaidi juga selalu menekankan pembelajaran
praktek, pembelajaran demokratis dan terbuka serta pembelajaran kontekstual
yang secara langsung berkaitan dengan kehidupan nyata yang ada di
masyarakat. Sebagaimana disampaikan oleh salah seorang informan bahwa;
Dalam kegiatan proses belajar mengajar kami tidak hanya mengejar
ketuntasan materi yang ada dalam kurikulum, tetapi kami juga selalu
menekankan kepada siswa pada pembelajaran praktek, sikap, kedisiplinan,
dan masalah-masalah yang aktual yang ada pada kehidupan siswa sendiri.
Seperti praktek sholat, dan praktek komputer, sehingga siswa tidak hanya
menguasai ilmu pengetahuan tetapi juga dapat mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari, itu yang lebih penting.42
Berdasarkan hasil pengamatan dan keterangan dari seorang informan
tersebut diatas maka dapat difahami bahwa pelaksanaan proses belajar
mengajar pada MA Annur Azzubaidi pada dasarnya telah mengarah pada
41
Ibid, h. 32
42
Harmin, Guru MA Annur Azzubaidi, “Wawancara”, Meluhu, 26 Oktober 2011
pembelajaran yang berbasis madrasah dan masyarakat sesuai dengan tiga aspek
tujuan pembelajaran yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
3) Penggerakan Bidang Kesiswaan
Para siswa merupakan klien utama yang harus dilayani, karena itu siswa
harus dilibatkan secara aktif dan tepat tidak hanya didalam proses belajar
mengajar tetapi juga dilibatkan dalam kegiatan madrasah. Selanjutnya
mengenai penggerakan bidang siswa difokuskan pada upaya pembinaan siswa
dalam berbagai jenis kegiatan seperti kegiatan dalam organisasi kesiswaan,
keolahragaan,
kesenian,
kepramukaan,
dan
organisasi
lainnya.
Guru
memberikan motivasi kepada siswa agar mereka dapat melakukan kegiatan
tersebut secara optimal, serta motivasi agar mereka selalu belajar dengan tekun
dan berusaha mengambil manfaat secara optimal dari berbagai kegiatan untuk
kepentingan pengembangan diri mereka sendiri.
Berdasarkan pengamatan penulis penggerakan bidang kesiswaan pada
MA Annur Azzubaidi dilakukan dalam
berbagai kegiatan yaitu kegiatan
kesiswaan, olahraga, seni dan keterampilan. Hal ini juga disampaikan oleh
salah seorang informan bahwa;
Kegiatan siswa yang dilakukan di MA Annur Azzubaidi diantaranya adalah
bidang olahraga, seni dan keterampilan, tetapi yang paling menonjol adalah
kegiatan seni dan keterampilan seperti seni kaligrafi, melukis, grup Annaz
dan keterampilan menjahit bagi siswa putri. Semua itu dilakukan sebagai
pengembangan diri siswa sesuai dengan bakat mereka masing-masing.43
43
Saiful Ansor, Guru MA Annur Azzubaidi,”Wawancara” Meluhu, 26 Oktober 2011
Dari hasil pengamatan dan penjelasan informan diatas dapat dipahami
bahwa penggerakan dibidang kesiswaan pada MA Annur Azzubaidi telah
dilakukan dengan baik sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing
siswa. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam kegiatan intrakurikuler maupun
ekstrakurikuler.
4) Pelaksanaan Bidang Ketenagaan
Sumber daya manusia adalah merupakan sarana utama dari sebuah
manajemen yang memiliki peran utama dalam menentukan keberhasilan suatu
institusi pendidikan seperti halnya MA Annur Azzubaidi berdasarkan
pengamatan penulis dalam penggerakan sumber daya manusia melibatka empat
komponen yaitu;
1. Sumber daya manusia tenaga pimpinan yaitu kepala madrasah
2) Sumber daya manusia pembantu kepala madrasah
3) Sumber daya manusia tenaga guru
4) Sumber daya manusia tenaga administrasi
Kepala madrasah sebagai top manajer pendidikan sekaligus sebagai
penanggung jawab pelaksanaan pendidikan dengan dibantu oleh wakil kepala
madrasah, dan guru adalah tenaga yang memegang jabatan fungsional yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan fungsi madrasah yakni
pelaksanaan proses belajar mengajar, sedangkan pegawai tata usaha bertugas
dibidang administrasi pendidikan. Semua komponen tenaga pendidikan tersebut
dapat melaksanakan fungsi dan tugas masing-masing karena itu adanya
pembagian tugas (job description) yang jelas sangat diperlukan dalam rangka
untuk kelancaran suatu kegiatan. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan
salah seorang informan menyatakan bahwa;
Penggerakan dalam pembagian tugas tenaga guru dan pegawai pada MA
Annur Azzubaidi dilakukan berdasarkan kebutuhan madrasah, tidak
berdasarkan kompetensi atau latar belakang pendidikannya alumni STAIN
yang seharusnya dia mengajar pelajaran agama terpaksa harus mengajar
mata pelajaran umum sedangkan mata pelajaran agama dipegang oleh
alumni dari pesantren, hal ini disebabkan karna keterbatasan guru untuk
mata pelajaran umum, demikian pula untuk tenaga administrasi sebenarnya
tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya sehingga sebagian
bidang administras terpaksa ditangani langsung oleh kepala madrasah.44
Dari penjelasan informan tersebut cukup memberikan pemahaman bahwa
penataan guru dan pegawai tata usaha pada MA Annur Azzubaidi pada
dasarnya telah dilakukan dengan baik namun kadang tidak sesuai dengan
kompetensi dan latar belakang pendidikannya karna disebabkan keterbatasan
tenaga pendidikan yang ada. Karna itu kepala madrasah memberikan
kesempatan
kepada
tenaga
guru
untuk
selalu
mengembangkan
professionalismenya baik melalui kegiatan pelatihan maupun melanjutkan
pendidikannya.
5) Pelaksanaan Bidang Sarana dan Prasarana
Sebagaimana di awal telah dijelaskan bahwa sarana dan prasarana pada
suatu lembaga pendidikan memegang peranan penting dalam rangka untuk
pencapaian suatu tujuan pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan yang
44
Mukhson Khanif, Kepala Madrasah, “Wawancara” Meluhu, 26 Oktober 2011
penulis maksudkan disini adalah sarana belajar mengajar guru dan siswa, baik
yang berhubungan langsung dengan proses belajar mengajar maupun yang
tidak, baik sarana yang berada di dalam maupun yang berada di luar madrasah
yang mempunyai pengaruh sangat besar dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Dengan kata lain semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajarmengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian
tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien serta
produktifitas maka aplikasi fungsi pengawasan dan penilaian pada budang
sarana dan prasarana di MA Annur Azzubaidi dilakukan untuk mengetahui
sarana dan prasarana yang baik dan sarana prasarana yang telah mengalami
kerusakan sehingga dapat dilakukan perbaikan dan sekaligus dilakukan
perbaikan jika diperlukan khususnya dalam kelancaran kegiatan proses belajar
mengajar serta hal-hal yang dibutukan oleh guru.
Adapun pengawasan dan penilaian sarana dan prasarana tersebut
dilakukan oleh dua pihak yaitu pihak madrasah sendiri dan pihak yayasan
dalam hal ini Pondok Pesantren Annur Azzubaidi karena sarana dan prasarana
madrasah
berada
dalam
lingkungan
pondok
pesantren.
Sebagaimana
disampaikan oleh seorang informan bahwa;
Masalah pengawasan sarana dan prasarana Madrasah Aliyah dilakukan
kerja sama dengan pondok pesantren dimana madrasah sebagai pengelola
kegiatan dan pondok pesantren sebagai pihak penyelenggara pendidikan
dan sekaligus induk yayasan45
Menurut keterangan dari informan tersebut maka dapat difahami bahwa
pengawasan dibidang sarana dan prasarana telah dilakukan dengan baik dan
melibatkan unsure diluar warga madrasah sebagai bagian dari implementasi
manajemen pendidikan berbasis masyarakat. Dengan adanya pengawasan dan
penilaian sarana dan prasarana tersebut maka dapat meningkatkan pula kinerja
guru untuk berupaya meningkatkan prestasi siswa.
6) Pelaksanaan Bidang Keuangan
Di awal penulis telah jelaskan bahwa sumber dana yang ada di MA
Annur Azzubaidi hanya bersumber dari bantuan pemerintah melalui dana BOP
oleh karena itu maka fungsi bidang keuangan di Madrasah dalam hal ini
bendahara Madrasah bersama dengan Kepala Madrasah dan komite harus
mampu merealisasikan dana yang ada dengan senantiasa memperhatikan segala
sesuatu yang berkenaan dengan peningkatan kualitas dan kuantitas Madrasah
dan lebih mengutamakan skala prioritas.
d. Pengawasan dan Evaluasi
Pengawasan dan penilaian bidang keuangan pada MA Annur Azzubaidi
dilakukan oleh beberapa unsure yaitu unsure pemerintah dalam hal ini melalui
BPKP, Bawasda dan Manajer BOP departemen agama serta unsure LSM,
masyarakat dan komite madrasah serta orang tua murid. Dan untuk pengawasan
45
Saiful Ansor, Guru Madrasah, “Wawancara”, Meluhu, 27 Oktober 2011
dan penilaian dari unsure pemerintah dan komite selain pengawasan monitoring
juga dilakukan melalui laporan pertanggung jawaban dalam hal ini melalui
rapat komite dan pihak manajer BOP Departemen agama. Sedangkan
pengawasan yang dilakukan oleh unsure lain hanya dalam bentuk monitoring
dan koordinasi saja. Selain itu pengawasan dan penilaian juga dilakukan secara
interen dalam bentuk laporan melalui rapat warga madrasah sebagai bentuk
keterbukaan dan transparansi sekaligus untuk mengetahui kegiatan yang telah
dilaksanakan dan yang belum.
C. Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Qur’an Hadis Madrasah Aliyah
Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe
Perlu diketahui bahwa materi pelajaran pendidikan agama islam yang ada
di madrasah aliyah annur azzubaidi meliputi materi qur’an hadis, fikih, ski, dan
akidah akhlak. Namun dalam penajaman inti pokok permasalahan yang disajikan
oleh peneliti adalah prestasi siswa pada mata pelajaran qur’an hadis. Alasan
mengapa peneliti memilih pelajaran qur’an hadis sebagai kajian prestasi yaitu
karena
data-datanya
lebih
mudah
untuk
didapatkan
dan
bisa
dipertanggungjawabkan. Prestasi belajar PAI yang dimaksud peneliti adalah nilai
rapor dari mata pelajaran qur’an hadis yang diperoleh siswa mulai dari tahun
2009 s/d 2011. Untuk lebih jelasnya prestasi belajar mata pelajaran qur’an hadis
siswa MA Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe dapat dilihat pada tabel berikut
ini;
Tabel : 7
Perkembangan Prestasi Siswa Kelas XII Mata Pelajaran Qur’an
Hadis Pada Tiga Tahun Terakhir.
NILAI
RATANO
TAHUN
SEMESTER
TINGGI
RENDAH RATA
1
2009/2010
VI
90
60
68,00
2
2010/2011
VI
90
60
69,33
3
2011/2012
VI
90
60
70,40
Sumber data: TU Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi 2012
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2009/2010 semester
VI siswa kelas XII Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe
memperoleh nilai tertinggi 90 dan terrendah 60 dengan rata-rata 68,00. Tahun
2010/2011 nilai tertinggi 90 dan nilai terrendah 60 dengan rata-rata 69,33. Tahun
2011/2012 nilai tertinggi 90 dan nilai terrendah 60 dengan rata-rata 70,40. Jadi
dengan demikian jelaslah bahwa implementasi manajemen berbasis madrasah
yang diterapkan di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe dapat
mempengaruhi peningkatan prestasi siswa. Adapun data-data yang dapat
mendukung keabsahannya tercantum dalam lampiran skripsi ini.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka penulis dapat menarik beberapa
kesimpulan sebagai akhir dalam melaksanakan penelitian dan selanjutnya dapat
menjadi rujukan bagi peneliti selanjutnya. Adapun kesimpulan yang dapat penulis
kemukakan adalah sebagai berikut:
1.
Bahwa implementasi manajemen berbasis madrasah yang dilakukan oleh
Madrasah
Aliyah
Annur
Azzubaidi
meliputi
dimensi;
Perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, serta dimensi pengawasan dan penilain. Dan
masing-masing terdiri dari bidang kurikulum, proses belajar mengajar,
kesiswaan, ketenagaan, sarana dan prasarana serta bidang keuangan. Semua
fungsi manajemen tersebut pada dasarnya telah dilakukan dengan baik,
sekalipun masih banyak hal yang perlu dibenahi dan ditingkatkan seperti
pengawasan yang maksimal dari kepala madrasah, serta upaya koordinasi
dengan pihak-pihak yang berwenang untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa.
2. Bahwa implementasi manajemen berbasis madrasah pada Madrasah Aliyah
Annur Azzubaidi telah meningkatkan prestasi belajar siswa.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas maka penulis dapat
memberikan masukan atau saran kepada;
1. Kepala madrasah sebagai manajer dan leader atau pemimpin suatu
lembaga pendidikan hendaknyaselalu melakukan public relasion dengan
masyarakat terutama dengan seluruh komponen yang mempunyai
keterkaitan dengan lembaga yang dipimpinnya.
2. Kepala madrasah agar tetap memberikan peluang dan motifasi kepada
para
guru
untuk
selalu
meningkatkan
kinerjanya
dalam
upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Para guru agar senantiasa memberikan motifasi kepada siswa untuk selalu
berusaha menjadi yang terbaik dengan memperhatikan ranah kognitif,
afektif dan psikomotor.
4. Lembaga yang berwenang dengan adanya implementasi manajemen
berbasis madrasah (MBM) agar terus memberi perhatian secara serius
terhadap pembinaan madrasah.
5. Kepada para peneliti salanjutnya agar dapat mengkaji lebih dalam tentang
implementasi manajemen berbasis madrasah dalam meningkatkan prestasi
belajar siswam Karena penelitian ini baru bersifat penjajagan belum
terlaksana secara mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahnya
Danim. Sudarman, Visi Bru Manajemen Sekolah,Dari Unit Birokrasi ke Lembaga
Akademik, Jakarta: Bumi Aksara, 2007
Depdiknas, Manajemen Sekolah. Jakarta: Dirjen Dikdasmmen. 2000.
Fadjar. Malik, Platform Reformasi Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001
Faisal. Sanafiah, Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Erlangga. 2001.
Hamalik. Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2001
Hartono, Praktis Bahasa Indonesia, Semarang: Rineka Cipta, 1992
http//www. Peranan Manajemen Berbasis Sekolah. Com,2011
Mahduri. Annas, Panduan Organisasi Santri, Jakarta: Departemen Agama RI, 2004
Moleong. Lexy, J, Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2000.
Mulyani. S, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: UGM, 1993
Mulyasa. E, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2002.
-----------------, Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah, Jakarta: Departemen
Agama RI, 2003
Husba, Mustafa. Administrasi Pendidikan (Aplikasi Fungsi-fungsi Manajemen pada
Lembaga Pendidikan Formal), Makassar: PT. Pustaka Refleksi, 2005
Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah. Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta:
Gramedia. 2003.
Slameto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2001
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &
D. Bandung : Alfabeta. 2007.
Syah. Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001
Usman. Husaini, Metodelogi Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara, 1995.
Usman. Uzer. M, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar mengajar, Jakarta: Remaja
Rosdakarya, 1993
Wijaya. C , Pendidikan Remedial, Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya
Manusia, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001
Zain. Badudu, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar, 2001
Download