IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS MADRASAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MADRASAH ALIYAH ANNUR AZZUBAIDI KABUPATEN KONAWE Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Program Studi Pendidikan Agama Islam OLEH SUKAHAR NIM. 07 01 01 01 157 JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SULTAN QAIMUDDIN KENDARI 2012 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. .................................................... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING. ............................................................ iii PENGESAHAN SKRIPSI. ......................................................................... iv KATA PENGANTAR .................................................................................. v ABSTRAK .................................................................................................. vii DAFTAR ISI ............................................................................................. viii DAFTAR TABEL. ....................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................... 1 B. Fokus Penelitian ....................................................................... 4 C. Rumusan Masalah ..................................................................... 4 D. Definisi Operasional Penelitian. ................................................ 5 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Manajemen Berbasis Madrasah ................................... 7 1. Definisi Manajemen ............................................................ 7 2. Karakteristik Manajemen Berbasis Madrasah .................. 13 3. Peran Manajemen Berbasis Madrasah .............................. 15 4. Tujuan Manajemen Berbasis Madrasah ............................ 21 B. Hakikat Prestasi Belajar .......................................................... 24 1. Deskripsi Belajar ............................................................... 24 2. Deskripsi Prestasi Belajar ................................................. 25 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ...... 32 BAB III METODE PENELITIAN A. B. C. D. E. F. G. Jenis Penelitian ....................................................................... 34 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 35 Jenis dan Sumber Data ........................................................... 35 Teknik Penentuan Informan Penelitian .................................. 36 Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 37 Teknik Pengolahan Data ......................................................... 37 Pengecekan Keabsahan Data .................................................. 39 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................... 41 1. Sejarah singkat berdirinya MA Annur Azzubaidi ............. 41 2. Keadaan Sarana dan Prasarana.......................................... 42 3. Keadaan Guru.................................................................... 44 4. Keadaan Siswa .................................................................. 46 B. Gambaran Impementasi Manajemen Berbasis Madrasah di MA Annur Azzubaidi ............................................................ 47 1. Visi dan Misi Madrasah .................................................... 47 2. Implementasi Manajemen berbasis madrasah di MA Annur Azzubaidi ...................................................... 49 C. Prestasi Belajar Siswa MA Annur Azzubaidi ......................... 69 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 71 B. Saran-Saran.............................................................................. 72 DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 73 LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR TABEL Nomor Halaman Tabel 1. Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi ....................................... 28 Tabel 2. Perbandingan Nilai Angka, Huruf, dan Predikatnya .......................... 31 Tabel 3. Keadaan Sarana dan Prasarana MA Annur Azzubaidi ....................... 43 Tabel 4. Keadaan Tenaga Pengajar di MA Annur Azzubaidi ........................... 44 Tabel 5. Data Guru MA Annur Azzubaidi ........................................................ 45 Tabel 6. Data Siswa Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi ................................. 46 Tabel 7. Data Prestasi Siswa MA Annur Azzubaidi ........................................ 69 KATA PENGANTAR ِ ب ِْس ِم هللا ّالر ْمح ِن ّالر ِح ْ ِي والصالة والسالم علي اشرف األنبياء,الحمد هلل رب العلمين أمابعد.والمرسلين سيدنا محمد وعلي اله واصحابه اجمعين Segala Puji dan Syukur, penulis tak lupa panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas karunia rahmat dan taufik-Nya hingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan, Salawat serta salam semoga tetap atas baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya. yang mana telah membawa umat manusia dari jaman jahiliyah menuju jaman yang terang benderang yakni dengan agama islam. Skripsi ini berjudul “Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe”. Penulis menyadari bahwa tulisan yang sederhana ini telah diupayakan dengan sebaik-baiknya namun tentu masih jauh dari kesempurnaan. oleh karena itu kritik dan saran yang bertujuan untuk menyempurnakan skripsi ini sangat penulis harapkan, Secara pribadi penulis taklupa pula menghaturkan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat; 1. Ayahanda, Ibunda dan istri serta anak-anak tercinta atas segala dukungan berupa moril maupun materil, do’a restunya sehingga skripsi ini dapat selesai 2. Ketua STAIN Kendari, para pembantu ketua, ketua jurusan tarbiyah, dan Bapak / Ibu Dosen serta para karyawan STAIN Kendari. Semoga Allah SWT memberikan rahmat, keberkahan dan kasih sayang kepada kita semua dunia hingga akhirat. 3. Bapak Drs. Amri, M.Th I dan Bapak La Hadisi, M.Pd I masing-masing selaku pembimbing I dan Pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan ketabahan sejak pengusulan proposal peneliti sampai dengan penyelesaian skripsi. 4. Bapak Mukhson Khanif, S.Ag sebagai Kepala MA Annur Azzubaidi dan seluruh Dewan Guru dan yang telah membantu penulis memberikan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 5. Teman-teman seperjuangan, Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam dan khususnya teman-teman kelas ekstensi Amonggedo yang telah memberikan motivasi dan do’a restu sejak awal perkuliahan hingga selesai. Semoga segala bantuan, petunjuk dan pengorbanan yang telah diberikan oleh berbagai pihak yang memungkinkan selesainya skripsi ini semoga bernilai ibadah dan memperoleh imbalan yang berlipat ganda dari Allah Swt. Amin. Kendari, 18 Ramadhan 1433 H 6 Agustus 2012 M Sukahar ABSTRAK S U K A H A R (07.01.01.01.157), “Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe” Program Studi Pendidikan Agama Islam, Jurusan Tarbiyah melalui Bimbingan Drs. Amri, M. Th I dan La Hadisi, M. Pd I Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana implementasi manajemen berbasis madrasah dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe dan apakah penerapan manajemen berbasis madrasah berimplikasi pada peningkatan prestasi belajar siswa di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan manajemen berbasis madrasah dan mendeskripsikan prestasi belajar siswa pada Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe. Teknik pengumpulan data adalah observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Meliputi dimensi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Sedangkan Prestasi belajar siswa Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe yang dimaksud oleh peneliti adalah prestasi berdasarkan nilai rapor Pendidikan Agama Islam kelas XII pada semester genap tahun 2009 s/d 2011 Hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif menunjukkan bahwa implementasi manajemen berbasis madrasah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia sekarang ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan Negara lain, dalam proses reformasi sekarang ini diperlukan SDM berkualitas yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk senantiasa meningkatkan kualitasnya secara terus menerus dan berkesinambungan (continuous quality improvement). Dalam kerangka inilah dirasakan perlunya mengkaji masalah pendidikan untuk meningkatkan kualitas SDM, agar berkontribusi dalam memajukan masyarakat bangsa, dan menjadi wahana dalam menterjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana pembangunan watak bangsa (Nation Character Building). Peningkatan SDM melalui pendidikan ini lebih diperlukan lagi dalam konteks otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan. Proses reformasi yang sedang bergulir, ditandai dengan beberapa perubahan dalam berbagai bidang kehidupan; sosial, politik, moneter, hankam, dan kebijakan mendasar lain. Di antara perubahan tersebut adalah dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Dan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengamanatkan bahwa penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah. Kewenangan daerah kabupaten dan kota sebagaimana dirumuskan dalam UU No. 22/1999 ini mencakup semua bidang pemerintahan, termasuk diantaranya adalah bidang pendidikan dan kebudayaan. Dengan demikian, jelaslah bahwa kebijakan pendidikan berada di bawah kewenangan kabupaten dan kota. Krisis multidimensional yang berpangkal pada krisis moneter dan krisis ekonomi, telah menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan aparatur negara, menurunkan kepercayaan terhadap kebenaran system pemerintahan, dan munculnya berbagai perilaku anarkhis, sadisme, konfrontatif, serta berbagai perilaku yang bertentangan dengan norma sosial, agama dan moral. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka perlu adanya formula baru dalam pengelolaan pendidikan di sekolah sesuai dengan tuntutan masyarakat dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Formula baru ini memungkinkan sekolah memiliki otonomi yang seluas-luasnya, yang menuntut peran serta masyarakat secara optimal, dan menjamin kebijakan nasional. Pengelolaan sekolah model baru ini disebut manajemen pendidikan mutu berbasis sekolah yang biasa disingkat MBS. Namun dalam konteks pendidikan di madrasah manajemen berbasis sekolah berarti ”Manajemen Berbasis Madrasah (MBM)”. Hal ini perlu lebih ditekankan, mengingat madrasah merupakan salah satu bentuk pendidikan di Indonesia, yang memiliki peranan sangat penting dalam menentukan kualitas sumber daya manusia yang tangguh, kreatif, beriman dan bertakwa, serta bertanggung jawab. Madrasah juga merupakan bentuk pendidikan yang sesuai dengan tuntutan reformasi, yakni ”pendidikan yang murah dan berkualitas”. Di samping itu, proses pendidikan di madrasah lebih komprehensif jika dibandingkan dengan pendidikan umum, terutama dalam pengembangan aspek intelektual, emosional, kreativitas, dan spiritual peserta didik yang dilakukan secara integral, serta didukung oleh lingkungan madrasah yang kondusif. Pendidikan ikut serta memberikan nuansa dalam gerakan otonomi daerah di Indonesia. Salah satu agenda pendidikan adalah ”memberikan otonomi luas kepada madrasah, disertai seperangkat tanggung jawab untuk mengelola sumber daya dan pengembangan strategi sesuai dengan kondisi setempat.1 Secara umum manajemen berbasis madrasah merupakan pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh madrasah. Kemandirian tersebut melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan madrasah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan mutu madrasah. Dengan penerapan manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah diharapkan dapat meningkatkan out put setiap madrasah. 1 Mulyasa, Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah, (Jakarta : Depag RI, 2003), h. 15 Pendidikan pada prinsipnya merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah. Kenyataan di lapangan sering dijumpai, para orang tua atau pihak keluarga mempercayakan pendidikan anak-anaknya secara totalitas pada pihak madrasah. Padahal keberadaan anak justru lebih banyak berada di lingkungan keluarga ataupun di lingkungan sosialnya. Di lingkungan madrasah, selain waktunya relatif singkat, seorang guru harus menangani 30-40 orang siswa. Dari kenyataan tersebut diharapkan para orang tua dapat memberikan perhatian secara khusus aktivitas belajar anak-anaknya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe. B. Fokus Penelitian Berdasarkan uraian diatas, adapun fokus penelitian ini yaitu bentuk implementasi Manajemen Berbasis Madrasah dalam meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam pada Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe. Adapun penajaman fokus penelitian ini adalah Prestasi belajar siswa pada bidang studi Qur’an Hadis di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe. C. Rumusan Masalah Dari fokus penelitia diatas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut; 1. Bagaimana Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe. 2. Apakah penerapan Manajemen Berbasis Madrasah berimplikasi pada peningkatan prestasi belajar siswa di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe. D. Definisi Operasional Penelitian Untuk menghindari pemahaman yang kurang jelas mengenai masalah yang akan diteliti, maka perlu dikemukakan definisi operasional variabel penelitian yaitu: 1. Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah adalah penerapan system manajemen madrasah dalam hal ini Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe, dimana madrasah diberikan kebebasan dan kewenangan disertai tanggung jawab yang luas untuk mandiri, maju dan berkembang berdasarkan kebijakan dasar pengelolaan pendidikan yang ditetapkan pemerintah. 2. Prestasi belajar siswa Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe yang dimaksud oleh peneliti adalah prestasi berdasarkan nilai rapor Pendidikan Agama Islam pada semester genap tahun 2009 s/d 2011 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah sebagaimana telah dirumuskan di atas. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memahami deskripsi dari rumusan masalah, dengan demikian tujuan penelitian ini adalah; a. Untuk mengetahui gambaran Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe. b. Untuk mengetahui Prestasi Belajar Siswa di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe. 2. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti, pihak Madrasah, pihak STAIN Kendari, adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah: a. Bagi peneliti dapat menambah khazanah pengetahuan mengenai manajemen khususnya di tingkat madrasah dan dapat diterapkan dalam pembinaan organisasi pendidikan di masyarakat. b. Sebagai bahan masukan bagi madrasah khusunya Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe dalam menerapkan manajemen berbasis madrasah c. Sebagai bahan masukan kepada penentu kebijakan dalam bidang pendidikan, terutama pendidikan dasar di pusat dan di daerah khususnya dalam memperhatikan faktor-faktor penentu pelaksanaan manajemen berbasis madrasah. BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) 1. Definisi Manajemen Management berasal dari kata to manage yang berarti mengatur. Manajemen juga sering dikatakan sebagai seni, yaitu seni mengatur orang lain, agar orang tersebut senang bekerja sehingga dapat mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.2 Ada tiga aspek yang penting dalam melakukan manajemen. Pertama, bahwa dalam mengatur, terjadi kegiatan yang dilakukan oleh seseorang pengelola seperti pemimpin, Pembina, kepala, atau ketua bersama orangorang lain di dalam kelompok. Ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin perlu melakukan hubungan kemanusiaan dengan orang lain. Kedua, memberi makna bahwa kegiatan tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau disepakati bersama. Ketiga, tujuan organisasi dicapai melalui kegiatan yang dilakukan bersama orang lain baik perorangan maupun kelompok. Proses kegiatan manajemen dimulai dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian yang dilakukan seseoang 2 Annas Mahduri, Panduan Organisasi Santri, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2004), h. 31 dalam upaya untuk mengatur dan memberdayagunakan sumber daya seoptimal mungkin. Baik yang berupa sumber daya manusia, maupun sumber daya lainnya seperti; sarana, prasarana, dana, dan informasi secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Untuk itu diperlukan kemampuan seorang manajer, ketua, kepala, atau pimpinan untuk melakukan manajemen dalam suatu organisasi. Dengan demikian, maka manajer adalah seorang yang senantiasa memikirkan bagaimana agar kegiatannya dapat mencapai tujuan orgnisasi. Istilah manajemen berbasis madrasah adalah terjemahan dari Madrasah Based Management (MBM) merupakan paradigma baru yang memberikan otonomi luas pada madrasah dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi yang diberikan agar madrasah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan perioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat. Keterlibatan masyarakat dimaksudkan agar mereka memahami, membantu, mengontrol pengelolaan pendidikan”.3 Salah satu agenda pendidikan adalah otonomi madrasah dengan pendekatan manajemen berbasis madrasah yang merupakan pemberdayaan madrasah dengan memberikan otonomi yang seluas-luasnya kepada madrasah. Setiap madrasah berhak mengembangkan kriteria student conduct (perilaku 3 Depdiknas, Manajemen Sekolah, (Jakarta : Dirjen Dikdasmen, 2000), h. 81 siswa) sendiri. Dalam kaitan ini madrasah mengembangkan kriteria untuk menentukan bahwa seorang anak mempunyai perilaku yang menggambarkan sebagai siswa yang baik. Jika seorang siswa melanggar, student conduct tersebut, maka madrasah berhak tidak meluluskannya meskipun yang bersangkutan mendapat nilai baik. Menurut Mulyasa sedikitnya terdapat tujuh komponen madrasah yang dikelola dengan baik dalam rangka pelaksanaan manajemen berbasis madrasah (MBM) yaitu; (1) kurikulum dan program pengajaran, (2) tenaga kependidikan, (3) kesiswaan, (4) keuangan, (5) sarana dan prasarana, (6) pengelolaan hubungan madrasah dan masyarakat serta (7) manajemen layanan”.4 Dalam MBM madrasah dituntut memiliki accuntability baik kepada masyarakat ataupun pemerintah. MBM yang ditandai dengan otonomi madrasah dan partisipasi masyarkat yang tinggi tanpa mengabaikan kebijkasanaan nasional tersebut ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, mutu dan pemerataan pendidikan. Peningkatan mutu dapat diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya, partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Berdasarkan Keterangan di atas maka jelaslah bahwa peningkatan mutu dapat diperoleh melalui partisipasi orang tua siswa terhadap madrasah, 4 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), h. 76 peningkatan profesionalisme guru dan kepala madrasah, dan berlakunya sistem insentif. Kewenangan yang bertumpu pada madrasah merupakan inti atau esensi MBM yang dipandang memiliki tingkat efektifitas tinggi serta memberikan beberapa keuntungan yaitu partisipasi masyarakat yang lebih luas dalam perumusan keputusan tentang pendidikan dapat meningkatkan komitmen mereka terhadap madrasah. Aspek-aspek tersebut mendukung efektifitas dalam mencapai tujuan madrasah. Adapun kontrol dari masyarakat dan monitoring dari pemerintah, pengelolaan madrasah menjadi bertanggung jawab, transparan, demokratis, dan menghapuskan monopoli pengelolaan pendidikan. MBM sebagaimana dikemukakan oleh para ahli adalah sebuah model pengelolaan madrasah yang mengarah pada kemandirian lembaga pendidikan madrasah dan terintegrasi dengan tuntutan perkembangan masyarakat, oleh karena itu jika model ini dikembangkan, maka dua syarat pokok yang harus dipenuhi oleh setiap pendidikan madrasah yaitu; Secara umum manajemen berbasis madrasah dapat diartikan sebagai manajemen yang memberikan otonomi yang lebih besar kepada madrasah, memberikan fleksibilitas/keluwesan kepala madrasah dan mendorong partisipasi secara langsung warga madrasah. ”Untuk meningkatkan mutu madrasah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka MBM tidak boleh menyimpang dari peraturan dan perundang-undangan yang ada”.5 5 Depdiknas, Op. Cit, h. 71 Dengan otonomi yang lebih besar dalam mengelola madrasah maka madrasah lebih mandiri. Dengan kemandiriannya madrasah lebih berdaya dalam mengembangkan program-program yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimilikinya sehingga madrasah akan lebih fleksibel dan luwes dalam mengelola dan memanfaatkan sumber dayanya secara optimal. Demikian juga dengan partisipasi/pelibatan warga madrasah dan masyarakat secara langsung dan sungguh-sungguh dalam peneyelenggaraan madrasah, maka rasa memiliki mereka terhadap madrasah dapat ditingkatkan. Peningkatan rasa memiliki ini akan menyebabkan peningkatan rasa tanggung jawab dan peningkatan rasa tanggung jawab akan meningkatkan rasa dedikasi warga madrasah dan masyarakat terhadap madrasah. Inilah esensi madrasah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga madrasah sesuai dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku. Kemandirian juga dimaksudkan adalah proses pendukung sejumlah kemampuan yaitu berupa pengambilan keputusan terbaik kemampuan berdemokrasi/menghargai perbedaan pendapat, kemampuan mobilisasi sumber daya, kemampuan memilih cara pelaksanaan yang terbaik, kemampuan berkomunikasi dengan cara yang efektif, kemampuan memecahkan masalah madrasah, kemampuan adaptif dan antisipatif, kemampuan bersinerjik dan berkolaborasi, serta kemampuan memenuhi kebutuhan sendiri. Fleksibilitas dapat diartikan sebagai keluwesan yang diberikan kepada madrasah untuk mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumber daya madrasah seoptimal mungkin untuk meningkatkan mutu madrasah. Namun demikian keluwesan yang dimaksud hendaknya mengacu pada koridor kebijakan dan peraturan yang berlaku. Partisipasi masyarakat dalam penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik, bahwasanya warga madrasah (kepala madrasah, guru, sisiwa, tata usaha) dan masyarakat (orang tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuan, pengusaha dan sebagainya) didorong untuk terlibat secara langung dalam penyelenggaraan pendidikan, mulai dari pengambilan keputusan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan yang diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Besarnya tingkat partisipasi tentunya memiliki akses pada rasa memiliki, rasa tanggung jawab dan penuh dedikasi. 2. Karakteristik Manajemen Berbasis Madrasah Manajemen berbasis madrasah memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh madrasah yang akan menerapkan dan melaksanakannya. Dengan kata lain jika Madrasah ingin sukses dalam menerapkan MBM, maka sejumlah karakteristik MBM tidak dapat dipisahkan dengan karakteristik madrasah efektif. Jika MBM merupakan wadah kerangkanya, maka madrasah efektif adalah sisinya. Oleh karena itu, karakteristik manajemen berbasis madrasah (MBM) dapat diketahui antara lain dari segi bagaimana madrasah dapat mengoptimalkan kinerja organisasi madrasah, proses belajar mengajar, dan pengelolaan sumber belajar serta pengelolaan sumber daya manusia dan administrasi. Adapun beberapa karakteristik dasar Manajemen Berbasis Madrasah antara lain; (1) Pemberian Otonomi Luas Kepada Madrasah, (2) Tingginya Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua (3) Kepemimpinan Yang Demokratis dan Profesional (4) Team Work Yang Kompak dan Transparan.6 Berdasarkan beberapa karakteristik di atas, maka penjelasan secara singkat sebagai berikut; Pertama, manajemen berbasis madrasah memberikan otonomi secara luas kepada madrasah, dan seluruh tanggung jawab mengenai pengelolaan, pengembangan metode pengajaran dan sumber daya yang ada harus disesuaikan dengan keadaan setempat dan kebutuhan siswa. Kedua, dukungan masyarakat dan orang tua siswa yang tinggi merupakan salah satu syarat untuk mewujudkan peningkatan kualitas madrasah dengan menjalin kerja sama antara orang tua siswa dan pihak madrasah bersama komite madrasah dalam merumuskan serta mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan kualitas madrasah. 6 Mulyasa, Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah, (Bandung: Departemen Agama RI, 2003), h. 15 Ketiga, pelaksanaan program-program madrasah didukung oleh adanya kepemimpinan madrasah yang demokratis dan profesional. Dalam proses pengambilan keputusan, kepala madrasah mengimplementasikan proses ”bottom-up” secara demokratis, sehingga semua pihak memiliki tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil beserta pelaksanaannya. Keempat, keberhasilan program-program didukung oleh kinerja team yang kompak dan transparan dari berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan di madrasah. Dalam konsep MBM yang utuh kekuasaan yang dimiliki madrasah, diantaranya adalah pengambilan keputusan tentang manajemen kurikulum dan pembelajaran; rekruitmen dan manajemen tenaga kependidikan; serta manajemen keuangan madrasah. 3. Peran Manajemen Berbasis Madrasah Peran Manajemen Berbasis madrasah Lembaga pendidikan formal atau madrasah dikonsepsikan untuk mengembangkan fungsi reproduksi, penyadaran dan mediasi secara simultan. Fungsi-fungsi madrasah itu diwadahi melalui proses pendidikan dan pembelajaran sebagai inti bisnisnya. Pada proses pendidikan dan pembelajaran itulah terjadi aktivitas kemanusiaan dan pemanusiaan sejati. Danim mengemukakan Tiga pilar fungsi madrasah yakni fungsi pendidikan sebagai penyadaran; fungsi progresif pendidikan dan; fungsi mediasi pendidikan.7 Hal tersebut nampak bahwa madrasah hanyalah salah satu dari subsistem pendidikan karena lembaga pendidikan itu sesungguhnya identik dengan jaringan-jaringan kemasyarakatan. Fungsi penyadaran atau fungsi konservatif bermakna bahwa madrasah bertanggung jawab untuk mempertahankan nilai-nilai budaya masyarakat dan membentuk kesejatian diri sebagai manusia. Pendidikan sebagai instrumen penyadaran bermakna bahwa madrasah berfungsi membangun kesadaran untuk tetap berada pada tataran sopan santun, beradab, dan bermoral di mana hal ini menjadi tugas semua orang. Pendidikn formal, informal dan pendidikan kemasyarakatan merupakan pranata masyarakat bermoral dengan partisipasi total sebagai replica idealnya. Partisipasi anak didik dalam proses pendidikan dan pembelajaran bukan sebagai alat pendidikan, melainkan sebagai intinya. Sebagai bagian dari jaring-jaring kemasyarakatan, masyarakat pendidikan perlu mengemban tugas pembebasan, berupa penciptaan norma, aturan, prosedur, dan kebijakan baru. Orang tua, guru, dan dosen harus mampu membebaskan anak-anak dari aneka belenggu, bukan malah menindasnya dengan cara menetapkan norma tunggal atau menuntut kepatuhan secara membabi buta. Mereka perlu membangun 7 Sudarwan Danim.. Visi Baru Mana jemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi Ke Lembaga Akademik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 1 kesadaran bagi lahirnya proses dialogis yang mengantarkan individu-individu secara bersama-sama untuk memecahkan masalah eksistensial mereka. Tidak menguntungkan jika anak dan anak didik diberi pilihan tunggal ketika mereka menghadapi fenomena relatif dan normatif, termasuk fenomena moralitas. Fungsi konservatif atau fungsi penyadaran madrasah sebagai lembaga pendidikan masih menjelma dalam sosok konservatisme pendidikan persekolahan, bukan sebagai wahana pewarisan dan seleksi budaya, ditandai denga makin terperosoknya kearifan generasi dalam mewarisi nilai-nilai mulai peradaban masa lampau. Bukti konservatisme pendidikan formal benar-benar nyata di dalam alur perjalanan sejarah. Seperti dikemukakan oleh Ash Hatwell diperlukan waktu sekitar 100 tahun bagi teori dan ide ilmiah untuk dapat mempengaruhi isi, proses, dan struktur persekolahan.8 Munculnya teori relativitas, mekanika kuantum, dan penemuan ilmiah lainnya adalah contoh nyata revolusi di bidang keilmuan. Meski kita harus pula menerima realitas bahwa pendidikan formal belum menampakkan pergeseran fungsi progresifnya yang signifikan. Fungsi reproduksi atau fungsi progresif merujuk pada eksistensi madrasah sebagai pembaru atau pengubah kondisi masyarakat kekinian ke sosok yang lebih maju. Selain itu, fungsi ini juga berperan sebagai wahana pengembangan, reproduksi, dan desiminasi ilmu pengetahuan dan teknologi.. Saat ini fungsi progresif madrasah sebagai 8 http://www.peranan manajemen berbasis sekolah,com.16,05,2011 lembaga pendidikan terus menampakkan sosoknya, meski belum menunjukkan capaian yang signifikan, setidaknya pada banyak daerah dan jenis madrasah. Di daerah pedalaman misalnya, masih banyak madrasah yang sulit mempertahankan kondisinya pada taraf sekarang, apalagi mendongkrak mutu kinerjanya. Meski harus diakui pula, pada banyak tempat telah lahir madrasahmadrasah unggulan atau madrasah-madrasah yang diunggulkan oleh masyarakat karena mampu mengukir prestasi, misalnya peningkatan hasil belajar siswa. Fungsi itu akan lebih lengkap jika pendidikan juga melakukan fungsi mediasi, yaitu menjembatani fungsi konservatif dan fungsi progresif. Hal-hal yang termasuk kerangka fungsi mediasi adalah kehadiran institusi pendidikan sebagai wahana sosialisasi, pembawa bendera moralitas, wahana proses pemanusiaan dan kemanusiaan umum, serta pembinaan idealisme sebagai manusia terpelajar. Di Negara kita, pelembagaan MBM dipandang urgen atau mendesak. Hal itu sejalan dengan tuntutan masyarakat agar lembaga pendidikan persekolahan dapat dikelola secara lebih demokratis dibandingkan dengan pola kerja ‘’dipandu dari atas’’ sebagaimana dianut oleh negara yang menerapkan pemerintahan sentralistik. Persoalan utama di sini bukan terletak pada apakah format manajemen madrasah yang dipandu secara sentralistik itu lebih buruk ketimbang pendekatan MBM yang memuat pesan demokratisasi pendidikan, demikian juga sebaliknya. Persoalan yang paling esensial adalah apakah dengan perubahan pendekatan manajemen madrasah itu akan bermaslahat lebih besar dibandingkan dengan format kerja secara sentralistik ini, terutama dilihat dari kepentingan pendidikan anak. Maslahat aplikasi MBM bagi peningkatan kinerja madrasah dan perbaikan mutu hasil belajar peserta didik pada madrasah-madrasah yang menerapkannya masih harus diuji di lapangan. Reformasi dalam pengelolaan pendidikan diarahkan pada terciptaya kondisi yang desentralis baik pada tatanan birokrasi maupun pengelolaan madrasah. Reformasi ini diwujudkan dalam bentuk kewenangan yang luas ditingkat daerah dan madrasah dalam mengelola sumberdayanya. Malik Fadjar mengatakan bahwa konsep manajemen berbasis madrasah dirumuskan sebagai pengelolaan madrasah dengan otonomi luas, partisipasi masyarakat yang tinggi, dan dalam kerangka kebijakan nasional.9 Prakarsa menuju perbaikan mutu melalui perubahan dari sentralisasi ke desentralisasi pengelolaan pendidikan tidak mungkin diperoleh secara segera. Hal ini sejalan dengan konsep Kaizen, bahwa kemajuan dicapai bukanlah sebuah lompatan besar ke depan. Menurut Kaizen kemajuan dicapai karena perubahan-perubahan kecil yang bersifat kontinu atau tanpa henti dalam beratus-ratus dan bahkan beribu-ribu detail yang berhubungan dengan usaha menghasilkan produk atau pelayanan. 9 Malik Fadjar, Platform Reformasi Pendidikan Dan Pengembangan SDM. (Jakarta : Logos Wacana Ilmu. 2001). h. 50 Menurut Tony Barner asumsi yang mendasari perubahan dalam Kaizen adalah bahwa kesempurnaan itu sebenarnya tidak ada. Hal ini bermakna bahwa tidak ada kemajuan, produk, hubungan, sistem, atau struktur yang bisa memenuhi ideal. Kondisi ideal itu hanyalah sebuah abstraksi yang dituju. Oleh karena itu, selalu tersedia ruang dan waktu untuk mengadakan perbaikan dan peningkatan dengan jalan melakukan modifikasi, inovasi, atau bahkan imitasi kreatif. Terlepas dari itu semua, pelembagaan MBM hampir dipastikan bahwa aplikasi MBM akan mendorong tumbuhnya lembaga pendidikan persekolahan/madrasah berbasis pada masyarakat (communitybased education) atau manajemen pendidikan berbasis masyarakat (MPBM), khususnya di bidang pendanaan, fungsi kontrol, dan pengguna lulusan. Penggunaan MBM secara ekonomi mendorong masyarakat, khususnya orang tua siswa, untuk menjadi salah satu fondasi utama secara finansial bagi operasi madrasah, mengingat pendidikan persekolahan itu tidak gratis (education is not free). Pemikiran ini tidak mereduksi peran pemerintah yang dari tahun ke tahun diharapkan dapat mengalokasikan anggaran untuk pendidikan pada kadar yang makin meningkat. Secara akademik, masyarakat akan melakukan fungsi kontrol sekaligus pengguna lulusan. Di sini akuntabilitas madrasah akan teruji. Juga secara proses, berhak mengkritisi kinerja madrasah agar lembaga milik publik ini tidak keluar dari tugas pokok dan fungsi utamanya. Dengan MBM adalah keharusan bagi masyarakat untuk menjadi fondasi sekaligus tiang penyangga utama pendidikan persekolahan/madrasah yang berada pada radius tertentu tempat masyarakat itu bermukim. Serta MBM merupakan salah satu bentuk reformasi manajemen pendidikan (reformation in education management) di tanah air. 4. Tujuan Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) Tujuan MBM adalah meningkatkan efesiensi mutu dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efesiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat melalui orang tua, ketentuan pengelolah madrasah, peningkatan profesionalisme guru, adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat menumbuh kembangkan suasana yang kondusif. Pemerataan pendidikan tampak pada tumbuhnya partisipasi masyarakat terutama yang mampu dan peduli, sementara yang kurang mampu akan menjadi tanggung jawab pemerintah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang bersifat fungsional bagi setiap manusia dan memiliki kedudukan strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Tantangan lainnya yang mempengaruhi pendidikan adalah perubahan yang terjadi akibat semakin mengglobalnya tatanan pergaulan kehidupan dunia saat ini. Dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, kita semua sepakat bahwa pendidikan memegang peran yang sangat penting. Sebagaimana Cece Wijaya Menyatakan “Pengembangan sumber daya manusia adalah upaya peningkatan mutu pendidikan di semua lembaga pendidikan”.10 Departemen pendidikan nasional mengemukakan bahwa tujuan MBM adalah untuk memberdayagunakan madrasah terutama sumber daya insani melalui pemberian kewenangan, fleksibilitas sumber daya lain untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh madrasah yang bersangkutan. Tujuan utama penerapan MBM adalah untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan dan meningkatkan relevansi pendidikan madrasah, dengan adanya wewenang yang lebih besar dan luas bagi madrasah untuk mengelola urusannya sendiri. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, menyangkut tujuan MBM maka dapat diberikan batasan bahwa tujuan MBM adalah meningkatkan mutu pendidikan, kemandirian madrasah, dan partisipasi masyarakat bagi pencapaian mutu madrasah yang berkualitas. Manfaat MBM adalah memberikan kebebasan dan kekuasaan yang besar pada madrasah disertai seperangkat tanggung jawab dengan adanya otonomi yang memberikan tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan pengembangan strategi MBM sesuai dengan kondisi setempat, madrasah dapat lebih meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada tugas, keleluasaan dalam mengelola sumber daya dan 10 Cece Wijaya, Pendidikan Remedial; Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 2 dalam menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepala madrasah, dalam peranannya sebagai manager maupun sebagai kepala madrasah. Dengan diberikannya kesempatan kepada madrasah untuk menyusun kurikulum, maka didorong untuk berinovasi dengan melakukan eksperimen-eksperimen di lingkungan madrasahnya. Menurut Nurkolis manfaat MBM yang terkait langsung dengan otonomi madrasah yaitu: ”(1) kurikulum lebih bersifat inklusif, (2) proses belajar mengajar lebih efektif, (3) lingkungan madrasah yang mendukung, (4) sumber daya yang berasas pemerataan, (5) standarisasi dalam hal-hal tertentu seperti monitoring, evaluasi dan tes”.11 Kelima strategi manfaat MBM itu harus menyatu ke dalam empat fungsi pengelolaan madrasah yaitu pertama manajemen organisasi dan kepemimpinan, kedua proses belajar mengajar, ketiga sumber daya manusia dan keempat administrasi madrasah. Dengan demikian MBM mampu mendorong dan memotivasi profesionalisme guru dan kepala madrasah sebagai pemimpin pendidikan di madrasah. Melalui penyusunan kurikulum efektif, rasa tanggap madrasah terhadap kebutuhan setempat yang disebut dengan kurikulum berbasis madrasah dan kurikulum berbasis masyarakat. Sehingga dengan demikian dalam proses pembelajaran di madrasah 11 Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi,( Jakarta : PT. Gramedia, 2003), h. 68 meningkat dan menjamin layanan pendidikan sesuai dengan tuntunan siswa dan masyarakat madrasah. Dengan demikian manfaat MBM menitikberatkan pada kebebasan dan kekuasaan otonomi madrasah disertai tanggung jawab secara kolektif baik dari pihak warga madrasah maupun orang tua siswa dan masyarakat luas lainnya bagi pencapaian tujuan madrasah dan pendidikan yang berkualitas. B. Hakikat Prestasi Belajar 1. Deskripsi Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Belajar dapat pula diartikan sebagai wahana latihan pengembangan diri dengan pendekatan-pendekatan teori, metode, media, dan tujuan serta nilai yang ingin dicapai dari proses belajar itu sendiri. Skinner berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif.12 12 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), h. 60 Proses belajar mempunyai tiga komponen seperti diungkapkan oleh wijaya yaitu masukan, sintesis, dan keluaran (in-put, synthesis, and out-put).13 Proses transformasi pesan moral, informasi positif, motivasi, ilmu, dari pendidik kepada peserta didik yang bertujuan untuk merubah pola pikir, karakter, dan akhlak merupakan input pembelajaran. Sintesis adalah proses memadukan pengetahuan lama dan baru, setelah melewati proses analisis atau generalisasi untuk membuahkan satu persepsi, pendapat, aspirasi, atau sikap tertentu terhadap idea, opjek atau informasi yang hadir pada seseorang sehingga pengetahuan yang lama dan baru diperkaya oleh pendapat, idea, aspiasi, atau sikap yang muncul pada diri seseorang. Makna belajar senantiasa mengarah pada bagaimana proses pembelajaran yang akan dilakukan untuk tercapainya tujuan belajar itu sendiri. Hal ini merupakan tugas pengelola madrasah; kepala madrasah, guru, dan seluruh warga madrasah untuk menata lingkungan madrasah yang kondusif, agar situasi belajar mengajar berjalan aman dan menyenangkan. 2. Deskripsi Prestasi Belajar Definisi prestasi belajar menurut para ahli memilki perbedaan pendapat berdasarkan sudut pandang masing-masing. Badudu Zain berpendapat bahwa; “ prestasi belajar menurut istilah adalah hasil maksimal yang dicapai seseorang dalam proses belajar mengajar, sedangkan menurut isyarah 13 Cece Wijaya, Op Cit, h. 149 prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari apa yang dikerjakan atau yang sudah diusahakan,”14 Hal ini memberikan suatu pemahaman bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dari sebuah proses belajar yang dilakukan secara maksimal dan optimal oleh peserta didik yang diindikasikan dengan peningkatan kualitas individu dalam hal ini adalah pesert didik. Pendapat tersebut lebih menekankan pada orientasi pembatasan waktu. Sejalan dengan pandangan tersebut Masran dan Sri Mulyani juga berpendapat bahwa pengertian prestasi belajar adalah; Penelitian atau pengukuran untuk mengetahui apakah guru dalam menyajikan bahan pelajaran telah berhasil dengan baik. Disamping itu juga untuk mengukur seberapa jauh mahasiswa menangkap dan mengerti yang telah dipelajari,15 Dalam pengertian diatas menunjukkan bahwa prestasi belajar merupakan indikator yang dapat dijadikan pedoman untuk mengetahui sejauhmana materi yang disampaikan oleh seorang guru dapat dipahami dan dimengerti oleh siswanya. Sementara itu Hartono juga mengemukakan pendapatnya bahwa” Prestasi belajar adalah kumpulan yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai tujuan atau hasil yang lebih baik, 16. Dari beberapa pendapat tersebut diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa prestasi belajar 14 Badudu Zain, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar, 2001), h. 15 Sri Mulyani, Psikologi Pendidikan, (Yagyakarta: UGM, 1983), h. 12 16 Hartono, Praktis Bahasa Indonesia, (Semarang: Rineka Cipta, 1992), h. 125 merupakan hasil yang dicapai dari sebuah proses belajar mengajar yang dilakukan secara maksimal dan optimal oleh guru dan peserta didik. Prestasi dalam penelitian ini adalah prestasi yang dicapai oleh peserta didik dalam kaitannya dengan beberapa faktor yang dapat diukur. Menurut Drs. Moh Uzer Usman prestasi belajar yang dicapai mahasiswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor yaitu internal dan eksternal.17 Adapun indikator yang dijadikan sebagai tolok ukur untuk mengetahui bahwa siswa dapat berhasil dalam proses belajar mengajar adalah; (a) Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok, (b) Prilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran telah dicapai siswa baik individu maupun klasikal.18 Pada prinsipnya indikator prestasi belajar merupakan pengungkapan hasil belajar yang idealnya melipiti segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa. Ranah psikologis meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu khususnya ranah rasa murid sangat sulit, hal ini 17 Uzer Usman, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar,( Jakarta: Remaja Rosdakarya, 1993), h. 9 18 Ibid. h. 8 disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (takdapat diraba)19 Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai diatas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur. Dibawah ini penulis sajikan sebuah tabel untuk mengetahui masing-masing ranah/jnis prestasi, indikator, dan cara mengevaluasi prestasi. Tabel ; 1 Jenis, Indikator dan Cara Evaluasi Prestasi Ranah/Jenis Prestasi A. Ranah Cipta (Kognitif) 1. Pengamatan 2. Ingatan Indikator Cara Evaluasi 1. Dapat menunjukkan 2. Dapat membandingkan 3. Dapat menghubungkan 1. Tes lisan 2. Tes tertulis 3. Observasi 1. Dapat menyebutkan 2. Dapat menunjukkan kembali 1. Tes lisan 2. Tes tertulis 3. Observasi 3. Pemahaman 1. Dapat menjelaskan 2. Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri 1. Tes lisan 2. Tes tertulis 4. Aplikasi/Penerapan 1. Dapat memberikan contoh 2. Dapat menggunakan secara tepat 1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas 3. Observasi 19 Muhibbin Syah, Op Cit, h. 192 5. Analisis (Pemeriksaan dan pemilahan secara teliti) 1. Dapat menguraikan 2. Dapat mengklasifikasikan/memilahmilah 6. Sintesis 1. Dapat menghubungkan 2. Dapat menyimpulkan 3. Dapat menggeneralisasi kan (membuat prinsip umum) 1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas 2. Menunjukkan sikap menerima 3. Menunjukkan sikap menolak 1. Tes tertulis 2. Tes skala sikap 3. Observasi 1. Tes skala sikap 2. Pemberian tugas 3. Observasi 1. Tes skala sikap 2. Pemberian tugas 3. Observasi 1. Tes skala sikap 2. Pemberian tugas ekspresif (yang menyatkan sikap) dan tugas proyektif(yang menyatakan perkiraan atau ramalan 1. Pemberian tugas ekspresif dan proyektif 2. Observasi B. Ranah Rasa (Afektif) 1. Penerimaan 2.Sambutan 1. Kesediaan berpartisipasi/terlibat 2. Kesediaan memanfaatkan 3.Apresiasi (Sikap menghargai) 1. Menganggap Penting dan Bermanfat 2.Menganggap Indah dan Harmonis 3.Mengagumi 1. Mengakui dan meyakini 2. Mengingkari 4. Internalisasi (Pendalaman) 5. Karakterisasi (Penghayatan) C. Ranah Karsa (Psiko motor) 1. Melembagakan atau meniadakan 2. Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari Kecakapan meng kordinasikan gerak 1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas 1. Observasi 1. Keterampilan mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh bergerak dan lainnya bertindak 2. Kecakapan ekspresi 1. Kefasihan melafalkan/ mengucapkan verbal dan non 2. Kecakapan membuat mimik dan verbal gerakan jasmani 2. Tes tindakan 1. Tes lisan 2. Observasi 3. Tes tindakan Setelah mengetahui indikator prestasi belajar di atas, guru juga perlu mengetahui bagaimana kiat menetapkan batas minimal keberhasilan belajar para siswanya. Hal ini penting karena mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang dianggap berhasil dalam arti luas bukanlah perkara mudah. Keberhasilan dalam arti luas berarti keberhasilan yang meliputi ranah cipta, rasa, dan karsa siswa. Menetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Muhibbin Syah mengemukakan beberapa alternative norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses mengajar-belajar. Di antara norma-norma pengukuran tersebut adalah; 1. Norma skala angka dari 0 sampai 10 2. Norma skala angka dari 0 sampai 100. Angka terendah yang menyatakan kelulusan / keberhasilan belajar (passing grade) skala 0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk skala 0-100 adalah 55 atau 60. Alhasil pada prinsipnya jika seorang siswa dapat menyelesaikan lebih dari separuh tugas atau dapat menjawab lebih dari setengah instrument evaluasi dengan benar, ia dianggap telah memenuhi target minimal keberhasilan belajar. Namun demikian kiranya perlu dipertimbangkan oleh para guru madrasah penetapan passing grade yang lebih tinggi (misalnya 65 atau 70) untuk pelajaran-pelajaran inti, pelajaran inti ini meliputi pelajaran bahasa dan matematika, karena kedua bidang studi ini (tanpa mengurangi pentingnya bidang studi lain) merupakan “kunci pintu” pengetahuan-pengetahuan lainnya. Selain norma-norma tersebut di atas, ada pula norma lain yaitu norma prestasi belajar dengan menggunakan simbol huruf-huruf A,B,C,D dan E. simbol ini dapat dipandang sebagai terjemahan dari simbol angka-angka sebagaimana tampak dalam tabel berikut. 8 7 6 5 0 - 10 7,9 6,9 5,9 4,9 = = = = = Tabel; 2 Perbandingan Nilai Angka, Huruf, dan Predikatnya. Simbol-simbol Nilai Predikat Angka Huruf 80 – 100 = 3,1 – 4 A Sangat baik 70 – 79 = 2,1 - 3 B Baik 60 - 69 = 1,1 - 2 C Cukup 50 - 59 = 1 D Kurang 0 - 49 = 0 E Gagal Sumber : Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, h 197 Perlu ditambahkan bahwa simbol nilai angka yang berskala antara 0 – 4 seperti yang tampak pada tabel di atas lazim dipakai diperguruan tunggi. Skala angka yang berinterval jauh lebih pendek daripada skala angka lainnya itu dipakai untuk menetapkan indeks prestasi (IP) mahasiswa, baik pada setiap semester maupun pada akhir penyelesaian studi. Setelah memperhatikan beberapa hal tentang prestasi belajar siswa seperti tersebut di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa yang terpenting dari berbagai permasalahan mengenai indikator, jenis, dan evaluasi prestasi bukanlah norma mana yang harus diambil, melainkan sejauh mana norma itu dipakai secara lugas untuk mengevaluasi seluruh kecakapan siswa (kognitif, afektif, dan psikomotor). 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa Beberapa faktor utama yang menentukan prestasi balajar siswa adalah “faktor minat, faktor kecerdasan, faktor bakat, motifasi dan kemampuankemampuan kognitif ”20 Faktor-faktor tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut; 1. faktor minat yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Jika seorang berminat untuk mempelajari sesuatu tidak dapat diharapkan bahwa dia akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut. Sebaliknya kalau seorang belajar dengan penuh minat, maka dapat diharapkan bahwa hasilnya akan lebih baik, karena itu persoalan yang biasa timbul adalah bagaimana mengusahakan agar hal yang disajikan sebagai pengalaman belajar itu menarik minat para pelajar, atau bagai mana caranya menentukan agar para pelajar itu belajar mengenai hal-hal yang menarik. 2. Faktor kecerdasan yang besar peranannya dalam berhasil dan tidak seorang mempelajari sesuatu atau mengikuti sesuatu program pendidikan. Didalam lingkungan psikologis, persoalan mengenai kecerdasan ini telah lama dipersoalkan. 3. Faktor bakat yang merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. 20 Sri Mulyani, Op Cit, h. 14 4. Faktor motifasi adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motifasi untuk belajar adalah kondisi psikoligi yang mendorong seseorang untuk belajar. Penemuan-penemuan peneliti menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motifasi untuk belajar bertambah. Maka persoalan mengenai kaitan motivasi itu dengan belajar adalah dengan mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan agar hasil belajar dapat optimal. Motivasi yang terdiri dari motivasi intrinsik yang ditimbulkan dari dalam diri orang bersangkutan dan motivasi ekstrinsik yang timbul oleh rangsangan dari luar. 5. Kemampuan-kemampuan kognitif yang terutama berkaitan dengan persepsi, ingatan dan berfikir. Kemampuan seseorang dalam melakukan persepsi, dalam mengingat, dan dalam berfikir besar pengaruhnya terhadap hasil belajarnya.21 21 Ibid, h. 15 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif yang menggambarkan sekaligus mengkaji kondisi riil obyek penelitian berdasarkan data-data otentik yang dikumpulkan sebagaimana Husaini Usman menegaskan bahwa,” penelitian kualitatif adalah penelitian yang berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut prospektif peneliti sendiri.”22 Demikian pula menurut Maleong bahwa,”penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan berdasarkan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati”.23 Berdasarkan penjelasan di atas maka penelitian ini berupaya mengumpulkan data-data atau informasi obyektif di lapangan mengenai Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe, dan kemudian ditelaah, dikaji dan 1 2 Husaini Usman. Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), h. 81 Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandun: PT Remaja Rosdakarya, 2000), h.3 diolah yang bersifat deskriptif kualitatif yaitu melalui gambaran secara kualitatif terhadap permasalahan yang diajukan. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe. Pemilihan lokasi tersebut didasari dengan pertimbangan bahwa lokasi penelitian berada dalam satu kecamatan dengan tempat tugas peneliti sehingga dapat menghemat waktu dan biaya sekaligus tidak mengganggu tugas pokok sehari-hari. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April s/d Juni 2011 C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu : a. Data Primer yaitu data yang diperoleh peneliti dari sumber utamanya tanpa perantara atau dari informan secara langsung dalam hal ini Kepala Madrasah, guru, tenaga administrasi dan siswa. b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui perantara yakni dokumendokumen penting yang dibutuhkan dalam penelitian ini seperti jumlah fasilitas Madrasah dan siswa. 2. Sumber Data Sumber data penelitian ini adalah dewan guru Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe dan pihak-pihak lain seperti Kepala Madrasah, siswa dan tenaga administrasi serta segala sesuatu yang ada hubungannya dengan penelitian ini sehingga dapat diperoleh data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. D. Teknik Penentuan Informan Penelitian Dalam penelitian ini teknik penentuan informan yang digunakan peneliti adalah teknik snowball sampling yaitu tehnik pengumpulan data dengan menggunakan Informan kunci dan informan pendukung. Sebagaimana Sanafiah Faisal menjelaskan bahwa : Bila sampel belum dapat ditentukan secara utuh karena satu dan lain hal , maka tehnik penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Snowball sampling yaitu peneliti menentukan satu atau lebih informan kunci kemudian dari informan kunci tersebut dapat diperoleh data-data informan tambahan lainnya sesuai dengan kebutuhan penelitian atau berdasarkan pertimbanganpertimbangan yang realistis,24 Dari penjelasan di atas menggambarkan bahwa tehnik penentuan sampel dengan menggunakan snowball sampling hanya data-data yang bersifat umum. Adapun alasan pemilihan tehnik ini karena menurut prospektif peneliti sangatlah sesuai dengan kepentingan peneliti dan kondisi lapangan, mengingat guru-guru Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe sebagai obyek informan 3 Sanafiah Faisal , Metode Penelitian Sosial , (Jakarta: Erlangga, 2001), h.25 dalam penelitian ini mayoritas adalah Guru Tidak Tetap (GTT) yang berdomisili di luar lokasi penelitian sehingga dengan demikian ketika peneliti sudah menganggap data telah lengkap setelah hasil wawancara dilakukan berarti informan tersebut telah mewakili informan lainnya. Adapun informan kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah Kepala Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe dan perwakilan guru-guru sebagai informan pendukung sesuai dengan kepentingan pengumpulan data. E. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini dikumpul dengan menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yakni: 1. Observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung atau mencatat dengan sistematis terhadap fenomenafenomena atau obyek yang diteliti dilapangan. Dalam hal ini adalah keadaan Madrasah dan guru-guru MA Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe. 2. Interview(Wawancara) yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung dengan informan sesuai dengan kebutuhan. 3. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan pencatatan terhadap data untuk memperoleh data sekunder yang meliputi sarana dan prasarana, jumlah guru, jumlah siswa, masa kerja guru dan tingkat pendidikan guru serta dokumen perangkat pembelajaran dan hal-hal lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Dokumen ini sangat diperlukan untuk mendukung informasi yang diperoleh dari para informan. F. Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahan data dilakukan melalui analisis deskriptif kualitatif, yaitu menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Miles and Huberman mengemukakan bahwa,”Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. aktifitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification”25 Dan selanjutnya tehnik pengolahan data juga dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu sebagai berikut : 1. Reduksi data yaitu proses pemilihan, penyederhanaan data dan pemusatan perhatian dengan metode dalam bentuk uraian yang terinci dan sistematis yang berhubungan dengan fokus masalah penelitian. 4 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, ( Bandung : Alfabeta, 2007), h.337 2. Display data yaitu menyajikan data untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian tersebut. 3. Ferifikasi data yaitu mencari data dan menemukan makna terhadap data yang dikumpulkan dengan mencari pola hubungan, persamaan, perbedaan dan sistemnya. G. Pengecekan Keabsahan Data Pengecekkan keabsahan data merupakan usaha untuk meningkatkan derajat kepercayaan data dan untuk menyajikan fakta dan data balik apa yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah dan merupakan unsur yang tidak terpisahkan dari penelitian kualitatif deskriptif. Dengan demikian apabila peneliti mengadakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat dan teliti, maka jelas bahwa hasil penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan. Dalam pengecekan keabsahan data ini peneliti menggunakan Trianggulasi data ; “Teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang ada di luar data itu untuk keperluan pengecekan keabsahan atau pembanding terhadap data itu”26 5 Lexy. J. Moleong, Op. Cit, h.178 Dalam pengujian keabsahan data dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan dua macam trianggulasi yaitu sumber dan data. Hal ini dilakukan untuk menjaga adanya informan yang memberikan informasi yang kurang relevan dari pembahasan. Trianggulasi dengan menggunakan sumber yaitu dengan membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari lapangan penelitian melalui waktu yang berbeda. Trianggualsi dengan menggunakan data dilakukan dengan cara membandingkan hasil data observasi dengan data hasil wawancara. Dengan demikian data yang telah dirumuskan akan disimpulkan kembali untuk memperoleh derajat data yang akurat. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi berdiri pada tahun 1997 di Desa Larowiu Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe. Pada awal berdirinya madrasah ini hanya memiliki siswa yang kurang dari 10 orang dengan tenaga pengajar yang berjumlah 3 orang. Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi berdiri di areal tanah seluas kurang lebih seperempat hektar dengan kondisi gedung yang sangat sederhana, siswa dan siswi menimba ilmu dari para guru yang hanya tamatan Madrasah Aliyah dan SMA. Akan tetapi karena madrasah ini merupakan satu-satunya sekolah lanjutan tingkat atas yang berada di lingkungan pemukiman transmigrasi, sehingga cepat berkembang dengan pesat. Apalagi masyarakat disekitar madrasah ini sangat mendukung. Selain itu juga madrasah ini berada dilingkungan pondok pesantren yang memiliki banyak santri baik dari lingkungan masyarakat sekitar maupun dari daerah lain, sehingga sangat membantu perkembangan madrasah ini. Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi didirikan oleh KH. Anang Zubaidi yang sekaligus sebagai kepala madrasah yang pertama. Madrasah ini bernaung di bawah Yayasan Pondok Pesantren Annur Azzubaidi yang juga di ketuai oleh KH. Anang Zubaidi sekaligus sebagai pimpinan pesantren Annur Azzubaidi. Sejak awal berdirinya sebagai Madrasah Aliyah Swasta, tahun 2006 tepatnya tanggal 15 November 2006 madrasah ini baru mendapatkan izin operasional dari pemerintah dengan nomor izin operasional sekolah 84 tertanggal 15 November 2006. Selama melaksanakan kegiatan pembelajaran di madrasah ini, baru satu kali diadakan pergantian kepala Madrasah. Yakni tepatnya bulan Agustus 2009 KH. Anang Zubaidi selaku kepala madrasah yang pertama sekaligus ketua yayasan menyerahkan kepemimpinan madrasah kepada bapak Mukhson Khanif, S.Ag yang memimpin Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi sampai sekarang. Bermula dari keadaan yang sangat sederhana baik gedung madrasah, tenaga pengajar maupun sarana dan prasarana lainnya, namun Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi berhasil mencetak alumni-alumni yang unggul. Hal ini terbukti dengan banyaknya alumni madrasah yang sudah menyelesaikan program sarjananya, bahkan sudah ada beberapa alumni yang terangkat menjadi pegawai negeri sipil yang kembali mengabdi di yayasan ini. Dan saat ini Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi memiliki 130 orang siswa. 2. Keadaan Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Sarana dan prasarana harus ada walaupun kondisinya sangat sederhana, terutama dalam pelaksanaan pembelajaran formal. Sebab tanpa sarana dan prasarana yang memadai, maka proses pembelajaran tidak dapat berjalan dengan baik. Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi dalam menyelenggarakan pendidikan telah mengupayakan pengadaan berbagai sarana dan prasarana sebagai kebutuhan sebuah lembaga pendidikan yang nantinya akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Berikut tabel data keadaan sarana dan prasarana di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi. Tabel ; 3. Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jenis Sarana dan Prasarana Ruang Belajar Ruang Kepala Madrasah Ruang Tata Usaha Ruang Guru Perpustakaan Komputer/Laptop Aula Musholla Rumah Guru Asrama 11 Jumlah 5 1 1 1 1 4 1 2 7 Keterangan Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Baik Baik Permanen Baik 3 Permanen TPKU 1 Permanen 12 Kamar mandi/WC Guru 1 Semi Permanen 13 Kamar mandi/WC Siswa 1 Semi Permanen Sumber data: Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Tahun 2011 Dari data tersebut, terlihat bahwa keadaan sarana dan prasarana yang dimiliki Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi sampai sekarang cukup memadai untuk menunjang terlaksananya proses pembelajaran dalam sebuah lembaga pendidikan. Ketersediaan seluruh sarana prasarana tersebut merupakan bagian terpenting pula dalam mencetak generasi berprestasi yang beriman dan bertakwa serta SDM yang handal. 3. Keadaan Guru Dalam proses pembelajaran, seorang guru merupakan motivator, fasilitator dan dinamisator. Proses pembelajaran tidak dapat berlangsung efektif tanpa kehadiran dan bantuan dari guru. Guru menjadi salah satu faktor penentu pencapaian tujuan pendidikan, walaupun sarana dan prasarana dalam sekolah memadai, namun bila tidak ada guru, maka kegiatan pembelajaran tidak dapat berlangsung dengan baik. Untuk menunjang kegiatan pelaksanaan pembelajaran di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi, maka diperlukan tenaga professional dari guru. Adapun jumlah guru (tenaga pengajar) di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel ; 4. Keadaan Tenaga Pengajar di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi No Jabatan Jumlah 1 Guru Tetap 1 2 Guru Tidak Tetap 15 Jumlah 16 Sumber data: Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Tahun 2011 Berdasarkan tabel diatas maka dapat dijelaskan bahwa untuk tenaga pendidikan di Madrasah aliyah Annur Azzubaidi dalam hal ini adalah guru berjumlah 16 orang, yang terdiri dari 1 orang guru tetap dan 15 orang guru tidak tetap dengan jenjang pendidikan antara S1 dan SMA dengan latar belakang pendidikan umum dan agama. Dari 16 orang guru di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi terdiri dari 10 orang dengan kualifikasi pendidikan S1 (sarjana), Pondok Pesantren 1 orang dan MAN 5 orang. Untuk lebih jelasnya keadaan guru di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel ; 5 Data Tenaga Pengajar di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi No Nama Jabatan Status 1 Mukhson Khanif, S. Ag Kepala MA Annur Azzubaidi, Guru Akidah Akhlak 2 KH. Anang Zubaidi Guru Qur’an Hadits Honorer 3 Ahmad Sopandi Guru Fiqhi Honorer 4 Etri Utami, S. PdI 5 Harmin, S. Pd Guru Sosiologi dan Sejarah Guru Matematika Honorer 6 Erni Sumarwati, S. Pd Guru Bahasa Indonesia Honorer 7 Sudiyo, S. Pd Guru Ekonomi dan TIK PNS PNS PNS 8 Saiful Ansor, S. PdI Guru Goegrafi Honorer 9 Nuryati Guru Bahasa Arab Honorer 10 Muh. Irfan Maulana Guru Seni Budaya Honorer 11 Ahmad Samsir,S.Pd I Guru Penjaskes Honorer 12 Mardhiyah Guru SKI Honorer 13 Sugi Wartono, S. Pd Guru Bahasa Inggris Honorer 14 Haidiri, S. Pd Guru Fisika dan Biologi Honorer 15 Basri Waluyo, S. PdI Guru Kewarganegaraan Honorer 16 Ida Kuniawati, S. Pd Guru Bahasa Inggris Honorer Sumber data: Kantor Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Tahun 2011 4. Keadaan Siswa Siswa merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, sebab pendidikan tidak mungkin berjalan tanpa adanya siswa atau peserta didik. Dengan demikian peserta didik menempati sentral dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain seorang guru harus mengetahui kondisi siswanya baik menyangkut kepribadiannya maupun intelektualnya. Untuk mengetahui lebih jelas tentang data siswa madrasah Aliyah Annur Azzubaidi tahun pelajaran 2011/2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel ;6. Data Siswa Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi tahun 2011 NO JUMLAH KELAS L JUMLAH P 1 2 3 X (Sepuluh) 20 28 XI (Sebelas) 21 30 XII (Dua Belas) 15 16 JUMLAH 56 74 Sumber data: Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Tahun 2011 48 51 31 130 Berdasarkan jumlah siswa disetiap kelas terkategori sedang, sehingga secara teoritis guru dapat mengarahkan siswa dengan baik saat kegiatan pembelajaran dan secara strategi mudah untuk menerapkan kedisiplinan kepada siswa yang merupakan kunci untuk meraih prestasi. B. Gambaran Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah 1. Visi dan Misi Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi a. Visi Manajemen berbasis madrasah di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi mulai diimplementasikan pada tahun 2007 hingga sekarang. Selama dijalankannya model pembaruan ini Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi mengalami perubahan yang cukup pesat jika dibandingkan sebelumnya. Prestasi siswapun mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa manajemen berbasis madrasah adalah merupakan model manajemen yang memberi otonomi lebih besar kepada madrasah untuk senantiasa meningkatkan sumber daya yang ada dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua masyarakat madrasah untuk meningkatkan mutu madrasah sesuai dengan kebijakan nasional. Adapun visi madrasah Aliyah Annur Azzubaidi adalah sebagai berikut: 1. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dalam keimanan dan ketakwaan. 2. Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. 3. Mampu mengaktualisasikan Ilmu yang dimiliki dalam pengabdian masyarakat dengan berlandaskan iman dan takwa” Penjelasan : 1. Visi Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi tersebut merupakan arah dan gambaran masa depan yang akan dituju oleh segenap civitas akademika dalam upaya mewujudkan lahirnya sumber daya manusia Indonesia. 2. Dipilihnya orientasi pendidikan pada penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dikarenakan IPTEK merupakan komoditas ekonomi yang tinggi dan bernilai ekspor. Penguasaan IPTEK merupakan indikator keberhasilan yang dapat berkiprah pada tataran internasional (global). b. Misi Adapun untuk mencapai tujuan atau visi di atas diperlukan keseriusan cara dan metode untuk meraihnya. Cara meraih visi tersebut disebut misi Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe. Maka Misinya adalah sebagai merikut: 1) Menyiapkan calon pemimpin masa depan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mempunyai daya juang tinggi, kreatif, inovatif, proaktif dan mempunyai landasan iman dan takwa yang kuat. 2) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan profesional tenaga pendidik dan kependidikan sesuai dengan perkembangan dunia kependidikan. 3) Menjadikan Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi sebagai madrasah model dalam pengembangan pengajaran IPTEK dan IMTAK bagi lembaga pendidikan lainnya. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa implementasi manajemen berbasis madrasah pada Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi telah dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari dimensi Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Untuk lebih jelasnya penulis dapat uraikan sebagai berikut; 2. Implementasi Manajemen Berasis Madrasah di MA Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe. a. Perencanaan Rencana madrasah merupakan salah satu perangkat terpenting dalam MBM, yang mencakup perencanaan untuk jangka waktu tertentu, dan disusun oleh madrasah bersama komite madrasah. Perencanaan yang disusun oleh Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi berdasarkan visi, misi dan tujuan madrasah sebagai lembaga formal. Agar misi Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi dapat dioperasionalkan, kinerja dan hasil pelaksanaannya dapat dievaluasi, maka kepala madrasah bersama dewan guru telah menyusun rencana kegiatan yairu; 1. Perencanaan bidang kurikulum Kurikulum adalah seperangkat terencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pengaturan serta cara yang digunakan sebagai pedoman kegiatan belajar mengajar.27 Adapun kurikulum yang digunakan Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2. Perencanaan Bidang Proses Belajar Mengajar Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui system tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Semua itu dimaksudkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan dengan memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik. Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dan pendidik. Bahan belajar kegiatan tatap muka perjam pelajaran berlangsung selama 45 menit. 1 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), h. 18 Disamping pelaksanaan kurikulum secara umum, MA Annur Azzubaidi juga melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menunjang kepada kegiatan kurikuler. Salah satunya adalah pelaksanaan muatan lokal. Muatan lokal merupakan kegiatan untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan kedalam mata pelajaran yang ada dan substansi muatan lokal ditentukan oleh pihak madrasah. Untuk mengembangkan diri khas madrasah dan memperhatikan sebagian besar harapan orang tua siswa menyekolahkan putra-putrinya di MA Annur Azzubaidi adalah untuk pendalaman agama, dimana pendalaman agama yang diterapkan di MA Annur Azzubaidi lebih difokuskan pada pengamalan sehari-hari. Sehingga siswa terbiasa dengan apa yang dipraktekkan disekolah baik itu tadarus Al Qur’an, sholat sunnah duha, sholat berjamaah, disamping itu sebagai ciri dari MA Annur Azzubaidi siswa diberi keterampilan pertukangan bagi putra dan menjahit bagi putri. Hal ini kami terapkan agar lulusan MA Annur Azzubaidi bisa terampil bukan hanya ilmu bidang agama akan tetapi terampil pula dibidang pertukangan dan konveksi. Materi lokal dikemas sedemikian rupa dalam bentuk modul yang berisikan materi dasar ke-islaman atau keterampilan lainnya. 3. Perencanaan Bidang Kesiswaan Siswa adalah obyek dalam suatu lembaga pendidikan, sehingga tanpa siswa suatu lembaga pendidikan tersebut tidak dapat beroperasi. Karena itu madrasah perlu merencanakan penerimaan siswa baru. Penerimaan siswa baru merupakan kegiatan yang pertama dilakukan oleh madrasah dengan mengadakan pendaftaran dan seleksi calon siswa baru. Dalam hal penerimaan siswa baru MA Annur Azzubaidi melakukan langkah-langkah dengan pembentukan panitia, pengumuman dan penentuan syarat-syarat pendaftaran, penyediaan formulir pendaftaran, waktu pendaftaran, waktu seleksi serta penentuan calon yang diterima. Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa penerimaan siswa baru dilakukan dengan kerja sama antara pihak madrasah dengan pondok pesantren Annur Azzubaidi dengan mempertimbanagkan kondisi sarana dan prasarana yang ada, sebagaimana hasil wawancara penulis dengan salah seorang informan bahwa “Penerimaan siswa baru di MA Annur Azzubaidi dilakukan di dua tempat yaitu di pondik pesantren dan di madrasah sendiri, hal ini disebabkan mereka juga mendaftar santri baru di pondok pesantren.”28 4. Perencanaan Bidang Ketenagaan Sebagaimana keberadaan siswa, maka guru dan tata usaha merupakan salah satu factor yang sangat penting dalam sebuah lembaga pendidikan. Dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan atas keberhasilan dan kesuksesan lembaga pendidikan dalam mencapai visi dan misi yang diembannya. Demikian pula dengan pegawai tata usaha yang melaksanakan Syaiful Ansor, Guru Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi, “Wawancara”, Meluhu, 26 Oktober 2011 2 segala kegiatan administrasi, karena itulah factor ketenagaan perlu pula direncanakan dengan baik. Tugas bagi seorang guru tidak hanya sebagai tugas professional, tetapi merupakan tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna baggi agama, nus adan bangsa. Sesuai hasil pengamatan dengan salah seorang informan menyatakan bahwa; Perancanaan guru pada MA Annur Azzubaidi memuat tentang jumlah guru dan pegawai yang dibutuhkan, pengembangan kompetensi guru, serta latihan kerja guru, sedangkan perencanaan pegawai tata usaha memuat tentang hal-hal yang menangani bidang administrasi serta pengelolaan lingkungan madrasah,29 Berdasarkan keterangan dari informan tersebut diatas menunjukkan bahwa manajenen tentang perencanaan ketenagaan pada MA Annur Azzubaidi paada dasarnya telah dilakukan dengan baik, meskipun masih terdapat kendala yang dialami karena terkait dengan sumber daya manusia yang ada. 5. Perencanaan Bidang Sarana Pembelajaran Ditinjau dari fungsi atau peranannya terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar maka sarana pendidikan yang dimaksud disini dibedakan menjadi tiga macam yaitu; 1) alat pelajaran, 2) alat peraga dan, 3) media pengajaran. Berdasarkan hal tersebut perencanaan tentang sarana dan prasaran Mukhson Khanif, Kepala Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi, “Wawancara”. Meluhu, 26 Oktober 2011 3 pembelajaran yang dilakukan pada MA Annur Azzubaidi sesuai dengan pengamatan penulis memuat tentang penentuan kebutuhan, tehnis infentarisasi, pengadaan bahan/perlengkapan, pemeliharaan dan rehablitas, penggunaan perlengkapan dan anggaran pembelian peelengkapan. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah seorang informan menyatakan bahwa; Perencanaan bidang sarana pendidikan di MA Annur Azzubaidi belum sepenuhnya dilaksanakan karena mengingat keterbatasan dana dan kemampuan madrasah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhn madrasah, disamping itu juga karena keterbatasan sumber daya manusia khususnya yang menangani bidang administrasi, sehingga dengan terpaksa ada guru yang merangkap sebagai tenaga administrasi.”30 Dari penjelasan informan tersebut diatas menggambarkan bahwa perencanaan bidang sarana pendidikan khususnya bidang administrasi di MA Annur Azzubaidi masih perlu mendapatkan perhatian mengingat hal ini sangat penting dalam kelancaran kegiatan proses belajar mengajar. 6. Perencanaan Bidang Keuangan Sebagaimana dikatahui bahwa pada dasarnya setiap unit kerja selalu berhubungan dengan masalah keuangan demikian pula sekolah, bahkan masalah keuangan disebuah organisasi pendidikan sangatlah urgen apalagi pada Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi sebagai Madrasah swasta tanpa dana proses pendidikan tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Perencanaan keuangan di MA Annur Azzubaidi disusun dalam RAPBM yang memuat 4 2011 Mukhson Khanif, Kepala MA Annur Azzubaidi, “Wawancara” Meluhu, 26 Oktober tentang sumber pendapatan dan pengeluaran yang dipergunakan setiap tahun. Adapun sumber pendapatan MA Annur Azzubaidi hanya bersumber dari bantuan pemerintah berupa BOP, sedangkan bantuan lain seperti Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) atau iuran komite madrasah hanya dikenakan dua pulu ribu rupiah per bulan mengingat kondisi masyarakat yang sebagian besar adalah masyarakat tidak mampu. Karena itulah masalah keuangan di MA Annur Azzubaidi perlu direncanakan dengan baik. Dalam hal ini perencanaan keuangan selalu memperhatikan skala prioritas kebutuhan mengingat dana sangat terbatas sementara kebutuhan tidak terbatas. Sebagaimana diungkapkan oleh salah seorang informan bahwa “perencanaan keuangan di MA Annur Azzubaidi mengutamakan kesejahteraan guru karena guru dan pegawai MA Annur Azzubaidi 90% adalah guru honorer”31 Dari pengamatan dan keterangan informan diatas memberikan pemahaman bahwa factor keuangan pada MA Annur Azzubaidi masih sangat terbatas yang hanya bersumber dari dana BOP sehingga hal ini tentu sangat mempengaruhi kelancaran kegiatan lainnya. b. Pengorganisasian Untuk kelancaran dan pencapaian suatu tujuan dalam setiap kegiatan maka perlu adanya pengorganisasian. Pengorganisasian yang dimaksud disini 5 2011 Mukhson Khanif, Kepala MA Annur Azzubaidi, “Wawancara” Meluhu, 26 Oktober adalah pembagian komponen kegiatan dalam suatu kelompok dan penetapan wewenang didalam kelompok atau unit organisasi. Berdasarkan pengamatan pengorganisasian pada MA Annur Azzubaidi meliputi bidang kurikulum, PBM, kesiswaan, ketenagaan, sarana dan prasarana serta keuangan dan semua sudah dilaksanakan dengan baik. Untuk lebih jelasnya penulis uraikan sebagai berikut; 1) Pengorganisasian Bidang Kurikulum Pengorganisasian bidang kurikulum pada MA Annur Azzubaidi dilakukan dalam bentuk kegiatan penyusunan pembagian tugas mengajar yang disesuaikan dengan latar belakang pendidikan guru yang bersangkutan, dan jumlah jam mengajar yang ditentukan sesuai dengan ketentuan umum yang berlaku yaitu 18 jam dalam seminggu bagi guru PNS, dan selebihnya diberikan kepada guru tidak tetap atau non PNS. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dalam pengaturan pembagian tugas mengajar sebagaimana disebutkan diatas kadang menyimpang dari latar belakang pendidikan guru yang bersangkutan, kenyataan ini terjadi karena ada beberapa bidang studi yang gurunya sangat kurang atau tidak ada sama sekali sehingga ada guru yang merangakap bidang studi lain, meskipun telah memenuhi kualifikasi pendidikan sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya. Hal ini juga dikatakan oleh seorang informan bahwa; Memang guru yang mengajar di madrasah aliyah ini tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya namun pada dasarnya merek ra-rata telah memenuhi persyaratan kualifikasi pendidikan, dimana mereka sebagian besar adalah alumni Madrasah Aliyah dan juga alumni dari STAIN jurusan PAI tetapi mengajar bidang studi umum hal ini terjadi karena di MA Annur Azzubaidi ini masih kekurangan guru.32 Dari penjelasan informan diatas menunjukkan bahwa guru yang mengajar di MA Annur Azzubaidi belum memenuhi kriteria guru yang professional, baik dari latar belakang pendidikannya maupun kualifikasi pendidikannya. 2) Pengorganisasian Bidang Proses Belajar Mengajar Pengorganisasian dibidang proses belajar mengajar pada MA Annur Azzubaidi dilakukan dengan rasio perbandingan guru dan siswa serta jumlah kelas yang digunakan. Untuk jurusan eksakta(IPA) memiliki ruang belajar tersendiri meskipun baru dua kelompok belajar. Untuk jurusan IPS yang sudah sejak awal berdirinya MA Annur Azzubaidi ini telah terkordinir dengan baik sesuai kondisi setempat dimana guru yang mengajar siswa jurusan IPS sebagian besar juga mengajar di jurusan IPA terutama pada pelajaran selain eksakta. Sesuai hasil wawancara peneliti dengan seorang informan bahwa “pengorganisasian proses belajar mengajar di MA Annur Azzubaidi senantiasa mempertimbangkan kondisi dilapangan, baik kondisi guru maupun kondisi kelas yang digunakan.”33 6 Haediri.T. Guru MA Annur Azzubaidi, “Wawancara”, Meluhu, 26 Oktober 2011 33 Haediri.T. Guru MA Annur Azzubaidi, “Wawancara”, Meluhu, 26 Oktober 2011 3) Pengorganisasian Bidang Kesiswaan Setelah proses penerimaan siswa baru maka kegiatan kesiswaan selanjutnya adalah mengadakan pengelompokan siswa. Setiap kelas sesuai dengan standar maksimal 35 orang sampai 40 orang. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa MA Annur Azzubaidi pada awal tahun ajaran khususnya kelas satu mengalami kelebihan siswa sampai sekitar 50 orang, namun pada awal semester kedua berkurang sehingga masih terdapat kendala dalam mengajarkan materi pembelajaran pada sekian banyak siswa yang bermacam-macam karakternya. hal ini juga dikemukakan oleh seorang informan bahwa ”pengelompokan siswa sebenarnya sudah memenuhi standar maksimal jumlah siswa pada tiap kelasnya, namun demikian semua guru yang mengajar masih dapat mengkoordinir siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.” 34 Demikian halnya bagi guru juga mengalami kesulitan dalam menyajikan pelajaran karena ada siswa yang cepat mengerti dan ada siswa yang terlambat pemahamannya sehingga alokasi waktu pembelajaran yang tersedia tersita dengan mengulang-ulang pelajaran. 4) Pengorganisasian Bidang Ketenagaan Penerapan fungsi pengorganisasian pada bidang ketenagaan pada MA Annur Azzubaidi berdasarkan pengamatan menyangkut tentang pembagian tugas guru dan tata usaha. Adapun tugas guru dalam proses belajar mengajar 34 Sudiyo. Guru MA Annur Azzubaidi, “Wawancara”, Meluhu, 26 Oktober 2011 yang ditetapkan yaitu : 1) membuat program pengajaran semester/tahunan, 2)membuat persiapan pengajaran (RPP), 3) melaksanakan kegiatan pembelajaran, 4) melakukan penilaian, 5) mengisi daftar nilai siswa, 6) menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan, 7) membuat lembaran kerja siswa (LKS), dan 8) membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa. Disampung tugas pokok tersebut seorang guru juga ditunjuk oleh kepala madrasah untuk membantu penyelenggaraan pendidikan di madrasah, termasuk kegiatan ekstra kurikuler. Sedangkan tugas bagi tata usaha adalah mengurus bidang administrasi guru dan siswa seperti mencatat kehadiran guru dan siswa pada setiap hari, dan juga enjaga keamanan madrasah membersihkan lingkungan madrasah, hal tersebut dijalaskan oleh seorang informan bahwa; Manajemen ketenagaan di MA Annur Azzubaidi hanya terbagi atas dua yaitu tenaga guru dan tenaga tata usaha dengan memiliki tugas masingmasing. Kalau guru bertugas dan bertanggung jawab dalam hal pengelolaan pendidikan dalam hal ini kegiatan proses belajar mengajar, sedangkan tenaga tata usaha bertugas hanya hal-hal administrasi guru dan siswa serta pengelolaan sarana dan prasarana yang ada.”35 Dari keterangan informan tersebut diatas cukup jelas difahami bahwa dalam pengorganisasian bidang ketenagaan pada MA Annur Azzubaidi sudah dilaksanakan secara maksimal sesuai dengan fungsinya masing-masinag, namun diakui hal tersebut belum sesuai dengan apa yang diharapkan karena mengingat keterbatasan sumber daya manusia yang ada. 5) Pengorganisasian Bidang Sarana Pendidikan 35 Mukhson Khanif, Ka Mad, “Wawancara”, Meluhu, 26 Oktober 2011 Pengorganisasian suatu sarana dalam pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui berapa banyak sarana yang dibutuhkan dan berapa banyak sarana yang layak pakai dan yang tidak layak pakai. Papa MA Annur Azzubaidi berdasarkan pengamatan pengorganisasian sarana pendidikan dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu; 1) pencatatan penerimaan, 2) pencatatan pembelian, 3) penggunaan dan pemanfaatan, 4)pemeliharaan dan peraawatan, 5) penghapusan, 6) pencatatan jumlah sarana, 7) pencatatan keadaan sarana, dan 8). Pencatatan tantang keadaan madrasah. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan seorang informan menyatakan bahwa; Sarana pendidikan yang ada di MA Annur Azzubaidi ini masih sangat terbatas baik yang ada di kelas seperti media pembelajaran maupun yang ada di luar kelas seperti lapangan olah raga dan lain-lain, namun demikian kami syukuri apa yang ada untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya.36 Dari hasil pengamatan dan keterangan informan diatas menunjukkan bahwa pada dasarnya MA Annur Azzubaidi telah melakukan pengorganisasian sarana pendidikan yang ada dengan melaui beberapa tahapan sebagaimana tersebut diatas. Dengan demikian dapat dipahami bahwa implementasi manajemen berbasis madrasah pada MA Annur Azzubaidi telah dilaksanakan dengan baik. 6) Pengorganisasian Bidang Keuangan Pengorganisasian pada bidang keuangan yang dimaksud disini adalah pemetaan sumber dana madrasah dan sarana penggunaannya. Adapun sumber 36 Mukhson Khanif, Ka Mad, “Wawancara”, Meluhu, 26 Oktober 2011 dana yang ada pada MA Annur Azzubaidi sebagaimana telah dijelaskan diawal hanyalah bersumber dari bantuan pemerintah melalui dana BOP dan sarana penggunaannya diprioritaskan untuk kesejahteraan guru dan selebihnya digunakan untuk pembelian ATK dan kegiatan proses belajar mengajar, hal ini dijabarkan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Madrasah (RAPBM). Sebagai mana hasil wawancara penulis dengan salah seorang informan menatakan bahwa; Pengorganisasian sumber dana tersebut dimaksudkan untuk mengetahui berapa banya sumber bantuna yang ada di MA Annur Azzubaidi sekaligus sebagai bentuk keterbukaan dan transparansi kepada warga madrasah khususnya dan masyarakat pada umumnya.37 Berdasarkn hasil pengamatan dan wawancara tersebut diatas menunjukkan bahwa implementasi manajemen bidang keuangan pada MA Annur Azzubaidi telah diorganisir dengan baik kedalam RAPBM, baik yang ada didalam pembukuan maupun yang dimuat dalam papan data. Dari data tersebut juga memberikan pemahaman kepada kita bahwa ternyata dana yang ada di MA Annur Azzubaidi masih sangat minim untuk biaya kegiatan pendidikan, sehingga hal ini sangat berpengaruh pada peningkatan mutu, baik penigkatan kualitas siswa maupun peningkatan professional guru. Hal ini juga diungkapkan oleh seorang informan bahwa,”salah satu kendala yang dialami di Madrasah Aliyah ini adalah masalah keterbatasan dana sehingga ruang untuk 37 Mukhson Khanif, Ka Mad, “Wawancara”, Meluhu, 26 Oktober 2011 pengembangan kompetensi siswa maupun guru tidak bisa dilaksanakan misalnya kegiatan praktikum siswa dan KKG”38 Dari keterangan informan tersebut mengindikasikan bahwa problem utama yang dialami oleh lembaga pendidikan di Indonesia pada umumnya dan khususnya MA Annur Azzubaidi adalah masalah dana pendidikan yang sangat terbatas. c. Penggerakan/Pelaksanaan Aplikasi dimensi penggerakan adalah merupakan inti dari suatu proses dimensi perencanaan dan pengorganisasian. Karena itu fungsi n diletakkan sesudah perencanaan dan pengorganisasian. Untuk lebih jelasnya penulis akan uraikan hal ini sebagai berikut; 1) Penggerakan bidang kurikulum Sebagaimana diawal telah dijelaskan bahwa perencanaan bidang kurikulum adalah perencanaan yang menyangkut tugas guru dalam kegiatan proses belajar mengajar dengan menerapkan kurikulum muatan nasional dan kurikulum muatan local. Sesuai denganvisi dan misi madrasah. Muatan lokal dimaksudkan untuk menunjang pelaksanaan kurikulum nasional. Dari hasil pengamatan tentang pelaksanaan pengembangan kurikulum nasional pada MA Annur Azzubaidi meliputi; (1)menyusun silabus kurikulum (2)pemantapan 38 Etri Utami, Guru MA Annur Azzubaidi, “Wawancara”, Meluhu, 26 Oktober 2011 system penilaian kurikulum 2004 KTSP, (3) efektifitas kegiatan MGMP (4) efektifitas pelaksanaan evaluasi harian dan ujian akhir (5) sosialisasi program kepada orang tua siswa (6) melaksanakan pengayaan dan tambahan jam belajar sedangkan pengembangan kurikulum muatan lokal dilakukan dengan mengacu pada kondisi local dan kemampuan siswa. Hal ini juga disampaikan oleh salah seorang informan bahwa;” pelaksanaan kurikulum di MA Annur Azzubaidi ini kami mengacu kepada standar isi dan standar kompetensi lulusan dengan tidak mengabaikan kebutuhan siswa dan tuntutan masyarakat.”39 2) Penggerakan Bidang Proses Belajar Mengajar Sebagaimana difahami bahwa aplikasi kurikulum dilakukan melalui kegiatan belajar mengajar dalam bentuk ekstra kurikuler dan intra kurikuler. Pelaksanaan kurikulum melalui kegiatan proses belajar mengajar merupakan tanggung jawab oleh kepala madrasah selaku menejer dan guru sebagai pelaksana tugas harian. Mustafa mengatakan bahwa; “guru adalah tenaga yang memegang jabatan fungsional yang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan fungsi madrasah yakni pelaksanaan proses belajar mengajar di madrasah.”40 Kedudukan guru pada suatu lembaga pendidikan sangat memegang perenan penting untuk mencapai tujuan institusionalnya, karena itu guru diharuskan minimal memiliki tiga kompetensi dasar yaitu kemampuan penguasaan materi, 39 40 Mukhson Khanif, Ka Mad, “Wawancara”, Meluhu, 26 Oktober 2011 Mustafa Husba, Administrasi Pendidikan, (Aplikasi Fungsi-fungsi Manajemen pada Lembaga Pendidikan Formal), (Makassar : PT. Pustaka Refleksi, 2005). h.31 kemampuan memilih dan menggunakan metode serta kemampuan dalam menciptakan situasi paedagogik.”41 Sehubungan dengan tugas guru sebagaimana tersebut di atas maka dalam melaksanakan proses belajar mengajar pada Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi sesuai dengan pengamatan penulis bahwa guru selalu memberikan motivasi yang tinggi untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan menegakkan disiplin, sikap dan kemampuan daya serap terhadap materi pelajaran. Di samping itu sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi dalam kegiatan pembelajaran guru MA Annur Azzubaidi juga selalu menekankan pembelajaran praktek, pembelajaran demokratis dan terbuka serta pembelajaran kontekstual yang secara langsung berkaitan dengan kehidupan nyata yang ada di masyarakat. Sebagaimana disampaikan oleh salah seorang informan bahwa; Dalam kegiatan proses belajar mengajar kami tidak hanya mengejar ketuntasan materi yang ada dalam kurikulum, tetapi kami juga selalu menekankan kepada siswa pada pembelajaran praktek, sikap, kedisiplinan, dan masalah-masalah yang aktual yang ada pada kehidupan siswa sendiri. Seperti praktek sholat, dan praktek komputer, sehingga siswa tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan tetapi juga dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, itu yang lebih penting.42 Berdasarkan hasil pengamatan dan keterangan dari seorang informan tersebut diatas maka dapat difahami bahwa pelaksanaan proses belajar mengajar pada MA Annur Azzubaidi pada dasarnya telah mengarah pada 41 Ibid, h. 32 42 Harmin, Guru MA Annur Azzubaidi, “Wawancara”, Meluhu, 26 Oktober 2011 pembelajaran yang berbasis madrasah dan masyarakat sesuai dengan tiga aspek tujuan pembelajaran yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. 3) Penggerakan Bidang Kesiswaan Para siswa merupakan klien utama yang harus dilayani, karena itu siswa harus dilibatkan secara aktif dan tepat tidak hanya didalam proses belajar mengajar tetapi juga dilibatkan dalam kegiatan madrasah. Selanjutnya mengenai penggerakan bidang siswa difokuskan pada upaya pembinaan siswa dalam berbagai jenis kegiatan seperti kegiatan dalam organisasi kesiswaan, keolahragaan, kesenian, kepramukaan, dan organisasi lainnya. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar mereka dapat melakukan kegiatan tersebut secara optimal, serta motivasi agar mereka selalu belajar dengan tekun dan berusaha mengambil manfaat secara optimal dari berbagai kegiatan untuk kepentingan pengembangan diri mereka sendiri. Berdasarkan pengamatan penulis penggerakan bidang kesiswaan pada MA Annur Azzubaidi dilakukan dalam berbagai kegiatan yaitu kegiatan kesiswaan, olahraga, seni dan keterampilan. Hal ini juga disampaikan oleh salah seorang informan bahwa; Kegiatan siswa yang dilakukan di MA Annur Azzubaidi diantaranya adalah bidang olahraga, seni dan keterampilan, tetapi yang paling menonjol adalah kegiatan seni dan keterampilan seperti seni kaligrafi, melukis, grup Annaz dan keterampilan menjahit bagi siswa putri. Semua itu dilakukan sebagai pengembangan diri siswa sesuai dengan bakat mereka masing-masing.43 43 Saiful Ansor, Guru MA Annur Azzubaidi,”Wawancara” Meluhu, 26 Oktober 2011 Dari hasil pengamatan dan penjelasan informan diatas dapat dipahami bahwa penggerakan dibidang kesiswaan pada MA Annur Azzubaidi telah dilakukan dengan baik sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing siswa. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. 4) Pelaksanaan Bidang Ketenagaan Sumber daya manusia adalah merupakan sarana utama dari sebuah manajemen yang memiliki peran utama dalam menentukan keberhasilan suatu institusi pendidikan seperti halnya MA Annur Azzubaidi berdasarkan pengamatan penulis dalam penggerakan sumber daya manusia melibatka empat komponen yaitu; 1. Sumber daya manusia tenaga pimpinan yaitu kepala madrasah 2) Sumber daya manusia pembantu kepala madrasah 3) Sumber daya manusia tenaga guru 4) Sumber daya manusia tenaga administrasi Kepala madrasah sebagai top manajer pendidikan sekaligus sebagai penanggung jawab pelaksanaan pendidikan dengan dibantu oleh wakil kepala madrasah, dan guru adalah tenaga yang memegang jabatan fungsional yang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan fungsi madrasah yakni pelaksanaan proses belajar mengajar, sedangkan pegawai tata usaha bertugas dibidang administrasi pendidikan. Semua komponen tenaga pendidikan tersebut dapat melaksanakan fungsi dan tugas masing-masing karena itu adanya pembagian tugas (job description) yang jelas sangat diperlukan dalam rangka untuk kelancaran suatu kegiatan. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah seorang informan menyatakan bahwa; Penggerakan dalam pembagian tugas tenaga guru dan pegawai pada MA Annur Azzubaidi dilakukan berdasarkan kebutuhan madrasah, tidak berdasarkan kompetensi atau latar belakang pendidikannya alumni STAIN yang seharusnya dia mengajar pelajaran agama terpaksa harus mengajar mata pelajaran umum sedangkan mata pelajaran agama dipegang oleh alumni dari pesantren, hal ini disebabkan karna keterbatasan guru untuk mata pelajaran umum, demikian pula untuk tenaga administrasi sebenarnya tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya sehingga sebagian bidang administras terpaksa ditangani langsung oleh kepala madrasah.44 Dari penjelasan informan tersebut cukup memberikan pemahaman bahwa penataan guru dan pegawai tata usaha pada MA Annur Azzubaidi pada dasarnya telah dilakukan dengan baik namun kadang tidak sesuai dengan kompetensi dan latar belakang pendidikannya karna disebabkan keterbatasan tenaga pendidikan yang ada. Karna itu kepala madrasah memberikan kesempatan kepada tenaga guru untuk selalu mengembangkan professionalismenya baik melalui kegiatan pelatihan maupun melanjutkan pendidikannya. 5) Pelaksanaan Bidang Sarana dan Prasarana Sebagaimana di awal telah dijelaskan bahwa sarana dan prasarana pada suatu lembaga pendidikan memegang peranan penting dalam rangka untuk pencapaian suatu tujuan pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan yang 44 Mukhson Khanif, Kepala Madrasah, “Wawancara” Meluhu, 26 Oktober 2011 penulis maksudkan disini adalah sarana belajar mengajar guru dan siswa, baik yang berhubungan langsung dengan proses belajar mengajar maupun yang tidak, baik sarana yang berada di dalam maupun yang berada di luar madrasah yang mempunyai pengaruh sangat besar dalam pencapaian tujuan pendidikan. Dengan kata lain semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajarmengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien serta produktifitas maka aplikasi fungsi pengawasan dan penilaian pada budang sarana dan prasarana di MA Annur Azzubaidi dilakukan untuk mengetahui sarana dan prasarana yang baik dan sarana prasarana yang telah mengalami kerusakan sehingga dapat dilakukan perbaikan dan sekaligus dilakukan perbaikan jika diperlukan khususnya dalam kelancaran kegiatan proses belajar mengajar serta hal-hal yang dibutukan oleh guru. Adapun pengawasan dan penilaian sarana dan prasarana tersebut dilakukan oleh dua pihak yaitu pihak madrasah sendiri dan pihak yayasan dalam hal ini Pondok Pesantren Annur Azzubaidi karena sarana dan prasarana madrasah berada dalam lingkungan pondok pesantren. Sebagaimana disampaikan oleh seorang informan bahwa; Masalah pengawasan sarana dan prasarana Madrasah Aliyah dilakukan kerja sama dengan pondok pesantren dimana madrasah sebagai pengelola kegiatan dan pondok pesantren sebagai pihak penyelenggara pendidikan dan sekaligus induk yayasan45 Menurut keterangan dari informan tersebut maka dapat difahami bahwa pengawasan dibidang sarana dan prasarana telah dilakukan dengan baik dan melibatkan unsure diluar warga madrasah sebagai bagian dari implementasi manajemen pendidikan berbasis masyarakat. Dengan adanya pengawasan dan penilaian sarana dan prasarana tersebut maka dapat meningkatkan pula kinerja guru untuk berupaya meningkatkan prestasi siswa. 6) Pelaksanaan Bidang Keuangan Di awal penulis telah jelaskan bahwa sumber dana yang ada di MA Annur Azzubaidi hanya bersumber dari bantuan pemerintah melalui dana BOP oleh karena itu maka fungsi bidang keuangan di Madrasah dalam hal ini bendahara Madrasah bersama dengan Kepala Madrasah dan komite harus mampu merealisasikan dana yang ada dengan senantiasa memperhatikan segala sesuatu yang berkenaan dengan peningkatan kualitas dan kuantitas Madrasah dan lebih mengutamakan skala prioritas. d. Pengawasan dan Evaluasi Pengawasan dan penilaian bidang keuangan pada MA Annur Azzubaidi dilakukan oleh beberapa unsure yaitu unsure pemerintah dalam hal ini melalui BPKP, Bawasda dan Manajer BOP departemen agama serta unsure LSM, masyarakat dan komite madrasah serta orang tua murid. Dan untuk pengawasan 45 Saiful Ansor, Guru Madrasah, “Wawancara”, Meluhu, 27 Oktober 2011 dan penilaian dari unsure pemerintah dan komite selain pengawasan monitoring juga dilakukan melalui laporan pertanggung jawaban dalam hal ini melalui rapat komite dan pihak manajer BOP Departemen agama. Sedangkan pengawasan yang dilakukan oleh unsure lain hanya dalam bentuk monitoring dan koordinasi saja. Selain itu pengawasan dan penilaian juga dilakukan secara interen dalam bentuk laporan melalui rapat warga madrasah sebagai bentuk keterbukaan dan transparansi sekaligus untuk mengetahui kegiatan yang telah dilaksanakan dan yang belum. C. Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Qur’an Hadis Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe Perlu diketahui bahwa materi pelajaran pendidikan agama islam yang ada di madrasah aliyah annur azzubaidi meliputi materi qur’an hadis, fikih, ski, dan akidah akhlak. Namun dalam penajaman inti pokok permasalahan yang disajikan oleh peneliti adalah prestasi siswa pada mata pelajaran qur’an hadis. Alasan mengapa peneliti memilih pelajaran qur’an hadis sebagai kajian prestasi yaitu karena data-datanya lebih mudah untuk didapatkan dan bisa dipertanggungjawabkan. Prestasi belajar PAI yang dimaksud peneliti adalah nilai rapor dari mata pelajaran qur’an hadis yang diperoleh siswa mulai dari tahun 2009 s/d 2011. Untuk lebih jelasnya prestasi belajar mata pelajaran qur’an hadis siswa MA Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe dapat dilihat pada tabel berikut ini; Tabel : 7 Perkembangan Prestasi Siswa Kelas XII Mata Pelajaran Qur’an Hadis Pada Tiga Tahun Terakhir. NILAI RATANO TAHUN SEMESTER TINGGI RENDAH RATA 1 2009/2010 VI 90 60 68,00 2 2010/2011 VI 90 60 69,33 3 2011/2012 VI 90 60 70,40 Sumber data: TU Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi 2012 Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2009/2010 semester VI siswa kelas XII Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe memperoleh nilai tertinggi 90 dan terrendah 60 dengan rata-rata 68,00. Tahun 2010/2011 nilai tertinggi 90 dan nilai terrendah 60 dengan rata-rata 69,33. Tahun 2011/2012 nilai tertinggi 90 dan nilai terrendah 60 dengan rata-rata 70,40. Jadi dengan demikian jelaslah bahwa implementasi manajemen berbasis madrasah yang diterapkan di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi Kabupaten Konawe dapat mempengaruhi peningkatan prestasi siswa. Adapun data-data yang dapat mendukung keabsahannya tercantum dalam lampiran skripsi ini. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di atas maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai akhir dalam melaksanakan penelitian dan selanjutnya dapat menjadi rujukan bagi peneliti selanjutnya. Adapun kesimpulan yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut: 1. Bahwa implementasi manajemen berbasis madrasah yang dilakukan oleh Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi meliputi dimensi; Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta dimensi pengawasan dan penilain. Dan masing-masing terdiri dari bidang kurikulum, proses belajar mengajar, kesiswaan, ketenagaan, sarana dan prasarana serta bidang keuangan. Semua fungsi manajemen tersebut pada dasarnya telah dilakukan dengan baik, sekalipun masih banyak hal yang perlu dibenahi dan ditingkatkan seperti pengawasan yang maksimal dari kepala madrasah, serta upaya koordinasi dengan pihak-pihak yang berwenang untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Bahwa implementasi manajemen berbasis madrasah pada Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi telah meningkatkan prestasi belajar siswa. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas maka penulis dapat memberikan masukan atau saran kepada; 1. Kepala madrasah sebagai manajer dan leader atau pemimpin suatu lembaga pendidikan hendaknyaselalu melakukan public relasion dengan masyarakat terutama dengan seluruh komponen yang mempunyai keterkaitan dengan lembaga yang dipimpinnya. 2. Kepala madrasah agar tetap memberikan peluang dan motifasi kepada para guru untuk selalu meningkatkan kinerjanya dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. 3. Para guru agar senantiasa memberikan motifasi kepada siswa untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik dengan memperhatikan ranah kognitif, afektif dan psikomotor. 4. Lembaga yang berwenang dengan adanya implementasi manajemen berbasis madrasah (MBM) agar terus memberi perhatian secara serius terhadap pembinaan madrasah. 5. Kepada para peneliti salanjutnya agar dapat mengkaji lebih dalam tentang implementasi manajemen berbasis madrasah dalam meningkatkan prestasi belajar siswam Karena penelitian ini baru bersifat penjajagan belum terlaksana secara mendalam. DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an dan Terjemahnya Danim. Sudarman, Visi Bru Manajemen Sekolah,Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, Jakarta: Bumi Aksara, 2007 Depdiknas, Manajemen Sekolah. Jakarta: Dirjen Dikdasmmen. 2000. Fadjar. Malik, Platform Reformasi Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001 Faisal. Sanafiah, Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Erlangga. 2001. Hamalik. Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2001 Hartono, Praktis Bahasa Indonesia, Semarang: Rineka Cipta, 1992 http//www. Peranan Manajemen Berbasis Sekolah. Com,2011 Mahduri. Annas, Panduan Organisasi Santri, Jakarta: Departemen Agama RI, 2004 Moleong. Lexy, J, Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2000. Mulyani. S, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: UGM, 1993 Mulyasa. E, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2002. -----------------, Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah, Jakarta: Departemen Agama RI, 2003 Husba, Mustafa. Administrasi Pendidikan (Aplikasi Fungsi-fungsi Manajemen pada Lembaga Pendidikan Formal), Makassar: PT. Pustaka Refleksi, 2005 Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah. Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia. 2003. Slameto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2001 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta. 2007. Syah. Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001 Usman. Husaini, Metodelogi Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara, 1995. Usman. Uzer. M, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar mengajar, Jakarta: Remaja Rosdakarya, 1993 Wijaya. C , Pendidikan Remedial, Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001 Zain. Badudu, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar, 2001